Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Reverse Split (Studi Kasus Pada Perusahaan Go-Public Yang Terdaftar di BEI)
Skripsi Disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : Mawar Nilasari F 0206082
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Reverse Split (Studi Kasus Pada Perusahaan go-public yang Terdaftar di BEI)
Telah disetujui dan diterima oleh Dosen Pembimbing Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Maret 2010 Disetujui dan diterima oleh Dosen Pembimbing,
( Drs. Atmadji , MM ) NIP : 195905311985031004
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melangkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.
Surakarta , 03 April 2010
Tim Penguji :
1. Prof. Dr. Hartono, M.S. NIP : 195312211980031004
sebagai ketua
(
)
2.
sebagai pembimbing (
)
sebagai penguji
)
Drs. Atmadji, M.M. NIP : 195905311985031004
3. Drs. Harmadi, M.M. NIP : 195805131984031001
iii
(
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk : 1. Ibu dan Bapak tercinta, kalian harta paling
berharga
dalam
hidupku,
menyertai setiap langkahku, dengan do’a dan kasih sayang , tanpa kalian aku tidak akan menjadi seperti sekarang ini ... 2. Kakak dan keponakanku, yang selalu menyegarkan suasana , 3. Barafi-ku , you are completely my life
with
your
love
and
your
supports,,, no one days without you , hope our dreams to be come true… 4. Ghea n Ira ,,,,ganbatte girls,, thanks for yours supports n accompany me in our journey to get the dreams come true… 5. Sesa, hily, mila, mira, putri,….kalian teman terbaik yang pernah aku miliki…..
iv
MOTTO
” Dimasa muda kita belajar, dimasa tua kita memahami ” ( Marie Von Ebner – Eschenbach )
” Jangan menyerahkan diri kepada Tuhan tanpa memberikan pribadi yang terbaik sebelum menyerahkannya kepada Tuhan ” ( Mario Teguh )
” di dalam semua hal-hal yang baik Tuhan menyisipkan sesuatu yang tidak logis untuk menguji keimanan dan keyakinan kita ” ( Mario teguh )
” Tidak Ada Usaha Yang Sia-Sia ” ( Jefri )
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb…… Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan HidayahNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Reverse Split (Studi Kasus Pada Perusahaan go-public yang Terdaftar di BEI)” . Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih tersebut penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Endang Suhari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Reza Rahardian, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Atmadji, MM, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya guna memberikan pengarahan, petunjuk, serta bimbingan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.
vi
5. Ibu Dra. Soemarjati Tj, MM, selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan masukan-masukan yang membangun, serta pengarahan yang sangat bermanfaat. 6. M Juan Suam Toro, SE, MM, yang telah bersedia meluangkan banyak waktu guna membagi ilmu, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, karena itu segala masukan, kritik, dan saran yang membangun akan manjadikan skripsi ini lebih berarti. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.......
Surakarta, Maret 2010 Penulis
Mawar Nilasari
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ....
i
ABSTRAK..............................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................
v
MOTTO...................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... .....
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. .....
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... .....
xiii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ....
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH......................................................... …
1
B. PEMBATASAN MASALAH........................................................................
12
C. RUMUSAN MASALAH...............................................................................
12
D.TUJUAN PENELITIAN................................................................................
13
E. MANFAAT PENELITIAN............................................................................
13
BAB II LANDASAN TEORI …………..……………………………………...
15
A. PASAR MODAL……...…………………………………………………
15
B. MANFAAT PASAR MODAL………..…………………………………
16
viii
C. SAHAM……………..…………………………………………………..
19
D. TEORI EFISIENSI PASAR MODAL………………………………….
22
E. TEORI YANG RELEVAN……………………………………………..
23
F. PEMECAHAN DAN PENGGABUNGAN SAHAM……………………
25
G. KINERJA KEUANGAN………………………………………………...
28
H. RERANGKA PEMIKIRAN…………………………………………….
30
I. HIPOTESIS……………………………………………………………...
32
BAB III METODE PENELITIAN.........................................…………………..
33
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN……..………………………………
33
B. POPULASI DAN PENELITIAN SAMPEL………………….…………
34
C. METODE PENGUMPULAN DAN SUMBER DATA.............................
35
D. METODE ANALISIS DATA…………………………………………...
35
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................... ...
40
A. DISTRIBUSI SAMPEL PENELITIAN………………………………...
40
B. ANALISIS DESKRIPTIF...........................................................................
41
C. PENGUJIAN NORMALITAS DATA.........................................................
43
D. PENGUJIAN HIPOTESIS...........................................................................
45
E. PEMBAHASAN...........................................................................................
52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
56
A. SIMPULAN ……………………………………………………………...
56
ix
B. KETERBATASAN PENELITIAN………………………………………
57
C. SARAN…………………………………………………………………..
58
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
60
LAMPIRAN............................................................................................................
62
x
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Tabel Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2003 -2007.............................................................................
40
Tabel IV. 2 Tabel Daftar Perusahaan yang Melakukan Reverse Split tahun 2003-2007....................................................................
41
Tabel IV. 3 Tabel Analisis Deskriptif........................................................
42
Tabel IV. 4 Tabel Proxi Variabel Kinerja Keuangan..............................
44
Tabel IV. 5 Tabel Hasil Uji dengan Wilcoxon Signed-rank test............
45
Tabel IV. 6 Tabel Hasil Uji dengan Wilcoxon Signed-rank test ...........
48
Tabel IV. 7 Tabel Hasil Uji dengan Mann-Whitney U test.....................
50
xi
DAFTAR GAMBAR
II. 1 Gambar Rerangka Pemikiran .................................................................
xii
31
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar
Perusahaan
Yang
Melakukan
Stock
Split
Serta
Tanggal
Pengumumannya………………………………………………………………. Daftar
Perusahaan
Yang
Melakukan
Reverse
Split
Serta
62
Tanggal
Pengumumannya ……………………………………………………………….
62
Daftar Perusahaan Yang Melakukan Stock Split dan Nilai Dari Masing-Masing Proxi Variable ........................................................................................
63
Daftar Perusahaan Yang Melakukan Reverse Split dan Nilai Dari MasingMasing Nilai Proxi Variable …………………………………………………..
64
Hasil Tes Normalitas Data Untuk Stock Split .................................................. ..
65
Hasil Tes Normalitas Data Untuk Reverse Split .............................................. ..
65
Hasil Uji Statistik Deskriptif Untuk Stock Split ………………………………..
66
Hasil Uji Statistik Deskriptif Untuk Reverse Split ……………………………..
68
Hasil Pengujian Hipotesis Stock Split………………………………………….
70
Hasil Pengujian Hipotesis Reverse Split............................................................
73
Hasil
Pengujian
Hipotesis
Antara
Stock
Split
dengan
Reverse
Split......................................................................................................................
xiii
76
ABSTRAK Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Reverse Split (Studi Kasus Pada Perusahaan go-public yang Terdaftar di BEI) Oleh : Mawar Nilasari F0206082
Penelitian ini menguji dua aktivitas perusahaan yaitu stock split (pemecahan saham) dan reverse split (penggabungan saham), dengan membandingkan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split, dan membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan reverse split. Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan setelah perusahaan melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan reverse split. Tujuannya adalah ingin menganalisis apakah terdapat perbedaan dalam tiga hal tersebut. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1). Ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah stock split, 2). Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah reverse split, 3). Ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan reverse split. Variabel kinerja keuangan perusahaan menggunakan enam proksi yaitu current ratio (untuk rasio likuiditas), debt ratio (untuk rasio leverage), total assets turnover (untuk rasio aktivitas), return on invesment (ROI) dan return on equity (ROE) untuk rasio profitabilias, dan price earnings ratio (PER) untuk nilai rasio nilai pasar. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan go public yang terdaftar di BEI tahun 2003 sampai 2007, sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari JSX dan IDX quarterly untuk mengetahui perusahaan yang melakukan aktivitas stock split dan atau reverse split. Sedangkan laporan keuangan perusahaan diambil dari ICMD. Rentang waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah lima tahun dan data yang digunakan adalah data panel. Kriteria pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling dengan kriteria tertentu dari peneliti, sehingga diperoleh 17 perusahaan yang melakukan aktivitas stock split, dan 13 perusahaan yang melakukan aktivitas reverse split. Metode penelitian menggunakan uji beda dua sampel berpasangan berkorelasi (berhubungan) untuk hipotesis pertama dan kedua yaitu satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah perusahaan melakukan aktivitas stock split dan atau reverse split, dan uji beda dua sampel berpasangan independent (tidak berhubungan) untuk hipotesis ketiga. Karena data terdistribusi dominan tidak normal maka
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu peran pasar modal dalam pengembangan ekonomi adalah sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi perusahaan. Informasi merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan pasar modal yang efisien. Yang dimaksud dengan efisien adalah efisien secara informational. Sehingga pasar yang efisien adalah satu pasar yang harga sahamnya mencerminkan semua informasi baru yang muncul. Selain itu informasi juga memegang peranan penting terhadap transaksi perdagangan di pasar modal. Informasi berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh investor untuk memilih portofolio investasi yang optimal. Jog, Vijay dan Zhu, Peng Cheng (2004) melakukan penelitian dengan menggunakan tiga tahun bukti pada orang-orang Kanada untuk menerangkan implikasi dari stock splits, stock devidens, dan reverse splits dengan mengukurnya melalui pengujian perubahan pada returns, eps, betas, trading volume, jumlah transaksi dan P/E ratios. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulanan yaitu 60 bulan sebelum dan sesudah aktivitas. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa tidak adanya informasi signalling karena kinerja saham dalam periode sesudah aktivitas tersebut kurang bila dibandingkan dengan sebelum aktivitas, tetapi ada satu
1
peningkatan di dalam volume perdagangan namun demikian transaksi per volum perdagangan berkurang dengan sangat. Bukti ini mendukung hipotesis harga maksimum dan suatu perubahan di dalam komposisi pemegang saham. Sebagai tambahan kita menunjukkan bahwa ada suatu perubahan yang permanen di dalam parameter penilaian seperti yang ditandai oleh P/E ratio dimana kemungkinan sebagai hasil suatu pergeseran antara investor lembaga kepada investor perorangan Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Tujuan stock split adalah untuk menurunkan harga sehingga dapat menarik minat investor, meningkatkan likuiditas saham, mengubah investor add lot dan round lot dan memberikan sinyal kepada pasar mengenai prospek kinerja perusahaan di masa mendatang. Stock split merupakan fenomena yang terjadi pada perusahaan publik yang dianggab sebagai suatu teka-teki karena stock split tidak merubah nilai ekuitas perusahaan atau tidak mempunyai nilai ekonomis. Ada beberapa pendapat yang mengatakan mengenai stock split yang pertama stock split hanya merupakan perubahan yang bersifat “kosmetik”. Kedua, stock split dapat mempengaruhi keuntungan pemegang saham, resiko saham dan sinyal yang diberikan kepada pasar. Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, penelitian ini ditujukan untuk menguji kembali sampai sejauh mana stock split mempengaruhi likuiditas dan return saham (Wang Sutrisno,et al ,2000).
