ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
AYU PURBANINGTYAS
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Perekonomian Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016
Ayu Purbaningtyas NIM H14120081
ABSTRAK AYU PURBANINGTYAS. Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI. Foreign Direct Investment (FDI) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia dari sisi permodalan atau investasi. Nilainya terus meningkat setelah krisis ekonomi tahun 1998. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan faktor-faktor yang mengaruhi perekonomian di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series tahunan periode tahun 1990 sampai 2014. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) untuk mengestimasi koefisien-koefisien regresi menggunakan estimator yang jaraknya minimum. FDI, inflasi, politik, dan teror berpengaruh positif signifikan. Hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap perekonomian, sedangkan total perdagangan dan tabungan tidak berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan permodalan dari sisi tabungan dan surplus perdagangan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Kata kunci : Foreign Direct Invetment, Ordinary Least Square, perekonomian.
ABSTRACT AYU PURBANINGTYAS. The Effect of Foreign Direct Investment (FDI) on Indonesian Economic. Supervised by LUKYTAWATI ANGGRAENI. Foreign Direct Investment (FDI) has an important effect on Indonesian economic from capital or investment side. The value has increased after economic crises on 1998. This study tried to analized the effect of Foreign Direct Investment (FDI) and other factors affected to economic in Indonesia. Time series annual data from 1990 to 2014 were used in this study. Ordinary Least Square used to estimate coeficient regression that the estimator has a minimum distance. Foreign Direct Investment (FDI), inflation, politics, and terrorism have positive significant. Debt has negative significant effect on Indonesian economic, while total trade and saving have no significant effect on Indonesian economic. Therefore, it need to increase the capital from saving and trade to support Indonesian economic. Keyword: economic, Foreign Direct Investment, Ordinary Least Square.
ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
AYU PURBANINGTYAS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Perekonomian Indonesia Nama : Ayu Purbaningtyas NIM : H14120081
Disetujui oleh
Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MAEc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taβala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan Faktor yang Memengaruhi Perekonomian Indonesia ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua Sagino Cipto Utomo, Sugiyati dan kakak Iwan Setiyoko serta adik Adhi Suryo Nugroho atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang senantiasa diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr Muhammad Findi A, ME selaku dosen penguji utama dan Ibu Heni Hasanah, SE, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 3. Dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuannya kepada penulis. 4. Teman-teman sebimbingan dan seperjuangan yaitu Siti Riska, Natia, Choirunisa, Alex, dan Darman. 5. Sahabat terbaik Riana dan Titi atas segala dukungan dan doa selama ini. 6. Teman-teman satu kostan Yuli, Alif, Rusmi, Muthoharoh, Nurrul, Anty, Gresy, Halimah, Novita, Rigelia yang telah memberikan dukungan dan doa. 7. Teman-teman semasa kuliah yaitu Wita, Anna, Faruq, Bayu, atas dukungan, doa, kerja sama, dan pembelajaran selama ini. 8. Teman asrama Yuri, Anna, dan Nia yang telah memberikan semangat. 9. Keluarga ESP 49 dan keluarga Hubeks BEM FEM SIMFONI atas segala dukungan dan doanya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Ayu Purbaningtyas
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
9
Latar Belakang
9
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Landasan Teori
5
Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Pemikiran
11
Hipotesis
12
METODE
12
Jenis dan Sumber Data
12
Variabel dan Definisi Operasional
13
Perumusan Model Penelitian
13
Metode dan Pengolahan Data
14
Metode Evaluasi Model
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Gambaran Umum Penelitian
18
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
24
Hasil Analisis Statistik
26
SIMPULAN DAN SARAN
29
Simpulan
29
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5.
Rangkuman penelitian terdahulu 9 Jenis dan sumber data 12 Selang nilai statistik Durbin Watson (DW) 18 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 25 Hasil estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 27
DAFTAR GAMBAR 1. Presentase Foreign Direct Investment terhadap Gross Domestic Product di
Indonesia 2 2. Rasio Gross Domestic Product Indonesia 3 3. Hubungan antara modal dengan output 6 4. Kerangka Pemikiran 11 5. GDP per kapita Indonesia tahun 1990 sampai 2014 19 6. Foreign Direct Investment (FDI) inflow tahun 1990-2014 20 7. Perbandingan jumlah realisasi FDI di Indonesia berdasarkan sektor industri tahun 2010-2014 20 8. Nilai dan presentase realisasi FDI menurut wilayah tahun 2014 21 9. Rasio Uutang terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tahun 1990 sampai 2014 21 10.Rasio Gross Domestic Saving (GDS) terhadap GDP Indonesia tahun 1990 22 sampai 2014 11.Tingkat inflasi Indonesia dari tahun 1990 sampai 2014 23 12.Rasio Total Perdagangan terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tahun 1990 sampai 2014 24 13.Perbandingan GDP per kapita dengan jumlah kejadian terorisme 28
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Estimasi Ordinary Least Square terhadap Model faktor-faktor yang
memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014
34
2. Hasil uji normalitas model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian
Indonesia periode 1990-2014 34 uji autokorelasi model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 35 4. Hasil uji heteroskedastisitas model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 36 5. Hasil Uji Multikolinearitas terhadap model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 36 3. Hasil
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi nasional, selain tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan secara umum difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan erat dengan peningkatan pendapatan nasional baik secara keseluruhan maupun per kapita sehingga masalah-masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan diharapkan dapat terpecahkan melalui trickle down effect (Todaro dan Smith 2006). Pertumbuhan ekonomi sendiri dapat dicapai melalui peningkatan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan nilai ekspor-impor. Namun, ke lima indikator pertumbuhan ekonomi tesebut sebisa mungkin digunakan untuk kegiatan yang bersifat produktif, agar tidak hanya tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tetapi juga pemerataan pembangunan perekonomian. Misalnya, pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur atau Foreign Direct Investment (FDI) berupa pendirian perusahaan di salahsatu wilayah. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat menyebabkan tingkat tabungan nasional juga rendah. Sedangkan pemenuhan kebutuhan permodalan dapat dipenuhi dengan meminjamkan kembali tabungan nasional atau tabungan masyarakat kepada pengusaha. Namun, akibat rendahnya tingkat tabungan nasional dan permintaan permodalan yang tinggi maka tidak dapat dipenuhi hanya dengan tabungan nasional. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuka investasi dari luar negeri. Modal asing dapat bersumber dari swasta atau pemerintah asing. Bentuk investasinya dapat berupa uang, pembelian saham atau investasi pada sektor riil seperti pendirian suatu perusahaan. Salahsatu dampak positif dari FDI adalah masuknya metode produksi yang lebih maju, sehingga FDI akan meningkatkan efisiensi modal yang ditanamkan. Namun, dalam jangka panjang FDI dapat berdampak negatif karena tidak hanya memenuhi kebutuhan permodalan tetapi juga konsumsi. Peningkatan output bukan lagi oleh peningkatan investasi atau tabungan tapi oleh konsumsi. Motif utama seorang investor melakukan FDI adalah untuk mendapatkan return bisnis yang tinggi, melakukan diversifikasi risiko dan upaya untuk mendapatkan competitive advantage. Competitive advantage yang dimaksud berupa integrasi horizontal dan integrasi vertikal. Integrasi horizontal biasanya dilakukan oleh perusahaan besar atau multinational coorporation (MNC) dengan struktur pasar monopoli atau oligopoli untuk mendapatkan direct control pada suatu negara yang diinvestasi. Sedangkan integrasi vertikal didapat melalui dua jenis direct control yaitu backward integration
2 dan forward integration. Backward integration merupakan upaya untuk memperoleh jaminan bahan baku tertentu dengan harga murah. Dan foward integration dapat berupa akses langsung terhadap jalur distribusi. Motif yang terakhir adalah upaya untuk menghindari hambatan tarif dan nontarif yang dibebankan pada impor. Sekaligus memanfaatkan insentif subsidi yang diberikan pemerintah lokal untuk mendorong FDI (Hady 2001). 4
FDI terhadap GDP (%)
3 2 1 0 -1 -2 -3 -4
Tahun
Sumber : World Bank, 2016 Gambar 1 Presentase Foreign Direct Investment terhadap Gross Domestic Product di Indonesia Dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini, Indonesia mengalami tiga kali periode krisis ekonomi. Krisis ekonomi pertama pada tahun 1997 sampai 1998 akibat krisis di Thailand yang menyebar hingga ke Indonesia. Krisis ini kemudian menyebar hingga ke hampir seluruh negara di Asia. Krisis menyebabkan terjadinya penurunan jumlah investasi asing di Indonesia. Penurunan terjadi secara drastis dari 2,72 persen pada tahun 1996 menjadi -0,25 pada tahun 1998, bahkan penurunan terus terjadi sampai tahun 2000 (gambar 1). Selain disebabkan oleh krisis, kondisi politik juga berpengaruh pada penurunan presentase investasi asing yang masuk ke Indonesia. Tahun 1998 terjadi demo yang menuntut turunnya presiden Soeharto yang telah menjabat selama 32 tahun. Tahun 1999 terjadi pemilihan umum sehingga menyebabkan berkurangnya minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Belum pastinya kebijakan tentang permodalan menjadi pertimbangan para investor, apakah akan menguntungkan atau tidak. Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang maka nilai tukar rupiah pada saat itu melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Kejadian ini kemudian dimanfaatkan oleh para spekulan yang memiliki uang dolar untuk menjual dolar yang dimilikinya agar memperoleh untung besar. Sehingga terjadi penarikan rupiah secara besar-besaran dan masyarakat lebih memilih memegang uang tunai. Saat itu, jumlah uang yang beredar meningkat tajam,
3 sehingga tabungan masyarakat turun drastis. Hal ini menyebabkan tidak cukupnya pembiayaan permodalan.
