JUDUL
ANALISIS PEMAHAMAN LABA DALAM PENENTUAN LABA OPTIMAL: STUDI KASUS PADA PEDAGANG KELILING Ikhwan Aryan Aditantra Drs. Dul Mu’id, M.Si., Akt
ABSTRACT The phenomenon of street trader in Indonesia becomes a site that is potentially to emerge micro-economical establishment through informal sectors. Street traders do not have sufficient educational background supporting businesses. Therefore, street traders are likely to have their own understanding in doing both their operating activities and profit determination anf conception. Performing an unstructured interview to gain data, this research involved five street traders in five cities: Semarang, Jakarta, Pekalongan, and Kebumen. Those subjects were classified as manufacturing, trading, and service business. Interview was to capture a depth view concerning production, and to gain the understanding, competency, and motivation applied by street trader to obtain profit. Research findings show that street traders have unique conception of profit built from understandings and experiences during their long-term operation. Traders have their own characteristic in their process of cost, volume, and profit analysis. Result of this research also shows some social aspects influencing operating analysis of street traders. Keywords: Cost-Volume-Profit Analysis, Conception of Profit, Street Traders.
1
ABSTRAK Fenomena pedagang keliling di Indonesia merupakan situs yang berpotensi menumbuhkan kemapanan ekonomi mikro melalui sektor-sektor informal. Pedagang keliling tidak memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup mengenai bisnis. Untuk itu, pedagang keliling tentu memiliki pemahaman sendiri dalam melakukan aktivitas operasi serta konsepsi pendapatan/laba mereka. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara tidak terstruktur terhadap lima orang pedagang keliling yang beroperasi di kota Semarang, Jakarta, Pekalongan dan Kebumen. Kelima pedagang keliling tersebut mencakup pedagang yang berada pada jenis manufaktur, perdagangan, dan jasa. Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai proses produksi pedagang, serta memperoleh pemahaman, kompetensi, serta motivasi yang diterapkan pedagang dalam memperoleh laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagang keliling memiliki konsep laba yang unik yang terbentuk dari pemahaman-pemahaman serta pengalamanpengalaman selama pedagang beroperasi. Masing-masing pedagang memiliki ciri khas sendiri dalam proses analisis cost, volume, dan profit mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aspek sosial mempengaruhi analisis operasi pedagang keliling. Kata kunci: Analisis cost-volume-profit, Konsepsi Laba, Pedagang Keliling
2
PENDAHULUAN Negara berkembang memiliki beberapa permasalahan yang mendasar. Permasalahan tersebut kemudian dapat menjadi indikator atau sifat mendasar yang membuat suatu negara terklasifikasi sebagai negara berkembang. Sifat negara berkembang tersebut menurut Hartono (2009) dapat diklasifikasikan menjadi empat hal, yaitu: (1) Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); (2) Tingkat perkembangan sarana atau prasarana penunjang kehidupan; (3) Tingkat perkembangan ekonomi; dan (4) Tingkat kualitas penduduk. Dengan penghasilan perkapita sebesar US$ 2,590.1 di tahun 2009 (Hida, 2010), Indonesia masih berada di deretan negara-negara yang berpenghasilan menengah. Pendapatan perkapita tersebut juga masih menempatkan Indonesia sebagai negara berkembang. Hal tersebut berarti Indonesia masih harus menghadapi realita dan permasalahan-permasalahan terkait permasalahan dasar negara-negara berkembang yang salah satunya adalah permasalahan ekonomi. Kebutuhan akan lapangan kerja yang terbatas mau tidak mau membuat angkatan kerja di Indonesia melirik sektor informal sebagai suatu alternatif. Menurut Ramli (dalam Darmawati, 2007) bahwa sektor informal selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan juga keberadaan kemampuan sektor informal ini bertahan di perkotaan tanpa bantuan dari pemerintah adalah karena adanya kebutuhan akan berbagai macam produk dan jasa yang dihasilkan oleh sektor informal ini. Apabila masyarakat yang berada pada potensi “pengangguran” dapat mencapai kemapanan melalui usaha kecil, beberapa aspek dapat tercakup. Aspek
3
tersebut di antaranya masalah kemiskinan, pengangguran, maupun angka ketergantungan. Jika kita melihat pada cakupan yang lebih kecil, sebut saja pedagang kaki lima/pedagang keliling yang menjajakkan dagangannya dengan berkeliling, muncul suatu potensi pembentukan kemapanan aspek ekonomi melalui pedagang keliling bagi masyarakat yang hanya mampu berusaha pada tingkat tersebut. Mengingat terdapat potensi di dalam sektor informal baik berupa pedagang kaki lima maupun pedagang keliling tersebut, perlu adanya pengembangan ilmiah yang memberikan pemahaman dan landasan baru bagi pedagang kaki keliling untuk mendapatkan capaian kinerja yang optimal. Sebagai konsekuensinya, hermeneutika muncul dengan tujuan untuk mengukur bagaimana pedagang keliling bereaksi atas persepsi mereka terhadap laba. Hal ini dibutuhkan karena rata-rata pedagang keliling bukan merupakan masyarakat terdidik, untuk menjalankan usahanya tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja (Santoso, 2008). Pedagang keliling tidak memiliki banyak faktor pada proses produksinya, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Cost-Volume-Profit (CVP) untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana pedagang keliling berperilaku pada produksi mereka. CVP akan dijelaskan dengan menganalisis data yang diambil dari subjek penelitian melalui analisis hermeneutik. Dengan mengkombinasikan analisis hermeneutik dan CVP, maka diharapkan tercipta suatu gambaran yang jelas untuk mencapai sasaran penelitian ini.
