PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP REPURCHASE INTENTION: STUDI PADA ZARA PONDOK INDAH MALL 2 Kania Fastidianti Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Febrina Rosinta Abstrak Brand image yang merupakan hasil dari persepesi konsumen terhadap brand personality yang dibentuk produsen menjadi salah satu alasan konsumen dalam membeli produk. Jika konsumen memiliki pengalaman positif dalam pembelian pertama, maka hal tersebut dapat meningkatkan brand image sebuah produk dan menarik konsumen membeli untuk kedua kali dan seterusnya. Penelitian ini membahas pengaruh brand image terhadap repurchase intention Zara Pondok Indah Mall 2 serta membahas dimensi-dimensi yang ada pada brand image. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan bertujuan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 170 responden yang sudah pernah membeli produk Zara di gerai Zara Pondok Indah Mall 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand image memiliki pengaruh terhadap repurchase intention sebesar 72,1 % dan sisanya sebesar 27,9 % dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: Citra Merek ; Brand Image ; Repurchase Intention ; Minat Pembelian Kembali Abstract Brand image is a perception of consumer towards brand personality which has built by company. It is one of the reason why people buy particular product. If consumer had a positive experience during first purchase, then that will increase the brand image dan will attract them to do the next purchase. This research examine the effect of brand image towards repurchase intention on Zara Pondok Indah Mall 2, it also explains about each dimension of brand image . This research uses quantitative approach and has an intention to explain the relation between two variables. Data were collected by spreading the self administered questionnaire to 170 people who had been done first purchase in Zara Pondok Indah Mall 2. The result of this research shows that brand image has an effect towards repurchase intention for about 72,1% and the rest of it for about 27,9% can be affected by other factor. Key word: Brand Image ; Repurchase Intention Pendahuluan Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang diikuti dengan perdagangan bebas menjadikan persaingan begitu terbuka dan kompetitif sehingga memberikan peluang yang besar bagi pelaku bisnis. Menjadi unggul diantara sekian banyak kompetitor dapat diraih oleh produsen salah satunya dengan memiliki keunikan dan ciri khas produk yang dipasarkan.
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Terjadinya pengulangan pembelian oleh konsumen merupakan salah satu kesuksesan sebuah produk dengan merek tertentu. Repurchase intention sebagai salah satu ciri bahwa konsumen loyal terhadap suatu merek. (Peter & Olson, 2005) juga berpendapat bahwa intensi membeli suatu produk didasari oleh sikap seseorang terhadap perilaku membeli produk tersebut. Jika sikapnya yang diambil adalah loyal terhadap suatu produk maka dia akan mempunyai niat untuk melakukan repurchase intention, sebaliknya jika konsumen tersebut tidak loyal maka konsumen tersebut tidak mempunyai niat untuk melakukan repurchase intention. Timbulnya repurchase intention pada konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal positif yang dialami pada saat pembelian pertama.
Menurut Chen dan Hsieh (2011)
ditemukan fakta bahwa ada pengaruh positif dari latar belakang sosial dan ekonomi, brand image, perceived value dan percieved quality terhadap repurchase intention. Dalam jurnal tersebut dijelaskan masing-masing faktor dalam pengaruh positifnya terhadap repurchase intention. Howard dan Seth dalam Jansen (2012) menyatakan bahwa jika suatu merek mampu memberikan kepuasan, maka potensi merek dalam memenuhi alasan keinginan membeli tersebut pasti akan meningkat, dengan demikian kemungkinan pembeli membeli merek tersebut juga akan makin meningkat. Industri fashion telah lama menjadi pemberi lapangan pekerjaan terbesar di Amerika Serikat, dan ini sudah berlangsung juga di abad ke-21. Di era modern ini, fashion sudah menjadi bagian penting dari gaya hidup. Dunia fashion berkembang pesat dan berevolusi menjadi industri yang potensial. Banyaknya merek yang bermunculan, membuat para persaingan di dalam dunia
fashion semakin ketat. Durianto (2004) menyatakan bahwa
beberapa produk dengan kualitas, model, serta features yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda di pasar karena perbedaan persepsi di benak konsumen. Strategi yang tepat dibutuhkan untuk dapat mempertahankan konsumen agar tetap menjadi pelanggan serta dapat mempertahankan citra perusahaan. Disamping membentuk asosiasi akan suatu merek, perusahaan harus tetap bisa mempertahankan persepsi kualitas akan suatu produk. Durianto (2004) menjelaskan dalam membangun persepsi kualitas yang kuat harus diikuti dengan peningkatan kualitas nyata dari produknya, karena akan sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa kualitas produknya adalah tinggi apabila kenyataan menunjukkan kebalikannya. Jika pelanggan mendapatkan persepsi kualitas yang baik maka pelanggan akan memberikan nilai positif terhadap produk yang disukai.
