ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, PEMBIAYAAN, DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO TERHADAP LABA PADA BANK X KCP
Oleh DWI RAHAYU H24060769
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN DWI RAHAYU. H24060769. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Financing To Deposit Ratio Terhadap Laba Perusahaan Pada Bank X KCP. Di bawah bimbingan WITA JUWITA ERMAWATI. Bank merupakan penggerak utama sektor perekonomian di Indonesia, oleh karena itu fungsi intermediasi bank selalu menjadi sorotan dalam menentukan kinerja sebuah bank. UU No 10 tahun 1998 merupakan cikal bakal melesatnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Bank X adalah anak perusahaan dari Bank Konvensional. Pada tahun 2009 Bank X menguasai pangsa pasar terbesar di industri perbankan syariah. Dengan semakin meningkatnya perkembangan bank syariah, tentu Bank X dituntut untuk mampu mempertahankan keunggulan yang dimilikinya. Bank X KCP merupakan salah satu Kantor Cabang Pembantu Bank X yang berlokasi di Bogor. Sebagai KCP, Bank X KCP juga memiliki peran dalam mempertahankan keunggulan yang dimiliki Bank X, diantaranya yaitu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut melalui pembiayaan. Pembiayaan dapat disalurkan dengan baik apabila proses penghimpunan dana bisa berjalan lancar. Karena hal tersebut secara langsung akan mempengaruhi laba bank, dan salah satu indikator untuk mengetahui baik tidaknya fungsi intermediasi bank dapat dilihat dari nilai FDR suatu bank. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis perkembangan DPK, pembiayaan, FDR, dan laba Bank X KCP, (2) Menganalisis komposisi pembiayaan pada Bank X KCP, dan (3) Menganalisis pengaruh DPK, pembiayaan dan FDR terhadap laba Bank X KCP. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data tersebut diperoleh dari wawancara dengan manajemen bank dan laporan keuangan Bank X KCP selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, data yang dipublish oleh BI, skripsi, dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis komponen utama (PCA), uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) DPK, pembiayaan, dan laba mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan FDR mengalami penurunan. Nilai FDR pada tahun 2007 yaitu 223,67 persen dan di tahun 2009 menjadi 111,37 persen. FDR yang di atas 100 persen mengindikasikan bahwa berdasarkan peraturan Bank Indonesia, kondisi likuiditas Bank X KCP masuk ke dalam kategori tidak sehat. (2) Selama tahun 2007 sampai dengan 2009, mayoritas pembiayaan yang disalurkan merupakan pembiayaan bagi hasil dengan kontribusi sebesar 89,0,7 persen, sedangkan jual beli hanya 9,32 persen, dan sisanya adalah pembiayaan sewa yaitu 1,61 persen. (3) Hasil uji F dan uji t menunjukkan bahwa secara keseluruhan maupun parsial DPK, pembiayaan, dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi 5 persen. Dan pada hasil regresi, variabel pembiayaan memberikan pengaruh secara nyata paling besar yaitu sebesar 1,25287 dengan pengaruh positif terhadap laba. Pengaruh secara nyata dan positif juga ditunjukkan oleh variabel DPK dengan koefisien 0,535. Sedangkan variabel FDR memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan nilai koefisien sebesar 0,780.
SUMMARY DWI RAHAYU. H24060769. Effect of Third Party Funds (DPK), Financing, and Financing To Deposit Ratio Of Income In The Bank X KCP. Under the guidance WITA JUWITA ERMAWATI. The Bank is a major driver of economic sectors in Indonesia, therefore the bank intemediasi function is always a highlight in determining the performance of a bank. Law No. 10 year 1998 is the forerunner to the development boom of Islamic banking in Indonesia. Bank X is a subsidiary of Conventional Banks. In 2009 the Bank X in the largest market share of Islamic banking industry. With the increasing development of Islamic bank, Bank of X demanded to be able to maintain its superiority. Bank X KCP is one of the Bank X branch offices located in Bogor. As KCP, Bank X KCP also has a role in maintaining the excellence of the Bank of X, such that intermediary functioning well, that is to collect funds and channel these funds through financing. Financing can be channeled properly if the funding process can run smoothly. Because it directly affects the income of the bank, and one of the indicators to determine whether or not the intermediary function of banks can be seen from the FDR value of a bank. The purpose of this study were (1) analyze the development of DPK, financing, FDR, and profits of Bank X KCP, (2) analyze the composition of financing in the Bank X KCP, and (3) analyze the effect of DPK, financing and FDR on profits of Bank X KCP. Data used in this study are primary and secondary. Data obtained from interviews with bank management and financial statements of Bank X KCP during the year 2007 until the year 2009, data published by the BI, theses, and books related to the research. The analytical method used in this study is multiple regression analysis, principal components analysis, F test and t test. The results showed that: (1) DPK, financing, and profits have increased every year, while FDR decreased. FDR values in the year 2007 is 223.67 persen and in the years 2009 to 111.37 persen. FDR above 100 persen indicates that based on the regulations of Bank Indonesia, Bank X KCP liquidity conditions into the unhealthy category. (2) During the years 2007 to 2009, the majority of funding is channeled to the profit sharing contribution equal 89,0,7 persen, while the sale and purchase of only 9.32 persen, and the rest is financing leases is 1.61 persen. (3) The F test and t test showed that the overall and partial DPK, financing, and FDR significantly affect earnings with p-value of 0.001 with a significance level of 5 persen. And on the regression results, providing financing variables most significantly influence the amount of 1.25287 with a positive effect on profits. Real and positive influence was also demonstrated by the variable coefficient 0.535 DPK. While FDR variables negatively impact earnings with the coefficient of 0.780.
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, PEMBIAYAAN, DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO TERHADAP LABA PADA BANK X KCP
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DWI RAHAYU H24060769
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Financing To Deposit Ratio Terhadap Laba pada Bank X KCP
Nama
: Dwi Rahayu
NIM
: H24060769
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
(Wita Juwita Ermawati, STP, MM) NIP: 19750907 2005012 001
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP: 19610123 1986011 002
Tanggal Lulus:
Bismillah… Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan karena gila, yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal ALLAH telah mengharamkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari ILLAHnya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya, dan urusannya (terserah) kepada ALLAH. Barang siapa mengulangi maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Q.S. Al-Baqarah; 275).
Dalam Hidup Tak Ada Kenikmatan Yang Lebih Tinggi Dari Keberhasilan Mengalahkan Kesulitan, Melangkah Dari Satu Keberhasilan Ke Keberhasilan Lain, Menetapkan Harapan Baru Dan Melihatnya Terwujud.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah seorang anak perempuan yang dilahirkan di Solo pada tanggal 20 November 1988 oleh seorang Ibu yang sangat penulis sayangi. Penulis juga adalah seorang anak perempuan dari seorang Ayah yang sangat Penulis banggakan. Penulis juga seorang adik perempuan dari seorang Kakak yang sangat penulis hormati. Penulis pernah menimba ilmu di SLTPN 1 Ciampea, lalu penulis meneruskan pendidikan ke SMAN 5 Bogor selama tiga tahun, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis juga mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan. Di tingkat pertama penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa’43 TPB. Di tingkat dua, penulis mengikuti kelembagaan Eksekutif Mahasiswa di tingkat Fakultas, pada waktu itu penulis menjadi bagian dari Departemen Politik Kajian Strategis dan Advokasi Mahasiswa, disamping itu penulis juga menjadi panitia dibeberapa acara, seperti menjadi Bendahara di The 6thEconomic Contest, Panitia Acara di PROFIT (Professional In Management Insight), Sekretaris di One Day Technopreneurship Workshop, Sekretaris Politik Ceria, dll. Dan ditingkat tiga penulis juga mengikuti kelembagaan Eksekutif Mahasiswa di tingkat Universitas, yaitu BEM KM IPB kabinet ‘GEMILANG’, Penulis dipercaya untuk menjadi bagian dari Kementrian PSDM dan menjadi manajer Administrasi di program Leadership and Entrepreneurship School IPB. Alhamdulillah penulis diberi kelancaran untuk menjalankan semua aktivitas yang sudah dilalui, hingga sampai saat ini penulis masih diberi kesempatan untuk menamatkan pendidikan di Departemen Manajemen IPB, dan semoga aktivitas dimasa yang akan datang pun dapat berjalan lancar. Dan Semoga semua aktivitas tersebut bisa memberikan manfaat untuk semua dan bernilai ibadah di hadapan ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Amin.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji penulis panjatkan kekehadirat ALLAH Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Salallah hu’alaihi wa sallam. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Financing To Deposit Ratio Terhadap Laba pada Bank X KCP” yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan Dana Pihak Ketiga, pembiayaan, dan financing to deposit ratio serta menganalisis pengaruh DPK, pembiayaan, dan FDR secara bersama-sama maupun parsial terhadap laba pada Bank X KCP. Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan pihakpihak yang berkepentingan serta bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Amin.
Bogor,
Agustus 2010
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik membantu secara moril maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Orang tuaku tercinta (Bapak, Ibu) dan kakakku yang baik (Mas Nano), atas ketulusan doanya, kesabaran, semangat, perhatian, nasehat dan kasih sayang yang terus dialirkan kepada penulis hingga saat ini.
2.
Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, dan kesabarannya dalam membimbing, dan memberikan arahan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
3.
Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti S.hut, MM selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran konstruktif kepada penulis.
4.
Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc selaku Ketua Departemen Manajemen.
5.
Pak Pramono selaku dosen manajemen yang pernah memberikan pelajaran dan wejangan berharga kepada penulis.
6.
Bapak Pimpinan Cabang Pembantu
Bank X KCP, beserta seluruh
karyawan Bank X KCP yang telah bersedia meluangkan waktu dan telah memperlakukan penulis sangat baik di perusahaan, serta membagi banyak ilmunya kepada penulis. 7.
Mbak Puput, Teh Aga, dan Ka Fahmi, yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis selama penelitian.
8.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis jadi mahasiswa.
9.
Teman-teman ku, Yunita, Dian, Heni, Irma, dan Windri memberikan semangat dan kebersamaan selama kuliah.
vi
yang telah
10. Rekan-rekan penulis satu bimbingan (Alin, Dian, Astrid, Tunjung, Faisal) atas perjuangan kita bersama. 11. Teman-teman Manajemen Angkatan 43, yang telah memberikan arti kebersamaan dan kekeluargaan selama masa perkuliahan 12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv KATA PENGANTAR ...........................................................................................v DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar belakang .............................................................................................1 Perumusan masalah .....................................................................................3 Tujuan penelitian .........................................................................................4 Manfaat penelitian .......................................................................................4 Ruang lingkup penelitian.............................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................6 2.1. Pengertian Bank .........................................................................................6 2.1.1 Bank syariah.....................................................................................6 2.1.2 Kelembagaan perbankan syariah di Indonesia .................................7 2.1.3 Perbedaan bank syariah dan bank konvensional ..............................8 2.2. Sumber Dana Bank ..................................................................................11 2.2.1 Modal .............................................................................................11 2.2.2 Rekening giro .................................................................................12 2.2.3 Rekening tabungan.........................................................................12 2.2.4 Rekening investasi umum ..............................................................12 2.2.5 Rekening investasi khusus .............................................................12 2.2.6 Obligasi syariah .............................................................................12 2.3. Pembiayaan Bank Syariah .......................................................................13 2.3.1 Pengertian pembiayaan ..................................................................13 2.3.2 Jenis-jenis pembiayaan ..................................................................13 a Pembiayaan bagi hasil ................................................................16 b. Pembiayaan jual beli...................................................................18 c. Pembiayaan sewa ........................................................................19 2.4. Laporan Keuangan ...................................................................................20 2.4.1 Laporan laba rugi ...........................................................................21 2.4.2 Neraca ............................................................................................21 2.5. Loan To Deposit Ratio .............................................................................22 2.6. Laba Bank ................................................................................................23 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................................24
III. METODE PENELITIAN .............................................................................25 3.1. Kerangka pemikiran penelitian ................................................................25 3.2. Metode penelitian.....................................................................................27 3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian .........................................................27 3.2.2 Metode pengumpulan data ............................................................27 3.2.3 Metode pengolahan dan analisis data ...........................................27 a Analisis regresi linier berganda .................................................28 b Analisis korelasi ........................................................................31 c Analisis komponen utama ..........................................................32 d Analisis uji simultan ..................................................................33 e Analisis uji parsial .....................................................................34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................36 4.1. Gambaran umum perusahaan ...................................................................36 4.1.1 Profil Bank X ...............................................................................36 a Sejarah pendirian .......................................................................36 b Visi dan Misi .............................................................................36 4.1.2. Profil Bank X KCP .......................................................................38 a Sejarah pendirian .......................................................................38 b Struktur organisasi .....................................................................39 4.2. Produk dan Jasa Bank X KCP..................................................................39 4.3. Penghimpunan Dana Bank X KCP ..........................................................41 4.4. Penyaluran dana Bank X KCP .................................................................43 4.5. Perkembangan Financing to deposit ratio ..............................................47 4.6. Laba Bank X KCP ...................................................................................49 4.7. Pengaruh DPK, pembiayaan, FDR terhadap laba ...................................50 4.7.1 Analisis Regresi Berganda ............................................................50 4.7.2 Analisis korelasi ............................................................................52 4.7.3 Analisis komponen utama .............................................................53 4.7.4 Uji asumsi klasik regresi ...............................................................58 a Uji normalitas ...........................................................................58 b Uji heteroskedastisitas ..............................................................59 c Uji autokorelasi .........................................................................60 4.7.5 Dampak perubahan secara Keseluruhan .......................................61 4.7.6 Dampak perubahan secara parsial .................................................62 4.7.7 Hasil dampak perubahan secara parsial ........................................63 4.8. Implikasi manajerial ................................................................................66 V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................68 1. Kesimpulan ................................................................................................68 2. Saran ...........................................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................70 LAMPIRAN ..........................................................................................................72
ix
DAFTAR TABEL
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perkembangan jaringan kantor bank syariah nasional .................................... Perbedaan bank syariah dan bank konvensional ........................................…. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional ........................................…. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil ........................................................... Perbedaan karakteristik berbagai bentuk pembiayaan .................................... Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ........................... Persentase tingkat pertumbuhan penyaluran pembiayaan ...........................… Nilai VIF dalam model regresi …………………………................................ Nilai korelasi antar variabel DPK, pembiayaan, FDR ................................... Pembakuan peubah-peubah X ......................................................................... Skor komponen utama ..................................................................................... Analisis signifikansi koefisien korelasi parsial ............................................... Dampak DPK, pembiayaan, dan FDR terhadap laba ....................................
x
Halaman 1 9 10 11 15 32 46 52 52 54 56 63 64
DAFTAR GAMBAR
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Skema pembiayaan al-musyarakah ............................................................... Skema pembiayaan mudharabah ................................................................... Skema pembiayaan al-murabahah ................................................................ Skema pembiayaan as-salam ......................................................................... Skema pembiayaan IMB ................................................................................ Kerangka pemikiran ....................................................................................... Struktur organisasi Bank X KCP… ............................................................... Grafik perkembangan DPK……………. ....................................................... komposisi DPK……………. ......................................................................... Komposisi pembiayaan Bank X KCP periode 2007-2009 .........…............... Grafik perkembangan pembiayaan ................................................................ Grafik perkembangan FDR……………………. .....................................….. Diagram perkembangan margin dan bagi hasil.............................................. Diagram perbandingan DPK dan pembiayaan …………….....................…. Diagram perkembangan laba Bank X KCP… ............................................... Hasil analisis regresi ...................................................................................... Akar ciri dan vektor ciri ................................................................................. Plot scree komponen utama ......................................................................….
