PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari
ISSN 1907 - 3666
Volume Desember 2014 Volume9,1,Nomor Nomor18, 3, Nopember 2007 Penasehat Dewan Redaksi Dr. Zulkifli Rangkuti, SE., M.Si. Dr. Jus Usman Sumanegara
:
Ketua Dewan Redaksi Wakil Ketua Dewan Redaksi
: :
Dr. Rokhmad Slamet, MM. Dr. Boyke Setiawan Soeratin, MM.Agr. Dr. Boyke Setiawan Soeratin, MM.Agr. Dr. Dwi Suryanto
Staf Ahli : Dr. Zulkifli Amsyah, MLS. Dr. M. Riduan, SE, MM. Dr. H. Sumiyar, M.Pd. Dr. Hj. Farida Hanum Lubis, M.Pd. Dr. Enny Ariyanto
Dr. Sugito Effendi, M.Si. Dr. Ir. Achmad Nasir, M.Si. Dr. Harniati Dr. Yana Suryaman Suherman Sapri, MM.
Editor Dr. Dwi Suryanto Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd. Dr. Enjang Sudarman, M.Si.
: Dr. Boyke Setiawan Soeratin, MM.Agr. Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Ir. Djodi Achmad hussain, MM.
Penyunting Pelaksana H. Zaharuddin, SE, MM. Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM.
: Akka Latifa Yusdinar, SE, MM. Ir. Aswin Naldi Sahim, MM. Ir. Hj. Nyayu Siti Rahmaliya, MM.
Mitra Bestari : Dr. Eny Ariyanto (UMB) Dr. Sugito Efendi, M.Si (UNAS) Dr. Etty Riani, MS. (IPB) Dr. Albert Napitupulu, M.Si (UKI) Olivia Yolanda, SE, MM. (STIE MBI) Sekretariat Editing
:
Budi Purnomo Sugito Hartadi Hengki Supriyanto
Sekretariat Administrasi
:
Dewi Listiorini Kunto Atmojo Gopi Susanto
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
93
94
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume Desember 2014 Volume9,1,Nomor Nomor18, 3, Nopember 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 9, Nomor 18, bulan Desember 2014 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ke enam ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain: 1. 2.
Analisis Mutu Pendidikan Indonesia Dilihat dari Input, Proses dan Output Pengaruh Komunitas Virtual Perceived Benefit, A Sense of Belonging dan Emotional Trust Terhadap Keputusan Pembelian (Intention to Adopt as Decision Aid) secara online pada forum kaskus khususnya di jakarta. 3. Strategi implementasi corporate social responsibility (CSR) PT. XYZ di kawasan industri bogor dalam rangka menjaga citra perusahaan 4. Faktor Penentu Harga Saham Bank BUMN 5. Implementasi Sistem Manajemen Terintegrasi Pada Industri Manufaktur 6. Kebijakan Office Channeling dan Spin of Stimulan Perbankan Syariah 7. Memimpin Perubahan Organisasi 8. Indikator untuk Memprediksi Kegagalan Penanganan Pembiayaan Bermasalah (non performing financing) dengan Pendekatan Model Logit 9. Determinan Permintaan Deposito Mudharabah Di Indonesi (Studi Kasus Pada Bank Mandiri Syariah) 10. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI dan Cadangan Devisa Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Tahun 2002 – 2013 11. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Terhadap Kinerja Karyawan Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang.
Terima kasih
Redaksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
95
96
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume Desember 2014 Volume9,1,Nomor Nomor18, 3, Nopember 2007 DAFTAR ISI ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat ------------------------------------------------------------------------PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Fita Andriani dan Kusnadi -------------------------------------------------------------STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin -----FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti ----------------------------------------------------------------------------IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno -----------------------------------------------------------------------------KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal -------------------------------------------------------------------------MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi --------------------------------------------------------------------------------------INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT” Oleh : Hadi Purnomo -----------------------------------------------------------------------------DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana -----------------------------------------------ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati -----------------------------------PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari ----------------------------------------------------------------------------------
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
1
7
13 21
29
37 45
57
67
77 85
97
98
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat ABSTRACT The improvement of human resources can not be separated from the educational process developed. Quality of education is an expectation of the government, parents, and community. The quality of education in Indonesia can be seen from the inputs, processes and outputs in accordance with the demands of national education standards: the content standards, processes, competency of graduate, assessment, educators, infrastructure, management, and financing. The quality of education in Indonesia in general are still many issues to be taken seriously by the relevant parties so what is expected to be met effectively. Keyword: Quality, Input, Process, Output PENDAHULUAN Tantangan sekaligus peluang kehidupan abad 21 memerlukan paradigma baru pendidikan. Tilaar (2000:19-23) mengemukakan pokok-pokok paradigma baru pendidikan : (1) pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis; (2) masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis; (3) pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global; (4) pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis; (5) di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi dalam rangka kerjasama; (6) pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan (7) pendidikan harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, pendidikan mempunyai peranan sangat penting, terutama pada tataran penyiapan generasi masa depan yang mampu menjadi penerus sekaligus
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pewaris pembangunan yang berkesinambungan. Pendidikan merupakan sarana mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup mandiri, mampu meningkatkan kualitas hidupnya serta dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungannya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, bahwa tujuan dan fungsi pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan siap mengantisipasi tantang zaman. Sumber daya manusia (SDM) dibangun atas beberapa pilar, yang terpenting adalah pendidikan. Semakin terdidik suatu masyarakat semakin tinggi potensi untuk memiliki SDM yang berkualitas, dan semakin tinggi kualitas SDM, semakin besar kesempatan untuk memperoleh kesejahteraan. Kuatnya kaitan antara pendidikan dengan SDM dalam mengukur keberhasilan pembangunan SDM suatu negara diperlihatkan oleh United Nation Development Program (UNDP). Badan dunia ini telah menetapkan pendidikan masyarakat di suatu negara sebagai salah satu indikator penting untuk menentukan peringkat SDM suatu negara di antara negara-negara di dunia.
1
ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat
Pendidikan nasional sebagai proses berkelanjutan yang berlangsung dalam lingkungan kehidupan keluarga (informal) dan institusi (formal) membutuhkan perencanaan dan pengelolaan strategis agar cita-cita yang diharapkan dapat dicapai dengan optimal. Diyakini bahwa sistem pengelolaan sekolah pada suatu Negara berbeda dengan Negara lainnya karena perbedaan falsafah suatu bangsa serta kondisi obyektif masyarakat dan kulturnya. Pendidikan berkualitas bagi setiap orang merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan dan perubahan zaman. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita melalui penciptaan kualias SDM sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum UUD 1945. Tuntutan peningkatan mutu suatu produk atau layanan jasa pendidikan oleh pelanggan terus menerus berkembang dan meningkat dari zaman ke zaman bahkan dari waktu ke waktu. Masyarakat semakin cerdas dalam memilih lembaga pendidikan, mereka dapat membedakan lembaga pendidikan/sekolah yang berkualitas dan kurang berkualitas. Oleh karena itu, penyelenggara/pengelola sekolah/madrasah atau lembaga pendidikan tidak bisa menyelenggarakan pendidikan asal jadi dan statis tanpa perbaikan berkesinambungan memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan pada sekolah dituntut untuk memenuhi bahkan melebihi kebutuhan atau keinginan pelanggannya, melibatkan secara total semua komponen sekolah, mengadakan pengukuran dan evaluasi diri terhadap kemajuan lembaga pendidikan yang dikelalolanya, peningkatan atau perbaikan mutu pendidikan yang diselenggarakannya secara menyeluruh terhadap semua komponen/susbsubsistem lembaga pendidikan dan mengadakan berbaikan mutu pendidikan secara berkesinambungan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman dan memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Fakta di lapangan, kondisi mutu pendidikan di Indonesia baik dilihat dari input, proses maupun output yang dihasilkan masih banyak mengalami masalah yang menuntut semua pihak melakukan pembenahan,
2
perlunya kesadaran berbagai elemen tentang mutu dan upaya untuk meningkatkan mutu tersebut, dan kebijakan yang mengarah pada peningkatan mutu. KAJIAN LITERATUR Konsep tentang mutu baik di dunia pendidikan maupun lainnya banyak diperbincangkan di abad modern ini karena mutu suatu produk memiliki garis lurus dengan kepuasan pengguna produk tersebut, dan kepuasan pelanggan erat kaitannya dengan eksistensi lembaga sebagai produsennya. Pengertian mutu atau quality dapat ditinjau dari dua perspektif konsep. Konsep pertama tentang mutu bersifat absolut atau mutlak dan konsep kedua adalah konsep yang bersifat relatif (Sallis, 2008: 52-53). Dalam konsep absolut mutu menunjukkan kepada sifat yang menggambarkan derajat baiknya suatu barang atau jasa yang diproduksi atau dipasok oleh suatu lembaga tertentu. Pada konsep mutu absolut, derajat baik tidaknya produk, barang atau jasa, mencerminkan tingginya harga barang atau jasa itu, dan tingginya standar atau tingginya penilaian lembaga yang memproduksi atau pemasok terhadap barang itu. Sedangkan lawannya absolut adalah mutu dalam konsep relatif, yaitu bahwa derajat mutu bergantung pada penilaian pelanggan atau yang memanfaatkan barang atau jasa itu dan kesesuainnya dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebagai tujuan produksi. Mutu yang bersifat absolut membawa implikasi bahwa dalam memproduksi barang atau jasa digunakan kriteria tentang kualitas produk itu sendiri, maka dalam konsep relatif, mutu sangat erat dengan respon pelanggan. Oleh karena itu, agar dihasilkan produk yang bermutu, di lembaga yang bersangkutan ada yang menjalankan fungsi pengendalian mutu (quality control), yakni suatu divisi, bidang atau staf yang bertugas melakukan penilaian (judgment) berdasarkan kriteria tertentu terhadap barang yang diproduksi sebelum dilempar ke pasar, apakah termasuk katagori tidak bermutu, atau bermutu tinggi (Tjiptono dan Diana, 1995). Di lembaga pendidikan, orang yang memiliki otoritas melakukan pengawasan atau kontrol terhadap mutu produk pendidikan adalah kepala sekolah yang lingkup tugasnya adalah melakukan pembinaan dan pengawasan pada lembaga yang dipimpinnya. Selain kepala sekolah, pembinaan dan pengawasan proses pendidikan di sekolah juga dilakukan seorang pengawas yang tugas dan kewenangannya
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat
melakukan pembinaan dan pengawasan pada suatu wilayah yang terdiri dari beberapa sekolah. Apabila mutu merupakan sesuatu yang sangat penting, maka tujuan utama dari sistem manajemen mutu adalah untuk mencegah atau memperkecil terjadinya kesalahan dalam proses produksi dengan cara mengusahakan agar setiap tahapan yang dilaksanakan diawasi dari proses awal hingga akhir dan segera dilakukan perbaikan jika ditemukan kesalahan sehingga tidak terjadi kerugian yang lebih besar. Penerapan manajemen mutu di lembaga manapun memiliki nilai keunggulan, yaitu adanya standar kerja dan produk yang ditetapkan terlebih dahulu serta adanya upaya untuk mengawasi produksi secara ketat. Lembaga Pendidikan sebagai industri jasa, praktek penyelenggaraannya dapat dianalogikan dengan proses produksi industri, khususnya industri jasa. Lembaga pendidikan (Sekolah) dapat dipandang sebagai lembaga yang memproduksi atau menjual jasa (service) kepada para pelanggannya. Pelanggan pendidikan meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Pelanggan internal adalah pengajar atau guru, tenaga kependidikan serta tenaga administratif yang terlibat dalam proses pendidikan, sedangkan pelanggan eksternal diantaranya adalah siswa, orang tua dan masyarakat luas yeng membutuhkan pendidikan. Dengan berpegang pada konsep mutu di atas, maka mutu lembaga pendidikan ditentukan oleh seberapa tinggi kualitas proses dan ouput pendidikan yang dihasilkan serta sejauh mana pelangganpelanggan baik internal maupun eksternal itu merasa puas terhadap layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan itu. Hal ini berarti bahwa sekolah bermutu adalah sekolah yang pelaksanaan pendidikannya atau pelayanan yang diberikannya sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para pelanggannya. Oleh karena itu, perlu ada kriteria penilaian pada masingmasing aspek penentu mutu, seperti hasil belajar yang dicapai, proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan pengelolaan. Dimensi hasil belajar dapat dipandang sebagai dimensi keluaran atau output, sedangkan dimensi pengelolaan dan pembelajaran dapat dipandang sebagai dimensi proses. Dalam proses pengelolaan pendidikan terdapat beberapa unsur penting, yaitu unsur sumber daya manusia, unsur material dan unsur biaya. Unsur sumber daya manusia adalah seperti guru, staf, siswa,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
unsur material adalah gedung, sarana fisik, sumber belajar, dan unsur biaya adalah pembiayaan proses pendidikan. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain menjadi satu sistem yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan. Keterkaitan unsur di atas dapat digambarkan dalam skema berikut: Gambar 1.1. Proses Pendidikan
INPUTS
OUTPUTS
Sumber : Wayne K Hoy & Cecil G. Miskel (2008 : 18) Pada gambar di atas, yang termasuk aspek input adalah siswa, guru, kepala sekolah, fasilitas, media, sarana prasarana, dan biaya. Proses pendidikan merupakan proses transformasi pengetahuan meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi dan pengelolaan. Sedangkan aspek output adalah produk yang dihasilkan berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki siswa. Berbagai aspek di atas yang terkait dengan penentuan kualitas atau mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran dan fungsi integratif berbagai faktor, yang dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 dinyatakan sebagai standar yang harus dipenuhi, yakni standar isi meliputi aspek kurikulum yang harus diajarkan sesuai dengan perencanaan dan target yang ditetapkan, standar proses meliputi bagaimana guru harus melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, standar kompetensi lulusan meliputi ketentuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa sebagai pembelajar, standar tenaga pendidik dan kependidikan meliputi kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga profesional, standar penilaian meliputi teknik dan jenis evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, standar pengelolaan meliputi bagaimana seharusnya mengelola pendidikan yang sesuai dengan ketentuan sistem pendidikan nasional, standar pembiayaan meliputi pola dan pengaturan pembiayaan pendidikan, dan standar sarana prasarana meliputi ketentuan sarana prasarana yang
3
ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat
harus dimiliki guna mendukung proses pembelajaran yang berkualitas. Artinya, sebuah lembaga atau proses pendidikan dapat dikatakan memiliki mutu jika memenuhi tuntutan standar yang telah ditetapkan baik yang terkait dengan manusia maupun sumber daya lainnya. Berdasarkan uraian di atas, mutu pendidikan bisa dilihat dari input, proses dan output yang dihasilkan dari sudut pandang mutu relatif, yakni apakah proses pendidikan tersebut sesuai dengan spesifikasi dan tuntutan standar yang telah ditetapkan. PEMBAHASAN Untuk menganalisis mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu input, proses, dan output, yaitu sebagai berikut: 1. Aspek Input a. Guru, mutu guru belum merata dan masih heterogen. Ini terbukti dengan masih banyaknya guru yang kualifikasi pendidikannya belum S1 terutama di daerah terpencil. Seperti dikatakan Mohmmad Ali (2009: 255) bahwa data tahun 2005/2006 jumlah guru TK yang S1 baru 10,41 %, guru SD hanya 15,18 %, guru SMP 59,55 %, guru SMA sekitar 81,28 %. Sistem penempatan guru yang tidak merata dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. b. Kurikulum, sering bergantinya kurikulum menjadi salah satu permasalahan sendiri. Sering terjadi pemahaman guru terhadap kurikulum yang belum merata pada semua daerah dan semua jenjang karena berbagai keterbatasan Pemerintah melakukan sosialisasi dan distribusi kemudian sudah berganti dengan kurikulum berikutnya yang pada akhirnya membuat sekolah membanting stirnya sesuai tuntutan kurikulum baru. Fenomena ini terjadi pada kurikulum 2006 dan saat ini sedang disosialisasikan kuriulum baru tahun 2013, meskipun kurikulum ini penyempurnaan kurikulum sebelumnya akan tetapi memiliki ciri dan stressing tersendiri yang berdampak pada perubahan kebijakan lokal
4
c.
d.
e.
2.
di sekolah, dan ujung-ujungnya adalah kesiapan guru melakukan perubahan pada proses implementasinya di kelas. Masih terbatasnya sarana prasarana pendidikan apalagi di sekolah-sekolah yang ada di daerah terpencil. Karena keterbatasan sarana, maka proses belajar mengajar dilaksanakan seadanya asal ada pembelajaran meskipun tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Biaya untuk pendidikan masih belum memadai. Amanat UUD 1945 tentang anggaran pendidikan sebesar 20% masih belum mampu menjangkau proses pendidikan berkualitas, hal ini terbukti dengan masih banyaknya gedung sekolah yang tidak layak, sumber belajar tidak memadai dan masih tingginya anak putus sekolah yang ditengarai akibat persoalan pembiayaan pendidikan, hal ini berdasarkan data survey SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2003 bahwa 75,7 % alasan utama putus sekolah adalah karena factor ekonomi. Akses pendidikan masih belum merata bagi seluruh masyarakat Indonesia dan mash terjadinya ketimpangan antara penduduk perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004 bahwa 11 % penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan tidak pernah sekolah, sedangkan penduduk perkotaan 4,5 % yang tidak sekolah.
Aspek Proses a. Sistem pemerintahan Indonesia dengan pola desentralisasi membawa dampak terhadap tarik menarik kepentingan berbagai pihak. Tidak jarang keberadaan guru dipolitisir, dipengaruhi dan diarahkan pada persoalan PILKADA dan tarik menarik politik praktis dengan tujuan pemenangan calon kepala daerah dengan janji kesejahteraan, bahkan janji pengangkatan menjadi PNS. Pada tataran lebih tinggi, posisi atau jabatan-jabatan strategis di kabupaten / kota juga tidak lepas dari warna pemenangan sang calon.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat
b.
c.
d.
e.
Jika demikian bisa diduga apa yang terjadi pada proses pendidikan yang seyognya murni, netral dan bebas dari kepentingan kelompok. Sistem ujian nasional yang hanya berorientasi pada hasil. Kelulusan hanya ditentukan oleh beberapa mata pelajaran yang diujiannasionalkan. Oleh karena itu guru hanya memfokuskan pada beberapa mata pelajaran tersebut. Akibatnya terjadi pengdikhotomian mata palajaran yang diUN-kan dan mata pelajaran yang tidak diUN-kan. Ini jelas akan berdampak kurang baik terhadap siswa. Seolah-olah mata pelajaran tersebut lebih penting dari yang lainnya. Sementara mata pelajaran yang lainnya tidak penting. Kondisi tersebut jelas-jelas sudah menyimpang dari filosofi pendidikan yang pada hakikatnya merupakan proses. Ujian nasional bisa saja diadakan, tetapi tidak dijadikan dasar penentu kelulusan dan alat standarisasi kualitas. Yang selama ini terjadi, pemerintah menganggap bahwa apabila hasil UN bagus, berarti mutu pendidikan kita bagus. Padahal belum tentu demikian, apalagi terjadi praktek ketidakjujuran pada waktu pelaksanaan UN tersebut. Pembiasaaan atau penyimpangan arah pendidikan dari tujuan pokoknya, pendidikan tidak lebih sekedar transfer pengetahuan padahal lebih dari itu adalah memanusiakan manusia dengan menyentuh aspek ruhaninya bukan sekedar kognitifnya. Pergeseran fokus pengukuran hasil pembelajaran yang lebih diarahkan pada aspek-aspek intelektual atau derajat kecerdasan nalar. Alat ukur atau alat evaluasi yang digunakanpun hanya sebatas tes tertulis padahal ada alat lainnya selain tes tertulis. Guru masih terbiasa dengan pola pembelajaran konvensional, ia berperan sebagai sumber pengetahuan, siswa sebagai obyek yang harus menerima. Kondisi ini sudah tidak lagis sejalan dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
f.
3.
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana semua elemen pendidikan bias menjadi sumber belajar yang tidak terbatas. Lemahnya kegiatan supervisi akademis oleh kepala sekolah dan pengawas sehingga kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan tidak terlihat. Persoalan ini terlihat dari jumlah pengawas sekolah di Indonesia pada tahun 2004 hanya 21.627 (Mohammad Ali, 2009: 254) yang tidak sebanding dengan jumlah sekolah di seluruh pelosok tanah air. Jika jumlah kabupaten / kota di Indonesia sebanyak 450 dari 33 provinsi, maka hanya ada 48 orang pengawas per kabupaten / kota yang harus melakukan pengawasanya terhadap ratusan sekolah.
Aspek Output a. Banyak lulusan yang tidak terserap oleh masyarakat atau dunia kerja karena rendahnya kompetensi mereka. Mutu dan hasil pendidikan tidak memenuhui harapan dan kebutuhan masyarakat serta tuntutan dunia kerja bahkan kualitas daya saingnya rendah sehingga tidak mampu bersaing dengan lulusan Negara lain di era pasar bebas ini. b. Kepekaan lulusan terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat masih kurang. Seyognya pendidikan bermanfaat untuk masyarakat sekitar, untuk kemaslahatan orang banyak. c. Orientasi masyarakat berbeser terhadap lulusan pendidikan dan ukuran keberhasilan pendidikan, yakni dari filosofis menjadi praktis. Lulusan yang berhasil diukur dengan derajat gaji yang diterima dan kekayaan yang dimiliki sehingga tuntutan terhadap pendidikanpun berubah praktis pragmatis. Berdasarkan hasil analisis mutu pendidikan nasional dilihat dari aspek input, proses, dan output ternyata masih banyak masalah dan kendala agar sesuai dengan standar yang ditetapkan, perlu upaya dan usaha semua pihak
5
ANALISIS MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DILIHAT DARI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT Oleh : H. Syarif Hidayat
mewujudkan pendidikan yang berkualitas baik pemerintah, pelaku pendidikan, dan masyarakat secara umum. KESIMPULAN Mutu pendidikan dapat dilihat dari masukan, proses, dan keluaran yang dihasilkan lembaga pendidikan sesuai dengan tuntutan standar nasional pendidikan pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005. Berdasarkan standar yang ditetapkan, mutu pendidikan di Indonesia masih banyak mengalami masalah karena belum sepenuhnya sesuai dengan standar tersebut. Oleha karena itu, untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dibutuhkan kebijakan pemerintah yang tepat dan cepat, kesadaran dan kegigihan pelaku pendidikan, serta dukungan masyarakat serta kerjasama yang produktif semua pihak yang terkait.
6
DAFTAR BACAAN Mohammad Ali. 2009. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional, Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: IMTIMA. Hoy, Wayne K & Cecil G. Miskel. 2008. Educational Administration, Theory, Reseach and Practice. New York; McGraw-hill. Tjiptono, Fandy & Anatasia Diana. 1995. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset. Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Edward Sallis. 2008. Total Quality Management in Education. Terjemahan Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi. Yogyakarta: Ircisod. Kumpulan UU dan PP RI Tentang Pendidikan. 2007. Jakarta : Depag.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Fita Andriani dan Kusnadi ABSTRACT Growth and progress of IT (Information Technology) and Telecommunications in the world affects the development of social and cultural side of society. Judging from the rapid Internet users in Indonesia are used by current technology according to the needs of each customer, shift the view of the majority community to shop via the internet. Currently rapidly growing online purchasing sites or social networking that is often used by many people to the place of business. Of the various kinds of those sites that many also have a community in which the community of buyers and sellers, this is what we usually hear the Virtual Community. Virtual communities are taken Sell Forum Buy Kaskus (www.kaskus.us). Methods using the three independent variables are Perceived Benefit, A Sense of Belonging, Emotional Trust, and the dependent variable is the Intention to Adopt as Decision Aid. The hypothesis was tested using regression analysis. The conclusions of this research is a virtual community influence purchasing decisions for the buyers. PENDAHULAN Pertumbuhan dan kemajuan IT (Informasi Teknologi) dan Telekomunikasi di dunia mempengaruhi perkembangan masyarakat disisi sosial maupun budayanya. Salah satu dari perkembangan Informasi Teknologi yang berkembang begitu cepat dalam kehidupan saat ini, adalah kemajuan di dunia Internet. Melihat dari pesatnya pengguna internet di Indonesia yang dimanfaatkan oleh arus teknologi sesuai dengan kebutuhan masing–masing konsumen, menggeser pandangan sebagian masyarakat mengenai berbelanja via internet. Online Shopping istilah berbelanja secara virtual ini berkembang pesat dan membuat suatu kompetensi internet sebagai media bertransaksi yang mudah dan cepat. Beriklan didalam website dapat diprediksikan menjadi “the new wave entry to market”, yang artinya website bisa dijadikan sebagai sebuah gaya baru dalam dunia pemasaran. Tujuannya yaitu menjaring jumlah pasar atau para konsumen–konsumen baru dan mempermudah interaksi anatara produsen dan konsumen. (Elfina dan Fajrianthi,2010:188). Pembelian online merupakan pembelian yang dilakukan melalui media internet. Saat ini berkembang pesat situs pembelian online ataupun jejaring sosial
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang seringkali dimanfaatkan banyak orang untuk tempat bisnis. Dari berbagai macam situs–situs tersebut itulah banyak juga yang memiliki komunitas di dalamnya antara komunitas pembeli maupun penjual, ini yang biasanya kita dengar dengan Komunitas Virtual. Komunitas virtual dapat membawa pengaruh bagi para konsumennya diantaranya adalah pengaruh yang secara langsung dirasakan konsumen maupun pengaruh yang secara tidak langsung. Perceived benefits, Sense of belonging dan Emotional trust dalam komunitas virtual dapat dikatakan mempunyai pengaruh tehadap proses pengambilan keputusan pembelian tiap individu. Salah satu situs komunitas atau forum jual beli yang saat ini hadir, salah satunya adalah forum jual beli kaskus. Forum jual beli kaskus hadir sebagai situs komunitas yang terbesar di Indonesia, yang memiliki jumlah member yang terus meningkat tiap tahunnya. Situs ini tidak hanya menyediakan forum jual beli saja, melainkan forum kaskus ini tersedia info-info yang selalu up to date. Forum jual beli kaskus ini menyediakan barangbarang dengan jenis frekuensi penggunaan barang yang bersifat fast moving items dan slow moving
7
PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Kusnadi dan Fita Andriani
items. Barang yang bersifat fast moving items merupakan jenis barang yang pemakaiannya dan pergerakannya cepat, memiliki harga yang relatif murah dan biasanya kebutuhan sehari-hari, sehingga dalam pemesanan dapat kembali dan sering dilakukan. Sedangkan untuk barang yang bersifat slow moving items merupakan jenis barang yang pemakaiannya dan pergerakannya lambat, memiliki harga yang mahal dan sehingga dalam pemenuhannya memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan yang tidak sering. Dalam forum jual beli kaskus ini, pergerakan pembelian yang sering terjadi adalah pada barang bersifat fast moving items. (Wikepedia,2013). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh komunitas virtual dalam keputusan pembelian secara online, yang menggunakan tiga variable Perceived benefit, A sense of belonging, dan Emotional trust yang terhubung atau mempunyai dampak dengan keputusan pembelian (Intention to Adopt as Decision Aid). Adapun masalah penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh komunitas virtual dalam keputusan pembelian online yang menggunakan tiga variable Perceived benefit, A sense of belonging, dan Emotional trust. Masalah yang diangkat dalam skripsi ini luas jika diteliti secara meyeluruh. Maka dari itu agar masalah dapat terfokus pada penelitian, penulis hanya meniliti tiga variabel yang dihubungkan dengan keputusan pembelian (Intention to Adopt as Decision Aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. Dari permasalahan tersebut diatas, penulis berharap dapat mencapai tujuan–tujuan yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Komunitas Virtual (Perceived benefit, A sense of belonging, dan Emotional trust) terhadap Keputusan Pembelian (Intention to Adopt as Decision Aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. Peneliti menyusun suatu kerangka berpikir teoritis yang menyatakan pengaruh antara variabel dalam penelitian ini sebagai berikut Gambar 1: Kerangka Pemikiran
Berdasarkan Meyliana (2012) terdapat beberapa variabel-variabel yang telah teruji validitas, realibilitas, dan regresi-nya, sehingga variabel tersebut digunakan kembali oleh penulis pada penelitian ini dengan mengkhususkan wilayah yang di teliti yaitu Jakarta. Variabel yang digunakan pada penelitian ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya suatu pengaruh (regresi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Tabel 1. Penjelasan tiap Variabel
Sumber : Data Diolah, 2014
LANDASAN PUSTAKA Pemasaran merupakan sebuah ilmu di dalam dunia management. Banyak para ahli yang mengartikan pemasaran dalam berbagai sudut pandang. Menurut Kotler dan Keller (2012:27), Pemasaran merupakan bagian dari mengidentifikasi serta pemunuhan kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi
8
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Kusnadi dan Fita Andriani
secara singkat pemasaran merupakan pertemuan kebutuhan profitabilitas. Internet marketing atau yang biasa dikenal dengan online marketing atau e-marketing ini merupakan proses marketing dari sebuah barang dan jasa melalui melalui internet. Internet memungkinkan proses marketing menjadi lebih efektif, responnya lebih efektif dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Zaki, 2008:2). Jadi dapat disimpulkan bahwa e-Marketing ini merupakan suatu kegiatan yang mengaplikasikan internet sebagai kegiatan berkomunikasi, berinformasi, menjual produk dan jasanya. Pada saat ini internet marketing banyak digunakan sebagai sarana untuk mencari keuntungan (penghasilan) para produsen, yaitu dengan menjual dan mempromosikan barang dan jasanya melalui internet marketing. Komunitas virtual merupakan perkumpulan atau kelompok dari pengguna internet di dalam situs atau jejaring yang sama, ini biasanya terbentuk dikarenakan situs atau jejaring tersebut memiliki jumlah member yang dikategorikan banyak sehingga mereka membentuk suatu perkumpulan yang dinamakan dengan komunitas di dunia maya (online). Didalam perusahaan, adanya komunitas sangatlah membawa pengaruh penting bagi perusahaan itu sendiri. Perilaku konsumen didefinisikan dalam The American Marketing Association dalam Peter & Olson (2008:5) mengatakan: “Consumer behavior as the dynamic interaction of affect and cognition, behavior, and the environment by which human beings conduct the exchange aspects of their lives”. Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan kesatuan dari proses pemikiran dan perasaan seseorang yang dapat berupa masukan pengalaman orang lain, media interaktif yang disajikan, iklan, informasi harga, kemasan, lingkungan serta faktor-faktor lain yang menjadi penilaian seseorang tersebut. Saat konsumen mempunyai keputusan dalam membeli suatu barang dan jasa tersebut, konsumen memiliki tiga proses keputusan pembelian (Intention to Adopt as Decision Aid), (Ma’ruf, 2006:61) diantaranya Proses keputusan panjang (extended decision making), proses keputusan terbatas (limited decision making) dan proses pembelian rutin. Seorang konsumen apabila telah membuat suatu keputusan untuk pembelian, konsumen akan merasakan keuntungan dari pengambilan keputusannya yang dapat dilihat dan dinilai dari beberapa segi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Lopes dan Galleta (2006:205) dalam Meyliana (2012), mengatakan seberapa besar keuntungan yang akan didapat dari konsumen dapat menyiptakan peningkatan motivasi dan transaksi, yang keuntungan ini dapat dilihat dan dinilai dalam segi biaya, usaha, waktu, tampilan, manfaat, bonus, dan berbagai hal yang menguntungkan, ini disebut dengan perceived benefit. Kelompok-kelompok tertentu juga dapat memberikan pengaruh bagi konsumen dalam menentukan pembelian, seperti yang dikatakan oleh Lin (2007) dalam Meyliana (2012), a sense of belonging merupakan perasaan seseorang yang menempatkan dirinya berada dalam sebuah organisasi, lingkungan yang berinteraksi secara langsung dengan orang tersebut. Emotional trust dapat didefinisikan oleh tiga jenis keyakinan (Casalo, Flavian & Guinaliu, 2007:779) yaitu kompetensi, kejujuran dan kebajikan. Kompetensi terkait dengan presepsi konsumen terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, sedangkan kejujuran merupakan keyakinan dari pemenuhan janji-janji yang diberikan dan kebajikan mengacu pada kemauan pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan. Uji validitas digunakan untuk mengukur suatu ketepatan item dalam kuesioner atau skala. Menurut Priyatno (2010:90) validitas merupakan ketepatan atau kecermatan dari suatu instrument dalam mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis Korelasi Pearson Product Moment (Bivariate Pearson). Koefisien korelasi dari item – total dengan Bivariate Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: r ix : Koefisien korelasi item-total (bivariate pearson) i : Skor item x : Skor total n : Banyaknya subjek Sedangkan untuk uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. (Priyatno:2010:98), metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Rumus ini dapat digambarkan sebagai berikut:
9
PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Kusnadi dan Fita Andriani
Pengujian asumsi model regresi dilakukan dengan uji normalitas, uji autokorelasi, uji homoskedastisitas, uji multikolinearitas dan metode yang digunakan delam analisis data yaitu analisis koefisien korelasi sederhana, analisis koefisien determinasi, analisis regresi linier sederhana, , analisis regresi linier berganda, uji signifikansi koefisien korelasi parsial (ujit) dan uji koefisien regresi secara bersama-sama (ujif). Metode pengukuran data menggunakan skala 15, pemilihan penggunaan 5 poin skala adalah untuk menghindari adanya jawaban netral. Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban dengan susunan sebagai berikut: a. Jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 5 b. Jawaban setuju (S) diberi skor 4 c. Jawaban cukup (C) diberi skor 3 d. Jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2 e. Jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1 Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dengan melakukan pengukuran terhadap variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Alat ukur yang dipakai adalah dengan menggunakan skala Likert dan dihitung dengan menggunakan IBM Statistical Social Package for Social Sciences (SPSS) 22 for windows evaluation. HASIL PEMBAHASAN Hipotesa disusun berdasarkan analisis regresi yaitu: H01 : Tidak terdapat pengaruh komunitas virtual perceived benefit terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. Ha 1 : Terdapat pengaruh komunitas virtual perceived benefit terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision Aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta.
10
H02 : Tidak terdapat pengaruh komunitas virtual a sense of belonging terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. Ha 2 : Terdapat pengaruh Komunitas virtual sense of belonging terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. H03 : Tidak terdapat pengaruh komunitas virtual emotional trust terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. Ha 3 : Terdapat pengaruh komunitas virtual emotional trust terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan jumlah sampel yang representative dengan mengacu pada buku Hidayat & Istiadah (2011:186) mengenai pendapat Malhotra (1993) yaitu ukuran sampel minimal adalah 4 atau 5 kali dari jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah indikator yang diamati berjumlah 19, maka sampel minimum yang diperlukan berjumlah: Sampel = 5 x variabel = 5 x 19 = 95 sampel Peneliti membulatkan jumlah sampel dari 95 sampel menjadi 102 sampel. Kuesioner yang disebarkan kepada responden berisikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan variabel perceived benefit, a sense of belonging, emotional trust dan keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid. Tabel 2.Pernyataan Kuesioner
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Kusnadi dan Fita Andriani
Tabel 5. Hasil Pengujian Regresi
Sumber : Data Diolah, 2014
Secara uji validitas dan realibilitas dilakukan dengan menggunakan nilai korelasi (r hitung) dan Cronbach’s Alpha, dengan nilai r table. Kritea pengujian pada uji ini dikatakan valid apabila nilai r hitung e” r tabel, sedangkan dinyatakan tidak valid apabila nilai r hitung < r tabel. Untuk kriteria uji realibilats apabila apabila nilai yang kurang dari 0,6 dianggap memiliki reliabilitas yang kurang baik, sedangkan untuk nilai 0,7 dapat diterima (cukup), sedangkan untuk nilai diatas 0,8 adalah baik (Sekaran, 2008). Tabel 3. Hasil Uji Validitas
Sumber : Data Diolah, 2014
Tabel 4. Hasil Uji Reabilitas
Sumber : Data Diolah, 2014
Dari hasil pengujian regresi didapat bahwa R lebih besar dari (r table: 0,192) dan menunjukan nilai Sig 0.000 (leih kecil dari 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dan besar dampak atau pengaruh variabel X1,X2 dan X3 terhadap variabel Y dapat dilihat pada kolom besar pengaruh (dalam %) pada table 5.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KESIMPULAN 1. Terdapat pengaruh komunitas virtual perceived benefit terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta, hal ini karena t hitung sebesar 7,340 > dari t tabel sebesar 1,983. 2. Terdapat pengaruh komunitas virtual sense of belonging terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta, hal ini karena t hitung sebesar 5,296 > dari t tabel sebesar 1,983. 3. Terdapat pengaruh komunitas virtual emotional trust terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online pada forum kaskus khususnya di Jakarta, hal ini karena t hitung sebesar 5,586 > dari t tabel sebesar 1,983. Rekomendasi dari penelitian ini yaitu: 1. Dari hasil kesimpulan, didapatkan nilai persentase koefisien determinasi variabel perceived benefit (X 1 ) terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online (Y) pada forum kaskus khususnya di Jakarta memiliki nilai r2 sebesar 0,350 atau 35%. Dengan kata lain 65% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diuji. Sehingga merekomendasikan untuk penelitian lain dapat menggunakan 65% dari faktor-faktor yang belum diuji dalam penelitian ini, faktor tersebut adalah faktor yang dapat meningkatkan keuntungan – keuntungan bagi pembeli. 2. Dari hasil kesimpulan, didapatkan nilai persentase koefisien determinasi variabel a sense of belongin (X 2 ) terhadap terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online (Y) pada forum kaskus khususnya di Jakarta memiliki nilai r2 sebesar 0,260 atau 26%. Dengan kata lain 74% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diuji. Sehingga merekomendasikan untuk penelitian lain dapat menggunakan 74% dari faktor-faktor yang belum diuji dalam penelitian ini, faktor tersebut adalah faktor yang dapat memberikan rasa keterikatan atau rasa memiliki yang dirasakan bagi anggota member.
11
PENGARUH KOMUNITAS VIRTUAL PERCEIVED BENEFIT, A SENSE OF BELONGING, DAN EMOTIONAL TRUST TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (INTENTION TO ADOPT AS DECISION AID) SECARA ONLINE PADA FORUM KASKUS KHUSUSNYA DI JAKARTA Oleh : Kusnadi dan Fita Andriani
3.
