Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
ANALISIS PERBANDINGAN METODE SHARPE DAN METODE TREYNOR KINERJA SAHAM PADA BIDANG PERBANKAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 Dwi Susilowati, SE.,MM.1 Azwindani Sunardi 2 1
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research were research about the stock performance by using sharpe method and treynor method. The objective of this research were to find out the appropriate method is used to measure the performance of the banking sector stocks listed in LQ45. The sample of this research were 6 banking business wich is go public and listed in LQ45 at period February 2015-July 2015. The six companies are Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Bank Danamon Tbk (BDMN) dan Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Analysis techniques used in this research is descriptive quantitative analysis. The results of this research show that appropriately to use Treynor Method rather than Sharpe method to measure the performance of share in banking stocks in LQ45. The return of the stocks examined only insignificant of the market return. Sensitivity stocks also very little to market changes. In brief we can say that the stocks have been accurate not diversification perfectly. For digerence test, the researcher used Paired Samlpe Test and ANOVA. The result of Paired Sample Test show that there is the different between the outcome of the return wich is hoped by Sharpe method with actual return while on Treynor method there is no different. The result of ANOVA in this research show that there is no significant between both of method. Keywords: stock LQ45, Sharpe method, Treynor method. PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi dan investasi merupakan dua kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi sekarang untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang dapat dikatakan sebagai suatu investasi. Dengan adanya proses yang produktif, investasi ke produksi ini dapat meningkatkan kepuasan (Utility). Investor memiliki berbagai pilihan investasi, baik investasi dalam aset riil maupun investasi dalam aset keuangan. Pasar modal, melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) menyediakan berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Salah satu pilihan aset keuangan yang menjanjikan Return yang cukup besar adalah saham. Namun, investor juga harus menyadari bahwa semakin besar Return yang diharapkan maka semakin besar pula risiko yang harus dihadapinya. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah high risk high return. Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 60
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Beberapa model perhitungan return sesuai risiko (risk-adjusted return) adalah reward to variability (Metode Sharpe) dan reward to volatily (Metode Treynor). Tandelilin (2010:499) mengatakan bahwa, Indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada konsep garis besar pasar modal (capital market line), yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Dalam Indeks Sharpe risiko yang dianggap relevan adalah risiko total (penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis). Sedangkan pada Indeks Treynor hanya menggunakan risiko sistematis (beta) saja. Beta merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Indeks harga saham LQ45 merupakan suatu forum yang dapat memberikan informasi kepada pemodal mengenai harga saham. LQ45 didalamnya berisi perusahaan-perusahaan yang saham-sahamnya memiliki tingkat lukuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Tidak sembarang perusahaan yang dapat masuk dalam kriteria indeks LQ45. Indeks LQ45 adalah deretan saham yang merupakan sahamsaham dengan transaksi terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Itulah sebabnya disebut LQ45 (Liquid45). Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kinerja saham dengan menggunakan metode Treynor lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode Sharpe pada kinerja saham dalam bidang perbankan pada indeks LQ45?” Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui kinerja saham dengan menggunakan metode Treynor lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode Sharpe pada kinerja saham dalam bidang perbankan pada indeks LQ45”. TINJAUAN PUSTAKA Investasi Tandelilin (2010:2) menjelaskan bahwa Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang digunakan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Herlianto (2013) menyatakan bahwa ada dua cara dalam melakukan investasi pada aset finansial, yaitu: 1. Investasi secara langsung Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). 2. Investasi secara tidak langsung Investasi ini dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan kedalam portofolionya. Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 61
