ANALISIS PENGARUH PELATIHAN : WORKSHOP DAN PENYULUHAN TERHADAP KEMAMPUAN APLIKASI OLEH MASYARAKAT DUSUN TANGSI JAYA Jombrik Jurusan Manajemen - Fakultas Ekonomi ABSTRAK Tujuan penelitian Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Pelatihan. Workshop, Penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat Tangsi Jaya terhadap kemampuan penerapannya, seberapa besar pengaruh Workshop, dan Penyuluhan terhadap kemampuan aplikasi, mendapatkan umpan balik terhadap metode pelatihan, (workshop, penyuluhan) yang dilakukan. Hasil penelitian; persepsi responden terhadap pelaksanaan workshop adalah 18% menyatakan sangat sesuai, 51% menyatakan sesuai, 25% menyatakan cukup sesuai dan 5% menyatakan kurang sesuau, sedangkan 0% menyatakan sangat tidak sesuai. Persepsi responden terhadap penyuluhan adalah 16% sangat sesuai, 61% sesuai, dan 20% cukup sesuai dan 2% kurang sesuai dan 1% sangat tidak sesuai. Pengaruh variabel X1 dan X2 atau workshop dan penyuluhan terhadap Y atau kemampuan penerapan oleh masyarakat adalah 83,5% dengan adjusted R Square 67,5% yang berarti peribahan kemampuan penerapan dapat dijelaskan oleh pelaksanaan workshop dan penyuluhan sebesar 67,5% dan sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya diluar variabel yang digunakan. Uji regresi menghasilkan persamaan regresi Y=0.072 + 0.298X1 + 0,653X2, artinya kedua variabel daftaindependen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen, dengan nilai signifikansi F 0,000 <0,05 yang berarti sangat signifikan. Secara parsial (ujit) menunjukkan tingkat signifikansi X1 = 0,023< 0,05 yang berarti signifikan dan X2 =0,00>0,05 juga sifnifika. Kesimpulan: Workshop dan penyuluhan yang diikuti oleh masyarakat Tangsi Jaya mampu diterapkan dengan baik. Kendala: penerapan hasil workshop dan penyuluhan tidak dapat langsung diakukan karena keterbatasan sarana yang dimiliki. Halaman: 25 tabel: 33 Kata kunci: Workshop, Penyuluhan, Penerapan
1 1.1
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Pelatihan masyarakat merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Keberadaan masyarakat yang memiliki sikap, penegtahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang yang relevan dengan pembenunan pertanian, diharapkan akan dapat mendukung dan berperan serta dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu pelatihan masyarakat perlu dilaksanakan dan dikembangkan dengan memeperhatikan faktor efisiensi, efektifitas dan relevansi. Berbeda dengan pendidikan umum yang diselenggarakan di sekolah-sekolah, pelatihan masyarakat berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi di masyarakat. Pada dasarnya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan dapat dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pelatihan pada prinsipnya harus digali dari masyarakat itu sendiri, tidak terkecuali pelatihan masyarakat dalam rangka menumbuhkan penyuluh=penyuluh swadaya masyarakat yang diperlukan untuk mewujudkan penyuluh dari dan olehmasyarakat dimasa yang akan datang. Hasil yang diharapkan dari setiap pelatihan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan baik secara manajerial, maupun kemampuan penerapannya di lapangan.Pelatihan masyarakat umumnya dirancang sedemikian rupa mengingat pesertanya pada umumnya adalahorang dewasa, petani atau orang yang berprofesi selain petani yang kegiatannya berkaitan denganpembangunan pertanian. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya
harus
memperhatikan
prinsip-prinsip
pembelajaran
bagi
peserta
diantaranya bersifat partisipatif, reflektif, dan memberikan umpan balik. Permasalahan yang menjadi pertanyaan adalah dari sekian banyak pelatihan,penyuluhan atau workshop yang diberikan kepada masyarakat selama ini khususnya masyarakat Tangsi Jaya adalah apakah mereka menerima, dan selanjutnya mampu menerapkan secara baik hasil pelatihan-pelatihan yang mereka ikuti selama ini.baik yang diselenggarakan diluar maupun di wilayah Tangsi Jaya..