Dari hasil kesimpulan, didapatkan nilai persentase koefisien determinasi variabel emotional trust (X3) terhadap keputusan pembelian (intention to adopt as decision aid) secara online (Y) pada forum kaskus khususnya di Jakarta memiliki nilai r2 sebesar 0,238 atau 23,8%. Dengan kata lain 76,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diuji. Sehingga merekomendasikan untuk penelitian lain dapat menggunakan 76,2% dari faktor-faktor yang belum diuji dalam penelitian ini, faktor tersebut adalah faktor yang dapat meningkatkan sarana dan kepercayaan dari member.
PUSTAKA Casalo, Luis., Flavian, Carlos & Guinaliu, Miguel. (2007). The Impact of Participations in Virtual Brand Communities on Consumer Trust and Loyality. Emerald Insight Vol 31 No 6, pp. 775-792 Cooper, D, R., & Schindler, P, S., (2006). Metode Riset Bisnis Volume I. Jakarta: PT Media Global Edukasi Cooper, D, R., & Schindler, P, S., (2006). Metode Riset Bisnis Volume II. Jakarta: PT Media Global Edukasi Gulo, W. (2009). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grafindo Halim,Cipta (2010). Berbelanja smart dan membuka gerai gaul di kaskus. Jakarta: PT Elex Media Computindo http:// www.internetworldstats.com/stats.htm. diakses bulan Februari 2013 http:// www.kaskus.co.id. diakses bulan Februari 2013 ht t p :/ / www. t he- ma r ket eer s . c om/ a r chi ves / Indonesia%20Internet%20Users.html. Diakses bulan Juli 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama . Diakses bulan Agustus 2014 Hidayat, Taufik & Istiadah, Nina (2011). Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 Untuk Mengolah Data Statistik Penelitian Jakarta: MediaKita Huang, Li-Thing & Farn, Cheng–Kiang & Jeng, Hann-Tarn (2012).Motivations for using information for decision making in virtual communities: The moderating effects of usage behavior. Pacific Asia Journal of the Association for Information System Vol. 4 No. 1, pp. 1-18/ March 2012
12
Indrajit, Richardus Eko (2012), Membangun komunitas virtual. (http:// referensi.dosen.narotama.ac.id/files/2012/01/ MEMBANGUN-KOMUNITAS-VIRTUAL). Di akses bulan Februari 2013 P, Joseph, Cannon., D, William, P dan E, Jerome, McCarthy. (2008). Pemasaran Dasar Pendekatan Manajerial Global. Jakarta: Salemba Empat Karina, Septalia Meta & Suryanto (2012). Pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai Intervening Variable. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume 1 No. 02 (Juni, 2012) Krisnawati, Elfina Yuke & Fajrianthi (2010). Analisis perbedaan tingkat intensi membeli melalui media internet (online shopping) ditinjau dari tipe gaya hidup pada konsumen pengguna internet. Jurnal Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Laohanpengsang , O (2009), Factor influencing internet shopping behaviour: a survey of consumers in Thailand. Journal of fashion marketing and manangement vol.13 No.4,2009 pp:501-513 Liu, M Tingchi., Brock, James L., Shi, G Cheng., dkk. (2013), Perceived benefit, perceived risk and trust. Asia Pasific Journal of Marketing and Logistics. EmeraldInsight, vol.25 No.2,2013 pp:225-248 Malhotra, Naresh, K. (2005). Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia Ma’ruf, Hendri. (2006). Pemasaran Ritel. Jakarta : PT SUN Meyliana (2012), Pengaruh komunitas virtual dalam keputusan pembelian. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012) Nurjaman, Jajang (2012), Kaskus Hot Thread. http:/ /janurjurnal.blogspot.com/2012/10/kaskus-hotthread.html. Di akses bulan Februari 2013 Peter, J, Paul & Olson, Jerry, C. (2008), Consumer Behavior & Marketing Strategy. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Priyatno, Duwi. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin ABSTRACT Industrial activity is able to improve nation and society economy, yet, the activity can cause problems, especially to the surrounding areas. Such condition makes companies like PT XYZ should give “reciprocal” to the surrounding areas to make sure that everything would be sustainable. This study aimed to develop strategies for the implementation of CSR in PT. XYZ. This study used a qualitative approach, with the form of case studies. The data were gathered by triangulation of interview, observation and document analysis. Gathered data were analyzed descriptively. The result shows that PT. XYZ is well aware of the importance of implementing CSR, with a form of charity and philanthropy. The implemented CSR programs are health program, education, economic and community development, cultural, religious, sports, environmental safety, environmental safety, environmental CSR, support facilities and infrastructure. The program has been implemented properly, but still have not following the good corporate governance. In this case, the urgent program to be upgraded is a program of education, health and community development. In order to implement a better CSR and maintain the image of the company, they should do the implementation planning in terms of health minimum service standard(SPM) destination from their home to school, reduce the imaging, perform CSR equally, fair and appropriate; perform CSR with professional partner; right community empowerment, equal and fair, provide assistance to be succeed; create a sociodemographic map and conduct post-implementation evaluation of CSR. Keywords: implementation strategy, CSR, Health, education, economy, community development PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara berkembang yang sedang berupaya untuk mengubah mata pencaharian penduduknya dari kegiatan pertanian menjadi kegiatan industri.Hal ini dapat difahami, mengingat kegiatan industri memberi harapan besar untuk meningkatkan perekonomian negara dan perekonomian masyarakat. Adanya kegiatan industriakan membantu pemerintah untuk mengurangi pengangguran yanghingga saat ini masih merupakan masalah yang belum terpecahkan.Industri juga dapat menyulap tanah yang tadinya tidak berharga menjadi berharga tinggi atau bahkan sangat tinggi. Industri juga akan dapat menggerakkan roda ekonomi suatu daerah,karena kegiatan industri akan mendorong bermunculannya usaha-usaha baru di lokasi tersebut yang bertujuan untuk mendukung kegiatan industri di wilayah itu.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Disamping menimbulkan dampak positif seperti tersebut di atas, industri juga dapat menimbulkan masalah terutama pada lingkungan sekitarnya. Mengingat adanya industry akan mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan, terjadinya kerusakan lingkungan, terjadinya pencemaran, terpengaruh atau bahkan berubahnya budaya local, munculnya konflik dan berbagai masalah lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rudito dan Femiola (2007) bahwa kawasan industri yang dibangun pada umumnya menimbulkan masalah pelik dan konflik di masayarakat Hal tersebut sangat kontras dengan yang seharusnya terjadi. Pada dasarnya, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat(corporate citizenship), seharusnya dapat memberi manfaat terutama pada masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.Perusahaan juga
13
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
seharusnya berkontribusipada kehidupan masyarakat sekitar, dan berperan sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat dapat hidup lebih sejahtera, dapat hidup lebih nyaman karena lingkungan terjaga dengan baik, dan berbagai halpositif lainnya. Haltersebut sesuai dengan pendapat Chiara dan Spena (2011) yang mengatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab ekonomidan moral.Oleh karena itu maka antara perusahaan dan masyarakatharus saling menjaga kepentingan, sehingga keduanya dapat bersimbiosis mutualisma (saling menguntungkan) dan saling menjaga keserasian hubungan keduanya, sehingga tujuan dari masing-masing stakeholders dapat tercapai dengan baik, sehingga perusahaan dianggap penting pada sistem kemasyarakatan tersebut. Adapun perhatian dari perusahaan terhadap masyarakat tersebut dikenal sebagai tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility/CSR (Jerkins, 2004). Kegiatan CSR merupakan kegiatan yang bersifat sosial dan tidak mengikat.CSR bukan hanya merupakan etika bisnis dan meningkatkan nilai perusahaan (Russo dan Tencati, 2009), namun jugaakan bermanfaat baik bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat umumnya (Hadisumardjo, 2014). CSR dimaksudkan untuk mendukung adanya hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan sekitar perusahaan.Namun pada kenyataannya, konflik antara perusahaan dan masyarakat masih sering kita jumpai di lapangan.Oleh karena itu penulis merasa perlu mencaristrategi implementasi (Actuiting) Corporate Social Responsibility (CSR) PT XYZ Di Kawasan Industri Bogor dalam rangka menjaga citra perusahaan. Penelitian ini ditujukan untuk menyusun strategi implementasi pelaksanaan CSR di PT XYZ. Hasil dari penelitian ini diharapkan, akan dapat membantu PT XYZ untuk semakin mempererat hubungan antara perusahaan dengan masyarakat, sehingga keberadaanPT XYZ akan berkelanjutan.
14
METODA PENELITIAN Penelitian dilakukan diKawasanIndustri Kabupaten Bogor.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan bentuk studi kasus.Pendekatan kualitatif ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mengembangkan permasalahan yang ada di lapangan selama penulis melakukan penelitian di lapang.Selain itu dengan pendekatan kualitatif juga diharapkan akandiperoleh informasi secara mendalam dan sekaligus dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam implementasi CSR. Pengumpulan data dilakukan dengan kombinasi sumber data (triangulasi) yakni dengan melakukan wawancara, pengamatan (observasi) dan analisis dokumen. Informasi yang diperlukan didapat melalui wawancara, informasi tersebut berasal dari elemen masyarakat sekitar kawasan industri yang merupakan penerima manfaat CSR, dari pihak industri itu sendiri terutama yang tupoksinya berkaitan dengan CSR, dari pihak pemerintah daerah yang diwakili oleh perangkat desa dan kecamatan, dan dari masyarakat tersebut. Sumber informasi ditentukan secara purposive sampling dan snowballing dengan responden ditentukan dari petunjuk responden sebelumnya.Sifat wawancara penelitian adalah indepth interview (wawancara secara mendalam dan kholistik). Pada penelitian ini selain wawancara juga dilakukan pengamatan (observasi) terhadap obyek penelitian baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sehingga dari pengamaatan tersebut diperoleh gambaran umum mengenai pelaksanaan (implementasi) CSR di PT XYZ.Selanjutnya untuk melengkapi wawancara dan observasi dilakukan studi terhadap dokumen terkait dengan penelitian ini, dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen dan data-data yang diperlukan yang terkait dengan penelitian, sehingga dapat mendukung penelitian ini. Data-data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif.Hasil analisis dari penelitian ini digunakan untuk menyusun strategi implementasi CSR,agar CSR dapat dilakukan dengan baik dan benar, sehingga perusahaan menjadi berkelanjutan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
HASIL DAN PEMBAHASAN Kesadaran PT XYZ untuk Melaksanakan CSR Pada penelitian ini terlihat bahwa PT XYZ sudah sangat menyadari bahwa dalam melaksanakan fungsinya, PT XYZ sebagai korporat tidak dapat lepas dari ketergantungannya pada pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung akan terkena dampak dari aktivitas PT XYZ tersebut. Begitupun dengan kebalikannya,bahwa pihak luarjuga memiliki kepentingan dan atau pengaruh terhadap PT XYZ. Terkait hal tersebut PT XYZ sudah menyadari akan pentingnya kerjasama antara keduanya yang diwujudkan dalam tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini memperlihatkan bahwa PT XYZ sudah mempunyai komitmen jangka panjang yang dibutuhkan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dengan cara menyediakan sumberdaya untuk mengembangkan tanggung jawab social tersebut yang ada kaitannya dengan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga sesuai dengan harapan pemangku kepentingan dan dapat menyelesaikan semua isu terkait dengan tanggung jawab tersebut (Polonsky dan Jevons, 2009). Pada penelitian ini juga sudah terlihat bahwa PT XYZ sudah menyadari bahwa CSR diperlukan untuk menciptakan keseimbangan dan sekaligus menjamin keberlanjutan perusahaan serta akan menjaminbaiknya kualitas hubungan kemitraan antara perusahaan dengan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rudito et al.(2004) bahwa tanpa dukungan dan jalinan kemitraan antara perusahaan dengan pemangku kepentingan makaperusahaan akanmengalami kerugian baik dilihat dari aspek sosial maupun aspek ekonomi. Hal ini disebabkan tanpa adanya CSR maka perusahaan akanmendapatkan berbagai tekanan dan klaim yang menyudutkan keberadaan perusahaan; bahkan keberlanjutan dan reputasi perusahaan akan menjadi pertaruhan. Pada penelitian ini terlihat bahwa PT XYZ masih merupakan perusahaan yang lebih menekankan bahwa CSR dihubungkan dengan peningkatan kualitas sumberdaya seperti adanya tenaga kerja dari lingkungan sekitar perusahaan yang direkrutdan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dilaksanakannya pemberdayaan terhadap masyarakat yang berada di sekelilingnya. Di lain pihak, PT XYZ dibangun diareal yang saat ini juga merupakan pemukiman yang padat penduduk. Oleh karena itu maka PT XYZ harus berupaya agar hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar semakin erat, sehingga masyarakat mempunyai anggapan bahwa keberadaan perusahaan dirasakan dapat membantu masyarakat menjadi lebih sejahtera dan membantu memperbaiki kualitas hidup mereka, sehinggamasyarakat merasa bahwa perusahaan itu adalah bagian dari kehidupan komunitas mereka. Hal tersebut harus menjadi perhatian PT XYZ,karena menurut Kennedy (2009) perusahaan yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat setempat, akan berdampak buruk pada perusahaan, sepertiakan menghadapi masalah pelik dengan masyarakat dan bukan tidak mungkin kalau hubungan keduanya akan semakin buruk dengan bertambahnya waktu. Oleh karena itu maka PT XYZ harus berupaya meningkatkan kembali hubungan dengan masyarakat bukan sebatas tenaga kerja dan pemberdayaan.Bahkan menurut Hadisumardjo(2014) keberadaan perusahaan harus membuat masyarakat merasakan kemakmuran yang berkeadilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rudito et al.(2004) bahwa keberadaan perusahaan di suatu daerah, seharusnya dapat mendorong bermunculannya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya, sehingga masyarakat merasakan adanya dampak positif dari keberadaan perusahaan. Apabila hal itu dapat dilakukan maka kegiatan CSR di PT XYZ akan benar-benar memberikan dampak positif dampak positif dari dunia usaha PT XYZ terhadap masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu maka CSR bukan saja memberikan dampak positif pada aspek internal perusahaan seperti karyawan, namun jugaakan memberikan dampak positif pada aspek eksternal perusahaan, yaitu konsumen dan masyarakat. Implementasi CSR PT XYZ di Lapangan Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa PT XYZ sudah melaksanakan kegiatan CSR di lingkungan perusahaan, dengan cara membantu
15
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
masyarakat sekitarnya. Adapun bentuk CSR yang dilaksanakan oleh PT XYZadalah dalam bentuk: 1 Charity (amal) yakni memberi bantuan untuk kebutuhan yang sifatnya sesaat (Saidi dan Abidin, 2003). 2 Philanthropy (kontribusi langsung), yakni sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat (Saidi dan Abidin, 2003). Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PT XYZ antara lain adalah: 1 Kesehatan: Berupa pengobatan gratis bagi masyarakat setempat dengan cara melakukan kerjasama dengan Puskesmas setempat, melaksanakan imunisasi pada bayi, membantu pelaksanaan Pos Yandu, melaksanakan operasi katarak, sunatan masal, penyuluhan kesehatan kepada para siswa, masyarakat dan keluarga karyawan yang bertempat tinggal di sekitar PT XYZ 3 Pendidikan Berupa pendidikan formal dan pendidikan informal.Pendidikan formal dalam bentuk membuat sekolah mulai dari tingkat TK hingga SMA, memberikan beasiswa pada siswa berprestasi, mengijinkan praktek kerja siswa bagi sekolah dan perguruan tinggi, menerima wisata karya, dsb.Pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan (training) untuk masyarakat sekitar seperti pelatihan agribisnis (pertanian, peternakan, perikanan), teknik mesin, teknik listrik, montir, mengemudi, tataboga, menjahit, dsb.Selain hal tersebut juga diberikan pula bantuan perbaikan atau bahkan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan, seperti bangunan sekolah dan peralatannya, bangunan laboratorium dan peralatannya, bangunan perpustakaan dan fasilitas dalam perpustakaan tersebut.Selain hal tersebut diberikan pula bantuan berupa pelatihan untu para guru, laboran, para pegawai desa/kelurahan dan kecamatan untuk meningkatkan kecakapan dalam pekerjaan dan pada keterampilan, dsb.
16
4
5
6
7
Ekonomidan pemberdayaan masyarakat Berupa menciptakan pekerjaan bagi masyarakat yang masih menganggur atau masyarakat yang ingin meningkatkan pendapatan keluarganya. Oleh karena itu maka kegiatan ini umumnya merupakan lanjutan dari kegiatan pendidikan informal berupa pelatihan bagi masyarakat sekitar. Pada kegiatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, PTXYZ umumnya melakukan kerjasama dengan pihak luar dalam memberikan pelatihan informal. Selain itu khusus dalam hal modal usaha, PT XYZ jugadengan bank setempat dalam rangka memberi stimulasi modal bergulir bagi masyarakat yang akan melakukan kegiatan usaha dalam bentuk industri rumah tangga. Budaya Berupa memperkuat budaya masyarakat sekitar dalam bentuk melestarikan budaya local yakni budaya-budaya Tanah Sunda seperti kesenian wayang golek, angklung, degung, kliningan, jaipong, dsb Agama Berupa bantuan pada masyarakat sekitar untuk kegiatan keagamaan masyarakatnya, seperti bantuan berupa sarana dan prasarana tempat ibadah seperti masjid dan mushola dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan ibadah, bantuan berupa penerangan dan air untuk tempat ibadah, serta perlengkapan lainnya, bantuan pembiayaan petugas masjid, perayaan keagamaan terutama peringatan hari besar Islam yang umumnya bekerjasama dengan Muspika dari setiap kecamatan, seperti Maulid Nabi, dsb; bantuan dalam bentuk meningkatkan potensi persaudaraan haji seluruh Indonesia di cabang wilayah sekitar, menyelenggarakan manasik haji, bantuan peralatan ibadah untuk masyarakat sekitar, bantuan hewan kurban, dsb. Olah raga Berupa bantuan pada masyarakat sekitar untuk kegiatan olahraga masyarakatnya, seperti membuat lapangan sepak bola, lapangan badminton, lapangan poli, lapangan basket, lapangan futsal, dsb. Membangun gelanggang olah raga, Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
8
9
10
11
menyelenggarakan kompetisi olah raga antar desa, menjadi sponsor pada kegiatan olag raga dan atau pertandingan olah raga, dsb Keselamatan Lingkungan Berupa bantuan pada masyarakat sekitar untuk menangani musibah yang terjadi pada masyarakat sekitar atau masyarakat lain yang terkena musibah, seperti bencana banjir, kebakaran, gempa, longsor, dsb Keamanan Lingkungan Berupa bantuan pada masyarakat sekitar untuk kegiatan keamanan masyarakatnya, seperti pembuatan portal dijalan, membangun pos satpam, membangun pos polisi, membantu pengadaan sarana dan prasarana untuk hansip masyarakat sekitar CSR lingkungan Berupa kegiatan penghijauan pada lahan reklamasi dengan jarak pagar (Jantropha Linn) dengan tenaga ahli dati IPB dan tenaga kerja dari masyarakat sekitar.Selain itu juga terdapat kegiatan pembuatan pupuk kompos oleh masyarakat untuk kebutuhan penanaman jarak pagar tersebut, serta dilakukan pembangunan laboratorium kompos, melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan, penggunaan alternativefuel ramah lingkungan, penanaman sejuta pohon di lingkungan sekitar, dsb. Bantuan fasilitas dan infrastruktur Berupa bantuan pada masyarakat sekitar berupa perbaikan atau bahkan pembangunan jalan, masjid, mushola,balai desa, fasilitas olah raga masyarakat, kantor pemerintah, dsb. Implementasi kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT XYZ kesehatan, pendidikan, ekonomidan pemberdayaan masyarakat, budaya, agama, olahraga, keselamatan lingkungan, keamanan lingkungan, CSR lingkungan dan bantuan fasilitas dan infrastruktur; pada dasarnya sudah dilakukan dengan baik. Namun demikian berdasarkan wawancara mendalam dengan berbagai pihak termasuk dengan penerima bantuan,pada implementasi CSR di lapangan, terlihat masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki diantaranya adalah program:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
12
13
14
Kesehatan Saat ini sudah dalam kondisi baik, dan cukup merata, sehingga bantuan tersebut dapat dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat terutama kalangan masyarakat ekonomi lemah, namun akan jauh lebih baik jika pada masa yang akan datang intensitas pelayanan ditingkatkan lagi. Selain hal tersebut mengingat jarak desa yang satu dengan desa yang lain cukup jauh, sehingga untuk datang berobat ke puskesmas harus menempuh jarak yang cukup jauh.Oleh karena itu, maka pada masa yang akan datang akan jauh lebih baik apabila dapat dibuat perencanaan membuat pos pelayanan kesehatan bantuan bekerjasama dengan Pemda setempat, sehingga dapat membantu pemerintah dalam memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan, dalam hal jarak tempuh. Pendidikan, Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun ada indikasi bahwa penggunaan dana CSR untuk pendidikanrelatif lebih dititikberatkan untuk pendanaan yayasan pendidikan internal yang dibentuk oleh perusahaan dan untuk perguruan tinggi, sehingga terkesan lebih didominasi untuk tujuan pencitraan dan politik mercusuar. Implementasi CSR bantuan pendidikan juga harus disesuaikan dengan prioritas kebutuhan masyarakat sekitar yang diberikan secara merata pada anak cerdas namun berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga PT XYZ harus meminimalkan hal-hal yang berbau KKN, terjadinya penyimpangan, dan ketidakadilan. Dalam hal pendidikan informal (pelatihan) untuk tujuan pemberdayaan masyarakat, ada indikasi bahwa PT XYZ juga belum mampu meminimalkan hal-hal yang berbau KKN dan belum memilih rekanan yang lebih professional. Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun masih belum cukup merata, sehingga bantuan tersebut relative belum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat yang berhak menerima yakni masyarakat dari kalangan masyarakat ekonomi lemah.Selain hal tersebut ada indikasi bahwa pada saat dilakukan pelatihan untuk
17
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
15
16
17
18
19
18
pemberdayaan ada indikasi bahwa informasi tersebut tidak diterima secara merata oleh seluruh masyarakat, sehingga ada indikasi bahwa yang mengikuti pelatihan dan kegiatan pemberdayaan relative lebih pada kalangan terbatas yang dekat dengan pihak desa. Oleh karena itu, maka PT XYZ harusmampu meminimalkan hal-hal yang berbau KKN, dan berusaha sedemikian rupa sehingga bantuan dan pemberdayaan yang diberikan pada masa yang akan datang relative adil dan merata. Selain itu dalam memberikan pelatihan pemberdayaan, ada indikasi bermitra dengan mitra yang kenal secara pribadi namun mitra tersebut sebenarnya tidak professional, dan tidak ada pendampingan setelah dilakukan pelatihan dan mengimplementasikan program ekonomidan pemberdayaan masyarakat. Budaya Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun untuk lebih mengenalkan budaya pada masyarakat, sehingga mengurat akar ada baiknya dilakukan pengenalan budaya local dengan bekerjasama dengan sekolah tingkat dasar dan menengah. Agama Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun untuk lebih meningkatkan lagi, sehingga masyarakat lebih agamis, ada baiknya jika bantuan bukan hanya untuk kegiatan perayaan namun lebih kepembinaan untuk meningkatkan mental dan spiritual masyarakat, sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik. Olahraga Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun adanya fasilitas olahraga antara desayang satudengan desa yang lain yang berbeda malah dapat memunculkan konflik di masyarakat. Keselamatan Lingkungan, Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun untuk lebih meningkatkan lagi, akan lebih baik apabila diberikan penyuluhan atau sosialisasi secara rutin pada masyarakat. Keamanan Lingkungan, Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun hingga penelitian dilakukan di lokasi-lokasi tertentu masih ada yang relative kurang aman.untuk lebih
20
21
meningkatkan keamanan dapat dipadukan dengan kegiatan keagamaan yang lebih menitik beratkan pada pembinaan mental dan spiritual. CSR Lingkungan Saat ini sudah dalam kondisi baik, namun masih perlu ditingkatkan, misalnya ke CSR keanekaragaman hayati, organisme endemik, menggalakkan penanaman tanaman obat pekarangan, dsb. Bantuan Fasilitas dan Infrastruktur Saat ini bantuan fasilitas dan infrastruktur sudah dalam kondisi baik, namun adanya bantuan yang berbeda antara desa satu dengan desa lainnya disesuaikan dengan kebutuhan, justru malah menimbulkan masalah tersendiri karena dapat memunculkan konflik, sehingga harus dicari strategi agar setiap desamerasa diperlakukan adil.
Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa program yang sangat mendesak untuk segera dibenahi adalah program pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat STRATEGI IMPLEMENTASI CSR PT XYZ PT XYZmerupakan perusahaan sangat menyadari bahwa perusahaan telah memperoleh manfaat dari keberadaan sumber daya alam (SDA) dan komunitas sekitar perusahaan, sehingga PT XYZ sudah memberikan”imbal balik” kepada masyarakat yang ada di sekelilingnya, yang sekaligus menjadi refleksi daritanggungjawab dariPT XYZ atas dampak negative baik langsung ataupun tidak langsung dari operasi yang ditimbulkan PT XYZterhadap masyarakat.Oleh karena itu maka PT XYZ sudah berupaya keras melaksanakan CSR dengan baik.Namun dari hasil yang diperoleh, sebagian besar kegiatan sudah diimplementasikan dengan baik, namun masih ada hal-hal yang perludisempurnakan dalam implementasinya.Menurut Rudito dan Femiola, (2007), CSR yang baikmenuntut adanya Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik, yakni harus ada transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas, efisiensi, dan keadilan. Pada analisis terhadap berbagai kegiatan pada CSR PT XYZ Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
memperlihatkan bahwa masih ada program-program yang masih dipertanyakantransparansi, akuntabilitasdan keadilannya. Oleh karena itu maka agar implementasi CSR lebih baik, strategi yang perlu dilakukan antara lain adalah: 1. Membuat perencanaan ke depan untuk mengimplementasikan SPM kesehatan, dalam hal jarak tempuh, berupa bantuan pos pelayanan kesehatan, bekerjasama dengan Pemda setempat. 2. Melatih kemandirian yayasan pendidikan internal perusahaan dan mengurangi pencitraan, serta mengalihkan pendanaan untuk masyarakat sekitar secara merata, adil dan tepat guna. Pada pendidikan informal (pelatihan) untuk pemberdayaan masyarakat, perusahaan harus mampu menghilangkan nepotisme dengan memilih rekanan yang professional. 3. Merencanakan pemberdayaan masyarakat secara tepat, merata dan adil, memilih rekanan yang professional dan memberikan pendampingan hingga berhasil. 4. Membuat peta sosiodemografi, untuk mengetahui kebutuhan masyarakat, sehingga CSR yang diberikan tepat waktu, tepat gunadan tepat sasaran. 5. Melakukan evaluasi di lapang pasca implementasi CSR, sehingga CSR yang diberikan pada masa selanjutnya tepat waktu, tepat gunadan tepat sasaran. 6. MenerapkanGood Corporate Governance (GCG), agar proses pengelolaanmanajemen CSR di PT XYZ berjalan dengan baik,efektif dan efisien. KESIMPULAN 1. PT XYZ sudah sangat menyadari akan pentingnya mengimplementasikan CSR dengan baik 2. Bentuk CSR yang dilaksanakan oleh PT XYZ adalah dalam bentuk charity dan philanthropy 3. Program CSR yang diimplementasikan adalah program kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, budaya, agama, olah raga, keselamatan lingkungan, keamanan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4.
5.
lingkungan, CSR lingkungan, bantuan fasilitas dan infrastruktur Program CSR PT XYZ sudah diimplementasikan dengan baik, namun masih ada yang belum mengikuti tata kelola perusahaan yang baik. Adapun program yang mendesak untuk segera ditingkatkan kualitasnya, terutama dalam hal transparansi, akuntabilitas dan keadilannya, adalah program pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Strategi yang perlu dilakukan oleh PT XYZ agar implementasi CSR menjadi lebih baik lagi adalah membuat perencanaan ke depan untuk mengimplementasikan SPM kesehatan dalam hal jarak tempuh, mengurangi pencitraan dengan mengalihkan pendanaan untuk masyarakat sekitar secara merata, adil dan tepat guna; pada pendidikan informal rekanan yang dipilih harus yang professional; merencanakan pemberdayaan masyarakat secara tepat, merata dan adil serta memberikan pendampingan hingga berhasil; membuat peta sosiodemografi agar CSR yang diberikan tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran, melakukan evaluasi di lapang pasca implementasi CSR serta menerapkanGood Corporate Governance (GCG), agar proses pengelolaan manajemen CSR di PT XYZ berjalan dengan baik,efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA Chiara AD and Spena TR. 2011.Corporate Social Responsibility Strategy in Multinational Firms: Focus on Human Resources, Suplier and Community. Global Responsibility Journal 2(1):60-74 Hadisumardjo H. 2014. Efektivitas Implementasi Kebijakan Program Corporate Social Responsibility dalam Bidang Pendidikan (Studi Kasus di Kawasan Industri Bogor). Disertasi Program Doktor Administrasi Pendidikan.Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Jerkins H. 2004.Corporate Social Responsibility and The Mining Industry: Conflictand Construct. Journal Corporate Social Responsibilityand Environmental Managemen 11: 23-34
19
STRATEGI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT XYZ DI KAWASAN INDUSTRI BOGOR DALAM RANGKA MENJAGA CITRA PERUSAHAAN Oleh : Harsono Hadisumardjo, Zulkifli Rangkuti dan Boyke Setiawan Soeratin
Kennedy J E. 2009. Era Bisnis Ramah Lingkungan: Strategi Marketing Communication Masa Depan. PT Bhuana Ilmu Populer.Jakarta Polonsky M and Jevons C. 2009. Global Branding and Strategic CSR: an Overview of Three Types of Complexity. Journal of International Marketing Review: 26(3): 327 - 347 Russo A and Tencati A. 2009. Formal vs Informal CSR: Evidence from Italian Micro, Small, Medium-sized and Larged Firm. Journal of Business Ethic 85:339-353
20
Rudito B, Budimanta A, Prasetijo A. 2004. Corporate Social Responsibility, Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. ICSD. Jakarta. Rudito B dan Femiola M. 2007.Etika Bisnis, dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.Rekayasa Sains.Bandung Saidi Z dan Abidin H. 2003.Sumbangan Sosial Perusahaan.Piramedia. Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti The purpose of this study is aimed to determine the factors that the stock price of state-owned bank BUMN. The independent variables are: Non-Performing Loan (NPL), the Loan to Deposit Rratio (LDR), Operating Expenses to Operating Income (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), the BI Rate, Inflation Rate and the Exchange Value of Rupiah (USD//IDR) to the Return on Assets (ROA) as the independent variable and dependent, as well as the Stock Price as the dependent variable. Methods of analysis using panel data regression estimation with fixed effect. Hypothesis testing using the F test, t test, and the coefficient of determination. t test results showed that the NPL, ROA, CAR, Inflation and Exchange Rate USD/IDR has a significant impact on ROA, while LDR and BI Rate has no significant effect on ROA and ROA have significant effect on stock price. The coefficient of determination test can be indicated by the value of R-Squared adjusted which shows that the NPL, LDR, BOPO, CAR, BI Rate, Inflation and Exchange Rate USD/IDR has the effect of 95.27% against 95.27% ROA and ROA of influence of 27.26%. on stock price. Keywords: NPL, LDR, BOPO,CAR, BI Rate, Inflation, Exchange Rates USD / IDR, ROA and Stock Price
PENDAHULUAN Perusahaan perbankan adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan lalu menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Sebagai lembaga perantara industri perbankan dituntut memiliki kinerja yang baik. Apabila bank memiliki kinerja yang baik maka bank akan dapat lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari para nasabah (agent of trust) dan akan memperoleh profit sesuai dengan target yang ditetapkan. Sebagai agent of trust kegiatan usaha bank didasarkan pada kepercayaan nasabah. Dengan kata lain bank merupakan lembaga kepercayaan bagi para nasabah, oleh karenya harus mampu menjaga dana-dana nasabah sebaik mungkin agar nasabah tetap mempercayai bank sebagai tempat bagi mereka dalam menyimpan atau menginvestasikan dana. Penilaian kinerja bank dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan bank. Pendekatan kualitatif tersebut dilakukan dengan penilaian terhadap perhitungan rasio keuangan., oleh
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kinerja keuangan bank yang bersangkutan. Hasil perhitungan rasio keuangan tersebut memberikan kesimpulan apakah suatu bank telah bekerja secara efisien dan upaya-upaya apa yang harus dilakukan agar bank tersebut dapat bekerja lebih efisien dan lebih baik lagi. (Fajar A.J.,2013) Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur kinerja suatu bank. Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Berikut adalah perkembangan Return on Asset (ROA) pada Bank Persero dari periode Maret 2009 sampai dengan Juni 2014. Gambar 1 Perkembangan Return on Assets (ROA) Bank BUMN Periode Maret 2009 s.d Juni 2014
21
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat dilihat bahwa ROA pada masing-masing Bank Persero ditiap periodenya cukup berfluktuasi. Namun demikian secara rata-rata dapat dikatakan bahwa perkembangan ROA Bank BRI, Bank Mandiri dan Bank BNI cenderung memiliki trend naik. Hal tersebut berbeda dengan ROA bank BTN yang justru mengalami penurunan. ROA tertinggi dicapai oleh bank BRI pada semester empat tahun 2012 dengan nilai ROA sebesar 5.15 % dan ROA terendah terjadi pada bank BTN yang terjadi pada semester satu tahun 2014 denga ROA sebesar 1.39 %. Gambar 2 Perkembangan Harga Saham Bank BUMN Periode Maret 2009 s.d Juni 2014
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat pergerakan harga saham dari masing-masing bank BUMN. Hampir semua bank mengalami harga saham yang berfluktuasi, namun demikian dari ke empat bank tersebut menunjukan pergerakan harga saham dari bank Mandiri cenderung lebih baik dibandingkan dengan ketiga bank BUMN lainnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini dilakukan untuk menguji Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) dan bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham Bank BUMN. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: NPL (Non Performing Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), CAR (Capital Adequacy Ratio), BI Rate, Inflasi dan Nilai Tukar USD/IDR. Hasil penelitian Sudiyatno (2010) menyatakan bahwa DPK dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA , BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Penelitian Arimi (2012) menyimpulkan bahwa CAR dan LDR berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh negatif
22
dan tidak signifikan terhadap ROA, NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian Sabir (2012) menunjukan hasil bahwa CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROA, NOM dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank umum syariah, sedangkan untuk bank umum konvensional diperoleh hasil bahwa CAR, NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA, NPL dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian Arimi (2012) menunjukan hasil bahwa ratio CAR dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap terhadap ROA, NPL berpengaruh negative dan tidak signifikan pada ROA, NIM berpengaruh positif dan signifikan pada ROA, sementara BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian Wijaya (2013) menemukan bahwa variabel inflasi, suku bunga, serta jumlah uang beredar (M2) tidak berpengaruh signifikan pada IHSG. Nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Penelitian Purnawati dan Sri (2013) menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, nilai kurs, dan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif dalam jangka pendek pada harga saham LQ45, sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang positif dalam jangka pendek pada harga saham LQ45. Laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif dalam jangka panjang pada harga saham LQ45, sedangkan variabel inflasi dan nilai kurs mempunyai pengaruh positif dalam jangka panjang pada harga saham LQ45. Penelitian Murtianingsih (2012) menunjukan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG meskipun tidak signifikan, sedangkan suku bunga BI dan nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar berpengaruh negatif signifikan. Penelitian Mardiyati dan Rosalina (2013) menunjukkan bahwa secara parsial nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham properti sedangkan tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham properti. Penelitian Gunarianto (2012) menunjukkan bahwa EPS, ROE dan tingkat suku bunga deposito yang telah dirumuskan dapat menjelaskan secara
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
nyata atas terjadinya perubahan harga saham pada kelompok perusahaan perbankan. Dari analisis tersebut diketahui pula bahwa, variabel yang dominan dalam mempengaruhi harga saham adalah tingkat suku bunga deposito dengan pola hubungan berlawanan arah Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan dengan melihat hasil yang berbeda beda, maka peneliti ingin mengkaji lebih lanjut dengan menggabungkan seleuruh seluruh variabel yang diteliti dengan menggunakan ROA sebagai varibel intervening. Di dalam penelitian ini akan dibahas dua hal. Pertama yaitu untuk menganalis pengaruh masingmasing variabel NPL, LDR, BOPO, CAR, BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar USD/IDR terhadap ROA. Kedua untuk menganalisis bagaimana pengaruh ROA terhadap Harga Saham Bank BUMN TINJAUAN TEORITIS Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan adalah rasio yang menunjukkan kredit bermasalah yang diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur (Setyorini, 2012). Salah satu rasio yang bisa digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kualitas aset produktif adalah NPL. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 rasio kredit bermasalah (NPL) secara neto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006, hal.165). LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 LDR adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Pendapatan operasi merupakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pendapatan utama bank, yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operas lainnya (Rahman, 2009). Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah di bawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Riyadi (2006:160) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kewajiban yang digunakan untuk menilai aspek permodalan. Besarnya CAR ini ditetapkan sebesar 8% dari jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal sebesar 8% hal ini juga mengacu kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS). Ketentuan ini juga tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 dalam Pasal 2 (1) tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum. BI Rate Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, 2012). Menurut Sahara (2013), BI Rate dapat mempengaruhi profitabilitas bank, dimana ketika BI Rate naik, maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga deposito yang berakibat langsung terhadap penurunan sumber dana pihak ketiga. Tetapi pada saat naiknya suku bunga deposito, maka bank akan mengeluarkan biaya lebih untuk membiayai bunga deposito. Untuk mengantisipasi hal tersebut bank harus meningkatkan minat debitur untuk melakukan peminjaman kredit secara optimal agar stabilitas keuangan bank tetap terjaga. Inflasi Inflasi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga yang naik secara umum dan berlangsung terus menerus. Kenaikan harga satu dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali kalau kenaikan harga satu atau dua macam barang merambat pula kesebagian besar dari harga barangbarang yang lain. Karim (2007:510), menjelaskan
23
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
pengertian inflasi secara umum yaitu : “Inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.” Inflasi dapat dianggap sebagai suatu fenomena moneter karena terjadi penurunan nilai unit perhitungan terhadap suatu komoditas. Jika itu terjadi secara terus-menerus, maka akan mengakibatkan pemburukan kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan stabilitas politik suatu negara. Nilai Tukar Menurut Musdholifat & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu Negara dengan mata uanga Negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika. Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbesa, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Rentabilitas Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Menurut Riyadi (2006:156) ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitas dimana rasio ini menunjukkan perbandingan antara total laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank, rasio ini dapat memperlihatkan seberapa besar kemampuan bank dalam mengelola aset yang dimilikinya. Penilaian terhadap profitabilitas atau rentabilitas bank didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/I/PBI/2011. Bank Indonesia lebih memfokuskan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank dengan menggunakan rasio keuangan ROA (Return on Assets) dari pada menggunakan ROE (Return on Equity) sebab Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas bank yang diukur dengan menggunakan asset yang sebagian besar dananya berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Widati, 2012).
