PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2014 Dewi Sartika STIE Indonesia Banjarmasin
[email protected] Jumirin Asyikin Prgram Studi Akuntansi – STIE Indonesia Banjarmasin
[email protected] Saifhul Anuar Syahdan Prgram Studi Akuntansi – STIE Indonesia Banjarmasin
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keputusan stock split terhadap perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split. pengukuran kinerja perusahaan tersebut menggunakan lima rasio keuangan yaitu return on shareholders’ equity, earning per share, invested capital turnover, equity turnover dan debt/equity ratio, Populasi dalam penelitian ini perusahaaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2014 dengan jumlah sampel 11 perusahaan go public dan melakukan stock split pada tahun 2011. Cara pengolahan data dan analisis datanya menggunakan uji beda t-test yaitu paired samples t-test untuk menguji rata-rata dua sampel yang berhubungan dengan menggunakan program SPSS versi 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stock split menghasilkan perbedaan yang signifikan pada pengukuran rasio ICT karena probabilitas kurang dari 0,05. Sebaliknya ROE, EPS, ET dan DER menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada pengujian ICT dan ET nilai mean menurun setelah stock split, dan artinya kinerja perusahaan mengalami penurunan, sehingga hasil pengujian pada kedua rasio ini tidak dapat mendukung signalling theory. Sedangkan mean dari ROE, EPS dan DER meningkat setelah stock split, dan artinya kinerja perusahaan mengalami peningkatan, sehingga hasil pengujian pada ketiga rasio ini dapat mendukung signalling theory. Kata kunci:
stock split, rasio keuangan, dan kinerja keuangan perusahaan
1
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
ABSTRACT
This study aims to analyze the stock split decisions on differences in the company’s financial performance before and after the stock split. The measurement of company advancement is using five financial ratio; return on shareholders’ equity, earning per share, invested capital turnover, equity turnover and debt/equity ratio Population in this research firms listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2014 with a sample of 11 companies went public and the stock split in 2011. The way the data processing and analysis of data using different test t-test is paired samples t-test for test average of two samples associated with using SPSS version 17. The results showed that the stock split resulted in a significant difference in the measurement of the ratio of ICT as a probability of less than 0.05. Instead ROE, EPS, ET and DER showed no significant difference. In testing the ICT and ET mean values declined after the stock split, and means that the company's performance has decreased, so that the test results on both these ratios can not support the signaling theory. While the mean of ROE, EPS and DER increased after the stock split, and means that the company's performance has increased, so that the test results on these three ratios can support the signaling theory. Keywords: stock split, financial ratio, company financial performance
PENDAHULUAN Pasar modal merupakan fasilitas yang tepat untuk mempertemukan pihak uang memiliki kelebihan dana atau calon investor dengan perusahaan yang membutuhkan dana (Dwimulyani, 2014:33). Dalam pasar modal banyak tersedia informasi yang dapat diperoleh investor berupa informasi publik maupun informasi pribadi. Salah satu informasi yang menarik bagi investor atau calon investor adalah pengumuman stock split. Tujuan perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan daya jual saham dengan cara menurunkan nilai saham per lembarnya. Nilai saham yang lebih rendah akan memudahkan perusahaan untuk menerbitkan saham tambahan. 2
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Hal ini akan sangat efektif jika dilakukan terhadap saham yang harganya sudah cukup tinggi (Darmadji dan Fakhrudin, 2011). Dengan melakukan stock split, maka harga saham akan menjadi lebih rendah sehingga akan lebih mudah dijangkau oleh investor kecil, hal ini akan menimbulkan permintaan saham meningkat dan saham akan menjadi lebih likuid. Menurut Lidharta (2011:65), menyatakan Penelitian yang berkaitan dengan stock split yang dilakukan dinegara maju memperlihatkan bahwa pada umumnya stock split dilakukan setelah terjadi kenaikan harga saham (stock price) perusahaan, stock split itu sendiri menyebabkan reaksi positif terhadap stock price selama tanggal pengumuman stock split. Sinyal/reaksi positif oleh manajeman kepada publik terjadi jika perusahaan mempunyai prospek masa depan yang baik diikuti dengan kinerja yang bagus, sehingga pasar akan bereaksi pada saat pengumuman penerbit saham (emiten) tersebut memiliki prospek yang baik dimasa depan. Pasar akan bereaksi positif jika suatu sinyal dianggap valid, dapat dipercaya dan perusahaan tersebut dapat menanggung biaya yang besar dari stock split. Sebaliknya sinyal