ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA USAHA TEMPE MILIK BAPAK SYAIFUL MUSTOFA DI TENGGARONG
Oleh: Desiyana Win, Iskandar dan M. Hermanto Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong Abstract: The purpose of this study was to determine the profile of the business of making tempe that belongs to Mr. Syaiful Mostopha in Kec. Tengggarong, as well as examine the huge profits that has been gotten by Mr. Saiful Mustofa’s tempe business on 2013. Based on the research Mr. Saiful Mustofa’s tempe business on 2013 has reached above the point of break even point so the hypothesis is accepted. Sales in Rupiahs on 2013 is Rp 1,075,700,000.00 and the total units sold is 333.120 packs. The sale is the result of sales of the four products, namely small box tempe Rp 347,000,000.00 as much as 173.500 packs 347,000,000.00 wrap, tempeh large box size Rp.312,300,000.00 as much as 20.820 wraps, long small tempe Rp.138,800,000.00 as many as 69.400 packs and long big tempe Rp.277,600,000.00 as much as 69.400 packs while the whole point of the break even point is at point Rp.135,244,979.453 as 56.916,15766 in this case meaned Saiful Mustafa tempe business did not have a profit and loss position. In the analysis and discussion of the writer, the hypothesis "that Mr. Saiful Mustafa tempe business in 2013 already reached above the point Break Even Point" accepted and proven true. Key Word: Break-Even (Break Event Point)
PENDAHULUAN Sudah sekian lama kondisi perekonomian Indonesia berada dalam keterpurukan. Kondisi seperti ini tentu saja berpengaruh besar terhadap rodaperekonomian, antara lain bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha dan tidaklah menutup kemungkinan bagi suatu perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil akan mengalami masalah keuangan yang cukup sulit dalam upaya pengembangan usahanya. Bahkan hal yang tidak mungkin apabila suatu perusahaan tidak dapat beroperasi kembali. Sulitnya dunia usaha dewasa ini untuk mampu bertahan dan berkembang salah satu faktor yang mempengaruhi adalah fluktuasi harga pembelian bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan dalam prosesproduksi yang disebabkan oleh keterbatasan atau kekurangan modal. Maka dariitu peranan manajer sangat diperlukan dalam dunia usaha atau perusahaan. Kota Tenggarong yang merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara sekaligus seba-gai pusat pemerintahan. Pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan infrastruktur yang berbasis pada perekonomian kerakyatan menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan gunamenunjang pergerakan roda perekonomian. Bentuk dari
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
kegiatan tersebut adalah diadakannya sarana perkreditan dengan bunga ringan kepada pemilik usaha yang mau agar usaha yang dilakukannya dapat berjalan dengan tujuanuntuk membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan. Salah satu dari sekian banyaknya industri kecil yang ada di Tenggarong adalah usaha tempe milik Pak Syaiful Mustopa yang beralamatkan di Jln. Dr. Fl. Tobing RT. 10 Kelurahan Timbau Kecamatan Tenggarong. Usaha tempe milik Pak Syaiful Mustopa dalam perkembangan usahanya, selalu dihadapkan pada persaingan usaha sejenisnya yang banyak bermunculan dan menggunakan teknologi yang lebih maju, produk sejenisyang berasal dari luar kota Tenggarong dan produk produk lainnya. Hasil pengamatan sementara yang telah penulis lakukan kenyataannyabahwa pada usaha tempe, selama ini belum pemah mengadakan analisa tentang Break even point, sehingga pihak pemilik usaha belum bisa mengetahui secarapasti apakah tingkat penjualan yang dihasilkan telah menghasilkan keuntunganyang maksimal dan meneapai titik pulang pokok (BEP). Hasil penjualan saran dengan jumlah biaya total, atau hasil penjualan berada di atas jumlah biayatotal atau bahkan sebaliknya sehingga besarnya tingkat keuntungan
15
