ANALISIS PENGARUH SPREAD TINGKAT SUKU BUNGA, CAR DAN NPL TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM OLEH PERBANKAN DI INDONESIA
SUKMA WARDHANI DOSEN PEMBIMBING : MARUTO UMAR BASUKI, SE., MSi
ABSTRACT Monetery policy is one of the policy that can affect a country economic activity, not only that, but there are other policies that also influence the economic activity, such as other policies which come from out of economic activity. However, the policies are from outside of government control. Monetery policy is a policy which can be used controlled by government. It can be used to achieve the economic development goals. The aims of this research to analyze how the effect from interest rate spreads, Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing loan (NPL) to Micro, Small and medimum to offer banking credit sector in Indonesia, particularly state banks and private banks according with each bank behavior. The analyze method applied is Error Correction Model (ECM), the method is expected to explain long run and short run determinants of the research. The correction model is able to analyze of economic long run phenomena and assess consistence of empiric model with economic theory. More over, the model is able to find out the solutions from time series variable not stationary in econometric. The result of analysis using ECM model banking kredit sector in state and private banks , shows that in short run determinants NPL variable gives negative and significant effect to UMKM offer banking credit sector and interest rate spreads (RCDP) and CARS variable shows that not suitable with hypothesis and unsignificant. On the other hand, in long run determinants, interest rate spread( RCDP) for state banks gives the significant positive and NPLP & NPLS variable gives the negative significant effect to offer banking credit micro, small and medium business (UMKM) sector in Indonesia.
Key words
: Offer banking credit sector UMKM, Interest rate spreads, CAR and NPL.
A.
PENDAHULUAN Kebijakan moneter adalah salah satu kebijakan yang dapat mempengaruhi
kegiatan perekonomian suatu negara. Selain kebijakan moneter masih terdapat kebijakan lain yang juga berperan di dalamnya, diantaranya adalah kebijakankebijakan yang berasal dari non ekonomi. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dapat dikontrol oleh pemerintah. Kebijakan ini dapat digunakan untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi. Dengan demikian, secara tidak langsung kebijakan moneter akan berpengaruh terhadap kegiatan dan kondisi perekonomian. Kondisi dan kegiatan perekonomian dapat tercermin antara lain dari tingkat GNP, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Suku bunga SBI, Nilai tukar Rupiah, Pengangguran, Neraca Pembayaran, dan masih terdapat indikator lainnya (Nopirin, 2000). Pengaruh kebijakan moneter berdampak langsung pada sektor perbankan. Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengawasi dan mengontrol sistem moneter di Indonesia memiliki beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui beberapa saluran, diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga , saluran nilai tukar, saluran harga aset dan saluran ekspetasi (Perry Warjiyo ,2004). Mekanisme transmisi moneter ini dimulai dari tindakan bank sentral dengan menggunakan instrumen moneter, seperti Operasi Pasar Terbuka, Giro Wajib minimum (reserve requirement), Tingkat Diskonto dan Himbauan. Dari beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter tersebut, saluran suku bunga lah yang paling berperan, terutama karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap sektor riil melalui perkembangan modal kerja, konsumsi dan investasi (Perry Warjiyo, 2004). Pertumbuhan ekonomi suatu negara membutuhkan pola pengaturan sumbersumber daya yang tersedia secara terarah dan terpadu. Dengan demikian, hasil yang optimal bisa didapat dan digunakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-Lembaga ekonomi harus melaksanakan pola tersebut secara bersamaan agar tujuan pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai dan sesuai dengan rencana pembangunan
nasional.
