Analisis Pengaruh Diversifikasi terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Perusahaan Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011 Ony Humarseno & Dony Abdul Chalid Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Abstrak Penelitian ini menganalisis pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2011, menggunakan pendekatan regresi kuantil. Penulis menemukan bahwa diversifikasi memberikan pengaruh negatif pada kinerja perusahaan saat pengukuran kinerja menggunakan Return on Assets (RoA) dan pengaruh ini semakin negatif pada kelompok perusahaan dengan tingkat kinerja relatif tinggi. Untuk pengukuran kinerja menggunakan nilai Tobin’s q, diversifikasi memberikan pengaruh negatif pada kinerja perusahaan untuk kelompok perusahaan dengan tingkat kinerja menengah, dan pengaruh negatif ini terus meningkat seiring meningkatnya kinerja perusahaan sampai pada kuantil Tobin’s q 0,70. Kata kunci : diversifikasi; kinerja perusahaan; RoA; regresi kuantil; Tobin’s q Abstract This study investigates the effect of diversification on firm performance using data of Indonesian listed companies during 2006-2011 employing quantile regression approach. This empirical results show that the effect of diversification on firm performance is negative, using Return on Assets (RoA) as measure of performance, and this effect becomes increasingly negative on firm performance for companies with relatively high performance. Using Tobin’s q as performance measure, the effect of diversification on firm performance is negative for companies with middle high performance, and this effect becomes increasingly negative until Tobin’s q quantile 0.70. Keywords : diversification; quantile regression; performance; RoA; Tobin’s q
1. Pendahuluan Di Indonesia, isu-isu terkait diversifikasi menjadi semakin menarik untuk dibahas dengan adanya fakta seperti pada berita di Antaranews (2013), dimana saat ini perusahaanperusahaan BUMN Indonesia mulai mengarah menuju konglomerasi dengan kinerjanya yang terus meningkat dan memiliki kapasitas dan akses modal yang lebih besar dibandingkan perusahaan swasta. Perkembangan perusahaan konglomerasi di Indonesia dimulai dengan berdirinya Grup Salim yang berdiri pada tahun 1967 yang merupakan perusahaan konglomerasi pertama yang meraup sukses dengan mendapatkan hak monopoli dari pemerintah dalam tepung terigu. Setelah krisis 1998 mereda, maka perusahan konglomerasi
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
seperti Astra Group, Sinar Mas, serta Bakrie Group yang unggul di bisnisnya masing-masing mulai bermunculan. Misalnya, Sinar Mas yang saat ini menguasai bisnis CPO di Indonesia. Kemunculan perusahaan konglomerasi di Indonesia pasca krisis ekonomi 1998 juga merupakan bagian dari isu global dimana hal ini sesuai dengan temuan dari Martin dan Sayrak (2003) bahwa pada akhir abad ke-20 ditutup dengan pemecahan rekor tingkat merger dan akuisisi terbesar karena nilai total dolar dari merger seluruh dunia mencapai 2,3 triliun USD pada tahun 1999 dan tingkat pertumbuhan merger rata-rata melebihi 20% antara tahun 1985 dan 1999. Dimana sebagian besar dari kegiatan ini merupakan tindakan strategis karena perusahaan melakukan merger dan akuisisi pada perusahaan lain yang bergerak di industri yang berbeda. Terkait hubungan diversifikasi dan kinerja perusahaan, Santalo dan Becerra (2008) memberikan bukti-bukti empiris pada hubungan diversifikasi dan kinerja perusahaan masih menunjukkan bermacam-macam kesimpulan. Hasil penelitian dari Stulz (1990), Lang dan Stulz (1994), Berger dan Ofek (1995), Servaes (1996), Lins dan Servaes (1999), Rajan, Servaes, dan Zingales (2000), Campa dan Kedia (2002), serta Martin dan Sayrak (2003) menemukan hubungan negatif antara diversifikasi dan kinerja perusahaan. Sementara, hasil penelitian dari Maksimovic dan Phillips (2002) dan Gomes dan Livdan (2004) menemukan hubungan positif antara diversifikasi dan kinerja perusahaan. Santalo dan Becerra (2008) juga menyebutkan adanya ketidaksamaan hubungan diversifikasi dan kinerja pada industri tertentu dan menyimpulkan bahwa perusahaan terdiversifikasi memiliki kinerja yang lebih baik dalam industri dengan jumlah perusahaan pesaing yang terfokus yang sedikit jumlahnya. Menyikapi hal-hal di atas, Lee dan Li (2012) melakukan penelitian untuk melihat adanya ketidakseragaman hubungan antara diversifikasi dan kinerja pada perusahaan yang berbeda-beda di Amerika Serikat menggunakan pendekatan quantile regression yang dikembangkan oleh Koenker dan Basset (1987). Temuan dari Lee dan Li (2012) ini menunjukkan hubungan diversifikasi dan kinerja perusahaan yang berbeda-beda dalam jarak kuantil RoE antara 0 dan 1. Diversifikasi berhubungan negatif dengan RoE saat kinerja perusahaan baik dan berhubungan positif dengan RoE saat kinerja perusahaan buruk. Mereka berpendapat bahwa hubungan negatif antara diversifikasi dan kinerja perusahaan menghilang dan menjadi hubungan positif saat kinerja perusahaan buruk. Di Indonesia sendiri, banyak penelitian yang telah mengkaji hubungan diversifikasi terhadap kinerja dan nilai perusahaan, seperti yang dilakukan oleh Harto (2005) yang menemukan bahwa diversifikasi dapat mengurangi nilai perusahaan, sementara Wahyuni (2007), Handayani (2009), Ardelia (2011), dan Natriavi (2012) yang menemukan bahwa
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
diversifikasi memiliki hubungan yang positif terhadap nilai perusahaan. Selama ini peneliti yang melakukan penelitian di Indonesia hanya melihat hubungan rata-rata dari diversifikasi dan kinerja perusahaan, tanpa memperhatikan bahwa dalam jangkauan kinerja tertentu terdapat hubungan yang berbeda-beda pada tingkat kinerja tertentu. Hasil dari temuan penelitian di Indonesia yang berbeda-beda ini dan cukup banyaknya perusahaan yang terdiversifikasi, serta pengambilan keputusan strategi diversifikasi terhadap perusahaan merupakan hal yang penting mengingat perusahaan konglomerasi di Indonesia berperan besar dalam perekonomian Indonesia. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian mengenai hubungan diversifikasi dengan kinerja perusahaan di Indonesia menggunakan quantile regression untuk melihat lebih detil lagi hubungan dari diversifikasi terhadap kinerja perusahaan di Indonesia dengan menggunakan pengukuran kinerja berbasis akuntansi (RoA) dan kinerja berbasis pasar (Tobin’s q) dan diversifikasi diukur menggunakan indeks Herfindahl dari penjualan segmen perusahaan. 2. Tinjauan Teoritis Banyak teori yang mengatakan bahwa diversifikasi memiliki beberapa keuntungan. Weston (1970) berpendapat bahwa perusahaan yang terdiversifikasi lebih efisien dalam pengalokasian sumber daya karena mampu menghasilkan pasar modal internal yang lebih besar, hal ini berawal dari pernyataannya dimana alokasi sumber daya lebih efisien pada pasar modal internal daripada pasar modal eksternal. Hal ini dilanjutkan oleh Stulz (1990), yang mengatakan bahwa dengan menciptakan pasar modal internal yang lebih besar, perusahaan yang terdiversifikasi mampu mengurangi permasalahan dalam hal kurangnya investasi. Kemudian, Chandler (1977) berpendapat bahwa adanya banyak divisi dalam perusahaan mampu menciptakan manajemen yang sangat fokus terhadap divisinya masing-masing, hal inilah yang membuat perusahaan terdiversifikasi menjadi lebih efisien dan lebih menguntungkan. Maksimovic dan Phillips (2002) menunjukkan bahwa perusahaan konglomerat memperlihatkan pertumbuhan pada kebanyakan industri. Kemudian, Gomes dan Livdan (2004)
menemukan bahwa model dinamis dari tingkah laku optimal perusahaan yang
memaksimalkan nilai pemegang saham konsisten dengan temuan mereka mengenai diversifikasi dan kinerjanya. Diversifikasi merupakan hasil alami dari pertumbuhan perusahaan dan hal ini berasal dari strategi perusahaan yang dinamis untuk memaksimalkan nilai.
Mereka
menemukan
bahwa
secara
statis
atau
cross-sectional,
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
perusahaan
terdiversifikasi lebih produktif dibandingkan perusahaan terfokus. Mereka menyimpulkan bahwa diversifikasi tidak menghancurkan nilai perusahaan. Di sisi lain, ternyata diversifikasi juga memiliki beberapa kerugian yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam hal pengalokasian modal, Stulz (1990) berpendapat bahwa perusahaan yang terdiversifikasi melakukan investasi yang berlebihan pada lini bisnis yang memiliki peluang investasi rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Jensen (1971) yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi lebih banyak melakukan investasi pada proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Scharfstein dan Stein (2000) berpendapat bahwa dengan beroperasi pada banyak usaha dapat meningkatkan biaya perusahaan karena adanya peningkatan insentif untuk manajer. Rajan, Servaes, dan Zingales (2000) berpendapat bahwa melalui model agency cost dapat dijelaskan adanya penyimpangan investasi pada perusahaan yang terdiversifikasi. Kemudian, menurut Meyer, Milgrom, dan Roberts (1992), terdapat influence cost yang terjadi akibat adanya manajer divisi yang berusaha mempengaruhi top management