ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA
YUSNIA RISANTI Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura
Abstrak Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interst Rate) terhadap permintaan agregat (Aggregat Demand). Sebagai data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis permintaan agregat di Indonesia adalah data dari worldbank Indonesia selama periode 1986-2013. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan EViews 6, dimana akan diketahui apakah jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap permintaan agregat di Indonesia. Hasil regresi dengan menggunakan EViews 6 menunjukkan bahwa 0,91 atau jika diinterpretasikan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 91% permintaan agregat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Kata kunci: Indonesia, Permintaan agregat, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga, EViews 6.
Pendahuluan Model permintaan agregat (Aggregat Demand) seringkali digunakan untuk menganalisis fluktuasi ekonomi (fluctuation economics) dalam jangka pendek. Fluktuasi dalam perekonomian dapat disebut sebagai business cycles. Pengalaman menunjukkan bahwa perekonomian selalu berfluktuasi dari kondisi booming ke kondisi resesi (recession) dan kembali lagi ke kondisi semula yaitu business fluctuation (business cycles). Pada tahun 1930an para ekonom kesulitan menjelaskan apa yang menjadi penyebab business cycles dan bagaimana mengurangi dampak negative dari business cycles, ataupun bagaimana bisa mempercepat proses agar perekonomian bisa bangkit dari resesi ke booming. Pertanyaan ini baru bisa terjawab ketika
(Keynes, 1936) mengemukakan teori tentang pentingnya
kekuatan permintaan agregat dalam mempengaruhi business cycles. Dalam The General Theory (Keynes, 1936) menyatakan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga untuk konsumsi, untuk simpanan (liquidity Preference) yang ditentukan oleh tingkat suku bunga, dan efisiensi marginal dari investasi modal. Pernyataan dari Keynes diperjelas oleh pernyataan (Mankiw, 2003) kurva permintaan agregat pada dasarnya melambangkan jumlah dari seluruh barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian pada tingkat harga. Artinya, jika hal lain tetap sama (cateris paribus), penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian cenderung meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta. Kuva permintaan agregat (Aggregate Demand) miring ke kanan artinya memiliki hubungan negatif antara harga dan jumlah output yang diminta. Perubahan harga akan menyebabkan perubahan permintaan agregat yaitu besaran keluaran agregat yang diminta. Komponen permintaan agregat adalah Konsumsi (C), Investasi (I), Peneluaran Pemerintah (G), dan Ekspor Neto (XN). Fluktuasi dalam keseluruhan perekonomian berasal dari perubahan permintaan agregat. Para ekonom menyebut perubahan dalam permintaan agregat sebagai guncangan permintaan (Demand Shock) sehingga akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian. Terdapat empat komponen yang menyebabkan adanya guncangan permintaan (Demand Shock) yaitu berasal dari variabel moneter domestik (Internal Monetary Shock) maupun luar negeri. Internal Monetary Shock tersebut antara lain jumlah
uang beredar (Money Supply), tingkat suku bunga (Interest Rate), Inflasi, dan nilai tukar (kurs). Jumlah uang beredar akan menyebabkan tingkat suku bunga domestik menjadi naik, tingginya tingkat suku bunga akan menyebabkan tersendatnya upaya menstimulasi sektor riil perekonomian karena masyarakat akan lebih memilih menggunakan uangnya untuk disimpan di bank dan mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Akibatnya jumlah output yang diminta semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Tinjauan Pustaka Permintaan agregat merupakan salah indicator dari pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran Pemerintah (G), Ekspor Neto (XN). Empat komponen tersebut merupakan komponen pengeluaran yang dihitung untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu Negara. Dalam menganalisis permintaan agregat (Aggreagat Demand) terdapat dua ekonom yang memperdebatkan masalah tersebut yaitu John Maynard Keynes dan Adama Smith (teori klasik). Menurut pandangan (Keynes, 1936) apabila terjadi perubahan harga (price) maka jumlah uang yang beredar riil (Ms/P) akan berubah, akibatnya terjadi perubahan pada tingkat suku bunga (Interest Rate). Selanjutnya perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi investasi (I) dan konsumsi (C) yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan agregat. Adam Smith juga menganalisis tentang permintaan agregat, dimana apabila terjadi perubahan harga dalam perekonomian, masyarakat akan merasa saldo kas riil (real cash balance) mereka berubah, yang selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Perubahan konsumsi akan mengakibatkan perubahan pada permintaan agregat dan pendapatan nasional. Perbedaan yang menonjol dari kedua ekonom tersebut adalah dimana pandangan Keynes menekankan perlunya campur tangan dari pemerintah dalam usaha untuk mempengaruhi permintaan agregat. Sedangkan pandangan Adam Smith tidak memmbutuhkan campur tangan dari pemerintah dalam mempengaruhi permintaan agregat. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk menguji bahwa jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interest Rate) mempengaruhi permintaan agregat (Aggregat Demand) di Indonesia, maka saya mengambil data dari World Bank Indonesia dari periode 1986 sampai 2013. Dan kemudian saya analisis menggunakan EViews 6. Pertama-tama saya regresi terlebih dahulu, kemudian dari hasil regresi tersebut akan saya interpretasikan apakah variabel independent yaitu jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interest Rate) mempengaruhi variabel dependent yaitu permintaan agregat (Aggregat Demand). Sehingga akan diketahui hasil dari regresi tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Data jumlah uang beredar (Aggregat Demand), tingkat suku bunga (Interest Rate), dan permintaan agregat (Aggregat Demand)data yang saya peroleh dari World bank Indonesia menunjukkan hasil yang saya gambarkan melalui grafik di bawah ini. 1. Jumlah Uang Beredar (Money Supply)
Grafik 1.1 Jumlah uang berdar periode 1986-2013
2. Tingkat Suku Bunga (Interst Rate)
Grafik 1.2 Tingkat suku bunga periode 1986-2013 3. Permintaan Agregat (Aggregat Demand)
Grafik 1.3 permintaan agregat periode 1986-2013
jika diperhatikan grafik diatas menunjukkan adanya fluktuasi yang terjadi pada jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan permintaan agregat pada periode antara 1986 sampai 2013. Pada grafik 1.2 dan 1.3 tahun 1990 menunjukkan bahwa tingkat suku bunga dan permintaan agregat mengalami peningkatan perkembangan sebesar 1,5 persen dan 1,3 persen. Akan tetapi, untuk grafik 1.1 jumlah uang beredar mengalami peningkatan hanya 0,3 persen. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga mengalami peningkatan yang signifikan sehingga masyarakat lebih terdorong untuk menyimpan uangnya di bank dibandingkan untuk membelanjakan uangnya untuk konsumsi rumah tangga. Hal ini menyebabkan permintaan agregat tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam menganalisis pengaruh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga terdahadap permintaan agregat saya mengambil data dari World Bank Indonesia dari periode 1986-2013. Dan kemudian saya lakukan regresi dengan menggunakan EVieuws 6. tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
AD 6.90309E+14 7.26896E+14 7.73095E+14 8.43328E+14 9.19241E+14 1.00131E+15 1.07361E+15 1.15149E+15 1.23831E+15 1.34229E+15 1.44487E+15 1.51278E+15 1.3142E+15 1.3246E+15 1.38977E+15 1.44041E+15 1.50522E+15 1.57717E+15 1.65652E+15 1.75082E+15 1.84713E+15 1.96433E+15 2.08246E+15 2.17885E+15 2.31446E+15 2.46457E+15 2.61894E+15 2.77035E+15
JUB 1.17906E+13 1.28268E+13 1.45609E+13 2.07884E+13 2.38034E+13 2.66763E+13 2.8426E+13 3.4661E+13 4.2887E+13 4.9572E+13 5.4534E+13 7.2431E+13 9.0768E+13 1.1688E+14 1.60923E+14 2.30853E+14 2.42431E+14 2.75759E+14 3.13457E+14 3.51628E+14 4.26882E+14 5.38522E+14 5.69637E+14 6.40217E+14 7.44539E+14 8.76258E+14 1.02396E+15 1.12943E+15
InterestRate 21.60950127 5.395838924 8.294934511 10.64248057 12.16172844 15.35050218 17.7185387 10.75179082 9.263275015 8.339212891 9.520961675 8.21363024 -24.60021767 11.82652979 -1.654214472 3.719985957 12.3224125 10.85207335 5.134404754 -0.245734399 1.65815361 2.339674108 -3.852246022 5.747953173 4.613519059 4.00676222 7.100935727 7.001765519
Tabel 2.1 Permintaan agregat, Jumlah Uang Beredar, Dan Tingkat Suku Bunga periode 1986-2013. Hasil regresi menggunakan EViews
Hasil dari regresi diatas dapat saya simpulkan bahwa:
Jika dilihat dari probabilitas masing-masing variabel independent, maka dapat diinterpretasikan bahwa jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga mempengaruhi permintaan agregat di Indonesia. Karena dari nilai probabilitasnya menunjukkan angka yang signifikan yaitu 0,1051 dan 0,0000.
Jika dilihat dari nilai R-Squared yang menunjukkan nilai 0,915984 yang artinya 99 persen permintaan agregat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga.
Kesimpulan Dari penelitian ini dapat saya simpulkan bahwa permintaan agregat dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya jumlah uang beredar (Money Supply) dan tingkat suku bunga (Interest Rate). Terdapat para ekonom terdahulu yang sudah meniliti tentang masalah ini. Dan banyak yang menyebutkan bahwa jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga akan mempengaruhi permintaan agregat di suatu Negara. Kemudian data yang saya dapat dari World Bank Indonesia pada periode 1986-2013 yang sudah saya regresi menunjukkan bahwa permintaan agregat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa teori-teori terdahulu sama dengan kenyataan yang ada di Indonesia.
Referensi (n.d.). Retrieved Juni 1, 2015, from http://data.worldbank.org/country/indonesia Keynes, J. M. (1936). The General Theory of Employment. Inggris: Cambridge University. Mankiw, G. (2003). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan inflasi terhadap permintaan agregat. (2015, Juni 1). Madura, Jawa Timur, Indonesia.