perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH FAKTOR MODAL, BIAYA TENAGA KERJA, DAN BAHAN BAKU TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PENGUSAHA INDUSTRI BATIK DI DESA JARUM KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN
Disusun oleh:
Diajukan Untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh; Fitri Afifah F0108063
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan kepada : Ø Allah SWT segalanya bagiku, puji syukur
kupersembahkan
atas
keagunganmu. Ø Nabi Muhammad SAW Ø Bapak dan Ibu tercinta Ø Adik-adikku tersayang Ø Teman-temanku
Ningrum,
Dewi,
Mega, Intan, Inda, Indi, Nay, Rian, Iis,
Tina,
senantiasa
Niyar
Chandra
menemani
yang dan
membantuku dalam susah dan senang. Ø Teman-temanku angkatan 2008.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu sedang menyelesaikan suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh”. (Terjemahan Al-Qur’an Surat AL Insyiroh ayat 6-7)
“ Yakinlah bahwa allah akan senantiasa membantu hambanya yang percaya kepada kemampuan diri sendiri dan tuhannya” (Fitri Afifah)
“Science without religion is lame, religion without science is blind” (Albert Einstein)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan karunianya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Faktor Modal, Biaya Tenaga Kerja, dan Bahan Baku Terhadap Tingkat Keuntungan Pengusaha Industri Batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persiapan, perencanaan, dan
pelaksanaan
hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. AM Soesilo, MSc selaku pembimbing skripsi yang selama ini selalu memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Supriyono, SE, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Izza Mafruah, SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Nurul Istiqomah, SE, MSi selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Drs. Sutomo, MS selaku penguji skripsi yang selama ini memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis. 7. Dr. Siti Aisyah T R, S.E, M.Si selaku penguji skripsi yang selama ini memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis. 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staf dan karyawan
yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis. 9. Badan Pusat statistik Kota Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 10. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi. 11. Seluruh pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten yang bersedia meluangkan waktu dan banyak membntu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Keluargaku yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materil, juga lantunan doa yang tiada henti-hentinya. 13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 tanpa terkecuali terima kasih semua atas bantuannya.
Semoga kebaikan dan ketulusan hati mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik serta saran akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi penulis. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .....................................................................................
i
ABSTRAKSI .....................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. .
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... .
v
HALAMAN MOTTO………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. .
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
1. Pemerintah...........................................................................
6
2. Pengusaha............................................................................
6
3. Mahasiswa ...........................................................................
7
4. Pembaca...............................................................................
7
LANDASAN TEORI.....................................................................
8
A. Industri.......................................................................................
8
1. Pengertian Industri .............................................................
8
2. Pengelompokan Industri ....................................................
8
3. Pengertian Industri Kecil ...................................................
12
4. Karakteristik Industri Kecil ...............................................
14
5. Arti Penting Industri Kecil .................................................
15
6. Permasalahan Industri Kecil di Indonesia ........................
17
B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan ............................... to user C. Fungsi Keuntungancommit Cobb-Douglas..........................................
20
ix
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................
27
E. Kerangka PemikiranTeoritis ....................................................
28
F. Hipotesis ....................................................................................
30
METODE PENELITIAN ..............................................................
32
A. Jenis Penelitian ..........................................................................
32
B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
32
C. Populasi dan Sampel .................................................................
32
D. Jenis dan Sumber Data .............................................................
33
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................
34
F. Metode Pengumpulan Data ......................................................
36
G. Metode dan Analisis Data ........................................................
37
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..............................................
46
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian .......................................
47
B. Gambaran Umum Industri Batik ..............................................
53
C. Analisis Diskripsi Lokasi Penelitian .......................................
56
D. Analisis Diskriptif Data ............................................................
62
E. Hasil dan Analisis Data ............................................................
74
F. Interpretasi Matematis ..............................................................
82
G. Interpretasi Ekonomi ................................................................
83
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
88
A. Kesimpulan................................................................................
88
B. Saran ..........................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
91
LAMPIRAN………………………………………………………………...
94
BAB III
BAB IV
BAB V
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Label 1.1.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Klaten Tahun 2010 ( Jutaan Rp) ...................
Tabel 3.1
Jumlah Pengrajin Batik pada Masing-masing dukuh di Desa Jarum ...............................................................................................
Tabel 4.1
33
Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 .....................................................................................
Tabel 4.2
3
49
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di kabupaten Klaten Tahun 2006-2010............................................................................
50
Tabel 4.3
Pertumbuhan Penduduk Kota Klaten Tahun 1998-2010 .............
51
Tabel 4.4
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Klaten Tahun 20072010 (Jutaan Rupiah) .....................................................................
52
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Laju Pertumbuhan............
58
Tabel 4.6
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kecamatan Bayat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2010............................................................................
Tabel 4.7
Distribusi
Pengusaha
Industri
Batik
Menurut
59
Tingkat
Keuntungan .....................................................................................
64
Tabel 4.8
Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Modal .....
65
Tabel 4.9
Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Tenaga Kerja ................................................................................................
66
Tabel 4.10
Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Bahan Baku .........
67
Tabel 4.11
Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur....................
68
Tabel 4.12
Distribusi
Pengusaha
Industri
Batik
Menurut
Tigkat
Pendidikan ...................................................................................... Tabel 4.13
Tabel 4.14 Tabel 4.14
69
Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman Usaha ...............................................................................................
70
Jumlah Tenaga Kerja…………………………………………... commit to user Hasil Regresi Data.......................................................................
71
xi
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 16 Hasil uji Multikolinearitas .............................................................
80
Tabel 4.17
82
Hasil Uji Estimasi Uji White…………………………………...
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran ..................................................................
30
Gambar 3.1
Daerah Kritis Uji t .....................................................................
39
Gambar 3.2
Daerah Kritis Uji F ...................................................................
42
Gambar 3.3
Kriteria Pengujian Durbin Watson ...........................................
45
Gambar 4.1
Uji t Menentukan level of significant.......................................
76
Gambar 4.2
Uji t Menentukan level of significant.......................................
77
Gambar 4.3
Uji t Menentukan level of significant.......................................
78
Gambar 4.4
Analisis Durbin Watson ............................................................
83
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI PENGARUH FAKTOR MODAL, BIAYA TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN INDUSTRI BATIK DI DESA JARUM KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN FITRI AFIFAH F0108063 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor modal, biaya tenaga kerja dan bahan baku terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Penelitian mengambil lokasi di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Populasi dalam penelitian ini pengusaha batik yang tersebar di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Teknik analisis yang data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil analisis data menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel modal, biaya tenaga kerja dan bahan baku mempunyai pengaruh yang signifikan pada tingkat keyakinan 95% terhadap besarnya keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,969 yang berarti bahwa variasi variabel independen yaitu variabel modal modal, tenaga kerja, dan bahan baku secara simultan dapat menjelaskan sebesar 96,9 % terhadap variabel dependen yaitu keuntungan, sedangkan sisanya sebesar 3,1% dijelaskan variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji F hitung > F tabel atau 198,0595 > 3,493 (pada taraf signifikansi 5%) berarti antara modal, tenaga kerja, dan bahan baku secara bersama-sama berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan bayat Kabupaten Klaten. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan kepada para pengusaha batik untuk meningkatkan modalnya dengan harapan keuntungan yang diperoleh pengusaha semakin meningkat, namun jika para pengusaha kesulitan untuk menambah modalnya maka dapat mencari tambahan modal dari sumber lain yaitu seperti pinjaman dari bank maupun koperasi. Selain itu, perlunya pemerintah Kabupaten Klaten untuk memberikan bantuan modal kepada pengusaha batik dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada para pengusaha batik dengan cara memberikan bantuan kredit dengan bunga yang rendah kepada para pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Kata kunci : Keuntungan, Modal, Biaya Tenaga Kerja, dan Bahan Baku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian tidak pernah lepas kaitannya dengan pembangunan industri yang memang mendukung pertumbuhan perekonomian bagi kemakmuran rakyat. Perkembangan ekonomi selalu disertai dengan perubahan struktur yang lebih non agraris, begitu pula peranan sektor industri yang diajukan untuk memperkukuh sektor ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional dan kesempatan kerja sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan pembangunan diberbagai sektor lainnya dan
juga
diharapkan
mampu
meningkatkan
pendapatan
penduduk.
Pembangunan di sektor industri dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan antara sektor industri dengan sektor industri lainnya terutama dengan sektor industri yang memasukkan bahan baku industri, melalui iklim yang merangsang bagi penanam modal dan penyebaran pembangunan industri di daerah sesuai dengan potensi masing-masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan industri nasional (Todaro, 2000:152). Keberhasilan pembangunan industri di Indonesia tidak hanya dikarenakan keberhasilan industri besar saja tetapi juga industri kecil yang mempunyai peranan
penting bagi kemakmuran rakyat commit to user
1
Indonesia. Selain
untuk
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemakmuran
rakyat,
pembangunan
industri
juga
diupayakan
untuk
mengembangkan potensi yang telah ada melalui pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara optimal seperti adanya pembangunan di sektor industri pedesaan dengan tujuan untuk meningkatkan dan membangun industri kecil. Adapun ciri-ciri industri kecil (Mubyarto,1997 :67-68) adalah sebagai berikut: 1. Jumlah tenaga kerja kurang dari 5-9 orang. 2. Kebanyakan tenaga kerja diperoleh dari lingkungan atau dekat dengan lokasi industri. 3. Teknologi yang digunakan bersifat sederhana dan lebih banyak menggunakan tenaga tangan. 4. Bahan dasar umumnya didapat dari daerah sekitarnya.
