ANALISIS PERBEDAAN PEMASARAN PEPAYA CALINA KE PASAR RITEL MODEREN DAN PASAR TRADISIONAL PADA POKTAN TIRTA MEKAR
NOVITA PERMATASARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekaradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014
Novita Permatasari NIM H34100022
ABSTRAK NOVITA PERMATASARI. Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN. Saat ini perkembangan jumlah gerai ritel moderen di Indonesia semakin pesat. Supermarket dan minimarket dapat dengan mudah dijumpai bahkan hingga ke desa-desa. Gerai ritel moderen tersebut menjual berbagai kebutuhan hidup mulai dari makanan, minuman hingga sayur dan buah. Tirta Mekar adalah salah satu poktan (poktan) yang menjual pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara pemasaran pepaya ke ritel moderen dan ritel tradisional. Metode yang digunakan yaitu analisis pemasaran yang menggunakan analisis margin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Tirta Mekar menjual pepayanya ke Alfamidi, Total Buah Segar, Ngesti, Istana Buah Segar dan pedagang pengecer yang biasa berjualan di pasar tradisional. Tirta Mekar menjual pepaya grade A dan B ke pasar ritel moderen tersebut dan pepaya grade C dijual ke pedagang pengecer di pasar tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar moderen dan pasar tradisional terletak pada harga jual pepaya dari poktan, kualitas, fungsi fisik yang dilakukan, biaya pemasaran oleh poktan, biaya pemasaran oleh pengecer, penanggungan risiko, sistem pembayaran dan margin pemasaran. Kata Kunci : pasar ritel moderen, pasar tradisional, pepaya calina, Tirta Mekar. NOVITA PERMATASARI. The analysis of papaya’s marketing to modern retail market and traditional market in Tirta Mekar. Supervised by AMZUL RIFIN. Recently, modern retail market in Indonesia have grown very rapidly. Supermarket and minimarket can be found easily even in the village. Modern retail market sell all human needs such as food, beverage even fresh fruit and vegetable). Tirta mekar is a farmer group that sell it’s papaya to modern retail market and traditional market. The objectives of this research are to analyse the marketing differences between modern retail market and traditional market. This research used marketing analysis method such as marketing margin, farmer’s share, marketing cost and benefit cost ratio. Tirta mekar sell papaya to Alfamidi, Total Buah Segar, Ngesti, Istana Buah Segar and vendor or trader in traditional market. Tirta mekar sell papaya grade A and B to modern retail market and grade C is sold to traditional market. The result shown that the marketing differences between modern retail market and traditional market can be seen from papaya’s price, papaya’s quality, physical function (marketing function), marketing cost, risk, payment system and marketing margin. Keyword : calina papaya, modern retail market, Tirta Mekar, traditional market.
ANALISIS PERBEDAAN PEMASARAN PEPAYA CALINA KE PASAR RITEL MODEREN DAN PASAR TRADISIONAL PADA POKTAN TIRTA MEKAR
NOVITA PERMATASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
:Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar : Novita Permatasari : H34100022
Disetujui oleh
Dr. Amzul Rifin SP, MA Dosen Pembimbing Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah pemasaran, dengan judul Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin SP,MA selaku pembimbing, Ibu Tintin Sarianti SP,MM selaku dosen penguji utama dan Ibu Eva Yolynda Aviny SP,MM. selaku dosen penguji departemen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kiki selaku ketua poktan Tirta Mekar, sekretaris poktan Bapak M. Ruslan dan seluruh petani anggota poktan (Pak Abdul Manaf, Pak Edi, Pak Kurniadi, Pak Musa, Pak Kamal, Pak Didin, Pak Aning, Pak Samad, Pak Kurnia, Pak Madsai dan Pak Adun), Bapak Muslimin selaku manajer Toko Istana Buah Segar, Bapak Rafianto selaku staf di DC Alfamidi, dan para pedagang pepaya calina (Bapak Yusuf, Bapak Samsi dan Bapak H. Khodari) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman mentoring, Agribisnis 47 (Rahmi Yuniarti Ningsih, Vitalia Putri Asheri, Suhartini, Novade Nur Arif S, Suryani Nurfadillah, Resti Yanuar Akhir, Putri Amalia, Siti Nurjanah, Intan Rizkia) , Gemercik 47, An Naba 47, Ilma atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Novita Permatasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian pemasaran Pemasaran buah segar Fungsi-fungsi dalam pemasaran Farmer’s share Efisiensi pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data Metode Analisis GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis saluran dan fungsi pemasaran Saluran pemasaran pepaya calina grade A Saluran pemasaran pepaya calina grade B Saluran pemasaran pepaya calina grade C Fungsi pemasaran pada pepaya grade A Fungsi pemasaran pada pepaya grade B Fungsi pemasaran pada pepaya grade C Sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerja sama antar lembaga pemasaran Analisis margin dan efisiensi pemasaran Analisis margin pemasaran pepaya calina grade A Analisis margin pemasaran pepaya calina grade B Analisis margin pemasaran pepaya calina grade C Farmer’s share
x x x 1 5 6 6 7 7
11 12 12 13 13 15 17 17 17 18
23 24 26 27 29 30 30 33 33 34 34 34
x
Rasio keuntungan terhadap biaya Efisiensi pemasaran Perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional Pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya calina bagi petani PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
35 35 36 38 38 39 40
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL 1 Jumlah gerai pasar ritel moderen di Indonesia 2 Produksi pepaya beberapa daerah di Jawa Barat 3 Daftar kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan pepaya 4 Daftar poktan di empat kecamatan tahun 2012 5 Karakteristik petani Poktan Tirta Mekar 6 Luas lahan dan jumlah pohon pepaya anggota Tirta Mekar 7 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade A 8 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade B 9 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade C 10 Perbedaan pemasaran pepaya pasar ritel moderen dan pasar tradisional
1 4 5 5 19 20 27 29 31 38
DAFTAR GAMBAR 1 Marjin Pemasaran 2 Kerangka Operasional 3 Struktur Organisasi Poktan Tirta Mekar 4 Skema Aliran Pemasaran Pepaya Calina
14 16 18 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 Biaya Pemasaran pepaya poktan grade A 2 Biaya Pemasaran pepaya Jasingagrade A 3 Biaya Pemasaran pepaya Pelabuhan Ratu grade A 4 Biaya Pemasaran pepaya poktan grade B 5 Biaya Pemasaran pepaya Jasinga grade B
42 43 44 45 46
xi
6 Biaya Pemasaran pepaya Pelabuhan Ratu grade B 7 Biaya Pemasaran pepaya poktan grade C 8 Farmer’s share 9 Rasio Keuntungan terhadap Biaya 10 Dokumentasi
47 48 49 50 51
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini di Indonesia pasar ritel moderen seperti swalayan, supermarket dan hipermarket dapat dengan mudah ditemukan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota lainnya. Awalnya segmentasi dari pasar tersebut adalah masyarakat kalangan menegah ke atas. Namun, saat ini pasar ritel moderen tersebut sudah mulai menginginkan masyarakat kalangan menegah ke bawah juga menjadi konsumennya. Hal tersebut dapat dilihat banyaknya swalayan seperti Indomart, Alfamart dan Alfamidi yang mudah ditemukan bahkan di desa-desa yang tidak terletak di kota besar. Tabel 1. Jumlah gerai pasar ritel moderen di Indonesia Jenis Pasar Tahun Ritel Moderen 2004 2010 Minimarket 5 604 gerai 16 922 gerai Supermarket 956 gerai 1 077 gerai Convinience Store 154 gerai 450 gerai Hipermarket 68 gerai 154 gerai 1 Sumber: AC Nielsen (dalam PT. Bank Mandiri), 2012. Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa jumlah gerai pasar ritel moderen terus meningkat mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Gerai pasar ritel moderen yang mengalami peningkatan paling pesat yaitu minimarket. Website Data Consult (Business Research Studies Report)2 mencatat jumlah gerai ritel moderen di Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 17.57 persen per tahun dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Tahun 2007 hanya terdapat 10 365 gerai ritel moderen dan tahun 2011 jumlahnya meningkat menjadi 18 152 gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Kenaikan jumlah gerai tersebut disebabkan meningkatnya jumlah minimarket seperti Alfamart dan Indomart. Peningkatan jumlah dua pemain utama tersebut sangat cepat, baik melalui pengelolaan sendiri maupun sistem waralaba (franchise). Jumlah gerai ritel moderen yang sudah ada saat ini, sekitar 78 persen berada di Pulau Jawa. Namun, peritel juga sudah berencana untuk melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa yang kaya akan sumber daya alam seperti Pulau Sumatra. Tahun 2010, pertumbuhan gerai ritel moderen di Sumatra sebesar 55 persen, lebih besar dari Jawa yang hanya sebesar 35 persen. Melihat potensi perkembangan ritel yang cukup besar di Indonesia, banyak peritel asing yang melakukan ekspansi seperti Carrefour (Perancis), Giant (Malaysia) , Lotte (Korea Selatan), 7-Eleven (AS), Circle K (AS), dan Sogo (Jepang). Asosiasi pedagang ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan nilai penjualan ritel pada tahun 2012 sebesar Rp 138 triliun, meningkat sebesar 15 persen dari tahun 2011 yang hanya mencapai Rp 120 triliun. Tingginya penjualan dalam industri ritel masih didominasi oleh penjualan kebutuhan sehari hari (fast moving consumer goods/ FMCG) seperti makanan dan minuman yang siap konsumsi atau setengah jadi (PT. Bank Mandiri, 2012).
1) 2)
PT. Bank Mandiri (Persero).2012. Industry Update Volume 17, Agustus 2012 Perkembangan Baru Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Indonesianconsume.blogspot.com Februari 2013.
2
Selain di Indonesia, di negara-negara berkembang lainnya pun sudah banyak berdiri pasar ritel moderen seperti swalayan, supermarket atau hipermarket yang menjual buah-buah segar untuk konsumsi rumah tangga. Pasar ritel moderen lokal di Indonesia mulai ada sejak tahun 1970-an dan masih terpusat di kota-kota besar, belum merambah ke wilayah pedesaan atau pinggiran kota. Pasar ritel moderen (terutama supermarket) bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1990-an karena adanya kebijakan investasi asing langsung (foreign direct investment) yang mulai dibuka pada tahun 1998 (Suryadarma et al. 2008). Salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan pasar ritel moderen di negara-negara berkembang adalah meningkatnya investasi asing atau foreign direct investment (Reardon et al. 2005). Selain itu, bisa juga diakibatkan oleh pendapatan masyarakat yang meningkat, perubahan gaya hidup, urbanisasi, perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, globalisasi, dan peran serta kaum wanita dalam dunia kerja (Daryanto, 2009 dalam Majalah Trobos)3. Kesuksesan dan perkembangan pasar ritel moderen yang pesat dapat dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk menurunkan harga yang mengantarkan mereka bersaing dan mengalahkan pasar tradisional. Pasar ritel moderen juga lebih menekankan pada harga yang kompetitif dengan kualitas produk yang lebih tinggi. Tiga hal yang menjadi ciri perkembangan supermarket di wilayah Asia pada umumnya yaitu (1) sektor supermarket semakin banyak dikuasai oleh pihak asing, (2) supermarket berkembang dengan sangat cepat karena mengikuti tren yang berjalan di negara maju, (3) saat ini supermarket tidak hanya melayani konsumen kalangan menengah ke atas, tetapi juga berusaha melayani konsumen kalangan menengah ke bawah yang berada di wilayah pedesaan atau pinggiran (Reardon et al. 2005). Reardon et al. (2005) membagi tingkat penyebaran supermarket ke dalam tiga gelombang. Gelombang pertama dimulai pada awal hingga pertengahan tahun 1990-an dan telah menyebabkan terbentuknya kekuatan besar pada ritel di akhir tahun 1990-an di negara Amerika bagian Selatan, Asia Timur, Eropa bagian utara dan tengah dan Afrika Selatan. Gelombang kedua dilanjutkan oleh negara-negara di Asia Tenggara, Eropa bagian selatan dan tengah dan Mexico. Gelombang ketiga atau gelombang terakhir dilalui oleh negara-negara seperti Nicaragua, Peru, Bolivia, Vietnam, China, India dan Rusia. Keberadaan pasar ritel moderen menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat (Daryanto, 2009 dalam Majalah Trobos). Ketika pendapatan masyarakat semakin meningkat, maka mereka akan fokus pada kualitas dan keamanan makanan dan tempat berbelanja mereka. Pasar ritel moderen tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja. Saat ini, banyak pasar ritel moderen yang dilengkapi dengan food court, arena bermain anak dan area parkir yang luas, toilet dan mushola. Selain itu, pasar ritel moderen memiliki tata ruang, tata letak produk yang baik serta terjaga kebersihan tempatnya. Hal tersebut menyebabkan masyarakat menjadi lebih nyaman berbelanja ke pasar ritel moderen daripada ke pasar tradisional. Saat ini, ketika disebutkan nama pasar tradisional, bayangan yang muncul adalah pasar yang kotor, letak para pedagang tidak teratur dan terdapat premanisme. Selain itu, masih terdapat beberapa masalah seperti kurangnya area
3)
Daryanto, A. Revitalisasi Pasar Tradisional. Majalah Trobos, Agustus 2009.
