ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DARAH PADA PALANG MERAH INDONESIA (PMI) UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG (UTDC) KOTA DEPOK
Oleh Wanda Akhdemila H24066032
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DARAH PADA PALANG MERAH INDONESIA (PMI) UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG (UTDC) KOTA DEPOK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh Wanda Akhdemila H24066032
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN DARAH PADA PALANG MERAH INDONESIA (PMI) UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG (UTDC) KOTA DEPOK
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh Wanda Akhdemila H24066032 Menyetujui,
Ir. Pramono D. Fewidarto Ms. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar. M.Sc Ketua Departemen Tanggal lulus:
Wanda Akhdemila. H24066032. Analisis Pengendalian Persediaan Darah Pada Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok. Di bawah bimbingan Pramono D Fewidarto.
ABSTRAK Palang Merah Indonesia merupakan salah satu instansi yang menyediakan darah selain instansi yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan. Guna memenuhi tugas tersebut, PMI membuat suatu unit khusus untuk melaksanakan tugas tersebut yaitu Unit Transfusi Darah atau UTD. UTD PMI harus dapat menyediakan darah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Pengendalian persediaan darah pada UTD dirasakan sangat penting karena apabila ada permintaan darah namun UTD tidak dapat menyediakan darah tersebut, maka ada kemungkinan pasien tersebut tidak tertolong. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui pengendalian persediaan darah dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) Mempelajari sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok. (2) Mengidentifikasi karakteristik penerimaan dan pemakaian darah di PMI UTDC Kota Depok. (3) Menghitung besaran untuk setiap parameter sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok. (4) Menetapkan tingkat persediaan optimal darah di PMI UTDC Kota Depok. Penelitian dilakukan pada Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok bagian persediaan dari bulan Februari sampai Juni 2009 pemilihan lokasi secara sengaja (purposive). Penelitian ini menggunakan data primer dari wawancara dan data sekunder dari studi pustaka serta dokumen-dokumen dan laporan-laporan manajemen PMI UTDC Kota Depok. Analisis menggunakan metode probabilitas dan pengolahan data menggunakan Kalkulator serta Microsoft Excell 2003. Penelitian menunjukkan bahwa sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok masih sangat sederhana yaitu hanya memperhatikan penerimaan dan pemakaian darah tanpa memperhatikan unsur-unsur yang lain seperti lead time, safety stock, reorder point, serta kuantitas maksimum. Golongan darah yang paling banyak penerimaan serta pemakaiannya pada tahun 2008 ialah golongan darah O dengan rata-rata penerimaannya yaitu 33 kantong darah per minggu dan rata-rata pemakaiannya 28 kantong darah per minggu. Golongan darah B pada peringkat selanjutnya dengan rata-rata penerimaan sebanyak 33 kantong darah per minggu dan rata-rata pemakaiannya 28 kantong darah per minggu. Golongan darah A dengan rata-rata penerimaan sebanyak 22 kantong darah per minggu dan rata-rata pemakaiannya 20 kantong darah per minggu pada peingkat selanjutnya. Terakhir ialah golongan darah AB dengan rata-rata penerimaan sebanyak 5 kantong darah per minggu dan rata-rata pemakaiannya 4 kantong darah per minggu. Rata-rata lead time hasil perhitungan yaitu 6 hari dan standar devasinya lt 3,7. Rata-rata lead time ini digunakan untuk menghitung Safety Stock dan Reorder Point. Safety Stock (SS) untuk golongan darah O adalah sebesar 37 kantong darah, golongan darah B adalah 28 kantong darah, golongan darah A adalah 23 kantong darah, golongan darah AB adalah 10 kantong darah. Reorder Point (ROP) untuk golongan darah O adalah sebesar 61 kantong darah, golongan darah B sebesar 46 kantong darah, golongan darah A sebesar 35 kantong darah dan golongan darah AB sebesar 16 kantong darah. Kuantitas maksimum boks sebagai tempat penyimpanan darah sementara pada saat melakukan pengambilan darah ke kelompok donor ialah 200 kantong darah untuk seluruh golongan darah. Kuantitas maksimum golongan darah O ialah 86 kantong darah, golongan darah B sebesar 58 kantong darah, golongan darah A sebesar 44 kantong darah sedangkan golongan darah AB ialah sebesar 12 kantong darah.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bogor tepatnya pada tanggal 31 Desember 1981. Penulis adalah anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Endang Suprijana dan Ibu Itje Siti Djulaeha. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Pengadilan 02 Bogor pada tahun 1994, setelah sebelumnya terlebih dahulu menyelesaikan pendidikan pertamanya di TK Nugraha pada tahun 1987. Setelah itu Penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 5 Bogor pada tahun 1997, lalu melanjutkan pendidikan ke SMUN 6 Bogor, dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2001, penulis diterima di Program Diploma 3 Universitas Padjadjaran
Bandung,
pada
Fakultas
Ekonomi,
Program
Studi
Bisnis
Internasional, dan memperoleh gelar Ahli Madya. Selanjutnya, pada tahun 2006 penulis melanjutkan kembali pendidikannya di Institut Pertanian Bogor, untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Manajemen, Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Manajemen, Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus. Setiap manusia memerlukan darah sehingga ketersediaan darah merupakan hal yang penting. Melalui pengendalian persediaan, diharapkan darah selalu tersedia. Skiripsi ini berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Darah Pada Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moriil serta materiil. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. 2. Ir. Pramono D. Fewidarto Ms. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi serta pengarahan kepada penulis. 3. Bapak Endang Suprijana dan Ibu Itje S. Djulaeha sebagai orang tua yang selalu mendoakan yang terbaik untuk Penulis. 4. dr. Soemardi Soeryakoesoemah sebagai kepala PMI UTDC Kota Depok yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di PMI UTDC Kota Depok. 5. Dewi Mustah Liza yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 6. dr. Agus Taolin Sp Pd. 7. Arlita Amaranti, Irsam dan Anom Nugrahadi. 8. Teman-teman EksMan angkatan 1. 9. Staff dan karyawan di PMI UTDC Kota Depok yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 10. Staff dan karyawan di Ekstensi Manajemen IPB yang telah melayani kebutuhan akademik penulis selama melaksanakan perkuliahan.
iii
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga ALLAH SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amien
Bogor, Oktober 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iiiii DAFTAR ISI...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iix I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................1 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................................3 1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................4 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................5 2.1. Pengertian Persediaan ...................................................................................5 2.2. Alasan dan Fungsi Persediaan.......................................................................5 2.3. Jenis-jenis Persediaan ...................................................................................7 2.4. Biaya-biaya Persediaan .................................................................................8 2.5. Teknik Pengklasifikasian Persediaan ............................................................9 2.6. Teknik-teknik Pengendalian Persediaan .....................................................10 2.7. Reorder Point (ROP) ..................................................................................14 2.8. Model Probabilitas dengan Lead Time Konstan .........................................15 2.9. Fungsi Penyediaan Darah ...........................................................................16 2.10. Karakter Permintaan Persediaan Darah ....................................................17 2.11. Penelitian Terdahulu .................................................................................18 III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................20 3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................................20 3.2. Metode Penelitian .......................................................................................21 3.2.1 Pengumpulan Data ................................................................................21 3.2.2 Metode Analisis Data ............................................................................22 3.3. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................22 3.3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ...........................................................22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................24 4.1. Gambaran Umum PMI UTDC Kota Depok ...............................................24 4.1.1. Sejarah PMI UTDC Kota Depok .........................................................24 4.1.2. Struktur Organisasi ..............................................................................26
v
vi
4.2. Gambaran Produk .......................................................................................28 4.3. Penyediaan Darah di PMI UTDC Kota Depok ...........................................28 4.4. Karakteristik Pemakaian Darah ..................................................................29 4.5. Karakteristik Penerimaan Darah .................................................................32 4.6. Sistem Persediaan Darah di PMI UTDC Kota Depok ................................34 4.7. Karakteristik Persediaan Darah...................................................................36 4.8. Analisis Lead Time .....................................................................................37 4.9. Safety Stock .................................................................................................39 4.10. Analisis Reorder Point (ROP) ..................................................................39 4.10.1. Analisis ROP Golongan Darah O ......................................................39 4.10.2. Analisis ROP Golongan Darah B ......................................................40 4.10.3. Analisis ROP Golongan Darah A ......................................................40 4.10.4. Analisis ROP Golongan Darah AB....................................................40 4.11. Kuantitas Optimum ...................................................................................41 4.11.1 Kuantitas Optimum Golongan Darah O..............................................41 4.11.2 Kuantitas Optimum Golongan Darah B ..............................................42 4.11.3 Kuantitas Optimum Golongan Darah A..............................................43 4.11.4 Kuantitas Optimum Golongan Darah AB ...........................................44 4.12. Implikasi Manajerial .................................................................................44 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................46 1. Kesimpulan .................................................................................................46 2. Saran ...........................................................................................................47 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................48
vi
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Data Pemakaian Darah untuk Setiap Golongan Darah (2008) ..........................31 2. Pemakaian Darah Per Bagian (2008) .................................................................32 3. Data Penerimaan Darah untuk Setiap Golongan Darah (2008) .........................34 4. Waktu Antar Pengambilan Darah (2008)...........................................................38
vii
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Ilustrasi Analisis ABC .......................................................................................10 2. Penggunaan Persediaan dari Waktu ke Waktu ..................................................12 3. Perubahan Tingkat Persediaan dari Waktu ke Waktu ........................................13 4. Kurva titik pemesanan kembali..........................................................................15 5. Kerangka Pemikiran...........................................................................................21 6. Tahapan Penelitian .............................................................................................23 7. Struktur Organisasi PMI UTDC Kota Depok ...................................................27 8. Alur Proses Sistem Persediaan Darah ................................................................36 9. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan O ...............................................42 10. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan B ............................................43 11. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan A .............................................43 12. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan AB...........................................44
viii
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Tabel Rencana Penelitian .................................................................................. 50 2. Kelompok Donor Darah ................................................................................... 52 3. Prosedur Pemusnahan Darah............................................................................. 54
ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Palang Merah Indonesia (PMI) hadir dengan mengemban mandat melakukan pertolongan kedaruratan bagi korban di tengah perang kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut serupa dengan awal lahirnya gerakan palang merah dunia yang dipelopori oleh Henry Dunant saat terjadi pertempuran di Solferino. Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. PMI mendapat pengakuan secara Internasional karena kinerjanya sehingga pada tahun 1950 menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963. Seiring berjalannya waktu, perkembangan PMI tidak lepas dari pengaruh eksternal PMI itu sendiri seperti pengaruh sosial, politik serta budaya. Hal tersebut yang mendorong PMI untuk bertindak lebih proaktif, profesional, mandiri serta kredibel dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Saat ini mandat PMI tidak hanya untuk melakukan pertolongan kedaruratan saja, tetapi juga ikut berperan serta dalam membantu pemerintah (auxiliary to goverment) disejumlah aspek. Palang
Merah
Indonesia
merupakan
salah
satu
instansi
yang
menyediakan darah selain instansi yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari PP 18/1980 Bab IV, pasal 6, ayat (1) yaitu “Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan”. Guna memenuhi tugas tersebut, PMI membuat suatu unit khusus untuk melaksanakan tugas tersebut yaitu Unit Transfusi Darah atau UTD. Usaha transfusi darah merupakan bagian dari tugas UTD dalam memberikan pelayanan darah kepada masyarakat. Media internal PMI yaitu suara PMI menjelaskan bahwa transfusi darah adalah pemindahan darah atau
2
komponen darah dari seorang donor ke orang lain yang mempunyai tujuan untuk menambah volume darah, meningkatkan kemampuan darah membawa oksigen, menguatkan kekebalan (imunitas) tubuh serta memperbaiki gangguan pembekuan darah. Pengadaan darah itu sendiri dilakukan secara sukarela tanpa penggantian apapun melalui program donor darah. Seiring datangnya musim hujan, banyak wilayah di Indonesia terjangkit wabah Demam Berdarah Dengue (DBD). Menurut data Dinkes DKI Jakarta, mulai Januari hingga 3 Maret pukul 20.00 tercatat 5.396 pasien, 13 diantaranya meninggal (kompas 4/3/09). Pasien penderita demam berdarah biasanya banyak kehilangan darah merah maupun darah putih dalam tubuhnya. Guna memulihkan kondisi tubuh penderita demam berdarah, maka perlu dilakukan transfusi darah sehingga kadar darah merah serta putih di dalam tubuhnya dapat normal kembali. Wabah
demam
berdarah
yang
terjadi
di
wilayah
Indonesia
mengakibatkan kebutuhan akan darah meningkat. Hal tersebut tentu harus direspon secara cepat oleh pihak UTD PMI sebagai pihak yang menyediakan darah. UTD PMI harus dapat menyediakan darah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Permintaan yang meningkat tersebut terkadang tidak diiringi dengan meningkatnya jumlah pendonor maka UTD PMI kekurangan persediaan darah. Persediaan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kontinuitas operasional perusahaan. Manajemen persediaan atau Inventory Management ialah istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya yang disimpan dalam rangka pemenuhan permintaan dimasa mendatang. Manajemen persediaan selain digunakan untuk mengatur persediaan bahan baku juga dapat digunakan dalam mengatur persediaan barang jadi sehingga perusahaan dapat merespon dengan cepat apabila ada peningkatan permintaan barang dari konsumen. Pengendalian persediaan darah pada UTD dirasakan sangat penting karena apabila ada permintaan darah namun UTD tidak dapat menyediakan darah tersebut, maka ada kemungkinan pasien tersebut tidak tertolong. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui
3
pengendalian persediaan darah dalam memenuhi kebutuhan pasien. Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis mengambil judul: “Analisis pengendalian persediaan darah pada Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok”. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimanakah sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok? 2. Bagaimanakah karakteristik permintaan dan penyediaan darah di PMI UTDC Kota Depok? 3. Berapakah besaran untuk setiap parameter sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok? 4. Berapakah tingkat persediaan optimal darah di PMI UTDC Kota Depok ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk : 1. Mempelajari sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok 2. Mengidentifikasi karakteristik permintaan dan penyediaan darah di PMI UTDC Kota Depok. 3. Menghitung besaran untuk setiap parameter sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok. 4. Menetapkan tingkat persediaan optimal darah di PMI UTDC Kota Depok. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PMI UTDC Kota Depok dalam melakukan pengendalian persediaan darah guna memenuhi kebutuhan pasien. 2. Penulis Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, pengalaman serta wawasan dan informasi untuk penulis.
4
3. Kalangan akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah perkembangan ilmu ekonomi terutama di bidang manajemen produksi dan operasi serta dapat digunakan sebagai data informasi bagi rekan-rekan mahasiswa, khususnya rekan mahasiswa Ekstensi Manajemen FEM Institut Pertanian Bogor. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini ialah : 1. Penelitian dilakukan di PMI UTDC Kota Depok yang terletak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jl. Raya Muchtar No 99 Sawangan Depok yang berkaitan dengan pengendalian persediaan darah. 2. Tidak menghitung biaya-biaya persediaan. 3. Tidak memperhitungkan arus keluar masuk darah dari Kota Depok dan ke Kota Depok. 4. Data yang dipakai tidak termasuk data darah yang rusak tahun 2008. 5. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sebagai berikut : a. Data penerimaan darah seluruh golongan darah tahun 2008 b. Data pemakaian darah seluruh golongan darah tahun 2008. c. Data lead time pengambilan darah tahun 2008.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persediaan Menurut M.Syamsul Ma’arif dan Hendri Tanjung (2003) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau barangbarang yang masih dalam proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam suatu proses produksi. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 2007). Persediaan tidak hanya merupakan barang jadi yang sudah diproduksi oleh perusahaan, namun juga bahan baku ataupun barang yang masih dalam proses produksi. Persediaan ini diperlukan untuk memastikan bahwa proses produksi akan tetap berjalan sehingga perusahaan tidak mengalami penghentian proses produksi. Terkadang perusahaan menghentikan proses produksinya karena tidak adanya persediaan bahan baku. Hal tersebut mengakibatkan sebagian besar perusahaan membagi investasinya sebesar 50% hanya untuk mencukupi kebutuhan persediaannya saja. 2.2. Alasan dan Fungsi Persediaan Alasan dilakukannya persediaan pada beberapa perusahaan meliputi beberapa hal yaitu (Rangkuti, 2007) : 1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
6
2. Menghilangkan risiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. Menurut Rangkuti (2007) fungsi persediaan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Fungsi Decoupling Persediaan yang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa bergantung pada supplier. Persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan (fluctuation stock). 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan dilakukan sebagai upaya penghematan atau potongan pembelian. Pembelian dalam jumlah besar akan menurunkan biaya operasional yang dibebankan pada tiap unit produknya. Biaya yang dapat dikurangi karena pembelian dalam kuantitas yang besar seperti biaya pengangkutan, tetapi dapat menimbulkan biaya persediaan seperti : biaya sewa gudang, investasi , risiko dan lain-lain. 3. Fungsi Antisipasi Persediaan dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan
berdasarkan
pengalaman
atau
data
historis
perusahaan. Selain itu persediaan juga dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman. Perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock).
7
Menurut M. Syamsul Ma’arif dan Hendri Tanjung (2003) penyebab timbulnya persediaan adalah : 1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Pembuatan serta pengiriman barang tersebut memerlukan waktu. Persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan. 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi sedangkan jumlah maupun waktu kedatangan serta waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya dan waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Hal-hal tersebut dapat diantisipasi dengan mengadakan persediaan. 3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga pada masa mendatang. 2.3. Jenis-jenis Persediaan Terdapat dua jenis persediaan di dalam manajemen persediaan yaitu (Rangkuti, 2007) : 1. Persediaan berdasarkan fisik : a) Persediaan bahan baku (bahan mentah/raw material) Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. b) Persediaan bagian produk (komponen rakitan/purchased parts component) Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. c) Persediaan bahan baku pembantu/penolong (supplies) Persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
8
d) Persediaan barang setengah jadi (barang dalam proses/work in process) Persediaan barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. e) Persediaan barang jadi (finished goods) Persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan. 2. Persediaan berdasarkan fungsi dapat dibagi menjadi : a) Batch Stock/Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan untuk membuat barang-barang dalam jumlah yang besar daripada yang dibutuhkan pada saat itu. b) Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. c) Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk mengahadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat. 2.4. Biaya-biaya Persediaan Menurut Rangkuti (2007) biaya persediaan terdiri atas: 1. Biaya Penyimpanan (holding cost) Biaya yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. 2. Biaya Pemesanan (ordering cost) Biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya pemesanan diantaranya adalah biaya pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, pengeluaran surat menyurat. 3. Biaya pemasangan (set up cost) Biaya-biaya ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya
9
penyiapan (set up cost) untuk memproduksi komponen tertentu untuk mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi pesanan. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost) Biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. 2.5. Teknik Pengklasifikasian Persediaan Perusahaan
sebelum
melakukan
pengendalian
persediaan,
perlu
melakukan tekhnik pengklasifikasian persediaan terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan metode analisis ABC. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip pareto. Prinsip pareto menyatakan bahwa “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang sepele”. Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan yang memusatkan sumberdaya pada komponen persediaan penting yang sedikit dan bukan pada banyak tetapi sepele. Tidaklah realistis untuk memonitor persediaan yang murah dengan intensitas yang sama sebagaimana dengan persediaan yang sangat mahal. Barang kelas A adalah barang yang bervolume dolar tahunan tinggi. Walaupun barang seperti ini mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari total persediaan barang, mereka merepresentasikan 70% hingga 80% dari total pemakaian dolar. Kelas B adalah untuk barang-barang persediaan yang memiliki volume dolar tahunan menengah. Barang ini merepresentasikan sekitar 30% barang persediaan dan 15% hingga 25% dari nilai total. Barangbarang yang memiliki volume dolar tahunan rendah adalah kelas C, yang mungkin hanya merepresentasikan 5% dari volume dolar tahunan tetapi sekitar 55% dari total barang persediaan. Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi hal berikut : 1. Pembelian sumberdaya yang dibelanjakan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibandingkan barang C. 2. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih ketat; mungkin mereka dapat diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A harus lebih sering diverifikasi.
10
3. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahannya dibandingkan dengan prediksi barang B dan C. Prediksi yang lebih baik, kontrol fisik, keandalan pemasok dan pengurangan persediaan pengaman (safety stock), semuanya merupakan hasil dari kebijakan manajemen persediaan yang sesuai. Analisis ABC mengarahkan pengembangan semua kebijakan tersebut.
% Penggunaan dollar tahunan
A Items 80 – 70 – 60 – 50 – 40 – 30 – 20 –
B Items
10 – 0 –
C Items | 10
| 20
| 30
| 40
| 50
| 60
| 70
| 80
| 90
| 100
Persen barang persediaan
Gambar 1. Ilustrasi Analisis ABC
2.6. Teknik-teknik Pengendalian Persediaan Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengendalian persediaan yang dapat saling melengkapi untuk menghadapi berbagai kondisi, diantaranya ialah : model Economic Order Quantity (EOQ). Model ini merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan paling tua dan paling terkenal. Model ini mudah digunakan namun harus dapat memenuhi beberapa asumsi seperti (Heizer & Render, 2005) : 1. Pemintaan diketahui, tetap dan bebas.
11
2. Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan konstan. 3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap. Persediaan dari sebuah pesanan tiba dalam satu batch sekaligus. 4. Discount (potongan harga) karena kuantitas tidak dimungkinkan. 5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan (set up cost) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan atau pergudangan). 6. Kosongnya persediaan dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan waktu yang tepat. Menurut Heizer & Render, 2005 karena permintaan konstan maka persediaan turun dengan laju yang seragam dari waktu ke waktu. Setiap kali tingkat persediaan mencapai jumlah 0 jika tanpa safety stock, pesanan yang baru ditempatkan dan diterima, dan tingkat persediaan melompat kembali ke Q unit. Proses ini berlanjut dan tidak terbatas dari waktu ke waktu. Formula matematis untuk model EOQ ini adalah sebagai berikut :
Q*
2DS ………………………………………………………... (1) H
dimana : Q (quantity) = Jumlah barang setiap pesanan Q*
= Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan (EOQ)
D (demand) = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan S (setup)
= Biaya setup atau biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H (holding) = Biaya penyimpanan atau pergudangan per unit per tahun Karena persamaan untuk kuantitas pesanan yang optimum (Q*) sudah diperoleh, maka permasalahan persediaan dapat dipecahkan secara langsung.