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Namun, perusahaan juga harus tetap mempertimbangkan risiko dari keputusan tersebut. Ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan: a. Dividen b. Capital Gain LQ 45 Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling liquid dan memiliki nilai kapitalisaasi yang besar, hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan kapitalisasi pasar serta disesuaikan setiap enam bulan, yaitu setiap awal bulan Februari dan awal bulan Agustus. Return, Risiko dan Portofolio 1. Return Tandelilin (2010:102) berpendapat bahwa return merupakan salah satu factor memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan factor risiko investasi yang harus dihadapinya. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapat yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bias memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Secara matematis return total suatu investasi dituliskan sebagai berikut: Return Total = yield + capital gain (loss) 2. Risiko Hartono (2013:257) menyatakan bahwa risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi standar dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Sedangkan menurut Husnan (2013:29), risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Herlianto (2013:29) menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengukur risiko adalah dengan menggunakan deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang merupakan kuadrat dari deviasi standar. 3. Portofolio Sumariyah (1997) dalam Sulistyorini (2009) berpendapat bahwa tujuan yang mendasar dari portofolio adalah untuk mendapat alokasi yang optimal diantara aktivaaktiva yang berbeda. Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang akan diinvestaikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi tersebut bisa berupa aktiva riil berupa emas, perak, real assets maupun aktiva finansial berupa surat-surat berharga bukti kepemilikan suatu Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 62
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
perusahaan atau saham. Dalam pasar modal, portofolio dikaitkan dengan portofolio aktiva financial yaitu kombinasi beberapa saham sehingga investor dapat meraih return optimal dan memperkecil risk. Diversifikasi Menurut Tandelilin (2010:115), untuk menurunkan risiko investasi, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi dalam pernyataan tersebut bisa bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimumkan. Risiko yang dapat di-diversifikasi adalah risiko yang tidak sistematik atau risiko spesifik dan unik bagi perusahaan. Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Dengan menggunakan metode mean-variance dari Markowitz, sekuritassekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. Grafik 1.1 Risiko Total, Risiko yang Dapat di-diversifikasi dan yang Tidak Dapat di-diversifikasi Risiko Portofolio
Risiko dapat di-diversifikasi atau risiko tidak sistematik
Risiko Total
Risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau risiko sistematik
Jumlah Saham Sumber: Hartono (2013:309)
Menurut samsul (2006:286) ada dua macam risiko yang berhubungan dengan diversifikasi, yaitu: a. Risiko sistematis Risiko sistematis atau disebut systematic risk atau dapat pula disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasikan (undiversifiable risk). Apabila risiko ini terjadi, maka semua jenis saham akan terkena dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih tidak dapat mengurangi kerugian. b. Risiko tidak sistematis Risiko ini bisa juga dikenal sebagai risiko spesifik. Apabila risiko ini terjadi, hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu. Risiko khusus yang Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 63
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
terdapat pada masing-masing perusahaan, seperti risiko kebangkrutan, risiko manajemen, dan risiko industry khusus perusahaan. Risiko ini disebut pula “Unsystematis risk” atau risiko yang dapat didiversifikasi. Penjumlahan dari kedua risiko diatas disebut sebagai risiko total yang dapat dilihat pada grafik 1.1 Pengukuran Kinerja Dalam penelitian ini digunakan 2 metode dalam mengukur kinerja saham portofolio sebagai alat pertimbangan dalam memilih saham yang akan dibeli, yaitu Metode Sharpe dan Metode Treynor. Metode tersebut mendasarkan analisisnya pada return masa lalu untuk memprediksi return dan risiko di masa datang. Return masa lalu yang dimaksud adalah return rata-rata (average return) masa lalu yang di anggap akan terjadi lagi di masa datang atau return masa datang, E (Rp), sama dengan return rata-rata masa lalu. Disamping return, perlu diperhatikan juga tingkat risiko yang melekat pada setiap saham. Dengan tingkat return yang sama, investor akan memilih saham yang memiliki return yang lebih tinggi. Investor yang tidak menghendaki risiko lebih baik berinvestasi dalam deposito atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Investaasi dalam bentuk saham akan selalu mengandung risiko sehingga investor menghendaki return yang lebih tinggi daripada tingkat bunga deposito atau SBI. Pendapatan investasi yang bebas risiko ini disebut Risk Free (Rf). Ekspektasi return , E (Rp), harus lebih tinggi daripada Risk Free, atau E(Rp) > Rf, agar investasi diterima. Selisih antara average return dan risk free disebut excess return. Apabila excess return positif, berarti saham yang bersangkutan dapat dibeli. Investor yang ingin memiliki salah satu jenis saham dari sejumlah saham harus membandingkan excess return terhadap risk atau biasa disebut Reward to variability