4
TELAAH TEORI Akuntansi biaya dan akuntansi manajemen adalah bentuk konkret terhadap keterlibatan ilmu akuntansi di dalam ranah analitis. Informasi yang disediakan oleh akuntansi biaya dan akuntansi manajemen ini memberikan informasi akuntansi yang relevan mengenai tahapan proses produksi. Oleh karena itu, analisis produksi yang dilaksanakan oleh korporat, khususnya dalam hal keuangan, dapat diakomodasi oleh akuntansi biaya. Cabang akuntansi ini bermanfaat dalam penyediaan informasi biaya yang dibayar oleh perusahaan dalam kebijakannya terhadap manajemen biaya. Selain itu, Ravi Assar (2010) menjelaskan –di Rajput Brotherhood, a blog focused on technology and web development– fungsi penting dari akuntansi biaya, sebagai berikut: 2.1 Ascertainment of cost of product: Akuntansi biaya memastikan biaya produksi dari masing-masing pekerjaan, proses, atau pesanan pengerjaan dengan mengaplikasikan metode berbeda dari akuntansi biaya, seperti job costing, process operation costing, contract costing dan lain-lain sesuai dengan kesesuaian dan kebutuhan organisasi. 2.2 Fixation of selling prices: Akuntansi biaya membantu untuk menemukan biaya produksi dan penetapan harga jual produk atau process job atau operasi. Akuntansi biaya juga membantu dalam menyiapkan tender atau pencatatan penting. 2.3 Measurement of efficiency: Akuntansi biaya mengukur efisiensi masingmasing produk, proses atau departemen dengan mengaplikasikan metode biaya standar. 2.4 Cost control procedure: Akuntansi biaya mengendalikan biaya dengan menentukan standard an membandingkan dengan kondisi aktualnya. Deviasi di antara mereka diidentifikasi dan jika perlu pengukuran pengawasan dapat dilakukan. 2.5 Reporting to the Management: Akuntansi biaya melaporkan kepada manajer secara periodic mungkin bulanan, kuartal atau tengah-tahun. Sesuai dengan laporan akuntansi biaya, manajemen dapat mengambil keputusan penting.
5
Bentuk lain analisis dari proses produksi diakomodasi oleh akuntansi manajemen. Sistem akuntansi manajerial memiliki tiga tujuan luas (Hansen & Mowen, 2004): 2.1 Untuk menyediakan informasi bagi costing out layanan, produk, dan objek kepentingan lain kepada manajemen. 2.2 Untuk menyediakan informasi untuk perencanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengembangan berkelanjutan. 2.3 Untuk menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Akuntansi manajemen, kemudian, berperan dalam penyediaan perhitungan dan pengukuran kebijakan mengenai keputusan keuangan di dalam hubungan unit bisnis. Selain itu, akuntansi dalam manajemen mampu membuka pemahaman analisis dan perhitungan keuangan bagi proses produksi karyawan. Laba Kulkarni (2010) menjelaskan profit sebagai sebagai suatu excess dari business income terhadap business expenses. Bisnis memperoleh uang setelah menjual barang atau jasa mereka. Jika uang yang mereka dapat lebih dari uang yang mereka keluarkan untuk membuat/menyediakan barang/jasa, dikatakan bahwa bisnis telah membuat sebuah laba akuntansi. Laba memiliki lima karakteristik sebagai berikut (Belakoui, 1981): a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama dari penjualan barang/jasa. b. Laba Akuntansi didasarkan pada postulat periodik dan mengacu pada kinerja perusahaan dalam periode tertentu.
6
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus menenai definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan. d. Laba akuntansi memerlukan pengukuran beban dalam bentuk historical cost. Laba akuntansi membutuhkan penandingan antara pendapatan dan biaya yang relevan terhadap laba tersebut. Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) Analisis cost-volume-profit adalah studi mengenai efek dari perubahan pada biaya dan volume pada profit perusahaan. Bagi perusahaan, penting untuk membuat perencanaan laba (profit) karena akan ada beberapa critical factors yang muncul terkait keputusan manajemen, seperti pricing, product mix, dan fasilitasfasilitas. (Weygandt, Kieso, & Kimmel, 2005) Secara teknis, analisis CVP akan menampilkan model persamaan:
di mana revenues pada setiap kolom dihitung sebagai
Persamaan tersebut akan menjadi dasar dari model persamaan berikutnya tergantung pada kebutuhan. Output persamaan tersebut adalah sumber bagi manajemen untuk membuat beberapa keputusan yang disebutkan sebelumnya. Pedagang Keliling dalam Perilakunya Pada teori perilaku produsen, rasionalitas paling sederhana yang disajikan adalah bagaimana menciptakan maksimalisasi profit. Akan tetapi, pada perkembangannya, di samping tujuan utama tersebut, terdapat banyak motif lain
7
produsen: maksimalisasi penjualan, pendapatan marginal, dan motif-motif nonprofit. Kemudian, disinilah produsen dapat memutuskan apa motif mereka. Motif yang dimiliki produsen dalam produksi kemudian memotivasi mereka dalam perilaku. Laba pada pedagang keliling mungkin menjadi tujuan utama aktivitas mereka. Konsepsi laba sendiri merupukan tujuan dari penelitian ini. Akan tetapi, sinyal pasti dari pedagang keliling dalam membentuk laba mereka adalah pada harga jual. Menurut latar belakang penelitian kita memperhatikan cara pedagang bereaksi pada motif mereka melalui proses produksi. Definisi Hermeneutik Abulad (2007) dibawah ini menjelaskan secara gambling bahwa hermeneutik adalah the art of interpretation. Interpretasi itu sendiri berarti bagaimana seseorang memahami dan menciptakan pemikiran logis terhadap suatu fenomena. The art of interpretation berarti hermeneutik memberikan kita ruang untuk menciptakan jenis berbeda dari sebuah interpretasi yang menunjukkan kita varietas dan keunikan menurut sifat interpreter. Ricoeur (Saidi, 2008), menamakan hermeneutik sebagai teori operasi pemahaman. Pemahaman ini dihubungkan dengan interpretasi teks. Ricoeur cenderung meletakkan hermeneutik dalam makna metodologi. Hermeneutik, kemudian, menciptakan gambaran terhadap pemahaman. Ini memberikan kita definisi bahwa hermeneutik menjadi suatu cara untuk memahami interpretasi seseorang terhadap fenomena.