12
Kuantitas pesanan = Q (tingkat persediaan maksimum) Tingkat Persediaan
Tingkat pemakaian
Persediaan rata-rata yang dimiliki Q/2
Persediaan Minimum
O
Waktu
Gambar 2. Penggunaan Persediaan dari Waktu ke Waktu Model berikutnya ialah Model Production Order Quantity (POQ). Model ini sebenarnya adalah EOQ model tanpa asumsi instantaneous receipts. Hal ini terjadi pada perusahaan yang menerima pengiriman persediaan bahan melebihi satu periode waktu. Model ini sesuai untuk kondisi perusahaan dengan aliran persediaan yang kontinyu melebihi satu periode waktu setelah pesanan dilakukan; atau pada kondisi di mana bahan diproses kemudian dijual secara simultan. Model ini dapat diterapkan dalam dua situasi yaitu : 1. Persediaan secara terus menerus mengalir atau menumpuk setelah jangka waktu tertentu setelah sebuah pemesanan dilakukan 2. Saat unit diproduksi dan dijual secara bersamaan. Produksi harian dan tingkat permintaan harian diperhitungkan dalam keadaan ini. Model ini berguna ketika persediaan secara terus menerus menumpuk dari waktu ke waktu serta pada saat asumsi kuantitas pesanan ekonomis tradisional berlaku. Model ini dikembangkan dengan formula matematis sebagai berikut : Qp *
2 DS d H 1 p
.......................................................(2)
13
dimana : Q (quantity) D (demand)
=
Jumlah barang setiap pesanan
= Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
S (setup)
= Biaya setup atau biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H (holding)
= Biaya penyimpanan atau pergudangan per unit per tahun
p (production) = tingkat produksi harian d (demand)
= Tingkat permintaan, atau tingkat pemakaian harian
Inventory Level
Bagian dari siklus persediaan selama produksi & pemakaian berlangsung Bagian dari siklus permintaan dgn tidak ada produksi (hanya terdapat pemakaian) Q Ma x
t
Waktu
Gambar 3. Perubahan Tingkat Persediaan dari Waktu ke Waktu Model berikutnya ialah model Quantity Discount. Upaya meningkatkan penjualannya, banyak perusahaan menawarkan potongan harga kepada para pelanggan, semakin banyak jumlah yang dibeli akan mendapatkan potongan harga semakin besar. Perusahaan yang membutuhkan bahan baku akan menghadapi penawaran dari banyak pemasok yang biasanya dalam paketpaket tertentu dimana harga per unit produk yang ditawarkan bervariasi sesuai potongan harga yang diberikan. Menghadapi hal tersebut, perusahaan perlu mempertimbangkan persediaan barang mana yang harus dioptimalkan persediaannya. Menghadapi kondisi demikian, konsep persediaan dengan quantity discount perlu dipelajari
14
Cara menentukan pilihan mana yang paling tepat adalah dengan mempertimbangkan biaya persediaan total yang paling kecil diantara alternatif yang ada. Seberapa banyak jumlah persediaan yang harus tersedia dengan kondisi tersebut, maka digunakan formula sebagai berikut : Biaya total = Biaya setup + Biaya penyimpanan + Biaya produk TC
D Q S H PD Q 2 ............................................................(3)
Dimana : TC D (demand)
= Total Cost = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
Q (quantity)
= Jumlah barang setiap pesanan
S (set up)
= Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H (holding)
= Biaya penyimpanan atau pergudangan per unit per tahun
P (price)
= Harga per unit
2.7. Reorder Point (ROP) Langkah berikutnya setelah memutuskan berapa banyak yang akan dipesan ialah menentukan kapan pemesanan dilakukan. Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah pesanan bersifat seketika. Suatu perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaan untuk barang tertentu mencapai nol dengan asumsi bahwa ia akan menerima barang yang dipesan dengan segera. Waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan yang disebut sebagai lead time atau waktu pengiriman bisa disingkat dalam beberapa jam atau cukup lama hingga beberapa bulan. Keputusan kapan untuk memesan kembali pada umumnya dinyatakan dalam kaitan dengan sebuah titik pemesanan ulang tingkat dimana
pemesanan
harus
dilakukan.
ROP
diformulasikan
dengan
mempertimbangkan lead time tersebut, yaitu : ROP = (Permintaan per hari) x (lead time untuk pemesanan baru dalam satu hari) = d x L ..........................................................................................(4)
15
Menurut Heizer & Render 2005, persamaan untuk ROP mengasumsikan bahwa permintaan selama lead time dan lead time itu sendiri konstan. Apabila tidak seperti itu, maka diperlukan persediaan tambahan yang sering disebut persediaan pengaman (safety stock). Permintaan perhari (d) ditentukan dengan membagi permintaan tahunan (D) dengan banyaknya hari kerja dalam satu tahun : d
D ……………………….……….(5) Jumlah hari ker ja dalam satu tahun
Tingkat Persediaan (Unit)
Q*
Slope = units/hari = d
ROP (unit)
Lead time = L
Waktu (hari)
Gambar 4. Kurva titik pemesanan kembali 2.8. Model Probabilitas dengan Lead Time Konstan Permintaan tidak konstan tetapi dapat dispesifikasi melaui distribusi probabilitas maka dapat digunakan model probabilitas. Permintaan yang tidak pasti memperbesar kemungkinan terjadinya kehabisan stok. Salah satu metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehabisan stok adalah dengan menahan unit tambahan di persediaan, hal ini meliputi penambahan jumlah unit stok pengaman sebagai penyangga titik pemesanan ulang. Titik pemesanan ulang: ROP = d x L.............................................(6) dengan menambahkan persediaan pengaman (safety stock/ss) akan mengubah persamaan menjadi : Titik pemesanan ulang : ROP = d x L + ss ..................................(7)
16
Selain memasukkan safety stock, perlu diketahui juga stock pengaman yang dapat dihitung dengan rumus : Z
x
.....................................................................................(8)
Dimana : Z = jumlah deviasi standar µ = permintaan rata-rata σ = standar deviasi 2.9. Fungsi Penyediaan Darah Darah merupakan elemen yang paling penting dalam tubuh. Tanpa adanya darah, manusia tidak akan dapat hidup. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Landsteiner adalah orang yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam ABO system pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Kesimpulan dari penelitiannya tersebut ialah terdapat dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Pada tahun 1901 Von Decastello dan Sturli menemukan golongan darah AB. Von Decastello dan Sturli menemukan golongan darah AB di mana kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibody. Penelitian kedua orang tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa golongan darah manusia dibagi menjadi 4 golongan yaitu A, B, O, AB. Setiap manusia hanya mempunyai 1 jenis golongan darah. Golongan darah seseorang tidak akan pernah berubah dari lahir hingga dia meninggal dan tidak dapat dicampur. Seseorang yang memerlukan darah bergolongan A maka darah yang ditransfusikannya harus berasal dari golongan yang sama.
17
Tubuh
penerima
akan
mengalami
kerusakan
apabila
darah
yang
ditransfusikannya berbeda. Melalui uraian di atas maka penyediaan darah mutlak dilakukan sebagai langkah antisipasi kehabisan stok darah mengingat peran darah dalam tubuh manusia sangat vital serta resiko yang ditimbulkan apabila darah yang ditransfusikan kepada pasien berbeda golongan. 2.10. Karakter Permintaan Persediaan Darah Unit Transfusi Darah adalah ujung tombak pemerintah dalam melakukan pelayanan darah kepada masyarakat. Setiap pasien yang membutuhkan darah pasti akan mendatangi Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) yang terdekat dengan rumah sakit tempatnya dirawat. Persediaan darah yang ada di UTDC terkadang melimpah akan tetapi pada saat ada permintaan darah, permintaan tersebut tidak dapat terpenuhi. Hal ini terjadi karena apabila melihat data persediaan berdasarkan golongan darah maka akan terlihat bahwa ada golongan darah yang tidak tersedia walaupun secara keseluruhan persediaan darah melimpah. Kebutuhan darah untuk daerah Jawa Barat pada tahun 2007 yaitu sebesar 270.857 kantong darah sedangkan pemakaian darah sebesar 284.793 kantong darah (PMI wilayah Jawa Barat). Hal ini menunjukkan bahwa masih ada selisih 13.936 kantong darah yang tidak dapat terpenuhi oleh UTDC PMI. Permintaan darah dalam setiap bulannya tidak pernah menentu. Terkadang dalam satu bulan permintaan darah tidak mencapai 100 kantong darah namun pada bulan berikutnya permintaan darah dapat melebihi 100 atau bahkan sampai dengan 300 kantong darah. Pada saat-saat tertentu darah yang diminta banyak berasal dari golongan O sedangkan permintaan akan golongan A, B serta AB kurang. Sebaliknya pada waktu-waktu tertentu darah yang diminta banyak yang berasal dari golongan A serta B namun yang tersedia di UTDC adalah golongan O dan AB sehingga permintaan darah tersebut tidak dapat terpenuhi. Waktu permintaan darah yang paling banyak adalah saat musim penghujan dan banyak wabah demam berdarah. Pada bulan-bulan tersebut dapat dipastikan permintaan darah meningkat. Permintaan darah juga meningkat pada saat hari raya lebaran, natal serta
18
tahun baru karena berhubungan dengan angka kecelakaan yang melonjak dengan tajam. 2.11. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang telah dilakukan antara lain : 1. Francisca Yesiyanti (2006) dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Cahaya Sakti Furnitraco Bogor. Tujuan dari penelitian tersebut ialah mendeskripsikan pengadaan bahan baku beserta permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Selain itu menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan menghitung besarnya total biaya persediaan serta memberikan usulan alternatif dalam mengendalikan persediaan untuk meminimalkan total biaya persediaan dalam perusahaan. Kesimpulannya ialah sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. CSF diawali dengan identifikasi kebutuhan bahan baku. Setelah itu dilanjutkan dengan pembelian bahan baku oleh departemen pembelian. Berdasarkan hasil kajian, dapat ditarik kesimpulan bahwa total biaya persediaan untuk seluruh jenis bahan baku baik PB (Partical Board) maupun MDF (Medium Density Fibreboard) dengan menggunakan metode perusahaan lebih besar dibandingkan dengan kedua metode lainnya yaitu Continous Review dan Periodic Review. Tingginya total biaya persediaan bardasarkan metode perusahaan disebabkan karena perusahaan melakukan pemesanan dalam kuantitas yang besar sehingga terjadi penumpukan bahan baku dalam kuantitas yang besar sebagai dampaknya biaya penyimpanan juga besar 2. Tanu Anggara Putra (2005) dengan judul Analisis Pengendalian Bahan Baku Produk Ban pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Tujuan dari penelitian tersebut ialah menganalisis manajemen persediaan bahan baku serta sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku di PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PT. Goodyear Indonesia, Tbk. sudah melakukan pengendalian bahan bakunya secara optimal serta pada tingkat berapakah persediaan tersebut optimal. Kesimpulan dari penelitian ini ialah ada perbedaan pengendalian persediaan yang cukup signifikan
19
antara motode EOQ hasil perhitungan dengan metode perusahaan. Bahan baku yang diimpor, metode EOQ menunjukkan hasil yang lebih optimal jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. 3. Samuel Soemantri (1997) dengan judul Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu (Studi kasus pada KD. Plant Division PT. Astra Internasional
Indonesia).
