ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HANDPHONE BLACKBERRY
Amira Tria Hanin Idris, SE., M.Si
The background of this study is the emergence of new phenomena, especially the various brand of smartphone products. Today, Blackberry smartphone has shown an increase in the number of sales, especially in the years2009 and 2010. In fact Blackberry smartphone is a phenomenal product not only in Indonesia but also in the world. The purpose of this research is to investigate the influence of brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty toward purchasing decisions. This research was conducted on the consumer or the owner of Blackberry smartphone in Universitas Diponegoro Semarang, and the number of samples are determined 100 respondents using purposive sampling method. The analytical method used is the quantitative. Data has met the test validity, test reliability, and classical assumption are processed so as to produce a regression equation. Where (Y) is the purchase decision variables, (X 1) is brand awareness, (X2) is perceived quality, (X3) is brand association, and (X4) is brand loyalty. Hypothesis testing using the t-test indicates that the four independent variable found to significantly influence the purchase dependent variable, then using F-test can be known that the four variable are well deserved to test the purchase decision dependent variable. The Adjusted R Square value 0.613 showed that 61.3 percent of purchase decision variation can be explained by the four independent variables in the regression equation, while the rest of 38.7 percent is explained by other variables outside of the four variables used in this study.
Keywords: brand awareness, perceived quality, brand associations, brand loyalty and purchasing decision
PENDAHULUAN Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk, di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan persaingan yang semakin tajam, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih (Sitinjak, 2005). Kesadaran produsen akan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat dijadikan peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan. Teknologi telekomunikasi merupakan salah satu peluang bisnis potensial yang dimanfaatkan oleh produsen dalam persaingan. Meningkatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi telekomunikasi dalam kehidupan saat ini disebabkan karena penggunaan telekomunikasi yang diyakini dapat membantu meringankan pekerjaan seseorang. Salah satu produk teknologi telekomunikasi yang saat ini diperebutkan oleh banyak produsen adalah handphone (ponsel). Fenomena persaingan antara perusahaan membuat setiap perusahaan harus menyadari akan suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan, khususnya untuk perusahaan yang menghasilkan produk handphone. Saat ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk saja misalnya seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi penggunanya. Produk menjelaskan sebagai suatu komoditi yang dipertukarkan, sedangkan merek menjelaskan pada spesifikasi pelanggannya. Merek yang memiliki persepsi baik umumnya akan lebih menarik calon konsumen untuk melakukan pembelian ulang karena mereka yakin bahwa merek tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya. Jika perusahaan mampu membangun merek yang kuat di pikiran atau ingatan pelanggan melalui strategi pemasaran yang tepat, perusahaan akan dikatakan mampu membangun mereknya. Dengan demikian merek dari suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggannya yang di nyatakan sebagai merek yang memiliki ekuitas merek (Astuti dan Cahyadi, 2007).
Perkembangan merek-merek handphone di Indonesia relatif cukup baik dan dinamis baik untuk produk lokal maupun internasional. Selain itu, tingkat persaingan di berbagai katagori produk berdasarkan kemajuan telekomunikasi khususnya produk handphone telah menyebabkan timbulnya beberapa fenomena yang cukup menarik. Salah satu fenomena yang menarik perhatian dunia adalah pertumbuhan telekomunikasi yang lebih canggih yaitu dengan munculnya produk ponsel pintar alias smartphone. Salah satu produk smartphone belakangan ini berhasil mencuri perhatian masyarakat adalah handpone merek Blackberry. Handphone Blackberry pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh perusahaan Research In Motion (RIM) di Kanada. Handphone Blackberry pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh operator Indosat dari PT. Indosat Tbk, disusul kemudian oleh dua operator besar yakni dari PT. XL Axiata Tbk dan PT. Telkomsel (www.suaramerdeka.com). Ada beberapa alasan mengapa handphone Blackberry menjadi fenomenal di seluruh dunia terutama di Indonesia karena adanya diferensiasi produk yang berbeda dengan merek pesaing, jika dilihat dari kegunaan dan keunggulan fungsi produknya beragam. Banyaknya fitur-fitur baru yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya, misalnya seperti push e-mail yaitu email yang diterima tepat waktu, akses internet tanpa batas dimanapun, kapanpun dan ditawarkan dengan biaya paket miring yang telah ditetapkan oleh berbagai operator, kemudian mempunyai jangkauan jaringan yang luas agar pengguna dapat berkomunikasi dengan teman di seluruh dunia (chatting via BBM (Blackberry Messenger), Yahoo, Twitter, Facebook, Foursquare, dll). Walaupun permintaan pasar terhadap produk smartphone saat ini mengalami peningkatan, tetapi tetap saja handphone merek Blackberry masih kalah bersaing dengan merek-merek kompetitor lainnya seperti Nokia, Apple, dan merebahnya handphone-handphone dari Cina yang di anggap bersaing dengan harga yang rendah tapi mempunyai keunggulan yang hampir sama dengan Blackberry. Untuk melihat perbandingan penjualan terhadap handphone yang bermerek, Gartner melakukan suatu riset secara global terhadap merek-merek handphone