ratio, dan saham dengan rasio terbesar akan dipilih. Untuk lebih jelas, penulis memaparkan dari kedua metode tersebut: 1. Metode Sharpe Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan Reward to Variability Ratio. Sharpe (1966) dalam Samsul (2006:364) mengatakan bahwa kinerja saham dimasa datang dapat diprediksi dapat menggunakan dua ukuran, yaitu expected rate of return (E) dan predicted variability of risk yang diekspresikan sebagai deviasi standar return, σp. expected rate of return adalah return tahunan rata-rata dan predicted variability of risk adalah deviasi standar dari return tahunan. Deviasi standar menunjukkan besar-kecilnya perubahan return suatu saham terhadap return rata-rata saham yang bersangkutan. Excess return adalah selisih antara average rate of return dikurangi risk free rate. Kodrat dan Indonanjaya (2010:262) menjelaskan bahwa: Standar deviasi merupakan risiko fluktuasi harga saham karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan selama seluruh periode. Dengan mengukur risk premium dengan standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Samsul (2006:365) mengatakan bahwa untuk menganalisis kinerja saham dengan menggunakan metode Sharpe dibutuhkan data seperti Average return, deviasi standard an risk free rate. 2. Metode Treynor Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, indeks ini sering juga disebut dengan reward to volatility ratio. Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 64
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Tandelilin (2010:497) berpendapat bahwa metode Treynor pada dasarnya hampir sama dengan metode Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada indeks Sharpe diganti dengan beta. Pembaginya bukan deviasi standar namun beta. Beta adalah risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Beta menunjukkan besarkecilnya perubahan return suatu saham terhadap perubahan market return, Rm. Semakin tinggi nilai rasio Treynor, semakin baik kinerja portofolionya. Treynor (1965) dalam Samsul (2006:363) menyatakan bahwa tolak ukur risiko investasi dalam metode Treynor digunakan beta karena pada umunya fluktiasi harga saham dipengaruhi oleh fluktuasi pasar. Average return masih dianggap sebagai ukuran terbaik untuk pedoman return prediksi, sepanjang asumsi pasar adalah efisien. Perbandingan antara return dan risiko menunjukkan kepada investor bahwa semakin tinggi risiko semakin tinggi pula return yang diharapkan. Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran PERUSAHAAN LIQUID 45
LQ 45
Return dan Risiko
Metode
Metode
Sharpe
Treynor
Kinerja Saham
Kesimpulan dan Saran Hipotesis Penelitian Berdasarkan penelitian terdahulu yang dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “diduga kinerja saham dengan menggunakan metode Treynor lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode Sharpe pada kinerja saham dalam bidang perbankan pada indeks LQ45”.
Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 65
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
METODE PENELITIAN Definisi Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2012:39), variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi: 1. Variabel Independen Variabel independen juga disebut variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 2. Variabel Dependen Variabel dependen juga disebut variabel terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return saham (Capital Gain/Loss). Return pasar (Return IHSG), standar deviasi saham, beta saham, risiko bebas (Risk Free), Metode Sharpe dan Metode Treynor. Populasi dan Sampel Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan elemen yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 6 perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Yaitu semua perusahaan perbankan yang go public dan Liquid serta terdaftar dalam pemeringkat Indeks LQ45 selama periode Februari 2015 hingga Juli 2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: a. Hanya memilih saham-saham yang masuk dalam Indeks LQ45 selama bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2015. b. Saham perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Tabel 1.1 Daftar saham Indeks LQ 45 yang bergerak di bidang perbankan selama periode Februari 2015 hingga Juli 2015
NO. 1. 2. 3. 4. 5 6.
KODE BBCA BBNI BBRI BBTN BDMN BMRI
NAMA EMITEN Bank Central Asia Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Danamon Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk
Sumber: Data yang diolah, 2016
Metode Analisis Data Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kunatitatif deskriptif dengan cara: 1. Menghitung Return saham (capital gain) dan rata-rata return saham Tandelilin (2010:52-55) menjelaskan rumus untuk menghitung return saham (capital gain) dan rata-rata return saham adalah sebagai berikut: a. Return saham (capital gain) Rs = Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 66
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Dimana: Rs = Return saham Pt = Harga closing price per saham hari ini Pt-1 = Harga closing price per saham hari sebelumnya b. Return rata-rata Rs = Dimana: RS
=
Rs1t,Rs2t,Rs3t,Rsnt = n =
Rata-rata return saham Return rata-rata saham periode t Banyaknya saham (jumlah pengamatan)
