JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
Analisis Penyelenggaraan Perawatan Kesehatan Masyarakat Di Sulawesi Tengah Nasrul Abstrak: Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) terutama pelayanan kunjungan rumah (home visit) mempunyai arti yang sangat strategis dalam meningkatkan dan pemerataan akses pelayanan kesehatan tingkat pertama. Penelitian ini menganalisis pelaksanaan program Perkesmas pada Puskesmas di Sulawesi Tengah yaitu pada puskesmas di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Metode penelitian menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah perawat yang bertugas di puskesmas dan melaksanakan program Perkesmas di wilayah puskesmas di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Pemilihan lokasi puskesmas dilakukan secara random dengan fraksi sampel sebesar 20% untuk setiap Kabupaten/Kota. Sampel petugas puskesmas terpilih adalah total populasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis jalur pada α 0,05. Hasil uji F terhadap seluruh variabel X yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap penyelenggaraan perkesmas pada puskesmas sampel di Sulawesi Tengah. Secara individual variabel yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan perkesmas adalah beban kerja, sarana prasarana dan kepemimpinan kepala puskesmas (p < 0,05). Variabel yang paling besarnya pengaruhnya terhadap penyelenggaraan perkesmas adalah kepemimpinan kepala puskesmas (22,4%). Kesimpulan penelitian memperlihatkan kepemimpinan kepala puskesmas yang paling besar pengaruhnya secara langsung terhadap penyelenggaraan perkesmas. Saran kepada pemerintah agar memperhatikan beban kerja petugas, meningkatkan sarana prasarana dan menjaga kualitas kepemimpinan kepala puskesmas. Kata Kunci: Perawatan kesehatan masyarakat, puskesmas Abstract: Public Health Nursing (PHN) especially home visit plays a strategic role in improving and even distribution of primary level of health service access. This study analyze the implementation of PHN Program at Public Health Center (PHC) in Central of Sulawesi Province (PHC in Palu City, Donggala Regency, and Parigi Moutong Regency). This study was an observational analytic with cross-sectional approach. Population and sample were all the health workers servicing in PHC and implementing the PHN program at working area of PHC in Palu City, Donggala Regency, and Parigi Moutong Regency. PHC location was determined randomly with 20% PHC sample fraction for each Regency/City. Data were analyzed descriptively and path analysis with α 0,05. Study result showed that overall based on F test was found that all X variables were significantly associated with implementation of PHN at PHC in Central of Sulawesi. Individually the variable of education of health worker, working situation, and costing have no significant association with implementation at PHN (p>0.05). Variables which had biggest significant association (p<0.05) with implementation of PHN was leadership of head of PHC (22.4%).. In conclusion, the leadership of head of PHC has the biggest influence directly to the implementation of PHN and is suggested to pay attention for working burden of health worker, improve the facility, and maintain the leadership of head of PHC. Keywords : Public Health Nursing, Public Health Center. PENDAHULUAN masyarakat
terutama pelayanan kunjungan rumah (home visit) mempunyai arti yang sangat strategis dalam meningkatkan dan pemerataan akses pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya perawatan kesehatan kasyarakat sebagai upaya pengembangan di Puskesmas di Sulawesi Tengah belum pernah diteliti penyelenggaraannya.Laporan Sekretaris Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah dalam
Perawatan kesehatan masyarakat atau perkesmas sebagai salah satu bidang keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat, sangat mendukung pelayanan kesehatan dasar dan dalam pelayanan tindak lanjut di rumah sakit.Perawatan kesehatan 799
JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
