Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATAN STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI – MUARA BULIAN – MANDALO DARAT PROVINSI JAMBI Jaja1), Putu Artama Wiguna2) dan Sumino3) 1)Program Magister Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail:
[email protected] 2)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail:
[email protected] 3)Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, e-mail:
[email protected] ABSTRAK Ruas Jalan Muara Tembesi – Muara Bulian – Mandalo Darat memiliki 15 jembatan yang selama masa pengoperasiannya sering mengalami kerusakan sehingga perlu adanya analisis penentuan prioritas kerusakan jembatan. Proses analisis menggunakan Risk Priority Number (RPN). RPN memiliki 3 unsur utama yaitu severity (tingkat keparahan yang dialami akibat adanya suatu mode kegagalan), occurrence (seberapa sering penyebab kegagalan dapat terjadi) serta detection (kemungkinan sebuah mode kegagalan dapat dideteksi), dimana dilakukan proses penilaian dan perhitungan terhadap 3 unsur tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam 5 tahap, yaitu identifikasi kegagalan potensial jembatan, analisis risk level, analisis RPN, kombinasi risk level – RPN dan perumusan strategi penanganan. Tahap identifikasi kegagalan potensial jembatan dilakukan dengan survei lapangan, mencari kemungkinan sumber risiko kerusakan yang berpotensi menyebabkan kegagalan struktur jembatan, hasil survei ini akan menjadi variabel input untuk tahap analisis RPN. Tahap analisis risk level dan analisis RPN diawali dengan proses penilaian terhadap semua variabel sumber risiko yang didapat melalui kuisioner kepada 6 expert yang merupakan qeyperson pemangku kepentingan ruas jalan dan jembatan tersebut. Dimana hasil penilaian ini akan dianalisis dengan metode risk level matrix dan risk priority number analysis. Kombinasi risk level – RPN dilakukan dengan menggabungkan sumber risiko terpilih pada tahap analisis risk level dan RPN. Penggabungan dengan menggunakan grafik risk level – RPN dimana tujuan akhirnya mencari beberapa sumber risiko yang harus menjadi prioritas penanganan, dan tahap terakhir perumusan strategi penanganan menggunakan Cumulatif Effect Diagram (CED). Dari hasil analisis didapatkan prioritas kerusakan jembatan yaitu lendutan yang berlebihan pada plat dan lantai, permukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaan, deformasi permanen dan keruntuhan akibat beban berlebih pada rangka baja, landasan/perletakan pecah atau retak, kerusakan pada penahan gerusan pada abutmen, gerusan air sungai pada pondasi dan retak akibat beban berlebih pada gelagar beton. Kata kunci: Analisis Penentuan Prioritas, Risk Priority Number (RPN), Ruas Jalan Muara Tembesi – Muara Bulian – Mandalo Darat
PENDAHULUAN Ruas Jalan Muara Tembesi - Muara Bulian - Mandalo Darat merupakan ruas jalan yang termasuk dalam jaringan jalan arteri primer. Menurut Pemerintah Provinsi Jambi (2007), ruas ini termasuk kedalam jalur Lintas Tengah Sumatera dimana didalamnya terdapat 15 ISBN : 978-602-97491-7-5 B-24-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
jembatan yang seharusnya mampu mendukung beban lalu - lintas yang lewat diatasnya sampai umur rencana yang telah ditentukan, namun selama masa pengoperasiannya jembatan ini sering mengalami kerusakan. Ada beberapa komponen utama pada jembatan yang sering mengalami kerusakan yang disebutkan Kementerian Pekerjaan Umum (2009), antara lain kerusakan pada rangka baja, gelagar, plat dan lantai, sambungan siar muai, pipa drainase, lapisan permukaan, trotoar, tiang sandaran, landasan perletakan, perlengkapan jalan, abutmen, pondasi, oprit, dinding penahan tanah, dan wingwall. Tercatat selama tahun 2012 terjadi beberapa kerusakan pada beberapa jembatan yaitu retak gelagar beton akibat beban berlebih pada Jembatan Badak Mati, hal ini mengakibatkan daya dukung jembatan terhadap beban lau - lintas berkurang. Sehingga dengan berdasar hal tersebut diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis sumber risiko apa saja yang berpotensi menyebabkan kehancuran struktur jembatan serta mencari strategi penanganan kerusakannya. METODE Metode penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang dibutuhkan agar penelitian dapat terstruktur dengan benar. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: Tahap Telaah Tahap telaah meliputi: 1. Studi literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Pengumpulan data (data primer dan data sekunder) Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara survei lapangan, yaitu : a. Data survei kerusakan jembatan (bangunan atas dan bawah). b. Data assessment sumber risiko kerusakan jembatan yang diperoleh melalui kuisioner terhadap expert. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait yang bisa mendukung penelitian ini seperti : a. Data kondisi jembatan tahun 2012 dari instansi Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Jambi. b. Data survei kerusakan jembatan tahun 2012 dari Pelaksana Kegiatan 05 Pelaksanaan Jalan Muara Tembesi – Muara Bulian – Mandalo Darat Provinsi Jambi. c. Data gambaran wilayah penelitian tahun 2012 dari BPS Provinsi jambi. Tahap Survei dan Analisis Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: 1. Identifikasi kegagalan potensial jembatan Pada tahap ini dilakukan survei lapangan guna proses identifikasi sumber risiko kerusakan jembatan yang pernah terjadi atau yang mungkin terjadi, penyebab dan akibat atau dampak yang akan terjadi pada komponen jembatan. 2. Analisis risk level dimana semua sumber risiko pada tahap identifikasi kegagalan potensial menjadi variabel input untuk proses analisis ini. Untuk menempatkan setiap sumber risiko pada matriks risk level, dilakukan dengan mengalikan dua rating skala Risk Priority Number (RPN) yaitu perkalian antara severity (1 - 5) dan occurrence (1 - 5). Proses penentuan rating skala 1 – 5 dilakukan oleh expert pada bidang jembatan. output dari tahap ini yaitu beberapa sumber risiko terpilih yang memasuki zona matriks risk level “tidak bisa diterima” yang akan diproses untuk dianalisis lebih lanjut. Berikut ini merupakan kriteria penilaian untuk matriks risk level: a. Bisa diterima =1–4 b. Bisa ditoleransi =5–8 ISBN : 978-602-97491-7-5 B-24-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
3.
4.
5.
c. Tidak diinginkan = 9 – 12 d. Tidak bisa diterima = 15 – 25 Analisis Risk Priority Number (RPN), pada dasarnya RPN merupakan tools penelitian yang secara sederhana mengalikan tiga rating skala yaitu severity x occurrence x detection dimana masing – masing ketiga rating skala tersebut mempunyai skala 1 – 5 yang ditentukan oleh tim expert dengan menggunakan metode brainstorming, diagram alir, atau diagram pareto (Sematech, 1992). Didalam tahap ini diolah output sumber risiko terpilih yang dihasilkan dari tahap analisis risk level. Yang membedakan dengan tahap sebelumnya yaitu pada tahap ini dimasukan unsur detection. Tujuan dari tahap ini adalah mencari sumber risiko yang memasuki kategori RPN “sangat tinggi”. Berikut ini merupakan kriteria penilaian untuk matriks risk level : a. Rendah = 1 – 20 b. Sedang = 21 – 40 c. Tinggi = 41 – 60 d. Sangat tinggi = 61 – 125 Kombinasi analisis risk level dan RPN merupakan penggabungan analisis risk level dan RPN dimana tujuannya yakni menyeleksi kembali sumber risiko kerusakan jembatan sehingga akan dihasilkan sumber risiko yang mempunyai nilai risk level “tidak bisa diterima” dan memiliki nilai RPN “sangat tinggi”. Tahap ini mencari sumber risiko yang memasuki kategori : a. Risk level = 15 – 25, dan b. RPN = 61 – 125 Perumusan strategi penanganan dengan menggunakan metode Cumulative Effect Diagram dimana setiap sumber risiko terpilih diuraikan menjadi 5 level yang menunjukan sebab akibat dan menunjukan peningkatan grade tingkat kerusakan suatu komponen jembatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penelitian yang telah dilaksanakan memberikan beberapa hasil sebagai berikut: Objek Penelitian Jembatan yang menjadi objek penelitian adalah Jembatan Lubuk Kuari, Jembatan Melintang, Jembatan Sentilan, Jembatan Anak Sentilan, Jembatan Badak Mati, Jembatan Lubuk Serasah, Jembatan Payo Perupuk, Jembatan Bemban, Jembatan Payo Lebar, Jembatan Peneradan, Jembatan Penghidupan, Jembatan Sungai Buluh, Jembatan Sungai Deras, Jembatan Bajubang, dan Jembatan Bulian. Dari semua jembatan ini dilakukan proses identifikasi kegagalan potensial jembatan, yakni mencari sumber risiko apa saja yang mempunyai potensi merusak jembatan, mencari penyebabnya dan dampak yang akan ditimbulkan pada komponen jembatan. Analisis Risk Level Semua sumber risiko dari semua objek penelitian dianalisis dan dilakukan penilaian rating skala severity dan occurrence sehingga akan didapat beberapa sumber risiko yang memiliki nilai severity dan occurrence yang tinggi yang ditunjukan dengan beberapa sumber risiko yang memasuki daerah matriks risk level “tidak bisa diterima”. Proses penilaian rating skala dilakukan melalui kuisioner terhadap expert. Dimana secara sederhana bisa dirumuskan: (1)