Halaman 16 17 18 19 20 26 39 41 43 45 47 47 48 49 50 51 55 56
Hasil analisis regresi laba tehadap W1 .......................................................… Uji normallitas ............................................................................................... Output uji heteroskedastisitas ....................................................................… Hasil run test ..............................................................................................…
57 59 60 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman Model regresi variabel DPK, pembiayaan, dan FDR terhadap laba .............. 73 Uji korelasi…………………….. ................................................................... 75 Hasil analisis komponen utama… ................................................................. 76 Uji-uji validasi…………….. ......................................................................... 81 Laporan neraca Bank X KCP...............................................…………….….. 83 Laporan laba/rugi Bank X KCP ............................................................……. 84
1 2 3 4 5 6
xii
I. PENDAHULUAN
1.I. Latar Belakang Sektor perbankan memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, hal tersebut dikarenakan industri ini menguasai 80 persen aset seluruh sektor keuangan, seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, sekuritas dan pegadaian. Oleh karena itu fungsi intermediasi yang dimiliki bank selalu menjadi sorotan dalam menentukan kinerja suatu bank (Infobank, 2008). Pertumbuhan
perbankan
syariah
di
Indonesia
dimulai
sejak
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan salah satu pokok materinya yaitu “Kemudahan pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank, dengan dimungkinkannya bank umum untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan sekaligus menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah”. Dengan adanya undang-undang ini, perbankan syariah di Indonesia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk berkembang dan melakukan kegiatan
usahanya.
Berdasarkan
statistik
Perbankan
Indonesia,
perkembangan Perbankan Syariah dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Perkembangan jaringan kantor bank syariah nasional Kelompok Bank 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Bank Bank Umum Syariah 2 2 2 2 3 3 3 3 5 (BUS) Unit Usaha Syariah 3 3 6 8 15 19 20 26 27 (UUS) Jumlah Kantor Bank BUS + UUS 62 96 127 253 355 504 531 597 820 _ _ _ _ _ _ _ 456 1195 Office Channeling BPRS 78 81 83 84 88 92 105 114 131 Total 140 177 210 337 443 596 1092 1906 2421 Sumber: www.bi.go.id
2
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional,
juga
berfungsi
sebagai
suatu
lembaga
intermediasi
(intermediary institution), yaitu menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaannya adalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan (profit lost sharing principle). Sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank berasal dari dana simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang berupa simpanan tabungan, giro dan deposito (Kasmir dalam Rohaeni 2009). Sumber dana tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Berdasarkan statistik perbankan Indonesia di akhir tahun 2007, 76.48 persen dari aset perbankan syariah digunakan untuk pembiayaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pembiayaan merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Pembiayaan dalam Bank Syariah terbagi menjadi tiga jenis yaitu pembiayaan berdasarkan bagi hasil, pembiayaan jual beli dan pembiayaan berdasarkan sewa operasional. PT. Bank X merupakan bank syariah yang menguasai pangsa pasar paling besar di industri perbankan syariah pada tahun 2009, baik untuk aset (33,84 persen), DPK (38,84 persen), maupun pembiayaan (33,73 persen). Pertumbuhan ketiga komponen tersebut berada di atas pertumbuhan industri perbankan syariah yang sebesar 30 persen. pertumbuhan laba PT. Bank X
Pada
akhir
tahun
2009
mengalami pertumbuhan yang mencapai
48,47persen dari tahun sebelumnya dan fungsi Intermediasi yang dijalankan oleh PT. Bank X pun cukup baik hal tersebut tercermin dari nilai financing to deposit ratio (FDR) yang mencapai 83,07 persen (www.bankx.co.id). Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin meningkat mengakibatkan persaingan di industri perbankan terutama perbankan syariah semakin kompetitif, dan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi PT. Bank X . PT. Bank X , harus mampu mempertahankan keunggulan yang dimilikinya dalam industri perbankan syariah, serta memanfaatkan peluang
3
yang ada untuk meningkatkan pangsa pasar. Untuk mempertahankan kondisi tersebut PT. Bank X dituntut untuk meningkatkan pengelolaan bank secara maksimal. Pengelolaan kegiatan bank yang baik dapat dilihat dari proses penghimpunan dana dan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank bersangkutan. Proses penyaluran dana yang berarti pemberian pembiayaan akan berjalan dengan lancar apabila bank dapat menghimpun DPK dengan baik. Dan secara langsung hal tersebut akan berdampak pada perkembangan laba yang akan diperoleh pihak bank. Besarnya pembiayaan yang diberikan tergantung dari DPK yang berhasil dihimpun oleh pihak bank. Dari analisis ini dapat diketahui kinerja bank sehingga dapat dijadikan sumber informasi dalam merumuskan strategi perusahaan serta menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut. Bank X KCP merupakan salah satu Kantor Cabang Pembantu (KCP) PT. Bank X yang terletak di kota Bogor. Tujuan didirikannya Bank X KCP adalah dalam rangka meningkatkan pangsa pasar PT. Bank X . Bank X KCP memiliki peran penting dalam mempertahankan keunggulan yang dimiliki bank, diantaranya yaitu membantu kantor cabang dalam memasarkan produk dan jasa bank kepada masyarakat dan membantu kantor cabang dalam memberikan kontribusi laba secara keseluruhan.
1.2. Perumusan Masalah Perubahan perekonomian yang sangat fluktuatif di Indonesia seperti tidak stabilnya nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) serta inflasi merupakan tantangan bagi lembaga keuangan dan pelaku ekonomi. Oleh karena itu, Bank Umum Syariah yang merupakan suatu lembaga keuangan berbasis syariah harus mengelola kegiatan bank dengan baik, sehingga fungsi intermediasinya dapat berjalan dengan baik pula. Kegiatan bank yang harus dikelola adalah DPK dan penyaluran dana yaitu pemberian pembiayaan. Baik tidaknya pengelolaan aktivitas bank secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh bank. Kemampuan bank dalam memberikan pembiayaan tergantung dari jumlah
4
DPK yang dimiliki bank. Bank harus dapat mengelola DPK dan pemberian pembiayaan dengan baik agar fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai laba yang telah ditetapkan. Dari uraian tersebut ada beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain : 1. Bagaimana perkembangan dana pihak ketiga, pembiayaan, financing to deposit ratio serta laba Bank X KCP pada tahun 2007-2009 ? 2. Bagaimana komposisi pembiayaan pada Bank X KCP? 3. Bagaimana pengaruh perubahan dana pihak ketiga, pembiayaan serta financing to deposit ratio terhadap laba Bank X KCP?
1.3. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perkembangan dana pihak ketiga, Pembiayaan, dan financing to deposit ratio, serta laba Bank X KCP pada tahun 20072009. 2. Menganalisis komposisi Pembiayaan pada Bank X KCP. 3. Menganalisis pengaruh perubahan dana pihak ketiga, pembiayaan dan financing to deposit ratio terhadap laba Bank X KCP.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif untuk perusahaan dalam pencapaian laba yang telah ditetapkan. 2. Bagi pembaca untuk menambah wawasan keilmuan serta sebagai salah satu bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan.
5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis pengaruh DPK, pembiayaan, dan nilai FDR bank terhadap laba. Penelitian ini hanya difokuskan pada perkembangan DPK yang terdiri dari tabungan, deposito, dan giro. Perkembangan pembiayaan, dan perkembangan nilai FDR yang diperoleh dari total pembiayaan per total DPK serta pengaruh DPK, pembiayaan dan nilai FDR tersebut terhadap laba bersih PT. Bank X KCP. Sedangkan sumber pendanaan lain yang mempengaruhi laba tidak dimasukkan dalam penelitian. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data per empat bulan dari tahun 2007 sampai tahun 2009 pada Bank X KCP.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank Bank umum didefinisikan oleh undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Kasmir dalam Rohaeni (2009), bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 2.1.1 Bank Syariah Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006), Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (masyir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank syariah secara aktif turut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial (Ascarca dan Yumanita, 2005). Landasan hukum Bank Syariah adalah Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tentang Perbankan. Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya dapat memberikan atau tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 13, Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/ atau pembiayaan kegiatan
7
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain: - pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) - pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah) - prinsip
jual
beli
barang
dengan
memperoleh
keuntungan
(murabahah), - atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) - atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 2.1.2 Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia Perbankan syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda dengan perbankan konvensional. Menurut Ascarca dan Yumanita (2005), bank terbagi menjadi bank umum syariah, unit usaha syariah, dan BPR Syariah. A Bank Umum Syariah (BUS) BUS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS adalah badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah atau Koperasi. B. Unit Usaha Syariah (UUS) UUS adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas untuk 1. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah.
8
2. Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah. 3. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah. 4. Melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang syariah. C. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional
dengan
bentuk
hukukm
perseroan
terbatas,
Perusahaan Daerah atau Koperasi. 2.1.3 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Menurut Antonio (2001), dalam beberapa hal bank syariah dan konvensional memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis seperti penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan. Persamaan lain yang terdapat pada bank syariah dan konvensional yaitu keduanya merupakan lembaga intermediasi, keduanya merupakan lembaga bisnis (Profit oriented) dan keduanya tunduk pada pada UU Perbankan RI dan Peraturan Bank Indonesia. Akan tetapi terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Secara umum perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional yaitu pada “akad” dalam penghimpunan dan penyaluran dana, serta perhitungan yang menyertai akad tersebut. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
9
Tabel 2. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional 1. Bertujuan bisnis, 1. Bertujuan bisnis, tapi menggunakan akad akadnya tidak jelas bisnis (Mudharabah (Menabung,Investasi/ ÆPenyertaan Modal) Titip dana) 2. Pendapatan Bank 2. Pendapatan Bank belum pasti, sehingga belum pasti, tapi hasil hasil kepada Nasabah kepada Nasabah sudah tidak dipastikan di dipastikan di awal Penghimpunan awal dalam akad. dalam akad (persen Dana Yang dipastikan atas pokok), yang hanyalah nisbah disebut (Proporsi) “bunga”ÎPraktek pendapatan Nasabah Riba nasi’ah dari pendapatan bank Î persen atas Pendapatan (bagi hasil) 1. Karena bertujuan 1. Bertujuan bisnis, tapi bisnis, maka akadnya sosial. menggunakan akad“Pinjaman”ÎPraktek akad bisnis, seperti Riba Jahiliyah Jual Beli, Sewa 2. Tujuan penggunaan Penyaluran Menyewa, dan dana oleh nasabah Dana Penyertaan bervariasi (produktif, 2. Akad disesuaikan konsumtif), namun dengan kebutuhan akadnya hanya satu nasabah dan pola macam,yaitu pinjaman kerjasama banknasabah Ada lembaga yang Tidak ada lembaga yang mengawasi halalmengawasi halal-haram haramnya produk yang suatu produk yang diluncurkan, yaitu: diluncurkan - Dewan Pengawas Syariah (intern Struktur bank) Organisasi - Dewan Syariah Pengawas Nasional (negaraMUI) Halal-haram (bolehtidaknya secara syar’i) suatu produk menjadi pertimbangan utama Sumbe: Bank X
10
Berdasarkan Ascarca dan Yumanita (2005) Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional Bank Konvensional Bank Syariah Fungsi dan Intermediasi, Manager Kegiatan Bank Intermediasi, Jasa Investasi, Investor, Mekanisme dan Keuangan Sosial, Jasa Keuangan Objek Usaha Prinsip Dasar Tidak antiriba dan Antiriba dan antimaysir Operasi antimaysir Prioritas Pelayanan
Orientasi Bentuk Hubungan Nasabah Sumber Likuiditas Jangka Pendek
- Uang sebagai komoditi - Bunga Keuntungan Kepastian pengembalian pokok dan bunga Terbatas debitorkreditor Pasar Uang, bank sentral
- Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi - Bagi hasil, jual beli, sewa Tujuan sosial-ekonomi Islam, keuntungan Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko Erat sebagai mitra usaha Terbatas
- Risiko bank tidak - Dihadapi bersama terkait langsung antara bank dan dengan debitur, risiko Pinjaman yang nasabah dengan prinsip debitur tidak terkait diberikan keadilan dan kejujuran langsung dengan bank - Tidak mungkin terjadi - Kemungkinan terjadi negative spread negative spread Dewan komisaris, Struktur dewan pengawas Organisasi Dewan komisaris syariah, Dewan Syariah Pengawas Nasional Investasi Halal atau haram Halal Sumber: Diolah dari berbagai sumber. Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan
11
mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang (lihat Tabel 4). Menurut Antonio (2001) perbedaan antara bunga dengan bagi hasil adalah sebagai berikut: Tabel 4. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil Bagi Hasil Penentuan rasio/nisbah bagi hasil ditentukan pada waktu akad dengan asumsi untung-rugi Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Bunga Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung
Besaran bagi hasil berdasarkan jumlah Keuntungan proyek yang dijalankan. Jika Usaha merugi maka akan ditanggung bersama
Besaran bunga bersifat tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi
Besaran bunga berdasarkan prosentase dari jumlah uang yang dipinjamkan
Jumlah pembagian bagi hasil Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sesuai dengan tingkat Meningkat/tetap sekalipun jumlah keuntungan yang diperoleh keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming Tidak ada yang meragukan keabsahan Eksistensi bunga diragukan bagi hasil (jika tidak dikecam) oleh seluruh agama termasuk Islam 2.2. Sumber Dana Bank Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Menurut Ascarca dan Yumanita (2005), sumber dana bank syariah selain dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga secara keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi modal, Rekening Giro, Rekening tabungan, Rekening Investasi Umum, Rekening Investasi Khusus, dan Obligasi Syariah. Berikut penjelasan dari masing-masing sumber dana. 2.2.1 Modal Modal merupakan dana yang diserahkan oleh para pemilik (Owner) sebagai bagian keikutsertaannya dalam usaha bank syariah. Sebagai buktinya, pemilik akan menerima sejumlah saham sesuai
12
dengan porsi keikutsertaannya. Setiap tahun pemegang saham akan mendapatkan bagian bagi hasil usaha dalam bentuk dividen. 2.2.2 Rekening Giro Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya dengan prinsip al-wadi’ah yad-dhamanah (singkatnya wadi’ah) atau titipan. Wadiah merupakan perjanjian perwalian untuk tujuan melindungi harta seseorang. Bank dapat menggunakan dana nasabah selama tidak ditarik sementara bank memberikan garansi bahwa nasabah dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan fasilitas yang disediakan bank, seperti cek dan/atau ATM. 2.2.3 Rekening Tabungan Bank syariah menerima simpanan nasabah dalam bentuk rekening tabungan untuk kemudahan dan keamanan pemakaian, tetapi nasabah tidak dapat menarik dananya melalui cek. 2.2.4 Rekening Investasi Umum/Investasi Tidak Terikat Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka ke dalam rekening investasi umum dengan prinsip Mudharabah al-muthlaqah. Dalam
Mudharabah
al-muthlaqah
bank
sebagai
mudharib
mempunyai kebebasan mutlak dalam pengelolaan investasinya. 2.2.5 Rekening Investasi Khusus/Investasi Terikat Nasabah langsung menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah al- muqoyyadah. 2.2.6 Obligasi Syariah Penerbitan obligasi syariah dimaksudkan untuk mendapatkan alternatif sumber dana jangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang.
