PENGARUH TINGKAT KECUKUPAN MODAL DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya)
Seni Purnamasari 083403113 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecukupan modal pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya, efisiensi operasional pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya, profitabilitas pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya, dan pengaruh tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif analisis dimana menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustkaan. Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien determinasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan bahwa : a.) Tingkat Kecukupan Modal cenderung mengalami penurunan, b.) Efisiensi Operasional cenderung mengalami penurunan, c.) Profitabilitas setiap semesternya cenderung mengalami penurunan, d.) Tingkat Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional berpengaruh terhadap Profitabilitas perusahaan.
Kata Kunci : Tingkat Kecukupan Modal, Efisiensi Operasional, dan Profitabilitas
PENDAHULUAN
1,2% dari tahun sebelumnya. Tren positif ini juga memberikan dampak terhadap berbagai sektor industri terutama perbankan yang memiliki peran strategis dalam perekonomian dan pembangunan. Tingkat inflasi yang menurun menjadi salah satu pendorong pertumbuhan pendapatan bank sehingga mendatangkan ketertarikan investor luar negeri untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan industri perbankan di Indonesia karena
Perekonomian Indonesia dewasa ini telah menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan walaupun pada tahun 2009 yang lalu sempat mengalami krisis. Dilihat dari perkembangannya, pada triwulan I tahun 2009 perkembangan ekonomi Indonesia mengalami penurunan dari 6,2% menjadi 4,5%. Namun di triwulan I tahun 2010, perkembangannya menjadi 5,7% (YoY) atau naik sebesar 1
sektor ini menguntungkan.
dianggap
sangat
sebagai alat pengukur kekayaan. Di samping itu, permodalan bagi bank jga merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha, yaitu untuk menampung kerugian. Hal tersebut sesuai dengan fungsi modal bagi bank menurut Taswan (2006: 72), yaitu: (1) untuk melindungi deposan dengan menangkal semua kerugian usaha perbankan sebagai akibat salah satu atau kombinasi risiko usaha perbankan, (2) untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan memberikan keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian, (3) untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap, (4) untuk memenuhi kebutuan regulasi permodalan yang sehat menurut otoritas moneter.
Namun disisi lain, bank-bank Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah melalui BI mengatur ketat regulasi untuk perbankan di Indonesia, antara lain pemenuhan modal minimum bank sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum, yang di nyatakan dalam rasio Modal di bagi Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Salah satu konkret dari usaha pemerintah dalam memulihkan perekonomian adalah dengan membuat kebijakan dalam bidang keuangan dengan cara meninjau kinerja atau kesehtan lembaga keuangan baik bank maupun non bank, yang meliputi penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitifitas terhadap resiko pasar. Sehingga apabila lembaga keuangan tersebut dipandang memiliki kinerja yang buruk atau tidak sehat maka pemerintah dapat mencari solusi terbaikbagi perekonomian termasuk dengan melakukan likuidasi pada lembaga keuangan yang bersangkutan. Bank Indonesia menetapkan ukuran kesehatan bank ini dengan konteks CAMEL (Capital, Asset, Management, earning, dan Likuidity).
Salah satu yang mempengaruhi profitabilitas adalah efisiensi dalam menekan biaya operasi dan nonoperasi. Indikator efisiensi operasinal yang lazim digunakan adalah BOPO (Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional). BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Lukman Dendawijaya, 2009:120). Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga keuntungan operasional. Keduan hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan dari penggunaan aktivanya. Dengan tingginya biaya yang dikeluarkan dalam mencapai keuntungan maka akan menyebabkan rendahnya efisiensi operasional bank dan berdampak pada menurunnya tingkat profitabilitas. Semakin efisien tingkat operasional maka semakin efisien pula
Aspek permodalan bagi perbankan sangatlah penting dalam menentukan operasi suatu bank secara sehat. Fungsi dari permodalan adalah sebagai ukuran kemampuan bank menyerap kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sebagai dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan dan 2
dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional akan berpengaruh juga terhadap profitabilitas bank dan dengan rendahnya biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan keuntungan yang dicapai perusahaan, maka akan mengakibatkan tingginya efisiensi operasional bank dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas yang semakin meningkat pula.