10
% GDP
5
0
-5
-10
-15
Tahun
Sumber : World Bank, 2016 Gambar 2 Rasio Gross Domestic Product Indonesia Selanjutnya, krisis minyak dunia tahun 2005 adalah krisis kedua yang dialami Indonesia. Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan perekonomian Indonnesia sedikit terganggu, meskipun tidak separah krisis 1998. Semenjak tahun 2005, Indonesia mulai mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pertahun. Sedangkan suku bunga dan inflasi terjaga dibawah 10 persen pertahun (World Bank 2008). Selanjutnya, tahun 2008 terjadi krisis yang dipicu oleh adanya bubble asset di Amerika Serikat. Salah satu negara tujuan ekspor Indonesia adalah Amerika, sehingga mengakibatkan penurunan permintaan. Krisis mortage ini mengakibatkan sektor industri dan perbankan terguncang. Namun, pertumbuhan perekonomian Iindonesia saat itu masih sekitar 5-6 persen pertahun sehingga masih terdapat sektor lain yang dapat bertahan dari krisis (gambar 2). Akibat adanya krisis tersebut, pemerintah berusaha untuk meningkatkan kembali investasi asing yang masuk ke dalam negeri. Pemerintah memperbaiki iklim investasi dalam negeri melalui kebijakan pada sektor moneter dan sektor riil. Pemerintah melakukan serangkaian kebijakan pada sektor moneter dalam suku bunga dan penjaminan untuk menarik investor agar mau menyimpan dananya di Indonesia. Sedangkan pada sektor riil, pemerintah memangkas birokrasi dan ekonomi berbiaya tinggi. Seperti dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2009 tentang pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal. Peraturan tersebut memengaruhi kepengurusan izin investasi sehingga dapat dikontrol langsung agar lebih efektif dan efisien.
4 Perumusan Masalah Foreign Direct Investment (FDI) dapat berpengaruh positif maupun negatif pada perekonomian suatu negara. Menurut Abdullah et al. (2015), FDI berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Sedangkan penelitian oleh Saqib et al. (2013) menunjukkan bahwa FDI justru berpengaruh negatif. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kondisi makroekonomi dan sosial suatu negara. Selain faktor dari variabel makroekonomi, FDI juga dipengaruhi oleh variabel sosial seperti ketersediaan infrastruktur pendukung, kondisi politik, dan keamanan suatu negara. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Okeke et al. (2012) di Nigeria yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Adanya infrastruktur pendukung seperti ketersediaan listrik, air, jalan yang memadai, dan saluran telekomunikasi akan mempermudah investor untuk mendirikan perusahaan di Indonesia. Zeb et al. (2014) mengemukakan bahwa kestabilan politik berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Kestabilan politik akan berpengaruh pada kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah terkait variabel makroekonomi maupun peraturan-peraturan bisnis lainnya. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait faktor-faktor tersebut terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Beberapa penelitian sebelumnya hanya berfokus pada variabel makroekonomi yang memengaruhi pertumbuhan perekonomian termasuk di Indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Woyanti dan Setiawan (2006), Agma (2015), dan Yuniasih (2011). Oleh karena itu, penelitian ini mengkombinasikan antara variabel makroekonomi dengan variabel yang bersifat sosial seperti kestabilan politik dan kejadian terorisme yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, pemasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian di Indonesia. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian di Indonesia. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempelajari tentang pengaruh kondisi permodalan serta variabel yang memengaruhinya terhadap perekonomian di Indonesia sehingga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini melihat pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian di Indonesia. Variabel yang
5 digunakan dalam penelitian ini adalah Gross Domestic Product (GDP), Foreign Direct Investment (FDI), rasio hutang terhadap Gross Domestic Product (GDP), tabungan, inflasi, rasio total perdagangan terhadap Gross Domestic Product (GDP), kestabilan politik dan jumlah tindakan terorisme di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara didefinisikan sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang dan jasa ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada (Jhingan 2004). Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau GDP. Karena tujuan adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Terdapat dua cara dalam menghitung PDB yaitu melalui pendapatan total setiap orang atau pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam perekonomian (Mankiw 2006). Todaro dan Smith (2006) mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen dasar pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam tanah, peralatan fisik dan sumberdaya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan dan keterampilan kerja. 2. Pertambahan jumlah penduduk dan pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi yang dapat mempercepat proses kerja sehingga akan meningkatkan produktivitas. Teori Pertumbuhan Solow Model pertumbuhan ekonomi Neoklasik Solow (Solow Neoclassical Growth Model) yang menunjukkan bahwa output selalu berada pada tingkat full employment, diformulasikan dalam fungsi produksi agregat standar Cobb Douglas sebagai berikut: π = πΎ πΌ (π΄πΏ)1βπΌ dimana Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, serta A adalah produktivitas tenaga kerja yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Ξ± melambangkan elastisitas output terhadap modal, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari satu persen penambahan modal fisik dan modal manusia.
6 Teori pertumbuhan neoklasik tradisional menyatakan bahwa pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro dan Smith 2006). Output per pekerja, Y
Modal per pekerja, K
Sumber : Mankiw, 2006 Gambar 3 Hubungan antara modal dengan output Foreign Direct Invesment (FDI) Aliran Foreign Direct Invesment (FDI) adalah investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, dan bahan baku. Investor asing akan terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal (Hady 2004). Bentuk investasi asing dapat berupa investasi modal seperti pendirian pabrik, pengadaan barang modal, pembelian tanah, pembelanjaan inventaris, dan sebagainya (Salvatore 1996). Kurniati et al. (2007) mengelompokkan jenis FDI menjadi dua yaitu : 1. FDI vertikal FDI yang dilakukan secara vertikal menyangkut desentralisasi secara geografis dari aliran produksi perusahaan. Perusahaan akan melakukan kegiatan produksi di negara-negara yang memiliki biaya tenaga kerja yang rendah, kemudian hasil produksi di negara tersebut akan disalurkan kembali ke negara induk. Misalnya suatu produk yang proses produksinya capital-intensive akan memindahkan proses produksinya ke negara-negara yang kaya akan modal. 2. FDI horizontal FDI yang dilakukan secara horizontal akan memproduksi barang yang sama di beberapa negara. FDI jenis ini memiliki motivasi untuk mencari pasar yang baru. Keuntungan dari FDI dengan jenis ini adalah efisiensi di dalam biaya transportasi, karena tempat produksi yang ada menjadi lebih dekat dengan konsumen.
7 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 menyatakan bahwa FDI dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal asing atas bidang usaha perusahaan. Sukirno (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi keputusan negara (seseorang) untuk melakukan investasi yaitu : 1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh. 2. Tingkat suku bunga. 3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan. 4. Kemajuan teknologi. 5. Tingkat pendapatan nasional. 6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan. Utang Luar Negeri Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia adalah posisi kewajiban aktual penduduk Indonesia kepada bukan penduduk pada suatu waktu, tidak termasuk kontinjen, yang membutuhkan pembayaran kembali bunga dan/atau pokok pada waktu yang akan datang. Data posisi ULN dibagi dalam dua kelompok besar debitor yaitu sektor pemerintah dan bank sentral, dan sektor swasta. Posisi utang luar negeri pemerintah dan bank sentral selanjutnya dirinci menurut persyaratan pinjaman dan jenis mata uang utama, sedangkan khusus pinjaman luar negeri Official Development Assistance (ODA) pemerintah, dirinci berdasarkan negara/lembaga kreditor. Sementara data posisi pinjaman luar negeri swasta dirinci menurut sektor institusi (bank dan nonbank), dan sektor ekonomi debitor nonbank (Bank Indonesia 2016). Tabungan Nasional Tabungan nasional adalah penjumlahan antara tabungan swasta dan tabungan publik. Tabungan swasta diperoleh dari pengurangan pendapatan disposible dengan konsumsi. Sedangkan tabungan publik adalah penerimaan pemerintah dikurangi konsumsi pemerintah (Mankiw 2006). π = (π β π β πΆ) β (π β πΊ) = πΌ Karena, π β πΆ(π β π) β πΊ = πΌ(π) Sehingga π = πΌ(π) dimana, S adalah tingkat tabungan nasional, Y adalah output perekonomian, T adalah penerimaan pemerintah dari pajak, C menunjukkan konsumsi, I merupakan investasi, G adalah pengeluaran pemerintah, dan r adalah suku bunga.
8 Tingkat Inflasi Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus-menerus, memengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah. Laju inflasi mengukur seberapa cepat harga meningkat (Mishkin 2008).