Tantangan yang dihadapi industri kecil menengah untuk memperkuat struktur perekonomian nasional memang berat, karena disadari bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan (Kuncoro, 2007:368). Salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan adalah dengan cara melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan adanya data tersebut maka dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, struktur perekonomian daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk. Upaya yang dilakukan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah Klaten dengan segenap jajaran pelaku dunia usaha telah berhasil meningkatkan
roda
perekonomian
sehingga
pertumbuhan
PDRB
menghasilkan angka yang positif. Hal ini terlihat dari tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Klaten Tahun 2010 ( Jutaan Rp) NO (1) 1 2 3 4 5
Lapangan Usaha (2) Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan 6 Restorant 7 Angkutan dan Komuikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa Sumber : BPS Kabupaten Klaten
2009 (3) 1.045.720,97 65.300,71 920.432,25 34.372,60 393.598,88
2010 (4) 949.998,50 69.776,92 978.879,71 37.084,34 353.549,64
1.322.036,64
1.399.425,71
137.501,05
144.864,43
178.233,65
191.236,65
663.821,92
718.431,38
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sektor industri sebagai salah satu sektor strategis dalam pembangunan perekonomian di Klaten. Pada tahun 2009 sektor industri di Klaten merupakan penyumbang PDRB terbesar ketiga setelah sektor pertanian serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restorant dengan nilai PDRB menurut harga konstan yaitu sebesar Rp 920.432,25 dan meningkat di tahun 2010 menjadi Rp 978.879,71 dan merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua setelah pertanian, hal ini menggambarkan bahwa commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
potensi industri dimasa mendatang, yang kedepannya dapat ditekan pada perluasan dampak yang diterima masyarakat melalui kegiatan industri. Kabupaten Klaten sebagai salah satu pusat industri kecil di Jawa Tengah mempunyai jumlah industri yang cukup banyak dan beragam jenisnya. Pada umumnya industri kecil tersebut mengelompok membentuk sentra. Perkembangan industri kecil di Klaten tersebut terus meningkat di tandai dengan munculnya industri kecil baru, contohnya adalah industri batik. Sentra industri batik yang terkenal di Kabupaten Klaten adalah di Desa Jarum, Kecamatan Bayat. Pada awalnya usaha batik di Desa Jarum merupakan warisan nenek moyang yang mengandung banyak aspek sosial maupun budaya, karena dorongan untuk tetap melestarikannya. Dengan berjalannya waktu dan semakin majunya peradaban manusia dan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, maka pada saat ini usaha batik di Desa Jarum telah mampu menjadi sumber mata pencaharian pokok sehari-hari bagi mereka selain bercocok tanam. Pengrajin batik di Desa Jarum sebanyak 23 pengusaha dan tersebar di tujuh dukuh dengan jumlah pengrajin terbanyak di dukuh Pendem sebanyak 7 pengusaha. Sebagai desa yang merupakan sentra batik, Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten tentunya hal tersebut akan membawa dampak positif bagi masyarakatnya. Banyaknya jumlah industri batik di Desa Jarum maka akan membuka
kesempatan
kerja
bagi
masyarakat,
sehingga
pendapatan
masyarakat meningkat. Dengan demikian maka industri batik di Desa Jarum commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap pendapatan masyarakat di sekitarnya. Pemerintah daerah sudah saatnya memberikan kontribusi terhadap pengusaha industri batik untuk meningkatkan keuntungan pengusaha batik dan kesempatan kerja bagi masyarakat di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Untuk mewujudkan usaha tersebut maka sangat diperlukan adanya penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Modal, Tenaga Kerja, dan Bahan Baku terhadap Tingkat Keuntungan Pengusaha Industri Batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu: 1. Apakah faktor modal usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten? 2. Apakah faktor biaya tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten? 3. Apakah faktor bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten? commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal usaha terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah biaya tenaga kerja terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh bahan baku terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
D. Manfaat Penelitian 1. Pemerintah Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
pertimbangan pemerintah untuk lebih memperhatikan pengembangan industri khususnya batik yang ada di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. 2. Pengusaha
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan bagi para pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten agar lebih baik dari keadaan sekarang. 3. Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian berikutnya. 4. Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu industri kecil terutama industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Industri 1. Pengertian Industri Industri
adalah
kumpulan
dari
beberapa
perusahaan
yang
menghasilkan barang sejenis (mohogenus product). Sedangkan hasil dari symposium hukum perindustrian sebagai suatu rangkaian, kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan dan perbaikan bahan baku atau barang jadi sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat (Shaleh, 1988:67). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengertian industri yaitu suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku dengan mesin atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang mempunyai nilai lebih dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut pada konsumen akhir. 2. Pengelompokan Industri BPS mengelompokkan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, BPS menggolongkan menjadi 4 kelompok: a. Perusahaan atau industri besar yang memperkerjakan 100 orang atau lebih. commit to user
8
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Perusahaan atau industri sedang memperkerjakan 20 orang sampai 99 orang. c. Perusahaan atau industri kecil memperkerjakan 5 orang sampai 19 orang. d. Perusahaan atau industri kerajinan atau rumah tangga yang memperkerjakan 1 sampai 4 orang (termasuk tenaga kerja yang dibayar).
Menurut Departemen Perindustrian, Industri nasional di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu : (Arsyad, 2010:454-455) a. Industri dasar Merupakan sekelompok industri mesin dan industri logam dasar (IMLD) maupun kelompok industri kimia dasar (IKD). Sedangkan yang termasuk dalam kelompok IMLD antara lain meliputi industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, dam lain sebagainya. Kelompok IKD yang merupakan kelompok industri kimia dasar meliputi industri pengolahan kayu, industri karet alam, industri pestisida, dan lainsebagainya. Namun jika dilihat dari misinya industri dasar mempunyai tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan srtruktur industri yang bersifat padat modal.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Industri kecil Merupakan
industri
pangan
(minuman,
makanan,
dan
tembakau), industri sandang seperti sandang yang terbuat dari kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang yang berbahan dasar terbuat dari kulit), industri kimia, industri bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan, dan lain sebagainya). Selain itu dalam industri kecil juga terdapat industri galian logam dan bukan logam (seperti mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya). Kelompok industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dan manfaat pasar dalam negeri dan luar negeri. c. Industri hilir Merupakan sekelompok aneka industri (AI) yang meliputi industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas. Industri hilir ini merupakan aneka industry yang mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan serta memperluas kesempatan kerja.
Menurut
ekstensi
dinamisnya
industri
Indonesia
dapat
dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain, (Saleh, 1988: 33) : commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Industri Lokal Merupakan kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebih bersifat subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya menggunakan alat transportasi yang sederhana. Adapun karena pemasaran produksi ditangani sendiri, maka pada kelompok ini jasa pedagang perantara tidak memiliki peran yang sangat menonjol. b. Industri Sentra Merupakan kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran usaha ini lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantara dalam hali ini cukup penting. c. Industri Mandiri Merupakan kelompok industri yang masih bersifat sama seperti industri kecil, namun telah memiliki kemampuan dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih. Pemasaran hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap para pedagang perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi dikategorikan sebagai industri kecil, namun dilihat dari skala penyerapan tenaga kerja, maka kelompok ini tetap dimasukkan ke dalam subsektor industri kecil. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perindustrian yang menjelaskan mengenai pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah yaitu: a. Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah baan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya, termasuk kegiatan rancangan bangunan dan perekayasaan industri. b. Perusahaan industri kecil yang dapat disebut industri kecil (IK) adalah perusahaan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang industri yang dengan nilai investasi paling banyak Rp 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha. c. Perusahaan industri menengah yang dapat disebut industri menengah (IM) merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya dibidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. d. Industri kecil dan menengah (IKM) adalah perusahaan industri kecil yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri menengah (IM).
Jika dilihat dari klasifikasinya industri kecil menurut Departemen Perindustrian maka kategori industri kecil dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Industri kecil Modern Industri kecil modern ini meliputi industri yang menggunakan teknologi
proses
madya
(intermediate
proces
technologies),
mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan Litbang dan usaha perekayasaan, dilibatkan dalam sistem industri besar dan menengah dengan sistem pemasaran domestik dan menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal lainnya. Industri kecil modern jumlahnya hampir 5% dari jumlah total industri kecil di Indonesia, dimana industri kecil mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran di pasar domestik atau pasar ekspor. b. Industri Kecil Tradisional Industri kecil ini menggunakan proses yang sederhana, teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Tradisional Teknis (UPT) yang disediakan oleh Departemen perindustrian sebagian dari bantuan teknis dari industri kecil, mesin serta perlengkapan modal relatif sederhana, lokasi didaerah pedesaan dan akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan terbatas. c. Industri Kecil Kerajinan Industri kecil kerajinan didorong atas landasan budaya yaitu pelestarian budaya Indonesia yang juga memberikan pendapatan bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, khususnya yang berada di pedesaan. Industri kecil kerajinan juga meliputi industri kecil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi yang sangat sederhana, teknologi madya maupun teknologi yang maju dimana industri kerajinan ini menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup luas.
4. Karakteristik Industri Kecil Industri kecil merupakan industri yang pada tahap awal berbentuk industri rumah tangga (Home Industri), tempat tinggal maupun tempat untuk bekerja atau berproduksi menjadi satu. Semua pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi maupun penjualan dilakukan oleh para anggota keluarga dari satu keluarga. Modal yang digunakan dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang rumah tangga dalam membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi sulit dibedakan karena modal untuk barang yang dikonsumsi selalu sama. Beberapa karakteristik industri kecil (Moh. Cholil, 1990:45) sebagai berikut : a. Proses produksi yang padat karya. b. Kelompok industri-industri kecil menggunakan jenis-jenis teknologi sederhana yang sesuai dengan kondisi lokal. c. Sumber utama pembiayaan proses produksi pada umumnya berasal dari tabungan pribadi. d. Kelompok industri lebih banyak terdapat di daerah pedesaan dan kegiatan-kegiatan mereka pada umumnya sangat berorientasi pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
sektor pertanian, baik dari segi permintaan maupun dari segi penawaran. e. Kelompok industri sangat penting sebagai suatu sektor ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat lokal dibandingkan dengan industri modern yang berlokasi di daerah urban.
5. Arti Penting Industri Kecil Industri kecil sangat berperan bagi dunia usaha dan perekonomian Indonesia. Keberadaan industri kecil memberikan manfaat kepada masyarakat. Apabila dibandingkan dengan industri besar, jika industri kecil dapat terus berkembang hal tersebut akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat walaupun dengan modal yang kecil. Selain itu, jika dilihat dari segi tenaga kerja, industri kecil mampu untuk terus berjalan oleh karena itu dapat terhindar dari krisis energi. Tidak hanya masalah modal dan tenaga kerja, untuk masalah pemasaran barang-barang kerajinan tidak begitu terpengaruh terhadap resesi ekonomi internasional dan menurunnya intensitas perdagangan internasional serta mempunyai sumber penghasilan devisa (Raharjo, 1986:980). Industri kecil dan rumah tangga terefleksi antara lain dari jumlah unitnya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha dari kelompok industri menengah dan industri besar. Industri kecil mampu memberikan manfaat sosial yang sangat berarti bagi perekonomian di Indonesia (Sakti, 2007:11). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Adapun manfaat dan peranan industri kecil antara lain: a. Industri kecil mampu menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah karena kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber dari lingkungan terdekat sehingga biaya produksi dapat ditekan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan dari pengusaha kecil pada umumnya masih rendah. b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Hal ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan si pengusaha sendiri, tabungan keluarga, atau kerabatnya. c. Industri kecil mempunyai kedudukan terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya dihasilkan oleh industri sedang dan besar sehingga dapat memberi peluang kepada industri kecil untuk dapat bertahan. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim sehingga dengan demikian akan memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat sampai ke tangan konsumen secara cepat, murah dan mudah.
Selain hal yang telah disebutkan diatas, sektor industri kecil mampu mengurangi tingkat pengangguran dan setengah pengangguran, karena pada umumnya untuk proses produksi dalam industri kecil lebih commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak menggunakan teknologi padat karya. Pada dasarnya industri kecil khususnya di pedesaan, mengembangkan cara yang dinilai paling besar peranannya tidak hanya untuk memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha sendiri tetapi juga untuk mendorong kemajuan pembangunan di daerah maupun di pedesaan itu sendiri.
