ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA DALAM IKLAN ROKOK SAMPOERNA A-MILD Luh Krisya Bawanti1, Ida Bagus Putrayasa1, I Made Sutama2 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan struktur frasa iklan rokok Sampoerna A-Mild, (2) mendeskripsikan struktur klausa iklan rokok Sampoerna A-Mild, (3) mendeskripsikan struktur kalimat iklan rokok Sampoerna A-Mild, (4) mendeskripsikan struktur morfologis iklan rokok Sampoerna A-Mild, dan (5) mendeskripsikan daya persuasif iklan rokok Sampoerna A-Mild. Subjek penelitian ini adalah wacana Iklan rokok Sampoerna A-Mild. Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tidak ditemukan adanya struktur frasa dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild, (2) struktur klausa dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild yang ditemukan sebanyak satu buah, yaitu struktur subjek-predikat (S-P), (3) struktur kalimat dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild ditemukan sebanyak 15 buah, meliputi struktur (S-P) sebanyak sembilan buah iklan, struktur (P-S) sebanyak satu buah iklan, struktur (S-P-O) sebanyak tiga buah iklan, struktur (S-P-O-K) sebanyak satu buah iklan, dan struktur (K-P) sebanyak satu buah iklan, (4) struktur morfologis dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild meliputi afiksasi (prefiks meN-,ber-, di-, ter-; sufiks -nya, in; konfiks per-an; imbuhan gabung meN-kan) dan reduplikasi, (5) daya persuasif dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild meliputi daya rasional dan daya emosional yang terdiri atas dua iklan yang memiliki aspek seks, tiga iklan yang memiliki aspek rasa takut, dan sepuluh iklan yang memiliki aspek animasi. Kata kunci: penggunaan bahasa, iklan rokok Sampoerna A-Mild
Abstract This study aims to (1) describe the structure of the phrase ad-Sampoerna A Mild cigarettes, (2) describe the structure of the clause ad-Sampoerna A Mild cigarettes, (3) describe the structure of sentences ad-Sampoerna A Mild cigarettes, (4) describe the morphological structure of advertising Sampoerna A Mild cigarette-and (5) describe the power of persuasive advertising-Sampoerna A Mild cigarette. The subjects were discourse Ad-Sampoerna A Mild cigarettes. The object of this research is the use of language in the ad-Sampoerna A Mild cigarettes were assessed from descriptive and persuasive language. Collecting data in this study using documentation. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis techniques. The results showed that (1) did not reveal any structural phrases in ad-Sampoerna A Mild cigarettes, (2) the structure of the clause in the ad-Sampoerna A Mild cigarettes are found as many as one piece, which is the subject-predicate structure (S-P), (3) the structure of the sentence in the adSampoerna A Mild cigarettes found as many as 15 pieces, including structure (S-P) as many as nine ads, structure (P-S) as a single ad, structures (S-P-O) as many as three pieces of advertising, structure (S-P-O-K) as an advertising piece, and structures (K-P) as one piece, (4) morphological structure in cigarette advertising Sampoerna A Mild-covering affixation (prefix meN-, ber-, di-, ter-; suffix -nya, -in; konfiks per-an; affixes joined meN-
kan) and reduplication. (5) persuasive power in cigarette advertising Sampoerna A Mild include power-rational and emotional power that consists of two ads that have a sexual aspect, three ads that have aspects of fear, and ten ads that have animation aspects. Keywords: the use language, ad-Sampoerna A Mild cigarettes
PENDAHULUAN Bahasa memiliki arti penting yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis (Alwi, dkk. 2003:7). Bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasi yang banyak dimanfaatkan dan digunakan dalam berbagai situasi komunikasi, memungkinkan penutur dalam bahasa tulis memilih variasi bahasa yang digunakan karena dalam bahasa tulis penutur tidak langsung berhadapan dengan petutur, sedangkan dalam bahasa lisan, penutur lebih mudah menyampaikan informasi karena berhadapan langsung dengan petutur. Seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan menyampaikan pendapat atau informasi melalui bahasa sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Sebagai alat utama yang digunakan dalam komunikasi dan informasi, bahasa tulis maupun lisan telah banyak dijumpai dalam media elektronik maupun media cetak. Salah satu bentuk pemakaian bahasa dalam komunikasi seperti yang ada dalam media massa, dalam hal ini berupa iklan. Iklan sebagai salah satu media massa mempunyai fungsi untuk menyampaikan informasi dan pesan kepada pembaca. Iklan adalah penyampaian pesan lewat media-media secara sugestif untuk mengubah, menggerakkan tingkah laku atau minat masyarakat untuk melakukan sesuatu yang bersifat positif (Pujiriyanto,2005). Bahasa yang dipergunakan dalam iklan di media massa dan elektronik seringkali tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Iklan memerlukan tampilan yang dikemas dengan bahasa membumi, kontekstual, dan „gaul‟. Kondisi ini yang menyebabkan ada
