Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Novia Dian Praptica
[email protected] Sri Utiyati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out whether any different of the financial performance before and after stock split at the manufacture company which is listed in Indonesia Stock Exchange. The sample of this research is PT Delta Dunia Petroindo Tbk and PT Berlina Tbk who do a stock split in 2008. The analysis technique used is t test with the multiple sample. Based on the statistically test by using t test of the multiple sample can be know that 9 ratio can be observe from the 2 companies who do the stock split, it was all ratio has no distinction significantly between before and after stock split. Keywords: financial performance, finantial ratio, stock split ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk yang melakukan stock split pada tahun 2008. Teknik analisis yang digunakan adalah uji t sampel berpasangan. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji t sampel berpasangan dapat diketahui bahwa dari 9 rasio yang diteliti dari 2 perusahaan yang melakukan stock split ternyata semua rasio tidak mempunyai perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Kata kunci: kinerja keuangan, rasio keuangan, stock split
PENDAHULUAN Salah satu informasi yang penting untuk diperhatikan oleh investor adalah peristiwa pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk mengubah jumlah saham yang beredar. Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu pemecahan naik (split up) dan pemecahan turun (split down/reverse split). Pemecahan naik adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan cara memecah selembar saham menjadi beberapa lembar saham, sedangkan pemecahan turun adalah kebalikan dari pemecahan naik, yaitu peningkatan nilai nominal per lembar saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar. Mengingat perkembangan pasar modal yang memiliki prospek cerah dimasa yang akan datang dalam menggalang dana dari masyarakat, maka perhatian terhadap pasar modal harus lebih baik. Peningkatan peran pasar modal memerlukan dukungan dan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
2
partisipasi dari seluruh komponen yang berkaitan dengan pasar modal, baik dalam sosialisasi eksistensi pasar modal, maupun dalam pengelolaan dan pengembangannya. Menurut Marwata (2000:752) Pemecahan saham merupakan upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan pemecahan saham akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Jadi, pemecahan saham sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Meskipun secara teoritis pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyaknya peristiwa pemecahan saham di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham merupakan alat penting dalam praktik pasar modal. Keberhasilan perusahaan dalam melakukan stock split dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahan melakukan stock split biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Setelah stock split kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan stock split. Perusahaan yang melakukan stock split didasari pada motivasi perusahaan untuk menurunnya harga saham yang kemudian akan membantu meningkatkan daya tarik investor, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, dan mengubah para investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot). Berdasarkan dari apa yang telah diterapkan diatas, maka judul penelitian ini adalah: “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Stock Split Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rumusan masalah yang dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah Stock Split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia TINJAUAN TEORETIS Analisis Rasio Keuangan Menurut Simamora (2002:357) analisis rasio keuangan merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna di antara komponen-komponen dari laporan keuangan. Rasio laporan keuangan dengan membagi nilai rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan dengan nilai rupiah pos yang lainnya yang dilaporkan. Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan di antara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan dan dibandingkan dengan informasi yang lainnya. Simamora (2002:522) juga mengatakan bahwa analisis rasio (ratio analysis) menunjukkan hubungan di antara pospos yang terpilih dari data laporan keuangan. Analisis rasio keuangan bukanlah alat analisis yang mampu berdiri sendiri tanpa memperhatikan hasil dan gejala-gejala yang dapat mempengaruhi penerapan alat-alat analisis yang lainnya, sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan. Analisis rasio dapat menjelaskan hubungan yang ada antara variabel-variabel atau pos-pos yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan antara perusahaan sejenis atau juga dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan tahun lalu. Menurut Hanafi dan Halim (2005:77) analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori, yaitu:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
3
1. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauhmana efektifitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. 3. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 4. Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba 5. Rasio Pasar yaitu rasio yang melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Dalam analisa, angka-angka rasio yang diperoleh dapat dianalisa dengan membandingkan angka rasio tersebut dengan : a. Standard rasio atau rata-rata dari seluruh industri semacam di mana perusahaan yang data keuangannya dianalisis menjadi anggotanya. b. Rasio yang telah ditentukan oleh budget perusahaan yang bersangkutan. c. Rasio-rasio yang semacam di waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan d. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya. (Munawir, 2007:101) Dari keempat data rasio pembanding tersebut, pembanding c dan d sering digunakan karena data kemungkinan dapat diperoleh. Rasio Likuiditas Pengertian rasio likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2005:77) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Munawir (2007:71) jika dilihat dari rasio likuiditas, suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu: 1. Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern) 2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern) 3. Membayar bunga dan devidens yang dibutuhkan 4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan Menurut Hanafi dan Halim (2005:79) ada 2 rasio likuiditas yang sering digunakan yaitu rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). a. Rasio Lancar atau Current Ratio Rasio lancar atau current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. b. Quick Ratio Quick ratio atau acid test ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaanya (Munawir, 2007:74). Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
4
Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukkan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Quick ratio =
Rasio Solvabilitas Menurut Hanafi dan Halim (2005:83) pengertian ”Rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya”. Sedangkan pengertian rasio solvabilitas atau juga disebut dengan rasio leverage (rasio pengungkit) menurut Darsono dan Ashari (2005:54) adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) rasio solvabilitas atau rasio leverage meliputi Debt to Asset Rasio (DAR), Debt to Equityt Rasio (DER), Equity Multiplier (EM), dan Interst Coverage (IC) atau Time Interest Earned a. Debt to Total Assets Ratio (DAR) Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Total Kewajiban Debt to Total Assets Ratio = Total Aktiva Darsono dan Ashari (2005:76) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. b. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya adalah Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. c. Equity Multiplier (EM) Rasio ini menunjukkan kamampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Rumus Equity Multiplier adalah: Total Aktiva Equity Multiplier = Total Ekuitas Semakin kecil rasio Equity Multiplier, berarti porsi pemegang saham semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. d. Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba untuk membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
5
karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah: EBIT Interest Coverage = Biaya Bunga Rasio Profitabilitas Analisis kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang dan kelangsungan hidup perusahaan karena perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan. Rasio profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2005:85) adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas yaitu Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity. Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. a. Profit Margin Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba-rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan rumus : Laba Bersih Profit Margin = Penjualan Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh : industri retailer cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. b. Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : Laba Bersih ROA = Total Aktiva c. Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih (Hanafi dan Halim, 2005:85) Total Ekuitas Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan. ROE =
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
6
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melihatkan perbandingan antar tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio aktivitas menganggap bahwa sebaliknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Rasio aktivitas menurut Darsono dan Ashari (2005:59) antara lain Receivable Turn Over (RTO), Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP), Inventory Turn Over (ITO), Lama Persediaan Mengendap (PM), dan Total Asset Turn Over (TATO). a. Receivable Turn Over Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. akan tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan pelanggan yang lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini juga bisa menjadi dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan dengan memperhitungkan kerugian piutang tidak tertagih. Rumusnya adalah: Penjualan bersih Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Dagang Darsono dan Ashari (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 – 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. b. Rata-Rata Penerimaan Piutang (RPP) Dengan melihat rasio ini, bisa dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Rumusnya adalah: 365 Rata-Rata Penerimaan Piutang = Receivable Turn Over c. Inventory Turn Over (ITO) Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rumusnya adalah: Harga Pokok Penjualan Inventory Turn Over = Rata-rata persediaan Barang d. Lama Persediaan Mengendap (LPM) Rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah: 365 Rata-Rata Penerimaan Piutang = Receivable Turn Over e. Total asset turn over Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, dapat diketahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Rumusnya adalah: Penjualan Bersih Total asset turn over = Rata-rata Total Aktiva
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
7