yang tidak valid akan menimbulkan dampak negatif karena perusahaan tersebut tidak memiliki prospek yang baik dimasa depan dan kinerja yang bagus sehingga perusahaan tidak mampu menanggung biaya dari stock split tersebut. Hal ini juga dapat berdampak negatif bagi perusahaan karena stock split akan menurunkan harga sekuritasnya. Penelitian yang dilakukan Dwimulyani dan Labibah (2014), menganalisis tentang harga saham, likuiditas saham, earning per share dan earning ratio antara sebelum dan setelah stock split. Hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap keputusan stock split, sedangkan likuiditas saham berpengaruh negatif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Untuk variabel pertumbuhan earning per share dan price earning ratio, masing-masing variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Pada uji beda yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan harga saham relatif, likuiditas saham, pertubuhan earning per share, dan price earning ratio antara periode sebelum dan sesudah stock split. 3
PROSIDING MEBC 2016 GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Sedangkan penelitian yang dilakukan Lidharta (2011), menguji analisis perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split diperoleh kinerja keuangan perusahaan sesudah dilakukan pemecahan saham menjadi menurun dan kinerja keuangan perusahaan sesudah dilakukan pemecahan saham menjadi meningkat. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Lidharta (2011), dimana yang membedakan adalah tahun stock split. Penelitian Lidharta menggunakan perusahaan yang telah melakukan stock split pada tahun 2006 dengan 8 sampel sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan yang telah melakukan stock split pada tahun 2011 dengan 11 sampel. Penelitian Lidharta menggunakan data dalam kurun waktu (event study) dua tahun sebelum dan sesudah stock split, sedangkan penelitian ini menggunakan tiga tahun sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan beberapa uraian dan kajian empiris di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yaitu: “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2014”. LANDASAN TEORI Analisis rasio keuangan Pengertian analisa rasio keuangan menurut James C Van Home dalam Kasmir (2010:104), menyatakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Menurut Munawir (2002:83), menyatakan rasio-rasio keuangan dapat digolongkan sebagai berikut: 1.
Rasio keuangan untuk mengukur kinerja secara keseluruhan Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi investor untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan atau tidak. Pada dasarnya pengukuran kinerja merupakan pengukuran perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang telah diberikan kepaanya untuk mencapai tujuan 4
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
organisasi. Tujuan pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu peningkatan terhadap nilai suatu perusahaan. Rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja secara menyeluruh yaitu price/earning ratio, return on assets, return on invested capitas dan return on shareholders’ equity. 2.
Rasio untuk mengukur profitabilitas Pengukuran protabilitas sangat penting karena memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, yaitu untuk memperoleh laba yang maksimal
dari
penjualan
dan
pendapatan
investasi.
Investor
sangat
memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba agar dapat mengambil keputusan untuk melakukan investasi terhadap perusahaan tersebut. Rasio ini lebih memfokuskan pada angka-angka yang terdapat dalam laporan laba rugi. Rasio yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas yaitu gross margin percentage, profit margin dan earnings per share.
3. Rasio untuk mengukur pengujian pemamfaatan invetasi Jika rasio profitabilitas difokuskan pada angka yang ada di laporan keuangan laba rugi, maka pengujian terhadap pemanfaatan atau penggunaan aktiva meliputi angka-angka pada neraca dan laporan laba-rugi. Selain return on invrstment yang digunakan sebagai pengukuran menyeluruh dalam perusahaan, untuk pengukuran penggunaan aktiva yang lain dapat digunakan rasio asset turnover, invested capital turnover, equity turnover, capital intensity, day’s cash, day’s receivables, day’s inventory, inventory turnover, working capital turnover, current ratio dan acid-test (quik) ratio. 4.
Rasio untuk pengujian kondisi keungan Rasio ini berkaitan dengan likuiditas dan solvabilitas. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga difokuskan pada besaran dan hubungan antara utang lancar atau utang 5
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
jangka pendek dengan aktiva lancar. Sedangkan solvabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi biaya bunga dan membayar kembali kewajiban jangka panjang sesuai dengan skedul pembayarannya. Rasio yang digunakan financial leverage ratio, debt/equity ratio, debt/capitalization, time interest earned dan cash flow/debt. 5.