dari tahun 2006 sampai 2010. Berikut ini adalah hasil riset Garner yang dikutip dalam majalah SWA. Perbandingan Penjualan Handphone di Seluruh Dunia Berdasarkan Merek ( ribuan unit ) Merek
Nokia Samsung
2006 Market Unit Share (%) 344.915, 90 116.480, 10 61.986
34,8
2007 Market Unit Share (%)
-
-
435.45, 01 154.54 0,70 78.576, 30 -
-
-
-
11,8 6,3
LG. Elct
37,8
2008 Market Unit Share (%)
-
472.314, 90 199.324, 30 102.789, 10 -
-
-
-
-
13,4 6,8
38,6 16,3 8,4
RIM Apple Sonny Ericsson Motorola Others Total
73.641, 60 209.250, 90 184.588, 00 990.662, 50
7,1 21,1 8,6 100
101.35 8,40 164.30 7 218.60 4,30 1.158.8 39,80
8,8 14,3 18,9 100
93.106, 10 106.522, 40 248.196, 10 1.222.25 2,89
7,6 8,7 20,4 100
2009 Market Unit Share (%) 440.881, 60 235.772
36,4
121.972, 10 34.34, 60 24.889, 70 54.956, 60 58.475, 20 239.945, 80 1.211.23 9,60
10,1
19,5
2,8 2,1 4,5 4,8 19,8 100
2010 Market Unit Share (%) 461.31 8,20 261.06 5,80 114.15 4,60 47.451, 60 46.598, 30 41.619, 20 38.553, 70 565.84 1,01 1.596.8 02,39
Sumber: SWA10/ XXVII/ 12-15 Mei 2011 Dari tabel perbandingan penjualan handphone bermerek di atas, dapat dilihat posisi RIM (Research In Motion) untuk produk handphone Blackberry antara tahun 2009 - 2010 mengalami peningkatan baik dalam unit penjualan maupun market share nya. Dimana pada tahun 2009 market share handphone Blackberry sebesar 2,8% mengalami peningkatan sebesar 0,2% pada tahun 2010.
TINJAUAN PUSTAKA Merek Kata “brand” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa old nurse, yang berarti “to burn”, mengacu pada pengidentifikasian merek. Pada waktu itu pemilik hewan ternak menggunakan tanda “cap” khusus untuk menandai ternak miliknya dan membedakannya dari ternak lain. Melalui “cap” tersebut, konsumen lebih mudah mengidentifikasi ternak yang berkualitas dari perternak yang bereputasi bagus (Tjiptono, 2005).
28,6 17,6 7,1 3 2,9 2,6 2,4 35,5 100
Ekuitas Merek Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan
Cahyadi, 2007).
Menurut Aaker, ekuitas merek dijabarkan kedalam empat dimensi, yaitu kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas merek (perceived quality), asosiasi merek (brand associations), dan loyalitas merek (brand loyalty) (Sadat,2009). Kesadaran Merek Kesadaran merek adalah kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat kembali sebuah merek dan mengkaitkannya dengan satu kategori produk tertentu. Perusahaan dapat menciptakan nilai-nilai kesadaran merek agar konsumen dapat lebih memahami pesan merek yang akan disampaikan (Humdiana, 2005), yaitu sebagai berikut: 1. Jangkar yang menjadi pengait asosiasi lain Tingkat kesadaran merek yang tinggi akan lebih memudahkan pemasar untuk melekatkan suatu asosiasi terhadap merek karena merek tersebut telah tersimpan dibenak konsumen. 2. Rasa suka Kesadaran merek yang tinggi dapat menimbulkan rasa suka konsumen terhadap merek tersebut. 3. Komitmen Jika kesadaran suatu merek tinggi, maka konsumen dapat selalu merasa kehadiran merek tersebut. 4. Mempertimbangkan merek Ketika konsumen akan melakukan keputusan pembelian, merek yang memiliki tingkat kesadaran merek tinggi akan selalu tersimpan di benak konsumen dan akan dijadikan pertimbangan oleh konsumen.
Persepsi Kualitas Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007). Persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek yang akan dijadikan bahan pertimbangan pelanggan kemudian akan berpengaruh dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli. Dengan persepsi kualitas yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk yang memiliki persepsi kualitas yang baik. Asosiasi Merek Sebuah merek adalah serangkaian asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. Suatu merek yang lebih mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai asosisasi yang kuat. Suatu perusahaan harus selalu menjaga asosiasi organisasinya di mata konsumen karena konsumen akan lebih tertarik untuk memilih merek yang diproduksi oleh perusahaan yang memiliki citra asosiasi organisasi yang baik. Selain itu, asosiasi organisasi akan sangat diperlukan untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek tersebut. Loyalitas Merek Menurut Oliver dan Yoo, loyalitas merek adalah komitmen kuat dalam berlangganan atau membeli kembali suatu merek secara konsisten di masa mendatang (Sadat, 2009). Hanya loyalitas yang dapat membuat pelanggan membeli merek tertentu dan tidak mau beralih kemerek yang lain, meskipun persaingan iklan promosi yang semakin kuat. Keputusan Pembelian Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen (Swastha, 1999), yaitu: 1. Keputusan tentang jenis produk Komponen dapat mengambil keputusan tentang produk apa yang akan dibelinya untuk memuaskan kebutuhan.