2. Menghitung return IHSG Hartono (2013:531) menjelaskan rumus untuk menghitung return IHSG, sebagai berikut: RM = Dimana : RM = Return Pasar atau Return IHSG IHSGt = Harga IHSG hari ini IHSGt-1 = Harga IHSG hari sebelumnya 3. Mencari Standar Deviasi Saham Tandelilin (2010:109) menjelaskan rumus untuk menghitung standar deviasi saham sebagai berikut: √∑
))
σ= Dimana: σ = Standar deviasi saham Rs = Return saham E(Rs) = Rata-rata Return Saham N = Jumlah pengamatan (banyaknya saham) 4. Menghitung Risk Free (risiko bebas) Risiko bebas dihitung dengan melihat data Sertifikat Bank Indonesia pada periode tersebut. ∑ RF = ∑ Dimana: RF = Risiko bebas ∑ = Jumlah tingkat suku bunga ∑ = Jumlah hari dalam periode yang diteliti 5. Beta saham Dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan aplikasi SPSS 17 agar mempermudah mengestimasi beta saham. 6. Mengukur kinerja saham dengan metode Sharpe Menurut Tandelilin (2010:494), rumus untuk menghitung Indeks Sharpe adalah sebagai berikut: Sp = Di mana: Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 67
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Sp = nilai rasio Sharpe Rp = rata-rata kinerja saham (portofolio) RF = rata-rata kinerja bebas risiko TR = standar deviasi saham 7. Mengukur kinerja saham dengan Metode Treynor Menurut Tandelilin (2010:497), rumus untuk menghitung Indeks Treynor adalah sebagai berikut: Tp = Di mana: Tp Rp RF βp
= nilai rasio Treynor = rata-rata kinerja saham (portofolio) = rata-rata kinerja bebas risiko = beta saham HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Obyek Penelitian (Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia) Pada tanggal 14 Desember 1912, sebuah asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Kegiatan di bursa terhenti pada tahun 1940 disebabkan perang dunia II yang kemudian disusul perang kemerdekaan. Pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan UndangUndang Darurat No.12 yang kemudian dijadikan Undang-Undang No.15/1952 tentang pasar modal. Juga melalui keputusan Menteri keuangan No. 289737/UU tanggal 1 November, Bursa Efek Jakarta (BEJ) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1977, Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali. Keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal, Pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, Pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT Danareksa. Tahun 1985 sampai tahun 1988, hanya sedikit perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan. Dan pada periode itu juga, tidak ada perusahaan yang go public. Setelah tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 128 perusahaan. Dan pada akhir tahun 1994, sebanyak 225 perusahaan yang telah termasuk Initial Public Offering (IPO). Pada tahun 1991, BEJ diswastakan dan sebagai konsekuensinya, BAPEPAM bukan logo pelaksana pasar modal, tetapi lebih ke pengawas pelaksanaan pasar modal, sehingga BAPEPAM dari Badan Pelaksana Pasar Modal menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tahun 1995 merupakan tahun Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru, karena pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan sebuah system otomatisasi yang diberi nama Jakarta Automated Trading System (JATS). Tahun 2000, Bursa Efek Jakarta merupakan perdagangan tanpa warkat (scripless tradings). Tahun 2001, Bursa Efek Jakarta menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. Tahun 2007 merupakan sejarah penting bagi perkembangan pasar modal Indonesia. Setelah diadakannya RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 2007. BEJ dan BES bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan tujuan untuk meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia. Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 68
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Tahun 2008 krisis keuangan dunia mengakibatkan kenaikan IHSG yang hamper mencapai titik tertinggi, 2.830,26 (tanggal 9Januari 2008), pada tanggal 28 Oktober 2008 terperosok jatuh hingga 1.111,93, kemudian mencapai 1.355,4. Kemerosotan tersebut dipulihkan kembali pada tahun 2009 dengan pertumbuhan 86,98% dan pada tahun 2010 sebesar 46,13%. Tahun 2009, Bursa Efek Indonesia meluncurkan system perdagangan baru yang memiliki kapasitas yang lebih besar lagi dari JATS, yaitu Jakarta Automated Trading System Next Generation (JATS Next-G), yang merupakan pengganti JATS.. Agustus 2011 hingga Juni 2012 merupakan periode stagnasi. Setelah hampir setahun mengalami stagnasi, pasar modal kembali berjaya pada tahun 2012 hingga tahun 2013. Pada periode ini, nilai indeks sudah mulai membaik. Dan pada tahun 2013 ini jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia mengalami perubahan dan BAPEPAM LK telah melebur menjadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Deskripsi variabel Rata-rata Kinerja (Return) Saham Return saham merupakan salah satu faktor memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Salah satu sumber return investasi adalah Capital Gain (Loss). Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata kinerja saham indeks LQ45 yang termasuk dalam sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2 RATA-RATA KINERJA SAHAM (RETURN) NO.