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Zara adalah salah satu merek fashion internasional. Didirikan pada tahun 1975, Zara adalah bendera utama dari perusahaan Inditex (Industria del Diseño Textil, SA), sebuah holding company yang terletak di Galicia, Spanyol, yang juga memproduksi merek Massimo Dutti, Pull and Bear, Stradivarius dan Bershka. Zara membuka toko pertamanya pada tahun 1975 di La Coruña, Spanyol. Pada masa 1980-an, Zara memperluas bisnisnya di dalam pasar domestik yaitu di seluruh kota di Spanyol. Saat ini Zara sudah beroperasi di 82 negara dan dengan total 1721 toko di seluruh dunia. Ekspansi dan pertumbuhan bisnis Zara juga sampai ke Indonesia pada tahun 2005 dengan membuka dua gerai sekaligus yaitu gerai Zara di Plaza Indonesia dan di Pondok Indah Mall 2. Sampai tahun 2013 , jumlahnya sudah bertambah menjadi 11 gerai Zara yang tersebar di kota DKI Jakarta, Bandung dan Surabaya. Dalam kurun waktu delapan tahun, Zara melakukan ekspansi bisnis yang konsisten di Indonesia dengan rata-rata menambah satu gerainya atau lebih setiap tahun. Zara berhasil melewati beberapa gejolak kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia dan selama ini tetap bertahan ketika banyak merek asing yang mengikuti jejaknya masuk ke pasar Indonesia. Untuk dapat bertahan dalam pasar khususnya dalam persaingan dunia ritel fashion di Indonesia, Zara harus tetap pada pendiriannya dalam membawa identitas merek yang sudah dikenal pasar. Bertahannya Zara selama 8 tahun di Indonesia dan mengalami ekspansi bisnis yang cukup pesat, membuktikan bahwa masih adanya permintaan konsumen yang stabil dan cenderung bertambah. Permintaan pasar yang meningkat mungkin saja berasal dari konsumen lama yang melakukan pembelian ulang ataupun bertambahnya konsumen baru. Repurchase intention yang timbul dalam benak konsumen dapat berasal dari beberapa motivasi, salah satunya adalah berasal dari merek itu sendiri dan brand image yang ada dalam benak konsumen. Permasalahan Brand image terbukti memiliki efek terhadap timbulnya repurchase intention. Chen & Hsieh (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi brand image yang dipersepsikan konsumen, semakin tinggi pula minat konsumen untuk melakukan pembelian kembali. Untuk membentuk brand image yang baik yang akhirnya dapat menimbulkan repurchase intention oleh konsumen, perlu mempertimbangkan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut berasal dari elemen brand image menurut Aaker dan Keller, lalu Korchia menggabungkan dan menyempurnakan elemen brand image dari kedua pakar tersebut menjadi: The company, Other organization, Brand Personality/ Lifestyle, Celebrities/Events,
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
User Imagery, Usage Imagery, Product Category, Price, Communication, Distribution, Product related attributes, Functional benefits, Experiential benefits, Symbolic benefits, dan Attitude. Hal yang perlu dikaji yaitu apakah brand image memang mempengaruhi loyalitas pelanggan khususnya dalam repurchase intention. Dalam kondisi tingginya persaingan pasar seperti sekarang banyak sekali perusahaan ritel yang tumbuh dan berkembang di Indonesia baik perusahaan lokal maupun asing, dan merek-merek kompetitor yang semakin meningkat kompetensinya, perlu dikaji kembali apakah brand image benar menjadi kekuatan dalam mempertahankan pelanggan agar pelanggan tidak beralih ke kompetitor. Penulis memilih konsumen Zara Pondok Indah Mall 2 menjadi objek penelitian dikarenakan Zara Pondok Indah Mall 2 adalah salah satu gerai Zara pertama yang dibuka di Indonesia, dan lokasinya yang paling