2. Keputusan tentang bentuk produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk dengan bentuk sesuai dengan selera dan kebutuhan. 3. Keputusan tentang merek Konsumen dapat mengambil keputusan tentang merek produk yang akan dibeli karena setiap produk mempunyai perbedaan-perbedaan tersendiri. 4. Keputusan tentang penjualnya Konsumen dapat mengambil keputusan di mana produk yang diperlukan tersebut akan dibeli. 5. Keputusan tentang jumlah produk Konsumen dapat mengambil keputusan tentang berapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu produsen. 6. Keputusan tentang waktu pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. 7. Keputusan tentang cara pembayaran Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan dibeli, apakah secara tunai atau cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembelinya. Rasa percaya diri yang kuat pada diri konsumen atau pelanggan yang merupakan keyakinan bahwa keputusan atas pembelian yang diambilnya adalah benar (Astuti dan Cahyadi, 2007) yang memiliki indikator sebagai berikut : a. Kemantapan membeli b. Pertimbangan dalam membeli c. Kesesuaian atribut dengan keinginan dan kebutuhan
Hubungan Antar Variabel Menurut David A. Aeker (Humdiana, 2005), kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori tertentu. Kesadaran
menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen yang dapat menjadi penentu dalam berbagai kategori. Semakin tinggi kesadaran (awareness) konsumen terhadap merek suatu produk semakin kuat keputusan pembelian konsumen. Jika semakin kecil tingkat risiko suatu merek akan menimbulkan keyakinan yang besar pada pelanggan atas keputusan pembeliannya. Persepsi Kualitas dalam mempengaruhi ekuitas sebuah merek terhadap keputusan pembelian konsumen (Astuti dan Cahyadi,2007). Persepsi kualitas yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Selanjutnya mengingat persepsi konsumen yang diramalkan maka persepsi kualitasnya negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama di pasar. Asosiasi positif yang melekat pada merek dapat memudahkan pelanggan memproses dan mengingat kembali berbagai informasi mengenai merek yang sangat berguna dalam proses keputusan membeli. Loyalitas merek merupakan suatu ukuran loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Ukuran loyalitas konsumen ini dapat memberikan gambaran mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga maupun atribut lain. Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan terhadap suatu merek produk (Astuti dan Cahyadi, 2007) yaitu: a. Komitmen pelanggan, meliputi kemungkinan pelanggan untuk terus menggunakan merek tersebut tanpa terpengaruh oleh promosi yang dilakukan merek pesaing. b. Rekomendasi pelanggan kepada pihak lain agar ikut menggunakan merek tersebut. c. Harga optimum, meliputi kemungkinan pelanggan untuk bersedia membeli suatu merek produk dengan harga yang lebih tinggi dari merek yang lain.
Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini hipotesis dinyatakan sebagai berikut: H1: Kesadaran merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian handphone BlackBerry H2: Persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian handphone BlackBerry H3: Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian handphone BlackBerry H4: Loyalitas merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian handphone BlackBerry
METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Teknik pengumpulan data dengan kuisioner merupakan satu teknik pengumpulan data dengan memberikan respon terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Dalam kuesioner ini nantinya akan digunakan model pertanyaan tertutup dan terbuka, untuk pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga responden dapat memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut. Sedangkan pertanyaan terbuka digunakan untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran sehingga memperoleh gambaran baru atau memperkuat suatu gambaran yang sudah ada sebelumnya. Dalam pengukurannya, setiap responden diminta pendapatnya mengenai suatu pertanyaan, responden dapat memilih jawabannya sesuai dengan presepsinya. Pengukuran data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert (skala 1 sampai dengan 5) dimulai dari Sangat Tidak Setuju (STS) sampai dengan Sangat Setuju (SS). Skala pengukuran ini berarti bahwa jika nilainya semakin mendekati 1 maka berarti semakin tidak setuju. Sebaliknya, jika semakin mendekati angka 5 berarti semakin setuju.
