SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN KREDIT, DAN EFISIENSI OPERASI TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi Kasus Pada Bank Persero Periode 2009 - 2012)
Oleh: Ade Firmansyah NIM: 108081000038
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN KREDIT, DAN EFISIENSI OPERASI TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi Kasus Pada Bank Persero Periode Tahun 2009 - 2012)
Oleh: Ade Firmansyah NIM: 108081000038
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN KREDIT, DAN EFISIENSI OPERASI TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi Kasus Pada Bank Persero Periode Tahun 2009 - 2012)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Ade Firmansyah NIM: 108081000038
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP.19690203 200112 1 003
Murdiyah Hayati, S.Kom., MM. NIP.19741003 200312 2 001
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 27 Maret 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: Nama
: Ade Firmansyah
NIM
: 108081000038
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi :“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Penyaluran Kredit, dan Efisiensi Operasi terhadap Profitabilitas Bank (Studi kasus Pada Bank Persero Periode Tahun 2009 - 2012)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2013
1. Utami Baroroh S.Pi., M.Si. NIP.
(_________________ ) Ketua
2. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP.19740810 201101 1 001
(_________________ ) Sekretaris
3. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM. NIP.19741003 200312 2 001
(_________________ ) Penguji Ahli iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 19 September 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : Nama : Ade Firmansyah NIM : 108081000038 Jurusan : Manajemen Judul Skripsi :“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Penyaluran Kredit, dan Efisiensi Operasi terhadap Profitabilitas Bank (Studi kasus Pada Bank Persero Periode Tahun 2009 - 2012)” Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 September 2013 1. Prof. Dr. Abdul Hamid NIP.19570617 198503 1 002
(_________________ ) Ketua
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si. NIP.19731221 200501 2 002
(_________________ ) Sekretaris
3. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi. NIP.19770122 200312 1 001
(_________________ ) Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP.19690203 200112 1 003
(_________________ ) Pembimbing I
5. Murdiyah Hayati, S.Kom., MM. NIP.19741003 200312 2 001
(_________________ ) Pembimbing II iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Ade Firmansyah
NIM
: 108081000038
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan, 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain, 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya, 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data, 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,
Tangerang Selatan, 6 September 2013 Yang Menyatakan
(Ade Firmansyah) v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Ade Firmansyah
Nama Panggilan
: Ade, Alenk
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 25 November 1990
Jenis Kelamin
: Laki – laki
Alamat
: Jl. Puspiptek raya no.16 RT 007 RW 02, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu - Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
Agama
: Islam
Status Menikah
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Suku Bangsa
: Sumatera Barat
Hobby
: Komputer, Mendaki Gunung, Sepeda
e-mail
:
[email protected]
No. Telepon
: 08979335966/0217562785
Riwayat Pendidikan
Formal: 2008 – 2013
Program Sarjana (S1) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
2005– 2008
SMA Negeri 1 Cisauk Jurusan IPS (sekarang SMA Negeri 2 Tangsel)
2002 – 2005
SMP Negeri 2 Cisauk (sekarang SMP Negeri 7 Tangsel)
1996 – 2002
SD Negeri Babakan III Kecamatan Setu, Tangsel
Non Formal: 2011
Latihan Gabungan Water Rescue tingkat Kota
2009
Microsoft Office 2007 Open Certification PCPlus
2008
Program Sertifikasi Microsoft Office 2007 for student LP3I
2008
Pelatihan Wall Climbing Mapala Manunggal Bhawana ITI vi
2007
Basic Survival Training Pecinta Alam Lingkar Selatan
2006
Land Navigation Training Pecinta Alam Lingkar Selatan
2006-2007
Kelas Ekstra Design Grafis SMA Negeri 1 Cisauk
2005
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar Pecinta Alam Organisasi Moonpala SMA Negeri 1 Cisauk
2005
Kelas Ekstra Baginer Programing SMA Negeri 1 Cisauk
Pengalaman Organisasi: 2013
Dewan Pembina Pecinta Alam SMA Islam Sinar Cendikia
2012
Anggota Bidang Organisasi OKP Gema Keadilan Tangsel
2012
Direktur Utama LSO Frontline PMII Komfeis
2011
Anggota LSO Musik BEM FEB
2009 – sekarang
Ketua Umum Generasi Pecinta Alam (GEMPA) Tangsel
2009 – sekarang
Dewan Pembina SISPALA UTARA SMK Negeri 1 Tangsel
2011 - 2012
Pengurus Solidaritas petualang ASA Tangsel Divisi Rimba & Gunung Hutan
2010 – 2011
Anggota Bidang Pemberdayaan Ekonomi BEM J Manajemen
2010
Ketua Solidaritas Petualang ASA Tangsel Pengurus Cabang Kecamatan Serpong Utara
2009 – 2010
Sekretaris
Umum
Organisasi
Himpunan
Mahasiswa
Enterpreneur Islam (HIMEI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 – 2012
Anggota PMII Komfeis
2008-2009
Koordinator Dewan Perwakilan Anggota Moonpala SMA Negeri 1 Cisauk
2007 – 2008
Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Moonpala SMA Negeri 1 Cisauk
Pengalaman Bekerja 2011 – sekarang
Freelance Drafter PT Hascco Rekacipta
2011 – 2012
Mysteriuos Shopper PT Mitra Konsul Prima
2010 – 2011
Tenaga Pengajar Tingkat SMA di A&B Private Lerning vii
Kepribadian
: Jujur, Kreatif, Bertanggung Jawab, Dapat Berkomunikasi Dengan Baik, dan Dapat Bekerja Sama Dengan Tim
Keahlian Komputer
: Microsoft Office (Word, Power Point, Excel), Desain grafis (Corel Draw, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator), AutoCAD, Video Editing (Corel Video Studio, Adobe Premiere, Adobe After Effect), Website Design (Joomla, Drupal), Computer Troubleshooting and maintainance
Olahraga
: Sepeda, Wall Climbing, Rafting (Arum Jeram)
viii
ABSTRACT This research has a purposed to provide empirical evidences about the influence of DPK (Third party Fund), CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), and BOPO (Operating Expenses to Operating Income) towards profitability (ROA) on state owned bank. Time period uses in this research begin from 2009 until 2012. The analyzed method in this research uses multiple linear regressions including classical assumption such as normality test, multicolinearity test, heterocedacity test, and autocorrelation test. The result shown that DPK,and LDR variables have positive relation and significantly influence towards ROA. Meanwhile BOPO have negative relation and significantly influence towards ROA and CAR doesn’t significantly influences towards ROA. Among all these variables, the most dominant variable influencing ROA is CAR. In this research ROA could be explained on equal to 84,4% by variables using in this research, whereas 15,6% explained by another variables which were not explained in this research. Keywords: DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA
ix
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap profitabilitas (ROA) bank persero. Jangka waktu penelitian yang digunakan dari tahun 2009 – 2012. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel DPK dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank persero. Sementara BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan CAR tidak berpengaruh. Diantara semua variabel bebas yang diteliti, DPK menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi ROA. Pada penelitian ini ROA mampu dijelaskan oleh variabel yang diteliti sebesar 84,4% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor – faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitan. Kata Kunci: DPK, CAR, LDR, BOPO, dan ROA
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah hirabil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Simpanan Nasabah, Kecukupan Modal, Penyaluran Kredit, Dan Efisiensi Operasi Terhadap Profitabilitas Bank (Studi Kasus Pada Bank Persero Periode 2009 - 2012)”. Selain itu juga tidak lupa penulis sampaikan shalawat serta salam kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW. semoga kelak kita mendapatkan sa’faatnya. Penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat utuk menyelesaikan program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan dari ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis sadar selama pembuatan skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan, oleh krena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada: 1. Kedua Orangtua, Ayah (Alm. Samsul Bahri) dan Mama (Sayurni) yang selalu berjuang agar anak – anaknya kelak menjadi orang besar dan bermanfaat bagi orang lain. Semoga persembahan skripsi ini bisa memberikan sedikit rasa bangga sebagai jerih perjuangan mereka. Beribu kasih dan sayang yang kalian berikan tidak akan terbalaskan kecuali kecuali hanya Allah SWT. Khusus untuk Ayahanda tercinta, mohon maaf karena tidak bisa menepati janji untuk melihat penulis wisuda sampai beliau wafat. Terima kasih karena senantiasa mengajarkan penulis untuk selalu berusaha dan tidak mudah putus asa. Semoga kita bisa berkumpul di akhirat kelak. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
xi
3. Ibu Leis Suzanawaty, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan (Pudek) Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 4. Ibu Yulianti, SE., M.Si., sebagai Pembantu Dekan (Pudek) Bidang Administratif Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 5. Bapak Herni Ali HT. SE., MM., sebagai Pembantu Dekan (Pudek) Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 6. Bapak Dr. Ahmad Dumiyati Bashori, MA., selaku Ketua Jurusan (Kajur) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kritikan, dan nasehat kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini, 8. Ibu Murdiyah Hayati S.Kom., MM., selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, 9. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di kampus tercinta, 10. Abang dan Kakak tersayang yang sangat mengerti keadaaan penulis. Mohon maaf tidak dapat membantu banyak dalam menjalankan kegiatan usaha keluarga RM BUNDO selama proses pembuatan skripsi ini. Semoga kebaikan kalian akan mendapatkan balasan oleh Allah SWT., 11. Teman – teman GAMMA 08: Icham, Batak, Robby, Habibi, Jeki, Aceh, Abdi, Thoriq, Sigit, Dedy, Sadad dan GAMMA 08 lainnya tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dorongan dan sarannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi. Especially for ”The Pamulangs” penulis berharap persahabatan kita akan tetap terjaga sampai kapanpun, walaupun jarak memisahkan kita *cheers. xii
12. Keluarga besar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 khususnya jurusan manajemen, thanks for sweet memories. 13. Teman – teman pecinta alam di Generasi Muda Pecinta Alam (GEMPA), MOONPALA SMA Negeri 2 Tangsel, SISPALA UTARA SMK Negeri 1 Tangsel, Sispala Sinar Cendikia dan Solidaritas Petualang (SP) ASA Tangsel terima kasih atas doa – doa kalian. Mari kita jelajahi indahnya nusantara.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Tangerang Selatan, 6 September 2013
Ade Firmansyah NIM. 108081000119
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL SKRIPSI ................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi ABSTRACT ........................................................................................................... ix ABSTRAK ...............................................................................................................x KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Perumusan Masalah................................................................................7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................8 1. Tujuan Penelitian ............................................................................8 2. Manfaat Penelitian ..........................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10 A. Landasan Teori ....................................................................................10 1. Pengertian Bank ............................................................................10 2. Jenis – Jenis Bank .........................................................................17 3. Rasio – Rasio Keuangan Bank ......................................................19 4. Profitabilitas Bank.........................................................................26 5. Dana Pihak Ketiga (DPK) .............................................................28 6. Capital Adequacy Ratio (CAR) ....................................................32 7. Loan to Deposit Ratio (LDR)........................................................33 xiv
8. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ...36 B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................38 C. Hubungan Antar Variabel ...................................................................40 1. Pengaruh DPK terhadap ROA ......................................................40 2. Pengaruh CAR terhadap ROA ......................................................41 3. Pengaruh LDR terhadap ROA ......................................................42 4. Pengaruh BOPO terhadap ROA ....................................................43 D. Kerangka Pemikiran ............................................................................44 E. Hipotesis ..................................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................47 A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................47 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................47 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................48 1. Jenis Data ......................................................................................48 2. Sumber Data ..................................................................................48 D. Metode Analisis...................................................................................49 1. Analisis Regresi Berganda ............................................................49 2. Uji Asumsi Klasik .........................................................................50 a. Uji Normalitas......................................................................51 b. Uji Multikolinieritas ............................................................53 c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................54 d. Uji Autokorelasi ...................................................................58 3. Uji Hipotesis .................................................................................61 a. Uji F (Simultan) ...................................................................61 b. Uji t (Parsial) ........................................................................63 c. Uji Koefisien Determinasi (R2)............................................65 E. Operasional variabel penelitian ...........................................................67 1. Dana Pihak Ketiga (X1).................................................................68 2. Capital Adequacy Ratio (X2) ........................................................68 3. Loan to Deposit Ratio (X3) ...........................................................68 xv
4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4) ..........69 5. Return On Assets (Y) ....................................................................69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .........................................................71 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................71 1. Bank Mandiri ................................................................................71 2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) .......................................................72 3. Bank Negara Indonesia (BNI) 46 ..................................................74 4. Bank Tabungan Negara (BTN) .....................................................77 B. Hasil Analisis dan Pembahasan...........................................................76 1. Statistik Deskriptif ........................................................................76 2. Pengujian Asumsi Klasik ..............................................................84 a. Uji Normalitas......................................................................84 b. Uji Multikolinieritas ............................................................87 c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................88 d. Uji Autokorelasi ...................................................................90 3. Analisis Model Regresi Linier Berganda ......................................91 4. Pengujian Hipotesis.......................................................................92 a. Uji F (Simultan) ...................................................................92 b. Uji t (Parsial) ........................................................................94 c. Uji Koefisien Determinasi (R2)..........................................103
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ........................................................104 A. Kesimpulan........................................................................................104 B. Implikasi ............................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................xx LAMPIRAN ......................................................................................................... xxi
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Sebelumnya ........................................................................38
3.1
Sampel Penelitian ................................................................................48
4.1
ROA Bank Persero Periode 2009 – 2012 ............................................77
4.2
DPK Bank Persero Periode 2009 – 2012 ............................................79
4.3
CAR Bank Persero Periode 2009 – 2012 ............................................80
4.4
LDR Bank Persero Periode 2009 – 2012 ............................................82
4.5
BOPO Bank Persero Periode 2009 – 2012..........................................83
4.6
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ..........................................................87
4.7
Hasil Multikolinearitas Partial Correlation .........................................87
4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas Park ......................................................89
4.9
Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson ...............................................90
4.10
Hasil Analisis Model Regresi Berganda .............................................91
