ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH MERGER DAN AKUISISI (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
ABSTRAK Merger dan Akuisisi merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang bertujuan untuk melakukan ekspansi perusahaan dengan risiko yang lebih rendah. Analisis perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi diukur menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (CR), rasio solvabilitas (DAR), rasio profitabilitas (NPM, ROA, dan ROE), rasio aktivitas (TATO), dan rasio pasar (EPS). Penelitian ini melihat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi periode 2008-2012 sebanyak 16 perusahaan dengan menggunakan paired sample t-test dan wilcoxon signed ranks test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio CR, DAR, NPM, ROA, ROE, dan TATO tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Tetapi, pada rasio EPS menunjukkan perbedaan yang positif antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Kata kunci : Merger dan Akuisisi, Kinerja Keuangan, Paired Sample T-Test, dan Wilcoxon Signed Ranks Test
I. 1.1.
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1997 yang terjadi hampir di seluruh kawasan Asia berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak yang terjadi adalah banyak perusahaan yang mengalami kerugian hingga kebangkrutan, karena sudah tidak mampu lagi membayar biaya produksi serta operasional perusahaan. Beberapa strategi dapat dilakukan perusahaan untuk menjaga persaingan dalam bisnis mereka. Perusahaan dapat melakukan strategi internal maupun strategi eksternal. Strategi internal yang dilakukan dapat berupa pengembangan produk, meluncurkan produk baru, atau dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang sudah ada.
Strategi eksternal juga dapat dilakukan oleh perusahaan, salah satunya adalah dengan jalan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga atau dengan ekspansi perusahaan. Ekspansi dapat dilakukan dengan cara merger, akuisisi, maupun konsolidasi. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi persaingan usaha serta untuk meningkatkan nilai perusahaan. Beberapa alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah sinergi, pertimbangan pajak, membeli aset di bawah biaya penggantian, diversifikasi, insentif bagi para manajer, dan breakup value. Dari beberapa alasan tersebut, alasan yang lebih sering muncul adalah alasan sinergi, namun ada atau tidaknya sinergi tidak dapat dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi terjadi, 1
tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang dimaksud adalah nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing – masing perusahaan sebelum terjadinya aktifitas merger dan akuisisi. Nilai perusahaan yang dimaksud tercermin dalam kondisi finansial perusahaan. Jika kondisi finansial perusahaan menjadi lebih baik setelah melakukan aktifitas merger dan akuisisi berarti merger dan akuisisi tersebut adalah strategi dianggap tepat bagi perusahaan. Namun, jika hal sebaliknya terjadi maka keputusan m melakukan merger dan akuisisi kurang tepat. Keberhasilan perusahaan melakukan aktifitas merger dan akuisisi dapat dilihat melalui kinerja keuangan setelah merger dan akuisisi. Kinerja tersebut dapat dibandingkan dengan sebelum perusahaan melakukan aktifitas merger dan akuisisi agar perusahaan mampu menilai apakah ada sinergi yang dicapai setelah melakukan merger dan akuisisi. Penghitungan kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan penghitungan rasio – rasio keuangan. Penelitian tentang aktivitas merger dan akuisisi teleh banyak dilakukan di Indonesia, antara lain penelitian yang dilakukan Ana Urnik (2010) yang meneliti kinerja keuangan 9 perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada periode 2005 hingga 2008 memiliki hasil yang tidak signifikan. Penelitian tersebut menggunakan rasio – rasio keuangan yang meliputi CR, QR, Fixed Asset Turnover, DER, OPM, ROE, ROI, dan NPM dengan periode penghitungan 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fairuz pada tahun 2012 yang
meneliti tentang perbandingan kinerja keuangan perusahaan publik sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hasil dari penelitian tersebut adalah dari 7 rasio yang digunakan dalam penelitian, ada 3 rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Fairuz Angger Wibowo (2012) dengan objek dan waktu penelitian yang berbeda. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt To Total Asset Ratio, Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Total Assets Turnover, dan Earning Per Share. Maka, penelitian ini berjudul : “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah Merger dan Akuisisi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
1.2.
Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan Current Ratio sebelum dan setelah merger dan akuisisi? 2. Apakah terdapat perbedaan Debt To Total Asset Ratio sebelum dan setelah merger dan akuisisi? 3. Apakah terdapat perbedaan Net Profit Margin sebelum dan setelah merger dan akuisisi? 4. Apakah terdapat perbedaan Return On Asset sebelum dan setelah merger dan akuisisi? 5. Apakah terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan setelah merger dan akuisisi? 6. Apakah terdapat perbedaan Total Assets Turnover sebelum dan setelah merger dan akuisisi? 7. Apakah terdapat perbedaan Earning Per Share sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
2
II.
LANDASAN TEORI
2.1
Penggabungan Usaha Ikatan akuntan Indonesia dalam pernyataan standar akuntansi keuangan Indonesia Nomor 22 (PSAK No.22) mendefinisikan penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2009). Jenis penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu akuisisi dan penyatuan usaha (Merger).
2.2
Merger Definisi merger adalah penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan yang bergabung kedalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Secara singkat merger berarti kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lain menghentikan aktivitas atau bubar (Abdul Moin, 2007).
2.3
Akuisisi Kata akuisisi berasal dari acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu / objek untuk ditambahkan pada sesuatu / objek yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi dalam segi bisnis dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan kedua perusahaan tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Abdul Moin, 2007).
2.4
Motif Merger dan Akuisisi Menurut Ary Suta (2000) ada beberapa motif yang mendorong perusahaan melakukan merger dan akuisisi, yaitu :
1. Motif Ekonomi Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. 2. Motif Sinergi Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi lebih besar daripada penjumlahan nilai masing – masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. 3. Motif Diversifikasi Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. 4. Motif Non Ekonomi Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja, tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat nonekonomi, seperti prestis dan ambisi.
2.5
Analisis Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2010), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio keuangan perusahaan.
3
Ikatan Akuntan Indonesia (2009) mengatakan, kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan. 2.6
tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 5 H5.1 : Terdapat perbedaan Return On Equity yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H5.2 : Terdapat perbedaan Return On Equity yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 6 H6.1 : Terdapat perbedaan Total Assets Turnover yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H6.2 : Terdapat perbedaan Total Assets Turnover yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 7 H7.1 : Terdapat perbedaan Earning Per Share yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H7.2 : Terdapat perbedaan Earning Per Share yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi
Hipotesis Hipotesis 1 H1.1 : Terdapat perbedaan Current Ratio yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H1.2 : Terdapat perbedaan Current Ratio yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 2 H2.1 : Terdapat perbedaan Debt To Total Asset Ratio yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H2.2 : Terdapat perbedaan Debt To Total Asset Ratio yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 3 H3.1 : Terdapat perbedaan Net Profit Margin yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H3.2 : Terdapat perbedaan Net Profit Margin yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 4 H4.1 : Terdapat perbedaan Return On Asset yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H4.2 : Terdapat perbedaan Return On Asset yang signifikan antara 2
III. 3.1
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Anto (2000), penelitian deskriptif kuantitatif adalah teknik mengumpulkan, mengolah, menyederhanakan, menyajikan, dan menganalisa data agar dapat memberikan gambaran keadaan di lapangan secara sistematis, dalam penelitian ini akan menggambarkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah terjadinya merger dan akuisisi. Penelitian ini merupakan hypothesis testing atau pengujian hipotesis yaitu pengujian yang didasarkan pada hipotesis yang telah
4
diajukan sebelumnya sehingga dapat ditarik kesimpulan.. 3.2
Definisi Operasional Variabel
1. Rasio Likuiditas Menurut Harahap (2009), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Rasio lancar dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐶𝑅 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
(Brigham dan Houston, 2011) 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menurut Harahap (2009) adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Debt To Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aktiva. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah : 𝐷𝐴𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
(Brigham dan Houston, 2011)
dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Net Profit Margin (NPM) Merupakan rasio yang membandingkan laba bersih terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑁𝑃𝑀 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 (Vijay, dkk, 2012) b. Return On Asset (ROA) Rasio ini mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva oleh manajemen. Sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan kinerja atas penggunaan aktiva yang baik (Brigham dan Houston, 2011). ROA dihitung dengan rumus : 𝑅𝑂𝐴 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
(Brigham dan Houston, 2011) c. Return On Equity (ROE). Menurut Harahap (2009), return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Return On Equity dapat dihitung dengan rumus : 𝑅𝑂𝐸 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
(Brigham dan Houston, 2011) 3. Rasio Profitabilitas Menurut Harahap (2009), rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
4. Rasio Aktivitas Brigham dan Houston (2011) mengatakan bahwa total assets turnover 5
adalah rasio yang mengukur perputaran seluruh aset perusahaan dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Total assets turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. TATO dapat dihitung dengan rumus : 𝑇𝐴𝑇𝑂 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
(Brigham dan Houston, 2011) 5. Rasio Pasar Moeljadi (2006), mengatakan bahwa rasio nilai pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS). Rasio Earning Per Share merupakan perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar atau pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar. EPS dapat dihitung dengan rumus : 𝐸𝑃𝑆 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Pengujian Hipotesis Penelitian ini melakukan beberapa uji hipotesis untuk menarik kesimpulan. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data rasio keuangan selama sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Uji kenormalan dilakukan dengan menggunakan alat statistik program SPSS yaitu One-Sample Kolmogorov Smirnov. Apabila data berdistribusi normal pengujian hipotesis menggunakan uji statistik parametrik yaitu Paired Sample T-Test (uji t berpasangan), namun apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji statistik nonparametrik yaitu Wilcoxon Signed Ranks Test. IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Penelitian
Rasio Likuiditas Rata – rata likuiditas perusahaan manufaktur yang diukur dengan current ratio 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,58 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 1,79. Rata – rata current ratio 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,75 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 1,94. Jadi, kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang lancar dengan aktiva lancar mengalami peningkatan setelah melakukan merger dan akuisisi dibanding sebelum melakukan merger dan akuisisi.
(Brigham dan Houston, 2011) Rasio Solvabilitas 3.3
Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data berdasarkan rata – rata (mean), standar deviasi, varian, maximum, minimum, sum, range, serta kemencengan distribusi yang terdiri dari kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2009).
Rata – rata solvabilitas perusahaan manufaktur yang diukur dengan Debt To Total Asset Ratio pada saat 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,53 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,49. Rata – rata Debt To Total Asset Ratio pada saat 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,61 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,48.
6
Rasio Profitabilitas
Rasio Pasar
Rata – rata Net Profit Margin perusahaan manufaktur 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,004 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,09. Rata – rata Net Profit Margin perusahaan manufaktur 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,009 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,09. Hal ini berarti penjualan yang dilakukan oleh perusahaan meningkat drastis.
Rata – rata EPS 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,124 atau 124 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,240 atau 240. Rata – rata EPS 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,086 atau 86 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,256 atau 256.
Rata – rata Return On Asset perusahaan manufaktur 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,05 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,12. Rata – rata Return On Asset perusahaan manufaktur 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,07 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,1. Hal tersebut berarti rata – rata kinerja atas penggunaan aktiva perusahaan mengalami peningkatan. Rata – rata Return On Equity 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,06 sedangkan 1 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0,23. Rata – rata Return On Equity 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,25 sedangkan 2 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0,44. Rasio Aktivitas Rata – rata TATO perusahaan manufaktur 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,26 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 1,19. Rata – rata TATO perusahaan manufaktur 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,31 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 1,18. Rasio ini menunjukkan bahwa rata – rata TATO perusahaan sebelum merger dan akuisisi lebih besar daripada setelah merger dan akuisisi.