Keterangan : : Indeks Harga Konsumen tahun sekarang : Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya
Perdagangan Perdagangan internasional dapat dilihat dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salahsatu komponen dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani 2014). Politik Stabilitas berarti keadilan politik di tanah air ini haruslah berkembang dan tumbuh berlandasakan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan sewajarnya, tanpa adanya pergolakan-pergolakan politik yang menimbulkan kegoncangan-kegoncangan dalam masyarakat. Apabila terjadi bentrokan-bentrokan atau ketegangan-ketegangan yang meruncing maka tidak memungkinkan diadakannya usaha-usaha pembangunan dan kegiatankegiatan konstruktif lainnya yang berlanjut dalam jangka waktu yang relatif cukup panjang (Soeharto 1973). Terorisme Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban serta merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara. Selain itu, terorisme juga merupakan kejahatan yang bersifat internasional hingga menimbulkan bahaya terhadap keamanan, mengancam perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, perlu dilakukan pemberantasan secara berencana dan berkesinambungan sehingga hak asasi orang banyak dapat dilindungi dan dijunjung tinggi. Hal tersebut dimuat dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2015), mennjukkan bahwa FDI memengaruhi pertumbuhan ekonomi Pakistan secara signifikan. Presentase perdagangan dan inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap GDP. Pada tahun sebelumnya yakni 2009, 2013, dan 2014 juga dilakukan penelitian serupa namun hasilnya berbeda. Penelitian dilakukan oleh Falki (2009)
9 memperlihatkan bahwa FDI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan, sedangkan yang berpengaruh positif dan signifikan yaitu modal yang berasal dari dalam negeri. Penelitian yang dilakukan oleh Rafique pada tahun 2013 menunjukkan bahwa FDI, total utang, inflasi, dan total trade mempunyai efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Sedangkan total saving berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada tahun 2014, Rauf melakukan penelitian dengan tema pengaruh FDI, stabilitas politik, dan terorisme terhadap GDP di Pakistan. Hasilnya FDI dan jumlah kejadian teror di Pakistan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Pakistan secara signifikan. Sedangkan kestabilan politik dan trade opennes mempunyai efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Penelitian lain yang membahas mengenai dampak FDI terhadap GDP yaitu yang dilakukan oleh Okeke tahun 2012 di Nigeria. Periode data penelitian dari tahun 1977 sampai 2011 dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Variabel yang digunakan antara lain GDP, FDI, inflasi, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, total ekspor, total trade, dan total pengeluaran pemerintah. Dari penelitian ini diketahui bahwa Total ekspor, inflasi, dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif. Sedangkan FDI, total pengeluaran pemerintah, dan total trade mempunyai efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Pada tahun sebelumnya (2009) di Nigeria, Ayadi melakukan penelitian tentang pengaruh FDI, pertumbuhan modal dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1992 sampai 2007 dengan menggunakan metode OLS. Hasilnya semua variabel berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria kecuali total volume perdagangan. Rangkuman mengenai metode dan variabel yang digunakan dalambeberapa literatur penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 Rangkuman penelitian terdahulu No
Peneliti
Metode
1
N. Balamurali dan Granger C. Bogahawatte causality 2004
2
Muhammad Tahir, Imran Khan, Afzal Moshadi Shah (2015)
3
Tonia Kandiero Margaret Chitiga (2006)
Hasil FDI dan keterbukaan perdagangan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
ARDL
FDI dan remitansi memengaruhi pertumbuhan ekonomi sedangkan impor berpengaruh negatif.
Panel
Keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan rasio FDI terhadap GDP.
10
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 1 Rangkuman penelitian terdahulu (lanjutan) Ordinary FDI berpengaruh positif Syafaat Fachriza least terhadap pertumbuhan Agma (2015) squares ekonomi George OwusuTrade openness, exchange Antwi, rate, natural resources, James Antwi, Panel infrastruktur, inflasi, GDP Peter K. Poku berpengaruh positif terhadap (2013) FDI Infsrtruktur memiliki efek lebih besar daripada konsumsi Ening Dwi VECM dalam menentukan Jawaty (2015) variabilitas kinerja inflasi di Indonesia FDI dan jumlah kejadian terorisme memengaruhi pertumbuhan ekonomi Nayyara Zeb, Fu Ordinary Pakistan secara signifikan. Qiang, Sundas Least Kestabilan politk dan Rauf (2014) Square keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. FDI berpengaruh positif Abdullah, Tariq signifikan terhadap Ordinary Shah, Asad Ali, pertumbuhan ekonomi Least Waseem Siraj Pakistan. Rasio perdagangan Square (2015) dan tingkat inflasi berpengaruh negatif. Total ekspor, inflasi, Ria Chika Okeke, pengeluaran pemerintah untuk Vincent infrastruktur berpengaruh Nanyereugo Ordinary positif signifikan, FDI, total Ezeabasili, Least pengeluaran pemerintah, dan Clement Square total perdagangan Ndukaife, berpengaruh negatif terhadap Ikechukwu pertumbuhan ekonomi Nwakoby (2012) Pakistan. Pengeluaran pemerintah dan total pembentukan modal berpengaruh positif signifikan, FDI tidak Alex Ehimare Ordinary signifikan memengaruhi Omankhanlen Least pertumbuhan ekonomi (2011) Square Nigeria. Nilai tukar positif signifikan dan inflasi negatif tidak signifikan terhadap FDI Nigeria.
11
11
Tabel 1 Rangkuman penelitian terdahulu (lanjutan) FDI, total hutang, inflasi, dan total perdagangan mempunyai Najia Saqib, efek negatif terhadap Ordinary Maryam pertumbuhan ekonomi. Total Least Masnoon, Nabeel tabungan berpengaruh positif Square Rafique (2013) signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Pakistan. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada landasan teori dan penelitian terdahulu serta permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijabarkan, maka sebagai dasar perumusan hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran pada gambar berikut: Krisis ekonomi dunia tahun 1998 memengaruhi kondisi perekonomian secara makroekonomi dan sosial masyarakat Indonesia
Penurunan investasi dan meningkatnya hutang Faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Variable makroekonomi : Foreign Direct Investment (FDI), total hutang, tabungan nasional, utang, inflasi, perdagangan
Variabel sosial : Stabilitas politik, jumlah kejadian terorisme
Metode Penelitian Analisis Deskriptif, Estimasi Ordinary Least Square
Rekomendasi kebijakan dalam meningkatkan investasi infrastrukutur di Indonesia Gambar 4 Kerangka Pemikiran Negara yang sedang dalam proses pembangunan membutuhkan modal yang besar. Namun, kecilnya tingkat tabungan nasional membuat banyak negara kekurangan modal termasuk Indonesia. Salahsatu cara yang dapat
12 ditempuh untuk mendapatkan tambahan modal adalah dengan melakukan utang luar negeri atau menarik investor untuk berinvestasi melalui FDI. Foreign Direct Invesment (FDI) dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain, ketersediaan infastruktur pendukung kegiatan ekonomi, serta keamanan seperti adanya tindakan terorisme. Faktor-faktor tersebut akan memengaruhi minat investor untuk berinvestasi pada suatu negara. Hipotesis Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh variable makroekonomi dan sosial terhadap perekonomian di Indonesia periode 1990-2014 maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. FDI berpengaruh positif terhadap perekonomian 2. Rasio hutang terhadap GDP berpengaruh negatif terhadap perekonomian 3. Tabungan berpengaruh positif terhadap perekonomian 4. Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap perekonomian 5. Rasio perdagangan terhadap GDP berpengaruh positif terhadap perekonomian 6. Kestabilan politik berpengaruh positif terhadap perekonomian 7. Kejadian terorisme berpengaruh negatif terhadap perekonomian
METODE Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu atau time series selama kurun waktu 1990 sampai 2014. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dan diamati atas rentang waktu tertentu. Eksplorasi data menekankan pada bagaimana perilaku data sepanjang periode pengamatan. Diasumsikan data deret waktu dapat dipisahkan berdasarkan empat unsur yaitu trend, musim, siklus, dan komponen acak (Firdaus, 2006). Sumber data yang digunakan berasal dari World Development Indicator, Global Terrorism Index, dan World Bank. Tabel 2 Jenis dan sumber data Variabel Data yang digunakan Satuan Sumber data GDP Nilai GDP per kapita tahunan Dolar WDI FDI Nilai FDI Inflow tahunan Dolar WDI DEBT Rasio hutang terhadap GDP Persen IFS INF Tingkat inflasi persen IFS TRADE Rasio total perdagangan persen World Bank terhadap GDP SAVING Total tabungan terhadap GDP Persen WDI POL Kestabilan politik World Bank TEROR Jumlah kejadian terorisme Kali Global kejadian Terrorism Index
13