mudah dijangkau. Selain itu terdapat data bahwa Zara Pondok Indah Mall 2 memiliki penjualan yang paling tinggi dibanding gerai lainnya, jika dilihat dari kuantitas penjualan. Walaupun jika dilihat dari gross sales Zara Pondok Indah Mall 2 hanya menempati posisi kedua, namun secara kuantitas dapat diasumsikan konsumen paling sering dan paling banyak berbelanja di Zara Pondok Indah Mall 2. Dapat dikatakan wajar apabila Gross sales Zara Plaza Indonesia lebih besar daripada gross sales Zara Pondok Indah Mall 2, karena target pasar Plaza Indonesia merupakan konsumen yang kemampuan finansialnya lebih tinggi daripada Pondok Indah Mall 2. Dilihat dari lokasi masing-masing mall, Plaza Indonesia berlokasi di area pusat perkantoran utama di Jakarta yaitu di dekat bundaran Hotel Indonesia, maka dari itu konsumen yang datang sebagian besar adalah kalangan eksekutif. Sedangkan Pondok Indah Mall 2 adalah mall yang berlokasi dekat dengan pemukiman dan cenderung disebut sebagai mall keluarga. Angka gross sales Zara Pondok Indah Mall 2 yang tidak setinggi Zara Plaza Indonesia dapat diasumsikan karena sebagian besar konsumen Zara Pondok Indah Mall 2 lebih memilih untuk membeli produk yang tidak terlalu mahal atau bahkan produk diskon namun dengan jumlah yang banyak. Berikut adalah tabel angka penjualan Zara berdasarkan penjualan setiap toko Zara di Indonesia. Angka Penjualan Zara Indonesia periode Jul 2012 – Feb 2013 Site ZR01 Zara Plaza Indonesia ZR02 Zara Pondok Indah Mall 2
Sales qty 234.284 254.971
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Gross Sales 101.318.174.305 98.059.007.234
Site
Sales qty
ZR03 Zara Kelapa Gading Mall 132.462 ZR04 Zara Taman Anggrek Mall 95.302 ZR05 Zara Senayan City 214.465 ZR06 Zara Tunjungan Plaza 3 152.114 ZR07 Zara Grand Indonesia 162.204 ZR09 Zara Plaza Senayan 154.785 ZR10 Zara Central Park 144.011 ZR11 Zara Paris Van Java 121.693 ZR12 Zara Kota Kasablanka 41.244 Sumber: PT. Mitra Adiperkasa
Gross Sales 54.199.947.580 41.625.508.778 83.912.129.285 67.933.719.788 65.845.511.362 72.403.891.141 53.832.502.454 45.948.974.952 14.944.715.708
Untuk mendapatkan penjelasan dan pembahasan secara menyeluruh dalam penelitian ini maka rumusan masalah yang akan dianalisa adalah: Bagaimana pengaruh brand image terhadap repurchase intention Zara Pondok Indah Mall 2? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap repurchase intention produk Zara Pondok Indah Mall 2. Tinjauan Teoritis Brand Image Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipologi dari unsur brand image sebagai indikator dalam variable independent. Terdapat beberapa versi tipologi brand image yang dikembangkan selama beberapa tahun terakhir. Aaker (1991) mengemukakan tipologi asosiasi yang terkait dengan suatu merek yang terdiri dari: 1 Product Attributes Mengasosiasi atribut atau karakteristik suatu produk merupakan positioning yang paling sering digunakan. Menurut Kotler (1997) atribut produk terdiri atas kualitas, desain dan fitur (feature). 2 Intangible Attributes Faktor tak berwujud yang merupakan merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif. 3 Customer’s Benefit