6. Permasalahan Industri Kecil di Indonesia Walaupun industri kecil mempunyai peranan yang cukup signifikan terhadap perekonomian, tidak dapat dipungkiri industri kecil dan rumah tangga masih menghadapi kendala-kendala. Masalah yang dihadapi dalam industri kecil dapat menghambat perkembangan industri kecil untuk tetap berkembang. Masalah tersebut antara lain adanya kebijakan pemerintah yang beberapa diantaranya tidak adil dan diskriminatif. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya kebijakan pemerintah yang cenderung memberikan perlakuan yang lebih kepada bisnis skala besar seperti BUMN maupun konglomerat yang tampaknya belum terlihat keseriusan dan arahan pemerintah kepada industri kecil dan rumah tangga. Pemerintah lebih memperhatikan usaha dalam skala besar dibandingkan dengan industri kecil dan rumah tangga sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan mengakumulasi modal antara usaha besar dengan usah kecil yang semakin tajam dalam jangka panjang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Begitu kompleksnya permasalahan industri kecil, secara umum masalah yang dihadapi indusri kecil bisa diperinci menjadi tujuh masalah sesuai fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, menurut (Gert Thomas dan Cristian Limpelius 1979:50) sebagai berikut: a. Pembiayaan (financing) atau modal b. Tenaga kerja c. Perlengkapan kerja d. Bahan mentah e. Proses produksi dan hasil-hasil produksi f. Pemasaran g. Manajemen dan organisasi
Menurut data BPS tahun 1998 juga menunjukkan permasalahan utama yang dihadapi oleh banyak pengusaha industri kecil dan rumah tangga antara lain: a. Kualitas Pemasaran a) Permintaan menurun b) Tidak mampu menjual pada harga pasar c) Tidak mampu bersaing dalam harga dan kualitas produksi b. Kesulitan mengadakan bahan baku a) Harga naik terlalu tinggi b) Persediaan menurun commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Kekurangan modal a) Kekurangan pembayaran pekerja b) Pendapatan atau penghasilan menurun c) UMR naik d. Kekurangan energi a) Tarif listrik naik b) Harga BBM dan gas naik
Permasalahan yang dialami oleh industri kecil, dikarenakan kelemahan-kelemahan dari industri kecil itu sendiri. Menurut (Raharjo, 1986:58) kelemahan industri kecil antara lain: a. Kecilnya skala produksi atau skala usaha sehingga tidak bisa dimanfaatkan faedah ekonomi dari skala yang lebih besar. b. Tingkat produktivitas yang rendah, diukur dari output total dan nilai tambah. c. Kualitas produksi sulit dikontrol karena tidak adanya standar mutu. d. Sulit menyesuaikan dengan permintaan atau kebutuhan pasar. e. Ongkos
buruh
rendah
sehingga
mengurangi
kegairahan
dan
kemampuan produksi. f. Kurang mampu menyerap teknologi baru yang efisien. g. Kesulitan memperoleh kredit dari bank dan jangkauan pemasaran kurang luas.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masalah-masalah tersebut diatas yang dihadapi oleh industri kecil dapat diatasi dengan menerapkan teknologi tepat guna, perubahanperubahan struktural dan fungsional dalam aspek kelembagaan organisasi untuk meningkatkan skala usaha dan manajemen yang lebih efisien. Menyediakan kesempatan kerja bagi perluasan, pemenuhan kebutuhan modal, dan peningkatan magang dan lain-lain (Raharjo, 1986:43).
B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan Fungsi Produksi adalah suatu pernyataan yang menghubungkan kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat output, dengan teknologi tertentu (Arsyad, 1987: 20 dalam Putra, 2010 ). Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaru yang tersedia (Salvatore, 1989 : 20 dalam Putra, 2010). Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Jika suatu usaha berhenti beroperasi menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak dapat menghasilkan produk atau output. Ketiadaan output mengakibatkan tidak adanya pemasukan pada usaha tersebut. Oleh karena itu, semua usaha harus menguntungkan dan mempunyai prospek pasar yang potensial.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor produksi Cobb-Douglas merupakan contoh fungsi produksi yang homogeny yang mempunyai elastisitas substitusi yang konstan. Fungsi Cobb-Douglass dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987 : 20 dalam Putra, 2010): Q= Dimana Q= Output L= Tenaga Kerja K= Capital/Modal a dan b= angka positif, dimana b>1 Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada kendala, diantaranya cara mengalokasikan sumber daya yang ada utuk menghasilkan output terbesar dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Jika melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan. Dalam kondisi seperti ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang. Fungsi keuntungan yang mudah dipakai dapat menggunakan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi keutungan ini dapat digunakan oleh pengusaha dalam memaksimalkan keuntungan, pendugaan relatif mudah, mudah melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengatur efisiensi pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi, 1990 : 21 dalam Putra, 2010). commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu dengan analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan besaran elastisitas, sedangkan besaran elastisitas tersebut menunjukkan bahwa besaran jika jumlah besaran Return To Scale (RTS). (Soekartawi, 1990 : 21 dalam Putra, 2010) menyatakan bahwa jika jumlah besaran elastisitas < elastisitas= 1>1, maka masuk increasing RTS. Model fungsi keuntungan menurut Lu and Yotopoulus (1972) adalah karena model ini dinilai memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan fungsi produksi dan program linier, diantaranya adalah: 1. Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit. 2. Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah efisiensi teknik, harga, dan ekonomi. 3. Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang diamati adalah peubah harga output dan input.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan adalah: 1. Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi berusaha memaksimumkan keuntungan. 2. Pengusaha sebagai penerima harga. 3. Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam input-input tidak tetap.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi keuntungan ini dapat digunakan sebagai patokan bagi pengusaha batik dalam upaya memperoleh keuntungan maksimum dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika jumlah input dikurangi atau ditambah, maka keuntungan diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi pengusaha batik dalam mengambil keputusan-keputusan dalam usaha batik.
C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas Keuntungan atau laba sebagai hasil pengembalian pada modal didapat dari selisih jumlah penerimaan yang diterima perusahaan dikurangi biayabiaya yang dikeluarkan. Secara bentuk sistematis yang sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
= profit (laba) = Total Revenue (Total Penerimaan dari Penjualan) = Total Cost (Total Biaya yang dikeluarkan) Keterangan: 1. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan hasil outputnya. TR= output x harga jual. 2. TC (Total Cost) adalah total biaya yang dilakukan untuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi).
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus ada selisih positif, bila terjadi TR=TC, maka terjadi BEP (Break Even Point), yaitu tidak terjadi keuntungan maupun kerugian. Fungsi keuntungan digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output, serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dan input terhadap produksi. Untuk itu digunakan fungsi keuntungan CobbDouglas dengan teknik yang dinamakan Unit-Output-Price Cobb-Douglas Profit Function (UOP-CDPF). Cara ini mempunyai asumsi bahwa pengusaha adalah lebih maksimumkan keuntungan daripada memaksimalkan utilitas atau kepuasan usahanya, sehingga Unit-Output-Price Cobb-Douglas
Profit
Function adalah cara yang dipakai untuk memaksimumkan keuntungan. UOPCDPF adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu. Y=AF (X,Z) Dimana: Y= Produksi A=Besaran yang menunjukkan efisiensi teknik X=Variabel faktor produksi Z=Variabel faktor produksi tetap
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari penerimaan tersebut dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990 : 24 dalam Putra, 2010):
Dimana: = Besarnya keuntungan = Besarnya efisiensi teknik = Harga dari produk per satuan = harga masukan produksi per satuan = Variabel masukan produksi tidak tetap digunakan = harga masukan produksi tetap per satuan = Variabel masukan produksi tetap digunakan,
Dimana j= 1,….., n Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan cob-douglass maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990: 233):
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana: = Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output = Besaran efisiensi teknik yang dinormalkan dengan harga output = Koefisien faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output = Variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output = Variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga output.
Asumsi tersebut Unit-Output-Price Cobb-Douglass Profit Function disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan berorientasi memaksimumkan keuntungan, juga berlaku asumsi lainnya, yaitu (Soekartawi, 1990 : 25 dalam Putra, 2010): 1. Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan bertambahnya jumlah faktor produksi tetap. 2. Masing-masing individu sampel memperlakukan harga input yang bervariasi sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan. 3. Walaupun masing-masing individu pengusaha mempunyai produksi yang sama tetapi fungsi tersebut menjadi berbeda kalau ada perbedaan penggunaan input tetap yang berbeda jumlahnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
D. Hasil Penelitian Terdahulu Nisa (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kentungan Usaha Konveksi di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.” Berdasarkan variabel yang diuji yaitu modal,
tenaga
kerja, dan promosi terhadap keuntungan konveksi di Kecamatan Wedi. Dengan menggunakan regresi linier berganda. Diperoleh hasil dari uji t dengan t tabel sebesar ± 2,00 bahwa untuk variabel modal dengan t hitun sebesar 7,491, tenaga kerja dengan t hitung sebesar 2,384 , dan promosi dengan t hitung sebesar 2,489 dapat berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Sedangkan untuk uji F membuktikan bahwa variabel modal, tingkat tenaga kerja, dan promosi juga mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap keuntungan usaha konveksi. Sedangkan koefisien determinasi berganda diketahui R2 sebesar 0,723 berarti 72,33% variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya 27,66% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Putra (2010) dalam penelitiannya berjudul “ Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan Bahan Baku terhadap Keuntungan Pengusaha Batik Laweyan Surakarta. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linear berganda fungsi keuntungan cobb-douglas dengan teknik unit output price cob-douglas profit function (UOP-CDPF). Berdasarkan uji t variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
pengusaha batik pada taraf signifikan 5% diketahui t hitung 3,745267, sedangkan upah tenaga kerja, dan bahan baku tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pengusaha pada taraf signifikan 5% . Ramadhan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Batik di Kecamatan Laweyan Surakarta.” Penelitian ini menguji variabel modal, tingkat tenaga kerja, nahan baku, dan penjualan. Berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh hasil bahwa untuk variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan diketahui t hitung sebesar 2,136 , sedangkan untuk variabel lain seperti tenaga kerja dengan t hitung sebesar 2,028 , bahan baku dengan t hitung sebesar 15,766 , dan penjualan dengan t hitung sebesar 42,719 juga berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 5% berarti variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, dan penjualan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan. Sedangkan untuk koefisien determinasi berganda diketahui R2 sebesar 0,996% variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangan sisanya 0,4% disebabkan oleh variable lain diluar model. E. Kerangka Pemikiran Teoritis Para pengusaha batik mempunyai banyak faktor baik sosial maupun ekonomi yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan usaha batik. Faktor sosial maupun ekonomi tersebut antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, biaya tenaga kerja, bahan baku, modal dan keuntungan. Keuntungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengusaha batik commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjalankan usahanya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa faktor baik sosial maupun ekonomi yang dianggap mempengaruhi aktivitas ekonomi para pengusaha batik. Usaha batik yang dikerjakan oleh para pengusaha batik supaya dapat bertahan kelangsungan pengelolaannya harus dapat memetik suatu tingkat keuntungan tertentu. Keuntungan atau pendapatan bersih (π) dari usaha batik pada dasarnya ditentukan oleh produksi yang dihasilkan (Y), biaya produksi (C) dan tingkat harga yang diterima pengusaha (P). atau dapat ditulis dengan rumus Profit = Total Revenue – Total Cost (Mankiw), 2004). Faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan antara lain: 1. Modal Usaha Penggunaan
modal besar dalam
produksi akan
dapat
meningkatkan keuntungan yang diterima oleh pengusaha batik , begitu juga sebaliknya apabila modal yang digunakan itu kecil maka keuntungan yang diperoleh juga kecil. Tanpa adanya modal maka akan sangat tidak mungkin suatu proses produksi akan berjalan (Sukirno, 2005). 2. Biaya Tenaga Kerja Secara individu variabel biaya tenaga kerja berpengaruh positif terhadap output sektor industri batik, yaitu apabila biaya tenaga kerja naik maka output industri batik juga naik. Hal ini disebabkan karena kenaikan biaya tenaga kerja akan menambah jumlah produksi batik tersebut.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bahan Baku Bahan baku sangat penting dalam suatu proses produksi . dalam hal ini bahan baku mempunyai hubungan yang positif dengan output. Apabila terdapat penambahan bahan baku maka produksi semakin meningkat.