24
Harga saham Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham, perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Menurut Rusdin (2008:66) harga saham yaitu: “Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawarmenawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun”. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hipotesis di atas maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 3 Kerangka Pemikiran
HIPOTESIS H1 : semakin tinggi NPL, maka ROA akan semakin rendah H2 : semakin tinggi LDR, maka ROA akan semakin tinggi H3 : semakin tinggi BOPO, maka ROA akan semakin rendah H4 : semaikin tinggi CAR, maka ROA semakin tinggi H5 : semakin tinggi BI Rate, maka ROA semakin tinggi H6 : semakin tinggi Inflasi, maka ROA semakin rendah H7 : semakin tinggi Nilai Tukar, maka ROA semakin rendah H8 : semakin tinggi ROA, maka Harga Saham semakin tinggi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
METODE PENELITIAN Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan triwulanan bank BUMN selama periode Maret 2009 – Juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank BUMNdi Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah Bank BUMN yaitu: Bank BRI, Bank BNI, Bank BTN dan Bank Mandiri. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Triwulanan dari periode Maret 2009 sampai dengan periode Juni 2014.
Persamaan model regresi dapat dibentuk apabila tidak terjadi masalah pada uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas.
Metode Analisis Data Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis data panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari data time series dan cross section. Estimasi yang dilakukan dengan menyatukan kedua data tersebut yang disebut dengan data pooling atau panel data dengan pengolahan data menggunakan software eviews untuk menjelaskan hubungan antara variabel indpenden dengan variabel dependen. Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain: 1) Model Common Effect 2) Model Fixed Effect 3) Model Random Effect Selanjutnya untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan, maka dalam mengelola data panel akan dilakukan Uji Chow dan Uji Hausman Model regresi panel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Cross-section F Cross-section Chi-square
Y1 = βo di s + β 1X 1 + β2 X2 + β3X 3 + β4X4 + β 5 X5 + β6X6 + β7 X7 + e ..... ( 1 ) Keterangan Y : Retu rn on Asset (ROA) β : Koefisien konstanta β 1 -7 : Koefisien regresi va riabel independen X1 : Non Pe rforming Loan (NPL) X2 : Loan to Deposit Ratio (LDR) X3 : Biay a Op erasional Terhadap Pendapatan Op erasional ( BOPO) X4 : Capital Adequacy Ratio (CAR) X5 : BI Rat e X6 : Inflasi X7 : Nilai Tukat USD/IDR e : disturbance error
Z = γo +
γ1Y + e .... ....
( 2 )
Ke teran gan Z : Harga Sa ham (HS) γ : Koefisien kon stanta Y : Retu rn on Asset (ROA) e : distu rbance error
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data yang ada setelah melalui uji dengan model regresi Common Effect dan model regresi Fixed Effect untuk variable X 1- 7 terhadap variable Y, maka dilanjutkan dengan Uji Chow sebagaimana nampak di bawah ini: Tabel 1 Uji Chow (1) variable X 1- 7 terhadap variable Y Effects Test
Statistic 80.254755 124.740386
d.f.
Prob.
(3,77) 3
0.0000 0.0000
Sumber : Data Diolah
Dari hasil Uji Chow di atas dapat dilihat bahwa nilai Prob. Cross-section F sebesar 0.0000 yang nilainya < 0.05 maka bisa disimpulkan bahwa dalam penelitian ini model Fixed Effect lebih tepat dibandingkan dengan model Common Effect Uji Hipotesis Tabel 2. Uji F (1) variable X 1- 7 terhadap variable Y UJI KELAYAKAN (GOODNESS OF FIT) REGRESI DATA PANEL Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.958219 0.952793 1.052105 176.5949 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
15.89196 8.061653 85.23323 1.766000
Sumber : Data Diolah
Dari hasil Uji F statistik tersebut dapat diketahui bahwa nilai F statistic signifikan dengan nilai 0.000000% (Prob F-statistic). Hal tersebut menunjukan bahwa hasil uji kelayakan data panel adalah layak sehingga penelitian ini layak untuk diteruskan ke uji berikutnya. Tabel 3 Uji t (1) variable X 1- 7 terhadap variable Y Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CAR NPL LDR BIRATE INFLASI NILAITUKAR BOPO
5.783191 0.068742 -0.289847 0.006285 0.067188 0.041352 -0.093062 -0.050596
0.720425 0.014227 0.079634 0.003383 0.048541 0.019069 0.025895 0.007220
8.027476 4.831693 -3.639737 1.857639 1.384153 2.168529 -3.593870 -7.007778
0.0000 0.0000 0.0005 0.0670 0.1703 0.0332 0.0006 0.0000
Sumber : Data Diolah
25
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
Hasil Dari uji t dapat disimpulkan bahwa: 1. NPL(X 1 ), bernilai negatif dan signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi nilai NPL maka akan nilai ROA akan semakin menurun. 2. LDR (X2), bernilai positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi nilai LDR maka akan nilai ROA akan semakin tinggi, walaupun hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kenaikan ROA tidak signifikan. 3. BOPO (X3 ), bernilai negatif dan signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi nilai BOPO maka akan nilai ROA akan semakin menurun. 4. CAR (X4), bernilai positif dan signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi nilai CAR maka akan nilai ROA akan semakin tinggi. 5. BI Rate (X5), bernilai positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi nilai BI Rate maka akan nilai ROA akan semakin tinggi. 6. Inflasi (X6), bernilai positif dan signifikan terhadap ROA. Dalam hal ini hipotesis peneliti tidak sesuai, karena hasil dari penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Inflasi maka akan nilai ROA semakin tinggi, hasil tersebut tidak sejalan dengan hipotesis peneliti menyatakan bahwa semakin tinggi Inflasi maka nilai ROA semakin menurun. 7. Nilai Tukar USD/IDR (X7), bernilai negatif dan signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi nilai Nilai Tukar USD/IDR maka akan nilai ROA akan semakin menurun. Hasil uji t tersebut di atas sejalan oleh peneliti terdahulu yaitu Sudiyantno (2010) yang menyatakan bahwa BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh sabir (2012) yang menyatakan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA, namun hasil penelitian penulis tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan widati (2012) yang menyatakan bahwa BOPO secara signifikan tidak berpengaruh terhadap ROA. Begitu juga hasil
26
penelitian penulis sejalan dengah hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunarianto (2012) yang menyatakan bahwa ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dan dari uji t dapat dibuat persamaan regresi sebagi berikut: PersamaanRegresi:
Tabel 4 Koefisien Determinasi (1) variable X 1- 7 terhadap variable Y R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.958219 0.952793 1.052105 176.5949 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
15.89196 8.061653 85.23323 1.766000
Sumber : Data Diolah
Tabel diatas menunjukkan adjusted R-squared sebesar 0,952793. Hal tersebut menunjukkan kemampuan model variabel bebas mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 95,27%. Untuk melihat pengaruh variabel ROA (Y) terhadap Harga Saham (Z), setelah melalui uji dengan model regresi Common Effect dan model regresi Fixed Effect, maka dilanjutkan dengan Uji Chow sebagaimana nampak di bawah ini: Tabel 5 Uji Chow (2) variabel Y terhadap variabel Z Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
15.441135 39.025860
d.f.
Prob.
(3,83) 3
0.0000 0.0000
Sumber : Data Diolah
Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai Prob. Cross-section F sebesar 0,0000 yang nilainya< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect lebih tepat dibandingkan dengan model Common Effect untuk penelitian ini. Tabel 6 Uji F (2) variabel Y terhadap variabel Z UJI KELAYAKAN (GOODNESS OF FIT) REGRESI DATA PANEL Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.272674 0.264217 1.347755 32.24142 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
1.212668 1.571217 156.2141 0.867061
Sumber : Data Diolah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
Dari hasil Uji F statistik tersebut dapat diketahui bahwa nilai F statistic signifikan dengan nilai 0.000000% (Prob(F-statistic). Hal tersebut menunjukan bahwa hasil uji kelayakan data panel adalah layak sehingga penelitian ini layak untuk diteruskan ke uji berikutnya. Tabel 7 Uji t (2) variabel Y terhadap variabel Z Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ROA
0.195152 1.507180
0.978682 0.261190
0.199403 5.770433
0.8424 0.0000
Sumber : Data Diolah
Dari uji t dapat disimpulkan bahwa ROA (Y), t hitung = 5.770433, maka t hitung > t table (5.770433 > 1.663) dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000 yang artinya lebih kecil dari á = 5%, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ROA bernilai positif dan signifikan terhadap Harga Saham . Dan dari uji t dapat dibuat persamaan regresi sebagi berikut: Harga Saham = 0.195152 + 1.507180 ROA Tabel 8 Koefisien Determinasi (2) variabel Y terhadap variabel Z R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.272674 0.264217 1.347755 32.24142 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
1.212668 1.571217 156.2141 0.867061
Sumber : Data Diolah
Tabel diatas menunjukkan nilai R-squared sebesar 0,272674. Hal tersebut menunjukkan kemampuan model variabel bebas hanya mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 27.26%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti dengan demikian semakin tinggi ROA maka Harga Saham semakin tinggi. Dari hasil uji hipotesis tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil penelitian ini didukung oleh peneliti sebelumnya yaitu: Sabir (2012) yang menyatakan NPL berpengaruh siginifikan terhadap ROA, Arimi (2012) yang menyatakan BOPO berpengaruh terhdapa ROA, Sudiyatno; Widati (2010) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh terhadap ROA, Purnawati & Sri (2013) yang menyatakan bahwa Inflasi berpengaruh terhadap ROA, Wijaya; Mardiyati & Rosalina (2013) yang menyatakan nilai tukar berpengaruh terhadap ROA, serta Gunrianto (2012) yang menyatakan ROA berpengaruh terhadap Harga Saham. Sudiyatno (2010) dan Arimi (2012) yang menyatakan bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhdap ROA. Namun hasil penelitian
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
tersebut berbeda atau tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh: Arimi (2012) yang menyatakan bahwa NPL tidak berpengaaruh signifikan terhadap ROA, Wijaya (2012) yang menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhdapa ROA, Arimi (2012) yang menyatakn bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, Mardiyati & Rosalina yang menyattakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sabir (2012) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA, Murtianingsih (2012) yang menyatakn bahwa BI Rate berpengaruh signifikan terhadap IHSG KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa variable NPL, BOPO, CAR, Inflasi dan Nilai tukar berpengaruh signifikan terhadapa ROA, sedangkan LDR dan BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Dan Return on Asset (ROA) sebagai variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel NPL, LDR, BOPO, CAR, BI Rate, Inflasi, Nilai Tukar USD/IDR, sebesar 95,32% sedangkan , variasi dari perubahan Harga Saham (HS) sebagai variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel Return On Asset (ROA) sebesar 27.26 %. Peneliti menyarankan agar peneliti berikutnya memperluas obyek penelitian dengan memasukan semua bank yang masuk dalam LQ45, serta menambah variabel penelitian baik variabel internal maupun variabel eksternal. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati. (2006). Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan NIlai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Perbankan Indonesia Tahun 2001. Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Oktober 2013. Dahlan, Siamat.(2005) Manajemen Lembaga Keuangan (Edisi Kelima). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dendawijaya, Lukman. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer dan Richard Startz. (2004). Makroekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Fauziah. (2012). Analisis Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Muamalat dan BCA tahun 2007-2011.
27
FAKTOR PENENTU HARGA SAHAM BANK BUMN Oleh : Indra Siswanti
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Juniarti, Fajar Ari. (2013). Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Bi Rate, Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012), (online). (repository.uinjkt.ac.id/dspace/ bitstream/123456789/23973/1/skripsi.pdf, diakses 09 September 2014). Kartika W.S. & Muchamad Syaichu. (2006). Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum Di Indonesia. Studi Manajemen Dan Organisasi, III(2):1. (http:// ejournal.undip.ac.id/index.php/smo diakses 09 September 2014). Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Kuncoro, Mudrajad & Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE. Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Erlangga. Lestari, Ika Maharani & Toto Sugiharto. (2007). Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Volume 2, ISSN: 1858-2559. Universitas Gunadarma. Loen, Boy & Ericson, Sonny. (2007). Manajemen Aktiva Passiva Bank Non Devisa. Jakarta: Grasindo. Mankiw, N. Gregory. (2003). Teori Makro Ekonomi (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga. Manurung, Mandala dan Raharja, Pratama. (2004). Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta: FEUI. Nachrowi, D.N. dan H. Usman (2006). Penggunaan Teknik Ekonometrika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ponco, Budi. (2008). Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM dan LDR terhadap ROA (studi kasus perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007. Universitas Diponegoro. Puspitasari, Diana. (2009). Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan suku bunga BI terhadap ROA (studi pada Bank
28
Devisa di Indonesia periode 2003-2007). Universitas Diponegoro. Rahman, Hasanuddin. (2000). Kebijakan Kredit Perbankan yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti. Riyadi, Selamet. (2006). Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sudiyatno, Bambang & Jati Suroso. (2010). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008. Dinamika Keuangan dan Perbankan. Universitas Stikubank Semarang. Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta. Supriyanti, Neni. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Bi Terhadap Kinerja Keuangan Pt.Bank Mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan. Skripsi Universitas Gunadarma. Undang-Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Winarno, Wing Wahyu. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan STIM YKPN. Widarjono, Agus. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya (Edisi Keempat). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Xuezhi Qin & Dickson Pastory, “Commercial Banks Profitability Position: The Case of Tanzania”, 2012, International Journal of Bussiness and Management, volume 7 nomor 13, ISSN: 1833-3850, e-ISSN: 1833-8119. Yuliandi, Imamudin. (2008). Ekonomi Moneter. Jakarta: PT Indeks.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno Abstrak:Sistem manajemen terintegrasi (SMT), mengitegrasikan beberapa sistem manajemen yang ada di perusahaan seperti:Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004) dan Kesehatan Kerja dan Sistem Manajemen Keselamatan (OHSAS 18001:2007).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi kebijakan SMT dalam perusahaan industri di bidang keselamatan kerja, kesehatan kerja dan kelestarian lingkungan hidup. Penelitian implementasi SMT ini dilakukan pada sebuah industri manufaktur yang telah mengimplementasikan SMT. Metode penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan evaluatif. Penelitian ini berhasil mengungkap implementasi SMT di industri manufaktur yang diteliti bahwa SMT telah diimplementasikan secara penuh pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (SMK3L) tetapi belum terintegrasi secara penuh terhadap Sistem Manajemen Kualitas (ISO 9001) dan sistem manajemen lainnya Integrasi sistem manajemen terintegrasi di implementasikan pada tingkat kebijakan atau komitmen manajemen, perencanaan SMK3L, implementasi opersional, monitoring dan evaluasi K3L dan peninjauan ulang untuk perbaikan kinerja berkelanjutan. Keywords:Sistem,Manajemen,Integratif, Industri, Manufaktur
PENDAHULUAN Perubahan nyata dalam tatanan ekonomi dunia saat ini ditandai dengan proses globalisasi di segala aspek kehidupan ekonomi yang membentuk dunia baru dengan batas-batas antar negara yang semakin transparan dan kabur. Pengaruh globalisasi bukan saja terbatas pada terbentuknya pasaran produk dan jasa berskala global tetapi juga sistem produksi yang berwawasan global.Konsumen terutama untuk barang-barang ekspor mempersyaratkan adanya kepatuhan terhadap regulasi, implementasi standar organisasi internasional tentang manajemen mutu, standar manajemen lingkungan, standar keselamatan dan kesehatan kerja atau Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja), dan standar internasional lainnya secara terintegrasi. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan (SMK3L)dan standar-standar internasional lainnya merupakan persyaratan standar yang harus dimiliki oleh perusahaan sebelum konsumen terutama pasar global membeli produk yang mereka hasilkan.Implementasi K3L secara terintegrasi bahkan sudah menjadi kebutuhan dunia usaha saat ini dimana perusahaan pelanggan mempersyaratkan sertifikasi dalam sistem kualitas dan Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
K3L dan system manajemen internasional sebagainya. Penelitian sebelumnya telah dilakukan pada bulan Desember 2002 sekitar 560,000 sertifikat ISO 9000 telah diterbitkan di 159 negara (Jorgensen, Mellado, dan Remmen, 2005).Jorgensen menemukan implementasi SMT untuk system manajemen mutu terintegrasi dengan sistem manajemen lingkungandi Negara-negara Eropa yang ditelitinya.Holdsworth (2003) dalam penelitiannya telah menemukan implementasi SMTpada perusahaan-perusahaan industri petro kimia dan perusahaan kimia. Holdsworth (2003) menemukan adanya perbedaan besar antara proses regulasi keselamatan, standar program manajemen risiko yang dikembangkan dalam standar manajemen lingkungan di Amerika Serikat dan standar manajemen kualitas yang dikembangkan oleh Organisasi Standar Internasional. Arifinet al., (2006, 2008), dalam penelitian pada sebuah universitas di Malaysia menemukan bahwa sistem manajemen kualitas, keselamatan dan kesehatan kerja dan sistem manajemen lingkungan telah diintegrasikan secara penuh,organisasi mengkombinasikan seluruh bagian dan sub bagian pada masing-masing sistem manajemen menjadi
29
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
sebuah sistem manajemen terintegrasi yang baru. Secara ringkasdapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Integrated Approach
Sumber : Arifin, Universiti Kebangsaan Malaysia
Saat sistem-sistem manajemen tersebut telah tergabungkan maka proses penerapan dan audit masing-masing sistem akan menjadi sebuah kesatuan dengan sendirinya.Standar manajemen mutu telah digunakan oleh lebih dari 951.486 organisasi di dunia (Souza et al, 2009). Manajemen mutu terdiri atas lima persyaratan utama yaitu sistem manajemen mutu secara umum; tanggung jawab manajemen; manajemen sumber daya; realisasi produk; pengukuran, analisa, dan peningkatan berkelanjutan. Artikel dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data, fakta, dan informasi tentang sistem manajemenkeselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan kerja serta kualitas (SMK3LQ) secara terintegrasi di perusahaan industri manufaktur yang diteliti. Artikel ini bertujuanuntuk mendapatkan jawaban bagaimana hasil penelitian ini dapat digunakan memecahkan masalah-masalah implementasi SMTdalam perusahaan industri manufaktur yang diteliti meliputiimplementasi sistem manajemen terintegrasi di bidang SMK3Lsecara terintegrasi dan implementasi SMTsecara terintegrasi dengan sistim manajemen lainnya yaitu sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan pangan. Artikel ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi industri manufaktur pada khususnya dan menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia keilmuan pada umumnya. METODE Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada sebuah industri manufaktur yang telah melaksanakan kebijakan sistem manajemen K3LQ secara terintegrasi. Perusahaan ini telah mengimplementasikan sistem manajemen mutu, sistim manajemen lingkungan, sistem manajemen
30
keselamatan dan kesehatan kerja, sistem manajemen keselamatan pangan, dan sebagainya. Proses perjalanan implementasi semua sistem manajemen tersebut pada akhirnya sampai kepada SMT. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian yang dimulai dari observasi lapangan, pengumpulan data melalui dokumen, wawancara, diskusi kelompok, analisa data, dan evaluasi serta di akhiri dengan pembuatan laporan. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 7 Agustus 2012 sampai dengan tanggal 30 Januari 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian dengan ciri menggunakan seting alami, bersifat deskriptif, menekankan pada proses, dengan menggunakan pendekatan induktif, dan memberikan perhatian kepada makna. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada fakta-fakta yang telah terjadi dalam implementasi kebijakan sistem manajemen K3L di perusahaan.Penelitian di perusahaan manufaktur ini sebagai subyek penelitian bukan sampel, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasikan. Teknik evaluasi isi dipergunakan sebagai bingkai oleh peneliti dalam melakukan pengumpulan data melalui wawancara, melakukan pengelompokan dan pembingkaian jawaban nara sumber, dan evaluasi hasil temuan kualitatif.Segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan mengiterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama.Tujuan penggunaan instrumen adalah sebagai alat pencatat informasi dari responden, mengorganisasi proses wawancara, dan evaluasi kinerja pekerjaan peneliti. Proses penelaahan teoretis suatu konsep dimulai dari komponen evaluasi, aspek yang dievaluasi, indikator sampai kepada penjabaran dan penulisan butir instrumen. Peneliti menjelaskan pakar yang menelaah instrumen, prosedur telaah dan hasil telaahnya secara kualitatif. Selanjutnya peneliti menjelaskan prosedur telaah dan hasil uji validasi panel secara kualitatif pula.Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,2004). Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data primer dan sekunder, sedangkan observasi dan interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan evaluasi implementasi kebijakan SMT di sebuah perusahaan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
manufaktur.Untuk menjaring data sekunder dapat diangkat melalui berbagai macam dokumentasi tentang perspektif implementasi dan hasil kebijakan. Teknik pengumpulan data dari sumber data primer maupun sekunder dan tertier yang dilakukan peneliti meliputi wawancara tentang regulasi, kebijakan pemerintah dan perusahaan tentang SMT, perencanaan dan sistem prosedur SMT, implementasi operasional SMT, monitoring dan evaluasi SMT, dan tinjauan ulang SMT. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum implementasi SMTdari pengamatan langsungdi perusahaan industri mengenai simbul-simbul SMT, budaya kerja berdasarkan SMT dan perilaku manajemen, dan pegawai perusahaan. Telaah dokumendilakukan terhadap dokumen kebijakan tertulistentang SMT, dokumen prosedur operasional, instruksi kerja, dokumen hasil monitoring dan evaluasi serta rencana perbaikan secara berkelanjutan. Peneliti melakukan wawancara dengan instrumen pedoman wawancara terhadap regulator dan jajaran direktur, manager, supervisor dan pegawai disebuah industri manufaktur. Peneliti menyajikan teknik pengumpulan data dalam bentuk tabel atau bagan yang meliputi komponen evaluasi, aspek yang dievaluasi, sumber data, instrumen yang digunakan dan sumber data, teknik pengumpulan data dan jenis instrumen yang digunakan. HASIL Implementasi Sistem Manajemen Terintegrasi SMK3L Berdasarkan hasil wawancara mengenai regulasi SMT dibidang ketenagakerjaan dengan salah seorang Pejabat Direktorat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kementrian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Pertanyaan yang diajukan adalah “Bagaimana regulasi implentasi SMT di bidang keselamatan dan kesehatan kerja terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan yang lain?”. Ditemukan bahwa Ketentuan tentang implementasi sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya dituangkan pada Pasal 87 ayat (1) bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”. Bukti bahwa perusahaan telah mengimplementasikan sistem manajemen keselamatan kerja dan kesehatan kerja terintegrasi Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dengan sistem manajemen lainnya berupa sertifikat SMK3/OHSAS 18001 yang diterbitkan oleh lembaga independen yang diberi kewenangan untuk melakukan audit dan menerbitkan sertifikat. Ketentuan mengenai integrasi tersebut di atas menurut Direktur K3 mengandung pengertian bahwa terdapat pengawasan yang melekat dari manajemen puncak Perusahaan melalui struktur organisasi K3 yang berada dibawah kendalinya langsung dan tidak sejajar atau sama dengan struktur organisasi fungsional lainnya. Penempatan struktur organisasi K3L yang memenuhi kriteria secara terintegrasi adalah berada pada leher manajemen puncak. Penetapan manajemen representatif yang membidangi SMK3L berada di atas kepala divisi, kepala departemen atau kepala seksi dalam struktur organisasi perusahaan.Penempatan struktur organisasi seperti tersebut di atas memungkinkan seluruh fungsi dalam organisasi untuk mematuhinya karena berada pada posisi yang lebih tinggi dari fungsi divisi atau departemental dalam organisasi.Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang Manajemen Representatif yang membidangi manajemen kualitas dan keselamatan bahan di perusahaan yang diteliti ditemukan bahwa struktur organisasi Manajemen Representatif berada di bawah kepala divisi operasi.Berdasarkan hasil penelitian dokumen laporan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang disampaikan oleh perusahaan kepada Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi ditemukan masih banyak perusahaan yang belum menempatkan organisasi K3 pada leher manajemen puncak, akibatnya organisasi K3 tidak dapat menjalankan fungsinya secara efektif karena kebijakan dan program-programnya kurang mendapatkan perhatian yang serius dan masih dipandang sebagai pusat biaya bukan pusat keuntungan. Menurut salah seorang pejabat perusahaan yang membidangi masalah integrasi manajemen ditemukan bahwa perusahaan telah mengimplementasi SMK3LQ dari dokumen tertulis penetapan kebijakan K3LQ; (2) dokumen perencanaan K3LQ yang berupa prosedur operasi dan implementasi; (3) dokumen pelaksanaan rencana K3LQ; (4) dokumen hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3LQ; dan (5) dokumen peninjauan dan peningkatan kinerja K3LQ.Kebijakan perusahaan yaitu memastikan sebagai perusahaan industri bahan perasa dan wangiwangian terkemuka di Indonesia, Asia, di dunia
31
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
dengan melakukan penyempurnaan sistem manajemen terintegrasi (ISO 9001:2008; ISO 22000:2005; ISO 14001:2004; OHSAS 18001:2007;) secara berkesinambungan guna terpenuhinya kepuasan pelanggan, menjamin produk makanan yang aman, mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang sekecil mungkin juga sangat peduli dengan kondisi rona awal lingkungan hidup. Hasil wawancara dengan Jajaran Pimpinan dan pegawai industri manufaktur yang diteliti ditemukan bahwa Perusahaan telah menunjuk perwakilan manajemenatau manajemen representatifdalam mengkoordinir dan mengelola sistem manajemen integrasi, meliputi keseluruhan aktivitas SMK3LQ, sesuai dengan arahan manajemen puncak yang dituangkan dalam Kebijakan Operasional Integrasi dan Prosedur sebagaimana tercantum dalam Manual Integrasi dan Prosedur Manual perusahaan. Berdasarkan dokumen prosedur operasional tugas dan tanggung jawab Manajemen Representatif perusahaan secara umum adalah sebagai berikut : a) Memastikan tindakan yang tepat waktu dan efektif dilakukan oleh departemen yang sesuai untuk memelihara integritas sistem Integrasi. b) Menelaah sistem Integrasi organisasi dan program. c) Menetapkan dan memelihara sistem tindakan perbaikan dan pencegahan untuk memastikan penanganan yang efektif dari kekurangan sistem Integrasi. d) Memastikan dokumentasi sistem manajemen integrasi selalu aktual. Hasil wawancara dengan salah seorang Manajemen Representatif di perusahaan yang diteliti diperoleh informasi bahwa Manajemen Representatifperusahaandijabat oleh 2 orang yang masing-masing memiliki peran yang berbeda, yaitu Manajemen Representatif bidang Quality Assuranceberfungsi sebagai Manajemen Representatif untuk ISO 9001:2008 dan ISO 22000:2005 dan Manajemen Representatif bidang K3L yang berfungsi sebagai Manajemen Representatif untuk ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007. Manajemen Representatifuntuk SMK3L berbagi peran dengan suatu bagian yang secara khusus menangani implementasi K3L yaitu Koordinator EHS. Berdasarkan dokumen operasional perusahaan dan dokumen uraian pekerjaan ditemukan tugas dan tanggung jawab Koordinator EHS antara
32
lain sebagai berikut : a) Memastikan sistem keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan berjalan efektif di dalam organisasi berdasarkan arahan Global Regulatory Affair b) Mengembangkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan berdasarkan arahan Safety Regional dan Global c) Menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan bekerja sama dengan kepala fungsi d) Menunjuk tim auditor untuk memonitor dan melakukan verifikasi sistem K3L. Kondisi SMT SMK3LQsebuah industri manufaktur yang diteliti tergambar secara visual dalam Gambar 2 menunjukkan pola integrasi antara SMK3 dengan manajemen lingkungan. Gambar 2. Integrated OSHAS18001/SMK 3-ISO14001
Sumber : Data Diolah
Pada diagram tersebut terlihat bahwa integrasi 2 sistem manajemen di industri manufaktur tersebut telah terintegrasi proses dari mulai dari peninjauan awal atau tinjauan ulang, penetapan kebijakan, implementasi kebijakan K3L dan monitoring atau pengawasan dan perbaikan kinerja K3L berkelanjutan. Integrasi implementasi kebijakan SMT K3L dan manajemen lingkungan di industri manufaktur yang diteliti telah dilaksanakan dan telah terintegrasibaik pada aspek penetapan kebijakan, perencaaan K3L, implementasi operasional K3L, pengukuran dan pengawasan K3L, maupun peninjauan ulang dan perbaikan kinerja K3L berkelanjutan. Beberapa dokumen yang sudah diintegrasikan antara lain adalah audit mandiri, prosedur pelatihan, prosedur pengendalian catatan, dan telaah manajemen, sedangkan prosedur-prosedur lainnya masih belum dapat dilaksanakan karena adanya perbedaan yang signifikan yang menyebabkan tidak dapat dilakukan integrasi secara penuh. Berdasarkan hasil Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
wawancara dengan jajaran perusahaan industri manufaktur yang diteliti ditemukan bahwa implementasi sistem manajemen keselamatan kerja, kesehatan kerja dan sistem manajemen lingkungan telah terintegrasiImplementasi SMT secara terintegrasi dimungkinkan karena manajemen perusahaan menetapkan seseorang untuk menjadi ManajemenRepresentatif. untuk menangani integrasi sistem-sistem tersebut. Di sisi lain manajemen perusahaan tersebut juga telah menetapkan seorang pejabat yang berbeda untuk menjadi Manajemen Representatif yang menangani integrasi sistem manajemen kualitas dan sistem manajemen keselamatan pangan sehingga integrasi dapat dilaksanakan pula. Penetapan kedua Manajemen Representatif tersebut posisinya berada di bawah manager divisi yang masih berada pada posisi dibawah manajemen puncak. Penunjukan dua orang Manajemen Representatif untuk sistem manajemen yang berbeda dapat menjadikan hambatan bagi proses integrasi sistem manajemen yang ada ke perusahaan manufaktur tersebut. Penetapan Manajemen Representatif yang dapat memungkinkan SMT idelnya berada pada struktur organisasi di bawah manajemen puncak bukan berada di bawah manager divisi. Implementasi Sistem Manajemen TerintegrasiK3L dengan Sistem Manajemen Lainnya Hasil penelitian di sebuah industri manufaktur mengenai pola integrasi SMK3L dengan Sistem manajemen lainnya seperti manajemen mutu dan Manajemen keselamatan pangan telah diimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informen perusahaanmengenai pola integrasi SMK3L dengan sistem manajemen lainnya seperti manajemen kualitas dan manajemen keselamatan pangandiperoleh informasi bahwa SMK3L telah terintegrasi secara terpisah dan integrasi manajemen kualitas dan manajemen keselamatan pangan terintegrasi secara tersendiri, bukti implementasi SMK3L telah diintegrasikan dengan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan pangan ditemukan dari dokumen prosedur operasional matrik manual integrasi. Dari prosedur manual integrasi ditemukan bahwa sistem manajemen K3L telah terintegrasi di satu sisi secara penuh, demikian pula sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan pangan di sisi yang lain telah terintegrasi secara penuh pula namun berdasarkan hasil Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
wawancara dengan salah seorang Manajemen Representatif yang membidangi manajemen mutu dan keselamatan pangan diperoleh informasi bahwa kedua sisi integrasi tersebut belum dilakukan secara penuh. Masing-masing sisi SMT menggunakan executive evaluation yang sama dari penetapan kebijakan manajemen yang merupakan penggabungan dari semua aspek dalam sistem manajemen terintegrasi. Pada tahap berikutnya masing-masing sisi mempunyai dokumen integrasi, proses dan audit sendiri-sendiri dan hanya sebagian saja yang terintegrasi. Berdasarkan hasil dokumen prosedur manual ditemukan beberapa prosedur yang telah diintegrasikan yaitu prosedur internal audit, prosedur telaah manajemen, prosedur pelatihan dan prosedur pencatatan dokumen secara ringkas dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 3. Gambar 3. Integrated OSHAS18001/SMK 3-ISO14001
Sumber : Data Diolah
Integrasi SMK3L/Sistem manajemen mutu menunjukkan bahwa integrasi terjadi pada 2 bagian yaitu SMK3L pada satu bagian dan antara Sistem manajemen mutu dan manajemen keselamatan pangan pada bagian kedua. Demikian pula dengan integrasi pada sistem manajemen mutu dan keselamatan pangan sudah terintegrasi secara penuh. Integrasi dua sistem secara penuh ini telah membawa perusahaan pada kinerja yang baik setidaknya akan mampu menurunkan tingkat kecelakaan kerja, mencegah penyakit akibat kerja dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen perusahaan yang ditelitidisebutkan bahwa perusahaan telah mencapai tingkat kecelakaan kerja nihil dan mendapatkan penghargaan dari pemerintah berupa sertifikat kecelakaan nihil di tahun 2011. Integrasi SMK3L dengan sistem nanajemen lainnya seperti manajemen mutu, manajemen keselamatan pangan berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang
33
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
manajerperusahaan manufaktur yang diteliti disebutkan pangan belum dilaksanakan secara penuh. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan pula bahwa penetapan dua orang Manajemen Representatif secara terpisah tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristif sistem manajemen yang dikelola oleh masing-masing Manajemen Representatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu manajer divisi yang membawahi Manajemen Representatif dijelaskan bahwa penempatan Manajemen Representatif di bawah manajer divisi dikaitkan dengan fokus kegiatan pada area produksi atau operasi produksi. Terkait penetapan struktur organisasi dengan 2 Manajemen Representatif dan berada di bawah manajer divisi dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Struktur Organisasi Intergrasi Parsial
Sumber : Data Diolah
PEMBAHASAN Implementasi Sistem Manajemen Terintegrasi SMK3L Membandingkan hasil penelitian IMS SMK3L dengan relevan maka integrasi antara SMK3 dengan sistem manajemen lingkungan telah menunjukkan kesamaan dalam konsepsistem manajemen terintegrasi pada industri manufaktur yang diteliti. Dengan menggabungkan model CIPP (Context Input Process Product) dan Siklus manajemen dan siklus SMK3L maka SMT terdapatkesesuaian model dari keduanya. Bahwa sistem manajemen terintegrasi adalah penggabungan dua buah sistem manajemen menjadi sebuah sistem manajemen yang mampu merepresentasikan kepentingan kedua sistem manajemen pembentuknya. Berdasarkan penelitianArifin K. et al. (2009) mengungkapkan bahwa dengan metode integrasi, organisasi akan mengkombinasikan seluruh bagian dan sub bagian pada masing-masing sistem manajemen menjadi sebuah sistem manajemen terintegrasi yang baru.Integrasi dimulai dari penetapan kebijakan,
34
perencanaan SMK3L yang digambarkan pada bagianexecutive evaluation, implementasi operasional SMK3L yang digambarkan sebagai sistem manajemen terintegrasi berupa dokumentasi/ SOP-SOP, monitoring dan pengawasan SMK3L yang digambarkan sebagai audit tunggalatau satu kali pemeriksaan untuk sertifikasi, maupun peninjauan ulang dan perbaikan kinerja berkelanjutan yang digambarkan sebagai proses tunggalatau satu kali kegiatan. Dengan satu kali audit, satu kali kegiatan akan memungkinkan menghasilkan efektivitas dan efisiensi yang sangat besar bagi perusahaan. Integrasi tersebut dapat menghemat waktu, kebutuhan tenaga kerja, dan biaya untuk implementasi sistem manajemen terintegrasi tersebut.Namun integrasi yang terjadi seperti Peneliti uraikan di atas masih bersifat parsial yaitu hanya dari 2 sistem manajemen yang telah terintegrasi yaitu satu sisi untuk implementasi SMTpada bidangsafety, health and environmental dan pada sisi yang lain implementasi SMT pada bidang manajemen mutu dan manajemen keselamatan pangan.Sedangkan integrasi diantara kedua kelompok sistem manajemen tersebutbelum dilakukan secara penuh di dalam perusahaan perusahaan manufaktur yang diteliti seperti yang terlihat pada penelitian relevan gambar 2 yang dilakukan pada Universitas kebangsaan di Malaysia yang mencakup integrasi manajemen mutu, manajemen lingkungan dan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Agar dapat terintegrasi secara penuh maka struktur organisasi K3L/Manajemen Representatif berdiri sendiri sebagai suatu departemen atau divisi yang secara khusus menangani SMK3Ltidak merangkap jabatan dengan fungsi lain dalam organisasi perusahaan. Organisasi EHS merangkap sebagai Manajemen Representatif EHS agar tidak terjadi dualisme kepemimpinan dalam organisasi. Manajemen Representatif EHS akan muncul secara tegas dalam struktur organisasi perusahaan tersebut tidak seperti yang terjadi saat ini. Departemen K3L / EHS yang dipimpin oleh EHS Manager/Manajemen Representatif ditempatkan pada leher manajemen puncak dalam struktur organisasi perusahaan. Keberadaan Departemen K3L pada kendali manajemen puncak yaitu struktur organisasi yang berada di leher manajemen puncak, dapat menimbulkan dampak yang luar biasa besar dibandingkan dengan struktur organisasi yang ada saat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
itu yang masih berupa organisasi semu dan tidak di bawah kendali manajemen puncak. ImplementasiSistem Manajemen TerintegrasiK3L dengan Sistem Manajemen Lainnya Peneliti tidak membahas lebih detail satu per satu mengenai integrasi SMK3L dengan sistem manajemen lainnya.Peneliti hanya mengungkap sebagian integrasi tersebut untuk memberikan informasi secara keseluruhan tentang integrasi dengan sistem manajemen lainnya. Dengan alasan bahwa sistem manjemen K3L berbeda karakteristik cukup signifikan dengan sistem manajemen mutu maupun sistem manajemen keselamatan pangan.Proses integrasi bagian satu dan bagian kedua hanya terjadi integrasi sebagian elemen saja tidak terjadi secara menyeluruh yaitu terjadi pada sebagian dokumen, peninjauan kembali dan perbaikan berkelanjutan, sedangkan perencanaan operasional, monitoring dan audit dilakukan secara terpisah oleh organisasi yang berbeda. Evaluasi di atas menunjukkan bahwaSMT pada semua sistem manajemen di industri manufaktur yang diteliti belum terintegrasi secara penuh.Perusahaan akan dapat mengambil manfaat yang besar dan signifikan baik secara internal maupun eksternal; Penetapan Manajemen Representatif tunggal yang bertanggungjawab untuk semua sistem manajemen dalam satu perusahaan baik sistem manajemen QHSE. Dengan adanya satu Manajemen Representatif maka proses integrasi akan lebih mudah untuk dilakukan karena tidak ada dualisme kepemimpinan dalam Manajemen Representatif dan proses integrasi akan dapat berjalan dengan efektif serta efisien. Organisasi Manajemen Represntatif berdiri sendiri sebagai suatu departemen atau divisi yang secara khusus menangani QSHE tidak merangkap jabatan dengan fungsi lain dalam organisasi perusahaan pada gambar 5. Penyatuan Manajemen Representatif dan peningkatan struktur organisasi QSHE dan penempatan departemen QSHE yang dipimpin oleh Manajemen Representatif QSHE berada pada leher manajemen puncak dalam struktur organisasi perusahaan menjadikan organisasi lebih fokus dalam menjalankan fungsinya tanpa adanya intervensi dari divisi atau departemen lain karena organisasi sudah tegas dan berada pada leher manajemen puncak.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Gambar 5. Struktur Organisasi Integrasi Penuh
Sumber : Data Diolah
Integrasi secara penuh diharapkan ManajemenRepresentatif mampu mencari keterkaitan dari persyaratan-persyaratan tersebut, serta memutuskan apakah persyaratan-persyaratan tersebut pendokumentasiannya dapat digabungkan menjadi satu atau tetap berdiri sendiri-sendiri. Integrasi secara penuh juga akan memberi gambaran secara jelas dan rinci kepada Manajemen Representatif bagaimana cara menuliskan dokumen yang terintegrasi dari tiga sistem manajemen, yang meliputi SMT manajemen mutu, manajemen lingkungan dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dengan adanya penyatuan Manajemen Representatif maka diagram sistem manajemen terintegrasi akan terbentuk seperti pada gambar 6. Gambar 6. Oendekatan Integrasi Penuh
Sumber : Data Diolah
Pada gambar 6 terlihat bahwa semua sistem manajemen yang ada diperusahaan telah terintegrasi secara penuh. KESIMPULAN Integrasi implementasi kebijakan SMTK3 dan manajemen lingkungan, di industri manufaktur yang diteliti telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien dan telah terintegrasi secara penuh baik pada aspek
35
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Oleh : Yuni Pratikno
penetapan kebijakan, perencaaan K3L, implementasi operasional K3L, pengukuran dan pengawasan K3L, maupun peninjauan ulang dan perbaikan kinerja K3L berkelanjutan. Demikian pulaIntegrasi pada sistem manajemen mutu dan keselamatan pangan sudah pula pada sisi implementasi SMT bidang sistem manajemen kualitas dengan sistem manajemen keselamatan pangan telah terintegrasi secara penuh.Integrasi duabidang sistem secara penuh di perusahaan manufaktur yang diteliti ini telah membawa perusahaan pada kinerja yang baik setidaknya akan mampu menurunkan tingkat kecelakaan kerja, mencegah penyakit akibat kerja dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup.Beberapa dokumen yang sudah diintegrasikan antara lain adalahaudit mandiri, prosedur pelatihan, prosedur pengendalian catatan, dan telaah manajemen, sedangkan prosedur-prosedur lainnya masih belum dapat dilaksanakan karena adanya perbedaan yang signifikan yang menyebabkan tidak dapat dilakukan integrasi secara penuh. Integrasi SMK3L dengan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen keselamatan pangan di industri manufakturyang diteliti belum terintegrasi secara penuh. Integrasi secara penuh memungkinkan terjadinya penghematan di beberapa hal antara lain biaya akan dapat ditekan, dokumentasi akan lebih simpel, proses dan audit dapat dilakukan dalam waktu yang sama sehingga dapat menghemat banyak waktu dan biaya. Integrasi manajemen sistem Quality Health, Safety and Environmental(QHSE) merupakan hal yang dapat disatukan dalam satu dokumen sebagaimana telah terjadi pada hasil penelitian relevan sebelumnya di organisasi lain sehingga IMS akan lebih efektif dan efisien dalam penerapannya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Creswell, John W.Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010. Dunn, William N., Public Policy Analysis: An Introduction, New Jersey: Pearson. Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan dari edisi kedua dengan Judul Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.
