Analisis Pengaruh Sumber-Sumber Online Brand Equity Terhadap Repurchase Intention: Studi Kasus pada Cotton Ink Aprianty Ramannisa. Maeyta Selly Ekstensi Manajemen, PEFE Universitas Indonesia, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas pengaruh dimensi-dimensi dari ekuitas merek online terhadap repurchase intention merek tersebut. Dilatarbelakangi oleh meningkatnya minat terhadap industri online. Salah satu yang bertumbuh pesat adalah bisnis pakaian online. Berbagai merek-merek lokal dalam fashion industry Indonesia pun bermunculan, mulai dari Nikicio, Cotton Ink, Peter Says Denim, Up, Monday to Sunday, Pop Meets Pop, Tru, DAMN! I Love Indonesia dan masih banyak lagi. Namun ketidakmampuan untuk memeriksa secara fisik produk ketika belanja online meningkatkan persepsi resiko yang terkait dengan belanja online. Karena itu para pengusaha online, khususnya di bidang pakaian, sangat peduli terhadap bagaimana membangun ekuitas merek yang tinggi agar pelanggan dapat loyal dan melakukan repurchase intention. Penelitian ini melibatkan 269 responden yang pernah berbelanja produk Cotton Ink di website www.cottonink-shop.com. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara ekuitas merek (brand equity) dengan niat pembelian kembali (repurchase intention) Kata Kunci: Brand Equity, Repurchase Intention, Online Shop, Cotton Ink
Abstract This thesis discusses the influence of the dimensions of online brand equity to repurchase intention. Motivated by the growing interest in the online industry. One is a fast growing online clothing business. Various local brands in the fashion industry Indonesia also appear, from Nikicio, Cotton Ink, Peter Says Denim, Up, Monday to Sunday, Pop Meets Pop, Tru, DAMN! I Love Indonesia and many more. However, the inability to physically examine the products when shopping online increases the perception of risk associated with online shopping. Therefore online entrepreneurs, especially in the areas of clothing, very concerned about how to build high brand equity so that customers are loyal and do repurchase intention. The study involved 269 respondents who had shopped for Cotton Ink products at www.cottonink-shop.com. The results of this study indicate that there are significant and positive relationship between brand equity (brand equity) with the intention to repurchase (repurchase intention) Keywords: Brand Equity, Repurchase Intention, Online Shop, Cotton Ink
1 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN Pesatnya
perkembangan
internet,
khususnya
di
Indonesia,
memberikan
konsumensemakin banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mereka. Menurut data yang ditampilkan di situs www.internetworldstats.com yang dikelola oleh Miniwatts Marketing Group, menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-4 dalam jumlah pengguna internet di Asia, yaitu sebanyak 55 juta pengguna atau sebesar 5,4%, sementara di posisi pertama adalah China yang tidak pernah bergeser tiap tahunnya, dengan 513 juta pengguna. Pertumbuhan e-commerce setiap tahun dapat mencapai angka dua digit. Walaupun dunia diterjang oleh krisis finansial global, pertumbuhan transaksi, misalnya di dua situs terbesar seperti e-bay dan amazon.com, mencapai peningkatan hingga 31%. Transaksi online diperkirakan akan semakin bertambah bukan hanya karena semakin banyak konsumen ‘konvensional’ yang beralih ke belanja online, tapi juga karena semakin meningkatnya pembelian dari setiap konsumen itu sendiri. Dari riset yang dilakukan Nielsen terhadap 500 responden di berbagai kota di Indonesia memperlihatkan meningkatnya kepercayaan masyarakat dalam melakukan transaksi secara online. Terbukti dari hasil survey ini bahwa produk yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia adalah buku kemudian pakaian, sepatu atau aksesoris sebagai pilihan kedua. Sedangkan pilihan ketiga hingga ke enam adalah pembelian tiket pesawat atau reservasi, barang-barang elektronik, hardware komputer, serta software computer. Di Indonesia, dari sekitar 237 juta penduduknya, jumlah remaja terbilang besar, mencapai
63,4
juta
atau
sekitar
26,7
persen
dari
total
penduduk
(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab =1). Sehingga pasar teenagers hingga young adult, yaitu sekitar usia 17 tahun hingga 25 tahun, adalah pasar tersendiri yang cukup besar di Indonesia. Tahun ini dan kedepannya, tantangan untuk bermain di pasar ini semakin besar. Hasil survei dari Frontier Consulting Group mengenai perilaku digital para remaja di Indonesia menunjukkan kebenaran dari
2 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
hipotesa ini (http://www.marketing.co.id/blog/2012/07/04/perilaku-digital-pasar-remaja/). Hanya dalam waktu satu tahun saja sudah terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Survei dari Frontier ini dilakukan di enam kota besar di Indonesia. Kelompok responden adalah remaja yang berusia antara 13 hingga 18 tahun, atau mereka yang duduk di bangku SMP dan SMA. Hasil survei menunjukkan para remaja yang memiliki akun media sosial adalah 91,2% di tahun 2011. Pada tahun 2012, persentase ini meningkat menjadi 97,5%. Peningkatan terbesar adalah perilaku mereka dalam hal melakukan download atau upload, yang semula hanya 48,8% di tahun 2011, menjadi 71,1% di tahun 2012. Selain barang elektronik dan buku, produk yang banyak dijual secara online juga adalah pakaian. Banyaknya bisnis pakaian online lokal yang muncul dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan persaingan yang cukup ketat karena konsumen bebas memilih sehingga mendorong munculnya perilaku konsumen yang semakin selektif. Berbagai merek-merek lokal dalam fashion industry Indonesia pun bermunculan, mulai dari Nikicio, Cotton Ink, Peter Says Denim, Up, Monday to Sunday, Pop Meets Pop, Tru, DAMN! I Love Indonesia dan masih banyak lagi. Namun ketidakmampuan untuk memeriksa secara fisik produk ketika belanja online meningkatkan persepsi resiko yang terkait dengan belanja online, dimana konsumen tidak bisa menyentuh, merasakan, atau mencoba produk sebelum membelinya. Disini jelas bahwa konsumen sering menggunakan merek dari produk (Dawar dan Parker, 1994; Greatorex dan Mitchell, 1994) dan nama toko (Bolton dan Drew, 1991; Teas dan Agarwal, 2000) sebagai garansi untuk menjamin kualitas dari produk dan untuk mengurangi resiko juga untuk menyederhanakan keputusan pembelian mereka dalam berbelanja online, di mana atribut produk banyak yang tidak dapat dilihat secara langsung. Aaker (1991) dengan spesifik menyatakan bahwa ekuitas merek memberi manfaat bagi konsumen, baik menambah atau mengurangi nilai secara general. Aset-aset dari ekuitas merek yaitu kesadaran merek (awareness, value, loyalty, dan trust) dapat membantu konsumen untuk menerjemahkan memproses, dan menyimpan banyak informasi tentang produk dan merek.
