UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
ANALISIS PENGARUH PDRB, SUKU BUNGA, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP SIMPANAN MASYARAKAT PADA BANK-BANK UMUM DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
POPPY MARIESKHA 060501010 Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
ABSTRACT
This research be entitled “ Analysis Influence of Gross Domestic Regional Product, Interest Rate, and Inflation Rate to the Total Saving in General Bank of Government in North Sumatera ” . This research is aimed to analyze the factors effecting the total saving. The factors that are examined on this research are Gross Domestic Regional Product (X1), Interest Rate (X2), and Inflation Rate (X3). The analysis method of the data was used in this research is Ordinary Least Square (OLS). Calculation method used is Eviews 5.1. The data that was used in this research was the time series data from 1985 – 2007 (23 years data sample). The estimation results showed that all of variable, Gross Domestic Regional Product, Interest Rate, and Inflation Rate has positively influence to total saving.
Keywords : Gross Domestic Regional Product , Interest Rate, Inflation Rate, Total Saving.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
ABSTRAK
Penelitian ini diberi judul “Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat
Pada Bank-Bank Umum di
Sumatera Utara ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-bank Umum di Sumatera Utara. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Model perhitungan yang digunakan adalah Eviews 5.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 1985 – 2007 (23 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel, Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat.
Kata Kunci : Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Jumlah Simpanan Masyarakat.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat
Pada Bank-Bank Umumdi Sumatera Utara ”. Dimana
penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hsb, C.A.E. Msi, sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan segenap waktu dengan memberikan petunjuk dan saran yang baik mulai dari awal penulisan skripsi ini hingga selesai. 4. Bapak Walad Altsani H.R., SE, MEc, sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan saran bagi penulis. 5. Ibu Inggrita Gusti Sari, MSi, sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
6. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, sebagai Dosen Wali penulis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. 7. Seluruh staff pengajar dan staff administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 8. Seluruh staff pegawai Bank Indonesia Medan dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 9. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sunirwan dan Ibunda Anny yang telah mendidik, mengasihi, dan membimbing dengan segenap cinta dan kasih sayang serta mendukung penulis dalam doa dan materi. Dan kepada kedua Adik tersayang (Dewi Arieska dan Try Wahyu Syahputra), yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis. 10. Sahabat-sahabat di Fakultas Ekonomi stambuk 2006 yang selalu memberikan semangat dan telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis.
Kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini sudah diupayakan oleh penulis sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya. Terima kasih.
Medan, Januari 2010 Penulis
( Poppy Marieskha ) Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
DAFTAR ISI Hal ABSTRACT………………………………………………………….
i
ABSTRAK…………………………………………………………...
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………….
iii
DAFTAR ISI………………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL……………………………………………………
vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………
viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………
ix
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian….…………………………………
1
1.2. Perumusan Masalah…………………………………….….....
6
1.3. Hipotesis……………………………………………………...
7
1.4. Tujuan Penelitian………….………………...…………….….
7
1.5. Manfaat Penelitian………….………………………...………
8
BAB II : LANDASAN TEORI 2.1. Bank..........................................................................................
9
2.1.1. Pengertian Bank..............................................................
9
2.1.2. Jenis-Jenis Bank..............................................................
10
2.1.3. Fungsi dan Tujuan Bank.................................................
13
2.1.4. Pengertian Bank Umum………………………………..
14
2.1.5. Fungsi dan Peranan Bank Umum………………………
15
2.1.6. Manajemen Dana Bank………………………………...
18
2.1.7. Resiko Usaha Bank…………………………………….
19
2.1.8. Sumber Dana Bank…………………………………….
21
2.2. Simpanan Masyarakat...............................................................
21
2.2.1. Pengertian Simpanan Masyarakat...................................
21
2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)...............................
28
2.3.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)…
28
2.3.2 Metode Penghitungan PDRB…………………………...
33
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2.4. Suku Bunga...............................................................................
35
2.4.1. Pengertian Suku Bunga...................................................
35
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
37
2.4.3. Fungsi Tingkat Suku Bunga…….....................................
40
2.4.4. Jenis-jenis Suku Bunga Bank………………....................
41
2.4.5. Teori Suku Bunga………………………………..............
42
2.5. Inflasi……………………………..…………………………......
47
2.5.1. Pengertian Inflasi...............................................................
47
2.5.2. Jenis-jenis Inflasi………………………………………...
48
2.5.3. Teori Inflasi………………………………………………
52
2.5.4. Faktor Pendorong Inflasi...................................................
55
2.5.5. Dampak Inflasi…………………………………………..
57
2.5.6. Kebijakan Pengendalian Inflasi…………………………
58
2.6. Penelitian Terdahulu……….......................................................
60
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………..
62
3.2. Jenis Data dan Sumber Data….………………………………..
62
3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan data..………………………
62
3.4. Pengolahan Data……………………………………………….
63
3.5. Model Analisis Data………………………………...................
63
3.6. Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit )…………………….
65
3.6.1. Koefisien Determinasi ( R² ).............................................
65
3.6.2. Uji t-statistik……………………………………………..
65
3.6.3. Uji F-statistik……………………………………………
67
3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik…………………………….
68
3.7.1. Multikolinearity…………………………………………
68
3.7.2. Autokorelasi…………………………………………….
69
3.8. Definisi Operasional…………………………………………..
70
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Daerah Penelitian………………………………….
71
4.1.1. Kondisi Geografis……………………………………….
71
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
4.1.2. Kondisi Demografi……………………….......................
74
4.1.3. Gambaran Perekonomian Sumatera Utara.......................
76
4.1.4. Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara..................
78
4.1.5. Perkembangan PDRB Sumatera Utara............................
83
4.1.6. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Sumatera Utara.....
84
4.1.7. Perkembangan Laju Inflasi Sumatera Utara....................
85
4.2. Hasil Penelitian.........................................................................
87
4.2.1. Hasil Model Estimasi......................................................
87
4.2.2. Interpretasi Model...........................................................
87
4.2.3. Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit)…………....
88
4.2.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik…………………….
93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan…………………………………………………..
97
5.2. Saran…………………………………………………………
99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
x
LAMPIRAN........................................................................................
xi
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Hal
4.1
Kondisi Geografis Sumatera Utara menurut Kabupaten dan Kotamadya
72
4.2
Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan menurut Kabupaten dan Kotamadya di Sumatera Utara
73
4.2
Distribusi Kantor Bank Umum dan BPR di Sumatera Utara Tahun 2005Bank
79
4.4
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum menurut Status Kepemilikan Tahun 2002 – 2007 Triwulan II
80
4.5
Posisi Dana yang Dihimpun oleh bank di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007
81
4.6
Perkembangan PDRB di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007
83
4.7
Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007
84
4.8
Perkembangan Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007
86
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Hal
2.1
Kurva Pendapat Kaum Klasik Tentang Suku Bunga
43
2.2
Kurva Pendapat Keynes Tentang Suku Bunga
46
2.3
Kurva Demand Full Inflation
50
2.4
Kurva Cost Push Inflation
52
3.1
Kurva Uji t-statistik
66
3.2
Kurva Uji F Statistik
68
3.3
Kurva Durbin – Watson
69
4.1
Uji t-statistik variabel PDRB
89
4.2
Uji t-statistik variabel Tingkat Suku Bunga
90
4.3
Uji t-statistik variabel Tingkat Inflasi
91
4.4
Kurva Uji F Statistik
92
4.5
Uji DW Statistik
96
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
I
Data Variabel Dependent dan Independent
II
Hasil Regresi dengan Program E-views 5.1
III
Hasil Regresi dengan Program E-views 5.1
IV
Hasil Regresi dengan Program E-views 5.1
V
Hasil Regresi dengan Program E-views 5.1
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, dunia perbankan dan jasa keuangan dihadapkan pada persaingan yang sangat tajam akibat adanya perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Persaingan menjadi semakin ketat setelah bank asing yang mempunyai kelebihan dalam hal pelayanan, nama besar yang mendunia, dan pilihan produk yang inovatif turut memperebutkan nasabah pada pasar yang sama. Lembaga keuangan non bank yang beroperasi secara lebih khusus juga semakin meningkat perkembangannya. Situasi ini menggambarkan betapa ketatnya persaingan untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas. Namun ditengah persaingan yang begitu hebat terbukti bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, hingga saat ini masih terus diminati nasabah. Dalam kebijakan moneter bank memiliki posisi yang sangat penting mengingat perbankan dalam perekonomian Indonesia mendominasi keseluruhan sektor keuangan baik dilihat dari segi kepemilikan asset, pengumpulan dana maupun penyaluran dana tersebut di dalam perekonomian ( Pohan, 2008:85 ). Seperti negara-negara berkembang lainnya, sektor perbankan masih mempunyai orientasi utama pada pembiayaan kegiatan perdagangan dan jasa, Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
terutama melayani daerah perkotaan, dan memberikan kredit yang umumnya besifat jangka pendek ( kredit investasi hanya mencakup sekitar 23 % dari seluruh kredit sektor perbankan). Peranan system finansial yang didominasi oleh perbankan tampak dari dana yang dihimpun dan yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan, khususnya di sektor swasta sebagian besar masih berasal dari sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat penting peranannya di dalam pembangunan nasional baik sebagai perantara sektor yang defisit dengan sektor yang surplus maupun sebagai agen pembangunan. Menyusul pelaksanaan UU No. 22/1999 yang disempurnakan dengan UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, Sumatera Utara telah dimekarkan dari 17 menjadi 25 kabupaten/kota. Pada masa mendatang direncanakan bertambah menjadi 33 Kabupaten/Kota. Dari tahun 2004 sampai dengan keadaan 1 Desember 2006, jumlah desa dan kelurahan bertambah sebanyak 113 desa/kelurahan dari 5.497 menjadi 5.610 desa/kelurahan. Sementara jumlah kecamatan bertambah 33 kecamatan dari 331 menjadi 364 kecamatan. Konsekuensi pemekeran ialah pertambahan jumlah instansi dan badan yang ada di Sumatera Utara. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, seluruh kabupaten/kota berpotensi menambah sekitar 240 sd 280 instansi, dan hal ini tentu saja diikuti pula oleh perkembangan perbankan di Sumatera Utara. Berdasarkan jumlah penduduk dan produk domestik regional bruto (PDRB), Provinsi Sumatera Utara menduduki posisi pertama di luar pulau Jawa. Jika dihitung berdasarkan jumlah kantor cabang / kantor cabang
pembantu yang beroperasi di Sumatera Utara sampai dengan
triwulan II 2007 adalah sebanyak 672 kantor, terdiri dari 259 Bank Pemerintah, 70 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Bank Pemerintah Daerah, 323 Bank Swasta Nasional dan 20 Bank Asing dan Campuran. Jika dibandingkan dengan provinsi lain, maka Sumatera Utara juga menduduki posisi pertama di luar pulau Jawa. Perkembangan perbankan di Sumatera Utara juga didukung oleh perkembangan yang baik dari Produk domestik regional bruto ( PDRB ). Gambaran perekonomian Sumatera Utara tahun 2005 selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Beberapa indikator menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah menunjukkan adanya perbaikan. Dari hasil perhitungan sangat sementara yang didasarkan pada hasil survei indikator ekonomi triwulanan, PDRB menurut harga konstan 2000 adalah sebesar Rp. 99,79 milyar pada tahun 2007. Berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara meningkat dari Rp. 126.573,97 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp. 181.819,74 milyar pada tahun 2007. Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. PDRB perkapita harga berlaku penduduk Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp.14,1 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 yang sebesar Rp.12,6 juta. Sedangkan PDRB perkapita harga konstan 2000 naik dari Rp. 7,38 juta pada tahun 2006 menjadi Rp. 7,75 juta pada tahun 2007. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2007 mencapai 5,48 persen. Namun Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 persen. Dan pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 6,90 persen. Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor konstruksi sebesar 16,91 persen, sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 9,04 persen dan sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,70 persen. Pertumbuhan ketiga sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai penyedia dana ke sektor riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara). Selain PDRB, faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan perbankan melalui peningkatan jumlah dana simpanan adalah tingkat suku bunga simpanan. Masyarakat ingin menyimpan uangnya di bank karena mengharapkan beberapa faktor, yang selain tingkat keamanan bank terbukti baik, bank juga memberikan bunga. Tabungan masyarakat disimpan berupa giro, deposito, dan tabungan, tetapi dapat juga dibelikan surat-surat berharga. Hasil penjualan surat-surat berharga diterima oleh perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Hasil penjualan surat berharga ini berupa uang, dipergunakan oleh perusahaan untuk biaya produksi untuk memperbesar produksi nasional. ( Simorangkir, 2000:16 ). Namun tingkat inflasi juga ikut memiliki peran terhadap jumlah dana yang disimpan masyarakat di bank, termasuk pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Inflasi adalah sebagai suatu fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negaranegara berkembang yang sedang giat membangun. Mekanisme peningkatan inflasi tersebut melalui peningkatan perubahan jumlah uang beredar dan semakin Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sebagai akibat banyaknya terjadi spekulasi yang dilakukan oleh para pelaku pasar itu sendiri. Masalah inflasi dalam arti yang luas bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi masalah sosioekonomi-dan politis. Secara akumulatif, inflasi Sumatera Utara hingga posisi Juni 2006 adalah sebesar 1,49 %, masih cukup rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,87 %. Rendahnya angka inflasi tersebut terutama terjadi di Sibolga yang mencatat inflasi sebesar 1,35 %. Sedangkan kota Padang Sidempuan mengalami inflasi sebesar 2,06 %, dan termasuk kategori kota yang mengalami tekanan inflasi terbesar. Kota Medan yang memiliki kontribusi bobot terbesar hanya mencatat inflasi sebesar 1,70 %. Sampai dengan triwulan II tahun 2006, kondisi perbankan di wilaayah Sumatera Utara pada umumnya menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari pertumbuhan asset, kredit dan dana pihak ketiga serta laba / rugi dibandingkan dengan tahun 2005 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,96 %, 3,44 %, dan 1,69 % serta 17,19 %. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2006, yaitu asset tumbuh 2,09 %, kredit 0,65 %, dana pihak ketiga 0,22 %, dan laba rugi yang cenderung menurun. ( Laporan Keuangan Bank Indonesia, Medan). Bank berperan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Oleh karena itu, kehadiran perbankan di suatu daerah yang telah dan sedang berkembang sangat diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Kehadiran bank yang telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selanjutnya mendorong munculnya kantor baru bank. Dengan demikian akan terjadi pengaruh saling mendukung (timbal balik) antara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
bank dan pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat pengaruh dari beberapa faktor yang dapat menunjang jumlah simpanan masyarakat, kita dapat mengetahui perkembangan kinerja perbankan tersebut, sehingga memberikan profitabilitas secara keseluruhan baik bagi perbankan daerah maupun dunia perbankan Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat pada Bank – bank Umum di Sumatera Utara.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi, antara lain : 1.