4.2
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan hipotesis yang telah ditentukan, maka didapatkan hasil olah data sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Uji Hipotesis No
Rasio
1 2 3 4 5 6 7
CR DAR NPM ROA ROE TATO EPS
Signifikansi 1 Tahun 2 Tahun
0.340 0.272 0.109 0.234 0.501 0.272 0.012
0.556 0.129 0.278 0.560 0.679 0.184 0.045
Keterangan Tidak Berbeda Tidak Berbeda Tidak Berbeda Tidak Berbeda Tidak Berbeda Tidak Berbeda Berbeda
Sumber: lampiran Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa Current Ratio, Debt To Total Asset Ratio, Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Total Assets Turnover, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah aktivitas merger dan akusisi pada tahun pertama maupun tahun kedua, sedangkan Earning Per Share menunjukkan adanya perbedaaan yang signifikan antara sebelum dan setelah aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan
7
4.3
Interpretasi Hasil Penelitian Rasio Likuiditas Berdasarkan paired sample t-test atau uji beda, ditemukan bahwa CR sebelum dan setelah merger dan akuisisi tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal tersebut disebabkan karena periode pengamatan yang terlalu pendek, sehingga pengaruh merger dan akuisisi belum terlihat. Selain periode amatan yang pendek, manajemen perusahaan masih menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan yang baru karena merger dan akuisisi menyebabkan penyatuan dua budaya perusahaan yang berbeda. Tidak adanya perbedaan Current Ratio juga terjadi karena berdasarkan data yang telah diperoleh, secara rata – rata terjadi peningkatan aktiva lancar setiap tahun, tetapi peningkatan tersebut juga terjadi pada utang lancar yang mengakibatkan peningkatan nilai Current Ratio tidak memiliki perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Hal ini menandakan pula bahwa adanya merger dan akuisisi jika dilihat dari segi Current Ratio belum menimbulkan sinergi yang positif bagi perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan batasan dimana perusahaan didanai oleh hutang. Rasio solvabilitas dalam penelitian ini dicerminkan melalui Debt To Total Asset Ratio (DAR). Rata – rata rasio DAR pada perusahaan manufaktur mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang didanai kreditur mengalami penurunan, artinya ketergantungan perusahaan terhadap pendanaan aktiva dari kreditur menjadi berkurang dan perusahaan semakin mampu membiayai aktiva yang dimiliki dengan biaya pribadi perusahaan. Semakin rendah rasio ini berarti semakin rendah pula risiko
keuangan perusahaan. Rasio solvabilitas menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil perhitungan rasio sebelum dan setelah merger dan akuisisi namun tidak signifikan, artinya penurunan nilai rasio DAR tidak berpengaruh bagi perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi karena perubahan tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kondisi sebelum melakukan merger dan akuisisi. Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada Debt To Total Asset Ratio ini terjadi karena berdasarkan data yang diperoleh, peningkatan total utang setelah merger dan akuisisi juga diikuti dengan peningkatan total aktiva perusahaan setelah merger dan akuisisi, sehingga menyebabkan perbandingan antara total utang dan total aktiva perusahaan tidak berbeda antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas dalam penelitian ini tercermin melalui Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE). Net Profit Margin yang diuji menggunakan uji beda Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan data yang diperoleh, peningkatan laba bersih perusahaan setelah merger dan akuisisi juga diikuti dengan peningkatan penjualan yang dihasilkan perusahaan setelah merger dan akuisisi, sehingga menyebabkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Rata – rata Return On Asset yang dimiliki perusahaan manufaktur pada saat 1 tahun dan 2 tahun sebelum perusahaan melakukan merger dan akuisisi menunjukkan nilai 0,05 dan 0,07. Setelah perusahaan melakukan 8
merger dan akuisisi nilai ROA mengalami peningkatan saat 1 tahun dan 2 tahun dengan nilai berturut – turut 0,12 dan 0,09. Hal tersebut berarti rata – rata kinerja atas penggunaan aktiva perusahaan mengalami peningkatan. Berdasarkan uji Wilcoxon signed ranks test dan paired sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan data yang diperoleh, peningkatan laba bersih perusahaan setelah merger dan akuisisi juga diikuti dengan peningkatan total aktiva perusahaan setelah merger dan akuisisi, sehingga menyebabkan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Rasio Return On Equity menunjukkan adanya peningkatan secara berturut – turut, artinya modal saham yang dapat menghasilkan laba bagi perusahaan mengalami peningkatan. Berdasarkan Wilcoxon signed ranks test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan data yang diperoleh, peningkatan laba bersih perusahaan setelah merger dan akuisisi juga diikuti dengan peningkatan total ekuitas perusahaan setelah merger dan akuisisi, sehingga menyebabkan perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Rasio profitabilitas yang diukur menggunakan tiga rasio, yaitu NPM, ROA, dan ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah terjadinya merger dan akuisisi. Hal tersebut disebabkan karena setelah melakukan merger dan akuisisi laba bersih perusahaan bertambah besar sedangkan penjualan,