3
parkir, buruknya pengelolaan tempat pembuangan sampah, sirkulasi udara yang buruk dan banyaknya pedagang kaki lima yang merugikan para pedagang yang menyewa kios (SMERU 2007). Hal tersebutlah yang menyebabkan kalangan masyarakat tertentu enggan berbelanja ke pasar tradisional. Meskipun memiliki beberapa kelemahan, pasar tradisional tetap memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan pasar ritel moderen. Menurut Daryanto (2009), pasar tradisional memiliki tiga ciri khas yang membedakannya dari pasar ritel moderen yaitu (1) adanya proses tawar menawar antara pedagang dan pembeli dalam menentukan harga yang dapat menjalin kedekatan personal dan emosional sehingga dapat menciptakan trust (kepercayaan) diantara mereka, (2) para pedagang di pasar sudah mengetahui dengan persis keinginan (produk yang ingin dibeli) dari pelanggan mereka, (3) pasar tradisional mampu menawarkan produk dengan harga yang menarik pada barang atau produk khusus yang tidak didapatkan di supermarket. Menurut AC Nielsen, pasar ritel moderen di Indonesia tumbuh sebesar 31.4 persen per tahun sedangkan pasar tradisional bukan mengalami pertumbuhan tetapi jumlahnya menyusut 8 persen per tahun (SMERU 2007). Hal tersebut tidak bisa dibiarkan terus menerus karena akan ada banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaaannya sebagai pedagang di pasar tradisional. Oleh karena itu, Daryanto (2009) menawarkan solusi revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional bisa dilakukan dengan membenahi tata ruang dan tata letak para pedagang di pasar tradisional dan memperbaiki seluruh kelemahan yang menurunkan daya saing pasar tradisional. Selain itu, dukungan pemerintah pun diperlukan (terutama dalam membuat kebijakan) dan kerjasama antar pelaku usaha terkait. Keberadaan pasar ritel moderen menjadi tantangan tersendiri bagi petani untuk memasarkan produknya. Para petani harus siap menjaga kualitas dan kuantitas produk mereka jika ingin memasarkan produknya ke pasar ritel moderen. Hal tersebut disebabkan karena mereka tidak mau menerima produk yang kualitasnya buruk. Spesifikasi produk harus sesuai dengan standar ritel moderen. Awalnya, pasar moderen tersebut lebih banyak menjual makanan dan minuman siap konsumsi dan makanan setengah jadi yang siap diolah. Namun, beberapa waktu terakhir ini, pasar moderen tersebut juga banyak menjual buah dan sayuran segar seperti di pasar tradisional, tetapi dengan kualitas dan harga yang berbeda. Buah dan sayur yang dijual di swalayan atau supermarket biasanya memiliki kualitas yang bagus dan memiliki harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah dan sayur yang dijual di pasar tradisional. Selain itu, buah dan sayur yang dijual di pasar moderen dikemas sedemikian rupa sehingga menarik konsumen untuk membeli. Salah satu buah yang dijual di pasar moderen yaitu pepaya california atau yang lebih sering disebut pepaya calina (california indonesia). Pepaya calina lebih sering dipasarkan ke ritel moderen karena bentuk buahnya yang kecil dan rasanya yang manis disukai oleh konsumen dan pepaya calina tidak mudah busuk. Selain itu, pepaya bukan merupakan buah musiman sehingga selalu tersedia sepanjang tahun. Pepaya calina merupakan pepaya hasil riset IPB. Pepaya calina ini dikembangkan oleh Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS di Pusat Kajian Buah
4
Tropika IPB (PKBT-IPB). Tanaman pepaya calina dapat dipanen pada usia delapan bulan dan tingginya baru mencapai satu meter. Jika dibandingkan dengan jenis pepaya lain, pepaya calina ini lebih sering dijual di swalayan, supermarket atau toko buah moderen daripada dijual ke pasar tradisional. Hal tersebut diakibatkan karena pepaya calina memenuhi standar untuk masuk ke swalayan atau supermarket. Tanaman pepaya di Indonesia dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan batas ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Menurut Kementan (2014), saat ini luas daerah yang ditanami pepaya (untuk orientasi bisnis) mencapai 52 250 hektare meliputi tanah pekarangan dan tanah tegalan dengan produksi 402 306 ton per tahun. Buah pepaya belum dapat diandalkan sebagai komoditi ekspor karena pepaya yang ada saat ini masih terbatas untuk mencukupi kebutuhan domestik. Bogor merupakan salah satu daerah penghasil pepaya yang ada di Jawa Barat. Selain Bogor, terdapat beberapa daerah lain di Jawa Barat yang membudidayakan tanaman pepaya seperti Sukabumi, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya dan Ciamis (Tabel 2). Daerah penghasil pepaya paling banyak di Jawa Barat yaitu ada di Sukabumi dan Bogor. Selama tahun 2010 hingga 2011 peningkatan produksi pepaya di Kabupaten Bogor sebesar 69 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan Sukabumi yang hanya 16 persen. Selain itu, produksi pepaya di Kabupaten Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pepaya di Kota Bogor. Tabel 2 Produksi pepaya beberapa daerah di Jawa Barat tahun 2011 (kuintal) No 1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota Sukabumi Bogor Tasikmalaya Ciamis Garut Kota Bogor
2007 310 424 210 687 47 058 37 397 25 993 22 037
2008 380 378 122 376 41 279 73 675 26 573 30 842
Tahun 2009 490 183 84 819 45 272 34 066 29 154 13 962
2010 239 979 57 645 53 557 20 821 41 632 3 868
2011 284 865 188 613 68 221 19 812 33 055 4 849
Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat (2011)4 Salah satu daerah penghasil pepaya di Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Jasinga, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Cibinong. Data potensi pepaya di Kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3.
4)
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat [Internet].[diunduh Juni 2014].diperta-jabarprov.go.id
5
Tabel 3 Daftar kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan pepaya No 1 2 3 4
Kecamatan Cijeruk Rancabungur Jasinga Cibinong
Jumlah pohon 6 000 5 655 6 435 5 367
Produksi (Kuintal) 2 449 2 804 2 779 2 449
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor (2012). Jika dilihat dari jumlah pohon pepaya , Kecamatan yang paling banyak pohon pepayanya adalah Kecamatan Jasinga kemudian Cijeruk, Rancabungur dan peringkat terakhir yaitu Cibinong. Kecamatan Jasinga memiliki tiga poktan yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Cikopomayak, Desa Pangaur dan Desa Bangunjaya. Namun, jika dilihat dari produksi pepaya yang dihasilkan, Kecamatan Rancabungur memiliki produksi pepaya paling tinggi dan produksi pepaya paling rendah dimiliki oleh Kecamatan Cijeruk dan Cibinong. Selain Kecamatan Jasinga, tiga kecamatan lainnya pun memiliki poktan. Daftar poktan yang membudidayakan pepaya di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 4 Daftar poktan di empat kecamatan tahun 2012 No Kecamatan 1 Cijeruk 2 Rancabungur 3 Jasinga
4 Cibinong
Desa Cipicung Cipelang Mekarsari Cikopomayak Pangaur Bangunjaya Sukahati
Poktan Medal Jaya Barokah Tani Tirta Mekar Bahagia Mekarwangi Darmabakti Sampora
Jenis Pepaya Bangkok Bangkok Calina Calina Calina Calina Lokal
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor (2014). Kecamatan Cijeruk memiliki dua poktan yang berada di dua desa yang membudidayakan pepaya bangkok. Kecamatan Cibinong memiliki satu poktan yang membudidayakan pepaya lokal. Dari keempat kecamatan tersebut hanya dua kecamatan yang membudidayakan pepaya calina yaitu Kecamatan Jasinga dan Rancabungur. Kecamatan Rancabungur memiliki sebuah desa yaitu Desa Mekarsari yang penduduknya membudidayakan pepaya terutama pepaya calina (california atau IPB-9). Desa Mekarsari memiliki satu poktan yang membudidayakan pepaya calina yaitu poktan Tirta Mekar yang dipimpin oleh Pak Kiki Wijarnako. Perumusan Masalah Poktan Tirta Mekar telah memasarkan pepaya calina ke gerai ritel moderen dan pasar tradisional. Poktan membagi saluran pemasaran pepaya calina
6 berdasarkan grade pepaya. Pepaya calina grade A dan B dipasarkan ke gerai ritel moderen sedangkan pepaya calina grade C dipasarkan ke pasar tradisional. Pemasaran pepaya calina berbeda dengan pepaya-pepaya jenis lainnya. Pepaya calina ini lebih sering dijual ke pasar moderen dibandingkan pasar tradisional. Pepaya calina lebih sering dipasarkan ke ritel moderen karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya bentuknya yang kecil dan rasanya yang manis disukai oleh konsumen dan pepaya calina tidak mudah busuk dibandingkan dengan pepaya jenis lainnya. Tujuan pasar yang berbeda tersebut tentunya akan memiliki perbedaan dalam hal saluran, margin dan efisiensi pemasaran. Pemasaran buah yang ditujukan ke pasar ritel moderen biasanya memerlukan proses seleksi yang ketat, tidak semudah di pasar tradisional. Buah harus diberi grading dan standarisasi untuk bisa masuk ke pasar ritel moderen. Hal tersebut disebabkan pasar moderen tidak mau menerima buah dengan kualitas rendah atau buruk, karena segmentasi dari pasar moderen itu sendiri adalah masyarakat kalangan menengah ke atas yang sangat fokus dengan mutu dan kualitas buah, sehingga hanya buah-buah pilihan yang bisa masuk ke pasar moderen. Dari penelitian yang dilakukan oleh World Bank (2007), pemasaran ke supermarket akan lebih menguntungkan bagi petani dan akan memberikan nilai tambah yang besar bagi produk tersebut. Sehingga sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti membuat hipotesis bahwa pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen akan lebih menguntungkan bagi petani dibandingkan ke pasar tradisional. Perrumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut; 1. Bagaimana perbedaan antara pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen (swalayan/supermarket/hipermarket) dengan pemasaran pepaya calina ke pasar tradisional? 2. Bagaimana pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya (ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional) bagi poktan Tirta Mekar? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini; 1. Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan ke pasar tradisional. 2. Menganalisis pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya bagi poktan Tirta Mekar. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti; 1. Para petani, dapat mengetahui pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya yang selama ini telah dilakukan dan juga dapat mengetahui pepaya lebih baik dipasarkan ke pasar ritel moderen atau pasar tradisional,
7
2. Penulis, dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi, 3. Pihak lain, dapat menambah wawasan dan informasi sekaligus dapat menjadi referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini terbatas pada; (1) pepaya calina segar, (2) penelitian analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional pada poktan Tirta Mekar fokus hanya pada poktan tersebut yang menjadi objek penelitian. Analisis melibatkan petani produsen dan supermarket atau swalayan yang menjadi tempat pemasaran pepaya calina. (3) penelitian ini menggunakan analisis tataniaga atau pemasaran yang mengkaji saluran, fungsi dan efisiensi pemasaran pepaya calina. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Departemen Pertanian5, terdapat beberapa jenis pepaya yang sering dibudidayakan oleh petani sebelum pepaya calina diteliti. Jenis pepaya tersebut antara lain yaitu pepaya jingga, pepaya semangka, pepaya mexico dan pepaya bangkok. Pepaya jingga memiliki karakteristik kulit buah berwarna kuning, daging buah berwana merah, banyak mengandung air, dan cukup manis, berat per buah sekitar 1.50 kg dan cukup tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan. Pepaya semangka memiliki karakteristik kulit buah berwarna kuning menarik, daging buah berwarna merah semangka, banyak mengandung air, dan berasa manis, buah berbentuk bulat seperti semangka, berat per buah sekitar 1 kg dan agak tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.Pepaya meksiko sering disebut juga pepaya solo atau pepaya tunggal karena memiliki ukuran buah yang kecil dan hanya cukup untuk satu orang. Jenis pepaya ini memiliki karakteristik buah berbentuk seperti avokad, bulat berleher, daging buah berwarna kuning dengan rasa manis, berat per buah sekitar 0.5 kg dan tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.Pepaya bangkok memiliki karakteristik buah berbentuk seperti pepaya cibinong, namun lebih bulat dan lebih besar, kulit buah kasar dan tidak rata atau berbenjol-benjol, daging buah berwarna jingga kemerahan, keras, dan memiliki rasa manis dan berat per buah sekitar 3.5 kg. Hal yang membedakan pepaya calina dengan pepaya lainnya yaitu pepaya calina lebih sedikit mengandung air dibandingkan pepaya lainnya. Tekstur daging buah agak keras, tidak terlalu lembek. Hal tersebut yang menyebabkan pepaya calina bisa dijual ke supermarket. Dengan kandungan air yang sedikit menyebabkan pepaya calina tidak mudah busuk. Varietas pepaya calina merupakan varietas pepaya yang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai menengah dengan ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut. Varietas pepaya calina telah diresmikan oleh Menteri Pertanian RI pada tanggal 26 Mei 20106. Buah pepaya calina mempunyai 5)
Budidaya Pepaya [Internet].[diunduh Maret 2014].cybex.deptan.go.id Bibit Pepaya IPB [Internet]. [diunduh Maret 2014]. Tersedia http://bibitpepayaipb.indonetwork.co.id/3786822 6)
pada
8
bobot sekitar 1 kilogram per buah, berbentuk silindris, berukuran besar dengan panjang sekitar 23-24 cm dan diameter buah sekitar 9 cm. Karakteristik buah pepaya calina yang lainnya adalah daging buahnya berwarna jingga dengan rasa manis dan kulit buah berwarna hijau lumut. Produktivitas varietas pepaya calina ini adalah 69 – 79 ton per hektar per 4 bulan. Pepaya calina IPB-9 memiliki ciri khusus pada permukaan kulit buahnya yang sangat bagus dan berwarna hijau. Bila dibelah daging buahnya berwarna Jingga kemerahan yang lezat. Daging buahnya tebal dan lembut. Bobotnya 1.5 kg. Deskripsi lain mengenai karakteristik dari tanaman pepaya calina ini 7
yaitu ; Benihnya butiran berbentuk lonjong lebih kecil dibanding benih pepaya bangkok. Jika di semai daunnya pun ada perbedaannya warnanya. Kehijauan muda dan umur di bawah tujuh bulan ujung daun sebagian ada kuncirnya yang menjulang pendek di atas daun. Batang beruas pendek dan berpelepah seperti daun pepaya lainnya. Setelah usia sekitar tiga bulan mulai bermunculan bunga. Setiap tangkai banyak bermunculan dua jenis bunga yaitu bunga tidak bisa berbuah (kembang paes) dan bunga bisa berbuah. Kemampuan berbuah lebat. Jika di biarkan semua berbuah perpohon bisa sampai 30 hingga 50 buah. Maka harus dilakukan sortasi atau penjarangan, supaya berbuah yang seperti kita harapkan. Warna kulit luar hijau cerah jika buah menjelang masak warna kekuningan mulai muncul di sekitar tangkai. Warna daging dalamnya merah cerah . Rasa buahnya manis. Pengolahan tanpa tambahan pupuk pemanis bisa mencapai brik berkisat 10, jika di olah dengan pupuk pemanis bisa mencapai brik 14 manis lezat dan kesat. Daya tahan buah jika di simpan tanpa di bantu pengawet bisa bertahan hingga lima hari. Selain itu, pepaya adalah buah yang tersedia sepanjang tahun (berbuah tidak mengenal musim. Hal tersebut menyebabkan pasar ritel moderen mau menjual buah pepaya calina di tokonya. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pepaya calina disukai oleh konsumen kalangan menengah atas yang berbelanja di ritel moderen dan konsumen kalangan menengah bawah yang berbelanja di pasar tradisional. Hal tersebut menyebabkan pepaya calina dipasarkan ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Selain pepaya calina, tentunya terdapat buah dan sayur yang dipasarkan ke dua pasar tersebut yaitu pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Buah dan sayur tersebut antara lain mangga, jeruk, manggis, jambu kristal dan tomat. Umumnya, untuk kasus setiap komoditi, petani individu tidak bisa menjual langsung hasil panennya ke supermarket atau pasar induk. Hal tersebut dikarenakan petani sering terkendala masalah transportasi dan kuantitas panen yang dihasilkan. Sehingga oetani membutuhkan lembaga pemasaran seperti kelompok tani atau pedagang pengumpul. Setiap komoditi juga memiliki perbedaan tersendiri dalam sistem pemasarannya ke ritel moderen dan pasar tradisional.