Pengukuran Kesadaran Merek Pengukuran kesadaran merek disesuaikan dari penelitian Humdiana (2005) dan Suprapti (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu: 1. Kemampuan untuk mengenali merek produk 2. Kemampuan untuk mengingat merek pada level Top of Mind 3. Ciri khas yang membedakan produk 4. Kemampuan pelanggan dalam mengenali iklan merek produk 5. Kemampuan pelanggan dalam mengenali varian merek produk Persepsi Kualitas Pengukuran persepsi kualitas disesuaikan dari penelitian Astuti dan Cahyadi (2007) dan Rachmansyah (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu: 1. Overall quality (persepsi pelanggan terhadap penampilan suatu merek produk) 2. Reliability/kehandalan (persepsi pelanggan terhadap kehandalan suatu merek produk) 3. Functional (persepsi pelanggan terhadap kemudahan dalam mengoperasikan fitur-fitur suatu merek) 4. Popularitas suatu merek produk 5. Kualitas produk yang diharapkan konsumen Asosiasi Merek Pengukuran asosiasi merek disesuaikan dari penelitian Humdiana (2005) dan Kurniawan (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu: 1. Manfaat produk 2. Kesesuaian terhadap gaya hidup 3. Kredibilitas perusahaan 4. Nilai merek produk lebih inovatif 5. Pencitraan merek produk di benak konsumen
Loyalitas Merek Pengukuran loyalitas merek disesuaikan dari penelitian Astuti dan Cahyadi (2007) dan Setyawan (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu: 1. Komitmen pelanggan 2. Rekomendasi pelanggan ke pihak lain 3. Kebiasaan memilih merek 4. Kepuasan terhadap merek 5. Kefanatikan terhadap merek Keputusan Pembelian Pengukuran keputusan pembelian disesuaikan dari penelitian Astuti dan Cahyadi (2007) dan Suprapti (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu: 1. Kemantapan membeli 2. Pertimbangan dalam membeli 3. Prioritas dalam membeli 4. Kecepatan memutuskan memilih merek 5. Kemudahan mendapatkan/ memperoleh Populasi Penelitian ini menggunakan mahasiswa Universitas Diponegoro sebagai populasi penelitian karena mahasiswa adalah segmen masyarakat yang menjadikan informasi dan komunikasi sebagai suatu kebutuhan sehari-hari, karena itulah handphone sangat dibutuhkan oleh setiap mahasiswa untuk melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang dibutuhkan mahasiswa pada umumnya. Pertimbangan bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada, maka dilakukan pengambilan sampel. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang responden. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007). Sedangkan penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui teknik purposive sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan jenis kelamin, umur, program studi, dan fakultas. Deskripsi responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dan umur: Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur 18 – 20 tahun %
Umur 21 – 23 tahun %
23 –25 tahun %
Laki-laki
9
9
21
21
11
Perempuan
14
14
35
35
Total
23
23
56
56
Jenis Kelamin
Total %
11
41
10
10
59
59
21
21
100
100
41
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Total responden perempuan adalah sebanyak 59 orang mahasiswa atau 59% yang mayoritas berumur antara 21- 23 tahun (35 orang mahasiswa atau 35%). Total responden laki-laki dalam penelitian ini sebanyak 41 orang mahasiswa atau 41%. Deskripsi responden berdasarkan program studi dan fakultas yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Deskripsi Responden Berdasarkan Program Studi dan Fakultas Ekonomi %
Fakultas Fisip Sastra % %
Teknik %
%
D-III
5
5
0
0
0
0
0
0
5
5
S1- Reguler I
12
12
9
9
8
8
9
9
38
38
S1-Reguler II
24
24
7
7
11
11
15
15
57
57
Total
41
41
16
16
19
19
24
24
100
100
Program Studi
Total
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui prosentase responden berdasarkan program studi dan fakultas yang terbanyak adalah pada S1 Reguler II sebanyak
57 orang mahasiswa atau 57% dan Fakultas Ekonomi sebanyak 24 orang mahasiswa atau 24%. Hal ini dikarenakan peneliti menganggap bahwa mahasiswa ekonomi mempunyai kriteria yang layak untuk dijadikan sebagai responden yang lebih banyak.
Angka Indeks Jawaban Responden Analisis indeks jawaban responden dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif penelitian yang dilakukan terhadap tiap indikator dari masing-masing variabel. Angka jawaban responden tidak berawal dari angka 0, tetapi mulai dari angka 1 hingga 5, maka penghitungan nilai indeks jawaban akan berawal dari angka 20 hingga 100 dengan rentang sebesar 80. Dengan menggunakan kriteria tiga kotak (Three-box Method), maka rentang 80 dibagi tiga akan menghasilkan rentang sebesar 26,67. Rentang tersebut yang digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks sebagai berikut: 20,00 – 46,67 = Rendah 46,68 – 73,34 = Sedang 73,35 – 100 = Tinggi Berikut ini adalah hasil dari indeks jawaban responden dari rata-rata indeks variabelnya:
Indeks Jawaban Responden Variabel
Rata-rata Indeks
Keterangan
Kesadaran Merek
78,28
Tinggi
Persepsi Kualitas
78,8
Tinggi
Asosiasi Merek
73,36
Tinggi
Loyalitas Merek
77,92
Tinggi
83
Tinggi
Keputusan Pembelian
Uji Validitas Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan mampu mengungkapkan apa yang ingin diukur oleh
kuesioner tersebut. Indikator dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar daripada r tabel
(Ghozali,2009). Nilai r
hitung
dapat dilihat pada kolom Corrected Item–Total
Colleration yang berasal dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji validitas pada indikator-indikator penelitian ini terdapat pada tabel berikut ini: Hasil Uji Validitas Variabel Ekuitas Merek Variabel Kesadaran Merek
Persepsi Kualitas
Asosiasi Merek
Loyalitas Merek
Keputusan Pembelian
Kode Item q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 y1 y2 y3 y4 y5
r hitung
r tabel
Keterangan
0,395 0,304 0,456 0,383 0,391 0,380 0,359 0,395 0,330 0,377 0,445 0,372 0,344 0,389 0,360 0,521 0,414 0,363 0,362 0,354 0,505 0,437 0,375 0,321 0,309
0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198 0,198
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi konstruk atau variabel penelitian.
