ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARANMENGGUNAKANKARTU (APMK) SEBAGAI INSTRUMENPEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAPPERMINTAAN UANG M1
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammmadiyah Surakarta
Disusun oleh : TINA HIRMAWATI B 300 090 020
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARANMENGGUNAKANKARTU (APMK) SEBAGAI INSTRUMENPEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAPPERMINTAAN UANG M1 Tina Hirmawati (B 300 090 020) Fakultas ekonomi dan bisnis UMS Surakarta ABSTRAKSI Pembayaran non tunai dengan kartu kredit, kartu debet, maupun kartu ATM menjadi pilihan terbaru masyarakat dalam bertransaksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) terhadap permintaan uang M1 di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk urut waktu(time serries) bulanan dari tahun 2010:01 sampai 2012:12. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Permintaan Uang M1 sebagai variabel dependen, sedangkan transaksi pembayaran menggunakan kartu debet/ATM, transaksi pembayaran menggunakan kartu kredit, Kurs, Inflasi dan SBI sebagai variabel independen. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Kointegrasi Eangle-Granger dan Error Correction Model (ECM). Hasil analisisnya dalam jangka panjang hanya transaksi menggunakan kartu debet/kartu Atm yang memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang M1, sedangkan dalam jangka pendek hasil yang sama ditunjukan oleh variabel transaksi menggunakan kartu debet/kartu ATM yang juga memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang M1, dan variabel lain yang dimasukan kedalam penelitian yaitu Inflasi dan SBI yang memiliki pengaruh negatif terhadap Permintaan Uang M1 dalam jangka pendek. Ternyata transaksi menggunakan kartu kredit belum mampu mempengaruhi Permintaan Uang M1 baik dalam jangka panjang maupun pendek. Kata kunci: Alat Pembayaran Menggunakan Kartu, Permintaan Uang M1, Sistem Pembayaran.
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca artikel publikasi dengan judul :
“ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN MENGGUNAKAN KARTU (APMK) SEBAGAI INSTRUMEN PEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAP PERMINTAAN UANG M1” Yang ditulis oleh : TINA HIRMAWATI B300 090 020 Penandatangan berpendapat bahwa artikel publikasi tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima.
1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan teknologi yang tumbuh pesat, tranformasi sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah satunya adalah sistem pembayaran dengan kartu elektronik atau yang sering disebut dengan Electronic Payment Sistem. Perkembangan sistem pembayaran didorong oleh semakin besarnya volume transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, peningkatan resiko, kompleksitas transaksi, dan perkembangan teknologi itu sendiri. Sistem pembayaran tunai ini berkembang dari commodity money sampai fiat money, sedangkan sistem pembayaran non tunai berkembang dari yang berbasis warkat (cek, bilyet giro, nota debet dan sebagainya) sampai kepada yang berbasis elektronik (kartu elektronik maupun electronic money). Mengingat sistem pembayaran ini merupakan salah satu komponen penting dalam dunia perekonomian, baik perdagangan maupun transaksi-transaksi pembayran yang terjadi di masyarakat. Sistem pembayaran dan pola bertransaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peranan uang tunai (currency) sebagai alat pembayaran non tunai yang lebih efisien dan ekonomis. ( Pramono, 2006). Kartu elektronik ini dibuat dengan tujuan untuk kemudahan masyarakat dalam bertransaksi. Jika dulu sebelum munculnya sistem pembayaran elektronik, maka ketika bertransaksipun kita harus bertemu dengan pihak yang kita ajak untuk bertransaksi, setelah kemunculan elektronic payment sistem ini kita mampu menghemat biaya, maupun mendapatan kepraktisan dan