KODE EMITEN
Feb 1. BBCA 0.0028 2. BBNI 0.0051 3. BBRI 0.0052 4. BBTN 0.0041 5. BDMN 0.0048 6. BMRI 0.0047 Sumber: Data yang diolah, 2016
Rata-rata Kinerja Saham Dalam Persen (%) Maret April Mei Juni 0.0023 -0.0044 0.0025 -0.0021 0.0023 -0.0054 0.0036 -0.0121 0.0014 -0.0062 0.0008 -0.0058 0.0074 -0.0054 0.0043 -0.0004 0.0032 -0.0119 0.0058 -0.0008 0.0018 -0.0069 0.0003 -0.0031
Rata-rata Juli -0.0015 -0.0052 -0.0015 -0.0008 -0.0012 -0.0026
-0.0001 -0.0020 -0.0011 0.0015 -0.0001 -0.0020
Return IHSG (Return Pasar) Return pasar merupakan suatu ukuran kemampuan kerja pasar sebagai pembandingnya dalam menentukan suatu kinerja yang telah dicapai dalam periode tertentu. Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata return pasar pada bulan Februari Juli 2015 dapat dilihat pada tabel 1.3.
Februari 0.0016
Tabel 1.3 RATA-RATA RETURN PASAR (IHSG) Rata-rata return pasar (IHSG) Maret April Mei Juni Juli 0.0006 -0.0038 0.0013 -0.0028 -0.0011
Sumber: Data yang diolah, 2016
Standar Deviasi Saham Salah satu pengukur risiko adalah standar deviasi (standar Deviation. Standar deviasi menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari rata-rata kinerja yang dihasilkan pada periode tertentu. Hasil perhitungan Standar Deviasi saham selama bulan Februari Hingga bulan Juni 2015 dapat dilihat pada tabel 1.4 di bawah ini: Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 69
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Standar Deviasi (σ) Februari Maret April Mei Juni Juli Rata-rata
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Direview: 25/03/2016
BBCA 0.00894 0.00839 0.01612 0.01000 0.01183 0.01449 0.01163
Tabel 1.4 STANDAR DEVIASI SAHAM Kode Emiten BBNI BBRI BBTN 0.01581 0.01095 0.02387 0.01304 0.00870 0.01897 0.01871 0.01732 0.02049 0.01225 0.01703 0.01844 0.02121 0.02646 0.02236 0.02933 0.02757 0.01549 0.01839 0.01801 0.01994
BDMN 0.02191 0.01924 0.01924 0.01414 0.03146 0.01183 0.01964
BMRI 0.01225 0.01304 0.01673 0.01789 0.02098 0.01975 0.01677
Sumber: Data yang diolah, 2016
Risiko Bebas (Risk free) Risiko bebas merupakan investasi dengan bebas risiko yang diasumsikan dengan tingkat rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Risk free yang digunakan dalam penelitian ini adalah risk free harian yang diketahui dengan melihat tingkat suku bunga SBI pada bulan Februari hingga Juli 2015 kemudian dibagi dengan jumlah hari pada bulan tersebut. Berikut risiko bebas dari saham-saham IndeksLQ45 dapat dilihat pada tabel 1.5: Tabel 1.5 RISIKO BEBAS (Risk Free)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bulan
Risk Free
Februari Maret April Mei Juni Juli
0.00239 0.00215 0.00222 0.00215 0.00222 0.00216
Dalam Persen (%) 0.24% 0.22% 0.22% 0.21% 0.22% 0.22%
Sumber: Data yang diolah, 2016
Beta Saham Dalam penelitian ini estimasi beta dilakukan menggunakan model regresi dengan bantuan Software SPSS Statistik 17. Hasil estimasi beta saham dapat dilihat pada tabel 1.6 di bawah ini. Tabel 1.6 BETA SAHAM Beta Bulan BBCA 1. Februari 3.370 2. Maret 1.508 3. April 4.001 4. Mei 2.989 5. Juni 1.537 6. Juli 2.917 Rata-rata 2.720 Sumber: Data yang diolah, 2016 NO.
