ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1993-2006
OLEH VIVI ARFINA H14102008
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
VIVI ARFINA. Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri dan Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1993-2006 (dibimbing oleh BUNASOR SANIM). Pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan merupakan hal yang lazim bagi setiap negara. Tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa di sebagian besar negara berkembang pelaksanaan pembangunan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi terhambat oleh keterbatasan modal. Keterbatasan modal tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan tabungan dan investasi (savinginvestment gap) dan kesenjangan ekspor dan impor (export-import gap). Tingkat akumulasi modal yang rendah di negara-negara berkembang seperti Indonesia telah mendorong pemerintah negara bersangkutan mencari pinjaman baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Namun, pada umumnya di negara berkembang proporsi utang terbesar diperoleh dari luar negeri. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri, tetapi seringkali banyak negara-negara berkembang tersebut pada akhirnya masuk ke dalam perangkap utang. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini memiliki tiga tujuan utama : 1) Menganalisis apakah terdapat hubungan antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2) Menganalisis keterkaitan antara tabungan masyarakat, investasi, dan net export dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3) Menganalisis variabel-variabel yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu data statistik dari Bank Indonesia dan bukubuku yang menjadi referensi. Data penelitian ini menggunakan data statistik triwulan dari Maret 1993 sampai dengan Desember 2006. Sedangkan metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM). Model ini digunakan karena dalam aplikasinya dapat mengatasi masalah pada penggunaan variabel yang tidak stasioner yang nantinya akan menimbulkan regresi lancung. Selain itu, dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Dengan menggunakan taraf nyata sepuluh persen (α = 10%), hasil estimasi persamaan jangka panjang dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV) memiliki pengaruh positif dan signifikan, utang luar negeri (ULN) memiliki pengaruh negatif dan signifikan, dan tabungan masyarakat (SAV) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan hanya variabel net export (NX) memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hasil
estimasi persamaan jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV) dan net export (NX) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Variabel utang luar negeri (ULN) dan tabungan masyarakat (SAV) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. Diperlukan kebijakan alternatif yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hasil estimasi didapatkan bahwa utang luar negeri berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi dan signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya, utang luar negeri tidak dapat lagi dijadikan sebagai sumber pembiayaan utama pembangunan. Sehingga proporsi utang luar negeri dalam rangka mendukung peningkatan pertumbuhan harus dikurangi bahkan diganti oleh sumber lain : 1) Utang dalam negeri, seperti obligasi : SUN, ORI, dan lain-lain. 2) Tabungan dalam negeri terutama tabungan masyarakat.
ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1993-2006
Oleh VIVI ARFINA H14102008
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Vivi Arfina
Nomor Registrasi Pokok
: H14102008
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul
: Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Dan Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 19932006
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M. Sc NIP. 130 345 012
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
Vivi Arfina H14102008
RIWAYAT HIDUP
Penulis Vivi Arfina lahir tanggal 13 Februari 1984 di Jakarta. Penulis lahir sebagai anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Ismail Haniffa (Alm) dan R. Eming Aminah. Penulis memasuki TK Tanjung pada tahun 1988 dan lulus pada tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Sukaluyu II, Bandung pada tahun 1990 sampai tahun 1991 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Grogol 07 PG pada tahun 19911993. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Mangunreja III dan lulus pada tahun 1996, menyelesaikan pendidikan menengah di SLTP Negeri Mangunreja pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Singaparna dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Dan Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 19932006”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Ismail Haniffa (Alm) dan Ibu R. Eming Aminah atas didikan dan kasih sayangnya sejak kecil sampai saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Wali penulis yaitu Bapak R.E. Koesmar dan Ibu R. Ais Hidayah serta kepada adik-adik penulis, yaitu Mimi Armilah, Tri Safarinah, Ahmad Mansyur, dan Ahmad Safe’i. Kesabaran dan dorongan yang mereka berikan sangat besar artinya dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan Syamsul Hidayat Pasaribu, SE., M.Si selaku penguji dan komisi pendidikan yang telah menguji dan memberi banyak saran atas penyempurnaan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis juga berterimakasih kepada teman-teman antara lain Yudhistira, Mas Agung, Megi, Anita, Maruti, Annisa, Tuti, Sri, Zen, Hendra, Heri, Evi, Riefky, dan pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa isi dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pembaca. Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2007
Vivi Arfina H14102008
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3. Tujuan ............................................................................................... 4 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN................. 6 2.1. Pertumbuhan Ekonomi...................................................................... 6 2.2. Utang Luar Negeri ............................................................................ 7 2.3. Teori Harrod-Domar ........................................................................ 8 2.4. Karakteristik Krisis Utang dan Pembentukan Utang ........................ 9 2.4.1. Dari Debt-Led Growth Hingga Growth-Led Debt .................. 11 2.4.2. Negara Peminjam Sebagai Faktor Timbulnya Krisis Utang ... 13 2.5. Sumber-Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia.................... 14 2.5.1. Ekspor ..................................................................................... 14 2.5.2. Bantuan Luar Negeri ............................................................... 15 2.5.3. Tabungan Masyarakat ............................................................. 15 2.6. Dilema Memelihara Momentum Pembangunan ............................... 16 2.7. Indikator Utang Luar Negeri Mencapai Overborrowing .................. 17 2.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................................... 19 2.9. Kerangka Pemikiran Konseptual....................................................... 20 2.10. Hipotesis............................................................................................ 24 III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 25 3.1. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 25 3.2. Metode Analisis ................................................................................ 25 3.2.1. Uji Akar Unit (Unit Root) ....................................................... 25
3.2.2. Uji Derajat Integrasi................................................................ 26 3.2.3. Uji Kointegrasi Engle-Granger............................................... 27 3.3. Error Correction Model (ECM) ....................................................... 27 3.4. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ........................................................ 29 3.4.1. Autokorelasi ............................................................................ 29 3.4.2. Normalitas ............................................................................... 30 3.4.3. Heteroskedastisitas.................................................................. 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 31 4.1. Hasil Pengujian Akar-akar Unit ........................................................... 31 4.2. Uji Kointegrasi Engle-Granger ........................................................... 33 4.3. Estimasi Error Correction Model (ECM)............................................ 38 4.4. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ........................................................... 45 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 47 5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 47 5.2. Saran..................................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49 LAMPIRAN..................................................................................................... 50
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Debt Service Ratio: Indonesia dan beberapa negara ASEAN (dalam persen)......................................................................................... 18 2. Total Utang Luar Negeri Indonesia (dalam persen)................................ 19 3. Hasil Uji Akar Unit pada Level............................................................... 31 4. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference.............................................. 32 5. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger (Jangka Panjang) ........................ 33 6. Hasil Uji Akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual Persamaan Regresi .................................................................................. 38 7. Hasil Estimasi ECM Untuk Pertumbuhan Ekonomi dengan Variabel yang Signifikan......................................................................... 38
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Skema Alur Kerangka Pemikiran Konseptual ........................................ 23
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Yang Digunakan Dalam Model...................................................... 50 2. Uji Akar Unit pada Level ........................................................................ 52 3. Uji Akar Unit pada First Difference ....................................................... 53 4. Uji Kointegrasi Engle-Granger (Persamaan Jangka Panjang)................ 54 5. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan variabel-variabel yang signifikan............................................................ 55 6. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan variabel-variabel yang tidak signifikan................................................... 56 7. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik .............................................................. 56
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia pada tahun 1997 mengalami krisis ekonomi yang sangat
mengguncang perekonomian. Hal ini dijelaskan oleh kondisi perusahaanperusahaan yang banyak mengalami kebankrutan dan bank-bank yang dimerger karena dianggap tidak sehat. Para investor pun banyak yang mengalihkan investasinya dari Indonesia, hal ini disebabkan oleh keadaan di Indonesia yang dianggap tidak kondusif untuk berinvestasi. Pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan merupakan hal yang lazim bagi setiap negara, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa di sebagian besar negara berkembang pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi terhambat oleh keterbatasan modal. Keterbatasan modal tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan tabungan dan investasi (saving-investment gap) dan kesenjangan ekspor dan impor (export-import gap). Tingkat akumulasi modal yang rendah di negara-negara berkembang seperti Indonesia telah mendorong pemerintah negara bersangkutan mencari pinjaman baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Namun pada umumnya di negara berkembang proporsi utang terbesar diperoleh dari luar negeri. Pada tahap-tahap awal pembangunan, penggunaan komponen utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan memang sangat menguntungkan. Namun, yang terjadi di Indonesia ternyata sebagian besar penerimaan negara dalam APBN yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian justru tersedot oleh
2
pengeluaran rutin yang sebagian teralokasi pada cicilan pokok dan bunga utang. Hal ini disebabkan negara pengutang atau debitur gagal dalam memanfaatkan dan mengelola utang luar negeri dengan baik. Apabila pengelolaan utang luar negeri dapat dilakukan dengan manajemen yang baik dan terukur, maka prospek utang akan dapat meningkatkan tabungan domestik dan daya saing ekonomi, serta dapat meningkatkan investasi yang dapat mendorong peningkatan kapasitas ekonomi nasional. Arus utang luar negeri yang masuk ke Indonesia cenderung fluktuatif dan semakin meningkat dari tahun ke tahun (Bank Indonesia, 2004). Kebijakan utang luar negeri dipercaya pemerintah dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi. Modal yang diperoleh dari utang luar negeri diharapkan dapat meningkatkan investasi negara yang bersangkutan, sehingga Gross Domestic Product (GDP) juga diharapkan meningkat. Utang luar negeri dapat menambah persediaan modal dalam negeri, tetapi di sisi lain pemerintah Indonesia selaku pihak yang meminjam memiliki kewajiban untuk membayar kembali utang luar negeri tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Alokasi dana yang disediakan untuk membayar kewajiban tersebut akan mengurangi alokasi dana untuk pembangunan di sektor-sektor lain yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kondisi di atas ternyata utang luar negeri dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, bahaya utang luar negeri belum dianggap serius oleh sebagian besar negara pengutang mengingat mereka sangat kaya akan sumber daya alam. Masuknya
3
modal dari luar negeri juga dianggap sebagai salah satu cara mengatasi hambatan dalam pengelolaan kekayaan alam yang begitu melimpah ketika perekonomian dalam negeri tidak begitu mampu menyediakan dana untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan alamnya. Dalam perkembangannya, masuknya dana ke dalam negeri tanpa usaha dan kerja keras telah memanjakan negara-negara pengutang. Akibatnya utang luar negeri berubah menjadi perangkap utang bagi negara-negara tersebut dan aliran dana dari luar negeri membentuk birokrasi yang sangat sensitif terhadap berbagai bentuk kebocoran, penyalahgunaan dan korupsi.