Bagaimana pengaruh
produk domestik regional bruto terhadap
jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di Sumatera Utara ? 2.
Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di Sumatera Utara ?
3.
Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di Sumatera Utara ?
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan dalam suatu penelitian yang kebenarannya
harus diuji secara empiris. Berdasarkan
perumusan masalah diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut : 1.
Produk domestik regional bruto memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah simpanan masyarakat di bank – bank umum Sumatera utara, ceteris paribus.
2.
tingkat suku bunga memiliki hubungan yang positif terhadap jumlah simpanan masyarakat di bank – bank umum sumatera utara, ceteris paribus.
3.
tingkat inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di Sumatera Utara, ceteris paribus.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui pengaruh produk domestik regional bruto terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di sumatera utara.
2.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di sumatera utara.
3.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di sumatera utara.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk memberikan gambaran bagaimana produk domestik regional bruto, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi memiliki pengaruh penting dalam perkembangan jumlah simpanan masyarakat pada bank –bank umum di Sumatera Utara.
2.
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi industri perbankan dalam mengelola kinerja perusahaannya.
3.
Sebagai referensi dan informasi bagi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
4.
Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisis.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1. Bank 2.1.1. Pengertian Bank Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk pinjaman serta memberikan jasa perbankan lainnya. Menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI No. 792 tahun 1990 pengertian bank adalah : Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Menurut Pierson, seorang ahli ekonomi dari Belanda, bank merupakan badan yang menerima kredit, maksudnya adalah badan yang menerima simpanan masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Ada juga yang mengatakan bank adalah department store of finance, yang merupakan organisasi Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
jasa atau pelayanan berbagai jasa keuangan. Selain itu, bank juga disebut sebagai suatu badan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana ( Sinungan, 1993:3)
2.1.2. Jenis-Jenis Bank Di dalam Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 yang menggantikan Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-Undang nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan yang dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, status dan dari segi menentukan harga. 1. Dilihat dari Segi Fungsinya Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai h. dan Bank jenis lainnya 2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki Bank yang bersangkutan. Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut: a. Bank milik pemerintah Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Yang termasuk dalam bank pemerintah adalah Bank BUMN dan bank-bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Contoh : Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Tabungan Negara (BTN) b. Bank milik swasta nasional Bank swasta nasional adalah bank
yang berbadan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Contoh : Bank Central Asia Bank Bukopin Bank Danamon c. Bank milik asing Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar Indonesia yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di Jakarta dan membuka kantor cabang pembantu di beberapa Ibukota provinsi selain Jakarta. Contoh : ABN AMRO Bank City Bank d. Bank milik campuran Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Istilah bank campuran sejak Undang - Undang No. 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan, karena pada prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing, sehingga penggunaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi. Penghapusan
istilah tersebut
sekaligus
menghilangkan
perlakuan
diskriminatif yang dilakukan otoritas moneter antara bank nasional dan bank campuran selama ini. 3. Dilihat dari Segi Status Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan kedudukan atau status yang menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. a. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque dan transaksi luar negeri lainnya. b. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa jadi transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara. 4. Dilihat dari segi menentukan harga Ditinjau dari segi menentukan harganya, bank dapat dibedakan menjadi: a. Bank yang berdasarkan prinsip konvesional b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah. (Kasmir, 2000: 31) Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Kemudian menurut Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis Bank yaitu: a. Bank Umum Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan keluarnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tersebut mengakibatkan perubahan fungsi Bank Pembangunan dan Bank Tabungan menjadi Bank Umum. Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, dan Lumbung Desa menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (Kasmir, 2000: 20) . 2.1.3. Fungsi dan Tujuan Bank Menurut UU Perbankan No 10 tahun 1998 bahwa fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Adapun tujuan bank adalah
menunjang
pelaksanaan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Bank di dalam menjalankan fungsi dan tujuannya tersebut mempunyai usaha-usaha pokok sebagai berikut: Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi. c. Menghimpun dana dan meyalurkannya kepada masyarakat. d. Menyediakan jasa – jasa pengelolaan dana dan trust atau perwakilan amanat kepada individu dan perusahaan. e. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional. f. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga. g. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya, credit card, traveler’s check, transfer dana dan sebagainya.
2.1.4. Pengertian Bank Umum Para ahli perbankan di negara-negara maju mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi. Karena diizikan mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Berdasarkan kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum dapat juga disebut sebagai bank umum pencipta uang giral. Pengertian bank umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 : “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Bank umum merupakan salah satu industri tertua yang bergerak dibidang keuangan yang pertama kali didirikan pada tahun 1782. Sifat jasa yang diberikan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
bank umum lebih luas, dalam arti memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu Negara karena bank umum merupakan sarana untuk menjalankan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam hal menaikkan dan menurunkan jumlah uang beredar untuk menghindari terjadinya inflasi dan deflasi agar tercipta kestabilan moneter.
2.1.5. Fungsi dan Peranan Bank Umum Bank umum memiliki beberapa fungsi yang akan diuraikan di bawah ini yaitu : 1. Penciptaan uang Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral. 2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang, Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik. 3.
Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana
simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit. 4.
Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau
memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masingmasing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah. 5.
Penyimpanan Barang-Barang Berharga Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling
awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barangbarang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotakPoppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga. 6.
Pemberian Jasa-Jasa Lainnya Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin
banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya. (Manurung, 2004: 137). Berdasarkan bidang usaha yang luas, maka kedudukan bank umum dewasa ini memperoleh tempat yang sangat penting. Bank umum merupakan penghubung lalu lintas pembayaran dalam tata ekonomi modern. Beberapa kegiatan bank umum, meliputi : 1. Perkreditan (Credit) Perkreditan merupakan kegiatan paling utama yang memberikan kontribusi pendapatan yang paling besar bagi dunia perbankan. Pendapatan dari penyaluran kredit berupa bunga, komisi, dan lain – lain. 2. Pemasaran (Marketing) Pemasaran merupakan kegiatan yang menitikberatkan pada penghimpunan dana dari masyarakat dan lembaga – lembaga keuangan. Kegiatan pemasaran meliputi produk yang dipasarkan, tingkat bunga yang ditawarkan, tempat dimana
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
produk dijual, teknik dan media yang dipakai bank dalam memperkenalkan produknya kepada nasabah.
3. Pendanaan (Treasury) Pendanaan merupakan kegiatan pengelolaan dana oleh para eksekutif bank. Tujuannya adalah untuk memperoleh kombinasi dana yang efisien serta mengalokasikan dana pada aktiva produktif secara efektif. 4. Operasi (Operation) Operasi merupakan kegiatan unit – unit bank yang membantu kegiatan utama bank. Kegiatannya dapat berupa administrasi pembukuan, penyusunan laporan keuangan, proses data elektronik, dan tenaga programming. 5. Sumber Daya Manusia ( Human Resources) Sumber daya manusia merupakan kegiatan pengelolaan yang meliputi perencanaan, penarikan, seleksi, penempatan, pendidikan dan pelatihan, dan penilaian prestasi kerja. 6. Pengawasan (Audit) Pengawasan merupakan kegiatan pengawasan internal dan eksternal bank serta pengawasan Bank Indonesia. Pengawasan internal yang dilakukan oleh satuan kerja unit audit dan pengawasan eksternal dilakukan oleh akuntan publik. Serta pengawasan Bank Indonesia dilakukan secara berkala maupun secara tiba – tiba oleh Bank Indonesia.
2.1.6 Manajemen dana bank
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Secara umum bahwa sasaran pokok manajemen adalah memaksimalkan nilai investasi dari pemilik bank. Oleh sebab itu, dalam upaya mencapai sasaran tersebut manajemen bank harus memperhatikan dan menguasai prinsip pengelolaan uang baik aktiva maupun kewajiban – kewajibannya. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya,
terdapat
beberapa
sasaran
yang
ditargetkan oleh bank. Sasaran tersebut dapat dibedakan berdasarkan jangka waktunya, yaitu : a ) Sasaran Jangka Pendek Yang menjadi sasaran jangka pendek yaitu berkaitan dengan penggunaan waktu dalam operasional bank untuk tujuan jangka pendek, misalnya dalam pemenuhan likuiditas, menyediakan jasa – jasa lalu lintas pembayaran dan penanaman dana dalam bentuk surat – surat berharga jangka pendek atau instrument pasar uang. b ) Sasaran Jangka Panjang Yang menjadi sasaran jangka panjang yaitu bagaimana memperoleh keuntungan dan kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank.
2.1.7 Resiko Usaha Bank Resiko
usaha
bank
merupakan
tingkat
ketidakpastian
mengenai
pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Resiko usaha yang dapat dihadapi oleh bank antara lain : 1. Resiko kredit (credit/default risk), yaitu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
dari bank beserta bunganya sesuai jangka waktu yang ditentukan atau dijadwalkan. 2. Resiko investasi (investment risk), yaitu resiko yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai porto folio surat-surat berharga, misalnya obligasi dan surat berharga lain yang dimiliki bank. 3. Resiko likuiditas (liquidity risk), yaitu resiko yang dihadapi bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. 4. Resiko operasional (operating risk), yaitu resiko yang berkaitan dengan kemungkinan kerugian dari operasi bank seperti bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk yang diperkenalkan. 5. Resiko penyelewengan (froud risk), yaitu resiko yang berkaitan dengan kerugian yang dapat terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan atau moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan nasabah bank. 6. Resiko fidusia (fiduciary risk), yaitu resiko yang mungkin timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha. 7. Resiko tingkat bunga (interest risk), yaitu resiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga sehingga menurunkan nilai pasar surat-surat berharga yang terjadi pada saat bank membutuhkan likuiditas.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
8. Resiko solvensi (solvency risk), yaitu resiko yang terjadi disebabkan oleh ruginya beberapa aset yang pada gilirannya menurunkan posisi modal bank. 9. Resiko valuta asing (foreign currency risk), yaitu resiko yang dapat dihadapi oleh bank-bank devisa yang melakukan transaksi yang berkaitan dengan valuta asing, baik dari sisi aktiva maupun pasiva (kewajiban) 10. Resiko persaingan (competitive risk), yaitu resiko yang dihadapi bank dalam upaya bank memberi pelayanan kepada nasabah dimana bank akan bersaing dengan bank lain secara profesional dan paling baik untuk kelangsungan operasional bank itu sendiri.