36
Widoyoko,Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 Gaspersz, Vincent,. Three in one ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001, Sistem Manajemen Kualitas, K3, Lingkungan (SMK3L) dan Peningkatan Kinerja Terus Menerus, Bogor: Vinchristo Publication, 2012 Moleong,Lexy,.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Putra Remaja Rosdakarya, 2011. Quinn, Michael Patton. Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Ramli, Soehatman.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja –OHSAS 18001, Jakarta: Dian Rakyat, 2010. Riyanto, Boedi. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan (K3L) Industri Konstruksi, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2010. Simanjuntak, Payaman. Manajemen Hubungan Industrial, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011 Stufflebeam, D.L., Shinkfield, A.J.Evaluation Theory, Models,And Application, San Francisco: John Wiley & Sons, Inc 2007. Arifin, K (2009). Implementation of Integrated Management System in Malaysia: The Level of Organization’sUnderstanding and Awareness,European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X 31(2), pp.188195http://www.eurojournals.com/ejsr.htm, di akses 8 Mei 2012. Jørgensen, T.H. Mellado, M.D. Remmen A. Integrated Management systems,http:// www.plan.aau.dk. (Aalborg University : 2004). Diakses 8 Mei 2012. International Labor Organization.OHS Management System : A toll for contiual improvement, http:/ /www.ilo.org,diakases28 April 2011. Holdsworth, Rodger (2003). Practical applications approach to design, development and implementation of an integrated management system, Journal of Hazardous Materials:104, New Orleans, LA,diakses 5 April 2013. Sumaedi Sik, et. al. Studi Penerapan Sistem Manajemen Terintegrasi ISO 9001 dan ISO 14001 pada Distributor Truk Berat. Diakses 23 Desember 2012.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal ABSTRACT The purpose of research is to see the effect of policy office channeling funds and spin off to the third party and its effect on the growth of Islamic banking assets. Methods multiple linear regression was used as a model to identify independent variables sharia bank deposits, BI rate and inflation rate of the dependent variable the growth of Islamic banking assets. The results of multiple linear regression showed that only the growth of thirdparty funds significant that influence the growth of Islamic banking assets. Chow test is used to identify any changes in independent variables affect the dependent variable showed that the office channeling and spin off a significant effect in changing the behavior of third-party funds to encourage the growth of Islamic banking assets. Influence policy office channeling more rapid response by national banks rather than spin off policy. However effect spin-off policy is much greater in influencing the growth of Islamic banking assets. Keywords: asset growth of Islamic banking, third party funds, office channeling and spin off. PENDAHULUAN Perbankan syariah di Indonesia mulai dipraktekkan dalam sistem perbankan nasional sejak tahun 1992, dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Namun Undang-undang tentang praktek perbankan syariah baru disahkan pada tahun 2008. Ini artinya sudah lebih dari 15 tahun usia perbankan syariah sejak diberlakunya UU Perbankan Syariah. Pada awal berdiri bank syariah, perkembangannya dirasakan masih sangat lambat. Sampai dengan tahun 2005, asset perbankan syariah tidak lebih dari 21 triliun rupiah dan hanya mengambil porsi perbankan nasional sebesar 1,4 persen (Bank Indonesia, 2005). Dikeluarkannya kebijakan office channeling pada awal tahun 2006, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah. Bahkan pada tahun 2008 market share perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai 5 persen. Tapi nyatanya sampai dengan tahun 2008, hasil tersebut belumlah dapat dicapai. Diduga salah satu penyebab kecilnya pangsa pasar perbankan syariah karena kurangnya pengetahuan konsumen terhadap perbankan syariah, kurangnya komitmen pemerintah, sosialisasi yang kurang dan masalah perdebatan hukum halal haram bunga bank (Sari, Bahari, & Hamat, 2013). Sampai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pada akhirnya, pada tahun 2008 dikeluarkan UndangUndang Perbankan Syariah yang di dalam salah satu pasalnya mengatur tentang kebijakan spin off. Kebijakan spin off tertuang dalam UndangUndang Nomor 21 tentang Perbankan Syariah dan dikuatkan dengan adanya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah (UUS). Dikatakan bahwa UUS wajib dipisahkan (spin-off) dari BUK apabila nilai aset UUS telah mencapai 50 persen dari total nilai aset Bank Umum Konvensional (BUK) induknya, atau paling lambat 15 tahun sejak berlakunya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Kebijakan spin off diharapkan dapat mendorong Unit Usaha Syariah (UUS) yang dimiki oleh Bank Konvensional berubah menjadi Bank Syariah atau terpisah dari bank induknya (bank konvensional), sehingga asset yang dimiliki oleh perbankan syariah diharapkan juga akan mengalami peningkatan. Sampai dengan Juni 2014 asset perbankan syariah telah mencapai 244,20 triliun rupiah, setara dengan 4,65 persen dari total asset perbankan nasional. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan potensi besar penduduk muslim di Indonesia, apalagi bila dibandingkan dengan
37
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
pangsa pasar di negara-negara muslim lainnya. Hal ini terjadi karena bank syariah dipandang sebagai alternatif, bukan kewajiban bagi umat Islam Indonesia (Sari et al., 2013). Industri perbankan syariah tumbuh dengan cepat dan mendapat momentum dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah (Hasan, 2011). Diprediksikan pada Desember 2012 perbankan syariah tumbuh optimum dengan pangsa pasar 5,75 persen, tetapi mengalami perlambatan pada Oktober 2018 (Ismal & Haryati, 2013). Jika dilihat dari pertumbuhan asset perbankan syariah (Grafik 1) maka terlihat bahwa asset perbankan syariah tumbuh secara eksponensial. Artinya ada suatu optimisme baru tentang pertumbuhan asset perbankan syariah yang akan berakselerasi lebih cepat lagi. Grafik 1. Perkembangan Asset Perbankan Syariah
Sumber : Bank Indonesia, 2014
Adanya program-program stimulus yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, dirasakan sebagian pihak belum optimal mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah. Namun jika melihat pertumbuhan asset yang bergerak secara eksponensial kehawatiran tersebut rasanya dapat terbantahkan. Artinya keraguan tentang kebijakan office channeling dan spin off yang selama ini telah berjalan mulai dirasakan dampaknya. Pertumbuhan asset perbankan secara umum didorong oleh bertambahnya dana yang dihimpun oleh bank itu sendiri, begitu pula dengan bank syariah yang sebagian besar assetnya ditopang oleh dana pihak ketiga. Tingginya kinerja bank syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga, akan mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah (Hidayah, 2008). Dana pihak ketiga dan jaringan kantor berpengaruh signifikan terhadap asset perbankan
38
syariah (Rohaya, 2008). Asset bank mencerminkan alokasi dana yang dimilikinya, karena berdasarkan neraca bank umum aktiva dikelompokkan atas cadangan, kredit/pembiayaan, investasi sekuritas, dan aset lainnya (Darna, 2006). Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dihimpun bank dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, tabungan, dan deposito (Riyadi, 2006). DPK di bank syariah terdiri dari giro wadiah, tabungan wadiah dan mudharabah, serta deposito mudharabah. DPK merupakan sumber dana utama yang akan disalurkan bank syariah pada pembiayaan, sehingga semakin tinggi DPK yang dapat dihimpun oleh bank syariah maka akan semakin tinggi pula aktivitas pembiayaan yang dapat dilakukan oleh bank syariah (Ismail, 2011). Namun, kondisi ini juga tidak lepas dari kondisi perekonomian yang cederung berfluktuasi. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan keuangan syariah memiliki hubungan yang signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang (Abduh & Omar, 2012). Beberapa variabel makroekonomi turut mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah seperti, BI rate dan tingkat inflasi. Suku bunga Bank Indonesia berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah (Hidayah, 2008). Tingkat bunga dan nilai tukar memiliki korelasi negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan asset dan dana pihak ketiga perbankan syariah (Darna, 2006). Meski tidak secara langsung mempengaruhi asset perbankan syariah, Pendapatan Domestik Bruto (PDB), inflasi, suku bunga deposito bank umum dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia (Muttaqiena, 2013). Office channeling merupakan suatu bentuk pelayanan perbankan syariah yang dilakukan pada kantor-kantor cabang Bank Umum Konvensional (BUK) yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Layanan syariah dengan Syariah Channelling Outlet (SCO) diartikan sebagai mekanisme kerjasama kegiatan penghimpunan dana antara kantor cabang syariah sebagai induk dengan kantor cabang konvensional yang sama dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro, tabungan dan atau deposito (Bank Indonesia, 2005).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
Kebijakan office channeling tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8 Tahun 2006. Kebijakan ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap bank syariah dan juga untuk mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah yang pada saat itu pangsa pasarnya sangat kecil, 2 persen, dibanding asset perbankan nasional. Spin off merupakan salah satu bentuk upaya untuk melakukan restrukturisasi perusahaan. Spin off dilakukan apabila ada unit kegiatan usaha yang dipisahkan dari sebuah perseroan dan berdiri sebagai suatu perseroan baru yang terpisah. Dengan demikian perseroan tersebut akan mempunyai direksi sendiri dan independen dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan perseroan baru tersebut berada di tangan para pemegang saham. Hal ini dimaksudkan agar unit tersebut dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat, lebih efisien dan ada yang secara khusus bertanggung jawab (Bennet, 2001). Tulisan ini, ingin melihat dampak kebijakan office channeling dan spin off dalam mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah yang dipengaruhi oleh dana pihak ketiga, BI rate dan tingkat inflasi pada periode triwulan pertama tahun 2001 sampai dengan triwulan kedua tahun 2014. METODE Metode penelitian bersifat kuantitatif, dengan tingkat eksplanasi bersifat komparatif dan asosiatif kausal. Metode penelitian kuantitatif biasa digunakan untuk penelitian pada populasi tertentu dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara random dengan analisis data statistik yang bertujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009). Studi komparatif digunakan untuk membandingkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya terhadap suatu variabel yang diamati. Dalam hal ini adalah untuk membandingkan keadaan pertumbuhan asset perbankan syariah sebelum dan sesudah kebijakan office channeling dan spin off. Sedangkan studi asosiatif kausal bersifat mencari hubungan sebab akibat antara suatu variabel dengan variabel lainnya (Kuncoro, 2009). Penelitian asosiatif kausal dimaksudkan untuk mencari pengaruh variabel bebas Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi (INF) dan BI Rate (BIRate) terhadap variabel terikat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pertumbuhan Asset Perbankan Syariah (ASSET). Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah Indonesia dengan sampel penelitian seluruh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari triwulan pertama tahun 2001 sampai dengan triwulan kedua tahun 2014. Data diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (BI) dan Data Ekonomi Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS). Regresi linier berganda digunakan untuk mengestimasi dan/ atau memprediksi nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan lebih dari satu nilai variabel bebas yang diketahui (Widarjono, 2013). Metode OLS pada regresi linier berganda harus memenuhi uji asumsi klasik seperti normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas. Analisis model regresi linier berganda meliputi uji F, uji t dan koefisien determinasi. Guna melihat ada tidaknya perubahan perilaku pertumbuhan asset perbankan syariah digunakan uji perubahan struktural model regresi (Uji Chow). Terjadinya perubahan struktural dalam model regresi menunjukkan adanya perbedaan nilai parameter estimasi dalam periode penelitian (Widarjono, 2013). Artinya, perubahan struktural akan menyebabkan adanya perbedaan di dalam intersep (konstanta) atau slope atau kemungkinan adanya perbedaan baik intersep maupun slope dalam garis regresi. HASIL Hasil regresi linier berganda dengan variabel terikat pertumbuhan asset perbankan syariah (LnASSET) menggunakan metode OLS terlihat dalam Tabel 1. Dari hasil tersebut terlihat adanya variabel autoregresif, AR(1), yang diikutkan dalam model regresi dengan tujuan mengatasi masalah autokorelasi yang terjadi. Dengan demikian, model yang terbentuk adalah sebagai berikut: ln Asset t ln Asset t 1 0 (1 ) 1 (ln DPK t ln DPK t 1 ) 2 ( BIRatet BIRatet 1 ) 3 ( INFt INFt 1 ) v t Dimana: βi = koefisien/konstanta ρ
= koefisien autoregresi (AR(1))
39
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda dengan Asset sebagai Dependent Variable Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LnDPK
0,640187 0,979060
0,183852 0,009628
3,482084 101,6853
0,0011 0,0000
BIRate INF
-0,254028 0,348697
0,498073 0,201000
-0,510022 1,734812
0,6124 0,0892
0,748106
0,083744
8,933232
0,0000
AR(1)
R2 = 0,9998
F-Stat = 65.817,36 (0,0000)
Sumber : Data Diolah SPSS, 2014
Guna memenuhi persyaratan model regresi dengan pendekatan OLS dibutuhkan pemenuhan terhadap asumsi klasik yang ada, yaitu normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas. Hasil uji asumsi klasik normalitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas dirangkum dalam Tabel 2. Uji normalitas dari data residual model regresi menggunakan Uji Jarque-Bera, dimana nilai statistik Jarque-Bera sebesar 0,8260 dengan probabilitas 0,6617. Nilai probabilitas Jarque-Bera 0,6617 lebih besar dari nilai alpha 0,05. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa residual didistribusikan secara normal tidak bisa ditolak, sehingga residual hasil regresi mempunyai distribusi normal. Uji autokorelasi menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) dengan metode Breusch-Godfrey. Nilai statistik hitung dari uji tersebut sebesar 3,9817 dengan probabilitas 0,1366. Nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha 0,05. Artinya tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, sehingga tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi. Tabel 2. Uji Normalitas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik
Metode
Normalitas
Uji Jarque-Bera
Autokorelasi Heteroskedastisitas
Nilai Statistik
Prob.
JarqueBera
0,8260
0,6617
Uji LM Obs*R2 (Metode Breusch-Godfrey)
3,9817
0,1366
Obs*R2
4,8839
0,1805
Metode Breusch-Pagan
Sumber : Data Diolah SPSS, 2014
Guna menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model, digunakan metode Breusch-Pagan. Nilai statistik hitung sebesar 4,8839 dengan probabilitas 0,1805 yang nilainya lebih besar dari 0,05, dengan demikian hipotesis nol dari uji tersebut
40
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Koefisien korelasi antar variabel bebas digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (multikolinieritas). Korelasi antar variabel bebas terjadi jika nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,8. Tabel 3 menunjukkan nilai koefisien korelasi antar variabel bebas, dimana tidak ada yang nilainya lebih dari 0,8. Koefisien korelasi tertinggi dimiliki oleh BI Rate dan Inflasi yang nilainya 0,786. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Tabel 3. Uji Multikolinieritas Variabel Bebas
BI Rate
DPK
Inflasi
BI Rate
1,0000
-0,5749
0,7855
DPK
-0,5749
1,0000
-0,4023
Inflasi
0,7855
-0,4023
1,0000
Sumber : Data Diolah SPSS, 2014
Analisis model regresi linier berganda meliputi uji F, uji t dan koefisien determinasi. Ketiga hasil tersebut dapat dilihat dari Tabel 1. Nilai statistik F sebesar 65817,36 dengan probabilitas 0,0000. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (bahkan 0,01) menunjukkan bahwa nilai statistik F atau F hitung lebih besar dari F kritisnya, sehingga hipotesis nol dari uji F ditolak. Artinya model yang dibentuk dapat digunakan untuk mengintepretasikan pengaruh variabel bebas Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan BI Rate terhadap variabel terikat Pertumbuhan Asset Perbankan Syariah sampai dengan tingkat signifikansi 1%. Hasil uji t yang terdapat pada Tabel 1 dapat dilihat pada kolom t-statistic dan prob. Nilai prob untuk variabel pertumbuhan DPK mencapai 0,0000 sama artinya dengan nilai t hitung (t-statistic) yang lebih besar dari t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan DPK Perbankan Syariah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Asset Perbankan Syariah hingga mencapai taraf keyakinan 99%. Nilai koefisien regresi DPK menunjukkan elastisitas pengaruh pertumbuhan DPK terhadap pertumbuhan Asset. Pada saat DPK Perbankan Syariah tumbuh sebesar 1%, maka Asset Perbankan Syariah juga
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
akan tumbuh sebesar 0,9791%. Dan sebaliknya, pada saat DPK Perbankan Syariah mengalami penurunan sebesar 1%, maka Asset Perbankan Syariah juga akan mengalami penurunan sebesar 0,9791%. Hasil ini dikuatkan oleh penelitian sebelumnya (Rohaya, 2008) dan (Hidayah, 2008) bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah. BI Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Asset Perbankan Syariah. Hal ini ditunjukkan dari nilai probability t hitung yang mencapai 0,6124, dengan demikian perubahan tingkat bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Asset Perbankan Syariah. Pada saat BI Rate dinaikan atau diturunkan, Asset Perbankan Syariah tidak akan mengalami perubahan. Pertumbuhan GDP dan equivalent rate tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah (Nasution, 2009). Hal ini sebenarnya sangatlah wajar, menginggat geliat perbankan syariah selama periode penelitian sedang mengalami pertumbuhan yang terus menerus dan diprediksikan akan terus tumbuh (lihat Grafik 1), sedangkan BI Rate merupakan instrumen kebijakan moneter pemerintah yang nilainya disesuaikan dengan keadaan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Hasil uji t untuk Inflasi menunjukkan bahwa Inflasi berpengaruh signifikan hanya sampai derajat keyakinan 90%. Artinya pengaruh Inflasi terhadap pertumbuhan Asset Perbankan Syariah tidak cukup kuat. Koefisien regresi Inflasi bernilai 0,348697 mengindikasikan pengaruh searah dari Inflasi terhadap Asset. Pada saat tingkat inflasi tinggi, maka Asset Perbankan Syariah ikut meningkat. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang seharusnya. Dimana pada saat tingkat inflasi tinggi, maka masyarakat cederung akan kekurang likuiditas dan mendorong untuk menarik simpanan (DPK) yang dimikinya, sehingga Asset Perbankan Syariah akan menurun. Kondisi yang bertolak belakang ini, dapat disebabkan oleh geliat perkembangan Asset Perbankan Syariah yang lebih kuat dari pengaruh Inflasi itu sendiri. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya tingkat signifikansi koefisien AR(1).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Nilai AR(1) menunjukkan pengaruh pertumbuhan Asset Perbankan Syariah pada periode sebelumnya. Dimana nilai prob mencapai 0,0000 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Asset Perbankan Syariah pada periode sebelumnya (tiga bulan sebelumnya) berpengaruh signifikan. Besarnya pengaruh Asset terhadap dirinya sendiri sebesar 0,748106 (nilai koefisien AR(1)) mencerminkan bahwa pertumbuhan 1% Asset pada periode sebelumnya akan berdampak pada pertumbuhan Asset dimasa sekarang sebesar 0,7481%. Tingkat kepercayaan pengaruh Asset terhadap dirinya sendiri mencapai 99%, menjadi salah satu faktor berkurangnya pengaruh inflasi dan BI Rate. Artinya pertumbuhan Asset Perbankan Syariah lebih didominasi oleh pertumbuhan DPK dan pertumbuhan Asset pada masa yang lampau. PEMBAHASAN Perkembangan Asset Perbankan Syariah yang senantiasa meningkat didukung oleh beberapa paket kebijakan Peraturan Bank Indonesia tentang Perbankan Syariah seperti office channeling dan spin off. Guna melihat apakah ada tidaknya pengaruh kedua kebijakan tersebut terhadap model regresi Asset Perbankan Syariah digunakan Uji Chow. Tabel 4. Uji Chow Chow Breakpoint Test: 2006Q1 F-statistic
2,535759
Prob. F(5,43)
0,0426
Log likelihood ratio
13,69516
Prob. Chi-Square(5)
0,0177
Chow Breakpoint Test: 2011Q3 F-statistic
2,461110
Prob. F(5,43)
0,0478
Log likelihood ratio
13,33868
Prob. Chi-Square(5)
0,0204
Sumber : Data Diolah SPSS, 2014
Pada tabel 4 di atas memperlihatkan hasil uji chow, dengan nilai prob. F-statistik dan nilai prob. ChiSquare pada dua titik beda, yaitu: triwulan pertama tahun 2006 dan triwulan ketiga tahun 2011. Kedua nilai prob. F-statistik lebih kecil dari alpha 5% dan prob. Chi-Square lebih kecil dari alpha 5%, artinya hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perubahan struktural model regresi ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktural model regresi pada triwulan pertama tahun 2006 dan triwulan ketiga tahun 2011.
41
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
Perubahan model regresi pada awal tahun 2006 mengindikasikan bahwa kebijakan office channeling berpengaruh signifikan terhadap perubahan perilaku DPK perbankan syariah dalam mempengaruhi asset perbankan syariah. Hal ini diperkuat dengan hasil regresi linier sebelum dan setelah dikeluarkannya kebijakan office channeling awal tahun 2006. Pada tabel 5, terlihat bahwa koefisien regresi DPK sebelum office channeling sebesar 0,9458 mengalami peningkatan menjadi 0,9840 setelah diberlakukannya office channeling. Artinya pengaruh pertumbuhan DPK menjadi lebih besar dalam mendorong pertumbuhan Asset Perbankan Syariah. Jika dilihat dari pergerakan asset perbankan syariah (Gambar 1) pada saat dikeluarkannya kebijakan office channeling tidak tampak pergerakan asset yang signifikan. Artinya, kebijakan office channeling secara umum tidak berpengaruh signifikan terhadap asset perbankan syariah (Rohaya, 2008). Pertumbuhan asset perbankan syariah lebih bersifat alamiah, bukan karena adanya stimulus dari kebijakan office channeling. Namun demikian kebijakan office channeling memberikan dampak terhadap besaran pengaruh dana pihak ketiga dalam mempengaruhi pertumbuhan asset perbankan syariah. Kebijakan office channeling tidak berdampak langsung terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah, melainkan melalui dana pihak ketiganya. Dari pertumbuhan dana pihak ketiga inilah kebijakan office channeling dapat dirasakan oleh pertumbuhan asset perbankan syariah. Kebijakan office channeling dimaksudkan agar jumlah nasabah bank syariah bertambah, dengan dibukanya layanan syariah di gerai-gerai bank konvensional. Bertambahnya nasabah bank syariah secara otomatis akan menambah jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah. Tanpa membuka kantor cabang atau gerai syariah suatu unit usaha syariah (UUS) dapat memperoleh tambahan dana pihak ketiga dari bank induknya (BUK). Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terbesar aktiva bank, peningkatan dana pihak akan berpengaruh pada pertumbuhan aset perbankan (Ali, 2004). Bagi bank syariah dengan modal yang kecil, pertumbuhan dana pihak ketiga menjadi sumber utama dalam meningkatkan kemampuan bank
42
melakukan ekspansi usaha, yang pada akhirnya akan menambah jumlah asset bank syariah itu sendiri. Tabel 5. Hasil Estimasi Regresi Linier Sebelum 2006, 2006-2011 dan Setelah 2011 Sampel 2001Q1 – 2005Q4 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LnDPK
0,945750
0,023335
40,52908
0,0000
0,022666
43,41434
0,0000
0,032698
33,42935
0,0000
Sampel 2006Q1 – 2011Q2 LnDPK
0,984008
Sampel 2011Q3 – 2014Q2 LnDPK
1,093074
Sumber : Data Diolah SPSS, 2014
Berbeda dengan kebijakan office channeling, kebijakan spin off perbankan syariah direspon lebih lamban. Hal ini terlihat dari jumlah Bank Umum Syariah (BUS) pada awal diberlakukannya kebijakan spin off (tahun 2008) jumlahnya meningkat hanya dua BUS saja, dari 3 menjadi 5. Jumlah Unit Usaha Syariah yang melakukan spin off baru bertambah secara signifikan pada akhir tahun 2010, dimana jumlah total BUS mencapai 11 bank. Meskipun demikian, hal itu tidak serta merta meningkatkan jumlah asset perbankan syariah. Hasil uji chow yang menunjukkan perubahan struktur pada model regresi baru terlihat signifikan menjelang akhir tahun 2011, tepatnya triwulan ketiga tahun 2011. Pada awal tahun 2008 sampai dengan triwulan kedua tahun 2011 tidak terjadi perubahan struktur model regresi. Perubahan struktur model regresi akibat kebijakan spin off diperkuat oleh nilai koefisien regresi DPK sebelum dan setelah spin off (Tabel 5). Koefisien regresi DPK sebelum spin off sebesar 0,9840 mengalami peningkatan menjadi 1,0931. Artinya pengaruh pertumbuhan DPK menjadi jauh lebih besar lagi dalam meningkatkan asset perbankan syariah dibandingkan dengan dampak kebijakan office channeling. Dampak kebijakan spin off juga merubah elastisitas pengaruh pertumbuhan DPK terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah. Sebelum kebijakan spin off peningkatan pertumbuhan asset perbankan syariah tidak lebih besar daripada peningkatan pertumbuhan DPK perbankan syariah, tetapi setelah kebijakan spin off setiap peningkatan satu persen DPK akan meningkatkan pertumbuhan asset perbankan syariah sebesar 1,0931 persen. Dibandingkan dengan kebijakan office channeling yang tidak berdampak langsung terhadap
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
pertumbuhan asset, kebijakan spin off memiliki dampak langsung terhadap pertumbuhan asset perbankan syariah. Kebijakan spin off mendorong unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank konvensional menjadi bank umum syariah, sehingga secara otomatis asset perbankan syariah lebih besar pertumbuhannya. Guna mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah ke arah yang lebih signifikan, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang lebih nyata dan langsung dirasakan oleh industri perbankan syariah. Sebagaimana kebijakan spin off, skema kebijakan yang disusun oleh pemerintah diharapkan mampu mendorong arus modal ke dalam perbankan syariah. Kebijakan seperti penempatan dana haji di bank syariah menjadi salah satu contoh dalam mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah. KESIMPULAN Pertumbuhan asset perbankan syariah yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun sangat didominasi oleh pertumbuhan DPK perbankan syariah itu sendiri dan relatif tidak terpengaruh oleh tingkat suku bunga dan inflasi. Pertumbuhan DPK perbankan syariah menjadi salah satu indikator cerminan seluruh stakeholder pelaku perbankan syariah dalam mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah. Kebijakan Bank Indonesia dalam mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah dengan paket kebijakan office channeling dan spin off berpengaruh signifikan dalam merubah perilaku DPK untuk mendorong pertumbuhan asset perbankan syariah. Pengaruh kebijakan office channeling lebih direspon cepat oleh industri perbankan nasional daripada kebijakan spin off. Namun dapak kebijakan spin off jauh lebih besar dalam mempengaruhi pertumbuhan asset perbankan syariah. UCAPAN TERIMA KASIH Kami haturkan ucapkan terima kasih kepada institusi kami, Perbanas Institute, atas kesempatan yang telah diberikan untuk penyusunan artikel ilmiah ini. Besar harapan kami artikel ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya perbankan syariah.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DAFTAR PUSTAKA Abduh, M., & Omar, M. A. (2012). Islamic banking and economic growth: the Indonesian experience. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, 5(1), 35–47. doi:http://dx.doi.org/10.1108/ 17538391211216811 Ali, M. (2004). Asset Liability Management; Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional dalam Perbankan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Bank Indonesia. (2005). Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia. Jakarta: www.bi.go.id. Bank Indonesia (2014). Statistik Perbankan Syariah. Jakarta: www.bi.go.id. Bennet, S. (2001). Reorganisasi Perseroan Terbatas. Bandung: Refika Aditama. Darna. (2006). Volatilitas Tingat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Hasan. (2011). Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 1(1). Hidayah, E. H. N. (2008). Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah. Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Ismail. (2011). Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana. Ismal, R., & Haryati, R. (2013). The optimal and decreasing growth rate of the Islamic banking industry. Qualitative Research in Financial Markets, 5(3), 229–243. doi:http://dx.doi.org/ 10.1108/QRFM-04-2011-0008 Kuncoro, M. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (3rd ed.). Jakarta: Erlangga. Muttaqiena, A. (2013). Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga dan Nilai Tukar Terhadap DPK Perbankan Syariah di Indonesia 20082012. Economics Development Analysis Journal, 2(3), 175–186.
43
KEBIJAKAN OFFICE CHANNELING DAN SPIN OFF STIMULAN PERBANKAN SYARIAH Oleh : Muhammad Iqbal
Nasution, A. W. (2009). Pengaruh Pertumbuhan Variabel Ekonomi Makro dan Equivalent Rate Terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia. Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Riyadi, S. (2006). Banking Asset and Liability Management (3rd ed.). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Rohaya, H. (2008). Perkembangan Skala Usaha Perbankan Syariah di Indonesia Pra dan Pasca Kebijakan Ofûce Channeling. La Riba: Jurnal Ekonomi Islam, 2(2), 191–213.
44
Sari, M. D., Bahari, Z., & Hamat, Z. (2013). Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia: Suatu Tinjauan. Jurnal Aplikasi Bisnis, 3(2), 120–138. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Widarjono, A. (2013). Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya (4th ed.). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi ABSTRACT Globalization is acceptable in the present cause there is a difference between leadership and management policy, between a leader and a manager, so the concept or form of influence should not be interchanged. Besides the leadership is more often associated with changes in the stability and management as well as daily activities - day. We can, of course, bring this distinction too far. When there is a significant organizational change, leadership and management is required. Because our goal is to focus on the changes. With a strong statement then there is a fundamental question about whether the premise is true leadership - really an important thing. A reasonable statement to accept the hypothesis that the true leader - really have a noticeable impact on organizational change. An important characteristic of leadership, the first is essentially about relationships. Second, leadership is personal and third, the leadership can not be understood unless the following three variables considered and evaluated, namely (a) a leader with values, beliefs, personality and behavioral dimensions of public (b) adherents to the values, beliefs, needs such as achievement, affiliation and power and general behavior (c) Situation. Analysis of changes in particular on organizational change emphasizes the role of leader of change within each phase with a gradual way of thinking can be divided into stages (a) prapeluncuran, (b) launch, (c) pascapeluncuran, and (d) maintain the changes. Current leadership and future leadership core is able to deal with paradox, tensions and contradictions. Finally, an irony that being an effective leader is more complex and difficult than any thing, but it is indispensable to effective leadership. Keywords: Lead, Change, Organisation, Phase, Future PENDAHULUAN Dalam era globalisasi maka fenomena kebijakan yang diterima pada masa sekarang adalah adanya kenyataan bahwa ada perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen, antara seorang pemimpin dan seorang manajer, sehingga konsep atau bentuk pengaruh seharusnya tidak dipertukarkan. Selain itu kepemimpinan lebih sering terkait dengan perubahan dan manajemen dengan stabilitas serta kegiatan sehari-hari. Saat terjadi perubahan organisasi yang penting, kepemimpinan dan manajemen diperlukan. Untuk saat ini tujuan dari analisis organisasi adalah memfokuskan pada perubahan kepemimpinan ketimbang manajemen, dengan mengingat batasan yang telah disebutkan. Secara lebih spesifik, tekanan anlisis organisasi adalah lebih pada peran pemimpin untuk memprakarsai, menerapkan dan mempertahankan perubahan organisasi. Lebih lanjut lagi, adalah bahwa tanpa
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kepemimpinan perubahan organisasi tidak akan pernah tercapai. Dengan pernyataan yang kuat semacam itu, maka ada beberapa pertanyaan mendasar tentang suatu premis yaitu apakah kepemimpinan benar-benar merupakan suatu hal yang penting ? Untuk pertanyaan ini, maka akan dilakukan analisis secara singkat sejumlah ide yang didasarkan pada penelitian dan teori yang diterima dengan baik. Kebijakan yang diterima tentang ciri kepemimpinan yaitu, prinsip yang membantu mendefinisikan kepemimpinan dan akan dilakukan analisis pula tentang masalah perubahan organisasi yang menyangkut beberapa fase seperti fase – fase perubahan organisasi dan peran pemimpin. Kepemimpinan perubahan hari ini dan masa depan juga merupakan suatu kajian yang cukup penting untuk mengantisipasi perkembangan global yang sekarang ini.
