Analisis Penggunaan Modal Kerja Pada Koperasi Karyawan Makmur Niaga PT. Wika Beton Sumut Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE., M.Si (NIDN. 0105068501) ABSTRAK Dalam kegiatan sehari-hari, kopkar Makmur Niaga tidak pernah melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan perhitungan terhadap rasio likuiditas, sehingga tidak dapat diketahui bagaimana penggunaan modal kerja pada koperasi dan bagaimana sebenarnya kesehatan koperasi itu sendiri, apakah koperasi benar mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang dilaporkan atau malah sebaliknya mengalami kerugian. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahuinya jumlah modal kerja yang tersedia sehingga menghambat kegiatan operasional koperasi khusnya dibidang simpan pinjam. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menawarkan suatu sistem analisis penggunaan modal kerja dengan menganalisis laporan keuangan dan melakukan perhitungan terhadap rasio likuiditas, agar sistem analisis penggunaan modal kerja ini dapat diterapkan untuk periode berikutnya. Dengan adanya sistem analisis dan perhitungan yang dilakukan penulis, maka Kopkar Makmur Niaga dapat mengatahui bagaimana penggunaan modal kerja selama ini, sehingga dapat membantu tim management koperasi dalam mengambil keputusan. Kata Kunci : Modal, Likuiditas dan Koperasi ABSTRACT In day-to-day activities, Kopkar Niaga Makmur never conducted an analysis of the financial statements and the calculation of liquidity ratios, so it is not known how the use of working capital in the cooperative and how actual health cooperatives themselves, whether true cooperative benefit in accordance with the reported or on the contrary suffered losses. This leads to not knowing the amount of working capital available to hamper operations khusnya field of savings and credit cooperatives. To overcome these problems, the author offers an analysis of the system by analyzing the use of working capital and financial reports calculating the liquidity ratio, so that working capital usage analysis system can be applied to the next period. With a system of analysis and calculations by the author, then Kopkar Niaga Makmur can know the how the use of working capital during this time, so as to help the cooperative management team in making decisions. Keywords: Capital, Liquidity and Cooperatives PENDAHULUAN Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasional sehari-hari perusahaan. Adapun wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar, yaitu kas, persediaan dan piutang serta sekuritas yang mudah di jual. Ini bersifat terus menerus berputar sehingga membentuk siklus operasional perusahaan.
Bila modal kerja diatur dan digunakan dengan baik, maka perusahaan akan berada dalam kondisi aman karena seluruh biaya operasional dapat dipenuhi dengan baik, sehingga perusahaan dapat membuat rencana kerja untuk masa yang akan datang dengan baik dan dapat dicapai dengan biaya yang minimum sehingga mencapai keberhasilan. Dalam melaksanakan kegiatannya, Koperasi Karyawan Makmur Niaga PT.
Wika Beton Sumut berusaha meningkatkan usahanya agar tumbuh dan berkembang dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan kepada anggotanya. Selain itu biaya gaji karyawan, pembelian barang persediaan dan sebagainya juga harus diperhatikan, sehingga diharapkan modal kerja yang tersedia dapat dipergunakan sebaik mungkin agar biayabiaya tersebut dapat dipenuhi dengan baik pula.
Dalam berbagai kegiatan tersebut, Kopkar Makmur Niaga memperoleh hasil yang tergolong baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja Kopkar cukup bagus. Namun kinerja tersebut perlu dilakukan evaluasi agar tidak memberikan informasi yang semu bahkan keliru. Artinya koperasi seolah-olah menghasilkan keuntungan tetapi setelah dianalisis sebenarnya adalah menderita kerugian, bahkan jika dilihat dari efisiensi operasinya ternyata tidak efisien.