2.1.8 Sumber Dana Bank Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana bagi masyarakat. Perolehan dana tergantung kepada bank itu sendiri apakah berasal dari masyarakat atau dari lembaga keuangan lainnya. Kemudian untuk membiayai operasinya, dana dapat diperoleh dengan menjual saham. Perolehan dana disesuaikan dengan penggunaan dana tersebut. Pemilihan sumber dana akan menentukan besarnya biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu pemilihan dana harus tepat. Secara garis besar sumber dana diperoleh dari : 1. Dana Pihak Kesatu (dari bank itu sendiri) 2. Dana Pihak Kedua (dari pihak luar) 3. Dana Pihak Ketiga (dari masyarakat luas) (Kasmir, 2000: 46)
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2.2 Simpanan Masyarakat 2.2.1 Pengertian Simpanan Masyarakat Simpanan masyarakat merupakan sumber dana bank, yang dimaksud dengan sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan uang), bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan.(Kasmir, 2004: 61) Simpanan masyarakat merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan sebuah bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif mahal jika dibandingkan dana sendiri. (Kasmir, 2004: 63) Pengertian simpanan menurut ketentuan pasal 1 ayat 5 UU Perbankan Indonesia 1992/1998 adalah sebagai berikut: Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. (M Bahsan, 2005:14) Adapun simpanan masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk : 1. Dana pihak kesatu (sumber dana sendiri) sumber dana ini merupakan dana yang berasal dari bank itu sendiri yang dikumpulkan dari seluruh pemegang saham. Sumber dana ini terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Dalam neraca bank, dana modal sendiri terdiri atas : Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
a. Modal inti, dana modal inti terdiri atas: Modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, modal sumbangan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan. b. Modal pelengkap, dana modal pelengkap terdiri atas : Cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, modal subordinasi. 2. Dana pihak kedua ( sumber dana pihak luar ) Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama. Dana ini sering disebut dengan dana pihak kedua. Pencarian dari sumber dana ini relative lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari : pinjaman antar bank ( call money ), pinjaman dari bank – bank luar negeri, kredit likuiditas dari bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang ( SBPU ). 3. Dana Pihak Ketiga ( Sumber dana masyarakat) Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan degan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber ini paling dominan asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya maka menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relative lebih mahal jika dibandingkan dari sumber lainnya. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk : Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
a. Simpanan Giro Pengertian giro menurut ketentuan pasal 1 ayat 6 UU Perbankan Indonesia 1992 / 1998 adalah sebagai berikut : Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. (M Bahsan, 2005: 16) Rekening giro atau checking account adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, Surat Perintah Pembayaran Lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan. Simpanan yang berbentuk giro hanya terdapat pada bank umum dan ditatausahakannya dalam rekening yang disebut rekening giro. Rekening tersebut dibuka oleh bank untuk dan dengan nama nasabah pemilik dana. Pemilik dana disebut sebagai nasabah penyimpan dan sering juga disebut sebagai nasabah giro atau nasabah pemilik giro. (M Bahsan, 2005: 17). Jenis rekening giro dapat berupa : i. Rekening atas nama perorangan. ii. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga. iii.Rekening bersama atau gabungan. Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Persentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
tabungan. Bagi nasabah pemegang rekening giro, sifat penarikan tersebut sangat membantu dalam membiayai kegiatan nasabah secara lebih efisien. Nasabah dapat melakukan pembayaran sewaktu-waktu tanpa harus berisiko menggunakan uang tunai dalam jumlah besar, tanpa harus datang langsung ke bank, dan tanpa harus menunggu tanggal jatuh tempo tertentu. Pengertian dapat ditarik setiap saat, maksudnya adalah bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian juga harus memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Sedangkan pengertian penarikan adalah sejumlah dana yang diambil dari rekening giro sehingga menyebabkan giro tersebut berkurang. Penarikan giro dapat dilakukan secara tunai maupun secara non tunai (pemindahbukuan). Penarikan secara tunai adalah dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan menggunakan bilyet giro (BG).
b. Simpanan Tabungan Simpanan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro. Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah dengan menggunakan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan debet card. Persaingan ketat dalam penghimpunan dana melalui tabungan antar bank-bank telah banyak memunculkan cara-cara baru untuk menarik nasabah tabungan. Cara-cara tersebut antara lain : hadiah atas tabungan, fasilitas asuransi atas tabungan, fasilitas kartu ATM, dan fasilitas debet card. (M Bahsan, 2005: 18)
c. Simpanan Deposito Simpanan Deposito (Time Deposit) adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan (pihak ketiga) dengan bank yang bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap dibank karena para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila dia (deposan) tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali. Terdapat tiga jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on call. a. Deposito Berjangka Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Mengingat simpanan ini hanya dapat dicairkan pada saat jatuh temponya oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito sesuai tanggal jatuh temponya, maka deposito berjangka ini merupakan simpanan atas nama dan bukan atas untuk. Apabila deposan menghendaki agar deposito berjangkanya dapat diperpanjang secara otomatis, maka pihak bank dapat memberikan fasilitas ARO (automatic roll over) atas deposito berjangka tersebut. Bunga atas deposito berjangka ini dapat ditari tunai setiap jangka waktu tertentu ataupun dapat ditransfer ke suatu rekening deposan. (M Bahsan 2005 :15) Untuk memudahkan nasabah, bank biasanya menyarankan nasabah untuk membuka rekening tabungan di bank tersebut agar dapat menampung bunga atas deposito dan juga menampung dana deposito yang telah jatuh tempo dan tidak diperpanjang lagi. Bank-bank tertentu juga memberikan fasilitas agar bunga deposito yang tidak ditarik oleh pemiliknya dapat ditambahkan dalam simpanan pokok deposito, sehingga nilai deposito berjangkanya bertambah besar. Pada dasarnya sebelum jatuh tempo simpanan ini dapat ditarik, namun apabila pihak deposan tetap menginginkan penarikan sebelum jatuh tempo, maka biasanya bank mengenakan denda atau biaya administrasi atas penarikan tersebut. Biasanya deposan cenderung lebih menyukai menyimpan kelebihan dananya dalam bentuk deposito berjangka sesuai jangka waktu yang diinginkan karena simpanan ini menawarkan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi. Deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,2,3,6,12,18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau nama suatu lembaga. (Kasmir, 2004 :81) b. Sertifikat Deposito Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6, dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun non tunai. Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam jumlah bulat, sehingga nasabah dapat membeli dalam lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama. (Kasmir, 2004 :81) c. Deposit On Call Deposit on call merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung kebijakan bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dilakukan 3 hari sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu. Besarnya bunga biasanya dihitung perbulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dan pihak bank. (Kasmir, 2004 :82)
2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2.3.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah Sumatera Utara dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
ditinjau dari pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu. Konsep yang digunakan dalam perhitungan pendapatan regional adalah : a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. b. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan Perhitungan atas dasar harga konstan ini menggambarkan perubahan volume atau kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai harga suatu tahun dasar tertentu. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna uintuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat struktur perekonomian suatu kabupaten/daerah dari tahun ke tahun. c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Pasar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (Gross Value Added) dengan seluruh sektor perekonomian di seluruh wilayah atau daerah. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan serta pajak tak langsung. Upah atau gaji adalah balas jasa dari faktor tenaga kerja. Bunga adalah balas jasa dari modal, sewa tanah adalah faktor balas jasa dari kewiraswastaan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
atau enterpreneurship. Dengan menghitung nilai tambah bruto dari seluruh sektor tersebut maka akan diperoleh PDRB atas harga dasar. d. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar Perbedaan antara konsep “ netto” dan konsep “bruto” diatas adalah karena pada bruto, faktor penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep netto penyusutan telah dikeluarkan. Jadi bila produk domestik regional bruto atas harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh produk domestik regional netto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan maka hasilnya merupakan “penyusutan” yang dimaksud diatas. e. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Biaya Faktor Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar adalah karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan perseorangan. Pajak langsung dari unit-unit produksi dibebankan kepada biaya produksi atau pada pembelian hingga langsung berakibat menaikkan harga barang. Kebalikan dari pajak tidak langsung berakibat menurunkan harga barang jadi subsidi diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Terutama unit-unit produksi yang dianggap paling memenuhi kebutuhan masyarakat luas dengan tujuan untuk menekan harga hingga bisa terjangkau oleh mereka. Dengan demikian pajak tidak langsung dengan subsidi mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap barang (output produksi). Selisih antara pajak Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
tidak langsung dengan subsidi dalam perhitungan pendapatan regional tersebut adalah pajak tidak langsung netto. Kalau produk domestik regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto, maka hasilnya adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor.
f. Pendapatan Regional Dari konsep-konsep yang diterangkan diatas dapat diketahui bahwa produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor sebenarnya merupakan jumlah kontraprestasi faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi wilayah tersebut. Produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor sebenarnya merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang timbul dari wilayah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi tidak seluruhnya merupakan pendapatan penduduk dari daerah tersebut sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh pendapatan wilayah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi diwilayah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan menjadi pemilik modal tersebut. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini yang menanamkan modalnya diluar daerah maka sebagian keuntungan perusahaan tersebut akan mengalir kedalam wilayah tersebut dan menjadi pendapatan pemilik modal tadi. Tetapi untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan keluar atau masuk (yang secara nasional dapat diperoleh melalui neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sukar diperoleh pada saat sekarang ini, sehingga produk regional Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
terpaksa belum dapat dihitung dan untuk sementara perhitungan ini produk domestik regional netto dianggap sebagai pendapatan regional. Bila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal didaerah tersebut, maka akan dihasilkan suatu pendapatan perkapita.
g. PDRB Perkapita PDRB Perkapita adalah jumlah seluruh nilai tambah dari produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu tempat tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai. Yang dimaksudkan dengan nilai tambah adalah nilai produktif (output) dikurangi dengan biaya antara (input). PDRB Perkapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari keseluruhan proses produksi sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah. PDRB Perkapita suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai pendapatan perkapita apabila seluruh nilai tambah bruto (NTB) dari seluruh kegiatan sektor ekonomi di daerah benar-benar seluruhnya dinikmati oleh masyarakat di wilayah tersebut, atau dengan kata lain, bahwa seluruh nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang dibawa keluar dari wilayah tersebut sama besarnya dengan nilai tambah
bruto sektor ekonomi
wilayah lain yang dibawa masuk penduduk wilayah tersebut ke dalam wilayahnya. h. Produk Domestik dan Produk Regional Seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau penduduk Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
daerah tersebut merupakan produk daerah yang bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Yang dimaksud dengan “ wilayah domestik ” disini adalah meliputi wilayah yang betul-betul berada dalam batas geografis daerah tersebut. Yang dimaksud dengan produk regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar daerah dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan keluar daerah tersebut jadi produksi regional merupakan produk yang betul-betul dimiliki oleh penduduk daerah tersebut. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara).
2.3.2 Metode Penghitungan PDRB PDRB dapat dihitung melalui dua metode, yaitu: 1. Metode Langsung Metode langsung yaitu penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu : a. Pendekatan Produksi (Production Approach) PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto ( NPB/Output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari kegiatan-kegiatan produksi yang
berbentuk barang
seperti : pertanian,
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
pertambangan, industri, dan sebagainya. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya-biaya antara (intermediate cost) yang dipakai dalam proses produksi. Nilai ini sama dengan balas jasa atau ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, pendapatan nasional dihitung berdasarkan atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang dan jasajasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian atau negara pada periode tertentu. Kelemahan pengukuran pendapatan nasional dengan metode melalui pendekatan produksi ini adalah sering terjadinya perhitungan ganda (double counting). Perhitungan ganda ini akan terjadi jika beberapa output dari suatu jenis usaha dijadikan input bagi jenis usaha lain. Untuk menghindari perhitungan ganda tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menghitung nilai akhir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value added). b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB adalah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Metode pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti sektor pemerintahan. Hal ini terutama
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
disebabkan oleh karena tidak tersedianya dan kurang lengkapnya data mengenai nilai produksi dan biaya antara. c. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor netto (ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor), didalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi. Dipakainya istilah ekspor netto disini, karena yang akan dihitung hanya nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi dalam negeri saja, maka dari jumlah penyediaan diatas nilai impor perlu dikeluarkan kembali. (Suryana, 2000: 10).