2
Distribusi saham sebagai akibat pemecahan saham di pandang sebagai perubahan akuntansi yang bersifat kosmetik atau merubah penampilan luar dari saham yaitu nilai nominalnya tetapi tidak mengubah nilai ekuitas di dalam neraca perusahaan. Hal ini terjadi karena stock split dilakukan dengan memecah lembar saham menjadi dua atau lebih lembar saham yang nilai totalnya adalah sama. Dengan kata lain, pemecahan saham tidak mempengaruhi ukuran atau distribusi aliran kas (cash flow). Ini berarti pengumuman stock split tidak memilki nilai ekonomis bagi perusahaan. Walaupun pemecahan saham dipandang sebagai keputusan ekonomi ynag bersifat kosmetik, berbagai penelitian justru menemukan bukti-bukti bahwa perusahaan yang mengumumkan pemecahan saham memperoleh abnormal return, volatilitas, tingkat likuiditas yang tinggi dan kinerja perusahaan yang semakin
membaik.
Terjadinya
abnormal
return
dikarenakan
pasar
menganggab pengumuman stock split mengandung informasi mengenai perusahaan, ada tidaknya informasi tersebut diukur dengan besar atau naik turunnya abnormal return. Sebaliknya jika pengumuman tersebut tidak memberikan adanya abnormal return, maka dianggab bahwa pengumuman tersebut tidak memiliki kandungan informasi. Studi empiris mengenai reaksi investor terhadap aktivitas stock split yang dilakukan oleh manajemen perusahaan telah banyak dilakukan. beberapa hasil penelitian memang menunjukan hasil yang berbeda mengenai efek dan pengaruh aktivitas split tersebut, misalnya yang berkaitan dengan tingkat likuiditas, harga sekuritas, dan signal yang disampaikan perusahaan kepada
3
publik. Banyak sekali studi yang telah menguji mengenai stock split, alasan perusahaan melakukan pemecahan terhadap saham mereka dan kemudian mengumumkannya kepada masyarakat adalah pada penelitian sebelumnya menyatakan adanya kenaikan harga saham setelah pengumuman pemecahan saham perusahaan. Tetapi terdapat alasan yang lebih mendasari pemecahan saham tersebut yaitu memberikan suatu tanda yang dapat menginformasikan pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. Ferdiansyah (2007) melakukan penelitian pengaruh stock split terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproxikan dengan current ratio, total assets turnover, debt ratio, ROI, ROE dan PER. Hasil dari pengujian tersebut menunjukan tidak adanya perbedaan variabel debt ratio, current ratio, dan total assets turnover dan price earnings ratio (PER) sebelum dan sesudah stock split. Namun pada penelitian ini berhasil menunjukan perbedaan pada nilai ROI dan ROE sebelum dan sesudah stock split. Ikenberry et al. (1996) menyatakan bahwa pemecahan berkaitan dengan excess
return
dalam
tiga
tahun
setelah
pengumuman.
Mereka
menginterpretasikan penemuan mereka untuk menjadi konsisten dengan perkiraan bahwa manajer akan melakukan pemecahan hanya jika mereka optimis mengenai masa depan perusahaan. Selain itu juga menemukan kembali bukti bahwa pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah, sehingga diharapkan akan semakin banyak partisipan yang terlibat dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Wiwit Widayanto dan Sunarjanto
4
(2005) melakukan penelitan mengenai likuiditas pasar setelah pengumuman stock split. Mereka mengatakan stock split dilakukan dengan tujuan agar saham menjadi lebih likuid dalam perdagangan, karena dengan stock split harga saham yang baru menjadi lebih rendah dan jumlah lembar yang beredar bertambah banyak. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu stock split menunjukan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan harga, volume perdagangan, dan likuiditas saham antara sebelum dan sesudah stock split, mereka juga mengatakan bahwa penelitian dapat dilakukan secara portfolio maupun individu untuk dapat mengetahui perusahaan mana saja yang mengalami kenaikan atau penurunan likuiditas setelah melakuakan stock split. Menurut Wang Sutrisno et al (2000) yang juga melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap likuiditas perusahaan menyimpulkan bahwa aktivitas split tidak mempengaruhi return saham baik secara individual maupun sebagai sebuah portofolio, Jika ditinjau secara individual, perubahan persentase spread yang semakin besar tidak disebabkan secara signifikan oleh harga, volume maupun varians saham., tapi jika ditinjau sebagai sebuah portofolio, perubahan persentase spread secara signifikan dipengaruhi oleh harga saham. Dengan semakin besarnya persentase spread, secara keseluruhan baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio disimpulkan bahwa likuiditas saham mengalami penurunan setelah split Beberapa penelitian lain menemukan hasil yang berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dijelaskan di atas. Penelitian yang dilakukan Brennan dan Copeland (1988), menyimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas
5
pemecahan saham yang dilakukan perusahaan akan mengakibatkan biaya yang harus ditanggung perusahaan semakin besar. Hal ini dikarenakan biaya transaksi saham memiliki hubungan negatif dengan harga saham. Meskipun demikian, aktivitas split yang dilakukan oleh manajemen perusahaan akan ditangkap investor sebagai suatu signal yeng mengisyaratkan bahwa manajer memilki informasi yang menguntungkan yang ditunjukan dengan adanya abnormal return positif disekitar pengumuman split. Pada penelitian yang dilakukan Asquith et.al (1989) menemukan adanya reaksi positif terhadap pengumuman stock split yaitu bahwa terdapat kenaikan laba yang signifikan setelah pengumuman pemecahan saham. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fama et al (1969) yang menemukan bahwa pemecahan saham menghasilkan adanya abnormal return positif yang disebabkan adanya kinerja perusahaan yang baik. Sebagian besar penelitian yang dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa stock split akan mempengaruhi pasar dengan adanya abnormal return, perubahan risiko saham, perubahan persentase spread, tingkat likuiditas saham, dan kinerja operasional perusahaan. Paling tidak ada dua hypothesis yang dapat menjelaskan reaksi positif pasar terhadap pengumuman pemecahan saham walupun pada dasarnya aktivitas itu sendiri tidak mempengaruhi nilai modal perusahaan. Dua hypothesis tersebut adalah the signaling hypothesis dan
the trading
hypothesis. Khomsiyah dan Sulistyo (2001) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang menjadi pembeda antara
6
kelompok perusahaan yang melakukan dengan yang tidak melakukan stock split. Penelitian ini menggunakan dua theory yaitu trading range theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami harga saham yang terlalu mahal cenderung untuk melakukan stock split, dengan proksi tingkat kelemahan harga saham yaitu Price earning ratio (PER) dan price to book value. Dan yang kedua yaitu signaling theory yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan menjadi penyebab utama perusahaan melakukan keputusan stock split, proksi kinerja yang digunakan adalah Earning per share (EPS) dan tingkat pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang bervariasi mengenai pengaruh stock split terhadap kinerja perusahaan. Disini Gow, Liano, dan Ming (2006) melakukan studi penelitian mengenai apakah pengumuman pemecahan saham berisi informasi mengenai profitabilitas di masa yang akan datang. Dalam hal ini profitabilitas perusahaan diukur dengan perubahan laba di masa depan (future earning change), laba dimasa depan, atau laba abnormal di masa depan ( future abnormal earning). Penelitian tersebut membuktikan hasil bahwa aktivitas pemecahan saham yang dilakukan perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas di masa yang akan datang. Pada kenyataanya pemecahan saham memiliki hubungan negatif dengan profitabilitas di masa yang akan datang pada tahun-tahun setelah pengumuman.