LANDASAN TEORI Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan memerlukan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, misalnya gaji, upah, pembelian barang dan sebagainya, dimana dana yang telah dikeluarkan diharapkan akan kembali masuk ke perusahaan dalam jangka pendek melalui hasil penjualan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar keawajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Modal dalam suatu perusahaan pada saat ini mempunyai arti yang sangat besar. Semakin besar suatu perusahaan, tuntutan keberadaan modal semakin besar pula. Agar lebih mengerti tentang arti pentingnya modal, maka akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian modal, yaitu sebagai berikut: Menurut Sutrisno (2007, h. 39), modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan seharihari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya”. Sedangkan menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto (2008, h. 62) mengemukakan bahwa modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi selama perusahaan menjalankan perusahaan. Perputaran modal kerja
dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam bentuk komponen-komponen atau unsurunsur modal kerja sampai komponen-komponen modal kerja kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya. Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung ke berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dalam modal kerja tersebut. Hal ini berarti modal adalah kelebihan aktiva atas utang yang mempunyai kekuasaan untuk menggunakan barang modal. Selain modal-modal tersebut, terdapat juga modal lainnya yang juga sangat penting, yaitu: 1. Modal menurut bentuknya (modal aktif) yaitu modal yang tertera di sebelah debit neraca, yang menggambarkan bentu-bentuk seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. a. Modal aktif berdasarkan cara dan lamanya perputaran dapat dibedakan antara lain : 1) Aktiva lancar yaitu aktivitas yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputarannya dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). 2) Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi
dan proses perputarannya dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun) b. Modal aktif berdasarkan fungsi kerja aktiva dalam perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Modal kerja (working capital) adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar (gross working capital) atau kelebihan dari aktiva lancar di atas utang lancar (net working capital) 2) Modal tetap adalah jumlah keseluruhan aktiva tetap. 2. Modal menurut sumber atau asalnya (modal pasif) yaitu modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber mana dana diperoleh. a. Modal pasif berdasarkan asalnya dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik (modal) perusahaan itu sendiri dari hasil usahanya (cadangan, laba yang ditahan),atau berasal dari pengambilan bagian, persero, atau pemilik (modal saham, modal persero dan lain-lain). 2) Modal asing (modal kreditur/utang) adalah modal yang berasal dari kreditur, yang merupakan utang perusahaan. Pembagian modal pasif juga didasarkan pada: 1) Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka pendek dan modal jangka panjang. 2) Syarat solvabilitas yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing. 3) Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapatan tetap (modal obligasi) dan modal dengan pendapatan tidak tetap (modal saham). Menurut S. Munawir (2007, h. 114116), yaitu 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. 2. Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedia aktiva lancar yang lebih besar dari pada utang lancarnya (utang jangka pendek) dan menunjukan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya. 3. Konsep Fungsional Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan sesuai dengan
usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan sebuah laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang , misalnya: bangunan, mesinmesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva lainnya. Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut Prof. Dr. Bamabang Riyanto (2008, h. 61), modal kerja dalam perusahaan dapat golongkan sebagai berikut : 1. Modal Kerja Permanen (Permanen Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal Kerja Permanen dapat dibedakan ke dalam : a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal (dinamis). 2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibagi menjadi : a. Modal Kerja Musiman (Sesasional Working Capital) yaitu modal kerja yangjumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capiatal) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi konyungtur. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya
(misalnya, adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak). Modal Kerja Koperasi Modal koperasi berasal dari dua sumber, yaitu modal sendiri dan modal luar (modal asing).Koperasi dapat memanfaatkan modal sendiri dan modal asing dalam upaya memenuhi kebutuhan modalnya. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari koperasi itu sendiri atau modal yang menanggung resiko. Adapun modal sendiri meliputi : 1. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayar oleh anggota koperasi kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih berstatus sebagai anggota. Nilai atau besaran simpanan pokok diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang bersangkutan. 2. Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. 3. Dana Cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutupi kerugian koperasi yang mungkin terjadi atau bila diperlukan. Dana cadangan juga dimaksudkan bagi jaminan koperasi di masa yang akan datang dan diperuntukkan bagi perluasan usaha, pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota 4. Hibah merupakan sumbangan dari pihak-pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam upaya ikut serta mengembangkan usaha koperasi. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara ada di dalam perusahaan koperasi, dan bagi perusahaan koperasi
modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus dibayar kembali atau biasanya didapatkan dari proses pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya. Modal ini dapat dikelompok menjadi utang jangka pendek (jangka waktunya paling lama 1 tahun), utang jangka menengah (jangka waktunya paling lama 10 tahun) dan utang jangka panjang (jangka waktunya lebih dari 10 tahun). Modal asing atau modal pinjaman ini dapat berasal dari pinjaman anggota yang memenuhi syarat, koperasi lain yang didasari atas perjanjian kerjasama, bank dan lembaga keuangan, penerbitan obligasi dan surat utang berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, atau sumber lain yang sah berupa pinjaman dari bukan anggota. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 45, UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari kopreasi sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Sedangkan pendapat lain (Arifin, R, 2007, h. 45), menyatakan bahwa SHU adalah merupakan sisa dari pendapatan koperasi setelah dipergunakan untuk memenuhi seluruh biaya-biaya operasional organisasi koperasi, sisa itu dapat berbentuk sisa positif atau sisa negatif atau sisa nihil. Sisa Hasil Usaha Koperasi dibagikan kembali kepada anggota sesuai dengan jasa masing masing anggota dalam memanfaatkan pelayanan koperasi atau transaksi dengan koperasi. SHU ini juga disisihkan untuk dana cadangan yang jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan berdasar ketetapan dalam AD/ART Koperasi. SHU yang
dibagikan misalnya dalam bentuk cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus dan karyawan, dana pendidikan, dana sosial, dana pembangunan lingkungan yang besarnya ditentukan oleh aturan masingmasing koperasi. SHU ini merupakan sumber modal sendiri yang nilainya ditentukan oleh pendapatan yang dihasilkan oleh koperasi, besaran biaya, alokasi modal kerja, partisipasi anggota, profesionalitas manajemen koperasi, dan perputaran modal kerja. Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Riyanto (2008, h. 25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alatalat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki
hubungan perusahaan.
dengan
harga
saham
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas A. Current Ratio (Rasio Lancar) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio
yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009, h. 10). Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001, h. 28) : 1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar. 2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar. 3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Current ratio
Aktiva Lancar x 100% Utang Lancar
B. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang
likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009, h. 10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
Quick ratio C.
Aktiva Lancar - persediaan x 100% Utang Lancar
Cash ratio (Rasio Kas) Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain
cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
Cash ratio
Kas x 100% Utang Lancar PROSEDUR SISTEM BERJALAN
Modal kerja memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan, karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini juga berlaku pada KopKar Makmur Niaga yang merupakan wadah bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan khususnya pinjam meminjam. Kopkar Makmur Niaga selama ini tidak pernah melakukan analisis terhadap modal kerja, sehingga tidak pernah diketahui apakah penggunaan modal kerja sudah dilakukan dengan baik atau tidak. Dalam menerbitkan piutang anggota, anggota tidak pernah mengetahui seberapa besar modal kerja yang dimiliki oleh koperasi itu sendiri, sehingga meneyebabkan anggota tidak mengetahui jumlah pinjaman yang bisa mereka pinjam. Dengan sistem yang berjalan seperti ini, maka perlu dilakukan analisis penggunaan modal kerja, sehingga dapat diketahui bagaimana sebenarnya kesehatan koperasi dan dapat dilakukan penyediaan modal kerja yang lebih baik.
Permasalahan Selama ini anggota tidak mengetahui jumlah pinjaman yang bisa mereka pinjam, hal itu disebabkan karena tidak pernah dilakukannya analisis penggunaan modal kerja, yang bertujuan untuk dapat mengetahui apakah koperasi sudah melakukan pengunaan modal kerja dengan baik atau tidak, dan apakah koperasi memang benar mendapatkan laba dalam setiap periodenya. Alternatif Pemecahan Masalah Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka penulis membuat analisis penggunaan modal kerja sesuai dengan standar akuntansi. Dengan adanya analisis penggunaan modal kerja maka pimpinan perusahaan dapat membuat keputusankeputusan yang baik untuk dijalankan, serta dapat memikirkan langkah-langkah yang baik untuk mencari sumber dana untuk modal kerja dalam setiap periode akuntansi, serta menggunakan dana yang menganggur (jika ada) untuk mendanai k e g i a t a n ya n g p r o d u k t i f s e h i n g g a pendapatan perusahaan semakin bertabah.