2.4 Suku Bunga 2.4.1 Pengertian Suku Bunga Salah satu alasan mengapa nasabah menyimpan dana yang dimilikinya adalah dengan harapan mendapatkan bunga. Sedangkan bagi bank, bunga merupakan merupakan hal yang penting dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund) yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan bank. Beberapa definisi mengenai pengertian bunga, yaitu : - Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) Suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang. - Menurut Kasmir (2002 : 12) Suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). - Menurut Sunariyah (2004 : 80) Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur dan harus dibayarkan kepada kreditur. Dalam dunia perbankan, suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya pada berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga , yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga. Jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portofolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnant, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebhaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selalu tinggi. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Kebutuhan dana Kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan. Jika bank mengalami defisit dana, dimana pada saat itu permohonan pinjaman sedang meningkat maka yang dilakukan bank agar dana tersebut dapat dipenuhi adalah dengan meningkatkan bunga simpanan agar nasabah terdorong untuk menyimpan uang nya pada bank tersebut. Namun apabila bank memiliki persediaan dana yang banyak sementara permohonan pinjaman sedikit maka bank dapat menurunkan bunga simpanan. 2. Target laba yang dihasilkan Target ini dikhususkan pada bunga pinjaman. Hal ini dikarenakan laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan jumlah pinjaman. Jika laba yang ingin dicapai besar, maka bunga yang ditetapkan juga semakin besar dan demikian pula sebaliknya. 3. Kebijaksanaan pemerintah Kebijaksanaan ini meliputi baik suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh bank agar tidak melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pemerintah memberi batasan maksimal dan minimal untuk suku bunga yang diizinkan dengan tujuan agar bank dapat bersaing dengan sehat. 4. Kualitas jaminan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Kualitas jaminan dikhususkan pada bunga pinjaman, dengan maksud semakin likuid jaminan yang diberikan maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dan semakin tidak likuid jaminan yang diberikan maka semakin besar pula bunga kredit yang dibebankan. Alasan ini berhubungan dengan pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro akan lebih mudah untuk dicairkan dibanding dengan jaminan tanah. 5. Jangka waktu Penetapan jangka waktu ditujukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka semakin tinggi tingkat suku bungannya, ini disebabkan besar nya resiko kerugian dimasa mendatang atau kemungkinan terjadinya resiko kredit macet, dan demikian pula sebaliknya. Sedangkan untuk bunga simpanan, semakin besar jumlah tabungan dan panjang waktu simpanan tersebut maka bunganya semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. 6. Reputasi perusahaan Dalam hal ini bonafiditas suatu perusahaan akan menetukan suku bunga pinjaman. Reputasi perusahaan yang baik sangat menetukan suku bunga yang akan dibebankan apabila perusahaan tersebut ingin memperoleh kredit. Semakin bonafit suatu perusahaan maka akan semakin mudah memperoleh kredit dan mengatur bunganya karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko terjadinya kredit macet di masa yang akan datang relatif lebih kecil, begitu pula sebaliknya. 7. Produk yang kompetitif Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Artinya produk yang akan dibayai tersebut adalah produk yang laku dipasaran. Semakin kompetitif suatu produk, bunga yang dibebankan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang atau tidak kompetitif. 8. Hubungan baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan pada seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (skunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah primer biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penetuan suku bunganya lebih istimewa dan berbeda dengan nasabah biasa. 9. Persaingan Dalam kondisi perebutan dana simpanan, tingkat persaingan antar bank cukup tinggi. Sehingga untuk menarik dana masyarakat untuk menyimpan dananya di bank maka bank menerapkan bunga simpanan yang lebih tinggi dari bank pesaing, dan apabila ingin melakukan ekspansi kredit dapat diusahakan dengan melakukan penurunan suku bunga pinjaman. Hal ini dapat dilakukan dengan syarat tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan oleh pemerintah. 10. Jaminan pihak ketiga Dalam hal ini pihak yang memberi jaminan kepada penerima kredit, biasanya jika pihak yang memberikan kredit bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitas terhadap bank maka bunga yang ditetapkan juga berbeda. (Kasmir, 2000: 40)
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2.4.3 Fungsi Tingkat Suku Bunga Menurut Nopirin (1992: 176) fungsi tingkat suku bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan dikemudian hari. Adapun fungsi tingkat suku bunga menurut Sunariyah (2004 :81) adalah : a. Sebagai
daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan. Para penabung ini bisa terdiri dari individu, institusi, maupun lembaga. b. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. c. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka untuk mengendalikan permintaan dan penawaran uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Tingkat
bunga dapat dipergunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi. e. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk mengendalikan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi.
2.4.4 Jenis – jenis Suku Bunga Bank Dalam operasi perbankan sehari-hari dapat ditemukan berbagai jenis suku bunga. Jenis suku bunga ini dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : a. Suku Bunga Dasar (Bank Rate) Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Suku Bunga Dasar (Bank Rate) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral atau kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersial untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabahnya. b. Suku Bunga Efektif (Effective Rate) Suku Bunga Efektif (Effective Rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar atau harga beli suatu obligasi (BOND). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tiggi tingkat bunga efektifnya, dan semakin tinggi harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin rendah tingkat bunga efektifnya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayar untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya. c. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate) Suku Bunga Nominal (Nominal Rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi. d. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate) Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate) adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan), dan setiap tahun (bunga tahunan), untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu, yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2.4.5 Teori Suku Bunga Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan Tingkat Suku Bunga, yaitu : a. Pendapat Kaum Klasik Mengenai Tingkat Suku Bunga Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi jumlah tabungan (saving) yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut kaum klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. Investasi merupakan tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk melakukan investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut).
Gambar 2.1 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Kurva Pendapat Kaum Klasik Tentang Suku Bunga Tingkat keseimbangan bunga berada pada io, dimana tingkat suku bunga sama dengan tingkat investasi. Bila tingkat bunga naik (berpindah dari io ke ii), maka keinginan untuk melakukan investasi akan berkurang. Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga ii dananya (mereka akan bersaing menawarkan tingkat bunga pada ii) akan bergerak turun atau kembali pada tingkat bunga io. Apabila tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor akan bersaing untuk memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Saling rebutan diantara pengusaha untuk mendapatkan dana untuk investasi ini akan mendorong tingkat bunga kembali pada tingkat io. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar suatu barang, maka tingkat bunga pun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah yang menjadi penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi. Pendapat kaum klasik tentang tingkat suku bunga didasarkan kepada Hukum Say (Pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintannya sendiri. Dengan bertitik tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan, maka pergerakan naik turunnya tingkat suku bunga akan bersifat sementara. Bila terjadi tarik menarik penawaran dan
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
permintaan atau bekerjanya mekanisme harga, tingkat suku bunga keseimbangan akan tercipta kembali. b. Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan Liquidity Preferencenya. Makin besar Liquidity Preference seseorang makin besar keinginan seseorang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar tingkat suku bunga yang diterima orang tersebut bila dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain. Pendapat Keynes ini berbeda dengan pendapat aliran klasik, dimana tingkat suku bunga menurut klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang. Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat suku bunga ini dapat diterangkan oleh Keynes, Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal (natural rate). Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi akan mengalami penurunan) pemilik obligasi akan mengalami kerugian (Capital Loss). Untuk menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah dengan menjual obligasinya, dengan sendirinya akan mendapat uang kas, dan uang kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi di masa yang akan datang. Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas). Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik.
Gambar 2.2 Kurva Pendapat Keynes Tentang Suku Bunga Permintaan uang ini
akan menentukan tingkat bunga. tingkat bunga
keseimbangan pada io terjadi apabila jumlah kas yang ditawarkan (uang beredar) sama dengan yang diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga (diatas io) masyarakat akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi (tingkat bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Bila tingkat suku bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io), masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar, ini perlu menjual obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual obligasi inilah yang mendesak harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik. c. Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil Dalam teori klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi, karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul permintaan investasi dan tabungan full employment, maka suku bunga keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada produktivitas investasi dan kebiasaan menabung masyarakat. Pandangan Klasik ini bertentangan dengan Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan perpotongan antara skedul permintaan uang dan jumlah uang yang beredar.
2.5 Inflasi 2.5.1 Pengertian Inflasi Inflasi adalah salah satu peristiwa
moneter
yang
menunjukkan
kecendrungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama dan satu-satunya yang memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat. Disamping itu, pengertian inflasi yang lain menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu proses kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus yang disebabkan oleh suatu kelebihan atas permintaan diatas kapasitas penawaran dan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh berbagai negara. (Nopirin, 1985: 25) Samuelson (1997 : 270) mendefinisikan bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang-barang dan faktor produksi secara umum. Inflasi juga memiliki beberapa pengertian lain, hal ini disebabkan luasnya pengaruh inflasi terhadap perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian telah menciptakan berbagai perbedaan mengenai inflasi, namun secara garis besar masih terdapat kesatuan pandangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilema ekonomi. Inflasi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana daya beli masyarakat semakin melemah yang diikuti dengan merosotnya nilai mata uang suatu negara. Inflasi dapat berakibat buruk karena dapat menurunkan keseluruhan standar kehidupan karena mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa sehingga menjadi mahal. Selain itu, inflasi mengubah distribusi pendapatan , dimana kelompok nyang paling sering terkena imbas inflasi adalah mereka yang hidup berdasarkan pendapatan tetap. Jika pendapatan dan harga naik, maka kemampuan untuk membeli barang dan jasa turun secara seimbang.
2.5.2 Jenis-jenis Inflasi Inflasi terdiri dari beberapa jenis, dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu : 1. Berdasarkan Asal a. Domestic Inflation Domestic Inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
harga disebabkan karena adanya kenaikan harga dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah. b. Imported Inflation Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga di luar negeri. Inflasi ini dapat bersumber dari kenaikan harga - harga barang yang diimpor, terutama barang yang diimpor tersebut memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan produksi. 2. Berdasarkan Bobot Dalam hal ini inflasi dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu : a. Inflasi Moderat Bentuk inflasi ini terjadi ketika harga-harga meningkat dengan perlahanlahan. Inflasi ini bersifat moderat apabila angkanya masih dibawah 10% pertahun atau dapat dikatakan inflasi satu angka atau satu digit. Dalam situasi inflasi moderat harga barang-barang relatif tidak akan bergerak jauh menyimpang. Orang tidak akan terlalu banyak berfikir dalam menggunakan uangnya, karena tingkat suku bunga riil tidak terlalu rendah. Apabila laju inflasi rendah, maka uang yang biasanya berbunga nominal hampir mendekati nol, maksimal menghasilkan suku bunga riil sedikit negatif. Selain itu harapan yang timbul dari masyarakat relatif stabil. Orang tidak khawatir dalam membuat transaksi dengan nilai nominal. b. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) Bentuk inflasi ini terjadi jika harga-harga mulai melonjak 20,100, atau 200% pertahun artinya inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau triple digit), inflasi ini sering disebut dengan inflasi dua atau tiga angka/digit. Begitu inflasi ganas mulai mengakar, maka gangguan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
ekonomi yang dahsyat mulai bermunculan. Pada umumya sebagian besar kontrakkontrak transaksi dikaitkan dengan indeks harga atau mata uang asing, uang kehilangan nilai begitu cepat. Karena itu orang tidak mau lagi menyimpan uang melebihi jumlah minimum yang dibutuhkannya. Pasar uang akan semakin buruk dan dana biasanya dialokasikan lebih dengan cara penjatahan daripada perhitungan suku bunga. Orang akan berlomba menimbun barang, membeli rumah atau tanah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga yang biasa. c. Hiperinflasi Bentuk inflasi ini sangat mematikan. Ditandai dengan ciri-ciri berupa adanya kecepatan perputaran uang meningkat sangat cepat dan harga-harga relatif tidak stabil.
3. Berdasarkan sumber atau penyebab inflasi a. Demand Pull Inflation Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. Kenaikan permintaan total akan menaikkan harga dan hasil produksi. Inflasi ini biasanya terdapat pada masa perekonomian sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya daya beli sangat tinggi. Daya beli yang tinggi akan mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia. Permintaan aggregate meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, akibatnya timbul inflasi.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Gambar 2.3 Kurva Demand Full Inflation Gambar 2.3 diatas menjelaskan terjadinya inflasi sebagai akibat kenaikan permintaan. Hal ini terlihat dari adanya pergeseran kurva permintaan aggregate dari AD0 menjadi AD1 yang mendorong harga naik dari P1 menjadi P2. Kenaikan harga ini menimbulkan terjadinya inflasi. Akibat kenaikan harga ini menyebabkan produk nasional bertambah dari OY1 menjadi OY2. b. Cost Push Inflation Inflasi ini biasanya ditandai dengan kenaikan harga dan penurunan faktor produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan menurunkan produksi. Kalau proses ini berjalan terus menerus timbullah cost push inflation. Kenaikan biaya produksi dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan bahan baku, kenaikan tariff listrik, kenaikan BBM, dan kenaikankenaikan input lainnya yang semakin langka dan harus diimpor dari luar negeri. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa faktor, yaitu : Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
1. Tuntutan kenaikan upah dari para pekerja yang biasanya dikoordinir oleh organisasi serikat buruh. 2. Adanya industri yang memonopoli yang menguasai pasar dan kenaikan harga. 3. Kenaikan bahan baku industri. 4. Pemerintah yang terlalu berambisi untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah yang besar, yang seharusnya dapat diberi pada pihak swasta. 5. Adanya isu yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap suatu barang melonjak drastis.
Gambar 2.4 Kurva Cost Push Inflation Gambar 2.4 menjelaskan terjadinya inflasi sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi. Hal ini terlihat dari adanya pergeseran kurva penawaran aggregate dari AS0 menjadi AS1 yang mendorong harga naik dari P1 menjadi P2. Kenaikan harga ini menyebabkan produksi nasional berkurang dari OY1 menjadi OY2.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2.5.3 Teori Inflasi a. Teori Kuantitas Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi. Dalam teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan harapan masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Proses terjadinya inflasi ini disebabkan oleh : - Volume uang beredar - Perkiraan Masyarakat tentang kenaikan harga (Ekspektasi) (Boediono, 1985: 167).
b. Teori Keynes Dalam
teori
ini,
Keynes
menyatakan
faktor
inflasi
melalui
pendekatan teori ekonomi makro. Menurut Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melaui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan kelompok lain. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barangbarang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia. Hal ini dapat menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menimbulkan kenaikan
harga-harga.
Kenaikan
harga
ini
menyebabkan
bertambahnya
permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Hal ini mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. (Boediono,1985: 169)
c. Teori Klasik Teori
inflasi
klasik
berpendapat
bahwa tingkat
harga terutama
ditentukan oleh jumlah uang yang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih sepat dari pertambahan barang, maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut teori klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit.
d. Teori Monetarisme Teori
inflasi
monetarisme
mengemukakan
bahwa
inflasi
timbul
disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melebihi kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta asing.
e. Teori Strukturalis Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (inflexibilitas) dari struktur perekonomian negara-negara yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Ada dua faktor yang menjadi masalah utama penyebab inflasi dalam negara berkembang berdasarkan teori strukturalis, yaitu : 1. Tidak elastisnya penerimaan ekspor Ekspor berkembang secara lamban disbanding sektor lain dalam perekonomian. Hal ini disebabkan naiknya harga barang komoditi negara berkembang
dalam
jangka
panjang.