Lembaga
keuangan,
khususnya perbankan
mempunyai peran yang strategis dalam meenggerakkan roda perekonomian suatu negara. Pada dasarnya, bank disebut sebagai alat pembangunan negara (agent of development) dalam mencapai tujuan pembangunan nasional (Abidan Tuah, 2007). Perbankan adalah media yang menjembatani antara sektor moneter dengan sektor riil. Perbankan merupakan intermediator dalam menampung dana yang berlebih dari masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Peran perbankan dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk membantu pengalokasian agar alokasi dana dapat efisien. Selain itu, perbankan juga memiliki kemampuan untuk mengetahui masalah informasi asimetris yang terjadi di pasar kredit. Sebagai penghubung antara investor dan pengusaha , perbankan mampu memberikan informasi yang seimbang antara kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi bank sebagai perantara (intermediary), sehingga kepercayaan masyarakat luas sebagai nasabah kian bertambah (Abidan Tuah, 2007). Perbankan adalah media yang menjembatani antara sektor moneter dengan sektor riil. Perbankan merupakan intermediator dalam menampung dana yang berlebih dari masyarakat dan menyalurkanya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Peran perbankan dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk membantu pengalokasian agar alokasi dana dapat efisien. Selain itu, perbankan juga memiliki kemampuan untuk mengetahui masalah informasi asimetris yang terjadi di pasar kredit. Sebagai penghubung antara investor dan pengusaha , perbankan mampu memberikan informasi yang seimbang antara kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi bank sebagai perantara (intermediary), sehingga kepercayaan masyarakat luas sebagai nasabah kian bertambah (Abidan Tuah, 2007). Menurunya kredit perbankan dapat disebabkan dari faktor permintaan ataupun penawaran kredit. Dari sisi penawaran misalnya, penarikan dana nasabah yang ada di bank secara bersamaan (bank rush) dan meningkatnya kewajiban pembayaran
terhadap luar negeri menjadi pemicu awal terjadinya penurunan kredit perbankan. Sementara itu, ketika suku bunga dan nilai tukar rupiah melonjak tajam para investor perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memperoleh pendanaan utama dari perbankan menambah persoalan berupa meningkatnya jumlah kredit macet ( NPL) yang cukup tinggi nilainya . Di sisi lain, tingginya suku bunga juga mengakibatkan marjin bunga ( selisih antara suku bunga kredit dengan deposito ) yang bernilai negatif akan menurunkan rasio kecukupan modal (CAR) perbankan secara drastis. Kesulitan likuiditas yang dialami oleh perbankan dan perusahaan akan menyebabkan hubungan antara kedua belah pihak ini menjadi terganggu dan berdampak pada kebutuhan pendanaan di sektor riil yang menjadi semakin terbatas. Penyaluran kredit khususnya sektor UMKM
dipengaruhi oleh nilai balik
alokasi dana bank (Abidan Tuah, 2007). Hal tersebut sesuai dengan tingginya risiko berusaha yang dialami oleh pelaku sektor riil UMKM. Pada masa krisis , banyak perusahaan yang tidak kuat menanggung kurs dan tingkat bunga tinggi, seperti yang terjadi pada industri tekstil. Pada saat permintaan melonjak, di sisi lain harga bahanbahan modal justru mengalami kenaikan yang berdampak pada inflasi, belum lagi keresahan sosial ekonomi, gangguan keamanan, penarikan dana dari perbankan secara bersamaan dan besar-besaran serta stagflasi. Di saat seperti itu, sektor UMKM memiliki
kemampuan dan tetap bertahan serta memiliki kelebihan dalam
menghadapi krisis. Besarnya kredit UMKM yang disalurkan perbankan dipengaruhi perilaku bank dalam mengelola dananya serta bagaimana kebijakan pemerintah yang berlaku. Dengan melihat kondisi keadaan tersebut, penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana pengaruh spread tingkat suku bunga perbankan ( pinjaman dan simpanan ), CAR (Capital Adequacy Ratio), dan NPL (Non Performing Loan) terhadap volume kredit UMKM yang disalurkan perbankan.
B.
TELAAH TEORI
1.
Instrumen Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh bank sentral
untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit yang pada giliranya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan moneter, terutama berkaitan dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Jika kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat digunakan untuk memulihkanya kembali (tindakan stabilisasi). Pada dasarnya instrumen atau alat kebijakan yang dipakai adalah sebagai berikut (Nopirin, 1992) : a. Politik Pasar Terbuka ( open market policy ) Meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berhargaoleh bank sentral. b. Politik Diskonto (discount policy) Tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal ini meminjam dana dari bank sentral. c. Politik perubahan Cadangan Minimum (reserves requirement) Perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar. d. Margin Requirement Tindakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga. 2.
Teori Loanable Funds Bunga adalah harga dari loanable funds, yaitu dana yang tersedia untuk
dipinjamkan, atau disebut juga dana investasi. Penawaran dana investasi ini dibentuk oleh jumlah simpanan atau tabungan masyarakat yang kelebihan dana. Di lain pihak,permintaan dana investasi dibentuk oleh jumlah kebutuhan akan dana masa sekarang dari orang yang membutuhkan dana (investor). Kedua kelompok tersebut bertemu di pasar dana investasi dan menyepakati tingkat bunga keseimbangan.
Besarnya dana investasi yang ditawarkan ditentukan oleh rate of time preference, atau premi yang harus dibayarkan kepada pemilik dana agar bersedia meminjamkan dananya, sedangkan besarnya dana investasi yang diminta ditentukan oleh nilai marginal product of capital , atau harapan akan tinngkat produktivitas modal marjinal ( Boediono, 2004). 3.
Teori Liquidity Preference Keynes membagi motif memegang uang menjadi motif transaksi , motif
berjaga-jaga , dan spekulasi. Tiga motif inilah ynag merupakan sumber timbulnya “permintaan akan uang” yang diberi nama liquidity preference. Nama ini mempunyai makna tertentu, yakni bahwa permintaan akan uang menurut teori keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif
tersebut. Memegang uang tunai menjamin
likuiditas pada orang tersebut. Preferensi inilah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Dengan motif-motif tersebut, maka setiap individu menginginkan uangnya dalam bentuk likuid. Keinginan atau preferensi untuk tetap likuid itulah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Keynes lebih menekankan motif memegang uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 2004). 4.
Kredit Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Berdasarkan penggunaan dana oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi ( Abidan Tuah, 2007 ) 1.
Kredit Modal Kerja
Kredit ini digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Jangka waktu kredit ini pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal nasabah.