7)
Ciri khas tanaman pepaya california IPB-9 berbuah lebat [Internet].[diunduh Maret 2014]. Tersedia pada http://agrobuah.com/ciri-khas-tanaman-pepaya-california-ipb9berbuah-lebat/.HTML
9
Perbedaan pemasaran buah mangga ke pasar moderen dan tradisional dapat dilihat dari sisi kualitas, kuantitas, harga, sistem pembayaran, sortasi dan pengemasan. Hal tersebut telah diteiliti oleh Supriatna (2005) di daerah Jawa Barat yang menjadi sentra mangga yaitu Kabupaten Majalengka dan pada tahun 2006 di Kabupaten Cirebon. Semua petani mangga menjual mangganya ke pedagang pengumpul terlebih dahulu. Para petani tidak bisa menjual mangganya langsung ke pasar induk karena terkendala beberapa hal seperti volume mangga dan kontinuitas pengiriman. Para petani mangga tidak tergabung dalam poktan. Supermarket hanya mau menerima mangga yang memiliki grade A atau B. Agar mangga bisa masuk ke supermarket, agen atau pedagang pengumpul harus menjual mangga ke perusahaan yang terdaftar sebagai supplier di supermarket tersebut. Mangga yang dibeli dari supplier, kemudian disortasi lagi oleh supermarket. Umumnya, supermarket menerima 95 persen mangga dan sisanya sebesar 5 persen dikembalikan kepada supplier. Mangga grade C dijual ke pasar tradisional yang berada Majalengka, Sumedang, Cirebon dan Indramayu. Mangga grade C berkualitas rendah, cepat busuk dan banyak cacat pada buah sehingga harus langsung sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, rantai pemasaran mangga grade C lebih pendek jika dibandingkan dengan mangga grade A dan B. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pasar tradisional yaitu pembayaran pengambilan pertama dibayar pada pengambilan kedua. Jadi, supplier para pedagang tradisional harus kontinu memasok mangga jika ingin dibayar. Supermarket menggunakan sistem pembayaran nota. Pasar tradisional hanya melakukan sortasi tetapi tidak melakukan pengemasaan sedangkan supermarket melakukan sortasi dan pengemasan. Nurasa dan Hidayat (2008) meneliti pemasaran jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jeruk dari Karo tersebut dipasarkan hingga ke luar pulau Sumatra. Para petani terkadang memanen sendiri jeruk mereka atau pembeli (pedagang pengumpul) yang memanen jeruknya sendiri. jeruk medan tersebut biasa diklasifikasikan menjadi kelas A, AB, B, C dan D atau unyil dan kelas guli (anak jeruk). Perbedaan pemasaran jeruk ke pasar moderen dan pasar tradisional terlihat pada kualitas jeruk. Pasar moderen menginginkan jeruk yang berkualitas grade A. Namun, karena jeruk grade A yang dihasilkan semakin sedikit, tidak jarang jeruk grade AB diklasifikasikan menjadi jeruk grade A. Pasar moderen yang lebih banyak dituju ialah pasar moderen yang berada di Jakarta atau Pulau Jawa. Agar jeruk dapat sampai ke supermarket, jeruk biasanya disalurkan ke pasar induk yang ada di daerah Jabodetabek. Dari pasar induk tersebutlah kemudian supplier supermarket membeli jeruk. Jeruk yang biasa dijual oleh para pedagang di pasar tradisional yaitu sebagian kecil grade B dan sebagian besar grade C. Firdaus dan Wagiono (2006) menganalisis pemasaran buah manggis di Desa Karacak (Bogor), Desa Babakan (Purwakarta) dan Kecamatan Guguk, Sumatera Barat. Dari hasil penelitiannya, perbedaan pemasaran buah manggis ke supermarket dan pasar tradisional dapat dilihat pada kuantitas buah manggis dan rasio kenutungan terhadap biaya. Pedagang pengecer membeli manggis dari pemasok sebanyak 45 persen sedangkan supermarket hanya membeli sebanyak 15 persen manggis dari pemasok. Sisanya sebanyak 40 persen dibeli oleh eksportir. Saluran pemasaran manggis dari petani ke pemasok lalu ke supermarket memiliki
10
rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar daripada saluran ke pasar tradisional (untuk Desa Babakan dan Desa Karacak) yaitu sebesar 3.21 dan 5.99. World Bank (2007) meneliti rantai pemasaran tomat dari Jawa Barat (Cikajang, Lembang, Cisurupan, Pengalengan, Cigedug, Pasir Wangi, Ciwidey dan Pasir Jambu) ke pasar ritel moderen maupun pasar tradisional yang ada di Jakarta. Tim peneliti World Bank mengambil responden sebanyak 586 petani tomat. Perbedaan pemasaran tomat ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional yaitu terletak pada kualitas tomat, harga tomat, fungsi pemasaran yang dilakukan dan biaya pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat lima saluran pemasaran tomat dari Jawa Barat ke Jakarta. Dua saluran pemasaran ke supermarket dan tiga saluran pemasaran ke pasar tradisional. Tomat yang dipasarkan ke supermarket selalu disortir terlebih dahulu oleh petani. Supermarket hanya mau membeli tomat grade A dan B. Tomat yang dipasarkan ke pasar tradisional tidak disortir terlebih dahulu. Pedagang pengumpul membeli secara borongan. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, rantai pemasaran ke supermarket menciptakan nilai tambah yang besar yaitu Rp 3.2-3.8 juta per ton sedangkan nilai tambah yang diciptakan akibat memasarkan tomat ke pasar tradisional sebesar Rp 1.6-1.9 juta per ton. Dari kelima saluran, saluran pertama yang memiliki nilai tambah terbesar yaitu sebesar Rp 3.7-3.8 juta per ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani lebih baik memasarkan tomatnya ke supermarket daripada ke pasar tradisional karena akan menciptakan nilai tambah yang besar. Purba (2008) meneliti pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya calina di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa di kedua desa tersebut terdapat dua saluran pemasaran pepaya calina yaitu (1) petani-supplier atau pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen akhir, (2) petani-pabrik. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh orang petani pepaya calina. Para petani yang ada di kedua desa tersebut tidak tergabung dalam kelompok tani sehingga mereka memasarkan pepaya secara individu. Farmer’s share yang diperoleh petani pada saluran pertama sebesar 25.33 persen sedangkan untuk saluran kedua farmer’s share-nya sebesar 100 persen karena petani langsung menjual pepayanya ke pabrik. Margin pemasaran pada saluran satu sebesar Rp 5 600 dan margin saluran kedua sebesar Rp 1 743.70. Rasio keuntungan terhadap biaya untuk saluran satu sebesar 4.39 dan rasio untuk saluran kedua sebesar 8.73. Berdasarkan kriteria efisiensi pemasaran, saluran yang paling efisien adalah saluran kedua karena mempunyai farmer’s share dan rasio yang terbesar dibandingkan dengan saluran satu. Perbedaan antara pemasaran pepaya pada saluran satu dan saluran dua yaitu terletak pada, harga, fungsi dan biaya pemasaran. Saluran pertama, petani menjual pepaya dengan harga Rp 1 900 per kilogram sedangkan pada saluran kedua petani menjual pepayanya ke pabrik dengan harga Rp 2 200 per kilogram. Fungsi-fungsi pemasaran lebih banyak dilakukan oleh pedagang pengumpul atau supplier yang menyuplai pepaya ke supermarket. Pepaya dibersihkan, diberi label dan dibungkus dengan kertas koran agar tidak rusak sedangkan pepaya yang dijual ke pabrik tidak diberi label,dibersihkan atau dibungkus dengan koran. Perbedaan fungsi pemasaran tersebut akan menimbulkan perbedaan biaya.
11
Saleh (2013) meneliti saluran pemasaran jambu kristal di Cikarawang. Para petani jambu kristal di Desa Cikarawang ada yang menjual jambunya ke ICDF dan ada yang menjual ke pedagang pengumpul. Perbedaan pemasaran jambu kristal ke supermarket dan pasar tradisional yaitu terletak pada lembaga pemasaran, kualitas, harga, sistem pembayaran, fungsi dan biaya pemasaran. Petani tidak bisa menjual langsung jambunya ke supermarket. Oleh karena itu, petani bekerja sama dengan ICDF. ICDF memasarkan jambu kristal ke supermarket di Kota Bogor. ICDF membeli jambu kristal berdasarkan grade. Jambu kristal grade A dibeli dengan harga Rp 15 000 per kilogram, grade B dibeli dengan harga Rp 7 000 per kilogram dan grade C dijual dengan harga Rp 5 000 per kilogram. ICDF kemudian menjual jambu kristal ke pasar moderen dengan harga Rp 20 000 per kilogram. Jambu kristal yang dijual kepada pedagang di pasar tradisional tanpa grade. Petani menjual jambunya dengan harga Rp 8 000 per kilogram. Pedagang pengecer tersebut menjual jambunya pada konsumen akhir dengan harga Rp 15 000 per kilogram. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pasar moderen yaitu sistem pembayaran tempo sedangkan pedagang pengecer di pasar tradisional menggunakan sistem pembayaran secara tunai. Perbedaan penelitian analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional pada poktan Tirta Mekar ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis perbedaan tujuan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Perbedaan tersebut dianalisis menggunakan saluran, fungsi, margin, farmer’s share dan rasio kenutungan terhadap biaya. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis pengaruh perbedaan tujuan pemasaran tersebut bagi petani pepaya calina. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Pemasaran Sistem agribisnis terdiri dari subsistem hulu, on farm, hilir (pengolahan dan pemasaran) serta dibantu oleh subsistem penunjang. Jika ditinjau dari aspek bisnis, maka yang perlu menjadi landasan petani atau pebisnis dalam usahanya adalah pasar. Para petani harus cerdas dalam melihat keadaan pasar konsumennya. Langkah pertama adalah memperhatikan peluang yang ada di pasar, kemudian baru memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Pemasaran agribisnis dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan dari produsen ke konsumen akhir (Said dan Intan 2001). Saat ini, hanya sedikit produsen yang memilih untuk memasarkan produk mereka langsung kepada konsumen akhir. Biasanya, mereka menggunakan perantara dalam memasarkan produk mereka atau mereka membentuk saluran pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2008). Saluran pemasaran atau saluran distribusi merupakan sekelompok organisasi yang bertugas untuk menyalurkan produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Pemasaran produk-produk agribisnis menganalisis semua aktivitas bisnis dalam menyalurkan
12
produk dari petani produsen primer hingga sampai ke tangan konsumen akhir untuk dikonsumsi (Purcell (1979) dalam Asmarantaka (2012)). Asmarantaka (2012) meninjau pengertian pemasaran dari dua aspek, yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Jika ditinjau dari aspek ilmu ekonomi, pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi-fungsi tersebut merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir. Jika ditinjau dari aspek ilmu manajemen, pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan hal yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran buah segar Pemasaran buah segar lebih kompleks dan berisiko tinggi, mengingat buah merupakan produk pertanian yang memiliki karakteristik mudah rusak, volume banyak dan produksinya yang musiman (Gandhi dan Nambodhiri, 2004). Sebenarnya dalam praktek, buah dan sayuran segar dipasarkan secara berbeda jika dibandingkan dengan produk olahan. Hal tersebut disebabkan karakteristik buah segar yang akan mudah rusak jika tidak ditangani dengan baik. Perbedaan antara saluran tataniaga buah yang akan dikonsumsi oleh konsumen akhir dengan saluran tataniaga buah yang akan diolah di pabrik menjadi produk turunan yaitu terletak pada panjangnya saluran dan storage atau penyimpanan. Buah yang akan diolah lebih lanjut biasanya memiliki saluran tataniaga yang pendek yaitu para petani langsung menjual ke pabrik pengolahan (Kohls dan Uhls,2002) sedangkan buah yang akan dikonsumsi segar memiliki saluran tataniaga yang panjang dan kompleks. Fungsi-fungsi dalam pemasaran Pendekatan fungsi mengkaji aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran guna menciptakan nilai tambah pada produk yang akan disalurkannya ke konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Terdapat tiga fungsi yang biasanya dilakukan oleh lembaga pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Pendekatan fungsi ini akan membantu pemahaman mengenai perbedaan biaya pemasaran pada komoditi pertanian yang beragam (Kohls dan Uhl,2002). Misalnya, produk yang mudah rusak akan membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan produk yang tidak mudah rusak. Fungsi pertukaran (exchange function) yaitu aktivitas dalam perpindahan hak milik. Misalnya perpindahan produk dari petani ke pedagang pengumpul besar. Aktivitas yang termasuk ke dalam fungsi pertukaran yaitu pembelian, penjualan dan pengumpulan. Fungsi fisik (physical function) adalah aktivitas yang mengubah produk primer menjadi produk turunannya. Misalnya jambu, oleh pabrik jus, jambu dari petani diolah menjadi jus jambu kemasan siap minum, sehingga jeruk mempunyai nilai tambah. Fungsi fisik ini terdiri dari aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, pabrikan dan pengemasan (Kohls dan Uhl,2002). Aktivitas
13
penyimpanan fokus pada cara membuat produk pertanian tersedia sepanjang waktu atau aktivitas menyimpan produk hingga produk tersebut siap untuk diolah. Aktivitas pengankutan fokus pada cara membuat produk pertanian tersedia di berbagai tempat, tempat konsumen berada. Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah rute transportasi dan biaya transportasi. Fungsi fasilitas (facilitating function) adalah fungsi yang akan memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik yang akan dijalankan oleh lembaga pemasaran. Fungsi fasilitas ini terdiri dari aktivitas standarisasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan intelijen pemasaran (Kohls dan Uhl,2002). Aktivitas standarisasi adalah aktivitas yang mengelompokkan produk berdasarkan kualitas dan kuantitas yang diinginkan oleh konsumen berdasarkan standar yang berlaku. Aktivitas pembiayaan adalah cara mengalokasikan dana atau uang yang ada untuk membiayai aspek-aspek dalam pemasaran. Aktivitas penanggungan risiko adalah cara pelaku tataniaga menghadai risiko kehilangan yang mungkin akan terjadi. Risiko dalam hal ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu risiko fisik dan risiko pasar. Risiko fisik biasanya terjadi karena kerusakan produk yang diakibatkan kebakaran, kecelakaan, badai, atau gempa bumi. Risiko pasar terjadi karena terjadi perubahan nilai pada produk yang telah kita pasarkan. Intelijen pemasaran bertugas untuk mengumpulkan dan mengiterpretasi semua data mengenai pasar yang akan memperlancar proses pemasaran. Farmer’share Farmer’share merupakan presentase harga yang ditermia petani dibandingkan dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir di tingkat ritel atau porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani (Asmarantaka, 2012). Umumnya, besaran farmer’s share dan marjin pemasaran berbeda-beda antar komoditi pertanian tergantung pada biaya yang dikeluarkan akibat melakukan fungsi-fungsi tataniaga untuk memberikan nilai tambah pada komoditi tertentu. Efisiensi dan margin pemasaran Secara teori, efisiensi pemasaran terjadi pada pasar yang mempunyai struktur pasar persaingan sempurna (PPS) yang pembeli dan penjual sama-sama memiliki alternatif dalam membeli produk maupun memasarkan produknya. Namun, dalam kenyataan, tentunya tidak ada pasar yang benar memiliki struktur persaingan sempurna. Menurut Asmarantaka (2012), ukuran efisiensi pemasaran adalah adanya kepuasan dari konsumen, produsen dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan produk dari produsen hingga ke konsumen akhir. Efisiensi pemasaran dapat diukur dengan menghitung margin pemasaran dan rasio profit dengan biaya. Margin pemasaran adalah selisih harga produk di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Pengertian dari marjin yang lebih kompleks adalah, marjin merupakan cerminan dari fungsi-fungsi (pertukaran, fisik dan fasilitas) yang telah dilakukan oleh lembaga pemasaran. Artinya, marjin merupakan kumpulan balas jasa akibat dilakukannya kegiatan produktif dalam mengalirnya produk-produk agribisnisdari tingkat petani produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir.