Kelambanan
ekspor
menyebabkan
kelambanan juga dalam mengimpor barang modal, sehingga negara terpaksa mengambil kebijakan menekan pemakaian barang produksi dalam negeri. Ongkos produksi yang tinggi mengakibatkan harga yang lebih tinggi, sehingga inflasi akan terjadi dalam perekonomian yang berkepanjangan. 2. Tidak elastisnya supply atau produksi bahan makanan dalam negeri. Hal
ini berakibat
pertumbuhan
produksi
bahan makanan tidak
secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung naik. Harga makanan yang naik, menaikkan ongkos produksi, dan otomatis harga hasil produksi naik lagi, lalu diikuti dengan naiknya tingkat upah,
demikian
seterusnya sampai struktur perekonomian dapat diubah.
(Boediono,1985: 175)
f. Teori Ekspektasi Menurut teori ini dikatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logis untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.
2.5.4 Faktor Pendorong Inflasi Inflasi yang terjadi biasanya didorong oleh beberapa hal, diantaranya adalah : - Berbagai golongan dalam masyarakat berusaha mendapat tambahan pendapatan lebih besar dari kenaikan produktivitas. - Pemerintah terlalu berambisi menyerap sumber – sumber ekonomi yang jauh lebih besar dari sumber ekonomi yang tersedia. - Pengaruh alam yakni musim kemarau yang panjang serta bencana alam lainnya yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga. - Adanya kebijakan dari pemerintah baik bersifat ekonomi maupun bersifat non ekonomi yang mendorong kenaikan harga, misalnya kenaikan harga belanja yang dibiayai dengan menciptakan uang baru. - Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga harga barang dan jasa naik lebih cepat daripada tambahan pengeluaran. Beberapa penyebab inflasi yang lainnya yang dapat dilihat dari perbedaan beberapa sudut, yaitu : 1. Inflasi dari segi permintaan
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Yaitu inflasi yang terjadi karena permintaan di dalam negeri baik masyarakat maupun pemerintah terlalu kuat dan besar melebihi pengeluaran dari masyarakat berakibat pada kenaikan tingkat harga barang. 2. Inflasi dari segi penawaran Yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan harga terjadi karena biaya produksi meningkat baik karena buruh menuntut kenaikan upah maupun karena perusahaan menghendaki adanya kenaikan keseimbangan. 3. Inflasi Kombinasi Yaitu inflasi yang timbul karena pergeseran permintaan dan penawaran harga. Keadaaan harga yang timbul karena demand masyarakat yang kuat dan adanya tuntutan dari buruh dan perusahaan yang berakibat pada biaya produksi.
2.5.5 Dampak Inflasi Inflasi yang terjadi di suatu Negara apabila inflasi tersebut tinggi tingkatannya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara, halhal yang mungkin timbul diantaranya adalah : 1. Equity Effect, yaitu dampak inflasi terhadap pendapatan. Inflasi menyebabkan
pendapatan bersifat tidak merata, kelompok dengan
penghasilan tetap mengalami kerugian akibat terjadinya inflasi. Sedangkan kelompok dengan penghasilan tetap atau yang memiliki peningkatan pendapatan melebihi tingkat persentase inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk uang tunai biasanya akan memperoleh keuntungan. (Samuelson, 2004: 387)
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
2. Efficiency Effect, yaitu pengaruh inflasi terhadap biaya produksi dan harga-harga. Faktor produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tersebut akan mendorong peningkatan produksi terhadap barang-barang tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola alokasi faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien. (Samuelson, 2004: 387) 3. Output Effect, yaitu pengaruh inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa produksi akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan upah atau gaji para pekerja. Kenaikan harga produksi mengakibatkan terjadinya keuntungan yang diterima produsen. Namun jika tingkat inflasi melebihi 2 digit dan berlangsung dalam jangka waktu lama, maka biaya produksi akan naik pula dan akibatnya keuntungan yang dinikmati produsen menjadi berkurang. (Samuelson, 2004: 388) 4. Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada neraca pembayaran. Karena menurunnya nilai ekspor dan meningkatnya nilai impor menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran dana yang masuk dan keluar negeri. kondisi neraca pembayaran akan memburuk. 5. Inflasi mendorong naiknya tingkat investasi. Perlindungan yang aman dalam menghindari turunnya nilai uang ialah dengan membeli barangbarang modal. Naiknya investasi dan menurunnya saving menyebabkan bertambahnya kredit dan hal ini akan semakin memperkuat inflasi. 6. Inflasi juga dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap uang baik sebagai medium exchange, sebagai store of value, Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
maupun sebagai standart of value. Selain itu, inflasi juga dapat menaikkan pajak dan akan menurunkan produktivitas produsen.
2.5.6 Kebijakan Pengendalian Inflasi Ada beberapa cara atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengendalikan laju inflasi, diantaranya adalah : 1. Kebijakan Moneter Inflasi merupakan fenomena moneter, sehingga salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui kebijakan moneter. Kebijakan ini dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat, sehingga terjadi keseimbangan antara jumlah uang yang beredar dan jumlah output secara nasional. Untuk itu, bank sentral menggunakan beberapa instrument kebijakan moneter, seperti : a. Politik Diskonto b. Operasi Pasar Terbuka c. Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement Ratio) d. Imbauan Moral (Moral Suasion) 2. Kebijakan Fiskal Selain daripada kebijaksanaan Moneter pemerintah juga menggunakan kebijakan fiskal untuk mengatasi masalah inflasi. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mengurangi jumlah uang beredar agar inflasi dapat ditekan. Beberapa hal yang dilakukan yaitu ; a. Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
b. Meningkatkan Pajak c. Mengurangi Pengeluaran Pemerintah atau Pembangunan d. Mengadakan Pinjaman Pemerintah 3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal dijalankan pemerintah untuk membantu kebijakan yang sudah dijalankan. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Pengawasan terhadap harga dan distribusi barang-barang b. Pengawasan terhadap Upah c. Peningkatan hasil produksi (Manullang, 1962: 94).
2.6 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, beberapa penelitian tersebut yaitu : Mohammad Balafif (2004), melakukan penelitian yang menguji pengaruh hubungan antara SBI, Inflasi, Kurs dan Produk Domestik Bruto terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/LDR) menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama maupun parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR bank umum. Variabel inflasi dan variabel SBI adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi Likuiditas bank umum. Jhon Tafbu Ritonga, dkk (2005), melakukan penelitian yang menguji Studi Potensi Pendirian Kantor Bank Umum dan BPR di Sumatera Utara. Pengukuran Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
potensi ekonomi kabupaten/kota menerima kehadiran perbankan dilakukan dengan melihat persepsi pasar atas kehadiran kantor baru perbankan. Selanjutnya dilakukan analisis potensi ekonomi kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Dari 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara terdapat enam daerah yang sangat berpotensi sebagai wilayah pengembangan kantor perbankan. Luciana dan Anton (2006), melakukan penelitian yang menguji pengaruh hubungan
perkembangan likuiditas perekonomian, tingkat inflasi, tingkat
pertumbuhan ekonomi, serta kinerja perbankan yang diukur dari indikator CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return on Equity), LDR (Loans to Deposit Ratio) untuk Bank Umum secara keseluruhan terhadap tingkat suku bunga deposito seluruh bank di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama maupun parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suku bunga deposito. Variabel ROA dan variabel LDR adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi Suku Bunga Deposito bank umum. Dwi Andika Ramadianti (2007), melakukan penelitian yang menguji pengaruh variabel simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan dan investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio(LDR) baik secara simultan maupun parsial dengan sampel bank umum yang go public di BEJ pada tahun 2003-2005 menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut secara bersama-sama maupun parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR bank umum yang go public. Variabel pinjaman yang diberikan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi peningkatan LDR bank umum yang go public. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di sumatera utara dengan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah simpanan masyarakat di bank – bank umum di sumatera utara seperti produk domestik regional bruto, tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
3.2 Jenis dan Sumber Data Data merupakan segala keterangan atau informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtun waktu ( time series ) dengan kurun waktu 1985 - 2007 ( 23 tahun ) yang diperoleh dari Kantor Bank Indonesia Medan ( KBI Medan), Badan Pusat Statistik ( BPS ) sumatera utara, dan hasilhasil penelitian sebelumnya.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada relevansinya dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan pencatatan data jumlah simpanan masyarakat pada bank – bank umum di sumatera utara, jumlah produk domestic regional bruto sumatera utara, tingkat suku bunga sumatera utara, dan tingkat inflasi sumatera utara yang dikeluarkan oleh bank Indonesia medan dan badan pusat statistik sumatera utara setiap tahunnya yang berupa data time series dalam kurun waktu selama 23 tahun ( 1985 – 2007 ).
3.4 Pengolahan Data
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan program komputer E-Views 5.1.
3.5 Model Analisis Data Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan digunakan model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil biasa ( Ordinary Least Square atau OLS ). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistika yaitu persamaan linear berganda. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y = f ( X1, X2,X3)……………………………………………(1) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ………………..(2) Dimana : Y
= Simpanan Masyarakat ( milyar rupiah )
α
= Intercept / Konstanta
β1,β2,β3
= Koefisien Regresi
X1
= Produk domestik regional bruto ( juta rupiah )
X2
= Tingkat Suku Bunga ( persen )
X3
= Tingkat Inflasi ( persen )
μ
= Term of Error
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Bentuk hipotesis diatas secara sistematis adalah sebagai berikut : ∂Y >0
Artinya jika X1 ( produk domestik regional bruto di Sumatera
∂X1
Utara meningkat maka Y ( simpanan masyarakat di Sumatera Utara ) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.
∂Y >0
Artinya jika X2 ( tingkat suku bunga di Sumatera Utara )
∂X2
meningkat maka Y ( simpanan masyarakat di Sumatera Utara ) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.
∂ Y >0
Artinya jika X3 ( tingkat inflasi di Sumatera Utara ) meningkat
∂X3
maka Y ( simpanan masyarakat di Sumatera Utara ) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.
3.6 Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit ) 3.6.1 Koefisien Determinasi ( R² ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan. Nilai R² antara 0 dan 1 (0≤ R² ≤1) dimana semakin kecil angka R² maka semakin lemah hubungan kedua variabel.
3.6.2 Uji t-statistik Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing – masing koefisien regresi signifikan atau tidak Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : bi = b ( tidak signifikan ) Ha : bi ≠ b ( signifikan ) Dimana bi adalah koefisien variabel independent pertama nilai parameter hipotesis, b biasanya dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independent yang diuji berpengaruh secara nyata ( signifikan ) terhadap variabel dependen. Dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :
t-hitung = ( bi – b ) Sbi
Dimana : bi
= Koefisien variabel independent ke-i
b
= Nilai hipotesis nol
Sbi
= Simpangan baku dari variabel independent ke-i
Kriteria pengambilan keputusan : Ho : β = 0
Ho diterima ( t*
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Ha : β ≠ 0
Ha diterima ( t*>t-tabel) artinya variabel Independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Gambar 3.1 Gambar Kurva Uji t-statistik 3.6.3 Uji F-statistik Uji F adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut : Ho : b1 ≠ b2 ………………………………..bk = 0 ( tidak ada pengaruh ) Ha : b2 = 0
………………………………... i = 1 ( ada pengaruh )
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, Yang berarti variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan rumus : F-hitung = R² / ( k – l ) Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
(1-R²)/( n-k ) Dimana : R² = koefisien determinasi k = jumlah variabel independent + Intercept n = jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusan : Ho : β1 = β2 = 0
Ho diterima ( F*
nyata
terhadap
variabel
independen. Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0
Ha diterima ( F*>F-Tabel) artinya variabel Independen berpengaruh
secara
bersama
nyata
terhadap
-
sama variabel
independen.
Gambar 3.2 Gambar Kurva Uji F Statistik
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independent diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R², F-hitung, thitung, dan standart error. Adanya multikolinearity dapat ditandai dengan : • standart error tidak terhingga • tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10% • terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori • R² sangat tinggi 3.7.2 Autokorelasi Serial
correlation
didefinisikan
sebagai
korelasi
antara
anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau gangguan μi dilambagkan dengan : E( μi : μj ) = 0
i≠ j
Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik 2. Dengan D-W Test (Uji Durbin Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut : D-hitung = ∑ (e1 – et-1 ) ² ∑ e ²t Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Dengan Hipotesis sebagai berikut : Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3 Gambar Kurva Durbin – Watson Keterangan : Ho
: tidak ada korelasi
Dw < dl
: tolak Ho ( ada korelasi positif )
Dw > 4-du
: tolak Ho ( ada korelasi negatif )
du < Dw < 4-du
: terima Ho ( tidak ada korelasi )
dl ≤ Dw < 4-du
: tidak bisa disimpulkan ( inconclusive )
(4-du)≤Dw≤(4–dl)
: tidak bisa disimpulkan ( inconclusive )
3.8 Defenisi Operasional 1.
Simpanan masyarakat adalah sumber utama dalam dana bank atau dana yang berasal dari simpanan masyarakat Sumatera Utara dalam bentuk giro
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
( demand deposit), deposito berjangka ( time deposit), dan tabungan (saving deposit) yang dinyatakan dalam milyar rupiah. 2.
Produk domestik regional bruto adalah gambaran rata-rata pendapatan masyarakat Sumatera Utara yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari keseluruhan proses produksi sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah yang dinyatakan dalam juta rupiah.