acara konsolidasi penerapan Perkesmas tanggal 20 Juni 2009 bahwa peningkatan dan pemerataan pelayanan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat belum mendapatkan perhatian secara khusus, baik dari penyelenggara pelayanan kesehatan maupun tenaga dari tenaga keperawatan. Selain itu, kemampuan teknis maupun administratif tenaga keperawatan masih terbatas. Data hasil survey direktorat keperawatan Depkes (2005) menunjukkan 41,2% pengetahuan perawat tentang perawatan kesehatan masyarakat termasuk kurang, dan terdapat 74,1% tidak pernah pelatihan. Pembinaan oleh kepala Puskesmas juga tidak berjalan sebagaimana mestinya dimana 53,2% kurang mendapatkan pembinaan. Hasil penelitian Nurmalis dkk.(2007) di Kabupaten Agam bahwa asuhan keperawatan pada Perkesmas yang dilaksanakan oleh bidan berdasarkan kepatuhan terhadap asuhan keperawatan dan kepatuhan terhadap administrasi asuhan keperawatan belum sesuai dengan standar.Kemampuan perawat melaksanakan upaya perkesmas menurut Depkes
RI (2005) bahwa kemampuan perawat yang bekerja di puskesmas masih belum optimal, baik kemampuan klinis keperawatan termasuk penatalaksaan program maupun manajerial. Upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmasyang ditetapkan bahwa upaya perkesmas dilaksanakan secara terpadu baik upaya kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat dalam enam upaya kesehatan wajib Puskesmas (Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA&KB, P2M, Gizi dan Pengobatan) maupun upaya pengembangan yang wajib dilaksanakan di daerah tertentu.Keterpaduan tersebut dalam sasaran, kegiatan, tenaga, biaya atau sumber daya lainnya.Penyelenggaraan perkesmas dipengaruhi oleh faktor pendidikan petugas, pembiayaan, iklim kerja, beban kerja, kepemimpinan dan sarana prasarana. Sehingga disusunlah kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 1 : Kerangka konsep penelitian X1
ε
X2 Penyenggaraan Perkesmas (Y)
X3 X4 X5 X6
Oleh karena itu menarik untuk diteliti penyelenggaraan program perawatan masyarakat dan kepuasan keluarga yang menjadi sasaran di Sulawesi Tengah, untuk memantau pelayanan perawatan kesehatan masyarakat termasuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan deteksi dini faktor risiko gangguan kesehatan terutama pada keluarga rawan masalah kesehatan. DISAIN PENELITIAN
penelitian dipilih secara multi stage sampling dengan fraksi sampel sebesar 0,20% yaitu 2,22 dari 11 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah yang selanjutnya dibulatkan menjadi 3 lokasi kabupaten/kota. Ketiga kabupaten/kota terpilih adalah Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi
Jenis penelitian adalah survey analitik (Pratiknya, 2000) dengan pendekatan exploratory study yaitu melakukan assessment terhadap penyelenggaraan perkesmas pada puskesmas di Propinsi Sulawesi Tengah. Lokasi 800
JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
Moutong dan Kota Palu. Selanjutnya dipilih 0,20% puskesmas yang ada di Kota Palu sejumlah 3 puskesmas yaitu Puskesmas Tipo, Puskesmas Kawatuna dan Puskesmas Mamboro. Kabupaten Donggala terpilih 3 puskesmas yaitu Puskesmas Donggala, Puskesmas Wani II, dan Puskesmas Sabang.Sedangkan Kabupaten Parigi Moutong terpilih 3 puskesmas yaitu Puskesmas Parigi, Puskesmas Torue, dan Puskesmas Ampibabo.Populasi adalah semua petugas kesehatan yang melaksanakan program perkesmas di daerah sampel yang seluruhnya menjadi responden (total populasi). Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis jalur untuk menguji hipotesis manajemen penyelenggaraan pelayanan terhadap pelaksanaan program perkesmas (Sarwono, 2006, Supranto, 2004 dan Sudjana, 2003). Untuk menghitung pengaruh variabel independen secara simultan terhadap pelaksanaan program perkesmas dilakukan satu persamaan jalur dengan diagram hubungan antar variabel sebagai berikut:
kepemimpinan kepala puskesmas (X5), sarana dan prasarana (X6) berpengaruh secara bermakna dan simultan terhadap penyelenggaraan perkesmas (Y) di Sulawesi Tengah.