Peranan modal dalam pengelolaan bank menjadi faktor yang sangat penting sehingga perlu menetapkan suatu rasio kecukupan modal yang merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva yang memiliki risiko yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut surat edaran Bank Indonesian nomor 6/23/DPNP tanggal 3 Mei 2004 menyatakan bahwa penilaian rentabilitas perbankan antara lain meliputi komponen rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Lukman Dendawijaya, 2005: 119). Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional adalah perbandingan antara biaya operasi dengan pendapatan operasi. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sebagaimana diungkapkan James A. F. Stoner (Ahli Bahasa Oleh Agus Maulana, 1996: 283) bahwa Profitabilitas dirancang untuk menjabarkan laba perusahaan ke dalam persfektif sebagai ukuran efisiensi dari operasi perusahaan. Faktor- faktor yang mempengaruhi proftabilitas diantaranya yaitu modal, kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, perpencaran bunga bank, manajemen pengalokasian dalam aktiva likuid, efisiensi dalam menekan biaya operasi dan nonoperasi serta mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber data yang murah.
Profitabiliats merupakan ukuran kemampuan perusahaan atau badan dalam membentuk laba (baik berbentuk koperasi maupun nonkoperasi) dengan memperhatikan modal yang digunakan menurut Lukaman Dendawijaya (2005: 85). Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang berasal dari pinjaman dan invetasi. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank sehubung dengan judul ini ROA (Return On Asset), yaitu rasio antara laba dan total aset. Sehingga dapat kita simpulkan bank yang memiliki tingkat ROA yang cenderung baik dapat dikatakan permodalan dan tingkat likuiditasnya juga baik.
TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana perusahaan lainnya, bank juga memiliki modal yang dapat digunakan untuk berbagai hal. Menurut Malayu Hasibuan (2007: 61) secara umum mengatakan bahwa Modal sendiri bank atau equity fund adalah sejumlah uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber- sumber lainnya yang berasal dari dalam bank itu sendiri: terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri yang berlokasi di Jl. RTA. Prawira Adinigrat No. 190 Manonjaya Tasikmalaya.
3
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Sugiyono, 2009: 54).
penelitian yang penulis lakukan, tingkat kecukupan modal selama Juni 2006 hingga Desember 2011 mengalami fluktuasi (naik-turun), kenaikan tingkat kecukupan modal tertinggi pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya terjadi pada tahun 2009 semester 2 yaitu sebesar 20,69 % dengan perubahan 13,71 %, sedangkan tingkat kecukupan modal terendah adalah pada tahun 2010 semester 1 yaitu sebesar 34,40 % dengan perubahan -6,42 %. Kenaikan dan penurunan ini diakibatkan oleh pertambahan modal untuk pemberian kredit yang tinggi dan diseleksi sehingga resiko semakin berkurang dan adanya penurunan kredit dan aktiva.
Pendekatan studi kasus yaitu penelitian ilmiah yang membahas dan menganalisa masalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan yang diteliti (Mohammad Nazir, 2005: 57).
Salah satu yang mempengaruhi profitabilitas adalah efisiensi dalam menekan biaya operasi dan nonoperasi. Salah satu yang mempengaruhi profitabilitas adalah efisiensi dalam menekan biaya operasi dan nonoperasi. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, efisiensi operasional selama Juni 2006 hingga Desember 2011 mengalami fluktuasi (naik-turun), kenaikan efisiensi operasional tertinggi pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya terjadi pada tahun 2007 semester 2 yaitu sebesar 72,814 % dengan perubahan 8,55 %, sedangkan efisiensi operasional terendah adalah pada tahun 2007 semester 1 yaitu sebesar 63,59 % dengan perubahan -16,21 %, kenaikan dan penurunan ini diakibatkan oleh tingkat kualitas aktiva serta resiko yang melekat padanya, struktur posisi dan kualitas permodalan bank dan kualitas manajemen bank serta kualitas sistem serta prosedur operasionalnya.
