JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS PENGOPERASIAN PADA OPERATOR RUBBER TYRED GANTRY (RTG) di TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Kevin Yudhistira Pribadi, Ekawati, Baju Widjasena Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : In the logistics industry, in the case of heavy equipment accident one of them caused by the behavior of the operators of heavy equipment unsafe. Semarang Container Terminal has a Rubber Tyred Gantry (RTG) for 16 units. Rubber Tyred Gantry crane (RTG crane) is a type of gantry crane used to stack and take the container to the container yard and includes lift equipment which have a high risk. Semarang Container Terminal has a considerable number of operators and also loading-unloading activities are routine, it is very possible for accidents due to operator Rubber Tyred Gantry behavior. This study aimed to analyze the operation of the operator Rubber Tyred Gantry (RTG) in Semarang Container Terminal. This research is a descriptive qualitative in-depth interviews and observation. The subjects of this study amounted to 10 as key informants and 3 as triangulation informants. The results showed operator RTG have had knowledge of the behavior of safe work in operating RTG appropriate procedures have been defined by the company, operator RTG also have the perception if it should work safe and also had a good attitude at work, operator RTG also coordinate with the tally man who was in under RTG, in coordination with the supervision of the shift and in coordination with other operators during RTG operation, operator RTG own SIO and have training and supported by their supporting facilities related to the operation of the RTG to keep working safe, in addition to the operator RTG also agreed to the rules reward and punishment of the company as a consequence of the behavior of the operator. The conclusion of this study is the behavior of operator to appropriate RTG operation procedures. But still there are some operators that have not been orderly and often miss communication during operation of the tool. Companies need to provide stricter oversight if there are employees both operator and non-operator if any disciplinary breaches in the field and also need to improve the supporting facilities. Keywords
: operation, behaviour of operator, Rubber Tyred Gantry (RTG)
436
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
PENDAHULUAN
6 kasus kematian akibat kecelakaan kerja
Latar Belakang
terkait bongkar muat peti kemas.(4)
Penyebab
kecelakaan
kerja
yang
Data lain yang diperoleh dari Health
sering ditemui adalah perilaku yang tidak
Safety
aman sebesar 88%, kondisi lingkungan
menunjukkan
yang tidak aman sebesar 10%, atau
hingga 2011 di Inggris, tercatat terjadi 392
kedua hal tersebut di atas terjadi secara
kasus kecelakaan terkait cargo handling /
bersamaan.(1) Penyebab kecelakaan kerja
bongkar muat peti kemas. Grafik Accident
di Indonesia adalah perilaku dan peralatan
Trend yang dimiliki oleh Health Safety
yang tidak aman. ada
empat
(2)
Secara garis besar
faktor
utama
Executive
United
sepanjang
Kingdom,
tahun
2010
Executive menunjukkan sepanjang tahun
yang
2006
hingga
2011
di
Inggris,
tren
mempengaruhi kecelakaan yaitu faktor
kecelakaan terkait bongkar muat peti
manusia, alat atau mesin, material dan
kemas
lingkungan.
(3)
yang
tidak
menunjukkan
stabil.
Pada
penurunan
periode
tahun
Kegiatan bongkar muat barang di
2006/2007 berada di kisaran 400 kasus.
pelabuhan peti kemas memiliki risiko yang
Tahun berikutnya yaitu periode 2007/2008
tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh
berada
dari Maritime Departemen of Hongkong,
sedangkan periode tahun 2008/2009 di
kejadian kecelakan terkait cargo handling
kisaran
atau
di
mengalami penurunan yang signifikan
Hongkong terbilang cukup tinggi. Pada
yaitu berada pada kisaran 230 kasus,
tahun 2006 tercatat 302 kasus kecelakaan
namun
kerja terkait bongkar muat peti kemas.
peningkatan yakni berada pada kisaran
Pada tahun 2007 tercatat 240 kasus
390 kasus.(5)
bongkar
muat
peti
kemas
kecelakaan kerja terkait bongkar muat peti
pada
kisaran
370.
