Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 Email:
[email protected]
ABSTRAK Dalam pembangunan pertanian beras merupakan komoditas yang memegang peranan penting dan strategis karena 90 % penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Semakin hari jumlah luasan lahan pertanian sawah semakin berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sehingga memanafaatkan lahan-lahan yang selama ini dianggap marjinal seperti lahan rawa lebak menjadi salah satu solusi untuk menambah jumlah luasan lahan panen. Penelitian ini dilakukan di sentra padi dengan lahan rawa lebak yaitu desa Girimulya Kabupaten Muko-muko, data diambil dengan cara survey dan wancara menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Maret-April tahun 2014 penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan petani sebesar Rp. 7.262.016 dengan Nilai R/C ratio 2,4 dan B/C ratio 1,4 dapat disimpulkan usahatani pada lahan rawa lebak dapat menguntungkan, efisien dan layak. Kata kunci : pendapatan, usahatani, lahan, rawa lebak
ABSTRACT In the development of rice farming is a commodity that plays an important and strategic because 90% of Indonesia's population makes rice as a staple food. The more the number of paddy farming land area decreases with increasing number of people that take advantage of lands that had been considered marginal as lowland swamp land to be one solution to increase the amount of crop land area. This study was conducted in centers of rice with lowland swamp land, the village Girimulya Muko-muko, the data collected by surveys and interviewing using questionnaires conducted in March-April 2014 sampling is done by simple random sampling. The results showed farmers' income of 7,262,016 IDR with a value of R/C ratio of 2.4 and B/C ratio of 1.4 can be concluded farming in lowland swamp land can be profitable, efficient and feasible. Key words: income, farm, land, lowland swamps
711
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas pangan yang dibudidayakan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan pokok terbesar di tengah masyarakat padi padi juga memiliki kemampuan toleransi pada berbagai kondisi iklim dan tanah membuat padi banyak dibudidayakan oleh petani. Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi penghasil padi, pada tahun 2013 produksi padi mencapai 622.832 ton gabah kering giling (GKG) mengalami kenaikan sebesar 40.922 ton atau 7,03 persen dari tahun 2012. Peningkatan ini karena adanya peningkatan luas panen sebesar 3,23 ribu hektar atau naik sebesar 2,24 persen (BPS, 2014) salah satu jenis lahan yang terus dikembangkan untuk tanaman pangan adalah lahan rawa lebak. Luas lahan rawa lebak di Indonesia diperkirakan 13,3 juta ha yang terdiri dari 4,2 juta ha lahan rawa lebak dangkal 6,07 juta hektar lahan rawa lebak tengah dan 3,0 juta hektar rawa lebak dalam lahan tersebut tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua (Widjaya Adhi dalam Waluyo et al., 2014) di Provinsi Bengkulu luas lahan rawa mencapai 11.609 ha
yang tersebar di
Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Seluma dan Muko-muko (BPS Provinsi Bengkulu, 2010). Lahan lebak yang selama ini dikenal sebagai lahan marjinal, kondisi lahan rawa lebak yang bersifat asam miskin unsur hara dan mengandung besi yang tinggi membuat budidaya usahatani padi beresiko keracunan besi yang dapat membuat produktivitas tanaman menjadi rendah. Namun bila usahatani dikelola dengan tepat sesuai dengan karakter lahan maka lahan rawa lebak mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif (Wibawa, 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan, efisiensi dan kelayakan usahatani padi padi pada lahan rawa lebak di Kabupaten Muko-muko. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April tahun 2014. Penelitian dilakukan pada sentra padi dengan lahan rawa lebak di Desa Giri Mulya Kecamatan Air Majunto Kabupaten Muko-muko.
