1
Analisis Pengaruh Maturitas Utang dan Peringkat Kredit Terhadap Penetapan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
NUR AZIZAH KARTIKASARI Universitas Diponegoro Semarang TRI JATMIKO WAHYU PRABOWO, S.E., M.Si., Akt. Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACT This research aims to examine the effect of debt maturity and credit rating to the determination of audit fees. Corporate debt maturity and credit rating may be associated with risk assessment audits and audit fees of auditor. This is because companies are relatively more shortening the maturity of the debt increase the frequency of monitoring of managerial actions. Increased monitoring has resulted in the error reporting of material risk is lower. If the risk of material error reporting lower then indirectly also lower the risk of audit. This is because the auditor would only devote a little effort and charge lower audit fees to the company. This research replicates the research Ferdinand A. Gul and John Goodwin (2008) and using secondary data from financial statements of listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange in 2006-2009. This study uses purposive sampling method and using OLS regression analysis. Prior to the regression test, the data first be tested using the classic assumption test. The results of this study indicate that the debt maturity structure and credit ratings did not significantly influence the company's audit fee. BIG4 and DER control variables have a significant effect on the audit fee, each with a positive direction. It proves that the up and down or the level of debt maturity and credit rating of a company do not affect the independence of auditors. Auditors always give priority to the materiality of the financial statement does not depend on the financial condition of the client company. Keywords: debt maturity, credit ratings, audit fee. 1
2
A. PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk tumbuh. Smitts dan Watts (1992) menyatakan bahwa potensi pertumbuhan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Salah satu kebijakan tersebut adalah berkaitan dengan masalah pendanaan. Perusahaan menggunakan pendanaan tersebut untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional atau melakukan ekspansi. Pemenuhan pendanaan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber dan bentuk yang berbeda. Namun dari semua sumber modal yang ada dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe dasar, yaitu utang dan ekuitas (Brigham et al., 1999). Saat perusahaan memilih utang sebagai sumber pendanaan, maka perusahaan juga perlu mempertimbangkan maturitas utang tersebut. Hal ini dikarenakan pemilihan maturitas utang akan mempengaruhi nilai perusahaan (Megginson, 1997). Pernyataan Megginson tersebut mengandung arti bahwa penentuan kebijakan utang dan kebijakan maturitas hutang harus dipertimbangkan secara bersama-sama (simultan). Widiyastuti (2007) menyatakan terdapat konflik kepentingan antara shareholders dan bondholders terkait penentuan kebijakan utang perusahaan. Konflik ini terjadi karena adanya struktur penerimaan (pay off) dan tingkat risiko yang berbeda. Bondholders akan memperoleh pendapatan yang tetap dari bunga dan pengembalian atas pinjaman, sedangkan shareholders memperoleh pendapatan atas kelebihan kewajiban yang perlu dibayarkan kepada bondholders. Sedangkan dilihat dari tingkat risiko yang dihadapi, ketika manajemen menjalankan aktivitas dengan risiko yang tinggi, maka tingkat risiko yang dihadapi bondholders jauh lebih tinggi daripada shareholders. Konflik antara shareholders dan bondholders dapat dicegah dengan cara memperpendek maturitas utang (lebih memperbanyak utang jangka panjang yang jatuh tempo) (Myers, 1977). Maturitas utang perusahaan dapat dikaitkan dengan penilaian risiko audit dan fee audit dari auditor. Rajan dan Winton (1995) serta Gul dan Tsui (1997) membuktikan bahwa perusahaan yang relatif lebih banyak menggunakan utang
3
jangka pendek bisa meningkatkan frekuensi monitoring pemegang saham dan kreditor terhadap tindakan-tindakan manajerial terkait modal kerja yang digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan monitoring ini mengakibatkan risiko kesalahan pelaporan material lebih rendah. Jika risiko kesalahan pelaporan material lebih rendah maka secara tak langsung risiko audit juga lebih rendah. Hal ini dikarenakan auditor hanya akan mencurahkan sedikit upaya dan membebankan fee audit lebih rendah kepada perusahaan tersebut. Ferdinand A. Gul dan John Goodwin (2008) juga mendukung bahwa struktur maturitas utang memberikan pengaruh negatif dalam penetapan fee audit. Penelitian tersebut menemukan bahwa perusahaan yang relatif lebih banyak menggunakan utang jangka pendek memiliki risiko kesalahan pelaporan material lebih rendah. Jika risiko kesalahan pelaporan lebih rendah maka risiko audit juga lebih rendah dan pada akhirnya berdampak pada pembebanan biaya audit yang lebih rendah pula. Utang jangka pendek menurut teori keuangan dan akuntansi memiliki dua manfaat utama yaitu, mekanisme monitoring dan mekanisme tata kelola perusahaan yang bermutu lebih tinggi (Diamond, 1991a). Kedua mekanisme tersebut dapat mempengaruhi penilaian auditor tentang risiko audit klien dan penetapan fee audit. Hal ini sesuai dengan identifikasi peran monitoring utang jangka pendek yang diungkapkan oleh Myers (1977) bahwa utang jangka pendek dapat menjadi mekanisme efektif untuk memonitor manajemen. Diamond (1991a) dan Kisgen (2006) menyatakan bahwa ada hubungan antara peringkat kredit dan risiko likuiditas. Simunic (1980) dan O’Keefee et al. (1994) menjelaskan bahwa ada hubungan antara peringkat kredit dan risiko audit. Proses pendanaan terdiri dari aktivitas pengeluaran surat berharga saham atau obligasi (utang jangka panjang). Proses pendanaan juga berkaitan dengan risiko obligasi yaitu pembayaran kembali utang jangka panjang yang jatuh tempo, pembayaran bunga, dan dividen. Seorang investor yang hendak membeli obligasi tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi (credit ratings) yang dilakukan oleh sebuah lembaga pemeringkat kredit. Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan pengutang dan kemungkinan apa yang dapat dan akan
4
dilakukan sehubungan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa peringkat obligasi mencoba mengukur risiko default, emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya. Sinyal dari lembaga peringkat kredit ini dapat menunjukkan bahwa sebuah perusahaan dengan peringkat kredit tertentu akan dikaitkan dengan risiko audit dan fee audit oleh auditor dalam mengaudit siklus pendanaan. Ashbaugh-Skaife
(2006)
dalam
penelitiannya
menemukan
bahwa
perusahaan yang memiliki kualitas peringkat kredit rendah menandakan risiko likuiditas perusahaan tersebut lebih tinggi sehingga peringkat kredit tersebut bisa meningkatkan kemungkinan penilaian auditor terhadap risiko audit. Jadi, dengan kata lain peringkat kredit atau nilai kelayakan kredit memiliki pengaruh negatif terhadap penetapan fee audit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdinand A. Gul dan John Goodwin (2008) bertolak belakang dengan hasil penelitian tentang maturitas utang jangka pendek dan biaya audit yang dilakukan oleh Basioudis dan Francis (2007). Hasil penelitian Basioudis dan Francis (2007) menyatakan bahwa utang berpengaruh secara positif dengan biaya audit karena dimensi risiko likuiditas. Atas dasar latar belakang inilah dilakukan penelitian tentang pengaruh maturitas utang dan peringkat kredit terhadap penetapan fee audit. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara spesifik rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah maturitas utang mempunyai pengaruh negatif terhadap penetapan fee audit? 2. Apakah peringkat kredit mempunyai pengaruh negatif terhadap penetapan fee audit? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah maturitas utang mempunyai pengaruh terhadap fee audit dan menguji apakah peringkat kredit mempunyai pengaruh terhadap fee audit. Setelah tujuan penelitian ini tercapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan bukti empiris bagi bidang akuntansi audit bahwa auditor bisa mempertimbangkan maturitas utang dan peringkat kredit dalam menetapkan fee audit. Selain itu juga, bisa
5
meningkatkan eksistensi dan konsistensi pengetahuan tentang maturitas utang dan peringkat kredit sebagai sumber yang dapat digunakan atau dipertimbangkan oleh auditor dalam penetapan fee audit.