Stock Split Pengertian Stock Split menurut beberapa ahli adalah : 1. Halim (2005:97), stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional. 2. Sartono (2001:297) menyatakan bahwa stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. 3. Jogianto (2000:397) mendefinisikan stock split (pemecahan saham) sebagai memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah pemecahan adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Berdasarkan definisi yang di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stock split merupakan tindakan memecah saham perusahaan menjadi n lembar saham sesuai dengan faktor pemecahan yang ditetapkan sebelumnya dengan melakukan penyesuaian harga per lembar saham baru menjadi 1/n dari harga sebelum stock split. Tujuan dilakukannya stock split adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan. Yusuf (2001:346) berpendapat, bahwa salah satu alasan perusahaan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga saham-sahamnya. Hal ini terjadi apabila perusahaan atau perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan atau perusahaan yang bersangkutan. Dengan nilai nominal yang lebih rendah maka akan menarik lebih banyak investor untuk membeli saham dan memperluas jenis serta jumlah pemegang saham, sehingga secara otomatis jumlah saham yang beredar juga akan meningkat proporsional. Keiso dan Weygant (2002:366), menjelaskan beberapa alasan serta tujuan perusahaan dilakukannya stock split yaitu : a. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan hingga pada tingkat dimana lebih banyak individu dapat berinvestasi dalam saham. b. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan membuatnya lebih dapat dipasarkan. c. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar tidak sempurna setelah melakukan stock split. Jenis-Jenis Stock Split Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham (Stock Split) yang dapat dilakukan, yaitu : a. Split Up (pemecahan naik) Adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan saham 2:1, 3:1, dan 4:1. Misalnya pada awalnya nilai nominal saham per lembar saham sebelum melakukan stock split sebesar Rp 1.500,- maka setelah dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar saham yang baru adalah Rp 500,- sehingga awalnya satu lembar saham menjadi tiga lembar saham. b. Split Down (pemecahan turun) Adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya split down dengan perbandingan 1:3, awalnya nilai nominal per lembar saham Rp 1.000,- kemudian dilakukan split down dengan perbandingan 1:3 maka nilai nominal per lembar saham yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
8
baru adalah Rp 3.000,- dan jumlah lembar saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar saham. Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa saham. Dampak Stock Split Stock split menurut Kurniawati (2003) mempunyai dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak tersebut antara lain: a. Dampak positif dengan adanya stock split adalah : 1) Harga saham yang rendah setelah pemecahan akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Odd lot adalah kondisi dimana investor membeli saham di bawah 500 lembar (1 lot) sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot). 2) Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. 3) Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid. 4) Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik. b. Dampak negatif dengan adanya stock split adalah : 1) Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split karena ketidakpastian dalam lingkungan bisnis. 2) Tingkat harga saham setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada kelompok yang memiliki nilai nominal saham rendah sehingga mengakibatkan kepercayaan terhadap saham menurun. 3) Peningkatan jumlah pemegang saham akan menaikkan biaya pelayanan (serving costing) bagi perusahaan. Hubungan Stock Split dengan Kinerja Keuangan Hanya perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik saja yang dapat melakukan stock split, karena untuk melakukan stock split perusahaan harus menanggung biaya yang ditimbulkan oleh stock split tersebut. Adapun contoh dari biaya-biaya yang dikeluarkan dari proses stock split adalah : biaya pemberitahuan kepada investor akan adanya stock split, biaya publikasi pengumuman adanya stock split kepada publik, biaya pemecahan saham, dan lainlain. Dengan adanya stock split, diharapkan saham perusahaan menjadi semakin likuid. Jika saham perusahaan likuid, maka dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan baik. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus (case study), yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari objek tertentu yang diteliti, yaitu mengenai stock split dan kinerja keuangan. Gambaran dari populasi (objek) penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
9
Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya akan diduga. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu semua perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia sebanyak 446 perusahaan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, jumlah elemen dalam sampel lebih sedikit daripada elemen populasi. Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi keseluruhan perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia, kemudian dipilih perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dengan kriteria sebagai berikut: 1. Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar dan sahamnya masih aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. 