Modal (X1) Biaya Tenaga Kerja (X2)
Keuntungan Penguasaha Industri Batik (π)
Bahan Baku (X3) Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan didekati dengan menggunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb Douglass yang diaplikasikan dalam penelitian ini untuk empat variabel maka persamaan tersebut dapat ditulis kembali sebagai berikut: =
F. Hipotesis 1. Diduga variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Diduga variabel biaya tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 3. Diduga variabel bahan baku berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal, tenaga kerja, dan bahan baku terhadap keuntungan pengusaha batik di desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. B. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Penelitian ini dilakukan di tahun 2012 dengan jumlah populasi sebanyak 23 pengusaha batik. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk dipelajari dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengusaha industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten tahun 2012.
commit to user
32
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.1 Jumlah Pengrajin Batik pada Masing-masing dukuh di Desa Jarum
1. Kebon Agung
Jumlah Pengusaha 3
2. Pundungrejo
3
3. Tunggul
2
4. Jarum 5. Pendem
2 8
6. Karanganom 7. Karang Gumuh
2 3
Nama Dukuh
Jumlah
23 Sumber: Balai Desa Jarum
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sensus yaitu keseluruhan pengusaha industri batik yang berjumlah 23 di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.
D. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Data yang dikumpulkan langsung dari obyek penelitian melalui kuisioner, melakukan observasi dan wawancara langsung dengan para pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Sekunder Data lain yang diperoleh dari kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik Klaten, dan instansi lain yang ada hubungannya dalam memperoleh data dalam penelitian ini.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu keuntungan, modal, tenaga kerja, bahan baku. Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Variabel dependen Variabel dependen adalah karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengubah atau mengganti variabel bebas ( Narbuko dan Achmadi, 1999:80). Variabel dependen disini adalah keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Tingkat keuntungan adalah laba yang diterima oleh pengusaha batik, diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan tingkat harga jual (harga output) dan dikurangi semua biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan (harga input) dengan satuan rupiah. 2. Variabel Independen Variabel Independen adalah kondisi-kondisi atau karateristikkarakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerangkan hubungan fenomena yang di observasi (Narbuko dan Achmadi, 1999:80). Variabel independen dalam penelitian ini adalah: a. Modal Modal adalah sejumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang diukur dari peralatan-peralatan yang dipakai dalam proses produksi untuk menghasilkan produk batik yang dinyatakan dalam rupiah. b. Biaya Tenaga Kerja Merupakan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk membayar upah tenaga kerja secara langsung dalam proses produksi batik tersebut dalam setiap bulannya, dinyatakan dalam satuan rupiah. c. Bahan Baku Diukur dari jumlah dana untuk bahan baku yang diperlukan setiap bulannya untuk membiayai kegiatan produksi batik meliputi pembelian bahan baku produksi seperti kain, malam, pewarna, bahan bakar dan lain sebagainya yang dinyatakan dalam rupiah.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka Adalah teknik pengumpulan data sekunder dari dinas atau instansi yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, membaca literatur atau sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 2. Wawancara Terstruktur Adalah metode pengumpulan data dan informasi melalui proses tanya jawab dalam suatu penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka secara langsung untuk mendapatkan informasi ataupun keterangan, dalam hal ini langsung dari pengusaha batik tersebut (Narbuko dan Achmadi, 1999:83). 3. Kuesioner Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah daftar mengenai masalah yang akan diteliti kepada responden. Dalam hal ini adalah para pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 4. Observasi Adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek penelitian.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat penelitian berlangsung, berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melakukan representasi obyektif mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam masalahmasalah penelitian. Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala-gejala sebagai data/fakta sebagaimana adanya. Data atau fakta itu harus bersumber dari gejala-gejala yang terdapat didalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi dengan pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif. Secara harfiah menurut Nazir (1998) metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga metode ini tidak hanya mengadakan akumulasi dari data yang tersedia di lapangan. Namun juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. 2. Analisis Kuantitatif Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut: = commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : = Tingkat Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output (harga persatuan produk) = Intersep = Modal yang telah dinormalkan dengan harga output = Besarnya biaya untuk tenaga kerja yang telah dinormalkan dengan harga output = Besarnya biaya bahan baku yang telah dinormalkan dengan harga output ei
= Variabel pengganggu Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independent yaitu modal (Mdl), Biaya Tenaga Kerja (Tk), Bahan baku (Bb) terhadap variabel dependent yaitu Keuntungan ( ). 3. Alat Uji yang digunakan a. Uji Statistik Merupakan pengujian variabel-variabel independen secara individu,
dilakukan
untuk
melihat
signifikansi
dari
variabel
independen sementara variabel yang lain konstan (Gujarati, 2004: 129). Langkah pengujian : 1) Uji-t untuk pengaruh variabel modal terhadap variabel keuntungan. Hipotesis : Hocommit : β1 = 0to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ha : β1 > 0 t tabel = t a / 2 : n-k Kriteria pengujian :
Ho diterima
Ho ditolak
ta/2:n-k
Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t Sumber: Statistik Induktif, 1998. Keterangan: Ho diterima, Ha ditolak jika t hitung < + t a / 2 : n-k Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung > + t a / 2 : n-k 2) Uji-t untuk pengaruh variabel biaya tenaga kerja dan variabel bahan baku terhadap keuntungan. Hipotesis : Ho : β1 = 0 Ha : β1 < 0 t tabel = -t a / 2 : n-k Kriteria pengujian :
Ho diterima
Ho ditolak -ta/2:n-k
Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t Sumber: Statistik Induktif, 1998. Keterangan:
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ho diterima, Ha ditolak jika t hitung > - t a / 2 : n-k Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung < - t a / 2 : n-k 3) Nilai t hitung diperoleh dengan rumus:
b1 se (b1 )
T hitung = Dimana : b1
= koefisien regresi
se(b1) = standar error koefisien regresi Bila t hitung > t a / 2 : n-k pada confidence interval tertentu, Ho ditolak. Penolakan terhadap Ho ini berarti bahwa variabel independen tertentu yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependen.
1) Uji F Uji F ( Overall Test ) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan derajat keyakinan 95% (
= 5% ), derajat kebebasan
pembilang ( numerator ) adalah k-1 dan penyebut (denumerator ) adalah n-k. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : a) Membuat formulasi hipotesis i. Ho :
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berarti semua parameter sama dengan nol atau semua variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (keuntungan). ii. Ha : Berarti semua parameter tidak sama dengan nol atau semua variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut : Nilai F tabel =
…………………….(3.12)
Keterangan : N
= jumlah sampel / data
K
= banyaknya parameter
Nilai
F
hitung
…………………….(3.13) Keterangan : R2 = koefisien regresi N = jumlah sampel atau data K = banyaknya parameter
commit to user
=
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kriteria pengujian
Ho diterima Ho ditolak F( Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F d) Kesimpulan i. Apabila nilai F hitung < F tabel Ho :
diterima
berarti variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (keuntungan) usaha usaha. ii. Apabila nilai F hitung > F tabel Ho :
ditolak
yang berarti variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (keuntungan usaha).
2) Nilai Koefisien Determinasi (R2) commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uji koefisien determinasi (R2) ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2 adjusted) antara nol dan satu. Koefisien determinasi nol berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen bila mendekati satu variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji Asumsi Klasik 1) Multikolinearitas Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel – variabel independen diantara satu dengan yang lainnya. Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel independen sehingga nilai koefisien korelasi antar variabel independen sama dengan satu, maka konsekuensi multikolinearitas adalah : a) koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. b) Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Multikolonieritas berfungsi untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas, dilakukan user yaitu membandingkan nilai (r2) pengujian dengan commit metodetoKlein,
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan nilai R2. Apabila nilai R2 > r2 , berarti tidak terjadi gejala multikolinearitas., sedangkan apabila nilai R2 < r2 berarti terjadi gejala multikolinearitas. 2) Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empirik dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji White, yaitu dengan melakukan regresi terhadap variabel independen, kemudian membandingkan nilai Obs*R-squared dengan X2 tabel dengan df sesuai dengan jumlah regresor dan derajat keyakinan tertentu (α). a) Jika nilai obs*R-squared < X2 maka tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak. b) Jika nilai obs*R-squared > X2 maka signifikan secara statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas ditolak. 3) Uji Autokorelasi commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sample kecil maupun sample besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson) yaitu dengan membandingkan angka Durbin Watson dalam tabel dengan derajat kebebasan tertentu dengan angka Durbin Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi. Angka Durbin Watson dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dl) dengan batas atas (du). Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif (Gujarati: 1995), sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: d< dl
: menolak Ho menunjukkan adanya autokorelasi positif
d< (d-dl)
: menunjukkan adanya autokorelasi negatif
dU< d<(4-dU) : menerima Ho (tidak ada autokorelasi) dU
Auto
Autoko
Korelasi Ragu-ragu
Ragu-
relasi
Positif
ragu
negatif
Tidak ada Autokorelasi
0
dL
commit to user dU
4-dU
4-dL
4
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.3 Kriteria Pengujian Durbin Watson
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Daerah Penelitian 1.
Aspek Geografis a.
Letak Geografis Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 7032’19” sampai 7048’33” dan antara 110026’ 14” sampai 110047’51”. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa Kabupaten, antara lain :
b.
Sebelah Utara
: Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur
: Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Selatan
: Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)
Sebelah Barat
: Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)
Keadaan Wilayah Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga daratan: 1) Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung. commit to user
46
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Dataran rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. 3) Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan kecamatan Bayat dan Cawas.
Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial, disamping sebagai penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi. Ketinggian Daerah: 1) Sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di atas permukaan air laut. 2) Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100-500 meter di atas permukaan air laut. 3) Sisanya 12,76% terletak diantara 500-2500 meter di atas permukaan laut.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556 ha, terbagi dalam 26 Kecamatan, 401 desa/kelurahan. Luas wilayah kabupaten Klaten secara keseluruhan yaitu 65.556 Ha, terdiri atas lahan pertanian seluas 39.781 Ha, turun sebesar 0,04% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Lahan bukan pertanian seluas 25.775 Ha, naik sebesar 0,06% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Untuk lahan pertanian sendiri terdiri dari lahan sawah seluas 39.781 Ha dan lahan bukan sawah seluas 6.383 Ha. Seiring dengan perkembangan keadaan, terjadi perubahan penggunaan dari lahan sawah dan tegalan menjadi bangunan untuk perumahan, industri, perusahaan dan jasa seluas 14,5405 Ha. Naik sebesar 1,31% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Perubahan terbesar terjadi dari sawah menjadi perumahan yaitu sebesar 100,90% bila dibandingkan dengan tahun 2009.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Aspek Demografi Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 Dewasa (15+) No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah
Laki-laki Wanita 17.434 13.808 20.626 24.334 25.495 33.149 13.024 5.453 22.543 14.506 12.684 16.625 24.545 18.009 18.885 23.178 23.342 16.489 16.783 17.924 20.179 21.264 11.603 14.834 15.617 15.102 477.432
19.466 15.707 22.411 25.826 27.157 33.874 13.651 6.258 22.765 15.948 13.820 16.706 25.682 18.751 19.749 24.601 25.773 16.861 17.746 18.923 21.151 22.686 12.123 15.943 16.978 16.053 506.609
Anak (0-14) Jumlah Total 36.900 29.515 43.037 50.160 52.652 67.023 26.675 11.711 45.308 30.454 26.504 33.331 50.224 36.760 38.634 47.779 49.115 33.350 34.529 36.847 41.330 43.950 23.726 30.777 32.595 31.155 984.041
Lakilaiki 6.227 5.795 6.456 7.124 6.863 7.932 5.652 4.902 6.635 5.861 5.752 5.674 6.930 6.189 6.320 6.885 6.888 5.867 5.932 6.259 6.766 6.852 5.725 5.767 5.791 5.711 162.755
Wanita 6.266 5.801 6.532 6.930 6.681 7.823 5.676 4.883 6.459 5.895 5.656 5.820 6.831 6.040 6.123 6.684 6.856 5.672 5.844 6.139 6.612 6.790 5.655 5.660 5.659 5.779 160.766
Jumlah Total 12.495 11.596 12.988 14.054 13.544 15.755 11.328 9.785 13.094 11.756 11.408 11.494 13.761 12.229 12.443 13.569 13.744 11.539 11.776 12.398 13.378 13.642 11.380 11.427 11.450 11.490 323.521
Sumber : BPS Kabupaten Klaten
Berdasarkan tabel diatas kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak usia 15 tahun ke atas ada di kecamatan Trucuk dengan jumlah 67.023 orang untuk laki-laki sebanyak 33.149 orang dan wanita commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
33.874 orang, untuk usia 0-14 tahun penduduk terbanyak ada di Kecamatan Trucuk sebanyak 15.755 orang untuk laki-laki sebanyak 7.932 orang dan wanita 7.823 orang. Dan jumlah penduduk terendah usia 15 tahun ke atas ada di kecamatan Kebonarum dengan jumlah 11.711 orang untuk laki-laki 5.453 orang dan wanita 6.258 dan usia 014 tahun di Kecamatan Kebonarum sebanyak 9.785 orang untuk lakilaki 4.902 orang dan wanita 4.883 orang.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kecamatan (2) Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah
2006 (3) 49.075 40.527 55.212 63.702 65.969 81.574 36.896 21.284 57.673 41.589 38.226 44.100 63.558 48.767 50.881 61.002 62.212 43.985 45.726 49.098 54.734 57.164 34.428 40.870 43.721
2007 (4) 49.149 40.748 55.402 63.603 65.936 81.869 37.164 21.298 57.824 41.709 38.248 44.338 63.811 48.730 51.016 61.002 62.519 44.470 45.858 49.101 54.649 57.201 34.559 41.249 43.844 commit
2008 (5) 49.277 40.994 55.516 63.852 66.132 82.291 37.389 21.343 57.877 41.766 38.157 44.420 63.835 48.862 51.020 61.216 62.663 44.516 46.047 49.080 54.576 57.338 34.681 41.527 to43.844 user
2009 (6) 49.538 41.102 55.983 64.027 66.093 82.558 37.597 21.429 58.115 41.962 37.995 44.560 63.830 48.802 51.018 61.300 62.801 44.760 46.087 49.152 54.551 57.438 34.940 41.880 43.877
2010 (7) 49.393 41.111 56.025 64.214 66.196 82.778 38.003 21.496 58.402 42.210 37.912 44.825 63.985 48.989 51.077 61.348 62.859 44.889 46.305 49.245 54.708 57.592 35.106 42.204 44.045
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
26
Klaten Utara Jumlah
41.629 1.293.242
41.850 1.296.987
41.850 1.300.494
42.515 1.303.910
42.645 1.307.562
Sumber : BPS Kabupaten Klaten Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.307.562, dan untuk kecamatan yang jumlah penduduknya tertinggi yaitu Kecamatan Trucuk sebesar 82.778 orang. Tabel 4.3 Pertumbuhan Penduduk Kota Klaten Tahun 1998-2010 Tahun/Year 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Pertumbuhan Penduduk Persentase Penduduk (Jiwa) 1.234.113 5.473 0,44 1.242.711 8.598 0,69 1.257.682 14.971 1,19 1.265.295 7.613 0,60 1.271.530 6.235 0,49 1.277.297 5.767 0,45 1.281.786 4.489 0,35 1.286.058 4.272 0,33 1.293.242 7.184 0,56 1.296.987 3.745 0,29 1.300.494 3.507 0,27 1.303.910 3.614 0,26 1.307.562 3.652 0,28 Sumber : BPS Kabupaten Klaten
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa untuk pertumbuhan jumlah penduduk kabupaten Klaten paling tinggi pada tahun 2000 sebesar 1,19% dan untuk pertumbuhan yang paling rendah pada tahun 2009 sebesar 0,26%.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB
mrupakan
salah
satu
indikator
perkembangan
perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan degan harga konstan berarti dalam perhitungan telah dihilangkan pengaruhpengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang. Perhitungan PDRB Kota Klaten Tahun 2007-2010 berdasarkan harga konstan 2000 dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Klaten Tahun 2007-2010 (Jutaan Rupiah) No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan Usaha (2) Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan Komunikasi Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
Air
2007 (3) 957.297,31 55.862,27 869.903,33 30.423,64
398.079,88 dan 1.230.415,46
2008 (4) 997.737,70 60.923,17 891.041,98 31.940,66
2009 (5) 1.045.720,97 65.300,71 920.432,25 34.372,60
2010 (6) 949.998,50 69.776,92 978.879,71 37.084,34
404.620,11 1.273.346,68
393.598,88 1.322.036,64
353.549,64 1.399.425,71
dan
119.386,12
126.571,71
137.501,05
144.864,43
dan
156.907,22
166.933,94
178.233,65
191.236,65
576.448,79 4.394.688,02
614.085,01 4.567.200,96
663.821,92 4.761.018,67
718.431 4.843.247,28
Sumber : BPS Kabupaten Klaten Berdasarkan tabel PDRB kabupaten Klaten tahun 2007-2010 tersebut terlihat bahwa jumlah PDRB kabupaten klaten mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 82.228,61. Penyumbang PDRB terbesar tahun 2010 di commit to user Kabupaten Klaten ada di sektor perdagangan, hotel, dan restorant
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 1.399.425,71 dan penyumbang PDRB terendah yaitu listrik, gas, dan air bersih sebesar 37.084,34.
B. Gambaran Umum Industri Batik 1. Sejarah Batik Batik berasal dari bahasa Jawa ‘amba’ yang berarti menulis dan ‘titik’. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan ‘malam’ (wax) yang diaplikasikan ke atas kain. Memang titik merupakan desain dominan pada batik. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian seingga pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Batik juga diidentitaskan dengan kecantikan wanita mengingat dalam masa kerajaan di Jawa kecantikan wanita juga di ukur dengan kepandaian dalam membuat batik dengan menggunakan canting. Canting merupakan salah satu alat untuk menulis pada kain batik dengan menggunakan lilin. Hingga ditemukannya ‘batik cap’ yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang tersebut. Batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan berikutnya. Awalnya batik dikerajaan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan di commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tempatnya masing-masing. Lama-kelamaan kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang digunakan pada waktu itu adalah hasil tenunan sendiri ( Soffina, 2010: 53-54). Terdapat beberapa pendapat mengenai asal mula batik di Indonesia, pendapat- pendapat tentang sejarah batik di Indonesia ( Erose, 2010: 56) antara lain: a. Ditinjau dari sejarah kebudayaan, Dr. RM. Sutjipto Wirjosuprapto, menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India telah mengenal teknik untuk membuat kain batik, mengatur penanaman padi dan sebagainya. b. Ditinjau dari batik design dan proses “wax-resist-technique” maka terdapat beberapa pendapat sebagai berikut : 1) Dr. Alfred Steinman, mengemukakan bahwa semacam batik terdapat pula di Jepang pada zaman Dinasti Nara sampai abad pertengahan, disebut “ro-Kechi”. Design batik dari daerah tersebut umumnya bermotif geometris, tetapi batik di Indonesia mempunyai design yang lebih tinggi dan lebih banyak variasiya. Batik dari India selatan dibuat sejenis kain secara commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lukisan lilin, dipasangkan di Malaysia terkenal dengan nama kain Palekat. 2) Dari keadaan di Indonesia, daerah-daerah yang dulu tidak pernah terdapat pengaruh budaya India, terdapat pula pembuatan batik, misalnya di Toraja, Irian, dan Sumatera. 3) Ditinjau dari seni ornament di Indonesia, tidak terdapat persamaan seni ornament dalam batik Indonesia dengan ornament dalam batik India. c. Pendapat G.P Rouffaer, yang menyatakan antara lain, batik Jawa adalah dari luar, dibawa pertama oleh orang Kalinga dan Koromandel, Hindu, dimana pada permulaan sebagai pedagang kemudian sebagai imigran mulai mempengaruhi di Jawa. d. Ditinjau dari sejarah, baik M. Yamin maupun Dr. RM Sutjipto Wirjosuprapto, mengemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya ada hubungan timbale balik antara Sriwijaya dan Tiongkok pada zaman Dinasti Kaisar T’ang (abad 7-9). Dengan adanya berbagai pendapat dan penelitian yang merupakan perkembangan baru dalam masalah sejarah batik Indonesia, maka pendapat G.P Rouffaer yang sudah menjadi pendapat umum, yaitu batik Indonesia berasal dari India, menjadi diragukan.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perkembangan Industri Batik Perkembangan batik yang dapat diikuti sampai saat ini adalah perkembangan desain batik yang tercermin pada motif yang sederhana pada awalnya, sampai pada motif yang ada pada saat ini, menunjukkan karya seni yang halus, rumit, dan indah. Perkembangan industri batik dilihat dari segi teknologi maka industri batik dimulai dari cara mengikat dan mewarnai sampai pada penggunaan zat perintang warna yang digunakan semula dari bubur ketan sampai lilin batik. Sebagai alat pembatik, semula dari bambu/lidi sampai canting tulis dan canting cap. Sedangkan perkembangan industri batik dari segi kegunaan produknya dapat dilihat, mulanya hanya sebagai kain panjang (jarik) tetapi saat ini kegunaannya tidak terbatas untuk busana saja melainkan digunakan juga untuk keperluan alat rumah tangga, seperti gorden, alat kursi, sprei, taplak meja dan lain-lain.