2
RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Pelatihan.(Workshop, Penyuluhan) yang diberikan kepada masyarakat Tangsi Jaya berpengaruh terhadap kemampuan penerapannya b. Seberapa besar pengaruh Pelatihan (Workshop, dan Penyuluhan) terhadap kemampuan
aplikasi c. Apa yang menjadi kendala bagi masyarakat dalam mengaplikasikan hasi hasil Workshop, dan Penyuluhan 3
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Pelatihan. Workshop, Penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat Tangsi Jaya terhadap kemampuan penerapannya 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Workshop, dan Penyuluhan terhadap kemampuan aplikasi 3. Untuk mendapatkan umpan balik terhadap metode pelatihan, (workshop, penyuluhan) yang dilakukan 4 4.1
TINJAUAN PUSTAKA PENGERTIAN
Kegiatan workshop atau sering juga diistilakan dengan lokakarya adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya atau workshop adalah pertemuan ilmiah yang kecil, dimana sekelompok orang yang memiliki perhatian yang sama berkumpul bersama di bawah kepemimpinan beberapa orang ahli untuk menggali satu atau beberapa aspek khusus suatu topik. Sub-sub kelompok dibentuk untuk tujuan mendengarkan ceramah-ceramah, melihat demonstrasi-demonstrasi, mendiskusikan berbagai aspek topik, mempelajari, mengerjakan, mempraktekkan, dan mengevaluasinya. Sebuah workshop biasanya terdiri dari Pimpinan workshop, Anggota, dan Manusia Sumber. Tujuan dari workshop ialah untuk memperoleh informasi melalui pengalaman langsung dan saling menyampaikan informasi. Beberapa ciri-ciri workshop antara lain : a. Masalah yang dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari peserta sendiri b. Cara yang digunakan ialah metode pemecahan masalah “musyawarah dan penyelidikan”. c. Menggunakan resource person dan resource materials yang memberi bantuan yang besar sekali dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Sedangkan Menurut Mardikanto, Totok (1993) penyuluhan pembangunan adalah proses penyebaran ide-ide baru kepada masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat itu sendiri melalui penambahan pengetahuan, keterampilan baru dan perubahan perilaku yang didapat karena ada kesadaran untuk mengubah diri pada kondisi yang lebih baik. Wiriatmadja, Soekandar (1978) mengemukakan bahwa penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah untuk keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat agar menjadi mau, tahu dan dapat menyelesaikan masalah-masalah sendiri yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Menurut Margono Slamet, penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu dan sanggup berswadaya untuk memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakat (Sudradjat dan Ida Yustina, 2003).Adjid, Dudung Abdul (2001) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan non formal untuk masyarakat perdesaan dengan implikasi pada perubahan perilaku yang didasarkan pada pengalaman belajar dengan tujuan peningkatan kesejahteraan.Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu hal yang mendasar tentang penyuluhan pembangunan, yaitu : (1) Penyuluhan adalah proses pendidikan, (2) Proses penyuluhan adalah untuk mencapai perubahan perilaku, dan (3) Tujuan penyuluhan adalah
meningkatkan
kesejahteraan
(rismajayantiwordpress.com/2012/01/15/penyuluhan)
sasaran
penyuluhan.
Kegiatan
pelatihan/Training,
Workshop dan penyuluhan merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh lembaga atau institusi tertentu, baik secara internal dilingkungan sendiri maupun dalam rangka share dengan pihak lain yang yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dari luar institusi dari luar kelompok masyarakat, dan berkompeten dalam memberikan suatu pelatihan. Kegiatan
pelatihan umumnya ditujukan kepada pihak lain yang dinilai membutuhkan guna melakukan perbaikan, perubahan agar dapat meningkatkan kinerja atau untuk merubah halhal yang selama ini dipandang tidak sesuai dengan standar yang ada. Metode yang digunakan juga bermacam-macam dan dirancang sesuai dengan sasaran yang di inginkan. Pelatihan bertujuan yntuk mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil tindakan tertentu yang dilukiskan oleh organisasi, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan ketrampilan. (Rolf P. Lynton $ Udai Pareek). Menurut Mathis (2002) pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Srcara terbatas pelatihan menyediakan para pegawai/orang-orang dengan pengetahuan spesifik dan dapat diketahui serta ketrampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun dimasa yang akan datang. Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurukulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan ketrampilan kerja. Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan tentang pelatihan sebagimana dikutip dari penelitian Cut Zurbali (2004) sebagai berikut: 1. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2005; 251) mengemukakan Training is a planed effprt to facilitate the learning of job-related knowledge, skill, and behavior by employee. Yang berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usahan yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian, dan perilaku oleh pegawai. 2. Menurut Robbins, Stephen P (2001; 282) Training meant formal training that’s planed in advanced and has a structured format. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan yang dimaksudkan adalah pelatihan formal yang direncanakan secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur.
