ANALISIS PENYEDIAAN FASILITAS PEDESTRIAN DI KAWASAN PASAR BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Totok Apriyanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Undaris Ungaran
Abstract: Tourist area Bandungan identical Bandungan market, offers the natural charm of the cold and full of beauty of natural scenery and tourist shopping in Bandungan Market that sells a variety of fresh fruits and meals and snacks typical mountain areas. However, still attached to the impression of cramped and chaotic. This is caused by the increasing number of traders and visitors and is still mixing with the flow of pedestrian flow movement of traffic along the shopping area Bandungan market. By supporting the existence of tourist shopping in Bandungan, the presence of street vendors along the sidewalks on the road need to be maintained Bandungan market and need to be addressed physical appearance, because this is the main attraction of the Area Tourism Bandungan as a trade center as a tourist attraction and shopping. To overcome the chaos in the shopping area Bandungan market, the provision of pedestrian facilities (pedestrian) that separates the pedestrian flow to the flow of traffic movement became a necessity. Given thethe limitations of land ,provision of pedestrian facilities is done by taking the used road is 1.5 meters long and lined,with a flow of traffic movement ,so that the concentration of pedestrians will focus only on the facility . In addition, crossing facilities also need to be provided so that the defector will only be crossed at one place these crossings. The existence of these facilities will enhance the effective road width so as to smooth traffic flow past the shopping area Bandungan market. Keywords: tourism shopping, pedestrian, effective road width
Abstrak: Kawasan wisata Bandungan yang identik pasar Bandungan, menawarkan pesona alam berupa hawa dingin dan pemandangan alam penuh keelokan dan wisata belanja di Pasar Bandungan yang menjual berbagai buah-buahan dan makanan serta jajanan khas daerah pegunungan. Namun demikian masih lekat dengan kesan sumpek dan semrawut. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah pedagang dan pengunjung serta masih bercampurnya arus pejalan kaki dengan arus pergerakan lalu lintas di sepanjang kawasan wisata belanja pasar Bandungan. Demi menunjang eksistensi wisata belanja di Bandungan, keberadaan PKL di sepanjang trotoar pada ruas jalan pasar Bandungan perlu tetap dipertahankan dan perlu dibenahi penampilan fisiknya, karena hal ini menjadi daya tarik dari Kawasan Wisata Bandungan sebagai pusat perdagangan dan sebagai obyek wisata belanja. Untuk mengatasi kesemrawutan di kawasan wisata belanja pasar Bandungan, penyediaan fasilitas pejalan kaki (pedestrian) yang memisahkan arus pejalan kaki dengan arus pergerakan lalu lintas menjadi sebuah keharusan. Mengingat keterbatasan lahan, penyediaan fasilitas pedestrian dilakukan dengan mengambil sebagaian ruas jalan sebesar 1,5 meter dan diberi pembatas dengan arus pergerakan lalu lintas, sehingga konsentrasi pejalan kaki akan terpusat hanya pada fasilitas tersebut. Disamping itu, fasilitas penyeberangan juga perlu disediakan sehingga para penyeberang hanya akan menyeberang pada satu tempat penyeberangan tersebut. Keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut akan meningkatkan lebar efektif jalan sehingga dapat melancarkan arus lalu lintas yang melewati kawasan wisata belanja pasar Bandungan. Kata kunci: wisata belanja, pesona, pedestrian, lebar efektif jalan.
PENDAHULUAN Berdasarkan
industri, pertanian dan pariwisata (INTANPARI) visi
pembangunan
dengan ditunjang oleh produk penunjang, baik
ekonomi daerah dan analisis faktor lingkungan
barang maupun jasa di sektor lain, seperti :
strategis, maka produk unggulan daerah yang
transportasi,
pertambangan
dan
akan dikembangkan di Kabupaten Semarang
perdagangan
dan
tenaga
adalah produk barang dan jasa di sektor
keuangan/perbankan dan asuransi, pos dan
koperasi,
Analisis Penyediaan Fasilitas Pedestrian Di Kawasan Pasar Bandungan Kabupaten Semarang – Totok Apriyanto
energi, kerja,
91
telekomunikasi, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan, dan sektor lainnya. Sebagai tersebut,
tindak
pemerintah
menarapkan
Kawasan Bandungan berada di alam pegunungan,
Bandungan
pun
menawarkan
lanjut
kebijakan
pesona alam yang menggiurkan, yaitu hawa
Kabupaten
Semarang
dingin dan pemandangan alam penuh keelokan.
yaitu
Meski hanya sebuah desa, Bandungan telah
tertentu
menjadi kawasan wisata yang termashur tidak
Ekonomi
saja ke seantero Jawa Tengah, namun juga
Terpadu (KAPET)/Kawasan Sentra Produksi
Jawa Barat dan Jawa Timur serta Jakarta.