RANCANGAN SISTEM USULAN Adapun perhitungan rasio likuiditas nya adalah sebagai berikut : Tabel IV.2 Perhitungan Rasio Likuiditas Keterangan Current Ratio (Rasio Lancar) Quick Ratio (Rasio Cepat) Cash Ratio (Rasio Kas)
2010
2011
2012
Rata-rata
120,75%
133,03%
150,41%
134,73%
113,65%
129,40%
148,27%
130,44%
2,10%
3.21%
0.89%
2,07%
Pembahasan Berdasarkan hasil pengelolaan data tersebut dapat jawab tentang kinerja Kopkar Makmur Niaga dari tahun ke tahun dalam penggunaan modal kerja, dimana data tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan yang berhubungan dengan modal kerja yang merupakan selisih antara aktiva lancar dan utang lancar, serta dengan perhitungan rasio likuiditas. Pada tahun 2010, Kopkar Makmur Niaga hanya memiliki modal kerja sebesar Rp 355.886.869, yang artinya Kopkar Makmur Niaga harus bisa menggunakan modal kerjanya sebaik mungkin, agar bisa mencukupi kebutuhan operasionalnya. Di tahun 2011, modal kerja koperasi mengalami peningkatan sebesar Rp206.106.153, yang artinya Koperasi memiliki modal kerja sebesar Rp561.993.022. Peningkatan modal kerja ini dapat dilihat dari kas yang mengalami kenaikan sebesar Rp 18.620.367 menjadi Rp 54.668.250, piutang simpan pinjam anggota juga terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari angka Rp 1.822.292.075 menjadi Rp 2.064.257.526, yang artinya mengalami peningkatan sebesar Rp 241.965.451. Disusul dengan kenaikan piutang elektronik dan piutang lain-lain. Walaupun terjadi penurunan pada persediaan barang retail sebesar Rp 52.316.024, namun simpanan sukarela anggota juga mengalami penurunan sebesar Rp 13.591.074 sehingga tidak berdampak besar pada modal kerja koperasi. Sedangkan pada tahun 2012, modal kerja koperasi mengalami peningkatan yang signifikan menjadi Rp 1.310.532.463, yang artinya modal kerja koperasi meningkat sebesar Rp 748.539.441. Peningkatan modal kerja ini terjadi karena terdapat piutang wika beton sebesar Rp 228.820.000, peningkatan piutang simpan pinjam dari angka Rp 2.064.257.526 menjadi Rp 2.238.807.540, yang artinya piutang simpan pinjam
anggota meningkat sebesar Rp 174.550.014. pada piutang elektronik juga terjadi peningkatan sebesar Rp 5.914.800 menjadi Rp80.951.800. Hal yang sama juga terlihat pada piutang lain-lain yang mengalami kenaikan yang sangat signifikan, yaitu dari angka Rp 7.678.231 menjadi Rp 1.282.978.977, artinya piutang lain-lain meningkat sebesar Rp1.275.300.746. Walaupun Simpanan Sukarela yang menjadi utang jangka panjang mengalami kenaikan dari angka Rp 1.701.418.261 menjadi Rp2.599.756.245, yang artinya mengalami kenaikan sebesar Rp 898.338.084, dan kas juga mengalami penurunan, namun dengan lebih besarnya jumlah kenaikan aktiva lancar, maka modal kerja koperasi masih dalam keadaan aman. Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas diatas, maka analisis modal kerja koperasi dapat disimpulkan sebagai berikut : Berdasarkan perhitungan rasio lancar tahun 2010, modal kerja koperasi berada pada angka 120,75%, artinya dengan Rp 100,- hutang lancar akan dijamin aktiva lancar sebesar 120,75%. Pada tahun 2011 berada di angka 133,03%, ini berarti setiap Rp 100,hutang lancar, maka akan dijamin 133,03% dari aktiva lancar dan pada tahun 2012 berada pada angka 150,41%, yang artinya dengan Rp 100,- hutang lancar akan dijamin 150,41% oleh aktiva lancar. Berdasarkan perhitungan ke tiga tahun tersebut, maka dapat diketahui nilai rata-rata rasio lancar yaitu 134,73. Artinya dengan Rp 100,- hutang lancar akan dijamin aktiva lancar sebesar 134,73%. Berdasarkan perhitungan quick rasio (rasio cepat) pada tahun 2010 barada pada angka 113,65%, artinya setiap Rp100,- hutang lancar akan dijamin persediaan sebesar 113,65%, pada tahun 2011 menggambarkan modal kerja berada pada angka 129,40%, hal ini berarti setiap Rp100,- hutang lancar maka kan dijamin
dengan persediaan sebesar 129,40% sedangkan pada tahun 2012 berada pada angka 148,27%, artinya setiap Rp100,hutang lancar akan dijamin sebesar 148,27% persediaan. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka nilai rata-rata quick rasio adalah 130,44%, artinya dengan Rp 100,- hutang lancar maka akan dijamin persediaan sebesar 130,44%.