3. Menurut Bernardin & Russel (1998; 172) Training is difined as any attemt to impreve employee performance an a currently held job or one related to it, this usully means changes in specific knawledge, skills, attitute, or behaviors, to be effective, tarining should involved learning experience, be a planed organizational activity, and be designed in responce ti identifield needs. Jadi pelatihan didefinisikan sebagai barbagai usahan pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian dan pengetahuan yang khusus atau spesifik. Agar pelatihan menjadi efektif maka didalam pelatihan harus mencakup suatu pembelajaran atas pengalaman-pengalaman. Pelatihan harus menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang didalam
menanggapi
kebutuhan-kebutuhan
yang
teridentifikasi. 4. Menurut Gomez_Mejia, Balkin & Cardy (2001; 259) Training is usully conductrd mhen employees have a skills deficid or when an organization changes system and employeses need to learn new skill. Hal ini mengartikan bahwa pelatihan dilakukan pada saat para pekerja memiliki keahlian yang kurang atau pada saat orgnisasi mengubah suatu system para pekerja perlu belajar tentang keahlian baru.
Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu sebagai langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Afa beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu: a. Menggali informasi langsung dari masyarakat melalui diskusi kelompok yang terfokus. Dalam hal ini perlu diadakan suatu pertemuan/diskusi khusus antara kelompok masyarakat sasaran dengan fasilitator/penyuluh. Dalam diskusi ini ditanyakan apa masalah yang dihadapi oleh kelompok masyarakat tersebut, pelatihan atau ketrampilan apa yang dibutuhkan oleh mereka dan apa perlu ada pelatihan bagi mereka. Perlunya pelatihan biasanya terkait dengan permasalahan yang dihaadapi oleh kelompok dalam melaksanakan kegiatannya. Usul perlunya pelatihan datang dari kelompok masyarakat itu sendiri, demikian pula dengan jenis pelatihannya. b. Menggali informasi melalui kegiatan Desa secara Partisipatif/participatory Rural Appraisal (PRA) c.
Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat/anggota
kelompok tani/masyarakat, disertai dengan pengamatan langsung terhadap kondisi masyarakat/kelompok tersebut. d. Penelitian konvensional yang dilakukan oleh ahli. Melalui penelitian terhadap masyarakat yang bersangkutan yang mencakup tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan masyarakat dalam melakukan usahanya, dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih perlu dikonsultasikan
lagi
dengan
pemuka/kelompok
masyarakat
tersebut
untuk
memperoleh kepastian pelatihan yang diperlukan.
Secara garis besar jenis pelatihan dapat digolongkan kedalam 2 kelompok yaitu: 1. Pelatihan teknis yakni pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang usaha tertentu. Contoh-contoh pelatihan yang termasuk kategori ini antara lain; pelatihan budidaya madu, pelatihan budidaya ualt sutera, pelatihan agroforestry 2. Pelatihan Manajemen; yakni pelatihan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampauan dalam bidang pengelolaan organisasi, administrasi, pemasaran/tata niaga produk atau peningkatan kesadaran atas norma tertentu. Contoh-contoh pelatihan yang termasuk kategori ini antara lain adalah; pelatihan kepemimpinan dalam organisasi, pelatihan manajemen produk usaha tani, pelatihan penyuluhan dari masyarakat kepada masyarakat, pelatihan gender, dan lain lain.
5 5.1
METODOLOGI WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan pada Juni 2014 di Dususn Tangsi Jaya Gunung Halu Jawa Barat.