4.11
Hasil Uji F ...........................................................................................93
4.12
Hasil Uji t ............................................................................................94
4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................................101
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Profitabilitas Bank Persero ...........................................4
2.1
Kerangka Pemikiran ............................................................................44
4.1
Grafik P-Plot .......................................................................................85
4.2
Grafik Histogram.................................................................................86
4.3
Grafik Scatterplot ................................................................................88
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Bank Mandiri Periode 2009 - 2012 .................................... xxiii
2
Data Bank Rakyat Indonesia Periode 2009 - 2012 ..................... xxiv
3
Data Bank Negara Indonesia 46 Periode 2009 - 2012 .................xxv
4
Data Bank Tabungan Negara Periode 2009 - 2012 .................... xxvi
5
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (Normalitas)........................... xxvii
6
Hasil Uji Park (Heteroskedastisitas) ......................................... xxviii
7
Hasil Uji Regresi Berganda ........................................................ xxix
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund user) sehingga melancarkan kegiatan perekonomian suatu negara. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Seperti yang diketahui, perbankan mempunyai pangsa pasar besar sekitar 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang ada (Sudiyanto, 2010:125). Krisis global yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 lalu telah mengguncang industri perbankan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Bahkan pemerintah Amerika serikat harus mengucurkan dana talangan (bailout) sebesar US$ 418 miliar untuk menyelamatkan perusahaan – perusahaan besar seperti General Motors, Citigroup Inc. dan American International Group Inc. (AIG) dari kebangkrutan. Krisis yang disebabkan kegagalan pada bisnis properti di Amerika Serikat atau lebih dikenal dengan sub-prime mortage ini bahkan secara tidak langsung masih berlanjut hingga sekarang di negara – negara Uni Eropa. Di Indonesia sendiri dampak krisis global ikut mengguncang industri perbankan. Dampaknya nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar 1
Amerika Serikat hingga menembus angka psikologis (Rp. 10.000/US$) hingga pada November 2008 dolar meroket pada nilai Rp. 12.650/US$. Bank Indonesia mengumumkan bahwa cadangan devisa tinggal US$ 51,6 miliar periode Desember 2008. Padahal lima bulan sebelumnya (Juli 2008), masih tercatat US$ 60,6 miliar. Jadi menguap US$ 9 miliar atau mencapai sekitar 15% (BI, 2010:4). Situasi krisis ketika itu sampai memukul bank-bank berskala besar. Pada Oktober 2008, ada tiga bank besar BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank BNI Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari Pemerintah masing-masing Rp. 5 triliun. Total dana untuk menginjeksi ketiga bank tersebut sebesar Rp. 15 triliun. Dana tersebut bersumber dari uang pemerintah yang berada di BI. Bantuan likuiditas itu dipakai untuk memperkuat cadangan modal bank atau memenuhi komitmen kredit infrastruktur tanpa harus terganggu likuiditasnya. Maksud bantuan likuiditas Pemerintah ini agar ketiga bank pelat merah tadi tidak perlu mencari pinjaman dari luar negeri (BI, 2010:8). Situasi tersebut memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru. Oleh karena itu tak heran jika persaingan antar bank untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Karena bagi pihak bank sendiri, dana merupakan persoalan yang paling utama, di mana tanpa adanya dana maka bank tidak akan berfungsi sebagaimana layaknya (Puspitasari, 2009:2)
2
Sementara dari berbagai semua jenis bank umum, bank persero memiliki peranan penting dalam industri perbankan di Indonesia, karena menurut data yang dihimpun dari Bank Indonesia, bank persero memiliki aset yang sangat besar, yaitu 1.535.343 miliar rupiah (Desember 2012). Jumlah tersebut memang masih kalah dibanding dengan bank swasta yang memiliki aset sebesar 1.840.880 miliar rupiah (Desember 2012). Akan tetapi mengingat banyaknya jumlah bank swasta yang beroperasi, tentu angka tersebut masih kalah dibanding bank persero yang berjumlah hanya 4 buah. Bila merujuk data statistik BI per Desember 2008, laba bank-bank umum setelah pajak diperkirakan Rp. 30,61 triliun. Jumlah ini merosot Rp 3,86 triliun bila merujuk angka perolehan laba sebulan sebelumnya (Nopember) yang membukukan sebesar Rp. 34,47 triliun. Penurunan laba ini terutama disebabkan beban biaya (cost of funds) yang semakin tinggi. Situasi perbankan ketika itu betul-betul mencekam. Betapa gentingnya situasi itu juga dapat dilihat tatkala Dewa Gubernur Bank Indonesia menyalakan mekanisme Crisis Management Protocol (CMP) pada 29 Oktober 2009 (BI, 2010:ix). Bank Indonesia selaku pemegang otoritas kebijakan moneter Indonesia harus bertindak cepat untuk meredam efek krisis global yang berdampak tingginya inflasi sehingga melemahkan daya beli masyarakat. Melalui pengawasan yang ketat terhadap operasional bank – bank serta membuat regulasi untuk menjaga stabilitas system perbankan, Bank Indonesia berharap agar industri perbankan Indonesia tetap survive dari krisis agar dampak krisis tidak meluas keseluruh sendi perekonomian. 3
Bank didorong untuk berlomba – lomba meningkatkan kepercayaan masyarakat yang sempat anjlok karena imbas krisis global dengan cara meningkatkan suku bunga khusunya deposito dari 6% menjadi 12%. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau menyimpan dananya di bank, akan tetapi disisi lain peningkatan suku bunga akan memberatkan dunia usaha sehingga bank harus rela memangkas sebagian keuntungan karena tingginya cost of fund yang harus ditanggung oleh bank. Hal tersebut mengakibatkan profitabilitas bank umum khususnya bank persero sempat anjlok pada tahun 2009 dan tumbuh dengan lambat pada tahun awal 2010. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, besarnya cost of fund yang harus ditanggung karena tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi membuahkan hasil yang diharapkan. Kepercayaan masyarakat terhadap bank mulai tumbuh sehingga bank dengan perlahan mulai menurunkan tingkat suku bunga simpanan. Gambar 1.1 Perkembangan Profitabilitas Bank Persero 2009 – 2012 4.50%
RETURN ON ASSETS
4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00%
1.50% 1.00% 0.50%
jan apr jul okt jan apr jul okt jan apr jul okt jan apr jul okt
0.00%
sumber: Bank Indonesia (data diolah)
4
Alasan dipilihnya Return on Assets (ROA) sebagai ukuran kinerja profitabilitas bank adalah karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset (Puspitasari, 2009:4) Tingkat profitabilitas yang dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak sustainable-nya profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio aset per-nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain. (Rizky, 2008:161). Menurut Paul Sutaryono (mantan assisten vice president BNI) yang dikutip dari sindonews.com pada februari 2013, pencapaian tingkat efisiensi bank nasional antara lain diukur melalui rasio beban (biaya) operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan rasio Net Interest Margin (NIM) atau rasio Net Operating Margin (NOM). BOPO diukur secara kuantitatif dengan menggunakan rasio efisiensi. Melalui rasio ini diukur apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. BOPO merupakan perbandingan
5
antara total biaya operasi dengan total
pendapatan operasi (Budi Ponco,
2008:6) Sementara jika melihat data dari Statistik Perbankan Indonesia dapat diketahui bahwa pasca krisis BOPO terus mengalami penurunan dan saat ini seluruh kelompok bank telah mengantongi rasio BOPO ideal 70–80%. Bank Indonesia akan terus menekan BOPO agar lebih rendah lagi menjadi 60–70%. Hal ini bertujuan untuk mendekati BOPO bank-bank Asia Tenggara yang mencapai 40–60%. Hal tersebut yang mendasari Bank Indonesia untuk menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/PBI/2012 pada 27 Desember 2012, tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank. Secara garis besar, PBI tersebut mengatur mengenai pengelompokan bank berdasarkan kegiatan usaha sesuai dengan besarnya modal inti, kewajiban bank untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan produktif dan pembukaan jaringan kantor bank yang harus didukung oleh alokasi modal inti yang mencukupi. Besarnya suatu modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Penetapan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. Tingginya rasio capital dapat melindungi nasabah, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank (Budi Ponco, 2008:4) Sementara dari segi penyaluran kredit, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank persero yang masih berkutat pada kisaran 65-85% dan memiliki trendline yang 6
terus meningkat hingga akhir 2012. Secara presentase angka tersebut masih tertinggal dibanding bank campuran atau bank asing yang memiliki presentase yang lebih tinggi. Tetapi bila melihat besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) tentu nominal kredit yang disalurkan bank persero jauh lebih besar dibanding bank campuran dan asing. Sehingga dengan mempertimbangkan segi simpanan nasbah angka tersebut sudah cukup ideal. Jika melihat peningkatan simpanan nasabah yang meningkat dalam 4 tahun terakhir yang diikuti oleh peningkatan Capital Adequacy Ratio (CAR), serta peningkatan penyaluran kredit serta penekanan pada efisiensi operasional mengakibatkan peningkatan profitabilitas pada bank persero. Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, KECUKUPAN MODAL, PENYALURAN KREDIT, DAN EFISIENSI OPERASI TERHADAP PROFITABILITAS BANK (Studi Kasus Pada Bank Persero Periode Tahun 2009 - 2012)”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga, kecukupan modal, penyaluran kredit, dan efisiensi operasi terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Assets (ROA) pada bank persero di Indonesia secara simultan? 7
2.
Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga, kecukupan modal, penyaluran kredit, dan efisiensi operasi terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Assets (ROA) pada bank persero di Indonesia secara parsial?
3. Variabel
bebas
manakah
yang
paling
dominan
mempengaruhi
profitabilitas bank persero di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah sebelumnya adalah: a. Untuk menganalisa pengaruh dana pihak ketiga, kecukupan modal, penyaluran kredit, dan efisiensi operasi terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Assets (ROA) pada bank persero di Indonesia secara simultan, b. Untuk menganalisa pengaruh dana pihak ketiga, kecukupan modal, penyaluran kredit, dan efisiensi operasi terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Assets (ROA) pada bank persero di Indonesia secara parsial, c. Untuk menganalisa variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas bank persero di Indonesia.
8
2. Manfaat penelitian Beberapa manfaat yang didaptkan dari penelitian ini antara lain: a. Bagi penulis, menambah wawasan terhadap dunia perbankan di Indonesia khususnya pengetahuan tentang pengaruh simpanan nasabah, kecukupan modal, penyaluran kredit, dan efisiensi operasi terhadap profitabilitas yang diukur dengan rasio Return On Assets (ROA) pada bank persero di Indonesia, b. Bagi industri perbankan, sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen agar bisa memaksimalkan profitabilitas bank yang dikelolanya, c. Bagi lingkungan akademis, sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang memiliki objek penelitian sejenis.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Pengertian Bank Definisi bank menurut undang – undang no. 10 tahun 1998 tentang perbankan (yang merupakan perubahan dari undang – undang no. 7 tahun 1992) berbunyi: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Para ahli dalam bidang perbankan memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai bank, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama. Untuk memudahkan dalam mengartikan definisi tersebut, berikut beberapa pengertian bank menurut beberapa ahli : Kasmir (2008: 1) : “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
adalah
menghimpun
dana
dari
masyarakat
dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa lainnya”. Lukman Dendawijaya (2003:25) : ”Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, 10
bertindak
sebagai
tempat
penyimpanan
benda-benda
berharga,
membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain”. Malayu S.P Hasibuan (2008:2) : ”Bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter serta dinamisator pertumbuhan perekonomian” Peranan utama bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary) adalah mengalihkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang kekuarangan dana (deficit) di samping jasa – jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan atau perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor “kepercayaan” dari masyarakat atau nasabah merupakan factor utama dalam menjalankan bisns perbankan (Martono, 2010:19) Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpana giro, tabungan, dan deposito. Sedangkan pengertian penyaluran dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah. (Kasmir 2004: 12)
11
Pada dasarnya, bank pada dasarnya merupakan perantara SSU dengan DSU. Menurut Hasibuan (2009:5) usaha pokok bank didasarkan ata empat hal pokok, yaitu: a. Denomination divisibility Bank menghimpun dana dari SSU yang masing – masing nilainya relatuf kecil, tetapi secara keseluruhan jumlahnya akan sangat besar. Dengan demikian bank dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk kredit. b. Maturity flexibility Bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentuk – bentuk simpanan yang bervariasi jangka waktu penarikannya seperti rekening giro, rekening Koran, deposito berjangka, sertifikat deposito, buku tabungan, dan sebagainya. Penarikan yang dilakukan SSU juga bervariasi sehingga ada dana yang mengendap. Dana yang mengendap inilah yang dipinjamkan oleh DSU dari bank yang bersangkutan. Pembayaran kredit kepada DSU harus didasarkan atas yuridis dan ekonomis. c. Liquidty transformation Dana yang disimpan oleh SSU kepad bank umumnya bersifat likuid. Oleh karena itu SSU dapat dengan mudah mencairkan sesuai dengan bentuk tabungannya. Untuk menjaga 12
likuiditas, bank diharuskan menjada dan mengendalikan posisi likuiditas/giro wajib minimumnya. Giro wajib minimum ini ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan memperhitungkan jumlah uang yang beredar agar seimbang dengan volume pergadangan (rumus Irving Fisher, yaitu MV=PT). dengan seimbangnnya jumlah uang beredar diharapkan nilai tukar uang relatif stabil. d. Risk diversification Bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitur dan sektor – sektor ekonomi yang beraneka macam, sehingga resiko yang dihadapi bank dengan cara penyebaran kredit semakin kecil. Selain kedua hal tersebut (menghimpun dan menyalurkan) bank juga dimiliki jasa lainnya, seperti: a.
Jasa setoran seperti setoran telepon, listrik, air, atau uang kuliah
b.
Jasa pembayaran seperti gaji, pensiunan atau hadiah
c.
Jasa pengiriman uang (transfer)
d.
Jasa penagihan (inkaso)
e.
Jasa kliring (clearing)
f.
Jasa penjualan mata uang asing (valas)
g.
Jasa penyimpanan dokumen (safe deposit box)
h.
Jasa cek wisata (travelers cheque)
i.
Jasa kartu kredit (bank card) 13
j.
Jasa – jasa yang ada dipasar modal seperti penjamin emisi dan pedagang efek
k.
Jasa letter of credit (L/C)
l.
Jasa bank garansi dan referensi bank
Menurut Arthesa (2006:62) terdapat beberapa sumber dana bank yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a.
Dana yang bersumber dari dalam bank, meliputi: 1) Modal yang disetor oleh pemegang saham, 2) Cadangan – cadangan, 3) Keuntungan yang belum dibagikan ke pemegang saham, 4) Dana dari penjualan saham dari bursa, dan 5) Agio saham.
b.
Dana yang bersumber dari luar bank, meliputi: 1) Dana yang bersumber dari masyarakat, antara lain: (a) Tabungan, (b) Simpanan berjangka, (c) Rekening giro, (d) Dana transfer, (e) Setoran jaminan. 2) Dana yang bersumber dari lembaga keuangan lain, antara lain: (a) Call money, (b) Pinjaman antarbank, 14
(c) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), (d) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), (e) Fasilitas diskonto Bank Indonesia. Menurut Arthesa (2006:8) terdapat tiga fungsi bank yang akan dijelskan secara spesifik berikut ini: a. Fungsi Pembangunan (Development) Tugas bank sebagai penghimpun adan penyalur dana sangat menunjang pertumbuhan perekonomian Negara. Pemerintah dan masyarakat membutuhkan dana yang disediakan bank sebagai perantara untuk menggerakan sektor riil. Pembangunan Negara akan berjalan baik apabila perbankan turut terlibat dalam pembiayaan yang diperlukan. Dengan demikian proses penyaluran pembiayaan perbankan harus dilakukan secara aktif, hati – hati, dan didasarkan pada pengetahuan informasi yang tepat mengenai sektor/industri usaha tertentu yang produktif. Pola kerja perbankan harus akomodatif terhadap
kebutuhan
perekonomian
nasional,
sehingga
pembangunan dapat berjalan dengan lancar. b. Fungsi Pelayanan (Services) Perbankan adalah jenis perusahaan dengan kegiatan utama berupa pemberian semua jasa yang dibutuhkan nasabahnya, baik nasabah penyimpan dana maupun nasabah peminjam dana. Pelayanan ini pada dasarnya adalah memberikan semua kegiatan 15
yang dibutuhkan nasabah guna memperoleh kebutuhan dalam melakukan kegiatan transaksi keuangannya. Pelayanan yang prima (service excellence) adalah jenis pelayanan yang mampu memberikan harapan yang tertinggi dari nasabah terhadap pelayanan bank tertentu. Dalam persaingan bisnis perbankan yang sangat ketat pada saat ini maka service excellence harus diterapkan ke semua perbankan. c. Fungsi Transmisi Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang menciptakan instrument keuangan yang disebut uang giral. Semakin maju perekonomian suatu negara pada umumnya proporsi uang giral lebih besar dibandingkan dengan jenis uang lainnya. Hal tersebut karena beberapa kelebihan yang dimiliki uang giral dibandingkan uang lainnya, yaitu faktor keamanan. Uang giral memiliki nomor seri sehingga mudah dilacak apabila hilang, dapat dipindah tangankan tanpa biaya yang tinggi, dan tidak diperlukannya uang kembali karena cek dapat ditulis sesuai dengan besarnya nilai transaksi. Selain itu uang giral dapat diciptakan melalui mekanisme pemberian kredit, dengan demikian uang giral akan dapat menambah jumlah peredaran uang di suatu negara.