Variabel dan Definisi Operasional 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Gross Domestic Product (GDP) per kapita Gross Domestic Product (GDP) per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Dalam penelitian ini variabel GDP per kapita dinyatakan dalam satuan USD. Foreign Direct Investment (FDI) Foreign Direct Investment (FDI) adalah jumlah investasi asing yang masuk ke Indonesia dalam bentuk Investasi sektor riil. Dalam penelitian ini variabel FDI dinyatakan dalam satuan USD. Rasio total hutang terhadap GDP (DEBT) Rasio total hutang terhadap GDP adalah perbandingan antara total hutang dengan Gross Domestic Product (GDP) nasional. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk persen terhadap GDP. Tingkat inflasi (INFLASI) Tingkat inflasi mengukur seberapa cepat kenaikan harga-harga yang terjadi. Tingkat inflasi dinyatakan dalam satuan persen. Gross Domestic Saving terhadap GDP (Saving) Gross Domestic Saving dihitung dari total pendapatan nasional kotor dikurangi total konsumsi ditambah nilai transfer bersih kemudian dibagi GDP. Variabel saving dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen terhadap GDP. Rasio total perdagangan terhadap GDP (TRADE) Rasio total perdagangan terhadap GDP adalah penjumlahan ekspor dan impor barang serta jasa dibagi GDP. Variabel ini dinyatakan dalam satuan persen. Kestabilan politik (POLITIK) kestabilan politik menunjukkan keadaan pemerintah nilainya antara -10 sangat otokratis sampai +10 yang berarti sangat demokratis. Jumlah kejadian terorisme (TEROR) Jumlah kejadian terorisme diukur dari banyaknya kejadian terorisme yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu satu tahun. Variabel ini dinyatakan dalam satuan kali kejadian. Perumusan Model Penelitian
Model yang digunakan sebagai acuan penulis adalah model hasil penelitian Saqib et al. tahun 2013. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah adanya penambahan variabel. Penulis menambahakan dua variabel sosial yaitu variabel kestabilan politik dan jumlah kejadian terorisme dari penelitian Zeb et al. (2014). Dan berikut merupakan model dalam penelitian ini :
14 πΊπ·ππ‘ = π½0 + π½1 πΉπ·πΌ + π½2 π·πππ‘π‘ + π½3 πππ£ππππ‘ + π½4 πΌπππππ π + π½5 ππππππ‘ + π½6 πππππ‘πππ‘ + π½7 ππππππ‘ + Β΅ (4.3) Keterangan: GDP : GDP per kapita (dolar) FDI : FDI inflow ( juta USD) Debt : Rasio hutang terhadap GDP (persen) Saving : GDS terhadap GDP (persen) Inflasi : Tingkat inflasi (persen) Trade : Rasio total perdagangan terhadap GDP (persen) Politik : Indeks kestabilan politik : Jumlah kejadian terorisme (kali kejadian) πππππ Ξ²0 : Intersep Ξ²1 Ξ²2 Ξ²3 Ξ²4 Ξ²5 Ξ²6 Ξ²7 : Koefisien regresi Β΅ : Koefisien error Metode dan Pengolahan Data Pengolahan data sekunder untuk variabel GDP per kapita, FDI, rasio hutang terhadap GDP, tingkat inflasi, rasio total perdagangan terhadap GDP, kestabilan politik, dan kejadian terorisme untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian di Indonesia periode 1990-2014 menggunakan beberapa paket program statistik seperti Microsoft Office Excel 2010 dan EViews 9.0. Kegiatan pengolahan data dengan Microsoft Office Excel 2010 meliputi pembuatan tabel dan grafik untuk analisis deskriptif. Pengujian signifikansi analisis regresi data deret waktu menggunakan EViews 9.0 sebagai program pengolahan datanya. Metode Analisis Data Menurut Juanda (2009), model regresi linier sederhana adalah persamaan regresi yang dapat menggambarkan hubungan antar satu peubah bebas dengan satu peubah tak bebas, dimana dugaan hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus. Pada model regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubunan sebab-akibat maka peubah terikat disebut sebagai peubah akibat dan peubah terikat disebut peubah penyebab. Model regresi linier berganda merupakan pengembangan dari model regresi linier sederhana. Perbedaannya pada model regresi linier berganda mempunyai lebih dari satu peubah bebas. Estimator Ordinary Least Sqare adalah estimator tak bias linier terbaik (BLUE atau Best Linear Unbiased Estimator). Dalam kelas semua estimator tak bias linier, estimator OLS mempunyai varians terkecil yang dimungkinkan. Metode OLS akan menghasilkan garis regresi yang mempunyai jmlah deviasi vertikal absolut yang minimum. Deviasi vertikal terdapat dua jenis yakni vertikal positif, dimana deviasi berada di atas garis regresi dan deviasi negatif, yang deviasinya berada di bawah garis regresi. Dalam suatu penelitian, umumnya kita tidak mempulnyai data populasi atau keseluruhan objek penelitian, tetapi hanya memiliki data sampel (bagian
15 kecil dari populasi). Analisis regresi umumnya kita juga tidak dapat membentuk regresi dari data populasi (Population Regression Function). Melalui data sampel, kita hanya dapat membentuk fungsi regresi sampel (Sample Regression Function). Kemudian regresi tersebut yang dijadikan sebagai penaksir fungsi regresi populasi (Gujarati 2006). Rumus umum model regresi linier berganda dituliskan sebagai berikut: Yi = Ξ²0 + Ξ²1 X1i + Ξ²2 X2i + ... + ππ (4.4) Keterangan: Yi : variabel terikat ke-i, dimana i = 1, 2, ..., N. X1i : pengamatan ke-i untuk peubah bebas X1 X2i : pengamatan ke-i untuk peubah bebas X2 Ξ²0 : intersep model regresi Ξ²1, Ξ²2 : koefisien regresi untuk peubah bebas X1 dan X2 ππ : koefisien eror atau penyimpangan Metode Evaluasi Model Uji Hipotesis Evaluasi model estimasi berdasarkan kriteria statistik dilakukan dengan melakukan beberapa pengujian yang antara lain sebagai berikut: a. Koefisien Determinasi (R2) Juanda (2009) menyatakan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) mengukur tingkat seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai tersebut menunjukkan seberapa dekat garis regresi yang kita estimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai R2 terletak antara nol hingga satu dimana semakin mendekati satu maka model semakin baik. b. Uji F-Statistic Uji F-Statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan didalam penelitian secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel dependen. Nilai Prob(F-Statistic) merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-Statistic. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut: H0: Ξ²1 = Ξ²2 =β¦ = Ξ²k = 0 H1: minimal ada salah satu Ξ²j yang tidak sama dengan nol Terima H0, jika Fhitung < Ftabel, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan bahwa model tersebt bisa menjelaskan atau memprediksi variabel terikat. Tolak H0, jika Fhitung > Ftabel, artinya secara statistik telah dibuktikan bahwa model tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman variabel terikatnya. c. Uji t-Statistic Uji t-Statistic digunakan untuk mengetahui apakah variable bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut: H0: Ξ²j = 0 H1: Ξ²j β 0
16 Terima H0, jika |t hitung |< t tabel, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan bahwa faktor ke-i tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Terima H0, jika |t hitung |> t tabel, artinya secara statistik telah dibuktikan bahwa faktor ke-i tersebut berpengarh nyata terhadap variabel terikat. Uji Asumsi Widarjono (2009) menyatakan bahwa model estimasi regresi linear yang ideal dan optimal harus menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) yang antara lain sebagai berikut: a. Estimator linear artinya adalah estimator merupakan sebuah fungsi linear atas sebuah variabel dependen yang stokastik. b. Estimator tidak bias artinya adalah nilai ekspektasi sesuai dengan nilai sebenarnya. c. Estimator harus mempunyai varians yang minimum. Estimator yang tidak bias dan memiliki varians minimum disebut estimator yang efisien. Asumsi yang harus dipenuhi untuk memperoleh estimator yang memenuhi kriteria BLUE antara lain sebagai berikut: a. Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen harus bersifat linear dalam parameter. b. Variabel independen merupakan variabel yang bersifat nonstokastik,yaitu memiliki nilai tetap dan dapat dikendalikan untuk berbagai observasi atau sampel yang berulang-ulang. Apabila variabel independennya lebih dari satu maka diasumsikan tidak ada hubungan linear antara satu variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. c. Nilai harapan (expected value) atau rata-rata dari variabel error Ξ΅i adalah nol atau dapat dinyatakan dengan E(Ξ΅i/Xi) = 0. d. Varian dari variabel error ei adalah sama (homoskedastisitas) atau dapat dinyatakan dengan Var (Ξ΅i/Xi) = Ξ΄2. e. Variabel error independen secara statistik dan tidak terdapat serial korelasi antar error dengan variabel independen atau dapat dinyatakan dengan Cov(Ξ΅i, Ξ΅j) = 0 dan Cov(Ξ΅i, Xt) = 0. f. Error berdistribusi normal atau dapat dinyatakan dengan Ξ΅ ~N (0, Ξ΄2). Nachrowi dan Usman (2005) menyatakan bahwa beberapa permasalahan yang bisa menyebabkan sebuah estimator tidak dapat memenuhi asumsi kriteria BLUE antara lain sebagai berikut: a. Normalitas Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term mengikuti distribusi normal atau tidak. Jika asumsi normalitas ini tidak dipenuhi maka prosedur pengujian dengan menggunakan uji tstatistic menjadi tidak sah. Pengujian asumsi normalitas dapat dilakukan dengan Jarque Bera Test atau dengan melihat plot dari sisaan. Hipotesi dalam pengujian normalitas adalah: H0: Residual berdistribusi Normal H1: Residual tidak berdistribusi Normal Dasar penolakan H0 diilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera dengan taraf nyata sebesar 0,05 dimana jika lebih besar maka artinya H0 tidak ditolak dan residual berdistribusi Normal.
