ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP COST OF BANK LOANS (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010)
Wulandari Nursetyorini Drs. Dul Muid, M.Si., Akt
ABSTRACT
This study aims to analyze the impact of the implementation of good corporate governance and auditor quality on the size of the cost of bank loans. In this study, good corporate governance is proxied into three terms: the proportion of institutional ownership, size of audit committees and proportion of independent board. Corporate governance and audti quality is a way to improve the effectiveness of monitoring activities to increase confidence in the bank against the company. Samples used in this study are the financial statements of listed manufacturing companies on the Stock Exchange during the period 2006-2010 by using certain criteria.Analysis tools used to test the hypotesis in this study is the linier regression. The result showed that the proportion of institutional ownership and the number of audit committee significantly affect the cost of loan. While the proportion of independent board and audit quality do not significantly affect the cost of loan.
Key Words : Corporate Governance, Audit Quality, Cost of Loans, Bank, Monitoring Activities.
1
I.
PENDAHULUAN Default risk menjadi salah satu faktor utama memburuknya kondisi banyak
bank, karena kerugian yang ditimbulkannya sangat besar.
Untuk itu, bank
membutuhkan suatu perlindungan dalam melakukan transaksi perjanjian pinjaman. Perlindungan yang dimaksud dapat berupa biaya pinjaman, perjanjian pinjaman, jaminan, pembatasan utang, dan lain-lain (Chu dkk, 2009). Salah satu bentuk perlindungan terhadap pinjaman bank yang menjadi banyak perhatian adalah cost of loan. Cost of loan adalah biaya yang diberikan oleh bank kepada perusahaan atau debitor atas pinjaman yang diberikan. Cost of loan dapat dihitung berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman (Francis dkk, 2005). Besarnya cost of loan dari sebuah perusahaan, tergantung dari default risk perusahaan. Perusahaan yang memiliki default risk yang rendah akan menikmati cost of loan yang rendah pula, begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan, perusahaan yang memiliki default risk yang rendah akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari bank, sehingga bank hanya akan meminta return yang rendah. Salah satu cara mencegah terjadinya default risk agar mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari bank adalah meningkatkan efektifitas tindakan monittoring yang ada di dalam perusahaan. Dalam penelitian ini, tindakan monittoring yang dimaksud adalah meningkatkan mekanisme praktik good corporate governance dan meningkatkan kualitas audit dalam perusahaan. Penerapan Good corporate governance akan mengurangi risiko gagal bayar (default risk) dengan cara mengurangi biaya keagenan yaitu dengan memonitor kinerja manajer dan mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan kreditor (Bhojraj dan Sengupta, 2003). Biaya keagenan adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Kualitas audit di sebuah perusahaan juga mempengaruhi keputusan bank dalam penentuan besarnya cost of loan. Kualitas audit yang baik memberikan risiko informasi yang lebih rendah (Teoh dan Wong, 1993). Oleh karena itu, kualitas audit sangatlah penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kualitas
2
audit yang tinggi akan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang telah diaudit sehingga dapat membantu manajemen untuk memenuhi kewajibannya dalam menyampaikan informasi dan dapat mengurangi asimetri informasi dan risiko gagal bayar (default risk). Penelitian tentang good corporate governance dan kualitas auditor telah banyak dilakukan. Namun belum banyak yang meneliti tentang hubungan kedua hal tersebut dengan cost of loan. Selain itu, belum efektifnya aktivitas tata kelola di banyak perusahaan di Indonesia menjadikan penelitian mengenai good corporate governance masih sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini pengukuran variabel corporate governance diproksikan dalam tiga hal, yaitu proporsi kepemilikan institusional, jumlah komite audit, dan proporsi dewan komisaris. Penelitian ini fokus terhadap pinjaman yang diperoleh dari bank, karena bank memiliki peranan yang unik daripada investor atau kreditor lainnya. Tidak seperti investor atau kreditor lainnya, aktivitas bank diatur dan diawasi dengan peraturanperaturan yang dibuat oleh regulator khusus. Dalam hal ini regulator khusus yang dimaksud adalah bank sentral. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris dan jumlah komite audit berpengaruh terhadap cost of bank loan, serta apakah kualitas audit juga berpengaruh terhadap cost of bank loan.
II.