kemudahan dalam bertransaksi. Dalam hal ini perbankan berlomba-lomba dalam berinovasi dalam sistem pembayaran elektronik, yaitu diantranya kartu debit, kartu ATM, kartu kredit, smart cart, e money dll. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/30/PBI/2004 kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau aquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran. Kartu ATM dan kartu debit memiliki definisi yang hampir sama yaitu alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang mendapat untuk menghimpun dana. Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan bank yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank untuk semakin inovatif dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai berupa sistem transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis (electronic card payment) yang aman, cepat dan efisien, serta bersifat global (Santomero dan Seater, 1996). Pembayaran elektronis tersebut,
pada awal perkembangannya masih selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya (pramono, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan Bank Indonesia (2012) memperlihatkan tingginya animo publik dan dunia usaha untuk memakai alat pembayaran non tunai. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) di Indonesia, baik ATM, kartu kredit, maupun kartu ATM yang juga berfungsi sebagai kartu debit yang beredar terus meningkat jumlahnya. Berkembangnya alat pembayaran menggunakan kartu akan mengurangi transaksi tunai (cash transaction) dan diharapkan menciptakan efisiensi, mengingat pengelolaan uang tunai sangat mahal dan bagi bank sentral itu adalah biaya terbesar kedua setelah biaya sumber daya manusia (SDM). Sedangkan bagi masyarakat, transaksi non tunai (non cash transaction) akan lebih mudah, cepat, praktis, dan mengurangi risiko kejahatan. (Nirmala, 2011). Topik ini menjadi semakin relevan seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini. Wacana yang kini menjadi pusat perhatian oleh ekonom dan Bank Indonesia dalam kebijakan moneter adalah mengenai keberadaan simpanan tabungan (saving deposit) dalam M2. Padahal, sebagaimana diketahui, kebanyakan tabungan yang ditawarkan oleh perbankan adalah jenis tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Ditambah dengan kemudahan pelayanan melalui penggunaan kartu ATM, sifat simpanan tabungan dinilai sama dengan simpanan giral, bahkan hampir sama dengan uang tunai. Dengan demikian simpanan tabungan jenis tersebut seharusnya digolongkan ke dalam jenis uang M1, bukan M2. (Mutaqhin, 2006)
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh peningkatan pembayaran dengan mengguankan kartu (APMK) sebagai instrumen pembayaran non tunai terhadap permintaan uang (M1) dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek. 2. LANDASAN TEORI Teori tentang uang dan permintaan uang, antara lain. 1. Teori Irving Fisher Irving Fisher merumuskan teorinya pada suatu persamaan: M×V=P×T Dimana M adalah jumlah uang, V adalah tingkat perputaran uang (velocity), P adalah harga barang, dan T adalah volume barang yang menjadi objek transaksi. Dari persamaan di atas, V (velocity of money), didefinisikan sebagai jumlah rata-rata waktu yang dihabiskan untuk membelanjakan komoditi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2001). Persamaan ini tidak cukup baik menggambarkan keadaan keseimbangan. Keberadaan uang hanyalah untuk memfasilitasi transaksi dan tidak memiliki kegunaan intrinsik. 2. Pendekatan Cambridge/Marshall Equation Disamping menganalisis permintaan uang secara institusional, ekonom Cambridge lebih dalam menganalisis bagaimana individu memegang uang daripada keseimbangan pasar (Mishkin, 2001). Tingkat kesejahteraan masyarakat mempengaruhi permintaan uang. Uang dalam