13
2.3. Pembiayaan Bank Syariah 2.3.1 Pengertian Pembiayaan Menurut Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Pembiayaan menurut Ascarca dan Yumanita (2005) adalah usaha bank syariah yang digolongkan ke dalam transaksi untuk mencari keuntungan (tijarah). 2.3.2 Jenis – Jenis Pembiayaan Menurut Antonio (2001), berdasarkan sifat penggunaanya pembiyaan dibagi menjadi dua hal berikut: 1.
Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
2.
Pembiayan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: 1). Pembiayaan modal kerja 2). Pembiyaan investasi Berdasarkan Khan dalam Ascarca dan Yumanita (2005) pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah mempunyai lima bentuk utama yaitu Mudharabah dan musyarakah (dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola jual beli), dan ijarah (dengan pola sewa operasional maupun finansial). Selain kelima bentuk pembiayaan ini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang merupakan turunan langsung atau tidak langsung dari ke lima bentuk pembiayaan di atas. -
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
14
-
Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu
memberikan
usaha
tertentu
kontribusi
dana
dimana
masing-masing
pihak
kesepakatan
bahwa
dengan
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. -
Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
-
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang dikemudian hari dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, dan tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakti sebelumnya dalam perjanjian.
-
Al- Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyah)
atas
barang
itu
sendiri.
Perbedaan karakteristik pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Mudharabah
Musyarakah
Murabahah
Salam/Istishna
Ijarah
Qardh
Investasi
Investasi
Utang
Tidak ada
Kontrol penuh
Kombinasi utang dan perdagangan Kontrol penuh dalam penggunaan dana
Sewa
Peran Pemilik Dana
Kombinasi perdagangan dan utang Kontrol penuh dalam penggunaan dana
Risiko Pemilik Dana
- Sebesar modal dan opportunity cost-nya - Selama periode kontrak
- Sebesar modal dan opportunity cost-nya - Selama periode kontrak
- Sebesar modal - Hanya untuk periode pendek, sampai barang dibeli pengguna dana - Tidak pasti untuk periode
Ketidakpastian Rate of Return
Ketidakpastian penuh
Ketidakpastian penuh
Pendek sampai barang dibeli pengguna dana tetap, ditentukan
Biaya Modal
Tidak tentu, diketahui kemudian Hubungan sempurna BM=RoR Pembiayaan utama
Tidak tentu, diketahui kemudian
Sebelumnya hubungan kuat
Tidak ada hubungan
Tetap ditentukan sebelumnya
Sebelumnya tidak ada
Hubungan sempurna BM=RoR Pembiayaan utama
Tidak sempurna Pembiayaan sekunder
Pebiayaan sekunder
Hubungan lemah
Pembiayaan pelengkap
Pembiayaan sekunder
Pembeda bank syariah dan bank konvensional
Hubungan antara Biaya Modal dengan Rate of Return Kedudukan dalam Pembiayaan Bank Syariah
Kontrol penuh dalam penggunaan dana - Sebesar modal dan - Sebesar modal dan opportunity opportunity costcost-nya nya - Sampai umur - Sampai produk pakai asset atau terjual, meskipun sampai asset kontrak berakhir terjual Ketidakpastian penuh Ketidakpastian Tidak tentu, diketahui penuh
Tidak ada
- Sebesar modal dan opportunity cost-nya - Selama periode kontrak
Tidak ada return Tetap, ditentukan
Tabel 5. Perbedaan Karakteristik Berbagai Bentuk Pembiayaan
Bentuk Karakteristik Sifat Pembiayaan
Sumber: Khan dalam Ascarca dan Yumanita, 2005. 15
16
a.
Pembiayaan Bagi Hasil Secara umum, prisnip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dengan empat akad yaitu al musyarakah,
sl-mudharabah,
al-muzara’ah
dan
al-
musaqah. Namun prinsip yang paling banyak digunakan adalah al-musyarakah dan al-mudharabah (Antonio, 2001). 1. Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/ekspertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Penggunaan
: Pembiayaan Proyek
Skema pembiayaan mudharabah ditunjukkan oleh Gambar 1.
Nasabah Parsial: Asset Value
Bank Syariah Parsial Pembiayaan
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi hasil keuntungan sesuai prosporsi kontribusi modal (nisbah)
Gambar 1. Skema pembiayaan al-musyarakah
17
2. Al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan modal
100persen (shahibul maal) sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan di muka. Apabila terjadi kerugian, maka akan ditanggung oleh pemilik modal sepanjang kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola. Untuk itu harus dilakukan investigasi terhadap
sebab-sebab
kerugian.
Jika
kerugian
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Penggunaan
: Pembiayaan/modal kerja untuk
usaha
pesanan
usaha:
(order),
waralaba,
pola
kemitraan, industri / manufaktur, dan ekspor-impor. Skema pembiayaan mudharabah ditunjukkan oleh Gambar 2.
Perjanjian Bagi Hasil
Bank Y Syariah
Nasabah
Modal
Keahlian Proyek / Usaha
Nisbah Y
Nisbah X Pendapatan
MODAL
Gambar 2. Skema pembiayaan mudharabah
18
b.
Pembiayaan Jual Beli Pembiayaan jenis ini terbagi menjadi dua yaitu al murabahah dan as-salam, berikut penjelasan masing-masing pembiayaan jual beli. 1. Al-murabahah merupakan akad penyediaan barang berdasarkan sistem jual beli, di mana bank bertindak sebagai penjual yang akan menyediakan barang kebutuhan nasabah. Harga jual barang kepada nasabah adalah sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan (margin) yang disepakati. Pembayaran dapat dilakukan sekaligus saat jatuh tempo atau diangsur dalam jangka waktu yang disepakati. Penggunaan : Umumnya diterapkan pada pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, dan kurang tepat untuk pembiayaan modal kerja permanen, karena Murabahah merupakan kontrak jangka pendek dengan sekali akad (Antonio, 2001). Skema pembiayaan murabahah ditunjukkan oleh Gambar 3. 1. Negosiasi dan Persyaratan
Bank Syariah Mandiri
2. Akad Jual-Beli
Nasabah
5. Bayar
(Harga Perolehan + margin untuk bank)
3. Beli Barang
Supplier / Penjual
4. Kirim dan Terima Barang dan Dokumen
Gambar 3. Skema pembiayaan murabahah
.
19
2. Pembiayaan dengan prinsip as-salam yaitu pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka Penggunaan: umumnya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Skema pembiayaan salam ditunjukkan oleh Gambar 4. Produsen ditunjuk oleh Bank 4 Produsen Penjual
Nasabah
3
5
2
1 Bank Syariah
Gambar 4. Skema pembiayaan as-salam Keterangan: 1. Negosiasi pesanan dengan kriteria 2. Pemesanan Barang nasabah dan Bayar Tunai 3. Kirim dokumen 4. Kirim pesanan 5. Bayar c.
Pembiayaan Sewa Pembiayaan yang meggunakan prinsip ini adalah alijarah, yaitu akad pembindahan hak guna atas barang atau jasa, melali pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Sedangkan al-ijaran
al-muntahia
bit-tamlik
(IMB)
adalah
sejenisperpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
20
lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa (Antonio, 2001). Skema pembiayaan IMB ditunjukkan oleh Gambar 5
B. milik Penjual suplier
Nasabah
Objek Sewa 3. 3. Sewa Beli A. Milik
1.Pesan
2.Beli Objek Sewa
objek sewa Bank Syariah
Gambar 5. Skema pembiayaan IMB
2.4
Laporan Keuangan Menurut Sudjaja dan Barlian (2003), laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan datadata/aktivitas tersebut. Laporan keuagan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Dalam industri perbankan sendiri, laporan keuangan menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam
menganalisis
pengaruh
dana
pihak
ketiga
dan
pembiayaan terhadapa laba, maka laporan keuangan yang diperlukan yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi.
21
2.4.1
Laporan Laba Rugi Laporan
laba
rugi
adalah
laporan
mengenai
penghasilan, biaya, laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi digunakan untuk memberikan
informasi
kepada
pemilik
mengenai
perkembangan aktivitas perusahaan pada periode tertentu, kehudupan perusahaan dibagi dalam periode akuntansi, perbulan, persemester, atau pertahun (Sudjaja dan Barlian, 2003). Menurut Dendrawijaya (2005), laporan laba rugi adalah laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan non-opersional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 2.4.2
Neraca Menurut Keown (2004), neraca memberi gambaran sesaat posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menyajikan kepemilikan aktiva, kewajiban, serta ekuitas pemegang saham dari para pemilik. Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam neraca yaitu aktiva, kewajiban dan modal. Aktiva
menggambarkan
sumber-sumber
yang
dimiliki
perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber daya itu dibiayai. Dalam dunia perbankan, neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi yang dimaksud yaitu aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban ekuitas) suatu bank.
22
Komponen-komponen yang terdapat dalam aktiva (Keown, 2004) yaitu: 1. Aktiva lancar (Current Assets), meliputi asset yang relative mudah untuk dicairkan dalam jangka waktu satu tahun. 2. Aktiva tetap atau jangka panjang (Fixed asset atau Long Term Assets) meliputi aktiva yang terdiri dari peralatan, bangunan, dan tanah. 3. Aktiva lain (Other Asests), yaitu asset yang tidak termasuk dalam aktiva lancar dan tetap, sebagai contoh asset tidak berwujud seperti hak paten dan good will.
2.5. Loan To Deposit Ratio (LDR) Menurut Dendrawijaya (2000), Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yahg diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. LDR merupakan indikator yang sejalan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi dari dana masyarakat yang kelebihan dengan yang membutuhkan. Oleh sebab itu posisi LDR harus diperhatikan agar tidak ‘terpeleset’. Apabila dana yang diberikan ke debitur macet, maka bank akan kesulitan mempebaiki posisi LDRnya (Sudjaja dan Barlian, 2003). Berkaitan dengan posisi LDR, Bank Indonesia telah membuat level penilaian terhadap posisi LDR Perbankan Indonesia, yang diatur dalam Surat
23
Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPP tanggal 29 Mei 1993 dengan kriteria sebagai berikut: -
Bila LDR bank < 85persen dinilai positif
-
Bila LDR bank 85persen-100persen dinilai netral
-
Bila LDR bank >100persen dinilai negatif. Dalam perbankan syariah, LDR diistilahkan dengan Financing to
Deposit Ratio (FDR). Istilah pembiayaan (Financing) ini digunakan perbankan syariah untuk menjelaskan bentuk penyaluran dananya kepada masyarakat, dikarenakan bank syariah tidak mengenal konsep bunga dalam aktivitas perbankan, termasuk juga produk-produk penyaluran dananya (pembiayaan) (Antonio, 2001). Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang mengistilahkan penyaluran dananya dengan kredit (loan), karena tingkat pengembalian kredit memperhitungkan balasan tambahan dengan bunga (suku bunga kredit) dan juga karena keseluruhan operasional bank konvensional menggunakan konsep bunga.
2.6. Laba Bank Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) di atas pengeluaran (expenditure) bank. Jadi untuk mengetahui terlebih dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya. Sedangkan berdasarkan Kamus istilah akuntansi (1985), laba merupakan kelebihan pendapatan, hasil, atau harga jual diatas biaya-biaya yang terlibat; setiap manfaat keuangan yang berasal dari suatu kegiatan komersial, dari praktek suatu profesi, atau dari suatu transaksi pribadi.
24
2.7.
Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian Rismayanti (2009) dianalisis portofolio kredit dan pengaruhnya terhadap laba pada PT. Bank X Tbk. Penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan uji F, secara keseluruhan portofolio kredit berpengaruh secara signifikan terhadap laba. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji t yang sebelumnya diolah menggunakan analisis komponen utama menunjukkan bahwa secara parsial portofolio kredit berpengaruh secara signifikan terhadap laba. Pada penelitian Rohaeni (2009) dianalisis pengaruh dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba pada PT. Bank X, Tbk. Penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan uji F, secara keseluruhan dana pihak ketiga dan kredit bermasalah berpengaruh secara signifikan terhadap laba. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji T menunjukkan bahwa secara parsial dana pihak ketiga tidak berpengaruh secara signifikan terhadapa laba sedangkan kredit bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki tugas utama yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat. Bank syariah merupakan lembaga keuangan berbentuk bank yang menggunakan prinsip syariah dalam kegiatan operasionalnya. Setelah Pemerintah
memberlakukan
undang-undang
mengenai
kemudahan
pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank, yang tercantum di dalam
Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
1998,
mengakibatkan
pertumbuhan Industri perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat. Seperti halnya bank konvensional, aktivitas utama bank syariah pun yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan ke masyarakat yang membutuhkan dana. Akan tetapi dalam penyaluran dana, bank syariah menyalurkannya melalui pembiayaan. Jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat tergantung dari besarnya jumlah dana yang diperoleh dari masyarakat yaitu DPK. Dari Proses penyaluran dan penghimpunan dana tersebut maka akan diketahui fungsi intermediasi bank, apakah berjalan dengan baik atau tidak. Salah satu indikator untuk melihat fungsi intermediasi bank dapat diketahui dari nilai FDR, dan pada akhirnya akan mempengaruhi laba yang akan diperoleh bank. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui sejauh mana kinerja suatu bank. Besarnya hubungan antar variabel akan dianalisis menggunakan korelasi pearson, dan besarnya pengaruh perubahan yang ditimbulkan oleh DPK dan pembiayaan serta nilai FDR terhadap laba akan diketahui dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Penggunaan Uji simultan dengan F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan besarnya pengaruh variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen
26
diketahui dengan menggunakan uji t. Analisis komponen utama digunakan untuk mengatasi kendala multikolinieritas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengetahui sejauh mana fungsi intermediasi bank berjalan, serta sebagai input alternatif dalam meningkatkan laba perusahaan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 6. Bank X KCP
Fungsi Intermediasi
Penghimpunan Dana
DPK
Penyaluran Dana (Pembiayaan)
Bagi Hasil
Jual Beli
Sewa
Financing to Deposit Ratio
Pengaruh DPK, Pembiayaan, FDR terhadap Laba
Kinerja Bank
Rekomendasi Kebijakan perusahaan Gambar 6. Kerangka pemikiran Keterangan: : Alur penelitian : Alat analisis : Batasan Penelitian
- Regresi linier berganda - Korelasi - Analisis komponen utama - Uji F - Uji t
27
3.2. Metode Penelitian 3.2.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Cabang Pembantu PT. Bank X yang berlokasi di Bogor (Bank X KCP). Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2010 sampai Mei 2010.