di
Rubber
450
Periode
periode
kasus,
2009/2010
2010/2011
terjadi
tyred gantry crane (RTG
kemas. Pada tahun berikutnya, tahun
crane) adalah jenis gantry crane yang
2008 hingga tahun 2010 tercatat terjadi
digunakan
untuk
masing-masing 220 kasus, 176 kasus dan
mengambil
container
157 kasus untuk tiap tahunnya. Angka
container. RTG crane mempunyai tinggi
tersebut tiap tahunnya memang terlihat
12 – 14 meter dan memiliki tingkat
mengalami
mobilitas
penurunan,
akan
tetapi
yang
menumpuk
tinggi
pada
dalam
dan
lapangan
proses
penurunan tersebut tidak disertai dengan
bongkar muat karena dilengkapi dengan
penurunan risiko kematian yang mencapai
roda karet yang dapat berputar 900.
puncaknya di tahun 2010 terjadi sebanyak
Dalam operasinya, RTG crane dapat 437
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
mengangkut beban container berkisar 36
seperti tabrakan, salah menaruh peti
sampai 40 ton dengan kebutuhan listrik
kemas, tertimpa peti kemas, tergelincir,
rata-rata 300-500 kW yang disuplay dari
kesalahan saat mundur, dan lain-lain.
generator listrik, oleh karena itu RTG
Selama tahun 2015, Terminal Peti
crane mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya kecelakaan kerja.
Kemas
(6)
Semarang
mengalami
lima
kecelakaan kerja di zona CY 01 yaitu
PT. Pelabuhan Indonesia III Divisi
zona export & import container yang
Terminal Peti Kemas Cabang Pelabuhan
merupakan zona dengan risiko tertinggi
Tanjung Emas merupakan perusahaan
untuk terjadinya kecelakaan kerja karena
yang
banyak terdapat Container Crane (CC)
memberikan
pelayanan
jasa (7)
petikemas (container terminal handling) ,
dan
kegiatan perusahaan dalam mengurusi
Beberapa
petikemas
terjadi pada selama tahun 2015 yakni
terjadinya
mempunyai kecelakaan
risiko-risiko
Tyred
kejadian
Gantry
(RTG).
kecelakaan
yang
alat-alat
RTG saling tabrak/crash, container crane
berat dan pesawat angkat-angkut dengan
(CC) menabrak antena radar pada kapal,
ukuran besar dan mobilisasi peti kemas
dan
yang
angkat-
kecelakaan yang terjadi selama 2015
angkut yang cepat. Penggunaan alat
tersebut tidak memakan korban namun
angkat dan angkut dimaksudkan untuk
mengakibatkan
membantu pekerjaan tenaga kerja. Salah
Kecelakaan
satu alasan penggunaan alat tersebut
operator yang lalai atau human error
adalah karena kecilnya tenaga manusia
seperti halnya miss-communication antara
dibandingkan
operator dan tally saat pengoperasian alat
menggunakan
akibat
Rubber
pesawat
dengan
sumber-sumber
tenaga lainnya. Berdasarkan
RTG
menabrak
rumah
kerugian
tersebut
river,
material.
diakibatkan
oleh
dan juga dipengaruhi kesehatan operator survey
pendahuluan
yang sedang tidak sehat.
yang dilakukan pada 15 Maret 2016,
Operator alat angkat angkut container
Terminal Peti Kemas Semarang sekarang
yang dimiliki oleh Terminal Peti Kemas
ini sudah mempunyai berbagai fasilitas
Semarang
peralatan angkat angkut container yang
beberapa
memadai, salah satunya adalah adalah
operator Rubber Tyred Gantry (RTG)
Rubber Tyred Gantry (RTG) sebanyak 16
yakni sebanyak 93 orang yang sudah
buah. Mobilisasi alat angkut container di
harus mempunyai Surat Izin Operator
Terminal Peti Kemas Semarang sangat
atau Lisensi. TPKS mempunyai operator
cepat dan mempunyai resiko kecelakaan
sebanyak
124
diantaranya
orang
dan
merupakan
yang sangat banyak sehingga merupakan 438
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
potensi untuk terjadinya kecelakaan yang
Teknik pengambilan sampel penelitian ini
diakibatkan oleh perilaku operator saat
menggunakan
mengoperasikan
karena
Sampling.