(KSP)
rangka
Bandungan telah diposisikan seperti layaknya
pengembangan wilayah, menciptakan identitas
Batu di Malang, Baturaden di Purwokertao,
daerah/kota
Lembang di Bandung atau kawasan Puncak di
dengan
kebijakan
kewilayahan,
mengembangkan
sebagai Kawasan
barang
Pengembangan
dan
dan
kawasan
jasa
dalam
meningkatkan
daya
tarik
kepada konsumen.
Cianjur.
Adapun wilayah-wilayah yang dijadikan KAPET/KSP
adalah
sebagai
:
yang sebenarnya menjadi magnet kawasan
Rowopening, Bandungan, Kopeng, Ambarawa,
Bandungan adalah pasarnya. Sebuah pasar
Karangjati, Ungaran, Beringin, Sruwen, Suruh.
yang
Didalam
KAPET/KSP
pesona lain sehingga memiliki nilai lebih dari
dikembangkan produk unggulan/khas daerah
sekedar sebuah pasar tradisional. Kelebihan itu
yang berbasis industri, pertanian dan pariwisata
terletak pada komoditas yang diperdagangkan
dengan memperhatikan potensi, struktur dan
di pasar tersebut, yaitu buah-buahan seperti :
kultur
alpukat, kelengkeng, salak, durian, nangka dan
masing-masing
dari
kawasan
berikut
Dari semua pesona yang ditawarkan,
tersebut
beserta
masyarakatnya.
cakupan
Kecamatan Sumowono,
wilayah,
Bandungan, sebagian
Bandungan
memiliki
meliputi
juga tak bisa disebut sebagai pasar buah
:
semata, karena di sana juga diperdagangkan
Kecamatan
berbagai makanan dan jajanan khas daerah
Kecamatan
Bawen
pegunungan, seperti jagung rebus, wedang
bagian atas/barat, sebagian Kecamatan Jambu
ronde
bagian atas/utara, pengembangannya diarahkan
lainnya.
serta
sebagai : a. Pariwisata
Pasar
lainnya. Akan tetapi, uniknya, pasar Bandungan
Untuk KAPET/KSP Bandungan yang mempunyai
bernama
Dari yang
berbasis
agro
berbagai
sekian
makanan
banyak
tradisional
pesona
yang
dan
ditawarkan, pasar Bandungan tetaplah sebagai
keindahan alam serta wisata budaya candi
sebuah pasar tradisional yang masih lekat
gedongsongo
dengan
b. Pengembangan kerajinan cinderamata dan
hortikultura,
terutama
sayuran, tanaman hias dan bunga potong d. Pengembangan infrastruktur berupa jalan lingkar, trotoar, pasar dan transportasi.
sumpek
dan
semrawut.
Permasalahan kawasan wisata belanja pasar Bandungan
agroindustri c. Pengembangan
kesan
secara
umum
terletak
pada
lingkungan, kondisi fisik sarana dan prasarana dan
sirkulasi
menimbulkan lingkungan
pergerakan kemacetan.
yang
dihadapi
aktivitas
yang
Permasalahan antara
lain
kekumuhan yang mengganggu kenyamanan
92 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 91 – 100
seperti pembuangan sampah dan beberapa
mendalam dan tertarik untuk mengulangi lagi di
limbah sebagai hasil dari aktivitas pasar yang
lain kesempatan.
tidak terkelola dengan baik. Permasalahan
Fenomena
dan
kesan yang mendalam di kawasan wisata pasar
prasarana lebih banyak disebabkan karena
Bandungan ini perlu dipertahankan sebagai
semakin bertambahnya jumlah pedagang dan
bagian dari promosi wisata untuk menarik
pengunjung
pengunjung
tidak
fisik
keunikan
sarana
penambahan
kondisi
tentang
dibarengi
kapasitas
pasar.
dengan Pemakaian
yang
lebih
banyak.
Dengan
demikian, keberadaan para PKL di trotoar perlu
trotoar sebagai areal perdagangan secara tidak
dipertahankan.
langsung
karena
diperlukan langkah-langkah untuk mengatasai
lebar jalan yang seharusnya hanya untuk
kesemrawutan dan kesumpekan di kawasan
sirkulasi kendaraan justru dimanfaatkan juga
wisata belanja pasar Bandungan, diantaranya
untuk aktivitas pejalan kaki serta bongkar muat
dengan melakukan :
barang dan penumpang.