keprihatinan pada banyak kalangan. Bahasa iklan bukan semata-mata rangkaian kata atau slogan untuk mengesankan konsumen, tetapi harus ada susunan yang logis. Dengan kata lain, melalui pilihan bahasa yang tepat diharapkan iklan dapat memberi pembelajaran yang positif pada berbagai kalangan masyarakat Indonesia untuk malu melakukan sesuatu perbuatan, pekerjaan, kebiasaan, dan tingkah laku yang kurang baik. Iklan merupakan salah satu kegiatan komunikasi. Iklan digunakan sebagai penyampai pesan produsen mengenai suatu produk tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak (calon konsumen) sehingga mereka tertarik untuk membeli produk yang mereka tawarkan. Dalam pembuatan iklan, produsen berusaha menyampaikan pesan kepada konsumen dalam bentuk lambang bermakna melalui suatu media, di antaranya yaitu media cetak. Lambang makna yang dimaksud adalah bahasa. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam periklanan walaupun masih banyak lagi alat komunikasi yang lain, seperti gambar, warna dan bunyi. Sebagian pembaca tidak akan langsung memahami makna iklan tersebut. Tidaklah mengherankan jika bahasa iklan cenderung diciptakan unik, selalu singkat dan selalu menciptakan kata-kata baru. Salah satu iklan rokok yang menjadi perhatian yaitu Sampoerna A-Mild yang mempunyai slogan “teman bisa menyejukkan hati” Jika diperhatikan, data tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan iklan yang dimaksud. Produk yang diiklankan berupa produk rokok “Sampoerna”. Maka dari itu, andalan slogan dalam iklan rokok ini adalah “teman bisa menyejukkan hati”. Jika merujuk pada pengertian sebuah iklan, dapat dipastikan bahwa iklan A-Mild diproduksi tentunya bertujuan untuk mengajak khalayak ramai agar membeli
dan mengkonsumsi rokok A-Mild. Hal yang wajar apabila pemaknaan pembaca tentang iklan rokok tersebut, berbeda dengan apa sebenarnya yang ingin diacu oleh iklan AMild. A-Mild merupakan jenis rokok sigaret kretek mesin mild yang diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989. Saat ini, AMild diproduksi di pabrik Karawang dan Sukorejo. Pada tahun 2009, A-Mild menjadi produk rokok terdepan di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 10,7%. Namun, pada tahun 2011, A-Mild mempertahankan posisi sebagai merek rokok dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. A-Mild merupakan rokok rendah nikotin (Low Tar Low Nicotine) pertama di Indonesia dengan komposisi tar/nikotin 14 mg/1.0 mg (Muhardis, 2011:10). Selain rendah tar dan rendah nikotin, rokok A-Mild juga memiliki keunggulan lain seperti: (1) Rokok A-Mild, adalah rokok yang proses lintingannya menggunakan mesin. Penggunaan mesin diharapkan agar rokok terkemas dengan bersih dan padat. Jadi, tidak perlu lagi memukul-mukulkannya ke telapak tangan. Kertas pembungkus rokok terdiri dari dua lapis. Hal ini dilakukan, agar minyak tembakau tidak merembes ke permukaan rokok, sehingga rokok akan selalu terlihat bersih, warnanya pun tidak menguning. (2) Rokok A-Mild adalah rokok putih yang berasa manis. Rasa manis ini dapat dirasakan pada bagian pangkal rokok (filter). Filter ini berfungsi untuk menyaring asap rokok yang dihirup ke dalam mulut, sehingga candu sisa pembakaran tembakau, tidak terlalu melekat pada gigi dan tidak menyebabkan berubahnya warna gigi (Muhardis, 2011:12) Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, di akhir tahun 1989, tepatnya pada tanggal 18 Desember 1989, PT HM Sampoerna, Tbk membuat gebrakan dengan meluncurkan A-Mild ke pasaran. Peluncuran ini mengagetkan banyak pihak, terutama industri rokok saat itu. Pasalnya produk A-Mild merupakan produk yang unik, yang tidak tergolong dalam kategori manapun, dari tiga kategori besar rokok yang ada saat itu, yaitu sigaret keretek tangan (SKT), sigaret keretek mesin (SKM) reguler, dan sigaret putih mesin (SPM). Muhammad Warsianto, salah satu tokoh di balik lahirnya A-Mild,
mengatakan bahwa sejak awal A-Mild memang sudah dirancang untuk menjadi produk yang tidak ada duanya di pasar domestik (http://trifanny.wordpress.com diakses pada tanggal 20 Juni 2015). Mengamati berbagai iklan yang ditampilkan media massa setiap hari, iklan rokok dikemas berbeda dari iklan lain. Iklan produk lain bersifat “vulgar”, pesan disampaikan langsung dan jelas, sedangkan iklan rokok justru terbilang “sofisticated”. Iklan rokok terbilang “sofisticated” karena hal ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No 81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan (Kalsum, 2008). Dengan adanya peraturan tersebut, pengiklan dituntut kreatif dalam membuat iklan, agar iklan bisa diterima masyarakat dan tidak melanggar peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, berkaitan pula dengan penggunaan bahasa pada iklan yang tepat. Penggunaan bahasa yang baik dan benar pada iklan perlu dilakukan guna menunjang daya persuasi iklan. Alasan penulis menjadikan iklan rokok Sampoerna A-Mild sebagai bahan penelitian karena iklan ini merupakan iklan komersial yang relatif memiliki jumlah yang mencukupi. Hal ini memungkinkan iklan rokok Sampoerna A-Mild dijadikan sebagai subjek penelitian. Iklan rokok Sampoerna A-Mild telah membuka