Jika
Tyred
deskriptif,
maka
perilaku
alat
operator
berat
dan
Rubber
risiko
tinggi
Stratified
penelitiannya sampel
bersifat
minimumnya
adalah 10% dari populasi.(8)
Gantry merupakan peralatan angkat yang mempunyai
Proportional
kecelakaan
karena RTG mempunyai ketinggian 12 –
Tabel 1. Penentuan Jumlah Informan
14 meter yang berarti operator harus
Utama
bekerja di ketinggian dalam waktu yang
Tingkatan
cukup lama, selain itu RTG crane banyak
Populasi
operator
melakukan gerak mekanik naik dan turun
Sampel minimum (10%)
untuk proses bongkar muat. Sistem kerja operator RTG menggunakan sistem shift kerja yang dibagi menjadi kedalam tiga shift kerja yang dibagi ke dalam grup A, B, C dan D yang masing-masing shift kerjanya mempunyai waktu delapan jam kerja. Operator yang sedang bekerja
Utama
15
2
Madya
20
2
Muda
25
2
Pertama
18
2
Pemagang
15
2
Total
93
10
dapat berisitirahat jika ada operator lain Informan triangulasi dalam penelitian
yang siap menggantikan operator yang
ini adalah manager sistem manajemen
sedang bekerja, sedangkan jika kegiatan
K3,
bongkar muat sedang padat operator tidak
harus
menunggu
Pengumpulan
sampai
dari
menganalisis
penelitian
data
penelitian
dilakukan dengan cara observasi dan
pergantian shift selanjutnya. Tujuan
di lapangan dan
assistant manager unit operasi.
dapat istirahat sembarangan sehingga operator
supervisi shift
ini
pengoperasian
wawancara mendalam (indepth interview)
yaitu
kepada informan utama dan informan
pada
triangulasi
operator Rubber Tyred Gantry (RTG) di
sebagai
penguat
data.
Pengumpulan fakta dari fenomena atau
Terminal Peti Kemas Semarang.
peristiwa – peristiwa yang bersifat khusus kemudian masuk pada kesimpulan yang
METODE PENELITIAN Penelitian penelitian
ini
menggunakan
kualitatif
dengan
bersifat umum.
jenis
Keabsahan data dilakukan dengan
metode
teknik
deskriptif, pendekatan cross sectional. 439
triangulasi.
Teknik
triangulasi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan
sumber
membandingkan
dan
kriteria
pada
segi
(e-Journal) 2356-3346)
pendidikan
yaitu
mengecek baik derajat kepercayaan pada
sekurang-kurangnya
SLTA/sederajat.
suatu informasi yang diperoleh melalui
Sedangkan terdapat dua operator RTG
waktu dan alat yang berbeda.
pemagang yang mempunyai pengalaman di bawah tiga tahun, oleh karena itu
HASIL DAN PEMBAHASAN
operator RTG pemagang belum menjadi
A. Karakteristik Informan
karyawan tetap di Terminal Peti Kemas
Informan utama berjumlah 10 orang
Semarang.
yang bekerja sebagai operator RTG di
Informan triangulasi berjumlah tiga
Terminal Peti Kemas Semarang dan
orang yang menjabat sebagai Manager
semua informan utama berjenis kelamin
Sistem
laki-laki dan diambil dari berbagai strata
Manager Unit Operasi dan Supervisi Shift.