1. Penataan PKL di pasar Bandungan sebagai
menimbulkan
kemacetan,
Namun demikian, keberadaan para PKL di sepanjang trotoar tersebut secara nyata telah menghidupkan kawasan wisata belanja di pasar Bandungan.
Hal
ini
disebabkan
Konsekwensinya
adalah
daya tarik wisatawan, sedemikian sehingga tercipta kesan rapi, bersih dan indah. 2. Penataan dan penyedian fasilitas pejalan
para
kaki (pedestrian dan penyeberangan) di
pengunjung lebih senang berbelanja pada para
sepanjang kawasan wisata belanja pasar
PKL tersebut dibandingkan di dalam lokasi
Bandungan.
pasar yang sebenarnya. Ada keunikan dan kesan
yang
mendalam
yang
dirasakan
pengunjung dengan menyusuri sepanjang jalan
B. METODE PENELITIAN Untuk
mengendalikan
pelaksanaan
untuk melihat, menimbang-nimbang kemudiann
penelitian, maka dibuatlah bagan alir penelitian.
menawar sebelum memutuskan untuk membeli.
Adapun diagram
Produk pariwisata tidak selalu berupa barang
sebagai berikut :
alir penelitian ini adalah
atau jasa, tetapi bisaanya berupa penghayatan dan
pengalaman-pengalaman
baru
yang
sensasional dan memberikan kesan khusus kepada para wisatawan. Oleh karena itu salah satu kata kunci dalam strategi menjual produk pariwisata justru terletak pada keunikan produk dan keunikan cara menikmati atau memperoleh produk tersebut. Keunikan, mengandung arti bahwa produk tersebut hanya ada dan tersedia di lokasi atau daerah wisata yang kita miliki. Dari penghayatan dan penikmatan yang luar bisaa tersebut
akan
menjadikan
kesan
yang Gambar 1. Diagram alir penelitian
Analisis Penyediaan Fasilitas Pedestrian Di Kawasan Pasar Bandungan Kabupaten Semarang – Totok Apriyanto
93
primer
Penyediaan lebar trotoar berdasarkan
dilakukan melalui kegiatan survei, pengamatan
banyaknya pejalan kaki diperoleh dari suatu
langsung dan wawancara.
perhitungan yang didasarkan pada persamaan
Teknik
pengumpulan
data
Kebutuhan data primer untuk penelitian
di bawah ini :
ini meliputi :
WD =
1. Jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan
P +N 35
Dimana :
di lokasi studi. 2. Jumlah kendaraan yang parkir serta waktu
WD = Lebar trotoar yang dibutuhkan (meter) P
masuk dan keluar parkir di lokasi studi.
= Volume
kaki
maksimum
(orang/menit)
3. Jumlah pejalan kaki yang menyusuri dan N
menyeberang jalan.
pejalan
= Nilai aktivitas masing-masing daerah
4. Lebar efektif ruas jalan. Fasilitas Penyeberangan
Kebutuhan data sekunder meliputi :
Selain fasilitas pejalan kaki (pedestrian),
1. Data Tata Guna Lahan Kawasan Studi 2. Data kelas dan fungsi jalan
konflik antara arus pergerakan orang dengan
3. Data Jaringan Jalan
pergerakan kendaraan dapat dieliminasi dengan
4. Data Potensi dan Arah Pengembangan
menyediakan fasilitas penyeberangan. Fasilitas penyeberangan
Kawasan Bandungan
yaitu
dibedakan menjadi 2 (dua),
Penyeberangan
Sebidang
dan
Penyeberangan Tidak Sebidang.
STUDI PUSTAKA Fasilitas Pejalan Kaki Permasalahan
utama
pejalan
kaki
Penyeberangan Sebidang Adalah
adalah adanya konflik antar pejalan kaki dengan
suatu
penyeberangan
yang
kendaran. Oleh karenanya perlu fasilitas yang
terdapat titik potong antara arus pejalan kaki
memadai untuk pejalan kaki berupa : trotoar,
dan arus kendaran pada suatu bidang yang
zebra cross dan jembatan penyeberangan.
sama.