total aktiva, serta total ekuitas yang dimiliki perusahaan tidak terlalu besar. Hal tersebut membuktikan bahwa merger dan akuisisi bukan merupakan strategi yang tepat bagi perusahaan. Manajemen perusahaan perlu meninjau ulang beberapa aspek sebelum mengambil keputusan terkait strategi perusahaan. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan. Rasio aktivitas yang diuji menggunakan Paired sample t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada masa sebelum dan setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan belum berjalan dengan baik dibandingkan sebelum melakukan merger dan akuisisi. Kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan lebih efisien pada saat sebelum merger dan akuisisi. Rasio Pasar Rasio pasar digunakan untuk mengukur kemampuan prestasi pasar relatif terhadap nilai buku, pendapatan, atau dividen. Rasio pasar dalam penelitian ini tercermin dalam Earning Per Share (EPS). EPS digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membagi labanya kepada para pemegang saham. Rata – rata EPS perusahaan manufaktur setelah melakukan merger dan akuisisi mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Saat 1 tahun dan 2 tahun sebelum merger dan akuisisi laba yang dibagi kepada para pemegang saham berturut – turut adalah Rp 124 9
dan Rp 86 per lembar saham, sedangkan pada masa 1 tahun sampai 2 tahun setelah merger dan akuisisi laba yang dibagi secara berturut – turut adalah Rp 240 dan Rp 256 per lembar saham. Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Hal ini disebabkan oleh adanya perusahaan yang mampu menghasilkan peningkatan laba yang cukup tinggi setelah melakukan merger dan akuisisi. Kenaikan laba perusahaan manufaktur setelah merger dan akuisisi disebabkan karena adanya sinergi positif yang terjadi dalam aktivitas merger dan akuisisi. Berdasarkan data yang diperoleh, rata – rata peningkatan laba perusahaan pada 1 tahun sebelum dan setelah merger dan akuisisi sebesar 85%, sedangkan pada 2 tahun sebelum dan setelah merger dan akuisisi adalah sebesar 124%. Kenaikan laba tersebut mengakibatkan peningkatan pada rasio EPS perusahaan setelah merger dan akuisisi. Earning Per Share yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk membagikan laba pada pemegang saham semakin baik, sehingga akan semakin meningkatkan kesejahteraan investor. Hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modal, semakin tinggi minat investor untuk membeli saham perusahaan, maka permintaan saham akan naik dan diikuti dengan kenaikan harga saham yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa tujuan perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi belum tercapai pada satu tahun maupun dua tahun setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada variabel Current Ratio, Debt To Total Asset Ratio, Net Profit Margin, Return
On Asset, Return On Equity, dan Total Assets Turnover antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi, sedangkan perbedaan yang signifikan hanya terjadi pada rasio pasar yang diukur dengan menggunakan Earning Per Share. Beberapa hal yang dapat menyebabkan belum terjadinya perbaikan kinerja perusahaan secara signifikan adalah adanya motif non ekonomi yang lebih dominan, seperti prestise, ambisi, dan menyelamatkan perusahaan lain dari kebangkrutan. Merger dan akuisisi berarti menggabungkan dua atau lebih usaha yang mengharuskan seluruh elemen dalam perusahaan menyesuaikan dengan keadaan budaya kerja yang baru untuk menumbuhkan dan membangun sinergi positif bagi perusahaan tersebut. Selain motif non ekonomi dan penyesuaian budaya kerja yang mungkin lebih dominan, periode yang diamati dalam penelitian ini juga terlalu pendek, sehingga perubahan atau perbedaan kondisi kinerja perusahaan akibat keputusan merger dan akuisisi belum dapat terlihat secara signifikan. Perbedaan yang signifikan hanya terjadi pada rasio pasar yang diukur dengan Earning Per Share, rasio ini berhubungan dengan kondisi dan reaksi pasar terhadap aktivitas merger dan akuisisi. Aktivitas tersebut memberikan sentiment positif pada pasar, sehingga dapat menimbulkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah aktivitas merger dan akuisisi. Sinergi positif yang diinginkan perusahaan atas keputusan merger dan akuisisi belum dapat tercapai ketika ditinjau dari sisi kinerja keuangan perusahaan. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, 10
yaitu adanya motif non ekonomi yang lebih dominan, perusahaan masih dalam proses penyesuaian pasca aktivitas merger dan akuisisi, serta periode penelitian yang singkat mengakibatkan perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah merger dan akuisisi tidak terjadi secara signifikan.