3.2.2
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Mc. Leod, data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perseorangan, misalnya hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sedangkan data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer bersumber dari hasil wawancara langsung dengan pihak bank dan data sekunder diperoleh
dari
data
historis
bank.
Untuk
menunjang
kesempurnaan hasil penelitian, peneliti juga akan menggunakan data sekunder yang bersumber dari studi literatur, laporan penelitian, dan laporan keuangan yang diterbitkan bank maupun internet. 3.2.3
Metode Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode
statistik,
yaitu
metode
deskriptif
analisis
dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Statistik deskriptif bersifat menjelaskan data dalam ukuran-ukuran nilai angka yang dapat menggambarkan karakteristik data. Statistik deskriptif menyajikan data dalam tabel, grafik, grafik, ukuran pemusatan data, dan penyebaran data. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda, analisis komponen utama, analisis
28
korelasi pearson, analisis regresi linear sedarhana, uji-F, dan uji t. Terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu: 1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari 3 yaitu: a. X1 adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari tabungan, giro, dan deposito. b. X2 adalah Pembiayaan, yang terdiri dari pembiayaan bagi hasil, pembiayaan jual beli dan pembiayaan sewa. c. X3 adalah Financing To Deposit Ratio (FDR) FDR = Total Pembiayaan X 100 persen .................…...(1) Dana Pihak Ketiga 2. Variabel tergantung (dependent variable) adalah variabel yang memberikan respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah laba yang diperoleh dari laporan laba rugi bank. a. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda menjelaskan seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah lainnya. Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini: Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + ..........................………......(2) Keterangan : Y = Laba X1 = DPK X2 = Pembiayaan X3 = FDR a = Konstanta b1 = Koefisien regresi X1 b2 = Koefisien regresi X2 b3 = Koefisien regresi X3
29
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Uyanto, 2009). a) Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan statistik parametrik yang pada penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan nilai statistik kolmogorov-smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan. b) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi dimana peubahpeubah bebas memiliki korelasi diantara satu dengan yang lainnya. Jika peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan satu
atau berkorelasi sempurna mengakibatkan
koefisien-koefisien
regresi
menjadi
tidak
dapat
diperkirakan dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak hingga. Uji multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar
30
dari lima maka model regresi memiliki multikolinieritas sehingga menjadi tidak valid. c) Uji Autokolerasi Penaksiran model regresi linear memiliki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan dengan menggunakan uji Autokorelasi diidentifikasi dengan melakukan uji runtutan (run test). Hipotesis yang digunakan adalah: Ho : Tidak terdapat autokorelasi ordo 1 pada sisaan H1 : Terdapat autokorelasi ordo 1 pada sisaan d) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homoskedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Asumsi pada model regresi
adalah
varian
setiap
variabel
independen
mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data
cross
sectional.
Konsekuensi
dari
adanya
heteroskedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat.
31
Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. b.
Analisis Korelasi Pearson Korelasi
pearson
merupakan
statistik
yang
mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi. Menurut Atmaja (2009) korelasi pearson dapat dirumuskan sebagai berikut : rxy =
n∑XY – (∑X) (∑Y) ............................…….…...(3) √{n∑X2(∑X)2} {n∑XY2}
Dimana : r = Koefisien korelasi Y = Variabel terikat X = Variabel bebas n = Lamanya periode Korelasi pearson dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sempurna. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuat lemahnya
hubungan
korelasi,
pedoman korelasi seperti Tabel 6.
maka
dapat
digunakan
32
Tabel 6. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,20
Sangat lemah
0,21 – 0,40
Lemah
0,41 – 0,70
Kuat
0,71 – 0,90
Sangat kuat
0,91 – 0,99
Sangat kuat sekali
1
Korelasi sempurna
Sumber : Nugroho dalam Rohaeni, 2009. c.
Analisis Komponen Utama Analisis
komponen
utama
pada
dasarnya
mentransformasi peubah-peubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah dimensinya.
yang
diamati
dengan
cara
mereduksi
Hal ini dilakukan dengan menghilangkan
korelasi di antara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi, Sehingga analisis komponen utama ini dapat digunakan untuk menghindari kasus multikolinearitas (Ulpah, 2006). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis regresi komponen utama adalah: 1.
Membakukan peubah bebas asal yaitu X menjadi Z dengan cara mengurangkan setiap peubah bebas asal Xi dengan rata-rata dan dibagi simpangan baku.
2.
Menentukan akar ciri dan vektor ciri dari matriks R Akar ciri dan vektor ciri dapat dilihat dari output analisis komponen utama,. Nilai Eigenvalue menjelaskan vektor ciri. Sebagian ahli menganjurkan
agar memilih
komponen utama yang akar cirinya lebih besar dari satu, karena jika akar cirinya lebih kecil dari satu, keragaman
33
data yang dapat dijelaaskan oleh komponen utama tersebut kecil sekali. Sedangkan vektor ciri dapat dilihat dari nilai Pci. 3.
Menetukan persamaan vektor utama dari vektor ciri Morrison dalam Ulpah (2006) menyarankan agar memilih
komponen-komponen
utama
tersebut
mempunyai keragaman kumulatif kira-kira 75persen. 4.
Meregresikan peubah respon Y terhadap skor komponen utama W
d.
5.
Transformasi dari W menjadi Z
6.
Transformasi dari Z menjadi peubah asal (X)
Analisis Uji Simultan (Uji-F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro dalam Rohaeni, 2009). Langkah-langkah uji statistik F adalah: a) Merumuskan hipotesis 1. H0 : β i = 0, I = 1, 2, 3 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen 2. H1 : ∃ β i ≠ 0, i = 1, 2, 3 Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b) Menentukan F tabel 1.
Fα (k-1, n-k)
2.
Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir.
34
3.
Derajat bebas pembilang = k-1
4.
Derajat bebas penyebut = n-k
c) Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui minitab 14 d) Membandingkan F hitung dengan F tabel 1. Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < - F tabel, atau p-value < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2.
Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik tabel (F tabel) atau p-value > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
e.
Analisis Uji Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Langkah-langkah uji statistik t adalah: 1. Merumuskan hipotesis a) H0 : β 1 = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter ( β 1) sama dengan nol. Artinya, suatu
variabel
penjelas
yang
independen signifikan
bukan terhadap
merupakan variabel
dependen. b) H1 : β 1 ≠ 0 Hipotesis
alternatifnya
(H1),
parameter
suatu
variabel tidak sama dengan nol. Artinya, variabel tersebut
merupakan
penjelas
yang
signifikan
terhadap variabel dependen. 2. Menentukan t-tabel a. Menentukan besarnya t-tabel : t (α/2,df) b. Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir.
35
c. Derajat bebas (df) = n-k 3.
Menentukan t-hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program minitab 14.
4. Membandingkan t-hitung dengan t-tabel -
jika statistik hitung hitung (angka t output) > statistik tabel (t-tabel) atau t hitung < -t tabel , atau p-value < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
-
jika statistik hitung hitung (angka t output) < statistik tabel (t-tabel) atau t hitung > -t tabel , atau p-value > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Bank X a. Sejarah Pendirian Bank X merupakan anak perusahaan dari sebuah bank konvensional yang melakukan merger. Pembentukan Bank X merupakan tindak lanjut dari keputusan merger Bank induk tersebut. Pembentukan Bank X
bertujuan
untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di Indonesia sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Bank X merupakan suatu bank berbasis syariah yang didirikan pada tanggal 8 September tahun 1999 berdasarkan Akta Notaris Sutjipto, SH No. 23. PT. Bank X mulai beroperasi sejak senin, tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. Bank ini hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilainilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank X dalam kiprahnya di Perbankan Indonesia. b. Visi dan Misi Visi Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha Misi 1.
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
2.
Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.
37
3.
Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.
4.
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
5.
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
Budaya Perusahaan Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk diaktualisasikan oleh seluruh pegawai Bank X
yang
disebut Shared Values Bank X . Shared Values Bank X disingkat “ETHIC”. -
Excellence Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.
-
Teamwork Mengembangkan
lingkungan
kerja
yang
saling
bersinergi. -
Humanity Menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kemanusiaan
dan
religius. -
Integrity Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.
-
Customer Focus Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank X terpercaya dan menguntungkan.
sebagai mitra yang
38
Prinsip-Prinsip Bank X , yaitu: 1. Keadilan, Bank X memberikan bagi hasil dan transfer prestasi dari mitra usaha dalam porsi yang adil sesuai dengan fitrah alam. 2. Kemitraan, posisi nasabah investor, pengguna dana dan bank berada dalam hubungan sejajar sebagai sebagai mitra usaha yang saling menguntungkan dan bertanggungjawab. Bank X sebagai
intermediary
benar-benar berfungsi
institution
lewat
skema
pembiayaan yang dimilikinya. 3. Keterbukaan, melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen bank. 4. Universalitas,
Bank
X
dalam
mendukung
operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan dalam masyarakat dengan prinsip islam sebagai rahmatan lil alamin. 4.1.2
Profil Bank X KCP a. Sejarah Pendirian Bank X KCP merupakan salah satu kantor cabang pembantu PT. Bank X yang terletak di kota Bogor. Bank X KCP didirikan pada tahun 2004 dan diresmikan oleh Direksi yang diwakili oleh Bapak T. M. Pimpinan Bank X KCP pertama adalah Bapak G.D, periode jabatan beliau tahun 2004 – tahun 2009. Sedangkan Bank X KCP saat ini dipimpin oleh Bapak I.B. Jumlah pegawai Bank X KCP awalnya 5 orang dan sekarang berjumlah 11 orang. Penambahan jumlah pegawai ini sejalan dengan semakin meningkatnya usaha Bank X KCP.
39
b.
Struktur Organisasi Bank X KCP Struktur organisasi yang terdapat pada Bank X KCP dapat dilihat pada Gambar 7. Kepala KCP
Account Officer
Officer Gadai
Back Office
Massanger
Driver
Operational Officer
Teller
Office Boy
Customer Service
Security
Gambar 7. Struktur organisasi Bank X KCP 4.2.
Produk dan Jasa Bank X KCP Produk-Produk yang terdapat di Bank X KCP terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Produk Penghimpunan Dana a. Tabungan X, adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di kounter Bank X atau melalui ATM. b. Tabungan berencana adalah simpanan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. c. Tabungan Simpatik adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati.
40
d. Tabungan Haji adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah haji dan umrah, tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip Mudharbah Muthlaqah. e. Tabungan Kurban adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan pelaksanaan ibadah kurban dan aqiqah. f. Tabungan Investasi adalah tabungan berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran tetap yang dilengkapi dengan perlindungan asuransi. g. Deposito X, adalah produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasrkan prinsip Mudharbah Muthlaqah. h. Giro X, adalah sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah
dengan
pengelolaan
berdasarkan
prinsip
wadiah
yaddhamanah. Dan lain-lain. 2. Produk Penyaluran Dana a. Pembiayaan PKPA (Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya), yaitu fasilitas penyaluran pembiayaan kepada anggota koperasi karyawan. b. Pembiayaan Pendidikan, yaitu pembiayaan kepada calon pelajar dalam mendapatkan dana pendidikan yang dibutuhkan. c. Pembiayaan MMOB (Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet), yaitu fasilitas pembiayaan dengan alokasi sumber daya yang terikat (spesifik) dari pemilik dana (Shahibul maal). d. Pembiayaan pemilikan Rumah, yaitu fasilitas pembiayaan pemilikan rumah tinggal. e. Pembiayaan Peralatan Kedokteran, yaitu pembiayaan untuk pembelian barang modal atau peralatan penunjang kerja di bidang kedokteran. 3. Produk Jasa lainnya. Selain produk penghimpunan dan penyaluran dana di atas, Bank X juga memiliki produk jasa lain yang digunakan untuk meningkatkan
41
pelayanan terhadap nasabah. Beberapa produk jasa tersebut yaitu Mobile Banking GPRS, Electronic Payroll, Save Deposit Box, serta PPBA (Pembayaran melalui menu pemindahbukuan di ATM).
4.3. Penghimpunan Dana Bank X KCP Proses penghimpunan dana merupakan salah satu aktivitas operasional utama yang dilakukan oleh bank. Bank X KCP yang merupakan salah satu kantor cabang pembantu PT. Bank X
terus
menghimpun dana dari masyarakat supaya kebutuhan untuk memberikan pembiayaan dapat berjalan dengan baik. Berikut diagram perkembangan DPK yang berhasil dihimpun Bank X KCP dari tahun 2007 sampai tahun 2009 per empat bulan.