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Manfaat pelanggan dibagi dua yaitu Rational Benefit dan Psycological Benefit. 4 Relative Price Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut. 5 Use/Application Mengasosiasikan sebuah merk dengan konteks pemakaian. Kapan sebuah produk digunakan, “saat digunakan” tersebut bisa dipakai menjadi sumber asosiasi produk. 6 User Kategori pemakai dengan ciri dan karakteristik tertentu yang sesuai dengan sasaran produk yang ditawarkan dengan merek tertentu. 7 Celebrity/Person Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal yang berpengaruh posfitif pada merek tersebut. 8 Lifestyle/Personality Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama. 9 Product Class Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya. Cara ini akan lebih berhasil kalau merek tersebut adalah merek pertama (pelopor) pada kategori yang bersangkutan. 10 Competitor Mengetahui pesaing dan berusaha menyamai atau bahkan mengungguli pesaing. Usaha membandingkan merek dengan merek lain bisa dijadikan sebagai sumber asosiasi. 11 Country/ Geographic Area Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan baku yang unggul dan kemampuan yang memadai (dalam hal produksi dan pemasaran). Terdapat sedikir perbedaan dari tipologi yang dikemukakan Keller (1998) mengenai brand image. Menurut Keller (1998), ada beberapa tipe asosiasi merek yang mungkin ada
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
dalam benak konsumen. Asosiasi merek dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori besar yaitu: 1 Atribut (Attributes) Atribut adalah fitur-fitur yang mampu mendeskripsikan karakteristik dari sebuah produk maupun jasa. Atribut dapat digolongkan menjadi : a
Product-Related Attribute Atribut tipe ini menunjukkan bahwa komposisi fisik dari suatu produk atau jasa sangat berpengaruh penting dalam menentukan performa dan penampilan dari produk atau jasa tersebut.
b Non Product-Related Atribute Atribut ini tidak secara langsung mempengaruhi performa produk, atribut ini dapat mempengaruhi proses pembelian ataupun proses konsumsi. Menurut Keller atribut tipe ini dapat dibedakan menjadi Price, User Imagery, Usage Imagery, Feeling and Experience, dan Brand personality 2 Manfaat (Benefits) Yaitu sebuah nilai personal produk atau jasa yang diberikan kepada konsumen berkaitan dengan manfaat produk atau jasa dan mewakilinya secara keseluruhan. Asosiasi ini dibagi menjadi tiga, yaitu: a
Functional Benefits, yaitu nilai manfaat dari produk atau jasa yang biasanya dikaitkan dengan product-related atributes.
b Symbolic Benefits, yaitu manfaat produk atau jasa yang berhubungan dengan non product-related atributes. c
Experiential Benefits, yaitu nilai manfaat yang berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan dari pengalaman saat konsumen membeli atau menggunakan produk atau jasa
3 Sikap Merek (Brand Attitude), yaitu nilai manfaat yang berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan dari pengalaman saat konsumen membeli atau menggunakan produk atau jasa. Elemen-elemen pembentuk brand image yang dikemukakan oleh Aaker dan Keller beberapa adalah berasal dari konsep dan pemikiran yang sama, namun dengan pembagian tipologi yang berbeda.Aaker dan Keller memperlihatkan adanya beberapa kesamaan kategori yaitu price, user imagery, usage imagery, dan product attributes.
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
The Typologi of Brand image Sumber: Korchia (1999), A New Typology of Brand image , European Advances in Consumer Research, Vol. 4 Dalam penelitiannya Korchia (1999) mengkaji pendapat kedua pakar tersebut dan menggabungkannya menjadi tipologi baru yang sudah disempurnakan. Penggabungan tersebut dilakukan setelah Korchia melakukan diskusi dan penelitian mendalam. Tipologi baru ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 dimensi umum dan secara total menjadi 15 dimensi yang spesifik. Dari beberapa elemen brand image yang sudah dikemukakan oleh Aaker dan Keller, Korchia menggabungkannya menjadi beberapa elemen yang dijelaskan dalam gambar diatas.