TELAAH TEORI
Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory merupakan ketidaksamaan kepentingan antara principal dan agent. Prinsip utama teori ini adalah pernyataan adanya hubungan kinerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemilik (pemegang saham), kreditor, serta investor dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajemen perusahaan, dalam bentuk kontrak kerja sama. Dalam penelitian ini, principal difokuskan pada peran kreditor sebagai pemberi wewenang. Dalam teori agensi, dijelaskan bahwa masalah antara principal dan agent timbul karena adanya informasi yang asimetris (information asymetry). Informasi
3
asimetri adalah keadaan dimana informasi yang diberikan kepada principal berbeda dengan yang diberikan kepada agent. Sehingga manajemen perusahaan lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan investor dan kreditor lainnya. Disamping itu, informasi yang asimetris dapat menyebabkan principal sulit untuk mengamati kinerja agent. Dengan demikian dapat membuka peluang manajemen perusahaan melakukan tidakan yang oportunistik. Tindakan yang oportunistik (opportunistic behaviour) adalah tindakan yang tujuannya mementingkan kepentingan diri sendiri. Menurut Hendriksen dan Breda (2000), manajemen tidak selalu mengambil keputusan demi kepentingan terbaik bagi para kreditor. Sehingga, dalam hubungan kerjasama antara manajemen perusahaan dan kreditor, dapat terjadi masalah masalah keagenan yang menyebabkan timbulnya default risk. Menurut Jensen dan Meckling (1976) masalah antara manajemen perusahaan dan kreditor dapat disebabkan karena : 1. Keputusan investasi dan operasi tetap pada manajer-pemegang saham. Bisa terjadi dana yang berasal dari kreditor bukan digunakan untuk investasi dengan net present value positif tetapi digunakan untuk pembayaran dividen sehingga perusahaan default. 2. Manajer-pemegang saham melakukan investasi pada proyek yang berisiko tinggi karena memberikan ekspektasi imbal hasil yang tinggi pula. Jika proyek berhasil maka utang secara penuh dibayar dan imbal hasil yang tersisa seluruhnya menjadi milik pemegang saham. Tetapi jika gagal maka utang tidak dibayar atau perusahaan default. Akibat dari masalah masalah tersebut adalah, kreditor akan menderita kerugian yang besar karena jika sukses hanya menerima hasil tetap sedangkan jika gagal harus menderita kerugian yang sama besar dengan pemegang saham. Untuk itu, kreditor memerlukan sebuah keyakinan akan kelayakan perusahaan. Oleh karena itu, kreditor seringkali meminta manajemen untuk menandatangani kontrak yang melindungi kepentingan kreditor. Dalam kontrak antara kreditor dan perusahaan dijelaskan beberapa hal penting seperti jaminan pinjaman, jumlah biaya pinjaman (bunga pinjaman), tanggal jatuh tempo dan lain-lain.
4
Cost of Loan (Biaya Pinjaman) Menurut PSAK No. 26 (Revisi 2011), biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjamna juga dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian yang diminta oleh kreditor dari transaksi pinjaman yang dilakukan. Francis dkk (2005) menggunakan interest rate dari utang perusahaan untuk menghitung besarnya biaya pinjaman yang diterima perusahaan. Biaya pinjaman harus diakui sebagai beban dalam periode dimana utang tersebut timbul. Biaya pinjaman meliputi (IAS no. 23): 1. Bunga pada bank overdraft dan bunga atas utang jangka panjang dan utang jangka pendek. 2. Amortisasi diskon atau premium atas pinjaman 3. Amortisasi atas biaya tambahan yang timbul dalam perencanaan pinjaman 4. Biaya yang timbul atas pengakuan sewa guna usaha 5. Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalm mata uang asing berkenaan dengan biaya bunga. Biaya utang yang timbul atas penerbitan utang yang baru oleh perusahaan tergantung dari lima faktor sebagai berikut (IAS no. 23) : 1. Nilai utang jangka panjang yang diterbitkan 2. Periode jatuh tempo utang jangka panjang yang diterbitkan 3. Tingkat risiko atas utang jangka panjang yang diterbitkan 4. Persyaratan atau batasan atas utang jangka panjang yang diterbitkan 5. Tingkat pengurangan risiko bunga saat penerbitan utang jangka panjang.
Bank Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak lepas dari bidang keuangan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan definisi tersebut, kegiatan bank fokus terhadap tiga hal, yaitu: 1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)
5
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) 3. Memberikan jasa-jasa perkreditan (services) Sebagai penyedia pinjaman dalam perekonomian, bank memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan ini telah ditekankan dalam beberapa literatur. Literatur yang disusun oleh Diamond (1984) dan Fama (1985) menekankan keunggulan utama bank daripada investor publik lainnya dalam hal efisiensi pemantauan dan akses informasi. Tidak seperti kreditor atau investor lainnya, aktivitas bank diatur oleh dan diawasi oleh regulator khusus seperti bank sentral melalui peraturan-peraturan yang dibuatnya. Hal tersebut yang menjadikan pemantauan yang dilakukan oleh bank lebih efisien. Bukti keunggulan pinjaman bank lainnya terdapat dalam berbagai literatur yang menyatakan reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman pinjaman bank (Chu dkk, 2007). Literautr tersebut konsisten dengan literatur yang disusun Fama (1985) yang berpendapat bahwa, bank memiliki informasi tentang debitor yang tidak tersedia untuk para pemegang surat berharga lainnya. Dalam pemberian pinjaman, bank terlebih dahulu mengestimasi risiko kredit yang akan timbul. Risiko kredit merupakan risiko debitor tidak dapat atau tidak mau membayar kembali utang dan bunga yang merupakan kewajibannya. Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian besar bank melakukan pemberian kredit sebagai bisnis utamanya. Sampai saat ini, sejarah menunjukan bahwa risiko kredit merupakan kontributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai kerugian yang ditimbulkan sangat besar.
Good Corporate Governance Definisi Corporate Governance menurut Forum For Corporate Governance In Indonesia (FCGI) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Definisi tersebut sesuai dengan definisi corporate governance oleh Komite Cadbury pada tahun 1992 di Inggris.