3.
Inflasi adalah persentase kenaikan tahunan tingkat harga umum yang diukur berdasarkan indeks harga konsumen atau indeks harga lainnya yang dalam penelitian ini mengkhususkan di wilayah Sumatera Utara. Inflasi diukur dalam satuan persen.
4.
Tingkat Suku Bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank kepada nasabah yaitu masyarakat Sumatera Utara yang menyimpan uang nya di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persen.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Daerah Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada garis 1º- 4º lintang utara dan 98º100º lintang selatan bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur berbatasan dengan Malaysia di Selat Malaka, sebelah Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
barat berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat. Luas total provinsi Sumatera Utara adalah 181.680,62 km² yang terdiri atas lautan dengan luas 110.000 km² atau sekitar 60,5% dan daratan yang mencapai 71.680,68 km² atau sekitar 39,5% , sebagian besar berada di daratan Pulau sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau batu serta beberapa pulau-pulau kecil, baik di bagian Barat maupun di bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Secara administrasi, pada tahun 2005 setelah pemekaran daerah provinsi Sumatera Utara memiliki 25 kabupaten/kota. Bersamaan dengan itu, jumlah kecamatan bertambah dari 252 menjadi 364 kecamatan, dan jumlah desa dan kelurahan juga bertambah dari 5.238 menjadi 5.610. Karena terletak dekat dengan garis khatulistiwa, provinsi Sumatera Utara beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang diselingi dengan musim pancaroba. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara bermacam-macam, ada yang daerahnya datar hanya beberapa meter diatas permukaan laut dan iklimnya cukup panas berkisar antara 34,2ºC. Sedangkan daerah yang berbukit dengan kemiringan landai iklimnya sedang sementara daerah yang terletak pada ketinggian suhu minimalnya bisa mencapai 13,4ºC.
Tabel 4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Menurut Kabupaten dan Kotamadya No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Kabupaten/ Kotamadya
Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang bedagai Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidempuan Sumatera Utara Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2007.
Luas Area ( Ha) 349.539 662.070 1.216.365 215.800 376.465 235.235 922.318 458.075 436.860 192.780 212.725 248.614 626.329 162.591 229.720 121.830 243.350 191.333 1.077 6.152 7.997 3.844 26.510 9.024 11.465 7.168.068
(%) Terhadap Total Luas 4,88 9,23 16,97 3,01 5,25 3,28 12,87 6,39 6,12 2,69 2,96 3,46 8,74 2,27 3,20 1,70 3,39 2,67 0,02 0,09 0,11 0,05 0,37 0,13 0,16 100,00
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa kabupaten / kotamadya yang memiliki daerah terluas adalah Tapanuli Selatan dengan luas wilayah 1.216.365 Ha, sedangkan Kabupaten / Kotamadya dengan luas wilayah paling kecil adalah Sibolga dengan luas wilayah 1.077 Ha.
Tabel 4.2 Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan Menurut Kabupaten dan Kotamadya di Sumatera Utara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
No.
Kabupaten / Kotamadya
Jumlah Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nias 32 Mandailing Natal 23 Tapanuli Selatan 12 Tapanuli Tengah 19 Tapanuli Utara 15 Toba Samosir 14 Labuhan Batu 22 Asahan 13 Simalungun 31 Dairi 15 Karo 17 Deli Serdang 22 Langkat 23 Nias Selatan 8 Humbang Hasundutan 10 Pakpak Barat 8 Samosir 9 Serdang bedagai 17 Sibolga 4 Tanjung Balai 6 Pematang Siantar 7 Tebing Tinggi 5 Medan 21 Binjai 5 Padang Sidempuan 6 Sumatera Utara 364 Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2007.
Jumlah Desa / Kelurahan 343 384 623 163 273 182 332 186 451 159 252 494 284 228 164 52 127 343 47 52 79 64 181 68 79 5.610
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kabupaten yang memiliki desa / kelurahan terbanyak adalah Tapanuli Selatan yang memiliki 623 desa / kelurahan, sedangkan kabupaten yang memiliki desa / kelurahan yang paling sedikit adalah Sibolga dengan 47 desa / kelurahan.
4.1.2 Kondisi Demografi Didalam perjalanannya, otonomi daerah yang bergulir sejak 1 januari 2001, yang ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
pelaksanaan pembangunan, ditandai dengan munculnya keinginan untuk membentuk satuan-satuan wilayah administrasi tertentu. Hal ini menyebabkan ide pemekaran daerah semakin marak, dan pemekaran daerah yang terjadi diikuti oleh pergerakan penduduk. Sumatera merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara tercatat sebesar 11.506.808 jiwa, terdiri dari 5.750.315 penduduk laki-laki dan 5.756.493 penduduk perempuan. Pada bulan juni 2005, jumlah penduduk diperkirakan 12.326.678 jiwa dengan 6.165.071 penduduk laki-laki dan 6.161.607 penduduk perempuan. Tahun 2006 jumlah penduduk diperkirakan menjadi 12.643.494 jiwa dengan 6.324.505 jiwa laki-laki dan 6.318.989 jiwa perempuan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk diperkirakan sebesar 12.834.371 jiwa dengan 6.381.870 jiwa laki-laki dan 6.452.501 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk pada kurun waktu tahun 2000-2007 sebesar 1,56 % per tahun. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan sebesar 54,63 % atau 7,01 juta jiwa dan yang tinggal di daerah di daerah perkotaan sebesar 45,37 % atau 5,82 juta jiwa. Pencapaian pembangunan manusia Sumatera Utara tahun 2005 lebih baik dibandingkan tahun 2004, tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM Sumatera Utara pada tahun 2005 sebesar 72, pada tahun 2004 angka tersebut 71,4 atau meningkat sebesar 0,6 poin. Meningkatnya IPM di tahun 2005 tersebut didukung oleh adanya peningkatan angka harapan hidup yang mencapai 68,7 tahun, rata-rata lama sekolah mencapai 8,5 tahun, angka melek huruf mencapai 97 %, dan rata-rata pengeluaran riil Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
perkapita mencapai Rp. 616.000,-. Dan IPM ini pada tahun 2006 mencapai angka 72,7 (target RPJM Tahun 2008). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah penduduk miskin di tahun 2007 sebesar 13,90 % atau 1.770.702 jiwa. Dalam upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, selama 2006, pemerintah telah menyalurkan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 944.972 rumah tangga miskin di Sumatera Utara, dan hingga akhir 2006, seluruh rumah tangga miskin penerima BLT telah menerima pencairan dananya hingga tahap keempat. Sumatera Utara termasuk satu dari tujuh provinsi yang telah menyelesaikan pencairan dana BLT sampai tahap empat (terealisasi 100 %). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34 %, tahun 2005 naik menjadi 71,94 %, tahun 2006 turun menjadi 66,90 % dan pada tahun 2007 naik kembali menjadi 67,49 %. Angkatan Kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah. Persentase angkatan kerja golongan ini mencapai 41,47 %, angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMP sebesar 23,42 % dan yang setingkat SMA sebesar 28,94 %, sedangkan sisanya 6,17 % berpendidikan diatas SMA. Jika ditinjau dari status pekerjaannya, sepertiga (32,10 %) penduduk yang bekerja di Sumatera Utara adalah buruh atau karyawan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2007 adalah sebanyak 5,65 juta jiwa yang terdiri dari 5,08 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 571 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (Pengangguran Terbuka). Tingkat pengangguran terbuka (TPT), berdasarkan hasil survei Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan BPS pada bulan Februari 2006, masih berada pada kisaran 14,82 % atau 847.579 jiwa. Tingkat pengangguran terbuka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada periode Februari 2005 dimana TPT hanya sebesar 10,98 % atau 636.980 jiwa. Pada bulan agustus 2006, TPT menurun menjadi 11,51 % atau 632.049.
4.1.3 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara Secara umum, kondisi perekonomian Sumatera Utara awal tahun 2007 masih dibayangi oleh dampak lanjutan dari kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah pada bulan oktober 2005. melambatnya pertumbuhan ekonomi ini terutama terjadi pada konsumsi dan investasi dengan menurunnya daya beli, kenaikan biaya produksi, dan iklim investasi yang belum kondusif. Seiring dengan adanya upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah secara terus menerus, kinerja perekonomian Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Stabilitas moneter yang semakin membaik ditandai dengan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat dan stabil, yaitu berada pada kisaran Rp. 9.000 / US$ dalam beberapa bulan terakhir, serta meredanya tekanan inflasi di Sumatera Utara telah berkontribusi dalam perkembangan tersebut. Tingkat inflasi sebesar 1,92 % pada desember 2006 telah menutup tingkat inflasi kumulatif januari – desember 2006 hanya mencapai 6,11 %. Pencapaian inflasi ini sudah jauh lebih baik dari tahun 2005 yang mencapai sebesar 22,41 %. Nilai inflasi Sumatera Utara tahun 2006 ini juga lebih rendah dari inflasi nasional tahun 2006 yang mencapai 6,60 %. Dan pada tahun 2007 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Sumatera Utara mengalami inflasi sebesar 6,60 %, angka ini melebihi inflasi nasional yang hanya sebesar 6,59 %. Aspek lain yang mendukung membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara adalah meningkatnya kegiatan perdagangan luar negeri. Sampai dengan bulan september 2007, neraca perdagangan luar negeri Sumatera Utara telah mencapai surplus sebesar 4.973,0 juta US$ dengan nilai ekspor sebesar 7.082,9 juta US$ dan impor sebesar 2.109,9 jutaUS$. Kondisi ini lebih baik dari tahun 2006, yang berarti pada tahun ini terjadi peningkatan 22,28 %. Secara makro, kinerja perekonomian sepanjang tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Meskipun pada triwulan I tahun 2007, kinerja perekonomian Sumatera Utara belum menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan keadaan tahun 2006. Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2007 hanya berhasil tumbuh sebesar 4,11 % dari triwulan IV tahun 2006. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2006, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2007 hanya berhasil tumbuh sebesar 2,89 %. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2007 naik sebesar 6,90 % jika dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi belanja pemerintah baik APBN maupun APBD merupakan faktor yang mendorong membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara tahun 2007. Realisasi penerimaan Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar 2.737,8 milyar rupiah dan realisasi pengeluaran rutin pada tahun tersebut adalah 1.371,1 milyar rupiah.
4.1.4 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Pemekaran wilayah yang terjadi di Sumatera Utara telah memicu perkembangan Perbankan di daerah ini. Posisi Sumatera Utara yang cukup strategis dan sistem ekonomi yang terbuka serta sifat dinamis penduduk Sumatera Utara memberi andil yang cukup besar dalam pendirian kantor baru bank di Sumatera Utara. Pembentukan kantor baru bank di Sumatera Utara terbagi atas tiga kelompok yaitu bank pemerintah (BUMN), bank pembangunan daerah dan bank swasta. Secara kelembagaan, jumlah kantor cabang / kantor cabang pembantu yang beroperasi di Sumatera Utara sampai dengan triwulan II 2007 adalah sebanyak 672 kantor, terdiri dari 259 Bank Pemerintah, 70 Bank Pemerintah Daerah, 323 Bank Swasta Nasional dan 20 Bank Asing dan Campuran. Peran bank dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sangat penting artinya. Untuk mendukung program pemerintah dan memperlancar modal usaha, bank yang ada di Sumatera Utara telah menyalurkan kredit yang cukup besar. Pada tahun 2007, jumlah kredit yang disalurkan Perbankan di Sumatera Utara sebesar 52,163 milyar rupiah, yaitu dari bank umum pemerintah sebesar 50,11 %, bank swasta nasional 39,06 %, bank perkreditan rakyat 0,60 %, dan dari bank asing dan campuran 10,22 %. Perhimpunan dana rupiah dan Valuta Asing yang terkumpul oleh bank dari masyarakat pada tahun 2007 berjumlah 70.560 milyar rupiah. Bank umum pemerintah menerima tabungan dari masyarakat sebesar 42,48 %, bank swasta nasional menyerap tabungan masyarakat sebesar 48,83 %, bank asing dan campuran 8,26 %, sedangkan bank perkreditan rakyat hanya 0,43 %. Tabel 4.3 Distribusi Kantor Bank Umum dan BPR Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Di Sumatera Utara Tahun 2005Bank Umum BPR Jumlah*
No.