14
Analisis margin pemasaran ini sering digunakan untuk menganalissi sistem pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis pemasaran produk (terutama produk pertanian) mulai dari petani produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Biasanya margin setiap saluran tataniaga berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan perlakuan atau penanganan produk sehingga terdapat perbedaaan biaya. Marjin pemasaran (dilihat dari perspektif makro atau sistem pemasaran) menggambarkan kondisi pasar ditingkat lembaga-lembaga yang berbeda, minimal terdapat dua tingkat pasar, yaitu pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen akhir. Namun, terdapat asumsi yang berlaku, yaitu struktur pasar di setiap tingkat adalah pasar yang kompetitif atau pasar persaingan sempurna, sehingga kurva supply dan demand di setiap pasar mempunyai slope yang sama dan jumlah transaksi (di setiap tingkat pasar) juga sama. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Price Farm Supply
A
Retail price
x Farm price
C B
y
Q0
Retail Supply
Quantity
Gambar 1 Marjin Pemasaran Sumber: Kohls dan Uhl (2002) Menurut Kohls dan Uhl (2002), terdapat dua hal penting dalam memperbaiki efisiensi pemasaran yaitu transportasi dan pencegahan kehilangan (preventing loss). Transportasi memiliki peranan yang penting dalam menyalurkan buah segar ke tangan konsumen. Biasanya transportasi yang sering digunakan dalam menyalurkan buah segar adalah truk dan kereta api. Pencegahan kehilangan (preventing loss) sering terjadi karena kesalahan penanganan buah pasca panen. Hal tersebut biasanya terjadi karena temperatur yang tidak sesuai, waktu tunggu dan pengiriman yang lambat, buruknya cara pengepakan (packaging), dan buruknya koordinasi dengan pasar.
15 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional pada Poktan Tirta Mekar ini dilakukan dengan menggunakan analisis pemasaran atau analisis tataniaga yaitu dengan cara snowball. Pepaya calina yang dimiliki oleh petani poktan diikuti alur pemasarannya hingga ke pasar ritel moderen (swalayan atau supermarket). Tentunya, terdapat beberapa saluran pemasaran pepaya calina di Poktan Tirta Mekar. Tentunya, terdapat perbedaan dalam pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Perbedaan tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis tataniaga atau analisis pemasaran yang mengidentifikasi saluran, fungsi, margin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Untuk menghitung efisiensi pemasaran yang telah dilakukan oleh masing-masing saluran, perlu diidentifikasi terlebih dahulu lembaga-lembaga yang terlibat dalam tiap saluran, fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut dan biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran terkait untuk melakukan fungsi pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat dihitung menggunakan perhitungan margin pemasaran dan rasio profit terhadap biaya.
16
Pemasaran pepaya calina di Poktan Tirta Mekar
Pasar ritel moderen
Pasar tradisional
Analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional
Gambar 2 Kerangka Operasional Analisis perbedaan:
Saluran pemasaran Fungsi pemasaran Margin pemasaran Farmer’s share Rasio keuntungan terhadap biaya
Rekomendasi
Gambar 2 Kerangka Operasional
17
METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis perbedaan pemasaran pepaya calinake pasar ritel moderen dan pasar tradisional ini dilakukan di salah poktan yang berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur yaitu poktan Tirta Mekar. Penelitian ini akan berlangsung sekitar 2 bulan, mulai dari bulan Februari 2014 hingga April 2014. Sumber, Jenis Dan Metode Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersumber dari para petani dan pedagang pepaya calina yang ada di saluran pemasaran. Jenis data yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dengan para petani dan pedagang di saluran tersebut dengan menggunakan panduan kuesioner. Data sekunder berasal dari literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini dan juga dari lembaga-lembaga seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Metode sampling yang digunakan yaitu snowball sampling. Metode Analisis Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya untuk menentukan saluran pemasaran pepaya calina yang paling efisien. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap saluran tataniaga. MT = Pr – Pf= biaya-biaya + lembaga = ∑ Keterangan : MT : marjin total, Pr : harga di tingkat konsumen akhir, Pf : harga di tingkat petani produsen, lembaga : profit lembaga pemasaran akibat adanya sistem pemasaran, Mi : marjin pemasaran di tingkat lembaga ke-i, dimana i=1,2,3,.....,n. Selain menggunakan perhitungan margin, efisiensi dapat juga dihitung menggunakan rumus atau profit dibagi dengan biaya. Dengan menghitung margin dan rasio profit terhadap biaya, maka dapat ditentukan, saluran pemasaran jeruk impor yang sudah efisien dan yang belum efisien. Farmer’s share : (Pr/Pf) x 100% Keterangan Pr : harga di tingkat ritel Pf : harga di tingkat petani produsen
18
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Poktan Tirta Mekar terbentuk sejak tahun 1989. Saat itu, poktan diketuai oleh Pak Edi. Namun, kegiatan poktan kurang berjalan dengan baik. Nama poktan ada, namun tidak ada kegiatan. Kemudian, Pak Edi memberikan jabatan ketua poktan kepada anaknya yaitu Pak Kiki Wijanarko. Poktan Tirta Mekar mulai kembali aktif pada tahun 2010. Berikut ini adalah struktur organisasi poktan tirta mekar; KETUA Kiki Wijanarko
BENDAHARA
SEKRETARIS
Edy Suyanto
M. Ruslan
HUMAS
REGU PENGENDALI HAMA
PEMASARAN
Kiki W.
Kurnia Manaf
Gambar 3. Struktur Organisasi Poktan Tirta Mekar Selain sebagai tempat untuk berorganisasi, poktan Tirta Mekar juga berperan sebagai lembaga pemasaran pepaya calina bagi para petani anggota. Poktan juga mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam menentukan harga jual pepaya. Hal tersebut dikarenakan poktan memberi fasilitas bibit pepaya calina dan pupuk kepada para petani anggota, sehingga harga jual pepaya ditentukan oleh poktan. Oleh karena itu, petani dan poktan telah membuat kesepakatan bahwa pepaya calina harus dijual seluruhnya kepada poktan, tidak ke lembaga pemasaran lain. Fungsi-fungsi dalam pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas juga lebih banyak dilakukan oleh poktan dibandingkan dengan individu petani pepaya. Para petani memperoleh beberapa manfaat engan bergabungnya mereka ke dalam poktan Tirta Mekar yaitu mendapat fasilitas bibit pepaya dan pupuk, mendapat kepastian pasar karena poktan sudah bekerjasama dengan supermarket dan pedagang pepaya calina sehingga petani tidak kebingungan menjual pepayanya.
19
Hingga saat ini, poktan Tirta Mekar memiliki anggota sebanyak 14 orang. Petani-petani yang tergabung dalam poktan tersebut adalah petani-petani yang membudidayakan pepaya calina atau pepaya IPB-9. Karakteristik dari petani yang berada di poktan Tirta Mekar dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Karakteristik petani Poktan Tirta Mekar Karakteristik Petani Jumlah Jenis Kelamin Laki-Laki 11 Orang Usia 26-35 Tahun 5 Orang 36-45 Tahun 4 Orang 51-60 Tahun 1 Orang 61-75 Tahun 1 Orang Total 11 Orang Pendidikan Tamat SD 6 Orang Tamat SMP 3 Orang Tamat SMA 2 Orang Total 11 Orang Pengalaman Bertani <5 Tahun 3 Orang 5-15 Tahun 5 Orang 24-27 Tahun 3 Orang Total 11 Orang Lama Usahatani Pepaya <5 Tahun 3 Orang 5-15 Tahun 7 Orang >20 Tahun 1 Orang Total 11 Orang Sumber : Data primer (diolah), 2014.
Presentase 100% 45% 36% 9% 9% 100% 55% 27% 18% 100% 27% 45% 27% 100% 27% 64% 9% 100%
Jumlah petani yang aktif adalah 11 orang. Seluruh petani berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah. Usia petani lebih banyak pada 26-35 tahun (sebanyak 45%). Sebanyak 55% petani adalah lulusan sekolah dasar (SD). Selain itu, untuk pengalaman bertani lebih banyak pada interval 5-15 tahun, sama halnya dengan waktu (lamanya) usahatani pepaya. Selain berprofesi sebagai petani pepaya, para petani tersebut mempunyai pekerjaan sampingan seperti pedagang kecil-kecilan. Menurut ketua poktan, sebenarnya dahulu banyak petani yang membudidayakan pepaya. Namun saat ini hanya sedikit yang membudidayakan pepaya. Petani pepaya yang tergabung dalam poktan pun dahulu bisa mencapai 20-an orang, tetapi saat ini hanya 11 orang. Menurut ketua poktan, permintaan akan pepaya calina di pasar cukup tinggi, sehingga mereka membudidayakan pepaya tersebut. Namun, yang menjadi
20
kendala dalam budidaya pepaya adalah serangan hama penyakit yang belum ada obatnya. Ketua poktan bahkan pernah mengalami gagal panen karena tanaman pepaya seluas dua hektare mati terserang penyakit. Hal tersebutlah yang menyebabkan jarang sekali ditemui kebun pepaya dalam satu hamparan luas. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi risiko tanaman terkena penyakit. Meskipun risiko yang dihadapi oleh para petani cukup tinggi, namun para petani di poktan Tirta mekar tidak putus asa untuk terus membudidayakan pepaya calina. Poktan Tirta Mekar ini dapat dikatakan berhasil dalam pemasaran pepaya calina. Poktan mampu memasarkan pepaya kepada Total Buah Segar, Supermarket Ngesti, Toko Istana Buah Segar, dan Alfamidi. Poktan dapat memasarkan pepaya ke Alfamidi berkat bantuan dari Dinas Pertanian dan penyuluh terkait, sedangkan untuk toko buah moderen lainnya, itu merupakan usaha coba-coba poktan untuk memasarkan pepaya calina ke toko-toko buah moderen yang telah disebutkan tadi. Selain ke toko-toko tersebut, poktan juga menjual pepaya kepada pedagang besar yang ada di Mangga Dua. Kemudian pedagang besar tersebut memasarkan pepaya calina ke mall-mall moderen yang ada di Jakarta seperti Sogo dan Trans Market. Data anggota poktan Tirta Mekar beserta luas lahan dan jumlah pohon pepaya yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Luas lahan dan jumlah pohon pepaya anggota Tirta Mekar No
Nama
1 Abdul Manaf 2 Edi 3 Kurniadi 4 Musa 5 Kamal 6 Didin S 7 Aning 8 M. Ruslan 9 Samad 10 Kurnia 11 Kiki Sumber : Data Primer (2014)
Luas Lahan (m2) 500 27 500 2 000 1 800 1 000 1 000 3 000 5 000 1 700 2 000 20 000
Jumlah Pohon Pepaya (Pohon) 150 3 800 300 275 300 300 500 700 250 500 3 000
Para petani yang tergabung di poktan Tirta Mekar tidak semuanya memiliki lahan. Anggota yang berjumlah 14 orang terdiri dari 11 orang pekerja yang juga mempunyai lahan, 2 orang pekerja yang tidak punya lahan dan 1 orang bekerja di pasar. Sehingga identitas petani yang tertera di tabel hanya 11 orang. Semua anggota poktan Tirta Mekar berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah. Menurut petani, setiap 0.5 hektare lahan terdiri dari 700 pohon pepaya. Namun, karena ada pohon pepaya yang terkena penyakit dan harus ditebang agar penyakit tidak menular ke pohon lainnya, jumlahnya mungkin kurang dari 700 pohon.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Saluran dan Fungsi Pemasaran Pepaya calina yang berasal dari para petani poktan selalu dipasarkan melalui poktan Tirta Mekar. Dalam hal ini, poktan juga berperan sebagai lembaga pemasaran. Alasan petani harus menjual pepaya ke poktan adalah memang sudah ada kesepakatan di awal antar seluruh anggota poktan dan petani sering dibantu dalam hal pengadaan bibit dan pupuk. Semua pepaya hasil panen dijual ke poktan tanpa melalui proses sortasi atau petani lebih sering menyebutnya dengan sistem borongan. Pepaya calina para petani diberi harga Rp 2 000-2 500 per kilogram. Namun karena pada bulan Januari-Februari hasil panen pepaya calina sedang sedikit, pepaya calina dibeli dengan harga Rp 2 500 per kilogram. Para anggota poktan Tirta Mekar juga bekerja sebagai karyawan di poktan Tirta Mekar. Ada yang bekerja untuk memetik pepaya, menyortasi pepaya, mengemas pepaya hingga mengantarkan pepaya ke tujuan pembeli. Para pelaku pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran pepaya calina ini yaitu; Poktan Tirta Mekar Selain berfungsi sebagai wadah bagi para petani untuk berorganisasi, poktan tersebut juga berfungsi sebagai lembaga pemasaran. Poktan Tirta Mekar dapat juga disebut sebagai pedagang pengumpul tingkat desa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua petani pasti menjual pepayanya kepada poktan. Petani menjual pepayanya kepada poktan tanpa melalui proses sortasi. Namun, poktan menjual pepaya dengan melakukan sortasi terlebih dahulu. Pepaya yang telah dipanen dibedakan menjadi grade A, grade B dan grade C. Pepaya calina grade A memiliki bobot antara 1-1.7 kilogram. Pepaya calina grade B memiliki bobot antara 700-900 gram. Pepaya calina grde C memiliki bobot dibawah 700 gram dan terdapat sedikit cacat pada kulit luar. Pedagang besar Terdapat satu pedagang besar yang terlibat dalam pemasaran pepaya calina yaitu pedagang besar di Jakarta yang biasa memasarkan pepaya calina grade A. Swalayan Alfamidi Poktan Tirta Mekar dapat memasarkan pepaya calina ke Alfamidi berkat bantuan dari Dinas Pertanian. Biasanya, ada pegawai khusus yang mengantarkan pepaya calina ke gudang Alfamidi di Tangerang. Total Buah Segar Total Buah Segar adalah swalayan yang menjual buah-buahan dan sayuran segar impor maupun lokal. Toko tersebut terletak di Jalan Soleh Iskandar, Bogor. Total Buah Segar biasa memasarkan pepaya calina grade A. Istana Buah Segar Istana buah segar merupakan swalayan yang menjual buah-buahan segar impor dan lokal. Toko tersebut terletak di daerah Bondongan, Bogor Selatan. Menurut pengelola toko, buah pepaya calina adalah buah yang