B. TELAAH TEORI 1. Teori Sinyal Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat informasi asimetri antara perusahaan dan pihak luar. Informasi asimetri muncul karena adanya salah satu pihak mempunyai informasi lebih baik, misalnya seorang manajer yang mengetahui
informasi
mengenai
prospek
perusahaan
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan investornya. Berkaitan dengan informasi asimetri, sangatlah sulit bagi investor dan kreditor dalam membedakan antara perusahaan-perusahaan yang mempunyai kualitas tinggi dan kualitas rendah. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Sartono, 1996 dalam Raharja dan Sari, 2008). Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan diharapkan
dapat
menjadi
sinyal
kondisi
keuangan
perusahaan
dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.
2. Risiko, Utang, dan Fee Audit Auditor merancang audit untuk mengurangi risiko audit di bawah suatu tingkat yang diberikan (Lemon et al., 1993; Gul, 2006). Risiko audit adalah kemungkinan material error (kesalahan material) yang tidak terdeteksi dalam laporan keuangan klien. Ini adalah produk kemungkinan bahwa faktor-faktor
6
lingkungan,
sebelum
mempertimbangkan
kualitas
kontrol internal
akan
menghasilkan kesalahan material terkait dengan risiko inheren. Kontrol internal kemungkinan tidak akan mencegah atau mendeteksi kesalahan material terkait dengan risiko kontrol. Prosedur-prosedur audit kemungkinan akan gagal mendeteksi kesalahan material terkait dengan risiko deteksi. Tingkat risiko inheren yang lebih tinggi menghasilkan tingkat upaya audit lebih tinggi untuk mengurangi risiko deteksi guna mencapai tingkat risiko audit yang diberikan, ceteris paribus. Riset terdahulu yang menguji reaksi penetapan harga auditor untuk risiko klien menunjukkan bahwa para auditor bereaksi pada klien-klien yang berisiko dengan meningkatkan fee audit (Davis et al., 1993l; Bell et al., 2001; Johnstone dan Bedard, 2004). Dalam menilai risiko di entity level, auditor mengevaluasi lingkungan kontrol perusahaan (PCAOB 2007, paragraf 25) dan kontrol yang berhubungan dengan lingkungan tersebut (PCAOB 2007, paragraf 24). Monitoring yang dilakukan oleh para pemberi pinjaman dan analis lembaga peringkat secara eksplisit termasuk sebagai salah satu kontrol entity level melalui pengaruh tidak langsung terhadap kontrol firm level lainnya (PCAOB 2007, paragraf 23).
3. Maturitas Utang/Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Maturitas utang atau utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu periode termasuk dalam utang jangka pendek. Maturitas utang dapat memainkan peran signifikan dalam mengurangi biaya agensi (Myers, 1977; Barclay dan Smith, 1995). Myers (1997) menganjurkan maturitas utang lebih singkat untuk meringankan masalah underinvestment (kurang investasi). Utang jangka pendek juga meningkatkan frekuensi monitoring dari tindakan-tindakan manajerial (Rajan dan Winton, 1995; Stulz, 2000). Rajan dan Winton (1995) membuktikan bahwa perusahaan yang relatif lebih banyak menggunakan utang jangka pendek bisa meningkatkan frekuensi monitoring pemegang saham dan kreditor dari tindakan-tindakan manajerial terkait modal kerja yang digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan monitoring ini mengakibatkan risiko pada kesalahan pelaporan
7
material lebih rendah. Jika risiko pada kesalahan pelaporan material lebih rendah maka secara tak langsung risiko audit juga lebih rendah. Hal ini dikarenakan auditor hanya akan mencurahkan sedikit upaya dan membebankan fee audit lebih rendah kepada perusahaan tersebut. (Gul dan Tsui, 1997). Proporsi tinggi dari utang jangka pendek antara perusahaan unrated konsisten dengan teori Diamond (1991a), yang memprediksi bahwa perusahaan risiko likuiditas tertinggi memiliki lebih banyak utang jangka pendek karena mereka secara efektif dipaksa oleh pemberi pinjaman untuk meminjam pada jangka pendek, walaupun preferensi mereka untuk pinjaman jangka panjang. Dua studi yang meneliti hubungan antara rating dan dukungan tata hubungan yang positif, Bhojraj dan Sengupta (2003) menemukan bahwa perusahaan yang high rated memiliki kepemilikan lebih institusional dan proporsi yang lebih tinggi. Ashbaugh Skaife et al. (2006) menemukan bahwa perusahaan yang high rated memiliki kemandirian yang lebih besar, kepemilikan saham dan keahlian, serta kurang daya CEO dan konsentrasi kepemilikan (proxy oleh blockholders dengan lebih dari 5 persen saham perusahaan). Dengan demikian, perusahaan yang high rated memiliki mekanisme tata kelola internal yang lebih baik dan utang jangka pendek lebih banyak.
4. Rating/Peringkat Peringkat adalah pendapat saat ini tentang kelayakan suatu perusahaan yang diperoleh dari informasi publik dan swasta, diringkas menjadi satu skor. Penulis mengandalkan peringkat S & P, yang berkisar dari AAA, untuk utang berkualitas tinggi, sampai D, untuk utang berkualitas terendah. Peringkat ini didasarkan pada informasi kuantitatif dan kualitatif. Sebagai lembaga peringkat kredit memiliki akses ke informasi suatu perusahaan, seperti strategi masa depan yang direncanakan, peringkat memberikan informasi tambahan untuk yang sudah dalam domain publik. Pasar saham bereaksi terhadap perubahan peringkat, terutama nilai rendah (Norden dan Weber, 2004).