5.2
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan pengurus koperasi Rimba Lestari Dusun Tangsi Jaya berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 74 kepala keluarga. Sample diambil dengan metode purposes sample atau dengan pertimbangan tertentu yaitu seluruh pengurus Koperasi dan kepala Keluaraga yang pernah mengikuti pelatihan, workshop atau penyuluhan.dengan jumlah 31 orang tanpa membedakan jenis kelamin,penghasilan.
5.3
JENIS DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA
Jenis data adalah data primer yang dioleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden sebanyak sampel yang diambil. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk kuesioner tertutup yaitu kuessioner yang jawabannya disediakan dalam bentuk pilihan. Pilihan tersebut sebagai instrumen pengukuran jawaban dari sikap, pendapat, persepsi, pengukuran menggunakan skala Likert yaitu 5,4,3,2,1 dengan penjelasan: 5.4
IDENTIFIKASI VARIABEL
Secara konsepsual variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu Workshop (X1) dan Penyuluhan (X2) dan kemampuan Penerapan sebagai variabel tidak bebas (Y) .sehingga secara matematis dinotasikan sebagi berikut: Y = a+βx1 + βX2 + e 5.5
HIPOTESIS
Berdasarkan konsepsual variabel dan persamaan matematis yang terbentuk maka hipotesis penelitian adalah pelatihan dalam bentuk Workshop dan Penyuluhan
berpengaruh
terhadap kemampuan menerapkan/kesesuaian, atau ada kesesuaian antara worlshop, penyuluhan yang diberikan dengan kebutuhan responden. 5.6
METODE ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan metode regresi linier menggunakan SPSS dan analisis faktor menggunakan statistik deskriptif dengan distribusi frekuensi. Dimana akan dihitung faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemampuan penerapkan berdasarkan jawaban responden berdasarkan pilihan jawaban pada skala Likert. a. Analisis Regresi dan Korelasi Regresi dan korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh maupun hubungan sehingga dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel X1 (workshop) dan X2 (penyuluhan) terhadap variabel Y (kemampuan penerapan). Pedoman pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya pengaruh adalah koefisien Pearson dengan ukuran
Tabel 3.2 Ukuran Koefisien Korelasi
Kefisien Korelasi
Hubungan
0,00 - 0,19
Sangat rendah
0,20 - 0,39
Rendah
0,40 - 0,59
Sedang
0,60 - 0,79
Kuat
0,80 - 1,00
Sangat kuat
b. Uji t Untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan keputusan - Bila t hitung > t tabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, atau ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. - Bila t hiting < t tabel berarti H0 diterima atau tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. c. Uji F Untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen secara bersamaan terhadap variabel tidak bebas. Dengan taraf signifikansi 5% maka - Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima atau koefisien korelasi berganda yang didapatkan adalah Workshop (X1) dan Penyuluhan (X2) berpengaruh secara simultan terhadap kemampuan menerapkan. - Bila F hiitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak atau koefisien korelasi berganda yang didapatkan adalah Workshop (X1) dan Penyuluhan (X2) tidak berpengaruh secara simultan terhadap kemampuan mmenerapkan. d. Uji Validitas dan reliabilitas - Uji validitas Untuk mengetahui valid tidaknya intrumen penelitian yang dilakukan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur Jika r positif dan > dari 0,3 maka item pertanyaan tersebut valid untuk digunakan
Jika r negatif dan < 0,3 maka itenm pertanyanan tersebut valid untuk digunakan - Uji reliabilitas Untuk mengetahui apakah jawaban responden terhadap kuesioner konsisten atau tidak. Dikatakan reliabel apabila jawaban kuesioner tersebut konsisten. 5.7