Hipotesis Ho : tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas. Ha : terdapat hubungan antara tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas. Level of signifikan sebesar 5% atau 0,05 dengan ketentuan bahwa, bila diperoleh thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan dan pengaruh antara tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional (variabel bebas) dan profitabilitas (variabel terikat). Adapun dengan pengujian F yaitu bila diperoleh Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kecukupan Modal, Efisiensi Operasional dan Profitabilitas pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya
Profitabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya, untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas merupakan indikator keefektifan pengguna dana yang digunakan dalam perbankan. Berdasarkan hasil penelitian yang ini penulis lakukan, profitabilitas selama Juni 2006 hingga Desember 2011 mengalami fluktuasi
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian. Berdasarkan hasil 4
(naik-turun), kenaikan profitabilitas tertinggi pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya terjadi pada tahun 2008 semester 2 yaitu sebesar 11,29 % dengan perubahan 4,79 %, sedangkan profitabilitas terendah adalah pada tahun 2009 semester 1 yaitu sebesar 5,65 % dengan perubahan -5,64 %, hal ini disebabkan adanya suku bunga kredit dan suku bunga pendanaan dan kurangnya pengendalian dana dalam aktiva likuid dan kurangnya kemampuan perusahaan mengelola biaya operasional dan menghasilkan pendapatan operasional.
0,847 < 2,228) dengan tingkat signifikansi 0,419 > 0,05. Dikarenakan t hitung < ttabel dan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah terima Ho atau tolak Ha, artinya efisiensi operasional secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal Dan Efisiensi Operasional Secara Simultan Terhadap Profitabilitas Berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,534. Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka Ftabel sebesar 4,26 sehingga Fhitung < Ftabel (0,534 < 4,26) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,604 yang berarti lebih besar dari tingkat α = 0,05. Dikarenakan Fhitung < Ftabel dan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah terima Ho atau tolak Ha, artinya tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal terhadap Efisiensi Operasional Berdasarkan perhitungan nilai thitung sebesar 0,604, dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel sebesar 2,228, sehingga thitung < ttabel, maka terima Ho atau tolak Ha, dengan kata lain tingkat kecukupan modal tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi operasional. Pengaruh Tingkat Kecukupan Modal Secara Parsial Terhadap Profitabilitas Berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran diperoleh nilai t hitung sebesar 0,756. Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka t tabel sebesar 2,228 sehingga thitung < ttabel (0,756 < 2,228) dengan tingkat signifikansi 0,469 > 0,05. Dikarenakan t hitung < ttabel dan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah terima Ho atau tolak Ha, artinya tingkat kecukupan modal secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional secara parsial mempunyai hubungan dengan kategori rendah dan berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan secara simultan tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas mempunyai hubungan dengan kategori rendah dan berpengaruh tidak signifikan. Apabila tingkat kecukupan modal dan efisiensi operasional pada bank dilaksanakan dengan baik, maka akan menyebabkan profitabilitas semakin baik pula.
Pengaruh Efisiensi Operasional Secara Parsial Terhadap Profitabilitas Berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran diperoleh nilai t hitung sebesar -0,847 Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka t tabel sebesar 2,228 sehingga thitung < ttabel (5
Malayu Hasibuan. (2007). Dasar- Dasar Perbankan. Jakarta:Bumi Aksara
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Agus. (1996). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta; BPFE UGM.
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, 2005, Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, NO. 2 p.22 InfoBank (2005)
Nirwan Sitepu. 1994. Path Anallysis. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990
Eugene F. Brigham dan Michael C Ehrhardt. (2002). Financial Management Theory and Practice. Cengage Learning
Riduwan dan Engkos. 2008. Cara Menggunakan Dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Cetakan Kedua. Bandung : ALFABETA
Faud dan Rustam. 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara
Irmayanto. (2002). Bank Dan Lembaga Keuangan Nonbank. Jakarta: Universitas Terbuka
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat
Kasmir. (2002). Bank danLembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Simorangkir O.P. (2000). Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Jakarta: Aksara Persada.
Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan. Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada Slamet Munawir. (2004). Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat, Yogyakarta: Liberty.
Lukman Dendawijaya. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia 6
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia tersedia di www.bi.go.id
Sugiyono.(2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Teguh Pudjo Muljono. (2001). Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Jakarta: Djambatan
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 yang disempurnakan menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Pokokpokok Perbankan. Jakarta : Sinar Grafika.
Veithzal Rivai, Ferry N. Idroes dan Andria Permata Veithzal. (2007). Bank and financial institution management. Raja Grafindo Persada
Internet: Bank Indonesia. (2010). Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 9, No. 1, Desember 2010. Tersedia di www.bi.go.id
Laporan Keuangan PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 9, No. 2, Januari 2011, Direktorat Perizinan
7