Kebijakan deviden Perusahaan harus mempunyai target debt/equity ratio yang harus dipertahankan sehingga dapat menentukan seberapa besar tambahan dana yang harus dibiayai dari pinjaman dan dari pemilik perusahaan. Dana dari pemegang saham dapat diperoleh melalui penerbitan saham baru atau dengan menahan keuntungan perusahaan (untuk tidak dibagi menjadi dividen). Maka pembagian dividen biasanya dilakukan oleh perusahaan yang profitable. Rasio yang digunakan yaitu dividend yield dan dividend payout. Pemecahan saham (stock split) adalah peningkatan jumlah saham beredar
dengan mengurangi nilai nominal saham, misalkan nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal (Van Horne dalam Fahmi, 2015). Lebih lanjut pemecahan saham (stock split) adalah tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan untuk mningkatkan jumlah lembar saham beredar, seperti menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan dua saham baru kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang sebelumnya dimiliki (Brigham dan Houston, 2006:100). Definis lainnya terkait dari pemecahan saham adalah sebagai dividen saham yang melebihi 25% (Keown, dkk, 2000,628). Stock split merupakan cara yang bisa dipakai oleh perushaaan untuk mengurangi nilai dari saham (Kieso, dkk, 2002:366). Stock split adalah pemecahan saham sehingga jumlah lembar saham yang beredar menjadi lebih besar dari semula. Teori stock split Fahmi (2015), mengatakan informasi dilakukannya stock split oleh suatu perusahaan dilihat sebagai suatu sinyal atau tanda-tanda yang menggambarkan 6
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
kondisi suatu perusahaan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi positif dan negatif, sebagaimana dikatakan oleh Jogiyanto (2005): “pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataannya bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split yang tidak mempunyai nilai
ekonomis
tersebut,
tetapi
karena
mengetahui
prospek
perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Tidak semua perusahaan dapat memberikan sinyal yang dianggap valid dan dapat dipercaya oleh pasar. Hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi sesuai yang disinyalkan yang akan mendapatkan reaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal tidak valid akan mendapatkan dampak yang negatif. Sesuai dengan yang ditemukan oleh Copeland, stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, jadi hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya. Sebaliknya, perusahaan tidak mempunyai prospek yang baik mencoba memberikan sinyal tidak valid lewat stock split tidak mampu menganggung biaya tersebut, sehingga stock split akan menurunkan harga sekuritasnya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.”
Signaling theory adalah teori yang melihat pada tanda-tanda yang menggambarkan tentang kondisi suatu perusahaan. Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan sebelumnya, kita sudah dapat memahami bahwa kebijakan suatu perusahaan dalam melakukan stock split menggambarkan kondisi suatu perusahaan yang sehat, terutama dari segi keuangan perusahaan. Secara logis kita juga tidak 7
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
mungkin menganggap suatu perusahaan melakukan stock split jika mereka berada dalam kondisi yang tidak sehat atau jatuh (fall stock). Perlu dipahami bahwa kenaikan harga saham tidak terjadi dengan sangat cepat, tetapi harga saham akan naik secara bertahap seperti ketika kita menaiki anak tangga. Begitu juga pada saat mengalami kejatuhan (fall stock), harga sham juga tidak akan langsung jatuh secara drastis lurus ke bawah seperti air terjun. Harga saham akan jatuh secara perlahan ke bawah seperti ketika kita melempar bola dari atas tangga ke bawah, sehingga sebelum jatuh ke bawah, boal tersebut akan sedikit melompat ke atas dan selanjutnya jatuh ke bawah. Tryfino (2009), mengatakan bahwa perlu diingat bahwa meskipun dalam trend naik tidak ada saham yang harganya terus naik. Saham tersebut akan membentuk grafik seperti tangga yang terus mengarah ke atas hingga ke titik/mencapai harga resistannya dan membuat titik/harga resistan yang baru. Demikian juga sebaliknya, jika harga saham menunjukan trend menurun maka harganya akan mengarah ke bawah dengan membentuk pola seperti tangga hingga