yangdiperoleh usaha ini dapat diketahui seeara pasti. Belum diketahuinya breakeven point dikarenakan pihak pemilik usaha juga tidak mengerti apa itu breakeven point serta kegunaannya bagi perusahaan, sehingga selama ini pihakpemilik usaha hanya menjumlahkan hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya. Break even point adalah "Suatu kondisi dimana pada periode tersebutperusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Artinya penghasilan yang diterima sarna dengan biaya yang dikeluarkan" (Sutrisno, 2005;204). Analisis break even point adalah "Suatu cara atau tehnik yangdigunakan oleh seorang petugas/manajer perusahaan untuk mengetahui padavolume (jumlah) penjualan dan volume produksi agar perusahaan yangbersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba".(Sigit, 2008; 1) Seharusnya dengan meningkatkan penjualan dari tiap - tiap periode,dan melakukan perhitungan break even point. Maka pihak pengusaha dapatmengetahui titik impas atau titik pulang pokok dimana perusahaan tidak mengalami untung dan tidak mengalami rugi. Kenyataannya bahwa pada usaha tempe milik bapak Syaiful Mustofa,selama ini belum pemah mengadakan analisis tentang break even point,sehingga pemilik usaha belum bisa mengetahui secara pasti apakah tingkat penjualan yang dihasilkan telah menghasilkan keuntungan maksimal danmencapai pulang pokok (BEP). Seharusnya pengusaha dapat memperoleh dana perusahaan denganbiaya murah serta menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secaraefisien. Dan juga melakukan analisis break even point sebagai bahanpertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan seorangmanajer. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah"Apakah pendapatan yang dihasilkan oleh usaha tempe milik bapak Syaiful Mustofa di Tenggarong pada tahun 2013 sudah mencapai titikBreak even point (BEP)?". sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji besarnya keuntungan yang di peroleh oleh usaha tempe milik Bpk. Syaiful Mustofa pada tahun 2013. Manajemen Akuntansi Setiap perusahaan barang/jasa selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sehari-hari maupun untuk rnengembangkan perusahaannya. Perkembangan teknologi dan dunia usahayang pesat mendorong
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
timbulnya bidang-bidang khusus (spesialisai) dalamakuntansi. Akuntansi juga tidak lagi hanya bersifat keilmuan, namun menjadi profesi yang mandiri. Dalam hal ini beberapa pengertian rnanajemen akuntansi yang di kemukakan oleh para ahli : Manajemen akuntansi (management accounting) adalah proses identifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis, penyiapan dan komunikasi informasi finansial yang digunakan oleh manajemen untuk. perencanaan, evaluasi, pengendalian dalam suatu organisasi, serta untuk menjamin ketepatan penggunaan sumber-sumber dan pertangas sumbersumber tersebut (Supriyono,1993 ; 8) Definisi lain manajemen akuntansi adalah "Manajemen Akuntansi (Management Accounting) adalah proses identiflkasi, pengukuran, akumulasi, analisa, penyiapan, penafsiran, dan komunikasi tentang informasi yang membantu masing-masing eksekutif untuk memenuhi tujuan organisasi". (Charles T. Homgren,1993;4) Break Even Point Analisa BEP atau anilisa pulang pokok menyatakan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak rugi. Dasar yang digunakan break even point ini adalah prilaku biaya dalam kaitannya dengan hasil penjualan. Pembahasan lebih lanjut akan dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli yaitu : break even point adalah : suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita rugi. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sarna dengan biaya yang dikeluarkan. (Sutrisno, 2007;178) Pengertian break even point versi lainnya adalah : Teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan (cost-profit-volume analysis) dan biaya yang diperhitungkan adalah biaya total yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.(Martono dan Hatjito, 2002 ;268) Analisa pulang pokok menetapakan syaratsyarat tertentu, untuk menganalisa, menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang akan dihitung. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan maka harus diadakan atau dianggap ada atau harus diperlakukan seperti yang dipersyaratkan, maka inilah yang disebut asumsi atau anggapan. Asumsiasumsi yang melandasi analisa pulang pokok, yaitu: a. Tingkah laku biaya dan pendapatan ditentukan, pada batas yang telah dibudgetkan (direncanakan). b. Semua biaya bisa dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel.