Penelitian
tersebut
bertujuan
untuk
menganalisa sistem persediaan, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi serta memformulasikan sistem pengendalian persediaan bahan baku kayu. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut ialah bahwa dengan semakin meningkatnya pengemasan untuk ekspor mobil serta untuk mengurangi kerugian maka sistem pengendalian persediaan dengan pendekatan EOQ dan Safety Stock untuk bahan baku kayu merupakan alternatif terbaik untuk menghindari resiko keterlambatan proses produksi. Konsekuensi dari pendekatan tersebut adalah frekuensi untuk melakukan pesanan menjadi lebih sering. Waktu dan besarnya unit yang dipesan mengikuti perhitungan yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan sistem JIT (Just In Time) yang selama ini dilakukan perusahaan dimana frekuensi pesanan hanya sekali sebulan.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) ialah salah satu instansi yang ditunjuk oleh menteri kesehatan sebagai instansi yang melayani kebutuhan darah masyarakat. UTD PMI perlu melakukan penyediaan darah dalam rangka memenuhi kebutuhan pemakaian darah. Penyediaan darah dilakukan dengan memperhatikan pola pasokan darah berdasarkan tipe-tipe donor serta pola penanganan darah. Setelah mengetahui kedua pola tersebut maka akan didapat besaran parameter dari masingmasing golongan darah. Pemakaian darah perlu diketahui sehingga permintaan darah bulanan serta pola penyakit dan penggunaan darah dapat di identifikasi. Setelah kedua hal tersebut diketahui maka akan diperoleh karakteristik permintaan darah. Selanjutnya ialah mempelajari sistem yang dipakai oleh PMI UTDC Kota Depok guna mengetahui stok darah yang ada, apakah mengalami kekurangan atau kelebihan. Setelah penyediaan darah dan pemakaian darah diketahui maka akan didapatkan tingkat persediaan optimal yang diperbandingkan dengan stok darah yang ada di PMI UTDC Kota Depok. Efisiensi persediaan akan tercapai setelah tingkat persediaan yang optimal terpenuhi. Pelayanan yang optimal dapat diberikan kepada pasien maupun Rumah Sakit yang tentu saja akan semakin banyak jumlah pasien yang terselamatkan. Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
21
Gambar 5. Kerangka Pemikiran 3.2. Metode Penelitian 3.2.1 Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber asalnya, dalam hal ini bagian penyimpanan darah serta bagian administrasi PMI UTDC Kota Depok. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengumpulan data. Sedangkan data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan-laporan manajemen PMI UTDC Kota Depok, terutama bagian penyimpanan darah serta bagian
22
administrasi. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang mendukung, seperti buku, koran, majalah, jurnal maupun hasil penelitian terdahulu dari berbagai perguruan tinggi. Pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada tabel rencana di Lampiran 1. 3.2.2 Metode Analisis Data Metode analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis secara kualitatif digunakan untuk menganalisis kebijakan PMI UTDC Kota Depok yang berhubungan dengan persediaan darah serta mengetahui kondisi PMI UTDC Kota Depok secara
menyeluruh.
Analisis
kuantitatif
digunakan
untuk
menganalisis persediaan darah yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok. Analisis tersebut menggunakan software
Microsoft Excel
serta kalkulator. 3.3. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di PMI UTDC Kota Depok yang terletak di Rumah Sakit Umum Daerah Depok Jl. Raya Muchtar No 99 Sawangan Depok. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PMI UTDC Kota Depok merupakan salah satu instansi yang melakukan pelayanan darah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. 3.3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan dalam rangka menggali ide serta gagasan yang didapat melalui studi pustaka, baik cetak maupun elektronik (internet) serta melalui studi penelitian terdahulu. Setelah ditemukannya tema, langkah selanjutnya ialah menentukan
batasan
masalah
serta
variabel-variabel
yang
mempengaruhi objek penelitian. Hal berikutnya yang dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan data yang dilanjutkan dengan pengumpulan data baik primer maupun sekunder dengan cara wawancara serta studi literatur dan pengumpulan data historis perusahaan. Data yang sudah didapatkan kemudian diolah yang diawali dengan pengelompokkan data menjadi data penyediaan darah serta
23
data pemakaian darah berdasarkan golongan darah. Langkah berikutnya ialah menentukan tingkat persediaan yang optimal dengan menggunakan metode EOQ yang kemudian diperbandingkan dengan metode yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok. Hasil dari perbandingan tersebut diharapkan akan menghasilkan rekomendasi untuk PMI UTDC Kota Depok dalam melakukan penyediaan darah untuk masyarakat. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tahapan Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PMI UTDC Kota Depok 4.1.1. Sejarah PMI UTDC Kota Depok PMI UTDC Kota Depok diresmikan pendiriannya pada tanggal 7 Juni 1983 oleh Pengurus Cabang PMI Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor melalui Surat Keputusan nomor : 048/DTD/PMI/PMI/KEP/83. PMI UTDC Kota Depok saat itu masih berstatus Sub Unit Dinas Transfusi Darah (DTD) Kabupaten Bogor, karena Kota Depok masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Bogor yang mempunyai status sebagai Kota Administratif atau Kotip. Tujuan dibentuknya Sub Unit DTD adalah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan darah yang aman dan cepat bagi masyarakat Kotip Depok mengingat wilayah Kabupaten Bogor yang sangat luas. Karyawan yang ada pada saat itu baru berjumlah tiga orang yang terdiri dari dua orang dokter dengan jabatan Kepala Sub Unit DTD dan Wakil Kepala Sub Unit DTD serta satu orang Asisten Transfusi Darah (ATD). Sub Unit DTD ini berlokasi di Rumah Sakit Umum (RSU) Bhakti Yudha karena sebelumnya, Sub Unit DTD ini adalah Bank Darah milik Rumah Sakit Umum (RSU) Bhakti Yudha. Pada tahun 1999 status Kota Depok berubah dari Kota Administratif menjadi Kota Madya yang berdiri sendiri dan dipisahkan dari Kabupaten Bogor. Melalui perubahan tersebut, maka Sub Unit DTD pun diserahterimakan oleh Pengurus Cabang PMI Kabupaten Bogor ke Pengurus Cabang PMI Kota Depok. Sub Unit DTD berubah nama menjadi Palang Merah Indonesia (PMI) Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) Kota Depok serta telah memiliki enam orang karyawan yang terdiri dari satu orang Dokter sebagai Kepala PMI UTDC Kota Depok, tiga orang Asisten Transfusi Darah (ATD), satu orang tenaga Administrasi serta, satu orang Office Boy. Tenaga Asisten Transfusi Darah (ATD) yang berjumlah tiga orang sebenarnya masih belum mencukupi. Saat ini apabila ada acara donor
25
darah yang berskala agak besar ataupun besar, PMI UTDC Kota Depok meminta bantuan tenaga ATD ke PMI UTDC lainnya seperti Kabupaten Bogor atau Jakarta. Hal ini tentu menganggu kinerja PMI UTDC Kota Depok karena apabila PMI UTDC lainnya tidak dapat meminjamkan tenaganya maka pihak PMI UTDC Kota Depok tidak dapat ikut serta dalam acara donor darah yang skalanya agak besar ataupun besar. Seiring berjalannya waktu, status RSU Bhakti Yudha berubah dari yayasan menjadi Perseroan Terbatas (PT). Perubahan ini diiringi dengan efisiensi di segala bidang, terutama bidang anggaran. PMI UTDC Kota Depok merupakan instansi yang terkena dampak dari efisiensi tersebut. Fasilitas yang selama ini disediakan secara gratis oleh RSU Bhakti Yudha menjadi tidak gratis. Hal ini tentu menghambat kinerja PMI UTDC Kota Depok karena PMI UTDC Kota Depok tidak menyediakan dan tidak mempunyai anggaran untuk membayar segala fasilitas yang digunakan. Situasi tersebut membuat hubungan RSU Bhakti Yudha dengan PMI UTDC Kota Depok menjadi tidak harmonis. Pengurus PMI Cabang Kota Depok kemudian melakukan perundingan dengan Walikota Depok untuk mendapatkan tempat yang baru berikut fasilitasnya. Walikota Depok kemudian menyetujui untuk memindahkan PMI UTDC Kota Depok ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok untuk sementara serta membebaskan biaya pemakaian fasilitas. Rencananya pada tahun 2010, PMI UTDC Kota Depok akan dibangunkan gedung oleh Pemerintah Kota Depok, karena pelayanan kesehatan yang didalamnya termasuk pelayanan darah, merupakan kewajiban pemerintah daerah. PMI UTDC Kota Depok mempunyai visi serta misi yang merupakan penjabaran dari visi serta misi PMI Unit Transfusi Darah Pusat (UTDP). Visi dari PMI UTDC Kota Depok ialah terwujudnya kesehatan sebagai hak asasi melalui pelayanan darah yang aman, berkesinambungan, terjangkau dan merata di tingkat Kabupaten dan