3 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Menurut Page dan Lepkowska-White(2002), web equity (ekuitas merek pada bisnis online) dapat diciptakan melalui cara yang sama dengan ekuitas merek dari bisnis offline, dengan menyebutkan dua dimensi yang mempengaruhi (image dan awareness), dan mengatakan bahwa loyalitas adalah hasil yang dituju dari web equity. Karena yang menjadi tujuan utama sebetulnya dari pencapaian ekuitas merek tersebut adalah bagaimana caranya membuat konsumen untuk melakukan pembelian ulang dan terus menjadi pelanggan setia dari sebuah merek. Sesuai dengan latar belakang yang dijelaskan diatas, maka peneliti ingin meneliti apakah sumber-sumber brand equity (awareness, loyalty, trust association dan value associations) serta internet marketing activities yang terlibat di dalamnya berpengaruh terhadap repurchase intention pada salah satu bisnis pakaian online bernama Cotton Ink.
2. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Keputusan Pembelian (Purchase Decision) Setiap hari konsumen dihadapkan dengan pengambilan keputusan untuk memilih salah satu pilihan dari berbagai ragam pilihan. Keputusan yang diambil akan mengakibatkan konsekuensi. Jika konsekuensi hasil pengambilan keputusan adalah kepuasan, konsumen cenderung untuk mengambil keputusan yang sama seperti pengambilan keputusan sebelumnya. Apabila konsekuensinya adalah penyesalan, konsumen cenderung merubah keputusannya untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkannya berulang kembali. Umumnya konsumen melakukan pembelian ulang pada pasar yang kompetitif dan tiap harinya konsumen membeli sejumlah produk dari merek tertentu yang sudah familiar dengan mereka (Sharp, Byron & Goodheart, 2002). Lebih lanjut definisi mengenai perilaku pembelian ulang dikemukakan oleh Mowen& Minor (2001) yaitu perilaku pembelian ulang adalah konsumen seringkali membeli secara berulang produk yang sama. Definisi tersebut memberikan gambaran bahwa
4 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
perilaku pembelian ulang adalah suatu perilaku dimana konsumen membeli produk yang sama (merek yang sama) secara berulang kali.
2.2 Merek (Brand) Merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari produsen tertentu, serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing (Aaker, 1991). Pada akhirnya, merek memberikan tanda mengenai sumber produk serta melindungi konsumen maupun produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.
2.3 Kesadaran Merek (Brand Awareness) Merupakan kemampuan konsumen mengenali atau mengingat kategori produk dari sebuah merek. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku, juga merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.
2.4 Asosiasi Merek (Brand Association) Memiliki pengertian sebagai segala atribut yang terkait erat dengan sebuah merek (Aaker, 1991). Manfaat dari asosiasi merek berasal dari adanya nilai-nilai sebagai berikut (Aaker, 1991): Membantu proses penyusunan informasi, Membedakan, Alasan Pembelian, Menciptakan Sikap atau Perasaan Positif, Landasan untuk perluasan. 2.4.1 Asosiasi Kepercayaan (Trust Association) Aaker (1996) menyimpulkan asosiasi yang terkait antara merek dengan kepercayaan (trustworthiness) sebagai salah satu dari banyak
5 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
asosiasi lainnya yang sangat penting dalam konsep perusahaan online. Kepercayaan telah didefinisikan sebagai kemauan untuk membuat diri rentan terhadap (pilihan) yang lain karena hasil yang diharapkan menguntungkan (Earle et al., 2007). Sebuah tinjauan akan definisi yang berbeda dari seluruh disiplin ilmu menunjukkan kepercayaan mengacu pada sikap, disposisi, atau keyakinan yang kita miliki tentang orang (pihak) lain yang diharapkan akan dapat dipercaya (McLeod, 2008).
2.4.2 Asosiasi Nilai (Value Associations) Nilai bagi konsumen adalah sebagai pemicu competitive advantage utama pada lingkungan belanja di internet. Nilai adalah berbasis pada persepsi konsumen dan bukan penilaian manajerial. Penelitian terdahulu mengkonseptualisasikan nilai sebagai sebuah tradeoff antara kualitas dengan harga (Naylor, 1996; Bolton & Drew, 1991). Namun banyak peneliti lainnya berpendapat bahwa nilai adalah lebih kompleks dari sekedar definisi tersebut, bahwa tipe-tipe lain dari nilai konsumsi (consumption value) harus dipertimbakan oleh para peneliti dan para manajer.
2.5 Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Loyalitas merek adalah modal sesungguhnya yang dimiliki oleh pemasar, bukan hanya merupakan sekedar brand saja. Tanpa loyalitas dari konsumennya, brand hanyalah sebuah trademark, symbol dengan nilai yang kecil. Namun, dengan loyalitas dari konsumennya, brand menjadi lebih dari sekedar trademark. Menurut Oliver (1997), brand loyalty adalah pembelian sebuah merek diantara sekian brand lain oleh konsumen secara rutin melalui proses evaluasi yang disengaja. Sehingga brand loyalty dibentuk dengan adanya komitmen kuat untuk membeli kembali
6 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
barang atau jasa secara konsisten dengan memiliki resistensi terhadap penawaran atas barang/jasa lain meskipun terdapat usaha pemasaran yang memiliki pengaruh untuk mengurangi loyalitas sehingga dapat menyebabkan perubahan perilaku terhadap barang/jasa tersebut.