kemungkinan multiinterpretasi dengan sangat terbuka. Wacana dalam iklan rokok Sampoerna AMild menekankan pada ketidakstabilan makna-makna. Berbeda dengan tanda lampu lalu lintas yang memiliki makna ideologis yang mapan. Sebuah iklan rokok Sampoerna A-Mild ternyata tidak sematamata mempunyai fungsi untuk mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan (rokok Sampoerna A-Mild), yang mempunyai "nilaiguna sebuah iklan" saja, melainkan iklan ini menghadirkan sebuah perspektif dari fragmen-fragmen, dari teks-teks lain, kodekode lain (Wicaksono, 2011). Selanjutnya, peneliti memilih jenis rokok Sampoerna AMild karena rokok ini merupakan produk rokok keluaran Sampoerna yang mempunyai pangsa pasar besar di Indonesia (Wicaksono, 2011). Rokok ini memiliki banyak peminat, khususnya
konsumen para remaja. Kebanyakan dari mereka yang menginginkan produk rokok dengan kadar nikotin rendah. Selain itu, kesan yang ingin ditonjolkan dari produk rokok A-Mild ialah memiliki kemasan yang menarik tanpa mengurangi rasa kenikmatan sehingga menjadi icon rokok mild di Indonesia. Penelitian yang berkaitan dengan pemakaian bahasa pernah dilakukan oleh Dedi Rohmadi (2011) dengan judul “Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)”. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti rancang. Persamaan tersebut terletak pada objek penelitian, yaitu samasama menganalisis penggunaan bahasa. Kendati demikian, subjek penelitianlah yang membedakan. Subjek penelitian Dedi Rohmadi (2011) adalah Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka, sedangkan subjek penelitian ini adalah iklan rokok Sampoerna A-Mild. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian bahasa pada media ini tidak mendapat perbaikan dan memang tidak memperhatikan kaidah atau aturan penulisan yang baik dan benar. Struktur kalimat dan pilihan katanya jelas tidak mendapat perbaikan dan tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku atau ejaan yang disempurnakan. Selain itu, penelitian kedua, berjudul “Penggunaan Bahasa dalam Poster di Kota Lampung serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP” oleh Evia Nurul Fahmi (2012). Evia (2012) meneliti penggunaan bahasa yang terdapat dalam poster di Kota Lampung. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti rancang, yaitu sama-sama meneliti penggunaan bahasa dan dirancang dengan menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaannya, Evia Nurul meneliti penggunaan bahasa pada poster sedangkan yang peneliti teliti ialah penggunaan bahasa pada iklan rokok Sampoerna A-Mild. Selain itu, subjek penelitian Evia Nurul berbeda dengan yang diteliti peneliti. Subjek penelitian Evia Nurul
(2012) adalah poster di Kota Lampung, sedangkan subjek penelitian ini adalah iklan rokok Sampoerna A-Mild. Penelitian ketiga berjudul “Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi” oleh Zahrulia Arina Rinanda (2012). Yang membedakan dengan penelitian ini adalah subjek dan objek penelitiannya. Subjek penelitian tersebut adalah wacana iklan brosur provider telekomunikasi, sedangkan subjek penelitian ini adalah wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild. Objek penelitian Zahrulia adalah struktur kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi, sedangkan objek penelitian ini adalah wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild yang tercetak. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:(1) Bagaimanakah struktur frasa iklan rokok Sampoerna AMild?, (2) Bagaimanakah struktur klausa iklan rokok Sampoerna A-Mild?, (3) Bagaimanakah struktur kalimat iklan rokok Sampoerna A-Mild?, (4) Bagaimanakah struktur morfologis bahasa iklan dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild?, (5) Bagaimana daya persuasif iklan rokok Sampoerna AMild? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur frasa iklan rokok Sampoerna A-Mild, (2) struktur klausa iklan rokok Sampoerna A-Mild, (3) struktur kalimat iklan rokok Sampoerna AMild, (4) struktur morfologis bahasa iklan dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild, (5) daya persuasif iklan rokok Sampoerna AMild. METODE PENELITIAN Uraian metode penelitian ini meliputi (1) rancangan penelitian, (2) sumber data, (3) subjek penelitian dan objek penelitian, (4) metode pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, dan (6) metode analisis data. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Rancangan desriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dari sifat populasi. Melalui rancangan penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan struktur