16
2.
Jenis – Jenis bank Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2004:21) : a.
Dilihat dari segi jenisnya Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari: 1) Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
b.
Dilihat dari segi kepemilikannya: 1) Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
17
2) Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan
oleh
swasta,
begitu
pula
pembagian
keuntungannya diambil oleh swasta pula. Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi. 3) Bank Milik Asing Merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah suatu negara. 4) Bank Milik Campuran Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. c.
Dilihat dari segi statusnya: 1) Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. 2) Bank Non-Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga 18
tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. d.
Dilihat dari segi cara menentukan harga 1) Bank berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang beroperasi di Indonesia berdasarkan prinsip konvensional. Ciri khas prinsip konvensional antara lain menetapkan bunga sebagai harga jual untuk produk simpanan maupun pinjaman. Selain itu bank yang berdasarkan prinsip konvensional menetapkan biaya – biaya dalam nominal atau presentase tertentu seperti biaya administrasi, sewa, atau biaya lainnya. 2) Bank berdasarkan prinsip syariah Bank berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antar bank dengan pihak lain baik dalam
hal untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau mencari keuntungan bagi bank berdasarkan prinsip syariah.
3.
Rasio – Rasio Keuangan Bank Menurut Lukman Dendawijaya (2003:58) Rasio keuangan bank merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat
analisis
laporan
keuangan.
Rasio
keuangan
bank
19
menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya. Menurut Martono (2010:81) Berikut beberapa jenis rasio yang digunakan dalam suatu bank: a. Rasio Likuiditas Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang – hutangnya. Dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh karena itu bank dikatakan likuid apabila: 1) Bank tersebut memiliki cash asset sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, 2) Bank tersebut memiliki cash asset yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi memiliki asset atau aktiva lainnya (misalnya surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu – waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, dan 3) Bank
tersebut
mempunyai
kemampuan
untuk
menciptakan cash asset yang baru melalui bentuk hutang. Berikut ini adalah beberapa rasio likuiditas yang dapat diukur melalui:
20
1) Quick Ratio Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membiayai kembali kewajibannya kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan aktiva lancer yang lebih likuid yang dimilikinya. 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Kas + Efek + Piutang × 100% Hutang lancar
2) Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit – kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. LDR =
kredit yang disalurkan × 100% dana pihak ketiga
3) Loan to Assets Ratio Rasio ini untuk ini untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan para debitur dengan aset bak yang tersedia. 𝐿𝑜𝑎𝑛 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
kredit yang disalurkan × 100% total aset
21
b. Rasio Solvabilitas (Capital) Rasio permodalan sering juga disebut juga rasio solvabilitas dapat dihitung dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). Analisis solvabilitas digunakan untuk:
Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian – kerugian yang tidak dapat dihindarkan,
Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak terpakai dan lain – lain,
Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan
Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan
untuk bekerja
dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendali oleh pemilik modal pada bank tersebut. CAR =
Modal Bank (modal inti + modal pelengkap) Total ATMR
c. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Rasio rentabilitas selain untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. 22
Berikut
adalah
beberapa
rasio
untuk
menghitung
profitabilitas/rentabilitas: 1) Return On Assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. ROA =
laba tahun berjalan × 100% total aset
2) Gross Profit Margin (GPM) Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni. GPM =
Pendapatan operasi − beban operasi × 100% Biaya operasi
3) Net Profit Margin Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak (net income) ditinjau dari sudut pandang operasinya. 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
laba bersih sebelum pajak × 100% pendapatan operasi
d. Rasio Resiko Usaha Bank Setiap jenis usaha selalu dihadapkan pada berbagai resiko, begitu pula resiko yang dihadapinya. Resiko – resiko ini dapat pula diukur secara kuantitatif melalui rasio sebagai berikut: 23
1) Deposit Risk Ratio Rasio ini memperlihatkan resiko yang menunjukan kemungkinan kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang menyimpan dananya diukur dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
modal keseluruhan × 100% dana pihak ketiga
2) Interest Rate Risk Ratio Rasio ini memperlihatkan resiko yang mengukur kemungkinan bunga (interest) yang diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang dibayarkan oleh bank. 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑅𝑖𝑠𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
hasil bunga × 100% biaya bunga
e. Rasio Efisiensi Usaha Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna, maka secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan juga dapat diukur melalui rasio efisiensi usaha sebagai berikut:
24
1) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi atau biaya intermediasi terhadap pendapatan yang diperoleh bank. Semakin kecil rasio BOPO maka semakin baik kondisi bank tersebut. BOPO =
beban operasional × 100% pendapatan operasional
2) Leverage Multiplier Ratio Rasio ini umtuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam mengelola aktiva yang dikuasainya, mengingat atas penggunaan aktiva tetap tersebut bank harus mengeluarkan sejumlah biaya tetap. 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑖𝑒𝑟 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
total aset × 100% modal
3) Asset Utilazation Ratio Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk memperoleh total income. 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = pendapatan operasi + pendapatan non operasi × 100% total aset
25
4) Operating Ratio Rasio ini untk mengukur rata – rata biaya operasional dan biaya non operasional yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan. 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = biaya operasi + biaya non operasi × 100% pendapatan operasi
4. Profitabillitas Bank Rasio profitabilitas disebut juga rasio rentabilitas. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Semakin tinggi rasio profitabilitas yang dimiliki menggambarkan bank tersebut berhasil meningkatkan pendapatan dan meminimalisir biaya operasional yang dikeluarkan. Analisis profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang notabene profit motif (Mawardi, 2004:15). Rasio Return on Assets (ROA) memberikan informasi seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ROA mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh ratarata terhadap setiap rupiah asetnya (Siamat, 2005:102). Return on Equity Capital, rasio untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan Net Income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut Equity Capital-nya (Donny 2007:36).
26
Keberhasilan usaha bank sangat tergantung pada pengelolaan earning dan investment. Pengelolaan tersebut berupa strategi untuk mengoperasikan secara terpadu antar rekening nerasa pada sisi asset dan liability sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang tampak pada rekening laba rugi. Terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan oleh bank untuk mengatur kemampuan mengelola earning dan investment, misalnya dengan cara mengelola kualitas aktiva, manajemen dan administrasi, posisi likuiditas, capital adequacy, dan berbagai rasio finansial. Tujuan pengelolaan earning dan investment adalah (1) mempertahankan tingkat profitabilitas yang tinggi, (2) meningkatkan pertumbuhan aktiva, (3) menentukan komposisi neraca, dan (4) menentukan investasi dalam portofolio aktiva untuk mencapai hasil optimal melalui pemilihan kombinasi efek, obligasi dan instrumen pasar uang, sekaligus tetap melaksakan prinsip kehati – hatian/prudential (Arthesa, 2006: 192). Menurut Bank Indonesia dalam lampiran Surat Edaran (SE) nomor 3/30/DPNP Return On Assets (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total aset dalam satu periode. Semakin besar Return On Assets (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA) sebagai indikator pengukur profitabilitas bank.
27
Rumus ROA dapat dijabarkan sebagai berikut: ROA =
Laba Sebelum Pajak × 100% Total Aset
5. Dana Pihak Ketiga (DPK) Menghimpun dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat merupakan kegiatan pokok perbankan. Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilaksakan oleh bank melalui berbagai strategi agar masyarakat tertarik dan mau menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank (Martono, 2010:24). Menurut Arthesa (2006:63) terdapat 3 macam sumber dana langsung dari masyarakat yaitu: rekening tabungan (saving deposit), rekening simpanan berjangka (time deposit), dan rekening giro (demand deposit). Selain itu terdapat pula sumber dana lain yang bersifat tidak langsung atau berupa pengendapan dana bank yang didapatkan melalui pemberian jasa bank (fee based income). a. Tabungan Tabungan adalah jenis simpanan yang penarikannya dapat dilakukan melalui syarat – syarat tertentu, serta dapat dilakukan setiap saat melalui kantor bank, Automatic Teller Machine (ATM), dan kartu debet.
28
b. Simpanan berjangka Simpanan
berjangka
atau
dikenal
dengan
deposito
merupakan simpanan masyarakat dimana penarikan dana tersebut hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan tanggal yang telah disepakati nasabah dengan pihak bank. Simpananan berjangka dibagi menjadi deposito berjangka dan sertifikat deposito. Deposito berjangka merupakan simpanan atas nama. Dengan demikian simpanan ini hanya dapat dicairkan oleh pemilik deposito atau yang namanya tercantum dalam deposito tersebut. Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau
atas
unjuk
dimana
bukti
simpanan
ini
dapat
diperjualbelikan atau dipindah tangankan ke pihak ketiga. Selain kedua jenis simpanan tersebut, dikenal pula deposit on call (DOC) yaitu berupa simpanan yang tetap berada di bank selama nasabah tidak membutuhkannya. c. Rekening giro Rekening
giro
adalah
jenis
simpanan
nasabah
yang
penarikannya dapat dilakukan setiap sat dengan menggunakan cek untuk penarikan tunai atau bilyet untuk pemindahbukuan antar rekening.
29
Pembagian jenis simpanan kedalam beberapa jenis dimaksudkan agar para penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan masing – masing. Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa keuntungan dari bunga dan kemudahan atau keamanan uangnya (Kasmir, 2004:48). Menurut Selamet Riyadi (2004:79) berdasarkan dari segi mata uangnya DPK dibagi menjadi: a. Sumber dana pihak ketiga rupiah Dana pihak ketiga rupiah adalah kewajiban – kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK ini terdiri dari tabungan, giro, simpanan berjangka (deposito dan sertifikat deposito) dan kewajiban – kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat dibayar, surat – surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan, dan lainnya. b. Sumber dana pihak ketiga asing Yang dimaksud dengan dana pihak ketiga dalam valuta asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada dana pihak ketiga baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank Indonesia atau bank lain (pinjaman melalui pasar uang). DPK valuta asing terdiri atas giro, call money, 30
Deposit On Call (DOC), deposito berjangka, margin deposit, setoran jaminan, pinjaman yang diterima dan kewajiban lainnya dalam valuta asing. Sedangkan bila ditinjau dari segi biaya yang harus dibayar oleh bank, sumber dana dapat dikelompokan menjadi sumber dana berbiaya dan sumber dana tidak berbiaya: a. Sumber dana berbiaya Sumber daya berbiaya pada umumnya adalah dana – dana yang berasal dari masyarakat, baik dana pihak ketiga maupun daa pihak kedua (tidak termasuk penerbit saham). Sumber dana berbiaya terdiri atas: giro, tabungan, simpanan berjangka, atau kewajiban lainnya. b. Sumber dana tidak berbiaya Hampir sebagian besar dana bank memiliki beban biaya yang harus ditanggung oleh bank terutama dana yang berasal dari dana pihak pertama dan dana pihak ketiga sehingga dapat dikatakan tidak ada dana tanpa biaya bagi suatu bank. Namun beberapa jenis dana ada yang tidak mengandung unsur biaya seperti: agio saham, laba tahun berjalan, laba yang ditahan, cadangan umum, dan lainnya. Semakin besar dana tidak berbiaya ini maka akan semakin mempertinggi Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) bagi suatu bank.
31
6. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut utnuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Suhardjono, 2002:73). Telah adanya peraturan dari BIS (Banking for International Settlement) yang mengatur perihal tingkat kesehatan bank dalam rangka prudential banking. Setiap bank yang beroperasi diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan modal minimum bank yang lebih dikenal dengan Capital Adequacy Ratio. Sebelum masa krisis perbankan Indonesia diwajibkan memenuhi CAR 8% dan bertahap menjadi 12%. (Riyadi, 2006:5) CAR adalah rasio modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modal dimaksud terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti sendiri terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal (Rizky, 2008:233). Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) merupakan nilai total dari masing- masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko dari masing- masing aktiva. Setiap aktiva diberikan bobot 32
risiko berdasarkan kadar risiko yang terkandung pada aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% sedangkan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Berikut adalah rumus CAR: CAR =
Modal bank (modal inti + modal pelengkap) × 100% ATMR
7. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) atau juga dikenal sebagai banking ratio bertujuan untuk membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2004:269). Rasio ini juga merupakan teknik yang sangat umum digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. Rasio ini merupakan indikator kerawanan maupun kemampuan suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100% (Dendawijaya, 2003:119). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001 bahwa LDR bank dikatakan sehat jika memiliki LDR 85%-110%.
33
Berikut adalah rumus LDR: LDR =
Kredit yang Disalurkan × 100% Dana Pihak Ketiga
Menurut Hasibuan Melayu (2009:88) tujuan dari penyaluran kredit sebagai berikut: a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit. b. Memanfaatkan dana memproduktifkan dana – dana yang ada, c. Melaksanakan kegiatan oerasional bank, d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat, e. Memperlancar lalu lintas pembayaran, f. Menambah modal kerja perusahaan, g. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu penyebab kegagalan usaha bank antara lain adalah penyediaan dana yang tidak didukung oleh kemampuan bank dalam mengelola konsentrasi penyediaan dana secara efektif. Untuk mengurangi potensi kegagalan usaha bank sebagai akibat dari konsentrasi penyediaan dana tersebut bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian antara lain dengan melakukan penyebaran dan diversifikasi portofolio penyediaan dana terutama melalui pembatasan penyediaan dana baik kepihak terkait maupun ke pihak bukan terkait sebesar presentase tertentu dari modal bank atau dikenal dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) (Arthesa, 2006:18) Beberapa unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004:75) 34
a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan tentang nasabah (anlisis kredit). b. Kesepakatan Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing – masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing – masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. c. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Resiko Resiko dapat diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resiko tidak tertagih.
35
e. Balas jasa Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut dikenal dengan nama bunga bagi prinsip konvensional. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil.
8. Beban Operasionan terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Dalam melakukan kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan, dan biaya lainnya (Martono, 2010:56) Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006:159) Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya 36
operasional terhadap pendapatan operasional. Bank yang sehat ketentuan dari BI harus memiliki BOPO < 93,52%. Artinya jika sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan BI maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien. (Yuliani. 2007:25) Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003:121). Bank melakukan efisiensi operasi, yakni untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Menurut ketentuan bank indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi (Mawardi, 2004:17). Jika angka rasio menunjukan angka diatas 90% dan mendekati 100% hal tersebut berarti bahwa kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi
yang sangat rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya
mendekati 75% berarti kinerja bank yang bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi (Riyadi, 2010:159).