8
5. Peringkat Obligasi Seorang investor yang hendak membeli obligasi tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi (credit ratings). Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Peringkat kredit adalah pendapat mengenai kelayakan kredit seorang obligor terhadap kewajiban keuangan tertentu, tingkat tertentu kewajiban keuangan, atau program keuangan tertentu. Ini didasarkan pada pertimbangan dari penjamin kredit, asuransi, atau bentuk lain dari peningkatan kredit pada kewajiban. Pendapat ini mengevaluasi kemampuan dan kemauan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan saat mereka datang jatuh tempo. Jenis penilaian ini dapat membantu penerbit dalam menentukan struktur utang penerbitan (tingkat bunga, jangka waktu, peningkatan kredit). Di sisi lain, peringkat instrumen utang berguna bagi investor untuk membandingkan berbagai penerbit dan masalah utang ketika membuat keputusan investasi dan mengelola portofolio mereka. Foster (1986: 501-502) mengemukakan ada beberapa fungsi peringkat obligasi, yaitu sebagai: 1. Sumber informasi atas kemampuan perusahaan, pemerintah daerah atau pemerintah dalam menaati ketepatan waktu pembayaran kembali pokok utang dan tingkat bunga yang dipinjam 2. Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasan informasi kredit yang terkait dengan cross section antar perusahaan, pemerintah daerah, sejumlah perusahaan swasta, perusahaan pemerintah daerah, dan perusahaan pemerintah, sangat mahal. 3. Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan representasi manajemen lainnya. 4. Sarana pengawasan terhadap aktivitas manajemen. 5. Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun.
9
Seperti halnya Standard & Poor’s Rating Service (S&P’s) dan Moody’s di Amerika, di Indonesia juga ada lembaga pemeringkat obligasi. Pemeringkatan obligasi di Indonesia dilakukan oleh dua lembaga, yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit Rating. PEFINDO mempublikasi peringkat obligasi setiap bulan, sedangkan Kasnic tidak. Selain itu, jumlah perusahaan yang menggunakan jasa pemeringkatan obligasi PEFINDO jauh lebih banyak dibandingkan yang menggunakan jasa pemeringkatan Kasnic. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan data peringkat obligasi dari PT. PEFINDO. Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO sama dengan yang digunakan oleh S&P’s, yaitu peringkat tertinggi disimbolkan dengan AAA, yang menggambarkan risiko obligasi yang terendah. Kesamaan tersebut ada karena PEFINDO memang berafiliasi dengan S&P’s, sehingga S&P’s mendorong PEFINDO dalam hal metodologi pemeringkatan, kriteria, maupun proses pemeringkatan. Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses pemeringkatan untuk sektor perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu: 1. Risiko Industri (Industry Risks) 2. Risiko Finansial (Financial Risks) 3. Risiko Bisnis (Business Risks)
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston (Amrullah, 2007) adalah sebagai berikut: 1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. 2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). 3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. 4. Penjamin. 5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
10
6. Umur obligasi. 7. Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk. 10. Kebijakan akuntansi. Peringkat dipublikasikan dan investor dapat memperoleh informasi ini secara bebas. Simbol pemeringkatan obligasi yang digunakan oleh PT PEFINDO serupa dengan yang digunakan oleh S&P, peringkat tertinggi disimbolkan dengan AAA, yang menggambarkan tingkat risiko sekuritas yang paling rendah. Lembaga pemeringkat akan mengamati obligasi-obligasi yang beredar dalam periode tertentu, perubahan rating (upgrade maupun downgrade) akan mempengaruhi kemampuan untuk meminjam modal jangka panjang.
7. Fee Audit DeAngelo dalam Halim (2005) menyatakan bahwa fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit. Simunic (2006) menyatakan bahwa fee audit ditentukan oleh besar-kecilnya perusahaan yang diaudit (client size), risiko audit (atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk) dan kompleksitas audit (subsidiaries, foreign listed). Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya.
11
Gambar Kerangka Penelitian
Variabel Independen 1. Maturitas Utang 2. Peringkat Kredit Variabel Kontrol
Variabel Dependen Fee Audit
1. Ukuran perusahaan 2. Pertumbuhan perusahaan 3. Leverage 4. Current ratio 5. Quick ratio 6. Fiskal akhir tahun 7. Segmen usaha 8. Proporsi penjualan asing 9. Return of assets 10. Kantor perusahaan publik 11. Persentase kepemilikan saham 12. Debt to equity ratio 13. Internal control weakness 14. Efek industri 15. Efek tahun C. HIPOTESIS Manajer perusahaan yang memilih memperbanyak dalam memperpendek maturitas utang (utang jangka panjang yang jatuh tempo) akan meningkatkan monitoring dari pemegang saham (Datta et al., 2005). Sebabitu, pada perusahaanperusahaan ini, utang jangka pendek lebih mungkin dihubungkan dengan biaya agensi yang lebih rendah. Konsisten dengan garis pemikiran, Rajan dan Winton (1995) yaitu utang jangka pendek memberikan kontrol yang lebih besar pada kreditor atas para peminjam. Perusahaan yang relatif lebih banyak menggunakan utang jangka pendek akan meningkatkan frekuensi monitoring dari tindakantindakan manajerial. Peningkatan monitoring ini mengakibatkan risiko pada
12
kesalahan pelaporan material lebih rendah. Jika risiko pada kesalahan pelaporan material lebih rendah maka secara tak langsung risiko audit juga lebih rendah. Hal ini dikarenakan auditor hanya akan mencurahkan sedikit upaya dan membebankan fee audit lebih rendah kepada perusahaan tersebut (Gul dan Tsui, 1997). H1 = Maturitas utang berpengaruh negatif terhadap fee audit. Simunic (1980) dan O’Keefee et al. (1994) menjelaskan bahwa ada hubungan antara peringkat kredit dan risiko audit. Proses pendanaan juga berkaitan dengan risiko obligasi yaitu pembayaran kembali utang jangka panjang yang jatuh tempo, pembayaran bunga, dan dividen. Seorang investor yang hendak membeli obligasi tentunya harus memperhatikan peringkat obligasi (credit ratings) yang dilakukan oleh sebuah lembaga pemeringkat kredit. Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan pengutang dan kemungkinan apa yang dapat dan akan dilakukan sehubungan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa peringkat obligasi mencoba mengukur risiko default, emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya. Sinyal dari lembaga peringkat kredit ini dapat menunjukkan bahwa sebuah perusahaan dengan peringkat kredit tertentu akan dikaitkan dengan risiko audit dan fee audit oleh auditor dalam mengaudit siklus pendanaan. H2 = Peringkat kredit berpengaruh negatif terhadap fee audit.