22
paling laris di toko tersebut dan dicari banyak konsumen. Toko tersebut biasa memasarkan pepaya calina grade B. Ngesti Supermarket Ngesti merupakan supermarket yang menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk buah pepaya calina. Supermarket Ngesti terletak di Baranangsiang, Bogor. Supermarket Ngesti biasa memasarkan pepaya calina grade B. Pedagang pengecer Pedagang pengecer di Pamulang yang biasa memasarkan pepaya calina grade B, pedagang pengecer di Tangerang dan Kemang yang biasa memasarkan pepaya calina grade C. Berdasarkan identifikasi di lapangan, saluran pemasaran pepaya calina berdasarkan grade A, B dan C yang dimiliki oleh Poktan Tirta Mekar, yaitu; Pepaya calina dari poktan
Pepaya calina dari Jasinga
Pepaya calina dari Pelabuhan Ratu
Poktan Tirta Mekar
Grade A: 1. Total Buah Segar 2. Alfamidi 3. Pedagang besar Jakarta
Grade B: 1. Ngesti 2. Istana Buah Segar 3. Pedagang di Pamulang 4. Pameran
Grade C: 1. Pedagang di Tangerang 2. Pedagang di Kemang
Konsumen Akhir
Gambar 4 Alur pemasaran pepaya calina pada Tirta Mekar Keterangan: : saluran pemasaran pepaya grade A
23
: saluran pemasaran pepaya grade B : saluran pemasaran pepaya grade C Saluran pemasaran pepaya calina grade A Jumlah pepaya calina yang dihasilkan oleh poktan Tirta Mekar pada bulan Januari sampai Februari berjumlah 12 674 kilogram pepaya (12.674 ton pepaya). Dari hasil panen tersebut, menurut petani biasanya terdiri dari grade A sebanyak 40 persen (5069.6 kilogram pepaya), grade B sebanyak 30 persen (3802.2 kilogram pepaya) dan grade C sebanyak 30 persen (3802.2 kilogram pepaya). Selama bulan Januari-Februari 2014, poktan Tirta Mekar membeli pepaya calina dari Jasinga sebanyak 8 kali (satu kali per minggu selama dua bulan). Pepaya calina yang dibeli setiap minggu berjumlah 600 kilogram dan dibeli dengan harga Rp 4 800 per kilogram untuk grade A dan pepaya grade B dibeli dengan harga Rp 3 500 per kilogram. Selain dari Jasinga, selama bulan JanuariFebruari 2014, poktan Tirta Mekar membeli pepaya calina dari Pelabuhan Ratu sebanyak 8 kali (satu kali per minggu selama dua bulan). Pepaya calina yang dibeli setiap minggu berjumlah 1 500 kilogram dan dibeli dengan harga Rp 4 800 per kilogram dan Rp 3 500 per kilogram untuk pepaya grade B. Menurut hasil perhitungan penjualan, biasanya alokasi pepaya grade A yaitu sebanyak 80 persen (13 847.68 kilogram pepaya) dijual kepada pedagang besar di Jakarta, 16 persen (2 769.54 kilogram pepaya) dijual kepada Alfamidi dan 4 persen dijual kepada Total Buah Segar (692.38 kilogram pepaya). Saluran 1 Petani-Poktan Tirta Mekar-Total Buah Segar-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade A kepada Total Buah Segar dengan harga Rp 7 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina pada Total Buah Segar sebanyak 692.38 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina diantarkan oleh dua orang pegawai poktan menggunakan mobil pick up pada hari Senin dan Jumat. Ketika pepaya calina sampai di toko Total Buah Segar, pepaya langsung diturunkan oleh pegawai poktan, kemudian ditimbang oleh pegawai Total Buah. Setelah itu, pegawai poktan diberikan faktur. Faktur ditukarkan kembali pada hari pengiriman yaitu Senin atau Jumat sekaligus pengembalian barang apabila ada pepaya yang tidak terjual (barang sisa). Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya mereka kepada Total Buah Segar karena Tirta Mekar menggunakan sistem ‘coba-coba’. Saat itu mereka mencoba menawarkan pepaya calina pada Total Buah, kemudian Total Buah menyukai kualitas pepaya yang ditawarkan maka terjadilah jual beli pepaya rutin seminggu dua kali setiap hari Senin dan Jumat. Harga pepaya ditentukan melalui negosiasi atau tawar menawar. Total Buah Segar menjual pepaya calina grade A dengan harga Rp 9 800 per kilogram.
Saluran 2 Petani-Poktan
Tirta
Mekar
-Alfamidi-konsumen
akhir
24
Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade A kepada Alfamidi dengan harga Rp 6 500 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada Alfamidi sebanyak 2 769.54 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Pepaya calina biasanya diantar pada hari Senin dan Kamis pada jam 5 pagi. Ketika sampai di gudang Alfamidi di daerah Tangerang, pepaya dibongkar oleh pegawai gudang, kemudian ditimbang oleh pegawai gudang. Setelah itu pegawai poktan mendapatkan faktur untuk ditukarkan pada pengiriman berikutnya. Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada Alfamidi karena mereka dibantu oleh Dinas Pertanian. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi atau tawar menawar. Swalayan Alfamidi menjual pepaya calina grade A tersebut dengan harga Rp 9 950 per kilogram. Saluran 3 Petani-Poktan Tirta Mekar-pedagang besar-supermarket-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade A kepada pedagang besar dengan harga Rp 6 500 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina kepada pedagang besar tersebut sebanyak 13 847.68 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut dijemput oleh pedagang ke poktan menggunakan mobil pick up setiap hari Senin dan Kamis. Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada pedagang besar tersebut karena saat pedagang besar sedang mencari petani atau supplier pepaya yang ditemukan adalah poktan Tirta Mekar. Dalam seminggu, poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina ke pedagang besar tersebut hingga 7 000 kilogram. Kemudian pedagang besar tersebut memasarkan pepayanya lagi ke supermarket-supermarket besar di daerah Jakarta. Harga pepaya calina ditentukan dengan cara negosiasi. Pedagang besar tersebut biasanya membayar pepaya calina secara tunai atau kontan. Supermarket di Jakarta tersebut biasa menjual kembali pepaya calina grade A tersebut dengan harga Rp 14 900 per kilogram.
Saluran pemasaran pepaya calina grade B Selama bulan Januari-Februari 2014, Tirta Mekar menghasilkan pepaya calina grade B sebanyak 3802.2 kilogram pepaya. Menurut hasil perhitungan penjualan, biasanya alokasi pepaya grade B yaitu sebanyak 20 persen (1672.44 kilogram pepaya) dijual kepada Supermarket Ngesti, 28 persen (2341.42 kilogram pepaya) dijual kepada Istana Buah Segar, 48 persen (4013.86 kilogram pepaya ) dijual kepada pedagang di Pamulang dan 4 persen (334.488) dijual langsung pada konsumen.
Saluran 1 Petani-Poktan Tirta Mekar-supermarket Ngesti-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade B kepada supermarket Ngesti dengan harga Rp 5 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada supermarket Ngesti sebanyak 1
25
672.44 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Setelah mengantarkan pepaya calina ke Total Buah Segar, kemudian pegawai mengantarkan pepaya calina ke supermarket Ngesti. Ketika sampai di supermarket Ngesti, pepaya dibongkar oleh pegawai poktan, kemudian ditimbang oleh pegawai Ngesti. Setelah itu pegawai poktan mendapatkan faktur untuk ditukarkan pada pengiriman berikutnya. Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada supermarket Ngesti karena mereka juga menggunakan sistem ‘coba-coba’. Saat itu mereka mencoba menawarkan pepaya calina kepada Ngesti, kemudian Ngesti cocok dengan kualitas pepaya yang ditawarkan, maka terjadilah jual beli pepaya calina secara rutin setiap hari Senin dan Jumat. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi atau tawar menawar. Supermarket Ngesti menjual pepaya calina grade B tersebut dengan harga Rp 6 500 per kilogram.
Saluran 2 Petani-Poktan Tirta Mekar-Istana Buah Segar-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina grade B kepada Istana Buah Segar dengan harga Rp 5 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina kepada Istana Buah Segar sebanyak 2 341.42 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Setelah mengantarkan pepaya calina ke Total Buah Segar dan supermarket Ngesti, toko terakhir yang dituju adalah Istana Buah Segar. Ketika sampai di Istana Buah Segar, pepaya dibongkar oleh pegawai poktan, kemudian ditimbang oleh pegawai Istana Buah Segar. Setelah itu pegawai poktan mendapatkan faktur untuk ditukarkan pada pengiriman berikutnya. Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada Istana Buah Segar karena mereka juga menggunakan sistem ‘coba-coba’. Saat itu mereka mencoba menawarkan pepaya calina kepada Istana Buah Segar, kemudian toko tersebut cocok dengan kualitas pepaya yang ditawarkan, maka terjadilah jual beli pepaya calina secara rutin setiap hari Senin dan Jumat. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi atau tawar menawar. Istana Buah Segar menjual pepaya calina grade B tersebut dengan harga Rp 6 500 per kilogram.
Saluran 3 Petani-Poktan Tirta Mekar-pedagang pengecer di Pamulang-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade B kepada pedagang pengecer di Pamulang dengan harga Rp 4 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut sebanyak 4 013.86 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up.
26
Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut karena memang sudah langganan. Pepaya dibayar dengan cara tunai. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi. Pepaya calina grade B ini dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp 8 000 per kilogram. Saluran 4 Petani-poktan Tirta Mekar-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade B pada konsumen langsung saat pameran di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang rutin dilaksanakan pada minggu pertama awal bulan. Tirta Mekar biasa menjual pepaya dengan harga Rp 7 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina pada saat pameran tersebut sebanyak 334.488 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014.
Saluran pemasaran pepaya calina grade C Selama bulan Januari-Februari 2014, Tirta Mekar menghasilkan pepaya calina grade C sebanyak 3 802.2 kilogram. Menurut hasil perhitungan penjualan pada keadaan normal, biasanya alokasi pepaya grade C yaitu sebanyak 75 persen (2 851.65 kilogram pepaya) dijual kepada pedagang di Tangerang, dan 25 persen (950.55 kilogram pepaya) dijual kepada pedagang di Kemang. Saluran 1 Petani-Poktan Tirta Mekar-pedagang pengecer di Tangerang-konsumen akhir. Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade C kepada pedagang pengecer buah-buahan di Tangerang. Pedagang tersebut menjual buah melon, semangka dan pepaya. Tirta Mekar menual pepaya kepada pedagang tersebut dengan harga Rp 2 500 per kilogramnya. Kemudian pedagang tersebut menjual kembali pepayanya dengan harga Rp 6 000 per kilogram. Pedagang tersebut biasa menjual buah di Pasar Cengkareng dengan menggunakan mobil bak terbuka. Pepaya tersebut biasanya diantar oleh satu orang pegawai poktan. Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut karena memang sudah langganan. Pepaya dibayar dengan cara tunai. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi.