17 b. Multikolinearitas Istilah multikolinearitas berarti terdapat hubungan linier antara variabel independennya. Winarno (2007) menyatakan bahwa indikasi terjadinya multikolinearitas dapat terlihat melalui: 1. Nilai R-squared yang tinggi tetapi variabel independennya banyak yang tidak signifikan. 2. Nilai perhitungan koefisien korelasi antar variabel independennya. Apabila nilai koefisien korelasinya lebih rendah dari 0,80, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. 3. Melakukan regresi auxiliary dengan memberlakukan variabel independen sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel independen. Untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara lain biasanya dilakukan dengan menambah jumlah data atau mengurangi jumlah data observasi, menambah atau mengurangi jumlah variabel independennya yang memiliki hubungan linear dengan variabel lainnya, mengkombinasikan data cross section dan time series, mengganti data, dan mentransformasi variabel. c. Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dasar dari metode regresi linear adalah varians tiap unsur error adalah suatu angka konstan yang sama dengan Ξ΄2. Heteroskedastisitas terjadi ketika varians tiap unsur error tidak konstan. Winarno (2007) menyatakan bahwa heteroskedastisitas dapat menyebabkan: 1. Estimator tidak lagi mempunyai varians yang minimum (tidak lagi Best), sehingga hanya memenuhi karakteristik LUE (Linear Unbiased Estimator). 2. Perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena varians tidak minimum sehingga dapat menghasilkan estimasi regresi yang tidak efisien. 3. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-Statistic dan t-statistic tidak dapat dipercaya. d. Autokorelasi Winarno (2007) menyatakan bahwa autokorelasi adalah hubungan antara residual atau observasi dengan residual observasi lainnya, sedangkan Gujarati (2006) mendefinisikan autokorelasi sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series atau diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section. Suatu model dikatakan memiliki autokorelasi jika error dari periode waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate, sehingga R2 akan besar tetapi uji t-Statistic dan uji F-Statistic menjadi tidak valid. Autokorelasi yang kuat juga dapat menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Bila OLS digunakan, maka akan
18 terlihat koefisien signifikan dan R2 yang besar atau juga disebut sebagai regresi lancung atau palsu. Untuk masalah autokorelasi pengujiannya dilakukan dengan melihat Durbin-Watson stat yang nilainya telah disediakan dalam program EViews 9.0 dibandingkan dengan DW-tabel. Sebuah model dapat dikatakan terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin-Watson stat-nya terletak di area nonautokorelasi. Penentuan area tersebut dibantu dengan nilai tabel DL dan DU, jumlah observasi (N) dan jumlah variabel independen (K). Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut: H0: Tidak terdapat autokorelasi H1 : Terdapat autokorelasi Tabel 3 Selang nilai statistik Durbin Watson (DW) Nilai DW 0 < DW < dl dl β€ DW β€ du du β€ DW < 4-du 4-du β€ DW β€ 4-dl 4-dl < DW < 4 Sumber: Juanda (2009)
Hasil Tolak H0, ada autokorelasi negatif Tidak tentu, coba uji lain Terima H0, tidak ada autokorelasi Tidak tentu, coba uji lain Tolak H0, ada autokorelasi negatif
Uji Ekonomi Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat kesesuaian tanda dan besaran dari hasil analisis model dengan teori ekonomi yang ada. Model yang memiliki variabel-variabel hasil estimasi yang sesuai dengan teori, dapat dikatakan sebagai model yang baik karena model tersebut sudah dapat menjelaskan kejadian yang terjadi berdasarkan teori yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Gross Domestic Product (GDP) per kapita Indonesia GDP per kapita merupakan salah satu indikator perekonomian atau kesejahteraan suatu negara. Karena GDP diperoleh dari hasil pembagian GDP total nasional dengan jumlah penduduk yang ada di negara tersebut. Semakin
19 tinggi nilai GDP per kapita suatu negara berarti tingkat kesejahteraan di negara tersebut juga semakin tinggi. 12000 10000
USD
8000 6000 4000 2000 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0
tahun Sumber : World Bank (2016) Gambar 5 GDP per kapita Indonesia tahun 1990 sampai 2014 Gambar 5 menunjukkan data GDP per kapita Indonesia dari tahun 1990 sampai 2014 dalam satuan dolar. Nilai GDP per kapita Indonesia mengalami penurunan akibat adanya krisis yang terjadi tahun 1998. Namun, setelah terjadinya krisis GDP per kapita Indonesia mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2014. Perekonomian Indoesia pasca krisis yang terus membaik menyebabkan peningkatan GDP per kapita terus terjadi. Permintaan dalam negeri terus menopang pertumbuhan, dengan kenaikan 4,4 persen yoy pada kuartal akhir 2014, setara dengan 4,3 persen yoy pada kuartal sebelumnya. Komponen utama dari pengeluaran, yaitu konsumsi swasta, naik 4,9 persen yoy, sehingga kontribusinya mencapai 2,8 poin persentase dari pertumbuhan kuartal keempat, sama seperti pada kuartal yang lalu. Konsumsi pemerintah naik sebesar 2,8 persen yoy pada kuartal keempat, naik dari pertumbuhan yang hanya meningkat 1,3 persen yoy pada kuartal yang lalu, dan menambah 0,4 poin persentase ke keseluruhan pertumbuhan PDB (World Bank, 2015) Foreign Direct Investment (FDI) inflow Foreign Direct Investment (FDI) inflow terdiri dari jumlah modal ekuitas, pendapatan dari reinvestasi, dan modal lainya. Investasi asing langsung ini terkait dengan adanya kepemilikan modal oleh orang yang bukan merupakan penduduk negara tersebut yang memiliki pengaruh yang signifikan pada perusahaan suatu negara. Berikut merupakan data jumlah FDI inflow Indonesia dari tahun 1990 sampai 2014. Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai FDI inflow menurun pada tahun terjadinya krisis ekonomi yaitu tahun 1998, 2005 ke 2006, dan 2008 ke 2009. Penurunan paling tajam terjadi pada tahun 1996 sampai tahun 2000 yang disebabkan oleh dampak krisis tahun 1998. Nilai FDI inflow tahun 2000 mencapai -4.55 juta US$. Penurunan FDI inflow pada krisis tahun 2005 dan
20 2008 tidak terlalu drastis karena perekonomian Indonesia yang bertumpu pada sektor informal. 30000 25000 20000
juta USD
15000 10000 5000
-5000
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0
-10000
Tahun Sumber: World Bank (2016) Gambar 6 Foreign Direct Investment (FDI) inflow tahun 199-2014
triliun rupiah
Gambar 7 menunjukkan jumlah realisasi FDI di Indonesia berdasarkan sektor industrinya. Sektor sekunder memiliki kontribusi terbesar selama tahun 2012 sampai tahun 2014. Realisasi FDI pada tahun 2014 tertinggi sebesar 0.9 milyar USD pada industri logam, mesin, dan elektronik. Kemudian pertambangan dengan presentase 12.9 persen atau 0.872 milyar USD (BKPM, 2015). Tahun 2010 dan 2011 didominasi oleh investasi di sektor tersier atau sektor jasa. Sektor primer menempati posisi ke lima pada tahun 2014 dengan realisasi sebeasr 0.583 milyar USD atau sebesar 8.6 persen. 350 300 250 200 150 100 50 0
Primer Sekunder Tersier Total
2010 28 31 90 148
2011 44 61 70 175
2012 53 106 62 221
2013 61 150 59 270
2014 75 140 92 307
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2016 Gambar 7 Perbandingan jumlah realisasi FDI di Indonesia berdasarkan sektor industri tahun 2010-2014
21
milyar USD / persen
Realisasi FDI tahun 2014 didominasi di Pulau Jawa, dimana terdapat lokasi atau wilayah khusus industri. Pada tahun 2014, realisasi FDI terbesar pada Provinsi Jawa Barat sebesar 6.6 milyar USD atau 23 persen dari total realisasi FDI. Kedua, wilayah DKI Jakarta sebesar 4.5 milyar USD, ketiga Kalimantan Timur sebesar 2.1 milyar USD (gambar 8). Selain itu, realisasi FDI dan DDI (Domestic Direct Investment) terbesar berada di Pulau Jawa sebesar 263.3 triliun rupiah atau sebesar 56.8 persen. Kalimantan sebesar 15.5 persen, Sumatera sebesar 15.3 persen, Sulawesi 6.3 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2.4 persen, serta Maluku dan Papua sebesar 3.7 persen (BKPM, 2016). 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 nilai presentase
Jawa Barat 6,6 23
DKI Jakarta 4,5 15,8
Kalimant an Timur 2,1 7,5
Banten 2 7,1
Jawa Timur 1,8 6,3
lainnya 11,5 40,3
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2016 Gambar 8 Nilai dan presentase realisasi FDI menurut wilayah di Indonesia tahun 2014 Rasio Uutang terhadap GDP 120
Persen
100 80 60 40 20 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0
Tahun Sumber: International Finnancial Statistics (2016) Gambar 9 Rasio Uutang terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tahun 1990 sampai 2014
22 Rasio Uutang terhadap GDP diperoleh dari pembagian antara hutang total suatu negara dengan GDP. Rasio hutang terhadap GDP meningkat hingga mencapai 95,8935 persen pada tahun 1999. Peningkatan ini dipicu oleh kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi sebesar 17.000 rupiah per dolar Amerika (Suruji et al., 1998) membuat hutang Indonesia meningkat secara signifikan dan cepat. Selain itu, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 1998 sebagian besar telah mencapai tangal jatuh tempo sehingga harus dilakukn pembayaran. Pembayaran dilakukan dengan pinjaman yang diperoleh dari IMF karena terjadi defisit neraca pembayaran dan devisa negara tidak mencukupi untuk membayar hutang tersebut. Rasio Gross Domestic Saving (GDS) terhadap GDP Raio Gross Domestic Saving (GDS) terhadap GDP merupakan ukuran pendapatan nasional kotor dikurangi total konsumsi dan ditambah nilai transfer bersih. Tabungan nasional dapat digunakan sebagai sumber modal bagi pembangunan atau modal usaha. Rendahnya tabungan nasional menyebabkan kurangnya ketersediaan modal nasional. Gambar 8 menunjukkan nilai rasio Gross Domestic Saving (GDS) terhadap GDP yang nilainya tidak stabil karena tingkat tabungan dipengaruhi oleh suku bunga yang diterapkan. Pada saat krisis tahun 1998 GDS mencapai 22 persen, nilainya terus turun sampai tahun 1999 yang mencapai 13 persen. Rasio GDS terhadap GDP juga memperlihatkan perilaku prngeluaran penduduk suatu negara. Semakin tinggi rasio GDS terhadap GDP maka semakin tinggi pengeluaran penduduk untuk tabungan dibandingkan untuk konsumsi. 35 30
Persen
25 20 15 10 5 2013 2014
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2002 2003
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1992 1993