6
Secara teoritis, praktik good corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena praktik good corporate governance dapat mengurangi risiko perusahaan. Praktik corporate governance yang baik dianggap mampu memberikan perlindungan efektif terhadap investor dan kreditor dalam memperoleh kembali investasinya dengan wajar. Para investor dan kreditor akan menghadapi risiko yang lebih rendah ketika perusahaan memiliki aktivitas monitoring yang kuat. Berkurangnya default risk dalam sebuah perusahaan karena menerapkan praktik good corporate governance dapat mengakibatkan meningkatnya kepercayaan kreditor. Beberapa penelitian (Chu dkk, 2009; dan Piot-Monsier, 2007) membuktikan perusahaan yang menerapkan praktik good corporate governance akan menikmati biaya pinjaman yang lebih rendah. Hal tersebut membuktikan kepercayaan kreditor yang meningkat akibat penerapan good corporate governance dalam sebuah perusahaan. Usaha menerapkan praktik good corporate governance dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti memperbesar proporsi kepemilikan saham oleh institusi, memperbesar kepemilikan saham oleh manajer, membentuk komite audit, membentuk komisaris independen, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, good corporate governance diukur dengan menggunakan tiga proksi, yaitu kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah komite audit. Kepemilikan institusional sebagai proksi pertama merupakan presentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Juniarti dan Sentosa, 2009). Investor institusional memiliki kemampuan yang lebih untuk mengatur dan memantau tindakan manajemen
dibandingkan investor individual. Hal ini disebabkan investor
institusional tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Cornett dkk (2006) menemukan bukti yang menyatakan bahwa tidakan monitoring yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku manajemen seperti perilaku opportunistic atau perilaku mementingkan kepentingan diri sendiri. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa investor institusional memiliki peran yang cukup penting dalam penegakan
7
praktik good corporate governance dalam suatu perusahaan, dimana investor institusional secara independen mengawasi tindakan manajemen dan memiliki voting power untuk mengadakan perubahan pada saat manajemen sudah dianggap tidak efektif lagi dalam hal pengelolaan perusahaan. Kemudian, pembentukan komisaris independen sebagai proksi kedua berfungsi untuk menyeimbangkan pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Istilah dan keberadaan komisaris independen diatur dalam Surat edaran Bapepam No.: SE03/PM/2000. Menurut ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek wajib memiliki beberapa anggota dewan komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai komisaris independen. Jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari jumlah dewan komisaris. Adanya dewan komisaris dipercaya dapat mencegah praktik manipulasi laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) menyatakan perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki presentase dewan komisaris eksternal lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Dewan komisaris independen memiliki kemampuan monitoring yang baik terhadap manajemen sehingga dapat mencegah kecurangan dalam penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen. Proksi yang ketiga yaitu komite audit. Definisi Komite Audit menurut Surat Keputusan Ketua Bapepam No.29 Tahun 2004 tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Dibentuknya komite audit diharapkan dapat mengurangi tindakan manajemen yang opportunistic. Pelaku pasar berharap komite audit dapat bertugas dengan baik dan dapat mengurangi masalah pelaporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Anderson, dkk (2003) menjelaskan bahwa pasar lebih bereaksi positif pada
8
perusahaan yang memiliki komite audit. Hal tersebut ditunjukan dengan rendahnya cost of debt yang dinikmati perusahaan sebagai kepercayaan kreditor yang tinggi.
Kualitas Audit Banyak penelitian yang menunjukan bahwa betapa pentingnya mengurangi risiko informasi dengan cara meningkatkan kualitas audit dalam sebuah perusahaan. Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara kualitas audit dengan ukuran KAP (Lennox 2000) dimana jika ukuran KAP besar maka akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Ukuran KAP yang lebih besar dapat menyelesaikan tugasnya lebih baik karena memiliki ukuran yang lebih besar, sumber daya manusia yang mencukupi serta kecenderungan untuk mempertahankan reputasinya (Francis dkk, 1999). Auditor dapat berfungsi sebagai agen pemantauan yang memberikan sinyal kepada pasar bahwa informasi yang diberikan oleh perusahaan memiliki kredibiltas yang tinggi dan lebih informatif (Titman dan Truman, 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Kim dkk (2007) menunjukan bahwa bank-bank di Amerika Serikat lebih bereaksi positif terhadap perusahaan yang diaudit oleh KAP big-4. Bank-bank memberikan tarif yang lebih rendah pada perusahaan yang diaudit oleh KAP big-4 dibandingkan perusahaan yang diaudit KAP non-big-4. Kim dkk (2007) memberikan bukti langsung bahwa bank memperhitungkan kualitas audit ketika menilai default risk dan cost of loan perusahaan.
Berikut ini akan mengkaji lebih jauh tentang pengaruh good corporate governance dan kualitas audit terhadap cost of bank loan yang kemudian akan menghasilkan beberapa hipotesis.
(1) Pengaruh Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Cost of Bank Loans Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui aktivitas monitoring yang efektif sehingga dapat mengurangi masalah pelaporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Lin dkk (2009) memberi bukti bahwa kepemilikan saham perusahaan oleh non institusional (dimiliki
9
oleh keluarga), mengakibatkan perusahaan mendapatkan biaya pinjaman bank yang besar. Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Robert dan Yuan (2006) yang menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya pinjaman secara signifikan. Penelitian-penelitian
tersebut
mengindikasikan
bahwa
kepemilikan
institusional dapat mengurangi biaya pinjaman bank karena dengan kepemilikan institusi yang besar menyebabkan aktivitas monitoring yang lebih ketat terhadap pihak manajemen, sehingga pihak manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan membuat default risk perusahaan lebih kecil sehingga bank meminta return yang lebih rendah. Berdasarkan uraian di atas, perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 :
Proporsi Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap cost of bank loan.
(2) Pengaruh Jumlah Komite Audit Terhadap Cost of Bank Loans Pembentukan komite audit dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk membantu kinerja dewan komisaris agar lebih efektif. Sehingga secara tidak langsung keberadaan komite audit dapat meningkatkan kinerja perusahaan serta mengurangi masalah pelaporan keuangan. Penelitian lain yang dilakukan Anderson dkk (2003) membuktikan bahwa komite audit berbanding terbalik dengan cost of debt. Dalam rangka tindakan monitoring, pemilik modal mempertimbangkan keefektivan kinerja komite audit sebagai jaminan atas integritas pelaporan keuangan. Kualitas pelaporan dan kinerja keuangan yang meningkat dapat memberikan penilaian positif bagi bank terhadap kelayakan perusahaan. Dengan kepercayaan bank yang tinggi, maka akan mempengaruhi bank dalam menentukan return yang diminta. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : H2 :
Jumlah Komite Audit berpengaruh negatif terhadap cost of bank loan.