8
Baik seni maupun teori yang disebut hermeneutik, menjelaskan bahwa hermeneutik adalah suatu filosofi. Hal ini tampaknya tidak ada penggunaan yang lebih luas atas hermeneutik untuk diterapkan dalam hal praktis. Akan tetapi, ruparupanya hermeneutik dapat diperlakukan baik sebagai filosofi yang mendasari maupun mode analisis yang spesifik. Pernyataan ini tampaknya memberikan kita kesempatan, bagaimana hermeneutik dapat ditransformasi menjadi metode pemahaman persepsi seseorang, juga untuk menganalisis interpretasi terhadap suatu fenomena. (Ranti, 2006) Gambar 2.1 Bangunan Hermeneutika
Gambar 2.1 Bangunan Hermeneutika
Sumber: Acep Iwan Saidi, Hermeneutika, Sebuah Cara Untuk Memahami Teks, Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, 2008.
9
METODE PENELITIAN Penelitian ini berkonsentrasi pada penangkapan gambaran sebagai fenomena sosial melalui operasi teknis pedagang keliling. Morse & Richards (2002) mendeskripsikan dua desain ini sebagai Comparative Design dan Triangulated Design. Comparative design digunakan oleh peniliti jika penelitian khusus mengenai suatu kelompok atau mengidentifikasi kondisi atau keadaan khusus, kemudian mereka mungkin membutuhkan two-group design. Pada triangulated design, triangulation mengacu pada perolehan perspektif ganda melalui studi yang telah dilaksanakan pada topik yang sama dan secara langsung diarahkan kepada masing-masing temuan. Sesuai dengan pengujian kredibilitas yang dijelaskan di subbab berikutnya, penelitian ini ada pada triangulated design. Opsi proyek menyeluruh ini dipilih karena terdapat banyak alasan yang sesuai mengapa penelitian membutuhkan lebih dari satu informan kunci untuk mengembangkan dan mendukung hasil penelitian. Pada penelitian ini, pemilihan desain penelitian dimulai dengan mengatur field of inquiry menuju pendekatan kualitatif. Menurut syarat yang tersebut pada fase pertama –sejarah dan tradisi penelitian, konsepsi diri dan yang lain, etika dan strategi penelitian– mengarahkan untuk mengambil pendekatan kualitatif dikarenakan subjek penelitian, yang secara sifat sesuai untuk memilih pendekatan ini. Selanjutnya, penelitian mengidentifikasikan paradigma, yang memberikan acuan untuk memilih metode dan strategi penelitian. Akhirnya, penelitian diakhiri dengan memilih pengumpulan dan analisis data yang layak yaitu dengan pendekatan hermeneutis terhadap perilaku.
10
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang paling tepat untuk penelitian ini. Terdapat banyak alasan mengapa peneliti memilih pendekatan ini. Pertama, penelitian ini adalah untuk memahami perilaku pedagang keliling dalam menentukan akuntansi biaya mereka, kebijakan volume, dan konsepsi laba mereka. Selain itu, untuk membantu pemahaman, penelititan menggunakan analisis hermeneutik sebagai alat untuk memetakan situasi dan arti yang dikumpulkan dari observasi dan interview. Hal ini dekat dengan sifat kualitatif. Jenis Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data Data diambil dari sumber primer; data tersebut diambil langsung dengan melakukan wawancara dengan pedagang keliling. Data dikumpulkan dengan memilih lima pedagang sebagai sampel dan informan kunci. Peneliti mengkategorikan pedagang keliling berdasarkan pada apa yang mereka produksi atau mereka jual. Mereka adalah pedagang keliling, yang menjual makanan (main course): Pedagang Soto Tauto Pekalongan; makanan ringan yang dapat langsung dimakan atau minuman yang siap diminum: Penjual Wedang Ronde di Semarang; perdagangan: Pedagang Sandal di Jakarta; jasa: Vermak Jeans di Semarang, dan lain-lain: Tukang Rongsok di Kebumen. Kategori-kategori ini dipilih karena adanya metode purposive dan snowball sampling. Purposive karena sampel yang dipilih telah disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan. Snowball dimaksudkan untuk membuka peluang terbukanya pengembangan-pengembangan berkelanjutan atas keterbatasan data yang diperoleh dari masing-masing subjek.