2.6 Ekuitas Merek (Brand Equity) Persepsi konsumen terhadap suatu produk memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses pengambilan keputusan karena konsumen merupakan salah satu kunci dari suksesnya suatu usaha. Hal ini tidak dapat dipungkiri khususnya karena antara satu produk dengan produk yang lainnya (kompetitor) umumnya telah memiliki kualitas, model, dan karakteristik tambahan (features) yang tidak jauh berbeda, namun produk-produk tersebut dapat memiliki pangsa pasar yang besarannya jauh berbeda karena salah satu produk memiliki ekuitas yang lebih besar. Dari sisi pemasaran, brand equity dapat dirumuskan sebagai “the added value with which a brand endows a product” (Farquhar, 1989),dan “serangkaian asset dan
kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan sebuah merek,
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan suatu produk atau jasa kepada perusahaan dan/atau pelanggan perusahaan tersebut” (Aaker, 1991).
2.7 Aktivitas Pemasaran Internet (Internet Marketing Activities) Menurut Rios & Riquelme (2008), terdapat tiga aktivitas pemasaran online yang dapat menjadi sumber dari ekuitas merek sebuah perusahaan, yaitu: 2.7.1 Web Functionality Fungsionalitas merujuk kepada elemen desain dari website yang dapat membuat interaksi menyenangkan dan dapat dinikmati ketika konsumen membuka website tersebut, dimana konsumen dapat ditawarkan berbagai macam pilhan seperti kecepatan mengunduh, grafis, gambar 3D, video, audio, dan kesediaan 24/7 (Heeter, 2000). Pentingnya desain
7 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
website telah ditekankan di banyak penelitian (Elliot & Fowell, 2000; Bhatti, Bouch, & Kuchinsky, 2000; Szymanski & Hise, 2000).
2.7.2 Fulfillment Yang dimaksud dengan fulfillment disini adalah berhubungan dengan aspek delivery dalam proses pembelian (online) (Maltz et al., 2005). Dari kacamata konsumen, pemenuhan berarti seberapa baik sebuah bisnis online dapat mengantarkan produk yang sesuai mereka janjikan. Bisa juga dikatakan sebagai tingkat bagaimana situs menjanjikan seperti penyerahan pesanan dan ketersediaan barang yang dapat dipenuhi, berhubungan dengan akurasi dari janji layanan, memiliki stok persediaan, dan menyerahkan produk tersebut pada waktu yang di janjikan.
2.7.3 Layanan Pelanggan Online (Online Customer Support Service) Menurut Turban et al. (2002), layanan pelanggan adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan. Yaitu, perasaan bahwa suatu produk atau jasa telah memenuhi harapan pelanggan.
8 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini berupa penelitian eksploratori yang mempunyai tujuan utama memberikan gagasan, wawasan dan pemahaman atas situasi permasalahan yang dihadapi (Santoso & Tijiptono, 2004) dan digunakan untuk mendapatkan wawasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, terutama untuk mengidentifikasi atribut-atribut dari variabel kesesuaian fungsional (functional congruity), kesesuaian ekuitas merek dengan intensi pembelian kembali konsumen yang ideal (ideal self congruity). Penelitian ini juga merupakan penelitian eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel. Juga disebut sebagai penelitian konfirmatori (Confirmatory research) dan makin dikenal sebagai penelitian korelasional (Correlational research) dengan jenis hubungan assymetrical-causal, disposition behavior yaitu analisis sebuah variabel yang membuat individu melakukan suatu perilaku. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan single cross-sectional design dimana terdapat satu kategori sampel responden di dalam target populasi dan yang akan memberikan informasi sebanyak satu kali (Maholtra, 2007). Peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan responden terhadap brand equity dari Cotton Ink dan kaitannya dengan repurchase intentions, khususnya bagi responden yang berumur 1725 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta, Depok dan Bekasi. Metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu pengambilan sampel tidak dilakukan secara random. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan judgement sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan penelitian peneliti, responden tersebut adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitian. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
9 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Awareness Online Customer Support Service
H11 H12
Loyalty
H13
Fulfilment
Brand Equity
H10
H14
Repurchase Intentions
Trust Associations
H9 H7
Web Functionality
H8
Value Associations
H6
Gambar 3.1 Model Penelitian Sumber: Diadaptasi dari Rios dan Riquelme, Sources of Brand Equity for Online Companies, 2008 dan Bojei dan Hoo, Brand Equity and Current Use As The New Horizon for Repurchase Intention of Smartphone, 2012
Metode pengolahan data yang digunakan peneliti dalam memperoleh hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Analisis Kuesioner Peneliti melakukan pemeriksaan awal kuesioner untuk menentukan layak atau tidaknya kuesioner untuk diproses lebih lanjut, agar mendapatkan data yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini dilakukan karena terdapat beberapa hal yang menyebabkan kuesioner tidak dapat diolah. 2. Distribusi Frekuensi Distribusi frekuensi adalah distribusi secara matematis yang bertujuan untuk menghitung jumlah respon yang memiliki asosiasi dengan nilai yang berbeda dari
10 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
satu variabel dan untuk menunjukkan nilai tersebut ke dalam suatu persentase (Maholtra, 2007).
Untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan dan Berdasarkan penelusuran studi eksplorasi yang dilakukan pada jurnal Sources of Online Brand Equity oleh Rosa E. Rios & Hernan E. Riquelme (2009) dan Brand Equity and Current Use As The New Horizon for Repurchase Intention of Smartphone oleh Jamil Bojei & Wong Chee Hoo (2012), penulis melakukan deductive reasoning dari model penelitian yang telah disebutkan dan membuat hipotesis sebagai berikut: Tabel 3.1 Hipotesis Penelitian Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11
H12 H13 H14
Path Awareness berpengaruh positif terhadap Brand Equity Loyalty berpengaruh positif terhadap Brand Equity Trust berpengaruh positif terhadap Brand Equity Perceived Brand Value Association berpengaruh positif terhadap Brand Equity Functionality website berpengaruh positif terhadap Awareness Functionality website berpengaruh positif terhadap Perceived Value Functionality website berpengaruh positif terhadap Perceived Loyalty Functionality website berpengaruh positif terhadap Perceived Trust Semakin banyak janji yang dipenuhi (fulfilled) oleh website Cotton Ink, semakin banyak pelanggan yang percaya pada Cotton Ink Fulfillment berpengaruh positif terhadap Perceived Loyalty konsumen Cotton Ink Perceived Loyalty dari Cotton Ink berpengaruh positif terhadap sejauh mana Cotton Ink dianggap menyediakan Customer Service Support Perceived Trust dari Cotton Ink berpengaruh positif terhadap sejauh mana Cotton Ink dianggap dapat memenuhi permintaanakanCustomer Service Support Perceived Value dari Cotton Ink berpengaruh positif terhadap sejauh mana Cotton Ink dianggap menawarkan Customer Service Support Brand Equity berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention merek Cotton Ink
11 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Setelah diperoleh data dan informasi dari pengisian kuesioner, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reabilitas.Kemudian data diseleksi dan diberi kode sesuai dengan variabel dan klasifikasi variabel. Setelah itu pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu, yaitu software LISREL 8.8. Pada penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis structural equation modeling untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh dan untuk menguji hipotesis yang diajukan. SEM adalah model regresi multivariat dimana respon dari variabel pada satu persamaan regresi dapat menjadi peramal bagi persamaan lainnya, variabel pada SEM dapat saling mempengaruhi (Fox, 2002). SEM merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah, yaitu simultaneous equation modeling dan factor analysis. SEM bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada dalam model tersebut, baik antar-indikator dengan variabel atau hubungan antar variabelnya. SEM banyak digunakan pada persamaan simultan, analysis of covariance structure, analisis kausal linier, analisis lintasan (path analysis) dan model persamaan struktural. Tahapan dalam SEM menurut Hair et al., (1998) dibagi menjadi 7 langkah, yaitu: 1. Pengembangan model secara teoritis; 2. Penyusunan jalur diagram; 3. Pengubahan diagram jalur menjadi persamaan struktural; 4. Memilih matriks input untuk analisis dan estimasi model yang diusulkan; 5. Penilaian identifikasi model struktural; 6. Penilaian kriteria goodness of fit; 7. Penginterpretasian dan modifikasi model.
12 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap pretesting Tahap ini dilakukan sebelum tahap field work yaitu dimana kuesioner diujikan ke sejumlah kecil sampel dari responden yang bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas sehingga penelitian dapat secara ilmiah dipertanggungjawabkan. Dilihat dari nilai cronbach alpha sebesar 0,939 dan nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel (0,271), maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel telah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.
4.2 Profil Responden Pengambilan data berhasil dilaksanakan dengan perolehan 269 responden. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari 6,4% responden laki-laki dan 93,6% responden perempuan. Secara tidak langsung memperlihatkan, pelanggan Cotton Ink adalah mayoritas berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.1 Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Persentase
Laki-laki
6,4%
Wanita
93,6%
Sumber : Data primer yang diolah 2012
Tabel tersebut memperlihatkan nilai presentase, sedangkan dalam absolute menunjukkan 17 laki-laki dan 270 perempuan. Selain jenis kelamin pada gambar 4.3, selanjutnya dapat dibagi karakteristik responden menurut umur.
13 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Persentase Responden Menurut Kelompok Umur Usia
Persentase
<20 tahun
52,4%
20 tahun s/d <25 tahun
33,3%
25 tahun s/d <30 tahun
8,9%
>30 tahun
5,2%
Sumber : Data primer yang diolah 2012
Karakteristik responden menurut kelompok umur memperlihatkan bahwa mayoritas responden berumur di bawah 20 tahun, yaitu sebesar 52,4% dari total keseluruhan responden. Disusul oleh kelompok umur 20 tahun s/d <25 tahun. Jumlah yang besar pada kelompok-kelompok umur ini menunjukkan bahwa target market utama Cotton Ink adalah young adults dengan usia 17 s/d 25 tahun. Sedangkan paling sedikit responden berada pada kelompok umur di atas 30 tahun. Selanjutnya adalah karakteristik responden menurut pekerjaan saat ini.
Tabel 4.3 Persentase Responden Menurut Pekerjan Pekerjaan
Persentase
Pelajar
11,6%
Mahasiswa
59,6%
Karyawan/ti
19,9%
Ibu Rumah Tangga
3,4%
Lainnya
5,6%
Sumber : Data primer yang diolah 2012
14 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa, dengan persentase 59,6% yang selanjutnya adalah karyawan/ti sebesar 19,9%. Selanjutnya adalah pengeluaran rata-rata dalam belanja online per bulan responden yang diteliti pada penelitian ini memperlihatkan paling banyak memiliki pengeluaran kurang dari Rp 750.000,-, yaitu sebanyak 46,8%. Mayoritas responden berada pada kelompok dengan pengeluaran rata-rata dalam belanja online per bulan sebanyak kurang dari Rp 750.000,-, hal ini dimungkinkan karena mayoritas responden adalah mahasiswa sehingga kemampuan untuk berbelanja pun masih terbatas. Tabel 4.4 Persentase Responden Menurut Kelompok Pengeluaran RataRata dalam Belanja Online per Bulan Pengeluaran Rata-Rata dalam Belanja Online Per Bulan
Persentase
Kurang dari Rp 750,000
46,8%
Rp 750,000 - Rp 1,500,000
28,8%
Rp1,500,001 - Rp 3,000,000
17,2%
Rp 3,000,001 - Rp 4,500,000
2,2%
Rp 4,500,001 - Rp 6,000,000
1,5%
Lebih dari Rp 6,000,001
3,4%
Sumber : Data primer yang diolah 2012
Selanjutnya adalah persentase responden berdasarkan jumlah kunjungan rata-rata per bulan ke website Cotton Ink.
15 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Persentase Responden Menurut Jumlah Kunjungan Rata-Rata per Bulan ke Website Cotton Ink Jumlah Kunjungan Rata-Rata Per Bulan ke Website Cotton Ink
Persentase
Kurang dari 3 kali
46,8%
3-6 kali
28,8%
7-9 kali
17,2%
10-12 kali
2,2%
Lebih dari 13 kali
1,5%
Sumber : Data primer yang diolah 2012
Berdasarkan hasil dari penelitian pada responden, paling banyak berkunjung ke website kurang dari 3 kali dalam sebulan, yaitu sebanyak 38,9%.