agar menyalurkan sumber daya pada divisinya, usaha ini dinilai dapat meningkatkan biaya perusahaan. Lebih lanjut lagi, Lang dan Stulz (1994) menemukan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi tinggi memiliki rerata dan median dari nilai Tobin’s q yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang terfokus. Mereka juga menemukan bahwa diversifikasi memiliki hubungan yang negatif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini disimpulkan berdasarkan temuan mereka dimana perusahaan yang terdiversifikasi memiliki kinerja yang lebih rendah dibandingkan saat perusahaan tersebut masih terfokus. Menurut mereka, hal ini dikarenakan perusahaan yang terdiversifikasi mencari pertumbuhan dengan melakukan diversifikasi karena sudah tidak ada lagi pertumbuhan pada usaha mereka saat ini. Lang dan Stulz juga menambahkan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi dalam kegiatan usaha yang terkait mampu menggunakan keahlian mereka saat ini sehingga memiliki keunggulan komparatif dalam kegiatan mereka tersebut, sedangkan perusahaan yang terdiversifikasi dalam kegiatan yang tidak terkait tidak memiliki keunggulan sehingga berkinerja rendah. Kemudian dilanjutkan oleh Berger dan Ofek (1995) menemukan bahwa diversifikasi mengurangi nilai perusahaan. Mereka berpendapat bahwa segmen dari perusahaan terdiversifikasi memiliki profitabilitas yang lebih rendah daripada bisnis yang bergerak pada satu lini usaha. Mereka juga menemukan bahwa investasi yang berlebih terkait dengan nilai perusahaan terdiversifikasi yang lebih rendah, dan segmen usaha dari perusahaan terdiversifikasi lebih sering melakukan investasi yang berlebih daripada bisnis yang bergerak
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
pada satu lini usaha. Berger dan Ofek menambahkan bahwa adanya subsidi pada segmen yang memiliki kinerja rendah juga merupakan bukti adanya pengurangan nilai yang dialami perusahaan terdiversifikasi. Campa dan Kedia (2002) berpendapat bahwa keputusan perusahaan untuk melakukan diversifikasi merupakan respon terhadap perubahaan yang dipengaruhi faktor eksternal pada kondisi lingkungan perusahaan yang juga mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih memilih meninggalkan industri dengan pertumbuhan yang relatif rendah dan biaya keluar yang tinggi. Perusahaan yang memilih melakukan diversifikasi memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perusahaan yang keluar dari industri, namun memiliki nilai yang lebih rendah daripada perusahaan lain yang tetap terfokus bisnisnya pada industri tersebut. Campa dan Kedia menemukan bahwa perusahaan yang kembali memfokuskan operasinya akan mengalami kerugian dari penurunan nilai perusahaan secara signifikan jika tetap terdiversifikasi. Temuan ini menyimpulkan bahwa hubungan antara status diversifikasi dan nilai perusahaan tidak harus sebuah hubungan sebab-akibat, namun merupakan hasil dari tindakan perusahaan untuk memaksimalkan profitnya yang dikarenakan adanya guncangan pada kondisi lingkungannya. Selain
itu,
Martin
dan
Sayrak
(2003)
menyimpulkan
bahwa
diversifikasi
menghancurkan nilai pemegang saham. Hasil ini berdasarkan temuan-temuan dari penelitian terdahulu yang telah mereka rangkum, dimana diversifikasi lebih banyak mengurangi nilai perusahaan, sehingga merugikan pemegang saham. Kesimpulan ini didukung dengan adanya beberapa bukti, seperti perusahaan yang terdiversifikasi cenderung memiliki nilai Tobin’s q yang lebih rendah, perusahaan yang terdiversifikasi diperdagangkan pada diskon sampai 15% ketika dibandingkan dengan nilai portofolio dari perusahaan terfokus, dan pasar saham cenderung menanggapi dengan baik peningkatan pada perusahaan terfokus. Mereka juga menambahkan apa yang menyebabkan kinerja perusahaan terdiversifikasi rendah, yaitu karena adanya masalah kesalahan alokasi modal pada perusahaan terdiversifikasi. Adanya kesalahan alokasi ini, menurut mereka dikarenakan ketidakefisienan pada alokasi dari pengumpulan dana internal atau dikarenakan adanya masalah agensi. Adanya kesalahan alokasi ini menyebabkan subsidi silang, dimana investasi pada divisi perusahaan yang lemah didukung dengan arus kas dari divisi yang lebih kuat. Selain temuan yang menemukan bahwa diversifikasi dapat meningkatkan kinerja atau menurunkan kinerja perusahaan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat juga penelitian lain yang menemukan bahwa ternyata diversifikasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan, namun pada titik tertentu diversifikasi justru menurunkan kinerja perusahaan.