Untuk mengukur
uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Alpha lebih besar daripada
0,600 (Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach’s Alpha
Kesadaran Merek (X1) Persepsi Kualitas (X2) Asosiasi Merek (X3) Loyalitas Merek (X4) Keputusan Pembelian (Y)
Cut of Value
0,631
Cronbach’s Alpha Based On Standardized Items 0,632
0,600
Reliabel
0,614
0,615
0,600
Reliabel
0,623
0,629
0,600
Reliabel
0,637
0,650
0,600
Reliabel
0,632
0,633
0,600
Reliabel
Keterangan
Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua variabel mempunyai nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,600. Maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian ini reliabel.
Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2009) nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk multikolonieritas adalah tidak melebihi 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Hasil uji multikolonieritas tertera pada Tabel dibawah ini : Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Tolerance VIF Kesadaran Merek (X1) 0,844 1,184 Perserpsi Kualitas (X2) 0,711 1,407 Asosiasi Merek (X3) 0,880 1,136 Loyalitas Merek (X4) 0,853 1,173 Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi atau dengan kata lain model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran titik-titik pada sumbu diagonal grafik (Ghozali, 2009). Analisis grafik dilakukan dengan melihat histogram dan normal probability plot. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual
Pada grafik normal probability plot di atas terlihat titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut dengan homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Salah satu cara untuk dapat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan analisis residual yang berbentuk scatterplot dimana bila data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Akan tetapi bila ada pola tertentu seperti
titik-titik
yang
membentuk
pola
tertentu
yang
teratur,
maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas
yang ditandai dengan scatterplot dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut Grafik Scatterplot
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel beas. Dari hasil uji regresi berganda diperoleh koefisien regresi, nilai t dan hitung tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada tabel di bawah ini: Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients
Coefficients
95% Confidence
Collinearity
Interval for B
Statistics
Lower Model
B
1 (Constant)
.996
.338
.258
.071
.293
Rata-rata Kesadaran Merek Rata-rata Persespsi Kualitas Rata-rata Asosiasi Merek Rata-rata Loyalitas Merek
Std. Error
Beta
t
Sig.
Upper
Bound Bound Tolerance
VIF
2.945
.004
.325
1.668
.286
3.635
.000
.117
.399
.844
1.184
.068
.368
4.297
.000
.158
.428
.711
1.407
.123
.052
.181
2.353
.021
.019
.228
.880
1.136
.138
.052
.208
2.663
.009
.035
.240
.853
1.173
a. Dependent Variable: Rata-rata Keputusan Pembelian
Dari hasil tersebut,persamaan regresi dapat diperoleh dari standardized coefficients, hal ini karena pengukurannya menggunakan skala penilaian yang sama yaitu Likert, sehingga persamaannya sebagai berikut: Y = 0,286 X1 + 0,368 X2 + 0,181 X3 + 0,208 X4 Keterangan: Y = Keputusan Pembelian X1 = Kesadaran Merek X2 = Persepsi Kualitas X3 = Asosiasi Merek X4= Loyalitas Merek Persamaan regresi linear berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut: Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap keputusan pembelian (Y) yaitu pada kesadaran merek (X1) mempunyai pengaruh sebesar 0,286 terhadap keputusan pembelian (Y), persepsi kualitas (X2) mempunyai pengaruh sebesar 0,368 terhadap keputusan pembelian (Y), asosiasi merek (X3) mempunyai pengaruh sebesar 0, 181 terhadap keputusan pembelian (Y), dan loyalitas merek (X4) mempunyai pengaruh sebesar 0, 208 terhadap keputusan pembelian (Y). Dengan demikian variabel bebas yang berpengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian yaitu perpepsi kualitas (X2), diikuti kesadaran merek (X1), kemudian loyalitas merek (X4), dan yang pengaruhnya paling kecil adalah asosiasi merek (X3).