Tabel 4.6 Persentase Responden Menurut Kelompok Pengeluaran RataRata Setiap Kali Berbelanja di Website Cotton Ink Pengeluaran Rata-Rata Setaip Kali Berbelanja di Website Cotton Ink
Persentase
Kurang dari Rp 150,000
10,5%
Rp 150,001 - Rp 200,000
32,2%
Rp 200,001 - Rp 250,000
24,7%
Rp 250,001 - Rp 300,000
20,6%
Lebih dari Rp 300,001
12%
Sumber : Data primer yang diolah 2012
16 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Hasil dari pengelompokan responden berdasarkan kelompok pengeluaran ratarata ini, mayoritas adalah kelompok pengeluaran antara Rp 150.000,- sampai dengan Rp 200.000,- yaitu dengan persentase 32,2%. Dari persentase di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menghabiskan antara Rp 150,000,- s/d Rp 200,000,- setiap kali berbelanja di website Cotton Ink. Dimana rata-rata harga baju di Cotton Ink adalah berkisar antara Rp150,000,- s/d Rp 250,000,-, jadi bisa dikatakan bahwa pada rata-rata, responden membeli 1-2 potong baju setiap kali berbelanja di website Cotton Ink.
4.3
Analisis Deskriptif Hasil dari isian dijabarkan sesuai dengan dimensi variabelnya. Hasil gambaran umum penelitian ini diperoleh dengan criteria-kriteria yang telah ditentukan. Berikut adalah ringkasan nilai mean tertinggi dari setiap konstruk dalam penelitian ini
Tabel 4.7 Ringkasan Nilai Mean Tertinggi dari Setiap Kontstruk Variabel – Kategori Awareness
Value Associations
AW 1: “Saya tahu merek Cotton Ink” CP2: “Cotton Ink sering menampilkan promosi produk SC4: “Berbelanja di Cotton Ink dapat menghemat waktu BD 2: “Cotton Ink menyediakan banyak pilihan dari setiap produknya
Nilai Mean 5,15 4,53 5,08
4,83 BD 3: “Di Cotton Ink tersedia banyak pilihan model/desain dari setiap produknya
17 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Nilai Mean
Variabel – Kategori Trust Association
TA 3: “Saya percaya dengan Cotton Ink”
Loyalty Brand Equity Functionality Customer Service Fulfillment Repurchase Intention
5,08
LOY 3: “Saya pasti akan merekomendasikan Cotton Ink kepada teman-teman dan kerabat terdekat” BE 4 : “Cotton Ink adalah merek yang mudah disukai” FU 2: “Website Cotton Ink mudah digunakan (user friendly) CS 2: “Website Cotton Ink menawarkan berbagai alternative pelayanan pelanggan (email, Twitter, Facebook, SMS) FUL 2: “Cotton Ink mengirimkan barang sesuai dengan yang dipesan” RI 1: “Saya memilih untuk terus berbelanja di website Cotton Ink”
4,87 4,94 5,25 4,94 5,08 4,70
Sumber: Hasil olah data peneliti
4.4
Analisis Model Pengukuran Hasil perolehan data dalam penelitian ini digambarkan dari isian yang dimasukkan oleh responden. Isian ini tergambar dari berapa banyak yang mengisi sangat tidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, agak setuju, setuju, dan sangat setuju. Frekuensi dan persentase yang yang muncul memperlihatkan persentase banyaknya yang mengisi isian. Frekuensi dan persentase dilihat per indikator dan per dimensi yang dilihat sebagai gambaran umum hasil penelitian.
4.5
Analisis Confirmatory Factor Analysis Model Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada pengukuran ini menunjukkan hubungan operasionalisasi dari indikator yang membentuk
18 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
dimensi/konstruk. Hasil di atas memperlihatkan sejauh mana indikator mampu membangun dimensi yang sudah ditentukan berdasarkan teori. Sehingga pada analisis ini langkah pertama yang dilakukan adalah mengkaji teori tentang konstruk yang akan diukur. Dalam menguji teori tentang konstruk yang akan diukur dengan melihat nilai signifikansi untuk masingmasing observer yang membangun dimensi/konstruknya. Setelah dilakukan pengujian terhadap nilai validitas dan reliabilitas model pengukuran, ditemukan koefisien model CFA dan terdapat beberapa variabel yang memiliki reliabilitas kurang. Lalu peneliti menganalisis model dengan mengurangkan indicator observed yang memiliki validitas kurang. Validitas kurang tidak mampu membangun konstruk yang kuat, dimana dimensi yang digunakan tidak mampu membuat reliabilitas yang baik. karena itulah peneliti melakukan analisis second order CFA. Analisis ini dilakukan karena tidak terpenuhinya keseluruhan faktor yang mendasari konstruk yang dibentuk. Hasil nilai signifikansi model CFA dapat dilihat dalam Gambar 4.1 di bawah ini.
19 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
11.08
AW1
9.40
AW2
9.36
AW3
9.21
AW4
9.52
AW5
11.29
CP1
11.18
CP2
11.03
CP3
10.87
CP4
11.15
SC1
11.23
SC2
10.98
SC3
10.80
SC4
10.33
SC5
11.11
BD1
10.31
BD2
10.31
BD3
10.98
BD4
11.30
BD5
11.22
BD6
9.60
TA1
9.26
TA2
9.61
TA3
10.55
TA4
9.78
TA5
10.02
LOY1
8.79
LOY2
10.17
LOY3
9.30
LOY4
10.38
LOY5
11.02
BE1
8.94
BE2
9.14
BE3
10.01
BE4
9.81
FU1
9.41
FU2
9.03
FU3
10.44
FU4
10.37
FU5
9.51
CS1
10.55
CS2
9.74
CS3
9.14
CS4
8.01
FULF1
8.50
FULF2
9.82
FULF3
7.06
RI1
10.28
RI2
10.31
RI3
7.50 13.27 13.34 13.61 13.04 7.34 8.52 9.67 10.73 8.70 8.04 10.03 11.14 13.18 9.07 13.25 13.25 10.05 7.27 8.05 14.80 15.45 14.78 12.02 14.41
Awarenes
0.00 13.57
ValueAss
0.0015.67 12.80 14.10
TrustAss
16.85 0.0021.52 12.99 15.99 14.36
Loyalty
15.03 10.98 0.0015.97 11.74 17.03 25.44 21.32