16
c. Biaya tetap akan tetap jumlahnya pada kapasitas yang telah dibudgetkan (direncanakan). d. Biaya variabel naik / turun secara proposional sesuai dengan naik / turunnya penjualan. e. Harga jual tidak mengalami perubahan. f. Biaya-biaya tidak berubah g. Produktivitas dan efesiensi tidak berubah. (Machfoedz,2006; 136) Selanjutnya asumsi dasar dalam analisis break even point yangdikemukakan oleh Sutrisno sebagai berikut: a. Biaya harus dipisahkan ke dalam dua jenis biaya, biaya variabel dan biaya tetap. Bila ada dua jenis biaya semivariabel harus dialokasikan ke dalam dua jenis biayatersebut. b. Harga jual per unit tidak berubah selama satu periodeanalisis. c. Perusahaan hanya mampu memproduksi satu macam barang,bila menghasilkan lebih dari satu macam barang,pertimbangan penghasilan masing-masing barang harustetap.(Sutrisno, 2007: 178) Ada dua cara perhitungan break even point, yaitu pendekatan grafik dan pendekataan matematik (Sutrisno,2005;205) Pendekatan Grafik adalah salah satu pendekatan penentuan titik break even point denganmenggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam suatu gambargrafik. Mulyadi menjelaskan bahwa "penentuan impas dengan pendekatan secara gratis dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garispendapatan penjualan dan garis biaya dalarn suatu grafikyang disebut dengan grafik impas".(Mulyadi, 2001:233) Menurut Mulyadi, "Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba". (Mulyadi, 2001:233) Perhitungan break even point dengan pendekatan matematik, menurut Bambang Riyanto (2005: 364) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu atas dasar unit dan atas dasar rupiah. Pengertian Biaya Setiap kegiatan perusahaan atau pengusaha perorangan biaya salah satu unsur penting dalam setiap kegiatannya, walaupun belum tentu setiap pengeluaran atau pengorbanan merupakan biaya. Dalam analisis break evenpoint unsur terpenting adalah unsur biaya. Biaya dalam analisis break even point digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dengan mengetahui biaya tetap dan biaya variabel, kemudian dihitung besarnya total biaya, Maka analisis break even point akan dapat
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
dilakukan. Untuk lebih jelasnya pengertian biaya adalah: Pengorbanan sumber ekonomis suatu sumber merupakan sumber ekonomisjika memiliki sifat adanya kelengkapan atau scar city, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi,2007;8) Pengertian lain biaya adalah : Pengorbananpengorbanan yang secara ekonomis tidak dapat dihindarkan untuk memprodusir barang-barang, istilah pengorbanan itu berarti menunjukkan suatu pengorbanan nilainya yang belum ditentukan apakah pngorbanan befaedah(tujuan) atau tidak, jika pengorbanan itu ada mempunyai tujuan maka baru dapat dikatakan pengorbanan itu adalah biaya, (Simamora,2008;22-23) Pengertian versi lain tentang biaya, adalah : Sebagai suatu nilai tukar, pengorbanan atau prasyarat yang dilakukan guna mendapat manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal terjadinya yang dinyatakan dengan pengurangan kas atau harta lainnya pada saat ini dan masa yang akan datang. (Wibowo,2002;19-20) Seperti yang dijelaskan oleh Tampubolon bahwa "Biaya dalam analisis break even point dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel' (Tampubolon, 2005: 43). Penggolongan biaya pada prinsipnya tidak jauh berbeda, yang penting untuk tujuan apa penggolongan biaya tersebut. 1. Biaya Tetap Menurut Simomora biaya tetap adalah "Kebalikan dari biaya variabel adalah biaya tetap (fixed cost), biaya tetap jumlah totalnya akan tetap walaupunjumlah yang diprodusir atau dijual berubah-ubah dalam kapasitasnormal" .(Simamora,2008,42-43). Pengertian biaya tetap yang lainnya adalah : Biaya yang dalam batas tingkat produksi tertentu jumlahnya tetap atau tidak berubah jika level produksi berubah, (Tampubolon, 1005: 43). Lalu pengertian biaya tetap versi lainnya yaitu : "Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah meskipun terjadi perubahan jumlah produksi daiam skaia tertentu". (Yamit, 2005:57) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya tetap adalah biaya yang jumlah tetap tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah – ubah. 2.