2.
Kredit Investasi Kredit ini digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang para
nasabah. Kredit investasi berjangka waktu panjang atau menengah. Nilai kredit ini relatif besar dan pelunasanya dilakukan melalui angsuran. 3.
Kredit Konsumsi Kredit jenis ini digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang bertujuan
untuk konsumsi dan bukan untuk barang modal . Kredit ini juga sering disebut Kredit Multiguna karena bisa digunakan untuk berbagai tujuan. 5.
Perbankan Fungsi utama bank adalah sebagai financial intermediary, yaitu intermediator
dana-dana masyarakat yang berlebih pada saat ini dan dengan kemampuan yang dimilikinya mampu mengalokasikan dana-dana tersebut kepada agen-agen ekonomi yang membutuhkan. Hal inilah yang kemudian tercipta proses alokasi sumber daya modal yang efisien. Menurut Mishkin dalam Abidan Tuah (2004) fungsi bank sebagai financial intermediary adalah : Dapat mereduksi biaya transaksi keuangan, intermediator memiliki kemampuan berupa ahli-ahli yang terampil serta berkompeten. Intermediator ini memiliki skala ekonomis dalam ruang lingkup usahanya. Dengan biaya transaksi yang rendah di dalam menyediakan layanan likuiditas, maka tiap-tiap nasabah bank akan lebih mudah untuk melakukan transaksi keuangan. 6.
Kajian Sebelumnya Hasil penelitian Abidan Tuah (2007) menyimpulkan bahwa Hasil analisis
maksimisasi profit jangka panjang menunjukkan seluruh variabel adalah signifikan kecuali variabel (rC-rD) dan DPK untukbank persero. Hal ini terkait dengan fungsi bank persero sebagai agen pembangunan, bukan hanya mencari keuntungan. Hasil yang berlawanan dengan hipotesis ditunjukkan variabel (rC-rD) kelompok bank swasta, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini terjadi karena
KUK masih dinilai tidak menguntungkan dibanding jenis kredit lainnya. Pengaruh adanya kebijakan alokasi KUK memiliki pengaruh hanya dalam jagka panjang. Hal ini berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untk menerapkan kebijakan. Pengaruh kondisi krisis juga tidak sesuai hipotesis karena akan menurunkan penyaluran KUK pada jangka panjang. Hasil Penelitian Fransisca dan Hasan Siregar (2007) menyimpulkan bahwa DPK memiliki pengaruh positif terhadp volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit,ROA mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit dan NPL juga tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, sedangkan hasil penelitian Luh Gede Meydianawathi (2006) menyimpulkan bahwa bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA. Sedangkan untuk variabel NPL negative dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan kepada sector UMKM. C.
METODE PENELITIAN
1.
Sumber dan Jenis Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk
runtut waktu (time series) periode Januari 2004-Desember 2010 yang diperoleh dari hasil publikasi Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia. Data sekunder yang digunakan antara lain, Data spread tingkat suku bunga bank kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta nasional, Data Capital Adequacy Ratio (CAR) kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta nasional, Data Non Performing Loan (NPL) kelompok bank pemerintah dan kelompok bank swasta nasional. 2.
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi berganda untuk
menguji adanya pengaruh spread suku bunga, CAR dan NPL terhadap penyaluran
kredit UMKM kelompok bank pemerintah dan swasta nasional. Model ekonometrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model autoregresif Error Correction Model (ECM) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Model Jangka Panjang PLPt = β0+β1RCDPt+β2CARPt+β3NPLPt+εεt....................................... (3.1) β0
: Konstanta
β1, β2, β3
: koefisien regresi berganda
PLPt
: Penyaluran kredit UMKM kelompok bank pemerintah pada periode t
RCDPt
: Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank
pemerintah
periode t CARPt
: Capital Adequacy Ratio kelompok bank pemerintah periode t
NPLPt
: Non Performing Loan kelompok bank pemerintah periode t
εt
: Disturbance term
PLSt = β0+β1RCDSt+β2CARSt+β3NPLSt+εεt.................................................. (3.2) Keterangan: PLSt
: Penyaluran kredit UMKM kelompok bank swasta nasional pada periode t
RCDSt
: Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank swasta nasional periode t
CARSt
: Capital Adequacy Ratio kelompok bank swasta nasional periode t
NPLPt
: Non Performing Loan kelompok bank swasta nasional periode t
β0
: Konstanta
β1, β2, β3 εt
: koefisien regresi berganda : Disturbance term
Sementara hubungan jangka pendek dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : ∆PLPt=β0+β1∆RCDPt+β2∆CARPt+β3∆NPLPt+β4ECTt-1+εεt ……………..(3.3)
Keterangan: ∆PLP : first difference dari Penyaluran kredit UMKM kelompok bank pemerintah pada periode t ∆RCDP : first difference dari Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank pemerintah periode t ∆CARP: first difference dari Capital Adequacy Ratio kelompok bank pemerintah periode t ∆NPLP: first difference dari Non Performing Loan kelompok bank pemerintah periode t ECTt-1: Error - Correction term Lagged one period β1, β2, β3 : koefisien regresi berganda εt
: Disturbance term
t
: menunjukkan waktu
∆PLSt = β0+β1∆RCDSt+β2∆CARSt+β3∆NPLSt+ β4ECTt-1+εεt …………… (3.4) Keterangan : ∆PLSt : first difference dari Penyaluran kredit UMKM kelompok bank swasta nasional pada periode t ∆RCDSt : first difference dari Spread tingkat bunga perbankan kelompok bank pemerintah periode t ∆CARSt: first difference dari Capital Adequacy Ratio kelompok bank
swasta
nasional periode t ∆NPLSt: first difference dari Non Performing Loan kelompok bank swsata nasional periode t ECTt-1: Error - Correction term Lagged one period β0
: Konstanta
β1, β2, β3 : koefisien regresi berganda εt
: Disturbance term
Untuk mengetahui apakah spresifikasi model dengan ECM merupakan model yang valid maka dilakuakan uji terhadap koefisien Error Correction Term (ECT) . Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi model yang diamati valid. Untuk menguji persamaan regresi dari model maka digunakan beberapa pengujian, diantaranya adalah : Uji stasionaritas yang meliputi uji akar unit (unit root test), Uji Kointegrasi, dan Uji Asumsi Klasik yang meliputi deteksi normalitas, autokorelasi, multikolineritas dan heterokedastisitas. D.