D. METODE PENELITIAN 1.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data dikumpulkan
dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan penghi-tungan. Data-data ini diperoleh dari Pojok BEI Undip, ICMD, PT. PEFINDO, dan berbagai macam literatur yang ada.
13
2.
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu (purposive sampling) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut ditentukan sebagai berikut: 1. Saham perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2009. 2. Perusahaan menyertakan laporan tahunan beserta laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. 3. Obligasi yang dimiliki perusahaan terdaftar dalam lembaga peringkat kredit PT. PEFINDO.
3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel a. Definisi Operasional Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit. Data tentang fee audit akan diwakili oleh akun professional fees yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang selanjutnya variabel akan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari professional fees. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan AFEE di dalam persamaan.
b. Definisi Operasional Variabel Independen 1. Maturitas Utang Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah maturitas utang. Variabel untuk mewakili maturitas utang adalah proporsi utang jangka panjang yang jatuh tempo dibagi jumlah utang lancar pada neraca. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan MATURITY di dalam persamaan.
14
2. Peringkat Kredit Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kelayakan kredit menggunakan peringkat obligasi. Peringkat obligasi tersebut secara umum terbagi menjadi dua peringkat yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non-investment grade
(BB, B, CCC, D). Pengukuran
variabel ini dilakukan dengan memberi nilai pada masing-masing peringkat dengan mengacu pada penelitian terdahulu serta disesuaikan dengan kategori peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT PEFINDO. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan RATING di dalam persamaan. Tabel Kategori Peringkat Kredit Rating Level 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Simbol D CC CCCCCC CCC+ BB B+ BBBB BB+ BBBBBB BBB+ AA A+ AAAA AA+ AAA
Katergori Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Non-investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade Investment grade
15
c. Variabel Kontrol dan Definisi Operasional 1. Ukuran perusahaan Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung ukuran perusahaan dalam model fee audit (Simunic, 1980). Variabel indikator untuk mewakili faktor ukuran perusahaan adalah total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Hay et al., 2008 dalam Widiasari, 2009). Variabel ini akan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan SIZE di dalam persamaan.
2. Pertumbuhan Perusahaan Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung kompleksitas jasa audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel akan dilambangkan dengan GROWTH dalam persamaan. Rumus: Growth =
Nilai Pasar Ekuitas x jumlah saham Nilai Buku Ekuitas
3. Leverage Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung risiko audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel akan dilambangkan dengan LEV dalam persamaan. Rumus:
Leverage =
Utang Lancar Total Aset
4. Current Ratio Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung risiko audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel akan dilambangkan dengan CR dalam persamaan. Rumus:
Current Ratio =
Aktiva Lancar Utang Lancar
16
5. Quick Ratio Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung risiko audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel akan dilambangkan dengan QR dalam persamaan. Rumus : Quick Ratio =
Aktiva Lancar – Persediaan Utang Lancar
6. Fiskal Akhir Tahun Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung kompleksitas jasa audit (Simunic, 1980). Merupakan variabel untuk mengendalikan harga off-peak jasa audit yang sama dengan 1 jika fiskal akhir tahun perusahaan tidak tanggal 31 Desember dan 0 sebaliknya. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan YE dalam persamaan.
7. Segmen Usaha Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung kompleksitas jasa audit (Simunic, 1980). Variabel ini akan diukur dengan logaritma natural dari jumlah segmen usaha. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan SEGMENT dalam persamaan.
8. Proporsi Penjualan Asing Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung kompleksitas jasa audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan FOREIGN dalam persamaan. Rumus :
9.
Foreign =
Penjualan Asing Jumlah Penjualan
Return on Assets Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung risiko
audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel akan dilambangkan dengan ROA dalam persamaan.
17
Rumus :
ROA = Pendapatan operasional setelah pajak Total Aset
10. Kantor Akuntan Publik Kantor akuntan publik yang memiliki nama besar (Big 4) dipandang sebagai auditor yang akan menghasilkan tingkat kualitas audit yang melebihi persyaratan minimal keprofesionalan dan kualitas dari Kantor Akuntan Publik yang tidak memiliki nama besar (Francis and Krishnan dalam Halim, 2005). Kantor Akuntan Publik atau Auditor yang berkualitas tinggi membuat sedikit kesalahan daripada auditor yang berkualitas rendah sehingga memiliki fee audit yang lebih tinggi dari auditor yang berkualitas rendah (Diacon dalam Halim, 2005). Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big 4 adalah: KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernst and Young (E & Y). KAP Haryanto Sahari, Tanudireja, Wibisana & Co. yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers (PwC). KAP Osman Bing Satrio & Co, yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Thomatsu (DTT). KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG). Variabel ini menggunakan skala nominal, yaitu angka 1 untuk mengindikasikan penggunaan Kantor Akuntan Publik Big 4 serta angka 0 untuk mengindikasikan penggunaan Kantor Akuntan Publik non Big 4. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan BIG4 dalam persamaan.
11. Persentase Kepemilikan Saham Persentase kepemilikan saham ini digunakan untuk mengontrol tata kelola perusahaan mengunakan logaritma alami dari nilai rupiah kepemilikan saham direktur yang kita peroleh dari laporan tahunan. Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung kompleksitas jasa audit (Simunic,
18
1980). Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan DIRHOLDING dalam persamaan.
12. Debt to Equity Ratio Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung risiko audit (Simunic, 1980). Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan DER dalam persamaan. Rumus:
DER =
Total Utang Total Ekuitas
13. Internal Control Weakness Variabel ini untuk menangkap pengendalian internal suatu perusahaan yang berkualitas. Variabel ini adalah salah satu komponen untuk menghitung kompleksitas jasa audit (Simunic, 1980). Variabel ini menggunakan angka 1 jika kontrol pengungkapan perusahaan tidak efektif atau ditandai dengan opini auditor wajar dan 0 sebaliknya. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan ICWEAK dalam persamaan.
14. Efek Industri Efek industri merupakan variabel yang menunjukkan indikator industri untuk mengendalikan efek industri berdasarkan jumlah industri SIC (Standard Industry Classification). Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan IND dalam persamaan.
15. Efek Tahun Efek tahun merupakan variabel yang menunjukkan indikator tahun untuk mengendalikan efek tahun selama periode yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel ini menggunakan persamaan 1 jika termasuk dalam periode penelitian dan 0 sebaliknya. Selanjutnya variabel ini akan dilambangkan dengan YR dalam persamaan.