C. Analisis Diskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kecamatan Bayat dan Desa Jarum Bayat adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di Kecamatan Bayat terdapat beberapa sentra kerajinan, antara lain Kerajinan Batik yang berada di Desa Jarum, Desa Kebon dan Desa Paseban. Akan tetapi yang paling banyak terdapat sentra commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerajinan batik adalah di Desa Jarum. Di Kecamatan Bayat juga terdapat beberapa obyek wisata yang menjadi andalan adalah Rawa Jombor dengan warung apungnya dan bukit romantisnya yang terletak di Kelurahan Krakitan, Makam Pandanaran yang terletak di Kelurahan Paseban. Serta beberapa obyek wisata lainnya yang bisa dinikmati. a. Letak Geografis Kecamatan Bayat Kecamatan Bayat merupakan bagian dari Kabupaten Klaten yang terletak +/- 12 Km kea rah tenggara. Luas wilayah kecamatan Bayat adalah 39,43 Km persegi. Kecamatan Bayat terdiri dari 18 desa. Batas wilayah Kecamatan Bayat antara lain: Sebelah Selatan : Kecamatan Gedangsari Kab. Gunung Prov. DIY. Sebalah Timur : Kecamatan Cawas. Sebelah Utara : Kecamatan Trucut & Kecamatan Kalikotes. Sebalah Barat : Kecamatan Wedi.
commit to user
Kidul
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Laju Pertumbuhan No
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
(1) Bogem Nengahan Jarum Ngerangan Jambakan Dukuh Banyuripan Beluk Paseban Krikilan Kebon Gununggajah Tegalrejo Talang Tawangrejo Wiro Jotangan Krakitan
Penduduk 2009 2010 (2) (3) 2.124 2.129 1.687 1.677 2.722 2.731 5.265 5.296 2.702 2.732 2.847 2.852 3.413 3.421 2.134 2.159 5.853 5.876 2.019 2.011 3.031 3.041 3.182 3.174 2.774 2.753 4.006 4.046 2.134 2.148 4.535 4.564 2.795 2.816 10.804 10.788
Jumlah Tahun 2010 Jumlah Tahun 2009 Jumlah Tahun 2008 Jumlah Tahun 2007 Jumlah Tahun 2006
64.027 63.852 63.603 63.753 63.753
64.214 64.027 63.852 63.606 63.702
Pertumbuhan Jumlah % (4) (5) 5 0,24 -10 -0,59 9 0,33 31 0,59 30 1,11 5 0,18 8 0,23 25 1,17 23 0,39 -8 -0,40 10 0,33 -8 -0,25 -21 -0,76 40 1,00 14 0,66 29 0,64 21 0,75 -16 -0,15 187 175 249 -99 -51
0,29 0,27 0,39 -0,16 -0,08
Sumber : BPS (pengolahan monografi) Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 0,39%. Pertumbuhan penduduk terbesar pada tahun 2010 terjadi di Desa Dukuh sebesar 1,18% . Pertumbuhan penduduk terendah pada tahun 2010 sebesar -0,16%. Pertumbuhan penduduk terendah pada tahun 2010 terjadi di Desa Tegalrejo sebesar -0,76. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kecamatan Bayat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2010 (Jutaan Rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rincian (1)
2009 (2) 30.232,59 1.698,47 24.458,91 795,65 6.617,86 38.454,50
2010 (3) 27.227,74 1.770,73 26.223,47 862,70 5.935,70 40.058,65
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi 1.554,50 1.675,25 Keuangan, Persewaan dan 1.809,27 1.874,10 Jasa Perusahaan Jasa-jasa 6.367,99 6.794,46 Produk Domestik Regional 111.989,24 112.422,80 Bruto Penduduk Pertengahan 53.036 52.718 Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rupiah) 2.111.570,25 2.132.531,58 Sumber : BPS Kabupaten Klaten Tahun 2011 Berdasarkan tabel PDRB kecamatan Bayat tahun 20092010 tersebut terlihat bahwa jumlah PDRB kecamatan Bayat mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 433,56. Penyumbang PDRB terbesar tahun 2010 di Kecamatan bayat ada di sektor perdagangan, hotel, dan restorant sebesar 40.058,65 dan penyumbang PDRB terendah yaitu listrik, gas, dan air bersih sebesar 862,70.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Produk Batik Desa Jarum 1) Batik Tulis Batik merupakan karya seni yang harus di jaga kelestariannya sebagai warisan nenek moyang, salah satunya adalah batik tulis. Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra batik tulis yang sampai sekarang masih berkembang. Seiring perkembangan jaman, masyarakat Desa Jarum semakin memberikan inovasi baru kepada
perkembangan
industri
batiknya.
Inovasi
yang
dilakukan antara lain dengan penggunaan pewarna alam sebagai pewarna kain batik tersebut. Pewarna tersebut antara lain terbuat dari kayu-kayuan dan tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan warna lebih natural. Selain penggunaan warna, para pengusaha pun terus mengembangkan variasi motif untuk kain batik yang di produksi dan juga menghasilkan berbagai jenis produk seperti baju, sandal, sarung bantal, kain yang semuanya serba batik. Motif-motif batik yang ada di Desa Jarum antara lain motif wahyu tumurun, aneka parang barong, tuding keris, kawung dan truntum. 2) Batik Cap Selain batik tulis di Desa Jarum juga ada beberapa pengusaha yang memproduksi batik cap. Batik cap adalah kain commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya alat terbuat dari tembaga). Proses pembuatan membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Harga dari batik cap lebih murah dibandingkan dengan batik tulis. Motif batik cap sama dengan batik tulis, yang membedakan adalah cara pembuatannya. d. Proses Pembuatan Batik Proses pembuatan batik dibedakan kedalam empat tahapan yaitu
penggambaran
menggunakan
pensil,
pencantingan,
pewarnaan, pemberian malam (lilin) pada kain dan pelepasan lilin dari kain. Pertama kain putih yang akan dibatik di gambar menggunakan pensil sesuai dengan motif yang diinginkan. Setelah proses penggambaran selesai maka dilanjutkan dengan proses pencantingan
sesuai
dengan
motif
yang
telah
digambar
menggunakan pensil. Setelah proses pencantingan selesai maka berlanjut ke tahap pemberian lilin yang bertujuan agar kain yang telah di canting tidak diberi warna dasar sesuai selera atau tetap berwarna putih sebelum kem diberi malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak akan dapat masuk karena tertutup oleh malam (wax resist). Setelah diberi malam, commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan, berapa warna yang diinginkan. Setelah proses pewarnaan dan pemberian malam selesai kemudian malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang sudah jadi direbus untuk menghilangkan malam sampai meleleh dan terlepas dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan menggunakan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur. D. Analisis Diskriptif Data Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 23 responden dari hasil kuisioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang pengusha batik di Kota Klaten yang mengambil studi kasus di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Data-data tersebut antara lain mengenai keuntungan, modal, biaya tenaga kerja, bahan baku dari pengusaha batik itu sendiri ditambah dengan data tentang kelompok umur, pengalaman usaha, tingkat pendidikan guna memperjelas deskripsi mengenai industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelum dapat digunakan beberapa tahap dalam menyusun tabel atau distribusi frekuensi yaitu sebagai berikut (Djarwanto, 1994) : 1. Menentukan Jumlah Kelas Digunakan dengan pedoman Struges dengan rumus sebagai berikut: k= 1 + 3.3 log n Dimana : k= jumlah kelas n= jumlah populasi Maka dalam penelitian keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Kalten didapatkan jumlah kelas yaitu: k= 1 + 3.3 log (23) = 5,5 =6 Jadi terdapat 6 kelas dalam penelitian ini.
2. Menentukan Interval Kelas Selaras dengan pendekatan Sturges, maka interval kelas ditemukan dengan rumus sebagai berikut: Ci= Ci = Interval Kelas to user R = Range (selisihcommit antara data terbesar dan data terkecil)
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
k = Jumlah Kelas Data-data tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Keuntungan Keuntungan merupakan hasil dari pengembalian modal yang diperoleh dari jumlah penerimaan yang dikurangi dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, keuntungan ini sendiri diukur dengan satuan rupiah yang diperoleh oleh responden dalam memproduksi barang setiap bulannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tingkat Keuntungan Kelas 1 2 3 4 5 6
Keuntungan < 3.500.000 3.500.000 - < 7.000.000 7.000.000 - < 10.500.000 10.500.000 - < 14.000.000 14.000.000- < 17.500.000 ≥ 17.500.000
Frekuensi 0 7 8 2 3 3
Persentase 0% 30,43% 34,78% 8,69% 13,04% 13,04%
Dari Tabel diatas diketahui bahwa dari 6 kelas dengan 23 Tidak ada pengusaha yang mempunyai keuntungan kurang dari Rp 3.500.000 . Untuk keuntungan antara Rp 3.500.000 sampai dengan kurang dari Rp 7.000.000 sebanyak 7 pengusaha (30,43%). Untuk keuntungan antara Rp 7.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 10.500.000 sebanyak 8 pengusaha (34,78%). Untuk keuntungan antara Rp 10.500.000 sampai dengan kurang dari Rp 14.000.000 sebanyak 2 pengusaha commit(8,69%). to user Untuk keuntungan antara Rp
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 17.500.000 sebanyak 3 pengusaha (13,04%). Untuk pengusaha dengan keuntungan lebih dari Rp 17.500.000 sebanyak 3 pengusaha (13,04%). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Modal Modal dalam hal ini merupakan modal usaha yang digunakan oleh pengusaha batik dalam menjalankan usahanya. Modal ini dapat berupa uang maupun barang, maka diperoleh distribusi frekuensi dan pembagian kelasnya sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Modal
Kelas 1 2 3 4 5 6
Modal < 5.500.000 5.500.000- <11.000.000 11.000.000- 16.500.000 16.500.000 - <22.000.000 22.000.000 - < 27.500.000 ≥27.500.000
Frekuensi 0 7 7 3 3 3
Persentase 0% 30,43% 30,43% 13,04% 13,04% 13,04%
Dari Tabel diatas diketahui bahwa dari 6 kelas dengan 23 Tidak ada pengusaha yang mempunyai modal kurang dari Rp 5.500.000 . Untuk modal antara Rp 5.500.000 sampai dengan kurang dari Rp 11.000.000 sebanyak 7 pengusaha (30,43%). Untuk modal antara Rp 11.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 16.500.000 sebanyak 7 pengusaha (30,43%). Untuk modal antara Rp 16.500.000 sampai dengan kurang dari Rp 22.000.000 commit to user sebanyak 3 pengusaha (13,04%). Untuk keuntungan antara Rp
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
22.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 27.500.000 sebanyak 3 pengusaha (13,04%). Untuk pengusaha dengan keuntungan lebih dari Rp 27.500.000 sebanyak 3 pengusaha (13,04%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja yang dimaksud merupakan biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk membayar upah tenaga kerja dalam satu bulan. Maka untuk dapat melihat distribusi frekuensi biaya tenaga kerja dalam industri batik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Tenaga Kerja Kelas 1 2 3 4 5 6
Biaya Tenaga Kerja < 2.250.000 2.250.000 - <4.500.0000 4.500.000 - < 6.750.000 6.750.000 - <9.000.000 9.000.000 - <11.250.000 ≥ 11.250.0000
Berdasarkan
Frekuensi 1 7 6 3 5 1
tabel
diatas
Persentase 4,34% 30,43% 26,08% 13,04% 21,73% 4,34%
untuk
pengusaha
yang
mengeluarkan biaya tenaga kerja kurang dari Rp 2.250.000 sebanyak 1 pengusaha (4,34%). Untuk Rp 2.250.000 sampai dengan kurang dari Rp 4.500.000 sebanyak 7 pengusaha (30,43%), Rp 4.500.000 sampai dengan kurang dari 6.750.000 sebanyak 6 pengusaha (26,08%), Rp 6.750.000 sampai dengan kurang dari Rp commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9.000.000 sebanyak 3 pengusaha (13,04%), Rp 9.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 11.250.000 sebanyak 5 pengusaha (21,73%), untuk pengusaha yang mengeluarkan biaya tenaga kerja lebih dar Rp 11.250.000 sebanyak 1 pengusaha (4,34%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Biaya Bahan Baku Yang dimaksud biaya bahan baku disini yaitu jumlah uang yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam memproduksi barang setiap bulannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
sebagai
berikut: Tabel 4.10 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Bahan Baku Kelas 1 2 3 4 5 6
Biaya Bahan Baku ≤3.000.000 3.000.000- < 6.000.000 6.000.000 -< 9.000.000 9.000.000- < 12.000.000 12.000.000- < 15.000.000 ≥ 15.000.000
Berdasarkan
tabel
Frekuensi 5 8 3 5 1 1
diatas
Persentase 21,73% 34,78% 13,04% 21,73% 4,34% 4,34%
untuk
pengusaha
yang
mengeluarkan bahan baku kurang dari Rp 3.000.000 sebanyak 5 pengusaha (21,73%), Rp 3.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 6.000.000 sebanyak 8 pengusaha (34,78%), Rp 6.000.000 sampai dengan kurang dari 9.000.000 sebanyak 3 pengusaha (13,04%), Rp 9.000.000 sampai dengan kurang dari Rp 12.000.000 sebanyak 5 (21,73%), Rp 12.000.000 sampai dengan kurang dari Rp commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
15.000.000 sebanyak 1 pengusaha (4,34%), lebih dari Rp 15.000.000 sebanyak 1 pengusaha (4,34%). 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Yang dimaksud umur disini yaitu umur pengusaha batik pada saat penelitian dilakukan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.11 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur Kelas 1. 2 3 4 5 6
Kelompok Umur (dalam tahun) <6 6 - <12 12 - < 18 18 - < 24 24 - < 30 ≥ 30
Frekuensi 0 0 0 0 1 22
Persentase 0% 0% 0% 0% 4,34% 95,65%
Berdasarkan tabel diatas, untuk umur 24 sampai kurang dari 30 sebanyak 1 pengusaha (4,34%) dan lebih dari sama dengan 30 tahun sebanyak 22 pengusaha (95,65%).