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
Qian, Li, Li, dan Qian (2008) menunjukkan bahwa diversifikasi regional memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan pada tingkat menengah, setelah tingkat ini pengaruhnya menjadi negatif. Mereka juga menemukan bahwa negara-negara maju dapat memaksimalkan kinerjanya jika mereka melakukan diversifikasi ke dalam sejumlah daerah negara maju yang sesuai dan membatasi jumlah daerah negara berkembang. Untuk masalah potensi pasar, infrastruktur, dan perkembangan ekonomi, perbedaan-perbedaan ini penting dipertimbangkan di antara daerah-daerah berkembang. Biaya dan risiko dapat menjadi masalah jika perusahaan beroperasi pada daerah-daerah berkembang. Kemudian dilanjutkan oleh Lee dan Li (2012) yang melakukan penelitian untuk melihat bagaimana hubungan diversifikasi terhadap kinerja perusahaan jika dilihat dari tingkat kinerjanya dan menemukan bahwa hubungan negatif antara diversifikasi dan kinerja terjadi pada perusahaan dengan kinerja tinggi, sementara untuk kelompok perusahaan dengan kinerja rendah, hubungan antara diversifikasi dan kinerja perusahaan adalah positif. Menurut mereka, hubungan negatif antara diversifikasi dan kinerja perusahaan yang dialami perusahaan dengan kinerja tinggi sesuai dengan pendapat bahwa perusahaan dengan kinerja tinggi yang merupakan perusahaan yang masih menguntungkan, lebih baik tetap menjaga market niche mereka daripada melakukan diversifikasi. Sementara, hubungan positif antara diversifikasi dan kinerja perusahaan yang dialami perusahaan dengan tingkat kinerja rendah mengindikasikan bahwa perusahaan pada fase penurunan dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan melakukan diversifikasi dan ekspansi untuk mendapatkan keuntungan dari economies of scale dan economies of scope. 3. Metode Penelitian 3.1 Data dan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2011 yang tidak memiliki aktivitas yang beroperasi dalam sektor finansial. Perusahaan juga harus melaporkan segmen bisnis perusahaan disertai dengan kode minimum 2 digit kode North American Industry Classification (NAICS), jika perbedaan antara total penjualan segmen perusahaan dengan total penjualan perusahaan tidak lebih dari 10% maka perusahaan dihilangkan dari sampel, jika deviasi absolut total penjualan segmen di bawah penjualan perusahaan
sebesar 5%, maka penulis melakukan pembobotan ulang
berdasarkan persentase deviasi antara total penjualan segmen dan total penjualan perusahaan.
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
3.2 Model Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga model utama. Model Pertama digunakan untuk melihat bagaimana hubungan diversifikasi terhadap kinerja perusahaan, Model Kedua digunakan untuk melihat hubungan yang tidak linier dari diversifikasi dan kinerja, dan Model Ketiga digunakan untuk melihat apakah tingkat kinerja perusahaan mempengaruhi hubungan diversifikasi dan kinerja perusahaan. Model 1.1 digunakan untuk melihat hubungan diversifkasi terhadap kinerja perusahaan berdasarkan nilai RoA perusahaan. Model 1.1 RoAit = β0 + β1DIVit + β2(SIZE)it + β3(DEBT)it + β4(EBIT/ Sales)it +β5(Capex/Sales)it + uit
(3.1)
Model 1.2 digunakan untuk melihat hubungan diversifkasi terhadap kinerja perusahaan berdasarkan nilai Tobin’s q perusahaan. Model 1.2 Tobin’s qit = β0 + β1DIVit + β2(SIZE)it + β3(DEBT)it + β4(EBIT/ Sales)it +β5(Capex/Sales)it + uit
(3.2)
Model 2.1 digunakan untuk melihat hubungan yang tidak linier antara diversifikasi dan kinerja perusahaan berdasarkan nilai RoA perusahaan. Model 2.1 RoAit = β0 + β1DIV2it + β2(SIZE)it + β3(DEBT)it + β4(EBIT/ Sales)it +β5(Capex/Sales)it + uit
(3.3)
Model 2.2 digunakan untuk melihat hubungan yang tidak linier antara diversifikasi dan kinerja perusahaan berdasarkan nilai Tobin’s q perusahaan. Model 2.2 Tobin’s qit = β0 + β1DIV2it + β2(SIZE)it + β3(DEBT)it + β4(EBIT/ Sales)it +β5(Capex/Sales)it + uit
(3.4)
Model 3.1 digunakan untuk melihat hubungan diversifikasi terhadap kinerja perusahaan berdasarkan nilai RoA perusahaan, yang selanjutnya akan diestimasi menggunakan regresi kuantil. Model 3.1 RoAit = αit + βn Xit + uit
(3.5)
QRoA(τ|X) = α(τ) + βn(τ)X
(3.6)