19
4. Alat Analisis a. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
antara
variabel
dependen
dengan
variabel
independen
mempunyai distribusi normal atau tidak. 2. Uji Multikolinieritas, bertujuan untuk menguji apakah tiap-tiap variabel independen saling berhubungan secara linier. 3. Uji Heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. 4. Uji Autokorelasi, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi OLS (Ordinary Least Squares).Persamaan Regresinya adalah sebagai berikut: Afee
it
=
a0
+
a1 MATURITYit + a2 RATINGit
GROWTHit + SEGMENTit +
a5 LEVit
+
a6 CRit
a10 FOREIGNit
a13 DIRHOLDINGit
+
+
a14 DERit
+
a3 SIZEit
+
a4
+
a9
a7 QRit
+
a8 YEit
a11 ROAit
+
a12 BIG4it
+
+
a15 ICWEAKit
+
+ (YR) +
( IND) + Eit
Dimana: Afee
= logaritma natural fee audit
Maturity
= proporsi utang jangka panjang yang jatuh tempo
Rating
= 11-21 untuk perusahaan yang termasuk investment grade
20
dan 10-1 untuk perusahaan non-investment grade Size
= logaritma natural dari total aktiva
Growth
= nilai pasar ekuitas x jumlah saham / nilai buku ekuitas
Lev
= kewajiban lancar / total aktiva
CR
= aktiva lancar / total aktiva
QR
= aktiva lancar - persediaan / kewajiban lancar
YE
= Indikator variabel yang sama dengan 1 jika fiskal tahun akhir perusahaan tidak tanggal 31 Desember dan 0 sebaliknya
Segment
= logaritma natural dari jumlah segmen usaha
Foreign
= penjualan ekspor / jumlah penjualan
ROA
= laba bersih / total aktiva
BIG4
= 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh Big 4 dan 0 sebaliknya
Dirholding
= logaritma natural dari kepemilikan saham
DER
= total utang dibagi dengan total ekuitas
Icweak
= 1 jika opini audit wajar dan 0 sebaliknya
YR
= tahun indikator
IND
= indikator industri berdasarkan jumlah industri SIC
E
= kesalahan panjang
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai R² digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen.
d. Uji Statistik F Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
21
e. Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh sebuah variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
E. HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI HASIL 1. Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2006-2009. Metode pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yang dilakukan dengan memilih sampel sesuai kriteria. Berdasarkan spesifikasi data yang diamati sebelumnya, secara rinci jumlah sampel sebanyak 10 perusahaan, sehingga observasi secara keseluruhan dari periode 2006-2009 diperoleh sebanyak 40 data pengamatan.
2. Analisis Data a. Statistik Deskriptif Analisis deskriptif dari data yang diambil untuk penelitian ini adalah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebanyak 10 x 4 = 40 data pengamatan. AFEE merupakan variabel fee audit yang diukur dengan fee jasa profesional yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada KAP untuk setiap audit laporan keuangan (dalam transformasi logaritma natural) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 22,49562. Nilai fee audit terendah adalah sebesar 20,373 dan nilai fee audit tertinggi adalah sebesar 25,368. Maturity dalam penelitian ini merupakan proporsi utang jangka panjang yang jatuh tempo dibanding dengan utang lancar yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian ini mendapatkan rata-rata maturitas sebesar 0,26357. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa perusahaan secara rata-rata memiliki utang yang akan jatuh tempo hingga sebesar 0,26357 dari utang lancar sendiri yang dimiliki perusahaan. Nilai maturitas terkecil adalah sebesar 0,00 atau
22
tidak ada utang yang akan jatuh tempo. Maturitas utang jangka pendek terbesar adalah sebesar 7,004. Variabel rating dalam penelitian ini diukur dengan nilai rating kredit. Hasil penelitian ini mendapatkan rata-rata rating kredit sebesar 17,15 dari nilai rating maksimal 21. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel secara umum memiliki rating kredit yang tinggi. Nilai Rating terkecil adalah sebesar 15 atau pada Rating A- dan rating terbesar adalah 21 atau AAA. Variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZE) yang diukur dengan menggunakan total aset (transformasi logaritma natural) diperoleh rata-rata sebesar 28,72566. Nilai terendah dari ukuran perusahaan adalah sebesar 27,095 sedangkan nilai tertinggi adalah sebesar 31,329. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH) yang diukur dengan market to book value menunjukkan rata-rata sebesar 17,78875. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham perusahaan adalah sebesar 17,78875 kali dari nilai buktu ekuitas perusahaan. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mengalami pertumbuhan pasar saham. Nilai pertumbuhan terendah adalah sebesar 1,3 dan nilai pertumbuhan tertinggi adalah sebesar 143. Variabel leverage (LEV) dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 0,43056. Nilai rata-rata leverage sebesar 0,43056 menunjukkan bahwa 43,056% dari aset perushaan merupakan utang. Nilai leverage terendah adalah sebesar 0,131 dan nilai leverage tertinggi adalah sebesar 4,107. Variabel Current Ratio (CR) memiliki nilai rata-rata sebesar 2,0457. Nilai rata-rata CR terssebut menunjukkan bahwa besarnya aktiva lancar mencapai 2,0457 kali dari utang lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio CR terendah adalah sebesar 0,09 dan nilai CR tertinggi sebesar 5,041. Variabel Quick Ratio (QR) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,89855. Nilai rata-rata QR sebesar 89,85% menunjukkan bahwa besarnya aktiva lancar minus persediaan mencapai 89,85% dari utang lancar yang dimiliki
23
perusahaan. Rasio QR terendah adalah sebesar -7,417 dan nilai QR tertinggi sebesar 3,759. Variabel segmen usaha (SEGMENT) dalam penelitian ini diukur dengan logaritma natural jumlah usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Rata-rata variabel segment diperoleh sebesar 1,29478. Nilai terendah adalah variabel segment adalah sebesar 0,693 dan nilai segment tertinggi adalah sebesar 2,197. Variabel penjualan asing (FOREIGN) dalam penelitian ini diukur dengan penjualan asing dibandingkan dengan total penjualan yang diperoleh perusahaan menunjukkan rata-rata sebesar 0,23795 atau 23,795%. Nilai Foreign terendah adalah sebesar 0 atau 0% dan tertinggi sebesar 1 atau 100%. Rasio keuangan ROA dari perusahaan sampel memiliki rata-rata sebesar 0,09136 atau 9,136%. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu memperoleh laba hingga sebesar 9,136% dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Nilai ROA terendah adalah sebesar 0,0 atau 0% dan ROA terbesar adalah sebesar 0,287 atau sebesar 28,7%. Variabel Kantor Akuntan Publik (BIG4) dalam penelitian ini yang diukur dengan tipe KAP big 4 dan non big 4 diperoleh rata-rata sebesar 0,800. Hal ini berarti bahwa 80% perusahaan sampel diaudit oleh KAP Big 4 sedangkan 20% lainnya perusahaana sampel diaudit oleh KAP non Big 4 selama tahun 2006 – 2009. Variabel ini menggunakan variabel dummy sehingga nilai minimun dan maksimumnya adalah 0 dan 1. Artinya nilai minimum diwakilkan untuk perusahaan yang tidak memakai jasa KAP BIG 4 dan nilai maksimumnya diwakilkan untuk perusahaan yang memakai jasa KAP non Big 4. Variabel DIRHOLDING menunjukkan jumlah nilai kepemilikan saham yang dimiliki oleh direktur (dalam transformasi logaritma natural) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 26,37462 dengan nilai terendah sebesar 25,628 dan nilai tertinggi mencapai 27,574. Rasio keuangan DER dari perusahaan sampel memiliki rata-rata sebesar 1,33446. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki
24
total utang sebesar 1,33446 kali dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Nilai DER terendah adalah sebesar 0,153 dan DER terbesar adalah sebesar 3,659. Variabel YE (fiskal akhir tahun perusahaan), ICWEAK (opini auditor), YR (efek tahun), IND(efek industri) yang masing-masing variabel tersebut diukur menggunakan varibel dummy tidak bisa terolah oleh sistem SPSS. Variabel-variabel tersebut memiliki hasil obeservasi data dari 40 perusahaan yang semuanya sama, yaitu bernilai 1 semua atau 0 semua sehingga pada sistem pengolahan data SPSS veriabel-variabel tersebut langsung terhapus.
b. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Hasil pengujian terhadap 40 data pada gambar uji normalitas dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot of regresison standardized menunjukan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikutigaris diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Pengujian normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov.
Hasil pengujian normalitas pada
pengujian terhadap 40 menunjukkan bahwa nilai residual dalam penelitian ini sudah berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov Smirnov di atas 0,05 yaitu, 0,686.
2. Uji Heteroskedastisitas Dari gambar uji heteroskedastisitas diperoleh bahwa scatter plot membentuk titik-titik yang menyebar secara acak dengan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak ada masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi Pada tabel pengujian autokorelasi terlihat bahwa masing-masing nilai run test sebesar -0,481 dengan probabilitas 0,631. Karena nilai probabilitas
25
dari masing-masing uji hipotesis lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tersebut terbebas dari masalah autokorelasi.
4. Uji Multikolinieritas Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang terdapat pada masing–masing variabel seperti terlihat pada tabel pengujian multikolinieritas dengan VIF. Tabel Pengujian Multikolinieritas dengan VIF Awal Akhir Variabel VIF VIF MATURITY 1.273 1.272 RATING 5.053 4.187 SIZE 48.962 Dikeluarkan GROWTH 7.944 6.383 LEV 1.694 1.690 CR 3.113 3.063 QR 1.412 1.407 SEGMENT 3.928 3.861 FOREIGN 2.146 1.817 ROA 6.543 5.900 BIG4 3.371 2.446 DIRHOLDING 29.579 5.637 DER 7.989 3.998 Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Selanjutnya dilakukan dengan melakukan revisi model, dimana satu variabel tidak diikut sertakan dalam analisis. Pada pengujian model revisi ini selanjutnya tidak lagi diperoleh adanya nilai VIF yang lebih besar dari 10. Hal ini berarti bahwa model penelitian pada model revisi sudah terbebas dari masalah masalah multikolinieritas. Untuk selanjutnya model revisi yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.
26
b. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Pada hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai adjusted R2 sebesar 0,88. Hal ini berarti bahwa 88% variasi fee audit dapat dijelaskan oleh maturitas utang jangka pendek dan rating kredit serta 10 variabel kontrol, dan sisanya sebesar 12% fee audit dapat dijelaskan oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
2. Hasil Uji Statistik F Hasil pengolahan data, hasil uji F terlihat bahwa nilai F adalah 24,798 dengan probabilitas sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa fee audit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel tersebut.
3. Hasil Uji Statistik t (Secara Parsial) Berdasarkan hasil uji statistik t diperoleh bahwa variabel MATURITY memiliki probabilitas 0,041 dengan nilai t hitung 0,49 dan signifikansi 0,628. Variabel RATING memiliki probabilitas 0,217 dengan nilai t hitung 2,676 dan signifikansi 0,13. Variabel GROWTH memiliki probabilitas 0,01 dengan nilai t hitung 1,609 dan signifikansi 0,119. Variabel LEV memiliki probabilitas -0,1 dengan nilai t hitung -0,576 dan signifikansi 0,57. Variabel CR memiliki probabilitas 0,079 dengan nilai t hitung 0,65 dan signifikansi 0,521. Variabel QR memiliki probabilitas -0,001 dengan nilai t hitung -0,022 dan signifikansi 0,982. Variabel SEGMENT memiliki probabilitas 0,533 dengan nilai t hitung 1,357 dan signifikansi 0,186. Variabel FOREIGN memiliki probabilitas 0,337 dengan nilai t hitung 0,948 dan signifikansi 0,352. Variabel ROA memiliki probabilitas 1,547 dengan nilai t hitung 0,561 dan signifikansi 0,58. Variabel BIG4 memiliki probabilitas 1,258 dengan nilai t hitung 3,983 dan signifikansi 0,000. Variabel DIRHOLDING memiliki probabilitas 0,589 dengan nilai t hitung 1,830 dan signifikansi 0,078. Variabel DER memiliki probabilitas 0,586 dengan nilai t hitung 3,13 dan signifikansi 0,004.
27
Berdasarkan hasil pengujian persamaan regresi untuk H1 dan H2 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: AFEE = 0,273 + 0,41 MATURITY + 0,217 RATING + 0,01 GROWTH + – 0,1 LEV + 0,079 CR + -0,001 QR + 0,533 SEGMENT + 0,337 FOREIGN + 1,547 ROA + 1,258 BIG4 + 0,589 DIRHOLDING + 0,586 DER + E Dari 10 variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh sebanyak 2 variabel yaitu BIG4 dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fee audit, masing-masing dengan arah pengaruh positif, sedangkan 8 variabel lainnya yaitu GROWTH, LEV, CR, QR, SEGMENT, FOREIGN, ROA, dan DIRHOLDING tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit.
c. Interpretasi Hasil 1. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan uji t. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dinyatakan sebagai berikut: Ho : Maturitas utang tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap fee audit. Ha : Maturitas utang berpengaruh negatif signifikan terhadap fee audit. Dari hasil estimasi variabel profiabilitas maturitas diperoleh nilai t adalah 0,49 dengan probabilitas sebesar 0,041. Nilai t signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian berarti variabel maturitas utang tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap fee audit. Dengan demikian Hipotesis 1 ditolak. Dari hasil estimasi pengaruh variabel maturitas utang terhadap fee audit diperoleh bahwa variabel maturitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penentuan fee audit. Hal ini bearti bahwa proporsi utang jangka panjang jatuh tempo yang besar tidak secara signifikan akan berpengaruh negatif terhadap fee audit yang diberikan perusahaan terhadap auditor. Dalam hal ini diperoleh bahwa besarnya maturitas utang tidak memberikan fee audit yang lebih rendah pada KAP yang mengaudit laporan keuangan perusahaan.