45
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
PEMBAHASAN A. Kepemimpinan Merupakan Suatu Hal Penting Ada kelompok pemikiran yang mempertanyakan manfaat kepemimpinan organisasi. Argumentasinya adalah bahwa banyak variabel yang mempengaruhi hasil organisasi seperti lingkungan eksternal, budaya organisasi, tenaga penjual dan perubahan organisasi yang cepat, sedang pemimpin hanya sekedar merespon variabel ini (Aldrich,1997). Kelompok pemikiran lain menyatakan bahwa prioritas memainkan peran penting dimana keputusan dan tindakan organisasi yang sebelumnya mempengaruhi keputusan strategi akhir, lebih dari yang dapat dilakukan pemimpin (Miles et al.,1978). Posisi yang mempertanyakan manfaat pemimpin ini, bagaimanapun sangat tergantung pada cara kepemimpinan didefinisikan, metode yang digunakan dalam penelitian, dan jenis analisis statistik yang digunakan. Intinya adalah bahwa sejumlah kesimpulan ini dapat dilacak langsung ke metode yang digunakan sebagai suatu konsekuensi dan interpretasi lain dari hasil penelitian adalah memungkinkan juga. Telah jelas, dalam hal apapun, bahwa tindakan pemimpin tidak menjelaskan sama sekali atau sebagian besar dari hasil organisasi. Meskipun demikian, pemimpin benar – benar membuat perbedaan, dan perbedaan ini terutama sangat nyata, saat terjadi perubahan organisasi. Kita tidak harus hanya mengandalkan pada hasil – hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan tentang apakah pemimpin membuat perbedaan atau tidak. Kejadian sejarah telah memberikan fakta – faktanya. Kepemimpinan merupakan dua sisi mata uang dimana setiap orang yang menduduki posisi kepemimpinan dapat memiliki suatu dampak yang positif dan negative. Kita tentu ingat Hitler, Stalin dan Osama bin Laden, seperti dinyatakan oleh Hogan dan Curphy yaitu reaksi terhadap kepemimpinan yang tidak layak adalah termasuk jumlah karyawan yang keluar, pembangkangan, sabotase industrial, dan tindak pura – pura sakit. Iklim organisasi yang diteliti dari pertengahan tahun 1950-an hingga saat ini trus menunjukkan bahwa 60% - 75% dari karyawan dalam organisasi tak peduli waktu dan tempat dilaksanakannya survey dan tak peduli kelompok tugas yang dilibatkan melaporkan bahwa aspek yang
46
paling tidak atau sangat menimbulkan stress dari pekerjaan mereka adalah supervisor langsung mereka (Hogan et al.,1990). Pemimpin yang bagus mungkin memberikan tekanan kepada karyawan mereka, tetapi manajemen yang kasar dan tidak kompeten menciptakan hilangnya produktivitas sebesar jutaan dollar setiap tahun (Curpy et al.,1994). Zaccaro (2001) juga memberikan fakta yang meyakinkan bahwa pemimpin membuat perbedaan. Dia mengutip sebagai contoh penelitian Weiner dan Mahoney yang telah meneliti 193 perusahaan selama lebih dari 19 tahun. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa kepemimpinan menyebabkan rata – rata 44% dari varians dalam profit dan 47% dalam harga saham. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, hasil penelitian kepemimpinan ini tidak menerangkan sejumlah hal penting. Zaccaro juga menyebut fakta lain. Apa yang tidak jelas, bagaimanapun adalah tingkat dampak kepemimpinan selama perubahan organisasi terjadi. Ada sejumlah fakta yang bersifat anekdot tetapi hanya sedikit yang bersifat ilmiah. Meskipun demikian, tampak masuk akal untuk menerima hipotesis bahwa pemimpin benar – benar memiliki dampak yang nyata pada perubahan organisasi. B.
Karakteristik Kepemimpinan Yang Penting Berbicara tentang karakteristik penting kepemimpinan, intinya yang pertama adalah tentang hubungan. Tak peduli konsep yang dipakai maka dalam kasus kepemimpinan, tanpa seorang pengikut maka tidak ada pemimpin. Kedua, kepemimpinan adalah bersifat pribadi. Pemimpin dapat memiliki kemampuan membujuk dan mempengaruhi serta cara dipengaruhi dan dibujuk oleh orang lain. Kepemimpinan adalah bukan tentang posisi tetapi tentang cara seseorang menggunakan dirinya sendiri. Ketiga, kepemimpinan tidak dapat dipahami kecuali ketiga variabel berikut dipikirkan dan dinilai yaitu (a) pemimpin dengan nilai, keyakinan, dimensi kepribadian dan perilaku umum (b) pengikut dengan nilai, keyakinan, kebutuhan seperti prestasi, afiliasi dan kekuasaan serta perilaku umum (c) Situasi. Secara lebih spesifik, seseorang sebagai pemimpin tertarik dengan pemahaman diri yaitu tingkat pemahaman pemimpin tentang cara dia mempengaruhi orang lain, cara dia melaksanakan kontrol diri dengan baik dan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
mengelola perasaan dengan, serta cara orang lain dalam mempengaruhi dirinya. Dua variable pribadi tambahan yang penting adalah ambisi dan substansi kepemimpinan. Berkenaan dengan hal tersebut O’Toole (1999) menyatakan secara jujur bahwa sesungguhnya hanya percaya satu karakter alamiah yang penting bagi kepemimpinan yang efektif dan hal itu adalah ambisi dan dijamin, hal ini pasti bukan suatu tabiat pribadi yang menarik, karena orang tersebut sangat menginginkan kekuasaan, keunggulan dan dukungan public. Mohandas K.Gandhi yang sucipun memiliki ambisi. Inti dari pernyataan O’Toole adalah bahwa untuk menjadi pemimpin yang efektif, seseorang perlu memiliki keinginan untuk mempengaruhi orang lain. Tanpa motif semacam itu, manusia tidak bisa hanya memiliki rangsangan, energy yang diperlukan (dan hal itu memerlukan energy yang besar) untuk berhasil sebagai seorang pemimpin. Memang diketahui bahwa terlalu banyak ambisi akan menyebabkan kegagalan, tetapi memiliki ambisi yang sedikit di atas tingkat rata – rata adalah perlu. Tentang substansi kepemimpinan, pemimpin yang berhasil adalah orang yang memiliki visi tentang masa depan dan dapat mengkomunikasikan cerita yang mengandung visi secara lengkap. Cerita ini menekankan identitas di masa depan. Berkenaan dengan pengikut seharusnya dilihat dulu bahwa pada saatnya memiliki tanggung jawab organisasi atau tanggung jawab ke orang lain. Sebagai pengikut, bagaimanapun, tanggung jawab utama adalah untuk berinteraksi dan berhubungan dengan pemimpin dalam hal pencapaian tujuan dan selalu memberitahukan kebenaran kepada pemimpin, apakah berita itu bagus atau tidak serta tidak memberitahukan pemimpin hal yang mereka pikir ingin didengar pemimpin. Ketika Warrant Bennis (1989) sedang memegang peran pemimpin sebagai pimpinan Universitas of Cincinnati, dia menyatakan bahwa satu hal yang sangat diinginkan pimpinan, baik pemimpin Negara, perusahaan atau universitas adalah kebenaran diatas segala hal, sepanjang waktu, namun hal ini adalah satu hal yang paling jarang didapat pemimpin dari asistenya. Satu hal akhir tentang pengikut adalah bahwa bila ingin tahu hal yang benar – benar disukai pemimpin, tanyakanlah orang kedua. Variabel ketiga dalam trilogi penting tentang memahami kepemimpinan adalah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
konteks atau situasi. Hal penting untuk memahami tentang kepemimpinan adalah situasi, lingkungan yang menjadi tempat pemimpin harus memimpin dan sumber daya yang ada. Sejumlah contoh spesifik tentang hal yang yang dimaksud dengan konteks atau situasi adalah (a) cara kinerja untuk pemimpin yang ditentukan dimana pada akhirnya mempengaruhi perilakunya secara langsung (b) sifat budaya organisasi terutama tentang harapan yaitu tentangapa yang diharapkan dari pemimpin dalam budaya ini dan norma serta nilai tentang hal – hal seperti hubungan pemimpin pengikut, tingkat penghargaan terhadap hierarki, cara akuntabilitas dan pembuatan keputusan dibuat (c) jenis organisasi seperti korporasi, bisnis keluarga, organisasi nirlaba atau badan pemerintah yang pada akhirnya akan mempengarhui perilaku pemimpin. Sebagai contoh, jabatan kepala bagian mungkin digunakan di seluruh jenis organisasi, tetapi peran dan harapannya akan berbeda. Dalam sebuah universitas dan organisasi nirlaba. Dalam sebuah korporasi, kepala bagian melaksanakan segala hal, memiliki otoritas formal, mengharapkan pengikut untuk berperilaku seperti bawahan. Di sebuah universitas, kepala bagian melayani anggota, bukan sebaliknya, tidak memiliki otoritas formal dan mengharapkan pengikut untuk berperilaku seperti kucing yang tidak perlu digembalakan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tidak dapat dipahami dengan penuh tanpa membicarakan ketiga variabel utama. Kepemimpinan, lalu dapat dipahami dengan sangat baik sebagai suatu interaksi antara dan diantara pemimpin (perilaku, keahlian, kepribadian dan motivasi) pengikut, dengan motif, spesifik yang mempengaruhi pengikut dan pemimpin. Interaksi ini bersifat memahami karakteristik penting dan sifat kepemimpinan. C.
Mempimpin Perubahan Organisasi Suatu anggapan dari perubahan organisasi adalah bahwa membuat rencana dalam gaya linear dengan langkah 1,2,3 atau tahap A,B diikuti oleh C dan seterusnya, akan tetapi dalam penerapan perubahan, yang ditemukan adalah bahwa proses itu tidak bersifat linear atau dengan kata lain proses nonlinear. Perubahan tidak pernah terjadi seperti yang direncanakan. Ketika intervensi dibuat, anggota
47
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
organisasi bereaksi dalam cara yang tidak sepenuhnya dapat diprediksi. Dengan kata lain konsekuensi yang tidak terantisipasi terjadi dari inisiatif dan intervensi yang direncanakan yang kemudian harus dikelola dan dibicarakan. Penolakan terhadap perubahan adalah apa yang biasanya kita sebut sebagai konsekuensi. Tetapi perubahan organisasi tidak ditolak oleh semua orang. Dan penolakan yang terjadi jarang terwujud dalam bentuk yang sama pada orang yang berbeda (Hambrick et al,1989). Dalam banyak kasus sebagian besar tindakan untuk memimpin dan mengelola perubahan organisasi adalah proses mengatasi konsekuensi yang tidak terantisipasi dan tidak diprediksi. Tetapi memang diperlukan suatu rencana. Perlu dipahami bahwa bagaimanapun perubahan tidak akan persis seperti yang telah direncanakan. Cara memulai perubahan yang wajib diketahui adalah harus memiliki visi untuk masa depan yang akan menghasilkan tujuan yang jelas. Dengan kejelasan tujuan dan cara merencanakan proses perubahan yang dibuat secara bertahap maka akan dapat mengatasi dan mengelola konsekuensi yang tidak dapat diantisipasi. Sesuai dengan pernyataan yang dinyatakan sebelumnya dalam analisis perubahan khususnya tentang perubahan organisasi yang menekankan peran pemimpin perubahan didalam setiap fase dengan cara berfikir secara bertahap. Fase yang ekstensif tentang perubahan organisasi dapat dibagi menjadi tahaptahap (a) prapeluncuran, (b) peluncuran, (c) pascapeluncuran, dan (d) mempertahankan perubahan. 1. Fase Prapeluncur Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa kepemimpinan adalah pribadi yaitu tentang menggunakan diri sendiri untuk menjadi orang yang berpengaruh, orang yang cakap dan orang yang dapat mewujudkan visi organisasi. Selama fase ini pemimpin lebih banyak bekerja sendirian meskipun dari waktu ke waktu dia akan ingin mencari bantuan dan opini dari orang yang dipercayainya. Paling tidak ada empat elemen yang dimiliki lingkungan eksternal yang mewujudkan kebutuhan untuk berubah serta yang memberikan kejelasan visi dan arah.
48
a)
Pengujian diri : Elemen ini mengandung tiga bagian yaitu pemahaman diri, motif, dan nilai serta aspek kepemimpinan yang paling terisolasi. Hal ini memerlukan instropeksi untuk (a) memahami dengan kekuatan dan keterbatasan seseorang sebagai pemimpin; (b) menguji motif seseorang, terutama yang berkaitan dengan keinginan untuk melaksanakan perubahan yang akan merusak dan memengaruhi kehidupan anggota organisasi (dan anggota keluarga mereka), terutama kehidupan emosional mereka; dan (c) mengetahui dengan jelas nilai seseorang dan semirip apa hal tersebut dengan budaya organisasi yang diinginkan. § Pemahaman diri – pendapat, yang mengatakan bahwa pengujian diri adalah tahap awal yang penting dalam proses perubahan organisasi didasarkan pada temuan penelitian terbaru bahwa pemahaman diri yang meningkat sangat terkait dengan kinerja. Sebagai contoh manajer dan eksekutif yang berkinerja tinggi cenderung memiliki kesesuaian yang lebih besar antara cara mereka memandang diri mereka sendiri dengan cara orang lain melihat diri mereka ketimbang eksekutif dan manajer yang memiliki kinerja sedang atau rendah (Atwatet et al.,1992). § Motif – seperti telah diutarakan sebelumnya O’Toole percaya bahwa ambisi adalah motif bernilai dari kepemimpinan (McClelland,1975). Argumen O’Toole dan penelitian McGlelland sama-sama menyatakan bahwa ambisi dan kebutuhan untuk kekuasaan adalah bukan motif yang perlu disesali. Tiga kebutuhan utama yang dipelajari McGlelland adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan untuk kekuasaan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
§
b)
Nilai”semakin besar kesesuaian antara kebutuhan serta nilai individu dan budaya oranisasi (norma dan nilai), semakin tinggi motivasi dan kinerja (Burke,1992). Segala hal yang lebih penting adalah bahwa pemimpin perubahan terutama eksekutif puncak memiliki kesesuaian antara nilai pribadi mereka dan nilai organisasi. Kesesuaian ini tentu saja penting untuk keberhasilan perubahan organisasi terutama yang berkaitan dengan budaya. Lingkungan Eksternal : Elemen fase prapeluncuran ini adalah tentang pemantauan lingkungan eksternal organisasi khususnya bagi tujuan perubahan untuk mendapatkan sebanyak mungkin data tentang tren masa kini dan masa mendatang. Adalah tanggung jawab pemimpin perubahan untuk melihat bahwa pengumpulan data ini terjadi. Terlebih lagi kebutuhan untuk elemen dari fase prapeluncuran ini didasarkan pada teori system terbuka yaitu kenyataan bahwa daya hidup perusahaan tergantung pada lingkungan eksternalnya. Seberapa baik suatu organisasi menilai dan menganalisis lingkungannya memiliki hubungan langsung dengan tingkat keberhasilan dan pada akhirnya dengan daya hidupnya. Dalam kaitannya dengan perubahan organisasi, substansi dan proses dari perubahan semacam itu biasanya merupakan reaksi atas berubahnya lingkungan eksternalmaksudnya sejumlah teknologi baru, keinginan pelanggan yang berubah, pesaing baru atau mungkin perubahan dalam peraturan pemerintah. Sebagai contoh dalam kasus Smith Kline Beecham, tingkat perubahan transformasional untuk dua perusahaan ini, yaitu keputusan untuk merger yang dibuat bersamaan oleh masing – masing eksekutif puncak, adalah keinginan untuk berkompetisi pada tingkat global dan mengatasi masalah pangsa
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
c)
d)
pasar yang menyusut untuk kedua organisasi. Dengan kata lain, di dalam industry mereka, adalah jelas bahwa persaingan menjadi semakin global dan bahwa akuisisi serta merger kemunkinan besar merupakan bentuk utama dari tanggapan atas perubahan eksternal itu. Penilaian yang dibuat oleh dua eksekutif puncak pada tahun 1988 – 1989 itu langsung mendapat dukungan penuh. Tujuan dari aktivitas prapeluncuran, oleh karena itu, adalah untuk memastikan bahwa upaya perubahan adalah respon langsung atas berubahnya factor lingkungan, untuk membangun dasar kerja bagi pembuatan situasi perubahan selama fase peluncuran dan untuk membawa substansi perubahan yang relevan untuk diintegrasikan ke visi dan ke arah perubahan yang jelas. Membangun Kebutuhan Untuk Berubah : Richard Beckhard biasanya mengatakan bahwa tidak ada pengorbanan maka tidak ada perubahan. Apa yang dimaksudkan adalah bahwa bila orang dalam organisasi merasa tidak perlu berubah, maka mereka mungkin tidak menerimanya. Jadi suatu situasi harus dibuat. Hal ini adalah tanggung jawab pemimpin selama fase prapeluncuran. Dimulai dengan informasi tentang tren yang berubah di lingkungan eksternal, pemimpin perubahan membuat scenario tentang bagaimana organisasi akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan ini. Dengan menciptakan kebutuhan dan mempersiapkan situasi, pesan adalah elemen ketiga dalam fase prapeluncuran. Memberikan Kejelasan Visi dan Arah : Lebih disukai bila visi dan arah tujuan disampaikan oleh pemimpin unit yang menjadi target perubahan. Karena dia telah memberikan pernyataan yang luar biasa tentang tujuan dan visi. Seperti disampaikan oleh O’Toole (1999) bahwa visi yang tepat menyebabkan perilaku yang
49
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
sesuai. Hal itu menggunakan konsep sederhana dan mudah diingat yang menjelaskan kebutuhan apa yang harus berbeda untuk esok hari. Visi mendeskripsikan kompetensi unik perlu diberikan pada keadaan akhir yang diinginkan (sebagai contoh yaitu inilah yang harus kita lakukan secara berbeda agar bisa berhasil). Seringkali suatu visi akan membuat pilihan menjadi jelas dengan menciptakan situasi untuk berubah, baik suatu peluang maupun krisis seperti sebagai contoh yaitu bila kita tidak berubah dengan segera maka perusahaan tidak akan selamat. Pemimpin bahkan tidak perlu menciptakan sendiri visi (meskipun banyak yang demikian). Tetapi sebisa mungkin mereka harus mengawali proses pengembangan visi dan kemudian melibatkan diri mereka sepenuhnya dalam mewujudkan visi tersebut. Komitmen bersama terhadap visi dapat dibangun, baik melalui partisipasi secara luas dalam penciptaan visi maupun melalui keterlibatan secara langsung dalam penyebaran visi. Sebagai contoh menurut teori bahwa visi berkaitan dengan melihat, menatap dan merasakan dengan mata. Dengan mengenali fakta yang sederhana pemimpin yang efektif membuat visi mereka benar – benar visual. Seperti dinyatakan O’Toole (1999), pemimpin mungkin tidak secara pribadi membuat visi, tetapi tanggung jawab untuk melihat bahwa hal itu telah dikerjakan adalah tugas pribadi sang pemimpin. Tanpa arah yang jelas tentang masa depan, serta tempat dan peran organisasi dalam masa depan, maka perubahan organisasi yang diinginkan benar – benar tidak terjadi. 2.
50
Fase Peluncuran Fase peluncuran memiliki tiga elemen yaitu mengkomunikasikan kebutuhan, aktivitas awal dan mengatasi penolakan. Tujuan utama dari fase ini adalah untuk memulai proses perubahan organisasi.
a)
b)
Menkomunikasikan Kebutuhan Situasi untuk berubah yang dikembangkan dalam fase prapeluncuran sekarang dikomunikasikan. Perhatian yang hati – hati perlu diberikan ke substansi kebutuhan dan cara hal itu dikomunikasikan. Seperti telah dinyatakan sebelumnya tentang substansi kepemimpinan, dengan memberikan visi dan mengkomunikasikan visi ini serta arah abru dalam bentuk cerita yang menyertakan pandangan tentang identitas – siapa kita sebagai organisasi dan diri ideal kita di masa mendatang – sangat berguna untuk mendapatkan pesan lintas wilayah (O’Toole,1999). Sejauh ini cara terbaik untuk menyampaikan pesan adalah dengan bertatap muka. Rekaman video yang dikirimkan eksekutif puncak yang bertindak sebagai pembicara kemungkinan tidak efektif, meskipun dengan cara yang sangat professional. Anggota organisasi ingin memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mengalami dialog tentang manfaat perubahan. Aktivitas Awal Usaha perubahan yang dimulai secara serius dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tujuan utama, tanpa mempedulikan bentuk adalah untuk memulai aktivitas – suatu kegiatan yang akan memberikan focus, menangkap perhatian, dan menciptakan kenyataan bahwa usaha perubahan tidak sekadar suatu latihan atau bukan inisiatif lain yang akan segera berlalu. Kutipan berikut ini berasal dari CEO Marshall yang memberikan dasar pemikirannya untuk perubahan, yang diikuti oleh contoh dari aktivitas awal untuk perubahan di British Airways (BA) yang menyatakan bahwa untuk membuat orang bekerja dalam cara baru, diperlukan perubahan besar dalam budaya perusahaan. Hal itu berarti memfokuskan kembali semua orang kepada pelanggan, pada pasar dan dialihkan dari rekayasa secara ekslusif dan focus pelaksanaan yang telah dimiliki. Hal
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
3.
ini harus dilakukan, tentu saja tanpa mengorbankan keselamatan, tehnis atau standar perawatan (Burke,2000). c) Menghadapi Penolakan Hal paling penting untuk diingat adalah bahwa anggota organisasi tidak selalu menolak untuk berubah. Hal yang lebih mungkin ditolak adalah kerugian perubahan. Perubahan yang merugikan cenderung menyebabkan orang merasa kehilangan kendali. Pemimpin perubahan yang hati – hati, oleh karena itu, akan bekerja keras untuk mencari jalan guna melibatkan anggota organisasi dalam proses perubahan. Pemimpin perubahan dapat lebih mudah bersikap direktif tentang cara untuk mencapai tujuan. Untuk setiap tujuan, ada beragam cara untuk mencapainya, sehingga dalam proses penerapan ada lebih banyak peluang untuk ketidaksepakatan dan penolakan yang berkelanjutan. Pemimpin perubahan perlu separtisipatif mungkin dalam rangka mencapai tujuan perubahan. Pemimpin perubahan harus lebih peduli pada tujuan ketimbang cara pencapaian tujuan. Fase Pasca Peluncuran – Penerapan Lebih Lanjut Segera setelah peluncuran dilakukan dan perubahan dilaksanakan, pemimpin perubahan mulai menyadari bahwa dia tidak dapat lebih banyak mengontrol proses. Perasaan ini sama seperti perasaan orangtua ketika memperkenalkan dunia luas kepada sang anak. Sebagai orang tua, berharap bahwa arah kehidupan yang disarankan akan diikuti, paling tidak hingga tingkat tertentu dan bahwa nilai yang anda miliki telah dilihat oleh anak anda, tetapi segera setelah dia meninggalkan rumah, maka anda sebagai orang tua, tidak memiliki control. Sesungguhnya, selama masa – masa usia remaja, tidak memiliki terlalu banyak kontrol terhadap anak juga. Demikian pula dengan peluncuran perubahan organisasi. Sebagai pemimpin perubahan berharap bahwa arah perubahan tetap jelas dan bahwa nilai – nilai
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
telah mulai diterapkan dan dijalani, tetapi sekarang lebih tergantung pada pihak lain untuk membuat perubahan menjadi efektif. Tetapi ada sesuatu untuk dipikirkan dan dilakukan. Meskipun tidak lengkap, kelima tindakan berikut ini akan membantu pemimpin perubahan untuk terus memimpin. Kelima hal itu adalah (a) pengaruh jamak (b) peredaman ketegangan (c) konsistensi (d) ketekunan (e) pengulangan pesan. a) Pengaruh Jamak Dengan mengandalkan pada satu intervensi atau satu pengungkit untuk menerapkan perubahan organisasi, terutama perubahan skala besar, adalah malapetaka (Gardner,1995). Dari tujuh studi kasus yang berbeda yang menampilkan perubahan organisasi yang sukses, tampak bahwa pengaruh jamak adalah kuncinya. Inti kesimpulan yang relevan tentang hal ini adalah sebagai berikut : § Kasus ini menggambarkan pentingnya kepemimpinan yang kuat untuk melaksanakan perubahan. Kami melihat pemimpin perubahan dalam beragam bentuk di sini. Tidak ada pengganti untuk kepemimpinan yang bervisi saat terjadi proses perubahan. Menurut teori, bila ada kepemimpinan, maka ada pengikut. § Selain untuk menunjukkan cara kerja dari fase perubahan organisasi, semua kasus ini menunjukkan penggunaan intervensi jamak. Perubahan organisasi yang sesungguhnya terlalu rumit untuk satu intervensi. Banyak sumber pengaruh diperlukan (Burke,2000). Contoh intervensi dari studi kasus ini meliputi pembuatan misi, rekayasa proses, pelatihan dan pengembangan, penciptaan nilai korporasi dan perilaku kepemimpinan baru, pengembangan proses baru dari manajemen rantai nilai, pemasangan system pengupahan
51
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
b)
c)
d)
52
berbasis kinerja yang baru, pengembangan tim, dan penciptaan kelompok kerja yang mandiri. Peredam Ketegangan Perubahan organisasi melepaskan segala jenis perasaan. Sejumlah orang tidak menginginkan perubahan, sejumlah orang yang lain menerima ide tersebut, mencoba untuk membuat segala hal terwujud, tetapi usahanya terhambat, dan pada umumnyua dengan menghadapi konsekuensi yang tak terantisipasi dari intervensi perubahan dapat menimbulkan rasa frustasi. Pemimpin perubahan kemungkinan menjadi target untuk disalahkan dengan adannya konsekuensi tak terantisipasi. Pemimpin perubahan harus meredam ketegangan. Meredam ketegangan berarti pemimpin perubahan harus menggunakan control diri yang kuat dan bekerja keras untuk mendengarkan, tidak menunjukkan pembelaan diri dan sesabar mungkin. Konsistensi Suatu ucapan klise yaitu lakukan apa yang anda ucapkan, adalah hal yang dimaksudkan disini. Selama dilakukan perubahan penting, perilaku pemimpin diamati dengan saksama. Tampaknya, adalah tugas setiap orang untuk melihat ketidakkonsistenan pada perilaku pemimpin. Apakah para pimpinan memang seperti itu. Akankah inisiatif ini akan gagal seperti yang lainnya. Tentu saja pertanyaan ini adalah tentang kepercayaan dan kepercayaan tidak hanya dibangun pada keterbukaan dan pengutaraan kebenaran, tetapi pada konsistensi antara yang dikatakan dan dilakukan seseorang. Ketekunan Ketika segala sesuatu semakin sulit, sesuatu yang pasti akan dialami selama penerapan transformasi, adalah penting bagi pemimpin perubahan untuk tetap pada rute. Ketika segala sesuatu mungkin tampak suram dan perubahan tampaknya tidak berhasil, anggota organisasi
e)
4.
memandang ke pemimpin perubahan guna melihat apakah mereka tetap berpegang pada visi dan tetap pada control. Pengulangan Pesan Sebagai pelatih untuk pemimpin perubahan, saya telah berulang kali mendengarkan ras frustasi mereka tentang pasukan tampaknya tidak memahami pesan. Pemimpin perubahan akan mengatakan sesuatu seperti tetapi saya telah memberi tahu mereka dengan sejelas mungkin. Yang selalu kita tanyakan adalah berapa kali anda telah memberi tahu mereka. Sulit untuk seringkali mengulangi visi, misi baru dan cerita kami. Seperti telah diutarakan di bagian sebelumnya, pengulangan pesan mencerminkan ketekunan. Hal terpenting disini adalah bahwa selama kekacauan akibat perubahan, anggota organisasi perlu terus diingatkan, tidak hanya tentang tujuan itu sendiri tetapi juga alasan yang membuat mereka melakukan perubahan ini. Seperti dinyatakan bahwa kelima tindakan ini bukanlah satu – satunya hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perubahan selama proses yang membingungkan saat mencoba untuk menyukseskan perubahan. Tetapi hal ini memang mungkin melambangkan aktivitas utama dari pemimpin perubahan.
Mempertahankan Perubahan Sebagai penutup dari jurnal tentang perubahan organisasi yang berhasil maka dapat dikatakan bahwa masalah terbesar sekarang adalah bahwa tidak terlalu banyak pemimpin (pengelola perubahan) yang melanjutkan, seperti ketika mengelola perubahan yang terjadi. Dengan kata lain orang – orang yang telah mencapai perubahan yang telah terjadidan telah mencapai perubahan dengan keberhasilan yang nyata; sekarang mereka harus mempertahankan hal yang telah dicapai sambil berkonsentrasi pada hal yang terus dapat diadaptasi untuk perubahan dalam lingkungan eksternal.Mempertahankan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
perubahan adalah hal yang paling sulit dari keempat fase dalam memimpin perubahan organisasi. Keempat pemikiran dan saran berikut ini dapat berguna seperti melawan ekuilibrium, mengatasi konsekuensi yang tak terantisipasi, memilih para pengganti dan meluncurkan inisiatif baru lagi. a) Melawan Ekuilibrium Mencari ekuilibrium adalah proses alami dari perilaku organisasi. Melawan proses alami ini adalah kunci untuk mempertahankan usaha perubahan. Pascale dan koleganya telah mengatasi kebinggungan ini dengan mengandalkan pada teori kompleksitas dan sains kehidupan. Mereka memikirkan aplikasi dari sesuatu yang mereka sebut sebagai empat prinsip dasar untuk menjadi kunci yaitu : 1) Ekuilibrium adalah pelopor kematian. Ketika system kehidupan dalam keadaan ekuilibrium, maka system tersebut tidak terlalu responsive ke perubahan yang terjadi disekitarnya. Hal ini menempatkan system kehidupan pada risiko maksimum 2) Dihadapan ancaman, atau ketika dirangsang oleh suatu peluang yang persuasive, mahluk hidup bergerak ke tepi kekacauan. Kondisi ini menimbulkan tingkatan mutasi dan percobaan yang lebih tinggi, dan solusi baru yang lebih segar mungkin akan ditemukan 3) Ketika kenikmatan terjadi, komponen dari system kehidupan mengatur dirinya sendiri dan bentuk serta jenis baru timbul dari kekacauan 4) Sistem kehidupan tidak dapat difokuskan ke pola linier. Konsekuensi yang tidak dapat diramalkan pasti terjadi. Tantangannya adalah menggerakkan mereka dengan cara yang menyerupai hasil yang diinginkan (Pascale et al.,2000). Pascale menyatakan bahwa karena pencarian ekuilibirum adalah proses
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
b)
c)
alamiah, maka peristiwa yang dikola secara aktif (memindahkan konsekuensi yang tak diramalkan) untuk menghadapi tren pasti perlu mempertahankan perubahan. Tetapi hal ini juga memerlukan kesabaran, yang mungkin terdengar bersifat paradox. Kesabaran diperlukan oleh pemimpin perubahan selama masa – masa kacau agar kreatifitas dan inovasi dapat timbul. Menghadapi Konsekuensi yang Tak Terantisipasi Apa yang dimaksud dengan konsekuensi yang tak terantisipasi contohnya adalah (a) mengharapkan bahwa sejumlah orang akan tidak mau berubah, namun pada kenyataannya mereka benar – benar menerima perubahan dan yang negatif, mengharapkan orang lain untuk menerimanya tetapi pada akhirnya mereka tidak mau; (b) unit organisasi yang berbeda menginterpretasikan tujuan perubahan dari seluruh organisasi secara berbeda dan oleh karenanya menyebabkan tidak adanya usaha yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama; (c) mengharapkan berfungsinya sejumlah intervensi seperti paket perangkat lunak baru yang pada kenyataannya tidak berfungsi. Apa yang dinamakan manajemen perubahan, yang dalam konteks ini hampir merupakan suatu oksimoron, adalah tentang proses bereaksi terhadap dan melakukan tindakan yang tepat, yang bekerja bersama usaha perubahan. Memilih Para Pengganti Cara lain untuk melawan ekuilibrium adalah dengan memasukkan darah baru ke sejumlah unit organisasi untuk menyusun kembali suatu gugus tugas yang ada atau memilih pemimpin baru untuk unit – unit yang penting bagi usaha perubahan, tetapi karena alas an tertentu, telah diberhentikan. Memilih seorang pengganti untuk posisi pemimpin perubahan yang penting adalah proses yang kompleks. Di
53
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
d)
D.
tingkat eksektutif puncak, khususnya yang terbaik adalah tidak memilih seorang klon sehingga pemikiran dan energy baru akan dibawa guna mempertahankan usaha perubahan. Meluncurkan Inisiatif Baru Lagi Jarang sekali ada inisiatif yang teru berfungsi selama beberapa tahun. Lingkungan eksternal terus berubah dan respons baru diperlukan. Terlebih lagi, inisiatif baru dapat menghasilkan energy baru, menghasilkan pemikiran inovatif dan membantu mendorong organisasi secara berkelanjutan menuju visinya. Hal yang terakhir ini adalah sangat penting yaitu bahwa inisiatif baru harus sesuai dengan tujuan perubahan yang asli. Contoh inisiatif yang baru meliputi (a) memulai program yang berbeda untuk membantu meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya (b) mendapatkan organisasi lain, (c) menciptakan joint venture atau aliansi stratejik baru dan (d) menciptakan lini bisnis baru yang didasarkan pada produk atau layanan yang berbeda.
Kepemimpinan Hari ini dan Untuk Masa Depan Kepemimpinan hari ini dan untuk masa depan yang dapat diduga membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan dan motivasi untuk menghadapi keempat nilai utama ini : 1. Ambiguitas yaitu kompleksitas dari lingkungan eksternal organisasi sebagai system terbuka dan anggota organisasi yang semakin beragam menunjukkan bahwa pemimpin jarang menghadapi situasi yang jelas dan nyata. Toleransi untuk ambiguitas adalah harus. 2. Konsekuensi yang tidak terantisipasi yaitu seperti telah dinyatakan di bab ini segala hal terutama perubahan organisasi tidak pernah terjadi seperti yang direncanakan. Manusia sama sekali tidak dapat diprediksi. Jadi pemimpin harus memiliki rencana, seperangkat nilai yang mereka yakini, namun pada saat yang bersamaan harus dapat mengadaptasi dan
54
memodifikasi perilaku mereka seperti yang dituntut oleh situasi yang berubah. Sepanjang pemimpin mengikuti visi dan setia pada nilai mereka serta menyesuaikan perilaku mereka, maka mereka tetap dapat datang ke orang lain dengan konsisten. 3. Menghindari perilaku yang impulsive yaitu spontanitas dapat menyenangkan dan dikagumi oleh orang lain, tetapi pemimpin yang bertindah impulsive, terutama dalam pengambilan keputusan, dapat membinggungkan pengikut. Terlebih lagi, orang yang impulsive dalam kepemimpinan biasanya menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk mengontrol kerusakan yang telah mereka sebabkan dengan bentuk perilaku ini. 4. Menyelesaikan ketegangan dan paradox yaitu sebagai seorang pemimpin departemen akademik selama bertahun – tahun, saya telah mempelajari konsep tentang kepemimpinan – pengabdi dan tentang keharusan untuk mengahadapi nilai dan kebutuhan yang luar biasa. Kepemimpinan saat ini dan masa depan intinya adalah kepemimpinan yang mampu menghadapi paradox, ketegangan dan kontradiksi. Akhirnya suatu ironi bahwa menjadi pemimpin yang efektif adalah lebih kompleks dan sulit ketimbang hal apapun, namun sangat diperlukan kepemimpinan yang efektif. KESIMPULAN Kami memulai bab ini dengan membicarakan pertanyaan tentang apakah kepemimpinan benar – benar hal penting, terutama saat terjadi perubahan organisasi yang penting. Kami lalu memikirkan sejumlah karakteristik kepemimpinan yang penting, seperti kepemimpinan menjadi suatu hubungan timbale balik antara pemimpin dan pengikut, kepemimpinan bersifat pribadi, dan kepemimpinan menjadi interaksi dari pemimpin, pengikut dan konteks. Lalu sisa dari bab ini adalah tentang memimpin perubahan organisasi direncanakan secara linier tetapi sesungguhnya terjadi dalam gaya yang tidak linier. Meskipun demikian, adalah berguna untuk merencanakan dan menerapkan perubahan skala
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
besar yang disesuaikan dengan keempat fase secara mendetail yaitu prapeluncuran, peluncuran, pascapeluncuran dan mempertahankan perubahan. DAFTAR PUSTAKA H.E. Aldrich, Organizatons and Environments (Englewood Cliffs,NJ:Prentice Hall,1997). L.J Bourgeois, III, Strategic Goals, Preceived Uncertainty and Economic Performance in Volatile Environments, Academy of Management Journal (Vol. 28, 1985) p. 548-573 P. Lawrence & J. Lorsch, Organization and Environment (Boston : Harvard University Business School, Division of Research, 1967) E. Romanelli & M.L. Tushman, Inertia, Environments, and Strtegic Choice: A Quasi-Experimental Design for Comparative Longitudinal Research, Management Science (Vol. 32, 1986), p. 608-621 R.E. Miles & C.C. Snow, Organizational Strategy, Structure, and Process (New York: McgrawHill, 1978). W.H. Starbuck, Organization as Action Generators, American Sociological Review (Vol. 48, 1983), p. 91-102 R.Hogan, R. Raskin, D. Fazzini, The Dark side of Charisma : Measure of Leadership,: K.E. Clark dan M.B. Clark (West Orange, NJ: Leadership Library of America, 1990), p. 343-354. R. Hogan, G.J. Curphy, dan J. Hogan, What we Know about Leadership, American Psychologist (Vol. 52, 1994), p. 130-139 S.J. Zaccaro, The Nature of executive Leadership: A Conceptual and Empirical Analysis of Success (Washington, DC: American Psychological Association, 2001). N. Weiner & T.A. Mahoney, A model of Corporate Performance as a Function of Environmental, Organizational, and Leadership Influences, Academy of Management Journal (Vol. 24, 1981), p. 453-470. M.R. Barrick et al., Assessing the Utility of Executive Leadership, Leadership Quarterly (Vol. 2, 1991), p. 9-22. D.C. Hambrick, Putting Top Managers Back in The Strategy Picture, Strategic Management Journal (Vol. 10, 1989), p.5-15.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
D.C. Hambrick & A.A. Cannella, Strategy Implementation as Substance and Selling, Academy of Management Executive (Vol.3.1989), p.278-285 L.Atwater & F.Yammarino, Does Self-Other Agreement on Leadership Perceptions Moderate the Validity of Leadership Predictions, Personel Psychology (Vol.45,1992), p.141 – 164 A.H.Church, Managerial Self-Awareness in HighPerforming Individuals in Organizations, Journal of Applied Psychology (Vol.82,1997), p.281 – 292 M.A. Hitt & B.B. Tyler, Strategic Decision Models: Integrating Different Perspectives, Strategic Management Journal (Vol. 12, 1991), p. 327-351. W.W. Burke dan B. Trahant, Business Climate Shifts : Profiles of Change Makers (Boston : Butterworth Heineman, 2000). J.O. ‘Toole, Leadership A to Z : A Guide for The Appropriately Ambitious (San Fransisco: Jossey-Bass. 1999). H. Gardner, Leading Minds : An Anatomy of Leadership (New York : Basic Books, 1995). W. Bennis, Why Leaders Can’t Lead: The Unconscious Conspiracy Continues (San Fransisco: Jossey-Bass, 1989). W.W. Burke, Leadership Behaviour as a Function of the Leader, the Follower and the Situation, journal of Personality (Vol. 33, 1965), p. 60-81. D.C. McGlelland, N Achievement & Entrepreneurship: A Longitudinal Study, Journal of Personality and Social Psychology (Vol.1, 1965), p. 389-392 D.C. McGlelland & D.H. Burnham, Power is The Great Motivator, Harvard Business Review (Vol. 54, 1976), p. 100-110. W.W. Burke & G.H. Litwin, A Causal Model of Organizational Performance and Change, Journal of Management (Vol. 18, 1992), p. 532545. W.W. Burke dan B. Trahant, Business Climate Shifts: Profiles of Change Makers (Boston: Butterworth Heineman, 2000)
55
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI Oleh : Kusnadi
W.W.Burke, Theory and Practice of Organization Change : A. Nonlinier Process (Thousand Oaks, CA:Sage). R.P. Bauman, P. Jackson, & J.T. Lawrence, From Promise to Performance: A Journey of Transformation at Smith Kline Beecham (Boston : Harvard Business School Press, 1997). R. evans dan C. Price, Vertical Take-Off: The Inside Story of British Aerospace’s Comeback from Crisis to World Class (London: Nicholas Brealey Publishing, 1999). J. O’Toole, Leadership A to Z: A Guide for the Appropriately Ambitious (San Fransisco: JosseyBass, 1999), p. 302-303. H. Gardner, Leading Minds: An Anatomy of Leadership (New York : Basic Books, 1995).R.P. Bauman, P. Jackson, J.T. Lawrence, From Promise to Performance: A Journey of Transformation at Smith Kline Beecham (Boston: Harvard Business School Press, 1997) W.W. Burke & B. Trahant, Business Climate Shifts: Profiles of Change Makers (Boston: Butterworth Heineman, 2000), p. 95.