Saluran 2 Petani-poktan Tirta Mekar-pedagang pengumpul-pedagang di pasarkonsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade C kepada pedagang pengumpul di Kemang dengan harga Rp 2 500 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut sebanyak 2 500 kilogram per satu kali kirim. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut karena memang sudah langganan. Pepaya dibayar dengan cara
27
tunai. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi. Pepaya calina grade C ini dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp 5 000 per kilogram. Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya calina grade A Fungsi pemasaran yang dilakukan untuk pepaya grade A, umumnya dilakukan oleh poktan Tirta Mekar, Total Buah Segar, Alfamidi dan pedagang besar di Jakarta. Fungsi pertukaran, fisi dan fasilitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade A Saluran Dan Lembaga
Fungsi-Fungsi Pemasaran Pertukaran Jual
beli
Fisik Simpan
Angkut
Fasilitas Kemas
Pemasaran
Sortasi
Risiko
Pembiayaan
Grading
informasi pasar
Saluran 1 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar Total Buah Segar
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
-
√
√
Saluran 2 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar
√
√
-
√
√
√
√
√
√
Alfamidi
√
√
√
√
√
-
√
√
√
Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar Pedagang besar
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
Supermarket
√
√
√
-
√
-
√
√
√
Saluran 3
Keterangan
: - tidak dilakukan √ selalu dilakukan
Fungsi pemasaran di tingkat petani dan poktan Tirta Mekar Saat panen, petani pepaya calina tidak melakukan pemanenan pepaya sendiri. Pepaya calina yang ada di kebun petani dipanen oleh pegawai poktan dan petani tidak terlibat dalam proses pemanenan. Petani hanya menunggu timbangan hasil panen pepaya mereka dan menunggu dibayar oleh ketua poktan sehingga fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani hanya aktivitas jual atau fungsi pertukaran. Poktan Tirta Mekar melakukan ketiga fungsi pemasaran. Poktan melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya dari petani kemudian menjualnya kembali pada Total Buah Segar, pedagang besar di Jakarta dan Alfamidi. Fungsi fisik juga dilakukan oleh Tirta Mekar yaitu aktivitas pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan. Pepaya calina dipanen oleh pegawai Tirta Mekar dari lahan petani kemudian diangkut menggunakan pikulan
28
dan mobil pick up ke gudang Tirta Mekar. Setelah itu, pepaya disortir kemudian diberi label. Saat bulan Januari-Februari aktivitas penyimpanan jarang dilakukan oleh Tirta Mekar karena begitu pepaya panen langsung dipasarkan. Pepaya calina yang telah disortir dan diberi label kemudian dibungkus menggunakan kertas koran dan dimasukkan ke dalam keranjang. Fungsi fasilitas juga dilakukan oleh Tirta Mekar yaitu berupa aktivitas sortasi atau grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Aktivitas sortasi yaitu menggolongkan pepaya calina yang telah dipanen ke dalam tiga grade yaitu grade A, B dan C. Pepaya grade A dan B diberi label. Aktivitas penanggungan risiko dilakukan apabila ada retur pepaya dari Total Buah Segar, Ngesti dan Istana Buah Segar. Pepaya calina yang telah diretur biasanya dibuang begitu saja atau dijadikan pakan ayam karena kualitasnya sudah menurun akibat ditempatkan di ruang pendingin. Aktivitas pembiayaan dilakukan oleh Tirta Mekar untuk menunjang proses pemasaran. Kelompok Tirta Mekar juga mengetahui harga pepaya calina di pasaran. Menurut ketua poktan, harga pepaya calina di pasar cenderung stabil. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh Total Buah Segar Total Buah Segar melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali kepada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan oleh Total Buah Segar yaitu berupa aktivitas penyimpanan dan pengemasan. Ketika pepaya sampai di Total Buah, pepaya kemudian ditimbang kembali per buahnya kemudian ditempeli dengan label harga. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh Total Buah yaitu berupa aktivitas pembiayaan dan informasi pasar. Risiko tidak ditanggung oleh Total Buah, tetapi ditanggung oleh Tirta Mekar karena mereka melakukan jual beli pepaya dengan sistem titip jual atau konsinyasi. Total Buah hanya membayar pepaya calina yang laku terjual. Pepaya calina yang tidak terjual dikembalikan pada Tirta Mekar saat mengirimkan pepaya calina yang baru. Pembayaran pepaya dilakukan dengan cara transfer ke rekening ketua poktan. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar Pedagang besar di Jakarta melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali pada supermarketsupermarket besar dan berkelas di Jakarta. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang besar tersebut berupa aktivitas pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan. Pedagang besar tersebut menjemput pepaya calina di Tirta Mekar menggunakan mobil box. Setelah sampai di gudang mereka pepaya calina diberi label kemudian disimpan untuk dikirim ke supermarket-supermarket di Jakarta. Pedagang besar tersebut juga melakukan fungsi fasilitas yang berupa aktivitas pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh Alfamidi Alfamidi melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali ke konsumen akhir. Pepaya calina dikirim oleh pegawai Tirta Mekar menggunakan mobil pick up ke gudang Alfamidi di daerah Tangerang. Gudang alfamidi melakukan fungsi fisik yang berupa
29
penyimpanan dan pengangkutan. Pepaya calina yang dikirim hari Senin disimpan terlebih dahulu, kemudian keesokan harinya baru dikirim ke toko Alfamidi bersama buah yang lainnya. Jumlah toko Alfamidi yang menjual pepaya california berjumlah 172 toko. Area toko Alfamidi yang disuplai oleh gudang di Tangerang yaitu Alfamidi yang berada di daerah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Tangerang, Serang, Pandeglang dan Lebak Banten. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh Alfamidi yaitu berupa aktivitas pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya calina grade B Fungsi pemasaran untuk pepaya calina grade B, umumnya dilakukan oleh poktan Tirta Mekar, Ngesti, Istana Buah Segar dan pedagang pengecer di Tangerang. Fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas yang dilakukan oleh lembagalembaga pemasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade B Saluran Dan Lembaga
Fungsi-Fungsi Pemasaran Pertukaran Jual
Beli
Fisik Simpan
Angkut
Fasilitas Kemas
Pemasaran
Sortasi
Risiko
Pembiayaan
Grading
Informasi Pasar
Saluran 1 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar Supermarket Ngesti
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
-
√
√
Saluran 2 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar Istana Buah Segar
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
-
√
√
Saluran 3 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar
√
√
-
√
√
√
√
√
√
Pedagang Pengecer √
√
√
√
√
-
√
√
√
Saluran 4 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar
√
√
-
√
√
√
√
√
√
Keterangan
: - tidak dilakukan √ selalu dilakukan
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh supermarket Ngesti Ngesti melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali pada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan oleh Ngesti yaitu berupa aktivitas penyimpanan dan pengemasan. Pepaya calina yang telah dikirim ke Ngesti tidak langsung habis terjual dalam satu hari, sehingga pasti ada aktivitas penyimpanan yang dilakukan oleh Ngesti.
30
Aktivitas pengemasan yang dilakukan Ngesti yaitu ketika ada konsumen yang membeli pepaya calina, pepaya dibungkus menggunakan plastik transparan dan diberi label harga. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh Ngesti yaitu berupa aktivitas pembiayaan dan informasi pasar. Risiko pepaya yang tidak terjual tidak ditanggung oleh Ngesti tetapi ditanggung oleh Tirta Mekar. Hal tersebut disebabkan mereka melakukan jual beli pepaya menggunakan sistem titip jual atau konsinyasi. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh supermarket Istana Buah Segar Istana Buah Segar melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya langsung pada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan oleh Istana Buah Segar yaitu berupa aktivitas penyimpanan dan pengemasan. Pepaya calina yang dibeli dari Tirta Mekar tidak semuanya langsung habis terjual dalam satu hari. Selain itu tidak semua pepayanya matang. Pepaya yang masih mengkal terkadang harus disimpan dahulu di lemari pendingin agar tahan lama. Setelah matang barulah dipajang di toko. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh Istana Buah Segar yaitu berupa aktivitas pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer Pedagang pengecer kecil melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali kepada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer berupa aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan. Ketika pepaya diantar oleh pegawai Tirta Mekar ke rumah pedagang di Pamulang, pedagang menyimpannya untuk dijual keesokan harinya. Pedagang tersebut menjual pepaya menggunakan mobil dan menetap di pasar. Fungsi fasilitas yang dilakukan yaitu berupa aktivitas penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Pedagang buah di Pamulang tersebut tidak hanya menjual buah pepaya saja, namun berbagai macam buah-buahan seperti pisang, jeruk, melon, stroberi dan buah lainnya. Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya calina grade C Fungsi pemasaran untuk pepaya calina grade C, umumnya dilakukan mulai dari tingkat poktan (Tirta Mekar) hingga pedagang pengecer di Tangerang dan Kemang. Namun, karena poktan langsung menjual kepada pedagang pengecer tersebut, maka fungsi pemasaran yang akan dibahas yaitu fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer di Tangerang dan Kemang (Tabel 9).
31
Tabel 9 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade C Saluran Dan Lembaga
Fungsi-Fungsi Pemasaran Pertukaran Jual
Beli
Fisik Simpan
Angkut
Fasilitas Kemas
Pemasaran
Sortasi,
Risiko
Pembiayaan
Informasi Pasar
Grading
Saluran 1 Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar Pedagang Pengecer
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Petani
√
-
-
-
-
-
-
-
-
Tirta Mekar Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer
√
√
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
√
-
√
-
√
√
√
Saluran 2
Keterangan
: - tidak dilakukan √ selalu dilakukan
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul Pedagang pengumpul melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali kepada para pedagang di pasar. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu berupa aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan. Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa aktivitas penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer Pedagang pengecer kecil melakukan fungsi pertukaran yaitu membeli pepaya calina dari Tirta Mekar dan menjualnya kembali kepada konsumen akhir. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer berupa aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan. Ketika pepaya diantar oleh pegawai Tirta Mekar ke rumah pedagang, pedagang menyimpannya untuk dijual keesokan harinya. Pedagang tersebut menjual pepaya menggunakan mobil bak terbuka dan menetap di pasar. Fungsi fasilitas yang dilakukan yaitu berupa aktivitas penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Sistem Penentuan Harga, Sistem Pembayaran dan Kerja Sama antar Lembaga Pemasaran Petani menjual pepayanya kepada poktan Tirta Mekar. Poktan Tirta Mekar membeli pepaya langsung di lahan petani. Pepaya dibeli dari petani tidak disortir terlebih dahulu. Biasanya pegawai poktan ditugaskan untuk memetik pepaya di lahan petani. Terkadang petani yang mempunyai lahan tidak mengawasi proses pemanenan secara langsung. Petani sudah percaya kepada poktan sepenuhnya. Sehingga petani hanya tinggal meminta uang bayaran akibat membeli pepaya mereka.
32
Pepaya yang telah tiba di tempat poktan kemudian di sortir menjadi pepaya grade A, B dan C. Pepaya grade A dan B biasa dijual kepada pasar ritel moderen dan pedagang pengecer, sedangkan pepaya grade C dijual langsung ke pedagang pengecer. Poktan mengantar semua pepaya kepada pembeli yaitu Total Buah, Ngesti, Istana Buah Segar, Alfamidi, pedagang di Pamulang, Kemang dan Tangerang atau dengan kata lain barang diserahkan di tempat pembeli. Biasanya pepaya diantar oleh supir dan kenek menggunakana mobil pick up. Secara umum, praktik penjualan dan pembelian pepaya calina di Tirta Mekar dipengaruhi ikatan langganan. Sistem penentuan harga dalam sistem pemasaran pepaya di Tirta Mekar umumnya dilakukan melalui proses tawar menawar. Terlebih lagi ketika panen pepaya sedang sedikit. Ketua poktan biasanya akan meminta pembeli untuk sedikit menaikkan harga karena pepaya sedang sedikit (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran). Penentuan harga di tingkat petani biasanya ditentukan oleh poktan. Bagi petani yang mendapatkan bantuan bibit dan pupuk, biasanya poktan membeli pepayanya dengan harga yang agak murah, kecuali ketika panen sedang sedikit. Penentuan harga antara Tirta Mekar dengan swalayan atau pedagang pengecer ditentukan dengan proses tawar menawar. Namun porsi lebih besar, harga ditentukan oleh poktan. Poktan menentukan harga jual kepada swalayan (pasar ritel moderen) dan pedagang pengecer dengan mempertimbangkan biaya supir dan kenek dan biaya transportasi. Sistem pembayaran yang digunakan dalam sistem pemasaran pepaya calina adalah sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran tunai dilakukan ketika terjadi transaksi antara Tirta Mekar dengan para pedagang di Pamulang, Kemang dan Tangerang. Ketika pepaya diantarkan ke tempat pedagang tersebut, mereka langsung membayar pepayanya. Sistem pembayaran kemudian dilakukan oleh Total Buah, Ngesti dan Istana Buah Segar. Hal tersebut dikarenakan sistem konsinyasi yang digunakan dalam penjualan pepaya. Untuk para petani poktan sendiri, secara umum, mereka tidak langsung mengambil uang hasil panen pepaya yang telah dibeli oleh poktan. Ada yang mengambil uangnya dua minggu sekali, sebulan sekali, semua itu tergantung keperluan petani. Kerjasama mengenai pemasaran pepaya di tingkat petani sudah cukup baik. Melalui poktan Tirta Mekar, para petani dapat menyalurkan hasil panennya. Petani tidak takut pepayanya tidak akan terjual, sebab poktan pasti membeli seluruh hasil panen pepaya petani. Petani umunya berperan sebagai penerima harga atau price taker. Kerjasama antar lembaga pemasaran umumnya dilakukan Tirta Mekar dengan pedagang di Jakarta dan para pedagang di Pamulang, Kemang dan Tangerang. Ketika panen pepaya sedang sedikit, biasanya ketua poktan akan menelepon para pedagang tersebut untuk memberi informasi jumlah pepaya yang tersedia yang akan para pedagang tersebut terima dan selanjutnya bernegosiasi masalah harga. Kerjasama tersebut sudah terjalin cukup lama. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara Tirta Mekar dengan para pedagang.
33
Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Analisis Margin Pemasaran Pepaya Grade A Analisis margin pemasaran biasa digunakan untuk melihat efisiensi sistem pemasaran yang telah ada. Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat petani. Pepaya calina grade A dibedakan menjadi tiga yaitu pepaya poktan, pepaya Jasinga dan pepaya Pelabuhan Ratu. Komponen biaya yang ditanggung oleh poktan terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya pengemasan (biaya label dan koran sebagai pembungkus), sedangkan untuk pemasaran ke Alfamidi biasanya ditambah dengan biaya distribution centre (DC) sebesar 5%, biaya promosi (promotion fee) sebesar 5% dan biaya B to B sebesar 3.5% (Lampiran 1). Biaya pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran satu (pemasaran ke Total Buah) sebesar Rp 2 809.443. Margin terbesar dimiliki oleh saluran 3 yaitu sebesar Rp 11 400. Komponen biaya yang ditanggung oleh poktan akibat membeli pepaya dari Jasinga dan Pelabuhan Ratu yaitu biaya tenaga kerja bongkar atau sortir, biaya pengemasan, biaya transportasi dan biaya supir (Lampiran 2 dan 3). Biaya pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran 2 yaitu pemasaran ke Alfamidi. Hal tersebut disebabkan karena adanya biaya distribution centre (DC) sebesar 5%, biaya promosi (promotion fee) sebesar 5% dan biaya B to B sebesar 3.5%. Margin terbesar dimiliki oleh saluran 3 yaitu pemasaran ke supermarket di Jakarta. Perbedaan biaya pada saluran pemasaran pepaya grade A yang berasal dari poktan, Jasinga dan Pelabuhan Ratu terletak pada biaya tenaga kerja. Pepaya yang berasal dari poktan dikenakan biaya tenaga kerja untuk pemetikan dan pengangkutan pepaya dari lahan petani ke tempat poktan sedangkan untuk pepaya yang berasal dari Jasinga dan Pelabuhan Ratu hanya dikenakan biaya tenaga kerja untuk bongkar muat dan sortasi. Umumnya, tenaga kerja yang melakukan proses pemanenan di lahan petani diberi upah sebesar Rp 70 000 per orang sedangkan tenaga kerja yang melakukan sortasi dan pelabelan diberi upah sebesar Rp 50 000 orang. Biaya transportasi terdiri dari uang bensin sekitar Rp 100 000- Rp 200 000 dan upah supir sebesar Rp 70 000 per orang dan upah kenek sebesar Rp 60 000 per orang. Biaya yang dikelurakan oleh pedagang besar terdiri dari biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Biaya transportasi yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 200 000 sedangkan biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2 000 000 dan Rp 1 500 000. Menurut ketua poktan, terdapat empat pegawai yang mengambil pepaya ke poktan. Dua orang diberi gaji Rp 2 000 000 per bulan dan dua orang sisanya diberi gaji Rp 1 500 000. Biaya yang dikeluarkan oleh gerai ritel moderen yaitu biaya tenaga kerja dan biaya pengemasan. Biaya tenaga kerja diasumsikan mengikuti upah minimum Kota Bogor yaitu sebesar Rp 2 353 350 per bulan sedangkan untuk biaya pengemasan diasumsikan sebesar Rp 200 untuk per kilogram pepaya. Untuk Alfamidi, biaya tenaga kerja diasumsikan sama dengan upah minimum Kota Tangerang yaitu sebesar Rp 2 202 000 per bulan.