Kesimpulan akhir yang dihasilkan dari penelitian tersebut
adalah bahwa pemecahan saham bukan merupakan signal yang tepat bagi prospek laba di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Khomsiyah dan
7
Sulistyo (2001) ditinjau dari signaling theory menunjukan bahwa EPS merupakan factor keputusan stock split, namun penelitian ini tidak menunjukan bahwa factor pertumbuhan laba merupakan factor keputusan stock split. Berdasarkan trading range theory PER merupakan variabel yang membedakan dua kelompok yang melakukan dan tidak melakukan pemecahan saham, namun penelitian ini tidak berhasil menunjukan bahwa variabel price to book value merupakan variabel yang membedakan dua kelompok perusahaan yang melakukan dan tidak melakukan stock split. Fenomena lain yang muncul selain stock split adalah Reverse split, yaitu menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih besar sesuai dengan rasio reverse split yang telah ditentukan, dimana perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan pengurangan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah nilai ekuitas perusahaan. Karena dalam beberapa kasus harga saham yang rendah mengindikasikan rendahnya kualitas dari saham tersebut, hal ini berbeda dengan stock split yang justru memecah sahamnya agar nilai nominal dari saham tersebut menjadi lebih kecil. Martell dan Webb (2005) mengadakan penelitian mengenai reverse split yaitu dengan membandingkan kinerja saham sebelum dan sesudah split, dimana harga menjadi sasaran yang jelas yaitu untuk memenuhi persyaratan harga penawaran minimum serta untuk memenuhi syarat pemeliharaan saham dan investasi kelembagaan. Penelitian ini menemukan bahwa kinerja setelah reverse split pada pasar yang lemah rata-rata lebih baik dari pada pasar yang kuat, selain itu juga menemukan bahwa reverse split sedikitnya termotivasi
8
untuk mempertahankan atau memperoleh kembali harga penawaran yang minimum dihadapan keseluruhan kemunduran pasar dan tidak semata-mata oleh kinerja yang lemah. Pada beberapa penelitian lainnya mengenai reverse split
mengatakan
bahwa reverse split ini diumumkan oleh direktur perusahaan dimana kemudian harus diterima oleh para pemegang saham melalui voting (pengambilan suara) dari pemegang saham tersebut sebelum secara jelas mereka menerima manfaat dari adanya reverse split tersebut ( Ki.C Han ). Studi ini menunjukan pada isu-isu yang belum terpecahkan mengenai reverse split tersebut. Kemudian penelitian lain (event study) oleh (Jing Lihua), mengatakan bahwa reverse split merupakan jalan lain untuk menunjukan kepesimisan para manager terhadap kemampuan untuk meningkatkan harga saham yang merupakan hasil dari perbaikan pendapatan, apabila mereka optimis terhadap prospek masa depannya mereka hanya mempunyai sedikit rangsangan untuk meningkatkan harga saham secara buatan. Pengumuman dari adanya reverse split ini oleh karena itu ditafsirkan sebagai informasi yang negatif. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa reverse split menunjukan abnormal return perusahaan yang negatif disekitar tanggal pengumuman dan perusahaan-perusahaan kecil memberikan reaksi negatif yang lebih kuat. Lalu mengapa perusahaan dengan suka rela mengirim signal negatif pada pasar melalui reverse split, alasan yang mendukung mengapa perusahaan melakukan reverse split adalah pada penelitian Ki. C Han (1995) yaitu bahwa reverse split dapat meningkatkan likuiditas saham.
9
Menurut Ki. C Han (1995) pada saat perusahaan tersebut melakukan Reverse split maka biaya transaksi saham perusahaan tersebut harus menurun karena saham yang diperdagangkan harganya menjadi tinggi. Disisi lain pengurangan biaya transaksi itu perlu menjurus kepada perbaikan dari likuiditas saham. Secara umum harga saham di bawah $5 tidak dapat dibeli pada nilai margin disyaratkan. Sehingga dengan peningkatan harga saham setelah reverse split dapat meningkatkan margin yang disyaratkan dimana pada akhirnya nanti akan meningkatkan likuiditas saham. Penelitian yang dilakukan oleh Ki. C Han ini adalah untuk meneliti dampak dari reverse split terhadap likuiditas saham dengan menggunakan variabel bid-ask spread, trading volume, dan banyaknya non-trading days sebagai proxinya. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa bid-ask spread mengalami penurunan dan trading volume mengalami peningkatan setelah melakukan reverse split. Dalam event studynya (Jing Lihua) juga menunjukan hal yang sama dengan (Ki.C Han) yaitu dimana volume perdagangan meningkat setelah adanya reverse split, dan likuiditas perusahaan juga meningkat. Seoyoung Kim et al (2008) menguji mengenai kinerja jangka panjang pengembalian dengan adanya reverse split, juga menguji apakah pasar secara ekonomis efisien yaitu dengan menetapkan apakah investor akan mendapat abnormal return dengan short-selling perusahaan, serta menguji keanehan pada hari setelah pemecahan saham ketika abnormal return negatif. Selain itu penelitian ini membandingkan perusahaan satu dengan lainnya dengan karakteristik yang sama, dimana menunjukan pergerakan harga yang
10
mengarah ke bawah serta juga pendapatan dan aliran kas operasi yang rendah. Oleh karenanya pasar meng-underestimate reverse split untuk kinerja di masa mendatang. Dengan adanya batasan-batasan kelembagaan dan biaya transaksi yang berhubungan dengan karakteristik unik dari saham tersebut dengan mantap menahan kemampuan investor untuk mendapatkan abnormal profits dari pergerakan saham. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun reverse split merupakan informasi yang tidak efisien tetapi kesempatan para investor untuk memperoleh abnormal return dibatasi. Penelitian ini menemukan adanya penurunan harga saham yang tajam pada hari dilakukan reverse split dapat dijelaskan secara sebagian oleh penyusutan biaya transaksi pada tanggal setelah pemecahan yang berkaitan dengan ukuran dari pemecahan saham yang pada akhirnya berkaitan dengan bid-ask spread saham yang relatif. Selain itu juga menyimpulkan meskipun abnormal return negatif pada pelaporan tanggal setelah pemecahan saham, sehingga investor yang menjual sebelum tanggal pemecahan untuk menghindari return yang negatif pada tanggal pemecahan saham akan membayar biaya transaksi yang lebih tinggi untuk melikuidasi posisinya, hal ini konsisten dengan pasar efisiensi secara ekonomis. Dalam penelitian ini fokus pada the signaling hypothesis secara khusus dalam kaitannya dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini nantinya akan memperkuat penelitian yang dilakukan sebelumnya, dan juga karena penelitian mengenai kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split dan reverse split dan kemudian membandingkan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan atau reverse split belum banyak
11
dilakukan padahal kebijakan pemecahan saham dan pembalikan pemecahan saham tersebut terjadi dan sering kali dilakukan di pasar modal Indonesia, sehingga hal ini dapat memberikan lebih banyak informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dalam pembuatan keputusan yang harus dilakukan. Bagi pihak perusahaan justru harus lebih introspeksi dan berusaha untuk memperoleh informasi yang banyak lagi dalam pembuatan keputusan yang menyebabkan perbaikan baik kinerja perusahaan maupun kinerja saham. Oleh karenanya penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Stock split Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Reverse split” studi kasus pada perusahaan go-public yang terdaftar di BEI antara tahun 2003 sampai 2007.
B. PEMBATASAN MASALAH Penelitian ini membatasi permasalahannya pada perusahaan-perusahaan go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang melakukan stock split (pemecahan saham) dan atau reverse split (penggabungan saham) antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan dengan teori-teori yang telah disebutkan sebelumnya tadi, bahwa pemecahan saham (stock split) dan penggabungan saham (reverse split) mempunyai tujuan untuk memberikan informasi kepada pasar tentang
12
optimisme manajemen akan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang, maka dapat dirumuskan masalah : a. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split ? b. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan reverse split ? c. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan reverse split ?
D. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah yang disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dengan sesudah melakukan stock split. b. Mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dengan sesudah melakukan reverse split. c. Mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang telah melakukan stock split dengan perusahaan yang melakukan reverse split.
E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para investor, emiten (perusahaan publik), dan peneliti sendiri.
13
1. Bagi para investor hasil penelitian ini dapat membantu dalam mengambil keputusan
investasi
portfolionya,
Keputusan
ini
diambil
dengan
menggunakan analisis apakah stock split dan reverse split merupakan sinyal akan adanya perbaikan kinerja perusahaan di masa mendatang. 2. Bagi emiten hasil analisis ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan nantinya. 3. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai bahan rujukan terhadap beberapa aspek dari penelitian ini yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
14
BAB II LANDASAN TEORI
A. PASAR MODAL Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term financial asset. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memilki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangaka panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan, dan sarana produksi lainnya. Bentuk umum surat berharga yang diperjual belikan di pasar modal adalah : (a). obligasi (b). saham preferen (c). saham biasa. Setiap jenis instrument pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkanya, yang dapat diperjual belikan. Pemegang instrument pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut ( Agus Sartono, 2001). Pasar Modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dan dari masyarakat dan menyalurkan dan tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang memerlukan dana dalam jumlah yang seharusnya dapat dipenuhi atas kemampuan sendiri, disamping memanfaatkan bantuan luar negeri sifatnya sebagai pendukung dana dalam negeri. Pemanfaatan dana dari dalam ini dapat dilakukan dengan merangsang tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan meningkatakan
15
perdagangan internasional atau ekspor sehingga devisa meningkat (Agus Sartono, 2001). Pasar modal menurut Jogiyanto (2007) dapat dibedakan menjadi : 1.
Primary Market, yaitu tempat penjualan saham baru yang melibatkan banker investasi yang merupakan perantara antara perusahaan yang menjual saham dengan investor.
2.
Secondary Market, yaitu tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar , yaitu setelah sekuritas baru selesai dijual di pasar primer melalui banker investasi, sekuritas tersebut kemudian diperdagangkan untuk publik di pasar sekunder bersama-sama dengan sekuritas-sekuritas perusahaan lainnya yang sudah berada disana.
3.
Third Market, yaitu pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup, pasar ini dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual setelah pasar kedua tutup.
4.
Fourth Market, yaitu pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker, dimana biasanya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham.
B. Manfaat Pasar Modal 1. Bagi Emiten Pasar modal sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Dimana harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian
16
dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Adapun manfaat pasar modal bagi emiten adalah : a. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar, dan dapat sekaligus diterima oleh emiten pada saat pasar perdana. b. Tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan. c. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan dan ketergantungan terhadap bank kecil. Jangka waktu dana tak terbatas. d. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari pada harga nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 2. Bagi Pemodal Pasar modal yang telah berkembang merupakan sarana investasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal. Bagi investor, investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan cara membeli instrumen pasar modal seperti saham, obligasi ataupun sekuritas kredit. Melalui pasar modal investor dapat memilih berbagai jenis efek yang diinginkan. Adapun manfaat pasar modal bagi investor adalah : a. Nilai
investasi
berkembang mengikuti
pertumbuhan
ekonomi.