56
W.W. Burke, L.P. Clark, dan C. Koopman, “Improve Your OD Project’s Chances for Success, “Training and Development Journal (Vol. 38, 1984), p. 62-68. W.W. Burke, “The Broad Band of Organization Development and Change : An Introduction,”dalam Best Practice in Organization and Human Resource Development Handbook, dengan penyunting : D. Giver, L. Carter, dan M. Goldsmith (Lexington, MA: Linkage, Inc., 2000) p. 5-10. L.D. Goodstein & W.W. Burke,”Creating Successful Organizational Change, “ Organizational Dynamics (Vol. 19, 1991), p. 5-17. R.T. Pascale, M. Milleman, & L. Gioja, Surfing the Edge of Chaos: The Laws of Nature and The NewLaws of Business (New York : Crown Business, 2000). H. Levinson, “Beyond the Selection Failures, “ Consulting Psychology Journal : Practice and Research (Vol. 46, 1994), p. 3-8.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo ABSTRACT The purpose of this study was to gain an early indicator in predicting treatment failure financing problems at Islamic Bank XYZ, with a logit model approach. This study is a qualitative study using 110 samples Islamic Bank XYZ customer problems with the condition of 79 customers in the category of clients who successfully rescued by banks and 31 customers in the category of customers who fail rescued by the bank. With a logit model approach, derived variables are statistically significant to be an early indicator that can predict treatment failure Islamic Bank financing problems at XYZ, ie variable customer attitude, customer's business prospects and adequacy variable guarantees (collateral coverage). In terms of classification accuracy, using a logit model approach provides a classification accuracy of 84.5%. Keywords: Indicators, Non Performing Financing, Collateral Coverage, Logit Model PENDAHULUAN DAN PERMASALAHAN Pembiayaan bermasalah perbankan yang terus meningkat mengindikasikan bahwa (i) Masih lemahnya evaluasi awal oleh bank terhadap calon nasabah pembiayaan. Hal ini berdampak banyaknya pembiayaan lancar yang kualitasnya memburuk menjadi NPF (kolektibilitas 3,4 dan 5) dan (ii) Masih belum efektifnya penanganan terhadap pembiayaan yang sudah bermasalah, sehingga portofolio NPF tidak berkurang bahkan semakin meningkat. Upaya menurunkan portofolio pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara preventif dan cara curative. Salah satu cara preventif yang sudah dilakukan oleh perbankan adalah dengan menggunakan sistem seleksi awal pembiayaan yaitu yang dikenal dengan model credit scoring. Model ini terus berkembang penggunaanya. Dari awalnya hanya digunakan untuk pembiayaan konsumer, saat ini model credit scoring sudah pula digunakan untuk pembiayaan komersial. Upaya curative untuk menurunkan portofolio pembiayaan bermasalah meliputi upaya (i) penyelamatan atau penyehatan dan (ii) penyelesaian.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Upaya penyelamatan atau penyehatan terhadap bermasalah dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah sehingga nasabah tetap dapat memberikan margin atau bagi hasil kepada bank. Penyelamatan atau penyehatan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan antara lain dengan cara (i) restrukturisasi, yang meliputi resheduling, reconditioning dan restructuring; (ii) penambahan pembiayaan baru dan (iii) konversi pembiayaan menjadi penyertaan sementara pada perusahaan nasabah. Perumusan permasalahan pada penelitian ini adalah Bank Syariah XYZ menghadapi potensi pembiayaan bermasalah (NPF) yang terus meningkat, padahal terhadap portofolio pembiayaan bermasalah tersebut, Bank Syariah XYZ telah melakukan upaya penanganan sesuai dengan ketentuan internal yang ada. Belum optimalnya hasil penanganan portofolio pembiayaan bermasalah diduga karena Bank Syariah XYZ belum mempunyai metoda penanganan yang dapat memprediksi kegagalan proses penyehatan nasabah bermasalah. Oleh karena itu perlu dibuat suatu indikator yang
57
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
handal serta memiliki akurasi yang baik untuk memprediksi secara dini faktor-faktor yang menyebabkan gagalnya penanganan pembiayaan bermasalah. Dengan mengetahui indikator awal yang dapat memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah, bank dapat mengambil keputusan strategi penanganan nasabah bermasalah secara tepat, cepat dan efektif, sekaligus memperkecil risiko kegagalan penanganan nasabah bermasalah tersebut. Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Variabel apa saja yang ada pada nasabah bermasalah Bank Syariah XYZ yang dapat memprediksi kegagalan penanganan/ penyehatan pembiayaan bermasalah oleh Bank. 2. Berapa besar ketepatan prediksi model dalam melihat potensi keberhasilan penanganan pembiayaan bermasalah TINJUAN PUSTAKA Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Definisi risiko kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 5/8/PBI/2003 adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty (pihak lawan) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit atau risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan (kredit/ penyediaan dana), tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan (trade finance), yang tercatat dalam banking book maupun trading book. Pengertian dari pembiayaan bermasalah atau yang dikenal dengan istilah problem loan menurut Peter S Clarke (1989) adalah: “Problem loan is one of where repayment is in jeopardy, especially if the expected or anticipated source of repayment is no longer sufficiently available to reply debt. Or in another way, it is one where has been a default in the repayment agreement resulting in indue delay in collection or in which there appears to be potential loss.” Dari definisi Clarke dapat ditafsirkan bahwa pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang pembayarannya tersendat atau malah
58
pembiayaan yang sulit dilunasi dan ditagih. Adakalanya kredit bermasalah sering dipersamakan dengan kredit macet padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Arti dari kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit yang memiliki kolektibilitas kurang lancar dan diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet. Dengan demikian kredit macet merupakan kredit bermasalah, namun kredit bermasalah belum atau tidak seluruhnya merupakan kredit macet. Penanganan pembiayaan bermasalah tentu berbeda dengan penanganan pembiayaan yang masih lancar. Ada empat cara yang sering dilakukan dalam menangani pembiayaan bermasalah, pertama bank akan mengambil alih jaminan dan melelang jaminan untuk melunasi pembiayaan tersebut. Kedua, bank dan nasabah setuju untuk melikuidasi jaminan secara sukarela untuk melunasi pembiayaan. Ketiga, nasabah meminta keringanan kepada bank untuk merubah jangka waktu pembiayaan dan keringan margin/bagi hasil. Keempat, bank memberikan tambahan modal kepada nasabah agar usaha nasabah menjadi lancar kembali (Herring, 1989). Menurut Sutojo (2008), upaya penyelamatan kredit hanya dianjurkan bilamana bank mempunyai keyakinan bahwa operasi bisnis dan kondisi keuangan nasabah masih dapat diperbaiki. Tiga macam upaya diantara berbagai macam upaya penyelamatan yang seringkali dilakukan bank adalah (i) penjadualan kembali pelunasan kredit (rescheduling), (ii) penataan kembali persyaratan kredit (reconditioning) dan (iii) reorganisasi dan rekapitalisasi. METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian Lawrence & Arshadi (1995), upaya untuk menurunkan pembiayaan bermasalah merupakan fungsi dari kesepakatan antara bank dan nasabah. Sehingga pertimbangan atas alternatif strategi yang akan diterapkan oleh bank dalam menangani pembiayaan bermasalah menjadi sangat rumit dan kompleks. Bank harus mempertimbangkan banyak aspek sebelum mengambil langkah dan strategi penyelamatan atau pun penyelesaian pembiayaan yang bermasalah. Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai variabel apa saja yang ada pada nasabah bermasalah Bank Syariah XYZ yang mampu memprediksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
nasabah bermasalah tersebut berhasil disehatkan dan nasabah yang tidak berhasil disehatkan, akan digunakan model logit. Model logit adalah metodologi ekonometrik regresi probabilitas non linier, dimana variabel terikatnya merupakan variabel dikotomi/kategorik atau yang biasa disebut dengan variabel dummy yang mengikuti fungsi distribusi logistik. Penelitian ini menggunakan model regresi logistik karena terdapat 2 (dua) variabel kategorik sebagai variabel terikat. Probabilitas pada model logit didefinisikan sebagai berikut (Gujarati, 2003):
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nasabah bermasalah yang berasal dari unit bisnis di cabang atau pun kantor pusat yang penanganan dan pengelolaannya sudah dialihkan kepada Divisi Restrukturisasi di Kantor Pusat Bank Syariah XYZ. Data diambil dari 110 file pembiayaan nasabah bermasalah. Data yang diambil tergolong data sekunder yang diperoleh langsung dari file pembiayaan nasabah bermasalah dan data nominatif nasabah bermasalah berdasarkan catatan bank. Proses pengambilan data dilakukan sesuai dengan teknik yang dilakukan pada penelitian Lawrence dan Nasser ( 1995), yaitu: pertama, mengambil data secara langsung dari file pembiayaan yang ada di bagian administrasi pembiayaan bank. Jadi, variabel-variabel dari sisi nasabah diambil langsung dari file pembiayaan sehingga tidak menggunakan teknik dengan kuisioner. Kedua, variabel-variabel penanganan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh bank juga dapat dilihat pada file pembiayaan. Data yang digunakan sedikit berbeda dengan penelitian Lawrence dan Nasser, karena penelitian ini tidak memasukkan faktor pengaruh makro ekonomi. Data sekunder meliputi data-data dari sisi nasabah yang antara lain menyangkut bidang usaha nasabah, jumlah pembiayaan, lama hubungan dengan bank, jaminan yang diberikan dan faktor penyebab pembiayaan menjadi bermasalah. Dari sisi bank meliputi data alternatif upaya yang sudah dilakukan oleh bank, hasil penanganan dan tindak lanjut penanganan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Data yang berasal dari file pembiayaan nasabah bermasalah direkap ke dalam suatu tabel. Sebagai skrining awal, yang digunakan sebagai objek penelitian adalah nasabah bermasalah yang mempunyai baki debet pembiayaan dengan rentang Rp500 juta sampai dengan Rp100 miliar. VARIABEL PENELITIAN a. Variabel Terikat (Dependent Variable) P : Probabilitas (kecenderungan) nasabah bermasalah berhasil disehatkan atau Tidak berhasil (gagal) disehatkan oleh Bank Syariah XYZ. P = 0; bila nasabah bermasalah berhasil disehatkan (berhasil) P = 1; bila nasabah bermasalah tidak berhasil disehatkan (gagal) b. Variabel Bebas (Independent Variable): Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan untuk model binomial logit yaitu: (i) limit pembiayaan nasabah bermasalah; (ii) tujuan pembiayaan; (iii) sektor usaha nasabah; (iv) lama nasabah berhubungan dengan bank; (v) sikap nasabah; (vi) prospek usaha nasabah; (vii) kepemilikan perusahaan/ownership dan (viii) kecukupan jaminan/coverage jaminan. (i) Variabel limit pembiayaan nasabah bermasalah Variabel limit pembiayaan menggambarkan posisi baki debet (out standing) pembiayaan nasabah pada saat pertama kali menjadi pembiayaan bermasalah. Kategori pada variabel ini terbagi menjadi tiga yaitu: 1 = Nasabah UMKM yaitu nasabah dengan limit pembiayaan Rp500 juta s.d. Rp 5 miliar 2 = Nasabah pembiayaan komersial yaitu nasabah dengan limit pembiayaan >Rp 5 miliar s.d. Rp25 miliar 3 = Nasabah pembiayaan korporasi, yaitu nasabah dengan limit pembiayaan > Rp25 miliar (sebagai pembanding) (ii) Variabel tujuan pembiayaan Variabel tujuan pembiayaan yaitu menginformasikan tujuan penggunaan pembiayaan pada saat awal pengajuan. Tujuan pembiayaan terdiri dari 3 kategori yaitu:
59
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
60
1 = Pembiayaan untuk modal kerja 2 = Pembiayaan untuk investasi 3 = Pembiayaan untuk modal kerja dan investasi (sebagai pembanding) Variabel sektor usaha nasabah Variabel ini menggambarkan sektor usaha nasabah bermasalah pada saat pengajuan pembiayaan awal. Sektor usaha nasabah dibagi 3 kategori yaitu 1 = sektor usaha nasabah dibidang industri 2 = sektor usaha nasabah dibidang perdagangan 3 = sektor usaha nasabah dibidang jasa (sebagai pembanding) Variabel lama nasabah berhubungan dengan bank Lama hubungan nasabah adalah memperlihatkan berapa lama nasabah tersebut menjadi bermasalah sejak pertama sekali mendapat pembiayaan. Variabel ini terdiri dari 2 (dua) kategori yaitu: 1 = nasabah baru, yaitu nasabah yang berhubungan dengan bank selama 1 s.d. 3 tahun 2 = nasabah lama, yaitu nasabah yang sudah berhubungan dengan bank lebih dari 3 tahun (sebagai pembanding) Variabel sikap nasabah bermasalah Penentuan sikap nasabah apakah tergolong koperatif atau tidak koperatif adalah berdasarkan persepsi bank terhadap karakter nasabah bermasalah tersebut. Variabel ini dikelompokkan menjadi dua kategori: 1 = nasabah bersikap koperatif 2 = nasabah bersikap tidak koperatif (sebagai pembanding) Variabel prospek usaha nasabah bermasalah Variabel ini dinilai berdasarkan penilaian bank terhadap prospek usaha nasabah dan prospek keuangan nasabah. Atas dasar penilaian tersebut maka ada dua kategori prospek nasabah yaitu: 1 = usaha nasabah masih mempunyai prospek 2 = usaha nasabah sudah tidak mempunyai prospek (sebagai pembanding)
(vii) Variabel kepemilikan perusahan Variabel ini dikelompokkan menjadi dua kategori: 1 = perusahaan milik Perseroan Terbatas (PT) 2 = perusahaan milik perorangan (non PT); sebagai pembanding (viii) Variabel kecukupan jaminan Collateral coverage atau kecukupan jaminan dihitung berdasarkan perbandingan antara jaminan kebendaan dengan outstanding (baki debet) pembiayaan pada saat nasabah menjadi bermasalah.nasabah bermasalah. Variabel ini dikelompokkan menjadi dua kategori: 1 = jaminan mencukupi/mengcover (nilai jaminan kebendaan ³ 100%) 2 = jaminan tidak mencukupi (nilai jaminan kebendaan<100%); sebagai pembanding HASIL PENELITIAN 4.1. Model Regresi Logistik (Logit) Regresi logit digunakan untuk menguji apakah probabilitas/kecenderungan terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Setelah dilakukan pengolahan dengan Program SPSS 16, dari pengolahan model logit diperoleh output yang memperlihatkan bahwa jumlah nasabah yang digunakan sebagai sampel dalam pembuatan model berjumlah 110. Dan dari jumlah tersebut seluruh variabel dan kondisi apakah nasabah bermasalah dapat diselamatkan atau tidak, semuanya digunakan dalam analisis dan pembuatan model. Sedangkan untuk variabel terikat menggunakan nilai 0 dan 1. Bernilai 0 apabila pembiayaan bermasalah dapat disehatkan kembali (berhasil) dan bernilai 1 bila pembiayaan bermasalah tidak dapat menjadi sehat kembali (gagal). Selanjutnya dilakukan perubahan variabel kategori dari pengelompokan awal menjadi bernilai 0 dan 1, dengan referensi kondisi pengelompokan terakhir. Variabel limit pembiayaan yang menjadi referensi adalah kelompok nasabah bermasalah korporasi yaitu nasabah yang mempunyai limit pembiayaan > dari Rp25 miliar. Variabel tujuan penggunaan pembiayaan yang menjadi referensi adalah nasabah bermasalah yang sekaligus memiliki fasilitas untuk modal kerja dan investasi. Selanjutnya variabel jenis
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
usaha nasabah yang menjadi referensi adalah nasabah pembiayaan bermasalah yang bergerak dalam bidang jasa. Variabel lama hubungan nasabah (relasi) yang menjadi referensi adalah nasabah lama yaitu nasabah yang telah berhubungan dengan Bank Syariah XYZ lebih dari 3 tahun. Selanjutnya variabel sikap nasabah yang menjadi referensi adalah sikap nasabah yang tidak koperatif, sedangkan variabel prospek nasabah yang menjadi referensi adalah nasabah yang sudah tidak mempunyai prospek. Variabel kepemilikan perusahaan yang menjadi referensi adalah nasabah bermasalah yang berbentuk non Perseroan Terbatas (perorangan), serta variabel kecukupan jaminan yang menjadi referensi adalah nasabah bermasalah yang mempunyai jaminan yang tidak mengcover (collateral coverage < 100%). Terhadap semua variabel bebas, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Pada pengujian konstanta dengan mengabaikan variabel lain, diperoleh hasil hasil uji Wald terhadap model adalah 19.483, sehingga model mempunyai hasil signifikan secara statistik dengan Ü = 5%. Dari tabel pengolahan data diperoleh nilai -2 Log likelihood adalah 69.069. Uji G dengan nilai -2 Log likelihood yang besar memberikan kesimpulan bahwa semua variabel dapat dimasukkan ke dalam model. Bila melihat angka dari nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,630, berarti bahwa variabilitas variabel dependen yang dijelaskan oleh variabilitas variabel independen pada penelitian ini adalah sebesar 63,0% dan sisanya sebesar 37,0% dijelaskan oleh variabel lain. Bila dilakukan uji secara individual dengan menggunakan Uji Wald seperti hasil yang ditunjukkan pada table pengolahan data, hanya ada 3 (tiga) variabel yang signifikan secara statistik pada tingkat Ü = 5 %, yaitu SIKAP, PROSPEK dan JAMINAN. Berdasarkan nilai yang diperoleh pada tabel 4.14, maka model persamaan logistik yang didapat adalah sebagai berikut: Ln (p/1-p)
=
- 1,751 + 0,275 LIMIT(1) + 0,491 LIMIT(2) + 1,448 TUJUAN(1) + 1,113 TUJUAN(2) – 0,976 USAHA(1) – 0,527 USAHA(2) - 0,134 RELASI + 1,647 SIKAP + 3,333 PROSPEK – 1,235 KEPEMILIKAN + 1,486 JAMINAN ........................ (4.1)
Model persamaan 4.1 di atas belum menjadi model terbaik karena jika dilihat pada kolom signifikansi, masih terdapat 5 (lima) variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pemeriksaan Model Pemeriksaan model dilakukan dengan melakukan uji seluruh model (Uji G), dengan hipotesis: Ho: βj = β1 = ... = βp = 0 H1: sekurang-kurangnya terdapat satu βj ≠ 0 Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh nilai -2 Log likelihood dengan nilai besar yaitu 67.461, maka Ho ditolak. Artinya model pada persamaan (4.1) signifikan pada tingkat signifikansi dengan ά = 5 %. Pengujian Hipotesis Pengujian menggunakan uji Wald untuk menguji masing-masing parameter dengan hipoptesis sebagai berikut: Ho: βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 0,1,2, ...,p H1: βj ≠ 0 Dimana Ho ditolak jika Wj > X² ά,1; dengan ά adalah tingkat signifikasi yang dipilih. Artinya bila Ho ditolak maka parameter tersebut signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi ά.
Dari hasil pengolahan di atas, maka hasil uji Wald masing-masing variabel yaitu variabel limit, tujuan, usaha, relasi, sikap, prospek, kepemilikan dan jaminan, hanya terdapat tiga variabel yang signifikan mempengaruhi kegagalan penanganan/penyehatan pembiayaan bermasalah yaitu variabel sikap, prospek dan jaminan. Sedangkan sisanya ada 5 variabel yang tidak signifikan, yaitu variabel Limit, Tujuan, Usaha, Relasi, dan Kepemilikan. Untuk mendapatkan model yang lebih baik, maka dilakukan pengolahan data ulang atas variabelvariabel yang tidak secara signifikan mempengaruhi kegagalan penyelamatan pembiayaan bermasalah tanpa memasukkan variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan. Hasil uji ulang atas variabel-variabel yang tidak bepengaruh secara signifikan menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengujian ulang terhadap variabel-variabel yang tidak berpengaruh signifikan, maka variabel limit, tujuan, usaha, relasi dan kepemilikan tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah di Bank Syariah XYZ. Untuk mendapatkan model yang lebih baik, maka tiga variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah, dianalisis kembali tanpa memasukkan lima variabel yang tidak memberikan pengaruh terhadap kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah.
61
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa ketiga variabel secara statistik memiliki nilai di bawah 0,05 yang berarti pembedaan kategori yang dilakukan pada masing-masing variabel memberikan pengaruh pada tingkat signifikansi 5 persen. Berdasarkan tabel 4.16, maka model yang dapat dibentuk dari hasil analisis adalah sebagai berikut: Ln (p/1-p) = 1,893 - 1,244 Sikap(1) - 2,914 Prospek(1) - 1,740 Jaminan(1)
4.2 Interpretasi dan Analisis Model Interpretasi model dilakukan dengan menginterpretasikan koefisien-koefisien dalam model regresi logistik, baik dalam bentuk odds ratio (perbandingan risiko) atau dalam adjusted probability (probabilitas terjadi). Dari persamaan (4.2) di atas, dengan nilai intersep sebesar 1,893 dan semua nilai variabel 0, maka pada saat itu semua responden adalah limit pembiayaan bermasalah >Rp25 miliar, tujuan pembiayaan adalah untuk modal kerja dan investasi, usaha nasabah bermasalah adalah dalam bidang jasa, dengan lama berhubungan dengan bank lebih dari 3 tahun dengan sikap nasabah tidak koperatif, usaha nasabah tidak berprospek, serta kepemilikan perusahaan adalah berbentuk perorangan dan kondisi jaminan tidak mengcover. Maka peluang nasabah bermasalah tersebut gagal untuk disehatkan kembali adalah sebesar: Ln (P/1 – p) (P/1 – p) P
= 1.893 = ℮ 1,893 = ℮ 1,893 – p. ℮ 1,893 = ℮ 1,893/ (1 + ℮ 1,893) = 86,91%
Artinya adalah apabila nasabah bermasalah adalah nasabah yang mempunyai limit pembiayaan di atas Rp25 miliar, dengan tujuan pembiayaan adalah untuk modal kerja dan investasi pada bidang usaha jasa dan nasabah sudah berhubungan dengan bank lebih dari 3 tahun namun sikap nasabah tidak koperatif serta usaha nasabah sudah tidak berprospek dengan kondisi jaminan tidak mengcover, maka peluang nasabah dengan kondisi tersebut gagal untuk menjadi sehat kembali adalah 86,91%. Interpretasi selanjutnya adalah dengan menganalisa masing-masing variabel untuk mengetahui berapa besarnya probabilitas nasabah bermasalah untuk disehatkan kembali dapat dijelaskan dengan odd ratio berikut:
62
1.
Variabel Dummy_SIKAP Slope untuk kelompok nasabah bermasalah Dummy_SIKAP adalah -1,244 artinya bahwa probabilitas nasabah bermasalah yang bersikap koperatif untuk gagal disehatkan kembali oleh bank lebih rendah dibandingkan dengan nasabah pembiayaan yang bersikap tidak koperatif. Nilai Exp(B) yang menunjukkan nilai odd ratio (perbandingan risiko) SIKAP adalah 0,288 artinya bahwa nasabah bermasalah yang bersikap koperatif dengan bank hanya berpeluang 0,288 kali untuk gagal disehatkan kembali oleh bank dibandingkan dengan nasabah bermasalah yang bersikap tidak koperatif. 2. Variabel Dummy_PROSPEK Slope untuk kelompok nasabah bermasalah Dummy_PROSPEK adalah – 2,914 artinya bahwa probabilitas nasabah bermasalah yang usahanya masih mempunyai prospek untuk gagal disehatkan kembali lebih rendah dibandingkan dengan nasabah pembiayaan yang usahanya sudah tidak berprospek. Nilai Exp(B) yang menunjukkan nilai odd ratio (perbandingan risiko) PROSPEK adalah 0,054 artinya bahwa nasabah bermasalah yang usahanya masih mempunyai prospek hanya berpeluang 0,054 kali untuk gagal disehatkan kembali oleh bank dibandingkan dengan nasabah bermasalah yang usahanya sudah tidak berprospek. 3. Variabel Dummy_JAMINAN Slope untuk kelompok nasabah bermasalah Dummy_JAMINAN adalah -1,740 artinya bahwa probabilitas nasabah bermasalah yang mempunyai coverage jaminan yang mencukupi (collateral coverage e” 100%) untuk gagal disehatkan kembali lebih rendah dibandingkan dengan nasabah bermasalah yang coverage jaminannya < 100%. Nilai Exp(B) yang menunjukkan nilai odd ratio (perbandingan risiko) JAMINAN adalah 0,176 artinya bahwa nasabah bermasalah yang memiliki jaminan yang mengcover hanya berpeluang 0,176 kali untuk gagal disehatkan kembali oleh bank dibandingkan dengan nasabah bermasalah yang coverage jaminannya rendah. Untuk menghitung probability of default dari nasabah bermasalah yang akan disehatkan dengan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
melihat kondisi nasabah bersikap koperatif, usaha nasabah masih berprospek dan nasabah mempunyai jaminan tidak mengcover, adalah sebagai berikut: Ln (p/1-p)
= =
1,893 - 1,244 (1) - 2,914 (1) - 1,740 (0) -2,265, maka = -2,265 = ℮ -2,265 = ℮ -2,265/ (1 + ℮ -2,265) = 9,41%
Ln (P/1 – p) (P/1 – p) P
Artinya bahwa probabilitas pembiayaan bermasalah yang akan disehatkan dengan kondisi nasabah bersikap koperatif, usaha nasabah masih berprospek dan jaminan tidak mengcover mempunyai peluang untuk gagal disehatkan sebesar 9,41%. Probability of default dengan kondisi nasabah koperatif, usaha nasabah tidak prospek dan jaminan tidak mengcover adalah: Ln (p/1-p) Ln (P/1 – p) (P/1 – p) P
=
1,893 - 1,244 (1) - 2,914 (0) - 1,740 (0) = 0,649, maka = 0,649 = ℮ 0,649 = ℮ 0,649/ (1 + ℮ 0,0649) = 65,68%
Artinya probabilitas pembiayaan bermasalah yang akan disehatkan dengan kondisi nasabah bersikap koperatif namun usaha nasabah tidak prospek dan jaminan tidak mengcover mempunyai peluang untuk gagal 65,68% Data juga memperlihatkan proses menghitung nilai estimasi yang benar dan yang salah. Pada step 1, menurut prediksi, nasabah yang berhasil sehat kembali setelah bank melakukan strategi penyehatan/ penyelamatan (kode 1) sebanyak 79 nasabah. Dari 79 nasabah yang berhasil disehatkan, prediksi yang tepat adalah 67 nasabah, berarti ketepatan klasifikasi ini adalah 84,8%. Sedangkan untuk 31 nasabah bermasalah yang tidak berhasil untuk disehatkan, ketepatan klasifikasi adalah 26 nasabah bermasalah atau sebesar 83,9 %. Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi adalah 84,5%. PEMBAHASAN Terdapat dua pertanyaan penelitian yang menjadi fokus pada penelitian ini, pertanyaan pertama adalah variabel apa saja yang ada pada nasabah bermasalah Bank Syariah XYZ yang mampu memprediksi dan membedakan nasabah bermasalah tersebut berhasil disehatkan dan nasabah bermasalah yang tidak berhasil disehatkan oleh bank. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, penulis menganalisis dengan menggunakan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
analisis deskriptif. Berdasarkan hal tersebut diperoleh faktor yang mempengaruhi kegagalan atau keberhasilan penanganan nasabah yang sudah bermasalah, yaitu faktor internal bank dan eksternal nasabah. Dari faktor internal dan eksternal nasabah, terdapat 8 (delapan) faktor yang diamati yaitu faktor limit pembiayaan, tujuan pembiayaan, jenis usaha nasabah, lama hubungan dengan bank, sikap nasabah, prospek usaha nasabah, kepemilikan perusahaan dan kecukupan jaminan. Ke delapan faktor yang diteliti mempunyai tingkat risiko yang dapat mempengaruhi kualitas pembiayaan. Secara teori, limit pembiayaan yang semakin besar akan mempunyai risiko yang semakin besar pula. Tujuan penggunaan pembiayaan yang tidak tepat akan meningkatkan risiko pembiayaan bagi bank. Kasus pembiayaan bermasalah sering terjadi karena bank tidak dapat mengawasi penggunaan dana oleh nasabah. Sesuai dengan teori dasar pembiayaan, bank harus selalu mengevaluasi calon nasabahnya dengan menggunakan pendekatan 5’C yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of economic dan Collateral. Berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang kedua mengenai berapa besar ketepatan prediksi model dalam melihat potensi keberhasilan penanganan pembiayaan bermasalah, prediksi model menjadi penting karena model dapat memprediksi peluang keberhasilan penanganan terhadap nasabah yang sudah bermasalah. Dari pertanyaan penelitian yang pertama terdapat delapan hipotesis yang harus dibuktikan, adapun hipotesis yang harus dibuktikan adalah sebagai berikut: Rumusan hipotesis pertama: Ho: Sikap nasabah bermasalah tidak dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah XYZ. H1: Sikap nasabah bermasalah dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah XYZ. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa nilai statistik lebih kecil dari 0,05 maka tolak Ho yang berarti, sikap nasabah dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan atau penyelamatan pembiayaan bermasalah. Adapun besarnya kecenderungan atau peluang gagalnya
63
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
upaya penyelamatan nasabah yang koperatif adalah 0,288. Artinya bahwa nasabah bermasalah yang bersikap koperatif dengan bank hanya berpeluang 0,288 kali untuk gagal disehatkan kembali oleh bank dibandingkan dengan nasabah bermasalah yang bersikap tidak koperatif. Rumusan hipotesis kedua: Ho : Prospek usaha nasabah bermasalah tidak dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah XYZ. H1 : Prospek usaha nasabah bermasalah dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah XYZ. Nilai signifikansi menunjukkan bawah prospek usaha nasabah yang sudah bermasalah dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan atau penyehatan (0,00 < 0,05), sehingga tolak Ho yang berarti, prospek usaha nasabah dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan atau penyelamatan pembiayaan bermasalah. Adapun besarnya kecenderungan atau peluang gagalnya upaya penyelamatan nasabah yang masih mempunyai prospek adalah 0,054. Artinya bahwa nasabah bermasalah yang usahanya masih mempunyai prospek hanya berpeluang 0,054 kali untuk gagal disehatkan kembali oleh bank dibandingkan dengan nasabah bermasalah yang usahanya sudah tidak mempunyai prospek. Prospek usaha nasabah adalah syarat utama bagi bank untuk melakukan langkah penyehatan terhadap nasabah yang bermasalah. Usaha nasabah yang masih berprospek merupakan jaminan bagi bank atas kembalinya pembiayaan yang sudah diberikan kepada nasabah tersebut. Bank Indonesia mengatur tatacara restrukturisasi sesuai dengan PBI No.10/18/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 pasal (47a), bahwa untuk menghindari risiko kerugian dan sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan usaha nasabah pembiayaan, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan atas nasabah yang memiliki prospek usaha dan/atau kemampuan membayar. Selanjutnya menurut Sutojo (2008), upaya penyelamatan kredit hanya dianjurkan bilamana bank mempunyai keyakinan bahwa operasi bisnis dan kondisi keuangan nasabah masih dapat diperbaiki.
64
Menurut PBI N0.8/21/2006, prospek usaha nasabah yang dikategorikan masih mempunyai prospek adalah: (a) usaha nasabah masih mempunyai potensi untuk tumbuh; (b) usaha nasabah masih dapat bersaing di pasar; (c) nasabah tidak mengalami permasalahan kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja dan (d) bila masih adanya dukungan dari grup atau afiliasi. Rumusan hipotesis ketiga: Ho : Kecukupan jaminan nasabah bermasalah tidak dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah XYZ. H1 : Kecukupan jaminan nasabah bermasalah dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah XYZ. Pada kondisi nasabah bermasalah yang mempunyai jaminan mengcover, tingkat kegagalan penyehatan nasabah yang sudah bermasalah berpengaruh secara signifikan dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,04 < 0,05), sehingga tolak Ho yang berarti, faktor kecukupan jaminan dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan penanganan atau penyelamatan pembiayaan bermasalah. Adapun besarnya kecenderungan atau peluang gagalnya upaya penyelamatan nasabah yang mempunyai jaminan yang mengcover 0,176. Artinya bahwa nasabah bermasalah yang mempunyai jaminan dengan tingkat coverage lebih besar atau sama dengan 100% hanya berpeluang 0,176 kali untuk gagal disehatkan kembali oleh bank dibandingkan dengan nasabah bermasalah mempunyai coverage jaminan lebih rendah. Pada saat terjadinya kemacetan (event of default), bank mempunyai hak klaim atas jaminan yang diberikan oleh debitur. Semakin besar prioritas klaim ini dan semakin besar nilai pasarnya, maka semakin rendah risiko pembiayaan/kredit. Jaminan atau collateral memainkan peranan yang penting dalam memenuhi siklus kredit. Pada umumnya ledakan pembiayaan/kredit bersamaan dengan ledakan nilai asset. Peningkatan harga yang cepat dalam tanah, rumah atau harga saham turut menciptakan ketersediaan dana bagi mereka yang dapat memenuhi asetnya sebagai jaminan. Pada saat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
sama, bank lebih mengharapkan kredit yang diberikan dapat dilunasi segera, dengan demikian bank memiliki peningkatan kegunaan dalam aset tersebut (Sauder & Allen,2002). Hasil penelitian Lawrence dan Arshadi (1998) menunjukkan bahwa nasabah yang mempunyai jaminan dengan coverage yang tinggi akan berupaya mempertahankan asetnya agar tidak dilelang oleh bank. Sebaliknya nasabah bermasalah dengan aset jaminan yang lebih rendah dari total hutangnya cenderung membiarkan bank melakukan langkah pelelangan aset jaminan (Sutojo, 2088). Kondisi ini membuat nasabah berupaya sekuat tenaga agar asetnya tidak dilelang oleh bank. Potensi Benefit Model Dengan adanya indikator awal dalam mendeteksi keberhasilan atau kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah dengan pendekatan model regresi logistik, akan diperoleh beberapa potensi keuntungan sebagai berikut: 1. Bila menggunakan model logit, maka ketepatan dalam melakukan klasifikasi adalah sebesar 84,5%, artinya bila ada 100 nasabah pembiayaan bermasalah yang akan disehatkan, maka yang dapat tepat diprediksi akan berhasil disehatkan/ diselamatkan adalah sekitar 85 nasabah dan sisanya 15 nasabah diprediksi secara tidak tepat. 2. Model regresi logistik dapat meningkatkan efektifitas proses penyehatan nasabah bermasalah. Bila Bank Syariah XYZ menerapkan model logistik ini dengan memperhatikan indikator-indikator yang berpengaruh signifikan yaitu Sikap Nasabah, Prospek Usaha dan Coverage Jaminan, maka proses penyehatan baik melalui upaya rescheduling, reconditioning dan restructuring dapat lebih cepat dilakukan. Metode logistik ini memberikan keuntungan bagi Bank Syariah XYZ karena dapat meminimalkan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA). Misal Bank Syariah XYZ mempunyai 100 nasabah bermasalah dengan kolektibilitas 5 (macet) yang akan disehatkan dengan baki debet rata-rata Rp100 juta, maka: 1. Dengan pendekatan model logit, dimana 84,5% nasabah tepat diprediksi: PPA yang harus dibentuk (dengan tidak memperhitungkan nilai jaminan) adalah:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Rp100 juta x 100% x (100% - 83,6%) = Rp15.500.000,2 Dengan pendekatan analisis yang ada saat ini, dimana 71,8% tepat diprediksi: PPA yang harus dibentuk (dengan tidak memperhitungkan nilai jaminan) adalah: Rp100 juta x 100% x (100% - 71,8%) = Rp28.200.000,Dengan metoda logistik, PPA yang harus dibentuk lebih kecil dibandingkan dengan metoda saat ini. Sehingga metoda logit memberikan keuntungan 1,82 kali dibandingkan dengan model analisa penyehatan yang dilakukan saat ini. KESIMPULAN Penelitian ini menggunakan model logit sebagai alat untuk memprediksi probabilitas atau kecenderungan kegagalan penanganan/penyehatan nasabah bermasalah dengan melihat variabel – limit pembiayaan, tujuan pembiayaan, usaha nasabah, lama hubungan nasabah, sikap nasabah, prospek usaha nasabah, kepemilikan perusahaan dan coverage jaminan – sebagai indikator. Untuk mengestimasi model tersebut, penelitian ini menggunakan data nasabah bermasalah yang dikelola oleh Divisi Restrukturisasi Bank Syariah XYZ dengan jumlah sampel sebanyak 110 nasabah. Dari hasil pembentukan model maka diperoleh: 1. Kegagalan penanganan pembiayaan bermasalah dapat diprediksi dengan menggunakan faktor internal bank dan faktor ekternal nasabah. Dari delapan variabel yang diuji, terdapat 3 variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi kegagalan penanganan/penyehatan pembiayaan bermasalah yaitu variabel Sikap Nasabah, Prospek Usaha Nasabah dan Kecukupan Jaminan (collateral coverage). 2. Ketepatan klasifikasi dalam memprediksi keberhasilan penanganan untuk menyehatkan nasabah dengan model logit adalah 84,5%. Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian tersebut, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Dalam analisis untuk melakukan penyehatan atau penyelamatan nasabah pembiayaan bermasalah, Bank Syariah XYZ agar dengan
65
INDIKATOR UNTUK MEMPREDIKSI KEGAGALAN PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (NON PERFORMING FINANCING) DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT Oleh : Hadi Purnomo
2.
seksama memperhatikan variabel Sikap Nasabah, Prospek Usaha Nasabah dan Kecukupan Jaminan. Berdasarkan penelitian ini, Bank Syariah XYZ pada saat melakukan upaya penyehatan nasabah bermasalah agar lebih hati-hati dan mewaspadai nasabah yang bersikap tidak koperatif serta usaha nasabah sudah tidak berprospek dan dengan jaminan yang tidak mengcover, karena mempunyai potensi gagal yang tinggi bila dilakukan penyehatan.