13.65 16.01 13.22 15.22 12.53
BrandEqu
15.00 20.19 14.26 16.05
Function 8.44 14.50 14.21 12.48
7.99 11.77 17.75 0.0012.41
9.25 12.47 0.0017.32 14.24 14.24 21.52
CustServ
12.50 0.0016.22 7.98 18.57
14.50 15.33 15.97 12.62 12.87
Fulfilme
0.0010.71 14.12
ReInten
0.00
13.44 10.60 12.96 14.09 14.87 14.33 12.17 12.66 8.87 8.81
Chi-Square= 5018.88, df=1091, P- value=0.00000, RMSEA =0.116
Gambar 4.2 T-Value per Dimensi Model CFA Sumber : Hasil olah data peneliti
20 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Tabel 4.8 Uji Kecocokan Model CFA No
Goodness of Fit
Cutoff
Nilai
Kriteria
Chi Square Kecil
1256.02
Tidak Fit
P value > 0,05 564.96 ; 768.83 0.6
663.02 0.065 5.51 1476.02 1981.44 0.96 0.97 0.85 0.98 0.98 0.95 148.32
Fit Fit Fit Fit Fit Fit Fit Tidak Fit Fit Fit Fit Fit
0.059
Tidak Fit Tidak Fit Tidak Fit Tidak Fit
Index Value 1
Chisquare
2 3 4
NCP RMSEA ECVI AIC CAIC NFI NNFI PNFI CFI IFI RFI CN sRMR GFI AGFI PGFI
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
≥0,90 ≥0,90 ≥0,90
0.80 0.76
0.67
Sumber : Hasil olah data peneliti
Setelah melakukan pengujian terhadap Goodness of Fit model pengukuran CFA, tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian reliabilitas dan validitas dalam model CFA penelitian ini, Hasil dari validitas dan reliabilitas dari second order CFA dapat dilihat pada tabel 4.8. Hasil uji validitas dan reliabilitas ini TA1
9.68 yang nantinya akan digunakan dalam pengukuran model struktural. TA2
9.59
TA3
9.89
TA4
10.60
TA5
9.87
9.80
FU1
9.40
FU2
0.00 13.75 13.24 11.34 13.27
TrustAss
6.82 14.26 8.81
FU3
16.04
21 10.32
15.10
FU4
12.77
Awarenes
12.74
Universitas Indonesia Function -3.05
Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI,12.92 2013 10.28
FU5
7.57
ValueAss
4.6
Analisis Stuctural Equation Modelling (SEM) Structural Equation Modelling (SEM) merupakan teknik statistik untuk menguji dan memperkirakan hubungan kausal dengan menggunakan kombinasi data serta asumsi kausal kualitatif. Asumsi yang harus dipenuhi pada analisis SEM adalah data harus memiliki skala continues, memiliki distribusi normal, serta model yang sudah didefinisikan sesuai dengan teori. Karena data hasil penelitian yang merupakan data Ordinal, maka ada penelitian ini menggunakan metode Measure Succesive Interval untuk mengubah data skala ordinal menjadi interval sehingga asumsi terpenuhi. Menguji model struktural adalah dengan: 4.6.1
Path Analysis Model struktural SEM pada penelitian ini dikembangkan diagram alur (Path Diagram) yang akan diestimasi. Model path spesifikasi pada penelitian ini merepresentasikan permasalahan yang diteliti.
4.6.2
Uji Goodness of Fit (GOF) Dari hasil persamaan tersebut dilakukan uji Goodness of Fit (GOF) untuk melihat kecocokan model yang bersangkutan. Analisis SEM dengan teknik MLE memiliki banyak uji awal untuk memastikan model yang dibangun tersebut apakah sudah fit atau belum. Setidaknya terdapat 15 uji awal yang dipastikan dilihat dalam pengujian Goodness of Fit (GOF). Dari hasil uji GOF pada penelitian ini ada 10 kriteria kecocokan
model
dan
7
kriteria
yang
menjelaskan
ketidakcocokan model yang digunakan dalam penelitian. Hasil ini menggambarkan bahwa lebih dari separuh uji kecocokan mengatakan bahwa model yang digunakan sudah fit untuk dianalisis.
22 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
4.6.3
Analisis Hubungan Kausal Pengujian hubungan kausal dilakukan untuk menguji signifikansi hubungan antar variabel dan dapat pula digunakan untuk menguji hipotesis. Dapat disimpulkan pada tabel berikut:
Tabel 4.9 T-value dan Koefisien pada Model Struktural No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Path Functionality→Awareness Functionality →Value Associations Functionality → Trust Association Functionality → Loyalty Customer Service→Value Associations Customer Service →Trust Association Customer Service → Loyalty Fulfillment →Trust Association Fulfillment → Loyalty Awareness →Brand Equity Value Associations →Brand Equity Trust Associations → Brand Equity Loyalty → Brand Equity Repurchase Intention → Brand Equity
Estimasi 0,70 0,03 0,57 0,11
T-value
0,80
5,70
0,21 0,56 0,13 0,11 0,31 0,18 0,17 0,35
1,71 3,83 1,35 0,99 4,27 2,26 2,05 4,56
0,37
4,17
9,48 0,28 5,35 0,96
Kesimpulan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Sumber: Output LISREL 8.70 hasil olahan peneliti
4.6.4
Analisis Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Berikut ini merupakan table hasil ringkasan dari nilai koefisien determinan R2 tersebut.
23 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Tabel 4.10 Nilai Koefisien Determinan (R2) No. 1 2 3 4 5 6
Hubungan Functionality→Awareness Customer Service → Value Associations Functionality, Fulfilment, Customer Service → Trust Association Functionality, Customer Service, Fulfilment → Loyalty Awareness, Loyalty, Trust Association, Value Association → Brand Equity Brand Equity → Repurchase Intention
R2 0,49 0,69 0,72 0,57 0,69 0,14
Sumber: Output LISREL 8.70 hasil olahan peneliti
4.7
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil hipotesis ini terangkum dalam tabel 4.11 berikut.