menembus titik/harga supportnya dana kan membuat titik/harga support baru. Adapun bentuk hubungan stock split dan tranding range theory dapat dilihat dari persfektif pandangan internal perusahaan yang memotivasi pihak perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Sebagaimana dikatakan oleh Khomsiyah dan Sulistyo, berdasarkan tranding range theory tingkat kemahalan saham merupakan motivasi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Salah satu tujuan keputusan stock split bagi pihak manajemen perusahaan adalah untuk menampung aspirasi publik agar tercipta harga saham yang representatif atau terjangkau untuk dimiliki. Bagi publik ketika harga saham dianggap terlalu tinggi, keinginan untuk memiliki saham tersebut menjadi sulit, sehingga reaksi pasar dalam menanggapi saham menjadi berbeda, artinya nilai dan kinerja keuangan saham tersebut baik namun tidak memungkinkan untuk dimiliki Perlakuan pemecahan saham (stock split) tidak disebutkan dalam Standar Akuntansi Keungan (SAK). Namun yang diatur dalam PSAK No. 21 paragraf 23 tahun 2009 yaitu mengenai deviden saham yang dibagikan dalam perusahaan. 8
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Sebuah perusahaan dapa memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan cara mengurangi nilai nominal saham. Penurunan nilai nominal saham ini dapat menambah jumlah lembar saham yang beredar tanpa adanya penyetoran dan kapitalisasi dari laba yang tidak dibagi. Bagi pemegang saham penurunan nilai nominal per lembar saham tidak akan mengubah nilai buku investasi. Satu-satunya perubahan yang ada hanyalah adanya pertambahan jumlah lembar saham yang dimiliki. Keadaan ini tidak memerlukan jurnal namun cukup dengan catatan memo. Hubungan stock split dengan kinerja keuangan Menurut Fahmi (2015), secara umum ada suatu bentuk hubungan yang bisa kita lihat antara stock split dengan kinerja keuangan (financial performance), yaitu: a. Perusahaan yang melakukan stock split umumnya adalah perusahaan yang cenderung tidak memiliki masalah dalam bidang kinerja keuangan. b. Bagi publik perusahaan yang melalkukan stock split dianggap memiliki kinerja keuangan yang baik dimasa lalunya. Pendapat ini dinyatakan oleh Khomsiyah dan Sulistyo bahwa “hal ini berarti bahwa pemecahan saham lebih berkaitan dengan kinerja laba masa lalu dari pada kinerja masa depan”. Pendapat ini diperkuat oleh berbagai penelitian. Asquiyh dkk, menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk empat tahun sebelum pemecahan saham dilakukan. c. Keberhasilan kinerja masa lalu menunjukkan bahwa kualitas menajemen keuangan perusahaan telah ditangan dengan baik. Kondisi ini memberi kepercayaan bagi pihak investor, kreditor, dan para pemegang kepentingan (stakeholder) lainnya dalam merespon atau menilai kinerja keuangan perusahaan. Kepercayaan (trust) merupakan modal utama dalam menjalankan bisnis, tanpa kepercayaan yang tinggi maka publik akan bingung dalam menentukan keputusan apakah akan memiliki atau menjual saham tersebut. Namun, terkait kinerja keuangan, stock split merupakan suatu pembuktian kualitas kerja keras dari pihak manajemen perusahaan yang secara umum dapat dipercaya, dan salah satu sisi kepercayaan yang akan diterima adalah imbal hasil. 9
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
d. Jika stock split dilihat sebagai gambaran kinerja keuangan yang baik di masa lalu maka hasil rasio keuangan perusahaan juga dapat disimpulkan berada dalam koridor yang baik dan layak. Kelayakan (feasibility) tersebut ditunjukkan dari analisis sederhana bahwa kebijakan melakukan stock split juga membawa dampak pada biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, yaitu dalam bentuk pencetakan saham baru. Biaya yang harus ditanggung tersebut menunjukkan bahwa perusahaan telah benar-benar siap untuk melakukan kebijakan stock split.
Kerangka Pemikiran
Sebelum stock split
Sebelum stock split
Kinerja keuangan perusahaan yang diiukur dengan rasio: Retuen on shareholders’ equity Earning per share Invested capital turnover Equity turnover Debt/equity ratio
Hipotesis Melalui uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini 10
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
H0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split. HA : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.