Biaya Variabel Menurut Simamora biaya variabel adalah "biaya yang bervariasi langsung (proposional) dengan kwantitas ini termasuk volume sedangkan produksi tennasuk penjualan, apabila kwantitas yang
17
diprodusir naik (bertambah) maka biaya ini naik (bertambah) sebesar perubahan kwantitas dikalikan biaya variabel persatuan dan sebaliknya apabila turun".(Simamora,2008,42-43) Pengertian biaya variabel yang lainnya adaiah : "Biaya yang jumlahnyaselalu berubah-ubah secara langsung dengan level produksi". (Tampubolon,2005: 43) Lalu pengertian versi lain Biaya variabel adalah biaya yang berubah- ubah dan perubahannya proposional dengan satuan kegiatan (Sutrisno,
2007;12). Dari pengertian yang dikemukakan dapat disimpulkan biaya variabel adalahbiaya yang selalu berubah-ubah secara proposional, apabila jumlah produksibertambah maka biaya akan naik,begitu juga sebaliknya apabila turun. Untuk lebih memudahkan dalam pemahaman dan interprestasi dari penelitian yang penulis lakukan, makakerangka pemikiran yang dapat dikemukakan dalam penulisan ini sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan hipotesis “Bahwausaha tempe milik bapak Syaiful Mustofa di Tenggarong pada tahun 2013 sudah mencapai titikBreak even point (BEP)”. BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Penelitian ini penulis lakukan pada usaha tempe milik Bpk. SyaifulMustofa yang beralamat di Jalan Dr. Fl. Thobing RT. 10 Kelurahan TimbauKecamatan Tenggarong. Penulis melakukan penelitian pada tempat ini karenausaha tempe milik bpk. Syaiful Mustofa ini belum pemah melakukan penelitianBreak Even Point pada usahanya, sehingga bpk.Syaiful Mustofa belummengetahui apakah usahanya sudah berada pada titik pulang pokok atau belum. Perincian Data yang Diperlukan Perincian data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
1. 2.
3. 4.
Harga jual tahun 2013 pada usaha tempe milik Bpk. Syaiful Mustofa diTenggarong. Jumlah hasil penjualan tahun 2013 pada usaha tempe milik Bpk. SyaifulMustofa di Tenggarong. Biaya tetap tahun 2013 pada usaha tempe milik Bpk. Syaiful Mustofa diTenggarong. Biaya variabel tahun 2013 pada usaha tempe milik Bpk. Syaiful Mustofa diTenggarong.
Alat Analisis Penentuan break even point dilakukan dengan dua pendekatan yaitupendekatan matematik dan pendekatan grafik. Pendekatan matematik dapatdilakukan dengan dua cara yaitu atas dasar unit dan atas dasar satuan uang(rupiah). Adapun rumus break even point dalam unit maupun dalam rupiahsebagai berikut:
18
a.
Pendekatan Matematik
kotak besar 60 buah,Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data penjualan usaha milik Bapak Syaiful Mustofa tahun 2013
b.
Rumus pulang pokok (break even) dalam rupiah Rumus pulang pokok (break even) dalam unit
Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan secara tetap oleh usahatempe milik Bapak Syaiful yang tidak dipengaruhi oleh besarnya pendapatanantara lain upah pimpinan, upah tenaga keja, dan biaya penyusutan. Untuk lebihlanjut lihat tabel berikut : c. Pendekatan Grafik Pendekatan grafik yang menggambarkan atau menunjukkan hubunganantara biaya tetap, biaya variabel, biaya total dan laba/rugi pada berbagaivolume produksi. Pendekatan grafik adalah penentuan titik break even pointdengan mencari titik potong antara garis pendapatan dan garis total biaya,adapun grafik break even point nya sebagai berikut :
Tabel 2. Biaya Tetap Usaha Tempe Milik Bapak Syaiful Mustofa tahun 2013
Gambar 2. Grafik Break Even Point Penyusutan dihitung perbulan dengan menggunakan rumus metode perhitungan manual : Penyusutan Per Bulan = Harga Perolehan : Umur Ekonomis Umur Ekonomis = Umur Tapsiran Benda × 12 Bulan Keterangan: a. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penjualan merupakan data hasil penjualan dan usaha tempe milikBapak Syaiful Mustofa pada tahun 2013. Adapun jumlah penjualan yang dilakukan Bapak Syaiful Mustofa setiap harinya bersifat tetap kotak kecil 500buah, panjang kecil 200 buah, panjang besar 200 buah,