Risk level = severity x occurrence
ISBN : 978-602-97491-7-5 B-24-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Analisis Risk Priority Number (RPN) Dengan mengetahui sumber risiko terpilih pada tahap analisis risk level, maka bisa dilakukan analisis RPN, dimana mengikutsertakan unsur detection kedalam perhitungan, menurut Basterfield (2008) RPN bisa dirumuskan: (2)
RPN = severity x occurrence x detection Dimana: Severity (1 – 5), Occurrence (1 – 5), dan Detection (1 – 5)
RPN
Kombinasi Risk Level-RPN Konsep kombinasi risk level - RPN adalah menggabungkan sumber risiko terpilih yang ada pada risk level dan RPN untuk dilakukan seleksi kembali sumber risiko yang mempunyai risk level “tidak bisa diterima” dan RPN “sangat tinggi”. Tujuannya agar diperoleh sumber risiko yang menjadi prioritas penanganan kerusakan jembatan. Prosesnya menempatkan sumber risiko risk level dan RPN dalam satu grafik kombinasi (Gambar 1), dengan kriteria: a. Sumbu absis (x), risk level Batasan nilai sumber risiko yang “tidak bisa diterima” ≥ 15 b. Sumbu ordinat (y), RPN Batasan nilai sumber risiko yang “sangat tinggi” ≥ 61 Contoh proses assessment risk level dan RPN: Deformasi permanen dan keruntuhan akibat beban berlebih pada rangka baja. Melalui proses kuisioner terhadap expert didapatkan penilaian terhadap sumber risiko ini yaitu : Severity =5 Occurrence = 5 Detection = 4 Sehingga didapatkan Risk level = 25 dan RPN = 100, kemudian plot dalam grafik kombinasi seperti Gambar 1.
125 100 ST
Posisi sumber risiko pada daerah risk level tidak bisa diterima dan RPN sangat tinggi
60 T
40 S
20 R
3 4 5
0
8
12
15
25
RISK LEVEL
BD BT TD
TBT
Keterangan: R = Rendah S = Sedang T = Tinggi ST = Sangat Tinggi BD = Bisa Diterima BT = Bisa Ditoleransi TD = Tidak Diinginkan TBT = Tidak Bisa Diterima
Gambar 1 Grafik Kombinasi Risk Level – RPN
ISBN : 978-602-97491-7-5 B-24-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Dengan analisis yang sama seperti Gambar 1, maka didapatkan beberapa sumber risiko yang menjadi prioritas penanganan, yaitu: 1. Perkuatan pada daerah lendutan atau pembongkaran jika lendutan sudah tidak bisa ditoleransi. 2. Pelapisan ulang aspal pada daerah permukaan yang berlubang. 3. Perkuatan atau penggantian rangka baja untuk deformasi permanen pada rangka baja. 4. Penggantian landasan pada kasus landasan/perletakan pecah atau retak. 5. Pengendalian aliran sungai dengan krib untuk kerusakan pada penahan gerusan pada abutmen. 6. Pengendalian aliran sungai dengan membuat checkdam pada gerusan air sungai pada pondasi, dan 7. Retakan pada gelagar beton bisa dilakukan dengan penyuntikan retakan dengan menggunakan epoxy. Strategi Penanganan Kerusakan Jembatan Tahap ini merupakan perumusan strategi penanganan kerusakan jembatan, yaitu penanganan difokuskan pada tujuh sumber risiko yang menjadi prioritas utama. Permusan strategi menggunakan Cummulative Effect Diagram (CED), dimana setiap sumber risiko tersebut kita petakan kemunginan-kemungkinan apa yang akan terjadi apabila tidak dilakukan langkah mitigasi sedini mungkin. Dalam CED kita petakan setiap level kemungkinan dampak yang ditimbulkan oleh sumber risiko seperti ditunjukan Gambar 2. di bawah ini. LEVEL 2
LEVEL 1
DEFORMASI PERMANEN DAN KERUNTUHAN AKIBAT BEBAN BERLEBIH PADA RANGKA BAJA
LEVEL 4
LEVEL 3
Pengurangan daya dukung rangka baja terhadap beban
Sebagian batang rangka baja ikut terdeformasi
Ikatan antar joint pada rangka baja yang terdeformasi menjadi longgar
Ikatan antar joint lepas (baut) atau retak (las)
Berpengaruh terhadap stabilitas gaya dalam batang
Gaya yang diterima akibat beban pada rangka baja tidak saling meniadakan (berbahaya pada batang tekan)