1.2.
Perumusan Masalah Persoalan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang salah satu
diantaranya adalah kurangnya akumulasi modal, dimana akumulasi modal yang rendah merupakan suatu hambatan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, untuk menutupi adanya akumulasi modal yang rendah tersebut pemerintah melakukan utang luar negeri. Menurut penelitian di negara-negara berkembang rendahnya akumulasi modal tersebut disebabkan karena terdapat kelangkaan tabungan domestik dan investasi, sehingga dana domestik tidak mencukupi untuk membiayai pembangunan (Todaro dan Smith, 2000). Fenomena rendahnya tingkat akumulasi modal tersebut menurut Irawan dan Suparmoko (1999) disebut lingkaran yang tak berujung pangkal atau vicious circle. Sehingga dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui akumulasi modal yang mencukupi, diperlukan adanya strategi kebijakan yang
4
tepat untuk mencapai target yang diinginkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyalahgunaan kebijakan utang luar negeri oleh aparat-aparat pemerintahan. Selain itu, dalam rangka menekan sifat konsumtif aparat pemerintahan yang berujung pada defisit anggaran pemerintah. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia? 2. Bagaimanakah keterkaitan antara tabungan masyarakat, investasi, dan net export dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia? 3. Variabel-variabel
mana
saja
yang
secara
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang?
1.3.
Tujuan Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, adapun tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan adalah : 1. Untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Menganalisis keterkaitan antara tabungan masyarakat, investasi, dan net export dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
5
3. Menganalisis
variabel-variabel
yang
secara
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan :
1. Memberikan hasil empirik mengenai hubungan utang luar negeri, tabungan masyarakat, investasi, dan net export terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Memberikan gambaran umum bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan utang luar negeri dalam rangka meningkatkan akumulasi modal yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Sebagai data dasar (bench mark data) yang dapat digunakan sebagai input bagi penelitian selanjutnya dalam bidangnya bagi pengembangan IPTEKS. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. Bagi penulis, penelitian ini menjadi pendalaman ilmu dalam penerapan beberapa teori yang telah dipelajari selama kuliah, yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan secara nyata dalam dunia kerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Irawan
dan
Suparmoko
(1999),
pertumbuhan
ekonomi
merupakan suatu kondisi dimana terdapat lebih banyak output, tanpa melihat ada tidaknya perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak. Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan, 2004). Pertumbuhan dapat meliputi penggunaan input lebih banyak dan lebih efisien, yaitu adanya kenaikan output persatuan input. Dengan kata lain, dengan kesatuan input dapat menghasilkan output yang lebih banyak. Pembangunan ekonomi menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur output dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian di samping kenaikan output. Pada umumnya pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Menurut Boediono dalam Daryanto (2004) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama mengalami kenaikan output per kapita. Pada suatu saat memang bisa terjadi penurunan output, tetapi apabila
7
dalam jangka waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita menunjukkan kecenderungan
yang
meningkat,
maka
dapat
dikatakan
bahwa
terjadi
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini peningkatan output dapat mencerminkan meningkatnya kemampuan negara yang bersangkutan dalam memenuhi kebutuhan domestiknya. Selain itu, peningkatan output tersebut dapat semakin menggiatkan ekspor yang ditandai dengan peningkatan net export dalam rangka pertumbuhan ekonomi.
2.2.
Utang Luar Negeri Menurut Tribroto dalam Daryanto (2004), utang luar negeri pada
hakekatnya dapat ditelaah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Utang luar negeri dari aspek materiil merupakan arus masuk modal dari luar ke dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam negeri. Aspek formal mengartikan utang luar negeri sebagai penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan aspek fungsinya, utang luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan. Secara umum utang luar negeri adalah sebuah utang yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri baik dalam bentuk valuta asing maupun dalam rupiah. Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara/Ketua Bappenas No. 185/KMK.03/1995 dan No. Kep031/KET/5/1995, pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk
8
barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Menurut Avramovic dalam Basri dan Mulyadi (2003), lingkaran utang terdiri atas tiga tahap yaitu pada dua tahap pertama, stok utang naik seiring dengan waktu dan pada tahap ketiga kemudian menurun. Dalam tahap pertama arus modal yang masuk menyokong tabungan domestik untuk mendanai sebagian dari dana investasi domestik serta mendanai untuk pelunasan utang yang dibuat pada waktu yang lalu. Pelunasan utang dibayar dari pinjaman baru yang mengakibatkan stok utang menjadi meningkat. Tahap selanjutnya yaitu tahap kedua, dimana terjadi kenaikan tabungan domestik. Secara bertahap tabungan domestik akan melampaui tingkat investasi domestik sehingga surplus yang timbul dari selisih keduanya akan digunakan untuk menutup sebagian dari pelunasan utang. Pada tahap terakhir, tabungan domestik yang tumbuh cukup untuk mendanai investasi domestik dan kemudian digunakan untuk membayar pelunasan utang sehingga dengan demikian akan mendorong terjadinya pelunasan stok utang.
2.3.
Teori Harrod-Domar Dalam hal ini, teori Harrod-Domar menekankan pentingnya peran
akumulasi modal dalam proses pertumbuhan. Dimana setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti
barang-barang
modal yang
rusak.
Namun
demikian,
untuk
menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai
9
tambahan stok modal. Harrod-Domar menitikberatkan bahwa akumulasi modal itu mempunyai peranan ganda, yaitu menumbuhkan pendapatan dan di sisi lain juga dapat menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar persediaan modal. Secara sederhana teori Harrod-Domar adalah misalnya pada suatu waktu tercipta keseimbangan pada tingkat full employment income, maka untuk memelihara keseimbangan dari tahun ke tahun dibutuhkan sejumlah pengeluaran, karena investasi itu harus cukup untuk menutupi kenaikan output yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, investasi harus selalu ada supaya keseimbangan tidak terganggu, sebab bila tidak, pendapatan per kapita akan turun karena adanya penduduk yang bertambah (Todaro dan Smith, 2000).
2.4.
Karakteristik Krisis Utang dan Pembentukan Utang Utang luar negeri bagi Negara Sedang Berkembang (NSB) bukan lagi
membantu dalam pembangunannya bahkan menjadi beban. Beban utang ini disebabkan karena : 1) Utang yang diterima lebih banyak dinyatakan dalam bentuk mata uang asing dan bukan dalam bentuk mata uang dalam negeri sehingga rentan terhadap fluktuasi di pasar moneter internasional. 2) Kebanyakan utang yang diterima oleh NSB dalam bentuk US$. Untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat utang membebani suatu negara dapat kita lihat dari beberapa aspek. Aspek tersebut yaitu : a.
Tingkat Debt Service Ratio (DSR), yaitu perbandingan antara pembayaran bunga plus cicilan utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara pada tahun yang sama. Sebagai contoh tingkat DSR Brazil dan Korea Selatan pada tahun
10
1982 masing-masing sebesar 81 persen dan 2,2 persen. Ini berarti Brazil menggunakan 81 persen dari ekspornya untuk membayar utangnya sedangkan Korea Selatan hanya 2,2 persen. Menurut pengalaman di banyak negara batas aman untuk DSR adalah 20 persen. b. Persentase utang terhadap GDP (debt to GDP ratio). Meskipun secara absolut jumlahnya kecil, tetapi jika persentase terhadap GDP relatif besar, hal ini akan memberatkan negara tersebut. Sebagaimana diketahui untuk membangun suatu negara diperlukan adanya dana yang cukup untuk membiayai kegiatan investasi. Di sisi lain negara-negara tersebut tidak mampu menyediakan dana yang cukup. Menurut Kuncoro (1997), ketidakmampuan ini antara lain disebabkan oleh adanya faktor-faktor sebagai berikut : a. Kurangnya tabungan dalam negeri (saving-investment gap) Kekurangan tabungan ini tidak lain karena rendahnya tingkat pendapatan penduduk di samping sistem keuangan yang belum memadai. b. Kurangnya kemampuan untuk melakukan ekspor (export-import gap) Untuk melakukan transaksi perdagangan internasional diperlukan devisa, sementara kemampuan NSB untuk melakukan ekspor sebagai salah satu sumber devisa masih rendah. Kedua faktor itulah yang pada akhirnya mendorong NSB untuk meminjam dana dari luar negeri dalam bentuk mata uang asing dan bukan dalam bentuk mata uang domestik. Keadaan tersebut semakin diperburuk dengan adanya tingkat bunga pinjaman yang tinggi, rendahnya harga barang-barang ekspor yang
11
dihasilkan oleh NSB (sebagai penghasil bahan mentah), dan rendahnya tingkat permintaan terhadap produk-produk NSB. Faktor-faktor inilah yang semakin mempersulit NSB untuk membayar utangnya.