operator
yang
Informan memiliki massa kerja
sampai
tertinggi
dimulai
dari
yaitu
terendah
pemagang,
nomor
Permenakertrans
PER.09/MEN/VII/2010
K3,
Assistant
yang
cukup lama di bidangnya, yaitu di atas
pertama, muda, madya dan utama. Berdasarkan
Manajemen
delapan tahun massa kerja. RI B. Analisis Hasil Observasi
tentang
operator dan petugas pesawat angkat dan
Setiap operator juga sudah berlisensi
angkut, operator RTG termasuk ke dalam
atau sudah memiliki Surat Izin Operator
operator peralatan angkat kelas II yang
(SIO). Standard Operasional Procedure
harus memenuhi persyaratan sebagai
untuk para operator khususnya operator
berikut:
(9)
RTG juga sudah terlihat di ruangan operator dan kabin operator.
a. Sekurang-kurangnya
berpendidikan
Kondisi operator saat bekerja di
SLTA/sederajat
dalam kabin terlihat belum ergonomis
b. Berpengalaman sekurang-kurangnya
dikarenakan posisi kepala operator yang
3 (tiga) tahun membantu pelayanan di
selalu melihat ke bawah saat bekerja dan
bidangnya
bangku yang di dalam kabin belum
c. Berbadan sehat menurut keterangan
mendukung
dokter
operator
untuk
bekerja
dengan nyaman. Namun sudah terdapat
d. Umur sekurang-kurangnya 21 tahun
AC untuk menjaga suhu tetap nyaman di
e. Memiliki Lisensi K3 dan buku kerja
dalam kabin dan lampu penerangan.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat diketahui
informan
sudah
memenuhi 440
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
C. Analisis Faktor Pemudah
dengan perilaku karyawan di bagian produksi unit IV PT. Semen Tonasa.(12)
1. Pengetahuan Informan utama mengetahui apa
3. Sikap
yang dimaksud dengan perilaku kerja aman
yaitu
memakai
bekerja
APD,
sesuai
Informan
utama
dalam pengoperasian RTG informan
alat
sudah melakukan pekerjaan sesuai
pengecekan
dengan
SOP
berkoordinasi dengan yang lainnya.
safety
briefing,
Penelitian
pengecekan
yang
dilakukan
peternak
kecamatan
ayam
Tilatang
pada ras
di
Kamang
ada
berdoa,
dan
Informan
juga
terjadinya
kecelakaan dengan bekerja seaman mungkin. Terdapat
pengetahuan dengan kecelakaan kerja
mengatakan
(10)
melakukan
pencegahan
antara
yang terjadi.
hubungan
dengan
alat.
melakukan
kabupaten Agam juga menunjukkan bahwa
berpendapat
SOP,
sebelum bekerja, fokus dan tetap
pekerja
(e-Journal) 2356-3346)
penelitian ada
yang
hubungan
kuat
Penelitian lain yang
antara sikap dengan perilaku tidak
mengemukakan bahwa tidak terdapat
aman karyawan dibagian produksi unit
perbedaan
IV PT. Semen Tonasa.(12) Sikap ini
bermakna
antara
pengetahuan dengan perilaku aman.
dapat
Pengetahuan yang baik tidak secara
perilaku tidak aman karena perilaku
otomatis membuat tenaga kerja akan
tidak
langsung menjadi berperilaku aman
ketidakmauan
saat bekerja.
(11)
menyebabkan
aman
dapat
terjadinya
terjadi
karena
tenaga
kerja.
Ketidakmauan untuk berperilaku aman
2. Persepsi
ini berkaitan dengan kepedualian atau
Informan
utama
setuju
jika
penilaian
tenaga
kerja
terhadap
perilaku aman dan K3.(13)
operator RTG harus berperilaku kerja aman. Informan utama bertanggapan
D. Analisis Faktor Pemungkin
akan mengingatkan operator tersebut secara langsung ataupun melewati HT
1. Fasilitas Penunjang
jika melihat operator RTG yang tidak
Dalam
penelitian
ini
informan
bekerja aman. Didukung oleh hasil
utama mendapatkan fasilitas wear
penelitian di bagian produksi unit IV
pack, rompi, helm, safety shoes, HT
PT.
dan pemeriksaan kesehatan. Informan
Semen
bahwa
ada
Tonasa
Tahun
hubungan
2013
persepsi
utama
juga
mendapatkan
pemeriksaan kesehatan berkala setiap 441
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
setahun
sekali.