LEVEL 5
Kehancuran rangka baja
Tingkat keparahan deformasi rangka baja dalam skala besar dan bisa dilihat jelas secara visual
Deformasi maksimum lebih besar dibanding deformasi ijin pada rangka baja
Jembatan tidak bisa dilalui kendaraan
Gambar 2 Contoh CED untuk Deformasi Permanen dan Keruntuhan Akibat Beban Berlebih Pada Rangka Baja
Dengan memetakan setiap sumber risiko dengan CED seperti Gambar 2, maka didapatkan beberapa strategi penanganan sumber risiko yang menjadi prioritas utama, yaitu: 1. Perkuatan pada daerah lendutan atau pembongkaran jika lendutan sudah tidak bisa ditoleransi. 2. Pelapisan ulang aspal pada daerah permukaan yang berlubang. 3. Perkuatan atau penggantian rangka baja untuk deformasi permanen pada rangka baja. 4. Penggantian landasan pada kasus landasan/perletakan pecah atau retak. 5. Pengendalian aliran sungai dengan krib untuk kerusakan pada penahan gerusan pada abutmen. 6. Pengendalian aliran sungai dengan membuat checkdam pada gerusan air sungai pada pondasi, dan ISBN : 978-602-97491-7-5 B-24-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
7. Retakan pada gelagar beton bisa dilakukan dengan penyuntikan retakan dengan menggunakan epoxy. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap 15 jembatan, maka didapatkan beberapa source of risk yang berpotensi membahayakan struktur jembatan secara keseluruhan, yaitu lendutan yang berlebihan pada plat dan lantai, permukaan yang kasar/berlubang dan retak pada lapis permukaan, deformasi permanen dan keruntuhan akibat beban berlebih pada rangka baja, landasan/perletakan pecah atau retak, kerusakan pada penahan gerusan pada abutmen, gerusan air sungai pada pondasi, retak akibat beban berlebih pada gelagar beton. Sedangkan strategi penanganan yang dilakukan terhadap masing-masing source of risk apabila terjadi atau langkah mitigasi yang harus dilakukan yakni: Perkuatan pada daerah lendutan atau pembongkaran jika lendutan sudah tidak bisa ditoleransi, pelapisan ulang aspal pada daerah permukaan yang berlubang, perkuatan atau penggantian rangka baja untuk deformasi permanen pada rangka baja, penggantian landasan pada kasus landasan/perletakan pecah atau retak, pengendalian aliran sungai dengan krib untuk kerusakan pada penahan gerusan pada abutmen, pengendalian aliran sungai dengan membuat checkdam pada gerusan air sungai pada pondasi, dan retakan pada gelagar beton bisa dilakukan dengan penyuntikan retakan dengan menggunakan epoxy. Ada beberapa jembatan yang harus segera mendapatkan penanganan yaitu Jembatan Badak Mati yang mengalami sobek pada perletakan serta gelagar yang retak, Jembatan Bajubang yang mengalami retakan pada gelagar beton, dan Jembatan Sentilan yang mengalami permukaan yang berlubang. Berdasarkan hasil penelitian masih perlu adanya suatu kajian lanjutan bagaimana cara untuk mendeteksi sejak dini ketujuh source of risk kerusakan pada jembatan yang paling efektif. Apabila mampu untuk dideteksi, maka angka detection pada RPN menjadi kecil sehingga risiko kerusakan jembatan bisa menjadi kecil pula. Dengan adanya hasil analisis penentuan prioritas kerusakan jembatan di sepanjang jalan Muara Tembesi-Muara BulianMandalo Darat Provinsi Jambi ini bisa dicapai efisiensi anggaran untuk perawatan jembatan. DAFTAR PUSTAKA Besterfield, D.H, (2008), “Total Quality Management 3rd edition”, Pearson Education. BPS Provinsi Jambi, (2012), “Jambi Dalam Angka 2012”, Jambi. Direktorat Jenderal Bina Marga, (2009), “Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja”, Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, (2009), “Rehabilitasi Jembatan”, Jakarta. International Sematech, (1992), “Failure Mode and Effect Analysis (FMEA): A Guide for Continous Improvement for the Semiconductor Equipment Industry”, International Sematech. Pemerintah Provinsi Jambi, (2007), “Masterplan Jambi Agro Industri Park”, Jambi. Rossow, N. dkk., (1997), “The Purpose of Sustainability Indicators in Strategic Environmental Assessment : Some Current Applications” Proceedings of the IAIAsc’97 Conference in KwaMaritane Pilaneberg National Park, International Association for Impact Assessment-South African Afiliate, hal 242-254.
ISBN : 978-602-97491-7-5 B-24-6