Faktor-faktor
diantaranya adalah zebra cross dan pelikan.
yang
dipertimbangkan
untuk
penyediaan fasilitas pejalan kaki adalah : arus pejalan
kaki,
arus
kendaraan
dan
tingkat
kecelakaan. Adapun Fungsi fasilitas pejalan kaki
Kriteria
Jenis
pemilihan
penyeberangan
sebidang
penyeberangan
sebidang
2
didasarkan pada rumus empiris (PV ), dimana P adalah arus pejalan kaki yang menyeberang ruas jalan sepanjang 100 m tiap jam-nya
adalah :
(pejalan kaki per-jam) dan V adalah arus
1. Untuk memberikan kesempatan bagi lalu
kendaraan tiap jam (kendaran per-jam). P dan V
lintas orang sehingga dapat berpapasan
merupakan area rata-rata pejalan kaki dan
pada masing-masing arah atau menyiap
kendaran pada 4 jam sibuk. Rekomendasi awal
dengan rasa aman dan nyaman.
dari pemilihan jenis penyeberangan tersebut
2. Untuk menghindarkan bercampurnya atau
seperti pada tebel berikut ini.
terjadinya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan.
94 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 91 – 100
Tabel 1. Rekomendasi pemilihan jenis penyeberangan PV
2
P
8
50 – 1.100 50 – 1.100 50 – 1.100 > 1.100 50 – 1.100 > 1.100
>10 8 >2 x 10 8 >10 8 >10 8 >2 x 10 8 >2 x 10
V
Rekomendasi Awal
300 – 500 Zebra Cross (ZC) 400 – 750 ZC dengan pelindung > 500 Pelikan (P) > 300 Pelikan (P) > 750 Pelikan dengan Pelindung > 400 Pelikan dengan Pelindung
Sumber : Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib, Jakarta, 1996
Penyeberangan Tidak Sebidang Adalah
penyeberangan
kondisi pergerakan lalu lintas yang ada di jalan yang
tidak
raya. Semakin tinggi Tingkat Pelayanan Ruas
terdapat titik potong antara arus pejalan kaki
Jalan, kondisi arus semakin menjadi tidak stabil
dan arus kendaran pada suatu bidang yang
yang berpotensi pada kemacetan jalan.
sama. Jenis penyeberangan tidak sebidang adalah
jembatan
penyeberangan.
Kriteria
penyediaan jembatan penyeberangan meliputi : 2
8
a. PV > 2x10 , P > 1.100 orang/jam, V > 750
Kapasitas ruas jalan merupakan ukuran kemampuan jalan raya yang bersangkutan untuk menampung arus pergerakan kendaraan. Besarnya
kapasitas
ruas
jalan
dalam
kend/jam yang diambil dari arus rata-rata
Indonesian Highway Capacity Manual, 1993
selama 4 jam sibuk.
dinyatakan dengan persamaan :
b. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana > 70 km/jam Untuk
C = Co × FCw ×FC sp ×FC sf ×FC cs (smp/jam) Dimana :
mencegah
perpindahan
para
pejalan kaki dari lintasan yang tersedia ke jalan serta memberi petunjuk sekaligus mengarahkan ke fasilitas/lintasan yang ada diperlukan pagar pemisah, yang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
C
= Capacity (kapasitas)
Co
= base capacity (kapasitas dasar)
FCw = carriage away width adjustment faktor (faktor penyesuaian pemisahan lebar jalur lalu lintas) FCsp = directional split adjustment faktor (faktor
a. Ukuran dan bentuk pagar pemisah dibuat sedemikian
rupa
sehingga
pengemudi
kendaran dan pejalan kaki dapat saling melihat.
penyesuaian pemisah arah) FCsf = slide friction adjustment faktor (faktor penyesuaian hambatan samping) FCcs = city size faktor (faktor penyesuaian
b. Pada lokasi lintasan penyeberangan, tinggi
ukuran kota)
maksimum pagar pemisah adalah 1 meter apada tiap sisi lintasan.
HASIL PENELITIAN
c. Tinggi maksimum 1,00 – 1,25 meter. d. Jarak
antar
rongga
:
15,00
–
Pejalan Kaki 20,00
centimeter.
berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
Tingkat Pelayanan Ruas Jalan adalah perbandingan antara volume lalu lintas terhadap kapasitas ruas jalan yang dilaluinya. Besarnya tingkat
pelayanan
Kelancaran lalu lintas dipengaruhi oleh
ruas
jalan
menunjukkan
aktifitas pejalan kaki. Jika pejalan kaki ini tidak disesuaikan dengan pengaturan yang tepat maka dapat menimbulkan konflik antara pejalan kaki dengan kendaran bermotor sehingga akan
Analisis Penyediaan Fasilitas Pedestrian Di Kawasan Pasar Bandungan Kabupaten Semarang – Totok Apriyanto
95
mengurangi
kecepatan
perjalanan
dan
Nilai 17,033 dan 4,25 adalah hasil
mengganggu pemakai jalan yang lain serta
survei jam sibuk Tabel tersebut menunjukkan
membahayakan jiwa pejalan kaki itu sendiri.