Peningkatan tersebut akan tercermin pada meningkatnya harga saham menjadi capital gain.
17
b. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden, dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun. c. Bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS, dan hak suara dalam RUPO pemegang obligasi. d. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi misalnya dari saham A ke saham B sehingga dapat megurangi risiko dan meningkatkan keuntungan. e. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk memperkecil
risiko
secara
keseluruhan
dan
memaksimumkan
keuntungan. 3. Bagi Lembaga Penunjang Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong perkembangan lembaga menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang. Manfaat lain dari pasar modal adalah munculnya lembaga penunjang baru sehingga semakin bervariasi, likuiditas efek semakin tinggi. 4. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah, perkembangan pasar modal merupakan altenatif lain sebagai sumber pembiayaan pembangunan selain dari sektor perbankan dan tabungan pemerintah. Pembangunan yang semakin pesat memerlukan dan yang semakin besar pula, untuk itu perlu dimanfaatkan
18
potensi dan masyarakat, adapun manfaat yang langsung dirasakan oleh pemerintah adalah : a. Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara sehingga tidak lagi tergantung pada subsidi dari pemerintah. b. Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional. c. Meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta serta memperluas kesempatan kerja. C. Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikan dalam bentuk saham. Jika perusahaan ini hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa. Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa (Jogiyanto,2007). 1. Saham Preferen Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
19
Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Macam saham Preferen diantaranya : a. Convertible Prefered Stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, dimana didalamnya memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. b. Callable Prefered Stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai tertentu. c. Adjusted-rate Prefered Stock (ARP) Saham preferen ini saham inovasi baru di Amerika ynag dikenalkan pada tahun 1982. saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill. 2. Saham Biasa Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Beberapa hak yang dimiliki pemegang saham biasa adalah :
20
a. Hak Kontrol, hak pemegang saham biasa untuk memilih pemimpin perusahaan. b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan, hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. c. Hak Preemptive, hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi saham lama dari kemrosotan nilai. 3. Saham Treasuri Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagi treasuri. Perusahaan emiten membali kembali saham beredar sebagai saham treasuri dengan alasan-alasan sebagai berikut ini : a. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer atau karyawan didalam perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham. b. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya. c. Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan menguassai perusahaan lain. d. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikan laba per lembarnya.
21
D. Teori Efisiensi Pasar Modal Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan atau ketidak sediaan informasinya saja, juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisa dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi ( informationally efficient market), sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan ( decisionally efficient market ). Fama (1969) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi pasar sebagai berikut ini : 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar diakatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekaligus tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan data masa sekarang. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-strong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan
22
termasuk informasi yang berapa di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat ( strong form) Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Pasar efisien dalam bentuk ini, tidak ada individual investor yang dapat memperoleh abnormal return karena mempunyai informasi privat. E. Teori Yang Relevan Secara teoritis, motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan stock split dan reverse split serta dampak yang ditimbulkan tertuang dalam beberapa teori, antara lain trading range theory dan signaling theory 1. Trading Range Theory Trading Range Theory menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split karena didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, mereka dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal. Saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual belikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Grinbalt , Masulis, dan Tritman (1984) menata kembali harga saham akan banyak menarik perhatian pasar pada saham. Copeland (1979) alternatif penjelasan dilakukannya pemecahan saham adalah keinginan perusahaan untuk
23
memperdagangkan sahamnya pada rentang perdagangan yang optimal. Manajemen mungkin mempunyai kecondongan seperti ini karena ketika harga saham terlalu tinggi, banyak investor kecil yang tidak mampu ikut membeli saham, dan karenanya mempengaruhi likuiditas dari saham. Memecah saham akan meningkatkan likuiditas dengan memperbesar jumlah pembeli dan karenanya akan mengurangi biaya transaksi saham. Manajemen lebih menyukai membawa investor kecil ke dalam perusahaan karena investor kecil mempunyai kecenderungan tidak terlalu banyak mengendalikan. Khomsiyah dan Sulistyo (2001), menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami harga saham yang terlalu mahal cenderung untuk melakukan stock split. Sedangkan Martell dan Webb (2005) menemukan
bahwa
reverse
split
sedikitnya
termotivasi
untuk
mempertahankan atau memperoleh kembali harga penawaran yang minimum dihadapan keseluruhan kemunduran pasar dan tidak sematamata oleh kinerja yang lemah. 2. Signaling Theory Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan
yang
baik
dari
perusahaan
kepada
publik
yang
belum
mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik.
24
Stock split adalah sebuah teka-teki, walaupun tidak merubah nilai ekuitas dari perusahaan, namun pasar cenderung bereaksi ketika terjadi pengumuman stock split. Hal ini disebabkan perusahaan menggunakan stock split untuk menyampaikan informasi yang disukai kepada pasar, seperti adanya kenaikan dividen. Gow, Liano, dan Ming (2006) berdasarkan signaling hypothesis, pemecaham saham diasosiasikan dengan pengumuman excess return karena manajer menggunakan pemecahan saham untuk menyampaikan informasi private yang disukai mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Fama et al (1969) menyatakan bahwa ekspektasi pasar akan kenaikan deviden adalah alasan utama mengapa pasar bereakasi secara positif pada stock split. Khomsiyah dan Sulistyo (2001), menyatakan bahwa kinerja perusahaan menjadi penyebab perusahaan melakukan keputusan stock split. Ki. C Han (1995) Signal negatif yang diberikan perusahaan dengan reverse split, dilakukan karena perusahaan percaya bahwa reverse split dapat meningkatkan margin yang disyaratkan dimana pada akhirnya nanti akan meningkatkan likuiditas saham. (Jing Lihua) juga menunjukan hal yang sama dengan (Ki.C Han) yaitu dimana volume perdagangan meningkat setelah adanya reverse split, dan likuiditas perusahaan juga meningkat. Martell dan Webb (2005) menemukan bahwa kinerja setelah reverse split pada pasar yang lemah rata-rata lebih baik dari pada pasar yang kuat. F. Pemecahan dan Penggabungan Saham Almilia dan Kristijadi (2005) menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan:
25
1. Split-up atau forward split merupakan pengukuran nilai nominal per lembar saham yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan rasio 2:1, 3:1, dan 4:1, 5: 1 2. Split-down atau reverse split merupakan peningkatan nilai nominal per lembar saham sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan saham dengan rasio 1:2, 1:3, 1:4. Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per-lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp 1000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta X Rp 1000,- = 1 milyard. Perusahaam memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,- dan jumlah saham beredar menjadi sebanyak 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta X Rp 500,- = Rp 1 milyard ( Jogiyanto 2007). Penggabungan Saham (reverse split) adalah sebuah kenaikan harga saham perusahaan dan mengurangi jumlah saham yang beredar (Martell dan Webb, 2005). Dengan kata lain reverse split menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih besar sesuai dengan rasio reverse split yang telah ditentukan, dimana perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan pengurangan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah
26
nilai ekuitas perusahaan. Sebagai contoh, jumlah saham yang beredar 1 juta lembar dengan nilai Rp 500,- per lembar saham. Nilai ekuitas perusahaan sebesar 1 juta X Rp 500,- = 500 juta. Perusahaan me-reverse split sahamnya dengan rasio 1: 2 atau 2 lembar saham dijadikan 1 lembar saham, sehingga jumlah saham yang beredar saat ini adalah 500 ribu lembar saham, dengan nilai saham yang baru menjadi Rp 1000,- per lembar saham. Nilai ekuitas perusahaan tetap yaitu sebesar 500 ribu X Rp 1000,- = Rp 500 juta. Menurut Martell dan Webb (2005), secara tradisional reverse split dipandang sebagai usaha untuk menaikan harga sahamnya agar cukup tinggi untuk mencapai harga minimum agar dapat bertahan dan tidak di delisting dari bursa. Reverse split juga dapat digunakan oleh perusahaan untuk beberapa pertimbangan lain dibanding untuk berhubungan dengan suatu penghapusan dari bursa yang potensial, yaitu untuk: §
Meningkatkan dasar pemodal saham tersebut agar termasuk dalam investasi
§
Mengurangi
banyaknya
pemegang
saham
dalam
mempersiapkan
mengambil sebuah firm private §
Mengurangi banyaknya pemegang saham kecil dan untuk memotong biaya pemeliharaan mereka
Menurut Amir Hamzah (2006), reverse split dapat menimbulkan dampak dan risiko sebagai berikut : §
Ada kemungkinan harga saham dipasar akan turun kembali setelah reverse split. Penurunan harga saham yang disebabkan oleh kondisi pasar adalah
27
faktor yang tidak bisa dihindari oleh setiap pemegang saham. Akan tetapi walaupun terjadi penurunan harga saham karena kondisi ekonomi secara umum, harga saham akan tetap berada diatas kriteria delisting menurut peraturan BEI. §
Ada kemungkinan terjadinya pecahan saham serta kepemilikan saham kurang dari satu satuan perdagangan saham (odd lot).
G. Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan diukur dengan beberapa rasio keuangan yaitu (Agus Sartono,2001) : a. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Rasio ini diukur dengan : Current Ratio =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
b. Rasio Aktivitas Rasio ini menunjukan bagaimana sumberdaya telah dimanfaatkan secara optimal dengan membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, sehingga dapat diketahui sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets atau aktivanya untuk memperoleh penjualan. Rasio ini diukur dengan Perputaran Total Aktiva yaitu menunjukan bagaiamana efektivitas
perusahaan
menggunakan
keseluruhan
menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.
28
aktiva
untuk
Perputaran Total Aktiva =
Penjualan Total Aktiva
c. Rasio Leverage Rasio ini menunjukan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, semakin sedikit nilai rasio berarti kinerja perusahaan semakin
bagus.