BBNI 3.480 -0.900 2.026 2.556 3.775 3.896 2.472
Kode Emiten BBRI BBTN 8.213 0.365 0.352 -0.137 4.076 0.208 5.632 0.693 4.084 0.077 5.352 0.025 4.618 0.205
BDMN 0.091 0.663 2.607 2.029 0.792 0.482 1.111
BMRI 4.361 1.748 3.952 0.786 3.292 3.209 2.891
Analisis 1. Metode Sharpe Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 70
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Merupakan metode yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang didasarkan pada seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh untuk setiap unit risiko yang diambil dengan indikasi semakin tinggi nilai rasio sharpe, maka semakin baik kinerja suatu saham. Nilai sharpe diperoleh dengan cara mencari selisih rata-rata kinerja (return) saham dikurangi dengan risiko bebas (Risk free) kemudian dibagi dengan standar deviasinya. Berikut merupakan hasil perhitungan metode Sharpe pada tabel 1.7 dibawah ini: Tabel 1.7 HASIL PERHITUNGAN METODE SHARPE No.
Bulan
1. Februari 2. Maret 3. April 4. Mei 5. Juni 6. Juli Rata-rata
BBCA 0.04586 0.01788 -0.41067 0.03500 -0.36517 -0.25259 -0.15495
BBNI 0.17141 0.01150 -0.40727 0.11837 -0.67515 -0.25094 -0.17201
NILAI SHARPE BBRI BBTN 0.25662 0.07164 -0.08621 0.27675 -0.48614 -0.37189 -0.07927 0.11659 -0.30310 -0.11717 -0.02394 -0.19109 -0.12034 -0.03586
BDMN 0.10999 0.05457 -0.73389 0.25813 -0.09599 -0.28402 -0.11520
BMRI 0.18857 -0.02684 0.54513 0.10341 -0.25357 -0.24101 -0.12910
Sumber: Data yang diolah, 2016
2. Metode Treynor Metode Treynor sama halnya dengan metode sharpe yang menggunakan Risk Premium, namun bedanya metode treynor menggunakan beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relative terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai rasio terynor, semakin baik kinerja suatu sahamnya. Nilai treynor diperoleh dengan cara mencari selisih rata-rata kinerja (Return) saham dikurangi dengan risiko bebas (Risk Free) kemudian dibagi dengan beta sahamnya, berikut merupakan hasil perhitungan metode Treynor pada tabel 1.8 dibawah ini:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli Rata-rata
BBCA 0.00012 0.00010 -0.00165 0.00012 -0.00281 -0.00125 -0.00090
Tabel 1.8 HASIL PERHITUNGAN METODE TREYNOR NILAI TREYNOR BBNI BBRI BBTN 0.00078 0.00034 0.00468 -0.00017 -0.00213 -0.03832 -0.00376 -0.00207 -0.03663 0.00057 -0.00037 0.00310 -0.00379 -0.00196 -0.03403 -0.00189 -0.00068 -0.11840 -0.00136 -0.00115 -0.03660
BDMN 0.02648 0.00158 -0.00542 0.00180 -0.00381 -0.00697 0.00228
BMRI 0.00053 -0.00020 -0.00231 -0.00235 -0.00162 -0.00148 -0.00124
Sumber: Data yang diolah, 2016
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis metode Sharpe dan metode Treynor pada tabel 1.8 dan tabel 1.9 yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai perhitungan kinerja dari metode sharpe adalah -0,12124 sedangkan metode Treynor adalah -0.00650. maka dapat disimpulkan bahwa yang paling baik dari kedua metode tersebut dalam kinerja sahamsaham Indeks LQ45 adalah metode Treynor. Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 71
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Dalam penelitian ini, hasil perhitungan metode Treynor lebih tinggi di bandingkan dengan hasil perhitungan metode Sharpe. Ini dibuktikan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai Treynor maka semakin baik pula kinerja saham tersebut. Namun hasil dari kedua metode tersebut lebih kecil dari hasil kinerja Pasar (IHSG). Hasil perhitungan nilai dari metode Sharpe sebesar -0,12124 sedangkan hasil perhitungan metode Treynor sebesar -0,00650 dan hasil kinerja pasar (IHSG) adalah sebesar -0,0007. Berikut tabel 1.9 perbandingan antara hasil analisis dari metode Sharpe, metode Treynor dan hasil kinerja pasar (IHSG): Tabel 1.9 PERBANDINGAN HASIL METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN HASIL KINERJA PASAR (IHSG)
NO. KODE
Nilai Sharpe
Nilai Treynor
1. BBCA 2. BBNI 3. BBRI 4. BBTN 5. BDMN 6. BMRI Rata-rata
-0.15495 -0.17201 -0.12034 -0.03586 -0.11520 0.12910 -0.12124
-0.00090 -0.00136 -0.00115 -0.03660 0.00228 -0.00124 -0.00650
Nilai Kinerja Pasar (IHSG) Bulan Nilai IHSG Februari 0.0016 Maret 0.0006 April -0.0038 Mei 0.0013 Juni -0.0028 Juli -0.0011 -0.0007
Sumber: Data yang diolah, 2016