712
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling). Metode acak sederhana digunakan karena pada umumnya petani menggunakan teknologi, pola budidaya, panen dan pasca panen yang cenderung homogen. Data primer diperoleh dari petani dengan cara wawancara terhadap petani untuk memperoleh informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data yang dikumpulkan meliputi semua biaya sarana produksi atau harga input yang digunakan berupa harga pupuk, harga pestisida, dan biaya tenaga kerja. Sedangkan data output usahatani meliputi jumlah produksi dan harga. Metode Analisis Untuk menghitung pendapatan petani kopi dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Soekartawi, 2006) π = TR – TC Dimana : π = Pendapatan / keuntungan bersih (Rp) TR = Total Revenue / keuntungan kotor / penerimaan (Rp) TC = Total Cost / biaya usahatani (Rp) TR = Harga x Output Untuk menganalisis efisiensi produksi usahatani padi sawah di lahan rawa lebak digunakan analisis R/C ratio, dirumuskan sebagai berikut : R/C = Atau R/C =
Keterangan : TR
= Penerimaan (Rp)
Y
= Produksi (Kg)
Py
= Harga Output (Rp/Kg)
TC
= Total biaya (Rp)
Y
= Produksi (Kg)
VC
= Biaya Variabel (Rp)
TC
= Total baiay (Rp)
Jika R/C ratio > 1, maka usahatani padi sawah dilahan rawa lebak efisien dan menguntungkan dan sebaliknya jika R/C ratio < 1, maka usahatani padi sawah di lahan rawa lebak tidak efisien dan tidak menguntungkan.
713
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Untuk menganalisis kelayakan usahatani pada lahan rawa lebak digunakan B/C ratio dengan persamaan sebagai berikut : B/C = Dengan ketentuan jika B/C ≥ 1, maka usahatani padi lahan rawa lebak layak diusahakan dan sebaliknya jika B/C < 1 maka usahatani padi lahan rawa lebak tidak layak untuk diusahakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, pendidikan, penguasan lahan/ luas lahan serta pengalaman berusahatani padi. Umur responden petani pada penelitian ini adalah rata–rata 42,71 tahun. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata petani masih pada usia muda yang masih produktif. Umur petani akan sangat mempengaruhi produktivitas kegiatan usahatani dari Nuryati dan Sahara (2008) dijelaskan bahwa curahan tenaga kerja akan lebih optimal jika dilakukan oleh tenaga kerja pada usia produktif. petani akan mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, meskipun tingkat berpengalaman masih rendah dalam inovasi yang baru dikenal, tapi usia yang lebih muda akan relatif lebih cepat dalam menyerap dan mengaplikasikan inovasi terbaru. Begitu pula pendidikan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi dan sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi,1988). Rata-rata pendidikan petani padi lahan rawa lembak adalah Sekolah Dasar artinya tingkat pendidikan petani masih sangat rendah kurang dari standar wajib belajar yaitu 9 tahun atau SMP. Luas lahan yang digarap oleh petani adalah rata-rata 0,56 hektar. Salah satu yang harus diperbaiki dalam pembangunan pertanian Indonesia adalah penguasaan lahan yang sempit menyebabkan pendapatan petani tidak mencukupi kebutuhan hidupnya jika hanya dari satu usahatani saja (Firdaus et al., 2008). Hasil penelitian Tulenan (2014) dijelaskan pula bahwa pertambahan jumlah penduduk menunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan penguasaan luas lahan dimana diprediksi peningkatan jumlah penduduk akan membuat semakin sempitnya penguasaan luas lahan pertanian.