Kabupaten/ Kotamadya
Bank Umum
BPR
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nias 4 4 Mandailing Natal 6 2 8 Tapanuli Selatan 3 3 Tapanuli Tengah Tapanuli Utara 4 3 7 Toba Samosir 5 3 8 Labuhan Batu 11 3 14 Asahan 10 5 15 Simalungun 7 8 15 Dairi 3 2 5 Karo 5 3 8 Deli Serdang 8 29 37 Langkat 8 1 9 Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Barat Samosir Serdang bedagai 5 5 Sibolga 6 1 7 Tanjung Balai 7 7 Pematang Siantar 16 3 19 Tebing Tinggi 8 1 9 Medan 193 7 200 Binjai 11 1 12 Padang Sidempuan 10 10 Jumlah 322 80 402 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui perkembangan distribusi kantor bank umum dan BPR di Sumatera Utara pada tahun 2005 dimana hingga tahun 2005 masih terdapat 7 kabupaten yang belum memiliki kantor bank umum. Sebagian besar dari usaha perbankan di Sumatera Utara terkonsentrasi di kota Medan, yakni 200 kantor atau 49,0 % dari 402 kantor bank yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Sementara kantor BPR yng paling banyak ialah di Kabupaten Deli Serdang, yakni 29 kantor (34,1%) dimana lebih dari separuhnya beroperasi di sekitar kota Medan. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan Tahun 2002 – 2007 Triwulan II Bank Umum 2002 2003 a. Bank Pemerintah 104 104 1. Kantor Pusat 0 0 2. Kantor Cabang 48 48 3. Kantor Capem 38 38 4. Kantor Kas 18 18 b. Bank Pemerintah 26 29 Daerah 1. Kantor Pusat 1 1 2. Kantor Cabang 15 18 3. Kantor Capem 2 2 4. Kantor Kas 8 8 c. Bank Swasta Nasional 179 179 1. Kantor Pusat 1 1 2. Kantor Cabang 63 63 3. Kantor Capem 70 70 4. Kantor Kas 45 45 d. Bank Asing dan 6 5 Campuran 1. Kantor Pusat 0 0 2. Kantor Cabang 1 1 3. Kantor Capem 5 4 4. Kantor Kas 0 0 Jumlah Bank Umum 215 217 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan
2004 120 0 41 53 26 44
2005 123 0 43 53 30 44
2006 122 0 43 53 26 47
2007 2007 259 259 0 0 46 46 137 137 76 76 70 70
1 19 0 24 225 1 61 95 68 5
1 19 0 24 229 1 62 96 70 6
1 22 0 24 231 1 67 95 68 7
1 23 18 28 323 1 64 209 49 20
1 23 18 28 323 1 64 209 49 20
0 1 4 0 394
0 1 4 0 402
0 7 0 0 407
0 9 8 3 672
0 9 8 3 672
Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan perkembangan Perbankan di Sumatera Utara dimana dalam lima tahun terakhir jumlah kantor baru bank terus bertambah. Hal ini merupakan efek dari adanya pemekaran wilayah yang sedang giat terjadi. Jumlah bank di Sumatera Utara pada triwulan II tahun 2007 adalah sebanyak 672 kantor, terdiri dari 259 Bank Pemerintah, 70 Bank Pemerintah Daerah, 323 Bank Swasta Nasional dan 20 Bank Asing dan Campuran.
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Tabel 4.5 Posisi Dana yang Dihimpun oleh bank di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 No. Tahun Jumlah Simpanan Masyarakat 1. 1985 3724540 2. 1986 5547340 3. 1987 8094240 4. 1988 10048060 5. 1989 13233200 6. 1990 2636165 7. 1991 3271101 8. 1992 4450835 9. 1993 5357399 10. 1994 6522423 11. 1995 8279093 12. 1996 10009490 13. 1997 14175391 14. 1998 19415899 15. 1999 14251122 16. 2000 23586167 17. 2001 24292225 18. 2002 26594123 19. 2003 33611944 20. 2004 39226365 21. 2005 42006397 22. 2006 50074215 23. 2007 64089126 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa Jumlah Simpanan Masyarakat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 Bank umum pemerintah menghimpun tabungan dari masyarakat sebesar 42,48 %, bank swasta nasional menyerap tabungan masyarakat sebesar 48,83 %, bank asing dan campuran 8,26 %, sedangkan bank perkreditan rakyat hanya 0,43 %.
4.1.5 Perkembangan PDRB Sumatera Utara
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Mulai membaiknya kondisi perekonomian dan kondisi politik yang stabil serta didukung oleh ketetapan pemerintah bahwa fokus Rencana Kerja Pemerintah tahun 2007 adalah meningkatkan kesempatan kerja dan menanggulangi kesempatan, diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2007. PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2007 sebesar Rp. 181.819,74 milyar. Sektor industri masih sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 25,04 %. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian 22,56 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,17 %. Sementara sektor lainnya memberikan total kontribusi sebesar 33,23 % terhadap perekonomian di Sumatera Utara. Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp. 99.792,27 milyar. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,43 %, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,90 % dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,78 %. PDRB Perkapita Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp.14.166.626 meningkat dari Rp.12.684.532 pada tahun 2006. Sementara, berdasarkan konstan 2000, PDRB Perkapita tahun 2007 sebesar Rp. 7.775.393 meningkat sedikit dari tahun 2006 yang sebesar Rp. 7.383.039.
Tabel 4.6 Perkembangan PDRB di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
No. Tahun Jumlah PDRB 1. 1985 424095.19 2. 1986 529858.66 3. 1987 647585.55 4. 1988 783834.87 5. 1989 905245.52 6. 1990 1025598.29 7. 1991 1130914.59 8. 1992 2128316.49 9. 1993 1726430 10. 1994 1984364 11. 1995 2231401 12. 1996 2578530 13. 1997 3076420 14. 1998 4534124 15. 1999 5476170 16. 2000 5943770 17. 2001 6507708 18. 2002 7482946 19. 2003 8070931 20. 2004 9741566 21. 2005 11326516 22. 2006 12657397 23. 2007 18181974 Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2007. Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa dari tahun ketahun jumlah produk domestik regional bruto terus mengalami peningkatan, hal ini didukung pula dengan membaiknya perekonomian Sumatera Utara.
4.1.6 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Sumatera Utara Kenaikan suku bunga BI Rate yang mulai ditransmisikan ke suku bunga tabungan dapat meningkatkan animo masyarakat untuk menabung sebagai akibat tingginya suku bunga yang diberikan bank. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Di Sumatera Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Utara tingkat suku bunga juga turut mewarnai perekonomian yang sedang berlangsung. Tabel 4.7 Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 No. Tahun Tingkat Suku Bunga 18.3 1. 1985 2. 1986 18.8 3. 1987 19.3 4. 1988 19.7 5. 1989 20.4 6. 1990 18.75 7. 1991 22 8. 1992 18.5 9. 1993 12.52 10. 1994 11.25 11. 1995 16 12. 1996 16 13. 1997 21.75 14. 1998 18.5 15. 1999 11.75 16. 2000 9.5 17. 2001 13.66 18. 2002 14.5 19. 2003 10 20. 2004 8.88 21. 2005 9.84 22. 2006 12 23. 2007 13.55 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan. Berdasarkan tabel 4.7 digambarkan fluktuasi dari tingkat suku bunga simpanan masyarakat yang ada di bank umum Sumatera Utara. Suku bunga tersebut naik turun mengikuti perkembangan perekonomian yang
sedang
berlangsung dari tahun ke tahun. Tingkat suku bunga Sumatera Utara pada tahun 2007 adalah sebesar %, lebih tinggi dari tahun 2006 yang hanya sebesar %.
4.1.7 Perkembangan Laju Inflasi Sumatera Utara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Angka Inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas ekonomi selalu menjadi pusat perhatian. Inflasi dianggap dapat menggambarkan gejolak ekonomi, dan selalu mengikuti perjalanan sebuah perekonomian negara yang berkembang dan dinamis. Inflasi bisa muncul jika suatu permintaan lebih tinggi dibandingkan penawaran dan juga karena faktor lainnya. Umumnya inflasi terjadi karena adanya ketimpangan antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap barang-barang yang ingin dikonsumsinya. Naik turunnya angka ini menggambarkan seberapa besar kemampuan daya beli masyarakat terhadap barang-barang di pasaran. Tahun 2007, Sumatera Utara mengalami inflasi 6,60 %, lebih tinggi daripada tahun 2006 yang hanya sebesar 6,11 %. Inflasi tahun 2007 tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,59 %. Dari 45 kota di Indonesia yang dilakukan penghitungan terhadap laju inflasi tiap-tiap daerah tercatat laju inflasi tertinggi tahun 2007 terjadi di Kota Banda Aceh yaitu sebesar 11 %, diikuti Kota Ternate yaitu sebesar 10,43 % dan Kota Jayapura yang tercatat sebesar 10,35 %, sedangan Sumatera Utara hanya mencapai angka 6,60 % masih jauh dibandingkan inflasi kota-kota tersebut.
Tabel 4.8 Perkembangan Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992
Tingkat Inflasi 4.61
11.29 7.32 11.24 6.64 7.86 7.95 5.42
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
9. 1993 10. 1994 11. 1995 12. 1996 13. 1997 14. 1998 15. 1999 16. 2000 17. 2001 18. 2002 19. 2003 20. 2004 21. 2005 22. 2006 23. 2007 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan.
10.67 7.68 7.61 9.1 14.49 1.38 1.68 5.9 15.5 9.49 3.26 6.8 22.41 6.11 6.6
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat perkembangan angka inflasi yang terjadi di Sumatera Utara dari tahun 1985 sampai tahun 2007 dimana inflasi yang terjadi berfluktuasi setiap tahun.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Model Estimasi Dalam regresi berganda terdapat satu variabel terikat dan terdapat dua atau lebih variabel bebas. Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel independen (PDRB, Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi) dengan variabel dependen (Jumlah Simpanan Masyarakat) maka digunakan data sekunder yang berasal dari Bank Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Indonesia dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang dicatat mulai tahun 1985 sampai tahun 2007. Dari analisa yang dilakukan menggunakan program E-Views 5.1, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Y = - 1778292 + 3.614924 X1 + 192858.8 X2 + 54831.10 X3 Std.error = (4562241)
( 0.212593)
( 236381.9)
(167228.6)
t- statistik =
(17.00398)
(0.815878)
(0.327881)
R2 = 0,959747
F-Statistik = 151.0032
DW-stat = 1.510166
4.2.2 Interpretasi Model Berdasarkan hasil regresi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independent yaitu PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) terhadap jumlah simpanan masyarakat (Y) adalah sebagai berikut : 1. PDRB ( X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X1 yaitu sebesar 3,614924. Artinya setiap kenaikan PDRB (X1) sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat (Y) akan naik sebesar 3,614924 persen, ceteris paribus. 2. Tingkat Suku Bunga ( X2 ) mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah simpanan
masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien regresi X2 yaitu sebesar 192858,8 . Artinya setiap kenaikan Tingkat Suku Bunga (X2) sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat (Y) akan naik sebesar 192858,8 persen, ceteris paribus. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
3. Tingkat Inflasi ( X3 ) simpanan
mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah
masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien regresi X3 yaitu sebesar 54831,10. Artinya setiap kenaikan Tingkat Inflasi (X3) sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat (Y) akan naik sebesar 54831,10 persen, ceteris paribus.
4.2.3 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) a. Analisa Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil estimasi diatas diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R-square) sebesar 0,95 atau 95 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (PDRB, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi) dapat menjelaskan variabel dependen (Jumlah Simpanan Masyarakat) sebesar 95 %, sedangkan sisanya 5 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam estimasi.
b. Uji t-statistik Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : H0 : bi = b ( tidak signifikan ) Ha : bi ≠ b ( signifikan ) 1. Variabel PDRB (X1) Hipotesis : H0 : bi = b Ha : bi ≠ b Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Kriteria
: Ho diterima apabila t hitung < t tabel Ha diterima apabila t hitung > t tabel
Dari hasil analisa regresi diketahui: t hitung = 17.00398
α=1%
df = n-k-1 = 23 – 3 –1 = 19 Maka t tabel = 2,861
- 2,861
2,861
17,00
Gambar 4.1 Uji t-statistik variabel PDRB Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X1 signifikan pada α = 1 % dengan t hitung > t tabel ( 17,00 > 2,861). Dengan demikian Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah simpanan masyarakat pada tingkat kepercayaan 99 % selama kurun waktu 1985 - 2007. 2. Variabel Tingkat Suku Bunga (X2) Hipotesis : H0 : bi = b Ha : bi ≠ b Kriteria
: Ho diterima apabila t hitung < t tabel Ha diterima apabila t hitung > t tabel
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Dari hasil analisa regresi diketahui: t hitung = 0,816 α = 5 % df = n-k-1 = 23 – 3 – 1 = 19 Maka t tabel = 2,093
- 2,093
0,816 2,093 Gambar 4.2
Uji t-statistik variabel Tingkat Suku Bunga Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X2 signifikan pada α = 5 % dengan t hitung < t tabel ( 0,816 < 2,093 ). Dengan demikian Ho diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga (X2) tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah simpanan masyarakat pada tingkat kepercayaan 95 %.