2.4.1. Dari Debt-Led Growth Hingga Growth-Led Debt Negara yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonomi, umumnya menutup kesenjangan pembiayaan dengan mencari sumber-sumber dari luar negeri. Umumnya, logika semacam ini didasari oleh strategi pembangunan yang mendasarkan pada pembentukan modal. Pemikiran model pertumbuhan Harrod-Domar banyak dijadikan dasar untuk memperoleh utang luar negeri. Tidak
dapat
dipungkiri,
bahwa
strategi
pembangunan
yang
menitikberatkan pada pembentukan modal menjadi begitu dominan pengaruhnya terhadap perencanaan pembangunan dan relatif bertahan cukup lama. Ada beberapa alasan yang kemungkinan besar menjadi penyebabnya (Kuncoro, 1997). Pertama, dibanding model lain, model Harrod-Domar menekankan pentingnya pertumbuhan yang stabil melalui tingkat investasi tertentu tanpa menyebabkan inflasi atau pengangguran yang tinggi. Namun, interpretasi yang melihat proses pembangunan semata-mata sebagai suatu mekanisme mengikuti teori Harrod-Domar akan berujung pada capital fundamentalism. Artinya, masalah-masalah pembangunan semata-mata dipandang sebagai proses pengadaan sumber investasi guna mencapai target pertumbuhan pendapatan nasional tertentu. Implikasinya target pertumbuhan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan
12
sering diabaikan, karena asumsinya pertumbuhan yang cepat akan secara otomatis mengurangi pengangguran dan ketimpangan pendapatan melalui efek merembes ke bawah (trickle down effect). Kedua, capital fundamentalism yang gaungnya terasa dalam perencanaan pembangunan dekade 1950-an dan 1960-an, oleh negara-negara donor dijadikan sebagai
dasar
fundamentalism
pembenaran dapat
“keperluan”
bertahan
lama
akan
bantuan.
Ketiga,
capital
karena
begitu
fleksibel
untuk
dikombinasikan dengan konsep-konsep baru yang muncul pada periode 1960-an, 1970-an, bahkan 1980-an, seperti konsep modal manusia (human capital), industrialisasi yang berorientasi ekspor (exportled growth), dan kebutuhan pokok (basic needs). Dalam perkembangannya kemudian, pihak pemberi pinjaman mulai menyadari peningkatan utang NSB telah melampaui titik batas yang dapat membahayakan mereka dan NSB itu sendiri. Hal ini dikarenakan, kecepatan peningkatan sumber dana dalam negeri tidak dapat mengimbangi kecepatan peningkatan jumlah bantuan. Inilah yang menandai bahwa fenomena debtled growth telah bergeser menjadi growthled debt, obsesi mengejar pertumbuhan menyebabkan peningkatan kebutuhan akan utang, hingga akhirnya bermuara pada krisis utang NSB pada awal dasawarsa 1980-an. Menurut Bank Dunia dalam Kuncoro (1997) mengklasifikasikan negara berdasarkan indikator utang luar negeri menjadi : a. Negara pengutang besar (severely indebted) jika present value of debt lebih besar dari 220 persen ekspor atau lebih besar dari 80 persen GNI.
13
b. Negara pengutang moderat (moderately indebted) jika present value of debt lebih besar dari 132 persen ekspor atau lebih dari 48 persen GNI. c. Negara yang tidak termasuk dalam kedua klasifikasi di atas termasuk dalam negara pengutang sedikit (less indebted).
2.4.2. Negara Peminjam Sebagai Faktor Timbulnya Krisis Utang Dua faktor utama yang dianggap sebagai penyebab timbulnya krisis utang yang berasal dari negara peminjam yaitu : a. Hubungan antara utang luar negeri dan investasi Investasi yang dilakukan dengan menggunakan utang luar negeri secara kuantitas mengalami peningkatan tetapi secara kualitas tidak. Meskipun investasi yang dilakukan memberikan tambahan nilai sosial (investasi di bidang infrastruktur, pendidikan) tetapi tidak cukup mampu untuk menciptakan kemampuan untuk membayar kembali utang-utangnya. Di samping itu, investasi yang dilakukan tidak mampu mendorong baik secara langsung maupun tidak langsung pendapatan negara dari ekspor, dimana devisa dari ekspor diharapkan dapat digunakan untuk membayar utangutangnya. b. Adanya aliran dana ke luar negeri (capital flight) Banyaknya aliran dana ke luar negeri disebabkan karena alasan spekulasi (antisipasi adanya devaluasi) atau ketidakstabilan dalam bidang ekonomi dan politik. Adanya capital flight mengakibatkan turunnya investasi dalam negeri, yang berakibat pada rendahnya output nasional. Rendahnya output nasional
14
berakibat meningkatnya tingkat DSR (debt service ratio). Tingginya tingkat DSR menimbulkan adanya spekulasi yang mendorong adanya modal yang mengalir ke luar negeri. Demikian seterusnya sehingga proses yang berjalan merupakan vicious circle.
2.5.
Sumber-Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia Minyak bumi, utang luar negeri dan perekonomian Indonesia ibarat
segitiga sama sisi dalam masa Orde Baru, yang ketiganya bertalian secara erat dan berhubungan satu sama lain. Pada empat tahun pertama Pelita I, utang luar negeri adalah sumber utama pembiayaan pembangunan, namun posisi tersebut berubah setelah adanya oil boom pada awal tahun 1974. Selepas 1973 penerimaan dari ekspor minyak dan gas menjadi begitu dominan sebagai sumber penerimaan devisa, mencapai diatas 60 persen.
2.5.1. Ekspor Sebagai penganut sistem ekonomi terbuka, lalu lintas perdagangan internasional berperan penting dalam perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Seberapa jauh peran perdagangan luar negeri terlihat dari rasio antara ekspor ditambah impor terhadap PDB, yang hanya 19,6 persen pada tahun 1969 menjadi 42,7 persen pada tahun 1984. Sementara peranan ekspor terhadap PDB melonjak dari 10,2 persen pada tahun 1969 menjadi 26,1 persen pada tahun 1984. Pada dasawarsa 1970-an, ekspor non migas merupakan sumber utama penerimaan devisa Indonesia, yang menyumbang hampir 80 persen dari
15
penerimaan ekspor. Adanya lonjakan harga minyak yang pertama tahun 1974, telah mengubah profil ekspor secara drastis. Meskipun ekspor non migas meningkat dua kali lipat nilainya selama 1971-1975, pangsanya dalam total ekspor menurun menjadi sekitar 25 persen. Sejak itu, situasi ekonomi Indonesia dan prospeknya demikian terikat dengan perkembangan pasar minyak. Peran migas sebagai sumber penerimaan negara berlangsung hingga tahun 1981. Setelah 1981 kontribusi migas mulai menurun hingga tahun 1985 menjadi 68,8 persen dari total ekspor. Di lain pihak, peranan ekspor non migas kembali meningkat akibat menurunnya harga minyak dan volume produksi. Pada tahun 1985, ekspor non migas meningkat lebih dari 31 persen dari total penerimaan ekspor.
2.5.2. Bantuan Luar Negeri Pada awal Orde Baru, para penentu kebijakan menghadapi kelangkaan modal dan sumber pembiayaan pembangunan. Tabungan domestik waktu itu begitu rendah dan tidak dapat diharapkan meningkat dalam waktu singkat. Jalan keluarnya adalah pembiayaan pembangunan dari sumber-sumber luar negeri, dalam bentuk bantuan luar negeri. Tak heran lagi, mengalirlah bantuan luar negeri, dalam bentuk pinjaman lunak (loan) dan hibah ke Indonesia. Dalam neraca pembayaran, bantuan luar negeri tercatat sebagai pemasukan modal pemerintah.
2.5.3. Tabungan Masyarakat Tabungan masyarakat adalah bagian dari pendapatan masyarakat pada periode tertentu yang secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi pada
16
periode tersebut. Tabungan masyarakat yang produktif akan memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan apabila tabungan yang telah terhimpun tersebut digunakan untuk mendukung pembentukan modal yang produktif yang dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang tersedia di masyarakat. Tabungan masyarakat ini harus diberdayakan agar NSB khususnya Indonesia tidak terlalu tergantung pada utang luar negeri. Apabila tabungan masyarakat jumlahnya besar, maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap investasi. Pada akhirnya, tabungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
2.6.
Dilema Memelihara Momentum Pembangunan Konsekuensi logis dari komitmen membayar bunga dan cicilan utang
adalah semakin rampingnya konsumsi domestik dan pengeluaran pemerintah. Tidak mengherankan, bila belakangan kita mengenal berbagai kebijakan yang bernada expenditure reducing, seperti kebijakan uang ketat, penurunan pengeluaran pembangunan, dan penangguhan proyek-proyek mega sebagai konsekuensi dari penyesuaian struktural. Permasalahan trade-off antara kepatuhan membayar utang dan desakan membatasi pengeluaran dalam negeri saat ini telah menjadi isu sentral yang mencuat ke permukaan. Dalam hal ini, akumulasi dan beban utang luar negeri Indonesia semakin menjurus pada growth-led debt atau masuk dalam perangkap utang (debt trap). Proyeksi utang luar negeri menunjukkan bahwa fenomena growth-led debt
17
bukannya tidak mustahil akan menjadi kenyataan. Defisit transaksi berjalan yang terus-menerus, dan kebutuhan menjaga cadangan devisa pada tingkat yang aman nampaknya memerlukan masuknya modal dari luar yang lebih tinggi.
2.7.