10
(3) Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Cost of Bank Loan Adanya komisaris independen dalam struktur dewan komisaris merupakan salah satu perwujudan independensi dan transparansi dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan Anderson dkk (2003) membuktikan bahwa biaya pinjaman berbanding terbalik dengan komisaris independen. Penelitian lain yang dilakukan Piot dan Monsierra (2007) juga menunjukan proporsi dewan komisaris independen dapat menurunkan biaya pinjaman secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) menunjukan bahwa proporsi dewan komisaris independen yang besar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa adanya komisaris independen dapat meningkatkan kinerja manajemen. Kinerja manajemen yang baik dapat mengurangi default risk perusahaan. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bank dalam menentukan return yang diminta. Berdasarkan uraian di atas, perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : H3 :
Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap cost of bank loan.
(4) Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Cost of Bank Loan Penelitian yang dilakukan oleh Chu dkk (2009) menunjukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP big-4 menikmati biaya pinjaman bank yang lebih rendah. Hal tersebut disebabkan karena KAP yang berukuran besar reputasinya lebih terpercaya di mata publik sehingga akan melakukan aktivitas auditing secara lebih berhati-hati. Jika dilakukan secara berhati-hati, laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Ketika perusahaan memiliki pelaopran keuangan yang dapat diandalkan, maka tentu saja akan mengurangi risiko informasi yang asimetris, sehingga bank akan lebih mempercayai bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko default yang rendah. Demikian pula, penelitian yang dilakukan Kim dkk (2007) yang menunjukan bahwa bank-bank mengenakan tarif lebih rendah untuk perusahaan yang diaudit KAP
big-4
daripada
perusahaan
yang
11
diaudit
KAP
non
big-4.
Bank
memperhitungkan kualitas audit ketika menilai kualitas pelaporan keuangan dan menentukan kontrak perjanjian pinjaman. Hal ini disebabkan KAP big-4 yang tergolong KAP berukuran lebih besar dipercaya lebih berkualitas karena adanya unsur kehati-hatian dalam melakukan aktivitas auditing yang dilatar belakangi oleh reputasi yang telah terpercaya di mata publik. Berdasarkan uraian di atas, perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4 :
III.
Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap cost of bank loan.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cost of bank loan. Cost of Bank Loan adalah biaya yang diberikan oleh bank kepada perusahaan atas transaksi pinjaman yang dilakukan. Pada penelitian ini Cost of Bank Loan dinyatakan dengan variabel CoL. Cost of Bank Loan ini diukur berdasarkan tingkat suku bunga yang terdapat dalam transaksi pinjaman bank. Perusahaan yang mendapatkan lebih dari satu pinjaman, maka suku bunga akan dihitung menggunakan metode rata-rata tertimbang. 2.
Variabel Independen Variabel independen yang biasa disebut variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berdasarkan keadaan perusahaan pada satu tahun sebelum mendapatkan pinjaman. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Corporate Governance dan kualitas audit. Corporate Governance diukur dengan menggunakan tiga proksi. Yaitu proporsi kepemilikan institusional dalam sebuah kepemilikan saham perusahaan yang dinyatakan dengan variabel KEP_INST, proporsi komisaris independen dalam sebuah susunan dewan komisaris yang dinyatakan dengan variabel DK_IND, serta jumlah komite audit dalam perusahaan yang dinyatakan dalam variabel KOM_AUD.
12
Variabel KEP_INST diukur dengan menghitung persentase kepemilikan saham perusahaan oleh institusi. DK_IND diukur dengan menghitung persentase dewan komisaris independen dalam sebuah jajaran dewan komisaris. Dan KOM_AUD diukur dengan menghitung jumlah komite audit dalam sebuah perusahaan. Kualitas Audit diukur berdasarkan ukuran KAP yang mengaudit perusahaan.. Dalam penelitian ini, kualitas audit dinyatakan dalam variabel KA. Variabel KA diukur dalam bentuk variabel dummy, dimana perusahaan yang diaudit oleh KAP Big-4 (Price Waterhouse Coopers, Ernst and Young, De Loitte, KPMG) akan diberi nilai 1 dan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big-4 akan diberi nilai 0. 3.
Variabel Kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol yang dipakai dalam penelitian ini adalah berdasarkan keadaan perusahaan pada satu tahun sebelum mendapatkan pinjaman.Dalam penelitian ini terdapat lima variabel kontrol, yaitu leverage, ukuran perusahaan, Return To Asset, probabilitas kebangkrutan perusahaan, dan curent ratio. Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Dalam penelitian ini, leverage dinyatakan dengan variabel LEV. Variabel LEV diukur dengan membagi membagi total kewajiban dengan total aset. Ukuran perusahaan dinyatakan dalam variabel SIZE. Perusahaan yang berukuran besar, memiliki kemampuan lebih dalam penyediaan modal. Sehingga ukuran perusahaan yang besar memiliki lebih sedikit default risk. Variabel SIZE diukur dengan menggunakan natural logaritm jumlah asset perusahaan. Rasio return to asset dinyatakan dalam variabel ROA. Variabel ROA merupakan rasio untuk mengukur turnover aset atas investasi yang dilakukan perusahaan. ROA yang tinggi akan mengurangi risiko pada bank. Variabel ROA diukur dengan cara membagi pendapatan bersih sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan.