1991
1990
0
Tahun Sumber: World Bank (2016) Gambar 10 Rasio Gross Domestic Saving (GDS) terhadap GDP Indonesia tahun 1990 sampai 2014 Tingkat Inflasi Tingkat Inflasi merupakan ukuran kecepatan kenaikan harga-harga dalam perekonomian suatu negara. Gambar 9 menunjukkan bahwa tingkat inflasi Indonesia terparah pada tahun 1998 mencapai 75 persen. Dampak
23 krisis ekonomi tahun 1998 menyebabkan meningkatnya harga-harga dengan cepat. Kepanikan masyarakat pada saat krisis tahun 1998, ditunjukkan dengan tindakan spekulasi yakni membeli barang pokok terutama makanan secara besar-besaran. Kekhawatiran masyarkat akan harga yang terus naik menyebabkan tingkat inflasi meningkat tajam. 80 70
Persen
60 50 40 30 20 10 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0
Tahun Sumber: International Finnancial Statistics (2016) Gambar 11 Tingkat inflasi Indonesia dari tahun 1990 sampai 2014 Selain itu, banyaknya bank yang mengalami kebangkrutan saat krisis tahun 1998 juga menimbulkan kepanikan yang lain. Kepercayaan masyarakat terhadap bank turun, menyebabkan penarikan tabungan secara besar-besaran oleh masyarakat. Sesuai dengan teori Fisher bahwa semakin banyak jumlah uang yang beredar maka semakin tinggi tingkat inflasi suatu negara. Rasio Total Perdagangan terhadap Gross Domestic Product (GDP) Rasio Total Perdagangan terhadap Gross Domestic Product (GDP) diperoleh dari penjumlahan ekaspor dan impor barang dan jasa dibagi dengan GDP. Gambar 10 menunjukkan rasio total perdagangan terhadap GDP mencapai puncak pada tahun 1998 sebesar 96 persen. Ini disebabkan oleh penurunan ekspor yang tidak diikuti dengan penurunan impor. Sedangkan barang yang diimpor dibayar dengan menggunakan dolar Amerika sehingga nilainya sangat besar pada tahun 1998. Penurunan ekspor pada tahun 1998 disebabkan karena kurangnya nilai tambah produk yang diekspor. Ini terjadi juga pada Thailad dan negara Asia Tenggara lainnya yang nilai ekpornya juga turun drastis pada saat krisis 1998. Rendahnya harga-harga komoditas dunia telah menekan penerimaan ekspor Indonesia, defisit neraca berjalan secara keseluruhan masih terus bertahan, sekitar 2,8 persen dari PDB pada kuartal akhir tahun 2014. Satu pengecualian adalah turunnya harga minyak dunia sejak bulan Juni 2014, yang merupakan hal positif bagi neraca perdagangan Indonesia karena besarnya jumlah impor bersih (23,9 miliar dolar AS, atau 2,7 persen dari PDB, pada tahun 2014) (World Bank, 2015). Harga minyak dunia yang lebih rendah juga diperkirakan akan membebani penerimaan ekspor Indonesia yang berasal dari gas alam (12,1 miliar dolar AS pada tahun 2014), yang membatasi perbaikan neraca berjalan
24 dari penurunan harga minyak sejauh ini menjadi di bawah 0,5 persen dari PDB. Impor masih tetap lemah, turun 9,8 persen (year-on-year, yoy) dalam dolar AS secara rata-rata bergerak 3-bulanan selama bulan Januari, terutama yang termasuk barang-barang modal (-14,0 persen), yang secara historis adalah indikator awal yang baik untuk investasi tetap (World Bank, 2015). 120 100
Persen
80 60 40 20 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0
Tahun Sumber: World Bank (2016) Gambar 12 Rasio Total Perdagangan terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tahun 1990 sampai 2014 Kestabilan Politik dan Jumlah Kejadian Terorisme Kestabilan politik menunjukkan kemantapan kemantapan politis suatu negara. Dapat ditunjukkan melalui tingkat demokratis suatu negara dalam menampung aspirasi masyarakatnya. Ukuran tingkat demokratis suatu negara dihitung menggunakan indeks dengan nilai antara -10 sampai +10. Semakin tinggi nilai tingkat demokratis suatu negara maka akan seakin mantap keadaan politiknya. Jumlah kejadian terorisme digunakan sebagai indikator keamanan pada suatu negara. Total kejadian dihitung pada setiap tahunnya. Indikator keamanan ini membantu investor untuk mengetahui seberapa terjamin keamanan suatu negara. Kejadian teror terbanyak terjadi pada tahun 2001 sebesar 105 kali kejadian selama kurun waktu 1990 sampai 2014. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data atau fakta, yang diambil berdasarkan fakta empiris. Pada penelitian ini nilai statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 menggambarkan variabel internal dan eksternal yang memengaruhi perekonomian Indonesia. Rata-rata Gross Domestic Product (GDP) per kapita dari tahun 1990 sampai 2014 sebesar 5904.216 dolar, dengan nilai minimum sebesar 2893.834 dolar dan maksimum sebesar 10517.03 dolar. Foreign Direct Invesment (FDI) mencapai titik maksimum pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 26349.23 dolar. Dan mencapai titik minimum pada
25 tahun 2000 karena masih merupakan imbas krisis tahun 1998 sehingga nilainya -4550.335 dolar. Rata-ratanya sebesar 6262.221 dolar selama 24 tahun. Tabel 4 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel GDP FDI DEBT SAVING INFLASI TRADE POLITIK TEROR
Mean 5904.216 6262.221 42.91246 26.54863 12.65991 56.48824 4.960000 26.88000
Median Maksimum 5037.168 10517.03 4346.000 26349.23 36.95950 95.89350 27.88589 32.95763 8.853591 75.27128 53.61649 96.18619 7.000000 9.000000 18.00000 105.0000
Minimum 2893.834 -4550.335 22.96040 13.20180 3.753879 45.51212 0.000000 28.85931
Std . Dev . 2209.882 8528.535 20.69545 5.046744 13.75193 10.67036 3.824047 1.538396
Rasio hutang terhadap Gross Domestic Product (GDP) nilainya mencapai maksimum pada tahun 1999 hingga sebesar 95.89350 persen. Terjadinya krisis menyebabkan nilai tukar rupiah naik hingga lebih dari 100 persen dan berbarengan pembayaran hutang dolar yang jatuh tempo menyebabkan membengkaknya hutang Indonesia. Rasio hutang terhadap Gross Domestic Product (GDP) baru mencapai titik minimumnya pada tahun 2012 sebesar 22.96040 persen. Sementara rasio tabungan terhadap GDP terendah sebesar 13.20180 persen terjadi pada tahun 1999. Masih disebabkan oleh krisis yang terjadi membuat banyak bank mengalami kebangkrutan dan masyarakat tidak percaya lagi kepada bank. Sehingga terjadi penarikan tabungan secara besarbesaran (bank rush). Nilai tertingginya terjadi pada tahun 2011 mencapai 32.95763 persen. Selain itu, inflasi juga mencapai titik tertingginya pada saat krisis yakni sebesar 75.27128 persen. Dan baru mencapai nilai minimumnya pada tahun 2012 yakni sebesar 3.753879 persen. Akibat tingginya inflasi membuat harga-harga barang meningkat dalam waktu singkat. Rasio total perdagangan terhadap GDP memiliki rata-rata sebesar 56.48824 persen. Posisi perdagangan tertinggi dicapai pada tahun 1998 sebesar 96.18619 persen dan terendah pada tahun 2009 sebesar 45.51212 persen. Kenaikan rasio total perdagangan ini disebabkan karena adanya kepanikan masyarakat pada saat krisis 1998. Mereka khawatir jika hargaharga barang akan terus naik sehingga melakukan penimbunan terutama bahan makanan. Ekspor utama Indonesia pada kurun waktu 1990-2014 lebih banyak berupa bahan mentah sehingga nilai tambah produknya kecil. Kurangnya industri pengolahan produk pertanian menyebabkan ekspor barang setengah jadi atau bahan jadi yang bersumber dari pertanian nilainya kecil. Selain itu, impor minyak bumi Indonesia terus meningkat disisi lain ekspor minyak bumi terus menurun. Maka Indonesia memutuskan keluar dari organisasi pengekspor minyak di dunia pada tahun 2008 (Tempo 2015). Kestabilan politik mencapai nilai maksimumnya pada tahun 2014 dan nilai minimum pada tahun 1990 sampai 1998. Indeks kestabilan politik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat demokrasi suatu negara. Semakin tinggi nilainya maka semakin demokratis negara tersebut. Menurut
26 data kestabilan politik yang digunakan menunjukkan adanya perubahan nilai indeks pada saat dilakukan pemilihan umum di Indonesia. Adanya pemilu yang melibatkan seluruh warga negara tersebut membuat nilai indeks meningkat.namun, untuk kepemimpinan presiden yang menjabat selama dua periode nilai indeks pada pemilu ke dua tidak berubah. Kejadian terorisme merupakan ukuran seberapa sering negara tersebut warganya terlibat atau menjadi korban tindakan yang menyebabkan teror di masyarakat. Rata-rata nilai kejadian terorisme sebesar 26.88000, nilai maksimumnya dicapai pada tahun 2001 dan nilai minimumnya pada tahun 1997. Tahun 2001 terjadi kejadian yang bersifat teror di Pulau Kalimantan yang melibatkan antara suku dayak dan suku madura. Insiden yang lebih dikenal dengan perang Sampit ini terjadi pada bulan Februari tahun 2001. Perang antar suku ini disebabkan oleh saling berebut kekuasaan lahan hutan dan pertambangan oleh Suku Dayak sebagai warga asli dan Suku Madura yang melakukan trasmigrasi ke Sampit. Tindakan penembakan dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Provinsi Aceh menyebabkan banyak warga sipil menjadi korban. Tindakan GAM tersebut sudah terjadi sejak tahun 1999. Banyak dari kelompok tersebut yang menduduki desa-desa dibeberapa kabupaten di Aceh. Hasil Analisis Statistik Berdasarkan nilai estimasi pada Tabel 5, nilai R-squared sebesar 0.9763. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 97.65 persen perubahan variabel dependen yaitu perekonomian Indonesia dapat dijelaskan variabel independen dan sisanya 2,35 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Uji normalitas dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.6455, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Residual dalam model penelitian ini terdistribusi secara normal. Uji autokorelasi melihat nilai probabilitas chi-squared (2) sebesar 0.2829, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Uji heteroskedastisitas melihat probabilitas chi-square pada Obs*Rsquared sebesar 0.8623, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Dapat disimpulkan model ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Uji multikolinearitas, pada pengujian ini, terdapat dua nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0.8. Namun, berdasarkan uji klein jika nilai koefisien korelasi tidak melebihi dilai R2 dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan variabel yang signifikan maka gejala multikolinearitas dapat diabaikan. Foreign Direct Invesment (FDI) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada taraf nyata satu persen terhadap perekonomian. Pengaruh FDI terhadap GDP per kapita sebesar 0.120037, artinya setiap perubahan FDI sebesar 1 juta dolar, maka GDP per kapita Indonesia akan naik sebesar 0.120037 dolar. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan hipotesis awal penelitian, dimana ketika ada modal masuk yang diperoleh dari investasi asing maka akan membuat modal dalam negeri meningkat. Peningkatan modal ini akan meningkatkan persediaan modal dalam negeri yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan untuk mendukung perekonomian dalam negeri. Peningkatan pada pembangunan ekonomi tentunya akan