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
-
b. -
Penyusutan Gedung Biaya pembelian tahun 2002 sebesar Rp. 15.000.000,00 Umur ekonomis selama 15 tahun × 12 bulan = 180 bulan Biaya Penyusutan adalah Rp. 15.000.000,00 dibagi dengan 180 bulan sama dengan Rp. 83333.333 per bulan × 12 bulan = Rp. 1.000.000,00 per tahun Penyusutan mesin Genzet Biaya pembelian tahun 2002 sebesar Rp. 4.000.000,00
19
-
c. -
Umur Teknis selama 5 tahun × 12 bulan = 60 bulan Biaya Penyusutan adalah Rp. 4.000.000,00 dibagi dengan 60 bulan sama dengan Rp. 66666.667 per bulan × 12 bulan = Rp. 800.000,00 per tahun Penyusutan Kendaraan Biaya pembelian tahun 2002 sebesar Rp. 18.000.000,00 Umur Teknis selama 5 tahun × 12 bulan = 60 bulan Biaya Penyusutan adalah Rp. 18.000.000,00 dibagi dengan 60 bulan sama dengan Rp. 41666.667 per bulan × 12 bulan = Rp. 500.000,00 per tahun
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan usaha tempe Milik Syaiful besarnyatetap atau berubah-ubah sesuai dengan besarnya pendapatan. Yang termasuk dalam biaya variabel dapat dilihat lebih lanjut dalam tabel berikut : Tabel 3. Biaya variabel usaha tempe milik Bapak Syaiful Mustofa Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka biaya tetap dan biaya variabel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus atau formula secara sistematis atau statistik
untukpemisahan biaya karena data yang penulis kumpulkan atau yang diteliti sangat sederhana. Analisis Data Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dilapangan, ternyata bapak Syaiful Mustofa memproduksi tempe dalam 4 ukuran yaitu ukuran kotak kecil, kotak besar, panjang kecil, panjang besar. Adapun perhitungan hasil penelitian dilapangan sebagai berikut: Biaya tetap per tahun = Rp. 54.900.000,00 Biaya variabel per tahun = Rp. 639.046.000,00 Total biaya = Rp. 639.964.000,00 Jumlah penjualan per tahun adalah 333.120 biji Biaya variabel per biji adalah: Rp. 639.046.000,00 = Rp. 1916.3658 333.120 Pendapatan selama tahun 2013 adalah Rp. 1.075.700.000,00 Tempe kotak kecil = Rp. 347.000.000,00 Tempe kotak besar = Rp. 312.300.000,00 Tempe panjang kecil = Rp. 138.800.000,00 Tempe panjang besar = Rp. 277.600.000,00 Rp. 1.073.700.000,00 Perhitungan persentase hasil penjualan dari masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Rp. 347.000.000 Tempe kotak kecil
=
× 100% = 32,25806% Rp. 1.075.700.000
Rp. 312.300.000 Tempe kotak besar
=
× 100% = 29,03225% Rp. 1.075.700.000
Rp. 138.800.000 Tempe panjang kecil
=
× 100% = 12,90323% Rp. 1.075.700.000 Rp. 277.600.000
Tempe panjang besar
=
× 100% = 25,80645% Rp. 1.075.700.000
Perhitungan jumlah biaya variabel masing-masing produk adalah sebagai berikut: Rumus : persentase hasil penjualan × biaya variabel Tempe kotak kecil = 32.25806% × Rp. 639.046.000 = Rp. 206.143.842,107 Tempe kotak besar = 29,03225% × Rp. 639.046.000 = Rp. 185.529.432,335 Tempe panjang kecil = 12,90323% × Rp. 639.046.000 = Rp. 82.457.575,1858 Tempe panjang besar = 25,80645% × Rp. 639.046.000 = Rp. 164.915.086,467
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
20
Selanjutnya variabel per unit masing-masing produk adalah sebagai berikut: Rp. 206.143.842,107 Tempe kotak kecil
=
= Rp. 1.188,148945 173.500 Rp. 185.529.432,335
Tempe kotak besar
=
= Rp. 8.911,11587 20.820 Rp. 82.457.575,1858
Tempe panjang kecil
=
= Rp. 1.188,14949 69.400 Rp. 164.915.086,467
Tempe panjang besar
=
= Rp. 2.376,29807 69.400
Perhitungan persentase biaya tetap masing-masing produk adalah sebagai berikut: 173.500 Tempe kotak kecil = × 100% = 52,08333% 333.120
20.820 Tempe kotak besar
=
× 100% = 6,25% 333.120
69.400 Tempe panjang kecil
=
× 100% = 20,83333% 333.120
69.400 Tempe panjang besar
=
× 100% = 20,83333% 333.120