26
Kota. Misi PMI UTDC Kota Depok ialah menjadikan “kesehatan sebagai hak asasi" suatu komitmen melalui pemberdayaan Unit Transfusi Darah Kabupaten dan Kota serta koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah di tingkat Kabupaten dan Kota. 4.1.2. Struktur Organisasi PMI UTDC Kota Depok mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : 1. Kepala PMI UTDC Kota Depok. PMI UTDC Kota Depok dikepalai oleh orang yang mempunyai kualifikasi pendidikan sebagai Dokter. Kepala PMI UTDC Kota Depok bertanggungjawab penuh dalam pengelolaan UTDC dan memberikan laporan berkala kepada Unit Transfusi Darah Pusat (UTDP) serta Pengurus PMI Cabang Kota Depok. Ia mempunyai tugas diantaranya ialah menetapkan rencana kegiatan dibawah
tanggungjawabnya,
mengevaluasi
dan
memantau
kegiatan karyawan UTDC agar efektif dan efisen serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Pengurus PMI Cabang Kota Depok. Pengangkatan tenaga baru di lingkungan PMI UTDC Kota Depok merupakan wewenang dari Kepala PMI UTDC Kota Depok disamping memberikan usulan rencana pengadaan peralatan di PMI UTDC Kota Depok serta memantau dan mengevaluasi penerimaan dan pemakaian Darah. 2. Penanggungjawab Harian Penanggungjawab harian merupakan pelaksana tugas harian Kepala PMI UTDC Kota Depok. Penanggungjawab harian mempunyai tugas memantau kegiatan UTDC sehari-hari, memberikan penyuluhan tentang donor darah kepada masyarakat, serta menerima pelimpahan tugas dari Kepala UTDC. Penanggungjawab harian bertanggungjawab terhadap jalannya operasional UTDC sehari-hari serta melaporkannya kepada Kepala UTDC secara berkala. Penanggungjawab harian
juga
27
merangkap sebagai Asisten Transfusi darah karena keterbatasan sumberdaya manusia di lingkungan PMI UTDC Kota Depok. 3. Asisten Transfusi Darah (ATD) Asisten Transfusi Darah (ATD) mempunyai tugas sebagai tenaga teknis yang berinteraksi langsung dengan darah. Tugas ATD ini diantaranya ialah melakukan pengambilan darah dari pendonor, melakukan uji saring terhadap penyakit seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis serta melakukan uji crossmatch terhadap darah yang ada dengan darah pasien. 4. Bagian Administrasi Bagian administrasi bertanggungjawab terhadap seluruh dokumen-dokumen yang ada di PMI UTDC Kota Depok. Ia juga bertugas untuk melakukan surat menyurat dengan pihak luar, serta membuat laporan rutin secara tertulis atas kegiatan yang ada di PMI UTDC Kota Depok kepada Kepala UTDC maupun Kepala UTDP. 5. Office Boy. Office Boy bertanggungjawab terhadap kebersihan serta kerapihan ruang kerja yang ada di PMI UTDC Kota Depok. Ia juga bertugas menyiapkan peralatan untuk kegiatan donor darah diluar serta memasak mi instan serta susu untuk konsumsi donor. Semua bagian yang diuraikan sebelumnya, bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala PMI UTDC Kota Depok. Struktur organisasi PMI UTDC Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Struktur Organisasi PMI UTDC Kota Depok (PMI UTDC Kota Depok, 2008)
28
4.2. Gambaran Produk PMI UTDC Kota Depok hanya melayani permintaan darah dalam bentuk whole blood, pack red cell serta plasma. PMI UTDC Kota Depok tidak melayani permintaan trombosit karena belum mempunyai alat untuk mengolah darah putih menjadi trombosit. PMI UTDC Kota Depok biasanya menyarankan untuk langsung ke PMI UTDC Jakarta atau PMI UTDC Bogor yang memang sudah tersedia trombosit apabila ada permintaan trombosit dari pasien. Whole blood yaitu darah utuh yang di dapat dari pendonor. Whole blood tersebut kemudian dipisahkan menjadi darah merah (Pack Red Cell) dan darah putih (Plasma). Plasma ini apabila diolah lebih lanjut maka akan menghasilkan trombosit. Pengolahan darah putih menjadi trombosit membutuhkan alat yang dinamakan refrigerate centryfuge yang harganya sangat mahal. Mahalnya alat tersebut menyebabkan hanya PMI UTDC yang tergolong besar saja seperti Jakarta, Bogor dan Bandung yang mampu menyediakan alat tersebut. Semua komponen darah tersebut bersumber dari darah manusia. Darah manusia terbagi menjadi empat golongan darah yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O, serta golongan darah AB. Keempat golongan darah tersebut diolah dengan cara yang sama untuk menghasilkan komponen darah yang siap digunakan oleh pasien. 4.3. Penyediaan Darah di PMI UTDC Kota Depok Darah yang tersedia di PMI UTDC Kota Depok diperoleh dari pendonor. Tidak sembarang orang dapat mendonorkan darahnya. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon pendonor. Syarat-syarat tersebut diantaranya ialah : 1. Umur 17 - 60 tahun 2. Berat badan minimum 45 kg 3. Tekanan darah baik 4. Hemoglobin Wanita minimal = 12 gr % Pria minimal = 12,5 gr %
29
5. Tidak sakit Hepatitis, Sifilis, HIV. 6. Bukan Alkoholisme akut dan kronik. Calon pendonor yang memenuhi persyaratan tersebut dapat menyumbangkan darahnya. Terdapat tiga pola guna mendapatkan darah. Pola pertama yaitu pertama melalui Mobile Unit (MU). MU mempunyai arti pihak PMI UTDC Kota Depok mendatangi tempat kelompok donor. MU ini menempatkan PMI UTDC Kota Depok kedalam posisi aktif sebagai penjemput bola. Kelompok donor ini biasanya hanya diminta untuk menyediakan tempat saja, konsumsi serta transportasi ditanggung oleh pihak PMI UTDC Kota Depok. MU yang dilaksanakan oleh PMI UTDC Kota Depok dibantu oleh beberapa tenaga ATD dari UTDC lain seperti Bogor serta Jakarta. Hal ini disebabkan terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki oleh PMI UTDC Kota Depok. Melalui pola ini, pihak PMI UTDC Kota Depok banyak terbantu karena dalam sekali MU, darah yang didapat mampu memenuhi kebutuhan selama beberapa hari. Terdapat beberapa syarat untuk menjadi kelompok donor, diantaranya ialah mempunyai calon donor minimal 50 orang, tersedia air bersih, serta ditempat tertutup. Kelompok donor ini biasanya secara rutin mengadakan donor darah setiap tiga bulan sekali. Daftar kelompok donor yang terdapat di PMI UTDC Kota Depok dapat dilihat di Lampiran 2. Pola yang kedua ialah pendonor yang mendatangi PMI UTDC Kota Depok. Pola ini berarti menempatkan PMI UTDC Kota Depok sebagai pihak yang pasif. Pola yang terakhir ialah melalui donor pengganti yaitu pendonor yang dibawa oleh keluarga pasien. Pola yang ketiga ini jarang dilakukan karena biasanya pihak pasien lebih memilih untuk mencari darah ke PMI UTDC lain dibandingkan dengan menyediakan pendonor. 4.4. Karakteristik Pemakaian Darah Pemakaian darah yang masuk ke PMI UTDC Kota Depok bervariasi. Golongan darah O merupakan golongan darah yang mempunyai tingkat pemakaian yang tinggi dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Tahun
30
2008 tercatat bahwa pemakaian darah golongan O sebanyak 1337 kantong darah atau rata-rata 27,8 28 kantong darah per minggu. Pemakaian darah golongan O paling banyak terjadi pada minggu ke tiga di bulan Mei sebanyak 45 kantong darah. Pemakaian darah golongan O yang paling sedikit terjadi pada bulan Januari, minggu ke dua yaitu berjumlah 11 kantong darah. Golongan darah B serta A mempunyai tingkat pemakaian dibawah golongan darah O. Kedua golongan darah tersebut mempunyai tingkat pemakaian yang hampir berimbang antara satu dengan yang lainnya. Golongan darah B mempunyai tingkat pemakaian sebanyak 917 kantong darah pada tahun 2008 atau rata-rata 19,1 20 kantong darah per minggu. Bulan Maret Minggu pertama merupakan puncak pemakaian darah golongan B yaitu sebanyak 44 kantong darah. Pemakaian darah terendah golongan B terjadi pada bulan Juni, minggu ke empat yaitu sejumlah enam kantong darah. Pemakaian darah golongan A secara keseluruhan pada tahun 2008 ialah sebanyak 728 kantong darah atau rata-rata 15,2 16 kantong darah per minggu. Pemakain darah tertinggi golongan A terjadi pada bulan Maret di minggu pertama yaitu sebanyak 32 kantong darah. Pemakaian darah paling sedikit golongan A terdapat pada minggu ke tiga pada bulan Mei yaitu lima kantong darah. Golongan darah AB merupakan golongan darah yang paling bawah tingkat pemakaiannya dibandingkan dengan golongan darah yang lainnya. Golongan darah AB mempunyai tingkat pemakaian sebanyak 177 kantong darah atau rata-rata 3,7 4 kantong darah per minggu. Pemakaian darah golongan AB paling banyak terjadi pada minggu ke dua di bulan Oktober sebanyak 11 kantong darah. Pemakaian darah golongan AB yang paling sedikit terjadi pada bulan Juli pada semua minggu, Agustus minggu ke dua, September pada minggu satu, dua serta tiga yaitu berjumlah nol kantong darah atau tidak ada pemakaian darah golongan AB. Data pemakaian darah untuk seluruh golongan dapat dilihat pada Tabel 2.