714
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Pengalaman akan mempengaruhi keahlian atau pemahaman petani terhadap komoditas yang ditanam. Pengalaman berusahatani responden adalah 15,05 tahun diharapkan dengan lamanya pengalaman petani ini membuat petani lebih pandai dalam menerapkan teknologi usahatani padi. Analisis Pendapatan Pendapatan merupakan nilai keuntungan usahatani petani yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan biaya usahatani (Debertin dalam Nuryati dan Sahara, 2008). Tabel 1. Analisis usahatani padi di lahan rawa lebak Desa Giri Mulya Kabupaten Muko-muko No 1
2 3 4 5 6 7 8
Uraian Biaya tenaga kerja - Penyiapan lahan - Penyemaian - Penanaman - Penyiangan - Penyemprotan - Pemupukan - Pemanenan - Pasca panen Total biaya tenaga kerja Benih Biaya pestisida Pembelian pupuk Total biaya Penerimaan ( produksi x harga) Pendapatan ( b–a )
Jumlah (Rp.) 432.000 138.833 652.666 110.000 318.666 147.000 1.019.333 385.099 3.203.597 222.667 376.332 1.165.788 4.968.384 12.230.400 7.262.016
Sumber: Data primer diolah 2014.
Biaya usahatani terdiri dari biaya tenaga kerja yang meliputi penyiapan lahan, penyiangan, penyemprotan, pemupukan, pemanenan dan pasca panen. Dari table dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan paling besar adalah untuk tenaga kerja Rp. 3.203.597 atau 64,4 % dari total biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung yaitu Rp.4.968.384,- selain itu petani juga mengeluarkan biaya cukup besar untuk pembelian pupuk yaitu Rp.1.165.788,atau 23,5% dari total pengeluaran usahatani. Harga yang diterima petani cukup seragam dan tidak terlalu fluktuatif sehingga hal ini membuat jaminan pasar cukup baik. Rata-rata pendapatan petani adalah Rp.7.262.016,- per usahatani atau satu kali musim tanam. Jika satu proses musim tanam dilakukan selama empat bulan maka pendapatan rumah tangga dari usahatani padi rawa lembak
715
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
sebesar Rp.1.815.504 perbulan sedikit diatas UMR (Upah Minimum Regional) Provinsi Bengkulu yaitu sebesar Rp.1.350.000,Nilai R/C ratio dari usahatani padi rawa lembak lebih dari satu adalah 2,4 sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani padi rawa lembak efisien dan menguntungkan. Sedangkan nilai B/C ratio didapatkan 1,4 ini artinya usahatani padi rawa lembak layak untuk dilakukan atau dilanjutkan. KESIMPULAN DAN SARAN Biaya yang dikeluarkan oleh petani padi rawa lembak selama satu periode usahatani adalah Rp. 4.968.384 dan pendapatan yang diterima sebesar Rp.7.262.016. Nilai R/C ratio dari usahatani padi rawa lembak lebih dari satu adalah 2,4 sehingga
dapat disimpulkan bahwa usahatani padi rawa lembak
efisien dan menguntungkan. Sedangkan nilai B/C ratio didapatkan 1,4 ini artinya usahatani padi rawa lembak layak untuk dilakukan atau dilanjutkan. Masih diperlukan peningkatan pengetahuan petani akan penerapan teknologi budidaya tanaman padi yang sesuai dengan kondisi lahan rawa lebak sehingga petani dapat memperoleh hasil yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Bengkulu Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI press. Jakarta Waluyo, Suparwata dan A.Supriyo. 2014. Teknologi Usaha Tani Padi di Lahan Lebak. http://www.balitra.litbang.pertanian.go.id. Wibawa
Wahyu. 2014. http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/ dokumen/ 2014/lahan rawa.pdf
Firdaus Muhammad, lukman M.Baga dan Purdiyanti Pratiwi. 2008. Swasembada Beras Dari Masa Ke Masa (Telaah Efektifitas Kebijakan dan Perumusan Strategi Nasional). IPB Press. Bogor. Tulenan Yoan Friska Angel. 2014. Perkembangan jumlah penduduk dan luas lahan pertanian di kabupaten Minahasa Selatan. E-Journal UNSRAT hal 1-14. E-Journal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/…/3101 Nuryati S dan Sahara dewi. 2008. Analisis karakteristik petani dan pendapatan usahatani kakao di Sulawesi Tenggara. SOCA 8 :3 hal 318-322.
716