Untuk
operator
didampingi oleh senior yang lebih
pemagang, mereka hanya diberikan
berpengalaman.
asuransi
dilakukan
kesehatan
dari
(e-Journal) 2356-3346)
kantor.
Penelitian
oleh
Marcahyo,
dkk
bagian
perusahaan sudah terdapat fasilitas
Semarang pada tahun 2012 juga
maintenance RTG yang dilakukan oleh
mendukung
bahwa
pelatihan
pihak ketiga.
mempunyai
pengaruh
terjadinya
Fumira,
perilaku aman di tempat kerja.(16)
2. Peraturan terkait Pengoperasian RTG utama
PT.
di
Informan utama menerangkan kalau di
Informan
produksi
yang
menyatakan
Pelatihan
dapat
gagal
mengubah
sudah ada prosedur pengoperasian
sikap dan perilaku seseorang karena
RTG yang ditempelkan di dalam kabin
adanya
dan disosialisasikan pada saat safety
mempengaruhi
briefing.
yang didapatnya dari pelatihan K3
Hal
penelitian
ini
sama
dengan
Nofriandita
yang
faktor
yaitu
kemampuan
ketersedian
personality.(15)
dengan
perilaku
selain
yang
pengetahuan
keterampilan,
menyatakan ada hubungan antara SOP
lain
motivasi,
intelegensia,
dan
aman.(14) Hal ini juga sama dengan E. Analisis Faktor Penguat
pendapat Geller yang mengungkapkan perubahan perilaku tingkat kepatuhan
1. Pemberian Reward dan Punishment
yang baik adalah internalisasi, dimana
untuk Operator RTG
individu melakukan sesuatu karena memahami
makna,
pentingnya
tindakan
Terdapat reward berupa premi
mengetahui dan
atau uang instensif per bulan jika
keadaan
dapat mengangkat box melebihi target
ini.(15)
tetapi
3. Pelatihan Operator RTG
operator
Di dalam penelitian ini bahwa seluruh
informan
mendapatkan
tersebut
utama
pelatihan
mengoperasikan
RTG,
dilakukan
recruitment.
tidak
pemagang
berlaku
untuk
dan
hanya
mendapatkan bonus yang dibagi per
telah
tahunnya dari keuntungan perusahaan
untuk
dan
terdapat
punishment
untuk
pelatihan
operator yang melakukan kesalahan,
proses
punishment tersebut berupa melarang
pada
Informan
premi
utama
juga
operator
mengoperasikan
alat
menjawab bentuk pelatihannya berupa
(grounded), diturunkan ke tingkatan
teori dari Disnaker untuk mendapatkan
operator yang paling bawah, tuntutan
SIO
dan
praktik
langsung
yang
ganti 442
rugi,
atau
bahkan
dipecat,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
tergantung hasil investigasi. Penelitian
pernah miss communication dengan
yang
tally man karena faktor HT yang hanya
dilakukan
oleh
Annishia,
menunjukkan bahwa adanya reward
menggunakan satu channel.
untuk perilaku aman dan punishment
Berdasarkan penelitian Halimah di
untuk perilaku tidak aman memotivasi
bagian
perilaku kerja pekerja konstruksi PT.