INDIKATOR VARIABEL
Variabel independen workshop (X1) dan penyuluhan (X2) merupakan dimensi dari Tujuan, Sasaran, Materi, dan Metode yang menjadi indikator variabel. 6 6.1
PEMBAHASAN DATA RESPONDEN
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 31 orang yang dipilih dari penduduk Tangsi Jaya dengan ketentuan pernah mengikuti Pelatihan (Workshop dan Penyuluhan) dan pengurus Koperasi. Adapun ringkasan data responden adalah: Tabel 4.1 Data Responden Jumlah Responden Jenis Kelamin
Pekerjaan
31
100%
Laki-laki
31
100%
Perempuan
0
0%
Petani
20
65%
Pedagang
6
19%
Pengurus Koperasi
5
16%
Sumber: data diolah 6.2
PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP WORKSHOP
Dari kuesioner yang diberikan sebanyak 10 pernyataan kepada 31 responden didapatkan hasil rata-rata persepsi terhadak pelaksanaan workshop yang pernah di ikuti oleh responden sebagai berikut: 6.2.1 Dimensi Tujuan Penilaian responden dalam hubungannya dengan dimensi tujuan dilakukannya workshop dengan kemampuan mengatasi masalah dan meningkatkan ketrampilan yang dihadapi adalah: persepsi masyarakat tentang tujuan dilakukannya workshop cukup besar yaitu 23% menyatakan sangat sesuai den 52% menyatakan sesuai, sedangkan yang menyatakan
sangat tidak sesuai adalah 0%.sedangkan persepsi masyarakat terhadap workshop dapat meningkatkan ketrampilan diperoleh hasil 29% menyatakan sangat sesuai dan 58% menyatakan sesuai, sedangkan yang sangat tidak sesuai 0% yang berarti persepsi tentang tujuan workshop meningkatkan ketrampilan besar. 6.2.2 Dimensi Sasaran Penilaian responden terhadap workshop dalam hubungannya dengan sasaran; mencapai hasil, memberi manfaat, sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang jelas dapat dijelaskan bahwa persepsi terhadap workshop yang diikuti dinilai mencapai hasil mencapai hasil, 19% sangat sesuai, 52% sesuai dan 26% menyatakan cukup sesuai
sedangan yang
menyatakan sangat tidak sesuai 0%. Hal ini menggambarkan pula bahwa persepsi tentang dimensi sasaran mencapai hasil. Untuk dimensi sasaran dengan ukuran memberi manfaat yang menyatakan sangat sesuai adalah 19%, sesuai 48% dan cukup sesuai 32% sedangkan kurang sesuai dan sangat tidak sesuai 0%. Artinya bahwa persepsi masyarakat terhadap workshop memberi manfaat dapat dikategorikan baik. Selanjutnya masalah kesesuaian dengan kebutuhan dari workshop yang diikuti, persepsi masuarakat adalah 16% sangat sesuai, 48% sesuai dan 29% cukup sesuai, ada 6% yang menyatakan kurang sesuai sedangkan 0% yang menyatakan sangat tidak sesuai. Jadi dari segi kesesuaian dengan kebutuhan mayoritas
masyarakat memberi persepsi yang sesuaiPersepsi masyarakat
terhadap sasaran workshop, pada tabel 4.8 di atas masyarakat memberi persepsi terhadap sasaran adalah 10% sangat sesuai, 52% sesuai dan 35% cukup sesuai, 5% kurang sesuai serta 0% sangat tidak sesuai. Hal ini secara keseluruhan bahwa sasaran dari workshop dipersepsikan oleh rata-rata masyarakat tepat sasaran. 6.2.3 Dimensi Materi Penilaian responden terhadap workshop dalam hubungannya dengan materi yang diberikan yang meliputi mudah dimengerti, mudah dipraktekkan dengan hasil sangat sesuai 16%, sesuai 55%, cukup sesuai 29% yang berarti secara umum materi yang diberikan mudah dimengerti. Adapun tentang apakah materi mudah dipraktekkan hasilnya adalah 16% sangat sesuai, 48% sesuai, dan 32% cukup sesuai sedangkan 3% menyatakan kurang sesuai. 6.2.4 Dimensi Metode Metode yang digunakan dalam suatu pelatihan sangat mempengaruhi pencapaian dari suatu pelatiohan. Dalam penelitian ini penilaian responden terhadap workshop dalam