Uji Goodness of Fit Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai determinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Koefisien Determinasi b
Model Summary
Change Statistics
Std. Error R Model
R
Square R Square a
1
Adjusted
.885
.784
of the
R Square
Estimate
Change
.613
.23848
F Change
.784
df1
24.120
df2 4
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
95
.000
1.894
a. Predictors: (Constant), Rata-rata Loyalitas Merek, Rata-rata Asosiasi Merek, Rata-rata Kesadaran Merek, Rata-rata Persespsi Kualitas b. Dependent Variable: Rata-rata Keputusan Pembelian
Berdasarkan tabel diatas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R square adalah 0,613. Hal ini berarti 61,3% variasi keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen diatas. Sedangkan sisanya 38,7% di dapatkan dari (100% - 61,3% = 38,7%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.
Uji Signifikasi Simultan (Uji F) Uji F dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas (kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Kriteria yang digunakan adalah probabilitas <0,05, maka H0 ditolak dan H1diterima Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAb Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
5.487
4
1.372
Residual
5.403
95
.057
10.890
99
Total
F
Sig.
24.120
a. Predictors: (Constant), Rata-rata Loyalitas Merek, Rata-rata Asosiasi Merek, Rata-rata Kesadaran Merek, Rata-rata Persespsi Kualitas b. Dependent Variable: Rata-rata Keputusan Pembelian
a
.000
Dari hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel diatas didapatkan F hitung sebesar 24.120 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan bahwa variabel kesadaran merek (X 1), persepsi kualitas (X2), asosiasi merek (X3) dan loyalitas merek (X4) secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel keputusan pembelian (Y).
Uji Parsial (Uji t) Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (keputusan pembelian). Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi (α) = 0,05 ditentukan sebagai berikut : t hitung < t tabel , maka H0 diterima t hitung > t tabel , maka H0 ditolak Hasil dari uji t dapat dilihat pada tabel regresi berganda yang sudah di gambarkan diatas, maka hasil analisis uji t adalah sebagai berikut: 1. Nilai t
hitung
pada variabel Kesadran Merek (X1) adalah sebesar 3,635
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 3,635 > 1,985 dan 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan : Variabel kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 2. Nilai t
hitung
pada variabel Persepsi Kualitas (X2) adalah sebesar 4,297
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 4,297 > 1,985 dan 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan : Variabel persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 3. Nilai t
hitung
pada variabel Asosiasi Merek (X3) adalah sebesar 2,353 dengan
tingkat signifikansi 0,021. Karena 2,353 > 1,985 dan 0,021 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulan : Variabel asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 4. Nilai t
hitung
pada variabel Loyalitas Merek (X4) adalah sebesar 2,663
dengan tingkat signifikansi 0,009. Karena 2,663 > 1,985 dan 0,009 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan : Variabel loyalitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Pembahasan Berdasarkan analisis data pada analisis regresi berganda dan uji hipotesis, maka dapat diketahui bahwa : 1. Pernyataan dari hipotesis pertama (H1) dapat diterima, hal ini karena kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel kesadaran merek yang bernilai 0,286 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti jika tingkat kesadaran merek semakin tinggi, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa konsumen memiliki ciri khasnya yang kuat hingga menjadi best brand dalam benak mereka, maka konsumen memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk membeli handphone Blackberry. 2. Mengenai variabel kedua yaitu persepsi kualitas, pernyataan hipotesis kedua (H2) dapat diterima, hal tersebut dikarenakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel persepsi kulaitas yang bernilai 0,368 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05). Sehingga jika persepsi kualitas semakin baik, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa persepsi konsumen terhadap persepsi kualitas untuk handphone Blackberry memiliki sistem