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Namun tidak semua dimensi brand image yang digunakan dalam penelitian ini. Dimensi brand image yang dikemukakan oleh Korchia (1999) yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Company, Other Organization, User Imagery, Usage Imagery, Product-Related Attribute, Product Category, Price, Functional Benefits, Experiential Benefits, Symbolic Benefits, dan Attitude. Repurchase Intention Peter & Olson (2005) berpendapat bahwa intensi membeli suatu produk didasari oleh sikap seseorang terhadap perilaku membeli produk tersebut. Jika sikapnya yang diambil adalah loyal terhadap suatu produk maka dia akan mempunyai niat untuk melakukan repurchase intention, sebaliknya jika konsumen tersebut tidak loyal maka konsumen tersebut tidak mempunyai niat untuk melakukan repurchase intention. Konsumen mengalami moment of truth dalam pengalamannya melakukan pembelian untuk pertama kali. Pada saat itu konsumen dapat secara mudah merasakan dan membedakan kualitas yang diberikan produsen melalui produk yang mereka pasarkan. Secara sadar maupun tidak sadar, sudah ada rencana didalam benak konsumen apakah mereka ingin merasakan lagi pengalaman tersebut atau tidak. Hubungan Brand Image dan Repurchase Intention Chen & Hsieh pada jurnalnya yang berjudul A Study of Antecedents of Customer Repurchase Behaviors in Chain Store Supermarkets menyatakan bahwa semakin tinggi brand image yang dipersepsikan konsumen, semakin tinggi pula minat konsumen untuk melakukan pembelian kembali.
Kemudian Tsuo, Kuo-Wei, & Wen-Yuan (2011), memperkuat
pernyataan Chen dan Hsieh dalam jurnalnya yang berjudul An Empirical Study of Consumer’s Repurchase Intention of Tablet PC. Yin-Tsuo, Kuo-Wei, & Wen-Yuan membuktikan pada penelitiannya bahwa persepsi konsumen yang positif terhadap brand image memiliki efek positif yang signifikan terhadap loyalitas merek, loyalitas merek disini erat dengan pembelian kembali. Model Penelitian Dependent Variable BRAND IMAGE
Independent Variable
REPURCHASE INTENTION
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Hipotesis Ho: Brand image tidak mempunyai pengaruh terhadap repurchase intention. Ha: Brand image mempunyai pengaruh terhadap repurchase intention. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian juga menggunakan pendekatan deduktif karena berawal dari teori yang umum. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian terapan. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian eksplanatif. Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan mengenai hipotesis tentang adanya pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Variabel tersebut adalah brand image sebagi variabel bebas dan repurchase intention sebagai variabel terikat. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional karena penelitian ini dilakukan dalam satu waktu tertentu serta hanya digunakan dalam waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk diperbandingkan (Prasetyo dan Jannah, 2005). Berdasarkan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini, maka penelitian ini termasuk kedalam penelitian survei, karena penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Teknik
pengumpulan
data
melalui
penyebaran
kuesioner
dilakukan
untuk
mendapatkan data primer . Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder. Populasi dalam penelitian adalah konsumen yang sudah pernah berbelanja di Zara Pondok Indah Mall 2. Sampel Dalam penelitian ini jumlah responden yang diteliti adalah 180 responden. Kriteria responden yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Usia: 18 – 35 tahun 2. Domisili: Jabodetabek 3. Kriteria khusus: Pernah berbelanja di Zara Pondok Indah Mall 2 Pengukuran validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa jenis ukuran validitas yaitu Kaiser Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy, Barlett’s Test of Sphericity dan Anti-Image Matrix. Uji reliabiitas dalam penelitian ini menggunakan koefisian cronbach alpha. Dalam penelitian ini, variabel brand image dan repurchase intention diukur dengan menggunakan skala interval lima poin. Dimana angka 1 berarti responden sangat tidak menyetujui pernyataan dan angka 5 berarti responden sangat menyetujui pernyataan. Untuk mengetahui skala pengukuran, digunakan rumus rentang skala sebagai berikut (Simamora,