11
Kredibilitas Data Data yang dikumpulkan dari lapangan akan secara normal menjadi bahan baku bagi proses. Dalam pemrosesan data untuk penelitian, penting untuk menciptakan tingkat kepercayaan data. Pada pendekatan kualitatif, data kualitatif memerlukan perlakuan khusus dalam penentuan validitas dan reliabilitasnya. Pada pendekatan kualitatif, biasanya kita menyebutkan baik validitas dan kredibilitas sebagai kredibilitas data. Cresswell & Miller (2000) menawarkan kita 9 cara untuk
meningkatkan
kredibilitas
penelitian
kualitatif::
triangulation,
disconfirming evidence, research reflexivity, member checking, prolonged engagement in the field, collaboration, the audit trail, thick and rich description, and peer debriefing. Namun demikian, kita harus menggarisbawahi bahwa tidak semua dari kesembilan prosedur ini harus diaplikasikan. Penelitian dapat memilih hanya prosedur khusus yang relevan dengan kondisi dalam research field dan fokus penelitian (Chariri, Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif, 2009). Oleh karena itu, penelitian ini hanya memilih beberapa prosedur untuk diaplikasikan dengan tujuan memperoleh kredibilitas data sebagai berikut. 1. Triangulasi Triangulasi berarti menggunakan beberapa pendekatan ketika melakukan penelitian. Dengan kata lain, peneliti pada penelitian kualitatif dapat menggunakan beberapa sumber data, teori, dan investigator dengan tujuan memperoleh informasi yang secara konsisten disajikan. Oleh karena itu, untuk memperoleh pemahaman dan mencari jawaban pertanyaan penelitian, peneliti 12
diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari satu teori, lebih dari satu metode (interview, observasi, dan analisis dokumen). Penelitian ini menggunakan banyak perspektif untuk menjelaskan fenomena yang terjadi baik secera ilmiah dan secara sosial. Selain itu, penelitian juga mengambil lebih dari satu partisipan untuk menjadi sumber data. Kemudian, di masing-masing bagian dalam pengumpulan data, penelitian juga menggunakan metode: interview (wawancara). Oleh karena itu, penelitian ini kredibel atas triangulasi. 2. Refleksivitas Penelitian Dalam refleksitas penelitian, terdapat suatu syarat untuk menjelaskan aspek ontologi, epistemologi, dan asumsi tipe manusia, yang digunakan dalam penelitian. Prosedur ini adalah untuk menunjukkan pembaca mengapa teori dan metode penelitian tertentu diadopsi. Aspek ini perlu diungkapkan karena persepsi penelitian dibentuk dari sistem nilai dan kepercayaan. Penelitian dikembangkan dengan sebuah sinergi di antara filosofi ontologi dan epistemologi dalam metodenya. Metode ini mencoba untuk menganalisis hermeneutika melalui gambaran ontologis dan epistemologis, yang dimunculkan oleh subjek ketika penelitian dilakukan. Ontologi subjek diketahui dengan menilai apresiasi individu subjek melalui data yang dikumpulkan darinya. Khususnya di pedagang keliling, apek ontologis dieksplor secara dalam dari apresiasi pedagang selama penelitian. Aspek epistemologis terhadap hermeneutika laba dimonitor dalam dinamika pengumpulan data, yang kemudian diambil dari penelitian baik
13
observasi maupun interview. Jadi, korelasi yang kuat dari aspek ontologis dan epistemologis melalui metode yang dikembangkan dalam penelitian, secara jelas dapat dilihat dengan maksud untuk menganalisis hermeneutika pedagang keliling terhadap laba. 3. Member Checking Prosedur ini dilakukan dengan kembali ke research field untuk memverifikasi kredibilitas informasi. Semua temuan harus didiskusikan dan ditinjau kembali validitasnya ke subjek penelitian. Ini juga meyakinkan apakah peneliti telah secara benar melaporkan realita dan fenomena terkait setting penelitian. 4. Thick and Rich Description Kredibilitas penelitian kualitatif juga perlu dipegang dengan mendeskripsikan secara detil dan jelas melalui temuan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu untuk menciptakan gambaran yang jelas mengenai research setting, partisipan, tema penelitian, proses pengumpulan data, dan proses interpretasi. Research setting dan partisipan dijelaskan sebelumnya di bagian desain penelitian. Proses pengumpulan data telah didiskusikan di bagian jenis, sumber, dan pengumpulan data. Kemudian, interpretasi akan dijelaskan di bab berikutnya. Metode Analisis Data Data dari penelitian ini akan dikumpulkan dari wawancara informal dan tidak terstruktur. Data tersebut adalah dokumentasi perhitungan dan/atau perilaku pedagang terhadap aktivitas operasi harian mereka. Data kemudian akan diorganisasikan dan direstrukturisasi dengan menggunakan teori hermeneutik. Langkah analisis akan dilakukan sebagai berikut:
14
1. Menjalankan Wawancara Peneliti akan „membongkar‟ aktivitas harian subjek penelitian termasuk planning, sourcing, producing, hingga penjualan dan perhitungan. Peniliti mencatat fenomena-fenomena tersebut dalam deskripsi kasar sehingga data akan secara natural dicatat. Selama keterlibatan, peneliti akan secara informal menanyai pertanyaan-pertanyaan terkait proses secara komprehensif. 2. Identifikasi Temuan Wawancara Fakta yang diperoleh dari wawancara terkait cost, volume, dan laba, kemudian diorganisasikan menjadi building block of understanding ditandai oleh perilaku. Fakta-fakta tersebut merupakan sumber untuk peneliti untuk memperoleh gambaran akuntansi biaya dan akuntansi manajemen pedagang berdasar pada sifat-sifat analisis CVP yang telah dijelaskan di Bab II. 3. Interpretasi Data Berdasar pada sumber data, interpretasi akan dilakukan dengan: a. Menciptakan analisis deskriptif kalkulasi dan kebijakan pedagang keliling dalam menentukan variabel yang dibutuhkan di analisis CVP. b. Narasi kalkulasi dan kebijakan tersebut akan dianalisis dengan teori hermenetik. c. Interpretasi hermeneutik teks naratif kemudian dilakukan untuk memperoleh kesimpulan yang didasarkan atas hasil analisis.