hubungannya dengan kemampuan trainner merupakan proksi dari kompetensi traiiner, dan kemampuan trainer menyesuaikan dengan profesi peserta adalah Persepsi terhadap metode dengan ukuran kemampuan trainner pada saat memberikan pelatihan, oleh masyarakat dipersepsikan 13% sangat sesuai, 45% sesuai dan 32% cukup sesuai namun ada 10% menyatakan kurang sesuai, demikian pula dengan persepsi terhadap kemampuan trainner menyesuaikan dengan profesi peserta dipersepsikan 13% sangat sesuai, 52% sesuia dan 26% cukup sesuai. Secara keseluruhan persepsi responden terhadap workshop dari dimensi tujuan, sasaran, materi dan metode adalah baik sebagaimana tabel 4.2 dibawah ini Tabel 4.2. Rata-rata persepsi responden terhadap workshop menurut dimensi Jawaban
Tujuan
Sasaran
Materi
Metode
Rata-rata
Sangat Sesuai
26%
18%
16%
13%
18%
Sesuai
55%
51%
52%
48%
51%
Cukup sesuai
13%
29%
31%
29%
25%
Kurang sesuai
6%
2%
2%
10%
5%
Sangat Tidak Sesuai
0%
0
0%
0%
0%
Sumber: data diolah 6.3
ANALISIS PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP PENYULUHAN
Penyuluhan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan biasanya pada objeknya dengan memberikan contoh, cara penggunaan, penerapan, metode oleh penyuluh yang memiliki keahlian dalam bidangnya kepada masyarakat atau kelompok masyarakat 6.3.1 Dimensi Tujuan Penilaian responden terhadap tujuan penyuluhan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan ketrampilan; Persepsi terhadap penyuluhan, dengan dimensi tujuan bahwa dapat mengatasi masalah adalah; Responden memberi persepsi 23% sangat sesuiai, 52% sesuai dan 23% cukup sesuai, sedangkan 3% menyatakan sangat tidak sesuai. Hal ini memngambarkan
bahwa
tujaun
untuk
mengatasi
masalah
dinilai
baik
oleh
responden.Indikator kedua dari dimensi tujuan adalah meningkatkan ketrampilan, persepsi
responden adalah 19% sangat sesuai, 61% sesuai dan 19% cukup sesuai. Yang berarti penyuluhan yang diberikan dinilai baik dan mampu meningkatkan ketrampilan 6.3.2 Dimensi Sasaran Penilaian responden terhadap sasaran penyuluhan mencapai hasil,
memberi manfaat,
sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang jelas sebagai berikut dimensi sasaran dengan indikator bahwa penyuluhan mencapai sasaran oleh responden dinilai 19% sangat sesuai, 65% sesuai dan 13% cukup sesuai yang berarti persepsi responden bahwa penyuluhan mencapai hasil adalah baik. Dari tabel 4.16 tentan penyuluhan memberi manfaat juga dinilai oleh responden baik yaitu 10% sangat sesuai 61% sesuai dan 26% cukup sesuai hanya 3% yang menyatakan kurang sesuai dan 0% sangat tidak sesuai. Persepsi tentang penyuluhan dengan kesesuaian dengan kebutuhan responden sebagaimanan tabel 4.16 adalah 19% menyatakan sangat sesuai, 61% sesuai dan 19% cukup sesuai. Hal ini menggambarkanb persepsi bahwa penyuluhan yang diterima sesuai dengan kebutuhan responden. Demikian pula dengan kejelasan sasaran yang jelas yaitu 10% menyatakan sangat sesuai, 61% sesuai, 26% cukup sesuai dan hanya 3% menyatakan kurang sesuai. 6.3.3 Dimensi Materi Dimensi materi untuk mempersepsikan tentang materi penyukuhan yang meliputi mudah dimengerti, mudah dipraktekkan adalah persepsi terhadap materi penyuluhan dan kemudahan mempraktekhan, hasil penyuluhan menggambarkan persepsi responden yang mayoritas menyatakan sesuai yaitu 65% mudah dimengerti, dan 61% mudah dipraktekkan. 6.3.4 Dimensi Metode Penilaian responden terhadap metode penyuluhan yang meliputi kemampuan penyuluh, metodenya disesuaikan dengan profesi peserta penyuluhan adalah: Gambaran pada tabel 4.21 dan 4.22 oleh responden memberi persepsi bahwa penyuluh memiliki kemampuan adalah baik yang berarsi sesuai yaitu 61%, dan untuk kesesuaian dengan profesi juga 61% , sedangakan yang menyatakan sangat sesuai 13% untuk penyuluh memiliki kemampuan dan 16% sesuai dengan profesi Secara keseluruhan persepsi responden terhadap workshop dari dimensi tujuan, sasaran, materi dan metode adalah baik sebagaimana tabel 4.3 dibawah ini