Selanjutnya perhitungan biaya tetap masing-masing produk adalah sebagai berikut: Tempe kotak kecil = 52,08333% × Rp. 54.900.000 = Rp. 28.593.748,17 Tempe kotak besar = 6,25 × Rp. 54.900.000 = Rp. 3.431.250 Tempe panjang kecil = 20,83333% × Rp. 54.900.000 = Rp. 11.437.498,17 Tempe panjang besar = 20,83333% × Rp. 54.900.000 = Rp. 11.437.498,17 Setelah masing-masing biaya diketahui, maka langkah 1. Rumus pulang pokok atau break even selanjutnya adalah menganalisis break even point point atas dasar sales dalam rupiah dengan langkah sebagai berikut:
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
21
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
22
2. Perhitungan break even point dalam unit adalah sebagai berikut:
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
23
Berdasarkan hasil analisis maka gambar break even point yang terjadidari hasil penjualan masing-masing produk milik bapak Syaiful Mustofaperiode tahun 2013 dapat dilihat pada grafik-grafik dibawah ini: Keterangan : TR =Total Reviue
TC =Total Cost FC = Fixed Cost Total revenue merupakan basil pendapatan yang diterima sebuahperusahan, total cost merupakan jumlah biaya total yang harus dikeluarkansuatu perusahaan, yang merupakan jumlah dari total biaya tetap dan total biaya variabel
Gambar 3. Grafik break event Point Tempe ukuran kotak kecil
Penjualan ukuran kotak kecil pada tahun 2013 mencapai 173.500bungkus dengan hasil penjualan yang diperoleh sebesar Rp 347.000.000,00 sedangkan titik break even point
berada pada penjualan 35.220,43627 bungkus, sedangkan titik break even point dalam rupiah adalah Rp 70.440.096,0017 dengan biaya tetap sebesar Rp 28.593.748,17.
Gambar 4. Grafik break event point tempe ukuran kotak besar
Penjualan ukuran kotak besar pada tahun 2013 mencapai 20.820bungkus dengan hasil penjualan yang diperoleh sebesar Rp 312.300.000,00 sedangkan titik break even point
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
berada pada penjualan 563,52690 bungkus, sedangkan titik break even point dalam rupiah adalah Rp. 8.452.812,06119 dengan biaya tetap sebesar Rp. 3.431.250
24
Gambar 5. Grafik break event point tempe ukuran panjang kecil
Penjualan ukuran kotak kecil pada tahun 2013 mencapai 69.400 bungkus dengan hasil penjualan yang diperoleh sebesar Rp. 138.800.000,00. Sedangkan titik break even point
berada pada penjualan 14.088,18253, sedangkan titik break even point dalam rupiah adalah Rp. 28.176.035,6958 dengan biaya sebesar Rp. 11.437.498,17.
Gambar 5. Grafik break event point tempe ukuran panjang besar
Penjualan ukuran panjang kecil pada tahun 2013 mencapai 69.400bungkus dengan hasil penjualan yang diperoleh sebesar Rp 277.600.000,00sedangkan titik break even point berada pada penjualan 7.044,01196 bungkus,sedangkan titik break even point dalam
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
rupiah adalah Rp 28.176.035,6958dengan biaya tetap sebesar Rp 11.437.498,17. Dari hasil pembahasan break even point dari masing-masing produkdapat disimpulkan grafik break even point usaha tempe milik bapak SyaifulMustofa pada tahun 2013 sebagai berikut :
25
Gambar 5. Grafik umum break event point usaha tempe milik Bapak Syaiful Mustofa tahun 2013
Maka kesimpulan dapat diambil dari grafik diatas, bahwa usaha tempesudah mencapai diatas titik break even point pada tahun 2013 dengan penjualansebesar Rp 1.075.700.000,00 denganjumlah unit yang dijual sebanyak 333.120unit sehingga titik break even point berada pada Rp 135.244.979,453 denganjumlah unit sebanyak 56.916,1577 unit. Dalam perhitungan break even point adalah menyamakan TC dan TR.Usaha tempe milik bapak Syaiful akan mengalami rugi apabila produksidibawah titik break even point, maka apabila TC lebih kecil dari pada TR makausaha tempe milik bapak Syaiful Mustofa akan mengalami untung. Pendapatan yang diperoleh usaha tempe milik bapak Syaiful MustofaTenggarong tahun 2013 sebesar Rp 1.075.700.000,00 dan total biaya yangdikeluarkan usaha tempe milik bapak Syaiful Mustofa adalah sebesar Rp693.946.000,00. Nilai break even point dari masing-masing produk adalah untuk tempe ukuran kotak kecil Rp 70.440.096,0017 dan jumlahunit dijualsebanyak 35.220,43672 bungkus, tempe ukuran kotak besar Rp 8.452.812,0119 jumlah unit dijual