15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peneliti mepersiapkan secara matang aplikasi metode penelitian sebagaimana digariskan pada Chapter III. Peneliti kemudian menganalisis populasi yang ada untuk menerapkan metode purposive and snowball sampling secara komprehensif, efektif, dan efisien. Dalam menyikapi kondisi di research field, peneliti membaur bersama subjek penelitian. Karena pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara tidak terstruktur dan tidak sistematis, maka peneliti mencoba menghadirkan kondisi nyata yang dapat ditemukan dengan cara menjadi pelanggan subjek. Untuk itu, peneliti menempatkan diri sebagai seorang pelanggan dengan motif berbincang-bincang ringan dan santai, sehingga seluruh data yang dibutuhkan secara mudah dapat ditangkap. Sampling
dalam
penelitian
kualitatif
tidak
bertujuan
untuk
menggeneralisasi populasi (Buringin, 2005). Untuk itu, sampling dipilih tidak berdasarkan perhitungan penentuan sampel relfektif, tetapi berdasarkan motivasi memahami fenomena masing-masing sampel. Informasi mengenai subjek penelitian, waktu, dan tempat penelitian dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Informasi Pelaksanaan Penelitian
16
Tabel 4.1 Informasi Pelaksanaan Penelitian No.
Nama Subjek
Bisnis Subjek
Tempat dan Waktu
1. Pak Karman
Wedang Ronde
2. Mang Ucok
Pedagang Sandal
3. Mas Sulis
Vermark Jeans
4. Kang Narno
Soto Tauto
5. Pak Musliman
Rongsokan
Jalan Pemuda, Semarang. Tanggal 12 Januari 2011, pukul 19.20-21.30 WIB Tanjung Priok, Jakarta. Tanggal 24 Januari 2011, pukul 18.15-19.50 WIB Tlogosari, Semarang. Tanggal 1 Februari 2011, pukul 15.30-16.15 WIB Kota Pekalongan. Tanggal 4 Februari 2011, pukul 09.3011.00 WIB Tembana Bak, Kebumen. Tanggal 9 Februari 2011, pukul 12.00-13.00 WIB
Setelah melakukan wawancara dengan masing-masing subjek, peneliti membuat rekaman wawancara secara tertulis yang disebut verbatim. Verbatim berisi rekaman pertanyaan-pertanyaan peneliti dan jawaban dari subjek yang telah di reduksi untuk memperoleh data yang relevan dan terfokus. Verbatim masingmasing subjek dipersiapkan sebagai sumber referemsi analisis dan diskusi. Untuk mengolah data yang tercatat dalam verbatim, peneliti kemudian membuat tabel kategorisasi untuk mengkategorisasi data berdasarkan tema dan sub tema yang diangkat. Tema dan sub tema tersebut dimaksudkan agar data dapat dikelompokkan dalam masing-masing pokok bahasan. Tema dan sub tema ini kemudian akan diinterpretasi pada sub bab berikutnya.
17
Hasil Penelitian Fokus pada penelitian ini yaitu: 1. Pemahaman apakah yang dikembangkan pedagang keliling dalam menentukan laba? 2. Apakah pemahaman tersebut mendorong pemahaman yang bersangkutan mengenai perolehan laba optimal? 3. Apakah akuntansi sebagai informasi telah digunakan dalam penentuan laba yang optimal? Selain itu, penelitian ini juga mencoba menganalisis perhitungan operasi pedagang melalui Cost-Volume-Profit Analysis. Hasil penelitian menunjukkan adanya keberagaman masing-masing subjek penelitian. Banyak faktor yang mengakibatkan beragamnya data yang diperoleh. Dari hasil penelitian di atas, keberagaman tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor: (1) pengalaman, (2) jenis usaha, (3) metode yang diterapkan, (4) kebutuhan hidup, dan (5) kondisi sosial masyarakat. Pengalaman terbukti menjadi hal kunci bagi pedagang keliling. Dengan pengalamannya, Pak Karman mampu menganalisis secara akurat kuantitas belanjanya untuk kapasitas produksi satu hari. Pengalaman Mang Ucok memberikan beliau kemampuan yang handal dalam menganalisis penjualan dan piutang. Mas Sulis memiliki pengalaman yang cukup untuk meningkatkan kualitas kemampuan menjahitnya, sebagai modal utama usaha jasanya. Kemudian, Kang Narno dengan metode apa-adanya tersebut, sangat riskan apabila tidak
18
disertai dengan pengalaman. Begitu pula dengan Pak Muslimin yang memiliki aktivitas operasi yang nyaris sempurna. Kelima jenis usaha subjek yang ada di dalam penelitian ini memang telah di atur. Konsisten dengan snowball and purposive sampling, pemilihan subjek memang didasarkan dengan keberagaman pedagang keliling yang ada dalam populasi. Masing-masing jenis usaha memiliki ciri khas masing-masing. Ciri khas masing-masing ini yang menjadi kekayaan bagi populasi pedagang keliling dalam melaksanakan aktivitas operasinya. Berbicara masalah aktivitas operasi, dengan latar belakang non-educated civilization, kelima subjek terbukti mampu mencapai tingkat kemapanan sistem operasinya, bahkan Kang Narno sekalipun. Mereka melaksanakan betul apa yang telah menjadi self-best practice usahanya. Digabungkan dengan pengalaman, metode operasi subjek menjadi aset bagi subjek dalam menciptakan laba mereka. Mas Sulis secara jelas memasukkan unsur biaya-biaya hidup dalam pernyataannya terkait penghasilan. Beberapa subjek lain juga membagi kondisi keluarganya saat berbicara masalah penghasilan. Kondisi yang dimaksud ini terkait biaya hidup, biaya sekolah anak, hingga biaya yang dikeluarkan sebagai modal awal usaha. Mas Sulis juga mengungkapkan, hubungan sosial yang terbina sangat baik dengan para kompetitornya. Itu terbukti dari penetapan tarif jasa yang disesuaikan dengan komunitas sejenis. Kemudian, Pak Muslimin juga telah memahami betul perilaku