31
Tabel 1. Data Pemakaian Darah untuk Setiap Golongan Darah (2008) Bulan / Minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan / Minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
I 14 17 17 28 31 32 32 31 33 22 32 23
Gol O II III 11 20 26 21 17 22 33 37 40 45 25 38 25 28 31 26 40 27 37 41 36 25 23 20 Total
I 9 14 32 11 17 12 23 13 15 23 25 19
Gol A II III 12 15 20 13 15 19 14 12 13 5 12 19 11 15 11 12 14 15 27 15 13 21 15 11 Total
Total IV 30 19 18 23 31 33 28 37 37 32 26 17
75 83 74 121 147 128 113 125 137 132 119 83 1337
I 15 30 44 17 13 12 18 11 22 17 26 15
Gol B II III 14 22 24 29 32 34 21 7 18 20 19 11 13 17 15 13 15 19 25 27 27 14 14 16 Total
I 1 2 3 8 5 3 0 2 0 9 7 6
Gol AB II III 3 4 2 7 4 5 4 7 6 8 2 4 0 0 0 1 0 4 11 6 2 4 2 2 Total
Total IV 18 22 10 19 12 9 17 15 17 10 10 7
54 69 76 56 47 52 66 51 61 75 69 52 728
Total IV 25 32 17 8 16 6 24 20 21 20 11 11
76 115 127 53 67 48 72 59 77 89 78 56 917 Total
IV 2 4 9 5 9 2 0 1 0 2 6 3
10 15 21 24 28 11 0 4 4 28 19 13 177
Karakteristik pemakaian darah yang ada di PMI UTDC Kota Depok dapat juga dilihat dari sudut pemakaian oleh bagian-bagian yang terdapat di Rumah Sakit. Terdapat empat bagian di Rumah Sakit yang menggunakan darah. Bagian-bagian tersebut ialah : 1. Bagian Bedah 2. Bagian Kebidanan 3. Bagian Penyakit Dalam 4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
32
Bagian-bagian tersebut mempunyai volume pemakaian yang berbedabeda. Bagian yang mempunyai volume pemakaian paling tinggi selama tahun 2008 ialah Bagian Kebidanan yaitu sebanyak 1243 kantong darah. Bagian kebidanan ini merupakan bagian yang melayani persalinan ibu melahirkan. Darah yang dipakai oleh ibu melahirkan tidak saja pada saat operasi tetapi juga pada saat sebelum dan sesudah operasi. Hal inilah yang menyebabkan pemakaian darah pada bagian ini paling tinggi. Bagian Penyakit Dalam merupakan bagian tertinggi ke dua dalam pemakaian darah yaitu sebanyak 929 kantong darah. Pasien penyakit demam berdarah merupakan salah satu pasien yang termasuk ke dalam Bagian Penyakit Dalam ini. Darah yang diperlukan oleh pasien demam berdarah untuk memulihkan kondisinya yaitu rata-rata delapan kantong darah. Seiring dengan meningkatnya pasien demam berdarah maka semakin tinggi pemakaian darah pada bagian ini. Bagian bedah merupakan bagian tertinggi ke tiga, yaitu sebanyak 572 kantong darah. Hal ini karena pada bagian ini darah hanya digunakan saat operasi saja. Jumlah pemakaian yang paling rendah diantara ke empat bagian tersebut ialah Bagian Ilmu Kesehatan Anak yaitu sebanyak 161 kantong darah karena satu pasien rata-rata hanya menggunakan satu kantong darah. Pemakaian darah berdasarkan bagian-bagian yang terdapat di Rumah Sakit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Pemakaian Darah Per Bagian (2008) Bulan
Bagian Bedah
Bagian Kebidanan
Bagian Penyakit Dalam
Bagian Ilmu Kesehatan anak
Total
Jan - Mar
139
305
261
36
741
Apr - Juni
112
288
247
52
699
Juli - Sept
145
316
215
43
719
Okt - Des
176
334
206
30
746
Jumlah
572
1243
929
161
2905
4.5. Karakteristik Penerimaan Darah Karakteristik penerimaan darah yang ada di PMI UTDC Kota Depok sebenarnya tidak berbeda jauh dengan karakteristik pemakaiannya. Pada sisi
33
penerimaan, golongan darah O merupakan golongan darah yang paling banyak diterima oleh pihak PMI UTDC Kota Depok pada tahun 2008 yaitu sebanyak 1547 kantong darah. Jumlah rata-rata penerimaan golongan darah O pada tahun 2008 sebanyak 32,22 33 kantong darah per minggu. Berdasarkan data pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa penerimaan golongan darah O yang paling banyak yaitu pada bulan Oktober minggu ke tiga yaitu sebanyak 58 kantong darah. Penerimaan paling sedikit terjadi pada bulan Januari minggu pertama yaitu hanya sebanyak 13 kantong darah. Golongan darah B mempunyai penerimaan darah sebanyak 1025 kantong darah yang berarti penerimaan terbanyak ke dua setelah golongan darah O. Rata-rata penerimaan golongan darah B selama periode tahun 2008 ialah sebesar 21,35 22 kantong darah per minggu. Berdasarkan data penerimaan yang terdapat pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa penerimaan golongan darah B yang paling sedikit ialah lima kantong darah yaitu pada bulan Juni atau pada minggu ke dua. Penerimaan paling banyak terjadi pada bulan Oktober, minggu ke tiga yaitu sebanyak 56 kantong darah. Penerimaan golongan darah A sebanyak 775 kantong darah. Jumlah ratarata penerimaan golongan darah A ialah sebanyak 16,14 17 kantong darah per minggu. Tingkat penerimaan golongan darah A paling tinggi menurut Tabel 4. terjadi pada bulan Maret atau minggu pertama yaitu sebanyak 32 kantong darah, sedangkan yang paling rendah tingkat penerimaannya terjadi pada bulan Juni, minggu ke empat sebanyak 4 kantong darah. Golongan darah AB merupakan golongan darah yang penerimaannya paling sedikit yaitu 208 kantong darah selama tahun 2008. Rata-rata penerimaan darah dengan jenis golongan darah AB ialah sebanyak 4,33 5 kantong darah per minggu. Data pada Tabel 4. menunjukan bahwa golongan darah AB merupakan golongan darah yang mempunyai tingkat penerimaan nol atau tidak ada penerimaan darah sama sekali. Hal ini terjadi pada bulan Juli, minggu ke satu sampai ke empat serta pada bulan Agustus pada minggu ke dua serta saat bulan September pada minggu ke satu, dua dan empat.
34
Data penerimaan darah pada tahun 2008 dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4. Tabel 3. Data Penerimaan Darah untuk Setiap Golongan Darah (2008) Bulan / Minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
I 13 20 27 21 27 25 51 24 15 35 21 41
Gol O II III 19 18 19 22 38 29 32 35 47 48 31 42 39 44 18 28 21 23 53 58 44 52 32 38 Total
IV 33 34 24 27 46 22 38 51 28 39 33 22
Bulan / Minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
I 9 14 32 23 12 14 6 11 14 26 23 20
Gol A II III 12 15 20 13 15 19 19 15 18 11 10 5 11 9 15 17 18 23 15 27 25 19 11 9 Total
IV 18 22 10 13 20 4 21 18 20 25 19 10
Total 83 95 118 115 168 120 172 121 87 185 150 133 1547
I 15 30 44 23 18 12 9 24 25 34 28 26
Gol B II III 14 22 24 29 32 34 18 27 14 11 5 9 22 15 11 27 16 16 27 56 25 25 23 12 Total
IV 25 32 17 18 14 6 18 23 10 18 19 23
I 4 2 7 8 5 3 0 2 0 5 6 7
Gol AB II III 4 3 3 3 8 11 4 7 6 8 2 4 0 0 0 1 0 4 4 6 9 8 5 6 Total
IV 4 4 5 5 9 2 0 1 0 6 9 8
Total 54 69 76 70 61 33 47 61 75 93 86 50 775
Total 76 115 127 86 57 32 64 85 67 135 97 84 1025 Total 15 12 31 24 28 11 0 4 4 21 32 26 208
Berdasarkan rincian pada Tabel 4. maka, diperoleh data bahwa golongan darah O mempunyai tingkat penerimaan sebesar 43% dari keseluruhan penerimaan darah pada tahun 2008 sedangkan yang lainnya yaitu sebesar 29% untuk golongan darah B, 22% untuk golongan darah A dan golongan darah AB sebesar 6% dari total keseluruhan penerimaan. 4.6. Sistem Persediaan Darah di PMI UTDC Kota Depok PMI UTDC Kota Depok merupakan instansi pemerintah yang memberikan pelayanan di bidang darah. Wilayah pelayanannya ialah Kota
35
Depok dan sekitarnya. Konsumen PMI UTDC Kota Depok berasal dari rumah sakit-rumah sakit maupun rumah bersalin yang berada di Kota Depok dan sekitarnya serta pasien yang meminta langsung kepada pihak PMI UTDC Kota Depok. Sistem persediaan darah yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok sangatlah sederhana. Darah yang diambil dari pendonor, diproses melalui uji saring. Apabila darah tersebut lolos melalui uji saring maka darah tersebut aman untuk digunakan, begitupun sebaliknya apabila gagal maka darah tersebut termasuk dalam darah rusak yang akan dimusnahkan. Pemusnahan darah tersebut harus melalui prosedur yang sudah digariskan oleh PMI UTDC Kota Depok yang mengacu kepada peraturan UTDP. Prosedur pemusnahan darah dapat dilihat pada Lampiran 3. Darah yang telah lolos uji saring kemudian dimasukan ke dalam Blood Bank dengan suhu 20-60 Celcius. Darah yang ada di blood bank merupakan darah yang siap dan aman untuk digunakan. Darah tersebut mampu bertahan hingga 36 hari. Setelah melewati waktu kadarluarsanya maka darah tersebut termasuk ke dalam darah rusak yang akan dimusnahkan. Arus keluar masuk darah di bagian persediaan berlangsung dengan sangat cepat karena kebutuhan akan darah sangat tinggi mengingat darah merupakan komponen dalam tubuh yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Pencatatan arus keluar masuknya darah dilakukan setiap hari oleh bagian administrasi yang kemudian direkapitulasi setiap satu bulan. Hasil rekapitulasi tersebut kemudian dilaporkan per tiga bulan ke PMI UTDP. Sisa persediaan yang ada pada bulan sebelumnya dimasukan pada persediaan bulan berikutnya. Alur proses sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 8.
36
Darah dari Pendonor Uji Saring
Tidak Lolos
Lolos
Darah Rusak
Disimpan di Blood Bank
Dimusnahkan
Darah Aman dan Siap Untuk digunakan
Gambar 8. Alur Proses Sistem Persediaan Darah 4.7. Karakteristik Persediaan Darah Perusahaan pada umumnya menggunakan metode deterministik dalam melakukan pengendalian persediaan. Metode ini cukup mudah untuk diterapkan pada perusahaan karena biasanya perusahaan mempunyai unsurunsur persediaan yang konstan. Unsur-unsur tersebut diantaranya ialah waktu pemesanan yang konstan, lead time yang konstan, serta jumlah kebutuhan barang yang konstan. Unsur-unsur yang konstan tersebut memudahkan penghitungan pengendalian persediaan karena semuanya bersifat pasti dan tetap namun dalam penelitian ke dua hal tersebut tidak cocok diterapkan di PMI UTDC Kota Depok. Karakteristik persediaan di PMI UTDC Kota Depok tidak dapat memenuhi asumsi-asumsi persediaan deterministik yang bersifat konstan. Secara umum, karakteristik persediaan yang ada di PMI UTDC Kota Depok berada pada kondisi yang tidak ideal. Unsur-unsur persediaan yang terdapat di PMI UTDC Kota Depok seperti waktu pemesanan, lead time, dan jumlah penerimaan maupun pemakaian selalu berubah-ubah atau tidak konstan. Kondisi yang tidak ideal lainnya ialah perhitungan demand yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok. Perhitungan demand dilakukan berdasarkan prediksi pengumpulan darah. Hal ini sebenarnya tidak ideal namun tetap
37
dilakukan karena PMI UTDC Kota Depok belum menerapkan sistem persediaan terpadu. PMI UTDC Kota Depok tidak mempunyai waktu yang tetap kapan pengambilan darah akan dilakukan sehingga lead time pun menjadi tidak tetap. Waktu pengambilan darah tersebut tergantung dari permintaan kelompok donor untuk dikunjungi. Waktu pengambilan darah ke kelompok donor dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengambilan darah yang dilakukan PMI UTDC Kota Depok, tidak memperhatikan kondisi persediaan yang ada di Blood Bank. PMI UTDC Kota Depok terus menerus melakukan pengambilan darah tanpa menunggu persediaan habis. Hal ini pada satu sisi sangat baik karena menghindari stock out, akan tetapi pada sisi lain akan mengakibatkan terjadi over capacity apabila tidak diperhitungkan secara benar. Berdasarkan karakteristik yang terdapat di PMI UTDC Kota Depok maka metode pengendalian persediaan yang dapat diterapkan pada PMI UTDC Kota Depok ialah metode stokastik atau probabilitas karena semua unsur dalam persediaan bersifat tidak konstan. Metode probabilitas ini jarang digunakan karena metode ini cukup sulit dilakukan. Terdapat beberapa alasan mengapa metode ini sulit untuk dilakukan. Alasan tersebut diantaranya ialah perusahaan harus menghitung unsur-unsur yang berada dalam keadaan berubah-ubah atau tidak konstan, serta literatur-literatur yang menjelaskan tentang metode probabilitas ini cukup sulit didapatkan karena tidak umum untuk diterapkan pada perusahaan. Metode probabilitas dapat digunakan dengan cara mencari rata-rata dari semua parameter persediaan seperti penerimaan darah, pemakaian darah serta lead time pengambilan darah. Setelah parameter tersebut diketahui, maka dapat dihitung Persediaan Optimal, Safety Stock serta Reorder Point. Guna memudahkan penelitian, analisis lead time dilakukan berdasarkan golongan darah. 4.8. Analisis Lead Time PMI UTDC Kota Depok mempunyai waktu antar pengambilan darah yang tidak konstan. Variasi waktu antar pengambilan darah dapat dilihat pada Tabel 5.