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Yang dimaksud tingkat pendidikan disini yaitu tingkat pendidikan akhir pengusaha batik yang telah ditempuh sampai pada saat penelitian dilakukan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.12 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tigkat Pendidikan Kelas 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA ≥ S1
Frekuensi
Persentase
3 6 6 6 2
13,04% 17,39% 30,43% 30,43% 8,69%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 23 pengusaha batik, untuk yang tidak tamat SD ada 3 pengusaha (13,04%), tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA adalah sama yaitu sebesar 6 orang ( masing-masing 30,43%), sedangkan tingkat pendidikan S1 ada 2 pengusaha (8,69%).
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Yang dimaksud pengalaman usaha disini yaitu berapa lama waktu yang telah ditempuh pengusaha dalam menjalankan usahanya sampai pada saat penelitian dilakukan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.13 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman Usaha Kelas 1 2 3 4 5 6
Tahun <7 7 - <14 14 - <21 21 - <28 28 - <35 ≥35
Frekuensi 4 3 10 3 2 1
Persentase 17,39% 13,04% 43,47% 13,04% 8,69% 4,34%
Berdasarkan tabel diatas, pengalaman usaha pengusaha batik kurang dari 7 tahun sebanyak 4 pengusaha (17,39%), 7tahun sampai dengan kurang dari 14 tahun sebanyak 3 pengusaha (13,04%), 14 tahun sampai dengan kurang dari 21 tahun sebanyak 10 pengusaha (43,47%), 21 tahun sampai dengan kurang dari 28 tahun sebanyak 3 pengusaha (13,04%), 28 tahun sampai dengan kurang dari 35 tahun sebanyak 2 pengusaha (8,69), lebih dari sama dengan 35 tahun sebanyak 1 pengusaha (4,34%).
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan bayat, Kabupaten Klaten. 1. Masalah Ketenagakerjaan Tabel 4.14 Jumlah Tenaga Kerja Pembatik di Desa Jarum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Pengusaha Jumlah Tenaga Jumlah Tenaga kerja Kerja yang ada yang dibutuhkan Budi Susanto 12 15 Darji 6 10 Hardi Trimanto 7 10 Jumiyati 6 10 Miyono 11 15 Mulyani 5 10 Purwanti 45 45 Sajino 15 15 Sarina 32 32 Sarwidi 36 45 Sri Wiyono 16 20 Suhada 25 30 Salimi 5 10 Sriwiyono 8 10 Sularto 9 9 Sunardi 20 20 Suparman 11 11 Hj.Suratmi 15 15 Suratmi 10 10 Suroto 28 35 Suyanto 9 9 Umi haryati 8 8 Yadino 9 9 Sumber : Pengusaha Batik Desa Jarum Dari data tersebut menjelaskan banyaknya tenaga kerja asli dari Desa Jarum tersebut yang dipekerjakan oleh para pengusaha batik dalam kegiatan proses produksi usahanya. Tentunya hal tersebut akan membawa dampak bagi masyarakat sekitar terutama to user Akan tetapi, antara jumlah tenaga dalam peningkatancommit kemakmuran.
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja yang terampil semakin berkurang sehingga berbanding terbalik dengan kebutuhan yang ada. Tentunya hal tersebut menjadi masalah dan tantangan bagi para pengusaha untuk tetap mempertahankan usahanya walaupun ada keterbatasan tenaga kerja yang terampil. Para tenaga kerja sendiri tidak menjadikan membatik sebagai pekerjaan utama, selain membatik mereka bercocok tanam atau melakukan kegiatan lainnya seperti berdagang, sehingga para pengusaha batik merasa kurang optimal dalam memperdayakan tenaga kerja terampil yang ada di desanya. Apabila hal tersebut terus terjadi maka kegiatan produksi batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten pun akan terus menurun kuantitasnya. Para pengusaha berusaha memberikan upah yang cukup agar para pekerja tetap mau bekerja dengan optimal. Masalah keterbatasan tenaga kerja yang terampil di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten masih menjadi tantangan bagi para pengusaha yang harus dihadapi. 2. Masalah Promosi dan Penjualan Bagi para pengusaha yang telah berkembang dengan pesat tentunya penjualan bukan menjadi kendala, akan tetapi bagi para pengusaha kecil yang belum mengetahui tentang seluk beluk pasar dan cara-cara memasarkan tentunya dalam proses penjualan pun banyak mengalami kendala. Para pengusaha harus menunggu ada commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengepul yang mau membeli kain batiknya terlebih dahulu baru bisa menjual barang dagangannya, bahkan di jaman yang modern seperti sekarang ini hal tersebut masih sering terjadi. Untuk pemasaran sendiri hanya sedikit pengusaha yang mampu
memanfaatkan
teknologi
untuk
memasarkan
hasil
produksinya, kebanyakan dari mereka masih memakai cara manual, seperti menjual barang-barangnya di pasar, pengepul, atau memajangnya di rumah-rumah dan toko-toko mereka. Para pengusaha masih kurang memanfaatkan media promosi secara online yang sebenarnya saat ini bisa menjadi jalan untuk membuka peluang yang besar dalam mempromosikan hasil produksi kain batik dari Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 3. Masalah Permodalan Kendala berikutnya yang dihadapi oleh para pengusaha adalah masalah permodalan. Para pengusaha batik dalam skala produksi kecil mengalami kesulitan dalam permodalan, sehingga para pengusaha tidak bisa meningkatkan produksinya. Masalah ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari para pengusaha sendiri untuk mengetahui cara-cara mendapatkan bantuan modal dari pemerintah maupun pihak swasta. Mereka hanya mengandalkan modal yang mereka miliki sekarang dan tidak menambah modalnya. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Modal sangat dibutuhkan dalam meningkatkan keuntungan dari produksi para pengusaha batik, untuk itu para pengusaha perlu menyelesaikan masalah permodalan yang ada sekarang ini kalau memang usaha mereka ingin mengalami peningkatan baik dalam produksi dan penjualannya. E. Hasil dan Analisis Data 1. Pemilihan Model Model Regresi yang digunakan dalam pengolahan data skripsi ini adalah model log-linier : = Dimana : = Tingkat Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output = Intersep = Modal yang telah dinormalkan dengan harga output = Besarnya biaya untuk tenaga kerja yang telah dinormalkan dengan harga output = Besarnya biaya bahan baku yang telah dinormalkan dengan harga output ei = Variabel pengganggu
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 6.0 dengan model regresi log-linier dengan tampilan data pengolahan data sebagai berikut: Tabel 4.15 Hasil Regresi Data Variabel C MDL TK BB
Coefficient -6.648660 1.415073 -0.315247 -0.189486
Std. Error 0.232045 0.142291 0.109643 0.085420
t-Statistic -2.795400 9.944936 -2.875223 -2.218273
Probabilitas 0.0115 0.0000 0.0097 0.0389
LnKEUNTUNGAN = -0.648660 + 1.415073LnMdl - 0.315247LnTk -0.189486LnBb
a. Uji Statistik 1) Uji t
Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya.. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikan 0,05 dan df = 20. a) Pengaruh Variabel Modal terhadap keuntungan usaha i.
Hipotesis statistic H0 : β1 = 0 (variabel modal tidak signifikan terhadap besarnya keuntungan usaha). Ha : β1 ≠ 0 (variabel modal signifikan terhadap besarnya keuntungan usaha).
ii. Menentukan level of signikansi α=0,05 iii. Perhitungan uji t Nilai t hitung = 9,944 commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai t tabel = t0,05/2 ; df : 20 = 2,086 Rule of test:
Ho diterima
Ho tolak -2,086
2,086
9,944
Gambar 4.1 Uji t Menentukan level of significant
iv. Hasil pengujian statistik t didapatkan hasil sebagai berikut: Dengan menggunakan kriteria pengujian satu sisi dan pada taraf signifikansi 0,05. Karena t hitung (9,944) lebih besar dari t tabel (2,086),maka Ho ditolak, ha diterima. Berarti koefisien regresi
parsial variabel modal secara statistik berpengaruh terhadap Keuntungan Pengusaha Batik pada tingkat signifikansi
=
5%.
b) Pengaruh Variabel Biaya Tenaga Kerja terhadap Keuntungan i.
Hipotesis statistik H0 : β2 = 0 (variabel jumlah tenaga kerja tidak signifikan terhadap besarnya keuntungan). Ha : β2 < 0 (variabel jumlah tenaga kerja signifikan terhadap besarnya keuntungan).
ii. Menentukan level of signikansi α=0,05 to user iii. Perhitungan ujicommit t
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai t hitung = -2,875 Nilai t tabel = t0,05/2 ; df : 20 = 2,086 Rule of test:
Ho diterima -2,875
Ho tolak 2,086
Gambar 4.2 Uji t Menentukan level of significant
iv. Hasil pengujian statistik t didapatkan hasil sebagai berikut: Dengan menggunakan kriteria pengujian satu sisi dan pada taraf signifikansi 0,05. Karena t hitung (-2,875) lebih kecil dari t tabel (-2,086), maka Ho ditolak, ha diterima. Berarti koefisien regresi parsial variabel bahan baku secara statistik berpengaruh
terhadap Keuntungan Pengusaha Batik pada
tingkat signifikansi
= 5%.
c) Pengaruh Variabel Bahan Baku terhadap Keuntungan i.
Hipotesis statistik H0 : β3 = 0 (variabel modal tidak signifikan terhadap besarnya keuntungan usaha).
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ha : β3 < 0 (variabel modal signifikan terhadap besarnya keuntungan usaha). ii. Menentukan level of signikansi α=0,05 iii. Perhitungan uji t Nilai t hitung = -2,218 Nilai t tabel = t0,05/2 ; df : 20 = 2,086
Rule of test:
Ho diterima
Ho tolak
-2,218
2,086 Gambar 4.2 Uji t Menentukan level of significant
iv. Hasil pengujian statistik t didapatkan hasil sebagai berikut: Dengan menggunakan kriteria pengujian satu sisi dan pada taraf signifikansi 0,05. Karena t hitung (-2,218) lebih kecil dari t tabel (-2,086), maka Ho ditolak, ha diterima. Berarti koefisien regresi parsial variabel bahan baku secara statistik berpengaruh terhadap Keuntungan Pengusaha Batik pada tingkat signifikansi = 5%. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Hasil analisis uji F diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel diatas. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai F hitung sebesar 198,0595 lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 3,493 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal, tenaga kerja, dan bahan baku,
secara bersama-sama
terhadap
keuntungan.
c) Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi (R2) Uji Godness of Fit dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan dengan baik variasi dari
variabel terikat. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan baik variasi variabel terikatnya.