13
Probabilitas kebangkrutan perusahaan dinyatakan dalam variabel Z-Score. Variabel Z-score merupakan merupakan variabel yang menunjukan angka kesehatan perusahaan dengan menggunakan model Altman yang dinyatakan dalam Z-score. Nilai kesehatan perusahaan yang tinggi menunjukan probabilitas kebangkrutan yang rendah dan begitu juga sebaliknya. (Z-score dinyatakan dalam persamaan : Z’ = 0,7 * Net Working Capital to Assets + 0,847 * Retained Earnings to Total Assets + 3,107 * EBIT to Total Assets + 0,420 * Market Value Equity to Book Value of Debt + 0,998 * Sales to Total Assets. Net Working Capital to Total Assets : Modal kerja bersih dibagi dengan total aset Retained Earning to Total Assets
: Nilai laba ditahan dibagi dengan total aset.
Earning Before Interest and Tax to Total Assets : Laba sebelum pajak dibagi dengan total aset. Market Value of Equity to Book Value of Debt : Nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku utang. Sales to Total : Total penjualan dibagi dengan total aset. Current ratio dinyatakan dalam variabel CR. Variabel CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Dalam penelitian ini, variabel CR diukur dengan cara membagi kewajiban lancar dengan aset lancar.
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mendapatkan pinjaman bank pada periode penelitian. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu (purposive sampling) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria-kriteria yang ditentukan adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2010 2. Perusahaan manufaktur yang mendapat pinjaman dari bank pada periode 2006 – 2010.
14
3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir 31 Desember tahun 2006 - 2010. 4. Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti tersedia lengkap dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang diterbitkan pada tahun 2006 - 2010.
Metode Pengumpulan Data Data ini dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari sumber data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan penghitungan. Data-data ini diperoleh dari IDX, Pojok BEI Undip, dan berbagai macam literatur yang ada.
Metode Analisis Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier. Namun, supaya agar menjamin keakuratan analisis, sebelumnya akan dianalisis dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan distribusi data. Sedangkan uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: CoLi = α0 + α1KEP_INSTi + α2KOM_AUDi + α3DK_INDi + α4KAi + α5LEVi + α6SIZEi + α7ROAi + α8Z-scorei + α9CRi + εi
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Obyek Penelitian Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010 yang telah memenuhi kriteria penelitian dan terbebas dari sampel outlier.
15
Tabel 1 Sampel Penelitian Deskripsi Sampel
Jumlah Sampel
Perusahaan manufaktur sesuai kriteria (2006-2010)
61 sampel
Sampel Outlier
16 sampel
Sampel yang digunakan
45 sampel
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Analisis Deskriptif Tabel 2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CoL
45
.0356
.1800
.095658
.0365154
KEP_INST
45
.0000
.9417
.664496
.2192408
KOM_AUD
45
2
4
3.18
.490
DK_IND
45
.2500
.6667
.374318
.0857865
KA
45
0
1
.40
.495
LEV
45
.1519
6.7050
.654871
.9353036
SIZE
45
25.1458
29.7363
2.752602E1
.9550626
ROA
45
-.2616
.3259
.070902
.0843289
Z_Score
45
-.3927
53.8375
3.613382E0
7.9733645
CR
45
.0017
4.0306
1.482813E0
.8843279
Valid N (listwise)
45
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik data yang ditunjukkan dengan nilai mean, nilai maksimum, dan nilai minimum, serta standar deviasi dari masing-masing variabel, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel kontrol. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 2. Uji Normalitas Berdasarkan uji statistik nonparametrik Klomogrov Smirnov, besarnya nilai Klomogrov Smirnov sebesar 0,559 dan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,913. Nilai tersebut jauh lebih besar dari 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan data terdistribusi secara normal. 16
Uji Multikolinearitas Dalam tabel 3, terlihat bahwa berdasarkan nilai Tolerance, menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Tabel 3 Uji Multikolinearitas Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.735
.173
KEP_INST
-.059
.024
KOM_AUD
-.037
DK_IND
a
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
4.263
.000
-.355
-2.462
.019
.749
1.334
.010
-.497
-3.726
.001
.878
1.139
-.028
.059
-.065
-.466
.644
.805
1.243
KA
-.002
.010
-.031
-.221
.826
.774
1.291
LEV
-.007
.006
-.183
-1.254
.218
.738
1.355
SIZE
-.016
.006
-.430
-2.861
.007
.692
1.444
ROA
.067
.063
.155
1.071
.292
.744
1.344
5.333E-6
.001
.001
.009
.993
.865
1.157
-.013
.006
-.315
-2.241
.031
.793
1.261
Z_Score CR
a. Dependent Variable: CoL
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Uji Heteroskedisitas Uji heteroskedisitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Selain melihat grafik Scatterplot, penelitian ini juga menggunakan uji statistik Glejser agar hasil pengujian heteroskedisitas lebih akurat dan terpercaya. Dalam grafik Scatterplot tersebut terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sedangkan pada tabel 4 hasil uji Glejser menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini
17
terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 0,05. Berdasarkan grafik Scatterplot dan uji Glejser, dapat disimpulkan pada model regresi tidak mengandung adanya heteroskedisitas. Tabel 4 Uji Glejser Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
a
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.166
.091
KEP_INST
.013
.013
KOM_AUD
-.009
DK_IND
Beta
t
Sig.