Gambar 8. Grafik perkembangan DPK Bank X KCP periode 2007-2009.(Bank X KCP, data diolah). Diagram di atas menunjukkan bahwa DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank X KCP terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Krisis global yang terjadi di Indonesia pada tahun 2008 ternyata tidak berpengaruh negatif terhadap penghimpunan dana pada Bank X KCP, hal tersebut dikarenakan kepercayaan nasabah terhadap Bank X KCP cukup tinggi. Tingginya kepercayaan tersebut dikarenakan nasabah memiliki persepsi bahwa bank syariah memiliki kelebihan dibandingkan bank konvensional dalam menghadapi krisis, seperti krisis yang telah terjadi pada tahun 1998, dimana pada waktu itu mayoritas bank mengalami kerugian sedangkan bank syariah adalah satu-satunya bank yang mendapat
42
keuntungan. Pada periode April 2008 sampai Agustus 2008 terjadi pertumbuhan paling besar yaitu 78persen, hal tersebut dikarenakan ada seorang nasabah yang menginvestasikan dananya sebesar 10 miliyar pada Bank X KCP. Penghimpunan dana pada Bank X KCP dapat dilihat pada DPK yang terdiri dari tabungan, deposito, dan giro. Gambar 7 memperlihatkan DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank X KCP selama 3 tahun terakhir. Komposisi DPK menunjukkan bahwa deposito memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 52 persen. Sedangkan kontribusi paling kecil diberikan oleh giro yang sebesar 5 persen, tabungan memberikan kontribusi yang tidak berbeda jauh dengan deposito yaitu sebesar 43 persen. Deposito memberikan kontribusi DPK terbesar yaitu 52 persen, hal tesebut dikarenakan nisbah deposito yang diberikan untuk nasabah cukup besar yaitu sebesar 51-55 persen dari uang yang didepositokan per total DPK Bank X . Nisbah yang relatif besar tersebut tentu mampu bersaing dengan bunga deposito yang terdapat pada bank konvensional, sehingga mengakibatkan para nasabah lebih tertarik untuk menyimpan uangnya pada produk deposito walaupun memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan produk DPK lainnya. Faktor lain yang membuat nasabah tertarik untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk deposito di Bank X KCP yaitu, ketika deposito sudah jatuh tempo dan nasabah tidak ingin menarik depositonya tersebut, maka nasabah tidak perlu datang ke bank untuk memperpanjang investasinya, karena Bank X KCP secara otomatis akan memperpanjang waktu
jatuh tempo. Selain itu Bank X KCP
memiliki seorang nasabah yang sangat loyal dengan bank tersebut, dimana nasabah tersebut menginvestasikan uangnya sejumlah 10 miliyar rupiah dalam bentuk deposito. Diagram di bawah ini menunjukkan komposisi DPK Bank X KCP selama periode 2007-2009.
43
0,05 0,43
Tabungan Deposito
0,52
Giro
Gambar 9. Komposisi DPK Bank X KCP periode 2007-2009. (Bank X KCP, data diolah). Giro memberikan kontribusi terkecil yaitu sebesar 5persen, hal tersebut karena bank tidak menjanjikan nisbah ataupun margin kepada nasabah giro, akan tetapi nasabah akan mendapatkan bonus dari simpanannya tersebut, dimana pemberian bonus tergantung dari kinerja PT. Bank X . Hal inilah yang menyebabkan nasabah kurang tertarik untuk menginvestasikan dalam bentuk giro. Sedangkan tabungan memberikan kontribusi yang tidak jauh berbeda dengan deposito yaitu sebesar 43persen.
4.4. Penyaluran Dana Bank X KCP Pembiayaan
merupakan
produk-produk
perbankan
dalam
penyaluran dana, yang berarti penyediaan dana dan atau barang serta fasilitas lainnya kepada nasabah yang tidak bertentangan dengan konsep syariah dan standar akuntansi perbankan yang berlaku. Pembiayaan tersebut bisa berbentuk jual beli, bagi hasil dan jasa-jasa lain. Dana yang didapatkan untuk pembiayaan sebagian besar berasal dari DPK. Bank harus
meningkatkan
prinsip
kehati-hatiannya
dalam
menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat, karena pembiayaan yang disalurkan bank syariah tersebut secara langsung akan mempengaruhi laba perusahaan. Oleh karena itu bank harus lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaannya kepada masyarakat. Proses penyaluran pembiayaan berbeda dengan penyaluran kredit. Ketika bank syariah akan memberikan pembiayaan kepada nasabah, maka pihak bank akan mempelajari permohonan pembiayaan yang diajukan oleh
44
nasabah, dan menentukan struktur pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan dana nasabah. Mayoritas struktur pembiayaan yang digunakan menggunakan prinsip bagi hasil dan jual beli. Sumber pembiayaan pada Bank X KCP berasal dari seluruh DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank X KCP, dan aktiva antar kantor, yaitu sumber dana yang diperoleh dari kantor cabang Bank X. Komposisi pembiayaan pada Bank X KCP berdasarkan Gambar 10 menunjukkan bahwa selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 pembiayaan dengan prinsip bagi hasil mendominasi penyaluran dana yaitu sebesar 89,07 persen, sedangkan pembiayaan dengan prinsip jual beli memberikan kontribusi sebesar 9,32 persen dan pembiayaan dengan prinsip sewa hanya sebesar 1,61 persen. Berdasarkan besarnya risiko, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil memberikan risiko yang lebih besar dari pembiayaan dengan prinsip jual beli, karena ketika bank memberikan fasilitas pembiayaan bagi hasil, apabila usaha yang dibiayai dengan pembiayaan tersebut mengalami kerugian maka pihak bank pun akan rugi, berbeda dengan prinsip jual beli dimana bank akan mendapatkan margin yang sudah jelas nilainya ketika akad. Gambar 10 memperlihatkan bahwa mayoritas pembiayaan yang disalurkan Bank X KCP menggunakan prinsip bagi hasil. Strategi yang digunakan Bank X KCP untuk meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan yaitu dengan menawarkan jenis pembiayaan PKPA. PKPA, Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya, adalah fasilitas penyaluran pembiayaan kepada anggota koperasi karyawan, dimana bank bekerjasama dengan pengurus koperasi dalam menyiapkan dana
untuk
kebutuhan
dana
anggota
koperasi,
pembiayaan
ini
menggunakan skim mudharabah, sehingga bank dan pengurus koperasi akan mendapat nisbah
yang telah disepakati ketika akad. Jenis
pembiayaan tersebut juga lebih sering digunakan karena lebih efektif dan efisien. Keefektifan dan keefisienan dari produk PKPA tersebut terlihat dari
waktu dan biaya
sedikit/berkurang
ketika
yang digunakan oleh pihak bank lebih melakukan
solisit
(analisa
agunan)
dan
45
mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pembiayaan. Hal tersebut juga mempermudah calon debitur untuk mengajukan pembiayaan dengan nilai nominal yang tidak terlalu besar, karena salah satu persyaratan pembiayaan untuk individu adalah minimal pengajuan pembiayaan 50 juta rupiah. Berikut komposisi pembiayaan yang terdapat pada Bank X KCP. 9,32% 1,61% Bagi Hasil
89,07%
Jual Beli Sewa
Gambar 10. Komposisi pembiayaan Bank X KCP periode 2007-2009.(Bank X KCP, data diolah). Total pembiayaan yang terdapat di Bank X KCP terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan tetap yaitu 24persen pada tahun 2008 dan 2009. Pertumbuhan pembiayaan per empat bulan cenderung fluktuatif. Pembiayaan sempat mengalami penurunan pada empat bulan kedua di tahun 2008 yaitu sebesar 2 persen dari empat bulan pertama yang pertumbuhannya mencapai 13 persen, hal tersebut dikarenakan plafon pembiayaan tidak bertambah dan outstanding terus berkurang, sehingga Bank X KCP perlu waktu untuk memproses pembiayaan kembali, misalnya mengajukan penawaran pembiayaan, melakukan solisit atau melakukan analisis agunan, melakukan akad, dan lain sebagainya. Namun hal tersebut dapat segera diperbaiki oleh pihak manajemen, terbukti pembiayaan meningkat sebesar 3persen di empat bulan berikutnya dan terus meningkat di empat bulan selanjutnya. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi pada empat bulan ketiga di tahun 2008 mengalami penurunan dari empat bulan sebelumnya, hal tersebut dikarenakan nasabah khawatir dengan krisis yang terjadi pada bulan Oktober 2008 sehingga nasabah memperpanjang waktu pencairan dari plafon yang pernah
46
diajukkan ketika akad. Sedangkan untuk pembiayaan dengan prinsip jual beli, nilainya cenderung meningkat pada periode penelitian. Krisis global tidak terlalu berpengaruh pada jenis pembiayaan ini, terbukti pembiayaan pada periode April 2008 sampai dengan Desember 2008 terus meningkat. Pembiayaan dengan prinsip jual beli terbesar terjadi pada bulan Desember 2009 yaitu sebesar Rp 7.512.974.942 dan pembiayaan dengan prinsip jual beli dengan jumlah terkecil terjadi pada bulan April tahun 2008 yaitu Rp 759.501.918. Sedangkan pembiayaan sewa memperlihatkan nilai yang cenderung fluktuatif dengan nilai terbesar pada periode Desember 2009 yaitu Rp 1.617.722.583, dan pembiayaan sewa terkecil terjadi pada periode Desember 2007 yaitu sebesar Rp 153.778.163. Tabel 7. Persentase tingkat pertumbuhan penyaluran pembiayaan per empat bulan pada periode 2007-2009 Tingkat
Periode
Bagi Hasil
Jual Beli
Sewa
Total Pembiayaan
Apr-07
18.624.497.317
1.055.740.224
190.428.984
19.870.666.525
-
Agust-07
23.604.999.862
1.085.426.673
153.988.014
24.844.414.549
0,25
Des-07
24.788.438.276
917.571.920
153.778.163
25.859.788.359
0,04
Jumlah
67.017.935.455
3.058.738.817
498.195.161
70.574.869.433
-
Apr-08
28.082.036.895
759.501.918
425.005.419
29.266.544.232
0,13
Agust-08
27.339.554.668
767.804.130
438.245.726
28.545.604.524
(0,02)
Des-08
25.768.844.232
3.584.440.193
240.478.056
29.353.284.425
0,03
Jumlah
81.190.435.795
5.111.746.241
1.103.729.202
87.165.433.182
0,24
Apr-09
26.042.157.060
3.814.339.163
222.797.918
30.079.294.141
0,02
Agust-09
30.301.401.237
5.537.144.821
874.972.364
35.838.546.058
0,19
Des-09
34.574.406.495
7.512.974.942
1.617.722.583
42.087.381.437
0,17
Jumlah
90.917.964.792
16.864.458.926
2.715.492.865
108.005.221.636
0,24
Pertumbuhan
Pada tahun 2007, selama empat bulan berturut-berturut pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dan pembiayaan sewa pada Bank X KCP terus mengalami peningkatan, akan tetapi pada empat bulan terakhir pembiayaan dengan prinsip jual beli menurun menjadi Rp 917,5 juta dari empat bulan sebelumnya yang mencapai Rp 1,08 miliyar. Akan tetapi jika dilihat per
47
tahunnya dan secara total pembiayaan, ketiga pembiayaan tersebut terus mengalami peningkatan. persentase tingkat pertumbuhan pembiayaan serta jumlah komposisi pembiayaan pada Bank X KCP dapat dilihat pada Tabel 7. dan grafik perkembangan pembiayaan pada Bank X KCP dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. 45.000.000.000 40.000.000.000 35.000.000.000 30.000.000.000 25.000.000.000 20.000.000.000 15.000.000.000 10.000.000.000 5.000.000.000 0
Apr-07
Agust-07
Des-07
Apr-08
Agust-08
Des-08
Apr-09
Agust-09
Des-09
Gambar 11. Grafik perkembangan pembiayaan Bank X KCP Periode 2007-2009. (Bank X KCP, data diolah). 4.5.
Perkembangan Financing To Deposit Ratio Financing To Deposit Ratio merupakan salah satu rasio yang menggambarkan sejauh mana perbankan mampu melaksanakan fungsi perantaranya diantara penabung di satu pihak dan investor di pihak lain. Berdasarkan Gambar 12, Financing to Deposit Ratio pada Bank X KCP menunjukkan nilai yang selalu berada di atas 100 persen, hal ini berarti Bank X KCP terus melakukan ekspansi pembiayaan dan Bank X KCP temasuk ke dalam bank yang agresif menyalurkan pembiayaan. Grafik perkembangan FDR pada Bank X KCP dapat dilihat pada Gambar 12 berikut 250% 200% 150% 100%
Total FDR
50% 0% 2007
2008
2009
Gambar 12. Grafik perkembangan FDR Bank X KCP periode 2007-2009.(Bank X KCP, data diolah)
48
FDR yang selalu berada di atas 100 persen, seperti yang tertera pada grafik di atas mengindikasikan bahwa Bank X KCP termasuk bank yang agresif dalam menyalurkan pembiayaan. Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank X KCP berasal dari seluruh DPK yang berhasil dihimpun. Penyaluran pembiayaan ini melebihi dari DPK yang telah dihimpun. Proses penyaluran dana tersebut dapat terus berjalan karena bank mendapatkan sumber dana lain yaitu berupa aktiva antar kantor, dimana Bank X KCP bekerja sama dengan kantor cabang Bank X yang memiliki kelebihan dana, dan kelebihan dana tersebut dijadikan sebagai sumber dana untuk proses penyaluran dana pada Bank X KCP. Kerja sama antara dua bank tersebut menggunakan skim mudharabah, Sehingga kantor cabang Bank X yang memberikan pinjaman dana ke Bank X KCP akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan yang telah disepakati. Keagresifan Bank X KCP dalam menyalurkan pembiayaan pada tiga tahun terakhir ternyata memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan nisbah dan bagi hasil yang diperoleh. Pertumbuhan nisbah dan bagi hasil pada Bank X KCP tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 13. 15.000.000.000,00 10.000.000.000,00 5.000.000.000,00 ‐ 2007
2008
2009
Gambar13. Diagram perkembangan margin dan bagi hasil Bank X KCP Periode 2007-2009. (Bank X KCP, data diolah). Sedangkan dalam hal penilaian kinerja bank, nilai FDR yang berada di atas 100 persen menunjukkan bahwa berdasarkan peraturan Bank Indonesia yang terdapat dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPP tanggal 29 Mei 1993, Bank X KCP termasuk ke dalam kategori negatif/tidak sehat. Oleh karena itu Bank X KCP terus mempebaiki kondisi likuiditasnya, hal tersebut terbukti dengan pertumbuhan nilai FDR
49
Bank X KCP yang menunjukkan kondisi lebih baik (cenderung mengalami penurunan) selama tiga tahun terakhir. Perbandingan pertumbuhan DPK dan pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut. 120% 104%
100% 80% 60%
51%
40%
Pembiayaan
24%
20% 0%
DPK
24%
0% 2007
2008
2009
Gambar 14. Diagram perbandingan pertumbuhan DPK dan pembiayaan Bank X KCP Periode 2007-2009.(Bank X KCP, data diolah). Gambar 14 memperlihatkan bahwa Bank X KCP mampu memperbaiki kondisi likuiditasnya, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan DPK pada Bank X KCP lebih besar dari pertumbuhan pembiayaannya. Pada tahun 2008 DPK tumbuh sebesar 104 persen dari tahun 2007, sedangkan pembiayaan tumbuh 24 persen. Dan pada tahun 2009 pertumbuhan DPK mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 53 persen menjadi 51 persen, sementara itu pertumbuhan pembiayaan tetap dengan pertumbuhan sebesar 24 persen, meskipun demikian pertumbuhan DPK tetap lebih besar dari pertumbuhan pembiayaan.