Penggunaan
utang
itu
sendiri
bagi
perusahaan
mengandung tiga dimensi yaitu : (1) pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat dan (3) dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. Rasio ini diukur dengan :
Debt Ratio =
Total Kewajiban Total Aktiva
d. Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin efisien perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan. Rasio ini diukur dengan Return on invesment yaitu menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, dan Return on equity yaitu mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
29
ROI
=
ROE
=
Laba Setelah Pajak Total Aktiva Laba Setelah Pajak Modal Sendiri
e. Market Value Ratio Banyak pelaku pasar modal yang lebih menaruh perhatian terhadap price earning ratio yaitu rasio antara harga saham dengan earning per share. Karena semakin tinggi P/E ratio semakin besar present value growth opportunities perusahaan. P/E ratio juga diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan. Rasio ini diukur dengan : PER
=
H arg a Saham Penerimaan per Lembar Saham
G. RERANGKA PEMIKIRAN Dalam penelitian ini melakukan analisis perbandingan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan reverse split. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan membanding kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split. Langkah selanjutnya yaitu membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah reverse split. Proxi variabel kinerja keuangan yang digunakan meliputi rasio-rasio keuangan yaitu ( Agus Sartono, 2001) current ratio, assets turn over( perputaran total aktiva ), debt ratio, ROI, ROE, dan yang terakhir PER (rasio harga saham).
30
Setelah membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah masingmasing aktivitas yaitu stock split dan reverse split, kemudian langkah terkahir yang dilakukan yaitu membandingkan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan yang melakukan reverse split. Dari uraian tersebut dari dibuat sebuah rerangka pemikiran sebagai berikut :
Perusahaan Publik yang melakukan Stock split
Kinerja keuangan sebelum melakukan Stock split
Perusahaan Publik yang melakukan Reverse split
Kinerja keuangan setelah melakukan Stock split
Kinerja keuangan sebelum melakukan Reverse split
Kinerja keuangan setelah melakukan Stock split
Kinerja keuangan setelah melakukan Reverse split
Kinerja keuangan setelah melakukan Reverse split
Gambar II. 1 Rerangka Pemikiran
31
H. HIPOTESIS Dari rerangka pemikiran yang telah disebutkan diatas dapat dibuat beberapa hipotesis penelitian yaitu : H1 = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah Stock Split
H2 = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah Reverse Split
H3 = Ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan Stock Split dan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan Reverse split
32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian event study, karena penelitian ini hanya mengamati suatu kejadian tertentu pada periode tertentu dengan mendasarkan pada pengamatan tanggal publikasi sebagai titik krisisnya. Event yang akan dilakukan penelitian adalah pemecahan saham (stock split) dan penggabungan saham (reverse split). Penelitian ini bersifat panel, karena dalam penelitian ini hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Bursa Efek Indonesia. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat digunakan untuk menguasai efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2000). Penelitian ini menggunakan library reseach method untuk mencari landasan teori pendukung penelitian. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, data sekunder diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari. Analisis juga dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan metode statistik untuk menguji hipotesis.
33
B. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aktivitas stock split dan atau reverse split selama tahun 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007. Dengan demikian sampel dari penelitian ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling yaitu sampel diambil sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah : 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2003 sampai dengan Desember 2007, dan datanya tersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis. 2. Data yang digunakan sebagai sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta data tersebut merupakan perusahaan yang melakukan aktivitas stock split dan atau reverse split pada Januari 2003 sampai dengan Desember 2007. 3. Perusahaan yang melakukan aktivitas stock split dan reverse split yang dijadikan sampel adalah : a.
Untuk stock split perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split dengan ukuran pemecahan 0.5 atau 2 :1.
b.
Untuk reverse split perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan reverse split dengan ukuran pemecahan ≤ 0.5 atau lebih kecil sama dengan 1 : 2.
34
C. Metode Pengumpulan dan Sumber Data a. Data & Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain JSX Quarterly dan IDX Quarterly, sedangkan data pasar dan laporan keuangan tahunan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ( ICMD). Data yang digunakan antara lain : 1.
Nama perusahaan (emiten) yang melakukan stock split dan atau reverse split pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007 diperoleh dari JSX Quarterly dan IDX Quarterly.
2.
Tanggal pengumuman stock split dan reverse split setiap perusahaan yang menjadi sampel yang berasal dari JSX Statistic 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007.
3.
Data-data keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel, baik untuk periode 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah pengumuman stock split dan reverse split, yang berasal dari ICMD.
D. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Berisi tentang pembahasan secara deskriptif data sekunder yang telah dikumpulkan, dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik variable kinerja keuangan perusahaan yang dijadikan sample seperti mean, median, standar deviasi, nilai minimum, dan maksimum. Statistik Deskriptif adalah
35
statistik
yang
digunakan
untuk
menganalisa
data
dengan
cara
menggambarkan data kuantitatif yang telah terkumpul sebagaimana adanya, dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan atau membuat kesimpulan yang berlaku umum melalui hipotesis (Jonathan Sarwono, 2006). 2. Uji Asumsi Dasar a. Uji Normalitas Digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunkan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit maka metode yang digunakan adalah statistik nonparametrik. Dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 ( signifikansi > 0,05 ). b. Uji Homogenitas Digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent sample T Test dan ANOVA. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika signifikansi lebih dari 0,05 (signifikan > 0,05) maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.
36
3. Uji Hipotesis Apabila setelah dilakukan uji normalitas data, dan hasilnya menunjukan bahwa data terdistribusi normal maka untuk pengujian hipotesisnya menggunakan statistik parametrik yaitu : a. Paired Sample T Test Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan ratarata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya disini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Pengujian ini dilakukan pada hipotesis pertama dan kedua. Hipotesis pertama yaitu : H0 = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah Stock Split H1 = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah Stock Split Hipotesis kedua yaitu : H0 = Tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah Reverse Split H2 = Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah Reverse Split Kriteria Pengujian : 1) H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel 2) H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
37
Atau bila berdasarkan probabilitas : 1) H0 diterima jika P value > 0,05 2) H0 ditolak jika P value < 0,05 Akan tetapi apabila setelah dilakukan pengujian normalitas dan data terdistribusi tidak normal maka alat uji yang digunakan adalah statistik nonparametrik yaitu Wilcoxon Signed-Rank test, dengan kriteria pengujian hipotesis sama seperti pada Paired Sample T Test. b. Independent Sample T Test Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan ratarata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi. Sebelum dilakukan Uji T Test dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s Test), artinya jika varian sama maka Uji T menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Pengujian ini dilakukan pada hipotesis ketiga yaitu : H0 = Tidak ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan Stock Split dan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan Reverse split H3 = Ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan Stock Split dan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan Reverse split
38
Kriteria Uji F : 1) Jika probabilitas > 0,05 maka kedua varians sama, maka menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) 2) Jika probabilitas < 0,05 maka kedua varians berbeda, maka menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda)
Kriteria Uji hipotesis : Setelah dilakukan F Test kemudian dilakukan uji Independent Sample T Test dengan kriteria pengujian hipotesis yang ketiga yaitu : 1) H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel 2) H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Atau bila berdasarkan probabilitas : 1) H0 diterima jika P value > 0,05 2) H0 ditolak jika P value < 0,05 Akan tetapi jika setelah pengujian normalitas, data terdistribusi tidak normal, maka alat uji yang digunakan adalah statistik nonparametrik yaitu menggunakan Mann-Whitney U test dengan kriteria pengujian hipotesis sama seperti pada Independent Sample T Test.
39
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Distribusi Sampel Penelitian Dari kriteria purposive sampling yang telah dilakukan, jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 perusahaan yang melakukan aktivitas Stock Split, dan 13 perusahaan yang melakukan aktivitas Reverse Split pada tahun 2003 – 2007. Tabel IV. 1 Daftar Perusahaan Yang Melakukan Aktivitas Stock Split tahun 2003 – 2007 Tahun 2003
2004
2005 2006
2007
Nama Perusahaan Panin Insurance Bank NISP Pool Asuransi Indonesia Artha Pasific Securitas Bakrie Sumatra Plantations Berlian Laju Tanker Kalbe Farma Ciputra Surya Arpeni Pratama Oceanline Ekadharma International Intraco Penta Lippo Karawaci Pembangunan Jaya Ancol Charoen Pokphand Indonesia Davomas Abadi Hortus Danavest Humpuss Intermoda Transportasi
Sumber : data sekunder yang diolah
40
Rasio Split 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2
Tabel IV. 2 Daftar Perusahaan Yang Melakukan Aktivitas Reverse Split tahun 2003 – 2007
Tahun 2003 2004
2005
2006 2007
Nama Perusahaan Palm Asia Corpora Sierad Produce United Capital Indonesia Artha Pasific International Bakrie & Brothers Indo Exchange Inti Kapuas Arowana United Capital Indonesia Lippo E-Net Sarosa Nugraha Jaka Inti Realtindo Sentul City Bank Artha Graha International
Rasio Split 1 : 10 1 : 10 1:2 1:2 1:5 1 : 10 1:5 1:3 1 : 10 1 : 10 1 : 25 1:4 1:5
Sumber : data sekunder yang diolah
Rasio split atau pemecahan yang digunakan pada perusahaan yang melakukan aktivitas Stock Split adalah 1 : 2 sedangkan untuk Reverse Split tidak
ada
kriteria
rasio
pemecahan
karena
disini
peneliti
ingin
menyeimbangkan jumlah data antara perusahaan yang melakukan aktivitas Stock Split dengan perusahaan yang melakukan aktivitas Reverse Split. Perusahaan yang melakukan aktivitas Stock Split lebih banyak bila dibandingkan perusahaan yang melakukan aktivitas Reverse Split.
B. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai mean, median, standar deviasi, minimum, dan maximum dari masing-masing proxi. Untuk mengetahui nilai dispersi atau penyebaran nilai proxi maka dapat dilihat
41
melalui standar deviasinya, nilai minimum dan maximum dari setiap proxi variable. Dan untuk melihat kecenderungan terpusat (central tendency) menggunakan nilai mean dan median. Tabel IV. 3 Analisis Deskriptif
Keterangan CR t-1 CR t+1 TATO t-1 TATO t+1 DR t-1 DR t+1 ROI t-1 ROI t+1 ROE t-1 ROE t+1 PER t-1 PER t+1
Keterangan CR t-1 CR t+1 TATO t-1 TATO t+1 DR t-1 DR t+1 ROI t-1 ROI t+1 ROE t-1 ROE t+1 PER t-1 PER t+1
Aktivitas Stock Split Mean Median Std Dev 1.9765 1.25 2.03151 4.92 2.09 7.46 0.5876 0.42 0.5583 0.6312 0.33 0.67283 0.5306 0.58 0.24087 0.5194 0.57 0.25677 7.1559 6.32 4.47974 3.5935 4.9 9.01935 9.0888 13.33 24.45272 3.3753 15.58 33.21058 11.2041 7.38 9.81738 7.27 8.73 14.05735 Aktivitas Reverse Split Mean Median Std Dev 6.5077 3.41 7.31938 311.1265 2.86 780.1686 0.3738 0.13 0.56153 0.2523 0.10 0.37765 0.4408 0.31 0.36351 0.2508 0.13 0.27627 -12.1085 -1.9 30.11479 -1.3738 0.51 7.28279 -2243.089 -4.37 8041.355 -0.9438 1.61 8.90672 -7.5085 -1.13 38.29814 39.9246 16.13 76.13591
Min 0.24 0.82 0.06 0.02 0.09 0.04 0.86 -19.36 -80.86 -86.5 1.79 -38.45
Min 0.43 0.79 0.02 -0.03 0.04 0.00 -91.00 -22.56 -29006.2 -25.9 -128.2 -27.54
Max 7.94 27.5 2.2 2.55 0.92 0.92 17.36 15.66 39.95 32.12 39.71 25.1
Max 24.39 25.2764 2.02 1.23 1.00 0.93 9.22 3.39 11.16 7.97 41.25 277.22
Sumber : data sekunder yang diolah
Dari hasil analisis diskriptif diatas terlihat bahwa untuk stock split nilai mean proxi variable yang mengalami kenaikan adalah current ratio (CR) dan total assets turnover (TATO), yaitu untuk CR 1.9765 untuk periode sebelum
42
pemecahan, kemudian mengalami kenaikan menjadi 4.92 setelah terjadi pemecahan. Dan untuk nilai TATO mengalami kenaikan dari 0.5876 menjadi 0.6312 setelah pemecahan. Sedangkan untuk proxi variable lainnya mengalami penurunan nilai mean yaitu DR mengalami penurunan nilai dari 0.5306 menjadi 0.5194 setelah pemecahan, kemudian ROI dan ROE mengalami penurunan masing-masing untuk ROI 7.1559 menjadi 3.5935 setelah pemecahan, dan untuk ROE 9.0888 manjadi 3.3753 setelah pemecahan. Yang terakhir adalah proxi variable PER yaitu menurun dari 11.20 menjadi 7.27 setelah stock split. Kemudian untuk aktivitas reverse split dapat diketahui proxi variable yang mengalami kenaikan adalah CR, ROI , ROE dan PER, nilai masing-masing proxi tersebut untuk CR 6.5077 menjadi 311.1265 setelah reverse split. Untuk nilai ROI -12.1085 naik menjadi -1.3738 setelah reverse split, sedangkan untuk ROE -2243.089 menjadi -0.9438 setelah reverse split. Dan untuk nilai PER mengalami kenaikan dari -7.5085 menjadi 39.9246 setelah reverse split. Kemudian untuk proxi yang mengalami penurunan yaitu TATO dan DR, masing mengalami penurunan untuk TATO dari 0.3738 manjadi 0.2523 dan DR dari 0.4408 menjadi 0.2508 setelah reverse split.
C. Pengujian Normalitas Data Berdasarkan dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data dominan terdistribusi tidak normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV. 4
yang
menunjukan uji normalitas terhadap setiap proxi variabel kinerja keuangan.
43
Peneliti melihat dari nilai asymptotic significance setiap proxi berdasarkan pengujian melalui uji Kolmogorov-Smirnov, dimana nilainya dominan lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) maka berdasarkan kriteria yang ada data terdistribusi tidak normal. Tabel IV. 4 Proxi Variabel Kinerja Keuangan Keterangan Stock Split CR t-1 CR t+1 TATO t-1 TATO t+1 DR t-1 DR t+1 ROI t-1 ROI t+1 ROE t-1 ROE t+1 PER t-1 PER t+1 Reverse Split CR t-1 CR t+1 TATO t-1 TATO t+1 DR t-1 DR t+1 ROI t-1 ROI t+1 ROE t-1 ROE t+1 PER t-1 PER t+1
P Value
Distribusi
0.000 0.000 0.072 0.025 0.200 0.200 0.162 0.066 0.000 0.000 0.142 0.046
tdk normal tdk normal normal tdk normal normal normal normal normal tdk normal tdk normal normal tdk normal
0.072 0.000 0.005 0.001 0.200 0.003 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.017
normal tdk normal tdk normal tdk normal normal tdk normal tdk normal tdk normal tdk normal tdk normal tdk normal tdk normal
Sumber : data sekunder yang diolah
44
D. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis pertama Setelah mengetahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal, maka dalam pengujian hipotesis menggunakan alat uji Non-Parametik yaitu untuk pengujian hipotesis yang pertama menggunakan Wilcoxon Signed Rank-Test, dimana Uji Wilcoxon ini merupakan alternatif uji t data berpasangan, dalam hipotesis pertama melakukan pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah Stock Split. Dengan kriteria pengujian untuk nilai asymptotic significance yaitu < 0.05 maka hipotesis nul akan ditolak dan hipotesis alternatif 1 akan diterima atau dengan kata lain ada perbedaan. Begitu pula sebaliknya jika asymptotic significance yaitu > 0.05, maka hipotesis nul akan diterima dan hipotesis alternatif 1 akan ditolak maka dikatakan tidak ada perbedaan. Table IV. 5 Hasil Uji Dengan Menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test Keterangan Stock Split CR t-1, t+1 TATO t-1, t+1 DR t-1, t+1 ROI t-1, t+1 ROE t-1, t+1 PER t-1, t+1
P Value
Hasil
0.046 0.636 0.876 0.113 0.407 0.619
ada perbedaan tdk ada perbedaan tdk ada perbedaan tdk ada perbedaan tdk ada perbedaan tdk ada perbedaan
Sumber : data sekunder yang diolah Dari hasil pengujian diatas dapat diketahui proxi variabel kinerja keuangan current ratio menunjukan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah aktivitas stock split, ini dimungkinkan setelah split jumlah lembar saham yang dikeluarkan lebih banyak, sehingga menambah jumlah
45
aktiva likuid yang ada diperusahaan. Akan tetapi untuk proxi variabel kinerja keuangan yang lain yaitu total assets turnover (TATO), debt ratio (DR), ROI, ROE, dan price earnings ratio (PER) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Hasil
ini
kurang mendukung penelitian sebelumnya oleh
Ferdiansyah (2007) dimana nilai dari current ratio, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Kemudian untuk nilai ROI dan ROE pada penelitian yang dilakukan oleh Ferdiansyah (2007) ini justru menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Untuk PER pada penelitian ini juga tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split hal ini kurang mendukung penelitian sebelumnya oleh Khomsiyah dan Sulistyo (2001) yang mengatakan ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah stock split khususnya pada proxi PER. Akan tetapi mendukung penelitian sebelumnya oleh Jog, Vijay dan Zhu, Peng Cheng (2004) menyatakan bahwa dalam jangka pendek EPS (earning per share) mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada 3 bulan pertama, akan tetapi dalam jangka panjangnya setelah pemecahan tidak ada pertumbuhan EPS lagi. Akan tetapi pada sisi lain pada penelitian ini yang mendukung penelitian Ferdiansyah (2007) dimana tidak ada perbedaan debt ratio sebelum dan sesudah stock split hal ini disebabkan karena manajer perusahaan ingin tetap mempertahankan penggunaan operating dan
46
financial leverage yang memiliki beban tetap dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan keuntungan. Untuk nilai total assets turnover penelitian ini juga tidak menunjukan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock split hal ini menunjukan bahwa tidak ada peningkatan laba antara sebelum dan sesudah stock split dimana terlihat pula pada nilai ROI dan ROE juga tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya oleh Gow, Liano, Ming (2006) yang menyimpulkan bahwa stock split bukan merupakan sinyal yang tepat bagi prospek laba di masa akan datang khususnya pada tingkat profitabilitas yang diproxikan ROI dan ROE. 2. Hipotesis kedua Hipotesis yang kedua melakukan pengujian 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah Reverse Split menggunakan alat uji Non-Parametik yaitu Wilcoxon Signed Rank-Test. Dengan kriteria pengujian untuk nilai asymptotic significance yaitu < 0.05 maka hipotesis nul akan ditolak dan hipotesis alternatif 2 akan diterima atau dengan kata lain ada perbedaan. Begitu pula sebaliknya jika asymptotic significance yaitu > 0.05, maka hipotesis nul akan diterima dan hipotesis alternatif 2 akan ditolak maka dikatakan tidak ada perbedaan.