Y = PyX1 + PyX2+ PyX3+ P yX4+ P yX5 + PyX6 + ε
1.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian secara umum mengelaborasi mengenai analisis deskripsi karakteristik responden dan analisis pembuktian hipotesisis. Prosedur pengolahan data analisis jalur untuk mengidentifikasi pola hubungan antar variabel dilakukan dengan cara mereduksi data dengan menghitung matrik korelasi dengan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy (MSA) pada sampel penelitian diperoleh nilai KMO MSA sebesar 0,680 dengan signifikansi sebesar 0,000. Angka 0,680 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α 0,05 berarti variabel dan data penelitian dapat dianalisis lanjut. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan analisis jalur yang disajikan sebagai berikut:
Adapun hipotesis penelitian adalah: Pendidikan petugas (X1),pembiayaan (X2), beban kerja petugas (X3), iklim kerja petugas (X4),
Analisis deskripsi karakteristik responden Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan puskesmas tempat bekerja disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Karakteristik responden penelitian menurut Kabupaten/Kota Karakteristik Donggala Palu f % f % Pendidikan PKC 0 0,0 1 6,25 SPK/SPR 5 12,5 5 31,25 Bidan 15 37,5 0 0 D3 Perawat 15 37,5 9 56,25 D3 Bidan 4 10,0 0 0 D3 Rekam Medik 0 0,0 0 0 S1 Kesmas 1 2,5 1 6,25 Pelatihan perkesmas Pernah 5 12,5 3 18,75 Tidak pernah 35 87,5 13 81,25 Lama bekerja < 5 tahun 4 10,0 7 43,75 5 – 10 tahun 7 17,5 5 31,25 > 10 tahun 31 72,5 4 25,00 Sumber: data primer diolah
2. Analisis pembuktian hipotesis Dari 24 hipotesis yang diuraikan pada bagian disain penelitian, dapat diringkas menjadi 2 bagian besar hipotesis yaitu pengaruh variabel X secara keseluruhan (over all) dan pengaruh secara individual (partial) terhadap variable Y. Untuk jelasnya diuraikan sebagai berikut:
Parigi Moutong f % 1 11 9 8 2 1 2
2,94 32,36 26,48 23,52 5,88 2,94 5,88
12 22
35,29 64,71
4 12 18
11,76 35,29 74,95
a. Pengaruh secara simultan semua varibel X terhadap Y Hipotesis yang ingin dibuktikan adalah terdapat pengaruh yang signifikan dan simultan antara semua variabel X1,2,3,4,5,6 (pendidikan petugas, pembiayaan, iklim kerja, beban kerja, 801
JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
kepemimpinan dan sarana prasarana) terhadap variabel Y (penyelenggaraan perkesmas) di puskesmas sampel di Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil uji koefisien jalur secara keseluruhan diperoleh nilai F0,05 (6, 83) sebesar 7,447 lebih besar dari nilai Ftabel (6,83) sebesar 1,22dengan probabilitas 0,00. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu pendidikan petugas (X1), pembiayaan (X2), iklim kerja (X3), beban kerja (X4), kepemimpinan (X5) dan sarana prasarana (X6) berpengaruh secara serempak terhadap penyelenggaraan perkesmas (Y) di Sulawesi Tengah. Koefisien determinasi total
menggambarkan pengaruh variabel independen yang diteliti terhadap penyelenggaraan perkesmas sebesar 35,0%, sedangkan sisanya 65,0% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model ini. Kerangka hubungan kausal empiris antara semua variabel X dengan variable Y dapat dibuat persamaan struktural sebagai berikut: Y = -0,089 X1 + -0,217 X2+ -0,311 X3+ 0,036 X4+ 0,552 X5+ 0,415 X6 + 0,806ε