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
2005). Penelitian ini adalah penelitian bivariat, maka dari itu teknik pengolahan data dalam mencari hubungan kedua variabel menggunakan teknik simple regression. Hasil dan Pembahasan Penelitian Pretest Dari tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa semua dimensi untuk nilai KMO valid, namun ada satu dimensi tidak valid dalam nilai Barlett’s Test of Sphericity yaitu Usage Imagery. Maka dari itu, dimensi tersebut dihilangkan dari penelitian. Eliminasi satu dimensi yang terdiri dari 3 indikator, membuat pernyataan berkurang menjadi 33. Hal tersebut berpengaruh untuk penentuan jumlah minimal responden. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa responden minimal yang ditentukan peneliti adalah 180, namun setelah pengurangan menjadi 33 x 5 = 165 responden. Peneliti memutuskan untuk membulatkannya menjadi 170 responden. Sedangkan pada test Anti Image Correlation, seluruh indikator dalam penelitian ini memiliki hasil yang valid. Nilai Kaiser-Mayer-Olkin Measure Sampling Adequacy, Barlette’s Test of Sphericity pada Pre-test (n = 40) Kode
Dimensi Brand Image dan Repurchase Intention
KMO
Barlette’s Test of Sphericity
Keterangan
X1
The Company
.569
.000
Valid
X2
Other Organization
.682
.000
Valid
X3
User Imagery
.595
.000
Valid
X4
Usage Imagery
.529
.068
Tidak Valid
X5
Product Category
.633
.000
Valid
X6
Pice
.690
.000
Valid
X7
Product-Related Attribute
.615
.003
Valid
X8
Functional Benefits
.718
.000
Valid
X9
Experimental Benefits
.599
.000
Valid
X10
Symbolic Benefits
.768
.000
Valid
X11
Attitude
.732
.000
Valid
Y1
Repurchase Intentions
.696
.000
Valid
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Pada hasil uji reabilitas seluruh indikator dalam penelitian memiliki hasil yang baik. Reabilitas Dimensi Variabel Brand Image No
Dimensi
Cronbach Alpha
Kriteria
1.
The Company
.653
Questionable
2.
Other Organizations
.825
Good
3.
User Imagery
.704
Acceptable
4.
Product Category
.705
Acceptable
5.
Price
.884
Good
6.
Product-Related Attribute
.662
Acceptable
7.
Functional Benefits
.868
Good
8.
Experiential Benefits
.771
Acceptable
9.
Symbolic Benefits
.935
Excellent
10.
Attitude
.840
Good
Reabilitas Dimensi Variabel Repurchase Intention No 1.
Dimensi
Cronbach Alpha
Repurchase Intention
.853
Data Responden Data responden penelitian ini dibagi berdasarkan beberapa kategori pembagian. Pria
Wanita 10%
90%
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
120
60%
100 80 60
27,6%
40 20
10,6% 1,8%
0 <20
20-‐25
26-‐30
30<
Data Responden Berdasarkan Usia
120
58,8%
100 80 30,6%
60 40 20 0
8,8% 1,2%
0,6% Pelajar
Mahasiswa
Karyawan/ti
Ibu Rumah Tangga
Lainnya
Data Responden Berdasarkan Pekerjaan
70 60
34,1%
36.5
50 40
30
12,9%
12,9%
20
3,5%
10 0
Data Responden Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata dalam Belanja Produk Fashion Perbulan
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
48,2%
27,1% 15,3% 6,5%
2,9%
Data Responden Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata Setiap Kali Berbelanja di Zara Pondok Indah Mall 2 54,7%
100 80
30%
60 40
12,4%
20
2,9%
0 < 3 kali
3-‐6 kali
7-‐9 kali
10-‐12 kali
Data Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ke Toko Zara Pondok Indah Mall 2 RataRata Per Bulan
Data Jawaban Responden Kriteria Mean Variabel Brand Image Indikator
Mean
Kriteria
Spanyol adalah salah satu negara penghasil merek fashion terbaik di dunia. Inditex adalah perusahaan ritel fashion terbaik di dunia. PT. Mitra Adiperkasa adalah perusahaan ritel terbaik di Indonesia. Kategori produk Zara lebih beragam dibanding kategori produk kompetitor. Desain produk Zara lebih bagus dibanding produk kompetitor. Kualitas produk Zara lebih bagus dibanding produk kompetitor. Produk Zara sesuai dengan umur saya.