2. Melakukan stock split pada tahun 2008 3. Menyajikan laporan keuangan tahunan berupa neraca dan laporan laba rugi secara lengkap 3 tahun sebelum akuisisi (tahun 2005, 2006, 2007) dan 3 tahun sesudah akuisisi (tahun 2009, 2010, 2011) Berdasarkan kriteria tersebut terpilih sampel yaitu PT Delta Dunia Petroindo Tbk yang bergerak di bidang tekstil yang melakukan stock split pada tahun 2008 dengan rasio 1:2 dan PT Berlina Tbk yang bergerak di bidang produksi plastik yang melakukan stock split pada tahun 2008 dengan rasio 1:2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah : 1. Stock split adalah tanggal pengumuman pemecahan saham yang merupakan tanggal perusahaan mengumumkan akan melakukan pemecahan saham yang terdapat pada pengumuman di Bursa Efek Indonesia. 2. Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu a. Rasio likuiditas, meliputi: current ratio dan quick ratio. b. Rasio aktivitas, meliputi: total asset turnover dan receivable turn over c. Rasio leverage, meliputi: debt to total asset dan debt to equity ratio. d. Rasio profitabilitas, meliputi: profit margin, return on assets dan return on equity. Teknik Analisa Data Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan paired t-test. Langkah-langkah paired t-test adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rasio keuangan yang terdiri dari: a. Rasio Likuiditas Aktiva Lancar Current ratio = Hutang Lancar Quick ratio =
Aktiva Lancar- Persediaan Hutang Lancar
b. Rasio Aktivitas Total asset turn over =
Penjualan Rata-rata Total Aktiva
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
10 Penjualan Rata-rata Piutang
Receivable Turn Over = c. Rasio Solvabilitas Debt to total asset ratio =
Debt to Equity ratio =
Total Hutang Total Aktiva
Total Hutang Total Modal
d. Rasio Profitabilitas Profit margin =
Laba Bersih Penjualan
Return On Assets =
Laba Bersih Total Aktiva
Laba Bersih Modal Sendiri 2. Merumuskan uji hipotesis dengan langkah: Ho : µ1=µ2, tidak ada perbedaan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah stock split. Hi : µ1≠µ2, ada perbedaan terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah stock split. 3. Menggunakan level of significant (α) 5% 4. Pengujian dengan menggunakan nilai sig. 1) Jika nilai sig < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. Return On Equity =
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rasio Likuiditas 1. Current Ratio Current ratio dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:74) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aset lancar yang kurang bagus karena masih banyak aset yang menganggur. Current ratio sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan adalah Tabel 1 Current Ratio Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun CR Rata-rata DOID 2005 10,36 5,88 2006 4,38 2007 2009 2010 2011
2,89 3,08 2,56 2,16
2,60
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
11
BRNA
2005 3,16 2,44 2006 1,75 2007 2,41 2009 1,51 1,28 2010 1,33 2011 1,01 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa rata-rata current ratio PT Delta Dunia Petroindo sebelum stock split kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 5,88. Rata-rata current ratio sesudah stock split juga kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 2,60. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata current ratio sebelum dan sesudah stock split di atas 2. Rata-rata current ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 2,44. Sedangkan current ratio sesudah stock split baik karena di antara 1 sampai 2 yaitu sebesar 1,28. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata current ratio sesudah stock split di antara 1 sampai 2. 2. Quick Ratio Quick ratio dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = Hutang Lancar Darsono dan Ashari (2005:75) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) quick ratio adalah 1 sampai 2 atau 100% sampai 200%. Rasio cepat yang berkisar antara 1 sampai 2 menunjukan bahwa aset yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Tabel 2 Quick Ratio Sebelum Dan Sesudah Stock Split Quick Ratio Kode Tahun Rata-rata DOID 2005 0,76 0,86 2006 1,05 2007 0,77 2009 2,87 2,39 2010 2,37 2011 1,92 BRNA 2005 2,54 1,91 2006 1,33 2007 1,84 2009 1,15 0,94 2010 0,98 2011 0,69 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata quick ratio PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu sebesar 0,86. Rata-rata quick ratio sesudah stock split juga kurang baik karena di atas 2 yaitu sebesar 2,39. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata quick ratio sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang berada antara 1 sampai 2. Rata-rata quick ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split baik karena di antara 1 sampai 2 yaitu sebesar 1,91. Sedangkan quick ratio sesudah stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu sebesar 0,94. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum stock split lebih baik dari pada sesudah stock split karena rata-rata current ratio sebelum stock split di antara 1 sampai 2.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
12