pendekatan ini tidak saja berfungsi sebagai alat pertukaran, melainkan sebagai penyimpan nilai. Para ekonom seperti A. C. Pigou dan Alfred Marshall memformulasikan pendekatan ini melalui persamaan: d
M = k × PY d
dimana M = permintaan uang, P = tingkat harga, Y = tingkat pendapatan, dan k = konstanta. 3. Teori Keynes Keyness memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu: 1) Motif Transaksi. Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung pada besarnya pendapatan yang masyarakat peroleh. 2) Motif Berjaga-jaga. Keynes berpendapat bahwa masyarakat akan memegang uang untuk kebutuhan yang tidak bisa diekspektasi sebelumnya (untuk berjaga-jaga). 3) Motif Spekulasi. Keyness mempertegas teori Cambridge, bahwa ketidakmenentuan di masa datang mempengaruhi masyarakat untuk meminta uang. Uang bersifat sebagai penyimpan kekayaan, dan masyarakat
kadangkala
akan
menggunakan
uang
untuk
kepentingan spekulasi. 4. Teori Baumol dan Tobin Baumol dan tobin dengan inventory modelnya menyebutkan bahwa ada dua hal yg dipertimbangkan dalam pilihan untuk memegang uang atau aset yakni: biaya transaksi yang harus dikeluarkan ketika memilih untuk
memegang aset karena dengan memegang aset berkurang likuiditasnya serta return yang diperoleh dengan memegang aset. Tingkat optimal uang yang dipegang masyarakat dapat dirumuskan sebagai berikut: M* = M* : tingkat optimal stok uang c : biaya transaksi i
: return dari aset
Py : harga barang y Dalam konteks inventory model,
permintaan non-interest bearing
money, yakni uang kartal dan demand deposit (dalam hal ini diasumsikan tidak ada bunga atas simpanan dalam bentuk rekening giro) ditentukan oleh pendapatan riil, suku bunga dan biaya transaksi. Tingkat suku bunga dan biaya transaksi tersebut dalam hal ini adalah berbagai jenis simpanan yang tidak termasuk dalam kategori M1 (time deposit dan saving deposit) serta berbagai aset lainnya (seperti obligasi). Rumsuan tersebut dapat pula digunakan untuk menganalisis permintaan uang kartal dan M2, tentunya dengan menggunakan besaran tingkat suku bunga dan biaya transaksi yang relevan. 3. METODE PENELITIAN Objek yang akan diteliti dalam penelitian adalah Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK), yang termasuk didalamnya kartu kredit, kartu debit, dan kartu ATM. Penelitian ini akan menganalisis penggaruh penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) terhadap permintaan uang M1
periode 2010:1 sampai dengan 2012:12, dengan metode analisis uji kointegrasi Eangle-Granger dan Erorr Correction Model (ECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time serries) bulanan dari tahun 2010:1 sampai dengan 2012:12 meliputi data nominal transaksi dengan kartu debet/kartu ATM, kartu kredit, kurs, inflasi, SBI. Data diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Ekonomi dan Keuangan (SEKI) dan statistik pembayaran Bank Indonesia. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini adalah uji Kointegrasi Eangle-Granger dan Erorr Correction Model (ECM). Adapun beberapa tahapan analisisnya adalah sebagai berikut. Pertama, uji akar unit (unit root test) untuk mengetahui apakah data tersebut stasioner atau tidak. Ada tidaknya akar unit dapat diketahui dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) Test. Kedua, uji kointegrasi untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang dan
meramalkan
keseimbangan
dengan
menggunakan
Engle-Granger
Cointegration Test. Ketiga, melakukan pengkoreksian kesalahan (error correction) dengan menggunakan ECM untuk model yang digunakan. Adapun syarat untuk menggunakan model koreksi kesalahan yaitu jika minimal ada salah satu variabel yang tidak stasioner. Apabila seluruh data yang digunakan ternyata stasioner, maka persamaan tersebut tidak dapat dianalisa dengan menggunakan ECM.