Tambun
PP
hubungan bermakna antara peran
proyek
pembangunan
Tiffany
Produksi
PT
mengatakan
SIM bahwa
Plant ada
rekan kerja dengan perilaku aman.(19)
apartemen pada tahun 2011.(17) 2. Peran Supervisi Shift Informan keberadaan
utama supervisi
F. Analisis Perilaku Operator RTG
menyatakan shift
dalam Pengoperasian Alat
sangat
Berdasarkan
membantu dan berpengaruh untuk
hasil
wawancara
operator dalam mengoperasikan RTG.
mendalam dengan informan utama
Informan utama juga berpendapat
tentang
mengetahui tugas pokok dan fungsi
pengoperasian RTG di Terminal Peti
supervisi shift yaitu sebagai pengawas
Kemas Semarang secara dilihat dari
seluruh kegiatan di lapangan dan
faktor pemudah keseluruhan informan
penyembatan
utama
dari
operasional
ke
perilaku
terhadap
memiliki
pengetahuan
mengenai perilaku kerja aman.
manajemen. Penelitian yang dilakukan
Faktor
oleh Karyani menyebutkan bahwa dari
pemungkin,
tersedianya
Schlumberger
fasilitas seperti APD (rompi, wearpack,
Indonesia diperleh bahwa supervisor
helm, safety shoes). Kemudian HT
atau
untuk
113
pekerja
di
pengawas
merupakan
faktor
memudahkan
komunikasi
yang paling berpengaruh terhadap
operator dalam pengoperasian RTG.
perilaku aman.(18)
Prosedur
keberadaan
utama tally
sudah
terlampir.
Informan utama juga telah mengikuti
3. Peran Tally (Rekan Kerja) Informan
juga
pelatihan untuk menguji kelayakan
menyatakan man
SIO dari Disnaker dan seniornya.
sangat
Faktor
membantu dan berpengaruh untuk
penguat
diperoleh
atas
operator dalam mengoperasikan RTG
pemberian reward dan punishment
sebagai orang yang membantu dan
untuk operator. Peran supervisi dan
memberi instruksi dari bawah saat
peran tally juga sangat berpengaruh.
operator
RTG.
Walaupun menurut beberapa informan
Seluruh informan utama mengaku
utama supervisi tidak setiap saat di
mengoperasikan
443
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
lapangan dan mereka juga sering miss communication
dengan
tally
a. Fasilitas
(e-Journal) 2356-3346)
penunjang
yang
yang
disediakan diantaranya wearpack,
mengakibatkan
insiden
atau
rompi, helm, safety shoes, HT,
kesalahan
bertindak
yang
VMT dan pemeriksaan kesehatan
yang
masih
serta fasilitas perawatan RTG juga
dalam
diakibatkan
HT
menggunakan satu channel.
sudah disediakan oleh perusahaan yang dilakukan oleh vendor.
KESIMPULAN
b. Prosedur
1. Predisposing
Factors
mengenai
informan
operator
dengan
d.
Semua
tanggapan terhadap operator RTG
Operator
berpengalaman.
informan SIO
utama
telah
dan
telah
mengikuti pelatihan.
harus saling mengingatkan dan koordinasi baik menggunakan HT
3.
ataupun secara langsung.
Reinforcing Factors (Faktor Penguat) a. Pemberian reward dan punishment
dalam
untuk
RTG
operator
RTG
sudah
sudah mencerminkan bagaimana
dilakukan oleh perusahaan untuk
perilaku
memotivasi setiap operator.
aman
yaitu
bekerja
b. Peran
dengan sesuai SOP, tidak terburuburu,
tetap
koordinasi
fokus
walaupun
supervisi
shift
untuk
saling
informan utama sangat membantu
sedang
karena mempunyai fungsi sebagai
dan
pengawas di lapangan.
dihadapkan dengan bahaya. 2.
sudah
mempunyai
yang tidak berperilaku aman maka
pengoperasian
Izin
uji
didampingi oleh senior operator yang
berperilaku aman dan memiliki
melakukan
Surat
untuk
(SIO) dan praktik langsung yang
RTG
setuju jika operator RTG harus
utama
Disnaker
kelayakan
b. Persepsi informan utama dalam
informan
kabin
awal recruitment bekerja sama
aman.