pemakaian/pengoperasian yang mudah dan kesesuaian terhadap kebutuhan konsumen, dengan demikian memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam membeli handphone Blackberry. 3. Demikian pula pada hipotesis ketiga (H3) dapat diterima, hal ini karena asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel asosiasi merek yang bernilai 0,181 serta angka signifikansi sebesar 0,021 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti, jika asosiasi merek semakin baik, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Dari hasil penelitian diketahui bahwa konsumen yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap asosiasi merek, dan mereka memiliki intensitas pembelian yang lebih tinggi, dikarenakan manfaat yang didapatkan oleh konsumen setara dengan biaya yang sudah dikeluarkan kredibilitas perusahaan yang mampu memberikan inovasi tekhnologi yang tinggi dapat menambah nilai produk bagi pelanggan. 4. Selanjutnya pada pernyataan hipotesis keempat (H4) dapat diterima, hal ini karena loyalitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel loyalitas merek sebesar 0,208 serta signifikansi sebesar 0,009 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti, jika semakin tinggi loyalitas suatu merek, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelanggan-pelanggan yang puas dan menyukai merek akan memiliki intensitas yang lebih tinggi dalam keputusan pembelian handphone Blakberry.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai pengaruh ekuitas merek (kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) terhadap keputusan pembelian handphone Blackberry dapat diambil kesimpulan bahwa
variabel dependen (keputusan pembelian) terbukti secara signifikan baik simultan maupun parsial dipengaruhi oleh seluruh variabel independen (kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) yang digunakan dalam penelitian ini. Dari variabel-vaiabel dalam penelitian ini, pengaruh yang paling dominan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) adalah variabel persepsi kualitas berarti variabel ini adalah yang paling penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian handphone Blackberry. 1. Variabel persepsi kualitas (X2) berpengaruh yang paling besar diantara variabel bebas lainnya terhadap keputusan pembelian (Y) handphone Blackberry. Variabel persepsi kualitas dinilai oleh konsumen dengan hasil regresi sebesar 0,368 dan nilai t
hitung
pada variabel ini sebesar 4,297 dengan
tingkat signifikansi 0,000, maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y). Hal tersebut didukung oleh jawaban responden mengenai fitur-fitur handphone blackberry yang mudah untuk dioperasikan karena tampilannya simpel dan praktis, memiliki kualitas yang baik karena lebih canggih dibandingkan dengan merek yang lain, tempat produksi juga berpengaruh terhadap kehandalan dari handphone Blackberry dimana Kanada merupakan tempat produksi yang paling bagus kualitasnya, popularitas dari handphone blackberry dinilai tinggi karena dilihat dari hasil penjualan yang fenomenal, serta kesesuaian kualitas produk handphone Blackberry baik dari segi manfaat dan harga di anggap sudah sesuai dengan harapan konsumennya. 2. Variabel kesadaran merek (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) yang berada diurutan kedua ditunjukkan dengan hasil regresi sebesar 0,286. Dengan nilai t
hitung
pada variabel kesadaran merek adalah
3,635 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sehingga variabel kesadaran merek memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal tersebut didukung oleh persepsi dari responden yang mudah untuk mengaingat handphone Blackberry sebagai handphone smartphone yang banyak peminatnya saat ini, produknya mudah dikenali oleh konsumen yang dilihat dari ciri khasnya sepeti logo, bentuk qwerty, warna, dan
aplikasi BBM (Blackberry Massanger). Promosi lebih sering dilakukan oleh operator seluler yang saling bersaing dalam harga untuk meningkatkan pelanggannya yang menggunakan handphone Blackberry. 3. Variabel loyalitas merek (X4) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) dengan hasil regresi 0,208. Dengan nilai t
hitung
pada variabel
loyalitas merek adalah 2,663 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009. Sehingga variabel loyalitas merek memiliki pengaruh yang positif dan signifikansi terhadap variabel keputusan pembelian. Loyalitas merek mencerminkan
tingkat
keterikatan
konsumen
terhadap
handphone
Blackberry. Hal tersebut didukung oleh jawaban responden mengenai kepuasan konsumen karena handphone Blackberry dianggap mendukung kebutuhan komunikasi dan informasi sehari-hari, kualitas yang dimiliki oleh handphone Blackberry lebih baik dari yang lain sehingga bersedia untuk merekomendasikan kepada pihak lain untuk memperluar jaringan dan dapat mengurangi biaya yang lain. Tetapi pihak RIM (Research In Motion) harus selalu berinovasi dari segi varian, warna, bentuk dan fitur-fiturnya yang lebih canggih, agar tidak kalah dengan merek pesaingnya. 4. Variabel asosiasi merek (X3) berpengaruh paling kecil terhadap keputusan pembelian (Y) dengan hasil regresi sebesar 0,181. Dengan nilai t
hitung
sebesar 2,353 dengan tingkat signifikan adalah 0,021 maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal tersebut didukung oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa nilai merek handphone Blackberry masih unggul jika dibandingkan dengan pesaingnya karena fungsi yang ditawarkan sudah sesuai dengan kategori smartphone, kredibilitas perusahaan sudah dikenal baik secara global, adanya dorongan yang besar dari lingkungan sekitar untuk menggunakan handphone Blckberry dapat meningkatkan rasa percaya diri konsumen, hal tersebut disebabkan karena tuntutan gaya hidup yang semakin tinggi di lingkungan sekarang ini. Selain itu manfaat handphone Blackberry dirasakan dapat memperlancar aktivitas pemakainya.