4.6.
Laba Bank X KCP Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan keberhasilan perusahaan tersebut dalam mengelola usahanya, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaannya. Laba juga dapat dijadikan tolak ukur keefektifan suatu perusahaan. Peningkatan laba dari periode ke periode berikutnya dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Bank X KCP yang merupakan perusahaan profit oriented memperoleh laba yang berasal dari pendapatan operasional dan
50
pendapatan
non
operasional.
Kegiatan
operasional
memberikan
sumbangan laba lebih besar dari non operasional terutama berasal dari margin dan bagi hasil pembiayaan. Diagram perkembangan laba bersih pada Bank X KCP per empat bulan pada tahun 2007 – 2009 ditunjukkan oleh Gambar 15. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa laba yang terdapat pada Bank X KCP terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2007 laba menunjukkan nilai Rp 1.617.607.800,89, dan meningkat 14 persen pada tahun berikutnya menjadi Rp 3.879.072.567,64. Sedangkan pada tahun 2009 hanya tumbuh sebesar 4,1persen menjadi Rp 5.480.301.280,12. Meskipun demikian secara keseluruhan kinerja Bank X KCP berada pada kineja baik, karena laba setiap tahunnya menunjukkan peningkatan.
Gambar 15. Diagram perkembangan laba Bank X KCP Periode 2007-2009. (Bank X KCP, data diolah). 4.7.
Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, Financing To Deposit Ratio Terhadap Laba Analisis dilakukan untuk melihat pengaruh Penghimpunan dana dan penyaluran dana, serta fungsi intermediasi yang tercermin dari Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Financing To Deposit Ratio terhadap laba bersih perusahaan. 4.7.1
Analisis Regresi Berganda Hasil pengolahan regresi berganda antara laba sebagai variabel dependen dan DPK, pembiayaan, serta FDR sebagai variabel independen dapat dilihat pada Gambar 16 berikut.
51
Regression Analysis: Laba versus DPK; Pembiayaan; FDR The regression equation is Laba = - 25,3 - 3,48 DPK + 5,41 Pembiayaan - 4,77 FDR
Predictor Constant DPK Pembiayaan FDR
Coef -25,32 -3,477 5,410 -4,772
S = 0,403258
SE Coef 26,21 2,537 2,361 2,851
R-Sq = 87,4%
T -0,97 -1,37 2,29 -1,67
P 0,378 0,229 0,071 0,155
VIF 94,0 12,5 51,5
R-Sq(adj) = 79,9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 3 5 8
Source DPK Pembiayaan FDR
Seq SS 4,7710 0,4184 0,4556
DF 1 1 1
SS 5,6449 0,8131 6,4580
MS 1,8816 0,1626
F 11,57
P 0,011
Gambar 16. Hasil analisis regresi (Bank X KCP, data diolah) Gambar 16 memperlihatkan bahwa model regresi yang terbentuk yaitu Laba = - 25,3 - 3,48 DPK + 5,41 Pembiayaan - 4,77 FDR.........(4) Namun, model pada persamaan 4 tidak dapat digunakan, karena terjadi kendala multikolinearitas. Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana antar variabel independen terdapat hubungan yang erat. Identifikasi adanya multikolinieritas dalam model dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factors (VIF). Multikolinieritas dapat diidentifikasi pada parameter yang memiliki nilai VIF ≥ 5 (Iriawan dan Astuti, dalam Rismayanti, 2009)). Nilai VIF variabel DPK, Pembiayaan dan FDR dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
52
Tabel 8. Nilai VIF dalam model regresi Prediktor VIF DPK 94 Pembiayaan 12,5 FDR 51,5 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP (data diolah) 4.7.2
Analisis Korelasi Pada tahap ini, dihasilkan nilai korelasi antar variabel independen serta nilai korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai korelasi antar variabel independen dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya multikolinearitas. Iriawan dan Astuti dalam Rismayanti (2009) menyatakan bahwa multikolinearitas dalam kasus dapat dideteksi apabila: -
Terdapat korelasi yang kuat antar variabel independen yang ditandai dengan nilai korelasi mendekati 1
-
Tanda parameter model berlawanan dengan tanda nilai korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Tabel 9 menunjukkan nilai korelasi antar variabel pada Bank X KCP. Tabel 9. Nilai korelasi antar variabel DPK, pembiayaan, FDR, dan laba pada Bank X KCP Variabel
Laba
DPK
Pembiayaan
Nilai Korelasi 0,860 DPK p-value 0,003 Nilai 0,873 0,870 Pembiayaan Korelasi p-value 0,002 0,002 Nilai Korelasi -0,820 -0,970 -0,746 FDR p-value 0,007 0,000 0,021 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP (data diolah) Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa variabel pembiayaan menunjukkan korelasi yang paling kuat diantara ketiga variabel independen yang lain terhadap laba dengan pengaruh
53
positif, yaitu dengan nilai korelasi sebesar 0,873. Dengan menggunakan taraf nyata 5 persen, p-value korelasi antara laba dan pembiayaan adalah 0, 002. Nilai p-value cukup signifikan untuk menolak Ho, yang berarti bahwa Laba dan pembiayaan memiliki korelasi sangat kuat (Nugroho dalam Rohaeni, 2009). Variabel laba dan DPK juga memiliki nilai korelasi yang sangat kuat, dengan nilai korelasi yang mencapai 0,860 dan nilai p-value 0,003. Sama halnya dengan kedua variabel independen tersebut, variabel FDR pun memiliki korelasi yang sangat dengan laba yaitu 0,820 dengan p-value 0,007 tetapi dengan pengaruh negatif. Berdasarkan Tabel 6 ketiga variabel independen tersebut mempunyai korelasi sangat kuat terhadap laba. Tabel 8 memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen yang cukup erat adalah DPK dan FDR dengan nilai korelasi -0,970 dengan nilai p-value 0. Dengan menggunakan taraf nyata 5persen, p-value cukup signifikan untuk menolak Ho, yang berarti bahwa DPK dan FDR mempunyai korelasi yang erat. Korelasi yang sangat kuat juga ditunjukkan oleh variabel pembiayaan dan DPK dengan nilai korelasi 0,87. Pembiayaan dan FDR pun menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai korelasi 0,746 dengan pengaruh negatif. Korelasi yang cukup erat antara ketiga variabel independen di atas mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa model regresi pada persamaan 4 mengalami kendala multikolinieritas karena VIF > 5. Kendala multikolnieritas pada model dapat diatasi dengan menggunakan analisis komponen utama. 4.7.3
Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama (Principal Component Analysis ) digunakan untuk mengatasi kendala multikolinearitas. Dengan analisis komponen utama, persamaan yang terbentuk bebas dari masalah multikolinearitas tanpa menghilangkan peubah bebas yang
54
mengalami korelasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis komponen utama yaitu (Ulfah, 2006): 1. Membakukan variabel DPK, pembiayaan, FDR menjadi Z Hasil pembakuan dalam minitab dengan menggunakan rumus:
Z=
…………………………………………………(5)
Ket: Z Xi
= hasil pembakuan variabel X = variabel independen ke- i = rata-rata variabel independen ke-i
Si i
= Standar Deviasi ke-i = 1,2,3,
Hasil pembakuan variabel DPK, pembiayaan dan FDR menjadi Z dapat dilihat pada Tabel 10 berikut Tabel 10. Pembakuan peubah-peubah X No. Z1 Z2 Z3 1 2 3 4 5 6 7 8
-1,55455
-1,7582
1,27731
-1,08847
-0,7128
1,1921
-0,70247
-0,52534
0,71746
-0,63875
0,05381
0,96567
0,41808
-0,06292
-0,70909
0,64942
0,06765
-0,9827
0,86516
0,18199
-0,76355
0,8715
1,00183
-0,78421
9
1,18008 1,75398 -0,91301 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP 2007-2009 (data diolah) 2. Menentukan akar ciri dan vektor ciri Akar ciri dapat dilihat dari niai Eigenvalue pada output analisis komponen utama dengan minitab 14. Sebagian ahli menganjurkan agar memilih komponen utama yang akar cirinya lebih besar dari satu, karena jika akar cirinya lebih kecil dari satu, keragaman data yang dapat dijelaskan oleh komponen
55
utama tersebut kecil sekali. Sedangkan vektor ciri dapat dilihat dari nilai Pci. Berdasarkan Gambar 17, terlihat bahwa akar ciri pertama menjelaskan sekitar 90,9 persen dari keragaman total, akar ciri yang kedua menjelaskan 8, 9 persen dan akar ciri yang ketiga 0,2 persen. Hal ini berarti bahwa dari tiga komponen utama yang diturunkan dari matriks korelasi antar peubah bebas, hanya sebuah komponen utama yang memegang peranan penting dalam menerangkan keragaman total data, yaitu komponen utama pertama (atau akar ciri yang lebih besar dari 1). Principal Component Analysis: z1; z2; z3 Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
Variable z1 z2 z3
2,7274 0,909 0,909
PC1 -0,602 -0,552 0,577
0,2661 0,089 0,998
PC2 -0,168 0,794 0,585
0,0065 0,002 1,000
PC3 -0,781 0,256 -0,570
Gambar 17. Akar ciri dan vektor ciri(Bank X KCP, data diolah). 3. Menentukan jumlah komponen utama yang digunakan Komponen-komponen semuanya
digunakan.
utama Morrison
yang
dibentuk
dalam
Ulpah
tidak (2006)
menyarankan agar memilih komponen-komponen utama yang mempunyai
keragaman
kumulatif
kira-kira
75
persen.
Banyaknya komponen utama yang ditentukan juga dapat dilihat dari plot scree dengan melihat letak terjadinya belokan dengan menghapus komponen utama yang menghasilkan beberapa nilai eigen kecil membentuk pola garis lurus, Plot Scree ditunjukkan oleh Gambar 18.
56
Scree Plot of Z1; ...; Z3 3,0 2,5
Eigenvalue
2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 1
2 Component Number
3
Gambar 18. Plot Scree komponen utama. Gambar Plot Scree terlihat bahwa komponen pertama sudah menunjukkan belokan yang curam, sehingga hanya komponen
utama
pertama
saja
Berdasarkan nilai Eigenvalue
yang
akan
digunakan.
dan plot scee di atas, dengan
demikian komponen utama yang diambil adalah komponen utama pertama (W1) yang merupakan kombinasi linier Z dan dapat dinyatakan dalam persaman berikut: W1 = -0,602 Z1 -0,552 Z2 + 0,577 Z3 ................................…...(6) Tabel skor komponen utama dapat dilihat pada Tabel 11. Sebagai berikut Tabel 11. Skor komponen utama (W) No.
W1
W2
W3
1
2,64352
-0,38724
0,035838
2
1,73638
0,314292
-0,01231
3
1,12677
0,120646
0,004961
4
0,91166
0,714724
-0,03837
5
-0,62582
-0,53485
0,061968
6
-0,99498
-0,6301
0,070781
7
-1,06165
-0,44734
-0,19342
8
-1,5302
0,190059
0,022896
9
-2,20568 0,659802 0,047644 Sumber: Laporan keuangan Bank X KCP (data diolah)
57
Ket: Wi = Komponen utama ke-i, i=1,2,3. 4. Meregresikan komponen utama Setelah dihitung skor komponen utama seperti yang tertera pada Tabel 11 di atas, maka langkah selanjutnya adalah meregresikan komponen utama W1 yang terdapat pada Tabel 11, terhadap laba Bank X KCP. Hasil regresi dapat dilihat pada Gambar 19 di bawah ini. Regression Analysis: Laba versus w1 The regression equation is Laba = 20,6 - 0,485 w1 Predictor Constant w1
Coef 20,6357 -0,48515
S = 0,434638
SE Coef 0,1449 0,09305
R-Sq = 79,5%
T 142,43 -5,21
P 0,000 0,001
R-Sq(adj) = 76,6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 7 8
SS 5,1357 1,3224 6,4580
MS 5,1357 0,1889
F 27,19
P 0,001
Gambar 19. Hasil analisis regresi laba tehadap W1 5. Transformasi W menjadi Z Hasil regresi komponen utama yaitu: Laba = 20,6 – 0,485 W1 Hasil analisis regresi ditransformasikan kedalam persamaan 6 menghasilkan persamaan 7 (Lampiran 3). Laba = 20,6 + 0,29197 Z1+0,26772 Z2 - 0,279845 Z3……(7) Ket:
W = Komponen utama Z = Hasil pembakuan variabel independen
6. Transformasi Z menjadi X Hasil transformasi Z menjadi X (Lampiran 3) akan menghasilkan model akhir dari persamaan regresi sebagai berikut:
58
Laba= - 21,9215 + 0, 535 X1 + 1,25287 X2 – 0, 780 X3……..(8) dengan, X1 = DPK X2 = Pembiayaan X3 = FDR Dalam model tersebut laba akan dipengaruhi oleh tiga variabel independen, yaitu DPK, pembiayaan dan FDR. Nilai RSquare menunjukkan seberapa besar keterandalan model tersebut atau seberapa besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel –variabel penjelas tersebut. Nilai R-Square sebesar 79,5 persen berarti bahwa sebesar 79,5 persen variasi sampel laba Bank X KCP dapat dijelaskan oleh model (Gambar 18). Nilai R-Square Adjusted, 76,6 persen
digunakan untuk
membandingkan model terbaik. Semakin tinggi nilai Nilai RSquare Adjusted, maka model tersebut semakin baik. 4.7.4 Uji Asumsi Klasik Regresi Regresi yang baik memiliki persyaratan uji-uji klasik yaitu uji normalitas, uji heteroskedastitas, dan uji autokorelasi. Oleh karena itu model regresi akan diuji untuk mengetahui apakah model regresi layak atau tidak. a.
Uji Normalitas Uji normallitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model regresi tentang kenormalan residual model. Pengujian kenormalan dilakukan dengan statistik kolgomorov-smirnov. Hipotesis yang digunakan adalah: Ho: Residual berdistribusi normal H1: Residual tidak berdistribusi normal
59
Daerah penolakan hipotesis atau residual dikatakan tidak berdistribusi normal adalah jika nilai kolgomorovsmirnov (KS) > KS1-α pada sejumlah pengamatan (n) tertentu dan jika p-value < α apabila statistik kolgomorov-smirnov dikonversikan kedalam p-value (Iriawan dan Astuti dalam Rohaeni, 2009). Plot distribusi normal residual ditunjukkan pada Gambar 20. Uji kolgomorov-smirnov dilakukan menggunakan α sebesar 5persen. Nilai Statistik KS1-α untuk α = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 9 pengamatan adalah 0,430. Dari Gambar 20 diketahui bahwa nilai statistik kolgomorov-smirnov (KS) adalah 0,240 < nilai KS tabel yaitu 0,430 dan p-value memiliki nilai 0,139 dimana nilai tersebut lebih besar dari α yang bernilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual model regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi kenormalan. Probability Plot of RESI2 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-9,86865E-15 0,4066 9 0,240 0,139
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-1,0
-0,5
0,0 RESI2
0,5
1,0
Gambar 20. Uji normallitas residual pada regresi (Bank X KCP, data diolah) b.