34
Analisis Margin Pemasaran Pepaya Grade B Pepaya calina grade B juga dibedakan menjadi 3 yaitu pepaya poktan, pepaya Jasinga dan pepaya Pelabuhan Ratu. Komponen biaya yang ditanggung oleh poktan yaitu biaya tenaga kerja, biaya pengemasan (label dan koran), dan biaya transportasi (Lampiran 4). Biaya pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran 3 yaitu pemasaran pepaya ke pedagang pengecer di Pamulang. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang pengecer di Pamulang yaitu biaya kelurahan, biaya preman, biaya sampah, biaya keamanan dan biaya pengemasan. Margin terbesar juga dimiliki oleh saluran 3 yaitu sebesar Rp 5 500. Komponen biaya yang ditanggung oleh poktan akibat membeli pepaya dari Jasinga dan Pelabuhan Ratu yaitu biaya tenaga kerja, biaya pengemasan (label dan koran), dan biaya transportasi (Lampiran 5 dan 6). Biaya pemasaran yang ditanggung oleh Ngesti dan Istana Buah Segar hampir sama yaitu biaya tenaga kerja dan biaya pengemasan. Biaya pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran 3 yaitu pemasaran pepaya ke pedagang pengecer di Pamulang. Komponen biaya yang ditanggung oleh pedagang pengecer di Pamulang yaitu biaya kelurahan, biaya preman, biaya sampah, biaya keamanan dan biaya pengemasan. Margin terbesar juga dimiliki oleh saluran 3 yaitu sebesar Rp 4 500. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh Ngesti dan Istana Buah Segar cenderung sama. Karena informasi sulit didapat dari Ngesti, maka diasumsikan biaya yang dikeluarkan Ngesti dan Istana Buah Segar sama. Hal tersebut dikarenakan tidak ada perbedaan signifikan antara pengelolaan buah di Ngesti dan Istana Buah Segar. Biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tenaga kerja dan biaya pengemasan. Biaya tenaga kerja diasumsikan sama dengan upah minimal Kota Bogor yaitu sebesar Rp 2 353 350 per bulan sedangkan untuk biaya pengemasan diasumsikan Rp 200 per kilogram pepaya. Analisis Margin Pemasaran Pepaya Calina Grade C Pepaya calina grade C hanya terdiri dari satu sumber yaitu berasal dari poktan saja. Komponen biaya yang ditanggung oleh poktan untuk memasarkan pepaya grade C ini yaitu biaya tenaga kerja dan biaya transportasi (Lampiran 7). Biaya pemasaran tidak termasuk biaya pengemasan seperti label dan koran karena pepaya grade C tidak diberi label dan tidak dibungkus dengan koran. Biaya pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran 1 yaitu pemasaran pepaya ke pedagang di Kemang. Margin pemasaran antara saluran 1 dan 2 sama yaitu sebesar Rp 3 500. Farmer’s share Farmer’s share adalah porsi dari nilai yang dibayar oleh konsumen akhir yang diterima oleh petani, biasanya disajikan dalam bentuk presentase. Sebelumnya, pepaya grade A dan B dibedakan menjadi 3 bagian, namun untuk perhitungan farmer’s share hanya akan dibedakan menjadi dua karena harga beli pepaya dari Jasinga dan Pelabuhan Ratu sama yaitu Rp 4 800 untuk grade A dan Rp 3 500 untuk grade B. Namun dalam hal ini, farmer’s share yang dimaksud bukan bagian yang diterima oleh petani, tetapi bagian (share) yang diterima oleh poktan Tirta Mekar. Hal tersebut disebabkan harga pepaya yang petani terima
35 untuk setiap kilogram pepaya tidak berbeda dan petani juga tidak melakukan semua fungsi pemasaran. Saluran pemasaran grade A untuk pepaya yang berasal dari poktan, farmer’s share terbesar dimiliki oleh saluran 1 (pemasaran ke Total Buah) . Untuk pemasaran pepaya grade B, farmer’s share terbesar dimiliki oleh saluran 1 dan 2 yaitu pemasaran ke Ngesti dan Istana Buah Segar. Sedangkan untuk pemasaran pepaya grade C baik saluran 1 maupun saluran 2 memiliki farmer’s share yang sama yaitu sebesar 42 persen. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Rasio perbandingan keuntungan terhadap biaya juga sering digunakan untuk melihat efisiensi sistem pemasaran yang telah ada. Jika dilihat dari tabel di atas, rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar dimiliki oleh saluran ketiga yaitu pemasaran pepaya ke pedagang besar di Jakarta (baik pepaya poktan, pepaya Jasinga dan pepaya Pelabuhan Ratu untuk grade A. Saluran ketiga (untuk grade A), memiliki rasio sebesar 2.01 (untuk pepaya poktan), 2.30 (untuk pepaya Jasinga), dan 2.80 (untuk pepaya Pelabuhan Ratu). Arti dari angka tersebut adalah setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 2.01 rupiah. Pada saluran pemasaran pepaya grade B, rasio terbesar dimiliki oleh saluran ketiga (pemasaran pepaya ke pedagang pengecer di Pamulang ) yaitu sebesar 0.80 (untuk pepaya poktan), 1.82 (untuk pepaya Jasinga) dan 1.84 (untuk pepaya Pelabuhan Ratu). Arti dari angka tersebut adalah setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 0.80 rupiah. Pada saluran pemasaran pepaya grade C, rasio terbesar dimiliki oleh saluran kedua (pemasaran pepaya ke pedagang di Kemang) yaitu sebesar 0,23. Arti dari angka tersebut adalah setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,23 rupiah. Efisiensi pemasaran Efisiensi pemasaran dapat dikaji dengan menganalisis volume distribusi, margin pemasaran, farmer’s share dan rasio perbandingan terhadap biaya. Jika dilihat dari segi volume distribusi, poktan Tirta Mekar lebih banyak mendistribusikan pepaya calina grade A (dilihat secara keseluruhan) dan pepaya grade A tersebut paling banyak disalurkan ke pedagang besar di Jakarta (berdasarkan perhitungan, presentasenya sebesar 80 persen). Jika dilihat dari segi margin pemasaran, margin terbesar dimiliki oleh saluran pemasaran pepaya grade A, baik untuk pepaya yang berasal dari poktan, Jasinga dan Pelabuhan Ratu. Margin terbesar dimiliki oleh saluran pemasaran pepaya grade A ke pedagang besar di Jakarta. Jika dilihat dari segi farmer’s share, farmer’s share terbesar dimiliki oleh saluran 1 yaitu pemasaran ke Total Buah (untuk saluran pemasaran grade A) dan saluran 1 dan 2 yaitu pemasaran pepaya ke Ngesti dan Istana Buah Segar (untuk pepaya grade B). jika dilihat dari rasio perbandingan keuntungan terhadap biaya, maka saluran ketiga pada saluran pemasaran pepaya grade A memiliki rasio terbesar dibandingkan dengan saluran lainnya.
36
Berdasarkan kriteria efisiensi pemasaran yang telah dibahas di atas, maka saluran ketiga pada pemasaran grade A, cenderung efisien dibandingkan dengan saluran lainnya. Selain itu, petani poktan juga lebih senang bekerja sama dengan pedagang di Jakarta tersebut, karena terkadang sering memberikan bantuan keuangan dan poktan tidak perlu mengantar pepaya ke Jakarta karena pedagang tersebut akan mengambil sendiri ke tempat poktan sehingga tidak ada biaya transportasi dan biaya supir. Perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional Pepaya calina grade A dan B lebih banyak dipasarkan ke pasar ritel moderen, sedangkan pepaya calina grade C dipasarkan ke pasar tradisional. Pepaya calina grade A,B dan C masing-masing memiliki tiga, empat dan dua saluran. Pepaya grade A dijual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pepaya grade B dan C. Pepaya grade A memang layak untuk dijual ke gerai ritel moderen. Biasanya pepaya grade A mempunyai ciri-ciri buah tidak terlalu matang (mengkal), bobot pepaya berkisar antara 1-1.7 kilogram, bentuk buah cenderung seragam yaitu berbentuk lonjong dan tidak terdapat cacat pada kulit buah. Pepaya grade B yang dipasarkan ke gerai ritel moderen juga memiliki karakteristik yang serupa dengan pepaya grade A, hanya berbeda dalam hal bobot buah. Gerai ritel moderen memang menginginkan pepaya yang tidak terlalu matang untuk mengurangi risiko buah busuk dan tidak terjual. Selain itu, para konsumen dari gerai ritel moderen yang umumnya masyarakat kalangan menengah ke atas juga memerhatikan kualitas dan pengemasan buah sehingga poktan memberi label pada pepaya dan membungkusnya dengan kertas koran agar tidak mudah rusak. Pepaya grade C yang dipasarkan ke pasar tradisional biasanya memiliki ciri-ciri buah matang, bentuk dan bobot buah beragam (tidak beraturan). Bobot pepaya grade C ada yang berkisar 500-700 gram dan di atas 2 kilogram. Para konsumen dari pedagang pengecer yang berjualan di pasar tradisional umumnya adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah yang tidak terlalu memerhatikan kualitas buah dan pengemasan buah. Oleh karena itu, pepaya grade C tidak diberi label dan tidak dibungkus dengan kertas koran. Pepaya grade C tersebut langsung dimasukkan ke dalam keranjang kemudian diantar ke rumah pedagang pengecer. Perbedaan fungsi tersebut dikarenakan memang pasar ritel moderen fokus pada kualitas dan packaging buah, berbeda dengan pasar tradisional yang tidak memerhatikan kualitas dan packaging buah. Perbedaan fungsi tersebut akan menyebabkan perbedaan biaya. Biaya pengemasan pepaya untuk dipasarkan ke ritel moderen lebih mahal dibandingkan dengan pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional. Pemasaran pepaya ke pasar ritel moderen seperti Total Buah Segar, Ngesti dan Istana Buah Segar menggunakan sistem retur. Hal tersebut menandakan bahwa gerai ritel tersebut tidak ingin menanggung risiko pepaya yang tidak terjual. Berbeda halnya jika petani menjual pepaya ke pedagang pengecer, risiko pepaya yang tidak terjual ditanggung sepenuhnya oleh pedagang pengecer tersebut. Berbeda halnya dengan ketiga gerai ritel sebelumnya, Alfamidi menggunakan sistem distribution center (DC). Alfamidi tidak menggunakan
37
sistem retur, tetapi tetap ada biaya yang harus ditanggung oleh poktan seberti biaya DC sebesar 5 persen, biaya promosi sebesar 5 persen dan biaya B to B sebesar 3,5 persen. Selain itu, gerai ritel tersebut tidak memberikan bantuan atau fasilitas apapun untuk membantu poktan. Berbeda halnya dengan pedagang besar di Jakarta. Pedagang tersebut sering meminjamkan modal ketika poktan mengalami kesulitan permodalan. Pemasaran pepaya ke pasar tradisional juga tidak terlepas dari biaya-biaya seperti uang keamanan, uang kelurahan, uang kebersihan atau uang sampah, dan uang preman. Biaya-biaya tersebut biasanya dibayarkan dapat dibayarkan setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan tergantung pengelola pasar. Secara umum, perbedaan pemasaran pepaya ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Perbedaan pemasaran pepaya ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional Perbedaan
Pasar ritel moderen
Pasar tradisional
Harga jual pepaya dari Rp 5 000- Rp 6 000 per Rp 2 500 per kilogram poktan kilogram pepaya pepaya Kualitas buah
Pepaya calina grade A dan B Pepaya calina grade C
Fungsi pemasaran
Pepaya diberi label dan Pepaya tidak diberi label dibungkus kertas koran dan tidak dibungkus kertas koran
Biaya pemasaran yang Biaya pemasaran Biaya pemasaran oleh dikeluarkan poktan untuk yang dikeluarkan poktan poktan memasarkan pepaya grade A yaitu sebesar 48 persen (Total Buah Segar), 73 persen (Alfamidi) dan 29 persen (pedagang besar di Jakarta) dari total biaya pemasaran setiap saluran. Biaya pemasaran yang dikeluarkan poktan untuk memasarkan pepaya grade B yaitu sebesar 48 persen (Ngesti) ,54 persen (Istana Buah Segar) ,80 persen (pedagang di Pamulang) ,100 persen (pameran) dari total biaya pemasaran setiap saluran.
untuk memasarkan pepaya grade C yiatu sebesar 88 persen (pedagang di Tangerang), 91 persen (pedagang di Kemang) dari total biaya pemasaran setiap saluran.
Biaya pemasaran oleh Biaya tenaga kerja, biaya Biaya tenaga kerja, uang pengecer pengemasan kebersihan, uang parkir, uang preman, uang keamanan
38
Penanggungan risiko
Risiko poktan
ditanggung
oleh Risiko ditanggung oleh pedagang pengecer
Sistem pembayaran
Sistem kemudian
Margin pemasaran
Pepaya grade A dan B Pepaya grade C memiliki margin yang paling memiliki margin yang tinggi kecil
Farmer’s share
Pepaya grade A yang dipasarkan ke Total Buah dan pepaya grade B yang dipasarkan ke Ngesti dan Istana Buah Segar memiliki farmer’s share terbesar.
Pepaya yang dipasarkan ke Tangerang dan Kemang memiliki farmer’s share yang sama.
Rasio keuntungan Saluran ketiga pada terhadap biaya (B/C) pemasaran pepaya grade A adalah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan saluran pepaya B dan C.