Rasio Aktivitas 1. Total asset turn over Total asset turn over dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Penjualan Total asset turn over = Rata-rata Aktiva Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka rasio ini akan semakin baik. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1 (Darsono, 2005:61). Total asset turn over sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan adalah Tabel 3 Total Asset Turn Over Sebelum dan Sesudah Stock Split Total Asset Turn Over Kode Tahun Rata-rata DOID 2005 0,586 0,76 2006 0,694 2007 0,986 2009 1,817 2010 0,589 1,05 2011 0,738 BRNA 2005 0,695 2006 0,758 0,80 2007 0,942 2009 1,143 1,12 2010 1,074 2011 1,137 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa rata-rata total asset turn over PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu 0,76, sedangkan rata-rata total asset turn over sesudah stock split baik karena di atas 1 yaitu 1,05. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sesudah stock spit lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata total asset turn over sesudah stock spit lebih dari 1. Ratarata total asset turn over PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split kurang baik karena di bawah 1 yaitu 0,80, sedangkan rata-rata total asset turn over sesudah stock split baik karena di atas 1 yaitu 1,15. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sesudah stock spit lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata total asset turn over sesudah stock spit lebih dari 1. 2. Receivable Turn Over Receivable turn over dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Penjualan Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang Darsono (2005:61) mengatakan bahwa rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6 – 12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Receivable turn over sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
13
Tabel 4 Receivable Turn Over Sebelum dan Sesudah Stock Split
Kode DOID
Tahun 2005 2006 2007 2009 2010 2011 Kode Tahun BRNA 2005 2006 2007 2009 2010 2011
Receivable Turn Over Rata-rata 24,026 21,92 21,713 20,021 7,165 2,359 4,58 4,209 Receivable Turn Over Rata-rata 7,320 7,531 7,02 6,197 4,303 4,34 3,956 4,763
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa rata-rata receivable turn over PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena di atas 12 yaitu sebesar 21,92, sedangkan rata-rata receivable turn over sesudah stock split kurang baik karena di bawah 6 yaitu sebesar 4,58. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena tidak ada rata-rata receivable turn over di antara 1 sampai 2. Rata-rata receivable turn over PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split baik karena di antara 6 sampai 12 yaitu 7,02, sedangkan rata-rata receivable turn over sesudah stock split kurang baik karena di bawah 6 yaitu sebesar 4,34. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum stock split lebih baik dari pada sesudah stock split karena rata-rata receivable turn over di antara 1 sampai 2. Rasio Solvabilitas 1. Debt to Total Assets Ratio (DTAR) Debt to Total Assets Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Total Hutang Debt to Total Assets Ratio = Total Aktiva Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan liabilitas. Debt to total assets ratio sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 5 Debt to Total Assets Ratio Sebelum dan Sesudah Stock Split
Kode DOID
Tahun 2005 2006 2007 2009 2010 2011
Debt to Total Assets Ratio 0,62 0,44 0,62 0,97 0,91 0,91
Rata-rata 0,56
0,93
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
BRNA
2005 2006 2007 2009 2010 2011
14
0,60 0,59 0,54 0,60 0,59 0,60
0,58
0,60
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa rata-rata debt to total assets ratio PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split baik karena di bawah 100% atau di bawah 1 yaitu sebesar 0,56 dan 0,93. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata debt to total assets ratio sesudah stock split lebih besar dari pada sebelum stock split. Rata-rata debt to total assets ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum dan sesudah stock split baik karena di bawah 100% atau di bawah 1 yaitu sebesar 0,58 dan 0,60. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split karena rata-rata debt to total assets ratio sesudah stock split lebih besar dari pada sebelum stock split. 2. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio dapat dihitung dengan rumus: Total Hutang Debt to Equity Ratio = Total Modal Sendiri Darsono dan Ashari (2005:77) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan liabilitas. Debt to equity ratio sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 6 Debt to Equity Ratio Sebelum dan Sesudah Stock Split
Kode DOID
BRNA
Tahun 2005 2006 2007 2009 2010 2011 2005 2006 2007 2009 2010 2011
Debt to Equity Ratio 1,61 1,03 2,05 33,04 10,85 10,33 1,70 1,66 1,34 1,70 1,62 1,53
Rata-rata 1,56
18,07
1,57
1,62
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa rata-rata debt to equity ratio PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena di atas 100% atau di atas 1 yaitu sebesar 1,56 dan 18,07%. Kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata debt to equity ratio lebih dari 100% atau lebih dari 1. Rata-rata debt to equity ratio PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena di atas 100% atau di atas 1 yaitu sebesar 1,57 dan 1,62. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik karena rata-rata debt to equity ratio lebih dari 100% atau lebih dari 1.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
15
Rasio Profitabilitas 1. Profit Margin Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Laba Bersih Profit Margin = Penjualan Profit margin sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 7 Profit Margin Sebelum dan Sesudah Stock Split
Kode DOID
BRNA
Tahun 2005 2006 2007 2009 2010 2011 2005 2006 2007 2009 2010 2011
Profit Margin (%) 0,67 0,37 0,55 -2,52 8,40 -5,17 0,01 0,03 0,04 3,77 6,12 6,99
Rata-rata (%) 0,53
0,24
0,03
5,62
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa rata-rata profit margin PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split lebih besar (0,53%) dari pada sesudah stock split (0,24%). Sedangkan rata-rata profit margin PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split lebih kecil (0,03%) dari pada sesudah stock split (5,62%).
Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Penggunaan suku bunga deposito untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan karena sebagian permodalan perusahaan dibiayai dari pinjaman atau bank, dan setiap pinjaman dikenakan bunga. Apabila tingkat keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai surplus / kelebihan keuntungan, namun apabila tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai defisit / kekurangan keuntungan. Adapun perbandingan profit margin sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan dengan tingkat Suku Bunga SBI adalah sebagai berikut:
Kode DOID
Tabel 8 Perbandingan Profit Margin Sebelum dan Sesudah Stock Split Dengan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun Profit Margin (%) Suku Bunga BI (%) Keterangan 2005 0,67 12,75 Kurang baik 2006 0,37 9,75 Kurang baik 2007 0,55 8,00 Kurang baik Sebelum 0,53 10,17 Kurang baik
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
16
2009 -2,52 6,50 Kurang baik 2010 8,40 6,50 Baik 6,00 Kurang baik 2011 -5,17 Sesudah 0,24 6,33 Kurang baik BRNA 2005 0,01 12,75 Kurang baik 2006 0,03 9,75 Kurang baik 2007 0,04 8,00 Kurang baik Sebelum 0,03 10,17 Kurang baik 2009 3,77 6,50 Kurang baik 2010 6,12 6,50 Kurang baik 6,00 Baik 2011 6,99 Sesudah 5,62 6,33 Kurang baik Dari tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata profit margin lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata profit margin lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. 2. Return On Assets Return On Assets dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Laba Bersih ROA = Total Aktiva Return On Assets sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 9 Return On Assets Sebelum dan Sesudah Stock Split Kode Tahun Return On Assets (%) Rata-rata (%) DOID 2005 0,37 0,37 2006 0,27 2007 0,46 2009 -2,44 -0,37 2010 4,60 2011 -3,26 BRNA 2005 0,83 0,73 2006 -1,33 2007 2,68 2009 3,99 5,89 2010 6,31 2011 7,37 Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa rata-rata Return On Assets PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split lebih besar (0,37%) dari pada sesudah stock split (-0,37%). Sedangkan rata-rata Return On Assets PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split lebih kecil (0,73%) dari pada sesudah stock split (5,89%). Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Penggunaan suku bunga deposito untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
17
karena sebagian permodalan perusahaan dibiayai dari pinjaman atau bank, dan setiap pinjaman dikenakan bunga. Apabila tingkat keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai surplus / kelebihan keuntungan, namun apabila tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai defisit / kekurangan keuntungan. Adapun perbandingan Return On Assets sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan dengan tingkat Suku Bunga SBI adalah: Tabel 10 Perbandingan Return On Assets Sebelum dan Sesudah Stock Split Dengan Tingkat Suku Bunga SBI Return On Assets (%) Kode Tahun Suku Bunga BI (%) Keterangan DOID 2005 0,37 12,75 Kurang baik 2006 0,27 9,75 Kurang baik 2007 0,46 8,00 Kurang baik Sebelum 0,37 10,17 Kurang baik 2009 -2,44 6,50 Kurang baik 6,50 Kurang baik 2010 4,60 6,00 Kurang baik 2011 -3,26 Sesudah -0,37 6,33 Kurang baik BRNA 2005 0,83 12,75 Kurang baik 2006 -1,33 9,75 Kurang baik 2007 2,68 8,00 Kurang baik Sebelum 0,73 10,17 Kurang baik 2009 3,99 6,50 Kurang baik 6,50 Kurang baik 2010 6,31 6,00 Baik 2011 7,37 Sesudah 5,89 6,33 Kurang baik Dari tabel 10 di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Assets lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum dan sesudah stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Assets lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. 3. Return On Equity (ROE) Return On Equity dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Laba Bersih ROE = Modal Sendiri Return On Equity sebelum dan sesudah stock split dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 11 Return On Equity Sebelum dan Sesudah Stock Split
Kode DOID
Tahun 2005 2006 2007 2009 2010 2011
Return On Equity (%) 0,97 0,62 1,53 322,55 90,87 -4,22
Rata-rata (%) 1,04
136,40
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
BRNA
18
2005 2006 2007 2009 2010 2011
2,37 -3,70 6,63 13,04 23,48 22,86
1,77
19,79
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa rata-rata Return On Equity PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split lebih kecil (1,04%) dari pada sesudah stock split (136,40%). Rata-rata Return On Equity PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split lebih kecil (1,77%) dari pada sesudah stock split (19,79%). Darsono dan Ashari (2005:80) mengatakan bahwa rule of thumb pada setiap rasio profitabilitas adalah hasil perhitungan rasio harus lebih besar dari bunga berjangka satu tahun. Jika hasil perhitungan rasio lebih kecil dari suku bunga satu tahun, maka hasil investasi yang dilakukan lebih kecil daripada investasi pada deposito berjangka. Penggunaan suku bunga deposito untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja keuangan karena sebagian permodalan perusahaan dibiayai dari pinjaman atau bank, dan setiap pinjaman dikenakan bunga. Apabila tingkat keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai surplus / kelebihan keuntungan, namun apabila tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka perusahaan mempunyai defisit / kekurangan keuntungan. Adapun perbandingan Return On Equity sebelum dan sesudah stock split kedua perusahaan dengan tingkat Suku Bunga SBI dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12 Perbandingan Return On Equity Sebelum dan Sesudah Stock Split Dengan Tingkat Suku Bunga SBI
Kode DOID
Tahun 2005 2006 2007 Sebelum 2009 2010 2011 Sesudah
Return On Equity (%) 0,97 0,62 1,53 1,04 322,55 90,87 -4,22 136,40
Suku Bunga BI (%) 12,75 9,75 8,00 10,17 6,50 6,50 6,00 6,33
BRNA
2005 2006 2007 Sebelum 2009 2010 2011 Sesudah
2,37 -3,70 6,63 1,77 13,04 23,48 22,86 19,79
12,75 9,75 8,00 10,17 6,50 6,50 6,00 6,33