Jika dilihat dari segi tingkat Return dan Risiko, secara teoritis semakin tinggi return yang diharapkan maka semakin besar pula risiko yang harus dipertimbangkan. Namun, return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Dalam Metode Sharpe risiko yang dianggap relevan adalah risiko total (penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis), sedangkan pada metode Treynor hanya menggunakan risiko sistematis saja. Jika suatu saham dianggap telah terdiversifikasi dengan baik, berarti return saham tersebut hampir semuanya dipengaruhi oleh return pasar. Untuk saham tersebut tentu saja lebih tepat jika menggunakan metode Treynor. Sebaliknya jika return suatu saham hanya sebagian kecil saja yang dipengaruhi return pasar, tentu saja lebih tepat jika digunakan metode Sharpe sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kinerja saham tersebut. Dalam penelitian ini, rata-rata tingkat risiko yang dimiliki oleh metode Sharpe menunjukkan hasil yang lebih kecil dari metode Treynor yaitu, 0.01739 < 2.33631 dengan rata-rata tingkat return yang sama yaitu -0.00041. Ini berarti bahwa sahamsaham yang diteliti hanya sebagian kecil saja yang dipengaruhi oleh return pasar. Sensitifitas saham-saham tersebut sangat kecil terhadap perubahan pasar. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan bahwa kinerja saham dengan menggunakan metode Treynor lebih baik dibandingkan menggunakan metode Sharpe pada indeks LQ45 dalam bidang perbankan diterima dan terbukti. Hal ini di buktikan dengan lebih besarnya nilai rata-rata yang dihasilkan metode Treynor dibanding dengan Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 72
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
metode Sharpe, yaitu -0.00650 > -0.12124. akan tetapi nilai rata-rata dari metode Treynor lebih kecil dari nilai kinerja pasar (IHSG), yaitu -0.00650 < -0.00110. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ali Sadikin (2012) yang memberi kesimpulan bahwa kinerja saham dengan metode Sharpe lebih baik dari pada metode Treynor. Berdasarkan hasil dari Paired Samples Test untuk metode Sharpe memiliki tingkat signifikan yang lebih kecil dari 0.05. Tingkat signifikan 0.001 < 0.05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara return yang diharapkan yang dihasilkan metode Sharpe dengan actual return. Sedangkan untuk metode Treynor memiliki tingkat signifikan yang lebih besar dari 0.05. tingkat signifikan 0.388 > 0.05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara return yang diharapkan yang dihasilkan metode Treynor dengan actual return. Dalam penelitian ini juga dilakukan Uji Anova untuk menguji apakah kedua metode memiliki rata-rata (mean) yang sama. Pada uji Anova, tingkat signifikan lebih besar dari 0.05, yaitu 0.234 > 0.05. selain itu juga terlihat F hitung lebih kecil dari F tabel (1.817 < 4.13). Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil saham yang diharapkan antara metode Sharpe dan metode Treynor. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini mengenai Analisis Perbandingan Metode Sharpe dan Metode Treynor Kinerja Saham pada Bidang Perbankan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45. Berdasarkan dari pembahasan hasil analisis yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan bsebagai berikut: 1. Perhitungan kinerja saham-saham Indeks LQ45 khususnya di bidang perbankan lebih baik menggunakan metode Treynor dibandingkan dengan menggunakan metode Sharpe. 2. Dalam penelitian ini, hasil perhitungan metode Treynor lebih tinggi di bandingkan dengan hasil perhitungan metode Sharpe. Ini dibuktikan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai Treynor maka semakin baik pula kinerja saham tersebut. 3. Rata-rata tingkat risiko yang dimiliki oleh metode Sharpe menunjukkan hasil yang lebih kecil dari metode Treynor Ini berarti bahwa saham-saham yang diteliti hanya sebagian kecil saja yang dipengaruhi oleh return pasar. 4. Sensitifitas saham-saham tersebut sangat kecil terhadap perubahan pasar karena saham-saham yang diteliti hanya sebagian kecil saja yang dipengaruhi oleh return pasar. 5. Saham-saham yang diteliti belum terdiversifikasi dengan baik sehingga belum termasuk sebagai saham yang terdiversifikasi sempurna. 6. Hasil dari Paired Samples Test untuk metode Sharpe menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara return yang diharapkan yang dihasilkan metode Sharpe dengan actual return. Sedangkan untuk metode Treynor menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara return yang diharapkan yang dihasilkan metode Treynor dengan actual return. 7. Dengan uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil saham yang diharapkan antara metode Sharpe dan metode Treynor. Saran Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 73