Indikator Utang Luar Negeri Mencapai Overborrowing Indonesia harus mewaspadai bahwa indikator beban utang luar negerinya
sudah menunjukkan sampai pada taraf overborrowing. Data dari World Debt Tables menunjukkan bahwa indikator beban utang luar negeri, yaitu DSR, DER, dan DGDP, telah melebihi batas yang dianggap aman, yang masing-masing 20 persen, 200 persen, dan 70 persen. DSR (debt service ratio), yang merupakan rasio antara pembayaran bunga dan cicilan utang terhadap penerimaan ekspor, masih berada pada angka di atas 31 persen sejak tahun 1986. DER (debt export ratio), yaitu rasio antara total utang luar negeri dengan penerimaan ekspor, selalu di atas 200 persen sejak tahun 1986. Demikian juga, dengan DGDP (debt GDP ratio), yang merupakan rasio antara total utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto, telah di atas 40 persen bahkan sejak tahun 1985. Beban utang khususnya DSR Indonesia ternyata paling tinggi di kalangan negara ASEAN dari tahun 1980 hingga 2000 seperti disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Pada tahun 2000, DSR Indonesia mencapai 44,8 persen, yang meski menurun dibanding dua tahun sebelumnya namun masih jauh di atas ambang normal.
18
Tabel 1. Debt Service Ratio: Indonesia dan beberapa negara ASEAN (dalam persen) Negara Indonesia Korsel Malaysia Filipina Thailand
1980 21,1 6,3 26,0 18,9
1985 28,7 27,7 11,3 31,1 31,9
1995 29,6 7,8 3,3 15,9 11,6
1996 36,1 8,6 3,1 13,2 12,6
1997 44,5 8,1 6,9 9,1 15,5
1998 57,9 12,8 3,1 11,8 19,2
1999 56,8 -
2000 44,8 -
Sumber : World Bank, http://www.worldbank.org Ketika krisis menimpa Indonesia pada tahun 1997, total utang secara nasional meningkat cepat secara signifikan terlihat pada Tabel 2, batas aman yang diterapkan Bank Dunia terhadap DSR yakni 20 persen. Ternyata setelah tahun 1997 DSR mengalami puncaknya yang melebihi sekitar 2,5 kali dari batas aman, yakni sebesar 57,9 pada tahun 1998. Pada fase ini tampaknya merupakan titik balik dari tren DSR Indonesia, karena semenjak fase tersebut DSR berangsurangsur turun hingga pada akhir di tahun 2003 sudah mendekati batas aman yakni sebesar 27,1 persen saja. Dilihat dari rasio utang terhadap ekspor Indonesia, tampaknya mempunyai tren yang sama. Bank Dunia menetapkan batas aman rasio utang terhadap ekspor sebesar 130-220 persen, terlihat bahwa semenjak tahun 1994 rasio utang terhadap ekspor Indonesia selalu berfluktuasi dan berada di atas batas aman. Puncaknya tercapai pada fase krisis (1997 menuju 1998), yakni sebesar 261,8 persen, namun berangsur-angsur menurun hingga pada akhirnya pada tahun 2003 menjadi sebesar 188,6 persen yang masuk dalam kriteria batas aman. Rasio total utang terhadap GDP tampaknya juga mempunyai tren yang sama. Pada tahun 1994 sampai menjelang krisis, rasio utang terhadap GDP masih termasuk dalam batas aman Bank Dunia, namun begitu krisis berlangsung, tampak pada tahun 1998 rasio utang terhadap GDP meningkat pesat menjadi
19
146,3 persen. Setelah fase tersebut rasio berangsur-angsur turun dan kembali memasuki batas aman sebagaimana terlihat di tahun 2003 yang hanya sebesar 62,9 persen saja. Tabel 2. Total Utang Luar Negeri Indonesia (dalam persen) Indikator Debt Service Ratio Total Debt to Export Total Debt to GDP
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Kriteria World Bank
35,9
30,3
35,9
44,5
57,9
56,8
41,1
41,4
33,1
27,1
20
230,7
227,2
232,9
207,3
261,8
252,1
191
200,7
193,9
188,6
130-220
55,7
64,8
65,1
62,2
146,3
105,
93,8
91,1
76
62,9
50-80
Sumber: Bank Indonesia dalam Goeltom (2005:261) Dari sisi total utang, Indonesia menduduki peringkat keempat di antara negara pengutang terbesar di dunia, dan mendapat “medali perak” di Asia sebagai negara pengutang terbesar. Pada tahun 1993, menurut catatan World Development Report 1995, bantuan luar negeri bersih per kapita untuk Indonesia sebesar US$ 10,8. Berarti masih di bawah Chile (US$ 13,3), Korea (US$ 21,9), Costa Rica (US$ 30,1), Peru (US$ 24,5), Bolivia (US$ 80,6), namun melebihi Meksiko (US$ 4,5), Brazil (US$ 1,5), dan Argentina (US$ 8,4).
2.8.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Hernatasa (2004) menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri
memiliki hubungan non linear terhadap pertumbuhan ekonomi untuk periode 1970-2003. Model yang digunakan yaitu dengan dummies, kuadratik, dan fungsi spline yang dianalisis berdasarkan metode OLS. Kesimpulan lainnya berdasarkan hasil regresi model kuadratik menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan terms of
20
trade juga memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan sedangkan lag pendapatan per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Daryanto (2004) menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi untuk periode 1977-2001. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan metode OLS. Selain itu, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah pada Orde Reformasi cenderung lebih baik dibandingkan pada Orde Baru. Walaupun demikian, pinjaman luar negeri pada kedua Orde tersebut berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Adi (2003) mengenai pengaruh pertumbuhan pinjaman luar negeri pemerintah dan pinjaman luar negeri swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk periode 1975-1998, dengan pendekatan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hanya pinjaman luar negeri swasta yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan pada jangka panjang baik pinjaman luar negeri pemerintah maupun pinjaman luar negeri swasta tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2.9.
Kerangka Pemikiran Konseptual Suatu perekonomian NSB sangat tergantung kepada efisiensi penggunaan
faktor-faktor produksi yang dimiliki negara tersebut. Modal merupakan salah satu faktor produksi selain tenaga kerja, modal dapat dikelompokkan menjadi dua
21
berdasarkan sumbernya yaitu modal yang berasal dari dalam negeri dan modal yang berasal dari luar negeri. Modal yang berasal dari dalam negeri dapat berupa tabungan masyarakat, pajak, dan devisa. Modal yang berasal dari luar negeri dapat berupa pinjaman ataupun investasi langsung. Di sisi lain, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, banyak NSB yang giat melakukan pembangunan di berbagai sektor. Tetapi, langkah negara-negara berkembang tersebut seringkali terhambat karena tingkat akumulasi modal yang rendah. Dalam hal ini masuknya modal asing ke dalam suatu negara dapat meningkatkan jumlah tabungan masyarakat dan memperkecil senjang tabungan dan investasi (saving-investment gap) yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu kesenjangan ekspor dan impor (export-import gap) juga menjadi penghambat dalam akumulasi modal pada NSB. Rendahnya akumulasi modal tersebut, telah mendorong pemerintah NSB untuk mengambil kebijakan utang luar negeri. Awalnya pengambilan keputusan bertujuan untuk menambah akumulasi modal dalam rangka meningkatkan pembangunan, tetapi pada akhirnya kebijakan utang luar negeri seringkali menjadi bumerang akibat penyalahgunaan dalam pengelolaannya. Pada dasarnya, kebijakan utang luar negeri dilakukan negara-negara berkembang dalam rangka melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan sehingga dapat memutuskan lingkaran yang tak berujung pangkal atau vicious circle yang selama ini terjadi. Untuk mempermudah atau membaca secara garis besar penelitian ini, maka digunakan skema alur kerangka pemikiran konseptual.
22
Berdasarkan Gambar 1 di bawah ini bahwa rendahnya akumulasi modal di negara-negara berkembang memungkinkan munculnya suatu fenomena lingkaran yang tak berujung pangkal atau vicious circle. Dalam hal ini, rendahnya akumulasi modal telah menyebabkan terjadinya vicious circle. Vicious circle tersebut mencerminkan rendahnya tingkat GDP yang berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan masyarakat yang nantinya akan berbuah kesenjangan tabungan dan investasi (saving-invesment gap) dan kesenjangan ekspor dan impor (exportimport gap). Pada tahap selanjutnya, kesenjangan yang terjadi akan kembali menyebabkan rendahnya tingkat GDP. Sehingga dalam upaya mengatasi rendahnya tingkat GDP tersebut banyak pemerintah di negara-negara berkembang menganggap kebijakan utang luar negeri sebagai salah satu solusinya. Selain itu dalam kerangka pemikiran konseptual ini menjelaskan tentang estimasi model dalam jangka pendek dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM), sedangkan estimasi model dalam jangka panjang menggunakan metode kointegrasi Engle-Granger. Hasil kedua estimasi model tersebut dapat dijadikan sebagai pembuktian atas suatu hipotesis. Setelah dilakukan pembuktian terhadap suatu hipotesis, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Tak lepas dari itu penulis juga memberikan saran dalam menghadapi fenomena pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Sesuai dengan kerangka pemikiran konseptual yang telah dipaparkan di atas, maka dalam skema di bawah ini ingin memperlihatkan bagaimanakah
23
hubungan antara utang luar negeri, tabungan masyarakat, investasi, dan net export terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adapun skema alur kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Low Capital Accumulation
Low Income
Low Saving
Low Investment
Low GDP
Low Net Export
Sollution Loan Policy Estimasi Model Jangka Panjang (Kointegrasi Engle - Granger)
GDP
Estimasi Model Jangka Pendek (Error Correction Model)
Pengujian Hipotesis
Kesimpulan dan Saran
Keterangan : = ruang lingkup penelitian = variabel dependen = variabel independen
Gambar 1. Skema Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
24
2.10. Hipotesis Dugaan sementara berdasarkan landasan teori dan konsep yang digunakan, dapat ditentukan beberapa hipotesis yaitu : 1. Utang
luar
negeri
pemerintah
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada jangka pendek tetapi berpengaruh negatif pada jangka panjang. 2. Tabungan masyarakat, investasi, dan net export berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu data statistik dari Bank Indonesia dan buku-buku yang menjadi referensi. Data penelitian ini menggunakan data statistik triwulan dari Maret 1993 sampai dengan Desember 2006.