Sedangkan perhitungan berdasar cash rasio pada tahun 2010 berada pada angka 2,10%, pada tahun 2011 berada di angka 3,21% dan pada tahun 2012 berada pada angka 0,89%. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rata-rata perhitungan cash rasio adalah 2,07%, yang artinya dengan Rp 100,- hutang lancar, maka akan dijamin dengan kas sebesar 2,07%.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pengamatan dan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan rasio likuiditas, yaitu perhitungan rasio lancar (currentsi ratio) pada tahun 2010 berada pada angka 120,75%, pada tahun 2011 berada di angka 133,03% dan pada tahun 2012 berada pada angka 150,41%. Rata-rata selama 3 tahun adalah 134,73%. Dan hal ini menggambarkan modal kerja koperasi dalam kondisi yang sehat, karena Kopkar mampu menjamin setiap Rp100,-hutang lancar dengan aktiva lancar sebesar 134,73% 2. Berdasarkan perhitungan rasio cepat (quick rastio) pada tahun 2010 berada pada angka 113,65%, tahun 2011 di angka 129,40% dan pada tahun 2012 berada pada angka 148,27%. Maka perhitungan rata-rata selama 3 tahun yaitu 130,44%. Berdasarkan keputusan menteri tahun 2002, maka hasil perhitungan rata-rata rasio cepat menggambarkan modal kerja dalam kondisi sehat. Hal ini dapa dilihat dari kemampuan Kopkar dalam menjamin
setiap Rp100,- hutang lancar dengan 130,44% aktiva lancar 3. Dari perhitungan rasio kas (cash ratio) pada tahun 2010 ada di angka 2,10%, pada tahun 2011 berada pada angka 3,21% dan 0,89% pada tahun 2012. Perhitungan rata-rata selama 3 tahun adalah 2,07%, yang menggambarkan modal kerja koperasi kurang sehat, karena dengan Rp 100,- hutang lancar hanya bisa dijamin kas sebesar 2.07%. Saran Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka penulis menyarankan : 1. Koperasi Karyawan Makmur Niaga perlu melakukan analisis laporan keuangan dan melakukan perhitungan terhadap rasio likuiditas, agar dapat membantu pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan. 2. Koperasi Karyawan Makmur Niaga perlu melakukan pelatihan terhadap karyawan dalam hal analisis laporan keuangan. 3. Koperasi Karyawan Makmur Niaga perlu menerapkan sistem komputerisasi dalam pengelolaan data keuangan.
DAFTAR PUSTAKA Partomo, Tiktik Sartika. 2009, Ekonomi Cetakan Pertama Februari. http://y0s3.wordpress.com/2010/01/11/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal-kerja/, diakses 28 agustus 2013 http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Isroah,%20Dra.%20M.Si./Lap-hasil%20penel%20kop16-1-07.doc, diakses 28 agustus 2013 http://www.kajianpustaka.com/2012/12/rasio-likuiditas.html, diakses 28 agustus 2013