METODE Desain Penelitian Penelitian ini melakukan pengujian untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah stock split. Pengujian ini juga untuk mengetahui bagaimana perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stok split, apakah menguntungkan atau tidak bagi investor. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keputusan untuk melakukan stock split merupakan suatu keputusan yang tepat bagi perusahaan, bukan hanya untuk menarik investor, tetapi juga untuk meningkatkan kinerja keuangannya. Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder karena lebih dapat dipercaya, yaitu data laporan keuangan perusahaan yang sudah diaudit oleh auditor independen yang dikumpulkan melalui internet dengan situs http://www.idx.co.id. Data yang diperlukan dari situs tersebut meliputi: a. Nama perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2011; b. Tanggal pengumuman stock split pada tahun 2011; c. Data laporan keuangan pada periode tiga tahun sebelum melakukan stock split dan tiga tahun sesudah melakukan stock split. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 11
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Objek pada penelitian ini adalah perusahaan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut berskala nasional, yaitu meliputi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang terdaftar di BEI. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan stock split pada tahun 2011. Pemilihan sampel berdasarkan metode sensus, karena data yang diperlukan tersedia lengkap. Sensus yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat semua elemen yang diselidiki, jadi menyelidiki semua objek, gejala, kejadian atau peristiwa. Berdasarkan teknik pengambilan sampel, maka yang dapat menjadi sampel dari penelitian ini adalah 11 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah nama-nama perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2011:
Tabel 1 Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Split pada Tahun 2011 No
Nama Emiten
1 Astra Otopart Tbk 2 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 3 Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 4 Central Omega Resources Tbk 5 Intraco Penta Tbk 6 Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 7 London Sumatera Plantition Tbk 8 Malindo Feedmill Tbk 9 Metro Realty Tbk 10 Pan Brothers Tbk 11 Surya Semesta Internusa Tbk Sumber: Data diolah kembali 2016.
Kode Saham AUTO BBRI BTPN DKFT INTA JTPE LSIP MAIN MTSM PBRX SSIA
Tanggal
Ratio
24/06/2011 11/01/2011 28/03/2011 02/12/2011 06/06/2011 26/07/2011 25/02/2011 15/06/2011 18/10/2011 15/06/2011 07/07/2011
1:5 1:2 1:5 1:2 1:5 1:5 1:5 1:5 1:4 1:4 1:4
Variable Penelitian dan Definisi Operasional Varibel 1. Return on shareholders’ equity (ROE): rasio yang menunjukkan hubungan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan modal pemegang saham. Rasio ini 12
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Menurut Kasmir. (2008:143) semakin tinggi rasio ROE maka semakin baik kinerja keuangan yang dilakukan perusahaan. Rumus yang digunakan yaitu: Net Income Return on shareholders’ equity = Shareholders equity 2. Earnings per share (EPS): rasio yang membandingkan antara laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur probabilitas. Rumus yang digunakan yaitu: Net Income Earnings per share = No share outstandinas 3. Invested capital turnover: rasio yang menunjukkan perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah utang jangka panjang ditambah dengan modal. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang digunakan dalam pengujian investasi. Rumus yang digunakan yaitu: Sales revenues Invested capital turnover = Long–term liabilities + shareholders equity 4. Equity turnover : rasio yang menunjukkan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal pemegang saham. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang digunakan dalam pengujian investasi. Rumus yang digunakan yaitu: Sales revernues Equity turnover = shareholders equity 5. Debt/equity ratio: rasio yang menunjukkan perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal pemegang saham. Rasio ini merupakan salah satu rasio 13
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
yang digunakan dalam pengujian kondisi keuangan. Menurut Kasmir. (2008:164) semakin tinggi rasio DER akan menunjukkan kinerja yang bururk bagi perusahaan. Maka perusahaan harus berusahaagar DER bernilai rendah. Rumus yang digunakan yaitu: Long trem liabilities Debt/equity ratio = Shareholders equity Teknik Analis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu penelitian analisis uji beda t-test, yaitu paired samples t-test. Analisis paired samples t-test untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2006:62). Dua sampel yang berhubungan tersebut yaitu perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split. Melalui pengujian dari analisis tersebut akan dapat diketahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dari perusahaan sebelum dan sesudah melalukan stock split. Cara pengolahan datanya menggunakan program SPSS (Statistik Produk Service Solution). Dasar pengambilan keputusannya: 1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak jadi variance sama. 2. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak jadi variance berbeda. Sebelum dilakukan uji beda t-test maka perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel terikat dan variabel bebas dalam regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis paired samples t-test melalui program SPSS versi 17. Analisis paired samples t-test dilakukan untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan, yaitu kinerja keuangan perusahaan seblum dan sesudah melakukan stock split. berikut ini adalah pembahasan dan hasil penelitian berdasarkan output SPSS, yaitu: 1. Pada pair 1 dapat diketahui nilai rata-rata Return On Shareholders’ Equity (ROE) sebelum stock split adalah 0,1240 dan nilai rata-rata ROE sesudah stock split 14
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
adalah 0,2325. Korelasi antara ROE sebelum dengan ROE sesudah stock split adalah 0,156 dengan sig.t 0,387 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif. Pada df atau derajat kebebasan (n-1) = 32, maka t tabel adalah 1,694 dan nilai t output adalah -1,768 sehingga -1,768 < 1,694. Dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,087 yang lebih besar dari 0,05 sehingga tidak dapat ditunjukkan perbedaan yang signifikan. 2. Pada pair 2 dapat diketahui nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) sebelum stock split adalah 182.4848 dan nilai rata-rata EPS sesudah stock split adalah 198,7454. Korelasi antara EPS sebelum dengan EPS sesudah stock split adalah 0,533 dengan sig.t 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat. Pada df atau derajat kebebasan (n-1) = 32, maka t tabel adalah 1,694 dan nilai t output adalah -1,297 sehingga -1,297 < 1,694. Dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,204 yaang lebih besar dari 0,05 sehingga tidak dapat ditunjukkan perbedaan yang signifikan. 3. Pada pair 3 dapat diketahui nilai rata-rata Invested Capital Turnover (ICT) sebelum stock split adalah 1,6397 dan nilai rata-rata ICT sesudah stock split adalah 0,9759. Korelasi antara ICT sebelum dengan ICT sesudah stock split adalah 0,323 dengan sig.t 0,067 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif. Pada df atau derajat kebebasan (n-1) = 32, maka t tabel adalah 1,694 dan nilai t output adalah 2,271 sehingga 2,271 > 1,694. Dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,03 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditunjukkan perbedaan yang signifikan. 4. Pada pair 4 dapat diketahui nilai rata-rata Equity Turnover (ET) sebelum stock split adalah 4,1909 dan nilai rata-rata ET sesudah stock split adalah 1,9018. Korelasi antara ET sebelum dengan ET sesudah stock split adalah 0,162 dengan sig.t 0,368 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif. Pada df atau derajat kebebasan (n-1) = 32, maka t tabel adalah 1,694 dan nilai t output adalah 1,776 sehingga 1,776 > 1,694. Dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,085 yang lebih besar dari 0,05 sehingga tidak dapat ditunjukkan perbedaan yang signifikan. 15
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
5. Pada pair 5 dapat diketahui nilai rata-rata Debt/Equity Ratio (DER) sebelum stock split adalah 2,7109 dan nilai rata-rata DER sesudah stock split adalah 1,0736. Korelasi antara DER sebelum dengan DER sesudah stock split adalah 0,102 dengan sig.t 0,574 yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif. Pada df atau derajat kebebasan (n-1) = 32, maka t tabel adalah 1,694 dan nilai t output adalah 0,771 sehingga 0,771 < 1,694. Dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,446 yang lebih besar dari 0,05 sehingga tidak dapat ditunjukkan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengujian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pair 3, karena probabilitas < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan HA diterima. Hasil pengujian pair 1, pari 2, pair 4 dan pair 5 menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan karena probabilitas > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima dan HA ditolak. Jadi, stock split menimbulkan perbedaan signifikan pada pengukuran rasio ICT sedangkan pada ROE, EPS, ET dan DER tidak terlihat perbedaan signifikan dari stock split. Sedangkan dari nilai rata-rata atau mean pada pengujian tersebut dapat diketahui bahwa stock split memberikan pengaruh yang lebih baik atau lebih buruk pada kinerja keuangan perussahaan yangmelakukan stock split. hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata atau mean rasio keuangan yang digunakan dalam pengujian, apakah yang lebih besar atau lebih kecil sebelum dan sesudah melakukan stock split. berikut ini adalah pembahasan dari hasil penelitian berdasarkan nilai rata-rata atau mean, yaitu: 1. Pengujian pair 1 dengan menggunakan rasio keuangan Return On Shareholders’ Equity (ROE) untuk mengukur kinerja secara menyeluruh. Pada pengujian pair 1 ini, nilai rata-rata atau mean dari ROE sebelum stock split adalah 0,1240 dan sesudah stock split adalah 0,2325. Berdasarkan pada hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean ROE sesudah stock split lebih besar daripada sebelum dilakukan stock split, yaitu 0,2325 > 0,1240. Hal ini berarti ROE sebelum dilakukan stock split lebih buruk daripada stock split, sehingga 16