3.2.
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari
variabel-variabel dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM). Model ini digunakan karena dalam aplikasinya dapat mengatasi masalah pada penggunaan variabel yang tidak stasioner yang nantinya akan menimbulkan regresi lancung. Sehingga dalam hal ini, apabila seluruh data yang digunakan ternyata stasioner maka persamaan tersebut tidak dapat dianalisa dengan menggunakan model koreksi kesalahan atau ECM. Dalam hal ini penggunaan model koreksi kesalahan diperbolehkan yaitu jika minimal ada salah satu variabel yang tidak stasioner. Langkah-langkah dalam pembuatan ECM yaitu sebagai berikut :
3.2.1. Uji Akar Unit (Unit Root) Uji stasioneritas data untuk semua variabel dalam persamaan yang digunakan sangat penting dalam analisis time series. Uji stasioneritas data ini
26
dilakukan melalui uji akar unit (Unit Root Test). Uji akar unit ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dan kecenderungan data yang dianalisis, apakah data tersebut mempunyai pola yang stabil (stasioner) atau tidak. Jika stasioner maka tidak ada akar-akar unit, sebaliknya jika tidak stasioner maka ada akar-akar unit. Uji akar unit yang digunakan adalah Augmented Dickey Fuller (ADF) test. Hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut: H0 : Data tidak stasioner (mengandung unit root) H1 : Data stasioner (tidak mengandung unit root)
3.2.2. Uji Derajat Integrasi Uji derajat integrasi merupakan kelanjutan dari uji stasioneritas data. Uji derajat integrasi merupakan konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas data pada level. Pada beberapa uji derajat integrasi dari masingmasing variabel adalah sangat penting untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner dan berapa kali variabel harus di-difference untuk menghasilkan variabel yang stasioner. Pada uji ini variabel yang diamati didifference pada derajat tertentu sehingga semua variabel stasioner pada derajat yang sama. Suatu variabel dikatakan stasioner pada first difference jika setelah didifference satu kali nilai Augmented Dickey Fuller (ADF) test lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon.
27
3.2.3. Uji Kointegrasi Engle-Granger Setelah diperoleh hasil pengujian akar-akar unit, sebuah penelitian dengan analisis runtun waktu (time series) dilanjutkan pada analisis kointegrasi. Metode kointegrasi Engle-Granger sebetulnya menggunakan metode ADF yang terdiri dari dua tahap. Pertama, meregresi persamaan kemudian dapatkan residual dari persamaan tersebut. Kedua, dengan menggunakan metode ADF diuji akar-akar unit terhadap residual dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis uji akar-akar unit ADF sebelumnya. Jika hipotesis nol ditolak maka variabel residual adalah stasioner atau dalam hal ini kombinasi liniernya adalah stasioner. Artinya meskipun variabelvariabel yang digunakan tidak stasioner namun dalam jangka panjang, variabelvariabel cenderung menuju pada keseimbangan. Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut dinamakan co-integrated regression atau regresi kointegrasi dan parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dinamakan sebagai co-integrated parameters atau koefisien-koefisien jangka panjang.
3.3.
Error Correction Model (ECM) Model koreksi kesalahan atau ECM adalah salah satu model dinamik yang
diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. Model koreksi kesalahan atau ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan pada tahun 1964, dalam penelitian hubungan upah dengan harga di Inggris Raya (United Kingdom). Model ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan data runtun waktu (time series) yang
28
tidak stasioner dan regresi palsu. Munculnya ECM untuk mengatasi perbedaan kekonsistenan hasil estimasi antara jangka pendek dengan jangka panjang, yaitu dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya sehingga tidak ada kesalahan dalam menggunakan model yang dianalisis (Isbandriyati,2004). Keuntungan dan keunggulan penggunaan ECM yang lain yaitu seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi, dapat terhindar dari masalah trend dan regresi lancung (spurious regression), sifat-sifat statistik diinginkan dari model dan pemberian makna dari persamaan dalam model tersebut lebih sederhana. Artinya, ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang (Julianto dalam Errick, 2004). Ketidakseimbangan kesalahan (disequilibrium error) terjadi karena kesalahan spesifikasi, yaitu antara lain kesalahan pemilihan variabel, parameter dan keseimbangan itu sendiri serta kesalahan membuat definisi variabel dan cara mengukurnya. Selanjutnya, kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia dalam menginput data. Adapun persamaan pertumbuhan ekonomi yang akan digunakan dalam penelitian ECM adalah sebagai berikut : ΔGDPt =β0 + β1 ΔULNt + β2 ΔINVt + β3 ΔSAVt + β4 ΔNXt - λUt-1
29
Dimana : β0
: intersep,
βt
: parameter dugaan,
λ
: Error Correction Term (-1 < λ < 0),
GDPt
: Gross Domestic Product riil pada periode t (milyar rupiah),
ULNt
: Utang luar negeri pemerintah riil pada periode t (milyar rupiah),
INVt
: Investasi riil berdasarkan sumbernya pada periode t (milyar rupiah),
SAVt
: Tabungan masyarakat riil pada periode t (milyar rupiah),
NXt
: Net Export riil pada periode t (milyar rupiah).
3.4.
Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mencapai asumsi BLUE (Best Liniar
Unbiased Estimation) artinya bahwa model persamaan tersebut bebas dari pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square). Pengujian ini dilakukan melalui uji autokorelasi, normalitas, dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa model tersebut bebas dari pelanggaran OLS.
3.4.1. Autokorelasi Autokorelasi terjadi jika nilai error tidak bersifat bebas antara yang satu dengan yang lainnya, artinya terjadi korelasi antar error sehingga model yang baik menghasilkan error yang acak dan tidak berpola. Uji autokorelasi terpenuhi jika nilai probabilitas Obs* R-squared pada Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test lebih besar dari taraf nyata yang digunakan.
30
Hipotesis yang digunakan : H0 : tidak terdapat autokorelasi, H1 : terdapat autokorelasi. Kriteria uji yang digunakan : Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0. Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.
3.4.2. Normalitas Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Uji normalitas terpenuhi jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H0 : Error Term terdistribusi normal, H1 : Error Term tidak terdistribusi normal.
3.4.3. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas Obs*Rsquared pada White Heteroskedasticity Test. Apabila nilai probabilitas Obs*Rsquared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak mengandung heteroskedastisitas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini akan menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan yang dicapai dalam penelitian ini. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencapai hasil tersebut adalah Error Correction Model (ECM) dan EngleGranger. Metode tersebut digunakan untuk mengatasi permasalahan data runtun waktu (time series) yang tidak stasioner dan regresi lancung. Sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan software Eviews Versi 4.1.
4.1. Hasil Pengujian Akar-akar Unit Pengujian kestasioneran data untuk semua variabel pada tingkat level dalam persamaan yang digunakan sangat penting dalam analisis time series. Uji stasioneritas data ini dilakukan melalui uji akar unit dengan menggunakan uji ADF. Uji akar unit ini digunakan untuk melihat kestasioneran data, yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Pengujian kestasioneran data pada setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Akar Unit pada Level. Variabel GDP ULN INV SAV NX
Nilai ADF t-Statistic -0.091 -1.924 -0.992 -2.322 -2.372
Nilai Kritis MacKinnon 1% 5% 10% -3.568 -3.555 -3.555 -3.555 -3.555
-2.921 -2.916 -2.916 -2.916 -2.916
-2.599 -2.596 -2.596 -2.596 -2.596
Keterangan Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner
32
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa semua variabel tidak stasioner pada tingkat level, baik pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai ADF t-statistic yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon. Sebagai konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0) maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian derajat integrasi. Tujuan dari pengujian derajat integrasi adalah untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini harus di-difference untuk memperoleh variabel-variabel yang stasioner pada derajat yang sama. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan stasioner pada first difference. Hasil pengujian integrasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference. Variabel GDP ULN INV SAV NX
Nilai ADF t-Statistic -2.465 -7.198 -8.121 -5.545 -7.043
Nilai Kritis MacKinnon 1% 5% 10% -2.612 -2.609 -2.609 -2.609 -2.610
-1.948 -1.947 -1.947 -1.947 -1.947
-1.613 -1.613 -1.613 -1.613 -1.613
Keterangan Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner
Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil uji akar unit untuk data yang digunakan pada first difference dapat dilihat bahwa semua variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen stasioner pada derajat satu atau I(1). Hal ini dapat dilihat dari nilai ADF t-statistic yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Ini berarti hipotesis nol ditolak, yang artinya bahwa semua variabel stasioner pada taraf nyata 10 persen.