3,90
Tinggi
3,72
Tinggi
4,04
Tinggi
3,88
Tinggi
3,87
Tinggi
3,74
Tinggi
4,12
Tinggi
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Indikator
Mean
Kriteria
Produk Zara membuat saya terlihal fashionable.
4,12
Tinggi
Produk Zara membuat saya memiliki penampilan yang saya inginkan. Terdapat banyak pilihan desain dari setiap jenis
4,03
Tinggi
4,13
Tinggi
Terdapat banyak pilihan warna dari setiap jenis produk Zara. Terdapat banyak pilihan bahan dari setiap jenis produk Zara. Harga produk Zara sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan. Saya tidak keberatan membayar sesuai harga yang tertera pada produk Zara yang saya beli. Zara memiliki harga yang kompetitif.
3,99
Tinggi
3,96
Tinggi
3,78
Tinggi
3,74
Tinggi
3,66
Tinggi
Produk Zara nyaman digunakan.
4,11
Tinggi
Produk Zara menggunakan bahan berkualitas tinggi.
3,93
Tinggi
Produk Zara memiliki desain yang bagus.
4,07
Tinggi
Produk Zara memenuhi kebutuhan saya dalam berbusana. Produk Zara memenuhi keinginan saya yang ingin menggunakan produk yang fashionable. Produk Zara dapat melengkapi koleksi atribut fashion saya. Saya puas ketika menggunakan produk Zara
4,07
Tinggi
4.01
Tinggi
4,01
Tinggi
4,11
Tinggi
Saya senang ketika menggunakan produk Zara
4,11
Tinggi
Produk Zara memberikan kepuasan lebih dari harga yang sudah saya bayar. Produk Zara memberikan status sosial yang saya inginkan. Saya merasa lebih percaya diri ketika menggunakan produk Zara. Produk Zara membuat saya merasa eksklusif.
3,84
Tinggi
3,93
Tinggi
3,95
Tinggi
3,84
Tinggi
Saya menyukai merek Zara.
4,01
Tinggi
Saya menyukai produk Zara.
4,05
Tinggi
Saya merekomendasikan produk Zara kepada orangorang terdekat.
3,91
Tinggi
produk Zara.
Seluruh indikator dari setiap dimensi yang ada pada variabel brand image memiliki nilai mean yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa implikasi manajerial elemen-elemen brand image yang mempengaruhi repurchase intention pada Zara Pondok Indah Mall 2 sudah baik, hanya perlu di pertahankan dan dimaksimalkan kembali.
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
Uji Regresi Sebelum pengujian dilakukan, penulis akan membuat hipotesis regresi. Hipotesis yang diusulkan adalah : Ho: Brand image tidak mempunyai pengaruh terhadap repurchase intention. Ha: Brand image mempunyai pengaruh terhadap repurchase intention. Uji Regresi (Model Summary) Model Summary Model
1
R
R Square
.849
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.721
.704
1.02969
a. Predictors: (Constant), Attitude, Company, Product_Related_Attribute, Product_Category, Functional_Benefits, User_Imagery, Other_Organization, Symbolic_Benefits, Price, Experiential_Benefits
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20, Juni 2013
Standar Deviasi Repurchase Intention Statistics Repurchase_Intention N
Valid Missing
Std. Deviation
170 0 1.89237
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20, Juni 2013
Tabel diatas menunjukkan R square sebesar 0,721. R square juga bisa disebuat sebagai koefisien determinasi. Hal ini berarti bahwa 72.1 persen dari variabel Brand Image dapat dijelaskan oleh dimensi The Company, Other Organization, User Imagery, Product Category, Price, Product Related Attribute, Functional Benefits, Experiential Benefits, Symbolic Benefits, dan Attitude. Sedangkan sisanya (100 persen – 72,1 persen = 27,9 persen) dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. Perhatikan juga nilai standar error of the estimate yaitu 1,02969. Nilai ini lebih kecil dari nilai standar deviation variabel Repurchase Intention yaitu 1,89237 yang berarti model
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
regresi semakin baik dalam memprediksi nilai Y. Dapat disimpulkan bahwa: Ho ditolak dan Ha diterima, bahwa Brand Image memiliki pengaruh terhadap Repurchase Intention. ANOVA Model
1
Sum of Squares
a
Df
Mean Square
Regression
436.617
10
43.662
Residual