5. Variasi keputusan pembelian dijelaskan oleh variabel kesadaran merek , persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek dengan sebesar 61,3% dengan sisa 38,7% dijelaskan oleh sebab-sebab diluar model. Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, berikut adalah beberapa saran sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan : 1. Variabel Persepsi kualitas mempunyai pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian. Perusahaan diharapkan untuk menetapkan dan mempertahankan standar kualitas yang tinggi, mengingat semakin ketatnya persaingan untuk produk-produk elektronik terutama telepon seluler atau handphone. Salah satu caranya dengan semakin memperlengkap fitur-fitur yang terdapat dalam setiap handphone Blackberry, tampilan yang sederhana dan praktis, serta diharapkan tetap mempertahankan dari segi functionalnya yaitu kemudahan dalam pengoperasian. 2. Variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh besar kedua terhadap keputusan pembelian. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
merek
handphone
Blackberry
adalah
dengan
cara
mempertahankan keunggulan ciri khas yang dimiliki oleh handphone Blackberry dari pesaingnnya seperti fitur Blackberry Massangernya, dan menjalin kerjasama pada pihak-pihak operator seluler sehingga dapat mencapai tujuan yang sama. 3. Dalam variabel loyalitas merek handphone Blackberry untuk indikator komitmen pelanggan mempunyai nilai yang paling kecil diantara indikator lainnya. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya keinginan konsumen untuk mencoba merek pesaing. Walaupun konsumen sudah mendapatkan kepuasan dari handphone Blackberry tetapi belum berarti konsumen akan setia selalu menggunakan handphone Blackberry. Jadi perusahaan hendaknya selalu meningkatkan inovasi terhadap produknya, dan selalu meningkatkan kualitas produknya agar tetap dapat bersaing dengan produk pesaingnya. Sehingga walaupun dengan meningkatnya merek pesaing, handphone Blackberry mempunyai posisitioning sendiri dalam benak konsumen dan berpengaruh pada loyalitas merek produknya.
4. Variabel asosiasi merek adalah variabel yang mempunyai pengaruh paling kecil dalam keputusan pembelian diantara variabel lainnya, sehingga perlu adanya perhatian khusus untuk meningkatkan asosiasi mereknya karena pada saat ini tekhnologi terus berkembang pesat sehingga persaingan di dunia tekhnologi pun semakin ketat, khususnya pada produk handphone yang kini telah banyak bermunculan merek-merek pesaing yang mulai menanamkan citra merek (brand image) di benak konsumen. Salah satu cara yang untuk meningkatkan asosiasi konsumen pada merek handphone Blackberry adalah dengan cara menambahkan persepsi nilai yang positif kepada konsumen, terutama pada harga. Karena kini telah banyak bermunculan merek-merek pesaing yang menawarkan produknya dengan harga yang murah dan bersaing. Untuk menanggapi hal tersebut dengan melakukan inovasi harga, agar konsumen tidak terpengaruh dengan murahnya merek pesaing. Usaha lainnya adalah dengan meningkatkan strategi promosi seperti periklanan yang bertujuan untuk mengingatkan kepada konsumen terhadap merek handphone Blackberry.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Sri Wahjuni dan I Gde Cahyadi. 2007. “Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda”. Majalah Ekonomi, Tahun XVII, No. 2 Dharmmesta, Basu Swastha. 1999. “Loyalitas pelanggan: Sebuah kajian Konseptual Sebagai Panduan bagi Peneliti”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.14, No.3:73-88. Durianto, Darmadi, Sugiarto dan toni Sitinjak. 2001. “Strategi Menaklukkan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Durianto, Darmadi, dkk, 2004. “Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ferdinand, Augusty. 2006. “Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penilisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan SPSS. Edisi IV. Semarang. BP UNDIP. Humdiana. 2005. “Analisis Elemen-elemen Brand Equity Produk Rokok Merek Djarum Black”. Journal of Marketing Management, Vol.12, No.1. Kotler,
Philip. 2005. “Manajemen Pemasaran: Analisis, Implementasi dan Kontrol”. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Perencanaan,
Kurniawan, Yusuf. 2010. “Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsemen (Studi Pada Konsumen Minuman Isotonik Fatigon Hydro di Purwokerto)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Kusno, Fera, A.R Yuni, M. Kristanti. 2007. “Analisa Hubungan Brand Strategy yang Dilakukan Goota Japanese Charcoal Grill and Cafe dan Brand Equity yang Sudah Diterima Konsumen”. Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 3. No. 1. Hal 43-56. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Rachmansyah, Rizal. 2010. “Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan Pembelian Konsemen Produk Pasta Gigi Pepsodent”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Sadat, Andi M. 2009. “Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan”. Jakarta: Salemba Empat. Setyawan, Fery Adhi. 2010. “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand Associations, Perceived Quality, dan Brand Loyalty Terhadap Minat Beli Telepon Seluler Nokia”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Sitinjak, Tony dan Tumpal JRS. 2005. “Pengaruh Citra Merek dan Sikap Merek Terhadap Ekuitas Merek”. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol.12, No.2. Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Penerbit CV Alpha Betha. Suprapti, Lilik. 2010. “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Perceived Value, Organizational Associations, dan Perceived Quality Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Swastha, Basu, 2007. “Asas-Asas Marketing. Edisi Keenam. Yogyakarta: Liberty. SWA No. 12/ XXVI/ 10-23 Juni 2010 SWA No. 10/ XXVII/ 12-15 Mei 2011 Tjiptono, Fandy. 2005. “Brand Management and Strategy”. Yogyakarta: Liberty. http://www.bataviase.co.id http://www.berryindo.com http://www.kaskus.com http://www.kompas.com http://www.suaramerdeka.com http://www.teknojurnal.com http://www.the-marketeers.com