PEMBAHASAN
1.
Analisis Ekonometrika
1.1.
Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh variabel dalam model penelitian yang diajukan menggunkan metode Augmented Dickey Fuller Test (ADF-Test. Uji akar unit dilakukan dengan melihat apakah nilai t hitung lebih negative atau lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada derajat nol atau I(0). Apabila nilai t hitung tidak lebih negative atau lebih kecil, maka dilakukan uji derajat integrasi, yaitu uji pada derajat pertama atau I(1). Tabel 1.1 Uji Akar Unit Variabel Pemerintah PLP RCDP CARP NPLP Swasta Nasional PLS RCDS CARS NPLS *** signifikan pada α = 0,05 dan 0,1
t-Hitung
MacKinnon
1,545 -3,187*** -1,681 -0,664
-2,586 -2,896 -2,585 -2,585
1,146 -2,410 -3,118*** -1,599
-2,586 -2,586 -2,586 -2,586
1.2. Uji Derajat Integrasi Hasil uji stasioner pada derajat pertama dilakukan terhadap varibel yang belum stasioner pada derajat nol atau I(0). Tabel 1.2 Uji Derajat Integrasi I(I) Variabel Pemerintah PLP RCDP CARP NPLP Swasta Nasional PLS RCDS CARS NPLS *** signifikan pada α = 0,01, 0,0 dan 0,1
t-Hitung
MacKinnon
-9,899*** -12,806*** -9,112*** -7,873***
-2,586 -2,586 -2,586 -2,586
-2,993*** -8,453*** -13,802*** -9,931***
-2,897 -2,585 -2,586 -2,585
1.3. Uji Kointegrasi Setelah keseluruhan variabel yang akan digunakan dalam penelitian menunjukkan hasil yang stasioner, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi. Tabel 1.3 Uji Kointegrasi Variabel Kel.Bank Pemerintah
t-hitung -9,637
Kel.Bank Swasta Nasional
-13,029
MacKinnon 1% = -3,512 5% = -2,898 10% = -2,586 1% = -3,531 5% = -2,898 10% = -2,586
1.4 Hasil Analisis Error Correction Model (ECM) Jangka Pendek Model persamaan dinamis dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh perubahan berbagai variabel independen terhadap perubahan variabel dependen dalam jangka pendek. Model ini digunakan untuk mengetahui bagaimana ketidakseimbangan jangka pendek yang digambarkan dengan variabel first difference dikoreksi atau disesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka penjang yang digambarkan dengan signifikansinya variabel error correction trem. Tabel 1.4 Hasil Regresi Model ECM (Jangka Pendek) Kelompok Bank Pemerintah Variabel DRCDP DCARP DNPLP ECTP C R-squared Adjusted R-squared
Koefisien -11072,62 -2063,003 -875,9884 0,098833 3259,772 0,259234 0,221246
Std.Error 3545,651 1246,323 1016,214 0,039273 1019,440
t-hitung Prob. Keterangan -3,122874 0,0025 Signifikan -1,655272 0,1019 tdk signfikn -0,862011 0,3913 tdk signfkn 2,516560 0,0139 Signifikan 3,197612 0,0020 Signifikan
Tabel 1.5 Hasil Regresi Model ECM (Jangka Panjang) Kelompok Bank Pemerintah Variabel RCDP CARP NPLP C R-squared Adjusted Rsquared
Koefisien 18011,31 -15621,31 -4152,182 397033,5 0,871298 0,866471
Std.Error 5861.295 1423,900 925,8422 50563,36
t-hitung 3,072923 -10,97079 -4,484762 7,852197
Prob. 0,0000 0,0029 0,0000 0,0000
Ket. signifikan signifikan signifikan signifikan
Tabel 1.6 Hasil Regresi Model ECM (Jangka Pendek) Kelompok Bank Swasta Nasional Variabel
Koefisien
Std.Error
t-hitung
Prob.