Hipotesis H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
Path Awareness berpengaruh positif terhadap Brand Equity Loyalty berpengaruh positif terhadap Brand Equity Trust berpengaruh positif terhadap Brand Equity Perceived Brand Value Association berpengaruh positif terhadap Brand Equity Functionality website berpengaruh positif terhadap Awareness Functionality website berpengaruh positif terhadap Perceived Value Functionality website berpengaruh positif terhadap Perceived Loyalty
24 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Estimasi
Nilai T
Kesimpulan
0.31
4.29
Signifikan
0.35
4.55
Signifikan
0.17
2.06
Signifikan
0.18
2.24
Signifikan
0.7
9.47
Signifikan
0.03
0.28
0.11
0.83
Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Universitas Indonesia
Hipotesis H8 H9 H10
H11
H12
H13
H14
Path Functionality website berpengaruh positif terhadap Perceived Trust Semakin banyak janji yang dipenuhi (fulfilled) oleh website Cotton Ink, semakin banyak pelanggan yang percaya pada Cotton Ink Fulfillment berpengaruh positif terhadap Perceived Loyalty konsumen Cotton Ink Perceived Loyalty dari Cotton Ink berpengaruh positif terhadap sejauh mana Cotton Ink dianggap menyediakan Customer Service Support Perceived Trust dari Cotton Ink berpengaruh positif terhadap sejauh mana Cotton Ink dianggap dapat memenuhi permintaanakanCustomer Service Support Perceived Value dari Cotton Ink berpengaruh positif terhadap sejauh mana Cotton Ink dianggap menawarkan Customer Service Support
Estimasi
Nilai T
Kesimpulan
0.03
5.27
Signifikan
0.13
1.34
Tidak Signifikan
0.11
0.96
Tidak Signifikan
0.56
3.92
Signifikan
0.21
1.76
Tidak Signifikan
0.8
9.41
Signifikan
0.37
4.17
Signifikan
Brand Equity berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention merek Cotton Ink
Sumber: Output LISREL 8.70 hasil olahan peneliti
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Keempat sumber ekuitas merek yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Awareness, loyalty, trust association dan value associations terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap brand equity
Unsur-unsur dari internet marketing activities yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu
functionality, fulfillment
menunjukkan hasil yang berbeda-beda,
dan
customer
service
functionality berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap awareness dan trust, namun tidak signifikan
25 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
terhadap value dan loyalty. Sementara itu fulfillment tidak berpengaruh signifikan terhadap trust dan loyalty. Dan pengaruh customer service terhadap loyalty dan value terbukti positif dan signifikan dan tidak signifikan terhadap trust.
Brand equity berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap repurchase intention.
5.2 Saran Manajerial Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka Penulis dapat memberikan beberapa saran terkait kepada Cotton Ink sebagai berikut:
Dari keempat sumber brand equity yang digunakan pada penelitian ini, terlihat bahwa Cotton Ink sudah memiliki awareness yang cukup baik di mata konsumennya, namun sebaiknya ditingkatkan lagi agar dapat menjadi top of mind di benak para konsumen. Karena dilihat dari hasil analisis deskriptif variabel awareness, rata-rata tertinggi menunjukkan bahwa konsumen sudah tahu akan merek Cotton Ink, namun masih butuh bantuan untuk mengingat mereknya. Dari hasil mean tersebut terlihat bahwa konsumen Cotton Ink baru ‘sekedar’ tahu merek Cotton Ink, dan belum sampai mengenal dengan baik dan menjadi yang pertama di benak mereka. Sehingga perlu dibangun lagi awareness yang lebih tinggi melalui berbagai macam promosi, seperti iklan di majalah, sering mengikuti bazaar atau pameran, dan lain-lain.
Cotton Ink harus terus mengembangkan nilai-nilai yang bisa mereka berikan kepada konsumennya. Dari analisis deskriptif, nilai mean tertinggi pada indikator ini menunjukkan bahwa konsumen sudah merasa Cotton Ink sering menampilkan promosi produk, juga mereka merasa berbelanja di website Cotton Ink dapat menghemat waktu mereka. Selain itu, konsumen merasa bahwa Cotton Ink sudah cukup banyak memberikan pilihan dalam model/desain produk, sehingga bisa dikatakan produk-produk yang dihasilkan
26 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
oleh Cotton Ink tidak monoton. Namun karena industri pakaian juga merupakan salah satu industri kreatif yang pesat perkembangannya, maka Cotton Ink harus melakukan inovasi-inovasi yang kreatif, seperti salah satu contohnya adalah membuat perbedaan pada packaging yang go green atau terbuat dari kertas daur ulang. Atau bisa juga pada setiap package yang akan dikirimkan, selipkan sebuah thank you note untuk konsumen. Bisa juga dengan menggunakan bahan organic cotton di produk Cotton Ink sehingga konsumen akan merasa memiliki nilai lebih jika berbelanja di Cotton Ink.
Cotton Ink juga harus senantiasa meningkatkan kepercayaan yang telah terbentuk dengan konsumennya. Pada bisnis online, kepercayaan adalah salah satu faktor utama yang harus terus dijaga. Ditambah lagi masyarakat Indonesia masih sangat sensitive dengan kepercayaan terhadap belanja online. Salah satunya adalah dengan menjaga kualitas website Cotton Ink, jangan sering mengalami error. Karena website adalah jaminan utama dari sebuah bisnis online, maka ketika website nya tidak dapat diandalkan, kepercayaan akan sulit tumbuh. Kepercayaan ini pun sangat erat kaitannya dengan loyalitas, dari keempat sumber brand equity, terbukti bahwa loyalty adalah yang paling signifikan pengaruhnya terhadap brand equity, hal ini harus dimanfaatkan, karena jika konsumen sudah percaya dengan kualitas dan nilai-nilai yang diberikan Cotton Ink, maka mereka akan loyal.
Cotton Ink sebaiknya member perhatian lebih pada internet marketing activities mereka, karena mereka berbasis online, sehingga harus senantiasa mengembangkan dan mengevaluasi program pemasaran mereka. Misalnya dengan adanya live chat pada website Cotton Ink yang memungkinkan konsumen bertanya langsung kepada customer service. Juga tampilan website yang dibuat lebih menarik, dan diadakan pengembangan agar tidak terkesan membosankan. Misalkan saja beri sedikit warna pada elemen desain dari website Cotton Ink, agar tidak selalu bernuansa hitam-putih atau monochrome.