37
Menurut Bank Indonesia dalam lampiran Surat Edaran (SE) nomor 3/30/DPNP berikut adalah rumus untuk menghitung BOPO: BOPO =
Beban Operasional × 100% Pendapatan Operasional
B. Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang membahas masalah serupa sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No. Peneliti
Variabel
1
Wisnu Mawardi (2004)
2
Budi (2008)
Ponco
BOPO (X1) NPL (X2) NIM (X3) CAR (X4) ROA (Y)
CAR (X1) NPL (X2) NIM (X3) LDR (X4) ROA (Y)
Metode Hasil Analisis Regresi Secara uji simultan Berganda variabel BOPO, NPL, NIM, dan CAR berpengaruh terhadap ROA Secara uji parsial variabel NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sementara variabel BOPO, dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Regresi Secara uji simultan Berganda variabel CAR, NPL, NIM, LDR berpengaruh terhadap ROA Secara uji parsial variabel CAR, NIM dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sementara itu variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan 38
No. Peneliti
Variabel
Metode Analisis
Hasil
Regresi CAR (X1) Berganda NPL (X2) PDN (X3) NIM (X4) BOPO (X5) LDR (X6) Suku Bunga SBI (X7) ROA (Y)
3
Diana Puspitasari (2009)
4
Ahmad Buyung (2009)
NPL (X1) CAR (X2) LDR (X3) BOPO (X4) ROA (Y)
Regresi Berganda
DPK (X1) BOPO (X2) CAR (X3) LDR (X4) ROA (Y)
Regresi Berganda
5
Bambang Sudiyatno (2010)
terhadap ROA. Sedangkan variabel NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Secara uji simultan variabel CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap ROA Secara uji parsial variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sementara variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif dan signifkan terhadap ROA. Sedangkan variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak bengaruh signifikan terhadap ROA Secara uji simultan variabel NPL, CAR, LDR dan BOPO berpengaruh terhadap ROA Secara uji parsial variabel CAR dan LDR berpengaruh dan signifikan terhadap ROA. Sementara variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Secara uji simultan variabel DPK, BOPO, CAR, dan LDR berpengaruh terhadap ROA Secara uji parsial variabel DPK dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Sementara variabel BOPO berepengaruh negatif 39
No. Peneliti
6
7
Variabel
Anjar Permata (2012)
Masnindar Nasution (2012)
DPK (X1) Jumlah Kredit (X2) ROA (Y)
Metode Analisis
Hasil
Regresi Berganda
Regresi DPK (X1) Berganda NPF (X2) Nisbah Bagi Hasil (X3) Laba (Y)
Dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel LDR tidak berpengaruh terhadap ROA Secara uji simultan variabel DPK dan Jumlah kredit berpengaruh terhadap ROA Secara uji pasrsial variabel DPK dan jumlah kredit yang disalurkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Secara uji simultan variabel DPK, NPF, dan Nisbah bagi hasil berpengaruh terhadapa laba Secara uji parsial variabel DPK dan Nisbah bagi hasil positif dan signifikan terhadap laba. Sedangkan variabel NPF tidak berpengaruh terhadap laba
C. Hubungan Antar Variabel Berdasarkan penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka diatas maka dibentuk kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: 1. Pengaruh DPK terhadap ROA Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki hubungan positif terhadap Return On Assets (ROA). Hal ini disebabkan karena keuntungan utama bisnis bank berasal dari sumber – sumber dana dengan bunga yang diterima dari alokasi dana tertentu. Pengalokasian dana dapat dilakukan
40
untuk penyaluran kredit adan membelikan berbagai macam aset yang dianggap menguntungkan bank (Kasmir, 2004:95). Dengan demikian lembaga keuangan (bank) sebenarnya hanyalah mengalihkan atau memindahkan kewajiban pinjaman menjadi suatu aset dengan suatu jangka waktu jatuh tempo sesuai dengan keinginan penabung (Martono, 2010:3).
2. Pengaruh CAR terhadap ROA Rasio kecukupan modal merupakan indikator terhadap kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank
yang
disebabkan oleh aktiva
yang beresiko
(Dendawijaya, 2003:122). Resiko atas kerugian yang mungkin timbul tersebut diukur dari jumlah aset yang dimiliki bank. Oleh karena itu kondisi suatu bank digolongkan parah apabila kecukupan modalnya tidak mampu lagi memikul resiko kerugian yang nyata atau disebut sangat rendah (Soehandjono, 2002:86). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki hubungan positif terhadap Return On Assets (ROA).
3. Pengaruh LDR terhadap ROA Salah satu fungsi kredit yaitu untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dari bentuk bunga 41
yang diterima oleh bank tersebut sebagai balas jasa. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank (Kasmir, 2004:100). Sehingga dapat disimpulkan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki hubungan positif terhadap Return On Assets (ROA).
4. Pengaruh BOPO terhadap ROA BOPO merupakan rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan (Riyadi, 2010:159). Inefisiensi operasional merupakan hal yang disebabkan oleh kurang berfungsinya proses pengawasan internal bank, atau akibat kesalahan eksternal. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bank baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu hal ini juga mengakibatkan hilangnya rendahnya
kesempatan kemampuan
untuk
memperoleh
dalam
keuntungan
melakukan
aktivitas
karena yang
menguntungkan bank (Arthesa, 2006:95). Sehingga dapat diketahui disimpulkan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki hubungan negatif terhadap Return On Assets (ROA).
42
D. Kerngka Pemikiran Berdasarkan penelitian terdahulu dan hubunga antar variabel, dibuat sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bank Persero
DPK
CAR
LDR
BOPO
ROA
Model Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik: 1. Normalitas 2. Multikolinieritas 3. Heteroskedastisitas 4. Autokorelasi
Uji Hipotesis: 1. Uji F (Simultan) 2. Uji t (Parsial) 3. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Kesimpulan dan Implikasi
D. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kenerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat 43
dibedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol (Abdul Hamid, 2010:16). Berdasarkan kerangka berpikir yang dikembangkan dari latar belakang dan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis statistik atau hipotesis nol adalah hipotesis yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Karena hipotesis ini menggunakan alat – alat statistik maka disebut hipotesis statistik dan dalam hipotesis ini peneliti akan membuat dugaan-dugaan yang berhati-hati dimana menurut peneliti tidak terjadi hubungan atau pengaruh yang berarti dan dugaan ini akan dibuktikan atas dugaan tersebut (Abdul Hamid, 2010:16). Beradasrkan kerangka pemikiran teoritis yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan antara jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO) terhadap Return on Assets (ROA) pada bank persero secara simultan. 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return on Assets (ROA) pada bank persero secara parsial.
44
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Assets (ROA) pada bank persero secara parsial. 4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan anatar Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Assets (ROA) pada bank persero secara parsial. 5. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO) terhadap Return on Assets (ROA) pada bank persero secara parsial.
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dapat mempengaruhi variabel terikat yaitu profitabilitas pada bank persero yang diproksikan dengan rasio Return on Assets (ROA). Jangka waktu penelitian dilakukan mulai Januari 2009 sampai dengan Desember 2012.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan – perbedaan itu disebabkan adanya nilai karakteristik yang berlainan. Populasi adalah kumpulan seluruh nilai data observasi dan kemungkinan hasil eksperimen (Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum di Indonesia yang yang melaporkan kinerjanya pada Bank Indonesia yang terdiri dari 120 bank. Sementara metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang satuan sampelnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk 46
memperoleh satuan sampel yang memiliki karakteristik dan kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel (Sugiyono, 2009:116). Kriteria bank yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bank umum yang telah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian. 2. Sebagian besar kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pemerintah (persero). 3. Tersedia data laporan keuangan triwulan selama periode waktu penelitian (tahun 2009 - 20012). 4. Bank yang diteliti masih beroperasi selama periode waktu penelitian (tahun 2009 - 20012). Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 bank yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Gambar 3.1 Sampel Penelitian No
Nama Bank
Kode
1 2 3 4
PT Bank Mandiri Tbk.
BMRI
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT Bank Negara Indonesia 46 Tbk. PT Bank Tabungan Negara Tbk.
BBRI BBNI BBTN
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat melalui laporan keuangan triwulan yang diterbitkan bank tersebut. Data berupa laporan keuangan yang didalamnya terdapat rasio keuangan bank persero di Indonesia 47
seperti ROA, DPK, CAR, LDR, dan BOPO, yang mencerminkan kinerja bank persero dengan periode 2009 hingga tahun 2012. Data laporan keuangan triwulan diterbitkan 4 kali setahun yaitu setiap bulan Maret (triwulan I), Juni (triwulan II), September (triwulan III), dan Desember (triwuan IV). Laporan Keuangan menggambarkan kinerja keuangan suatu bank yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laba rugi, komitmen dan kontijensi, transaksi spot dan derivative, laporan rasio keuangan, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, serta laporan arus kas.
D. Metode Analisis 1. Analisis Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis regresi linier berganda (multiple linier regression method) yang bertujuan untuk menguji pengaruh dan hubungan lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada awalnya analisis regresi berganda dikembangkan oleh para ahli ekonometri untuk membantu meramal akibat dari aktivitas - aktivitas ekonomi pada berbagai segmen ekonomi. Fenomena ekonomi dan bisnis bersifat kompleks sehingga perubahan suatu variabel tidak hanya dapat dijelaskan hanya dengan menggunakan satu variabel bebas saja (Suliyanto, 2011:53).
48
Prinsip – prinsip yang mendasari regresi linier berganda tidak berbeda dengan regresi linier sederhana. Akan tetapi dalam regresi linier berganda akan dijumpai beberapa permasalahan seperti multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Nachrowi, 2008:118). Bentuk umum persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ +℮ Keterangan: Y
= Return on Assets (persentase)
β₀
= Konstanta
β₁ - β₄ = koefisien regresi masing-masing variabel bebas X1
= Dana Pihak Ketiga (Nominal)
X2
= Capital Adequacy Ratio (Persentase)
X3
= Loan to Deposit Ratio (Persentase)
X4
= Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Persentase)
℮
= Error Term (variabel Pengganggu)
2. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi berganda, sebuah model regresi harus melewati serangkaian uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan agar hasil analisis regresi berganda memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimate) yaitu data terdistribusi normal, tidak terdapat gejala autokorelasi, tidak terdapat multikolinieritas, dan tidak 49
bersifat heteroskedastisitas. Untuk penjelasan dari masing - masing uji asumsi klasik adalah sebagai berikut: a.
Uji normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata - ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ektrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena kesalahan dalam melakukan input data atau memang karena karakteristik data tersebut jauh dari rata - rata. Dengan kata lain, data tersebut memang benar - benar berbeda dibanding yang lain (Suliyanto, 2011:69). Untuk melakukan uji normalitas dapat dilakukan melalui analisis grafik ataupun melakukan berdasarkan metode statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). 1) Analisis grafik Untuk menguji normalitas data dapat dilihat melalui ataupun penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik P-Plot (normal probability plot) ataupun bentuk kurva lonceng pada grafik Histogram. Adapun dasar dari 50
pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal P-Plot dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika bentuk kurva pada Histogram berbentuk gambar lonceng (bell shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tak terhingga dan seimbang, maka nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal 2) Uji Kolmogorov-Smirnov Uji statistik yang dipakai untuk menguji normalitas data adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Uji KolmogorovSmirnov (K-S) adalah uji statistik non-parametrik yang menggunakan fungsi distribusi kumulatif (Suliyanto, 2011:77). Melalui pengujian ini, model regresi dapat memenuhi sumsi normalitas apabila nilai K-S > α. Sedangkan apabila nilai K-S < α maka asumsi normalitas tidak dapat terpenuhi. α yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5% (0,05). Sehingga untuk memenuhi asumsi normalitas nilai K-S harus lebih besar dari α=0,05.
51
b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas maka model tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier (Suliyanto, 2011:81). Beberapa penyebab timbulnya gejala multikolinieritas pada model regresi adalah sebagai berikut: 1) Kebanyakan variabel ekonomi berubah sepanjang waktu. Besar – besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor – faktor yang sama sehingga jika suatu faktor mempengaruhi variabel terikat maka seluruh variabel cenderung berubah dalam satu arah, 2) Adanya penggunaan nilai lag (lagged value) dari variabel – variabel bebas tertentu dalam model regresi, 3) Metode pengumpulan data yang dipakai (the data collection method employed), 4) Adanya kendala dalam model atau populasi yang menjadi sampel (consrtaint on the model or in the population being sampled), 5) Adanya kesalahan spesifikasi model (specification model). Hal ini dapat terjadi karena peniliti memasukan variabel 52
penjelas yang seharusnya dikeluarkan dari model empiris atau dapat juga karena peneliti mengeluarkan variabel penjelas yang seharusnya dimasukan dalam model empiris, 6) Adanya model yang berlebihan (an overdetermined model). Hal ini terjadi ketika model empiris (variabel penjelas) yang digunakan melebihi data (observasi). Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah multikolinieritas, yaitu: 1) Dengan melihat nilai R2 dan nilai tHitung. Jika nilai R2 tinggi, misalkan diatas 0,80 dan uji F menolak hipotesis nol, tetapi nilai tHitung sangat kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan, maka hal itu menunjukan adanya gejala multikolinieritas 2) Dengan melihat nilai korelasi parsial antar variabel Dengan melihat nilai koefisien korelasi parsial dan R2. Jika nilai koefisien korelasi parsial ≤ R2 maka pada model regresi tersebut tidak terjadi gejala multikolinier
c. Uji Heterokedastisitas Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi 53
adalah homoskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada penelitian yang menggunakan data cross-section (Suliyanto, 2011:98). Berikut ini beberapa contoh penyebab perubahan nilai varian yang berpengaruh pada homoskedastisitas residualnya: 1) Adanya pengaruh dari kurva pengalaman (learning curve) Dengan semakin meningkatnya pengalaman maka akan semakin menurun tingkat kesalahannya. Akibatnya, nilai varian makin lama semakin menurun. 2) Adanya peningkatan perekonomian Dengan semakin meningkatnya perekonomian maka semakin beragam tingkatan pendapatan sehingga alternatif pengeluaran juga akan semakin besar. Hal ini akan meningkatkan varian. 3) Adanya peningkatan teknik pengambilan data Jika teknik pengumpulan data semakin membaik, nilai varian
cenderung
mengecil.
Misalnya
bank
yang
menggunakan peralatan Electronic Data Processing (EDP) akan membuat kesalahan yang relatif kecil dalam laporan dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai peralatan tersebut.
54
Untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dapat diketahui melalui analisis grafik scatterplot ataupun dengan uji statistik yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Analisis grafik scatterplot Analisis grafik scatterplot dilakukan dengan cara melihat persebaran titik antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2011: 139). Sehingga model regresi dikatakan homokedastisitas apabila titik pada scatterplot tidak membentuk pola tertentu/menyebar diatas dan dibawah nilai 0 pada sumbu X dan Y. Analisis grafik scatterplot dalam mendeteksi masalah heteroskedastisitas pada model regresi memiliki kelemahan yaitu
memberikan
diinterpretasikan
jika
penilaian jumlah
subjektif
dan
pengamatannya
sulit sedikit
(Suliyanto, 2011:97).