bungkus 563.52690 bungkus, tempe ukuran panjang kecil Rp28.176.035,6958 jumlah unit yang dijual 14.088,18253 bungkus, tempe ukuranpanjang besar Rp 28.176.035,6958 jumlah unit yang dijual 7.044,01196bungkus, Sehingga dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2013 usaha tempemilik bapak Syaiful Mustofa berada diatas titik break evenpoint. Dari pembahasan tersebut dapat membuktikan bahwa hipotesis yangtelah dikemukakan pada Bab II yang menyatakan "bahwa usaha tempe milikbapak Syaiful Mustofa pada tahun 2013 sudah menepai diatas titik break evenpoint" diterima hipotesisnya karena terbukti kebenarannya.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Hal ini diperkuat pada hasil penjualan usaha tampe milik bapak SyaifulMustofa Tenggarong tahun 2013 dalam total rupiah sebanyak Rp1.075.700.000,00 dan jumlah unit yang dijual sebanyak 333.120 bungkus.Sehingga berada diatas titik break even pointldtik pulang pokok yangseharusnya berada pada penjualan rupiah sebanyak Rp 135.244.979,453 denganjumlah unit yang terjual 56.916,15766 atau dibulatkan 56.916, sehinggahipotesis diterima, Contribution margin ratio untuk titik break even pointdalam rupiah sebesar 0.40593 yang besarnya dihitung dari satu dikurang biayavariabel dibagi dengan penjualan (10.59407). hal ini bearti setiap perubahanpenjualan akan dl iukuti oleh perubahan biaya variabel sebesar 59.047%. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang penulis lakukan padabab terdahulu, maka penulis akan memberikan kesimpulan mengenai hasilpenelitian tersebut : 1. Titik break even point terjadi pada saat penjualan sebesar 56.916,15766 bungkus atau 56.916 bungkus dibulatkan , dengan perolehan hasil Rp 135.244.979,453 dari rincian penjualan berikut tempe ukuran kotak kecil Rp 70.440.096,0017 dengan penjulan 35.220,43627 bungkus, tempe ukuran kotak besar Rp 8.452.812,06119 dengan penjualan 563.52690 bungkus, tempe ukuran panjang keeil Rp 28.176.035,6958 dengan penjualan 14.088,18253 bungkus, tempe ukuran panjang besar Rp 28.176.035,6958 dengan penjualan 7.044,01196 bungkus. 2. Contribution margin ratio untuk titik break even point dalam rupiahsebesar 0.40593 yang besarnya dihitung dari satu dikurang biaya variabeldibagi dengan penjualan (1- 0.59407).
26
3.
hal ini bearti setiap perubahanpenjualan akan di iukuti oleh perubahan biaya variabel sebesar 59.047%. Hasil penjualan tempe pada tahun 2013 sebesar Rp 1.075.700.000,00 dengan penjualan 333.120 bungkus, sedangkan titik break even point yangterjadi sebesar Rp 135.244.979,453 dengan penjualan sebesar 56.916,15766 bungkus dan usaha tempe milik bapak Syaiful Mustofa mendapat keuntungan Rp 940.455.020,55 sehingga hipotesis yang dikemukakan diterima.
Wibowo, Herman, 2002, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Jilid 1,PenerbitErlangga,Jakarta. Yamit,
Zulian, 2005, Manajemen Keuangan Ringkasan Teori danPenyelesaian Soal, Penerbit Ekonesia, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Horngren, Charles T., George Foster., dan Srikant Datar. 1993. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. 8th Edition. Prentice-Hall International Inc. Machfoedz, Mas'ud, 2006, Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi II, Penerbit BPEE, UniversitasGadjahMada,Yogyakarta. Martono dan Harjito, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Yogyakarta : Ekorisia Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Riyanto, Bambang, 2005, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas GadjahMada,Yogyakarta. Sigit, Soehardi,2008, Analisa Break Even Point .Edisi Revisi, Cetakan Keenam Penerbit,Leberty,Yogyakarta. Simamora, Henry, 2001, Akuntansi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok Buku I Edisi Ke-2. Yogyakarta : BPFE-UGM Sutrisno, 2005; Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama,PenerbitEkonesia,Yogyakarta Tampubolon, 2005. Risk and System-Based Internal Auditing, Cetakan Pertama, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
27