Keterangan Kurang baik Kurang baik Kurang baik Kurang baik Baik Baik Kurang baik Baik Kurang baik Kurang baik Kurang baik Kurang baik Baik Baik Baik Baik
Dari tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo (DOID) sebelum stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Sedangkan kinerja keuangan sesudah stock split baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih besar
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
19
dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Rata-rata Return On Equity dengan rata-rata tingkat suku bunga di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Berlina Tbk (BRNA) sebelum stock split kurang baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih kecil dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Sedangkan kinerja keuangan sesudah stock split baik karena besarnya rata-rata Return On Equity lebih besar dari rata-rata tingkat suku bunga deposito. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan uji beda sampel berpasangan untuk melihat signifikansi perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split sebagai berikut: 1. Analisis Perbedaan Current Ratio Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi current ratio dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 13 t hitung Current Ratio Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. DeviationMean Lower Upper Pair 1 CR_sblm - CR_ssdh2,3767 2,46562 1,00658 -,2108 4,9642
t 2,361
Sig (2-tailed)
df 5
,065
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,065. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,065 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik current ratio sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 2. Analisis Perbedaan Quick Ratio Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi quick ratio dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
20 Tabel 14 t hitung Quick Ratio Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper Pair 1 QR_sblm - QR_ssdh ,2017 1,45266 Error ,59305 -1,3228 1,7261
t
df ,340
5
Sig. (2-tailed) ,748
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,748. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,748 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik quick ratio sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 3. Analisis Perbedaan Total Assets Turn Over Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi total assets turn over dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 15 t hitung Total Assets Turn Over Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. DeviationMean Lower Upper Pair 1 TATO_sblm - TATO_ssdh -,0565 ,41169 ,16807 -,4885 ,3755
t -,336
df 5
Sig. (2-tailed) ,750
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,750. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,750 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik total assets turn over sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 4. Analisis Perbedaan Receivable Turn Over Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi receivable turn over dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
21
Tabel 16 t hitung Receivable Turn Over Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Mean Std. Deviation Lower Upper Pair 1 RTO_sblm - RTO_ssdh7,5705 8,22795 3,35905 -1,0642 16,2052
t 2,254
df 5
Sig. (2-tailed) ,074
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,074. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,074 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik receivable turn over sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 5. Analisis Perbedaan Debt To Total Assets Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi debt to total assets dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 17 t hitung Debt To Total Assets Paired Samples Test
Pair
DTAR_sblm - Mean
1
DTAR_ssdh
,1555
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Std. Deviation Mean Lower Upper ,20720
,08459
-,0620
,3729
t 1,838
df
Sig. (2-tailed) 5
,125
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,125. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,125 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik debt to total assets sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 6. Analisis Perbedaan Debt To Equity Ratio Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi debt to equity ratio dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
22
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 18 t hitung Debt To Equity Ratio Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. DeviationMean Lower Upper Pair 1 DER_sblm - DER_ssdh8,2267 12,16281 4,96545 -4,5374 20,9907
t 1,657
df 5
Sig. (2-tailed) ,158
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,158. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,158 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik debt to equity ratio sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 7. Analisis Perbedaan Profit Margin Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi profit margin dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 19 t hitung Profit Margin Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std. Error Mean Std. DeviationMean Lower Upper Pair 1 PM_sblm - PM_ssdh-2,6533 5,73869 2,34281 -8,6757 3,3690
t -1,133
df 5
Sig. (2-tailed) ,309
Sumber : Lampiran SPSS Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,309. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,275 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik profit margin sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
23
8. Analisis Perbedaan Return On Assets Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi return on assets dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 20 t hitung Return On Assets Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. Deviation Mean Lower Upper Pair 1 ROA_sblm - ROA_ssdh-,0331 ,04454 ,01818 -,0798 ,0136
t -1,820
df 5
Sig. (2-tailed) ,128