Keterangan
DRCDS
1089,248
3899,110
0,279358
0,7807
Tdk signifikan
DCARS
-513,0309
156,6786
-3,274416
0,0016
signifikan
DNPLS
-295,8107
185,9802
-1,690549
0,1158
tdk signifikan
ECTS
0,049936
0,008047
6,205921
0,0000
signifikan
C
3653,915
306,3449
11,92745
0,0000
ksignifikan
R-squared
0,348205
Adjusted R-squared
0,314780
Tabel 1.7 Hasil Regresi Model ECM(Jangka Panjang) Kelompok Bank Swasta Nasional
Variabel
Koefisien
Std.Error
RCDS
-123126,8
CARS
t-hitung
Prob.
Keterangan
31382,51
-3,923420 0,0000
signifikan
-12064,02
2101,356
-5,741065
0,0002
signifikan
NPLS
-6652,106
568,0718
-11,7-998
0,0000
signifikan
C
1182263
170293,0
6,942521
0,0000
signifikan
R-squared
0,751008
Adjusted R-squared
0,741671
2.
ANALISIS HASIL ESTIMASI
2.1
Pengaruh Spread Terhadap Penyaluran Kredit UMKM
A.
Kelompok Bank Pemerintah Pengaruh Spread tingkat suku bunga kredit dan tingkat suku bunga simpanan
terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank ini memiliki hasil estimasi jangka pendek dan jangka panjang. Variabel RCDP kelompok bank pemerintah memiliki nilai koefisien jangka pendek sebesar -11072,6 yang signifikan pada α = 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan spread tingkat suku bunga kredit-simpanan (RCDP) sebesar satu persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -11072,6 milyar rupiah tiap bulannya . Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek pengaruh spread tingkat suku bunga kredit-simpanan kelompok bank pemerintah tidak sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian. B.
Kelompok Bank Swasta Nasional Pengaruh Spread tingkat suku bunga kredit dan tingkat suku bunga simpanan
(RCDS) terhadap penyaluran kredit UMKM kelompok bank swasta nasional dalam jangka panjang memiliki nilai koefisien sebesar -123126,8 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, kenaikan spread tingkat suku bunga kredit-simpanan (RCDS) sebesar satu persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -123126,8 milyar rupiah tiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaruh spread tingkat suku bunga kredit-simpanan kelompok bank swasta nasional terhadap penyaluran kredit UMKM tidak sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa bank swasta nasional di Indonesia dalam jangka panjang masih memandang kredit untuk sektor UMKM sebagai portofolio yang masih penuh dengan risiko, walaupun spread dan indikator kesehatan
perbankan, dalam hal ini adalah CAR dan NPL secara keseluruhan mengalami peningkatan, tetapi penyaluran dana kredit ke skala UMKM menurun karena bank swasta nasional lebih mempertimbangkan untuk menyalurkan dana kreditnya kepada usaha skala besar yang akan memberikan keuntungan lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah . 2.2
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Penyaluran Kredit UMKM
A.
Kelompok Bank Pemerintah Dengan adanya CAR memang mempersempit ruang gerak bank dalam
menawarkan kreditnya, selain itu hal ini juga disebabkan karena masih banyaknya bank yang memiliki nilai CAR melebihi CAR minimum yang telah dipersyaratkan yaitu sebesar 8% . Oleh karena itu, hal ini menandakan bahwa penyaluran kredit untuk sektor UMKM belum berjalan secara optimal. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Armanto dan Perry Warjiyo (2006) menyatakan bahwa CAR tidak menjadi pembatas bank di dalam memberikan kredit. Semakin kecil modal , hal ini akan menjadi insentif bagi bank untuk melakukan moral hazard (situasi di mana suatu transaksi ada pihak yang lebih memiliki informasi dibandingkan pihak lain) dengan menanam aktiva produktifnya pada investasi yang berisiko rendah. B.
Kelompok Bank Swasta Nasional Pengaruh capital adequacy ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit UMKM
kelompok bank swasta nasional dalam jangka pendek memiliki nilai koefisien sebesar -513,0309 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, kenaikan CAR sebesar satu persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -513,0309 milyar rupiah tiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaruh spread tingkat suku bunga kredit-simpanan kelompok bank swasta nasional tidak sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa bank swasta nasional di Indonesia dalam jangka pendek masih memandang kredit untuk
sektor UMKM sebagai portofolio yang masih penuh dengan risiko, walaupun CAR dan indikator kesehatan perbankan mengalami peningkatan, tetapi penyaluran dana kredit
ke
skala
UMKM
menurun
karena
bank
swasta
nasional
lebih
mempertimbangkan untuk menyalurkan dana kreditnya kepada usaha skala besar yang akan memberikan keuntungan lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah . Nasabah UMKM dinilai banyak yang belum mampu untuk memenuhi prosedural peminjaman dana kredit bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.3
Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit UMKM A.