55
2) Uji Park Uji Park adalah uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Pengujian heteroskedastisitas dengan uji Park dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai Ln residual (Ln e2). Jika terdapat pengaruh bebas yang signifikan terhadap nilai Ln residual kuadrat (Ln e2) maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas. Oleh karena
itu
persamaan
yang
digunakan
untuk
uji
heteroskedastisitas dengan metode Park adalah sebagai berikut: ln µ2𝑖 = α + β lnXi + 𝜐i Keterangan: µ2i = Nilai residual kuadrat Xi
= Variabel bebas
Jika β signifikan (sig ≤ 0,05) maka terdapat pengaruh variabel bebas terhadap nilai ln residual kuadrat sehingga dinyatakan terdapat gejala heteroskedastsitas. Demikian pula sebaliknya. Apabila β tidak signifikan (sig ≥ 0,05) maka tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap nilai ln residual kuadrat sehingga dinyatakan tidak terdapat gejala heteroskedastsitas (Suliyanto, 2011:102). 56
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section) (Suliyanto, 2011:125). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi dalam analisis regresi adalah: 1) Adanya kelembaman (interia) Salah satu ciri yang menonjol dari sebagian data runtut waktu (time series) dalam fenomena ekonomi adalah kelembaman, seperti data pendapatan nasional, indeks harga konsumen, data produksi, data kesempatan kerja, data pengangguran yang menunjukan pola konjungtur. Dalam situasi seperti ini, data observasi pada periode sebelumnya dan
periode
sekarang,
kemungkinan
besar
akan
mengandung saling ketergantungan (interdependence). 2) Bias spesifikasi model kasus variabel yang tidak dimasukan Hal ini disebabkan oleh tidak dimasukannya variabel menurut teori eonomi sangat penting peranannya dalam menjelaskan variabel tak bebas. Bila hal ini terjadi, unsur pengganggu (error term) µi , akan merefleksikan suatu pola sistematis diantara sesama unsur pengganggu sehinggat terjadi situasi autokorelasi diantara unsur pengganggu. 57
3) Adanya fenomena laba – laba (cobweb phenomenon) Munculnya fenomena laba – laba terutama terjadi pada penawaran komoditi sektor pertanian, reaksi penawaran terhadap perubahan harga terjadi setelah melalui tenggang waktu (getation period). Misalnya, panen komoditi pertanian ternyata lebih rendah daripada harga tahun sebelumnya maka pada tahun berikutnya (t+1) akan cenderung untuk memproduksi lebih sedikit daripada yang diproduksi pada tahun t. Akibatnya µi tidak lagi bersifat acak (random) tetapi mmengikuti pola sarang laba – laba 4) Manipulasi data (manipulation of data) Dalam analisis empiris, terutama pada data time series, seringkali terjadi manipulasi data. Hal ini terjadi karena data yang diinginkan tidak tersedia. Contohnya adalah data GNP. Data GNP biasanya tersedia dalam bentuk tahunan sehingga apabila seorang penieliti ingin mendapatkan data GNP kuartalan, peneliti tersebut harus melakukan interpolasi data. Adanya interpolasi atau manipulasi data jelas akan menimbulkan suatu pola fluktuasi yang tersembunyi yang mengakibatkan munculnya pola sistematis dalam unsur pengganggu dan akhirnya akan menimbulkan masalah autokorelasi 58
5) Adanya kelambanan waktu (time lags) Dalam regresi menggunakan time series, pengeluaran konsumsi tingkat pendapatan merupakan hal yang lazim untuk mendapatkan bahwa pola konsumsi untuk periode sekarang antara lain ditentukan oleh pengeluaran konsumsi pada periode sebelumnya, dimana model seperti ini dalam ekonometrika dikenal dengan model autoregresif Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi gejala autokorelasi dalam model regresi menggunakan uji Durbin –Watson (uji D-W). Uji Durbin - Watson (uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada - tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Uji ini pertama kali diperkenalkan oleh J. Durbin dan GS. Watson tahun 1951. Pada penerapan uji terdapat beberapa asumsi penting yang harus dipenuhi, yaitu: (a) Model regresi yang dilakukan harus menggunakan konstanta. (b) Variabel bebas adalah non-stokastik, atau relatif tetap untuk sampel yang berulang (c) Kesalahan pengganggu atau residual diperoleh dengan otoregresif order pertama (d) Model regresi tidak meliputi nilai kelambaman (lag) dari variabel tak bebas sebagai variabel penjelas. 59
(e) Dalam melakukan regresi, tidak boleh ada data atau observasi yang hilang. Rumus yang digunakan untuk uji Durbin-Watson adalah: Σ(e − et−1 )2 DW = Σ𝑒𝑡2 Keterangan: DW = nilai Durbin-Watson test e
= nilai residualnya
et-1 = nilai residual satu periode sebelumnya
Untuk mendeteksi keberadaan masalah autokorelasi pada model regresi dapat diketahui melalui ketentuan sebagai berikut (Sunyoto, 200:135): (a) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2) (b) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 (-2 < DW ≤ +2) (c) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW diatas -2 (DW > -2)
3. Uji Hipotesis a. Uji F (simultan) Uji F digunakan untuk menguji ketepatan model (goodnes of fit). Uji F ini juga sering disebut uji simultan, untuk menguji apakah 60
variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan perunbahan
nilai
variabel
tergantung
atau
tidak.
Untuk
menyimpulkan apakah model termasuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai FHitung dengan nilai FTabel dengan derajat bebas: df: α;(k-1),(n-k) (Suliyanto, 2011:62). Pada penelitian ini selang kepercayaan (confidence level) yang digunakan sesuai pada umumnya yaitu sebesar 95% sehingga nilai α yang dimiliki sebesar 0,05 (α=5%). Untuk menghitung besarnya nilai FHitung digunakan formula berikut: F=
R2 ⁄(k − 1) 1 − R2 ⁄(n − k)
Keterangan: F
= nilai Fhitung
R2 = koefisien determinasi k
= jumlah variabel
n
= jumlah pengamatan (jumlah sampel)
Uji F dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima yaitu variabel-variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
61
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak yaitu variabel-variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat. Selain dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel untuk mengetahui hasil uji F juga dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi dari hasil uji F (α=5%). Apabila hasil uji F memiliki sig ≤ 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa model
dinyatakan cocok (fit) sehingga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan.
b. Uji t (parsial) Uji t (parsial) merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi (dari masing-masing variabel bebas) signifikan atau tidak. Sebelum melakukan pegujian biasanya dibuat hipotesis terlebih dahulu yang lazimnya berbentuk: H0 : β = 0 H1 : β ≠ 0 Artinya berdasarkan data yang tersedia akan dilakukan pengujian terhadap β (koefisien regresi) apakah sama dengan nol yang berarti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat atau tidak sama dengan nol yang berarti mempunyai pengarih signifikan (Nachrowi 2008:24). Nilai tHitung digunakan untuk menguji apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung atau 62
tidak. Suatu variabel akan memiliki pengaruh yang berarti jika tHitung variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan nila tTabel begitu juga sebaliknya. Dalam pengujian ini digunakan uji t satu ujung (one tail) karena hipotesis yang dirumuskan sudah menunjukan arah yaitu positif atau negatif. Jika menggunakan satu ujung maka df: α,(n-k). Akan tetapi jika meggunakan dua ujung maka derajat bebasnya adalah df: α⁄2,(nk) (Suliyanto, 2011:62). Pada penelitian ini selang kepercayaan (confidence level) yang digunakan sesuai pada umumnya yaitu sebesar 95% sehingga nilai α yang dimiliki sebesar 0,05 (α=5%). Untuk menghitung besarnya nilai tHitung digunakan rumus sebagai berikut: ti =
bj Sbj
Keterangan: t
= nilai tHitung
bj
= koefisien regresi
Sbj = kesalahan baku koefisien regresi
Uji t ini dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika tHitung ≤ tTabel maka H0 diterima yaitu variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
63
2) Jika tHitung > tTabel maka H0 ditolak yang berarti variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Selain dengan cara membandingkan nilai tHitung dengan tTabel untuk mengetahui hasil uji t juga dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi dari hasil uji t (α=5%). Apabila hasil uji t memiliki sig ≤ 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial akan tetapi apabila uji t memiliki sig ≥ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat secara parsial.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji R2 dilakukan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel-variabel terikat. Uji R2 pada intinya mengatur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dimana R2 nilainya berkisar antara 0 < R2 < 1 semakin besar R2 maka variabel bebas semakin dekat hubungannya dengan variabel terikat, dengan kata lain model tersebut dianggap baik. Nilai R2 berkisar hampir 1 yang artinya semakin kuat kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Sebaliknya jika nilai R2 semakin mendekati nilai 0 berarti semakin
64
lemah kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan fluktuasi variabel terikat (Ghozali 2012: 83). Bila R2= 0 artinya variasi dari variabel terikat (Y) tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas (X) sama sekali. Sementara bila R2= 1 maka semua titik pengamatan berada pada garis regresi (Nachrowi, 2008:21) Formula untuk menghitung koefisien determinasi adalah sebagai berikut: R2 =
Σ(Y − ̂ Y) 2 ̅) 2 Σ(Y − Y
Keterangan
:
R2
= koefisien determinasi
̂ )2 (Y − Y
= kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
̅) 2 (Y − Y
= kuadrat selisih nilai Y rill dengn nilai Y rata - rata
Koefisien determinasi (R2) memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R square (R2adj).
65
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2adj) berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinassi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:60). Formula yang dipakai untuk menghitung koefisien determinasi yang disesuaikan (R2adj) adalah: R2adj = R2 −
P(1 − R2 ) N−P−1
Keterangan: R2
= koefisien determinasi
N
= ukuran sampel
P
= jumlah variabel bebas
E. Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas yang akan digunakan yaitu: Dana Pihak Ketiga (X1) yang merupakan proksi dari simpanan nasabah, Capital Adequacy Ratio (X2) yang merupakan proksi dari kecukupan modal, Loan to Deposit Ratio (X3 yang merupakan proksi dari penyaluran kredit, dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4) yang merupakan proksi dari efisiensi operasi. Sementara variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return of Assets (Y) yang mewakili indikator profitabilitas. 66
Operasional variabel akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Dana Pihak Ketiga (X1) Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakam sumber dana yang berasal dari masyarakat yang didapat melalui tabungan, simpanan berjangka (deposito berjangka dan sertifikat deposito), dan simpanan. Dalam penelitian ini data variabel DPK yang digunakan berasal dari halaman kegiatan usaha bank persero yang terdapat pada tabel bank umum pada SPI. Data yang digunakan berbentuk nominal dalam satuan triliun rupiah.
2. Capital Adequacy Ratio (X2) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal bank yang didapat dengan cara membagi antara modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Dalam penelitian ini variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) yang digunakan berasal dari halaman kinerja bank persero yang terdapat pada tabel bank umum pada SPI. Data yang digunakan berbentuk persentase (%). CAR =
Modal bank (modal inti + modal pelengkap) × 100% ATMR
3. Loan to Deposit Ratio (X3) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio likuiditas bank yang digunakan untuk mengukur banyaknya kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga. Dalam penelitian ini 67
variabel LDR yang digunakan berasal dari halaman kinerja bank persero yang terdapat pada tabel bank umum pada SPI. Data yang digunakan berbentuk persentase (%). LDR =
Kredit yang Disalurkan × 100% Dana Pihak Ketiga
4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang mengukur efisiensi operasi dengan cara membagi jumlah beban operasional bank dengan pendapatan operasional bank. Dalam penelitian ini variabel BOPO yang digunakan berasal dari halaman kinerja bank persero yang terdapat pada tabel bank umum pada SPI. Data yang digunakan berbentuk persentase (%). BOPO =
Beban Operasional × 100% Pendapatan Operasional
5. Return On Assets (Y) Return on Assets adalah rasio yang mengukur profitabilitas bank yang merupakan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menghitung ROA dapat dilakukan dengan cara membagi laba sebelum pajak terhadap total aset. Dalam penelitian ini variabel ROA yang digunakan berasal dari halaman kinerja bank persero yang
68
terdapat pada tabel bank umum pada SPI. Data yang digunakan berbentuk persentase (%). ROA =
Laba Sebelum Pajak × 100% Total Aset
69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Bank persero atau yang lebih sering dikenal dengan Bank BUMN adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Pada awalnya bank persero didirikan dengan Undang-Undang tersendiri dimana pembagian tugas untuk masing-masing bank berbeda-beda. Namun dalam kegiatan operasionalnya bank persero tetap tunduk pada undang-undang tentang perbankan. Bank persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Langkah ini dilakukan sebagai akibat dari restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah di awal dekade 2000-an sebagai dampak terjadinya krisis perbankan. Komposisi kepemilikan bank persero juga ikut mengalami perubahan, dimana saham bank-bank persero tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah. Beberapa bank persero telah menjadi bank publik melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal antara lain. Bank Persero yang menjadi objek dalam penelitian ini antara lain: Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) 46, dan Bank Tabungan Negara (BTN) 1. Bank Mandiri Bank Mandiri didirikan pada 2 oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah 70
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu: bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia yang dilebur menjadi Bank Mandiri. Setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang paling berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 karyawan menjadi 17.620 karyawan. Pada tahun 2012 Bank Mandiri memperkerjakan 30.762 karyawan dan mengoperasikan 1.810 cabang diseluruh Indonesia dan 7 cabang di mancanegara. Selain itu bank mandiri telah memilliki lebih dari 180.000 Electronic Data Capture (EDC) dan terhubung dengan jaringan Mandiri Mobile, Internet Banking, SMS Banking and Call Center 14000. Saat ini Bank Mandiri telah didukuh oleh unit syariah, pasar modal, lembaga pembiayaan dan asuransi jiwa yang membuat Bank Madiri menjadi bank dengan aset terbesar di Indonesia dengan total aset 561,1 triliun rupiah.
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia didirikan di Purwokerto, Jawa tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp En Spaarbank Der Inlandssche Hoofden yang artinya adalah Bank Bantuan dan Simpanan Milki Kaum Priyayi purwokerto. Suatu lemabaga keuangan yang melayani orang-orang 71
kebangsaan Indonesia (Pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 desember 1895 yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1967 tentang UndangUndang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun 1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masingmasing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasrkan Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilkian BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia memeutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Yang masih digunakan sampai saat ini. BRI sampai saat ini memfokuskan diri untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat kecil seperti memberikan fasilitas kredit kepada golongan usaha kecil. Kini BRI memiliki unit kerja yang berjumlah 4.447 buah dan kantor cabang khusus di New York, Cayman Island, 72
dan Hongkong. Selain itu BRI telah terhubung dengan jaringan Mobile Banking, Internet Banking, SMS Banking, Call Center 14017 dan unit syariah. BRI merupakan bank dengan aset terbesar kedua di Indoensia dengan total aset 547,5 triliun rupiah dan telah mempekerjakan lebih dari 40.000 karyawan.