Tabel 4.3. Rata-rata persepsi responden terhadap penyuluhan menurut dimensi Jawaban
Tujuan
Sasaran
Materi
Metode
Rata-rata
Sangat Sesuai
21%
15%
13%
15%
16%
Sesuai
56%
63%
63%
61%
61%
Cukup sesuai
21%
19%
21%
19%
20%
Kurang sesuai
0%
3%
3%
3%
2%
Sangat Tidak Sesuai
2%
0%
0%
2%
1%
Sumber: data diolah Dari tabel 4.3 secara rata-rata persespri responden dengan dimensi Tujuan, Sasaran, Materi, dan Metode dalam penyuluhan adalah 16% sangat sesuai 61% menilai sesuai 20% cukup sesuai, 2% kurang sesuai.dan 1% rata rata sangat tidak sesuai. 6.4
UJI STATISTIK
6.4.1 Uji Multikolenioritas Tabel 4.4. Uji Multikolenioritas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) 1 x1 .567 1.765 x2 .567 1.765 a. Dependent Variable: y Nilai VIF adalah 1.765 yang berarti berada dibawah nilai 10, 000 sehingga data yang ada dikategorikan tidak terjadi multikolenioritas, yang berarti data layak untuk diolah. 6.4.2 Uji Autokorelasi Tabel 4.27 Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change .696 32.092 1.582 a. Predictors: (Constant), x2, x1 b. Dependent Variable: y
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson dengan hitung 1,582 yang berarti berada pada batas nilai toleransi yang berarti tidak terdapat autokorelasi dari variabel yang dipakai. 6.4.3
Koefisien Determinasi Berganda
Uji regresi lionier berganda untuk melihat sejauhmana pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y serta sejauhmana perubahan variabel Y mampu dijelaskan olehg kedua variabel independen X1, X2 Tebel 4.28 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 1 .834a .696 .675 .23519 a. Predictors: (Constant), x2, x1
DurbinWatson 1.582
b. Dependent Variable: y Hasil uji statistik diperoleh hasil nilai R = 0,834 yang berarti bahwa pengaruh variabel X1 dan X2 yaitu workshop dan penyuluhan terhadap Y yaitu kemampuan penerapan sangat kuat dan positif. Karena berada pada skala 0,80 - 1,00. Adapun nilai R square atau nilai koefisien determinasinya adalah 0,675. Hal ini mengartikan bahwa kemampuan penerapan oleh masyarakat Tangsi jaya dapat dijelaskan oleh pemberian pelatihan berupa workshop dan penyuluhan sebesar 67,5% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor lainnya. 6.4.4 Uji Regresi linier berganda
Tabel 4. 2. Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
1
Std. Error
t
Sig.
Correlations
Beta
Zero-order
Partial
Part
(Const ant)
.072
.465
.154 .879
x1
.298
.124
.333 2.403 .023
.712
.414
.250
x2
.653
.157
.577 4.171 .000
.796
.619
.434
a. Dependent Variable: y Hasil uji statistik pada tabel diatas diperoleh persamaan regresi dari pengaruh variabel Workshop dan penyuluhan (X1, X2) terhada kemampuan menerapkan diperoleh persamaan regresi linier yaitu Y=0.072 + 0.298X1 + 0,653X2. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel independen
workshop dan penyuluhan berpengaruh
secara positif terhadap kemampuan penerapan, dengan nilai konstanta 0,072 atau bila Petani, Pengurus Koperasi dan Pedagang di Tangsi Jaya tidak mendapatkan pelatihan berupa workshop dan penyuluhan maka kemampuan/keahliannya tidak bertambah. 6.4.5 Uji F Tabel 4.30. Uji statisti F (Anova)
Model
1
Sum of Squares
ANOVAa df
Mean Square
Regression
3.550
2
1.775
Residual
1.549
28
.055
Total
5.099
30
F 32.092
Sig. .000b
a. Dependent Variable: y b. Predictors: (Constant), x2, x1
Untuk mengetahui apakah variabel workshop (X1) dan penyuluhan (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penerapannya.Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 yang berarti workshop dan penyuluhan secara bersama
sama berpengaruh signifikan terhadap kemampuan penerapan oleh masyarakat Petani, pengurus koperasi dan pedagang di Tangsi Jaya. Gunung Halu. 6.4.6 Uji t Tabel 4.31. Uji t (parsial) Coefficientsa Unstandardized t Coefficients B Std. Error
Model
Sig.