Uji Heteroskedastisitas Pengujian
heteroskedastisitas
bertujuan
untuk
melihat varian dari variabel independen apakah memiliki nilai yang sama (homoskedastisitas) atau berbeda. Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki
60
varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross Sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F dan uji t karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat (Gujarati
dalam
Rismayanti,
2009).
Output
uji
heteroskedastisitas ditunjukkan oleh Gambar 21. Residuals Versus the Fitted Values (response is Laba) 0,50
Residual
0,25 0,00 -0,25 -0,50
-0,75 19,5
20,0
20,5 21,0 Fitted Value
21,5
22,0
Gambar 21. Output uji heteroskedastisitas (Bank X KCP, data diolah) Plot
residual
dalam
gambar
di
atas
menunjukkan bahwa titik yang ada tidak membentuk pola tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. c.
Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Model regresi yang baik tidak memperkenalkan terjadinya autokorelasi. Akibat dari adanya autokorelasi adalah varian residual yang diperolah akan lebih daripada yang semestinya sehingga mengakibatkan koefisien determinasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi menyebabkan
61
pengujian hipotesis dalam uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang
menyesatkan
pada
tingkat
signifikansi
dan
koefisien regresi yang ditaksir. Autokorelasi diidentifikasi dengan melakukan uji runtutan (run test). Hipotesis yang digunakan adalah: Ho : Tidak terdapat autokorelasi ordo 1 pada sisaan H1 : Terdapat autokorelasi ordo 1 pada sisaan Hasil runt test terhadap residual model ditunjukkan pada Gambar 22 sebagai berikut: Runs Test: RESI2 Runs test for RESI2 Runs above and below K = -9,86884E-15 The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 5,44444 5 observations above K; 4 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0,688
Gambar 22. Hasil uji run test (Bank X KCP, data diolah) 4.7.5
Dampak Perubahan Secara Keseluruhan Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan taraf nyata (α=5persen), derajat bebas pembilang = k = 1, derajat bebas penyebut = n- (k+1) = 9-2 = 7. Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (1,7) = 5,59. Hasil perhitungan menggunakan minitab menunjukkan nilai F hitung adalah sebesar 27,19 (Gambar 18). Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 27,19 > 5,59. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga DPK (X1), Pembiayaan (X2), dan FDR (X3) secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5persen.
62
Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada hasil uji analysis of Variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada (Iriawan dan Astuti dalam Rismayanti, 2009). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesisi uji F, dengan daerah penolakan p-value < α. Dari hasil uji ANOVA menggunakan α sebesar 0,05, didapat p-value = 0,001, sehingga model regresi yang dibuat nyata (tolak Ho). 4.7.6
Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan taraf nyata (α = 5persen), df: n-(k+1) = 9-2= 7. Dengan demikian t-tabel sebesar t (α,df) = t (0,5;7) = 1,895. Hasil
perhitungan
menggunakan
program
minitab
menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel W1 adalah -5,21 (Gambar 18). Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < t tabel, yaitu -5,21 < -1,895 dengan tingkat signifikansi 0,001. Dengan demikian maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial variabel W1 berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP pada taraf nyata 5 persen. Berdasarkan hasil uji t dari regresi terhadap komponen utama (W1) diperoleh bahwa komponen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP. Komponen (W1) tersebut adalah komponen yang mewakili variabel – variabel yang mempengaruhi laba yaitu X1, X2, dan X3. Hal ini berarti DPK (X1), pembiayaan (X2), dan FDR (X3) masing-masing secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP dengan p-value 0,001 pada taraf nyata 5 persen. Analisis signikansi koefisiensi regresi parsial dapat dilihat pada Tabel 12 berikut
63
Tabel 12. Analisis signifikansi koefisien regresi parsial Koefisien
Simpangan
t-hitung
(γi)
Baku S(γi)
t(γi)
Z1
0,29197
0,0623
Z2
0,26772
Z3
0,27985
Peubah (Zi)
t-tabel
Keterangan
4,68331
3,182
Signifikan
0,0572
4,68331
3,182
Signifikan
0,0598
4,68331
3,182
Signifikan
Hasil perhitungan t hitung (Lampiran 3) ditunjukkan pada Tabel 12. Hasil t hitung pada Tabel 12 untuk variabel Z1, Z2, dan Z3 adalah masing 4,68331. Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 4,68331 > 3,182. Dengan demikian secara parsial variabel Z1, Z2, dan Z3 berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP. Variabel Z1, Z2, dan Z3 merupakan hasil dari pembakuan variabel X1, X2, dan X3. Hal ini berarti DPK (X1), pembiayaan (X2), dan FDR (X3) masing-masing secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap laba Bank X KCP. 4.7.7
Hasil Dampak Perubahan Secara Parsial Hasil uji validasi terhadap model menunjukkan bahwa model
tersebut
telah
memenuhi
asumsi
normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Dimana residual dari model tersebut menyebar saling bebas mengikuti sebaran normal, memiliki ragam homogen atau tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas,
serta
tidak
terdapat
masalah
autokorelasi dan multikolinearitas. Kebaikan model juga didukung oleh nilai standar deviasi residual, R-Square dan R-Square adj yang cukup baik. Nilai RSquare
79,5 persen dapat dijelaskan oleh keragaman variabel
independen (Gambar 18) menunjukkan bahwa 79,5 persen keragaman dari variabel dependen (laba), sedangkan sisanya 20,5 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak
64
dijelaskan dalam penelitian ini. Nilai konstanta menunjukkan nilai rata-rata dari Y pada saat peubah bebas tidak bekerja atau nol. Pada penelitian ini, Y = -21,9215, yaitu jika yang lain tidak bekerja, maka akan terjadi penurunan laba sebesar Rp 2.192.150, hal ini disebabkan bank harus membayar biaya operasional. Tabel 13. Dampak DPK, pembiayaan dan FDR terhadap laba Bank X KCP periode 2007-2009 Perubahan Sektoral Koefisien Regresi Konstanta
- 21,9215
DPK
0,535
Pembiayaan
1,25287
FDR
- 0,780
a) Dampak DPK Berdasarkan Tabel 13, terdapat pengaruh positif antara peningkatan DPK terhadap laba Bank X KCP yang ditunjukkan
oleh
koefisien
regresi
0,535.
Hal
ini
menunjukkan bahwa bila jumlah DPK bertambah Rp 1.000.000,-
dan DPK tersebut disalurkan dengan baik
kepada masyarakat. Maka laba Bank X KCP akan bertambah Rp 535.000. Hal ini berarti DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba. Dimana peningkatan DPK akan berdampak pada peningkatan laba Bank X KCP. Kondisi tersebut dikarenakan bank memiliki dana untuk disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, yang pada akhirnya bank akan mendapatkan nisbah dari penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari DPK. b) Dampak Pembiayaan Pembiayaan memberikan pengaruh positif paling besar diantara ketiga variabel independen lain terhadap laba, sehingga semakin besar pembiayaan yang disalurkan, maka laba akan semakin besar. Pembiayaan berpengaruh
65
sebesar 1,25287 terhadap laba. Hal ini berarti bahwa jika pembiayaan bertambah Rp 1.000.000, maka laba Bank X KCP akan bertambah Rp 1.252.870 (cateris paribus). Pengaruh yang besar, pembiayaan
tarhadap
positif dan signifikan dari laba
dikarenakan
bank
akan
mendapatkan nisbah dari pembiayaan bagi hasil serta margin dari pembiayaan jual beli. Akan tetapi pengaruh yang positif dan besar serta segnifikan ini juga memiliki risiko yang cukup besar. Oleh karena itu Bank X KCP perlu menerapkan
menajemen
risiko
yang
baik
dalam
menyalurkan pembiayaan. c) Dampak Financing to Deposit Ratio Koefisien regresi Financing to Deposit Ratio yang bernilai – 0,780 menunjukkan adanya pengaruh negatif perkembangan Financing to Deposit Ratio terhadap laba Bank X KCP. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa bila nilai FDR meningkat 1persen, maka laba Bank X KCP akan berkurang 0,780persen (cateris paribus). Penurunan laba tersebut dikarenakan, Bank X KCP tidak mempunyai cukup dana untuk membiayai penyaluran dananya, sehingga Bank X KCP harus meminjam dana yang berasal dari aktiva antar kantor, yang mengakibatkan Bank X KCP harus membayar nisbah hasil penyaluran pembiayaannya dengan kantor yang menyediakan sumber dana tersebut, dalam hal ini kantor cabang Bank X . Dengan demikian, penggunaan dana yang berasal dari aktiva antar kantor memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap laba. Kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Data historis pembiayaan Bank X KCP periode 20072009 menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan melebihi dari DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank X KCP,
sehingga
hal
ini
berimplikasi
terhadap
66
meningkatnya penggunaan dana yang berasal dari aktiva antar kantor. 2. Sumber dana yang berasal dari aktiva antar kantor mengakibatkan Bank X KCP harus menyisihkan laba yang diperoleh untuk membayar beban nisbah aktiva antar kantor. Beban
nisbah dari penggunaan aktiva
antar kantor memberikan pengaruh negatif terhadap laba Bank
X
KCP.
Pengaruh
yang
signifikan
juga
disebabkan oleh penggunaan aktiva antar kantor yang cukup besar sebagai implikasi belum mampunya Bank X KCP meningkatkan sumber pendanaan yang berasal dari produk penghimpun DPK.
4.8.
Implikasi Manajerial Implikasi
manajerial
yang
dapat
mempengaruhi
peningkatan laba Bank X KCP dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terbesar terhadap laba, oleh karena itu Bank X KCP perlu terus melakukan ekspansi pembiayaan, akan tetapi dalam melakukan ekspansi pembiayaan Bank X KCP juga perlu memperhatikan nilai FDR agar berada di kondisi aman menurut Bank Indonesia. Ekspansi pembiayaan akan berjalan dengan baik apabila proses penghimpunan dananya pun berjalan dengan baik, oleh karena itu sebaiknya bank terus melakukan penghimpunan dana pihak ketiga supaya proses pembiayaan ini dapat berjalan dengan lancar dan nilai FDR berada dibatas aman menurut peraturan Bank Indonesia. 2. Bank juga perlu menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, artinya dana yang disalurkan mampu menggerakkan sektor riil, terutama sektor UMKM. Penyaluran pembiayaan ini perlu menerapkan manajemen risiko yang baik dan berpegang pada
67
prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi pembiayaan macet dikemudian hari. 3. Terus melakukan controling kepada nasabah pembiayaan untuk menghindari pembiayaan macet. 4. Persaingan diantara perbankan syariah yang semakin kompetitif juga, mengharuskan Bank X KCP untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif dalam memasarkan DPK dan produk pembiayaan. 5. Terus memantau perkembangan informasi terkini mengenai dunia perbankan, kondisi sosial dan ekonomi, serta regulasi bank sentral.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Pekembangan DPK, pembiayaan, dan laba Bank X KCP mengalami peningkatan setiap tahun, sedangkan FDR mengalami penurunan. b. Penghimpunan dana yang tercermin dari dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan yang lebih besar dari penyaluran dana (nilai FDR yang terus menurun), dan komponen dana pihak ketiga yang memberikan kontribusi terbesar adalah deposito yaitu sebesar 52 persen, tabungan memberikan kontribusi 43 persen dan giro 5 persen.
Sedangkan nilai FDR terus
mengalami penurunan setiap tahunnya, meskipun menurut Bank Indonesia masih berada dalam kategori tidak sehat/negatif karena nilai di tahun terakhir sebesar 111,37 persen. Sedangkan batas aman FDR adalah 100 persen. c. Komposisi pembiayaan pada Bank X KCP mayoritas menggunakan pembiayaan bagi hasil yaitu sebesar 89,07 persen, sedangkan pembiayaan jual beli hanya
9,32 persen, dan sisanyasebesar 1,61 persen adalah
pembiayaan sewa/ijarah. d. Bank X KCP termasuk ke dalam bank yang agresif dalam menyalurkan pembiayaan, hal tersebut dilihat dari nilai FDR yang melebihi 100 persen selama tiga tahun terakhir. Dana yang didapatkan untuk melakukan ekspansi pembiayaan tersebut berasal dari dana pihak ketiga dan aktiva antar kantor. Nilai FDR yang berada di atas 100 persen mengindikasikan bahwa Bank X KCP telah melewati batas aman yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. e. Berdasarkan uji F, disimpulkan bahwa secara keseluruhan DPK, pembiayaan, dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi 5 persen . f. DPK, pembiayaan, dan FDR memiliki korelasi yang tinggi (sehingga terjadi multikolinearitas), dan setelah dilakukan analisis komponen utama (salah satu cara untuk menangani kendala multikolinearitas), hasil
69
pengujian menggunakan uji t, menunjukkan bahwa secara parsial DPK, pembiayaan, dan FDR berpengaruh secara signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi 5 persen. g. Hasil regresi menunjukkan bahwa pembiayaan
memberikan pengaruh
terbesar terhadap laba yaitu sebesar 1,25287 dengan pengaruh positif, DPK juga memberikan pengaruh positif sebesar 0,535. Berbanding terbalik dengan kedua variabel independen di atas, FDR memberikan pengaruh negatif dengan nilai sebesar 0,780.
2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Bank X KCP periode 2007sampai dengan 2009 mengenai pengaruh DPK, pembiayaan, dan FDR terhadap laba, maka penulis mencoba menyampaikan saran sebagai berikut: a) Bank sebaiknya memperhatikan semua faktor yang dapat mempengaruhi laba
bank.
Bank
perlu
melakukan
controlling
secara
intensif
perkembangan dana pihak ketiga dan pembiayaan supaya nilai FDR berada di batas aman yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Bank juga perlu meningkatkan penyaluran pembiayaan untuk sektor UMKM sehingga fungsi bank sebagai penggerak sektor riil dapat berjalan dengan baik. untuk menghindari terjadinya risiko dari kerugian yang dapat timbul dimasa yang akan datang, bank juga perlu meningkatkan manajemen risiko yang baik dan tetap berpegang pada prinsip kehati-hatiannya. b) Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat keefektifan dan keefisienan Bank Syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Saran untuk penelitian lanjutan juga diberikan untuk menganalisis perbandingan
disemua aspek kegiatan operasional
perbankan antara bank syariah dan bank konvensional.