Gambaran lengkap hasil pengujian hipotesis di atas dapat dilihat pada diagram jalur berikut ini:
ε = 0,806
X1 ,13 ,13 0,5 ,22 ,09 ,30 ,14 ,07 0,8 ,72 ,55
,21 ,48 ,66
-,08
X2
-,22 -,31
X3 X4 X5 X6
,03
Penyenggaraan Perkesmas (Y)
,55 ,41
Gambar 2: Diagram jalur hubungan empiris X1,2,3,4,5,6 terhadap Y b. Pengaruh secara individual variabel X dengan menggunakan model trimming terhadap Y yaitu model analisis jalur untuk Berdasarkan diagram jalur memperbaiki model struktur analisis gambar 2 di atas diketahui besarnya jalur jika pada uji secara keseluruhan pengaruh langsung masing-masing ada variabel yang yang tidak signifikan. variabel bebas (X) terhadap variabel Hipotesis yang akan diuji lanjut adalah: terikat (Y) yaitu penyelenggaraan 1. Beban kerja (X1) dan sarana perkesmas di Sulawesi Tengah yaitu prasarana (X2) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pendidikan petugas 0,64%, pembiayaan 4,8%, iklim kerja 9,6%, beban kerja kepemimpinan kepala puskesmas (X3) dalam penyelenggaraan 0,09%, kepemimpinan 30,2% dan sarana prasarana 16,8%. perkesmas di Sulawesi Tengah. Berdasarkan analisis jalur pada 2. Beban kerja (X1), sarana prasarana (X2) dan kepemimpinan kepala gambar 2 di atas, terdapat 3 variabel yang koefisien jalurnya tidak signifikan puskesmas (X3) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap yaitu pendidikan petugas, pembiayaan dan iklim kerja. Untuk memperbaiki penyelenggaraan perkesmas (Y) di model struktur analisis jalur, ketiga Sulawesi Tengah. variabel yang tidak signifikan dikeluarkan dari model variabeleksogen 802
JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
Untuk jelasnya hasil analisis model trimming dapat dilihat pada
ε1
X1
diagram berikut ini:
ε2
== 0,594
= 0,828
ρyx1=-0,271
ρx3x1=0,527
ρyx3= 0,302
X3 r1,2 ρx3x2= 0,398
Y
ρyx2= 0,478
X2 Gambar 3: Hubungan struktur X1 X2 dan X3 terhadap Y
Hasil uji secara keseluruhan model trimming pada hipotesis pertama dari gambar 3 diperoleh nilai F untuk model pertama sebesar 79,238 dengan nilai p = 0,000 yang berarti beban kerja dan sarana prasarana berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepemimpinan kepala puskesmas dalam penyelenggaraan perkesmas. Dari model trimming tersebut di atas diperoleh nilai koefisien determinasi total atau r2 sebesar 31,4%, sedangkan sisanya 68,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model ini. Secara individual menunjukkan bahwa variabel beban kerja (X1) terhadap kepemimpinan kepala puskesmas diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti berbengaruh secara signifikan. Demikian juga pengaruh variabel sarana prasarana (X2) terhadap kepemimpinan kepala puskesmas diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti berpengaruh secara signifikan. Karena hasil analisis membuktikan bahwa semua koefisien jalur signifikan maka model pada gambar 3 di atas tidak perlu diperbaiki lagi. Selanjutnya dilakukan uji pengaruh variabel beban kerja (X1), sarana prasarana (X2) dan kepemimpinan kepala puskesmas (X3) terhadap penyelenggaraan perkesmas (Y) di Sulawesi Tengah. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan uji F diperoleh nilai 13,091 dengan nilai p = 0,000. Hal ini berarti variabel beban kerja (X1), sarana prasarana (X2) dan kepemimpinan kepala puskesmas (X3) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penyelenggaraan perkesmas (Y) di Sulawesi Tengah. Secara individual pengaruh variabel beban kerja berpengaruh secara signifikan terhadap penyelenggaraan perkesmas di