Pengaruh non performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank ini memiliki hasil estimasi jangka pendek dan jangka panjang. Variabel NPLP kelompok bank pemerintah memiliki nilai koefisien jangka panjang sebesar -4125,182 yang signifikan pada α = 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan variabel NPLP sebesar satu persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -4125,182 milyar rupiah tiap bulannya . Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang pengaruh variabel NPLP terhadap penyaluran kredit UMKM kelompok bank pemerintah sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) yang menyatakan bahwa pengaruh Non Performing Laon (NPL) terhadap penawaran atau penyaluran kredit perbankan adalah negative dan signifikan, karena indikasi NPL yang tinggi akan menghambat penyaluran kredit. Dalam kenyataanya, nilai NPL yang tinggi akan menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit juga akan berkurang. Di samping itu, pada saat tingkat NPL meningkat berarti kolektibilitas kredit nasabah akan menurun yang mengakibatkan bank mengalami
hambatan dalam mengumpulkan modalnya, sehingga bank akan lebih berhati-hati di dalam penyaluran kredit. B.
Kelompok Bank Swasta Nasional Pengaruh non performing loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM
kelompok bank swasta nasional dalam jangka panjang memiliki nilai koefisien sebesar -6652,1 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, kenaikan NPLS sebesar satu persen akan menurunkan penyaluran kredit UMKM sebesar -6652,1 milyar rupiah tiap bulannya. Hal ini menunjukkan dalam jangka panjang pengaruh NPLS kelompok bank swasta nasional sesuai dengan teori dan hipotesis penelitian bahwa kenaikan non performing loan (NPL) akan menurunkan penyaluran kredit UMKM. 2.4 Variabel Koreksi Kesalahan (ECT) Nilai koefisien variabel ECT pada kelompok bank pemerintah maupun kelompok bank swasta nasional menunjukkan hasil yang signifikan dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan dapat menjelaskan perubahan variabel dependen dalam jangka pendek. Koefisien ECT menunjukkan proporsi biaya atau waktu keseimbangan dan perkembangan penyaluran kredit UMKM pada periode sebelumnya disesuaikan pada periode sekarang. Nilai variabel ECTP (pemerintah) adalah 0,098833 sementara nilai ECTS (swasta nasional) sebesar 0,049936 yang signifikan pada α = 0,05. Hal tersebut berarti, biaya atau waktu yang diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan variabel dependen dari periode sebelumnya ke periode sekarang adalah sebesar 9,8 persen untuk kelompok bank pemerintah dan 4,9 persen untuk kelompok bank swasta nasional. Nilai kedua koefisien tersebut adalah lebih besar dari nol, yang bearti pada periode Yt-1 terjadi disequilibrium, yaitu nilai Yt-1 terlalu tinggi untuk mencapai keseimbangan. Lebih besarnya koefisien ECT pada kelompok bank pemerintah menunjukkan bahwa kelompok bank ini lebih membutuhkan waktu dan biaya lebih besar untuk menyeimbangkan penyaluran kredit UMKM.
E. 1.
KESIMPULAN , KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel
spread tingkat suku bunga bank, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank yaitu bank pemerintah dan swasta nasional. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis model regresi ECM dapat diketahui bahwa pengaruh spread tingkat suku bunga bank, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM untuk kedua kelompok bank yaitu bank pemerintah dan swasta nasional periode Januari 2004-Desember 2010 adalah tepat digunakan, karena telah memenuhi dan lolos uji asumsi klasik, yaitu Deteksi normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi 2. Dari hasil analisis model regresi ECM kelompok bank pemerintah dapat disimpulkan sebagai berikut . a. Koefisien determinasi (R2) dalam jangka pendek adalah sebesar 0,259. Artinya sebesar 25,9 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen , sedangkan dalam jangka panjang adalah sebesar 0,871. Artinya sebesar 87,1 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar model.
b. Variabel DRCDP dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -11072,6 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DRCDP dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLP turun sebesar -11072,6 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam jangka panjang variabel RCDP berpengaruh
positif terhadap
penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar 18011,31 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel RCDP dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLP naik sebesar 18011,31 milyar rupiah tiap bulannya c. Variabel DCARP dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -2063,003 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DCARP dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLP turun sebesar -2063,003 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam jangka panjang variabel CARP berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -15621,31 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel CARP dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLP turun sebesar -15621,31 milyar rupiah tiap bulannya d. Variabel DNPLP dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -875,988 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DNPLP dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLP turun sebesar -875,988 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam jangka panjang nilai variabel NPLP berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -4152,182 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel NPLP
dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan niali variabel PLP turun sebesar -4152,182 milyar rupiah tiap bulannya e.