frasa, struktur klausa, struktur kalimat, struktur morfologis, dan daya persuasif iklan rokok Sampoerna A-Mild. Subjek penelitian ini adalah wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild yang tercetak. Objek yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah metode dokumentasi. Alat bantu yang digunakan ialah berupa kartu data. Contoh kartu data 1 untuk struktur frasa, struktur klausa, struktur kalimat, dan struktur morfologis. No. Data : ............................ Jenis data : ........................... Data : ............................. Analisis data : ............................. Contoh kartu data 2 untuk daya persuasif dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild No.Data:............................................... Data :.................................................. Keterangan Daya Daya Pers Rasion uasif al Rasa takut Daya (fear) Emosi Humor onal Animasi Seks Musik Fantasi Pada penelitian ini metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis data deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pemrosesan ini yakni, (1) Identifikasi data, (2) reduksi data, (3) Klasifikasi data, (4) Deskripsi data, (5) Penarikan simpulan. Analisis data deskriptif kualitatif diarahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas, rinci, dan memadai berkenaan dengan struktur frasa, struktur klausa, struktur kalimat, struktur morfologis, dan daya persuasif iklan rokok Sampoerna A-Mild.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sumber data dari penelitian ini adalah wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild yang tercetak. Jumlah iklan yang diperoleh ialah sebanyak 15 buah,11 iklan rokok Sampoerna A-Mild dalam bentuk poster dan 4 iklan rokok Sampoerna A-Mild dalam bentuk iklan tercetak. Peneliti menggunakan camera digital dan handphone untuk mendokumentasikan. Hasil penelitian ini mencakup lima hal, yaitu (1) struktur frasa iklan rokok Sampoerna AMild, (2) struktur klausa iklan rokok Sampoerna A-Mild, (3) struktur kalimat iklan rokok Sampoerna A-Mild, (4) struktur morfologis iklan rokok Sampoerna A-Mild, dan (5) daya persuasif iklan rokok Sampoerna A-Mild. Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah 15 buah iklan rokok Sampoerna A-Mild tercetak. Dari kelima belas buah iklan yang diperoleh, terdapat satu buah iklan yang memiliki dua wacana iklan sekaligus. Jadi, jumlah keseluruhan wacana iklan dan kartu data yang diperoleh ialah sebanyak 16 buah. Masing-masing kartu data berisi satu buah wacana iklan. Dalam hal ini, Sampoerna A-Mild tampil dengan 5 versi slogan iklan, yaitu terdiri atas Others Can Only Follow' (2002-2004), How Low Can You Go?' (1994-1996), Bukan Basa Basi (1996-2005), Tanya Kenapa? (2005-2009), dan Go Ahead (2009-sekarang) (Bohlam, 2008). Namun, dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada analisis iklan dengan slogan versi bukan basa-basi sebanyak enam buah, tanya kenapa sebanyak enam buah, dan tiga versi wacana iklan Go Ahead. Hal ini dikarenakan jumlah data iklan yang diperoleh peneliti hanya mencakup sebanyak lima belas buah wacana iklan itu saja. Maka dari itu, versi iklan bukan basa-basi, tanya kenapa, dan go ahead lainnya tidak peneliti masukkan menjadi subjek penelitian. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, peneliti tidak menemukan adanya struktur frasa dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild. Namun, peneliti menemukan adanya struktur klausa, struktur kalimat, struktur morfologis, dan daya persuasif dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild. Struktur klausa yang
peneliti temukan dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild ialah sebanyak 1 buah, yaitu struktur fungsi subjek-predikat (S-P) saja. Selanjutnya, struktur kalimat yang peneliti temukan sebanyak 15 buah, yang terdiri atas struktur fungsi kalimat berupa subjek-predikat (S-P) sebanyak 9 buah, struktur predikat-subjek (P-S) sebanyak 1 buah, struktur subjek-predikat-objek (S-PO) sebanyak 3 buah, struktur subjekpredikat-objek-keterangan (S-P-O-K) sebanyak 1 buah, dan struktur keteranganpredikat (K-P) sebanyak 1 buah. Selanjutnya, diperoleh sebanyak 12 wacana iklan yang memiliki struktur morfologis (prefiks, sufiks, konfiks, imbuhan gabung) dan reduplikasi. Berikutnya, diperoleh 12 iklan yang memiliki daya persuasif rasional dan 13 iklan yang memiliki daya persuasif emosional (2 iklan dengan aspek seks, 3 iklan dengan aspek rasa takut, dan 10 iklan dengan aspek animasi). Struktur frasa tidak ditemukan dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild karena dalam data iklan yang peneliti peroleh tidak ada wacana iklan yang hanya berupa gabungan dua kata atau lebih yang secara gramatikal bernilai sama dengan sebuah kata yang tidak bisa berfungsi sebagai subjek atau predikat dalam konstruksi itu (Keraf, 1978:77). Sementara itu, struktur klausa peneliti temukan pada data dengan kode (DSA-7) berikut.
(1)dia ingin ngadem, gue ingin ngikut S P S P (DSA-7) Data dengan kode (DSA-7) mengandung unsur klausa karena memiliki struktur subjek-predikat (S-P) dan diawali dengan huruf kecil tanpa ada tanda baca yang mengakhiri. Yang menempati unsur subjek ialah dia dan gue dan yang berfungsi sebagai predikat ialah ingin ngadem dan ingin ngikut. Selanjutnya, struktur kalimat yang peneliti temukan dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild meliputi struktur fungsi kalimat seperti subjek-predikat (S-P), struktur predikat-subjek (P-S), struktur subjek-predikat-objek (S-P-O), struktur subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-OK), dan struktur keterangan-predikat (K-P).