Sulawesi Tengah (p = 0,040). Nilai t bertanda negatif berarti semakin sedikit beban kerja semakin baik penyelenggaraan perkesmas. Pengaruh variabel sarana prasarana berpengaruh secara signifikan terhadap penyelenggaraan perkesmas di Sulawesi Tengah (p = 0,013). Sedangkan pengaruh variabel kepemimpinan kepala puskesmas juga berpengaruh secara sangat signifikan terhadap penyelenggaraan perkesmas di Sulawesi Tengah (p = 0,002). Besarnya pengaruh beban kerja, sarana prasarana dan kepemimpinan kepala puskesmas secara bersama-sama sebesar 31,4% dalam model trimming mengalami peningkatan setelah 3 variabel yang tidak signifikan sebelumnya dikeluarkan. Untuk mengetahui model tersebut fit atau tidak dilakukan uji kesesuaian model (goodness of fit test) dengan menghitung koefisien Q (Riduwan dan Kuncoro, 2007). Apabila nilai Q = 1 mengindikasikan model sempurna, jika nilai Q < 1 maka perlu dilakukan uji lanjut dengan uji statistik W. Adapun rumus koefisien Q sebagai berikut: 1 – Rm2 Q = -----------1–M Rp2)
di mana: = 1 – (1 – R12). (1 – R22)…. (1 – Rm2 M
= Rm2 setelah dilakukan trimming
Hasil uji koefisien Q adalah sebesar 0,664. Karena nilai koefisien Q tidak mencapai 1 selanjutnya dilakukan uji statistik W dengan rumus: Whit = - (N-d)lnQ di mana: N = ukuran sampel 803
JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
dukungan yangdibutuhkan seseorang dari berbagai pihak. 2. Pengaruh sarana prasarana terhadap penyelenggaraan perkesmas pada puskesmas di Sulawesi Tengah Besarnya pengaruh sarana prasarana secara langsung terhadap penyelenggaraan perkesmas adalah 9,12%. Sedangkan pengaruh tidak langsung sarana prasarana melalui kepemimpinan kepala puskesmas adalah 15,84%. Sarana dan prasarana merupakan suatu kebutuhan yang harus tersedia bagi setiap puskesmas karena mampu meningkatkan penyelenggaraan perkesmas.Sarana prasarana yang dibutuhkan puskesmas untuk penyelenggaraan perkesmas meliputi kendaraan, bahan bakar yang cukup sesuai jumlah petugas, fasilitas ruang kerja, peralatan penunjang kegiatan misalnya perkesmas kit, OHP, komputer, alat peraga, dan biaya. 3. Pengaruh kepemimpinan kepala puskesmas terhadap penyelenggaraan perkesmas pada puskesmas di Sulawesi Tengah Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala puskesmas secara langsung terhadap penyelenggaraan perkesmas adalah 22,84%.Kepemimpinan kepala puskesmas merupakan tindakan yang menyebabkan perawat bertindak atau merespons tugastugasnya sebagai pelaksana perawatan kesehatan masyarakat. Kepala puskesmas adalah seorang pemimpin sebagaimana pendapat Dubrin (2009) yang senantiasa member inspirasi, membujuk, memengaruhi dan memotivasi orang lain. Demikian juga pendapat Ordway dalam Azwar (1996) kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya. Kepemimpinan kepala puskesmas adalah kepemimpinan tim merupakan faktor kunci keberhasilan penyelenggaraan program perkesmas puskesmas. Kemampuan kepala puskesmas memberi inspirasi, melakukan persuasi dan memberi motivasi kepada perawat adalah unsur tertinggi dari kepemimpinan (Dubrin, 2009).