Koefisien variabel ECTP secara statistik signifikan pada α = 0,05 dan positif sebesar 0.098. Hal ini menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan dapat menjelaskan perubahan perilaku variabel dependen dalam jangka pendek kembali menuju keseimbangan pada jangka panjang.
f. Signifikansi simultan (F-statistik) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan statistik dalam memengaruhi variabel dependen F-statistik. Dalam jangka pendek diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar ( 6,842) > F-tabel (92,71) sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima Ha dan menolak H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan, capital adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran kredit UMKM diterima pada α = 0,05, sedangkan dalam jangka panjang diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar (180,53) > F-tabel (2,71) sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima Ha dan menolak H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan, capital adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran kredit UMKM diterima pada α = 0,05. 2. Dari hasil analisis model regresi ECM kelompok bank swasta nasional dapat disimpulkan sebagai berikut . a. Koefisien determinasi (R2) dalam jangka pendek adalah sebesar 0,348. Artinya sebesar 34,8 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen , sedangkan dalam jangka panjang adalah sebesar 0,759. Artinya sebesar 75,9 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi
himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar model. b. Variabel DRCDS dalam jangka pendek berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar 1089,25 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DRCDS dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLS naik sebesar 1089,25 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam jangka panjang variabel RCDS berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -123126,8 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel RCDS dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLS turun sebesar -123126,8 milyar rupiah tiap bulannya c. Variabel DCARS dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -513,03 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DCARS dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLS turun sebesar -513,03 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam jangka panjang variabel CARS berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -12064,02 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel CARS dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLS turun sebesar -12064,02 milyar rupiah tiap bulannya d. Variabel DNPLS dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -295,81 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel DNPLS dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel DPLS turun sebesar -295,81 milyar rupiah tiap bulannya, sedangkan dalam jangka panjang nilai variabel NPLS berpengaruh negatif terhadap
penyaluran kredit UMKM dengan nilai koefisien β sebesar -6652,10 yang signifikan pada α = 0,05. Artinya, apabila nilai variabel NPLS dinaikkan sebesar satu persen maka menyebabkan nilai variabel PLS turun sebesar -6652,10 milyar rupiah tiap bulannya e.
Koefisien variabel ECTS secara statistik signifikan pada α = 0,05 dan positif sebesar 0.049. Hal ini menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan dapat menjelaskan perubahan perilaku variabel dependen dalam jangka pendek kembali menuju keseimbangan pada jangka panjang.
f. Signifikansi simultan (F-statistik) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan statistik dalam memengaruhi variabel dependen. Dalam jangka pendek diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar (10,417) > F-tabel (2,71) sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima Ha dan menolak H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan, capital adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran kredit UMKM diterima pada α = 0,05, sedangkan dalam jangka panjang diketahui bahwa F-hitung adalah sebesar (180,53) > F-tabel (2,71) sehingga hasil yang diambil adalah menerima Ha dan menolak H0 atau dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel spread tingkat suku bunga kredit-simpanan, capital adequacy ratio dan non perfomimg loan terhadap penyaluran kredit UMKM diterima pada α = 0,05. II.
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatan-keterbatasan yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar mampu mendapatkan hasil yang lebih baik, adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyaluran kredit dari sisi internal perbankan saja.
2. Model Error Correction Model (ECM) kelompok bank pemerintah dalam jangka pendek menunjukkan bahwa 26 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen, sedangkan dalam jangka panjang menunjukkan bahwa 87,1 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar penelitian, sedangkan kelompok bank swasta nasional menunjukkan bahwa dalam jangka pendek 35 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen, sedangkan dalam jangka panjang menunjukkan bahwa 75,1 persen variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen. Sisanya dijelaskan oleh faktor di luar penelitian . Dengan demikian, sangat terbuka untuk memasukkan variabel-variabel lain yang lebih relevan dalam penelitian selanjutnya. 3.