27 meningkatkan output nasional, peningkatan output tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Mankiw 2000). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian penelitian sebelumnya antara lain yang dilakukan oleh Zeb et al. (2014), Abdullah et al. (2015), dan Agma (2015). Investasi asing dalam bentuk FDI lebih banyak pada sektor industri sehingga memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa lapangan pekerjaan sektor formal maupun informal, dan pembangunan serta pengembangan wilayah. Tabel 5 Hasil estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 Variabel Koefisien FDI 0.120037* Debt -25.81907** Inflasi 54.55094** Saving 56.31996** Trade -18.00506 Politik 3245945* Teror 11.76539** C 3294.144 R-squared 0.976542 Adjusted R-squared 0.966883 F-statistik 101.1012 Prob (F-statistik) 0.000000 Keterangan : β« Ωβ¬Signifikan pada taraf nyata 1 persen β« ΩΩβ¬Signifikan pada taraf nyata 5 persen
Prob. 0.0000 0.0268 0.0156 0.0495 0.3929 0.0000 0.0194 0.0117
Debt atau hutang memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap GDP per kapita Indonesia. Pengaruhnya sebesar 25.81907, artinya setiap kenaikan satu persen hutang GDP per kapita akan mengalami penurunan sebesar -25.81907 dolar. Karena seiring meningkatnya hutang maka akan semakin besar porsi GDP per kapita yang digunakan untuk membayar hutang tersebut terlebih jika hutang tersebut dalam bentuk dolar. Hutang luar negeri yang berupa dolar sangat berisiko karena nilainya akan dipengaruhi nilai tukar yang fluktuatif. Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat maka akan dibutuhkan lebih banyak rupiah untuk membayar hutang yang berbentuk dolar. Menurut Uphadi dalam Woyanti (2006) menjelaskan bahwa terdapat empat alasan suatu negara melakukan pinjaman luar negeri, yaitu utang luar negeri digunakan untuk menutup defisit transaksi berjalan. Menutup hutang jangka pendek dan menengah dan mengamankan cadangan devisa Negara. Pembayaran cicilan sebagai konsekuensi atas keputusan pengambilan hutang tersebut. Saving atau rasio tabungan nasional terhadap GDP menunjukkan hubungan yang positif signifikan terhadap GDP per kapita. Kontribusi tingkat tabungan sebesar 56.31996 artinya, setiap kenaikan satu persen rasio
28 tabungan terhadap GDP maka GDP per kapita akan naik sebasar 56.31996 dolar. Ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa jika tingkat tabungan meningkat maka akan semakin meningkat pula modal dalam negeri yang dapat disalurkan. Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap GDP per kapita di Indonesia. Pengaruhnya sebesar 54.55094 artinya, jika inflasi meningkat sebesar satu persen maka GDP per kapita akan naik sebesar 54.55094 dolar. Alasannya, inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga beras pada bulan awal tahun 2014 dan terjadinya pencabutan subsidi BBM. Reformasi sistem harga BBM Indonesia telah memungkinkan perubahan harga keekonomian BBM (non-subsidi) yang lebih rendah bisa lebih cepat dirasakan oleh konsumen, yang telah mengalami kenaikan signifikan rata-rata harga bensin dan solar sebesar 34 persen pada bulan November 2014. Tekanan inflasi yang mendasari juga tampaknya dapat dikendalikan, dengan IHK inti tetap berada sedikit di bawah 5,0 persen yoy pada bulan-bulan melewati Februari, sementara pertumbuhan kredit terus melemah, kira-kira setengah dari nilai puncaknya pada tahun 2013, menjadi 11,4 persen yoy pada bulan Desember 2014 (World Bank, 2015). 120
ratus US$/ kali kejadian
100 80 60 40 20 0 1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
tahun gdp
teror
Sumber: World Bank dan GTI, 2016 (diolah) Gambar 13 Perbandingan GDP per kapita dengan jumlah kejadian terorisme Teror berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap GDP per kapita. Pengaruhnya sebesar 11.76539 artinya, setiap kenaikan 1 kali kejadian terror GDP per kapita meningkat sebesar 11.76539 dolar. Dapat dilihat pada gambar 11, diperlihatkan bahwa jumlah kejadian terorisme pada tahun 1996,1999, 2000, 2001, dan 2002 nilainya lebih tinggi dibandingkan GDP per kapita. Pada tahun tersebut banyak terjadi tindak kejahatan yang termasuk dalam katagori terorisme. Kejadian tersebut antara lain penembakan yang dilakukan oleh kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada tahun 1999 sampai 2001. Tahun 2001 juga terjadi perang antar Suku Madura dan Suku Dayak di Kalimantan (GTI, 2016). Tahun 1996 terjadi tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu pembunuhan seorang wartawan di Jakarta. Kemudian terjadi tindakan pengrusakan dan pembakaran 24 gereja di Situbondo. Pembakararan tersebut
29 dilakukan oleh masyarakat anti-Kristen daan anti-Tionghoa yang tidak puas atas hukuman yang dijatuhkan kepada Saleh yang telah menghina agama Islam. Saleh diduga disembunyikan di Gereja di Situbondo. Tahun 2002 terjadi tiga kali pemboman di Bali yang mengakibatkan banyak warga sipil dan wisatawan menjadi korban. Bandyopadhyay dan Sandler (2011) menyatakan bahwa tindakan terorisme akan berdampak serius pada perekonomian jika terjadi di kota atau pusat perekonomian. Karena penduduk yang tinggal di kota lebih banyak dan karena merupakan pusat perekonomian maka banyak tempat-tempat vital seperti kantor pusat, pusat pemerintahan. Tempat-tempat tersebut merupakan sasaran serangan terorisme. Tindakan terorisme yang terjadi di Indonesia terjadi lebih banyak di daerah yang bukan merupakan pusat perekonomian maupun pemerintahan. Oleh karenanya dampaknya tidak berdampak serius pada perekonomian daam hal ini GDP per kapita. Zeb et al. (2014) menyatakan bahwa GDP akan meningkat saat kejadian terorisme naik 1 kejadian yang diikuti juga peningkatan perlawanan terhadap terorisme. Dimana peningkatan perlawanan akan selalu diikuti dengan meningkatnya anggaran untuk melawan tindakan teror itu sendiri. Maka GDP akan meningkat melalui peningkatan pengeluaran pemerintah untuk mengatasi terorisme. Pemerintah Indonesia saat ini sangat gencar dalam memerangi tidakan terorisme di Indonesia. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatasi tindakan radikalisme dan terorisme pada tahun 2010 yaitu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Politik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap GDP per kapita. Pengaruhnya sebesar 3245945 artinya, setiap kenaikan satu indeks politik maka GDP per kapita akan meningkat sebesar 3245945 dolar. Indeks politik yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks demokrasi suatu negara. Kenaikan ini dipengaruhi oleh indeks demokratis di Indonesia yang tinggi sehingga berpengaruh positif terhadap perekonomian. Bittencourt (2012) meneyebutkan dalam penelitiannya bahwa semakin demokratis suatu negara maka investasi asing yang masuk akan meningkat juga. Ini dikarenakan adanya kepercayaan investor asing terhadap kstabilan politik suatu negara.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa FDI memengaruhi perekonomian Indonesia berpengaruh signifikan. Variabel lain yang juga berpengaruh signifikan positif terhadap perekonomian Indonesia adalah inflasi, rasio tabungan terhadap GDP, kestabilan politik, dan jumlah kejadian terorisme. Sebaliknya, rasio hutang terhadap GDP berpengaruh signifikan negatif bagi perekonomian Indonesia.
30 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi kebijakan dan saran yang dapat dilakukan diantaranya : 1. Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) harus meningkatkan FDI pada sektor industri agar terjadi peningkatan output perekonomian. 2. Pemerintah perlu meningkatkan realisasi FDI di luar wilayar Pulau Jawa agar terjadi pemerataan dalam perekonomian.
31
DAFTAR PUSTAKA [GTI] Global Terrorism Index [Internet]. [diunduh Juni 2016]. Tersedia pada https://www.start.umd.edu/gtd/. [WB] World Bank [Internet]. [diunduh Juni 2016 - Juli 2016]. Tersedia pada: http://data.worldbank.org/data. [BI] Bank Indonesia [Internet]. [diunduh Juni 2016 β Juli 2016]. Tersedia pada https://www.bankindonesia.go.id Abdullah. Shah, Tariq. Ali, Asad. Siraj, Waseem. 2015. The Effect of Foreign Direect Investment on Economic Growth of Pakistan. AmericanEurasian Journal Agricultural & Environmentals Science. 15 (11): 2130-2135. Agma, Syafaat Fachriza. 2015. Peranan Foreign Direct Investment terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [Skripsi]. Malang (ID) : Universitas Brawijaya. Antwi, GO. Antwi, J. Poku, PK. 2013. Foreign Direct Investment: A Journey To Economic Growth In Ghana. International Business & Economics Research Journal. Vol 12(5): 573-584. Bandyopandhyay S. Sandler T. 2011. Immigration Policy and Counterterrorism. Federal Reserve Bank of St. Louis Research Division. Vol. XII. Pages 1-44. Baramurali, N. Bogahawate, C. 2004. Foreign Direct Investment and Economic Growth in Sri Lanka. SriLankan Journal of Agricultural Economics. Vol. 6(1): 37-50 Bittencourt M. 2012. Inflation and Economic Growth in Latin America: Some Panel Time- Series Evidence. Economic Modelling. 29(1): 333-340. Evan. 2015. Begini Cerita Indonesia Keluar dari OPEC Tahun 2008. Tempo (Rabu, 9 September 2015) [Internet]. [diunduh 2015 September 16]. Tersedia pada: https://m.tempo.co/read/news/2015/09/09/090699040/begini-ceritaindonesia-keluar-dari-opec-tahun-2008. Falki, N. 2009. Impact of Foreign Direct Investment on Economic Growth in Pakistan. International Review of Business Research Papers. Vol. 5(5): 110-120. Firdaus M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press. Gujarati D. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Mulyadi JA, Andri Y, penerjemah; Barnadi D, Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemah dari: Essentials of Econometrics. Ed ke-3. Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional. Jakarta (ID) : Ghalia Indonesia. Jawaty, ED. 2015. Analisis Perbandingan Pengaruh Konsumsi dan Kondisi Infrastruktur terhadap Inflasi Indonesia [Skripsi]. Bogor(ID): IPB. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Pr.