DAFTAR PUSTAKA —————————, Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia. Direktorat Perbankan Syariah. Bank Indonesia. Algaoud, Latifa M and Mervyn K. Lewis. Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik, Prospek. Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta. 2003 Ali, H. Mashud. Asset Liability Manajement: Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional dalam Perbankan. Jakarta, Elex Media Komputindo. 2004 Ali, Manzour. Islamic Banking and Finance in Theory and Practise, Lectures on Islamic Economics. Jeddah, IRTI, IDB. 1992 Altman, Edward I. Commercial Bank Lending: Process, Credit Scoring, and Costs of Errors in Lending. Journal of Financial and Quantitative Analysis 15. 1980 Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta, Gema Insani. 2001 Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Syariah. Jakarta, Jakarta Alvabet. 2003 Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam: Iqtishaduna. Jakarta, Zahra, 2008 Chapra, M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi. Surabaya, Risalah Gusti. 1999 Chapra, M. Umar. The Future of Economics: an Islamic Perspective. Jakarta, Shari’ah Economics and Banking Institute. 2001 Ding Lu, Shandre, Qing Hu. The Link Between Bank Behaviour and Non Performing Loan in China, 2001. Internet Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporasi, Jakarta. Penerbit PPM.2008
66
Geppert, John M. And Gordon V. Karels. Mutually Beneficial Loan Workout. Journal of Economic and Finance 16, 1992 Global Association of Risk Professionals (GARP), Work Book 2, Jakarta, Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007 Herring, Richard J. The Economics of Workout Lending. Journal of Money, Credit, and Banking 21, 1989 Institut Bankir Indonesia. Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Jakarta, Penerbit Djambatan. 2001 Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan. The International Institute of Islamic Thought, Jakarta. 2003 Kittikuklsing, Suthep. Non Performing Loan (NPLs): The Borrower Viewpoints, 2002 Lawrence, Edward C., and Nasser Arshadi. A Multinomial Logit Analysis of Problem Loan Resolution Choices in Banking, Journal of Money, Credit and Banking, Vo. 27, No. 1, The Ohio State University Press. 1995 Lewis, K Mervin, Algaoud M, Latifa, Perbankan Syariah, Jakarta, Serambi, 2003 Nachrowi, Dj Nachrowi dan Hardius Usman. Penggunaan Teknik Ekonommetri. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2008 Pramono, Nindyo, Write Off dan Kenisbian Rahasia Bank, Fakultas Hukum UGM, 1996 Rottke, Nico, Workout Management of Non Performing Loans: a Formal Model Based on Transaction Cost Economics, Real Estate management Institute Europen Business School, 2006 Suhardi, Gunarto, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 2003 Sutojo, Siswanto. Menangani Kredit Bermasalah (Konsep dan Kasus). Jakarta, Damar Mulia Pustaka. 2008. Utomo, Triyono, Restrukturisasi Kredit Macet Pada DJPLN: Analisis Kuantitatif dan Kualitatif, Kajian Ekonomi Keuangan Vol. 8 No. 4, 2004. Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek Hukum perbankan Di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESIA (Studi Kasus Pada Bank Mandiri Syariah) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana ABSTRACT This study was aimed to analyze the determinants of demand for bank syariah mudharabah deposits for period 2006 - 2010 (case study at PT Bank Syariah Mandiri). Object of research for data and equivalent rate of deposits mudharabah rate at PT. Bank Syariah Mandiri, while the data from conventional in commercial bank monthly periods obtained from the Economic and Financial Statistics report Bank Indonesia, the tables indicate the level of investment certificates in exchange interbank mudaraba obtained from Bank Indonesia Statistics Directorate Sharia Banking and monthly inflation data obtained from the monthly report of the Central Bureau of Statistics. By using time series data and analysis techniques using multiple linear regression (Least Squares) in Least Squares Moving Average models to see the influence of the amount of deposits mudharabah (Y) to the equivalent rate (X1), the interest rate (X2), SIMA (X3) and inflation (X4). The results showed that among the four variables, there is only one variable that significantly affect the deposit mudharabah on PT. Bank Syariah Mandiri i.e the interbank mudaraba investment certificates (SIMA). While the other variables that affect weak mudharabah deposits are equivalent rate, interest rates and inflation. Based on the value of prob (F-statistic) or significance level of 0.0000 is smaller than á = 5%, hence H0 is rejected, means that the equivalent variable rate, interest rates of conventional banks, investment certificates and inflation interbank mudaraba together ( simultaneous) effect on the variable mudharabah deposits at PT Bank Syariah Mandiri. Where the variables can be explained by variable deposits mudharabah 97.45% while the remaining 2.55% is explained by other variables not included in the model on observations on PT. Bank Syariah Mandiri Tbk period 2006 to 2010. Keywords: Mudharabah deposit, equivalent rate, interest rate, and inflation. PENDAHULUAN Sejak tahun 1991 pada industri perbankan Indonesia berlaku dua sistem (dual banking system) yaitu sistem konvensional yang lebih dahulu eksis dan sistem syariah yang muncul kemudian. Dengan sistem tersebut, masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih bertransaksi pada sistem yang dikehendaki. Dengan berlakunya kedua sistem tersebut, bank syariah di Indonesia tetap mampu berkembang baik dalam jumlah maupun kinerja operasional. Tabel 1 memperlihatkan pertumbuhan lembaga bank syariah selama tahun 1998 sampai dengan 2010. Tabel 1 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Jenis
1998
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
BUS
1
2
3
3
3
3
5
6
11
UUS
-
8
15
19
20
25
27
25
23
BPRS
76
84
88
92
105
114
131
139
150
Sumber: Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah, 2010
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Sementara itu perkembangan kinerja operasional perbankan syariah yang cukup baik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia 2003
2004
2005
Aset
Indikasi
7.945
15.210
20.880
DPK
5.725
11.718
15.584
2006
2007
2008
36.538
49.555
28.011
36.852
26.722
5.561
11.324
15.270
2010 97.519
66.090
20.672 Pembiayaan
2009
76.036 52.271
27.944
38.198
20.445
68.181 46.886
FDR (%)
97,14
96,64
97,76
98,90
99,76
103,65
89,70
89,67
NPF (%)
2,34
2,38
2,82
4,75
4,07
3,95
4,01
3,02
Sumber: Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah, 2010
Perkembangan jumlah dan kinerja perbankan syariah tersebut tidak terlepas dari strategi induk (grand strategy) perkembangan pasar perbankan syariah sebagai suatu strategi yang komprehensif.
67
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
Berbagai program konkrit telah dicanangkan dan diimplementasikan, yaitu: (1) menetapkan visi baru, (2) program pencitraan baru, (3) program pemetaan baru yang lebih akurat, (4) program pengembangan produk yang variatif yang didukung oleh keunikan nilai, (5) program peningkatan kualitas layanan, dan (6) program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien. Dalam praktik, khususnya pada PT Bank Syariah Mandiri, kegiatan operasional bank adalah; (1) menghimpun dana (funding) dalam bentuk giro wadi’ah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah; (2) pembiayaan (lending) murabahah, mudharabah, dan musyarakah; (3) jasa-jasa perbankan meliputi transfer, kliring, garansi bank, dan letter of credit. Ketiga bentuk operasional tersebut juga ditemukan pada bank umum konvensional. Dalam operasional penghimpunan dana (funding), PT Bank Syariah Mandiri memiliki empat belas produk pendanaan. Strategi induk (grand strategy) tersebut menjadi acuan sekaligus tantangan bagi Bank Syariah Mandiri pada khususnya dan perbankan syariah Indonesia pada umumnya dalam usaha mengembangkan perbankan syariah baik secera kelembagaan maupun kinerja operasional termasuk pendanaan. TINJAUAN PUSTAKA Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini tepatnya adalah proses seseorang menghentakkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Aplikasi dalam perbankan, al-mudharabah diterapkan pada produk pembiayaan dan pendanaan, dan pada sisi pendadaan antara lain diterapkan pada produk deposito (Antonio, 2001). Mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana (dari nasabah) diterima oleh pengelola yaitu bank (Nurhayati dan Wasilah, 2011). Maka, deposito mudharabah adalah simpanan pihak ketiga yang diamanahkan kepada bank yang penarikannya dilakukan pada waktu tertentu sesuai
68
yang diperjanjikan. Deposito dicairkan setelah jangka waktu berakhir, namun dapat pula diperpanjang secara otomatis. Permintaan suatu produk oleh konsumen dipengaruhi oleh harga, pendapatan, harga barang lain yang berkaitan, selera, dan ekspektasi (Mankiw, 2001). Maka, hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut di mana terjadi hubungan terbalik, yaitu ketika harga meningkat maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya apabila harga turun maka permintaan terhadap barang tersebut meningkat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yang berusaha untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel. Secara operatif penelitian ini menggunakan: (1) tingkat bagi hasil, (2) tingkat suku bunga, (3) sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA), dan (4) tingkat inflasi sebagai variabel independen dan permintaan deposito mudharabah sebagai variabel dependen. DATA DAN SUMBERNYA Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dengan frekuensi bulanan selama tahun 2006 sampai dengan 2010, yaitu: 1. Data tingkat bagi hasil yang disetarakan dalan persentase atau equivalent rate tiga bulan, diperoleh dari PT Bank Syariah Mandiri. 2. Data tingkat suku bunga deposito jangka waktu satu bulan bank konvensional, diperoleh dari Bank Indonesia (statistik ekonomi dan keuangan). 3. Data sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA), diperoleh dari Bank Indonesia (statistik ekonomi dan keuangan). 4. Data inflasi, diperoleh dari Badan Pusat Statistik. 5. Data jumlah deposito mudharabah jangka waktu satu bulan, diperoleh dari PT Bank Syariah Mandiri. Data yang diperlukan tersebut diperoleh melalui teknik desk research.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
METODE ANALISIS DATA Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan data runtut waktu (time series), sedangkan pengolahan data menggunakan alat bantu EViews Version 5.0. Metode analisis data menggunakan: (1) uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji asumsi klasik autokorelasi, uji klasik heterokedastisitas, uji klasik multikolinearitas, dan (2) uji hipotesis distibusi uji F dan uji t terhadap hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan asumsiasumsi kemudian menerjemahkan nilai koefisien determinasi (R2 ) dan adjusted R2 dari persamaan model regresi tersebut. HASIL PEMBAHASAN Pembahasan dari hasil analisis data ditampilkan dalam beberapa tabel berikut. Tabel 3. Hasil Pembuatan Model dengan OLS ARMA (30,12): Dependent Variable: DEPOMUDH Method: Least Squares Date: 03/05/12 Time: 20:43 Sample (adjusted): 2008M07 2010M12 Included observations: 30 after adjustments Convergence achieved after 17 iterations Backcast: 2005M01 2005M12
Dependent Variable: DEPOMUDH Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 03/05/12 Time: 20:49 Sample (adjusted): 2006M06 2010M12 Included observations: 55 after adjustments Convergence achieved after 25 iterations Bollerslev-Wooldrige robust standard errors & covariance MA backcast: 2005M05 2005M12, Variance backcast: ON GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*GARCH(-1)
C EQUIVALENT BUNGA SIMA INFLASI AR(5) MA(8)
Coefficien t
Std. Error
z-Statistic
Prob.
9447.256 2754.339 -397.1016 243.4206 596.6320 0.799304 0.954246
551.1083 102.3864 0.081454 87.03796 123.1450 0.039283 0.001130
17.14229 26.90142 -4875.151 2.796718 4.844953 20.34756 844.5151
0.0000 0.0000 0.0000 0.0052 0.0000 0.0000 0.0000
4.545096 3.062178 -5.271035
0.0000 0.0022 0.0000
Variance Equation
Variable
Coefficien t
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT BUNGA SIMA INFLASI AR(30) MA(12)
14128.13 3111.559 -1108.710 301.5542 -479.3735 -0.469063 -0.962955
1885.652 901.2634 161.5300 572.8119 120.9829 0.100228 0.015364
7.492434 3.452441 -6.863806 0.526445 -3.962326 -4.679971 -62.67774
0.0000 0.0022 0.0000 0.6036 0.0006 0.0001 0.0000
R-squared 0.974573 Adjusted R-squared 0.967940 S.E. of regression 286.8306 Sum squared resid 1892251. Log likelihood -208.3494 Durbin-Watson stat 2.402019
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Inverted AR Roots
.97-.10i .84+.49i .57-.79i .20-.95i -.20+.95i -.57-.79i -.84-.49i -.97+.10i .86+.50i .00+1.00i -.86+.50i
.97+.10i .84-.49i .57+.79i .20+.95i -.20-.95i -.57+.79i -.84+.49i -.97-.10i Inverted MA Roots 1.00 .50-.86i -.50-.86i
Dengan menggunakan model OLS ARMA (30,12), terlihat R2sebesar 97,45% dan Adjusted R-squared sebesar 45.71%. Keluaran model ini sudah cukup baik ditandai dengan nilai probabilitas untuk semua komponen persamaan yang sangat kecil mendekati 0, kecuali nilai probabilitas koefisien SIMA 0.6036 . Hal ini terjadi karena data SIMA sangat berfluaktif disebabkan keadaan ekonomi yang mengalami perubahan yang cukup cepat (volatile). Tabel 4. Hasil Pembuatan Model dengan:GARCH (5,8) :
3941.967 1601.923 14.35662 14.68357 146.9242 0.000000
.93-.30i .72-.65i .40+.89i -.00+.98i -.40+.89i -.72-.65i -.93+.30i
.93+.30i .72+.65i .40-.89i -.00-.98i -.40-.89i -.72+.65i -.93-.30i
.86-.50i -.00-1.00i -.86-.50i
.50+.86i -.50+.86i -1.00
Hasil analisis model ARMA ( 30,12)
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
C RESID(-1)^2 GARCH(-1)
1174965. 0.251828 -0.955741
R-squared 0.789904 Adjusted R-squared 0.747884 S.E. of regression 918.3035 Sum squared resid 37947663 Log likelihood -441.5464 Durbin-Watson stat 1.353176 Inverted AR Roots Inverted MA Roots
.96 -.77-.56i .92-.38i -.38+.92i
258512.6 0.082238 0.181319
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
2734.509 1828.885 16.41987 16.78484 18.79861 0.000000
.30-.91i
.30+.91i
-.77+.56i
.92+.38i -.38-.92i
.38+.92i -.92-.38i
.38-.92i -.92+.38i
Hasil analisis model GARCH (5,8)
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Hasil analisis dengan menggunakan model GARCH (5,8).menunjukkan bahwa semua koefisien signifikan pada = 5%, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yang sangat kecil, yaitu 0,0000 kecuali pada koefisien SIMA dan Residual. Selain itu Selanjutnya terlihat R2 sebesar 78,99% lebih rendah dari model OLSARMA (30,12) dan adjusted Rsquared sebesar 74,78%. Dengan nilai durbin-watson stat sebesar 1,35 menunjukkan tidak dapat
69
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
diputuskan. Maka dapat disimpulkan metode OLS ARMA (30,12) yang paling baik untuk penelitian dibandingkan model lainnya. Karena memiliki empat variabel independen maka harus menjalankan regresi sebanyak empat kali, dengan masing-masing analisis menggunakan satu variabel independen sebagai variabel dependen. Estimasi regresi variabel dependen (Y) dan variabel independen yaitu ekuivalen (X1), bunga (X2), SIMA (X3) dan INFLASI (X4). Tabel 5. Output Untuk Variable Deposito Mudharabah Dependent Variable: DEPOMUDH Method: Least Squares Date: 03/06/12 Time: 21:27 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60
Variable
Coefficien t
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT BUNGA SIMA INFLASI
14035.46 -1570.676 -123.2959 126.7025 -920.2541
1902.027 291.9113 113.1490 82.06234 359.8027
7.379213 -5.380663 -1.089678 1.543979 -2.557663
0.0000 0.0000 0.2806 0.1283 0.0133
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.487433 0.450155 1335.004 98022976 -514.3273 1.139386
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
2607.967 1800.373 17.31091 17.48544 13.07576 0.000000
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Estimasi regresi untuk deposito mudharabah (Y) sebagai variabel dependen terhadap variabel independen ekuivalen (X1), bunga (X2), SIMA (X3), dan inflasi (X4) adalah: Y = a0 + a1X1 + a2 X2 + a3 X3 + a4 X4 ......……. (1) di mana R2 adalah 0,48743 Tabel 6. Output Untuk Variable Equivalent Rate
Estimasi regresi untuk ekuivalen (X1) sebagai variabel dependen terhadap variable bunga (X2), SIMA (X3), dan inflasi (X4) adalah: X1 = a0 + a2 X2 + a3 X3 + a4 X4 .........……..…. (2) dengan R2 sebesar 0,167892 Tabel 7. Output Untuk Variable Bunga Dependent Variable: BUNGA Method: Least Squares Date: 03/06/12 Time: 21:30 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT SIMA INFLASI
2.961656 0.996251 -0.114174 -1.014423
2.211183 0.318010 0.095708 0.402730
1.339399 3.132769 -1.192940 -2.518864
0.1859 0.0028 0.2379 0.0147
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.209805 0.167473 1.576660 139.2080 -110.3850 0.271265
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
8.414500 1.727981 3.812835 3.952458 4.956187 0.004029
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Estimasi regresi untuk bunga (X 2 ), sebagai variabel dependent terhadap variabel equivalent(X1) SIMA (X3) dan Inflasi(X4) sebagai berikut: X2= a0+ a1X1 + a3X3 + a4X4 ………………….(3) R2 =0.209805 Tabel 8. Output Untuk Variable SIMA Dependent Variable: SIMA Method: Least Squares Date: 03/06/12 Time: 21:32 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT BUNGA INFLASI
5.316122 0.577455 -0.217061 -0.821282
3.014698 0.469044 0.181955 0.575534
1.763401 1.231131 -1.192940 -1.426993
0.0833 0.2234 0.2379 0.1591
Dependent Variable: EQUIVALENT Method: Least Squares Date: 03/06/12 Time: 21:29 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BUNGA SIMA INFLASI
5.115031 0.149681 0.045636 0.274066
0.539373 0.047779 0.037068 0.160587
9.483284 3.132769 1.231131 1.706655
0.0000 0.0028 0.2234 0.0934
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.167892 0.123314 0.611136 20.91527 -53.52036 0.676631
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
6.847667 0.652703 1.917345 2.056968 3.766308 0.015582
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.054596 0.003950 2.173926 264.6533 -129.6586 1.675115
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
6.980677 2.178232 4.455287 4.594910 1.077985 0.365894
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Estimasi regresi untuk SIMA (X 3 ) sebagai variabel dependent terhadap variabel equivalent(X1) bunga (X2), dan Inflasi(X4) sebagai berikut: X3= a0+ a1X1 + a2X2 + a4X4 ……………….(4) dengan R2 = 0,054596
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
70
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
Tabel 9. Output Untuk Variable Inflasi Dependent Variable: INFLASI Method: Least Squares Date: 03/06/12 Time: 21:33 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT BUNGA SIMA
0.471084 0.180396 -0.100321 -0.042722
0.703602 0.105702 0.039828 0.029938
0.669532 1.706655 -2.518864 -1.426993
0.5059 0.0934 0.0147 0.1591
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.129616 0.082988 0.495820 13.76690 -40.97400 1.197609
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.564000 0.517770 1.499133 1.638756 2.779797 0.049392
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Estimasi regresi untuk Inflasi(X 4) sebagai variabel dependent terhadap variabel equivalent(X1) bunga (X2), dan SIMA (X3) sebagai berikut: X4= a0+ a1X1 + a2X2 + a3X3 …………....…….(5) R2 =0.129616 Di mana: Untuk persamaan (1) nilai R 2 adalah sebesar 0.487433disebut R21 Untuk persamaan (2) nilai R 2 adalah sebesar 0.167892disebut R22 Untuk persamaan (3) nilai R 2 adalah sebesar 0.209805 disebut R23 Untuk persamaan (4) nilai R 2 adalah sebesar 0.054596disebut R24 Untuk persamaan (5) nilai R 2 adalah sebesar 0.129616 disebut R25 dengan ketentuan: 1. Bila nilai R21 >R22 , R2 3, R24 , R25 maka model tidak ditemukan adanya multikolonearitas. 2. Bila nilai R21
R22 , R2 3 , R2 4R2 5 maka dalam model tidak ditemukan adanya multikolonearitas.
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen dan variabel independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada ditambah dengan kuadrat variabel independen,ditambah lagi dengan perkalian dua variabel independen. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat. 2001 : 271). Hasil uji White ditampilkan adalah seperti berikut ini: Tabel 10. Hasil Uji White White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.656039 20.40158
Probability Probability
0.100568 0.117980
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/06/12 Time: 22:42 Sample: 2006M01 2010M12 Included observations: 60 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT EQUIVALENT^2 EQUIVALENT*BUNGA EQUIVALENT*SIMA EQUIVALENT*INFLASI BUNGA BUNGA^2 BUNGA*SIMA BUNGA*INFLASI SIMA SIMA^2 SIMA*INFLASI INFLASI INFLASI^2
5101816. 2532002. -138519.3 -455368.5 459779.5 -2113026. 2428585. -47863.99 320920.9 -373009.3 -6999956. 54597.07 1230449. 10446608 -425824.5
39435425 11255371 1063497. 600129.3 699063.3 1502620. 5633618. 193539.7 250502.4 619207.8 5686475. 65116.24 893045.5 8915577. 916106.0
0.129371 0.224959 -0.130249 -0.758784 0.657708 -1.406228 0.431088 -0.247308 1.281109 -0.602398 -1.230983 0.838455 1.377812 1.171725 -0.464820
0.8976 0.8230 0.8969 0.4519 0.5141 0.1665 0.6685 0.8058 0.2067 0.5499 0.2247 0.4062 0.1751 0.2475 0.6443
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.340026 0.134701 2348295. 2.48E+14 -956.6579 2.140081
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1633716. 2524467. 32.38860 32.91218 1.656039 0.100568
Hasil hitungan regresi untuk Uji White
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Uji Asumsi Klasik Heteroskedasitisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Hasil uji White menunjukkan nilai probabilitas Obs* R – squared = 20.40158 dan nilai Probabilitasnya adalah 0.117980lebih besar dari á = 5%,maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak terkandung masalah heteroskedastisitas.
71
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
HASIL ANALISIS Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara deposito mudharabah dengan equivalent rate, tingkat suku bunga, SIMA dan Inflasi periode bulanan tahun 2006 – 2010 pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. Berikut hasil analisis regresi dengan teknik OLS AR 30 dan MA 12 dengan hasil regresi dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 11. Tabel Outputdengan Model OLS AR 30 dan MA 12 Dependent Variable: DEPOMUDH Method: Least Squares Date: 03/05/12 Time: 20:43 Sample (adjusted): 2008M07 2010M12 Included observations: 30 after adjustments Convergence achieved after 17 iterations Backcast: 2005M01 2005M12 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EQUIVALENT BUNGA SIMA INFLASI AR(30) MA(12)
14128.13 3111.559 -1108.710 301.5542 -479.3735 -0.469063 -0.962955
1885.652 901.2634 161.5300 572.8119 120.9829 0.100228 0.015364
7.492434 3.452441 -6.863806 0.526445 -3.962326 -4.679971 -62.67774
0.0000 0.0022 0.0000 0.6036 0.0006 0.0001 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Inverted AR Roots
Inverted MA Roots
0.974573 0.967940 286.8306 1892251. -208.3494 2.402019 .97+.10i .84-.49i .57+.79i .20+.95i -.20-.95i -.57+.79i -.84+.49i -.97-.10i 1.00 .50-.86i -.50-.86i
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) .97-.10i .84+.49i .57-.79i .20-.95i -.20+.95i -.57-.79i -.84-.49i -.97+.10i .86+.50i .00+1.00i -.86+.50i
3941.967 1601.923 14.35662 14.68357 146.9242 0.000000
.93-.30i .72-.65i .40+.89i -.00+.98i -.40+.89i -.72-.65i -.93+.30i
.93+.30i .72+.65i .40-.89i -.00-.98i -.40-.89i -.72+.65i -.93-.30i
.86-.50i -.00-1.00i -.86-.50i
.50+.86i -.50+.86i -1.00
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan koefisien beta tidak standar, hal ini dikarenakan masing-masing variabel memiliki satuan dan berfungsi untuk menjelaskan besarnya koefisien regresi masing-masing variabel bebas untuk menerangkan variabel terikatnya, dengan rumusnya.
72
Tabel 12. Persamaan Regresi Estimation Command: LS(DERIV=AA) DEPOMUDH C EQUIVALENT BUNGA SIMA INFLASI AR(30) MA(12) Estimation Equation: DEPOMUDH = C(1) + C(2)*EQUIVALENT + C(3)*BUNGA + C(4)*SIMA + C(5)*INFLASI + [AR(30)=C(6),MA(12)=C(7),BACKCAST=2006M01] Substituted Coefficients: DEPOMUDH = 14128.12587 + 3111.558886*EQUIVALENT - 1108.710257*BUNGA + 301.5542054*SIMA - 479.3735394*INFLASI + [AR(30)=-0.4690634395,MA(12)=0.9629554077,BACKCAST=2006M01]
Tampilan model dan estimasinya
Sumber : Hasil Olahan e-view, 2010
atau Y = 14128,13 + 3111,559X1 – 1108,710X2 + 301,5542X3 - 479,3735X4 – 0,469063AR(30) – 0,962955MA(12) Dari persamaan regresi tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 14128,13 dengan nilai positif, ini dapat diartikan bahwa deposito mudharabah akan bernilai 14128,13 jika equivalentrate, tingkat suku bunga bank konvensional, SIMA dan inflasi masing-masing bernilai 0. 2. Equivalent rate berpengaruh signifikan secara statistik pada = 5%. Koefisien variabel equivalent rate bertanda positif yang berarti semakin tinggi nilai equivalent rate maka menyebabkan deposito mudharabah meningkat secara hukum ekonomi. 3. Tingkat suku bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap deposito mudharabah dengan koefisien variabel bunga bertanda negatif yang berarti semakin tinggi nilai suku bunga bank konvensional maka menyebabkan menurunnya deposito mudharabah. 4. SIMA tidak signifikan secara statistik pada = 5% terhadap deposito mudharabah hal ini kemungkinan disebabkan terjadinya keadaan ekonomi yang kurang stabil. Dengan koefisien variabel SIMA bertanda positif yang berarti semakin tinggi nilai nisbah bagi hasil sertifikat investasi mudharabah antarbank maka menyebabkan deposito mudharabah meningkat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
5.
Tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah dengan koefisien variabel bunga bertanda negatif yang berarti semakin tinggi nilai suku bunga bank konvensional maka menyebabkan menurunnya deposito mudharabah.
1.
H1 : Terdapat pengaruh yang positif equivalent rate terhadap deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Dengan formula hipotesis: Ho :β1 =
0 equivalent rate tidak berpengaruh terhadap banyaknya deposito mudharabah.
Ho :β1 ≠ 0 equivalent
UJI HIPOTESIS Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Nilai determinasi ditentukan dengan nilai Adjusted R Square. Terlihat dalam tampilan Tabel 11 bahwa nilai dari Adjusted R Squareadalah 0.974573 hal tersebut berarti bahwa kemampuan variabel independen yaitu equivalent rate, tingkat suku bunga, SIMA dan inflasi mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 97% terhadap variabel dependennya yaitu deposito mudharabah. Sedangkan sisanya sebesar 3% dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan. Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksud dari signifikansi ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Berikut ini adalah Tabel 12 yang menggambarkan rincian penjelasan antara hipotesis dan hasil penelitian: Tabel 12. Tabel hipotesis dan hasil penelitian No.
Hasil
Keputusan
1
Equivalen rate
Variabel (H1)
Hipotesis +
Tidak Signifikan
Diterima
2
Suku bunga
(H2)
_
Signifikan
Diterima
3
SIMA
(H3)
+
Tidak Signifikan
Diterima
4
Inflasi
(H4)
_
Signifikan
Diterima
berpengaruh
terhadap
banyaknya deposito mudharabah,
Sumber : Hasil Rangkuman Penelitian, 2010
2. Uji t atau uji secara individual (parsial) Uji t atau uji secara individual (parsial) antara variabel bebas yaitu equivalen rate, suku bunga, sima dan inflasi terhadap variabel terikatnya yaitu deposito mudharabah. Hasil dari pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
rate
dan kriteria : Jika angka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika angka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Berdasarkan pada Tabel 11 maka diperoleh data yaitu equivalent rate memiliki nilai koefisien regresi sebesar 3111.559 dengan nilai P-value atau tingkat signifikasi sebesar 0.0022 lebih kecil dari = 5%, dengan koefisien regresi yang signifikan maka Ho diterima. Kesimpulannya equivalent rate tidak berpengaruh dan signifikan terhadap banyaknya deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya equivalent rate pada periode bulanan tahun 2006 – 2010 tidak berdampak besar pada besarnya jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. Hal ini disebabkan kondisi bank syariah memang serba sulit, mengingat sebagian besar portofolio penyaluran dana bank syariah berbentuk piutang murabahah (jual beli). Sekali harga ditetapkan, maka kewajiban pembeli (Nasabah debitor- dalam bank konvensional) kepada bank syariah akan tetap. Akibatnya, bila nanti suku bunga di pasar naik, bank syariah tidak dapat menaikan kewajiban nasabah. Hasil bank syariah akan tetap sehingga bagi hasil bagi nasabah dana juga akan tetap. H2 : Terdapat pengaruh negatif tingkat suku bunga terhadap deposito mudharabah mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Dengan formula hipotesis: Ho :β1 = 0 Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap banyaknya deposito mudharabah. Ho
:β1
≠ 0 Tingkat suku bunga
berpengaruh terhadap
banyaknya deposito mudharabah,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
73
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
3.
dengan kriteria : Jika angka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika angka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Berdasarkan pada Tabel 11 .maka diperoleh data yaitu tingkat suku bunga bank konvensional memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1108.710 dengan nilai P-value atau tingkat signifikasi sebesar 0.0000 nilai probabilitas yang sangat kecil dari = 5%, dengan koefisien regresi tersebut signifikan maka Ho diterima. Dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga bank konvensional tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Tidak berpengaruhnya tingkat suku bunga tersebut mengindikasikan bahwa besarnya tingkat suku bunga deposito bank konvensional pada periode bulanan tahun 2006 – 2010 tidak berdampak besar pada jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini dikarenakan pengembangan target pasar yang gencar dilakukan oleh perbankan syariah dan deposan bank syariah bersifat rasional. Bagi bank syariah, pasar dapat dibagi menjadi tiga segmen yaitu: masyarakat yang secara absolut menolak bunga (tidak memanfaatkan jasa bank konvensional), masyarakat yang memanfaatkan baik jasa bank syariah maupun bank konvensional, dan masyarakat yang hanya menggunakan jasa bank konvensional. Pasar yang sudah terdefinisikan kelompok satu dan dua lebih mudah untuk dijadikan sebagai target pasar dengan tetap mengupayakan untuk dapat memberikan keuntungan fungsional yang tidak kalah dari bank konvensional. H3 : Terdapat pengaruh positif sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA) terhadap deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Dengan formula hipotesis: Ho :β1 = 0 Sertifikat investasi mudharabah antarbank (sima)tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah. Ho :β1 ≠ 0 Sertifikat investasi mudharabah antarbank (sima) berpengaruh terhadap banyaknya deposito mudharabah,
74
4.
dengan kriteria : Jika angka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika angka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Berdasarkan pada Tabel 11 maka diperoleh data yaitu sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 301.5542 dengan nilai P-value atau tingkat signifikasi sebesar 0.6036 nilai probabilitas yang lebih besar dari = 5%, dengan koefisien regresi tersebut tidak signifikan maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa sertifikat investasi mudharabah antarbank (sima) berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. H4 : Terdapat pengaruh negatif inflasi terhadap deposito mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri. Dengan formula hipotesis: Ho :β1 = 0
Inflasi tidak berpengaruh terhadap banyaknya deposito mudharabah.
Ho :β1 ≠ 0
Inflasi
berpengaruh
terhadap
banyaknya
deposito mudharabah,
dan kriteria: Jika angka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika angka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Berdasarkan pada Tabel 11 maka diperoleh hasil perhitungan bahwa inflasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -479.3735 dengan nilai P-value atau tingkat signifikasi sebesar 0.0006 nilai probabilitas yang lebih kecil dari = 5%, dengan koefisien regresi tersebut tidak signifikan maka Ho diterima. Dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap banyaknya deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. Kenaikan harga barang dan jasa di pasar tentu akan ditanggapi oleh nasabah pembiayaan (loan) bank syariah dengan menaikkan harga jual barangnya. Pendapatan nasabah pembiayaan yang meningkat, sebagai akibat kenaikan harga barang/jasa pada gilirannya akan meningkatkan return bank syariah, karena kinerja usaha nasabah akan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja bank syariah melalui
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
mekanisme bagi hasil. Pada akhirnya bagi hasil yang diterima nasabah danapun akan meningkat. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Untuk mengetahui apakah antara semua variabel independen mampu menjelaskan variabel independennya, maka diperlukan uji hipotesis secara simultan menggunakan uji f. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh tersebut maka perlu dilakukan pengujian dengan f –tes. Adapun hipotesisnya sebagai berikut: 1.
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, Equivalent rate, tingkat suku bunga bank konvensional, sertifikat investasi mudharabah antarbank dan inflasi berarti secara bersama-sama (simultan) tidak ada pengaruh terhadap variabel deposito mudharabah.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, Equivalent rate, tingkat suku bunga bank konvensional, sertifikat investasi mudharabah antarbank dan inflasi berarti secara bersama-sama (simultan) ada pengaruh terhadap variabel deposito mudharabah.
Dengan tingkat signifikan sebesar = 5%, maka akan diperoleh suatu hipotesis dengan kriteria: (1) jika angka probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan (2) jika angka probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil prhitungan pada Tabel 11 maka diperoleh nilai Prob (F-statistic) atau tingkat signifikansi sebesar 0.0000 sangat kecil dari = 5%, maka dengan demikian H0 ditolak. Artinya, bahwa variabel equivalent rate, tingkat suku bunga bank konvensional, sertifikat investasi mudharabah antarbank, inflasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Equivalent rate berpengaruh positif terhadap deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri, artinya apabila tingkat equivalent rate PT. Bank Syariah Mandiri naik maka jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri akan naik. 2. Tingkat suku bunga deposito bank konvensional berpengaruh negatif terhadap deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
artinya apabila tingkat suku bunga deposito bank konvensional naik maka jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri akan turun. 3. Sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA) berpengaruh positif terhadap deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri, artinya apabila sertifikat investasi mudharabah antarbank (SIMA) naik maka jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri juga akan naik. 4. Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri, artinya apabila tingkat inflasi naik maka jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri akan turun. 5. Equivalent rate, tingkat suku bunga, SIMA dan inflasi secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri sebesar 96% terhadap variabel dependennya yaitu deposito mudharabah, sedangkan sisanya sebesar 4% dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan. Sedangkan saran yang dapat diajukan adalah: 1. Untuk dapat menaikkan tingkat bagi hasil kepada deposan, sebaiknya PT Bank Syariah Mandiri menginvestasikan dananya ke berbagai sektor usaha yang menguntungkan sehingga tingkat bagi hasil dapat meningkat dan akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah. 2. Kemudahan dalam bertransaksi sangat memengaruhi minat nasabah untuk menginvestasikan dananya. Maka sebaiknya PT. Bank Syariah Mandiri meningkatkan pengembangan sistem teknologinya agar nasabah mendapat banyak kemudahan dan manfaat sehingga semakin dipercaya untuk mengelola dana pihak ketiga. 3. PT. Bank Syariah Mandiri sebaiknya mempertimbangkan kebiasaan nasabah (customer habit) pada nasabah dana, sehingga diperlukan segmentasi yang lebih tajam dengan mempelajari karakteristik penghuni masingmasing segmen untuk dapat memutuskan segmen mana yang akan dijadikan target pasar (target market).