1.826
.076
.178
1.056
.298
.005
-.268
-1.723
.094
-.004
.031
-.023
-.139
.890
KA
.003
.006
.080
.481
.634
LEV
-.004
.003
-.211
-1.243
.222
SIZE
-.004
.003
-.242
-1.381
.176
ROA
-.036
.033
-.186
-1.102
.278
.000
.000
-.184
-1.173
.249
-.002
.003
-.114
-.695
.492
Z_Score CR a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Uji Autokorelasi Tabel 5 Uji Run-Test Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
.00325
Cases < Test Value
22
Cases >= Test Value
23
Total Cases
45
Number of Runs
23
Z
.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
a. Median
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
18
Pada tabel 5 menunjukan bahwa nilai test adalah 0,000 dengan probabilitas 1,000 yang artinya tidak signifikan pada 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual pada model regresi.
Uji Koefisien Determinasi Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai Adjust R2 adalah 0,312. Hal ini menunjukan sebanyak 31,2% variasi variabel dependen (CoL) dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen (KEP_INST, KOM_AUD, DK_IND, KA) dan kelima variabel kontrol (LEV, SIZE, ROA, Z-Score, CR). Sedangkan sisanya (68,8%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Tabel 6 Uji Koefisien Determinasi Model
R
1
.673
R Square a
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.453
.312
.0302792
a. Predictors: (Constant), CR, KEP_INST, KOM_AUD, LEV, Z_Score, KA, DK_IND, ROA, SIZE b. Dependent Variable: CoL
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F) Tabel 7 Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F) b
ANOVA Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
.027
9
.003
Residual
.032
35
.001
Total
.059
44
F 3.221
Sig. .006
a
a. Predictors: (Constant), CR, KEP_INST, KOM_AUD, LEV, Z_Score, KA, DK_IND, ROA, SIZE b. Dependent Variable: CoL
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa dari hasil uji F, nilai F sebesar 3,221 dengan probabilitas 0,006. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat
19
disimpulkan bahwa variabel independen (KEP_INST, DK_IND, KOM_AUD, KA) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (CoL).
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 8 Uji Signifikansi Parameter Individual Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
a
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
.735
.173
KEP_INST
-.059
.024
KOM_AUD
-.037
DK_IND
Beta
t
Sig.
Keputusan terhadap Ha
4.263
.000
-.355
-2.462
*.019
Diterima
.010
-.497
-3.726
*.001
Diterima
-.028
.059
-.065
-.466
.644
Ditolak
KA
-.002
.010
-.031
-.221
.826
Ditolak
LEV
-.007
.006
-.183
-1.254
.218
SIZE
-.016
.006
-.430
-2.861
*.007
ROA
.067
.063
.155
1.071
.292
5.333E-6
.001
.001
.009
.993
-.013
.006
-.315
-2.241
*.031
Z_Score CR
a. Dependent Variable: CoL
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2012
Uji ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Statistik t dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut manakah diantara keempat variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap cost of loan. Tabel 8 menunjukan variabel kepemimpinan institusional (KEP_INST) memiliki thitung sebesar -2,462 dengan nilai signifikansi sebesar 0,019. Nilai signifikansi yang dibawah 0,05 menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap cost of bank loan. Nilai korelasi antara kepemilikan institusional dan cost of bank loan menunjukan hubungan yang negatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin, dkk (2009), Juniarti dan Sentosa (2009), Robert dan Yuan (2006). Juniarti dan Sentosa (2009)
20
memberikan bukti bahwa kepemilikan institusional memiliki hubungan yang negatif terhadap cost of debt. Sedangkan penelitian yang dilakukan Robert dan Yuan (2006) menunjukan bahwa kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya pinjaman bank secara signifikan. Adanya kepemilikan institusional yang besar memberikan pengaruh yang berarti terhadap tindakan monitoring terhadap pihak manajemen. Semakin besar proporsi kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Sehingga pihak bank memandang default risk yang dimiliki perusahaan rendah. Hal ini berdampak pada cost of bank loan yang ditanggung oleh perusahaan sebagai return yang diharapkan oleh bank menjadi rendah. Variabel komite audit (KOM_AUD) memiliki thitung sebesar -3,726 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi yang dibawah 0,05 menunjukan bahwa variabel komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap cost of bank loan. Nilai korelasi antara komite audit dan cost of bank loan menunjukan hubungan yang negatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderson (2003) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit sebagai praktik good corporate governance secara signifikan dapat menurunkan jumlah cost of debt. Dalam rangka tindakan monitoring, bank mempertimbangkan keefektivan kinerja komite audit sebagai jaminan atas integritas pelaporan keuangan. Kualitas pelaporan dan kinerja keuangan yang meningkat dapat memberikan penilaian positif bagi bank terhadap kelayakan perusahaan karena dengan kualitas pelaporan yang baik dapat mempermudah bank dalam melakukan tindakan monitoring dan pengambilan keputusan. Dengan kepercayaan bank yang tinggi, maka akan mempengaruhi bank dalam menentukan return yang diminta, sehingga bank akan memberikan biaya pinjaman yang lebih rendah ketika perusahaan memiliki ukuran komite audit yang lebih besar. Variabel komisaris independen (DK_IND) memiliki thitung sebesar -0,466 dengan nilai signifikansi sebesar 0,644. Nilai signifikansi yang diatas 0,05 menunjukan bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost of bank loan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
21
dilakukan oleh Juniarti dan Sentosa (2009) bahwa proporsi komisaris indepen yang besar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost of debt. Keberadaan komisaris
independen dalam struktur dewan komisaris