Rasio B/C saluran ke pasar tradisional lebih kecil jika dibandingkan dengan B/C saluran pemasaran pepaya grade A.
pembayaran Sistem pembayaran tunai
Pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya calina bagi petani Setelah melakukan analisis saluran, fungsi, margin, farmer’ share dan rasio keuntungan terhadap biaya, perbedaan tujuan pemasaran pepaya calina ke gerai ritel moderen dan pasar tradisional tidak berpengaruh terhadap petani pepaya. Hal tersebut disebabkan karena petani pepaya tidak menyortasi pepayanya ketika panen sehingga harga yang diterima petani untuk semua jenis pepaya hasil panen sama yaitu sebesar Rp 2 500 per kilogram pepaya. Perbedaan tujuan pemasaran tersebut berpengaruh terhadap poktan yang melakukan fungsi sortasi, pengemasan dan pengangkutan. Pepaya grade A dan B yang dipasarkan ke Total Buah Segar, Ngesti dan Istana Buah Segar menghasilkan farmer’s share yang paling tinggi (Lampiran 9). Hal tersebut dikarenakan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen memiliki selisih yang kecil. Meskipun pemasaran ke gerai ritel moderen menghasilkan farmer’s share yang paling tinggi, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap petani pepaya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran untuk pepaya grade A yaitu pemasaran dari poktan Tirta Mekar ke Total Buah Segar, Alfamidi dan pedagang besar di Jakarta. Untuk pepaya grade B, terdapat empat saluran pemasaran yaitu pemasaran dari poktan ke Ngesti, Istana Buah Segar, pedagang pengecer di
39
Pamulang dan melalui pameran di Dinas Pertanian. Untuk pepaya grade C, terdapat dua saluran pemasaran, yaitu pemasaran dari poktan ke pedagang di Tangerang dan Kemang. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan pemasaran pepaya calina ke gerai ritel moderen dan pasar tradisional terletak pada harga pepaya, kualitas pepaya, fungsi pemasaran yang dilakukan, biaya pemasaran, penanggungan risiko, sistem pembayaran dan margin pemasaran. Fungsi pemasaran lebih banyak dilakukan untuk pepaya yang dipasarkan ke gerai ritel moderen dibandingkan dengan pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional. Perbedaan fungsi yang dilakukan akan mengakibatkan perbedaan biaya pemasaran. Biaya pemasaran pepaya yang dipasarkan ke gerai ritel moderen terdiri dari biaya sortir, biaya pengemasan, biaya tenaga kerja, biaya transportasi. Untuk pemasaran ke Alfamidi ditambah dengan biaya distribution centre (DC), biaya promosi dan biaya B to B. Untuk pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional, pedagang pengecer biasanya menanggung biaya kebersihan, uang preman, uang keamanan, uang kelurahan dan uang parkir. Praktik jual beli pepaya umumnya seluruhnya diantar ke tempat pembeli (baik gerai ritel moderen maupun pasar tradisional) kecuali untuk pedagang besar di Jakarta yang mengambil pepayanya sendiri. Sistem penentuan harga umumnya dilakukan secara negosiasi. Sistem pembayaran yang dilakukan yaitu sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran kemudian. Sistem pembayaran tunai dilakukan oleh para pedagang pengecer yang berjualan di pasar tradisional. Sistem pembayaran kemudian dilakukan oleh gerai ritel moderen karena menggunakan sistem retur. Poktan Tirta Mekar selalu membangun komunikasi dan kerja sama yang baik dengan gerai ritel moderen dan pedagang. Pepaya grade A dan B yang dipasarkan ke Total Buah Segar, Ngesti dan Istana Buah Segar menghasilkan farmer’s share yang paling tinggi. Margin pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya tertinggi dimiliki oleh saluran ketiga pada pemasaran pepaya grade A. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa perbedaan tujuan pemasaran pepaya tidak berpengaruh pada petani pepaya tetapi lebih berpengaruh terhadap poktan. Saran Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan sistem pemasaran pepaya calina pada Poktan Tirta Mekar yaitu: Sebaiknya, poktan menjual pepaya grade C dengan harga di atas Rp 2 500, Untuk pepaya calina grade A, sebaiknya memang lebih banyak dialokasikan untuk pedagang besar di Jakarta karena memiliki rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar diantara saluran lainnya, Untuk pepaya calina grade B, sebaiknya lebih banyak dialokasikan ke pedagang pengecer di Pamulang dan dijual langsung kepada konsumen akhir oleh poktan. Sebaiknya, poktan juga mencoba untuk menjual pepayanya langsung ke konsumen akhir secara rutin karena akan lebih menguntungkan bagi poktan.
40
DAFTAR PUSTAKA Asmarantaka, Ratna W.2012.Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing).Bogor: Agribisnis, FEM- IPB. [Distanhut] Dinas pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor.2012. Daftar Kecamatan yang Membudidayakan Pepaya. Bogor (ID): Distanhut. .2012. Daftar Poktan di Empat Kecamatan (Kabupaten Bogor). Bogor (ID) : Distanhut. Firdaus, Muhammad dan Yayah K. Wagiono.2006.Bunga Rampai Agribisnis: Dayasaing dan Sistem Pemasaran Manggis Indonesia hal 117-135 [internet].[diunduh Mei 2014]. Ghandi, Vasant P. dan N.V. Namboodhiri.2004 Marketing of Fruits and Vegetables in India: A Study Covering the Ahmedabad, Chennai and Kolkata Markets. Kohls, Richard L. dan Joseph N. Uhl.2002. Marketing Of Agricultural Products.New Jersey:Prentice Hall. Kotler, P dan Garry Armstrong.2008.Prinsip-Prinsip pemasaran Jilid 1.Jakarta: Erlangga. Nurasa, Tjeptjep dan Deri Hidayat.2008.Analisis Usahatani dan Keragaan Pemasaran Jeruk di Kabupaten Karo. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian Bogor. Purba, Andry Pandapotan.2008.Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Pepaya California (Kasus: desa Cimande dan desa Lemahduhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Reardon T, Julio A. Berdegue Dan John Farrington.Supermarkets And Farming In Latin America: Pinting Directions For Elsewhere?.Natural Resource Perspective Number 81, December 2002. Reardon T, Berdegue Julio A, Timmer C. Peter, Cabot T, Mainville D, Flores L, Hernandez R, Neven D, Balsevich F.2005.Links Among Supermarkets, Wholesalers, And Small Farmers In Developing Countries: Conseptualization And EmergingEvidence. Reardon, Thomas, C. Peter Timmer and Julio A. Berdegue.2005. Supermarket Expansion In Latin America And Asia: Implication For Food Marketing Systems. Economic Research Service/USDA. Said, E.Gumbira dan A.Haritz Intan.Manajemen Agribisnis.2001.Jakarta: PT.Ghalia Indonesia. Saleh, Bayu.2013.Perbandingan saluran pemasaran jambu kristal melalui ICDF dan non ICDF di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. SMERU.Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. No 22 Apr-Jun 2007 Supriatna, Ade.2005.Kinerja dan Prospek Pemasaran Mangga (Studi kasus petani mangga di Provinsi Jawa Barat). Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP).
41
.2010.Analisis Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Studi Kasus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). Agrin Vol 14 No 2, Oktober 2010. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Suryadharma D, Poesoro A, Budiyati S, Akhmadi, RosfadHila M.2008.Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Retail Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia.Lembaga Penelitian SMERU. Natawidjaja R, Reardon T, Shetty S.2007.Horticultural Producers and Supermarket Development in Indonesia.World Bank.
42
LAMPIRAN Lampiran 1. Biaya Pemasaran pepaya calina dari poktan (grade A) Lembaga Pemasaran Petani Harga Jual Poktan Tirta Mekar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Pedagang Besar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Buah Segar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Alfamidi Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Supermarket Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
Satuan
1
Saluran 2
3
Rp/Kg
2500
2500
2500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
2500 2460,24 2039,76 7000 4500
2500 4054,53 -54,53 6500 4000
2500 1807,28 2192,72 6500 4000
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
6500 545,58 3954,42 11000 4500 7000 1768,9 1031,1 9800 2800
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
6500 1227,6 2222,4 9950 3450
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 4229,14 3070,86 7300
5282,13 2167,87 7450
11000 1768,9 2131,1 14900 3900 4121,76 8278,24 12400
43
Lampiran 2. Biaya Pemasaran pepaya calina dari Jasinga (grade A) Lembaga Pemasaran Petani Harga Jual Poktan Tirta Mekar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Pedagang Besar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Buah Segar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Alfamidi Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Supermarket Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
Satuan
Saluran 1
2
3
Rp/Kg
4800
4800
4800
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
4800 1394,62 805,38 7000 2200
4800 2988,91 -1288,91 6500 1700
4800 741,67 958,33 6500 1700
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
6500 545,58 3954,42 11000 4500 7000 1768,9 1031,1 9800 2800
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
6500 1227,6 2222,4 9950 3450
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 3163,52 1836,48 5000
4216,51 933,49 5150
11000 1768,9 2131,1 14900 3900 3056,14 7043,86 10100
44
Lampiran 3. Biaya Pemasaran pepaya calinadari Pelabuhan Ratu (grade A) Lembaga Pemasaran Petani Harga Jual Poktan Tirta Mekar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Pedagang Besar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Buah Segar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Alfamidi Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Supermarket Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
1
Saluran 2
3
Rp/Kg
4800
4800
4800
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
4800 994,62 1205,38 7000 2200
4800 2588,91 -888,9091 6500 1700
4800 341,67 1358,333 6500 1700
Satuan
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
6500 545,58 3954,42 11000 4500 7000 1768,9 1031,1 9800 2800
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
6500 1227,6 2222,4 9950 3450
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 2763,52 2236,48 5000
3816,51 1333,49 5150
11000 1768,9 2131,1 14900 3900 2656,14 7443,86 10100
45
Lampiran 4. Biaya Pemasaran pepaya calina dari poktan (grade B) Lembaga Pemasaran Petani Harga Jual Poktan Tirta Mekar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Ngesti Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Istana Buah Segar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
Satuan
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
1
Saluran 2
3
4
2500
2500
2500
2500 2500 2459,24 2459,24 40,76 40,76 5000 5000 2500 2500
2500 2588,50 -588,50 4500 2000
2500 2923,58 1576,419 7000 4500
2500
5000 1768,8 -268,8 6500 1500 5000 1404,64 95,36 6500 1500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
4500 462,19 3037,81 8000 3500 4228,04 3863,88 -228,04 136,12 4000 4000
3050,69 2449,31 5500
2923,581 1576,419 4500
46
Lampiran 5. Biaya Pemasaran pepaya calina dari Jasinga grade B Lembaga Pemasaran Petani Harga Jual Poktan Tirta Mekar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Ngesti Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Istana Buah Segar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
Satuan
1
Saluran 2
3
4
Rp/Kg
3500
3500
3500
3500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
3500 1393,62 106,38 5000 1500
3500 1393,62 106,38 5000 1500
3500 1522,88 -522,88 4500 1000
3500 1857,96 1642,04 7000 3500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
5000 1768,8 -268,8 6500 1500
4500 442,19 3057,81 8000 3500 1965,08 3580,69 4500
1857,96 1642,04 3500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
5000 1404,64 95,36 6500 1500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 3162,42 -162,42 3000
2798,26 201,74 3000
47
Lampiran 6. Biaya Pemasaran pepaya calina dari Pelabuhan Ratu (grade B) Lembaga Pemasaran Petani Harga Jual Poktan Tirta Mekar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Ngesti Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Istana Buah Segar Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Pedagang Pengecer Harga Beli Biaya pemasaran Keuntungan Harga Jual Margin Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
Satuan
1
Saluran 2
3
4
Rp/Kg
3500
3500
3500
3500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
3500 993,62 506,38 5000 1500
3500 993,62 506,38 5000 1500
3500 1122,88 -122,88 4500 1000
3500 1457,96 2042,04 7000 3500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
5000 1768,8 -268,8 6500 1500
4500 462,19 3037,81 8000 3500 1585,08 2914,92 4500
1457,96 2042,04 3500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg
5000 1404,64 95,36 6500 1500
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 2762,42 237,58 3000
2398,26 601,74 3000
48
Lampiran 7. Biaya Pemasaran pepaya calina dari poktan (grade C) Lembaga Pemasaran
Satuan
Petani Harga Jual Rp/Kg Poktan Tirta Mekar Harga Beli Rp/Kg Biaya Pemasaran Rp/Kg Keuntungan Rp/Kg Harga Jual Rp/Kg Margin Rp/Kg Pedagang Pengumpul Di Kemang Harga Beli Rp/Kg Biaya Pemasaran Rp/Kg Keuntungan Rp/Kg Harga Jual Rp/Kg Margin Rp/Kg Pedagang Pengecer Di Tangerang Harga Beli Rp/Kg Biaya Pemasaran Rp/Kg Keuntungan Rp/Kg Harga Jual Rp/Kg Margin Rp/Kg Pedagang Pengecer Di Pasar Harga Beli Rp/Kg Biaya Pemasaran Rp/Kg Keuntungan Rp/Kg Harga Jual Rp/Kg Margin Rp/Kg Total Biaya Pemasaran Total Keuntungan Total Margin
Saluran 1
2
2500
2500
2500 2479,50 -2479,50 2500 0
2500 2690,11 -2690,11 2500 0
2500 270 1230 4000 1500 2500 266 3234 6000 3500 4000 100 1900 6000 2000 2849,50 650,50 3500
2956,11 543,89 3500
49
Lampiran 8. Farmer’s share Grade A Saluran Ke-
Harga Di Tingkat Poktan Konsumen 1 7000 9800 2 6500 9950 3 6500 14900
Farmer's Share 71% 65% 44%
Grade B 1 2 3 4
5000 5000 4500 3000
6500 6500 8000 7000
77% 77% 56% 43%
1 2
2500 2500
6000 6000
42% 42%
Grade C
50
Lampiran 9. Rasio Keuntungan terhadap biaya Grade A Pepaya Poktan Saluran Ke1 2 3 Pepaya Jasinga 1 2 3 Pepaya Pelabuhan Ratu 1 2 3 Grade B Pepaya Poktan Saluran Ke1 2 3 4 Pepaya Jasinga 1 2 3 4 Pepaya Pelabuhan Ratu 1 2 3 4 Grade C Pepaya Poktan Saluran Ke1 2
Komponen Π Biaya 3070,86 2167,87 8278,24
Rasio Π/Cost 4229,14 5282,13 4121,76
0,73 0,41 2,01
1836,48 933,49 7043,86
3163,52 4216,51 3056,14
0,58 0,22 2,30
2236,48 1333,49 7443,86
2763,52 3816,51 2656,14
0,81 0,35 2,80
Komponen Π Biaya -228,04 136,12 2449,31 1576,42
Rasio Π/Cost 4228,04 3863,88 3050,69 2923,581
-0,05 0,035 0,80 0,54
-162,42 201,74 3580,69 1642,04
3162,42 2798,26 1965,08 1857,96
-0,05 0,07 1,82 0,88
237,58 601,74 2914,92 2042,04
2762,42 2398,26 1585,08 1457,96
0,09 0,25 1,84 1,40
Komponen Π Biaya 650,50 543,89
Rasio Π/Cost 2849,50 2956,11
0,23 0,18
51
Lampiran 10 Dokumentasi
Pepaya calina grade A
Pepaya calina grade C
Proses pengemasan pepaya calina
Pepaya calina grade B
Pepaya calina dibeli dari Jasinga atau Pelabuhan Ratu
Pepaya calina yang sudah dikemas dengan koran
52
Lampiran 11 Dokumentasi
Lahan yang ditanami pohon pepaya calina
Pohon pepaya calina yang sudah berusia 3-4 tahun
Pohon pepaya calina yang berumur 8-12 bulan
Pameran poktan Tirta Mekar di Pemda Kab. Bogor
53
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Oktober 1992 dari ayah Adi Leksono dan ibu Ade Sony Juariah. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) selama dua periode. Periode pertama (tahun 2011-2012) aktif sebagai staf divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan periode kedua (tahun 2012-2013) aktif sebagai sekretaris divisi PSDM. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi Ikatan Alumni Muslim SMA Negeri 6 Bogor (ILMA) sebagai staf mulai dari tahun 2011 hingga sekarang. Penulis juga aktif menjadi mentor di SMA Negeri 6 Bogor.