d = banyaknya koefisien jalur yang tidak signifikan = koefisien determinasi multipel untuk Rm2 model yang diusulkan M = koefisien determinasi multiple (Rm2) setelah koefisien jalur yang tidak signifikan dihilangkan Hasil uji W diperoleh nilai Whit = - (90 – 1)ln0,664 = 36,44. Nilai hasil uji W sebesar 36,44 selanjutnya dibandingkan dengan nilai X2 tabel pada df = 1 sebesar 3,841 yang berarti model empiris yang terakhir diperoleh memiliki kemampuan untuk menggeneralisir tentang penyelenggaraan perkesmas yang dipengaruhi oleh variabel beban kerja, sarana prasarana dan kepemimpinan kepala puskesmas. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 6 variabel yang diduga berpengaruh terhadap penyelenggaraan perkesmas, ternyata hanya 3 variabel saja yang berpengaruh secara signifikan.Oleh karena itu pembahasan difokuskan pada 3 variabel tersebut yaitu beban kerja, sarana prasarana dan kepemimpinan kepala puskesmas.
1. Pengaruh
beban kerja terhadap penyelenggaraan perkesmas pada puskesmas di Sulawesi Tengah Besarnya pengaruh beban kerja secara langsung terhadap penyelenggaraan perkesmas adalah 7,34%. Sedangkan pengaruh tidak langsung beban kerja perawat melalui kepemimpinan kepala puskesmas adalah 27,77%. Jika beban kerja dikurangi sebesar 7,34%, keberhasilan penyelenggaraan perkesmas akan mampu ditingkatkan sebesar 1,269 poin. Hal ini berarti bahwa peran perawat dalam penyelenggaraan perkesmas sangat penting karenasebagai ujung tombak pelaksana perawatan baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas danmerupakan tenaga yang paling lama kontak atauberhubungan dengan pasien atau keluarga. Adanya kondisi ini akan menyebabkan stresor yang kuat padaperawat di dalam lingkungan pekerjaannya (Keliat,1999). Stres kerja akan menjadi beban kerja terjadi karena adanya tekanan-tekanan dalam pekerjaan melebihi ambangkewajaran dan disertai kurangnya
KESIMPULAN
804
JIK Vol. I No.16 Mei 2014: 799 – 805 e-ISSN: 2527-7170
Pratiknya, A. W., 2000,Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Riduwan dan Kuncoro, 2007, Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis), Alfabeta, Bandung. Sarwono, J., 2006, Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14, Andi, Jogyakarta. Sudjana, 2003, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti, cet. 3, Tarsito, Bandung. Supranto, J., 2004, Analisis Multivariat, Arti dan Interpretasi, cet. 1, Rineka Cipta, Jakarta.
1. Pendidikan petugas, pembiayaan, dan iklim kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan perkesmas di Sulawesi Tengah. 2. Beban kerja dan sarana prasarana berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepemimpinan kepala puskesmas dalam penyelenggaraan perkesmas SARAN
1. Disarankan kepada para kepala dinas kesehatan kabupaten dan kota sebagai pengambil kebijakan agar meningkatkan penyelenggaraan perkesmas dengan memperhatikan beban kerja petugas, sarana prasarana dan kepemimpinan kepala puskesmas sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan program perkesmas. 2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisis dampak program perkesmas terhadap status kesehatan keluarga yang rawan masalah kesehatan dan kepuasan penerima layanan perkesmas. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Direktur Poltekkes Palu, Kepala RS, Kepala Balitbangda Sulawesi Tengah, Kepala Dinkes Kabupaten Donggala, Kepala Dinkes Kabupaten Parigi Moutong, Kepala Dinkes Kota Palu dan Tim Pakar Risbinakes Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan dan para perawat yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara , Jakarta. Depkes RI, 2005, Hasil EvaluasiPeran dan Fungsi Perawat Kesehatan Masyarakat Daerah Terpencil, Direktorat Keperawatan Ditjen Yanmedik, Jakarta. Dubrin, A. J., 2009, The Complete Ideal’s Guides: Leadership, Ed. 2 Cet. 3diterjemahkan oleh Tri Wibowo, Prenada Media Group, Jakarta. Nurmalis, Widodo Wirawan, dan Kristiani, 2007, Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat Oleh Bidan Desa Di Kabupaten Agam, Tesis, KMPK PS IKM, Yogyakarta. 805