Berikut, salah satu data iklan yang memiliki struktur fungsi kalimat seperti subjekpredikat (S-P). (1) Yang lebih muda yang gak dipercaya (DSA-6) Data iklan dengan kode (DSA-6) memiliki stuktur subjek-predikat. Yang berfungsi sebagai subjek ialah yang lebih muda dan yang berfungsi sebagai predikat ialah yang gak dipercaya. Selain struktur fungsi kalimat berupa subjek-predikat (S-P), peneliti juga menemukan data iklan yang memiliki struktur kalimat seperti predikatsubjek (P-S). data iklan yang berstruktur predikat-subjek (P-S) peneliti temukan pada data iklan dengan kode (DSA-4) berikut. (2) Terima perbedaan (DSA-4) Data dengan kode (DSA-4) memiliki struktur predikat-subjek karena letak predikatnya di depan subjek. Yang berfungsi sebagai predikat ialah terima dan yang berfungsi sebagai subjek ialah perbedaan. Berikutnya, data iklan yang berstruktur (S-P-O) berjumlah 3 buah. Berikut salah satu iklan yang mengandung struktur (S-P-O) tersebut. (3) Asap rokokmu membunuh orang di sekitarmu (DSA-8) Data iklan dengan kode (DSA-8) memiliki struktur kalimat berupa subjekpredikat-objek. Yang berfungsi sebagai subjek ialah asap rokokmu, membunuh berfungsi sebagai predikat, dan orang di sekitarmu berfungsi sebagai objek. Selanjutnya, data iklan yang berstruktur subjek-predikat-objekketerangan (S-P-O-K) juga peneliti temukan pada data iklan dengan kode (DSA-10). Berikut data iklan dengan kode (DSA-10). (4) Banyak hal yang tidak bisa terungkap oleh kata-kata karena tidak bisa diam begitu saja (DSA-10) Pada data dengan kode (DSA-10), banyak hal berfungsi sebagai subjek, yang tidak bisa terungkap berfungsi sebagai predikat, oleh kata-kata berfungsi sebagai objek, dan karena tidak bisa diam begitu saja berfungsi sebagai keterangan. Berikutnya, peneliti kembali menjumpai data iklan Sampoerna A-Mild yang memiliki struktur fungsi keteranganpredikat (K-P). Struktur tersebut terlihat pada kode (DSA-15).
(5) Mula-mula malu-malu, lama-lama mau. (DSA-15) Terlihat kata mula-mula berfungsi sebagai keterangan waktu ke-1 dan kata lama-lama sebagai keterangan waktu ke-2, sedangkan kata malu-malu berfungsi sebagai predikat ke-1 dan kata mau sebagai predikat ke-2. Data pada kode (DSA-15) digolongkan sebagai kalimat karena memiliki struktur fungsi kalimat berupa keterangan-predikat (K-P). Selain itu, data iklan dengan kode (DSA-15) juga memiliki syarat sebuah kalimat, yaitu diawali dengan huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda baca, seperti tanda titik (.) (Putrayasa, 2007:20). Berikutnya, struktur morfologis yang peneliti temukan dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild ialah prefiks (awalan meN-,ber-,di-, dan ter-), sufiks (akhiran nya,-in), konfiks (per-an), dan imbuhan gabung (meN-kan), serta reduplikasi. Berikut data iklan yang mengandung prefiks meN(6) Asap rokokmu membunuh orang di sekitarmu (DSA-8) Pada data dengan kode (DSA-8), kata membunuh memeroleh prefiks meN-. Kata membunuh dibentuk oleh kata dasar bunuh dan memeroleh prefiks atau awalan meNsehingga bentuknya menjadi membunuh. Sesuai dengan teori, prefiks atau awalan meN- akan berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/,/p/, /f/. Sehingga, dari kata membunuh memeroleh awalan atau prefiks meN- + bunuh maka menjadi membunuh (Putrayasa, 2008: 12). Selain diperoleh data iklan yang mengandung prefiks meN-, terdapat pula iklan yang mengandung prefiks ber-.
Berikut data iklan yang mengandung prefiks ber- tersebut. (7) Teman sejati selalu berbagi, pacar bisa dibagi? (DSA-1) Pada data dengan kode (DSA-1) terdapat kata yang mengandung prefiks atau awalan ber-. Kata yang mengandung prefiks ber- ialah berbagi. Dalam hal ini, kata berbagi dibentuk oleh kata dasar bagi dan mendapat awalan ber- sehingga menjadi berbagi. Perubahan bentuk dasar
bagi dan mendapat awalan ber- menjadi berbagi memiliki arti yang berbeda dengan kata dasar. Arti dari kata berbagi ialah membagi sesuatu bersama. Selanjutnya, peneliti juga menemukan data iklan yang mengandung prefiks atau awalan di- dan ter-. Berikut data iklan yang mengandung prefiks di- dan ter- tersebut. (8) 12 limited edisien siap untuk dikoleksi (DSA-5) (9) Banyak hal yang tidak bisa terungkap oleh kata-kata karena tidak bisa diam begitu saja (DSA-10) Pada data dengan kode (DSA-5) di atas terdapat kata yang mengandung prefiks di-, yaitu pada kata dikoleksi. Dalam hal ini, kata dikoleksi dibentuk oleh kata dasar koleksi dan mendapat awalan disehingga menjadi dikoleksi. Perubahan bentuk dasar koleksi dan mendapat awalan di- menjadi dikoleksi memiliki arti yang berbeda dengan kata dasar. Arti dari kata dikoleksi ialah dikumpulkan. Selanjutnya, pada data dengan kode (DSA-10) terdapat kata yang memiliki prefiks ter-, yaitu pada kata terungkap. Dalam hal ini, kata terungkap dibentuk oleh kata dasar ungkap ditambah dengan prefiks atau awalan tersehingga bentuknya menjadi terungkap yang dalam KBBI artinya dapat diungkapkan; terbongkar; diketahui. Berikutnya, salah satu data yang mengandung sufiks –nya pada kode (DSA12b), dan data yang mengandung sufiks –in pada kode (DSA-12a). (10) Waktunya unjuk gigi (DSA-12b) (11) Mami, kenalin pacar baru saya (DSA-12a) Selanjutnya, untuk data iklan yang memiliki sufiks –nya dan –in, peneliti temukan pada data iklan dengan kode (DSA-12b) dan (DSA-12a). Pada data dengan kode (DSA-12b) di atas, kata yang mengandung sufiks –nya terletak pada kata waktunya. Kata waktunya dibentuk oleh kata dasar waktu (seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung) dan mendapat sufiks atau akhiran -nya sehingga bentuknya menjadi waktunya. Sementara itu, sufiks –in ditemukan pada kata kenalin. Kata kenalin dibentuk oleh kata dasar kenal yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya tahu dan teringat