Keempat, dilakukan pengujian asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji hetreoskedastisitas, uji otokorelasi dan uji Ramsey Reset. 4. HASIL PENELITIAN Koefisien Regresi dalam Jangka Pendek dan jangka Panjang Variabel C DLOG(DATM) LOG(DATM(-1)) DLOG(KRED) LOG(KRED(-1)) DLOG(KURS) LOG(KURS(-1)) D(INF) INF(-1) D(SBI) SBI(-1) ECT
Koefisien Regresi Jangka Pendek Jangka Panjang 1.503254** 12,019758 0.281691 2,4283972 -0.180068 0.091374 0,86707028 -0.433353 0.462068 1,060104 -0.455845 -0.001971 1,0075498 -0.543424* 0.029653 0,93366131 -0.548979** 0.542926* -
Sumber : Data sekunder yang Diolah
Keterangan : *
= signifikan pada derajat kepercayaan (α) 1%
**
= signifikan pada derajat kepercayaan (α) 5%
***
= signifikan pada derajat kepercayaan (α) 10%
Interpretasi ekonomi dalam jangka panjang, menunjukan hubungan yang positif antara kartu debet dengan M1. Koefisien transaksi kartu debet dan ATM menunjukan elastisitasnya, artinya bahwa peningkatan transaksi kartu debet dan kartu ATM sebesar satu persen maka akan meningkatkan permintaan uang M1 sebesar 2,43 persen. Transaksi kartu kredit dan SBI mempunyai koefisien negatif tetapi variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
M1, begitu juga dengan kurs dan inflasi walaupun mempunyai koefisien yang positif tetapi tidak mempengaruhi variabel dependennya. Interpretasi ekonomi dalam jangka pendek, menunjukan tidak semua variabel memiliki hubungan jangka pendek terhadap permintaan uang M1. Variabel kartu kredit dan variabel kurs tidak memiliki pengaruh baik jangka panjang maupun jangka pendek terhadap variabel M1. Selain variabel kartu debet/ATM dan variabel kartu kredit yang menjadi inti dalam penelitian ini, ternyata variabel lain inflasi dan SBI yang dimasukan kedalam penelitian juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek terhadap permintaan uang M1. Pengaruh penggunaan kartu debet/ATM berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan uang M1 dengan tingkat kepercayaan 5 persen dan 10 persen. Pengaruh penggunaan kartu debet/ATM dengan proxy nilai transaksi ternyata memiliki pengaruh dalam jangka pendek terhadap permintaan uang M1. Kenaikan 1 persen dari nilai transaksi kartu debet/ATM akan menaikan 0,28 persen permintaan uang M1, begitu juga sebaliknya setiap nilain transaksi kartu debet/kartu ATM turun sebesar 1 persen maka permintaan uang M1 juga akan turun sebesar 0,28 persen. Hubungan penggunaan kartu debet/ATM ini ternyata berbanding lurus dengan permintaan uang M1, ketika penggunaan transaksi kartu debet/ATM naik permintaan uang M1 juga akan naik begitu juga sebaliknya. Varibel lain yang dimasukan dalam penelitian yaitu inflasi dan SBI ternyata juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek
terhadap permintaan uang M1. Berbeda dengan variabel kurs, yang ternyata tidak memliliki pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang M1. Inflasi berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 1 persen, 5 persen dan 10 persen memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan uang M1. Setiap kenaikan 1 persen inflasi makan aka menurunkan 0,54 persen permintaan uang M1, begiru juga sebaliknya ketika inflasi turun sebesar 1 persen makan akan menaikan permintaan uang sebesar 0,54 persen. Variabel SBI memiliki pengaruh yang singnifikan dan berhubungan negatif dalam jangka pendek terhadap permintaan uang M1 pada tingkat kepercayaan 5 persen dan 10 persen. Setiap kenaikan 1 persen SBI maka akan menurunkan 0,55 persen permintaan uang M1, begitu juuga sebaliknya ketika SBI turun sebesar 1 persen maka permintaan uang M1 akan naik sebesar 0,55 persen. 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil estimasi persamaan jangka panjang ternyata hanya variabel kartu debet dan ATM yang memiliki pengaruh positif dalam jangka panjang terhadap permintaan uang M1 yaitu sebesar 0,77 persen. Hasil estimasi persamaan jangka pendeknya variabel kartu debet/kartu ATM, Inflasi dan SBI saja yang memiliki pengaruh jangka pendek terhadap permintaan uang M1. Pengaruhnyapun bervariasi, kartu debet dan kartu ATM memiliki pengaruh positif terhadap permintaan uang M1 sebesar 0,28 persen, artinya meningkatnya transaksi menggunakan kartu debet maupun ATM juga dapat
meningkatkan permintaan uang M1. Inflasi dan SBI dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif maing-masing sebesar 0,54 persen dan 0,55 persen terhadap permintaan uang M1, artinya naiknya inflasi dan SBI justru dapat menurunkan permintaan uang M1. Saran Hasil penelitian menujukan bahwa hanya kartu debet/kartu ATM yang memiliki pengaruh baik jangka panjang maupun pendek terhadap permintaan uang, berbeda dengan kartu kredit yang tidak memliki pengaruh sama sekali. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan kartu kredit masih sedikit jika dibandingkan dengan kartu debet maupun ATM. Sehingga bagi pihak perbankan yang menerbitkan APMK khususnya kartu kredit diharapkan perhatiannya untuk menunjang atau megiatkan penggunaan kartu kredit.