47
Tabel IV. 6 Hasil Uji Dengan Menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test Keterangan Reverse Split CR t-1, t+1 TATO t-1, t+1 DR t-1, t+1 ROI t-1, t+1 ROE t-1, t+1 PER t-1, t+1
P Value
Hasil
0.294 0.306 0.011 0.279 0.101 0.016
tdk ada perbedaan tdk ada perbedaan ada perbedaan tdk ada perbedaan tdk ada perbedaan ada perbedaan
Sumber : data sekunder yang diolah Dari hasil pengujian diatas dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variabel kinerja keuangan debt ratio (DR), dan price earnings ratio (PER) sebelum dan sesudah reverse split. Hal ini kurang mendukung penelitian sebelumnya oleh Jog, Vijay dan Zhu, Peng Cheng (2004) yang menyatakan bahwa reverse split memiliki nilai EPS yang negative sebelum dan sesudah split. Adanya perbedaan antara kinerja keungan sebelum dan sesudah reverse split khususnya pada proxi PER , ini menunjukan bahwa perusahaan menganggap prospeknya masih bagus akan tetapi harganya rendah , sehingga berusaha untuk menaikan harga, disini harga saham naik memang karena adanya aktivitas reverse split atau sesuai yang diharapkan perusahaan harga saham naik karena respon yang baik pula dari pasar sehingga PER naik. Dan untuk proxi debt ratio hutang lebih kecil dari sebelum melakukan reverse split disini berarti perusahaan lebih sedikit menggunakan hutang. Rasio ini menurun, dengan adanya kemungkinan yang pertama perusahaan menganggap kinerjanya masih baik, akan tetapi harga sahamnya terlalu rendah sehingga
48
manajemen berusaha menaikan harga saham secara buatan dengan begitu harapan perusahaan harga saham akan meningkat dan diharapkan adanya laba yang ditahan, sehingga dapat menaikan ekuitas perusahaan, atau yang kedua karena nilainya hutangnya memang turun. Sedangkan untuk proxi variable lainnya seperti current ratio (CR), total assets turnover (TATO), ROI, dan ROE tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah reverse split. Namun demikian walaupun pada nilai ROI,ROE, dan current ratio berdasarkan pengujian hipotesis tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai rata-rata pada proxi variable tersebut terdapat kenaikan sebelum dan sesudah terjadinya split, hal ini kemungkinan merupakan efek dari kenaikan dari nilai PER yang semakin tinggi yang membuat kinerja keuangan semakin membaik. Dan untuk nilai TATO pada penelitian tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, hal ini menunjukan bahwa laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak disebabkan karena peningkatan jumlah penjualan, melainkan karena adanya peningkatan efisensi yang bisa dilihat melalui kenaikan pada tingkat profitabilitas, karena adanya peningkatan nilai PER. 3. Hipotesis ketiga Sedangkan untuk pengujian hipotesis yang ketiga menggunakan Mann-Whitney U Test, karena uji ini digunakan sebagai alternatif uji t dan uji z untuk variabel independen dan hanya berjumlah 2 sampel. Dalam penelitian ini digunakan dalam pengujian proxi variable 1 tahun setelah
49
perusahaan melakukan Stock Split dengan 1 tahun setelah perusahaan melakukan Reverse Split. Dengan kriteria pengujian hipotesis yaitu apabila nilai asymptotic significance yaitu < 0.05, maka hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternatif 3 diterima atau dikatakan ada perbedaan. Jika nilai asymptotic significance yaitu > 0.05, maka hipotesis nul akan diterima dan hipotesisi alternatif 3 akan ditolak dengan kata lain tidak ada perbedaan.
Tabel IV. 7 Hasil Uji Dengan Menggunakan Mann-Whitney U Test Keterangan
P Value
Hasil
CR t+1, t+1
0.544
tdk ada perbedaan
TATO t+1, t+1
0.022
ada perbedaan
DR t+1, t+1
0.011
ada perbedaan
ROI t+1, t+1
0.014
ada perbedaan
ROE t+1, t+1
0.008
ada perbedaan
PER t+1, t+1
0.127
tdk ada perbedaan
Stock Split dan Reverse Split
Sumber : data sekunder yang diolah
Dari hasil pengujian diatas dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variabel kinerja keuangan total assets turnover (TATO), debt ratio (DR), ROI, dan ROE. Untuk nilai TATO stock split lebih baik dari reverse split, bisa dilihat juga dari nilai TATO pada stock split mengalami peningkatan setelah terjadinya split, sedangkan untuk reverse split nilainya justru mengalami penurunan setelah reverse split. Pada nilai DR stock split lebih tinggi dari reverse split, walaupun keduanya sama-sama mengalami penurunan setelah adanya aktivitas split, hal ini menunjukan bahwa pada perusahaan yang melakukan aktivitas
50
stock split menggunakan nilai hutang yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang melakukan aktivitas reverse split. Proporsi penggunaan hutang yang baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, sedangkan penggunaan hutang yang berlebih justru akan memberikan risiko yang lebih besar pula terhadap perusahaan. Kemudian untuk nilai ROI dan ROE pada stock split nilainya lebih tinggi dari pada reverse split setelah aktivitas split. Akan tetapi jika dilihat antara sebelum dan sesudah split, nilai pada stock split menunjukan perubahan yang negatif, yaitu penurunan setelah terjadinya split. Sedangkan pada reverse split walaupun nilainya lebih kecil dari reverse split, tetapi jika dilihat dari nilai sebelum dan sesudah mengalami perubahan secara positif, yaitu ada kenaikan setelah terjadinya reverse split. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variable current ratio (CR), dan price earnings ratio (PER). Walapun tidak ada perbedaan yang signifikan nilai current ratio (CR) pada reverse split memiliki nilai rata-rata setelah aktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan stock split, yang justru mengalami penurunan setelah adanya stock split. Untuk nilai PER sesudah pemecahan reverse split memiliki nilai yang lebih baik dari pada stock split, dimana nilai PER setelah pemecahan pada stock split justru menurun. Hal ini kurang mendukung penelitian sebelumnya oleh Jog, Vijay dan Zhu, Peng Cheng (2004) yang mengatakan bahwa untuk stock split nilai EPS sebelum dan sesudah terjadi
51
kenaikan yang signifikan pada tiga bulan pertama dan untuk selanjutnya tidak ada pertumbuhan EPS dalam jangka panjangnya, namun demikian nilai rata-rata stock split setelah pemecahan lebih tinggi dari pada sebelumnya, sedangkan untuk reverse split hampir memiliki nilai EPS yang konstan negatif sebelum maupun sesudah split.
E. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split, terutama pada proxi ROI dan ROE ini menunjukan bahwa stock split tidak memberikan sinyal yang positif terhadap profitabilitas perusahaan. Begitu pula dengan nilai Total assets turnover tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, hal ini semakin memperkuat bahwa stock split bukan merupakan sinyal positif terhadap prospek laba perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Gow, Liano, Ming (2006) yang menyimpulkan bahwa stock split bukan merupakan sinyal yang tepat bagi prospek laba perusahaan di masa akan datang khususnya pada tingkat profitabilitas yang diproksikan ROI dan ROE.
Kemudian untuk proxi rasio leverge yaitu debt ratio juga tidak
menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split, hal ini bisa jadi karena perusahaan memang ingin mempertahankan proporsi penggunaan hutang dalam pembiayaan investasinya, terlihat dari nilai total hutang yang lebih tinggi dari nilai total assets nya. Hasil ini mendukung
52
penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Ferdiansyah (2007) dimana tidak ada perbedaan debt ratio sebelum dan sesudah stock split hal ini disebabkan karena manajer perusahaan ingin tetap mempertahankan penggunaan operating dan financial leverage yang memiliki beban tetap dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan keuntungan. Kemudian pada aktivitas reverse split hasil analisis menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan khususnya pada proxi variabel kinerja keuangan current ratio, total assets turnover, ROI, dan ROE sebelum dan sesudah reverse split. Sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variable PER dan debt ratio. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Martell dan Webb (2005) menemukan bahwa kinerja setelah reverse split pada pasar yang lemah rata-rata lebih baik dari pada pasar yang kuat, selain itu juga menemukan bahwa reverse split sedikitnya termotivasi untuk mempertahankan atau memperoleh kembali harga penawaran yang minimum dihadapan keseluruhan kemunduran pasar dan tidak semata-mata oleh kinerja yang lemah. Terlihat bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas reverse split bukanlah semata-mata perusahaan dengan kinerja yang buruk, akan tetapi merupakan usaha dari para manajer dalam rangka mengembalikan harga penawaran minimum yang dianggab terlalu rendah. Hal ini terbukti dari nilai PER yang mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah terjadi reverse split.
53
Pada hasil analisis antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan reverse split menunjukan perbedaan yang signifikan pada proxi variable total assets turnover, debt ratio, ROI dan ROE. Akan tetapi tidak menunjukan perbedaan yang siginifikan pada proxi variable PER dan current ratio. Hal ini menunjukan bahwa secara umum terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan reverse split. Sedangkan tidak terdapatnya perbedaan pada proxi variable PER, mengindikasikan bahwa pasar bereaksi sama terhadap perusahaan yang melakukan stock split dan atau reverse split. Kemudian pada proxi current ratio juga tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, hal ini semakin meyakinkan baik stock split maupun reverse split tidak mengubah nilai ekuitas saham dari suatu perusahaan. Melalui hasil analisis ini para investor maupun perusahaan (emiten) dapat melihat perbandingan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dengan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan reverse split. Tidak hanya melihat dari sisi harga saham, akan tetapi melihat lebih dalam lagi melalui kinerja keuangan perusahaan sebelum maupun sesudah melakukan stock split dan atau reverse split. Hasil analisis ini bermanfaat bagi para pelaku pasar modal terutama bagi investor maupun emiten yang akan mengambil keputusan dalam melakukan aktivitas stock split dan atau reverse split, dimana stock split bukan merupakan sinyal yang tepat
54
untuk kinerja keuangan perusahaan dimasa akan datang, sedangkan untuk reverse split hal ini dilakukan bukan karena semata-mata kinerja yang lemah, akan tetapi lebih kepada perbaikan harga saham perusahaan. Kemudian bagi para investor maupun perusahaan (emiten) yang telah melakukan stock split dan atau reverse split, hasil ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam evaluasi kebijakan perusahaan dimasa mendatang.