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
kinerja secara menyeluruh perusahaan sesudah dilakukan stock split meningkat atau lebih baik dibanding dengan sebelum dilakukan stock split. 2. Pengujian pair 2 dengan menggunakan rasio keuangan Earning Per Share (EPS) untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Pada pengujian pair 2 ini, nilai ratarata atau mean dari EPS sebelum stock split adalah 182,4848 dan sesudah stock split adalah 198,7454. Berdasarkan pada hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean EPS sesudah stock split lebih besar daripada sebelum dilakukan stock split, yaitu 198,7454 > 182,4848. Hal ini berarti EPS sebelum dilakukan stock split lebih buruk daripada sesudah stock split, sehingga profitabilitas perusahaan sesudah dilakukan stock split meningkat atau lebih baik dibanding dengan sebelum dilakukan stock split. 3. Pengujian pair 3 dengan menggunakan rasio keuangan Invested Capital Turnover (ICT) untuk melakukan pengujian pemanfaatan investasi perusahaan. Pada pengujian pair 3 ini, nilai rata-rata atau mean dari ICT sebelum stock split adalah 1,6397 dan sesudah stock split adalah 0,9759. Berdasarkan pada hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean ROE sesudah stock split lebih kecil daripada sebelum dilakukan stock split, yaitu 0,9759 < 1,6397. Hal ini berarti ICT sebelum dilakukan stock split lebih baik daripada sesudah stock split, sehingga pemanfaatan investasi perusahaan sesudah dilakukan stock split menurun atau lebih buruk dibanding dengan sebelum dilakukan stock split. 4. Pengujian pair 4 dengan menggunakan rasio keuangan Equity Turnover (ET) untuk melakukan pengujian pemanfaatan perusahaan. Pada pengujian pair 4 ini, nilai rata-rata atau mean dari ET sebelum stock split adalah 4,1909 dan sesudah stock split adalah 1,9018. Berdasarkan pada hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean ET sesudah stock split lebih kecil daripada sebelum dilakukan stock split, yaitu 1,9018 < 4,1909. Hal ini berarti ET sebelum dilakukan stock split lebih baik daripada sesudah stock split, sehingga pemanfaatan investasi perusahaan sesudah dilakukan stock split menurun atau lebih buruk dibanding dengan sebelum dilakukan stock split. 17
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
5. Pengujian pair 5 dengan menggunakan rasio keuangan Debt/Equity Ratio (DER) untuk melakukan pengujian kondisi keuangan perusahaan. Pada pengujian pair 5 ini, nilai rata-rata atau mean dari DER sebelum stock split adalah 2,7109 dan sesudah stock split adalah 1,0736. Berdasarkan pada hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa nilai rata-rata atau mean DER sesudah stock split lebih kecil daripada sebelum dilakukan stock split, yaitu 1,0736 < 2,7109. Hal ini berarti DER sebelum dilakukan stock split lebih buruk daripada sesudah stock split, sehingga kondisi keuangan perusahaan sesudah dilakukan stock split meningkat atau lebih baik dibanding dengan sebelum dilakukan stock split. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai ratarata atau mean dari rasio keuangan ICT dan ET mengalami penurunan sesudah perusahaan melakukan stock split. Artinya, kinerja keuangan perusahaan sesudah dilakukan pemecahan saham (stock split) menjadi menurun atau lebih buruk dari pada sebelum dilakukan stock split yang diukur dari segi pemanfaatan investasi perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan menurun sesudah dilakukan stock split, maka stock split tidak dapat memberikan sinyal yang positif tentang prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik. Hal ini bertentangan dengan teori yang relevan yaitu signalling theory yang menyatakan sebaliknya. Jadi, hasil penelitian dari pengujian ICT dan ET tidak berhasil mendungkung signalling theory. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lidharta (2011) menyatakan bahwa nilai rata-rata atau mean dari rasio keuangan ROE dan EPS mengalami penurunan sesudah perusahaan melakukan stock split. Sementara penelitian Tanjung (2007) yang
menyatakan
pengujian
terhadap
signalling
dengan
membandingkan
pertumbuhan laba sampel perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan sampel perusahaan yang tidak melakukan pemecahan sham sebelum permecahan saham dilakukan dengan menggunakan data pool dari tahun 2000 sampai dengan 2003 hasilnya tidak membuktikan adanya signalling dalam menjelaskan pemecahan saham. Sedangkan nilai rata-rata atau mean dari rasio keuangan ROE dan EPS mengalami peningkatan sesudah perusahaan melakukan stock split yang diukur dari 18
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