Dimana, X merupakan variabel-variabel independen (DIV, SIZE, DEBT, EBIT/Sales, dan Capex/Sales) yang digunakan dalam penelitian ini dan QRoA(τ|X) menjelaskan kondisi
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
kuantil bersyarat yang ke- τ terhadap RoA, yang diasumsikan bergantung (nearly dependent) terhadap X. Model 3.2 digunakan untuk melihat hubungan diversifkasi terhadap kinerja perusahaan berdasarkan nilai Tobin’s q perusahaan, yang selanjutnya akan diestimasi menggunakan regresi kuantil. Model 3.2 Tobin’s qit = αit + βnXit + uit
(3.7)
QTobin’s q(τ|X) = α(τ) + βn(τ)X
(3.8)
3.3 Variabel RoA merupakan variabel dependen untuk pengkuran kinerja perusahaan yang merupakan pengkuran accounting-earning-based. Penggunaan accounting-earning-based sebagai pengukuran kinerja perusahaan memiliki beberapa alasan. Pertama, banyak peneliti lain yang menggunakannya seperti Grant, Jammine, dan Thomas (1988), Khana dan Palepu (2000), dan Cheng dan Farber (2008). Kedua, dari pandangan penggunaan internal, kinerja berbasis akuntansi merupakan hal penting, khususnya untuk manajer, karena menurut Gaver dan Gaver (1998) manajer sering dievaluasi dan diberikan kompensasi atas dasar kinerja berbasis akuntansi. Ketiga, pengukuran ini juga sangat berguna untuk pihak luar perusahaan, termasuk kreditur dan investor potensial. Seperti lembaga pemeringkat kredit yang mempercayai penggunaan pengukuran ini. Keempat, menurut Lee dan Li (2012), harga ekuitas berdasarkan pasar tidak selalu mencerminkan kinerja operasional dan nilai perusahaan. Tobin’s q merupakan variabel dependen untuk melakukan pengkuruan kinerja berbasis pasar mengikuti studi-studi sebelumnya, seperti Lang dan Stulz (1994), Servaes (1996), Khana dan Palepu (2000), Campa dan Kedia (2002), dan Santalo dan Becerra (2008). Menurut Lang dan Stulz (1994), Tobin’s q mencerminkan apa yang pasar pikirkan adalah keuntungan dari diversifikasi itu sendiri. Sehingga, Tobin’s q juga dapat diartikan sebagai pandangan investor terhadap suatu perusahaan, saat investor berpikir bahwa nilai suatu perusahaan tersebut bagus maka nilai Tobin’s q juga akan besar. DIV merupakan pengukuran diversifikasi perusahaan berdasarkan indeks Herfindahl yang didapat dari 1 dikurangi indeks Herfindahl. Jika perusahaan hanya memiliki satu segmen maka nilai DIV adalah 0 dan saat perusahaan memiliki 10 segmen dan masing-masing segmen memiliki penjualan 10% dari total penjualan perusahaan maka nilai Herfindahl index adalah 0,1 dan nilai DIV sebesar 0,9. DIV2 merupakan nilai diversifikasi yang dikuadratkan untuk melihat efek yang tidak linier dari strategi diversifikasi yang dilakukan perusahaan. Hal ini
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
menggambarkan bahwa penambahan diversifikasi dapat menyebabkan peningkatan dan pada titik tertentu penambahan ini akan menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Nilai DIV2 didapat dengan mengudratkan DIV. Kemudian variabel kontrol yang digunakan adalah SIZE yang didapat dari logaritma natural dari total asset, DEBT didapat dari rasio total kewajiban terhadap total aset untuk mengukur tingkat leverage perusahaan, EBIT/Sales merupakan rasio dari laba sebelum bunga dan pajak terhadap total penjualan yang digunakan untuk mengontrol profitabilitas dari operasional perusahaan, dan Capex/Sales merupakan rasio belanja modal terhadap total penjualan untuk mengontrol belanja modal yang dilakukan perusahaan. Tabel 3.1 Definisi Variabel Variabel
Keterangan
Pengukuran
Sumber
accountingbased-measure
Pendapatan bersih/ total aset
Datastream dan
market-based measure
(nilai pasar dari ekuitas+nilai
Datastream dan
buku preferred stock+nilai
olahan sendiri
Dependen RoA
Tobin’s Q
olahan sendiri
buku utang ) / (nilai buku asset) Independen DIV DIV2
Ukuran
1 – pendapatan penjualan
Datastream, Eikon,
diversifikasi
berdasarkan indeks Herfindahl
dan olahan sendiri
Ukuran
(1 – pendapatan penjualan
Datatream, Eikon, dan
diversifikasi
berdasarkan indeks
olahan sendiri
yang bergerak
Herfindahl)2
secara eksponensial SIZE
Ukuran
Logaritma natural dari total
Datastream dan
besarnya
aset
olahan sendiri
perusahaan DEBT
Ukuran leverage Total kewajiban / total aset
Datastream dan olahan sendiri
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