dimungkinkan hanya untuk memenuhi persyaratan bagi perusahaan yang menerapkan good corporate governance. Peneltian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa tidak ada jaminan dengan proporsi dewan komisaris independen yang banyak akan meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu periode kerja yang relatif masih singkat menyebabkan kinerja komisaris independen belum efektif. Peraturan tentang keharusan perusahaan untuk membentuk dewan komisaris independen baru diberlakukan pada tahun 2001. Menurut Juniarti dan Sentosa (2009), adanya komisaris independen dalam sebuah perusahaan dinilai cukup penting. Hanya saja hal tersebut tidak diimbangi dengan adanya tidakan serius dalam penerapan prinsip-prinsip good corporate governance. Penempatan anggota dewan komisaris independen hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan komisaris independen tidak terlalu berarti. Oleh karena itu peranan dewan komisaris independen dalam menciptakan transparansi dan mengurangi default risk perusahaan belum dapat diperhitungkan oleh bank. Variabel Kualitas Audit (KA) memiliki thitung sebesar -0,221 dengan nilai signifikansi sebesar 0,826. Nilai signifikansi yang diatas 0,05 menunjukan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost of bank loan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chu, dkk (2009) dan Kim, dkk (2007) yang menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of bank loan. Penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Utama (2006) menunjukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big-4 tidak terbukti secara signifikan membatasi praktik manajemen laba. Selama ini masyarakat memiliki opini bahwa KAP yang berukuran lebih besar menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Penelitian tersebut membuktikan bahwa persepsi masyarakat tersebut kurang tepat. Selain itu, kasus manipulasi pelopran keuangan yang melibatkan KAP bereputasi baik menyebabkan kepercayaan bank terhadap keindependensian KAP
22
bereputasi baik berkurang. Oleh karena itu, informasi mengenai KAP mana yang mengaudit perusahaan tampaknya cenderung diabaikan oleh bank. Pihak bank lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan perusahaan pada 6C, yaitu character, capability, collateral, condition of economy, constraints dan capital. Perusahaan yang memiliki sejarah kredit atau pinjaman yang baik, akan memberikan penilaian positif bagi bank. Hasil pengujian variable-variabel kontrol terhadap cost bank of loan menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan (SIZE) dan Current Ratio (CR) yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cost of bank loan, sedangkan variable-variabel kontrol lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cost of bank loan.
V.
SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, setelah pengloahan data dan hasil analisis, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Proporsi Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap besarnya cost of bank loan. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi presentase saham yang dimiliki oleh institusi lain, maka perusahaan tersebut akan menikmati cost of bank loan yang lebih rendah. Cost of bank loan yang rendah merupakan dampak dari kepercayaan bank yang tinggi pada perusahaan.
Dengan
kepemilikan
saham
yang
tinggi
maka
akan
meningkatkan kegiatan monitoring terhadap aktivitas manajemen pada perusahaan tersebut sehingga dapat menurunkan tingkat default risk pada perusahaan. 2. Jumlah komite audit berpengaruh secara signifikan pada cost of bank loan. Dalam tindakan monitoring, bank memperhatikan keberadaan komite audit sebagai jaminan integritas pelaporan keuangan, Kualitas pelaporan yang baik akan mempermudah bank dalam melakukan tindakan monitoring dan membuat keputusan. Sehingga, bank akan lebih mempercayai dan memberikan biaya pinjaman yang lebih rendah ketika perusahaan memiliki ukuran komite audit yang lebih besar.
23
3. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost of bank loan. Sama halnya dengan komite audit, pembentukan dewan komisaris independen yang dilakukan perusahaan hanya untuk memenuhi regulasi saja, bukan karena kebutuhan ataupun usaha penegakan praktik good corporate governance. Selain itu, masa kerja dewan komisaris independen yang relatif masih terlalu singkat menyebabkan kinerja dewan komisaris independen masih belum efektif, sehingga belum mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kepercayaan bank. 4. Kualitas Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost of bank loan. Beberapa penelitian menunjukan kualitas audit disebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP Big-4 tidak terbukti meningkatkan kinerja perusahaan dan membatasi praktik manajemen laba. Selain itu, kasus manipulasi keuangan yang melibatkan KAP bereputasi baik menyebabkan kepercayaan bank berkurang terhadak keindependensian KAP bereputasi baik. Oleh karena itu, informasi mengenai KAP mana yang mengaudit perusahaan tampaknya cenderung diabaikan oleh bank. Pihak bank lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan perusahaan pada 6C. Keterbatasan Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah: 1. Kriteria yang digunakan sebagai pengukuran cost of loan yaitu tingkat suku bunga yang diberikan menyebabkan jumlah sampel yang digunakan menjadi sedikit. Hal ini disebabkan tidak semua perusahaan memberikan informasi secara rinci tentang perjanjian kreditnya. 2. Berdasarkan nilai Adjusted R2, dalam penelitian ini variabel independen hanya menjelaskan 31,2% variabel dependen. Sisanya dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk dalam model. 3. Dalam praktek sebenarnya, pengaruh good corporate governance dan kualitas audit memiliki pengaruh yang tidak langsung terhadap cost of bank loan karena bank memiliki kriteria tersendiri yaitu 6C dalam mengestimasi risiko perusahaan.
24
Saran Dari keterbatasan-keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan beberapa saran, yaitu : 1. Untuk penelitian selanjutnya dapat memakai kriteria lain dalam pengukuran cost of bank loan supaya dapat menambah sampel penelitian. 2. Peneltian selanjutnya sebaiknya menggunakan proksi lain untuk variabel independen yang dapat lebih menjelaskan cost of bank loan sebagai variabel dependen. 3. Hendaknya penelitian selanjutnya lebih menjelaskan pengaruh antara Good corporate governance dan kualitas audit dengan menggunakan variabel intervening pada kerangka pemikiran sehingga lebih jelas hubungan pengaruhnya.