3. Variabel Tingkat Inflasi (X3) Hipotesis : H0 : bi = b Ha : bi ≠ b Kriteria
: Ho diterima apabila t hitung < t tabel
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Ha diterima apabila t hitung > t tabel Dari hasil analisa regresi diketahui: t hitung = 0,328
α=5%
df = n-k-1 = 23 – 3 – 1 = 19 Maka t tabel = 2,093
- 2,093
0,328
2,093
Gambar 4.3 Uji t-statistik variabel Tingkat Inflasi Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X3 signifikan pada α = 5 % dengan t hitung < t tabel ( 0,328 < 2,093 ). Dengan demikian Ho diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Inflasi (X3) tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah simpanan masyarakat pada tingkat kepercayaan 95 %.
c. Uji F-statistik Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) mampu secara bersama-sama mempengaruhi jumlah simpanan masyarakat (Y). Uji ini melihat seberapa besar Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
pengaruh variabel PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) secara bersama-sama terhadap jumlah simpanan masyarakat (Y). Hipotesis : H0 : bi = b Ha : bi ≠ b Kriteria
: Ho diterima apabila F- hitung < F- tabel Ha diterima apabila F- hitung > F- tabel
Dari hasil analisa regresi diketahui: F hitung = 151.0032 α
=5%
df 1= k - 1 = 3 - 1 = 2 df2 = n – k - 1 = 23 - 3 -1 = 19 Maka F tabel = 3,52
3,52
151,0032
Gambar 4.4 Kurva Uji F Statistik Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa F hitung > F tabel ( 151.0032 > 3,52 ). Dengan demikian Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa secara bersamasama variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel Jumlah Simpanan Masyarakat pada tingkat kepercayaan 95 %. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
4.2.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan antara variabel independent yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel-variabel independent. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan. Dari model analisis : Y = α + β1 + β2 + β3………………………………………………( 1 ) R2 = 0,95 Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independent, hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independent. a. PDRB (X1) = f (X2, X3) B1X1 = α + B2X2 + B3X3 + μ……..…………………………………( 2 ) Maka diperoleh R²= 0,3970 artinya variabel tingkat suku bunga (X2) dan tingkat Inflasi (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 39,70 % terhadap variabel produk domestik regional bruto (X1). Dari hasil diperoleh R² (persamaan 2) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R² (persamaan 2 ) lebih kecil dari R² model analisis (persamaan 1).
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
b. Tingkat Suku Bunga (X2) = f (X1,X3) B2X2 = α + B1X1 + B3X3 + μ…..………………………………..( 3 ) Maka diperoleh R² = 0,3939 artinya variabel produk domestik regional bruto (X1) dan tingkat Inflasi (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 39,39 % terhadap variabel tingkat inflasi (X2). Dari hasil diperoleh R² (persamaan 3) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel variabel independen, karena R² (persamaan 3 ) lebih kecil dari R² model analisis (persamaan 1).
c. Tingkat Inflasi (X3) = f (X1, X2) B3X3 = α + B1X1 + B2X2 + μ……………………………………( 4 ) Maka diperoleh R² = 0,0071 artinya variabel produk domestik regional bruto (X1) dan tingkat Inflasi (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 0,71 % terhadap variabel tingkat inflasi (X2). Dari hasil diperoleh R² (persamaan 3) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R² (persamaan 3 ) lebih kecil dari R² model analisis (persamaan 1).
2. Uji Autokorelasi (serial Correlation) Uji Durbin Watson ( Uji D-W) Uji DW digunakan untuk mengetahui bahwa apakah di dalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel – variabel yang diamati. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Langkah – langkah yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi yaitu: a. Hipotesa Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dari hasil analisa regresi diketahui Dw-hitung = 1,51
b. K = 3 dan n = 23
α = 5%
du = 1,66
4 – du = 4 - 1,66 = 2,34
dl = 1,08
4 – dl = 4 - 1,08 = 2,92
c. Kriteria : Ho
: tidak ada korelasi
Dw < dl
: tolak Ho ( ada korelasi positif )
Dw > 4-du
: tolak Ho ( ada korelasi negatif )
du < Dw < 4-du
: terima Ho ( tidak ada korelasi )
dl ≤ Dw < 4-du
: tidak bisa disimpulkan ( inconclusive )
(4-du)≤Dw≤(4–dl)
: tidak bisa disimpulkan ( inconclusive )
d. Kesimpulan Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa D-W =1,51, berada pada posisi dl < D-W < du. Hal ini berarti inconclusive (tidak dapat disimpulkan) pada tingkat kepercayaan 95 %. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
1,08 1,51 1,06
2,34
2,92
Gambar 4.5 Uji DW Statistik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-bank Umum di Sumatera Utara selama tahun 1985 – 2007. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-bank Umum di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi Produk Domestik Regional Bruto (X1) yaitu sebesar 3,614924. Dimana hal ini berarti setiap terjadi kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (X1) 1%, maka akan meningkatkan Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-bank Umum di Sumatera Utara sebesar 3,614924 persen, ceteris paribus. 2. Tingkat Suku Bunga ( X2 ) berpengaruh positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi Tingkat Suku Bunga (X2) yaitu sebesar 192858,8. Artinya setiap kenaikan Tingkat Suku Bunga (X2) sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat (Y) akan naik sebesar 192858,8 persen, ceteris paribus.
3. Tingkat Inflasi ( X3 ) berpengaruh positif terhadap
Jumlah
Simpanan
Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Hal ini
ditunjukkan
oleh koefisien regresi X3 yaitu sebesar 54831,10. Artinya setiap kenaikan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Tingkat Inflasi (X3) sebesar 1% maka jumlah simpanan masyarakat (Y) akan naik sebesar 54831,10 persen, ceteris paribus. 4. Koefisien Determinasi (R²) adalah sebesar 0,9597. Artinya, variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) secara bersama menjelaskan variabel Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-bank Umum di Sumatera Utara sebesar 95,97 %, sedangkan sisanya sebesar
4,03 %, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model estimasi. 5. Hasil Uji t-Statistik untuk PDRB dari hasil estimasi dapat diketahui
bahwa X1
signifikan pada α = 1 % dengan t hitung > t tabel ( 17,00 > 2,861). Dengan demikian Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah simpanan masyarakat pada tingkat kepercayaan 99 % selama kurun waktu 1985 - 2007. 6. Hasil Uji t-Statistik untuk Tingkat Suku Bunga dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X2 signifikan pada α = 5 % dengan t hitung < t tabel ( 0,816 < 2,093 ). Dengan demikian Ho diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga (X2) tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah simpanan masyarakat pada tingkat kepercayaan 95 % selama kurun waktu 1985 – 2007.
7. Hasil Uji t-Statistik untuk Tingkat Inflasi dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X3 signifikan pada α = 5 % dengan t hitung < t tabel ( 0,328 < 2,093 ). Dengan demikian Ho diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Inflasi Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
(X3) tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel jumlah simpanan masyarakat pada tingkat kepercayaan 95 % selama kurun waktu 1985 - 2007. 8. Hasil Uji F-Statistik berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa F hitung > F tabel ( 151.0032 > 3,52 ). Dengan demikian Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Produk Domestik Regional Bruto (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel Jumlah Simpanan Masyarakat pada tingkat kepercayaan 95 %.
5.2 Saran Berdasarkan analisis pengaruh beberapa variabel yaitu PDRB, Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Bank Posisi Sumatera Utara yang strategis ditunjang dengan system ekonomi yang terbuka serta bersifat dinamis menjadikan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara berkembang dengan baik, untuk itu diperlukan pengelolaan dana yang baik oleh pihak bank terhadap keuangan daerah. Bank harus lebih meningkatkan jumlah kantor baru untuk menanggapi pemekaran wilayah, selain itu bank juga harus mmemberikan suku bunga simpanan yang kompetitif agar masyarakat semakin berminat untuk meningkatkan jumlah simpanannya yang berarti dapat lebih mendukung pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 2. Bagi Pemerintah Daerah Pemerintah daerah perlu meningkatkan peranan perbankan dengan memberi kemudahan dan insentif bagi perbankan untuk mengembangkan kantor Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
baru di daerah kabupaten yang belum mempunyai kantor cabang bank umum. Pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) sebaiknya menugaskan badan usaha milik daerah (PT Bank Sumut) membuka kantor cabang di kabupaten-kabupaten pemekaran. Bank Sumut merupakan bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Sumatera Utara dan diharapkan dapat menjadi salah satu sumber penerimaan asli daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara. Selain itu bank ini juga diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Peningkatan pengolahan terhadap PDRB juga harus diperhatikan oleh Pemerintah Daerah agar distribusi terhadap Pendapatan Daerah tersebut dapat tersalur secara merata, tidak hanya di terpusat di Kabupaten besar saja, tetapi harus dinikmati juga oleh daerah lain khususnya daerah yang baru saja dimekarkan.
3 . Bagi Peneliti Lebih Lanjut Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perkembangan Perbankan di Sumatera Utara, karena seiring berjalannya pemekaran daerah yang tengah berlangsung, daerah di Sumatera Utara akan terus bertambah direncanakan sampai dengan 33 Kabupaten / Kota. Penelitian selanjutnya dapat dilengkapi misalnya dengan menambah alat ukur penilaian terhadap perkembangan jumlah bank, atau dapat juga memperluas sample penelitian dan menambah rentang waktu (periode) penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Arief, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian. Jakarta : UI Press. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Badan Pusat Statistik. 2008. Sumatera Utara dalam angka 1985 – 2007. Sumatera Utara : BPS Sumatera Utara.
Bahsan, M. 2005. Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia. Jakarta :
PT.
RajaGrafindo Persada.
Balafif, Mohammad. 2004. Pengaruh hubungan antara SBI, Inflasi, Kurs dan Produk Domestik Bruto terhadap likuiditas. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Bank
Indonesia Cabang Medan,
Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia
beberapa tahun penerbitan.
Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE.
Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
…….... 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Luciana dan Anton. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis ANTISIPASI.
Manurung, Mandala,dkk. 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta : UI Press. Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. Pohan, Aulia. 2008.
Kerangka Kebijakan Moneter dan
Implementasinya di
Indonesia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
...................... 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia, Jakarta : PT. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
RajaGrafindo Persada.
Pratomo, Wahyu Ario dan Hidayat Paidi. 2007. Pedomam Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika, Medan : USU Press.
Ramadianti, Dwi Andika. 2007. Pengaruh Simpanan
Mayarakat,
Jumlah
Pinjaman yang diberikan, dan Investasi pada Aktiva Tetap Terhadap Likuiditas Bank Umum yang GO PUBLIC di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Samuelson, Paul, dkk. 2004. Ilmu Makro Ekonomi (terjemahan). Jakarta : PT. Media Global Edukasi.
Simorangkir, O.P. 2000. Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Jakarta : Ghalia.
Suryana, Dr. 2000.
Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan.
Jakarta : Salemba Empat.
Tafbu, Jhon, dkk. 2005. Studi Potensi Pendirian Kantor Bank Umum dan BPR di Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Lampiran I
TAHUN
JUMLAH SIMPANAN
PDRB
SUKU
TINGKAT
BUNGA
INFLASI
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
1985
3724540
424095.19
18.3
4.61
1986
5547340
529858.66
18.8
11.29
1987
8094240
647585.55
19.3
7.32
1988
10048060
783834.87
19.7
11.24
1989
13233200
905245.52
20.4
6.64
1990
2636165
1025598.29
18.75
7.86
1991
3271101
1130914.59
22
7.95
1992
4450835
2128316.49
18.5
5.42
1993
5357399
1726430
12.52
10.67
1994
6522423
1984364
11.25
7.68
1995
8279093
2231401
16
7.61
1996
10009490
2578530
16
9.1
1997
14175391
3076420
21.75
14.49
1998
19415899
4534124
18.5
1.38
1999
14251122
5476170
11.75
1.68
2000
23586167
5943770
9.5
5.9
2001
24292225
6507708
13.66
15.5
2002
26594123
7482946
14.5
9.49
2003
33611944
8070931
10
3.26
2004
39226365
9741566
8.88
6.8
2005
42006397
11326516
9.84
22.41
2006
50074215
12657397
12
6.11
2007
64089126
18181974
13.55
6.6
Lampiran II
Dependent Variable: Y Method: Least Squares
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Date: 11/13/09 Time: 16:15 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X2 X3
-1778292. 3.614924 192858.8 54831.10
4562241. 0.212593 236381.9 167228.6
-0.389785 17.00398 0.815878 0.327881
0.7010 0.0000 0.4247 0.7466
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.959747 0.953391 3628198. 2.50E+14 -377.8361 1.510166
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
18804211 16805638 33.20314 33.40062 151.0032 0.000000
Lampiran III
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 11/26/09 Time: 12:09 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X2 X3
14979554 -697772.5 65908.49
3436164. 193576.1 175273.8
4.359383 -3.604641 0.376032
0.0003 0.0018 0.7109
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.397039 0.336743 3816168. 2.91E+14 -379.5877 0.540609
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4743291. 4685830. 33.26850 33.41661 6.584824 0.006352
Lampiran IV
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 11/30/09 Time: 08:13 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X3
17.87778 -5.64E-07 0.030543
1.626137 1.57E-07 0.158043
10.99402 -3.604641 0.193255
0.0000 0.0018 0.8487
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.393908 0.333299 3.432115 235.5883 -59.39139 1.025905
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
15.45435 4.203357 5.425338 5.573446 6.499146 0.006689
Lampiran V Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 11/30/09 Time: 08:19 Sample: 1985 2007 Included observations: 23 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1 X2
6.856427 1.07E-07 0.061026
5.904523 2.83E-07 0.315779
1.161216 0.376032 0.193255
0.2592 0.7109 0.8487
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.007166 -0.092117 4.851383 470.7183 -67.35139 2.221115
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
8.304783 4.642276 6.117512 6.265620 0.072181 0.930604
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
FAKULTAS EKONOMI MEDAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Poppy Marieskha
NIM
:
060501010
Departemen
:
Ekonomi Pembangunan
Fakultas
:
Ekonomi
Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dengan mengambil judul : “ Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada BankBank Umum di Sumatera Utara ”. Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, Yang membuat pernyataan
(POPPY MARIESKHA) NIM : 060501010
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010
Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010