(lanjutkan) Tabel 3.1 Definisi Variabel EBIT / Sales Ukuran Pendapatan sebelum bunga profitabilitas
dan pajak / total penjualan
Datastream dan olahan sendiri
operasional Capex / Sales
Rasio belanja
Belanja modal / total penjualan Datastream dan
modal
olahan sendiri
4. Pembahasan Hasil Penelitian Dari analisis hasil regresi pada pembahasan sebelumnya dapat dilihat bahwa metode least square hanya memberikan hasil yang linier antara diversifikasi dan kinerja yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Sesuai dengan Lee dan Li (2012), dalam penelitiannya mengatakan bahwa estimator least square hanya fokus pada central tendency dari persebarannya. Oleh karena itu, metode ini tidak memungkinkan peneliti untuk melihat hubungan antara diversifikasi dan kinerja perusahaan yang berada pada daerah non-central. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel RoA Tobin's q DIV DIV2 SIZE DEBT EBIT/Sales Capex/Sales
Mean 0,0388 1,253 0,1376 0,0590 20,9410 0,2663 0,1094 0,1200
Tabel 4.2 Hasil Regresi Panel Model 1.1 Konstanta -0,0862** DIV -0,0276* DIV2 SIZE DEBT EBIT/Sales Capex/Sales Adj. R2
0,0075*** -0,1153*** 0,0307*** -0,0045 0,2152
Std. Dev. 0,0843 1,200 0,2003 0,1097 1,5800 0,2514 0,3544 0,4699
Max 0,3710 10,3300 0,7187 0,5165 25,3028 2,0245 5,7433 11,5049
Min -0,4039 0,1650 0,0000 0,0000 16,3062 0,0000 -2,1384 0,0000
Model 1.2 -0,1721 -0,4276*** -
Model 2.1 -0,0881** -0,0386
Model 2.2 -0,2946 -0,6821***
0,0632*** -0,0319 0,0389*** 0,1419*** 0,0856
0,0075*** -0,1149*** 0,0307*** -0,0047 0,2142
0,0678*** -0,0217 0,1116*** 0,1186** 0,0789
* α (10%); ** α (5%); *** α (1%) Sementara melalui hasil regresi kuantil pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang berbeda-beda antara diversifikasi dan kinerja perusahaan pada berbagai
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
tingkat kuantil kinerja. Dimana terlihat adanya pengaruh negatif yang terus meningkat dari diversifikasi terhadap kinerja perusahaan seiring dengan meningkatnya tingkat kinerja perusahaan dari kuantil 0,25 sampai dengan kuantil 0,95. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara diversifikasi dan kinerja perusahaan yang dapat dijelaskan menggunakan BCG Matrix dan Grand Strategy Matrix, dimana strategi diversifikasi ini digunakan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan pasar atau industri yang rendah, sedangkan sesuai fakta, Indonesia merupakan emerging market yang masih memiliki pertumbuhan yang tinggi, oleh sebab itu diversifikasi akan membuat perusahaan kehilangan fokus pada market niche mereka. Keputusan diversifikasi dapat membuat perusahaan kehilangan keuntungan dari industri yang masih memiliki potensi berkembang yang dapat menurunkan kinerja perusahaan. Temuan lain dari hasil di atas menunjukkan bahwa dengan pengukuran kinerja perusahaan menggunakan RoA mengindikasikan bahwa perusahaan terdiversifikasi cenderung melakukan investasi pada aset yang tidak produktif, sehingga dengan meningkatnya aset tidak menjamin meningkatnya pendapatan perusahaan, sehingga hal ini akan menurunkan kinerja perusahaan. Pada Model 3.2 menunjukkan bahwa pada perusahaan dengan kinerja yang relatif tinggi (kuantil 0,55, 0,60, 065, 0,70 dan 0,85 ), diversifikasi membuat pandangan investor terhadap perusahaan tersebut menjadi negatif, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang sudah memiliki kinerja yang tinggi kemudian melakukan diversifikasi akan kehilangan pendapatan potensial yang masih sangat besar dari pasar yang sekarang dan akan menurunkan profitabilitasnya. Hasil ini kurang sejalan dengan penemuan dari Lee dan Li (2012) yang menemukan bahwa hubungan diversifikasi dan kinerja perusahaan yang berbeda-beda dalam jarak kuantil RoE antara 0 dan 1, dimana diversifikasi berhubungan negatif dengan RoE saat kinerja perusahaan baik dan berhubungan positif dengan RoE saat kinerja perusahaan buruk. Namun hasil temuan penulis sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lang dan Stulz (1994), Berger dan Ofek (1995), Lins dan Servaes (1999), Rajan, Servaes, dan Zingales (2000), Campa dan Kedia (2002), serta Martin dan Sayrak (2003) dimana mereka menemukan hubungan negatif antara diversifikasi terhadap kinerja perusahaan.