4.4
Implikasi Penelitian Penelitian ini diadakan untuk mengetahui apakah terdapat perbaikan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi, dengan melakukan analisis rasio dari laporan keuangan selama 4 tahun periode pengamatan, yaitu pada 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi, serta melihat pula kondisi pada 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2008-2012. Analisis kinerja keuangan dilakukan dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan yang diwakili oleh rasio likuiditas (menggunakan Current Ratio), rasio solvabilitas (menggunakan Debt To Total Asset Ratio), rasio profitabilitas (menggunakan Net Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity), rasio aktivitas (menggunakan Total Assets Turnover), serta rasio pasar (menggunakan Earning Per Share). Adanya perbedaan Earning Per Share disebabkan oleh peningkatan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan pada saat setelah melakukan merger dan akuisisi. Sedangkan untuk kinerja keuangan yang lain tidak mengalami perubahan yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal yang
dimaksud adalah kurangnya kesiapan perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi, adanya perbedaan budaya organisasi yang menyebabkan sulitnya memunculkan sinergi antara kedua perusahaan, serta adanya kesalahan perkiraan perusahaan yang disebabkan oleh kurangnya pengalaman perusahaan dalam kegiatan merger dan akuisisi sehingga terjadi kesalahan pengambilan keputusan dan kebijakan. Faktor eksternal yang mampu mempengaruhi kinerja keuangan dapat berupa keadaan ekonomi Negara yang sedang tidak stabil, yang mempengaruhi naik turunnya harga saham dan suku bunga. Sedangkan faktor lain dapat berupa adanya masalah yang berhubungan dengan stakeholder seperti harga bahan baku yang naik bersamaan dengan aktivitas merger dan akuisisi yang dapat menyebabkan kenaikan pada biaya. Hal tersebut yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan aktivitas merger dan akuisisi perusahaan. Bagi perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi, sebaiknya melakukan pertimbangan yang matang dan memilih target perusahaan dengan tepat sehingga keinginan untuk memperoleh sinergi dari aktivitas tersebut dapat tercapai. Perusahaan juga harus mempunyai rencana integrasi pasca merger dan akuisisi yang mendetail. Sebelum melakukan merger dan akuisisi, perusahaan sebaiknya mencari informasi tentang kinerja dan budaya perusahaan target. Penilaian kinerja keuangan ini diharapkan dapat membuat pengambil keputusan lebih berhati – hati karena keberhasilan merger dan akuisisi akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
11
V. 5.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, serta interpretasi hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis dari variabel Current Ratio secara umum tidak menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode amatan. Hal ini disebabkan karena secara rata – rata terjadi peningkatan aktiva lancar setiap tahun yang diikuti juga dengan peningkatan utang lancar perusahaan, sehingga perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar sama – sama mengalami peningkatan. 2. Hasil analisis dari variabel Debt To Total Asset Ratio secara umum tidak menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode amatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan pada total utang dan total aktiva perusahaan setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi, sehingga menyebabkan perbandingan antara total utang dan total aktiva perusahaan tidak berbeda antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. 3. Hasil analisis dari variabel Net Profit Margin secara umum tidak menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode amatan. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan laba bersih perusahaan juga diikuti oleh peningkatan penjualan setelah merger dan akuisisi, sehingga menyebabkan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan tidak berbeda. 4. Hasil analisis dari variabel Return On Asset secara umum tidak menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode
amatan. Hal ini disebabkan karena peningkatan total aktiva perusahaan seiring dengan peningkatan laba bersih perusahaan, sehingga perbandingan antara laba bersih dan total aktiva tidak berbeda. 5. Hasil analisis dari variabel Return On Equity secara umum tidak menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode amatan. Hal tersebut disebabkan karena adanya peningkatan laba bersih yang diikuti oleh peningkatan total ekuitas perusahaan, sehingga perbandingan antara keduanya tidak memiliki perbedaan. 6. Hasil analisis dari variabel Total Assets Turnover secara umum menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode amatan. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan belum berjalan dengan baik dibandingkan sebelum melakukan merger dan akuisisi. Kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan lebih efisien pada saat sebelum merger dan akuisisi. 7. Hasil dari analisis variabel Earning Per Share secara umum menunjukkan terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada kedua periode amatan. Hal ini disebabkan karena adanya perusahaan yang mampu menghasilkan peningkatan laba yang cukup tinggi setelah melakukan merger dan akuisisi. Peningkatan tersebut disebabkan karena terjadi sinergi yang positif dalam aktivitas merger dan akuisisi tersebut. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kenaikan pada rasio 12