Correlations Zero-order Partial Part
(Constant)
.072
.465
.154
.879
x1
.298
.124 2.403
.023
.712
.414 .250
x2 .653 a. Dependent Variable: y
.157 4.171
.000
.796
.619 .434
1
Uji t dilakukan untuk mengetahui secara parsial pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Dari tabel uji t diatas deketahui bahwa signifikansi variabel workshop (X1) adalah 0,023 yang berarti 0,023<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel workshop berpengaruh signifikan terhadap kemampuan penerapan oleh masyarakat Tangsi Jaya, sedangakan nilai signifikansi variabel penyuluhan (X2) adalah 0,000 yang berarti 0,000<0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel penyuluhan berpengaruh signifikan terhadap kemampuan penerapan oleh masyarakay tangsi Jaya.
7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dapat diambil beberapa kesimpulan tentang pengaruh pelatihan dalam bentuk workshop dan penyuluhan terhadap kemampuan masyarakat menerapkannya adalah: 1. Persepsi masyarakat terhadap dialkukannya workshop adalah baik yang berarti workshop yang diberikan dapat diterapkan oleh masyarakat yaitu 18% sangat sesuai, 51% sesuai dan 25% cukup sesuai, sedangkan 5% menyatakan kurang sesuai dan 0% sangat tidak sesuai, demikina pula dengan penyuluhan, persepsi masyarakat adalah baik.dengan hasil 16% sangat sesuai, 61% sesuai, 20% cukup sesuai dan 2%
menyatakan kurang sesuai dan 1% sangat tidak sesuai. 2. Uji koefisien determinasi berganda menggambarkan bahwa pengaruh workshop, penyuluhan terhadap kemampuan penerapan adalah kuat dan positif yaitu 83,4% sedangkan perubahan kemampuan penerapan oleh masyarakat mampu dijelaskan oleh kedua variabel sebesar67,5%. 3. Hasil uji regresi linier berganda diperoleh persamaan linier Y=0.072+0.298X1+0,653X2 yang berarti kedua variabel workshop dan penyuluhan berpengaruh positif dan kuat terhadap kemampuan penerapan oleh masyarakat Tangsi Jaya 4. Hasil Uji F adalah 0,00 < 0,05 yang berarti secara simultan pengaruh variabel workshop (X1) dan variabel penyuluhan (X2) memiliki berpengaruh yang signifikan terhadap kemampuan penerapan oleh masyarakat.
7.2
SARAN
1. Agar kemampuan penerapan oleh masyarakat semakin baik, maka perlu dilakukan workshop dan penyuluhan secara berkala dan berkelanjutan. 2. Kelemahan utama dalam usaha menerapkan adalah kurangnya modal masyarakat untuk mengadakan peralatan/perlengkapan sesuai dengan yang diperoleh dalam workshop dan penyuluhan karena itu bagi institusi yang terkait perlu memikirkan penanggulangan kesulitan modal agar workshop dan penyuluhan tidak sia-sia. 8
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R S; Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003 Agusta, I Aneka Metode Partisipasi untuk Pembangunan Desa; Blogspot http:/iagusta.blogspot.com/ Sosiolog PedesaanInstitut Pertanian Bogor.; 2007 . Diakses Mei 2014 Anomim, Participatory Rural Appraisal (PRA) 2002, Website Perkumpulan Masyarakat Penanggulangan Bencana. Http//pmpbencana.org. Diakses Mei 2014 Aristo. DA Rejuvinasi Peran Perencana dalam Menghadapi Era Perencanaan Partisifatif’ Sebuah tahapan awal dalam Pembangunan Kultur Masyarakat Partisifatif’. Seminar Tahunan ASPI (asosiasi Sekolah Perencana Indonesia) Universitas Brawijaya,Malang 2004. Teknik Planologi ITB http://anasaff.blogspot.com/2012/08/workshop-danjenisnya.html#sthash.O2fMeAWj.dpuf di akses 04 September 2014 Khairuddin Pembangunan 1992