27 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Dari segi fulfillment, yaitu pemenuhan janji yang diberikan pada konsumen, Cotton Ink harus memastikan bahwa konsumen akan mendapat sesuai dengan apa yang mereka lihat di website. Jangan sampai terjadi perbedaan yang cukup jauh antara barang asli dengan tampilan di website, karena itu akan sangat mengecewakan konsumen dan menghilangkan kepercayaan dan bahkan loyalitas mereka pada Cotton Ink. Apalagi konsumen dan target market utamanya adalah dalam kategori young adults yang sangat dinamis dalam mengikuti perubahan. Sehingga para pengusaha harus mengantisipasinya dengan membuat inovasi-inovasi dalam hal apapun yang bisa meningkatkan nilai yang diterima konsumen dan meningkatkan loyalitas mereka.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan dalam cakupan Jakarta, Bekasi, dan Depok saja. Dengan demikian sebagai bahan masukan pada penelitian selanjutnya, agar penelitian tidak hanya dilakukan di Jakarta, Bekasi, dan Depok saja, tetapi juga dilakukan kota-kota besar lain, seperti saja Bandung atau Jogjakarta, karena kedua kota itu memiliki karakter konsumen muda yang tidak jauh berbeda dengan Jakarta dan sekitarnya. Dengan demikian tingkat keberlakuan hasil penelitian bisa lebih besar. Juga dapat dilihat pemasaran Cotton Ink sudah sampai di kota mana saja.
Objek penelitian pada penelitian ini hanya mencakup konsumen yang pernah berbelanja produk Cotton Ink melalui website www.cottonink-shop.com saja. Maka penelitian selanjutnya bisa menambah objek penelitian, dalam hal ini bukan hanya merek Cotton Ink saja, tetapi juga membandingkan dengan merek online lainnya, contohnya seperti Nikicio, yang juga merupakan salah satu pioneer online brand lokal di Indonesia.
Lebih memperdalam teori mengenai pengaruh ekuitas merek terhadap repurchase
intention
untuk
lebih
mendukung
28 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
hasil
penelitian
dan
Universitas Indonesia
mempermudah menganalisis hasil penelitian. Karena dimensi ekuitas merek sangatlah luas dan masih banyak celah yang bisa dijadikan penelitian selanjutnya.
Penyebaran kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan dua cara yakni penyebaran langsung kepada responden dan penyebaran secara online dengan bantuan google spreadsheet. Karena ada dua cara ini, maka kontrol peneliti menjadi rendah atau bahkan tidak punya kontrol saat responden mengisi kuesioner tersebut. Dengan demikian bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih selektif dalam pencarian responden agar hasil olah data dapat lebih akurat.
6. KEPUSTAKAAN Aaker, D. (1991), Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name, The Free Press, New York, NY. Aaker, D. (1996), Building Strong Brands, The Free Press, New York, NY. Asia Marketing Research, Internet Usage, Population Statistics and Facebook Information, Desember 2012, http://internetworldstats.com/asia.htm#id Bhatti, N., Bouch, A., & Kuchinsky, A. (2000). Integrating user-perceived quality into Web server design. Computer Networks, 22, 1-16. Bojei. J and Hoo. W. C, Brand Equity and Current Use As The New Horizon for Repurchase Intention of Smartphone, 2012 Bolton, R.N. and Drew, J.H. (1991) ‘A Multistage Model of Customers’ Assesments of Service Quality and Value’, Journal of Consumer Research 17 (4): 875-84. Cotton Ink dalam Jakarta Fashion Week 2012, http://www.jakartafashionweek.co.id/id/content/designer/2013/cotton.ink/001/0 04/342 29 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
Dawar, N. and Parker, P. (1994), Marketing Universals: Consumers’ use of brand name, price, physical appearance, and retailer reputatuion as signals of product quality, Journal of Marketing, Vol. 58 (April 1994), 81-95 Earle , T . C . , Siegrist , M . and Gutscher , H . ( 2007 ) . Trust, Risk Perception, and the TCC Model of Cooperation . In Siegrist, M., Earle, T.C. and Gutscher, H. (eds) Trust in Cooperative Risk Management: Uncertainty and Scepticism in the Public Mind . London: Earthscan , pp 1 – 49 . Elliot, S., & Fowell, S. (2000). Expectations versus reality: A snapshot of consumer experiences with Internet retailing. International Journal of Information Management, 20, 323-336. Farquhar, P. (1989), “Managing brand equity”, Marketing Research, Vol. 1, pp. 24-33. Greatorex, M. and Mitchell, V.-W. (1993), “Developing the perceived risk concept”, “Emerging issues in marketing”, in Davies, M. et al. (Eds), Proceedings, Marketing Education Group Conference, Loughborough, Vol. 1, pp. 405-15. Hair, J.F., et al., (1995), Multivariate data analysis with reading, Ed. 4. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Heeter, C. (2000), “Interactivity in the context of designed experiences”, Interactive Advertising, Vol. 1 No. 1, available at: www.jiad.org Malhotra, N. K. (2007), Marketing Research An Applied Orientation (5th ed.). New Jersey: Pearson Education. Maltz, A., Rabinovich, E. and Sinha, R. (2005), “Order management for profit on the internet”, Business Horizons, Vol. 48 No. 2, pp. 113-23.
30 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia
McLeod, C. (2008). Trust. In E. Zalta (Ed.), The Stanford encyclopedia of philosophy (2008th ed.). Stanford: Stanford University. Mowen, J. C and Minor, M. (2001), Consumer Behavior, Prentice Hall. Naylor, G. (1996), How Consumers Determine Value: A New Look at Inputs and Processes. Dissertation. University of Arizona. Page, C. and Lepkowska-White, E. (2002), “Web Equity: A Framework for Building Consumer Value in Online Companies”, Journal of Consumer Marketing, Vol. 19 No. 3, pp. 231-48. Perilaku Digital Pasar Remaja, 4 Juli 2012 http://www.marketing.co.id/blog/2012/07/04/perilaku-digital-pasar-remaja/ Rios, E.R. and Riquelme, E.H. (2008), “Brand equity for online companies”, Marketing Intelligence & Planning, Vol. 26 No. 7, pp. 719-42. Sharp, Byron, Wright, M. and Goodhardt, G. (2002), "Purchase loyalty is polarised into either repertoire or subscription patterns," Australasian Marketing Journal,10 (3), 7. Szymanski, D. M., & Hise, R. T. (2000). E-satisfaction: An initial examination. Journal of Retailing, 76(3), 309-322. Teas, R.K. and Agarwal, S. (2000) ‘The Effects of Extrinsic Product Cues on Consumers’ Perceptions of Quality, Sacrifice, and Value’, Journal of the Academy of Marketing Science 28 (2) 278-90. Turban, Efraim (2002). Electronic Commerce: A Managerial Perspective. Prentice Hall.
31 Analisis Pengaruh..., Aprianty Ramannisa, FE UI, 2013
Universitas Indonesia