75
DETERMINAN PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH DI INDONESI (STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI SYARIAH) Oleh : Putri Sarirati dan Bambang Mulyana
DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta Bank Indonesia. Statistik Perbankan Syariah. 2010
76
Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati ABSTRACT Objectives: The objectives of this paper to introduce and describe konseptul and framework of analysis of capital market as an economic instrument that includes the rate of inflation, exchange rates, interest rates and foreign exchange reserves to SBI Composite Stock Price Index (CSPI) danhubungan between factors that influence on the movement of the Composite Stock Price Index (CSPI) Methodology: a framework approach. Data sourced from Bank Indonesia, Central Bureau of statistics, Economic Financial Statistics Indonesia in the form of a data rate of inflation, exchange rates, interest rates and foreign exchange reserves SBI. Findings: Providing inputs related issues in an effort to anticipate the decline in the Jakarta Composite Index (JCI) in Indonesia Limitation: The analysis of the factors that could be expected to affect the movement of the Composite Stock Price Index (CSPI) in Indonesia during the period January 2012 to December 2013 Implications: This analysis can provide input on how to analyze and illustrates the effect of inflation, exchange rate, interest rate (SBI) to JCI on Stock Price Index (CSPI) both to investors, governments, and for researchers as well as further research. Keywords: Stock Market, Stock Price Index (CSPI) LATAR BELAKANG Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian negara, karena sarana pembentukan modal dan akumulasi keuangan jangka panjang dapat dilakukan melalui peningkatkan partisipasi masyarakat dalam pergerakan dana (fund moving) yang tujuan akhirnya menunjang pembiayaan pembangunan nasional dan sebagai representasi untuk menilai kondisi perusahaan, hampir semua industri disuatu negara terwakili oleh pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish) atau penurunan (bearish) dapat dilihat dari pergerakkan harga saham yang tercatat dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Salah satu indikator Bursa Efek Indonesia (BEI) mengukur perkembangan pasar modal Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), bersifat fluktuatif sesuai perubahan indikator makro dan ekonomi yang ada. Perubahan lingkungan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ekonomi seperti suku bunga, inflasi, serta berbagai kebijakan ekonomi turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan di pasar modal. Peran Pasar modal bagi ketahanan ekonomi suatu negara, sebagai instrumen ekonomi tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan. Faktor domestik fundamental dapat berpengaruh pada pergerakan indeks di pasar modal (Pasaribu, Tobing, Manurung, 2008) yaitu inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga, maupun nilai tukar rupiah. Pasar modal oleh Investor sebagai sarana berinvestasi dalam bentuk saham, untuk itu diperlukan informasi mengenai perkembangan saham untuk menentukan risiko (Risk) dan pendapatan (return) yang akan diperoleh. Risiko utama dalam negeri terhadap pertumbuhan adalah prospek investasi. Pertama, investasi dibebani oleh perlemahan kondisi pasar komoditas, dan tertundanya pengeluaran investasi secara agregat. Kedua, investasi telah didorong oleh pertumbuhan
77
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
besarnya konsumen dalam negeri, dan diperkirakan akan terus berlanjut, terdapat risiko-risiko bahwa inflasi yang lebih tinggi dapat mengurangi pertumbuhan daya beli riil. Selain itu, biaya pinjaman konsumen dan investasi akan terpengaruh bila Bank Indonesia memutuskan untuk melaksanakan kebijakan pengetatan moneter (tight money policy) yang saat ini akomodatif. Indeks harga saham gabungan Indonesia naik didorong oleh kuatnya kinerja sektor keuangan khususnya sektor properti. Naiknya Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah, inflasi, Rupiah turun, depresiasi tidak begitu lemah berdasarkan timbangan perdagangan dan nilai riil. Bank Indonesia menegaskan larangannya kepada bank-bank dalam negeri untuk turut serta di dalam pasar non-deliverable forward (NDF) luar negeri, dan telah mulai memasok valuta asing secara langsung kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam bidang energi (The World Bank, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka Penulis mengambil judul dalam penelitian ini yaitu “ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013”. Rumusan Masalah Penelitian ini mengemukakan pokok-pokok permasalahan yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut sebagai berikut : a. Seberapa besar pengaruh langsung (direct effect) dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2002 – 2013. b. Seberapa besar korelasi antara variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tidak bebas di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2002 – 2013. Batasan Masalah Analisis mengenai faktor-faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia mulai periode bulan Januari tahun 2002 sampai dengan bulan Desember 2013. Data yang digunakan data per bulan
78
dan bersumber dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Statistik Keuangan Ekonomi Indonesia yaitu berupa data tingkat inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI dan cadangan devisa. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sesuai dengan pokok-pokok permasalahan tersebut di atas yaitu sebagai berikut : a. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI dan cadangan devisa terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. b. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). c. Memberikan masukan khususnya masalah terkait dalam upaya mengantisipasi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Manfaat Penelitian a. Bagi Investor, menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal tentang keadaan saham perusahaan publik. b. Bagi Pemerintah, masukan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan sehubungan pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) di Bursa Efek Indonesia (BEI). c. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya, membuka wawasan baru dan mengetahui faktor-faktor ekonomi makro yang berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham selain dari faktor internal bursa itu sendiri. KAJIAN TEORI Teori Investasi Investasi merupakan salah satu indikator terkait pendapatan nasional yang didefinisikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dan memiliki multiplier efek dalam output nasional. Sumariyah (2003;4), sebagai suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa-masa yang akan datang. Relly and Brown (1997), investasi adalah “investment is the current commitment of dollar for a period of time to derive future pay-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
ment that will compensate the investor for the time the funds are commited, the expected rate of inflation, the uncertainty of the future payment”. Faktor utama penentu tingkat investasi atau pembentukan modal dalam perekonomian adalah : Tingkat pengembalian (expected rate of return), apabila keuntungan lebih besar dari suku bunga (Rate). Kenaikan suku bunga pinjaman mempengaruhi tingkat pengembalian modal atau tingkat keuntungan dari kegiatan investasi dan sebaliknya. Untuk itu dibutuhkan analisis dan perhitungan mendalam dengan tidak mengesampingkan prinsip kehati-hatian (prudent principle). Investasi terbagi 2 yakni, investasi financial asset dan real asset dilakukan di pasar uang, Investasi real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim, 2003:2). Investor, dapat efektif dan efesiensi diperlukan ketegasan keputusan dalam tujuan yang diharapkan seperti keberlanjutan (constinuity), profit maksimum, kemakmuran bagi shareholder, serta turut andil dalam pembangunan bangsa. Dua tipe investasi dalam aktiva keuangan, yaitu Direct Investment, yaitu investasi membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan, seperti investasi tabungan, deposito, pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan (opsi warrant dan future contract). Indirect Investment, yaitu investasi tidak terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan, contohnya saham dan obligasi yang dijual di pasar modal melalui perantara (agent). Teori Portofolio Teori Portofolio, teori mengenai tingkat pengembalian dan tingkat resiko, pembentukan Portofolio yang optimal, semakin besar resiko sekuritas, maka semakin besar return dan sebaliknya. Tingkat pengembalian (expected return) adalah return di masa mendatang dan sifatnya belum terjadi (uncertainty). Markowitz (1952), bahwa Portofolio eficient sangat perlu untuk diterapkan guna meningkatkan pengembalian dan tingkat keuntungan yang diharapkan, atau disebut Expected Return atau E(Ri). Portofolio yang baik adalah yang dikelola secara optimalitas dengan memperhitungkan trade off antara
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
resiko dan pengembalian yang akan diperoleh. Teori potofolio ada dua hal, yaitu : Expected Return, E(Ri) atau keuntungan yang diharapkan dari sekuritas dan Varians (ó2) ukuran penyerapan dari penyebaran peluang (probability). Teori Portofolio oleh Markowitz memiliki kebaikan dan kelemahan, yakni: Portofolio menggunakan keilmuan modern dan beranalis serta dikembangkan oleh peneliti lainnya seperti Stephen Ross (1974). Fahmi, Irfan (2009), Memberikan kemudahan dalam memahami kedekatan hubungan antara expected return dan resiko portofolio serta tidak mengesampingkan analisis segi Portofolio eficient. Meletakkan azas dasar bagi pengkajian teori Portofolio selanjutnya. Kelemahannya yakni: data keuangan menggunakan varians dan alat lainnya dengan data masa lalu, sehingga sulit dijadikan acuan estimasi dan dipahami – diprediksi serta diragukan keakuratan data, dan menjadi bias. Tidak menjelaskan batas waktu, yaitu berapa waktu yang tepat untuk memperhitungkan diversifikasi, sehingga analis tersebut menjadi tidak mampu diyakinkan secara baik. Nilai Tukar (Kurs) Nilai tukar atau kurs, merupakan harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (pilbeam, 2006). Krugman (2005) mengartikan, harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang yang lain. Nilai tukar mata uang suatu negara dapat didefinisikan sebagai harga relatif dari mata uang terhadap mata uang negara lainnya. David K. Elteman, dkk (2003), Nilai Tukar (exchange rate) valuta asing adalah harga salah satu mata uang yang dinyatakan menurut mata uang lainnya. Kurs dapat diekspresikan sebagai sejumlah mata uang asing disebut direct quote atau sebaliknya sejumlah mata uang lokal disebut indirect quotes. Disimpulkan bahwa nilai tukar (exchange rate) adalah nilai tukar yang menunjukkan jumlah unit mata uang tertentu yang dapat diukur dengan satuan mata uang lain. The Fei Ming (2001), Pendekatan nilai tukar dengan Traditional Theories yaitu Teori Purchasing Power Parity, dalam Martin de Azpilcueta Navarro (1556), dinyatakan : “The Price of a good in one country should equal the price of the same
79
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
good in another country, exchanged at the current rater”. Versi Absolut “The exchange rate simply equal the ratio of the two countries general price level, whitch is the weighted average of all the goods produced in a country”. dan Teori Elastisitas. Krugman dan Maurice Obstfeld (2005), teori Purchasing Power Parity dapat ditulis dengan formula sebagai berikut :
=
∗
Keterangan : St = Nilai tukar valuta asing P t = Tingkat harga dalam negeri P t * = Tingkat harga luar negeri FX, Sugianto (2004), Teori Purchasing Power Parity saat ini dirasakan tidak realistis karena tidak memasukkan unsur biaya transport, tarif dan kuota, maka muncul teori versi relatif. Krugman dan Maurice Obstfeld (2005), menyebutkan bahwa pada teori purchasing power parity relative, kurs valuta asing akan berubah bentuk agar dapat mempertahankan purchasing power. Dalam teori ini kurs valuta asing dinyatakan sebagai persentase perubahan tingkat harga domestik terhadap persentase perubahan tingkat harga luar negeri, dapat dituliskan dengan formula sebagai berikut : %∆
=
%∆ %∆
∗
Keterangan : %S t = Persentase perubahan nilai tukar (kurs) %P t = Persentase perubahan tingkat harga domestik %P t *= Persentase perubahan tingkat harga luar negeri Teori Elastisitas Nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat equilibrium. Modern Monetary Theories On Short Term Exchange Rate Volatility mengungkapkan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Synthesis Of Traditional and Modern Monetary Views dijelaskan bahwa dinamika perubahan yang terjadi di pasar (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang / komoditi.
80
Sistem nilai tukar atau sistem kurs terbagi menjadi, sistem kurs tetap (fixed exchange rate system), sistem kurs mengambang (floating exchange rate system), dan sistem kurs campuran kombinasi dari kurs tetap dan kurs mengambang. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate system), kurs mata uang suatu negara dinyatakan sebesar nilai tertentu terhadap mata uang negara lain, keuntungannya mencegah perekonomian dari kecenderungan inflasi. Kelemahan sistem kurs tetap yaitu menuntut adanya cadangan devisa dalam jumlah yang relatif besar dalam rangka menjaga nilai kurs. Keuntungan sistem kurs mengambang (floating exchange rate system) yaitu otoritas moneter tidak memerlukan cadangan devisa. Cadangan devisa digunakan untuk kegiatan produktif dalam perekonomian. Sistem kurs ini memiliki kelemahan yakni fluktuasi kurs akan menciptakan pemborosan sumber daya. Penyesuaian kurs akan mempunyai implikasi dengan terciptanya ketidakpastian dan resiko dalam perdagangan dunia dan aliran modal serta dapat menurunkan aliran modal dan perdagangan. Sistem kurs campuran atau kombinasi, Salvatore (1997) mengatakan bahwa sistem kurs tetap lebih disukai oleh perekonomian terbuka dan berukuran kecil yang hubungan perdagangan internasional pada umumnya bersifat moneter atau berkaitan dengan penawaran uang. Sistem kurs mengambang relatif tepat bagi perekonomian besar dan tertutup, perdagangan yang relatif beragam, prioritas penanggulangan masalah inflasi dan pengangguran serta sering menghadapi berbagai kejutan atau gangguan dari sektor riil. Tingkat Suku Bunga Suku bunga menentukan besarnya investasi yang dilakukan dalam perekonomian. Teori ekonomi mikro, teori klasik mengatakan bahwa tingkat suku bunga merupakan balas jasa dari modal. Semakin langka modal, semakin tinggi suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak modal, maka semakin rendah tingkat suku bunga (Nasution, 2001). Keynes, Tingkat suku bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan oleh pasar uang) yang mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) pada investasi. Tingkat bunga berada dalam keseimbangan apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya (Nopirin, 1993).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
Perekonomian terbuka arus lalu lintas modal yang bebas, peningkatan suku bunga akan memperkuat nilai tukar karena terjadi pemasukan modal dari dalam negeri. Hubungan antara suku bunga dan inflasi negatif, karena suku bunga lebih dipengaruhi likuiditas Sertifikat Bank Indonesia (SBI) UU No.13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. BI menggunakan beberapa piranti Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement ), Fasilitas diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli termasuk surat berharga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tujuannya yaitu mengurangi kelebihan uang primer (uang kartal dan uang giral) yang dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. Inflasi Roger G. Ibbotson dan Gary P. Brinson mengatakan “Inflation is a sustained increase in the general price level over time”. Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, inflasi adalah suatu keadaan dimana nilai uang menurun secara terbuka, akibat harga barang umumnya naik yang berlangsung secara sistematis. Konsep pertumbuhan ekonomi dirancang dan diaplikasikan selalu berhubungan dengan inflasi. Adanya trade-off antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Jika inflasi diturunkan maka pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja akan turun begitu juga sebaliknya. Semakin tinggi inflasi tidak diimbangi oleh kenaikan suku bunga, maka berdampak pada keuntungan investasi terutama di pasar uang dan menjadi melemahnya nilai tukar. Kebijakan menaikkan suku bunga SBI untuk menghindari terjadinya capital flight (pelarian modal) atau untuk mencegah melemahnya nilai tukar rupiah, serta asumsi terhadap prediksi meningkatnya laju inflasi serta menurunkan gairah perbankan dan nasabah dalam penyaluran kredit. Cadangan Devisa Cadangan devisa resmi Indonesia (Indonesian Official Reserve Assets) merupakan aset eksternal untuk membiayai ketidak seimbangan neraca
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pembayaran, tidak mencakup penyertaan Bank Indonesia pada lembaga keuangan internasional, tagihan kepada bukan penduduk dalam non convertible currencies, ataupun tagihan dalam valuta asing kepada penduduk. Menurut Nilawati (2000), mengatakan bahwa cadangan devisa adalah stok emas dan mata uang asing yang dimiliki dan sewaktuwaktu digunakan untuk melakukan transaksi atau pembayaran internasional. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham adalah pendaftaran saham dan sebuah statistik yang menggambarkan harga komposit serta sebagai alat untuk mewakili karakteristik dari komponennya. Indeks sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks penting bagi investor untuk menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi, sehingga dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan dijadikan landasan analisis statistik pasar terakhir. Perubahan harga saham membentuk Indeks Harga Saham digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di bursa efek, dimana return dan resiko pasar dihitung, return Portofolio diharapkan meningkat jika Indeks Harga Saham cenderung meningkat, demikian sebaliknya. Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu, walaupun secara objek dan periode waktu yang digunakan berbeda dan terdapat beberapa hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Kerangka Pemikiran
Perumusan Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Tingkat inflasi memiliki pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2002 – 2013.
81
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
2)
3)
4)
Nilai tukar USD diprediksi memiliki pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode tahun 2002 – 2013. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2002 – 2013. Cadangan devisa memiliki pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2002 – 2013.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian merupakan framework dari suatu penelitian ilmiah dapat menentukan keberhasilan serta kualitas penelitian dengan membuat arahan tentang berbagai hal yang harus dilakukan dalam upaya melakukan suatu penelitian ilmiah (Sujoko Efferind, dkk, 2008). Penelitian ini menggunakan desain kausal menganalisis hubungan yang mempengaruhi antara variabel dan bagaimana pengaruh dan hubungan antara variabel. Metode digunakan deskriftif analistis melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan statistik dan menghasilkan kesimpulan. Guna menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan antar variabel. Operasionalisasi Variabel Variabel dependen dan independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang memperngaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiono, 2003). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah tingkat inflasi (X1), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (X2), dan tingkat suku bunga SBI (X3), Cadangan Devisa (X4) Populasi dan Sampel Data bulanan periode bulan Januari tahun 2013 sampai dengan Agustus tahun 2013 meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan menggunakan kurs tengah yang dihitung atas
82
dasar kurs jual dan kurs beli yang ditetapkan Bank Indonesia, tingkat suku bunga SBI, dan cadangan devisa. Jenis, Sumber dan pengumpulan Data Jenis data sekunder secara kuantitatif, yaitu diukur dalam skala numerik, berupa data runtut waktu (time series), diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia berupa laporan tahunan, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan dari BEI meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dengan menggunakan kurs tengah, tingkat suku bunga SBI, dan cadangan devisa yang berbentuk data bulanan periode tahun 2002 – 2013. Metode pengumpulan data dokumentasi, berupa data sekunder dari beberapa literatur, artikel, internet dan lain-lain. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini teknis analisis data yang digunakan sebagai berikut : 1) Analisis deskriptif, dengan menggunakan tabel dan grafik. 2) Analisis Regresi Linear Berganda, dilakukan dengan membuat persamaan regresi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel tak bebas, dan tingkat inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga SBI, dan cadangan devisa sebagai variabel bebas. 3) Analisis Korelasi Linear Berganda HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan regresi linear dengan unstandardized beta coeffisients maka penafsiran berkaitan dengan data penelitian ini yaitu : Model regresi dapat menjelaskan hubungan kausal yang menyatakan bahwa tingkat inflasi, cadangan devisa, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki pengaruh negatif (menurunkan) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi di Indonesia pada periode tahun 2002 – 2013. a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable tingkat inflasi terhadap IHSG. Jadi hipotesis pertama berpengaruh positif, terbukti.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
b.
c.
d.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable tingkat cadangan devisa terhadap IHSG. Jadi hipotesis kedua berpengaruh positif, terbukti. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terhadap IHSG. Jadi hipotesis ketiga berpengaruh positif, terbukti. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap IHSG. Jadi hipotesis keempat berpengaruh negatif, terbukti.
Pembahasan Hasil Penelitian Penguatan Rupiah terhadap Dollar AS memiliki efek terhadap pergerakan IHSG secara langsung, apabila dana yang masuk ke bursa berkurang, maka secara otomatis pasar modal akan lesu dan kemungkinan besar indeks akan melemah. Jika Rupiah menguat, maka secara otomatis jumlah pinjaman beserta bunganya yang harus dibayar menjadi lebih rendah. Sehingga, pengeluaran non operasional yang disebabkan oleh selisih kurs bisa berbalik menjadi pendapatan non operasional yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba bersih perusahaan, maka nilai jual mereka menjadi naik, sehingga sahamnya pun naik, dan akhirnya menguatkan IHSG secara keseluruhan. Meningkatnya cadangan devisa karena kebijakan swap transaksi lindung nilai oleh Bank Indonesia, bertujuan untuk memitigasi pergerakan nilai tukar rupiah. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi linear berganda mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia terhadap variabel independent (X), diperoleh persamaan regresi yang dapat ditulis sebagai berikut : Y = - 1400,254 + 19,247 X1 + 0,040 X2 + 0,148 X3 – 51,544 X4 Dimana : Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) X1 : Tingkat Inflasi X2 : Cadangan Devisa X3 : Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS X4 : Tingkat Suku Bunga SBI Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Nilai koefisien determinasi (R 2 ) model regresi tersebut yaitu sebesar 0,922, atau 92,2% variabel IHSG signifikan berpengaruh pada variabel independent (bebas), sedangkan sisanya sebesar 7,8% dijelaskan oleh faktor lain. Penulis dapat memberikan kesimpulan terhadap pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Variabel cadangan devisa memiliki pengaruh langsung yang paling besar dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Variabel tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh yang paling kecil terhadap IHSG. Variabel tingkat inflasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.052 dan variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.083. 2) Cadangan devisa dan IHSG memiliki hubungan atau tingkat keeratan positif yang sangat kuat secara statistik, yaitu sebesar 0,952. Sedangkan tingkat suku bunga SBI dan IHSG memiliki tingkat keeratan hubungan negatif yang sangat kuat secara statistik dengan koefisien korelasi sebesar - 0, 736. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan Penelitian ini yaitu pengukuran variabel, dimana empat variabel bebas yaitu tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, tingkat suku bunga SBI, dan cadangan devisa, sehingga hasil dari penelitian ini belum dapat mewakili faktor-faktor yang dilihat. Saran Menyarankan Otoritas moneter menjadi stabilitas pasar uang dan pasar modal mengeluarkan kebijakan strategis meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas pasar modal di Indonesia serta meningkatkan IHSG dengan memperhatikan faktor makro ekonomi dan faktor eksternal. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambah jumlah variabel bebas lainnya seperti harga minyak dunia, harga emas atau faktor lainnya sehingga dapat menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Eitman, David. K, dkk. Manajemen Keuangan Multinasional, Edisi 9, Bahasa Indonesia, Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta : 2003
83
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE TAHUN 2002 – 2013 Oleh : Erna Sari, Sri Wahyuningsih dan Pudji Hadiyati
Efferin, Sujoko dkk. Metode Penelitian Akuntansi : Mengungkap Fenomena Dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta : 2008. Fahmi, Irham, Yovi Laivianti H. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Alfabeta, Bandung : 2009. Frank K. Reilly & Keith C. Brown. Investment Analysis and Portfolio Management, 6 edition, Forth Worth, The Dryden Press : 1997 Haryono, Siswoyo dkk. Structure Equation Modeling : Untuk Penelitian Manajemen Menggunakan AMOS 18.00. PT Intermedia Personalia Utama. Bekasi : 2012 Halim, Abdul. Analis Investasi. Salemba Empat. Jakarta : 2003. Keynes, J.M. The collected writings of John Maynard Keynes, Cambridge University Press for the Royal Economic Society, London ; Maclillan dan New York : 1971-1989 Markowitz, Herry. Jurnal Portofolio Selection : 1952. Martin de Azplcueta Navarro, Purchasing Power Parity : 1556 Ming, The Fei. Day Trading Valuta Asing, Elex Media Komputindo, Jakarta : 2001 Keith Pilbeam, International Finance, Edisi 3, New Yorkm Macmillan : 2006 Krugman, Paul R. Obstfeld, Maucice. International Economics Theori and Stock Market Integration, Europe : 1997
84
Nasution. Teori-Teori Suku Bunga (Nasution dalam Badriah Sappewali) : 2001 Nopirin. Ekonomi Moneter, Buku Dua, Yogyakarta, BPFE : 2000 Nota Keuangan & Rencana Anggaran Pendapatan & Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2013. Jakarta : 2013. Pasaribu, Pananda. Wilson R.L Tobing, dan Adler. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Keuangan : 2008. Pasaribu, Tobing, Manurung. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG, Riset Penelitian PT FBI : 2009 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta : 2013. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung : 2007 Sumariyah. Teori Portofolio : Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP AMPN YKPN. Yogyakarta : 1997. Widarjono, Agus. Analisis Statistika Multivariat Terapan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta : 2010. Bank Indonesia. www.bi.go.id : 2014 Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id : 2013 The World Bank. www.worldbank.org : 2013
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari ABSTRACT Based on the writer observation in PT Bank Internasional Indonesia Jakarta has gotten the information that the assessment result of performance during 2013 – 2014 has get significant reduction. The caused of performance reduction is from the service which has not done as the rule and standard which has established. Based on the above matter, the writer has made the limitation of the problem such as 1). How big the influence of work motivation toward employee performance in PT Bank Internasional Indonesia. 2). How big the influence of work ability toward employee performance in PT Bank Internasional Indonesia. 3). How big the influence of work motivation and work ability toward employee performance in PT Bank Internasional Indonesia Jakarta. These type of research are using in these descriptive analysis by survey technic. The methods which is used in these research are expected to be able to reveal the phenomenon which is discussed systematically providing the truth of these research problem. Based on the research which has done towards influence of work motivation and work ability toward s employee performance, we could make the conclusion 1).From the result of correlation analysis on work motivation variable (X1) toward employee performance (Y), its shows is 0,196. This coefficient mark describes the very weak influence between work motivation variable (X1) towards employee performance variable (Y). 2) From the result of correlation analysis on work ability variable (X2) toward employee performance (Y), its shows is 0,654 This coefficient mark describes the strong influence between work ability variable (X2) towards employee performance variable (Y). 3) The result of the research also describe the amount of R Square is 0,428 or 42,8% it means both of independent variable, work motivation (X1) and work ability (X2) toward employee performance dependent variable as 42,8%, the rest of 57,2% is influenced by other variable. Keywords : motivation, work ability, employee performance LATAR BELAKANG Upaya meningkatkan pelayanan kepada nasabah secara terus-menerus merupakan kewajiban perusahaan agar nasabah merasa puas. Strategi peningkatan pelayanan tidak akan berhasil apabila kegiatan tersbut tidak diukur. Hasil survey kinerja tahunan yang dilakukan oleh PT Bank Internasional Indonesia menjadikan bahan renungan dan membuat manajemen di Kantor Cabang untuk segera melakukan perbaikan diri terhadap citra pelayanan yang dinilai kurang baik dan harus segera di benahi. Dalam upaya peningkatan pelayanan, masih ditemukan kekurangan dari para karyawan yang belum bekerja secara optimal dimana fungsi dan pelayanan yang diberikan oleh karyawan belum
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga hasilnya belum sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan perusahaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan job desk yang telah diberikan. Belum optimalnya pekerjaan karyawan dapat dilihat dari pelaksanan tugas dan fungsi-fungsi pekerjaan yang masih kurang efektif, efisien dan akurat, sehingga masih ditemukan adanya keluhan dari nasabah. Dari hasil observasi di Kantor Cabang diketahui bahwa ada kecenderungan penurunan motivasi dan kemampuan kerja dibandingkan dengan beberapa periode sebelumnya. Penurunan motivasi dan
85
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari
kemampuan kerja berdampak pada turunnya kinerja perusahaan terutama yang terkait dengan penelitian ini yaitu masalah kinerja pelayanan kepada nasabah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kemampuan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan. PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kepuasan nasabah berjalan berbarengan dengan ketidak-puasan. Artinya respon nasabah terhadap evaluasi dan ketidak-sesuaian yang dirasakan nasabah antara harapan yang diinginkan dengan yang dirasakan oleh nasabah Jadi kepuasan nasabah adalah suatu tanggapan emosional yang dirasakan oleh nasabah pada saat mereka menikmati pengalaman pelayanan. Pelayanan yang baik akan dapat diberikan kepada nasabah apabila kinerja karyawannya juga berjalan dengan baik. Karyawan sebagai sumber daya didalam sebuah perusahaan haruslah diatur sedemikian rupa agar terkoordinasi dengan baik agar bisa mendukung strategis organisasi. Apabila sumber daya manusia ini tidak dikelola dengan baik, maka kesuksesan organisasi dalam pencapaian rencana strategisnya akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu manajemen sumber daya manusia sebagai sebuah aktifitas manajemen tidak akan pernah bisa diabaikan dari pengelolaan sebuah organisasi. Menurut Werther dan Davis dalam Dewi (2012 : 4) manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang mencoba memfasilitasi orangorang didalam organisasi untuk berkontribusi dalam pencapaian rencana strategis organisasi. Aktivitas manajemen sumber daya manusia merentang mulai dari proses memperoleh, melatih, mengembangkan, menilai, mengkompensasi dan merencanakan karir kerja dengan tetap memperhatikan hubungan ketenagakerjaan, kesehatan, keselamatan, keamanan, dan keadilan pekerja. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer kadang tidak memperhatikan kinerja karyawan kecuali kinerja karyawan tersebut sudah amat buruk. Masih ada manajer yang tidak mengetahui buruknya kinerja karyawan sehingga perusahaan menghadapi krisis yang serius.
86
Menurut Rivai (2003), Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Dalam dunia kerja, motivasi merupakan hal yang penting karena motivasi inilah yang menentukan perilaku karyawan untuk bekerja agar sesuai dengan yang dikehendaki perusahaan. Menurut Sondang P Siagian (2008 : 56), motivasi dapat diartikan sebagai “daya pendorong” yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya dalam mengembangkan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Secara naluri setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari sebelumnya dan bila mungkin untuk lebih baik dari orang lain. Namun dalam realitanya, untuk berprestasi atau mencapai hasil kegiatannya lebih baik dari orang lain tidak mudah dan banyak kendalanya. Justru kendala yang dihadapi dalam mencapai prestasi inilah yang mendorongnya untuk berusaha mengatasinya serta memelihara semangat kerja yang tinggi dan bersaing mengungguli orang lain. Oleh sebab itu maka motivasi adalah sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan kepada ukuran keunggulan dibandingkan dengan standar kerja atau orang lain. Tidak cukup hanya dengan motivasi, seorang karyawan juga dituntut untuk memiiki kemampuan kerja yang baik karena kemampuan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan. Sorang karyawan yang memiliki kemampuan berarti akan sanggup melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan disini berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam penelitian ini penulis menghubungkan antara variabel independen yang terdiri dari Motivasi Kerja (X1) dan Kemampuan Kerja (X2) terhadap variabel dependen yaitu Kinerja Karyawan (Y).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian tersebut maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variable Motivasi kerja (X1) terhadap Kinerja karyawan (Y). 2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variable Kemampuan kerja (X2) terhadap Kinerja karywan (Y). 3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variable Motivasi kerja (X1) dan Kemampuan kerja (X2) terhadap Kinerja karyawan (Y) Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisa korelasi sebagai berikut :
=
+
1 1+ 2 2
Keterangan : = = 1 = 2 = 1, 2 =
Kinerja karyawan Motivasi kerja Kemampuan kerja Konstanta Koefisien regresi
Pengujian hipotesis dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik, antara lain uji validitas dan uji realiabilitas masingmasing variabel, METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan metode deskriptif analisis berbentuk korelasional yaitu penelitian yang menggambarkan adanya hubungan asosiatif antara dua variable atau lebih. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu memperoleh informasi deskriptif tentang populasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Bank Internasional Indonesia di salah satu Kantor Cabang di wilayah Jakarta. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relative kecil, atau penelitian yang ingin membuat generaisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiono, 2013). Data yang dikumpulkan untuk keperluan dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja, dan Kinerja Karyawan pada salah satu Kantor Cabang PT. Bank Internasioal Indonesia di Jakarta. Dalam pengumpulan data tersebut, penulis menggunakan “data primer” dan “data sekunder”. HASIL Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut : a. Nilai koefisien 1 = -0,003 berarti bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara keseluruhan b. Nilai koefisien 2 = 0,512 berarti bahwa kemampuan kerja berpengaruh kuat terhadap kinerja karyawan secara keseluruhan c. Nilai konstanta () = 20,629 berarti bahwa secara keseluruhan pengaruh antara motivasi kerja dan kemampuan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dari hasil perhitungan dan pengolahan data dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pengaruh motivasi kerja (X1) terhadap kinerja karyawan, menghasilkan sebesar - 0,021 dengan p value 0.984 lebih besar dari 0,05 Berarti terdapat pengaruh yang lemah antara variabel motivasi kerja (x1) dengan kinerja karyawan (y) b. Pengaruh kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan, menghasilkan sebesar 4,292 dengan p value 0.000 lebih kecil dari 0,05 Berarti terdapat pengaruh kuat antara variabel kemampuan kerja (x2) dengan kinerja karyawan (y)
87
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari
Tabel 1 : Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Kinerja (Y) Motivasi kerja (x1) Kemampuan kerja (x2)
Standardized Coefficients
Std. Error
20.629
5.961
-.003
.136
.512
.119
1.
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
3.461
.002
-.003
-.021
.984
.908 1.101
.655
4.292
.000
.908 1.101
2.
a. Dependent Variable: Kinerja karyawan (y)
Sumber : Hasil perhitungan SPSS Versi 21
3.
Hasil uji F diketahui bahwa adalah 10,116 dengan p-value sebesar 0,01 lebih kecil dari 0,05. Sehingga secara keseluruhan dan bersama-sama antara variabel motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan terdapat pengaruh yang signifikan. Tabel 2 : ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
106.176
2
53.088
Residual
141.691
27
5.248
Total
247.867
29
F 10.116
Sig. a
.001
a. Predictors: (Constant), motivasi kerja (x2), kemampuan kerja ( x1) b. Dependent Variable: kinerja karyawan (y)
Sumber : Hasil perhitungan SPSS Versi 21 Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai R sebesar 0,654 atau 65,4% ini dapat diartikan bahwa variabel independen yang terdiri dari motivasi kerja (x1) dan kemampuan kerja (x2) mempunyai kontribusi yang cukup kuat terhadap kinerja karyawan (y). Sedangkan nilai R Square sebesar 0,428 atau 42,8% artiya variabel motivasi kerja (x1) dan kemampuan kerja (x2) secara bersama-sama tidak terlalu kuat terhadap kinerja karyawan (y). Karena sisanya sebesar 57,2% ditentukan oleh faktor lain selain motivasi kerja (x1) dan kemampuan kerja (x2). Tabel 3 : Tabel 3 b Model Summary Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a
1 .654 .428 .386 2.29081 a. Predictors: (Constant), Kemampuan kerja (x2), Motivasi kerja ( x1) b. Dependent Variable: Kinerja karyawan (y)
Sumber : Hasil perhitungan SPSS Versi 21 KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kemampuan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
88
Motivasi kerja karyawan mempunyai pengaruh yang lemah terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji korelasi yang lemah. Kemampuan kerja karyawan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji korelasi. Pengaruh variabel independen yang terdiri dari motivasi kerja (x1) dan kemampuan kerja (x2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kinerja karyawan (y).
SARAN Dari hasil penelitian ini dapatlan penulis sampaikan beberapa saran, sebagai berikut : 1. Hendaknya pimpinan lebih dapat memotivasi karyawan dengan cara memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi atau melakukan sesuatu yang bersifat inovatif, menciptakan suasana kerja yang lebih akrab, melaksanakan mutasi dan rotasi karyawan, memberikan pendidikan / pelatihan atau training dan memberikan promosi bagi karyawan yang berprestasi 2. Kemampuan kerja karyawan dapat lebih ditingkatkan melalui pendidikan dan training agar karyawan dapat menyelesaikan masalah pekerjaan yang mungkin timbul, meningkatkan kepercayaan diri, membantu untuk membuat keputusan yang lebih baik, lebih cepat dan efisien. 3. Hendaknya dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan, perlu diberikan fasilitas tambahan atau pendukung berupa fasilitas kerja yang sesuai, baik yang menyangkut fasilitas alat kerja seperti ruang kerja, penerangan yang cukup, dan alat komunikasi, maupun perlengkapan kerja dan alat tulis kantor, melalui rencana anggaran yang diusulkan tiap tahunnya. DAFTAR PUSTAKA Achmad S Suky, 2002, Sistem Manajemen KinerjaPanduan Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Budi Safari
Amirullah dan Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta Ana Partina, 2009, Badan dan Lembaga Keuangan Non Bank, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta Bambang Prasetyo, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif – Teori dan Aplikasi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta Bank Internasional Indonesia, 2009, People Management, Bank Internasional Indonesia, Jakarta Dwi Hanggraeni, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Jonathan Sarwono, 2011, Buku Pintar IBM SPSS, Statistics 19, PT Alex Media Komputindo – Kompas Gramedia, Jakarta Jono M Munandar, 2014, Pengantar Manajemen – Panduan KOmprehensif Pengelolaan Organisasi, IPB Press,Bogor Luthans E.A, 2006, Organizational Behavior, Sixth Edition, McGraw Hill Book, Co, Singapore Miftah Toha, 2008, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, FISIPOL Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Muchtar Mawardi, 2012, Pengaruh Produk dan Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan PT Dwidaya Tour Jakarta, Tesis Magister Manajemen Program Studi Pascasarjana Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Muhammad Ali Gunawan, 2013, Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Parama Publishing, Yogyakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Riduan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung Schien, Edgar, H, 2004, Organizational Culture and Leadership, Third Edition, Josey Bass Publisher, San Francisco Singgih Santoso, 2012, Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik, PT Alex Media Komputindo – Kompas Gramedia, Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta. Sopiah, 2008, Perilaku Organisasional, Penerbit Andi, Yogyakarta Suharsini Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Praktek,Rajawali Press, Jakarta Susantyo Herlambang, 2013, Pengantar Manajemen, Cara Mudah Memahami Ilmu Manajemen, Gosyen Publishing, Yogyakarta Toto Syatori Nasehudin, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Penerbit Pustaka Setia, Bandung Tunggul Judanto, 2002, Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja . Terhadap Kinerja Karyawan, Tesis, Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
89
90
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume Nopember 2007 2011 Volume 6, 1,Nomor Nomor12, 3, Nopember
PEDOMAN PENULISAN JURNAL 1.
Naskah tulisan diketik di komputer program MS Word dengan ukuran 2 (dua) spasi, huruf (font) time new roman, ukuran huru 12 pt, jumlah halaman 14-20 lembar ukuran A4 (termasuk gambar, tabel, ilustrasi, dan daftar pustaka). Margin kiri 4 cm, margin bawah, atas dan kanan 3 cm. Menyertakan salinan soft copy (print out) dan hard copy (dalam disket, CD, flasdisk)
2.
Naskah adalah asli, belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.
3.
Naskah berupa hasil penelitian atau hasil studi kepustakaan yang bersifat obyektif, sistematis, analistis dan deskriptif
4.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris
5.
Judul naskah singkat, sesuai dengan ini naskah. Abstraksi Bahasa Indonesia untuk naskah Bahasa Inggris dan sebaliknya, terdiri dari pendahuluan, isi (hasil, metode penelitian, analisis hasil), kesimpulan dan daftar pustaka.
6.
Isi naskah bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi mempunyai hak mengedit redaksional tanpa merubah arti aslinya.
7.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi redaksi Jurnal Aliansi Magister Manajemen STIMA IMMI.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
99