38
Tabel 4. Waktu Antar Pengambilan Darah (2008) Tanggal Pengambilan Darah 15/01/08 17/01/08 19/01/08 20/01/08 26/01/08 27/01/08 03/02/08 10/02/08 12/02/08 23/02/08 27/02/08 02/03/08 05/03/08 09/03/08 15/03/08 16/03/08 23/03/08 05/04/08 06/04/08 12/04/08 13/04/08 17/04/08 19/04/08
Waktu Antar Pengambilan Darah 2 2 1 6 1 7 7 2 11 4 4 3 4 6 1 7 12 1 6 1 4 2
Tanggal Pengambilan Darah 22/04/08 28/04/08 04/05/08 05/05/08 07/05/08 12/05/08 25/05/08 01/06/08 08/06/08 22/06/08 30/06/08 01/07/08 13/07/08 21/07/08 22/07/08 27/07/08 01/08/08 02/08/08 03/08/08 09/08/08 16/08/08 21/08/08 23/08/08
Waktu Antar Pengambilan Darah 3 6 6 1 2 5 13 7 7 14 8 1 12 8 1 5 5 1 1 6 7 5 2
Tanggal Pengambilan Darah 28/08/08 06/09/08 14/09/08 21/09/08 11/10/08 18/10/08 19/10/08 22/10/08 26/10/08 28/10/08 02/11/08 05/11/08 08/11/08 11/11/08 18/11/08 23/11/08 29/11/08 03/12/08 07/12/08 14/12/08 20/12/08 21/12/08 28/12/08
Waktu Antar Pengambilan Darah 5 9 8 7 20 7 1 3 4 2 3 3 3 7 5 5 6 4 4 7 6 1 7
Sumber : PMI UTDC Kota Depok, 2008 Waktu antar pengambilan darah menggambarkan kecepatan pengisian atau pasokan darah, dengan demikian dapat dianggap sebagai lead time. Berdasarkan Tabel 5. PMI UTDC Kota Depok mempunyai lead time yang tidak konstan, hal ini terjadi karena waktu pengambilan darah ke kelompokkelompok donor tidak tentu. Karakteristik lead time yang tidak konstan menyebabkan PMI UTDC Kota Depok tidak dapat membuat jadwal kunjungan yang terprogram serta ketersediaan pasokan darah menjadi tidak pasti. Lead time yang paling kecil yaitu satu hari sedangkan yang paling besar ialah 20 hari. Lead time tersebut apabila dirata-ratakan maka akan didapat hasil sebesar 5,1 hari yang artinya PMI UTDC Kota Depok mempunyai waktu tunggu rata-rata selama 5,1 hari 6 hari sedangkan standar deviasinya yaitu lt 3,7.
39
4.9. Safety Stock Ketidakpastian penerimaan dan pemakaian darah serta lead time merupakan suatu hal yang dapat mengganggu persediaan. Langkah antisipasi untuk ketidakpastian tersebut maka pihak PMI UTDC Kota Depok harus melakukan safety stock. Safety stock ini didapatkan dengan cara pemakaian rata-rata mingguan ditambah dengan tingkat pelayanan 95% di kali dengan hasil dari akar standar deviasi pemakaian mingguan dikali dengan standar deviasi lead time. Safety stock hasil perhitungan untuk golongan darah O adalah 36,69 37 kantong darah. Golongan darah B mempunyai safety stock sebesar 27,8 28 kantong darah sedangkan golongan darah A mempunyai safety stock sebesar 22,38 23 kantong darah. Safety stock yang paling sedikit ialah untuk golongan AB yakni sebesar 9,05 10 kantong darah 4.10. Analisis Reorder Point (ROP) Persediaan darah yang dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok haruslah dapat memenuhi permintaan darah dari pasien. PMI UTDC Kota Depok perlu mengontrol persediaannya sehingga tidak terjadi stock out. Kondisi stock out dapat terjadi apabila PMI UTDC Kota Depok tidak memperhatikan jumlah persediaan barang yang ada sehingga tidak mengetahui pada titik berapakah barang yang di gudang dapat mencukupi kebutuhan serta pada titik berapakah harus melakukan pemesanan kembali guna memenuhi kebutuhan. ROP ini didapatkan dengan cara mengalikan pemakaian rata-rata perhari dengan lead time lalu hasilnya dijumlahkan dengan safety stock hasil perhitungan. Analisis ROP ini dilakukan berdasarkan golongan darah karena untuk memudahkan mengontrol persediaan yang ada. Analisis ROP ini dilakukan dengan menetapkan tingkat pelayanan 95% yang berarti Z sebesar 1,65. 4.10.1. Analisis ROP Golongan Darah O Analisis reorder point ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui titik pemesanan kembali (ROP) golongan darah O. ROP
40
ini dapat dihitung dengan mengolah data penerimaan yang terdapat pada Tabel 4. ROP dari golongan darah O ialah sebesar 61 kantong darah. Angka tersebut mengartikan bahwa pihak PMI UTDC Kota Depok harus atau wajib mencari darah dengan golongan darah O ketika persediaan darah yang ada di Blood Bank sudah berada pada angka 61 kantong darah. 4.10.2. Analisis ROP Golongan Darah B Sama halnya dengan golongan darah O, analisis ROP pun perlu dilakukan terhadap golongan darah B untuk menghindari terjadinya stock out. ROP golongan darah B ialah sebanyak 46 kantong darah. Saat darah dengan golongan darah B berada pada angka 46 kantong darah, maka pihak PMI UTDC Kota Depok wajib mencari darah dengan golongan darah B. 4.10.3. Analisis ROP Golongan Darah A Golongan darah A merupakan golongan darah yang mempunyai penerimaan terbanyak sesudah golongan darah B. ROP dari golongan darah A ialah sebanyak 35 kantong darah. PMI UTDC Kota Depok wajib melakukan pengambilan darah pada pendonor pada saat persediaan berada pada titik 35 kantong darah. 4.10.4. Analisis ROP Golongan Darah AB Golongan darah AB mempunyai tingkat penerimaan serta pemakaian paling rendah diantara keempat golongan darah yang ada. ROP dari golongan darah AB yaitu sebanyak 16 kantong darah. PMI UTDC Kota Depok harus melakukan pengambilan darah untuk golongan AB pada saat persediaan golongan darah AB berada pada titik 16 kantong darah. Berdasarkan hasil perhitungan ROP seluruh golongan darah, PMI UTDC Kota Depok wajib melakukan pengambilan darah pada pendonor pada saat persediaan minimum yang ada di blood bank berada pada titik 61 kantong darah untuk golongan darah O, 46 kantong darah untuk golongan darah B, 35 kantong darah untuk golongan darah A, serta 16 kantong darah untuk golongan darah AB.
41
4.11. Kuantitas Optimum PMI UTDC Kota Depok mempunyai boks sebagai tempat penyimpanan darah sementara pada saat melakukan pengambilan darah ke kelompok donor. Boks tersebut di isi dengan es agar suhu darah tetap terjaga sehingga darah tidak menjadi rusak selama dalam perjalanan dari tempat donor menuju kantor PMI UTDC Kota Depok. Kuantitas optimum boks tersebut ialah 200 kantong darah. Kuantitas optimum boks tersebut dapat dianggap sebagai kuantitas optimum yang dapat di capai oleh PMI UTDC Kota Depok dalam satu kali pengambilan darah. Kuantitas optimum 200 kantong darah tersebut untuk seluruh golongan darah. Guna memperoleh kuantitas optimum per golongan darah, maka jumlah 200 kantong darah tersebut harus di kali sesuai dengan rata-rata penerimaan darah per golongan darah. Penerimaan rata-rata untuk golongan darah O ialah sebesar 43% kemudian golongan darah B sebesar 29%. Golongan darah A ialah 22% dan yang terakhir, golongan darah AB sebesar 6% dari keseluruhan penerimaan darah pada tahun 2008. 4.11.1 Kuantitas Optimum Golongan Darah O Guna mengetahui kuantitas optimum golongan darah O, maka kuantitas optimum seluruh golongan harus di kali dengan rata-rata penerimaan golongan darah O selama tahun 2008 yaitu sebesar 43%. Hasil perhitungan menunjukkan, kuantitas optimum untuk golongan darah O ialah sebesar 86 kantong darah. Saat persediaan darah untuk golongan darah O berada pada titik ROP yaitu sebesar 61 kantong darah, maka PMI UTDC Kota Depok akan melakukan pengambilan darah pada enam hari ke depan. Pengambilan darah tersebut ialah sebanyak 86 kantong darah sesuai dengan kuantitas optimum untuk golongan darah O. Ilustrasi kuantitas optimum golongan darah O dapat dilihat pada Gambar 9.
42
Gambar 9. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan 4.11.2 Kuantitas Optimum Golongan Darah B Kuantitas optimum untuk golongan darah B ialah sebesar 58 kantong darah. Sama halnya dengan golongan darah O, 58 kantong darah ini di dapat dari hasil perkalian kuantitas optimum seluruh golongan darah dengan penerimaan rata-rata golongan darah B pada tahun 2008. PMI UTDC Kota Depok akan melakukan pengambilan darah enam hari ke depan pada saat persediaan darah untuk golongan darah B berada pada titik ROP yaitu sebanyak 46 kantong darah. Kuantitas optimum yang dapat diperoleh golongan darah B ialah sebesar 58 kantong darah. Ilustrasi kuantitas optimum untuk golongan darah B dapat dilihat pada Gambar 10.