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
Tabel 4.3 Hasil Regresi Kuantil (Diversifikasi terhadap Kinerja Perusahaan) Kuantil Model 3.1 Model 3.2 0,05 0,0301 0,0247 0,10 -0,0125 0,0779 0,15 -0,0155 0,0528 0,20 -0,0126 0,0245 0,25 -0,0205** 0,0056 0,30 -0,0208*** -0,0654 0,35 -0,0250*** -0,0435 0,40 -0,0250*** -0,0576 0,45 -0,0286*** -0,0943 0,50 -0,0364*** -0,1565 0,55 -0,0412*** -0,2642** 0,60 -0,0461*** -0,3990*** 0,65 -0,0407*** -0,5574*** 0,70 -0,0397*** -0,6882*** 0,75 -0,0444*** -0,4416 0,80 -0,0516*** -0,5911 0,85 -0,0473*** -0,7105* 0,90 -0,0649*** -0,2971 0,95 -0,0825*** -1,3112 * α (10%); ** α (5%); *** α (1%) Dengan melihat hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa hubungan diversifikasi yang dilakukan perusahaan di Indonesia memiliki pola hubungan yang menurun seiring dengan peningkatan kinerja perusahaan, dimana semakin tinggi kinerja perusahaan maka efek diversifikasi akan semakin negatif terhadap kinerja perusahaan yang dikarenakan berbagai faktor seperti yang dikatakan oleh Stulz (1990). Stulz berpendapat bahwa perusahaan yang terdiversifikasi melakukan investasi yang berlebihan pada lini bisnis yang memiliki peluang investasi rendah. Jensen (1971) berpendaat bahwa perusahaan terdiversifikasi lebih banyak melakukan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan. Adanya hubungan negatif dari diversifikasi terhadap kinerja ini, Scharfstein dan Stein (2000) berpendapat bahwa dengan beroperasi pada banyak usaha dapat meningkatkan biaya perusahaan karena adanya peningkatan insentif untuk manajer, serta faktor agency cost yang dikemukakan oleh Rajan, Servaes, dan Zingales (2000). Selain itu, Martin dan Sayrak (2003) menyimpulkan bahwa diversifikasi memiliki dampak negatif karena berdasarkan temuan mereka, perusahaan yang terdiversifikasi memiliki masalah pada pengalokasian modal yang tidak efisien. Alokasi modal yang tidak efisien ini menurut mereka disebabkan oleh ketidakefisienan alokasi dari dana internal yang berujung pada investasi yang tidak menguntungkan. Adanya inefficient capital allocation ini juga menyebabkan adanya subsidi silang antar divisi, dimana divisi yang lemah didukung
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
oleh divisi yang yang lebih kuat. Meyer, Milgrom, dan Roberts (1992) juga berpendapat bahwa masih ada masalah lain dari diversifikasi yakni adanya influence cost yang terjadi karena adanya biaya yang dilakukan oleh manajer divisi yang berusaha mempengaruhi top management agar menyalurkan sumber daya perusahaan pada divisi mereka. Hal ini juga akan menyebabkan investasi yang tidak menguntungkan karena divisi yang dipegang oleh manajer yang mempengaruhi top management tersebut memiliki usaha yang belum tentu menguntungkan, penyaluran sumber daya tersebut disebabkan karena adanya usaha mempengaruhi top management. 5. Kesimpulan Dari hasil yang ditemukan penulis dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa strategi diversifikasi memiliki hubungan terhadap kinerja perusahaan, baik menggunakan pengukuran nilai RoA maupun Tobin’s q. Strategi diversifikasi memiliki hubungan yang tidak linier pada kinerja perusahaan, sehingga penambahan diversifikasi sedikit saja dapat menurunkan kinerja perusahaan secara drastis, hal ini signifikan dengan menggunakan pengukuran market-based measure (Tobin’s q), namun untuk penggunaan accounting-based measure (Return on Assets) penulis belum dapat mengambil kesimpulan yang jelas. Kemudian, dengan menggunakan pengukuran RoA, perusahaan yang memiliki tingkat kinerja yang relatif rendah, pengaruh negatif strategi diversifikasi yang dilakukan perusahaan terhadap kinerjanya lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat kinerja yang relatif tinggi. Untuk penggunaan nilai Tobin’s q sebagai pengukuran kinerja perusahaan, pada kelompok perusahaan dengan tingkat kinerja menengah, diversifikasi berpengaruh negatif terhadap kinerja (Tobin’s q) dan pengaruh negatif ini terus meningkat seiring peningkatan kinerja perusahaan.
6. Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya menggunakan sampel perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan
untuk
seluruh
perusahaan
di
Indonesia.
Dengan
menggunakan
pengklasifikasian NAICS, penulis hanya dapat menggunakan dua-digit kode NAICS yang menyebabkan penulis tidak dapat melihat diversifikasi related atau unrelated yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini mengikuti penelitian dari Lee dan Li (2012) dan belum memasukkan faktor eksternal seperti kondisi bisnis pada industri yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan antara diversifikasi dan kinerja perusahaan, maupun adanya faktor
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