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,128. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,128 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik return on assets sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan. 9. Analisis Perbedaan Return On Equity Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji signifikansi return on equity dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan nilai signifikansi dari t hitung: Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 21 t hitung Return On Equity Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Std. DeviationMean Lower Upper Pair 1 ROE_sblm - ROE_ssdh -76,6933 124,4320150,79916-207,2767 53,8901
t -1,510
df 5
Sig. (2-tailed) ,191
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi t hitung sebesar 0,191. b. Kriteria keputusan: 1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti ada perbedaan signifikan. 2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima atau Hi ditolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan. c. Keputusan Karena nilai sig. > 0,05 yaitu 0,191 > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa secara statistik return on equity sebelum dan sesudah stock split tidak berbeda secara signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
24
Dari analisis yang telah diuraikan di atas dapat dibuat rekapitulasi hasil analisis uji t sampel berpasangan yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 22 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Nilai Penolakan / No. Rasio Keuangan p value Keterangan Sig. Penerimaan Ho 1 Current Ratio 0,05 0,065 Ho Diterima Tidak Berbeda 2 Quick Ratio 0,05 0,748 Ho Diterima Tidak Berbeda 3 Total Asset Turn Over 0,05 0,696 Ho Diterima Tidak Berbeda 4 0,05 0,074 Ho Diterima Tidak Berbeda Receivable Turn Over 5 Debt to Total Asset Ratio 0,05 0,125 Ho Diterima Tidak Berbeda 6 Debt to Equity ratio 0,05 0,158 Ho Diterima Tidak Berbeda 7 Profit Margin 0,05 0,275 Ho Diterima Tidak Berbeda 8 Return On Assets 0,05 0,128 Ho Diterima Tidak Berbeda 9 Return On Equity 0,05 0,368 Ho Diterima Tidak Berbeda Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 9 rasio yang diteliti dari 2 perusahaan yang melakukan stock split ternyata semua rasio tidak mempunyai perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil perhitungan current ratio dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik, sedangkan kinerja keuangan PT Berlina Tbk sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split. 2. Dari hasil perhitungan quick ratio dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik, sedangkan kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum stock split lebih baik dari pada sesudah stock split. 3. Dari hasil perhitungan total asset turn over dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sesudah stock spit lebih baik dari pada sebelum stock split. 4. Dari hasil perhitungan receivable turn over dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik, sedangkan kinerja keuangan PT Berlina Tbk sebelum stock split lebih baik dari pada sesudah stock split. 5. Dari hasil perhitungan debt to total assets ratio dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sesudah stock split lebih baik dari pada sebelum stock split. 6. Dari hasil perhitungan debt to equity ratio dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split tidak ada yang baik 7. Dari hasil perhitungan profit margin dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split kurang baik. 8. Dari hasil perhitungan Return On Assets dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sebelum dan sesudah stock split kurang baik. 9. Dari hasil perhitungan Return On Equity dapat diketahui bahwa kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sebelum stock split kurang baik, sedangkan kinerja keuangan PT Delta Dunia Petroindo Tbk dan PT Berlina Tbk sesudah stock split baik. 10. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji t sampel berpasangan dapat diketahui bahwa dari 9 rasio yang diteliti dari 2 perusahaan yang melakukan stock split ternyata semua rasio tidak mempunyai perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah stock split.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 4 (2013)
25
Saran 1. Dari ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan beberapa rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split antara sebelum dan sesudah stock split dapat menjadi pertimbangan bagi investor yang akan menginvestasikan dananya sesuai dengan kecenderungannya dalam melihat kinerja keuangan berdasarkan rasio keuangan. 2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan mengambil dengan jumlah sampel perusahaan yang lebih banyak dan periode penelitian yang lebih lama, agar menghasilkan informasi yang lengkap kepada investor maupun calon investor. DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi, dan Pemegang Saham). Penerbit Andi. Yogyakarta. Djarwanto. 2003. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta. Fess, Warren, and Reeve. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Edisi Pertama.Salemba Empat. Jakarta Hanafi, M dan A. Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Jogianto, H. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. BPFE Yogyakarta. Keiso, D.E dan Weygant. 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh Jilid Dua. Erlangga. Jakarta. Kurniawati, I. 2003. Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham : Studi Empiris Pada Non-Syncronas Trading. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 6 no.3 :264:275 Mulyadi. 2003. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi ke-3, Salemba Empat. Jakarta. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Keempat belas. Liberty. Yogyakarta. Sartono, A. 2000. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi. BPFE.Yogyakarta. Simamora, H. 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta Weston, J. F and T.E. Copeland. 2002. Manajemen Keuangan (terjemahan). Jilid Satu. Edisi Kedelapan. Cetakan Yusuf, A. 2001. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Dua. STIE YKPPN Yogyakarta