bahwa lebar trotoar eksisting ternyata lebih kecil
Oleh karenanya penyediaan fasilitas pejalan
dibandingkan lebar trotoar hasil analisis.
kaki sangat diperlukan demi keselamatan dan Pejalan kaki yang menyeberang jalan
kelancaran arus lalu lintas. Dalam menganalisa masalah pejalan
Untuk
fasilitas
pejalan
kaki
kaki ini hanya didasarkan pada pola pergerakan
menyeberang jalan, fasilitas yang dibutuhkan
pejalan kaki yang menyusuri dan menyeberangi
berdasarkan
jalan.
menyeberang jalan tiap jam. Dari analisis data
jumlah
pejalan
kaki
yang
hasil survei di lapangan dapat ditentukan jenis Pejalan kaki yang menyusuri jalan
penyeberangan yang dibutuhkan. Rumus yang
Untuk menentukan fasilitas pejalan kaki
digunakan adalah sebagai berikut :
dilakukan dengan memperhitungkan banyaknya
PV 2 = P × V 2
pejalan kaki yang diperoleh dari hasil survei
dimana :
kemudian dikomparasi dengan lebar trotoar
P = Jumlah pejalan kaki dalam satu jam
kondisi existing.
V = Volume kendaraan dalam satu jam
Perhitungan kebutuhan lebar
trotoar ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Penentuan
fasilitas
penyeberangan
Tabel 2. Perhitungan kebutuhan lebar trotoar
jalan ditentukan dari nilai tertimbang 4 (empat)
Sisi Utara Jalan P N WD 17.033 1 1.49 (Sumber : Analisis Data)
PV yang terbesar, dan nilai rata-rata dari P dan
Sisi Selatan Jalan P N WD 4.25 1 1.12
2
2
V dihitung untuk periode 4 (empat) nilai PV terbesar seperti terlihat berikut :
Tabel 3. Jumlah penyeberang jalan dan volume kendaraan Waktu
P
07.00 - 08.00 250 08.00 - 09.00 262 11.00 - 12.00 196 12.00 - 13.00 156 16.00 - 17.00 205 17.00 - 18.00 140 Sumber : Analisis Data
V
PV²
4986 3118 2663 2631 2752 2485
6,215,049,000.00 2,547,144,088.00 1,389,947,524.00 1,079,857,116.00 1,552,568,320.00 864,531,500.00
Dari hasil perhitungan terpenuhi kriteria
2,6x10
*
meter, dimana lebar trotoar maisng-masing 1,3
PV >
meter. Sehingga lebar ruas jalan efefktif adalah
dan P antara 50 – 1.100, V >700,
7,2 meter. Adapun panjang ruas jalan efektif
ketersediaan fasilitas penyeberangan : 8
2
4 PV² Terbesar * * *
sehingga
fasilitas
penyeberangan
yang
dibutuhkan adalah Pelikan dengan pelindung.
yang menjadi obyektif penelitian sepanjang 120 meter. Data kapasitas dasar dan faktor koreksi
Ruas Jalan
untuk jalan pasar Bandungan adalah sebagai
Kapasitas Jalan tanpa on street parking
berikut :
Ruas
jalan
pasar
Bandungan
a. Kapasitas Dasar (Co) = 1650 smp/jam
mempunyai lebar total (termasuk trotoar) 9,8
96 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 91 – 100
b. Faktor Penyesuaian akibat lebar jalur 7,2 m (FCw) = 1,008 (interpolasi)
dan sudut parkir. Sudut parkir di tepi jalan pada ruas jalan pasar Bandungan mempunyai sudut o
(sejajar dengan as jalan) untuk
c. Faktor penyesuaian akibat pemisah arah = 1
parkir 180
d. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
kendaran roda empat dan untuk sepeda motor o
menggunakan sudut 90 (tegak lurus as jalan).