internal seperti adanya kepentingan dari manajemen perusahaan yang ingin mendapatkan keuntungan dari diversifikasi. Penelitian ini meneliti apakah diversifikasi mempengaruhi kinerja perusahaan, namun masih ada isu endogenitas terkait apakah diversifikasi yang mempengaruhi kinerja atau kinerja yang mempengaruhi keputusan diversifikasi. Sehingga, dari keterbatasan yang dialami oleh penulis dalam penelitian ini, diharapkan dapat diperbaiki oleh penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel yang digunakan, serta memasukkan perusahaan yang tidak terdaftar pada BEI untuk mendapatkan lebih banyak lagi cakupan sampel, sehingga diversifikasi yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dapat dikaji. Lebih lanjut lagi, dengan memasukkan faktor internal dan eksternal diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih mendalam terkait hubungan diversifikasi terhadap kinerja perusahaan. Penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk melihat isu endogenitas yang ada terkait apakah diversifikasi yang mempengaruhi kinerja ataukah kinerja perusahaan yang mempengaruhi diversifikasi perusahaan. Kepustakaan Ardelia, A. 2011. Analisis Pengaruh Diversifikasi Usaha, Konsentrasi Kepemilikan, dan Kontrol Pemerintah sebagai Variabel Moderasi terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Depok: Universitas Indonesia. Berger, P., Ofek, E. 1995. Diversification effect on firm’s value. Journal of Financial Economics 37, 39-65. Borghesi, R., Houston, J., Naranjo, A. 2007. Value, survival, and the evolution of firm organizational structure. Financial Management 36 (3), 5-31. Campa, J.M., Kedia, S. 2002. Explaining the diversification discount. Journal of Finance 57, 1731-1762. Chandler, A.D. 1977. The Visible Hand. Belknap Press. Cambridge, Ma. Cheng, Q., Farber, D.B. 2008. Earnings Restatements Changes in CEO Compensation and Firm Performance. Accounting Review 83, 1217-1250. David, R.F. 2008. Strategiec Management, Concept and Cases 12th Edition. USA: Prentice Hall. Gaver, J.J., Gaver, K.M. 1998. The relation, between nonrecurring accounting transactions and CEO cash compentation. Accounting Review 73, 235-253. Gomes, J., Livdan, D. 2004. Optimal diversification: reconciling theory and evidence. Journal of Finance 59, 507–535. Grant, R.M., Jammine, A.P., Thomas, H. 1988. Diversity, diversification, and profitability among British manufacturing companies. 1972–84. Academy of Management Journal 31, 771–801. Handayani, R. 2010. Pengaruh Tingkat dan Strategi Diversifikasi Teradap Profitability, Pertumbuhan, dan Resiko Perusahaan pada Industri Manufaktur di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013
Harto, P. 2005. Kebijakan Diversifikasi Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja: Studi Empiris pada Perusahaan Publik Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VIII (SNA 8). Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Khanna, T., Palepu, K. 2000. Is group affiliation profitable in emerging markets? An analysis of diversified Indian business groups. Journal of Finance 55, 867–891. Jensen, M.C. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance Takeovers. American Economic Review 75, 323-329. Jensen, M., Murphy, K.J. 1971. Performance Pay and Top Management Incentives. Journal of Political Economy. pp. 1248-1280. Koenker, R., 2005. Quantile Regression. Economoetric Society Monograph, Cambridge University, Cambridge. Koenker, R., Bassett, G. 1978. Regression quantiles. Econometrica 46, 33–50. Lang, H.P., Stulz, R.M. 1994. Tobin’s q, diversification and firm performance. Journal of Political Economy 102, 1248–1280. Lee, B.S., Li, M.Y.L. 2012. Diversification and Risk-adjusted Performance: A Quantile Regression. Journal of Banking and Finance 36, 2157-2173. Lins, K., Servaes, H. 1999. International evidence on the value of corporate diversification. Journal of Finance 54, 2215–2239. Maksimovic, V., Phillips, G. 2002. Do conglomerate firms allocate resources inefficiently across industries? Theory and evidence. Journal of Finance 57, 721-767. Martin, J.D., Sayrak, A. 2003. Corporate diversification and shareholder value. Journal of Corporate Finance 9, 37–59. Meyer, M., Milgrom, P., dan Roberts, J. 1992. Organizational Prospects, Influence Costs, and Ownership Changes. Journal of Economics and Management Strategy 1, 9-35. Natriavi, Windy. 2012. Analisis Pengaruh Strategi Diversifikasi terhadap Nilai Perusahaan Ditinjau dari Jumlah Pesaing Terfokus dalam Industri pada Perusahaan Tercatat di BEI. Depok: Universitas Indonesia. Qian, G., Li, Lee., Li, Ji., dan Qian, Z. 2008. Regional Diversification and Firm Performance. Journal of International Business Studies 39, 197-214. Rajan, R., Servaes, H., Zingales, L. 2000. The cost of diversity: the diversification discount and inefficient investment. Journal of Finance 55, 35–80. Santalo, J., Becerra, M. 2008. Competition from specialized firms and the diversification performance linkage. Journal of Finance 63, 851–883. Scharfstein, D., Stein, J. 2000. The Dark Side of Internal Capital Market: Divisional RentSeeking and Inefficient Investment. Journal of Finance 55, 2537-2564. Servaes, H. 1996. The value of diversification during the conglomerate wave. Journal of Finance 51, 1201–1225. Stulz, R.M. 1990. Managerial discretion and optimal financing policies. Journal of Financial Economics 26, 3–27. Villalonga, B. 2004a. Does Diversification Cause the “Diversification Discount”? Financial Management 33, 5-27. Villalonga, B. 2004b. Diversification discount or premium? New evidence from BITS establishment-level data. Journal of Finance 59, 479–505. Wahyuni, S. 2007. Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Kinerja dan Risiko Perusahaan. Depok: Universitas Indonesia Weston, J. Fred. 1970. The Nature and Significance of Conglomerates Firms. St. John’s Law Review 44. www.antaranews.com. Konglomerasi BUMN Mulai Kalahkan Swasta. http://www.antaranews.com/berita/370137/konglomerasi-bumn-mulai-kalahkan-swasta (diakses pada 26 Mei 2013)
Analisis pengaruh..., Ony Humarseno, FEB UI, 2013