Saran Saran dari peneliti yang terkait dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Spread atau net-margin adalah salah satu sumber pendapatan bank yang akan menentukan pendapatan bersih bank. Besarnya spread yang diperoleh dipengaruhi volume kredit yang dapat disalurkan oleh bank. Semakin tinggi spread yang mampu diciptakan, maka hal ini mengindikasikan bahwa penyaluran dana kredit dan tingkat keuntungan bank meningkat. Di dalam menentukan spread , salah satu hal yang menjadi bahan pertimbangan perbankan adalah faktor risiko, diantaranya : inflasi, kurs mata uang, suku bunga acuan SBI, jenis industri, dan lain- lain. Apabila risiko ini meningkat, hal tersebut akan direspon perbankan dengan menaikkan tingkat suku bunga kredit. Tingkat suku bunga kredit merupakan unsur pembentuk spread selain suku bunga simpanan. Suku bunga kredit yang meningkat akan berdampak pada perolehan spread yang semakin tinggi pula. Kenaikan spread suku bunga akan menyebabkan beberapa sektor usaha tidak mampu membayar biaya spread, salah satunya adalah sektor UMKM. Dengan demikian bank harus
tetap menjaga selisih/marjin antara kedua tingkat bunga tersebut serta menurunkannya agar sektor UMKM mampu membayar biaya spread. 2. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank dalam proporsi tertentu atas total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Tingkat kecukupan modal bank diukur berdasarkan perhitungan capital adequacy . Perhitungan ini menggunkan prinsip bahwa setiap penanaman modal yang mengandung risiko harus menyediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamnya. Apabila rasio kecukupan modal bank meningkat akan berdampak pada peningkatan alokasi dana kredit kepada sektor UMKM. Peningkatan ini akan menyebabkan bank lebih leluasa di dalam mengelola dana kreditnya.. Namun, di sisi lain dalam memperluas cakupan penyaluran kredit kepada nasabah,
bank juga memerhatikan
pembatasan rasio NPL sebagai tolok ukur kinerja perbankan. Perkembangan rasio CAR kedua kelompok bank ini yang rata-rata berada pada posisi di atas CAR minimum 8 persen, dimungkinkan perbankan dapat memperluas cakupan penyaluran kredit ke sektor UMKM dengan tetap memerhatikan rasio NPL. 3. Non Performing Loan (NPL) adalah persentase kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang disalurkan. NPL dapat juga diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan baik akibat faktor kesengajaan maupun ketidaksengajaan yang dilakuakan oleh debitur atau faktor lain. Indikasi rasio NPL yang meningkat akan menyebabkan penyaluran kredit turun. Hal tersebut terjadi karena bank harus membentuk cadangan penghapusan dan modal yang lebih besar. Di samping itu, pada saat rasio NPL meningkat hal ini berakibat kolektibilitas kredit nasabah menurun dan menghambat bank dalam mengumpulkan modal. Oleh karena itu, bank mampu harus menurunkan rasio NPL agar penyaluran kredit sektor UMKM meningkat dan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian.
DAFTAR PUSTAKA
Abidan Tuah, 2007, Pengaruh Spread Tingkat Suku Bunga Perbankan, Dana Pihak ketiga, Kebijakan Alokasi KUK Terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program S1Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro : Semarang Bank Indonesia, 2003 s.d. 2010, Statistik Perbankan Indonesia (www.bi.go.id). BI, diakses tanggal 4 November 2010. Bessis, Joel.2010, Risk Management in Banking, third revised edition : Paris, France. Boediono, 1994, Ekonomi Moneter BPFE, Yogyakarta. Chaikal Nuryakin dan Perry Warjiyo, 2006, Perilaku Penawaran Kredit Bank di Indonesia : Kasus pasar Oligopoli Periode Januari 2001-Juli 2005, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Jakarta. Elvany Noor Afia. 2010. Pengaruh Penanaman Modal Asing , Penanaman Modal Dalam Negeri, dan Belanja Modal Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah. Skripsi tidak dipublikasikan. Program S1 Ekonomi Universitas Diponegoro : Semarang. Fransisca dan Hasan Sakti Siregar, 2006,
Pengaruh Faktor Internal Bank
Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntasi 6 Universitas Sumatera Utara. Gosh, S.R dan Gosh A.R. 1999. East Asia Afdtermath Crisis Was There a Crunch?. IMF Working Paper No. 99/38, Maret 1999.
Gujarati, Damodar, 2004, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa : Sumarno Zain, penerbit Erlangga, Jakarta. Himaniar Trisnadi. 2010. Pengaruh CAR, NPL dan ROA Terhadap penyaluran Kredit Modal Kerja (Studi Pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2004-2009). Skripsi tidak dipublikasikan. Program S1 Ekonomi Universitas Diponegoro : Semarang
Imam Ghozali .2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Juda Agung dkk, 2001, Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis : Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Pusat Studi dan Kebansentralan, Bank Indonesia, Jakarta J.Supranto ,2001, Statistik: Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan. Edisi I., PT. Raja Grafindo, Jakarta Luh Gede Meydianawath.2007. Analisis Perilaku penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006), Buletin Studi Ekonomi Vol.12 No 2 Tahun 2007, Universitas Udayana : Denpasar. Lukman Dendawijaya ,2003, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta Mishkin, Frederic S.2004. The Economics of Money , Banking, and Financila Market. USA : Addison Wesley. Moch soedarto, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat(Studi kasusu pada BPR di Wilayah Kerja BI Semarang. Tesis tidak dipublikasikan. Magister Manajemen FE Undip: Semarang. Muchdarsyah Sinungan, 2000, Manajemen Dana Bank, Bumi Aksara, Jakarta Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta Pazarbasioglu, Ceyla.1997. A Credit Cruch? Finland in the Aftermath of the Banking Crisis. IMF Staff Papers, Vol 44 (September 1997). Perry Warjiyo. 2004. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI
Pram Purnama Alam. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan peningkatan Non Performing Loan (NPL) dan dampaknya Terhadap penyaluran Kredit di Sektor UMKN (Studi Kasus di Bank BRI). Tesis Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor : Bogor
Reza Y Siregar.2004. Interest Rate Spread and Mandatory Credit Allocation : Implications on Banks Loans to Small Business in Indonesia, Working Paper, University of Adelaide : Australia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Wing Wahyu Winarno, 2006, Analisis Ekonometrika dan Statistika : EVIEWS, UPPP STIE YKPN, Yogyakarta