32 Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Pr. Kandiero, T. Chitiga, M. 2006. Trade Openness and Foreign Direct Investment in Africa. South African Journal of Economic and Management Sciences. South African Journal of Economic and Management Sciences. Vol 9(3): 355-370 Krugman, P dan M. Obstfeld. 1999, Ekonomi Internasional: Teori Dan Kebijakan. Faisal H. Basri [penerjemah]. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Mankiw NG. 2007. Makroekonomi. Liza F, Nurmawan I, penerjemah; Hardani W, Barnadi D, Saat S, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemah dari: Macroeconomics. Ed ke-6. Marpaung, Bronson. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Foreign Direct Investment di ASEAN [Skripsi]. Bogor : IPB. Mishkin, FS. 2008. Ekonomi Uang, perbankan, dan Pasar Keuangan. Soelistianingsih L, Yulianita B, penerjemah; Sari IP, editor. Jakarta(ID): Salemba Empat. Terjemah dari: The Economics of Money, Banking, and Financial Market. Ed ke-8. Nachrowi, DN. Usman, H. 2005. Penggunaan teknik Ekonometri (Edisi Revisi). Jakarta(ID): PT. Raja Grafindo Persada. Okeke, RC. Ezeabasili, VN. Nwakoby, CNI. Foreign Direct Investment and Economic Growth in Nigeria : An Empirical Evidance. International Journal of Innovative Research and Management. ISSN 2319 β 6912. Oktaviani, R. Novianti, T. 2014. Teori Perdagangan Internasional: Aplikasinya di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Omankhanlen, AE. 2011. The Effect of Exchange Rate and Inflation on Foreign Investment and Its Relationship with Economic Growth in Nigeria. Annals of βDunarea de Josβ University of Galati. 27(1):5-16. ISSN 1584-0409. Paramita, Niken Wulandhari. 2013. Hari ini 18 Februari : Kekerasan Antaretnis Dayak dan Madura Pecah. Jakarta (ID): Republika. Polity IV Files. 2016. Data rezim politik [Internet]. [diunduh pada April 2016] tersedia pada; www.systemicpeace.org/inscrdata.html Salvatore, D. 1996. Ekonomi Internasional. Munandar [penerjemah]. Jakarta : Erlangga Saqib, Najia. Masnoon, Maryam. Rarique, Nabeel. 2013. Inmpact of Foreign Direct Investment on Economic Growth of Pakistan. Advances in Management & Applied Economics. Vol.3(1): 35-45. Sarwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika. Yogyakarta (ID) : Penerbit Andi. Soeharto. 1973. Pidato Pertanggungan Jawab Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Jakarta(ID): Perpustakaan nasional Indonesia Suruji A, Astono B, Muhtadi D, Irwanto F, Pambudy N.M, Gero P.P, Saragih S, Samhadi S.H, Tjahjono S, Gunawan T et al. 1998. Krisis Ekonomi 1998, Tragedi Tak Terlupakan. Jakarta (ID): Kompas Tahir, M. Khan, I. Shah, AM. 2015. Foreign Remittances, Foreign Direct Investment, Foreign Imports and Economic Growth in Pakistan: A
33 Time Series Analysis. Arab Economics and Business Journal. Vol. 10 pp 82β89. DOI: 10.1016/j.aebj.2015.06.001. Todaro, Mihael P dan Smit, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta (ID) : Erlangga. Widarjono, A. 2009. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta(ID): Ekonisis FE UII. Winarno, WW. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta(ID): UPP STIM YKPM. Woyanti, Nenik. Setiawan, Mulyono Budi. 2006. Dampak Hutang Luar Negeri dan PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pra dan Pasca Krisis Moneter. Jurnal ekonomi dan Bisnis Univesitas Diponegoro. Vol. 13(1): 110-135. Zeb, Nayyra. Qiang, Fu. Rauf, Sundas. 2014. Role of Foreign Direct Investment in Economic Growth of Pakistan. International Journal of Economics and Finance. Vol. 6, No. 1. E-ISSN : 1916-9728
34
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Estimasi Ordinary Least Square terhadap Model faktorfaktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 Dependent Variable: GDP Method: Least Squares Date: 09/04/16 Time: 11:57 Sample: 1990 2014 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
FDI DEBT INFLASI SAVING TRADE POL TEROR C
0.120037 -25.81907 54.55094 56.31996 -18.00506 324.5945 11.76539 3294.144
0.020252 10.65256 20.29955 26.62927 20.53772 31.73304 4.559086 1166.379
5.927035 -2.423743 2.687298 2.114964 -0.876682 10.22891 2.580647 2.824249
0.0000 0.0268 0.0156 0.0495 0.3929 0.0000 0.0194 0.0117
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.976542 0.966883 402.1546 2749381. -180.5736 101.1012 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
5904.216 2209.882 15.08589 15.47593 15.19407 1.726877
Sumber: Output regesi data panel Eviews 9.0 Lampiran 2 Hasil uji normalitas model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 8
Series: Residuals Sample 1990 2014 Observations 25
7 6 5 4 3 2 1 0 -1000
-750
-500
-250
0
250
500
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.07e-12 13.62862 602.6528 -763.5088 338.4635 -0.444625 2.777284
Jarque-Bera Probability
0.875384 0.645525
750
Sumber: Output regesi data panel Eviews 9.0
35 Lampiran 3 Hasil uji autokorelasi model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.842742 2.525375
Prob. F(2,15) Prob. Chi-Square(2)
0.4499 0.2829
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/04/16 Time: 16:21 Sample: 1990 2014 Included observations: 25 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
FDI DEBT INFLASI SAVING TRADE POL TEROR C RESID(-1) RESID(-2)
-0.003338 1.622179 6.903943 4.364312 -11.75854 3.864594 2.228548 341.8562 0.061558 -0.382729
0.020718 11.53962 21.92258 29.93474 23.12825 32.19159 4.956482 1249.512 0.290881 0.302193
-0.161142 0.140575 0.314924 0.145794 -0.508406 0.120050 0.449623 0.273592 0.211626 -1.266505
0.8741 0.8901 0.7572 0.8860 0.6186 0.9060 0.6594 0.7881 0.8352 0.2246
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.101015 -0.438376 405.9271 2471653. -179.2425 0.187276 0.992263
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Sumber: Output regesi data panel Eviews 9.0
1.07E-12 338.4635 15.13940 15.62695 15.27462 2.004971
36 Lampiran 4 Hasil uji heteroskedastisitas model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.361204 3.236854 1.330050
Prob. F(7,17) Prob. Chi-Square(7) Prob. Chi-Square(7)
0.9124 0.8623 0.9876
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/04/16 Time: 16:25 Sample: 1990 2014 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C FDI DEBT INFLASI SAVING TRADE POL TEROR
-72158.81 -6.143902 -4012.631 -4020.317 2347.745 6195.099 4707.803 -52.64900
481123.2 8.353977 4394.109 8373.426 10984.39 8471.669 13089.66 1880.592
-0.149980 -0.735446 -0.913184 -0.480128 0.213735 0.731273 0.359658 -0.027996
0.8825 0.4721 0.3739 0.6373 0.8333 0.4746 0.7235 0.9780
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.129474 -0.228978 165886.0 4.68E+11 -331.1291 0.361204 0.912418
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
109975.3 149636.6 27.13033 27.52037 27.23851 2.214421
Sumber: Output regesi data panel Eviews 9.0 Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas terhadap model faktor-faktor yang memengaruhi perekonomian Indonesia periode 1990-2014 GDP FDI DEBT INFLASI SAVING TRADE POL TEROR
GDP
FDI
DEBT
INFLASI
SAVING
TRADE
POL
TEROR
1.000000 0.885272 -0.512599 -0.267352 0.567002 -0.323994 0.736375 -0.013927
0.885272 1.000000 -0.695748 -0.278880 0.631658 -0.463897 0.414697 -0.179749
-0.512599 -0.695748 1.000000 0.447922 -0.759962 0.701429 0.022844 0.520648
-0.267352 -0.278880 0.447922 1.000000 -0.394991 0.811704 -0.271632 -0.117260
0.567002 0.631658 -0.759962 -0.394991 1.000000 -0.497581 0.121441 -0.298935
-0.323994 -0.463897 0.701429 0.811704 -0.497581 1.000000 -0.078098 0.276995
0.736375 0.414697 0.022844 -0.271632 0.121441 -0.078098 1.000000 0.240079
-0.013927 -0.179749 0.520648 -0.117260 -0.298935 0.276995 0.240079 1.000000
Sumber: Output regesi data panel Eviews 9.0
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 28 September 1993 dari ayah Sagino Cipto Utomo dan ibu Sugiyati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Wonogiri dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Wonogiri dan lulus pada tahun 2012. Setelah lulus SMA, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Studi Pembangunan. Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB sebagai anggota departemen hubugan eksternal tahun 2015. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitian yang diselenggarakan oleh fakultas ataupun departemen, diantaranya adalah The 10th Hipotex-R, The 4th JUST, The 4th Bogor Art Festival, The 11th Hipotex-R, Olimpiade Mahasiswa IPB tahun 2015.