19
serta penentuan harga pengepul. Pengepul bagi Pak Muslimin adalah pembeli tunggal. Untuk itu, perlu adanya hubungan komunikasi yang baik. Hermenutika Laba Data yang diperoleh dari subjek menunjukkan beragam cara bagi pedagang keliling dalam menginterpretasikan laba. Laba secara operasional dalam akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut (Chariri & Ghozali, 2003). Namun demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian menginterpretasikan laba sebagai jumlah kas bersih masuk dalam setiap hari operasi subjek. Dengan interpretasi laba sedemikian rupa, subjek tidak memiliki perencanaan dan analisis Cost-Volume-Profit yang mendalam dalam operasinya. Beberapa subjek mengatakan bahwa biaya tetap tidak signifikan dalam mempengaruhi laba. Usaha manufaktur seperti Pak Karman menjelaskan bahwa harga pokok produksi sudah sangat baik diprediksi. Operasi harian telah mengantar Pak Karman kepada sistem penciptaan harga pokok produksi yang mapan. Sedangkan Kang Narno, malah sama sekali tidak memiliki analisis. Bagi Mas Sulis, beliau memegang satu istilah yang beliau katakan “pendapatan dalah laba.” Artinya biaya yang beliau keluarkan hampir tidak berpengaruh. Sedangkan Pak Musliman mengatakan biaya tetap hanya terkait dengan kebutuhan manusiawi subjek, sehingga bisa diatur secara pribadi. Hal yang kemudian menjadi sorotan utama seluruh subjek adalah volume penjualan. Margin kontribusi tidak serta merta dapat tercapai. Volume penjualan
20
adalah hal yang sangat fluktuatif dan tidak dapat diprediksi. Kecuali Pak Karman yang mampu menentukan berapa titik impasnya, subjek lain hanya menetapkan target pendapatan per hari sebagai penghasilan utama pemenuhan kehidupan sehari-hari. Demikian dengan penentuan laba. Mang Ucok menetapkan laba minimum 100% per produknya. Pak Musliman bervariasi dalam menentukan laba, tergantung barang yang dapat beliau kumpulkan. Selain mereka berdua, subjek tidak dapat mempengaruhi harga jual secara bebas. Mereka memiliki harga jual yang terkait dengan masalah kehidupan sosial. Artinya mereka kembali bergantung pada volume penjualan. Dengan beberapa hal di atas, tampaknya memang laba bagi pedagang keliling tidak tertata dengan rapi. Analisis cost-volume-profit masing-masing subjek tidak lebih dominan dibanding praktik harian yang jelas sudah memberikan profitabilitas yang cukup bagi mereka. Artinya, kelima subjek telah mencapai tingkat kemapanan operasi dan finansial, tetapi tidak cukup untuk melakukan pengembangan. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Sebagai Sebuah Tawaran Dari kelima subjek, hanya Mang Ucok yang memiliki catatan terkait usahanya. Dengan demikian, mang ucok memiliki data terkait pembelian, penjualan, hingga daftar debiturnya. Hal tersebut memberikan informasi yang cukup bagi Mang Ucok untuk menganalisis perputaran modal dan barangnya. Akuntansi biaya menawarkan suatu metode yang mampu mengawal pedagang dari mulai tahap perencanaan belanja, catatan belanja dan pengeluaran, 21
margin kontribusi, hingga motif laba. Analisis CVP dapat memberikan informasi mendalam berapa biaya, komoditas yang harus dijual, serta laba yang rasional bagi pedagang keliling. Selain itu, apabila kita melihat operasi subjek, terdapat banyak hal terkait kebijakan bisnis subjek. Dari mulai tarif jasa yang diterapkan Mas Sulis, harga beli yang ditawarkan Pak Musliman, hingga analisis piutang dagang Mang Ucok. Akan menjadi optimal apabila masing-masing subjek memiliki visualisasi manajerial yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan manajerial dan operasi. Demikian diskusi hasil penelitian mengenai Analisis Cost-Volume-Profit. Penelitian ini mencoba memahami fenomena pedagang keliling dari sudut pandang akuntansi biaya dan akuntansi manajemen. Dari penelitian ini, ditemukan adanya kemungkinan ilmu Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen bagi pedagang keliling dengan berkonsentrasi pada optimalisasi laba melalui analisis cost-volume-profit.