segi kinerja secara menyeluruh, profitabilitas dan kondisi keuangan. Artinya, kinerja keuangan perusahaan sesudah perusahaan dilakukan pemecahan saham (stock split) menjadi meningkat atau lebih baik daripada sebelum dilakukan stock split. jika kinerja keuangan perusahaan meningkat sesudah dilakukan stock split, maka stock split dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek masa depan yang lebih baik dari perusahaan kepada publik. Hal ini sesuai dengan teori yang relevan yaitu signalling theory yang menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif. Jadi hasil penelitian dari pengujian rasio keuangan ROE dan EPS berhasil mendukung signalling theory, meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari stock split terhadap kedua rasio tersebut. Pengujian pada nilai rata-rata atau mean dari rasio keuangan Debt/Equity Ratio (DER) mengalami penurunan sesudah perusahaan melakukan stock split. Artinya, kinerja keuangan perusahaan sesudah dilakukan stock split menjadi meningkat atau lebih baik daripada sebelum dilakukan stock split yang diukur dari segi pengujian kondisi keuangan. Hal ini dikarenakan utang jangka panjang yang lebih kecil daripada modal pemegang saham. Jika kinerja keuangan perusahaan meningkat sesudah dilakukan stock split, maka stock split memberikan sinyal yang positif tentang prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik. Jadi, hasil penelitian dari pengujian rasio keuangan DER berhasil mendukung signalling theory. Hasil penelitian Lidharta (2011) terhadap ROE dan EPS menimbulkan perbedaan signifikan dengan nilai rata-rata yang semakin menurun. Hal ini berarti kinerja keuangan perusahaan sesudah melakukan stock split menjadi menurun, sehingga hasil pada pengujian kedua rasio ini tidak mendukung signalling theory. Pengujian rasio DER dengan nilai rata-rata semakin meningkat maka kinerja perusahaan semakin menurun sehingga tidak berhasil mendukung signalling theory. Pengujian rasio ICT dan ET dengan nilai rata-rata semakin meningkat maka kinerja perusahaan semakin meningkat sehingga berhasil mendukung signalling theory. KESIMPULAN DAN SARAN 19
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keputusan melakukan stock split menimbulkan perbedaan yang signifikan pada Invested Capital Turnover (ICT). Hal ini ditunjukkan oleh tingkat signifikan sebesar 0,03 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan untuk HA, yaitu profitabilitas < 0,05 maka terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah melakuakan stock split. 2. Pada perhitungan rasio Return On Shareholders’ Equity, Earning Per Share, Equity Turnover dan Debt/Equity, Keputusan melakukan stock split tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikan sebesar 0,087 > 0,05 untuk ROE, 0,204 > 0,05 untuk EPS, 0,085 > 0,05 untuk ET dan 0,446 > 0,05 untuk DER. Hasil ini menyebabkan HA ditolak dan H0 diterima, yaitu profitabilitas > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split. 3. Pengujian terhadap ICT, ET dan DER menimbulkan perbedaan signifikan dengan nilai rata-rata yang semakin menurun. Hal ini berarti kinerja perusahaan sesudah melakukan stock split menjadi menurun, sehingga hasil pengujian pada ketiga rasio ini tidak dapat mendukung signalling theory. Hasil pengujian ROE dan EPS terhadap nilai rata-rata kedua rasio ini semakin meningkat sesudah melakukan stock split meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingakat profitabilitasnya. Artinya, kinerja perusahaan semakin meningkat atau lebih baik, sehingga hasil pengujian ini dapat mendukung signalling theory. DAFTAR PUSTAKA Brigham and Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku Dua. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Dwimulyani, Susi dan Labibah, Mazra Iffah. 2014. Analisis Harga Saham, Likuiditas Saham, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio Antara Sebelum dan Setelah Stock Split. e-Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Vol 1 No. 2 September. Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Investasi. Edisi Dua: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hendi, M Fakhrudin. 2008. Go Public; Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai 20
PROSIDING MEBC 2016
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
GLOBAL NETWORKING: BUILD UP BUSINESS COMPETITIVENESS
Perusahaan. Jakarta: Elex Media Kompotindo. James C. Van Horne dan John Wahchowicz Jr. 1999. Prinsip-prinsip Manjemen Keuangan (terjemahan). Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analsisi Investasi. Edisi Ketiga.Yogyakarta: BPFE.. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Khomsiyah dan Sulistyo. 2001. Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham (Stock Split). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 16. No. 4. Lestari, Slamet dan Sudaryono, Eko Arief. Pengaruh Stock Split Analisis Likuiditas Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia dengan Memperhatikan Pertumbuhan dan Ukuran Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 20. No 3 Desember. Lidharta, Princess Diana. 2011. Analsisi Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Soread. Vol 1. No.1. April. Munawir. 2007. Analsisi Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Tanjung, Abdul Hafiz. 2007. Stock Split Pengujian terhadap Signaling dan Tranding Range pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 4 No.1. Juni.
21