55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan dari hasil analisis, dan berbagai hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Proxi variabel kinerja keuangan current ratio menunjukan perbedaan yang signifikan pada 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah aktivitas stock split. Akan tetapi untuk proxi variabel kinerja keuangan yang lain yaitu total assets turnover (TATO), debt ratio (DR), ROI, ROE, dan price earnings ratio (PER) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Sehingga pada hipotesis pertama dalam penelitian ini hanya proxi variable current ratio saja yang menunjukan perbedaan 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah stock split. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variabel kinerja keuangan debt ratio (DR), dan price earnings ratio (PER) 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah reverse split. Sedangkan untuk proxi variable lainnya seperti current ratio (CR), total assets turnover (TATO), ROI, dan ROE tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah reverse split. Sehingga pada hipotesis kedua dalam penelitian ini terdapat dua proxi variabel kinerja
56
keuangan perusahaan yaitu debt ratio (DR) dan price earnings ratio (PER). 3.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variabel kinerja keuangan total assets turnover (TATO), debt ratio (DR), ROI, dan ROE pada 1 tahun sesudah perusahaan melakukan aktivitas stock split dan atau aktivitas reverse split. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada proxi variable current ratio (CR), dan price earnings ratio (PER) pada 1 tahun sesudah perusahaan melakukan aktivitas stock split dan atau aktivitas reverse split. Sehingga pada hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini menunjukan perbedaan yang signifikan pada keempat proxi variabel kinerja keuangan perusahaan yaitu total assets turnover (TATO), debt ratio (DR), ROI, dan ROE antara perusahaan yang melakukan aktivitas stock split dan atau aktivitas reverse split.
B. KETERBATASAN PENELITIAN Dalam penelitian ini dihadapi beberapa keterbatasan yang perlu menjadi perhatian pada penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 1. Sampel yang diambil dalam penelitian, sebagai perbandingan jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dari masing-masing industri antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang melakukan reverse split jumlahnya kurang seimbang, sehingga pada
57
penelitian ini mengambil kriteria tertentu untuk menyeimbangkan jumlah sampel dari keduanya. 2. Penelitian ini belum melakukan penggolongan perusahaan berdasarkan jenis industri, dan ukuran perusahaan (firm size). 3. Dalam penelitian ini menggunakan variabel fundamental kinerja keuangan perusahaan dengan beberapa proksi kinerja keuangan yang lebih didasarkan pada popularitas mereka dalam literatur keuangan. 4. Pada penelitian ini hanya menguji reaksi jangka pendek setelah adanya stock split dan atau reverse split terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dimana periode yang diambil adalah 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah terjadinya aktivitas stock split dan atau reverse split.
C. SARAN 1. Bagi para investor jangan hanya manjadikan stock split maupun reverse split sebagai referensi dalam membeli saham untuk porfolionya. Para investor juga harus memperhatikan jenis sahamnya , kemudian selain melihat dari analisis fundamental perusahaan , para investor juga bisa melihat dari segi tata kelola perusahaan (good corporate governance) secara baik. 2. Dengan melihat hasil analisis yang menunjukan sedikitnya proxi variabel kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan aktivitas stock split dan atau reverse split yang menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan aktivitas
58
tersebut, maka perusahaan publik (emiten) harus berhati-hati dalam menyampaikan sinyal kepada pasar, karena pasar bisa menilai bahwa sinyal yang diberikan adalah palsu. Jika pasar secara canggih bisa mengetahui bahwa sinyal yang diberikan tidak valid, maka akan memberikan penilaian yang negatif terhadap perusahaan. 3. Untuk penelitian selanjutnya, sampel yang diteliti sebaiknya mewakili masing-masing jenis industri secara proporsional. Dan sebaiknya dilakukan pengelompokan jenis industri untuk lebih mengurangi bias antar kelompok industri. Selain itu pada penelitian selanjutnya lebih disarankan menggunakan variabel fundamental maupun proksi variabel lain yang lebih lengkap lagi.
59
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi, Emanuel. 2005. Analisis Kandungan Informasi dan Efek Intra Industri Pengumuman Stock Split yang Dilakukan Oleh Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. 20, 70 – 86. Asquith, P., Healy, P.,and Palepu, K. 1989. Earnings and Stock Splits. The Accounting Review 64, 387-403. Brennan, M.J., and T.E. Copeland. 1988. Stock Splits, Stock Price, and Transaction Cost. Journal of Financial Economics 22, 83-101. Fama, E.F. ,L. Fisher, M. Jensen, and R. Roll. 1969. The Adjusment of Stock Price to New Information. International Economics Review 10, 1-21. Fama, Eugene.F. 1969. Efficient Capital Markets : A Review of Theory and Financial Work. The Journal Of Finance 25, 383-417. Ferdiansyah. 2007. Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Grinbalt, M.S., R.W. Masulis, and S. Tritman. 1984. The Valuation Effects of Stock Splits and Stock Dividens. Journal of Financial Economics 13, 461490. Hamzah, Amir. 2006. Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse Stock Split di PT. Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya 4,12 – 68. Han, Ki.C. 1995. The Effect of Reverse Split on The Liquidity of Stock. Journal of Financial and Quantitative Analysis 30 (1), 159-169 H. M., Jogiyanto.2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. BPFE :Yogyakarta. Huang,Gow.C, K. Liano, and M.S. Pan. 2006. Do Stock Split Signal Future Profitability. Review Quantitave Finance Accounting 26, 347-367. Jog, Vijay and Zhu, Peng Cheng. 2004. Thirty years of Stock Splits, Reverse Stock Splits, and Stock Dividends in Canada. Working Paper. Sprott School of Business, Carleton University Ottawa, 1 – 32 Ikenberry, D.L., G. Rankine, and E.K. Stice. 1996. What do Stock Splits Really Signal ?. Journal of Finance and Quantitavie Analysis 31, 357-375.
60
Khamsiyah, Sulistyo. 2001. Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham ( Stock Split) : Aplikasi Analisis Diskriminan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 16(4), 388- 400. Kim, Seoyoung, Klein, April, and Rosenfeld, James. 2008. Return Performance Surounding Reverse Stock Splits : Can Investors Profit ?. Financial Management 37(2), 173-192. Lihua, Jing. Why firms consolidate their stocks?. Event Study, 1-36 Martell,T.F. , Webb, G.P. 2005. The Performance of Stocks that Are Reverse Split. Working Paper. Baruch College/The City University of New York. Priyatno,Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. MediaKom : Yogyakarta. Santoso,Singgih. 2007. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Alex Media Komputindo : Jakarta. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 3. BPFE : Yogyakarta. Sarwono,Jonathan. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Andi : Yogyakarta. Sekaran,Uma. 2006. Research Methods for Business.Edisi 4. Salemba Empat : Jakarta Sutrisno, Wang., Yuniartha, F., Susilowati, S. 2000. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 2, 1- 13. Widayanto, Wiwit, Sunarjanto. 2005. Analisis Pengaruh Pengumuman Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, dan Likuiditas Saham Yang Diukur Dengan Bid-Ask Spread Pada Beberapa Perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta. Fokus Manajerial 3 (2), 154164.
61
LAMPIRAN Daftar Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Serta Tanggal Pengumumannya Tahun 2003
2004
2005 2006
2007
Nama Perusahaan Panin Insurance Bank NISP Pool Asuransi Indonesia Artha Pasific Securitas Bakrie Sumatra Plantations Berlian Laju Tanker Kalbe Farma Ciputra Surya Arpeni Pratama Oceanline Ekadharma International Intraco Penta Lippo Karawaci Pembangunan Jaya Ancol Charoen Pokphand Indonesia Davomas Abadi Hortus Danavest Humpuss Intermoda Transportasi
Tanggal Pengumuman 28-May-03 4-Feb-03 4-Dec-03 10-Feb-04 1-Nov-04 4-Nov-04 2-Jan-04 25-Jul-05 24-Nov-06 19-Oct-06 16-Jan-06 28-Jul-06 10-Jul-06 1-Nov-07 28-May-07 10-Sep-07 11-Sep-07
Daftar Perusahaan Yang Melakukan Reverse Split Serta Tanggal Pengumumannya Tahun 2003 2004
2005
2006 2007
Nama Perusahaan Palm Asia Corpora Sierad Produce United Capital Indonesia Artha Pasific International Bakrie & Brothers Indo Exchange Inti Kapuas Arowana United Capital Indonesia Lippo E-Net Sarosa Nugraha Jaka Inti Realtindo Sentul City Bank Artha Graha International
62
Tanggal Pengumuman 17-Mar-04 14-Oct-04 28-Apr-04 18-Apr-05 14-Mar-05 25-Aug-05 19-Jan-05 30-May-05 28-Mar-05 6-Oct-05 19-Jul-06 1-Aug-06 10-Jan-07
HASIL TES NORMALITAS DATA UNTUK STOCK SPLIT Sebelum Stock Split
Sesudah Stock Split
HASIL TES NORMALITAS DATA UNTUK REVERSE SPLIT Sebelum Reverse Split
Sesudah Reverse Split
63
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF UNTUK STOCK SPLIT Current Ratio
TATO
Debt Ratio
64
ROI
ROE
PER
65
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF UNTUK REVERSE SPLIT Current Ratio
TATO
Debt Ratio
66
ROI
ROE
PER
67
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS STOCK SPLIT Current Ratio
TATO
68
Debt Ratio
ROI
69
ROE
PER
70
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS REVERSE SPLIT Current Ratio
TATO
71
Debt Ratio
ROI
72
ROE
PER
73
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS ANTARA STOCK SPLIT DENGAN REVERSE SPLIT
74
75
76