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
1. Bagi Investor. Untuk mengetahui baik atau tidaknya kinerja saham-saham yang termasuk dalam Indeks LQ45 khususnya saham perbankan, maka sebaiknya investor menggunakan Metode Treynor dalam mengukur dan mengevaluasi kinerja saham. 2. Bagi Akademik. Untuk penelitian lebih lanjut yang sejenis disarankan untuk menghitung kinerja saham Indeks LQ45 di bidang yang lain karena peneliti hanya menggunakan perusahaan yang bergerak dibidang perbankan dalam penelitian ini, serta menambahkan metode yang lain karena peneliti hanya menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor. 3. Bagi Perusahaan. Agar PT. Pemeringkat Efek Indonesia lebih memperhatikan informasi mengenai kinerja saham-saham dari Indeks LQ45 yang bergerak dalam bidang perbankan dengan menggunakan metode Treynor karena penelitian ini menunjukkan bahwa hasil kinerja saham Indeks LQ45 metode Treynor lebih baik jika dibandingkan dengan metode Sharpe. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin, 1996. Dasar-Dasar Manajemen Investasi, PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arisondha, Edy, (2013). Analisis Perbandingan Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen, Jurnal Dinamika Manajemen. Vol.1 No.4 Oktober - Desember 2013. ISSN 2338-123X. Elvani, Viena dan Nanik Linawati, (2013). Uji KOnsistensi Kinerja Reksadana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012, Jurnal FINESTA. Vol.1 No.2 2013. Factbook 1997, Jakarta Stock Exchange Harjito, Agus dan Martono, 2010. Manajemen Keuangan Edisi Kedua, Ekonisia. Yogyakarta. Harsono, Budi, 2013. Efektif Bermain Saham, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Hartono, Jogiyanto, 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edsisi Kedelapan, BPFE. Yogyakarta. Herlianto, Didit, 2013. Manjemen Investasi plus Jurus Mendeteksi Investasi Bodong, Grosyen Publishing. Yogyakarta. Husnan, Suad, 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edsisi Keempat, UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group. Jakarata. Kodrat, David Sukardi dan Indonanjaya, Kurniawan. 2010. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham, Graha Ilmu.Yogyakarta. Pasaribu, Rowland B F, (2013). Implementasi Efficient Frontier dalam Optimisasi Portofolio: Studi Kasus Saham LQ45, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.7 No.1 Maret 2013. ISSN 1978-3116. Sadikin, Ali, (2012). Analisis Kinerja Reksadana Pasar Uang untuk Melihat Konsistensi Model Pengukuran Reksadana Melalui Model Sharpe, Model Treynor dan Model Jensen periode 2007-2010, Jurnal SPREAD. Vol.2 No.1 April 2012. Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 74
Jurnal GeoEkonomi ISSN (Print):2086-1117 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/geoekonomi Volume 13 Nomor 01 Maret 2016 http://fekon.uniba-bpn.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan Diterima:05/03/2016
Direview: 25/03/2016
Samsul, Muhammad, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga. Surabaya. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, cetakan ketujuh belas, Alfabeta. Bandung. Sujarweni, V. wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Sulistyorini, Agustin, 2009. Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Thesis. Universitas Diponegoro Semarang. Sunarto, (2013). Perbandingan Kinerja Reksadana Saham Konvensional dengan Reksadana Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia (periode tahun 20052011). Jurnal ILMIAH. Vol.4 No.1 2013. ISSN 1979-0759. Sutrisno, 2003. Manajemen Keuangan Edisi Pertama, Ekonisia. Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus, 2010. Portofolio Dan Investasi Teori Dan Aplikasi Edisi Pertama, Penerbit Kanusius. Yogyakarta. Tuerah, Citrayani, (2013). Perbandingan Kinerja Saham LQ 45 tahun 2012 Menggunakan Metode Jensen, Sharpe dam Treynor, Jurnal EMBA. Vol.1 No.4 Desember 2013. ISSN 2303-1174.
Dwi Susilowati dan Azwindani Sunardi , 2016: Analisis Perbandingan Metode Sharpe Dan Metode Treynor Kinerja Saham Pada Bidang Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45| 75