(FCsf) = 0,81
Penyempitan
e. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs) =
untuk
menggunakan
menghitung
diperoleh
besar
effektif
jalan
ditentukan oleh rumus :
1,0 (1,0 – 3,0 juta jiwa) Dengan
lebar
persamaan
kapasitas
jalan,
kapasitas
∆w =
∑ (W i × Li × Yi ) Lo
maka
jalan
adalah
Dimana :
1.347,192 smp/jam. Dari hasil analisis data,
∆w = Penyempitan Lebar Effektif
didapat volume lalu lintas maksimum = 590,1
Wi = Lebar Parkir kendraan (m)
smp/jam. Sehingga besarnya tingkat pelayanan
Li
= Panjang Parkir Kendaraan
(V/C) adalah sebesar 0,438
Yi
= Jumlah kendaraan parkir dalam satuan waktu
Kapasitas Jalan dengan on street parking
Lo
= Panjang ruas jalan yang diteliti
Akibat adanya parkir di tepi jalan, terjadi penyempitan lebar efektif jalan yang dipengaruhi
Besarnya penyempitan Lebar Effektif jalan disajikan dalam tabel berikut ini.
oleh adanya volume parkir, ukuran kendaraan Tabel 4. Penyempitan lebar efektif jalan No 1 2
Jenis Kendaraan Sepeda Motor Mobil Penumpang
Panjang Lebar Parkir (m) Parkir (m) 1,0 1,8 2,5 5,0 Total
Jumlah Kend. 64,8 11,9
Panjang Jln (m) 120
Penyempitan (m) 0,97 1,24 2,2
Sumber : Analisis Data
Hambatan pasar
Bandungan
samping (daerah
untuk niaga
kawasan dengan
aktivitas jalan tinggi) masuk pada kategori kelas hambatan samping TINGGI. Lebar jalan pasar
d. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf) = 0,81 e. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs) = 1,0 (1,0 – 3,0 juta jiwa) Dengan
Bandungan 7,2 meter, dimana dengan adanya
menggunakan
menghitung
kapasitas
persamaan
penyempitan lebar effektif sebesar 2,2 maka
untuk
jalan,
maka
lebar effektif jalan hanya selebar 5 meter.
diperoleh besar kapasitas jalan adalah 748,44
Data kapasitas dasar dan faktor koreksi
smp/jam. Dari hasil analisis data, didapat
untuk jalan pasar Bandungan adalah sebagai
volume lalu lintas maksimum = 590,1 smp/jam.
berikut :
Sehingga besarnya tingkat pelayanan (V/C)
a. Kapasitas Dasar (Co) = 1650 smp/jam
adalah sebesar 0,7885
b. Faktor Penyesuaian akibat lebar jalur 5 m (FCw) = 0,56 c. Faktor penyesuaian akibat pemisah arah = 1
Tingkat berkaitan
V/C
dengan
ratio
sebesar
karakteristik
0,7885
pelayanan
termasuk kategori D dimana arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan dan
Analisis Penyediaan Fasilitas Pedestrian Di Kawasan Pasar Bandungan Kabupaten Semarang – Totok Apriyanto
97
diperlukan penanganan yang lebih khusus
memberi batas pemisah (sesuai hasil analisis
dalam mengurangi kemacetan lalu lintas di ruas
dibutuhkan jalur pejalan kaki selebar 1,5 meter)
jalan tersebut.
sedemikian sehingga ada batas yang jelas
Volume tertinggi yaitu pada jam 07.00 –
antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor.
08.00 dengan volume kendaran 590,1 smp/jam,
Kondisi yang terjadi sekarang adalah
sedangkan volume terendah yaitu pada jam
keberadan pejalan kaki menempati sebagian
17.00 – 18.00 dengan volume kendaran 339,4
ruas jalan dan bercampur dengan keberadaan
smp/jam.
parkir di tepi jalan serta arus kendaraan sehingga sangat mengganggu kelancaran lalu
PEMBAHASAN
lintas. Hal ini disebabkan telah terjadi hambatan
Pejalan Kaki
samping akibat adanya parkir di tepi jalan serta
Pejalan kaki yang menyusuri Jalan
keberadaan pejalan kaki di ruas jalan. Artinya
Keberadan trotoar (terutama di sisi
tingkat pelayanan (V/C ratio) di kawasan pasar
sebelah utara) di pasar Bandungan dengan
Bandungan sudah dipengaruhi oleh adanya
lebar 1 meter selama ini telah digunakan oleh
pengurangan lebar efektif ajalan akibat adanya
para PKL dengan jenis bangunan yang semi
hambatan
permanen. Untuk trotoar sebelah selatan jalan
pemanfaatan
relative masih berfungsi sebagai fasilitas pejalan
fasilitas pejalan kaki harus dibarengi dengan
kaki. Dari kacamata pemerintah, keberadaan
dibebaskannya ruas jalan tersebut dari kegiatan
PKL ini jelas-jelas melanggar Peraturan Daerah
parkir di tepi jalan (on street parking). Dengan
dan SK Dirjen Hubungan Darat tahun 1997
demikian pemanfaatan sebagian ruas jalan
tentang fasilitas pejalan kaki yang harus bebas
sebagai fasilitas pejalan kaki dengan diberi
dari segala jenis bangunan. Akan tetapi dari
pembatas (meskipun mengurangi lebar efektif
kacamata promosi wisata, keberadaan para
jalan) justru akan meningkatkan kapasitas ruas
PKL di sepanjang trotoar di kawasan pasar
jalan yang pada akhirnya akan meningkatkan
Bandungan ini telah secara nyata memberikan
tingkat pelayanan ruas jalan tersebut.