43
Gambar 10. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan 4.11.3 Kuantitas Optimum Golongan Darah A Hasil perhitungan menunjukkan, golongan darah A mempunyai kuantitas optimum sebesar 44 kantong darah. PMI UTDC Kota Depok akan melakukan pengambilan darah sesuai dengan kuantitas optimumnya yaitu sebanyak 44 kantong darah, ketika darah untuk golongan darah A di persediaan sudah berada pada titik ROP yaitu sebesar 35 kantong darah. Pengambilan darah ini dilakukan enam hari ke depan pada saat persediaan berada pada titik ROP. Ilustrasi kuantitas optimum untuk golongan darah B dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan
44
4.11.4 Kuantitas Optimum Golongan Darah AB Rata-rata peneriman golongan darah AB selama tahun 2008 ialah sebesar 6% dari keseluruhan penerimaan darah. Kuantitas optimum golongan darah AB dapat diketahui dengan mengalikan 6% dengan kuantitas optimum seluruh golongan darah yaitu sebesar 200 kantong darah. Hasil perhitungan menunjukkan kuantitas optimum untuk golongan darah AB ialah sebesar 12 kantong darah. Ilustrasi kuantitas optimum untuk golongan darah AB dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Ilustrasi Kuantitas Optimum untuk Golongan 4.12. Implikasi Manajerial PMI UTDC Kota Depok merupakan salah satu ujung tombak pemerintah dalam melakukan pelayanan di bidang darah. PMI UTDC Kota Depok diharapkan mampu menyediakan darah yang dibutuhkan oleh pasien. Sistem persediaan darah merupakan hal paling penting yang harus diperbaiki oleh PMI UTDC Kota Depok guna menjaga ketersediaan stok darah. PMI UTDC Kota Depok sebaiknya menerapkan sistem persediaan darah dengan memperhatikan Lead Time, Safety Stock dan Reorder Point sehingga tidak terjadi kehabisan persediaan darah. Hal lainnya yang perlu dilakukan oleh PMI UTDC Kota Depok ialah sebaiknya menambah karyawan yang khusus menangani bagian persedian darah, sehingga persediaan darah dapat terkontrol dengan baik dan juga
45
menambah tenaga Asisten Transfusi Darah, sehingga jumlah darah yang diambil dari pendonor dalam satu kali pengambilan darah lebih banyak.. Guna mencegah habis nya persediaan darah maka PMI UTDC Kota Depok sebaiknya melakukan pengambilan darah yang lebih terjadwal sehingga lead time konstan serta memperpendek masa lead time sehingga ketersediaan darah selalu terjaga. PMI UTDC Kota Depok dapat bekerjasama dengan perusahaanperusahaan di Kota Depok dan sekitarnya serta instansi-instansi pemerintah yang terkait guna mendapatkan bantuan dana untuk membeli alat refrigerate centryfuge sehingga apabila ada pasien yang membutuhkan trombosit, maka tidak perlu mencari ke PMI UTDC lain untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Sistem persediaan darah di PMI UTDC Kota Depok masih sangat sederhana yaitu hanya memperhatikan penerimaan dan pemakaian darah tanpa memperhatikan unsur-unsur yang lain seperti lead time, safety stock, reorder point serta kuantitas maksimum. b. Golongan darah yang paling banyak penerimaan serta pemakaiannya pada tahun 2008 ialah golongan darah O dengan penerimaan darah sebanyak 1547 kantong darah dan pemakaiannya sebanyak 1337 kantong darah. Golongan darah B pada peringkat selanjutnya dengan penerimaan sebanyak 1025 kantong darah dan pemakaiannya sebanyak 917 kantong darah. c. Golongan darah A dengan penerimaan sebanyak 775 kantong darah dan pemakaiannya 728 kantong darah pada peringkat selanjutnya. Terakhir ialah golongan darah AB dengan penerimaan sebanyak 208 kantong darah dan pemakaiannya 177 kantong darah. d. Safety Stock (SS) untuk golongan darah O adalah sebesar 37 kantong darah, golongan darah B adalah 28 kantong darah. Golongan darah A sebesar 23 kantong darah, sedangkan golongan darah AB sebesar 10 kantong darah. e. Reorder Point (ROP) untuk golongan darah O adalah sebesar 61 kantong darah, golongan darah B sebesar 46 kantong darah. Golongan darah A sebesar 35 kantong darah, sedangkan golongan darah AB sebesar 16 kantong darah. f. Kuantitas maksimum boks sebagai tempat penyimpanan darah sementara pada saat melakukan pengambilan darah ke kelompok donor ialah 200 kantong darah untuk seluruh golongan darah. Kuantitas maksimum per golongan untuk golongan darah O ialah 86 kantong darah, golongan darah B sebesar 58 kantong darah, golongan darah A sebesar 44 kantong darah sedangkan golongan darah AB sebesar 12 kantong darah.
47
2. Saran a. Penelitian selanjutnya sebaiknya diarahkan pada pemakaian darah berdasarkan jenis darah. b. Sebaiknya PMI UTDC Kota Depok melakukan pencatatan terhadap permintaan darah yang tidak terpenuhi agar demand darah secara keseluruhan dapat di ketahui. c. Penelitian selanjutnya perlu menghitung shortage cost karena ada permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh PMI UTDC Kota Depok. d. Kepuasan konsumen pengguna darah perlu juga dimasukan ke dalam penelitian selanjutnya sebagai bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA Baroto, T. 2002 Perencanan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Gahlia Indonesia, Jakarta. Chendra, E. 2003. Penentuan Kuantitas Pemesanan yang Optimal dan Titik Pemesanan Kembali dalam Sistem Persediaan Probabilistik untuk Berbagai Jenis Barang dengan Kapasitas Gudang. Integral : Volume 8 : 65 - 72. Handoko, T. H. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit BPFE – Yogyakarta. Heizer and Render. 2005. Manajemen Operasi edisi ke 7. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Ma’arif, M. S dan Hendri, T. 2003. Manajemen Operasi. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Putra, T. A. 2005. Analisis Pengendalian Bahan Baku Produk Ban pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB Bogor. Rangkuti. 2007. Manajemen Persediaan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soemantri, S. 1997. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu (Studi kasus pada KD. Plant Division PT. Astra Internasional Indonesia). Skripsi pada Departemen Konservasi Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor. Yesiyanti, F. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Cahaya Sakti Furnitraco Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB Bogor.
Lampiran 1. Tabel Rencana Penelitian
NO
Tujuan
Data
Sumber
Cara Pengambilan Data
Teknik Pengolahan Data
Kesimpulan
Deskriptif
Mengetahui persediaan darah serta alur masuk dan keluarnya darah di bagian penyimpanan darah yang ada di UTDC PMI Depok
Deskriptif
Mengetahui banyaknya permintaan serta penyediaan darah tiap tahunnya
Mempelajari sistem persediaan darah di Unit 1
Transfusi Darah Cabang (UTDC) PMI Kota
Persediaan Darah
UTDC PMI Depok bagian penyimpanan darah
Observasi Langsung
Persediaan Darah
UTDC PMI Depok bagian penyimpanan serta bagian adminstrasi
Observasi Langsung
Depok Mengidentifikasi karakteristik permintaan 2
dan penyediaan darah di UTDC PMI Kota Depok
50
Lanjutan Lampiran 1
Menghitung besaran untuk setiap parameter 3
sistem persediaan darah di UTDC PMI Kota Depok
Menetapkan tingkat persediaan optimal 4
darah di UTDC PMI Kota Depok
Permintaan tahunan (D) Biaya setup (S) Biaya penyimpanan (H)
Data permintaan darah selama 3 tahun terakhir (2006 - 2008). Data pemakaian darah selama 3 tahun terakhir (2006 - 2008) Data persediaan darah selama 3 tahun terakhir (2006 - 2008).
UTDC PMI Depok bagian penyimpanan serta bagian adminstrasi
UTDC PMI Depok bagian penyimpanan serta bagian adminstrasi
Menggunakan Data sekunder
Mencari ratarata untuk tiap parameter dengan menggunakan Software Microsoft Excel
Mengetahui : Permintaan darah tahunan (D) Biaya setup atau biaya yang dikeluarkan untuk setiap kali mendapatkan darah (S) Biaya penyimpanan per unit per tahun (H)
Menggunakan Data sekunder
Menggunakan Rumus EOQ 2DS Q* H dalam software POM windows
Mengetahui tingkat persediaan darah yang optimal pada setiap pesanan
51
52
Lampiran 2. Kelompok Donor Darah (2008) 1. PT. Catur Putra Jaya ( Honda) 2. PT. Yanmar 3. PT. Lucky Abadi 4. PLN 5. BPN 6. Yapkum Meruyung Depok 7. LPM Kel. Pondok Petir 8. PMI Ranting Sukmajaya 9. PGRI 10. LP3I 11. Koramil 12. Kecamatan Limo 13. Kostrad Cilodong 14. Pemda Depok 15. SMAN 1 Depok 16. SMAN 2 Depok 17. F. Farmasi UI 18. Mapala UI 19. F. Sastra Inggris UI 20. RW. 12 Kel. Sukamaju Baru 21. Rw 11 Kel. Beji 22. PKK Rt 05/04 Kel. Beji 23. Komp. Pertanian Komp.Pelni 24. Komp. Lembah Griya Indah Citayam 25. Perum. Taman Depok Permai PKK Rw.23 26. Perum. TNI AD Cimanggis 27. Perum. ARCO Sawangan 28. Perum Griya Pondok Indah Rangkapan Jaya 29. Gereja GBI Depok 30. Gereja GKI Depok 31. Gereja St. Paulus
53
Lanjutan Lampiran 2. 32. Gereja Yeremia 33. Gereja Parung 34. Hotel Bumi Wiyata
54
Lampiran 5. Lampiran Prosedur Pemusnahan Darah
PALANG MERAH INDONESIA UTD CABANG KOTA DEPOK Rumah Sakit Umum Daerah Depok Jl. Raya Muchtar No 99 Sawangan Depok
Nomor : 01.02.23 1. TUJUAN
2. RUANG LINGKUP
3. URAIAN UMUM
4. PROSEDUR
5. DOKUMEN TERKAIT
UNIT TRANSFUSI DARAH PROSEDUR PEMUSNAHAN DARAH POSITIF ( HEPATITIS B, HEPATITIS C & SIFILIS DAN ALAT-ALAT INFEKSIUS )
Disahkan oleh : Kepala UTDC PMI Depok
Dr. Soemardi Soeryakoesoemah
Terbit ke I Tanggal, 01 Januari 2007 Agar darah yang mengandung Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan alat-alat infeksius tidak dapat menular kepada petugas yang terjun langsung dan kepada lingkungan sekitarnya. 2.1. Darah donor sukarela dan donor pengganti dari mobile unit dan donor di UTDC. 2.2. RSU. Bhakti Yudha Depok bagian IPRS 2.3. Alat-alat Infeksius Darah yang mengandung virus Hepatitis B, Hepatitis C, VDRL,HIV dan alat-alat infeksius dapat menular melalui percikan serum/plasma atau darah yang tercecer dari selang plastik bag ynag diyatakan positif setelah melalui pemeriksaan uji saring dan alat-alat infeksius berkas pakai yang kemungkinan tercemar Hepatitis B, Hepatitis C, HIV & VDRL petugas atau lingkungan yang berada disekitar UTDC, bila tidak dimusnahkan secara tertib dan profesional. 4.1. Peralatan yang diperlukan 4.1.1. Dus-dus yang tidak terpakai untuk mengepak darah dan alat infeksius 4.1.2. Alat/tempat pembakaran/pemusnahan alat/barang infeksius 4.2. Persiapan pemusnahan 4.2.1. Buat surat permohonan kepada Direktur dengan tembusan ke Bag. IPRS 4.2.2. Tanyakan kesiapan IPRS RSUD 4.2.3. Siapkan darah-darah yang sudah dipisahkan dan alat-alat infeksius 4.2.4. Masukan ke dalam dus 4.2.5. Buat surat berita acara pemusnahan 4.2.6. Bawa / angkut dud-dus yang berisi darah positif dan alatalat infeksius ke bag. pembakaran/pemusnahan RSU. Bhakti Yudha 5.1. Surat permohonan 5.2. Surat berita acara pemusnahan 5.3. Laporan hasil uji saring