28
Dalam hal ini nampaknya fee audit tidak tergantung pada kondisi maturitas utang perusahaan. Dalam hal ini nampak bahwa fee audit akan banyak ditentukan oleh kesepakatan antara KAP dengan manajer perusahaan. Hasil penelitian ini ternyata sesuai dengan peneliti terdahulu yang dilakukan pleh Basioudis dan Francis (2007) yang menyatakan bahwa utang berpengaruh secara positif dengan fee audit karena dimensi risiko likuiditas.
2. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan uji t. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dinyatakan sebagai berikut: Ho : Rating kredit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap fee audit. Ha : Rating kredit berpengaruh berpengaruh negatif signifikan terhadap fee audit. Dari hasil estimasi variabel Rating kredit diperoleh nilai t adalah 2,676 dengan probabilitas sebesar 0,217. Nilai t signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Namun demikian arah pengaruh rating kredit adalah positif yang berlawanan dengan yang dihipotesiskan. Dengan demikian berarti variabel rating kredit tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap fee audit. Dengan demikian Hipotesis 2 ditolak. Dari hasil estimasi pengaruh peringkat kredit dalam hal ini rating kredit diperoleh tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap fee audit, dimana justru bahwa fee audit berpengaruh positif terhadap rating kredit. Diperolehnya pengaruh positif yang signifikan dari rating obligasi terhadap fee audit nampaknya menunjukkan bahwa fee audit yang lebih rendah tidak diberikan berdasarkan seberapa tinggi rating kredit yang dimiliki oleh perusahaan, namun lebih pada transaksi awal antara manajemen dengan Kantor Akuntan Publik. Dukungan atas hal ini nampak pula dari pengaruh variabel kontrol BIG4 dan DER dimana BIG4 yang mewakili Kantor Akuntan Publik dan DER yang mewakili variabel debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap fee audit. Hal ini berarti bahwa KAP big 4 cenderung memasang tarif fee audit yang lebih besar daripada KAP non big 4.
29
F. PENUTUP 1.
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa maturitas utang tidak berpengaruh signifikan terhadap fee audit. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat fee audit tidak tergantung pada tingkat maturitas utang yang dimiliki perusahaan. 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa peringkat kredit tidak secara signifikan berpengaruh negatif terhadap fee audit, namun justru diperoleh bahwa peringkat kredit berpengaruh positif terhadap fee audit. Peringkat kredit yang tinggi akan memberikan audit obligasi yang besar pada KAP yang mengaudit laporan keuangan. Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki. Informasi peringkat kredit ini membantu auditor dalam mengaudit siklus pendanaan sebuah perusahaan terkait risiko audit yang akan dihadapi. 3. Berdasarkan hasil penelitian variabel kontrol Kantor Akuntan Publik memiliki hasil bahwa KAP big4 sudah pasti menentukan fee audit lebih tinggi dibandingkan KAP non big 4 dan debt to equity ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fee audit dengan arah positif. Debt to equity ratio ini menunjukan berapa banyak utang yang dimiliki perusahaan. Jadi, semakin banyak utang yang dimiliki oleh perusahaan maka fee audit akan lebih tinggi karena debt to equity ratio merupakan salah satu komponen risiko audit.
2. Keterbatasan 1. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dari sampel yang digunakan hanya memiliki rating kredit dari A hingga AAA sehingga kurang memberikan variasi untuk rating di bawahnya.
30
2. Karena keterbatasan data tentang fee audit, maka dalam penelitian ini diterapkan penggunaan data professional fees untuk memberikan nilai pada variabel fee audit. 3. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini masih sedikit serta periode observasi yang hanya menggunakan tahun 20062009. 4. Jumlah sampel hanya dari satu jenis industri saja (perusahaan manufaktur).
3. Saran 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode pengamatan dan menambahkan populasi perusahaan dari semua jenis kategori industri dengan tetap memperhatikan perbedaan pada faktor perbankan dan non perbankan. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dengan berbagai variasi peringkat kredit yang lebih banyak. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan perusahaan-perusahaan yang mencantumkan data tentang professional
fees
dalam
menggambarkan data fee audit.