33
4.2. Uji Kointegrasi Engle-Granger Uji kointegrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel yang diamati. Variabelvariabel tersebut dikatakan saling terkointegrasi jika ada kombinasi linier diantara variabel-variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi linier tersebut harus stasioner. Uji kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang sama. Uji kointegrasi Engle-Granger ini digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka panjang antara Gross Domestic Product (GDP), investasi (INV), tabungan masyarakat (SAV), utang luar negeri (ULN), dan net export (NX). Dari kesimpulan tersebut maka didapatkan hasil uji kointegrasi EngleGranger (jangka panjang) pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger (Jangka Panjang) Variabel Koefisien t-Statistik Prob C 218367.2 17.063 0.000 ULN -862E05 -11.016 0.000 SAV 1.583 14.135 0.000 INV 0.127 5.673 0.000 NX 0.064 0.414 0.681 R-squared Adj. R-squared Prob (F-statistic)
= 0.953 = 0.950 = 0.000
Salah satu kelebihan dalam menggunakan Error Correction Model (ECM) yaitu ECM dapat disesuaikan atau disamakan dengan pendekatan dari umum ke khusus atau dengan kata lain dapat melihat kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Adapun persamaan dari hasil estimasi jangka panjangnya adalah sebagai berikut:
34
Persamaan Jangka Panjang Pertumbuhan Ekonomi GDP = 218367.2 - 0.82E05 ULN + 1.583 SAV + 0.127 INV + 0.064 NX R-squared Adjusted R-squared Prob (F-statistic)
= 0.953 = 0.950 = 0.000
Berdasarkan persamaan jangka panjang tersebut, dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV), utang luar negeri (ULN), dan tabungan masyarakat (SAV) memberikan pengaruh yang signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal tersebut dapat dilihat dari probability untuk masing-masing variabel yang memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Sedangkan variabel yang tidak signifikan dalam persamaan jangka panjang adalah net export (NX). Dalam persamaan jangka panjang semua variabel memiliki nilai koefisien positif kecuali variabel utang luar negeri (ULN) yang memiliki nilai koefisien negatif. Nilai koefisien yang positif sebesar 0.127 dari variabel investasi menunjukkan jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada investasi maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.127 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Hubungan positif antara variabel investasi dengan pertumbuhan ekonomi terjadi karena peningkatan investasi akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari return investasi tersebut. Selain itu, apabila dilihat dari sisi permintaan barang dan jasa, investasi yang meningkat akan mendorong meningkatnya permintaan akan barang dan jasa. Dalam hal ini peningkatan investasi telah menunjukkan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai probabilitas variabel investasi sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen,
35
sehingga
variabel
investasi
adalah
signifikan
mempengaruhi
variabel
dependennya. Nilai koefisien yang negatif sebesar 0.82E05 dari variabel utang luar negeri menunjukkan jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada utang luar negeri maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0.82E05 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Hubungan negatif antara variabel utang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi terjadi karena peningkatan utang luar negeri akan berimplikasi pada kewajiban membayar cicilan pokok ditambah bunga yang pada akhirnya akan membebani negara yang bersangkutan ketika kewajiban untuk membayar utang tersebut telah jatuh tempo. Dalam hal ini peningkatan utang luar negeri telah mendorong pemerintah untuk menyisihkan sebagian pengeluarannya atau bahkan dana pembangunan untuk menutupi utang luar negeri tersebut. Sehingga peningkatan pada utang luar negeri telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai probabilitas variabel utang luar negeri sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel utang luar negeri adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya. Hasil yang didapatkan pada pengujian utang luar negeri (ULN) sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Nilai koefisien yang positif sebesar 0.064 dari variabel net export menunjukkan jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada net export maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.064 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Hubungan positif antara variabel net export
36
dengan pertumbuhan ekonomi terjadi karena di satu sisi peningkatan net export mencerminkan bertambahnya penerimaan devisa dikarenakan ekspor meningkat. Di sisi lain peningkatan net export juga mencerminkan peningkatan output yang dihasilkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan. Sehingga kenaikan pada net export mencerminkan peningkatan kekuatan ekonomi suatu negara. Dengan nilai probabilitas variabel net export sebesar 0.681. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel net export adalah tidak signifikan mempengaruhi variabel dependennya. Nilai koefisien yang positif sebesar 1.583 dari variabel tabungan masyarakat menunjukkan jika terjadi kenaikan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada tabungan masyarakat maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 1.583 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Hubungan positif antara variabel tabungan masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi terjadi karena peningkatan tabungan masyarakat akan berimplikasi pada peningkatan akumulasi modal dalam negeri. Dengan meningkatnya akumulasi modal semakin besar pula dana yang tersedia untuk meningkatkan iklim investasi dalam negeri, seiring dengan ini meningkat pula pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Sehingga peningkatan pada tabungan masyarakat telah menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai probabilitas variabel tabungan masyarakat sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel tabungan masyarakat adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya.
37
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai R-squared sebesar 0.953 yang berarti nilai tersebut menunjukkan bahwa persamaan pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang dapat dijelaskan oleh variabel investasi (INV), tabungan masyarakat (SAV), utang luar negeri (ULN), dan net export (NX) sebesar 95.3 persen. Sedangkan sisanya sebesar 4.7 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Persamaan jangka panjang pertumbuhan ekonomi memiliki nilai probabilitas F-statistic sebesar 0.000 yang lebih kecil dari taraf nyata sebesar 10 persen yang digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel eksogen (independen) berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen (dependen) secara bersamaan atau serentak. Setelah meregresi persamaan jangka panjang, langkah berikutnya adalah menguji akar-akar unit terhadap nilai residual (U) dengan menggunakan metode ADF. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai residual (U) persamaan pertumbuhan ekonomi ternyata stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat dari nilai ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon baik dalam pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Kestasioneran ini juga dapat ditunjukkan melalui nilai probabilitas (prob*) yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Berdasarkan hasil uji ADF residual U bersifat stasioner pada level atau I(0). Hal ini menunjukkan bahwa residual dari persamaan yang digunakan berhasil menolak hipotesis nol yang berarti bahwa data residual stasioner pada taraf nyata 10 persen. Pada Tabel 6 dapat dilihat dari nilai ADF t-statistic yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada taraf nyata 10 persen. Dengan demikian hasil uji
38
stasioneritas data terhadap residual semakin menguatkan bahwa diantara variabelvariabel yang digunakan terdapat kointegrasi jangka panjang. Tabel 6. Hasil Uji Akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual Persamaan Regresi Nilai Nilai Kritis MacKinnon Keterangan Variabel ADF 1% 5% 10% t-Statistic Stasioner ECT -7.923 -3.555 -2.916 -2.596
4.3. Estimasi Error Correction Model (ECM) Kelebihan yang dimiliki oleh ECM adalah memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi lancung (spurious regression). Selain itu, dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model dan dalam pemberian makna model ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang. ECM digunakan untuk melihat perilaku jangka pendek dari persamaan regresi dengan mengestimasi dinamika Error Correction Term (ECT). Hasil ECM terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Estimasi ECM Untuk Pertumbuhan yang Signifikan Variabel Koefisien t-Statistik DULN -5.39E05 -5.687 DULN(-1) 2.05E05 2.030 DULN(-2) -3.95E05 -3.755 DULN(-3) -3.50E05 -3.447 DULN(-4) -2.81E05 -3.192 DINV 0.530 2.703 DINV(-1) 0.401 2.063 DINV(-3) 0.574 3.050
Ekonomi dengan Variabel Prob 0.000 0.049 0.001 0.001 0.003 0.010 0.046 0.004
39
DINV(-4) DSAV(-1) DNX(-4) U(-1)
0.659 -0.180 0.452 -0.463
3.682 -2.331 3.564 -3.244
0.001 0.025 0.001 0.002
R-squared = 0.734 Adj. R-squared = 0.657
Adapun persamaan jangka pendek pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : Persamaan Jangka Pendek Pertumbuhan Ekonomi ∆GDP = - 5.39E05 ∆ ULN + 2.05E05 ∆ ULNt-1 - 3.95E05 ∆ ULNt-2 - 3.50E05 ∆ ULNt-3 - 2.81E05 ∆ ULNt-4 + 0.530 ∆ INV + 0.401 ∆ INVt-1 + 0.574 ∆ INVt-3 + 0.659 ∆ INVt-4 – 0.180 ∆ SAVt-1 + 0.452 ∆ NXt-4 - 0.463 Ut-1 R-squared Adjusted R-squared
= 0.734 = 0.657
Berdasarkan persamaan jangka pendek tersebut, dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV), utang luar negeri (ULN), net export (NX), dan tabungan masyarakat (SAV) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf nyata 10 persen. Hal tersebut dapat dilihat dari probabilitas untuk masing-masing variabel yang memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Nilai koefisien perubahan utang luar negeri secara keseluruhan menunjukkan hasil yang negatif, tentunya hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Koefisien dari variabel utang luar negeri tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
40
a) Nilai koefisien perubahan utang luar negeri yang negatif sebesar 5.39E05 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan utang luar negeri maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan menurun. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) dari utang luar negeri maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 5.39E05 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel utang luar negeri sebesar 0.000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel utang luar negeri adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. b) Nilai koefisien perubahan utang luar negeri yang positif sebesar 2.05E05 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan utang luar negeri maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag satu dari utang luar negeri maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 2.05E05 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel utang luar negeri sebesar 0.049. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel utang luar negeri adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. c) Nilai koefisien perubahan utang luar negeri yang negatif sebesar 3.95E05 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan utang luar negeri maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan menurun. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag dua dari utang luar negeri maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar
41
3.95E05 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel utang luar negeri sebesar 0.001. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel utang luar negeri adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. d) Nilai koefisien perubahan utang luar negeri yang negatif sebesar 3.50E05 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan utang luar negeri maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan menurun. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag tiga dari utang luar negeri maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 3.50E05 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel utang luar negeri sebesar 0.001. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel utang luar negeri adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. e) Nilai koefisien perubahan utang luar negeri yang negatif sebesar 2.81E05 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan utang luar negeri maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan menurun. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag empat dari utang luar negeri maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 2.81E05 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel utang luar negeri sebesar 0.003. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel utang luar negeri adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek.
42
f) Secara keseluruhan, dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan utang luar negeri sebesar satu satuan (milyar rupiah) akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 13.6E05 satuan (milyar rupiah). Nilai koefisien perubahan investasi secara keseluruhan menunjukkan hasil yang positif, tentunya hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Koefisien dari variabel investasi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a) Nilai koefisien perubahan investasi yang positif sebesar 0.530 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada investasi maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada investasi maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.530 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel investasi sebesar 0.010. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel investasi adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. b) Nilai koefisien perubahan investasi yang positif sebesar 0.401 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan investasi maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag satu dari investasi maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.401 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel investasi sebesar 0.046. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel investasi adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek.