EPS, semakin tinggi EPS mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk membagikan laba pada pemegang saham semakin baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. 5.2
selanjutnya diharapkan melakukan studi dengan periode yang lebih panjang, sehingga analisis yang diberikan lebih mendalam dan mendekati kenyataan yang sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA
Saran 1. Bagi Manajemen Perusahaan Merger dan akuisisi merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang dilakukan untuk mendapatkan sinergi dan memperkuat kondisi perusahaan, sehingga manajemen perlu melakukan banyak pertimbangan agar dampak dari merger dan akuisisi dapat menjadi pengaruh positif bagi perusahaan. Pertimbangan kondisi eksternal dan kondisi internal perusahaan menjadi sangat penting melihat hasil dari penelitian ini, dimana menunjukkan belum adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. 2. Bagi Investor Investor perlu melakukan pertimbangan dan berhati – hati dalam menyikapi kegiatan merger dan akuisisi, karena belum dapat dipastikan bahwa merger dan akuisisi memberikan dampak positif bagi perusahaan. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Melihat keterbatasan penelitian ini, penelitian dengan judul serupa selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel rasio yang diteliti di luar variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian, selain itu penelitian selanjutnya dapat mengambil objek yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur agar dapat menggambarkan kondisi merger dan akuisisi secara lebih luas. Penelitian
Abdul Moin. 2007. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 2. Ekonisia: Yogyakarta Agnes Sawir. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Ana Urnik Khusniah. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Anto
Dajan. 2000. Pengantar Metode Statistik, Jilid Satu. Pustaka LP3ES: Jakarta
Ary Suta, I.P.G. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD SATRIA BHAKTI: Jakarta Beams, Anthony, Clement dan Lowensohn. 2004. Akuntansi Lanjutan, diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf. 2009. Edisi Kesembilan, Jilid 1. Erlangga: Jakarta Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. 2011. Edisi 11, Jilid 2. Salemba Empat: Jakarta Coyle, Brain. 2000. Mergers and Aquisitions, Library edition. Amacom: New York David, R. Fred. 2006. Manajemen Strategis, diterjemahkan oleh Sulistio P dan
13
Mahardika H. 2009. Edisi 12, Buku 1. Salemba Empat: Jakarta Dharmasetya, Lani dan Vonny Sulaimin. 2009. Merger dan Akuisisi Tinjauan dari Sudut Akuntansi dan Perpajakan. PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia: Jakarta Fairuz Angger Wibowo. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi pada Perusahaan yang Melakukan Merger dan Akuisisi, Periode 2004-2010). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro: Semarang Hamidah dan Manasye Noviani. 2013. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006). Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). Vol. 4, No. 1, 2013, Hal 31-52
Pengakuisisi yang Terdaftar di BEI Periode 2000-2011). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol. 11, No. 2, Juni 2013, Hal 99-114 Irham Fahmi. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta: Bandung Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Gratindo: Jakarta Lukman Syamsuddin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Edisi Pertama. Bayu Media Publishing: Malang. Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2009. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raya Grafindo Persada: Jakarta
Saham OK. 2015. Perusahaan Manufaktur 2015. Viewed 31 Januari 2016.
I Gusti Ary Suryawathy. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika (JINAH). Vol. 3, No. 2, Juni 2014, Hal 1123-1133
Siti Fatimah. 2013. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi (Pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. CV Alvabeta: Bandung Tito
Imam Ghozali. 2009. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang Ira, Rina, dan Aspahani. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Akuisisi (Study pada Perusahaan
Bayuristyawan. 2013. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah: Surakarta
14
Vijay S. Patel & Chandresh B. Mehta. A Financial Ratio Analysis of Khrishak Bharati Cooperative Limited. 2012. International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research. Vol. Issue 10 Yoga Ferdi Murdabahari. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2012). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang www.idx.co.id www.kppu.go.id/id/
15