samping
tersebut.
sebagian
ruas
Sehingga
jalan
sebagai
kontribusi daya tarik keberadaan kawasan pasar Bandungan. Keberadan para PKL ini tanpa disadari
telah
menjadikan
kawasan
pasar
Pejalan kaki yang menyeberangi jalan Penyediaan
faslitas
penyeberangan
Bandungan menjadi kawasan wisata belanja
jalan sangat diperlukan untuk mengorganisir
dan
sudah
para penyeberang pada satu lokasi yang telah
selayaknya keberadan para PKL sebagai daya
ditetapkan, sedemikian sehingga pejalan kaki
tarik
tetap
tidak menyeberang di sembarang tempat dan
adalah
tidak menjadikan sepanjang ruas jalan tersebut
wisata
jalan
kawasan
dipertahankan.
kaki.
pasar
Sehingga
Bandungan
Konsekwensinya
perlunya penataan dan pengaturan fasilitas
sebagai tempat penyeberangan.
pejalan kaki sebagai ganti dari fungsi trotoar
analisis, jenis penyeberangan yang dibutuhkan
yang telah digunakan oleh para PKL, yaitu
pada kawasan pasar Bandungan adalah zebra
dengan memanfatkan sebagian ruas jalan pasar
cross. Perpaduan antara keberadan zebra cross
Bandungan sebagai jalur pejalan kaki dengan
dan pagar pembatas pejalan kaki akan dapat
98 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 91 – 100
Sesuai hasil
menrtibkan pergerakan orang menyeberang
Sehingga besarnya tingkat pelayanan (V/C)
hanya pada satu lokasi yang telah ditentukan.
adalah sebesar 0,566 Nilai V/C sebesar 0,566 masuk pada
penempatan zebra cross berada di posisi
interval tingkat pelayanan C, dimana arus stabil,
tengah dari jalur memanjang para PKL.
tetapi Ruas Jalan
kecepatan
dan
gerak
kendaraan
dikendalikan serta pengemudi dibatasi dalam
Fasilitas
parkir
Bandungan
cukup
menampung
volume
di
kawasan
memadai kendaran
dan
wisata
memilih kecepatan.
dapat
pengunjung,
PENUTUP
sekalipun pada saat beban puncak di akhir
Kesimpulan
pekan. Selain itu, ada kantong-kantong parkir
a. Keberadaan PKL di sepanjang trotoar pada
untuk sepeda motor di lokasi pasar yang sudah
ruas jalan pasar Bandungan perlu tetap
dikelola dengan baik. Kondisi ini menuntut sikap
dipertahankan dan (bila perlu) dibenahi
tegas dari petugas dinas Perhubungan maupun
penampilan fisiknya, karena hal ini menjadi
Satpol
untuk
daya tarik dari pasar Bandungan sebagai
mensterilkan kegiatan parkir di tepi jalan.
pusat perdagangan dan wisata belanja serta
Dengan dibebaskannya aktifitas parkir di tepi
wisata jalan kaki.
PP
Kabupaten
Semarang
jalan serta dengan memberi pembatas untuk
b. Pemanfaatan trotoar sebagai dasaran para
fasilitas pejalan kaki, maka lebar efektif jalan
PKL
secara
nyata
akan mengalami peningkatan dari 5 meter
semrawut
menjadi 6 meter, sedemikian sehingga tingkat
mengganggu kelancaran lalu lintas. Hal ini
pelayanan jalan juga akan semakin meningkat.
disebabkan pejalan kaki dengan terpaksa
pada
menimbulkan
lokasi
kesan
tersebut
memakai
sebagian
dan faktor koreksi untuk jalan pasar Bandungan
menyusuri
ruas
adalah sebagai berikut :
menyeberangi jalan di sembarang tempat
a. Kapasitas Dasar (Co) = 1650 smp/jam
(karena belum ada fasilitas penyeberangan).