168.583
159
1.060
Total
605.200
169
F 41.180
Sig. .000
b
a. Dependent Variable: Repurchase_Intention b. Predictors: (Constant), Attitude, Company, Product_Related_Attribute, Product_Category, Functional_Benefits, User_Imagery, Other_Organization, Symbolic_Benefits, Price, Experiential_Benefits
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20, Juni 2013
Dari tabel ANOVA diatas, mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan dengan nilai F hitung 41,180 untuk derajat kebebasan k = 10 dan n-k-1 = 159. Dengan perhitungan tersebut, dari F tabel didapatkan hasil 2,434. Karena F hitung > F tabel (41,180 > 2,434), maka semakin dapat dipastikan bahwa Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara Brand Image terhadap terhadap Repurchase Intention. Tabel 4.60 juga menunjukkan nilai P-value adalah 0,000 yang jauh lebih kecil dari α = 0,01 yang merupakan nilai dari level signifikan dan mempunyai arti bahwa Ho ditolak.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Brand Image terhadap Repurchase Intention pada Zara Pondok Indah Mall 2. Brand Image merupakan independent variable dan Repurchase Intention sebagai dependent variable. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Brand Image memiliki pengaruh terhadap Repurchase Intention pada Zara Pondok Indah Mall 2 dengan korelasi antar variabel yang kuat. Melalui hasil penelitian ini diketahui bahwa pengaruh Brand Image terhadap Repurchase Intention di Zara Pondok Indah Mall adalah sebesar 72,1%, sisanya sebanyak 27,9 % dapat diasumsikan dipengaruhi oleh faktor lain. Saran Saran praktis yang dapat diberikan adalah Zara harus terus mempertahankan brand image yang sudah baik dan terbukti memiliki pengaruh terhadap-karena akan terus membuat konsumen setia membeli produk Zara. Zara tidak menggunakan iklan dan menjadikan
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.
gerainya sebagai alat pemasaran utama, maka dari itu Zara harus mempertahankan kekuatan mereknya dan mempertahankan kualitas produk dan pelayanan yang dianggap sudah prima. Saran teoritis terutama diperuntukkan bagi penelitian lanjutan meliputi hal-hal berikut: 1. Perlunya dilakukan peneltian lanjutan dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan melibatkan responden yang lebih beragam agar hasil penelitian lebih mendalam dan dapat menggambarkan pengaruh brand image terhadap repurchase intention lebih baik lagi. 2. Penelitian lanjutan dapat mengkaji faktor lain selain brand image yang mempengaruhi timbulnya repurchase intention, agar dapat mengetahui informasi lebih lengkap apa saja yang dapat menimbulkan repurchase intention khususnya dalam industri ritel fashion. Kepustakaan Aeker, D.A (1991). Managing Brand Equity. New York: The Free Press. Chen, Han-Shen & Hsieh, Tsuifang (2011). A Study of Antecedents of Customer Repurchase Behaviors in Chain Store Supermarkets, The Journal of International Management Studies, Vol. 6, Num.3. Durianto, Darmadi (2004). Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Brand Equity dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jansen, Arnoldus (2012). Pengaruh Atribut Mutu Terhadap Minat Beli Ulang Keripik Maicih. Depok: Universitas Indonesia. Keller, K.L (1998). Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall Korchia, Michael (1999). A New Typology of Brand image , European Advances in Consumer Research, Vol. 4. Jouy-enJosas. Kotler, P. and Armstrong, G. (2003). Principles of Marketing. (10th ed.). New Jersey: Pearson Prentice Hall. Peter, P.J & Olson, J.C. (2005). Consumer behavior and marketing strategy (7th Ed.), Burr Ridge, IL: Irwin/McGraw-Hill. Prasetyo, Bambang dan Jannah, L.M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Yun-Tsuo, Huang., Kuo-Wei, Lee. & Wen-Yuan, Chan (2011). An Empirical Study of Consumer’s Repurchase Intention of Tablet PC.
Pengaruh brand..., Kania Fastidianti, FISIPUI, 2013.