kembali. Kemudian, kata kenal memeroleh akhiran atau sufiks –in sehingga bentuknya menjadi kenalin. Selain terdapatnya prefiks dan sufiks, peneliti juga menjumpai dua data yang masing-masing mengandung konfiks per-an dan imbuhan gabung meN-kan pada iklan rokok Sampoerna A-Mild. Data iklan yang mengandung konfiks terdapat pada iklan dengan kode (DSA-4) berikut. (12) Terima perbedaan (DSA-4) Data iklan yang mengandung imbuhan gabung terdapat pada iklan dengan kode (DSA-11) berikut. (13) Teman bisa menyejukkan hati (DSA11) Pada data dengan kode (DSA-4) terdapat kata yang mengandung konfiks per-an, yaitu terletak pada kata perbedaan. Dalam hal ini, kata perbedaan terbentuk oleh kata dasar beda dan mendapat konfiks per-an sehingga bentuknya menjadi perbedaan. Kata dasar beda memiliki arti sesuatu yg menjadikan berlainan (tidak sama) antara benda yg satu dan benda yg lain; ketidaksamaan (dalam KBBI). Sedangkan, setelah mendapatkan awalan per- dan akhiran –an sehingga bentuknya menjadi perbedaan. Arti dari kata perbedaan ialah selisih: perpecahan terjadi krn - paham; perihal yg berbeda; perihal yg membuat berbeda (dalam KBBI). Sementara itu, kata yang mengandung imbuhan gabung (meN-kan), yaitu terletak pada kata menyejukkan. Kata menyejukkan terbentuk oleh kata sejuk yang artinya berasa atau terasa dingin dan mendapat awalan meN- dan akhiran -kan sehingga menjadi menyejukkan. Sesuai dengan teori, prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/. Maka, fonem /s/ mengalami peluluhan. Dalam hal ini kata menyejukkan berasal dari kata dasar sejuk, meN- + sejuk + kan = menyejukkan (Putrayasa,2008:12). Reduplikasi atau pengulangan juga terdapat pada dua iklan rokok Sampoerna A-Mild yang peneliti peroleh. Berikut, salah satu data iklan yang mengalami reduplikasi atau pengulangan tersebut. (14) Banyak hal yang tidak bisa terungkap oleh kata-kata karena
tidak bisa diam begitu saja (DSA10) Pada data dengan kode (DSA-10) terdapat frasa yang mengalami reduplikasi. Kata atau frasa yang mengalami bentuk reduplikasi ialah kata kata-kata. Kata katakata mengalami bentuk reduplikasi atau pengulangan yang mengalami bentuk reduplikasi atau pengulangan seluruh. Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks. Mengenai daya persuasif yang peneliti temukan pada wacana iklan Sampoerna A-Mild, ditemukan sebanyak 12 buah iklan yang memiliki daya persuasif rasional dan 13 buah iklan yang memiliki daya persuasif emosional. Dari 13 buah jumlah iklan yang memiliki daya persuasif emosional, terdapat 2 buah iklan yang memiliki aspek seks, 3 buah iklan yang memiliki aspek rasa takut, dan 10 buah iklan yang memiliki aspek animasi. Berikut salah satu wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild yang memiliki daya persuasif rasional (1) Gak liat depan gak jantan... (DSA-3) Data dengan kode (DSA-3) memiliki daya persuasif rasional. Dalam hal ini, data iklan dengan kode (DSA-3) berupaya memengaruhi pembaca iklan dengan penggunaan bahasa iklan yang konotatif. „Gak liat depan gak jantan”. Kesan yang ditampilkan oleh iklan dengan kode (DSA-3) ialah seorang laki-laki yang apabila tidak melihat ke depan maka dicap sebagai seseorang yang tidak “jantan” (tidak gagah dan berani). Oleh karena itu, iklan ini memengaruhi pembacanya bahwa dengan mengonsumsi rokok jenis Samperna AMild, maka seseorang akan bisa berpikir ke depan dan bergerak maju untuk meninggalkan yang lama. Dalam artian, tidak menoleh ke belakang. Kesan yang peneliti dapatkan ialah, dulunya hanya menatap ke belakang saat mengonsumsi produk lain, tetapi saat si pembaca mengonsumsi Sampoerna A-Mild, maka akan mampu bergerak dan maju agar kesan “jantan” yang dimaksudkan iklan tersebut tercapai. Selanjutnya, salah satu
data iklan yang memiliki daya persuasif emosional dengan aspek seks terletak pada data dengan kode berikut. (2) Mula-mula malu-malu, lama-lama mau. (DSA-15) Daya emosional seks dapat dilihat dari penggunaan frasa malu-malu dan lama-lama mau. Dari bentukan kata atau frasa malu-malu dan lama-lama mau diperoleh daya persuasif yang mengesankan kepada pembaca iklan bahwa penggunaan kata-kata tersebut menyimpan makna yang seksualitas dan pornografi. Namun, secara tidak langsung atau secara implisit penggunaannya digamblangkan. Dalam hal ini, tidak mengurangi daya persuasi yang ingin disampaikan lewat penggunaan bahasa dalam iklan tersebut. Dari mulanya agak malu-malu hingga akhirnya lama-lama menjadi mau. Dari yang agak malu-malu melakukan sesuatu yang bersifat negatif hingga kemudian lama-lama menjadi mau melakukan hal negatif tersebut. Selanjutnya, daya emosional rasa takut, peneliti temukan pada salah satu data iklan berikut. (3) Asap rokokmu membunuh orang di sekitarmu (DSA-8) Data dengan kode (DSA-8) menunjukkan adanya daya emosional aspek rasa takut. Daya emosional rasa takut dapat dilihat dari penggunaan frasa membunuh. Frasa membunuh menimbulkan rasa takut seseorang terhadap asap rokok. Karena asap rokok yang dihirup oleh si perokok pasif memiliki kandungan lebih besar dibandingkan dengan asap rokok si perokok aktif. Dalam hal ini, orang yang berperan sebagai perokok pasif memiliki risiko terkena penyakit atau risiko kematian lebih besar dibandingkan dengan orang yang berperan sebagai perokok aktif yang mengonsumsi rokok secara langsung. Efek dari asap rokok menimbulkan berbagai penyakit yang mematikan dan membunuh, karena itulah kesan rasa takut yang ditimbulkan dalam wacana iklan dengan kode (DSA-8) seolaholah membuat pembaca atau penikmat iklan menjadi takut dan jera terhadap rokok. Selain itu, berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan, terdapat pula iklan rokok Sampoerna A-Mild yang memiliki
daya persuasif emosional dengan aspek animasi. Berikut salah satu data iklan tersebut. (4) Asiknya ngumpul bareng (DSA-13) Daya emosional animasi pada data dengan kode (DSA-13) dapat dilihat dari penggunaan bahasa “asiknya ngumpul bareng”. Terkesan menimbulkan rasa kebersamaan saat berkumpul dengan orang-orang terkasih. Berkumpul bersama dengan orang-orang yang dapat memunculkan rasa aman dan nyaman. Wacana iklan dengan kode (DSA-13) ini menganimasikan sebuah rasa kebersamaan dan kekeluargaan saat berkumpul menikmati sesuatu sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi pelakunya. Animasi banyak orang yang bersama-sama sedang menikmati keasyikan dalam melakukan sesuatu. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan sebelumnya, pembahasan hasil penelitian disajikan sesuai dengan rumusan masalah pembahasan penelitian ini yang mencakup dua hal, yaitu 1) struktur frasa iklan rokok Sampoerna A-Mild, 2) struktur klausa iklan rokok Sampoerna A-Mild, 3) struktur kalimat iklan rokok Sampoerna AMild, 4) struktur morfologis iklan rokok Sampoerna A-Mild, dan 5) daya persuasif iklan rokok Sampoerna A-Mild. Pembahasan mengenai kajian bahasa deskriptif yang meliputi struktur frasa, struktur klausa, struktur kalimat, dan struktur morfologis, serta bahasa persuasif mengenai daya persuasif iklan rokok Sampoerna A-Mild. Tidak diperoleh data iklan yang memiliki struktur frasa dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya. Selanjutnya, diperoleh sebanyak satu buah iklan yang mengandung struktur klausa,yaitu struktur subjek-predikat (S-P). Dalam bahasa Indonesia, khususnya tentang sintaksis, untuk membedakan klausa dari kalimat ada semacam konvensi dalam kajian sintaksis, bahwa penulisan klausa tidak diawali dengan huruf besar dan tidak diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). Sebagaimana diatur dalam ejaan, penulisan kalimat diawali dengan huruf
besar dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanya (?) atau seru (!). Pemakaian tanda baca ini bergantung pada jenis kalimat tersebut. Kalimat berita diakhiri dengan tanda baca titik (.), kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya (?), dan kalimat seru diakhiri dengan tanda seru (!) (Putrayasa, 2007:12). Sementara itu, terdapat lima belas buah iklan yang mengandung struktur kalimat meliputi, struktur (S-P) sebanyak sembilan buah, struktur (P-S) sebanyak satu buah, struktur (S-P-O) sebanyak tiga buah, struktur (S-P-O-K) sebanyak satu buah, dan struktur (K-P) sebanyak satu buah. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, struktur kalimat yang paling banyak terdapat pada wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild ialah struktur kalimat, seperti subjek-predikat (S-P), yaitu sebanyak sembilan buah. Sedangkan struktur kalimat yang paling sedikit terdapat pada wacana iklan rokok Sampoerna AMild ialah struktur kalimat berupa predikatsubjek (P-S), struktur subjek-predikat-objekketerangan (S-P-O-K), dan struktur predikat-keterangan (P-K), yang masingmasing jumlahnya satu buah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zahrulia Arina Rinanda (2012) yang berjudul “Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi” yang menyatakan bahwa struktur kalimat yang terdapat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi berupa struktur fungsional kalimat seperti subjek-predikat-objekketerangan (S-P-O-K), subjek-predikatobjek (S-P-O), subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel), subjek-predikat-keterangan (S-PK), dan subjek-predikat (S-P). Selanjutnya, struktur morfologis yang terdapat pada iklan rokok Sampoerna AMild sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya ialah prefiks (meN-, ber-, di, dan ter-), sufiks (-nya, -in,), konfiks (per-an), imbuhan gabung (meN-kan), dan reduplikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, struktur morfologis paling banyak terdapat pada wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild ialah prefiks yang berjumlah lima buah (satu prefiks meN-, satu prefiks ber-, empat prefiks di-, dan satu prefiks ter-). Sementara itu, struktur morfologis paling sedikit yang ditemukan
dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild ialah konfiks, imbuhan gabung, dan reduplikasi yang jumlahnya masing-masing satu buah. Selanjutnya,daya persuasif yang diperoleh ialah daya rasional dan daya emosional (aspek seks, rasa takut, dan animasi). Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari keenam belas jumlah wacana iklan rokok Sampoerna A-Mild yang diperoleh, tidak ditemukan adanya wacana iklan yang memiliki struktur frasa, tetapi ditemukan satu buah iklan yang mengandung struktur klausa subjek-predikat (S-P), dan lima belas iklan yang mengandung struktur kalimat. Selanjutnya, dari keenam belas iklan yang dianalisis diperolehlah struktur morfologis iklan, yang hanya meliputi afiksasi (prefiks, sufiks, konfiks, imbuhan gabung) dan reduplikasi. Dan tidak semua iklan mengandung daya persuasif rasional maupun emosional karena hanya ada tiga iklan yang mengandung daya persuasif rasional dan terdapat empat iklan yang hanya mengandung daya persuasif emosional, serta sembilan iklan yang mengandung kedua daya persuasif, baik rasional maupun emosional. Daya persuasif iklan digunakan untuk memengaruhi pembaca atau konsumen terhadap produk yang diiklankan. Daya persuasif iklan berupaya menarik minat pembaca atau konsumen agar mau menggunakan produk-produk yang diiklankan. Selain itu, daya persuasif mengacu pada pendekatan yang digunakan untuk menarik perhatian konsumen atau memengaruhi perasaan mereka terhadap suatu produk. Suatu daya persuasif iklan dapat pula dipahami sebagai sesuatu yang menggerakkan orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan mereka untuk memengaruhi orang lain. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab IV, disampaikan beberapa simpulan sebagai berikut. Dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild, tidak ditemukan data iklan yang memiliki struktur frasa. Dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild ditemukan sebanyak satu buah iklan yang memiliki struktur klausa. Struktur klausa yang terdapat dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild yang peneliti temukan,
seperti subjek-predikat (S-P), yaitu berjumlah satu buah. Selanjutnya, dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild ditemukan sebanyak lima belas buah iklan yang memiliki struktur kalimat. Struktur kalimat yang terdapat dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild yang peneliti temukan, seperti subjek-predikat (S-P), yaitu berjumlah sembilan buah, struktur predikatsubjek (S-P) sebanyak satu buah, struktur subjek-predikat-objek (S-P-O) sebanyak tiga buah, struktur (S-P-O-K) sebanyak satu buah, dan struktur keterangan-predikat (KP) juga sebanyak satu buah. Artinya, tidak semua iklan rokok Sampoerna A-Mild dari jumlah keseluruhan enam belas wacana iklan yang memiliki struktur S-P saja, S-P-O saja, S-P-O-K saja, dan K-P saja tetapi beragam sesuai dengan jumlah yang diperoleh. Struktur morfologis dalam iklan rokok Sampoerna A-Mild, yaitu berupa afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi terdiri atas prefiks atau awalan (meN-,ber-, di-, dan ter), sufiks atau akhiran (-nya, dan –in), konfiks (per-an), dan imbuhan gabung (meN-kan). Tidak semua iklan mengandung daya persuasif rasional maupun emosional karena hanya ada tiga iklan yang mengandung daya persuasif rasional dan terdapat empat iklan yang hanya mengandung daya persuasif emosional, serta sembilan iklan yang mengandung kedua daya persuasif, baik rasional maupun emosional. Daya persuasif yang terdapat dalam iklan rokok Sampoerna AMild, yaitu daya persuasif rasional sebanyak dua belas iklan dan daya persuasif emosional sebanyak tiga belas buah iklan, yang terdiri atas dua iklan dengan aspek seks, tiga iklan dengan aspek rasa takut, dan sepuluh iklan dengan aspek animasi. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.Jakarta: Balai Pustaka.
Bohlam. 2008. Bedah Iklan Sampoerna.Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Fahmi, Evia Nurul. 2012. “Penggunaan Bahasa dalam Poster di Kota Lampung serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”. Skripsi, (tidak diterbitkan). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Kalsum, Ummi. 2008. “Kritik Sosial dalam Iklan (Analisis Iklan Sampoerna AMild)”. Skripsi, (tidak diterbitkan). Fakultas Dakwah. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Muhardis. 2011. “Iklan Rokok A-Mild: Suatu Tinjauan Semiotik”. Artikel (online). STKIP PGRI Sumatera Barat. Pujiriyanto, 2005. Desain Grafis Komputer: Teori Grafis Komputer. Yogyakarta. Andi. Putrayasa,I.B.2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama. -------.2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama. Rinanda, Zahrulia Arina. 2012. “Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Provider Telekomunikasi”. Skripsi, (tidak diterbitkan). Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Rohmadi, Dedi. 2011. “Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)”. Skripsi, (tidak diterbitkan). Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret. Trifanny. 2009. “Strategi A-Mild: PT hm Sampoerna tbk, Wujud Nyata Kebersihan Blue Ocean Strategy di Indonesia”. Tersedia pada http:www.wordpress.com. html (diakses tanggal 20 Juni 2015). Wicaksono, Andri. 2011. “Analisis Wacana Kritis Iklan Rokok Sampoerna A-Mild Edisi “Tanya Kenapa?”. Artikel (online).