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 Tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. Bank Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2007 Tentang Perkembangan Sistem Pembayaran. Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan. Bank Indonesia. 2011. Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2011 Tentang Kelancaran Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang. Pusat pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Bank
Indonesia. 2013. Statistik Sistem Pembayaran-Alat Pembayaran Menggunakan Kartu. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 10 februari 2013.
Bank
Indonesia. 2013. Statistik Ekonomi Dan Keuangan http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 10 februari 2013.
Indonesia.
Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics, fourth edition, Mc Graw-Hill: International Edition. Humphrey, D. B. 2001. Payment Systems: Principles, Practice, and Improvements. The World Bank, Washington, D. C. Mankiw N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi, Edisi ke 4. Jakarta: Erlangga. Mishkin, F. S. 2001. The Economic of Money Banking, and Financial Markets. Sixth Edition. Addison Wesley Longman: Columbia University, Columbia. Muttaqin, Z. 2006. Analisis Pengaruh Penggunaan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Variabel-Variabel Makroekonomi terhadap Permintaan Uang di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Nirmala, T. 2011. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dan Permintaan Uang Kartal (Studi Kasus Indonesia dan Malaysia). [Tesis]. Program Ilmu Magister dan Sains Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada. Nirmala, T., Tri Widodo. 2011. “Effect Of Increasing Use Card Payment Eqiupment On The Indonesian Economy”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Hal. 36 – 45 Vol. 18, No. 1. ISSN: 1412-3126.
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Buku I, Edisi ke 4. Yogjakarta: BPFE UGM. Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter. Buku II, Edisi ke 1, Cetakan kesepuluh. Yogjakarta: BFFE UGM. Pramono, Bambang, Tri Yuniarti, Pipih D Purusitawati, dan Yosefin Tyas Emmy D. K. 2006. “Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian Dan Kebijakan Moneter”. Working Paper Bank Indonesia, No WP/11/ September. Sitorus S. R. 2006. Analisis Penggaruh Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik dan Daya Subtitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sriram, S. S. 1999. “Survey of Literature on Demand for Money: Theoritical and Empirical Work with Special Reference to Error-Correction Models”. IMF Working Paper. WP/99/64. Subari dan Ascarya. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: PPSK BI. Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi ke 3. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syarifuddin, Ferry, Ahmad Hidayat, dan Tarsidin. 2009. “Dampak Peningkatan Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian dan Implikasinya Terhadap Pengendalian Moneter”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April. Thomas, R. L. 1997. Modern Econometrics an Introduction. Addison Wesley Longman, England. Utomo, P. Y. 2011. Buku Praktek Komputer Statistik II Eviews. Surakarta: Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Warjiyo, P. 2006. Non-Cash Payments and Monetary Policy Implications in Indonesia. Di dalam: Bank Indonesia. Seminar Internasional “Toward Less Cash Society in Indonesia”; Jakarta, 17 Mei 2006 – 18 Mei 2006. Jakarta: Bank Indonesia. Yilmazkuday, H. 2006. “The Effects of Credit and Debit Cards On the Money Demand of a Small Open Economy”. Preliminary journal .