b. Faktor Penyesuaian akibat lebar jalur 5,7 m
Untuk
Setelah penataan, data kapasitas dasar
badan
serta
jalan
mengatasi
hal
jalan
untuk
tersebut
serta
tersebut,
maka
keberadaan fasilitas pejalan kaki menjadi
(FCw) = 0,78 (interpolasi) c. Faktor penyesuaian akibat pemisah arah = 1
sebuah keharusan, yaitu dengan mengambil
d. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
sebagaian ruas jalan (1,5 meter) dan diberi pembatas dengan jalur kendaraan, sehingga
(FCsf) = 0,81 e. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs) =
pada
1,0 (1,0 – 3,0 juta jiwa) Dengan untuk
menggunakan
menghitung
kapasitas
konsentrasi pejalan kaki akan terpusat hanya
persamaan jalan,
maka
fasilitas
fasilitas
tersebut.
Disamping
penyeberangan
disediakan
sehingga
para
juga
itu, perlu
penyeberang
diperoleh besar kapasitas jalan adalah 1.024,47
hanya akan menyeberang pada satu tempat
smp/jam. Dari hasil analisis data, didapat
penyeberangan
volume lalu lintas maksimum = 590,1 smp/jam.
fasilitas-fasilitas tersebut akan meningkatkan lebar
efektif
tersebut.
jalan
Analisis Penyediaan Fasilitas Pedestrian Di Kawasan Pasar Bandungan Kabupaten Semarang – Totok Apriyanto
Keberadaan
sehingga
dapat
99
melancarkan arus lalu lintas yang melewati
street parking. c. Perlu
ruas jalan tersebut. c. Badan jalan dibebaskan dari kegiatan on
dilakukan
sosialisai
untuk
meningkatkan displin para pejalan kaki untuk
street parking (karena sebagian badan jalan
menyeberang
sudah dimanfaatkan untuk fasilitas pejalan
penyeberangan yang disediakan.
hanya
pada
tempat
kaki) dan kegiatan parkir diarahkan pada off
d. Perlunya penambahan rambu-rambu lalu
street parking yang menempati luasan 300
lintas pada lokasi-lokasi yang diperlukan
2
m dan tingkat pemakaiannya belum optimal.
serta
Meskipun hasil survey tidak mencakup data
mempertegas dan mengarahkan arus lalu
parkir di off street parking, akan tetapi dari
lintas.
pengamatan
langsung
diketahui
pembuatan
marka
jalan
untuk
bahwa
ketidak optimalan pemanfaatan tersebut bisa
DAFTAR PUSTAKA
dilihat dari masih longgarnya luasan yang
Bappeda Kabupaten Semarang. 2001. Pengembangan Intanpari Kabupaten Semarang Melalui Pendekatan Kawasan Ekonomi Terpadu. disampaikan pada Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan.
tidak
ditempati
kendaraan.
Pembebasan
kegiatan on street parking ini secara nyata akan mengurangi tingkat hambatan samping dan akan meningkatkan lebar efektif jalan sehingga meningkatkan tingkat pelayanan jalan. d. Dari
hasil
analisis,
dengan
tersedianya
fasilitas penyeberangan dan fasilitas pejalan kaki yang diberi pemisah batas dengan lajur kendaraan
akan
meningkatkan
tingkat
pelayanan ruas jalan pasar Bandungan dari yang semula 0,7885 menjadi 0,566. Ini berarti terjadi peningkatan kelancaran arus di ruas jalan pasar Bandungan.
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang,. 2007. Laporan Pendahuluan Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan Bandungan Tahun Anggaran 2007. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1986. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta : Departemen Perhubungan. Harian Umum Sore Sinar Harapan. 19 Maret 2003. Opini : “Pedagang Pasar Bandungan Menanti Akhir Pekan, Harian Umum Suara Merdeka. 02 Mei 2006. “Parkir di Pasar Bandungan Semakin Semrawut”
Saran a. Perlu
ada
Kabupaten
kebijakan
dari
Semarang
pemerintah
melalui
Dinas
Perhubungan untuk meniadakan kegiatan on street
parking
di
ruas
jalan
pasar
Bandungan. Penerapan kebijakan ini perlu dibarengi
dengan
selalu
Highway Capacity Manual. 1985. Washington DC: Transportation Research Board.
diadakan
pemantauan dan tindakan yang tegas bagi
Indonesian Highway apacity Manual. 1993. Jakarta: Directorate General of Highway Ministry of Public Works. Kecamatan Ambarawa dalam Angka. 2006. Ungaran: Biro Pusat Statistik Kabupaten Semarang.
yang melanggar. b. Perlu ditempatkannya petugas di lapangan untuk mengarahkan parker pada lokasi off
100 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 91 – 100