3. Bank Negara Indonesia (BNI) 46 Berdiri sejak 1946, BNI 46 yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan dimilki oleh pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia. Pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik setelah keberhasilan mengarungi masa-masa sulit. Sebutan Bank BNI dipersingkat menjadi BNI sedangkan tahun pendirian ‘46’ digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. 73
Saat ini BNI 46 memperkerjakan 23.639 karyawan yang meliputi 1.364 cabang diseluruh Indonesia dan 6.227 unit ATM. Selain itu BNI telah memiliki 5 cabang mancanegara yang berada di New York, Hongkong, dan Singapura. Selain itu BNI 46 telah terhubung dengan jaringan Mobile Banking, Internet Banking, SMS Banking, Call Center 500046, unit syariah dan program dana pensiun. Saat ini BNI 46 merupakan bank dengan aset terbesar keempat di Indoensia dengan total aset 248,6 triliun rupiah.
4. Bank Tabungan Negara (BTN) Pada tahun 1897 dengan pendirian perseroan yang didirikan dengan nama Postspaar Bank. Pada masa pendudukan jepang di Indonesia kegiatan bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi kantor tabungan pos. Lalu pada tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan Pos (Undang-Undang darurat tahun 1950). Pada tahun 1963 nama Bank Tabungan Pos diubah menjadi Bank Tabungan Negara atau BTN sesuai dengan Perpu No.4 tahun 1963 dan Undang-Undang No.4 tahun 1964. Pada tahun 1968 BTN menjadi bank milik Negara sesuai degan Undang-Undang No.20 tahun 1968. Tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai bank umum dan mulai menerbitkan obligasi. Tahun 1992 status hukum BTN menjadi perusahaan perseroan dan 2 tahun setelahnya 74
mendapat izin sebagai bank devisa. Pada tahun 2000 BTN ikut dalam program rekapitulasi. Pada tahun 2002 Bank BTN sebagai bank umum dengan fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan. Saat ini BTN telah memiliki 659 cabang kantor konvensional, 50 cabang kantor syariah, 9 kantor layanan prioritas, dan 1.227 mesin ATM dengan total aset 89,2 triliun rupiah. Selain itu BTN telah bekerjasama dengan PT Pos Indonesia dengan jumlah outlet 2.922 jaringan kantor pos online di seluruh Indonesia.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah gambaran umum variabel penelitian berdasarkan data observasi. Data yang dideskripsikan berupa satuan kuantitatif dengan analisis statistik yang disusun pada tabel. Tabel deskriptif berisi informasi data observasi variabel dari masing – masing sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi: ROA (Return On Assets) sebagai variabel terikat serta DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) sebagai variabel bebas.
75
a. Analisis Deskriptif Return On Assets (ROA) Tabel 4.1 ROA Bank Persero (Dalam %) Periode 2009 - 2012 Tahun Bank Triwulan 2009 2010 2011 Bank Mandiri I 2,46 2,93 4,55 (BMRI) II 2,67 2,93 3,66 III 2,87 3,06 3,52 IV 3,13 3,50 3,37 Bank Rakyat I 3,92 3,71 4,41 Indonesia II 3,61 3,51 4,44 (BBRI) III 3,47 3,65 4,67 IV 3,73 4,64 4,93 Bank Negara I 1,91 2,51 2,82 Indonesia 46 II 1,62 2,34 3,05 (BBNI) III 1,57 2,61 2,96 IV 1,72 2,49 2,94 Bank Tabungan I 1,35 2,32 1,93 Negara II 1,26 2,02 1,82 (BBTN) III 1,33 2,10 1,77 IV 1,47 2,05 2,03 Rata - Rata 2,38 2,90 3,30 Tertinggi 3,92 4,64 4,93 Terendah 1,26 2,02 1,77 sumber: data diolah
2012 3,25 3,35 3,47 3,55 5,11 4,87 4,87 5,15 2,76 2,81 2,81 2,92 1,99 1,98 2,01 1,94 3,30 5,15 1,94
Dari tabel diatas pada tahun 2009 didapat nilai rata – rata ROA sebesar 2,38% sementara nilai ROA tertinggi sebesar 3,92% diraih BRI pada triwulan pertama dan nilai ROA terendah sebesar 1,26% terjadi pada BTN di triwulan kedua. Sementara pada tahun 2010 didapat nilai rata – rata nilai ROA sebesar 2,90% atau meningkat 0,52% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai ROA tertinggi sebesar 2,90%
76
dicapai oleh BRI pada triwulan keempat dan nilai ROA terendah sebesar 2,02% terjadi pada BTN pada triwulan kedua. Pada tahun 2011 didapat nilai rata – rata ROA sebesar 3,30% atau meningkat 0,4% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai ROA tertinggi sebesar 4,93% diraih BRI pada triwulan keempat dan nilai ROA terendah sebesar 1,77% terjadi pada BTN di triwulan ketiga. Sementara pada tahun 2012 didapat nilai rata – rata nilai ROA sebesar 3,30% yang nilainya sama dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai ROA tertinggi sebesar 5,15% dicapai oleh BRI pada triwulan keempat dan nilai ROA terendah sebesar 1,94% terjadi pada BTN pada triwulan keempat.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dari tabel DPK pada tahun 2009 didapat nominal rata – rata DPK sebesar 175,72 triliun rupiah sementara nominal DPK tertinggi sebesar 299,72 triliun rupiah diraih BMRI pada triwulan keempat dan nominal DPK terendah sebesar 32,24 triliun rupiah terjadi pada BTN di triwulan pertama. Sementara pada tahun 2010 didapat nilai rata – rata nominal DPK sebesar 199,66 triliun rupiah atau meningkat 23,94 triliun rupiah dibanding tahun sebelumnya. Sementara nominal DPK tertinggi sebesar 332,72 triliun rupiah dicapai oleh BMRI 77
pada triwulan keempat dan nominal DPK terendah sebesar 36,41 triliun rupiah terjadi pada BTN pada triwulan pertama. Tabel 4.2 DPK Bank Persero (Dalam Triliun Rupiah) Periode 2009 – 2012 Bank
Triwulan
Bank Mandiri (BMRI)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Bank Negara Indonesia 46 (BBNI) Bank Tabungan Negara (BBTN) Rata - Rata Tertinggi Terendah sumber: data diolah
2009 255,98 270,04 283,98 299,72 203,10 216,34 220,08 254,11 162,14 164,21 160,03 184,59 32,24 33,36 32,61 38,95 175,72 299,72 32,24
Tahun 2010 2011 299,72 324,16 302,10 328,40 295,87 338,07 332,72 380,23 241,49 290,57 256,05 294,62 257,01 309,71 328,55 372,14 170,90 183,82 180,19 194,95 179,02 198,63 189,37 224,75 36,41 46,11 38,45 48,25 41,41 50,32 45,33 58,65 199,66 227,71 332,72 380,23 36,41 46,11
2012 360,73 375,04 248,59 435,45 336,96 371,14 373,13 436,09 214,22 235,72 231,51 248,99 60,70 62,40 65,55 75,78 258,25 436,09 60,70
Pada tahun 2011 didapat nominal rata – rata DPK sebesar 227,72 triliun rupiah atau meningkat 28,05 triliun rupiah dibanding tahun sebelumnya. Sementara nominal DPK tertinggi sebesar 380,23 triliun rupiah diraih BMRI pada triwulan keempat dan nominal DPK terendah sebesar 46,11 triliun rupiah terjadi pada BTN di triwulan pertama. Sementara pada tahun 2012 didapat nominal rata – rata DPK sebesar 78
258,25 triliun rupiah atau meningkat 30,54 triliun rupiah dibanding tahun sebelumnya. Sementara nominal DPK tertinggi sebesar 436,09 triliun rupiah dicapai oleh BRI pada triwulan keempat dan nominal DPK terendah sebesar 60,70 triliun rupiah terjadi pada BTN pada triwulan pertama.
c. Capital Adequacy Ratio (CAR) Tabel 4.3 CAR Bank Persero (Dalam %) Periode 2009 - 2012 Tahun Bank Triwulan 2009 2010 2011 Bank Mandiri I 15,30 15,96 18,54 (BMRI) II 14,02 14,50 16,65 III 14,14 13,25 16,13 IV 15,43 13,36 15,34 Bank Rakyat I 14,91 15,44 15,62 Indonesia II 14,60 14,11 14,79 (BBRI) III 13,50 13,36 14,84 IV 13,20 13,76 14,96 Bank Negara I 15,00 13,09 18,36 Indonesia 46 II 14,30 13,32 17,34 (BBNI) III 15,51 12,02 16,65 IV 13,78 18,63 17,63 Bank Tabungan I 16,68 20,43 17,13 Negara II 15,59 18,99 15,85 (BBTN) III 15,00 17,22 15,46 IV 21,49 16,74 15,03 Rata - Rata 15,15 15,26 16,27 Tertinggi 21,49 20,43 18,54 Terendah 13,20 12,02 14,79 sumber: Bank Indonesia (data diolah)
2012 17,54 16,15 16,08 15,48 17,36 16,00 15,95 16,95 18,11 16,76 17,05 16,67 16,89 15,59 15,22 17,69 16,59 18,11 15,22
Dari tabel diatas pada tahun 2009 didapat nilai rata – rata CAR sebesar 15,15% sementara nilai CAR tertinggi sebesar 21,49% diraih BTN pada triwulan keempat dan nilai CAR 79
terendah sebesar 13,02% terjadi pada BRI di triwulan keempat. Sementara pada tahun 2010 didapat nilai rata – rata nilai CAR sebesar 15,26% atau meningkat 0,11% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai CAR tertinggi sebesar 20,43% dicapai oleh BTN pada triwulan pertama dan nilai CAR terendah sebesar 12,02% terjadi pada BNI pada triwulan ketiga. Pada tahun 2011 didapat nilai rata – rata CAR sebesar 16,27% atau meningkat 1,01% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai CAR tertinggi sebesar 18,54% diraih BMRI pada triwulan pertama dan nilai CAR terendah sebesar 14,79% terjadi pada BRI di triwulan kedua. Sementara pada tahun 2012 didapat nilai rata – rata nilai CAR sebesar 16,59% atau meningkat 0,32% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai CAR tertinggi sebesar 18,11% dicapai oleh BNI pada triwulan pertama dan nilai CAR terendah sebesar 15,22% terjadi pada BTN pada triwulan ketiga. . d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Dari tabel LDR pada tahun 2009 didapat nilai rata – rata sebesar 79,74% sementara nilai LDR tertinggi
sebesar
113,08% diraih BTN pada triwulan ketiga dan nilai LDR terendah sebesar 59,15% terjadi pada BRI di triwulan 80
keempat. Sementara pada tahun 2010 didapat nilai rata – rata nilai LDR sebesar 82,99% atau meningkat 3,35% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai LDR tertinggi sebesar 116,29% dicapai oleh BTN pada triwulan kedua dan nilai LDR terendah sebesar 61,89% terjadi pada BMRI pada triwulan pertama. Tabel 4.4 LDR Bank Persero (Dalam %) Periode 2009 - 2012 Tahun Bank Triwulan 2009 2010 2011 Bank I 61,79 61,89 67,93 Mandiri II 60,23 64,22 73,43 (BMRI) III 60,43 69,62 76,25 IV 59,15 65,44 71,65 Bank Rakyat I 81,35 86,53 85,75 Indonesia II 85,33 88,26 90,22 (BBRI) III 87,35 88,98 89,06 IV 80,88 75,17 76,20 Bank Negara I 68,76 67,23 73,27 Indonesia 46 II 70,97 68,21 76,08 (BBNI) III 74,60 68,64 78,29 IV 64,06 70,15 70,37 Bank I 101,96 114,11 110,33 Tabungan II 104,66 116,29 110,79 Negara III 113,08 114,63 112,27 (BBTN) IV 101,29 108,42 102,56 Rata - Rata 79,74 82,99 85,28 Tertinggi 113,08 116,29 112,27 Terendah 59,15 61,89 67,93 sumber: data diolah
2012 78,97 81,42 82,23 77,66 84,03 82,13 85,23 79,85 74,36 73,61 76,82 77,52 102,77 108,30 110,44 100,90 86,02 110,44 73,61
Pada tahun 2011 didapat nilai rata – rata LDR sebesar 85,28% atau meningkat 2,29% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai LDR tertinggi sebesar 112,27% diraih BTN pada triwulan ketiga dan nilai LDR terendah sebesar 67,93% 81
terjadi pada BMRI di triwulan pertama. Sementara pada tahun 2012 didapat nilai rata – rata nilai LDR sebesar 110,44% atau meningkat 0,74% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai LDR tertinggi sebesar 110,44% dicapai oleh BTN pada triwulan ketiga dan nilai LDR terendah sebesar 73,61% terjadi pada BNI pada triwulan kedua.
e. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Tabel 4.5 BOPO Bank Persero (Dalam %) Periode 2009 – 2012 Tahun Bank Triwulan 2009 2010 2011 Bank I 78,76 69,59 58,31 Mandiri II 75,92 70,67 64,79 (BMRI) III 74,01 70,16 65,33 IV 70,72 66,43 67,22 Bank Rakyat I 74,00 70,78 69,12 Indonesia II 78,64 73,70 69,44 (BBRI) III 78,85 73,63 67,93 IV 77,66 70,86 66,69 Bank Negara I 84,96 77,08 70,50 Indonesia 46 II 86,74 78,03 70,17 (BBNI) III 86,58 75,80 72,89 IV 84,86 75,99 72,58 Bank I 88,79 82,38 82,91 Tabungan II 89,59 83,97 83,90 Negara III 89,22 83,03 84,14 (BBTN) IV 88,29 82,39 81,75 Rata - Rata 81.72 75.28 71.73 Tertinggi 89.59 83.97 84.14 Terendah 70.72 66.43 58.31 sumber: data diolah
2012 65,82 64,60 63,56 63,93 61,31 61,81 61,76 59,93 72,56 72,13 71,98 70,99 81,18 80,54 80,26 80,74 69.57 81.18 59.93
Dari tabel BOPO pada tahun 2009 didapat nilai rata – rata sebesar 81,72% sementara nilai BOPO tertinggi
sebesar 82
89,59% diraih BTN pada triwulan kedua dan nilai BOPO terendah sebesar 70,72% terjadi pada BMRI di triwulan keempat. Sementara pada tahun 2010 didapat nilai rata – rata nilai BOPO sebesar 75,28% atau menurun 6,44% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai BOPO tertinggi sebesar 83,97% dicapai oleh BTN pada triwulan kedua dan nilai BOPO terendah sebesar 66,43% terjadi pada BMRI pada triwulan keempat. Pada tahun 2011 didapat nilai rata – rata BOPO sebesar 71,73% atau menurun 3,55% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai BOPO tertinggi sebesar 84,14% diraih BTN pada triwulan ketiga dan nilai BOPO terendah sebesar 58,31% terjadi pada BMRI di triwulan pertama. Sementara pada tahun 2012 didapat nilai rata – rata nilai BOPO sebesar 69,57% atau menurun 2,16% dibanding tahun sebelumnya. Sementara nilai BOPO tertinggi
sebesar 81,18% dicapai oleh BTN pada
triwulan pertama dan nilai BOPO terendah sebesar 59,93% terjadi pada BRI pada triwulan keempat.