Jika R2
menjauhi nol, maka variabel bebas menerangkan derngan baik variasi variabel terikatnya. Berdasarkan hasil perhitungan untuk nilai Adjusted R Square sebesar 0.969014 yang berarti bahwa variasi variabel independen yaitu variabel modal modal, tenaga kerja, dan bahan baku secara simultan dapat menjelaskan sebesar 96,9 % terhadap variabel dependen yaitu commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuntungan, sedangkan sisanya sebesar 3,1% dijelaskan variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
b. Uji Asumsi Klasik a) Multikolinearitas Pada penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas atau ada tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel independen, dengan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan
suatu fungsi linear dari variabel independen lainnya.
Pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai R2 dengan nilai r2 yang didapat dari hasil matriks korelasi. Dengan kriteria pengujian : i.
Jika nilai r2 > R2 , maka ada masalah multikolinearitas.
ii. Jika nilai r2 < R2 , maka tidak ada masalah multikolinearitas. Hasil estimasi uji Multikolinearitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4. 16 Hasil uji Multikolinearitas Variabel iii. X1(X2,X3) j X2(X1,X3) i X3(X1,X2)
r2 R2 U 0,934 0,969
Tidak terjadi Multikolinearitas
0,901 0,969
Tidak terjadi Multikolinearitas
0,886 0,969 commit to user
Tidak terjadi Multikolinearitas
Kesimpulan
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DDari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua nilai r2 lebih kecil dari nilai R2 yang berarti bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikolinearitas.
b) Uji Heteroskedastisitas Dalam ekonometrika, jika nilai varian (σ2) dari variabel tak bebas (Y) meningkat sebagai akibat meningkatnya variabel bebas (X) maka nilai disturbance term adalah tidak sama untuk semua observasi pada variabel bebas (X) disebut dengan heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastik sering muncul dalam data cross-section. Hal ini dikarenakan data cross-section permasalahan atau populasi diamati pada satu titik waktu, dan cenderung mempunyai ukuran yang berbeda-beda, misalnya kecil, sedang, dan besar. Dengan demikian pengujian ini juga dilakukan pada penelitian ini. Pengujian ini digunakan untuk melihat gangguan yang muncul dalam model regresi, sehingga penaksir OLS tidak efisien walaupun masih konsisten dan tidak bias. Analisis ini menggunakan uji white untuk melihat ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, dengan langkah: Uji White.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam uji white diasumsikan model yang diuji adalah: Rumus : LnY = β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3+ e i. Jika
Obs*R2
>
X2
maka
model
tersebut
terkena
heteroskedastisitas. ii. Jika
Obs*R2
<
X2
maka
model
tersebut
bebas
dari
heteroskedastisitas.
Hasil estimasi uji White dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.17 Hasil Uji Estimasi Uji White F-statistic
1.322077
Prob. F(3,19)
0.2965
Obs*R-squared
3.972064
Prob. Chi-Square(3)
0.2645
Scaled explained SS
3.691704
Prob. Chi-Square(3)
0.2967
Berdasarkan hasil estimasi dengan uji white, diketahui nilai Obs*R-squared 3,972064 < X2 7,815 dengan Df 3 menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model empirik tidak terdapat masalah heterokedastisitas tidak ditolak (tidak ada heterokedastisitas). commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Uji Autokorelasi Pengujian ini digunakan untuk melihat korelasi antar variabel gangguan sehingga penarik OLS tidak konsisten dan menjadi bias. Analisis ini menggunakan uji Durbin-Watson. Dari hasil uji Durbin Watson diperoleh DW sebesar 1,853. Hasil perhitungan Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan tabel yang menunjukkan daerah Durbin Watson sebagaimana pada gambar dibawah ini :
Autokorelasi Korelasi Positif
Daerah
Daerah
ragu
ragu
Auto
negatif
Bebas Autokorelasi positif maupun negatif
0
dl
du
1,853 DW
4-du
Gambar 4.3 Analisis Durbin Watson
commit to user
4-dl
4
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan menggunakan derajat keyakinan 5% dengan jumlah sampel 23, dan variabel penjelas 3 ,maka didapat nilai dl=1,078 4-dl = 2,922, du = 1,660, 4-du = 2,34 Berdasarkan tabel diatas , maka diketahui bahwa hasil Durbin Watson sebesar 1,853 yaitu daerah yang menunjukkan daerah bebas. Oleh karena itu maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. F. Interpretasi Matematis
Berdasarkan hasil regresi data yang diperoleh maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Koefisien modal bertanda positif sebesar 1,415073. Hal ini dapat diartikan bahwa bila modal mengalami kenaikan sebesar 1%
maka akan
menaikkan keuntungan sebesar 1,4150573%. Sebaliknya jika modal mengalami penurunan 1% maka akan menurunkan tingkat keuntungan sebesar 1,4150573%. 2. Koefisien tenaga kerja bertanda negatif sebesar -0,315247. Hal ini dapat diartikan bahwa bila biaya untuk tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menurunkan tingkat keuntungan sebesar 0,315247%. 3. Koefisien bahan baku bertanda negatif sebesar -0,189486. Hal ini dapat
diartikan bahwa bila bahan baku mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menurunkan keuntungan sebesar 0,189486%.
G. Interpretasi Ekonomi
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari
hasil
analisis
dan
pembahasan
tersebut
diatas
dapat
dinterprestasikan bahwa secara ekonomi usaha batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten sebagai berikut: 1. Pengaruh modal terhadap keuntungan pengusaha batik Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel modal dengan tingkat signifikansi
5% berpengaruh signifikan dan positif
terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten. Semakin besar modal maka tingkat keuntungan akan semakin besar. Koefisien modal bertanda positif
diperoleh hasil sebesar
1,415073. Hal ini dapat diartikan bahwa bila modal mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan meningkatkan keuntungan pengusaha sebesar 1,415073%. Antara modal dan
keuntungan pengusaha batik mempunyai
hubungan yang positif karena adanya penambahan modal, sehingga para pengusaha akan dapat menambah perluasan usaha batiknya, misalkan dengan menambah jumlah bahan baku, peralatan produksi dan lain sebagainya. Dengan demikian maka kapasitas produksi batik akan meningkat. Dengan adanya tambahan kuantitas produksi batik, maka keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat akan meningkat. Dalam hal penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian Putra (2010) yang menyatakan dalam penelitiannya commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat keutungan. Begitu pula dengan penelitian dari Ramadhan (2009) dan Nisa (2011) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat keuntungan.
2. Pengaruh jumlah biaya tenaga kerja terhadap keuntungan pengusaha batik Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja dengan tingkat signifikansi 5% signifikan dan negatif terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten. Koefisien biaya tenaga kerja bertanda negatif diperoleh hasil sebesar -0.315247. Hal ini dapat diartikan bahwa jumlah biaya tenaga kerja dan keuntungan pengusaha industri batik mempunyai hubungan yang searah yaitu dengan penambahan biaya tenaga kerja sebesar 1% mengakibatkan penurunan keuntungan pengusaha industri batik sebesar -0.315247 %. Hal ini berarti, jika jumlah biaya tenaga kerja bertambah, maka akan mengakibatkan keuntungan pengusaha menurun. Dengan skala produksi yang sama apabila terjadi perubahan biaya tenaga kerja maka akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh, semakin banyak biaya tenaga kerja yang dikeluarkan maka akan semakin kecil atau berkurang keuntungan yang diperoleh pengusaha batik. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian dari Nisa (2011) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa variabel tenaga kerja signifikan terhadap tingkat keuntungan.
3. Pengaruh bahan baku terhadap keuntungan pengusaha batik Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bahan baku dengan tingkat signifikansi
5% berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten. Apabila pengusaha menaikkan biaya bahan baku maka tingkat keuntungan akan menurun. Koefisien bahan baku bertanda negatif diperoleh hasil sebesar -0.189486. Hal ini dapat diartikan bahwa bila bahan baku mengalami kenaikan sebesar 1%
maka akan menurunkan laba usaha
sebesar -0.189486%. Hal
ini berarti, jika bahan baku
bertambah, maka akan
mengakibatkan keuntungan pengusaha menurun. Kondisi tersebut terjadi karena bertambahnya bahan baku tanpa disertai dengan bertambahnya modal dan tenaga kerja maka hanya akan menambah jumlah pengeluaran untuk proses produksi, dengan bertambahnya biaya untuk produksi maka akan mengurangi tingkat keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian dari Ramadhan (2009) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa variabel biaya bahan baku signifikan terhadap tingkat keuntungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 23 pengusaha industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Variabel modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa jarum Kecamatan Bayat, Klaten pada signifikansi 5%. Baik secara teori dan kenyataannya, modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap keuntungan, atau penambahan pada modal pengusaha industri batik akan menyebabkan keuntungan pengusaha industri batik akan bertambah pula. 2. Variabel jumlah biaya tenaga kerja berpengaruh signifikan dan negatif terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten pada tigkat signifikansi 5%. Baik secara teori maupun kenyataan, biaya tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik. Hal ini berarti, jika jumlah biaya tenaga kerja bertambah, maka akan mengakibatkan keuntungan pengusaha menurun dengan asumsi skala produksi yang sama apabila terjadi perubahan biaya tenaga kerja maka akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh. 3. Variabel bahan baku berpengaruh signifikan dan negatif terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Klaten pada commit to user
88
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat signifikansi 5%. Baik secara teori maupun kenyataan, biaya bahan baku berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
keuntungan
pengusaha batik. Hal ini berarti, jika bahan baku bertambah, maka akan mengakibatkan keuntungan pengusaha menurun dengan asumsi skala produksi yang sama apabila terjadi perubahan biaya bahan baku maka akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh. 4. Dilihat dari kofisien regresinya, variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten adalah modal. Berarti hal ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian.
B. Saran 1. Faktor modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.
Maka
disarankan
kepada
para
pengusaha
batik
untuk
meningkatkan modalnya dengan harapan keuntungan yang diperoleh pengusaha semakin meningkat, namun jika para pengusaha kesulitan untuk menambah modalnya maka dapat mencari tambahan modal dari sumber lain yaitu seperti pinjaman dari bank maupun koperasi. 2. Perlunya pemerintah Kabupaten Klaten untuk memberikan bantuan modal kepada para pengusaha batik dengan memberikan bantuan kredit lunak dengan cara memberikan kredit dengan bunga yang rendah kepada pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat, Klaten. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Perlu adanya bantuan pemerintah dan pengusaha untuk memberikan pembinaan dan pelatihan kepada para pekerja agar dapat meningkatkan ketrampilan dan produktifitas para pekerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi batik. 4. Perlu adanya bantuan pemerintah untuk memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada para pengusaha dalam proses pemasaran dengan memanfaatkan teknologi seperti pemasaran melalui internet. Pemerintah Kabupaten perlu mengikutsertakan hasil produksi pengusaha dalam pameran baik lokal, nasional, maupun internasional agar produknya dikenal masyarakat secara luas sehingga akan meningkatkan hasil penjualan sehingga keuntunganpun meningkat.
commit to user