22
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN Penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai pemahaman bisnis pedagang keliling. Pertanyaan pertama adalah, pemahaman apa yang digunakan oleh pedagang keliling dalam beroperasi? Pertanyaan kedua, apakah pemahaman tersebut telah memberikan profitabilitas yang optimal? Pertanyaan berikutnya, bagaimana perilaku pedagang keliling dalam memahami laba? Dan yang terakhir, bagaimana akuntansi berkontribusi menjadi sebuah solusi dari permasalahan aktivitas operasi pedagang keliling?. Dengan menggali informasi secara mendalam kepada lima orang pedagang keliling, penelitian ini mengambil kesimpulan sebagai berikut: Pertanyaan penelitian yang pertama adalah, pemahaman apakah yang digunakan pedagang keliling dalam beroperasi? Dari penjelasan di Chapter IV, dapat diambil kesimpulan bahwa pedagang keliling mendasarkan diri pada pengalaman yang telah mereka alami sebagai dasar pengambilan keputusan dan kebijakan operasi. Pedagang keliling juga mempelajari perilaku operasinya dari satu masa ke masa untuk mencari self-best practice usahanya. Selain itu, kondisi sosial dan komunal menjadi salah satu pertimbangan bagi pedagang keliling untuk menentukan kebijakan usahanya. Pertanyaan kedua, apakah pemahaman tersebut sudah cukup optimal dalam membentuk laba? Penjelasan di Chapter IV menunjukkan bahwa pedagang keliling telah mencapai tingkat kemapanan operasi dan finansial. Artinya, pedagang keliling hampir tidak pernah mengalami kerugian. Bahkan, bagi beberapa pedagang, target pendapatan per hari yang ditetapkan selalu dicapai. Hal 23
ini menunjukkan bahwa bagi pedagang keliling, metode yang selama ini mereka terapkan telah mampu mengantar mereka kepada tingkat kemapanan operasi dan finansial. Ketiga, bagaimana setelah memiliki pemahaman mengenai laba? Mang Ucok dan Pak Musliman memiliki cara dalam mengoptimalisasikan labanya. Mang Ucok menetapkan tingkat laba yang berbeda pada sistem penjualan yang berbeda (tunai dan kredit). Pak Musliman selalu “bermain” dengan harga beli dan pengepulnya. Namun demikian, Kebanyakan pedagang tidak terlalu termotivasi untuk men-generate laba mereka. Mereka percaya dengan perilaku rata-rata per periode tertentu untuk memperoleh penghasilan. Bahkan, mereka sama sekali tidak pernah mempermasalahkan adanya tingkat fluktuasi yang tinggi pada volume penjualannya. Untuk itu, dalam menginterpretasikan laba, pedagang keliling hanya menggunakan instrument pendapatan bawa pulang sebagai capaian labanya. Pertanyaan terakhir, bagaimana peran akuntansi? Akuntansi dalam akuntansi biaya dan akuntansi manajemen memiliki konsentrasi pada informasi manajerial terkait kebijakan operasi perusahaan. Dalam pedagang keliling, akuntansi biaya dapat menjadi solusi bagi analisis cost-volume-profit pedagang keliling sehingga menghasilkan informasi yang akurat bagi pedagang dalam mengambil keputusan. Akuntansi manajemen kemudian digunakan sebagai polesan terakhir dalam melengkapi analisis dan informasi akuntansi biaya sebagai penyempurna informasi operasi pedagang.
24
Penelitian ini juga ditujukan untuk membuka paradigma akuntansi untuk dapat menjadikan instrument akuntansi biaya dan akuntansi manajemen sebagai alat analisis bisnis sektor informal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sektor informal dapat menjadi customer ilmu akuntansi untuk dalam menciptakan profitabilitas. Dengan demikian tujuan penelitian dapat dicapai. KETERBATASAN DAN SARAN Meskipun penelitian
ini
dilaksanakan secara
sepenuh
hati dan
komprehensif, penelitian ini juga memiliki kekurangan. Pertama, untuk memperoleh data, peneliti hanya melakukan interview mendalam tanpa melakukan observasi harian untuk mengamati perilaku subjek dari mulai persiapan hingga pemanfaatan laba. Terdapat suatu kemungkinan tidak ditemukannya beberapa fenomena unik jika hanya menggunakan satu metode yaitu wawancara saja. Kedua,
meskipun
penelitian
kualitatif
tidak
bertujuan
untuk
menggeneralisasi populasi, sampel penelitian ini masih kurang beragam. Penelitian ini hanya mencoba menggali informasi 5 jenis pedagang di empat kota berbeda. Penelitian ini juga tidak memasukkan unsur etnologi sebagai faktor yang berpotensi mempengaruhi data. Akhirnya dengan melihat keterbatasan yang ada, maka penelitian yang akan datang disarankan untuk menambah satu lagi metode pengumpulan data, yaitu berupa observasi. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memperbanyak sampel terutama menggali informasi dari beberapa lokasi yang memiliki budaya yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah 25
budaya dan etos kerja suatu etnik tertentu berpengaruh terhadap operasi pedagang keliling di masing-masing daerahnya.