43
c) Nilai koefisien perubahan investasi yang positif sebesar 0.574 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan investasi maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag tiga dari investasi maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.574 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel investasi sebesar 0.004. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel investasi adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. d) Nilai koefisien perubahan investasi yang positif sebesar 0.659 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan investasi maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag empat dari investasi maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.659 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel investasi sebesar 0.001. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel investasi adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. e) Secara keseluruhan, dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan investasi sebesar satu satuan (milyar rupiah) akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.164 satuan (milyar rupiah). Nilai koefisien perubahan tabungan masyarakat menunjukkan hasil yang negatif, tentunya hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya.
44
Nilai koefisien perubahan tabungan masyarakat yang negatif sebesar 0.180 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan tabungan masyarakat maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan menurun. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag satu dari tabungan masyarakat maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0.180 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel tabungan masyarakat sebesar 0.025. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel tabungan masyarakat adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. Nilai koefisien perubahan net export menunjukkan hasil yang positif, tentunya hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Nilai koefisien perubahan net export yang positif sebesar 0.452 menunjukkan jika terjadi kenaikan pada perubahan net export maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Dalam hal ini, ketika terjadi peningkatan sebesar satu satuan (milyar rupiah) pada lag empat dari net export maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.452 satuan (milyar rupiah), demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas variabel net export sebesar 0.001. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen, sehingga variabel net export adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya dalam jangka pendek. Nilai Error Correction Term (ECT) menentukan seberapa cepat equilibrium tercapai kembali atau dengan kata lain mekanisme untuk kembali pada keseimbangan jangka panjang. Nilai koefisien ECT sebesar -0.463
45
menunjukkan bahwa 46.3 persen dari ketidakseimbangan atau disequilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang. Hasil estimasi dari persamaan jangka pendek menunjukkan nilai R-square sebesar 0.734 yang berarti bahwa 73.4 persen model pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel perubahan INV, SAV, ULN, dan NX pada periode (triwulan) sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 26.6 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
4.4. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik a) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini dilakukan melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Adanya autokorelasi dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai probabilitas Obs*R-squared pada BreuschGodfrey Serial Correlation LM Test dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini. probabilitas Obs*R-squared sebesar 1.000 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi.
b) Uji Normalitas Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.746 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga
46
hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa error term model jangka pendek terdistribusi normal.
c) Uji Heteroskedastisitas Adanya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas Obs*R-squared pada White Heteroskedasticity Test dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa model pertumbuhan ekonomi terbebas dari masalah heteroskedastisitas karena nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0.477 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Dari hasil estimasi terlihat adanya hubungan antara utang luar negeri pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada hasil estimasi persamaan jangka pendek maupun persamaan jangka panjang utang luar negeri (ULN) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Dari hasil estimasi persamaan jangka panjang, dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV), tabungan masyarakat (SAV), dan net export (NX) memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dicerminkan oleh variabel Gross Domestic Product (GDP). Dari hasil estimasi persamaan jangka pendek, dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV) dan net export (NX) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan hanya variabel tabungan
masyarakat
(SAV) yang
berpengaruh
negatif
terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. 3. Pada persamaan jangka panjang, dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV) memiliki pengaruh positif dan signifikan, tabungan masyarakat (SAV) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan variabel net export (NX) memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan berpengaruh terhadap
48
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hasil estimasi persamaan jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel investasi (INV) dan net export (NX) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Variabel utang luar negeri (ULN) dan tabungan masyarakat (SAV) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
5.2. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diantaranya : 1. Diperlukan kebijakan alternatif yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hasil estimasi didapatkan bahwa utang luar negeri berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi dan signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Artinya, utang luar negeri tidak dapat lagi dijadikan sebagai sumber pembiayaan utama pembangunan. Sehingga proporsi utang luar negeri dalam rangka mendukung peningkatan pertumbuhan harus dikurangi bahkan diganti oleh sumber lain : 1) Utang dalam negeri, seperti obligasi : SUN, ORI, dan lainlain. 2) Tabungan dalam negeri terutama tabungan masyarakat. 2. Kebijakan lain yang dapat dilakukan, seperti meregulasi kebijakan pemerintah tentang investasi asing sehingga aliran dana asing yang mengalir ke dalam negeri bukan lagi berupa utang tetapi berupa investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2003. Pengaruh Pertumbuhan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 1975-1998. Surabaya : Universitas Dr. Soetomo. Basri, YZ dan Subri M. 2003. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Daryanto. 2004. Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Errick. 2004. Analisis Permintaan Ekspor CPO Indonesia: Suatu Pendekatan Error Correction Model (ECM) [skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gujarati, DN. 1995. Basic Econometrics. McGraw-Hill. United States Military Academy. West Point. Hernatasa. 2004. Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Irawan dan Suparmoko M. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : BPFE. Isbandriyati. 2004. Pengaruh Permintaan Akhir dan Harga Terhadap Impor Total Indonesia : Analisis Cointegration dan ECM [tesis]. Depok : UI. Jhingan, ML. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Kuncoro, M. 1997. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Pasaribu, SH. 2003. Eviews Untuk Analisis Runtut Waktu (Time Series Analysis). Departemen Ilmu Ekonomi : Institut Pertanian Bogor. Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan dari : Hari M. Jakarta : Erlangga. www.bi.go.id
50
Lampiran 1. Data Yang Digunakan Dalam Model Tahun
Kuartal
GDP
1993
Q-1
273085.15
55299.09
6532.45
300621.38
153264.29
36.21
Q-2
276043.78
54015.16
8930.14
298984.57
158646.09
36.93
Q-3
296469.08
59078.67
6271.07
318983.14
158268.66
37.37
Q-4
301189.41
65006.60
4861.63
337546.87
151890.68
37.87
Q-1
297688.98
56819.55
-2526.75
342620.94
154128.49
39.07
Q-2
305628.76
63672.79
5612.89
341885.23
156989.68
39.73
Q-3
316947.59
64395.92
5076.92
348903.91
158255.10
40.69
Q-4
312989.18
76303.71
2578.76
365390.17
153391.14
41.52
Q-1
321885.61
68475.73
-5131.77
375376.32
158447.83
42.65
Q-2
328066.47
68944.65
-6241.23
382562.64
159637.81
43.9
Q-3
341813.98
76860.61
-4096.22
410382.19
148761.24
44.48
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
INV
NX
SAV
ULN
IHK
Q-4
342862.44
78721.05
1519.15
435373.04
142594.64
45.17
Q-1
340357.27
69491.31
-1687.79
439094.96
134620.60
47.18
Q-2
349955.10
75120.89
-6717.93
469253.16
129985.23
47.4
Q-3
370566.80
91455.58
-2290.07
493854.23
128233.56
47.61
Q-4
378093.44
95165.28
3730.64
533243.13
122907.99
48.04
Q-1
366042.95
83134.54
-7881.09
546674.11
114216.72
49.28
Q-2
368150.30
89271.78
-7468.92
567596.06
116533.90
49.71
Q-3
390216.97
91856.44
2692.93
592819.91
111407.98
50.64
Q-4
382192.00
87367.59
8587.99
602030.51
110314.59
52.45
Q-1
349610.48
104519.17
33171.84
646954.65
92286.40
62.85
Q-2
319030.25
76134.73
30986.28
622336.96
79568.37
74.37
Q-3
327780.28
71361.63
42722.48
565893.16
70013.44
89.29
Q-4
312413.66
60937.26
11914.07
547865.54
76393.76
93.56
Q-1
328173.23
54976.33
21635.45
569248.04
73998.57
98.01
Q-2
324754.18
54333.20
19388.04
591178.10
76559.16
97.36
Q-3
337106.17
57350.18
27314.88
623938.85
82820.97
95.18
Q-4
329155.62
63195.56
24000.32
617247.40
84874.36
95.11
Q-1
341642.89
63438.38
34657.05
619146.23
82064.65
97.45
Q-2
339447.44
66678.55
46522.00
634621.56
82781.67
98.43
Q-3
354906.75
70330.82
45452.45
627733.28
79914.54
100.63
Q-4
353773.18
75036.14
20164.94
640035.75
77275.10
103.49
Q-1
356638.00
77023.93
22803.30
651358.86
72565.69
106.56
Q-2
360199.00
75672.97