fee
laporan
audit daripada data mengenai keuangannya
sehingga
lebih
31
REFERENSI Abbott, L.J., Parker, S., Peters, G.F., and Raghunandan. 2003. “The Association Between Audit Committee Characteristics And Fees”. Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 22 No. 2, pp. 17-32. Amrullah, Karim. 2007. ”Kemampuan Rasio Keuangan sebagai Alat untuk Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur”. www.google.com Ashbaugh-Skaife, H., D. W. Collins, and R. LaFond. 2006. “The Effects of Corporate Governance on Firms Cratings”. Journal of Accounting and Economics 42: 203–243. Barclay, M., and C. W. Smith. 1995. “The Maturity Structure of Corporate Debt”. The Journal of Finance 1:609–631. Basioudis, I. G., and J. R. Francis. 2007. “Big 4 Audit Fee Premiums For National and Office Level Industry Leadership in The United Kingdom”. Auditing: A Journal of Practice and Theory 26: 143–166. Beales, R., and P. J. Davies. 2007. “How S and P Put The Triple Into CPDO”. Financial Times May 17: 13. Bedard, J. C. and K. M. Johnstone. 2004. “Earnings Manipulation Risk, Corporate Governance Risk, and Auditors Planning and Pricing Decisions”. The Accounting Review 79: 277–304. Bell, T. B., W. R. Landsman, and D. A. Shackelford. 2001. “Auditor’s Perceived Business Risk and Audit Fees: Analysis and evidence”. Journal of Accounting Research 39: 35–43. Bhojraj, S., and P. Sengupta. 2003. “The Effect of Corporate Governance Mechanisms on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors”. The Journal of Business 76: 455– 475. Brigham, E.F., Gapenski, L.C., dan Daves, P.R. 1999. “Intermediate Financial Management, Sixth Edition.The Dryden Press, Harcourt Brace College Publishers”. Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory 2006-2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
32
Choi, J. H., J. B. Kim, X. H. Liu, and D. A. Simunic. 2008. “Audit Pricing, Legal Liability Regimes, and Big 4 Premiums: Theory and cross-country evidence”. Contemporary Accounting Research 25: 55–99. Datta, S., M. Iskandar-Datta, and K. Raman. 2005. “Managerial Stock Ownership and The Maturity Structure of Corporate Debt”. The Journal of Finance 60: 2333–2350. Darmawati, Deni, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2005. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8 (Jan): 65-81. Davis, L. R., D. N. Ricchiute, and G. Trompeter. 1993. “Audit Effort, Audit Fees, and The Provision of Non Audit Services to Audit Clients”. The Accounting Review 68: 135–150. Denis, D., and V. Mihov. 2003. “The Choice Among Bank Debt, Nnon-Bank Private Debt and Public Debt: Evidence From New Corporate Borrowings”. Journal of Financial Economics 70: 3–28. Diamond, D. W. 1991a. “Debt Maturity Structure And Liquidity Risk”. The Quarterly Journal of Economics 106:709–737. ——–. 1991b. “Monitoring and Reputation: The Choice Between Bank Loans and Directly Placed Debt”. The Journal of Political Economy 99: 689–721. Foster, George. 1986. ”Financial Statement Analysis”. www.google.com. Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gul, F.A. and John Goodwin. 2008. “Short-Term Debt Maturity Structure, Credit Ratings, and The Pricing of Audit Services”. The Accounting Review 85: 887-909. Gul, F. A. 2006. “Auditors’ Response to Political Connections and Cronyism in Malaysia”. Journal of Accounting Research 44: 931–963. Gul, and J. S. L. Tsui. 1997.” A Test of The Free Cash Flow and Debt Monitoring Hypothesis: Evidence From Audit Pricing”. Journal of Accounting and Economics 24: 219–237. ——–, and ——–. 2001. “Free Cash Flow, Debt Monitoring, and Audit Pricing: Further Evidence on The Role of Director Equity Ownership”. Auditing: A Journal of Practice & Theory 20: 71–84.
33
Halim, Yonathan. 2005. “Peranan Metode Lowballing Cost oleh Kantor Akuntan Publik di Surabaya”. Skripsi, Universitas Kristen Petra Surabaya. Hay, David., R. Knechel dan Helen Ling. 2008. “Evidence on The Impact of Internal Control and Corporate Governance on Audit Fees”. International Journal of Auditing, No. 12, h. 9-24. Jensen, M. C. 1986. “Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance And Takeovers”. The American Economic Review 76: 323–329. ——–, and W. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial behavior Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3: 305–360. Johnson, S. A. 2003. “Debt Maturity and The Effects Of Growth Opportunities and Liquidity Risk on Leverage”. Review of Financial Studies 16: 209–236. Johnstone, K. M., and J. C. Bedard. 2004. “Risk Management in Client Acceptance Decisions”. The Accounting Review 78:1003–1025. Kisgen, D. 2006. “Capital Ratings and Capital Structure”. The Journal of Finance 61: 1035–1072. Lemon, W. M., A. A. Arens, and J. K. Loebbecke. 1993. “Auditing an Integrated Approach”. www.google.com. Linandarini, Ermi. 2010. “Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Di Indonesia”. Skrpsi Universitas Diponegoro. Lucchetti, A. 2008. “At Request of Bond Issuers or Bankers, Credit-Rating Firms Switch Analysts”. Wall Street Journal, Eastern Edition May 23 121: 1– 3. Megginson, W. L. 1997. “Corporate Finance Theory”. Addison Wesley Educational Plubishers. Myers, S. 1977. “Determinants of corporate borrowing”. Journal of Financial Economics 5: 147–175. Norden, L., and M. Weber. 2004. “Informational Efficiency of Credit Default Swap and Stock Markets: The Impact of Credit Rating Announcements”. Journal of Banking and Finance 28 Special Issue: 2813–2843.
34
O’Keefe, T., D. Simunic, and M. Stein. 1994. “The Production of Audit Services: Evidence From a Major Public Accounting Firm”. Journal of Accounting Research 32: 241–261. PEFINDO. 2010. “Indonesian Rating Highlight”. Pefindo Credit Rating Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). 2007. “An Audit of Internal Control Over Financial Reporting That Is Integrated with an Audit of Financial Statements” . Auditing Standard No. 5. Raharja dan Maylia Pramono Sari. 2008a. “Perbandingan Alat Analisis (Diskriminan & Regresi Logistik) terhadap Peringkat Obligasi (PT PEFINDO).” Jurnal Maksi, Vol. 8, No. 1, h. 87-104 ——–, dan Maylia Pramono Sari. 2008b. “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi (PT Kasnic Credit Rating)”. Jurnal Maksi, Vol. 8, No. 2, h. 212-232. Rajan, R., and A. Winton. 1995. “Covenants and Collateral as Incentives to Monitor”. The Journal of Finance 50: 1113–1146. Rizqiasih, Putri D. 2010. “Pengaruh Struktur Governance Terhadap Fee Audit Eksternal”. Skripsi-S1. Universitas Diponegoro. Sari,
Maylia Pramono. 2004. ”Kekonsistenan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi antar Agen Pemeringkat (PEFINDO, MOODY’S dan STANDAR & POOR’S)”. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Semarang.
Simunic, D. A. 1980. “The Pricing of Audit Services: Theory and Evidence”. Journal of Accounting Research 22: 161–190. ——–, and M. T. Stein. 1996. “The Impact of Litigation Risk on Audit Pricing: A Review of The Economics and The Evidence”. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 15 No.2, pp. 145-9. Sunarsih. 2004. “Analisis Simultanitas Kebijakan Hutangdan Kebijakan Maturitas Hutang Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal Siasat Bisnis, Vol.1, No.9, h. 65-84. Smit, C.W. Jr., and R. L. Watts. 1992. “ the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividen, and Compensation Policies”. Jurnal of Financial Economics 15: 3-24. Stulz, R. M. 2000. “Managerial Discretion and Optimal Financing Policies”. Journal of Financial Economics 26:3–27.
35
Venkataraman, R., J. P. Weber, and M. Willenborg. 2008. “Litigation Risk, Audit Quality, and audit Fees:Evidence From Initial Public Offerings”. The Accounting Review 83: 1315–1345. Widiasari, Esti. 2009. “Pengaruh Pengendalian Internal Perusahaan dan Struktur Corporate Governance Terhadap Fee Audit”. Skripsi S-1. Universitas Diponegoro. Widiyastuti, Listiani. 2007. “ Free Cash Flow Agency Cost, Earning Management, dan Mekanisme Kontrol Konflik Keagenan”. Tesis. Universitas Gajah Mada.