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Dalam penelitian ini pengujian normalitas data dilakukan menggunakan metode grafis berdasarkan Histogram dan P-Plot serta 83
uji statistik yang dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) yng berdasarkan analisis non-parametric test K-S pada software SPSS. 1) Analisis Grafik Gambar 4.1 Grafik P-Plot
sumber: output SPSS21 Dari gambar grafik normal probability plot (P-Plot) diatas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar disekitar garis diagonal sehingga dapat disimpulkan melalui analisis grafik PPlot bahwa nilai residual yang telah terstandarisasi memiliki distribusi normal, dengan kata lain memenuhi asumsi normalitas. 84
Gambar 4.2 Grafik Histogram
sumber: output SPSS 21 Berdasarkan tampilan grafik histogram diatas terlihat bahwa kurva grafik membentuk lonceng (bell-shaped curve) yang seimbang pada kedua sisinya sehingga berdasarkan analisis grafik Histogram, asumsi normalitas telah terpenuhi.
2) Uji Kolmogorov-Smirnov Selain menggunakan analisis grafik, dalam penelitian ini juga dilakukan metode statistik untuk menguji asumsi normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (KS). Hal ini bertujuan untuk menghindari penilaian subjektif dalam menguji normalitas data dalam penelitian. 85
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N
64 Mean
Normal Parametersa,b
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.96773340
Absolute
.068
Positive
.068
Negative
-.062
Kolmogorov-Smirnov Z
.543
Asymp. Sig. (2-tailed)
.930
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
sumber: output SPSS 21 Berdasarkan hasil metode uji K-S diatas diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,930 dan lebih besar daripada α=5%. Hal ini berarti bahwa data memiliki distribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Partial Correlation Coefficientsa Model
Correlations Zero-order
1
Partial
Part
(Constant) LN_DPK
.774
.522
.234
LN_CAR
-.125
-.158
-.061
LN_LDR
-.304
.595
.283
LN_BOPO
-.866
-.468
-.202
a. Dependent Variable: roa
86
Model Summaryb Model
1
R
R Square
.924a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.854
.844
.41101
a. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_CAR, LN_LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: roa
sumber: output SPSS 21 Berdasarkan hasil kolom correlation, diketahui besarnya partial correlation pada jangkauan -0,468 sampai 0,595. Sementara besarnya RSquare (R2) sebesar 0,854. Berarti dapat disimpulkan bahwa model tidak mengandung masalah multikolinieritas karena nilai partial correlation lebih kecil daripada nilai R2.
c. Uji Heteroskedastisitas 1) Analisis Grafik Scatterplot Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
87
Berdasarkan grafik scatterplot dapat terlihat bahwa titik menyebar pada nilai 0 sumbu horizontal (regression standardized predicted value) dan pada nilai 0 sumbu vertical (regression studentized residual) serta menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Dari hasil analisis grafik scatterplot dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2) Uji Park Metode statistik yang dilakukan dalam mendeteksi gejala heteroskedastisitas menggunakan uji Park dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas – Park Coefficientsa Model 1
t (Constant)
Sig.
-1.840
.071
LN_DPK
1.581
.119
LN_CAR
.770
.444
LN_LDR
1.537
.130
LN_BOPO
1.588
.118
a. Dependent Variable: LN_U2
sumber: Output SPSS 21 Dari hasil uji Park diatas diketahui bahwa nilai signifikansi dari masing – masing variabel bebas berkisar pada 11,8% - 44,4%. Hal ini berarti seluruh variabel bebas tidak signifikan pada tingkat α=5%
88
sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi.
d. Uji Autokorelasi Sebelum melakukan analisis regresi berganda, dalam model regresi tidak boleh terjadi masalah autokorelasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji autokorelasi menggunakan metode uji Durbin-Watson (D-W). Apabila Nilai Durbin-Watson yang berada pada kriteria -2 < DW ≤ +2 berarti tidak terdapat masalah autokorelasi pada model regresi, sebaliknya apabila nilai Durbin-Watson berada diluar kriteria -2 < DW ≤ +2 maka terdapat masalah autokorelasi pada model regresi. Hasil pengujian autokorelasi sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summaryb Model
1
R
R Square
.924a
.854
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .844
.41101
Durbin-Watson
.749
a. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_CAR, LN_LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: roa
sumber: Output SPSS 21 Dari hasil output uji Durbin-Watson diatas diketahui besarnya nilai D-W hitung sebesar 0,749 yang berada diantara -2 dan +2, maka dapat disimpulkan
data dalam penelitian ini tidak terdapat masalah
autokorelasi.
89
3. Analisis Model Regresi Linier Berganda Tabel 4.10 Hasil Analisis Model Regresi Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B 1
(Constant)
Std. Error 6.814
8.061
LN_DPK
.987
.210
LN_CAR
-.709
LN_LDR LN_BOPO
Beta .845
.401
.761
4.699
.000
.575
-.077
-1.232
.223
2.836
.498
.521
5.692
.000
-4.517
1.110
-.478
-4.070
.000
a. Dependent Variable: roa
sumber: output SPSS 21 Dari tabel hasil output analisis model regresi berganda diatas dapat dijelaskan hubungan antara masing – masing variabel bebas dengan variabel terikat sebagai berikut:
ROA = 6,814 + 0,987 DPK - 0,709 CAR + 2,836 LDR - 4,517 BOPO
Dari model regresi linier berganda diatas diperoleh hasil konstanta sebesar 6,814 berarti jika variabel DPK, CAR, LDR, dan BOPO diasumsikan 0 maka ROA akan sebesar 6,814%. Sementara koefisien regresi pada variabel DPK sebesar 0,987 berarti jika DPK naik setiap 1 triliun rupiah maka akan terjadi peningkatann ROA sebesar 0,987% jika variabel lain bersifat konstan. Koefisien regresi pada variabel CAR sebesar -0,709 berarti jika CAR naik setiap 1% maka akan terjadi penurunan ROA sebesar 0,709% jika variabel lain bersifat konstan. 90
Koefisien regresi pada variabel LDR sebesar 2,836 berarti jika LDR naik setiap 1% maka akan terjadi peningkatan ROA sebesar 2,836% jika variabel lain bersifat konstan. Sementara koefisien regresi pada variabel BOPO sebesar -4,517 berarti jika BOPO naik setiap 1% maka akan terjadi penurunan ROA sebesar -4,517% jika variabel lain bersifat konstan.
4. Pengujian Hipotesis a. Uji F Pengujian hipotesis uji F (simultan) dilakukan untuk menganalisa kecocokan (fit) pada model regresi sehingga dapat dapat disimpulkan apakah variabel bebas yang diteliti berpengaruh terhadap variabel terikat secara simultan. Hasil uji F (simultan) dapat diketahui dengan membandingkan antara nilai FHitung dengan nilai FTabel ataupun dengan melihat tingkat signifikansi pada tabel ANOVA. Untuk mengetahui nilai FTabel dilihat berdasarkan nilai derajat bebas (degree of freedom) df1 = (k-1), df2 = (n-k) pada tabel F dengan α= 5% (lihat lampiran). Pada penelitian ini menggunakan variabel (k) sebanyak 5 buah dan jumlah data observasi (n) sebanyak 48 buah sehingga didapat nilai FTabel sebagai berikut: FTabel = {α; df1= (k-1), df2= (n-k)} = {5%; df1= (5-1), df2= (48-5)} = 0,05; 4 , 43 = 2,59 91
Berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya jika nilai FHitung ≤ FTabel, maka H0 diterima yaitu variabel-variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, sedangkan jika FHitung > FTabel, maka H0 ditolak yaitu variabel-variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat. Melalui software SPSS 21 didapat hasil FHitung sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji F ANOVAa Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
58.336
4
14.584
9.967
59
.169
68.302
63
F 86.333
Sig. .000b
a. Dependent Variable: roa b. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_CAR, LN_LDR, LN_DPK
sumber: output SPSS 21 Berdasarkan output tabel ANOVA diatas nilai FHitung adalah 86,333 sedangkan nilai FTabel yang telah diketahui sebelumnya sebesar 2,59. Karena nilai FHitung > FTabel maka hipotesis H0 ditolak dengan kata lain variabel-variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat. Kesimpulan ini juga diperkuat dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil tabel ANOVA (α=5%). Pada hasil tabel ANOVA diatas memiliki tingkat sig sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi sig ≥ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model dinyatakan cocok (fit) sehingga disimpulkan variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat yang diteliti. 92
b. Uji t (parsial) Berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya jika nilai tHitung ≤ tTabel maka H0 diterima yaitu variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, sedangkan jika tHitung > tTabel maka H0 ditolak yang berarti variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Untuk mengetahui nilai tTabel dilihat berdasarkan nilai derajat bebas (degree of freedom) df= (n-k) dan α. Pada penelitian ini menggunakan variabel (k) sebanyak 5 buah dan jumlah data observasi (n) sebanyak 48 buah sehingga didapat nilai tTabel sebagai berikut: tTabel
= α;(n-k) = 5%; (48-5) = 0,05; 43 = 1.68107 Tabel 4.12 Hasil Uji t Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B 1
(Constant)
Std. Error 6.814
8.061
LN_DPK
.987
.210
LN_CAR
-.709
LN_LDR LN_BOPO
Beta .845
.401
.761
4.699
.000
.575
-.077
-1.232
.223
2.836
.498
.521
5.692
.000
-4.517
1.110
-.478
-4.070
.000
a. Dependent Variable: roa
sumber: output SPSS 21
93
Pembahasan mengenai
hasil pengujian hipotesis akan dijelaskan
sebagai berikut: 1) Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return On Assets (ROA) Berdasarkan tabel Coefficients variabel DPK memiliki hubungan positif terhadap Return On Assets (ROA). Nilai tHitung variabel DPK yang dihasilkan pada tabel Coefficients sebesar 4,699 sedangkan nilai tTabel yang telah diketahui sebelumnya sebesar 1,68107. Karena nilai tHitung > tTabel maka hipotesis H0 ditolak dengan kata lain variabel DPK secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Hal ini diperkuat dengan melihat nilai Sig. pada tabel Coefficients dimana variabel DPK signifikan pada α= 5% sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel DPK terhadap variabel terikat. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis alternatif pertama (H1)
yang
menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sudiyanto (2010) yang meneliti menyertakan variabel DPK dan menggunakan data time series pada sampel bank yang listing di BEI dan menyimpulkan Dana
Pihak Ketiga memiliki pengaruh 94
signifikan terhadap profitabilitas bank. Sementara Nasution (2011) yang melakukan penelitian terhadap bank persero di Indonesia juga menghasilkan temuan bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak simpanan nasabah yang dihimpun bank persero maka akan meningkatkan kegiatan usaha bank untuk memperoleh profitabilitasnya. Sehingga bank diharapkan mampu mendorong nasabah untuk meningkatkan simpanannya agar dapat memaksimalkan profitabilitasnya dengan menjaga spread antara bunga simpanan dan bunga kredit serta menjaga agar dana tidak idle. Dengan semakin banyak dana yang dapat dihimpun melalui dana pihak ketiga maka bank dapat menambah kredit atau kegiatan usaha lainnya yang dapat mendatangkan profitabilitas yang lebih besar bagi bank. Oleh karena itu bank dituntut kreatif untuk mengembangkan produk – produk yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan nasabah guna menambah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank.
2) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) Berdasarkan tabel Coefficients variabel CAR memiliki hubungan negatif terhadap variabel terikat. Nilai tHitung variabel 95
CAR yang dihasilkan pada tabel Coefficients sebesar -1,232 sedangkan nilai tTabel yang telah diketahui sebelumnya sebesar 1,68107. Karena nilai tHitung < tTabel maka hipotesis H0 diterima dengan kata lain variabel CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Hal ini diperkuat dengan melihat nilai Sig. pada tabel Coefficients dimana variabel CAR tidak signifikan pada α= 5% sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel CAR terhadap variabel terikat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis alternatif kedua (H2) yang menyatakan
bahwa
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Christi (2012) yang meneliti tentang analisis faktor yang mempengaruhi ROA pada bank yang listing di BEI dan menyimpulkan bahwa variabel CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. Sementara Maula (2012) yang melakukan penelitian terhadap bank devisa di Indonesia juga menghasilkan temuan bahwa Capital Adequacy Ratio memililiki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas bank.
96
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mawardi (2004), Maula (2012) dan Christi (2012). Hal ini diduga bahwa bank sebagai intermediary institution yang kegiatan usaha utamanya menghimpun dana dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito serta menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Sehingga besar kecilnya keuntungan yang diperoleh berdasarkan besar – kecilnya dana yang berhasil dihimpun dan disalurkan kembali untuk mendapatkan spread, bukan seperti kegiatan usaha non bank yang sangat mengandalkan capital yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Selain itu kebijakan pemerintah yang mengatur kewajiban penyediaan modal minimum juga berpotensi mengurangi profitabilitas bank dikarenakan dana yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan usaha seperti meningkatkan kredit atau transaksi valuta asing harus dibatasi guna memenuhi kewajiban CAR sebesar 8%.
3) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) Berdasarkan tabel Coefficients variabel LDR memiliki hubungan positif terhadap variabel terikat. Nilai tHitung variabel LDR yang dihasilkan pada tabel Coefficients sebesar 5,692 97
sedangkan nilai tTabel yang telah diketahui sebelumnya sebesar 1,68107. Karena nilai tHitung > tTabel maka hipotesis H0 ditolak dengan kata lain variabel LDR secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Hal ini diperkuat dengan melihat nilai Sig. pada tabel Coefficients dimana variabel LDR signifikan pada α= 5% sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel LDR terhadap variabel terikat. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis alternatif ketiga (H3) yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) yang meneliti tentang variabel yang mempengaruhi ROA pada 20 bank devisa di Indonesia yang menyimpulkan bahwa kredit diproksikan dengan LDR memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank, sementara Buyung (2009) yang melakukan penelitian terhadap 81 bank juga menghasilkan temuan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kredit yang disalurkan oleh bank persero maka profitabilitas yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan 98
kegiatan utama bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) dimana jumlah kredit yang disalurkan merupakan sumber pendapatan utama bank. Sehingga bank diharapkan meningkatkan kredit yang disalurkan dengan mempertimbangankan aspek analisis kredit guna meminimalisir resiko gagal bayar (default) yang dapat mengurangi profitabilitas bank. Sebagai lembaga keuangan, penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bagi bank. Sehingga dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun melalui tabungan, giro, dan deposito dapat tersalurkan kembali ke debitur yang memberikan balas jasa berupa bunga (Spread) yang merupakan keuntungan bagi bank. Oleh karena itu sebaiknya menyalurkan kredit secara variatif agar dapat menjangkau semua segmen dalam memenuhi permintaan kredit yang tinggi.
4) Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return On Assets (ROA) Berdasarkan tabel Coefficients variabel BOPO memiliki hubungan positif terhadap variabel terikat. Nilai tHitung variabel BOPO yang dihasilkan pada tabel Coefficients sebesar 4,070 sedangkan nilai tTabel yang telah diketahui sebelumnya sebesar 1,68107. Karena nilai tHitung > tTabel maka hipotesis H0 ditolak 99
dengan kata lain variabel BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Hal ini diperkuat dengan melihat nilai Sig. pada tabel Coefficients dimana variabel BOPO signifikan pada α= 5% sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel BOPO terhadap variabel terikat. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis alternatif keempat (H4) yang menyatakan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh, Buyung (2009), dan Sudiyanto (2010). \ Hasil
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Mahardian (2008) yang meneliti tentang variabel yang mempengaruhi Profitabilitas pada 20 bank devisa di Indonesia yang menggunakan data laporan keuangan triwulan yang menyimpulkan bahwa efisiensi operasi diproksikan dengan rasio BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank, penelitian serupa yang dilakukan oleh Buyung (2009) yang melakukan penelitian terhadap 81 bank juga menghasilkan temuan bahwa semakin
100
berkurangnya
beban
operasionalberpengaruh
signifikan
terhadap peningkatan ROA bank. Hasil
penelitian
ini
konsisten
dengan
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) yang meneliti tentang variabel yang mempengaruhi ROA pada 20 bank devisa di Indonesia yang menyimpulkan bahwa kredit diproksikan dengan LDR memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank, sementara Buyung (2009) yang melakukan penelitian terhadap 81 bank juga menghasilkan temuan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin meninngkatnya efisiensi yang diindikasikan dengan menurunnya BOPO akan mempengaruhi profitabilitas bank. Bank sebagai suatu badan usaha tentunya membutuhkan sumberdaya seperti karyawan, gedung, ataupun kendaraan untuk menunjang kegiatan operasionalnya dalam mendulang profit. Semakin tinggi efisiensi yang yang dilakukan oleh bank dalam kegiatan operasionalnya maka akan mengurangi cost yang tentu saja dapat menambah selisih keuantungan yang dihasilkan dalam kegiatan
operasional.
Sehigga
untuk
meningkatkan
profitabilitasnya, bank harus berusaha meminimalisir cost yang dikeluarkan
seperti
memperbaiki
sistem
manajemen, 101
penggunaan teknologi, ataupun reformasi birokrasi yang dapat menghemat waktu dan biaya operasional bank.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
1
R
R Square
.924a
.854
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .844
.41101
a. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_CAR, LN_LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: roa
sumber: output SPSS 21
Pada tabel diatas Model Summary diatas diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,854 sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh variabel Return On Assets (ROA) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini sebesar 84,4% dan sisanya sebesar 15,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti sehingga tidak dimasukkan kedalam model regresi seperti faktor ekonomi secara makro atau faktor politik negara. Jika semakin banyak regressor (variabel bebas) yang sering dinotasikan dengan X yang signifikan, maka goodness of fit (R2) cenderung tinggi karena semakin banyak variabel bebas yang dapat menjelaskan variabel terikat (Nachrowi, 2008:122). 102
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan 1. Hasil penelitian memunjukan bahwa variabel DPK (Dana Pihak Ketiga) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA (Return On Assets) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Variabel CAR (Capital Adequacy ratio) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA (Return On Assets) dengan nilai signifikansi sebesar 0,223. Variabel LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROA (Return On Assets) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dan variabel BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA (Return On Assets) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. 2. Dari semua variabel bebas yang diteliti, variabel yang paling dominan mempengaruhi ROA adalah variabel DPK (Dana Pihak Ketiga).
B. Implikasi 1. Bagi Akademisi Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel bebas, diharapkan bagi akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya menambah 103
variabel - variabel lain seperti: rasio – rasio lainnya (PDN, GWM, CKPN) , faktor ekonomi secara makro (Inflasi, nilai kurs, PDB) , serta faktor resiko. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, diharapkan bagi akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya menggunakan metode lainnya seperti analisis jalur (path analysis), atau SEM (Structural Equation Model), atau menambah jangka waktu penelitian agar didapat hasil yang lebih akurat.
2. Bagi Industri Perbankan di Indonesia Dengan
adanya temuan dari hasil penelitian ini yang
menyimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Loan to Deposit ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA (Return On Assets). sementara Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA (Return On Assets). Diharapkan bagi industri perbankan yang ada di Indonesia khususnya bagi bank persero untuk meningkatkan simpanan nasabah, serta penyaluran kredit. Selain itu bank juga harus meningkatkan efisiensi operasi dengan cara mengurangi beban operasional untuk meningkatkan profitabilitas bank. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas bank persero, oleh karena itu bagi industri perbankan di Indonesia diharapkan mendorong nasabah untuk 104
meningkatkan simpanannya di bank sebagai prioritas utama seperti meningkatkan pelayanan produk simpanan, atau memberikan hadiah khusus kepada nasabah yang mau menyimpan dananya di bank dalam jumlah besar agar bank dapat memperoleh keuntungan maksimal.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mashud, “Asset Liability Management: Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional”, PT. Gramedia, Jakarta, 2004. Arthesa, Ade dan Handiman Edia, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan bank”, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006. Darmawan, Komang, ”Analisis Rasio-Rasio Bank”, Majalah Info Bank Hal. 1821, Juli, 2004 Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan”, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Ghozali, Imam, ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2012. Hamid, Abdul, ”Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jakarta, 2010. Hasibuan, Malayu S.P., “Dasar – Dasar Perbankan”, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2009 Humas Bank Indonesia, ”Krisis Global dan penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia”, Bank Indonesia, Jakarta, 2010. Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Rajawali Press, Jakarta, 2004 Latifah, Nurul Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset (Roa) (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 20092010), Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Semarang. xx
Martono, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, EKONOSIA Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2010. Mahardian, Pandu, “Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, Npl, NIM dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di BEJ Periode Juni 2002 – juni 2007)”, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani, “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan”, Buletin Studi Ekonomi vol. 12, hal 102 – 110, 2007. Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman, ”Penggunaan Teknik Ekonometri”, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2008. Nasution, Masnindar, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Dan Nisbah Bagi Hasil Terhadap Laba Pada Bank Syariah Di Indonesia (Periode 2003-2012)”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Ngadlan dan R. M. Riadi, “Pengaruh Camel Terhadap Size Pada Bank Yang Listing Pada Bursa Efek Indonesia”, Pekbis Jurnal, Vol.2, No.3 hal 382 390, 2010. Permana,Anjar, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kredit Yang Diberikan Terhadap Rentabilitas (Studi Kasus Pada PD BPR Artha Sukapura Tasikmalaya), Bandung, 2012. Rizky, Awalil dan Nasyith Majidi, “Bank Bersubsidi Yang Membebani – Indonesia Undercover Economy”, E Publishing, Jakarta, 2008” Riyadi, Selamet,”Banking Assets and liability Management”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Respati, Harianto, “Tinjauan Tentang Variabel – Variabel CAMEL Terhadap Laba Usaha Pada Bank Umum Swasta Nasional”, Jurnal Keuangan dan Perbankan vol. 12, hal 283 - 295, 2008. xxi
Sabir, Muhammad , Muhammad Ali, Abdul Hamid Habbe “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia” Jurnal Analisis, Vol.1 No.1 : 79 – 86 Juni, Makassar, 2012. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2005. Soehandjono, “Bank Indonesia Dalam Kasus BLBI”, Bank Indonesia, Jakarta, 2002. Sudiyanto, Bambang, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (periode 2005-2008)” Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2010, Hal: 125 - 137 Vol. 2, No.2, Semarang, 2010. Suliyanto ”Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS”, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2011. Sunyoto, Danang, “Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi”, Penerbit CAPS, Yogyakarta, 2011.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan
xxii
Lampiran 1 Data Bank Mandiri Periode 2009 – 2012 Tahun Triwulan ROA DPK CAR (%) (juta rupiah) (%) 2009 I 2,46 255,987,520 15,30 II 2,67 270,042,447 14,02 III 2,87 283,986,295 14,14 IV 3,13 298,874,940 15,43 2010 I 2,93 299,721,264 15,96 II 2,93 302,104,798 14,50 III 3,06 295,874,643 13,25 IV 3,50 332,727,856 13,36 2011 I 4,55 324,159,736 18,54 II 3,66 328,403,229 16,65 III 3,52 338,073,736 16,13 IV 3,37 380,236,178 15,34 2012 I 3,25 360,731,270 17,54 II 3,35 375,043,453 16,15 III 3,47 248,593,113 16,08 IV 3,55 435,458,912 15,48 sumber: www.bankmandiri.co.id/corporate01/quarter.asp?row=12
xxiii
LDR (%) 61,79 60,23 60,43 59,15 61,89 64,22 69,62 65,44 67,93 73,43 76,25 71,65 78,97 81,42 82,23 77,66
BOPO (%) 78,76 75,92 74,01 70,72 69,59 70,67 70,16 66,43 58,31 64,79 65,33 67,22 65,82 64,60 63,56 63,93
Lampiran 2 Data Bank Rakyat Indonesia Periode 2009 – 2012 Tahun Triwulan ROA DPK CAR LDR (%) (juta rupiah) (%) (%) 2009 I 3,92 203,107,654 14,91 81,35 II 3,61 216,345,847 14,60 85,33 III 3,47 220,081,286 13,50 87,35 IV 3,73 254,117,950 13,20 80,88 2010 I 3,71 241,496,896 15,44 86,53 II 3,51 256,054,046 14,11 88,26 III 3,65 257,016,954 13,36 88,98 IV 4,64 328,555,801 13,76 75,17 2011 I 4,41 290,574,966 15,62 85,75 II 4,44 294,625,917 14,79 90,22 III 4,67 309,713,768 14,84 89,06 IV 4,93 372,148,122 14,96 76,20 2012 I 5,11 336,959,762 17,36 84,03 II 4,87 371,142,453 16,00 82,13 III 4,87 373,137,247 15,95 85,23 IV 5,15 436,098,085 16,95 79,85 sumber: www.ir-bri.co.id/phx.corporate-ir/phoenix.zhtml?c=irol-reportsOther
xxiv
BOPO (%) 74,00 78,64 78,85 77,66 70,78 73,70 73,63 70,86 69,12 69,44 67,93 66,69 61,31 61,81 61,76 59,93
Lampiran 3 Data Bank Negara Indonesia 46 Periode 2009 – 2012 Tahun Triwulan ROA DPK CAR LDR BOPO (%) (juta rupiah) (%) (%) (%) 2009 I 1,91 162,148,713 15,00 68,76 84,96 II 1,62 164,209,617 14,30 70,97 86,74 III 1,57 160,029,979 15,51 74,60 86,58 IV 1,72 184,590,063 13,78 64,06 84,86 2010 I 2,51 170,906,002 13,09 67,23 77,08 II 2,34 180,195,290 13,32 68,21 78,03 III 2,61 179,028,060 12,02 68,64 75,80 IV 2,49 189,378,393 18,63 70,15 75,99 2011 I 2,82 183,828,683 18,36 73,27 70,50 II 3,05 194,957,400 17,34 76,08 70,17 III 2,96 198,639,082 16,65 78,29 72,89 IV 2,94 224,755,289 17,63 70,37 72,58 2012 I 2,76 214,226,468 18,11 74,36 72,56 II 2,81 235,725,798 16,76 73,61 72,13 III 2,81 231,516,023 17,05 76,82 71,98 IV 2,92 248,992,835 16,67 77,52 70,99 sumber: www.bni.co.id/id-id/hubinvestor/kinerjakeuangan/laporantriwulanan.aspx
xxv
Lampiran 4 Data Bank Tabungan Negara Periode 2009 – 2012 Tahun Triwulan ROA DPK CAR LDR BOPO (%) (juta rupiah) (%) (%) (%) 2009 I 1,35 32,243,384 16,68 101,96 88,79 II 1,26 33,362,952 15,59 104,66 89,59 III 1,33 32,618,383 15,00 113,08 89,22 IV 1,47 38,949,509 21,49 101,29 88,29 2010 I 2,32 36,410,509 20,43 114,11 82,38 II 2,02 38,450,542 18,99 116,29 83,97 III 2,10 41,410,174 17,22 114,63 83,03 IV 2,05 45,332,091 16,74 108,42 82,39 2011 I 1,93 46,117,477 17,13 110,33 82,91 II 1,82 48,257,072 15,85 110,79 83,90 III 1,77 50,324,171 15,46 112,27 84,14 IV 2,03 58,649,604 15,03 102,56 81,75 2012 I 1,99 60,701,428 16,89 102,77 81,18 II 1,98 62,402,752 15,59 108,30 80,54 III 2,01 65,554,778 15,22 110,44 80,26 IV 1,94 75,782,530 17,69 100,90 80,74 sumber:www.btn.co.id/Hubungan-Investor/Laporan-Keuangan/LaporanTriwulanan.aspx
xxvi
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N
64 Mean
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .96773340
Absolute
.068
Positive
.068
Negative
-.062
Kolmogorov-Smirnov Z
.543
Asymp. Sig. (2-tailed)
.930
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
xxvii
Lampiran 6 Hasil Uji Park Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error
-87.737
47.675
LN_DPK
1.964
1.242
LN_CAR
2.620
LN_LDR LN_BOPO
Beta -1.840
.071
.652
1.581
.119
3.402
.122
.770
.444
4.529
2.947
.358
1.537
.130
10.419
6.563
.474
1.588
.118
a. Dependent Variable: LN_U2
xxviii
Lampiran 7 Hasil Uji Regresi Berganda REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT roa /METHOD=ENTER LN_DPK LN_CAR LN_LDR LN_BOPO /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID).
Regression Variables Entered/Removeda Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
LN_BOPO,
Method
. Enter
LN_CAR, LN_LDR, LN_DPKb a. Dependent Variable: roa b. All requested variables entered.
Model Summaryb Model
R
R Square
.924a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.854
.844
Durbin-Watson
.41101
.749
a. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_CAR, LN_LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: roa
ANOVAa Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
58.336
4
14.584
9.967
59
.169
68.302
63
a. Dependent Variable: roa b. Predictors: (Constant), LN_BOPO, LN_CAR, LN_LDR, LN_DPK
xxix
F 86.333
Sig. .000b
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B 1
(Constant)
Std. Error 6.814
8.061
LN_DPK
.987
.210
LN_CAR
-.709
LN_LDR LN_BOPO
Beta .845
.401
.761
4.699
.000
.575
-.077
-1.232
.223
2.836
.498
.521
5.692
.000
-4.517
1.110
-.478
-4.070
.000
Coefficientsa Model
Correlations Zero-order
1
Partial
Part
(Constant) LN_DPK
.774
.522
.234
LN_CAR
-.125
-.158
-.061
LN_LDR
-.304
.595
.283
LN_BOPO
-.866
-.468
-.202
a. Dependent Variable: roa
Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
Predicted Value
1.0955
4.7364
2.9714
.96227
64
Std. Predicted Value
-1.949
1.834
.000
1.000
64
.060
.190
.112
.026
64
1.0217
4.6971
2.9673
.96267
64
-.98810
.96320
.00000
.39774
64
Std. Residual
-2.404
2.344
.000
.968
64
Stud. Residual
-2.472
2.398
.005
1.003
64
-1.04488
1.00872
.00413
.42756
64
-2.589
2.503
.005
1.021
64
Mahal. Distance
.373
12.535
3.938
2.341
64
Cook's Distance
.000
.105
.015
.021
64
Centered Leverage Value
.006
.199
.063
.037
64
Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: roa
xxx
Charts
xxxi
xxxii
xxxiii