30814.19
666064.35
69007.40
109.41
Q-3
368688.00
68022.47
36339.65
623889.13
68137.83
113.47
Q-4
357460.12
70183.31
31669.84
645180.13
63145.48
116.58
Q-1
368650.40
69432.04
27083.00
627805.00
60285.95
122.05
51
2003
2004
2005
2006
Q-2
375720.90
69060.74
26325.21
619694.68
63189.61
123.15
Q-3
387919.60
71748.64
24928.86
626421.27
58658.58
125.24
Q-4
372925.50
73365.67
14003.89
615834.63
58074.83
128.56
Q-1
386743.90
70886.20
28420.27
610825.03
56659.55
131.51
Q-2
394620.50
71577.21
34267.66
618287.17
57682.01
131.77
Q-3
405607.60
75739.17
26843.25
622063.36
58475.93
132.89
Q-4
390199.30
77086.78
21798.14
624977.52
60185.44
135.69
Q-1
402597.30
83984.58
12916.92
617292.44
59540.65
137.91
Q-2
411935.50
87406.09
18058.40
611496.62
56555.25
140.65
Q-3
423852.30
95409.88
24544.68
621051.71
55343.81
142.15
Q-4
418131.70
97676.68
20200.93
625819.19
57308.71
144.35
Q-1
427003.00
98497.89
13691.64
616677.43
54001.45
148.59
Q-2
436110.00
105946.16
13113.52
628649.93
51607.58
151.4
Q-3
448492.50
109690.88
18422.40
653430.24
50418.01
154.1
Q-4
439050.60
106940.49
29975.13
620386.99
47092.85
170.03
Q-1
448276.80
106074.21
21224.22
621191.64
47936.17
173.98
Q-2
457724.70
111120.58
16609.12
633426.33
44921.99
175.50
Q-3
474797.50
116354.30
20691.39
644207.77
43644.05
177.53
Q-4
465855.90
117646.59
31826.39
665227.26
40760.36
181.86
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Keterangan : GDP : Gross Domestic Product riil tahun dasar 2000 INV : Investasi riil tahun dasar 2000 NX : Net Export riil tahun dasar 2000 SAV : Tabungan masyarakat riil tahun dasar 2000 ULN : Utang luar negeri pemerintah riil tahun dasar 2000 IHK : Indeks Harga Konsumen tahun dasar 2000
52
Lampiran 2. Uji Akar Unit pada Level. Null Hypothesis: GDP has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.091157 -3.568308 -2.921175 -2.598551
0.9446
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: ULN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.923547 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.3194
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: INV has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.992362 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.7500
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: SAV has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-2.322044 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.1689
53
Null Hypothesis: NX has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.371989 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.1542
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 3. Uji Akar Unit pada First Difference. Null Hypothesis: D(GDP) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.464855 -2.612033 -1.947520 -1.612650
0.0147
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(ULN) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.198193 -2.608490 -1.946996 -1.612934
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(INV) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-8.120877 -2.608490 -1.946996 -1.612934
0.0000
54
Null Hypothesis: D(SAV) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.544550 -2.608490 -1.946996 -1.612934
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(NX) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.043037 -2.610192 -1.947248 -1.612797
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 4. Uji Kointegrasi Engle-Granger (Persamaan Jangka Panjang). Dependent Variable: GDP Method: Least Squares Date: 08/26/07 Time: 18:14 Sample: 1993:1 2006:4 Included observations: 56 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ULN INV SAV NX
218367.2 -8.26E-05 1.582942 0.127193 0.064231
12404.87 7.50E-06 0.111990 0.022420 0.155262
17.60334 -11.01568 14.13462 5.673220 0.413693
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.6808
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.953372 0.949715 10940.65 6.10E+09 -597.6553 2.123977
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
365307.9 48789.39 21.52340 21.70424 260.6930 0.000000
Uji Kointegrasi. Null Hypothesis: U has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-7.922988 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
55
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(U) Method: Least Squares Date: 08/27/07 Time: 16:24 Sample(adjusted): 1993:2 2006:4 Included observations: 55 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
U(-1) C
-1.079980 218.4041
0.136310 1427.133
-7.922988 0.153037
0.0000 0.8790
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.542211 0.533573 10582.69 5.94E+09 -586.7066 1.980902
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
47.56626 15495.45 21.40751 21.48051 62.77374 0.000000
Lampiran 5. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan variabel-variabel yang signifikan. Dependent Variable: DGDP Method: Least Squares Date: 08/27/07 Time: 15:00 Sample(adjusted): 1994:2 2006:4 Included observations: 51 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DULN DULN(-1) DULN(-2) DULN(-3) DULN(-4) DINV DINV(-1) DINV(-3) DINV(-4) DSAV(-1) DNX(-4) U(-1)
-5.39E-05 2.05E-05 -3.95E-05 -3.50E-05 -2.81E-05 0.530025 0.401359 0.574305 0.659355 -0.180220 0.451585 -0.463291
9.48E-06 1.01E-05 1.05E-05 1.02E-05 8.79E-06 0.196056 0.194599 0.188328 0.179082 0.077308 0.126696 0.142830
-5.686535 2.029874 -3.754688 -3.447195 -3.191738 2.703437 2.062491 3.049490 3.681861 -2.331211 3.564303 -3.243660
0.0000 0.0492 0.0006 0.0014 0.0028 0.0101 0.0459 0.0041 0.0007 0.0250 0.0010 0.0024
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.732720 0.657333 7010.594 1.92E+09 -517.1392
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
3297.391 11976.20 20.75056 21.20510 1.869927
56
Lampiran 6. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan variabel-variabel yang tidak signifikan. Dependent Variable: DGDP Method: Least Squares Date: 08/27/07 Time: 16:33 Sample(adjusted): 1994:2 2006:4 Included observations: 51 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DULN DULN(-1) DULN(-2) DULN(-3) DULN(-4) DINV DINV(-1) DINV(-2) DINV(-3) DINV(-4) DSAV DSAV(-1) DSAV(-2) DSAV(-3) DSAV(-4) DNX DNX(-1) DNX(-2) DNX(-3) DNX(-4) U(-1)
-5.34E-05 2.41E-05 -5.06E-05 -4.13E-05 -3.46E-05 0.449208 0.477491 -0.149509 0.529200 0.549828 -0.045716 -0.250289 0.052063 0.084506 0.078651 -0.016325 -0.001793 -0.070280 -0.054887 0.495170 -0.382044
1.25E-05 1.55E-05 1.70E-05 1.69E-05 1.68E-05 0.289568 0.241077 0.238159 0.240395 0.228351 0.095085 0.100226 0.102385 0.092877 0.101677 0.182493 0.190942 0.182551 0.193103 0.170817 0.179819
-4.271404 1.560629 -2.976317 -2.439908 -2.058724 1.551305 1.980657 -0.627767 2.201376 2.407817 -0.480797 -2.497238 0.508496 0.909877 0.773545 -0.089456 -0.009393 -0.384988 -0.284240 2.898829 -2.124603
0.0002 0.1291 0.0057 0.0208 0.0483 0.1313 0.0569 0.5349 0.0355 0.0224 0.6341 0.0182 0.6148 0.3701 0.4453 0.9293 0.9926 0.7030 0.7782 0.0069 0.0420
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.755210 0.592017 7649.624 1.76E+09 -514.8978
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
3297.391 11976.20 21.01560 21.81106 1.970623
Lampiran 7. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Uji Autokorelasi. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.100485 0.000000
Probability Probability
0.904645 1.000000
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/27/07 Time: 16:28 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DULN DULN(-1) DULN(-2) DULN(-3) DULN(-4)
3.33E-07 5.63E-08 -1.95E-07 -9.52E-07 -6.54E-07
1.02E-05 1.18E-05 1.08E-05 1.12E-05 9.32E-06
0.032516 0.004777 -0.018082 -0.084733 -0.070217
0.9742 0.9962 0.9857 0.9329 0.9444
57
DINV DINV(-1) DINV(-3) DINV(-4) DSAV(-1) DNX(-4) U(-1) RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
-0.016461 -0.022423 0.003675 0.012929 -0.006811 0.002333 0.006514 -0.012564 0.088839 -0.010630 -0.365716 7178.108 1.91E+09 -517.0011
0.204947 0.205979 0.194796 0.189147 0.088189 0.131678 0.196872 0.267241 0.201873
-0.080319 -0.108862 0.018865 0.068357 -0.077233 0.017716 0.033090 -0.047012 0.440072
0.9364 0.9139 0.9851 0.9459 0.9389 0.9860 0.9738 0.9628 0.6624
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
772.1465 6142.283 20.82357 21.35388 1.838633
Probability Probability
0.556156 0.477340
Uji Heteroskedastisitas. White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
0.942421 23.72620
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/27/07 Time: 16:30 Sample: 1994:2 2006:4 Included observations: 51 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DULN DULN^2 DULN(-1) DULN(-1)^2 DULN(-2) DULN(-2)^2 DULN(-3) DULN(-3)^2 DULN(-4) DULN(-4)^2 DINV DINV^2 DINV(-1) DINV(-1)^2 DINV(-3) DINV(-3)^2 DINV(-4) DINV(-4)^2 DSAV(-1) DSAV(-1)^2 DNX(-4) DNX(-4)^2 U(-1) U(-1)^2
35631420 0.254071 9.36E-10 -0.445839 -5.40E-11 -0.102574 4.42E-10 -0.323615 -2.20E-11 -0.091830 -5.31E-10 -1838.532 -0.140658 360.7526 -0.052454 1900.825 -0.011025 -1578.261 -0.280500 1991.419 -0.030062 -686.8980 0.040007 2161.438 0.040027
19567010 0.150309 6.78E-10 0.261888 3.96E-10 0.197102 6.27E-10 0.195479 4.86E-10 0.192387 3.11E-10 1954.060 0.151880 2102.029 0.186662 2251.419 0.201129 2030.506 0.223016 891.3720 0.035116 1544.036 0.089989 1340.585 0.109578
1.820995 1.690324 1.380499 -1.702403 -0.136525 -0.520412 0.704505 -1.655501 -0.045306 -0.477320 -1.707014 -0.940878 -0.926111 0.171621 -0.281010 0.844279 -0.054813 -0.777274 -1.257758 2.234106 -0.856058 -0.444872 0.444582 1.612309 0.365285
0.0801 0.1029 0.1792 0.1006 0.8925 0.6072 0.4874 0.1098 0.9642 0.6371 0.0997 0.3554 0.3629 0.8651 0.7809 0.4062 0.9567 0.4440 0.2197 0.0343 0.3998 0.6601 0.6603 0.1190 0.7179
R-squared
0.465220
Mean dependent var
37584090
58
Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
-0.028424 53929467 7.56E+16 -963.1483 1.976487
S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
53178990 38.75092 39.69789 0.942421 0.556156
Uji Normalitas. 12
Series: Residuals Sample 1994:2 2006:4 Observations 51
10 8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6 4 2
Jarque-Bera Probability
0 -10000
0
10000
772.1465 1023.966 13195.77 -14938.82 6142.283 -0.258459 3.093348 0.586324 0.745901