c. Sikap
dalam
disediakan oleh perusahaan pada
mengetahui apa itu perilaku kerja
pengoperasian
di
c. Pelatihan operator RTG sudah
aman
dalam pengoperasian RTG sudah
melakukan
dan
operator.
utama
perilaku kerja
pengoperasian
RTG sudah ditempelkan di ruang
(Faktor
Pemudah) a. Pengetahuan
terkait
Enabling Factors (Faktor Pemungkin) 444
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
c. Peran tally (rekan kerja) untuk
http://www.hse.gov.uk/ports/port-
informan utama sangat membantu karena
sebagai
mata
industry-statistics-report-2012-13.pdf
kedua
6. Rudenko
operator yang berada di bawah RTG.
Tally
man
N.
Mesin
Pengangkat.
Erlangga P, editor. Jakarta; 1966.
berkoordinasi
7. TPK Semarang [Internet]. [cited 2016
dengan operator menggunakan HT
Feb
satu channel, oleh sebab itu sering
http://www.tpks.co.id/about_us
terjadi miss communication antara
29].
Available
from:
8. Gay LR, Diehl P. Research Methods
tally man dan operator. 4.
(e-Journal) 2356-3346)
for Business and. Management. New
Perilaku informan utama terhadap
York: MacMillan Publishing Company;
pengoperasian
1992.
mengetahui
RTG
perilaku
dengan
kerja
aman
9. Permenaker
RI
dalam mengoperasikan RTG yang
PER.09/MEN/VII/2010
sesuai SOP.
Operator
dan
No. tentang
Petugas
Pesawat
Angkat dan Angkut. 340 Jakarta; DAFTAR PUSTAKA
2010.
1. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat,
10. Yanti K. Hubungan Perilaku Dengan
Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit
Kecelakaan
Rineka Cipta; 2007.
Peternak Ayam Ras Di Kecamatan
2. Prasetyo E. Angka Kecelakaan Kerja
Kerja
Pada
Pekerja
Tilatang Kamang Kabupaten Agam.
di Indonesia Turun, Angka Kematian
2011;
Memprihatinkan. 2012.
11. Halimah
3. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan
S.
Faktor-Faktor
yang
Perilaku
Aman
Mempengaruhi
Pencegahan Kecelakaan. Surabaya:
Karyawan di Area Produksi PT. SIM
Depnaker; 1986.
Plant Tambun II. 2010;
4. Marine Industrial Accident Statistics [Internet].
[cited
2016
Available
Mar
12. Shiddiq
15].
S,
Wahyu
A,
Muis
M.
Hubungan Persepsi K3 Karyawan
from:
dengan
Perilaku
Tidak
Aman
di
http://www.mardep.gov.hk/en/publicati
Bagian Produksi Unit IV di PT. Semen
on/mias.html#a1
Tonasa. 2013;3:1–14.
5. HSE UK Statistics report for the Ports
13. Soehatman R. Sistem Manajemen
Industry [Internet]. [cited 2016 Mar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
15].
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat;
Available
from:
2013 445
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
14. Nofriandita Y.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Bekerja yang Aman pada Pekerja Bengkel Servis Mobil di Depok. 2012; 15. Geller E. The Psychology of Safety Handbook. USA: Lewis Publisher; 2001. 16. Martcahyo,
Aries
V,
Hidayat
W,
Suryoko S. Pengaruh Pelatihan Kerja, Jaminan
Sosial,
dan
Insentif
Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi PT. FUMIRA Semarang. 2012; 17. Annishia FB. Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT. PP (Persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan. 2011; 18. Karyani.
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh pada Perilaku Aman (Safe Behaviour) di Schlumberger Indonesia. 2005; 19. Halimah
S.
Mempengaruhi
Faktor-Faktor
yang
Perilaku
Aman
Karyawan di Area Produksi PT. SIM Plant Tambun II. 2010;
446
(e-Journal) 2356-3346)