25
DAFTAR PUSTAKA Anderson, R. C., S. A. Mansi, dan D. M. Reeb. 2003. “Board Characteristics, accounting report integrity, and the cost of debt.” Journal of Accounting and Economy, Vol. 37 No. 3, pp 315-42. Altman, EI. n.d. Corporate Credit Scoring Models. Stern School of Business New York University. http//people.stern.nyu.edu/ealtman/zscorepresentation.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2011 Bapepam.http//www.bapepam.go.id. Diakses tanggal 11 November 2011 Barnhart, Scott dan Stuart Rosentein. 1998. “Board Composition, Managerial Ownership and Firm Performance: An Empirical Analysis.” The Financial Review. Vol. 33, pp 1-6. http//papers.ssrn.com. Diakses tanggal 20 Oktober 2011 Bhojraj, S., dan P. Sengupta. 2003. “Effect of corporate governance on bond ratings and yields: The role of institutional investors and the outside directors.” Journal of Business. Vol. 76, No. 3 pp 455 – 75. Cornett M. M, Marcuss, S.J. dan Tehranian, H. 2006. “Earning Management, Corporate Governance, And True Financial Performance.” http//papers.ssrn.com. Diakses tanggal 15 November 2011 Chu, L., R. Mathieu, S. Robb, dan P. Zhang. 2007. “The impact of banks capitalization on their lending behavior.” Review of Quantitative Finance and Accounting, Vol 28, No. 02, pp 47 – 62. Chu, L., R. Mathieu, dan C. Mbagwu. 2009. The Impact of Corporate Governance and Audit Quality on the Cost of Private Loans. Asian Pasific Journal Vol. 8, No. 4, pp 277-304. Daniri, Mas Achmad. 2007. “Menyongsong Tahun 2008 Dengan berbekal Good Governance.” Kadin Indonesia. 26/12/2007. n.p. http//www.kadinindonesia.or.id. Diakses tanggal 19 Oktober 2011 Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta : Gahlia Indonesia. Diamond, D. W. 1984. “Financial intermediation and delegated monitoring.” Review of Economic Studies Vol. 51, No. 3 pp 393 – 414. Eisendhard, KM. 1989.”Agency Theory: An Assesment and Review.” Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1, pp 57-74 Fama, E. F. 1985. “What’s different about banks?” Journal of Monetary Economics Vol. 15 No. 1 pp. 29 – 39.
26
FCGI. http://www.fcgi.or.id. Diakses tanggal 7 November 2011 Francis, J.R., Khurana, K.I., dan Pereira R. 2005. “Disclosure Incenttives and Effects on Cost of Capital Arround the World.” The accounting review. Vol. 80, No. 4, pp: 1125-1162. Francis, J., E. Maydew, and H. C. Sparks. 1999.” The role of Big 6 auditors in the credible reporting of accruals.” Auditing: A Journal of Practice & Theory Vol. 18, No. 2, pp 17 – 34. Ghozali, Prof. Dr. Imam M. Com., Akt. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hendriksen S. Eldon dan Michael F. Van Breda. 2000. Teori akuntansi Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Interaksana International Accounting Standard No. 23. http://www.worldgaapinfo.com. Diakses tanggal 1 Desember 2011 James, C.O dan Cotter J. 2007. “Corporate governance, sustainability and the assesment of default risk.” Asian Journal of Finance and Accounting Vol.1, no.1 Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4, pp. 305-360. Juniarti dan Agnes Andriyani Sentosa. 2009. “Pengaruh Corporate Governance dan Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of Debt).” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2, pp 88-100 Kim. J. B., B. Y. Song., dan J. S. L. Tsui. 2007. “Auditor Quality, Tenure, and Bank Loan Pricing.” Working Paper, Hongkong Polytechnic University. Lennox, C.S. 2001. Going concern opinion in opinion shopping. Working paper, Economic Dep., University of Bristol. Lin, Chen dkk. 2009. “Ownership Structure and The Cost of Corporate Borrowing.” Journal of Financial Economics. Doi 10.1016./j.jfineco.2010.12.012 Piot, C., dan F. Missonier-Piera. 2007. “Corporate Governance, audit quality, and the cost of debt financing of French listed companies.” Working paper, CERAG and Pierre Mendes France University. PSAK No. 26 Revisi 2011. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK26-Biaya-Pinjaman.pdf. Diakses tanggal 1 Desember 2011
27
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan.” Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar Robert dan Yuan. 2006. “Does Institusional Ownership Affect the Cost of Bank Borrowing?” Working Paper, York University. Shleifer A, dan Vishny R.W., 1997. “A Survey of Corporate Governance.” Journal Finance. Vol 52, No. 2, pp: 737-783 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 Nopember 1998 Tentang Kualitas Aktiva Produktif. http//www.bi.go.id. Diakses tanggal 19 Oktober 2011 Teoh, S. H dan T. J. Wong. 1993. “Perceived Auditor Quality And The Earnings Response Coefficient”. The Accounting Review. Vo. 68. No. 2. Pp 346-366 Titman, S., and B. Trueman. 1986. “Information quality and the valuation of new issues.” Journal of Accounting and Economics Vol. 8, No.2 pp 159 – 72. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 7 Desember 2011 Veronica, Sylvia dan Yanivi S. Bachtiar. 2004. “Good Corporate Governance, Information Asymetry and Earnings Management”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Veronica, Sylvia dan Sidharta Utama. 2006.”Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran perusahaan dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management).” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, N0. 3, pp 307-326
28