DAFTAR PUSTAKA Antonio, M. S. 2001. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Gema Insani dan Tazkia Cendekia, Jakarta. Ascarca dan D. Yumanita. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum. Bank Indonesia, Jakarta. Atmaja, L. S. 2009. Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. ANDI, Yogyakarta. Dendrawijaya, L. 2004. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional. Ghalia Indonesia, Jakarta. Dendrawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Keown, A. J., et al. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Indeks, Jakarta. Kurniasih, A. J. 2008. Optimalisasi Peran Intermediasi dan Konsolidasi Perbankan. Info Bank.Hlm 66, Jakarta. Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan April 2007 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Agustus 2007 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Desember 2007 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan April 2008 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Agustus 2008 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Desember 2008 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan April 2009 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Agustus 2009 Laporan keuangan Bank Y Syariah bulan Desember 2009 Rismayanti. D. 2009. Analisis Portofolio Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi kasus PT. Bank X, Tbk.). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh DPK dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank X Tbk.). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
71
Sundjaja, R. S dan I. Berlian.2003. Manajemen Keuangan. Literata Lintas Media, Jakarta Triandaru, S. dan T. Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat, Jakarta. Ulfah, M. 2006. Regresi Komponen Utama. Makalah pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Grahailmu. Yogyakarta. www.bankx.co.id [15 Februari 2010] www.bi.go.id [10 Juni 2010] www.bps.go.id [15 Februari 2010]
73
Lampiran 1. Model Regresi Regression Analysis: Laba versus DPK; Pembiayaan; FDR The regression equation is Laba = - 25,3 - 3,48 DPK + 5,41 Pembiayaan - 4,77 FDR
Predictor Constant DPK Pembiayaan FDR
Coef -25,32 -3,477 5,410 -4,772
S = 0,403258
SE Coef 26,21 2,537 2,361 2,851
R-Sq = 87,4%
T -0,97 -1,37 2,29 -1,67
P 0,378 0,229 0,071 0,155
VIF 94,0 12,5 51,5
R-Sq(adj) = 79,9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 3 5 8
Source DPK Pembiayaan FDR
Seq SS 4,7710 0,4184 0,4556
DF 1 1 1
SS 5,6449 0,8131 6,4580
MS 1,8816 0,1626
F 11,57
P 0,011
74
Lanjutan Lampiran 1
Residual Plots for Laba Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99
0,50 0,25 Residual
Percent
90 50 10
-0,25 -0,50
1 -0,8
-0,4
0,0 Residual
0,4
0,8
19
Histogram of the Residuals
20
21 Fitted Value
22
Residuals Versus the Order of the Data
3
0,50 0,25
2
Residual
Frequency
0,00
1
0,00 -0,25 -0,50
0
-0,6
-0,4
-0,2 0,0 Residual
0,2
0,4
1
2
3
4 5 6 7 Observation Order
8
9
75
Lampiran 2. Uji Korelasi Correlations: Laba; DPK; Pembiayaan; FDR
DPK
Pembiayaan
FDR
Laba 0,860 0,003
DPK
0,873 0,002
0,870 0,002
-0,820 0,007
-0,970 0,000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Pembiayaan
-0,746 0,021
76
Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Hasil pembakuan peubah-peubah X No.
Z1
Z2
Z3
1
-1,55455
-1,75820
1,27731
2
-1,08847
-0,71280
1,19210
3
-0,70247
-0,52534
0,71746
4
-0,63875
0,05381
0,96567
5
0,41808
-0,06292
-0,70909
6
0,64942
0,06765
-0,98270
7
0,86516
0,18199
-0,76355
8
0,87150
1,00183
-0,78421
9
1,18008
1,75398
-0,91301
Principal Component Analysis: z1; z2; z3 Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
Variable z1 z2 z3
2,7274 0,909 0,909
PC1 -0,602 -0,552 0,577
0,2661 0,089 0,998
PC2 -0,168 0,794 0,585
0,0065 0,002 1,000
PC3 -0,781 0,256 -0,570
77
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Plot Scree Komponen Utama Scree Plot of z1; ...; z3 3,0 2,5
Eigenvalue
2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 1
2 Component Number
Skor Komponen Utama No.
W1
W2
W3
1
2,64352
-0,387243
0,035838
2
1,73638
0,314292
-0,012305
3
1,12677
0,120646
0,004961
4
0,91166
0,714724
-0,038365
5
-0,62582
-0,534851
0,061968
6
-0,99498
-0,630095
0,070781
7
-1,06165
-0,447335
-0,193419
8
-1,53020
0,190059
0,022896
9
-2,20568
0,659802
0,047644
3
78
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Regression Analysis: Laba versus w1 The regression equation is Laba = 20,6 - 0,485 w1
Predictor Constant w1
Coef 20,6357 -0,48515
S = 0,434638
SE Coef 0,1449 0,09305
T 142,43 -5,21
R-Sq = 79,5%
P 0,000 0,001
R-Sq(adj) = 76,6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 7 8
SS 5,1357 1,3224 6,4580
MS 5,1357 0,1889
F 27,19
P 0,001
Residual Plots for Laba Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99
0,5 Residual
Percent
90 50 10 1
-1,0
-0,5
0,0 Residual
0,5
Histogram of the Residuals
19,5
20,0
20,5 21,0 Fitted Value
21,5
Residuals Versus the Order of the Data 0,5
3
Residual
Frequency
-0,5 -1,0
1,0
4
2 1 0
0,0
-0,75
-0,50
-0,25 0,00 Residual
0,25
0,50
0,0 -0,5 -1,0
1
2
3
4 5 6 7 Observation Order
8
9
79
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Transformasi W menjadi Z Laba = 20,6 - 0,485 W1 Laba = 20,6 - 0,485 (-0,602 Z1 -0,552 Z2 + 0,577 Z3) Laba = 20,6 + 0,29197 Z1+0,26772 Z2 - 0,279845 Z3
Transformasi Z menjadi X Laba = 20,6 + 0,29197 Z1+0,26772 Z2 - 0,279845 Z3 Laba = 20,6 + 0,29197
+ 0,26772
Laba = 20,6 + 0,29197
- 0,279845
+ 0,26772
- 0,279845
Laba = 20,6 + -
- 12,6816 +
- 30,17934
+ 0,339505
Laba = - 21,9215 +
+
-
Laba= - 21,9215 + 0, 535 X1 + 1,25287 X2 – 0, 780 X3
80
Lanjutan Lampiran 3. Hasil Analisis Komponen Utama
Simpangan Baku Dari Masing-Masing Koefisien Regresi S*2
=
•
= 0,1889 = 0,02925 6,4580
Var(γ1) = S*2 S(γ1) =
= 0,02925 =
• Var(γ2)=S*2
= 0,003887 = 0,062343
= 0,02925
= 0,003268
S(γ2) = S*2
=
• Var(γ3)=S*2
= 0,02925
S(γ2) =S*2
=
=
0,057165
= 0,00357 = 0,059754
Analisis Signifikansi Koefisien Regresi Parsial Koefisien
Simpangan
t-hitung
(γi)
Baku S(γi)
t(γi)
Z1
0,29197
0,0623
Z2
0,26772
Z3
0,27985
Peubah (Zi)
t-tabel
Keterangan
4,68331
3,182
Signifikan
0,0572
4,68331
3,182
Signifikan
0,0598
4,68331
3,182
Signifikan
81
Lampiran 4. Uji – Uji Validasi
Uji Normalitas Probability Plot of RESI2 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-9,86865E-15 0,4066 9 0,240 0,139
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-1,0
-0,5
0,0 RESI2
0,5
1,0
Uji Autokorelasi Runs Test: RESI2 Runs test for RESI2 Runs above and below K = -9,86884E-15 The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 5,44444 5 observations above K; 4 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0,688
82
Lanjutan Lampiran 4. Uji – Uji Validasi
Uji Heteroskedastisitas Residuals Versus the Fitted Values (response is Laba) 0,50
Residual
0,25 0,00 -0,25 -0,50
-0,75 19,5
20,0
20,5 21,0 Fitted Value
21,5
Uji F S = 0,434638
R-Sq = 79,5%
R-Sq(adj) = 76,6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 7 8
SS 5,1357 1,3224 6,4580
MS 5,1357 0,1889
F 27,19
P 0,001
Uji t Predictor Constant w1
Coef 20,6357 -0,48515
SE Coef 0,1449 0,09305
T 142,43 -5,21
P 0,000 0,001
22,0
83
Lampiran 5. Laporan Neraca Bank X KCP BANK X KCP T GL: 30‐12‐2009 NERACA GABUNGAN DALAM RUPIAH SYS: 31‐12‐2009 ======================================================================== ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ A K T I V A KAS 151.008.000,00 BANK INDONESIA ANTAR BANK AKTIVA SURAT BERHARGA YANG DIMILIKI PEMBIAYAAN YANG DIBERIKAN 40.469.658.853,66 PERSEDIAAN BARANG PEMBIAYAAN TAGIHAN LAINNYA PENYERTAAN CADANGAN AKTIVA PRODUKTIF CADANGAN AKTIVA NON PRODUKTIF AKTIVA TETAP DAN INVENTARIS 81.728.798,47 ANTAR KANTOR AKTIVA (2.003.619.343,61) RUPA‐RUPA AKTIVA 481.673.862,90 REKENING PERANTARA REK. PERANTARA M.U ASING JUMLAH AKTIVA 39.180.450.171,42 P A S I V A GIRO 2.095.027.117,63 KEWAJIBAN2 YG SEGERA DIBAYAR 115.664.568,65 TABUNGAN 15.855.973.032,73 18.109.313.426,58 SIMPANAN BERJANGKA BANK INDONESIA ANTAR BANK PASIVA SURAT2 BERHARGA YG DITERBITKAN PINJAMAN YANG DITERIMA SETORAN JAMINAN ANTAR KANTOR PASIVA RUPA‐RUPA PASIVA MODAL CADANGAN LABA/RUGI TAHUN LALU LABA/RUGI TAHUN BERJALAN 3.004.472.025,83 JUMLAH PASIVA 39.180.450.171,42 REKENING ADMINISTRASI FAS.PINJ.BI YANG BLM DIGUNAKAN FAS.PINJ.LN.YANG BLM DIGUNAKAN FAS.PKN YANG BELUM DIGUNAKAN PEND.MARGIN & BAGI HSL DL PENY GARANSI YANG DIBERIKAN KEWAJIBAN ENDORSEMEN KEWAJIBAN TITIPAN KLIRING KEWAJIBAN TITIPAN INKASO ======================================================================== JAM: 6:27:33 TANGGAL CETAK: 31‐12‐2009
84
Lampiran 6. Laporan Laba/Rugi Bank X KCP BANK X KCP
TGL: 30‐12‐2009
LABA/RUGI GABUNGAN DLM RUPIAH SYS: 31‐12‐2009 ======================================================================== KUMULATIF
BLN BERJALAN
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ A. PENDAPATAN OPERASIONAL 01. MARGIN DAN BAGI HASIL 5.505.061.509,02 5.505.061.509,02 02. PENDAPATAN EX KONVENSIONAL 03. KEUNTUNGAN TRANSAKSI VALAS 16.343.008,32 16.343.008,32 04. PENDAPATAN PROVISI& KOMISI 58.416.000,00 58.416.000,00 05. KENAIKAN NILAI S.BERHARGA 06. PEND OPERASIONAL LAINNYA 435.392.124,82 435.392.124,82 JUMLAH PEND. OPERASIONAL 6.015.212.642,16 6.015.212.642,16 B. BIAYA OPERASIONAL 01. BAGI HASIL 1.746.192.638,91 1.746.192.638,91 02. KERUGIAN TRANSAKSI VALAS 03. PREMI ASURANSI
11.348.298,16 11.348.298,16
04. TRANSAKSI PASAR MODAL 05. TENAGA KERJA
559.797.348,00 559.797.348,00
06. PENDIDIKAN & PELATIHAN 2.535.300,00 2.535.300,00 07. PENELITIAN & PENGEMBANGAN 08. S E W A
90.845.724,32 90.845.724,32
09. P R O M O S I
9.616.687,00 9.616.687,00
10. PAJAK‐PAJAK (NON PPH) 2.251.534,00 2.251.534,00 11. PEMELIHARAAN & PERBAIKAN 31.331.728,00 31.331.728,00 12. PENYUSUTAN/PENYISIHAN 227.427.837,75 227.427.837,75 13. PENURUNAN NILAI SRT BERHRG 14. BARANG DAN JASA
266.107.123,61 266.107.123,61
15. BIAYA OPERASIONAL LAINNYA JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 2.947.454.219,75 2.947.454.219,75 C._LABA/RUGI_OPERASIONAL 3.067.758.422,41 3.067.758.422,41 D. PENDAPATAN NON OPERASIONAL 01. PENDAPATAN SEWA
85
Lanjutan Lampiran 6. Laporan Laba/Rugi Bank X KCP 02. LABA PENJ AKTIVA TETAP&INV 03. BAGI HASIL ANTAR KANTOR
65.779.444,93 65.779.444,93
04. PENDAPATAN SELISIH KURS (36.503,83) (36.503,83) 05. PENDAPATAN KOREKSI PPAP 06. PEND. NON OPERASIONAL LAIN 20.470.000,00 20.470.000,00 JUMLAH PEND. N.OPERASIONAL 86.212.941,10 86.212.941,10 E. BIAYA NON OPERASIONAL 01. RUGI PENJ AKTIVA TETAP/INV 02. TRANSFER PAYMENT 03. BAGI HASIL ANTAR KANTOR 149.497.423,06 149.497.423,06 04. BIAYA SELISIH KURS
(1.914,62) (1.914,62)
05. DENDA‐DENDA 06. DENDA BANK INDONESIA 07. DENDA PAJAK 08. DENDA LAINNYA 09. BIAYA NON OPERASI LAINNYA JUMLAH BIAYA NON OPERASI 149.499.337,68 149.499.337,68 F._LABA/RUGI_NON_OPERASIONAL (63.286.396,58) (63.286.396,58) G._LABA/RUGI_TAHUN_BERJALAN 3.004.472.025,83 3.004.472.025,83 H._TAKSIRAN_PPH_PJK_TANGGUHAN I. TAKSIRAN PPH TAHUN BERJLN J._LABA/RUGI_SETELAH_PAJAK 3.004.472.025,83 3.004.472.025,83 ======================================================================== JAM: 6:28:20 TANGGAL CETAK: 31‐12‐2009