26
DAFTAR PUSTAKA Abulad, R. E. (2007). What Is Hermeneutics? 11-13. Accounting Learning Resources. (2010). Retrieved October 2, 2010, from Book Keeping Accounting Learning Resources: http://www.bookkeepingfinancial-accounting-resources.com/definition-of-accounting-revenue.html Assar, R. (2010). What are The Function of Cost Accounting. Retrieved September 19, 2010, from Rajput Brotherhood: http://www.rajputbrotherhood.com/knowledge-hub/cost-accounting/whatare-the-functions-of-cost-accounting.html Averkamp, H. (2007). What is the difference between a cost and an expense? Retrieved october 3, 2010, from Accounting Coach: http://blog.accountingcoach.com/cost-expense/ Belakoui, A. (1981). Accounting Theory. New York: Harcourt Brace Jovanovich,Inc. Buringin, B. (2005). Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis Dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi . Jakarta: PT Raja Granfindo Persada. Chariri, A. (2009). Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA) (pp. 14-15). Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas. Chariri, A., & Ghozali, I. (2003). Teori Akuntansi. Semarang: BP UNDIP. Cresswell, J. W., & Miller, D. L. (2000). Determining Validity in Qualitative Inquiry. Theory Into , 124-130. Darmawati. (2007). Artikel Penelitian. Retrieved September 19, 2010, from Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau: http://www.balitbang.riau.go.id/index.php?litbang=isi_artikel&id_artikel= 6 Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2000). Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks: Sage Publication, Inc.
27
eLEARNING CENTER. (2010). Retrieved September 19, 2010, from eLEARNING SYSTEM: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/teori_ekonomi_mikro/abstraks i_ekonomika_mikro.pdf Hamid, A. (n.d.). Karakteristik Ekonomi Usaha dan Cara Pedagang Kaki Lima dalam Meningkatkan Usaha. 21. Handayani, S. (2006). Pelibatan Masyarakat Marginal dalam Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif: Sebuah Pengalaman di Kota Solo. Studi Literatur Sektor Informal Perkotaan , 5. Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2004). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Hariningsih, E., & Simatupang, R. A. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran; Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima Di Kota Yogyakarta. Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4 . Hartono. (2009). Geografi 3 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hida, R. E. (2010, February 10). Ekonomi Bisnis. (detikcom) Retrieved February 21, 2011, from detik finance: http://www.detikfinance.com/read/2010/02/10/131037/1296658/4/pendapa tan-per-kapita-ri-naik-jadi-rp-243-juta-di-2009 Horgren, C. T., Datar, S. M., & Foster, G. (2006). Cost Accounting : A Managerial Emphasis . New Jersey: Prentice Hall. Janesick, V. J. (2000). The Dance of Qualitative Research. In N. K. Denzin, & Y. S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research (pp. 263-276). Thousand Oaks: Sage Publication, Inc. Javanese Cuisine. (2010, December 28). Retrieved February 12, 2011, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Javanese_cuisine Kulkarni, A. (2010). Buzzle.com Intelligent Life on the Web. Retrieved october 3, 2010, from Economic Profit vs Accounting Profit: http://www.buzzle.com/articles/economic-profit-vs-accounting-profit.html Marshall, C., & Rossman, G. B. (2006). Designing qualitative research. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc.
28
Morse, J. M. (2000). Creating Budgeted Qualitative Research Design. In N. K. Denzin, & Y. S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research (pp. 277298). Thousand Oaks: Sage Publication, Inc. Morse, J. M., & Field, P. A. (1995). Qualitative Research Methods for Health Professionals. Thousand Oaks: Sage Publication, Inc. Morse, J. M., & Richards, L. (2002). Read Me First For A User's Guide To Qualitative Methods. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc. Murray, J. (2009, June 27). Jean's Business Tax/Law: US Blog. Retrieved october 3, 2010, from About.com: http://biztaxlaw.about.com/b/2009/06/27/costvs-expense-what-is-the-difference.htm Pitoyo, A. J. (2007). Dinamika Sektor Informal di Indonesia: Prospek, Perkembangan, dan Kedudukannya dalam Sistem Ekonomi Makro. Populasi , 129-146. Ranti, B. (2006). Identifying the Business Value of Information Technology Using Hermeneutics. MoMM2006 & iiWAS2006 Workshops, (pp. 695699). revenue. (2010). Retrieved October 2, 2010, from Business Dictionary: http://www.businessdictionary.com/definition/revenue.html Revenue. (2010). Retrieved October 2, 2010, from http://www.investorwords.com/4254/revenue.html
Investor
Words:
ROTTERDAM SCHOOL OF MANAGEMENT, ERASMUS UNIVERSITY. (2008). Retrieved September 19, 2010, from http://www.rsm.nl/home/faculty/academic_departments/accounting_and_c ontrol Saidi, A. I. (2008). Hermeneutika, Sebuah Cara Memahami Teks. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun , 376-382. Santoso, S. (2008, July 28). Konsep Sektor Informal : Pedagang Kaki Lima. Retrieved October 31, 2010, from REYOG CITY " Berbagi Ilmu untuk Saling Mencerdaskan ": http://ssantoso.blogspot.com/2008/07/konsepsektor-informal-pedagang-kaki_28.html Weygandt, j. J., Kieso, D. E., & Kimmel, P. D. (2005). Accounting Principles. Danvers: John Wiley & Sons, Inc.
29