1
ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI PERSUASI DALAM FILM MADAGASCAR 3: EUROPE’S MOST WANTED: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK Ratih Winanti Rahayu dan Diding Fahrudin Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim dapat digunakan sebagai strategi persuasi.
The Analysis of Flouting Maxims as a Persuasion Strategy on Madagascar 3: Europe’s Most Wanted: A Pragmatic Analysis Abstract As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims. Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie Madagascar 3: Europe’s Most Wanted, there are so many flouts of maxims or exploit of maxims which is done by Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. Using conversational implicature theory, rhetoric theory, and some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategies. Keywords: pragmatics, communication, conversational implicature, rhetoric, persuasion
Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial. Kita selalu ingin berhubungan dengan manusia lainnya
karena kita ingin mengetahui keadaan di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi menurut Webster New Collogiate
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
2
Dictionary yang dikutip oleh Riswandi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi yaitu suatu proses pertukaran informasi di antara individu – individu melalui sistem lambang – lambang, tanda – tanda, atau tingkah laku (2009). Communication is a process by which information is exchanged between individuals through a common system of symbols, signs, or behavior (the function of pheromones in insect communication) (http://www.merriamwebster.com/dictionary/communication) Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu transaksi simbolik yang mendorong orang–orang untuk mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, serta mengubah sikap dan tingkah laku itu (Book dalam Cangara: 2006, 19). Komunikasilah yang memungkinkan terjadinya suatu sistem sosial atau masyarakat. Dalam proses komunikasi, terdapat suatu proses hubungan timbal balik antara penutur (speaker) dan pendengar (listener) yang mengakibatkan terjadinya suatu proses interaksi. Kita mengetahui bahwa bahasa merupakan hal utama dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Menurut para ahli linguistik, bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana: 2007, 3). Seperti yang telah disebutkan di atas, manusia membutuhkan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa adalah elemen penting dalam berkomunikasi, dan komunikasi sangat berhubungan dengan interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Sebagai pengguna bahasa, manusia harus mengetahui cara berbahasa yang baik supaya hubungan antar sesama pengguna bahasa dapat tercipta dan terpelihara dengan baik. Selain itu, tujuan komunikasi dapat tercapai dengan baik dan efektif. “Language is foremost a means of communication, and communication almost always takes place within some sort of social context. This is why effective communication requires an understanding and recognition of the connections between a language and the people who use it.” (Amberg & Vause: 2010, p.2) Konteks sosial merupakan faktor penting dalam menentukan penggunaan sebuah bahasa. Hubungan tersebut dapat terlihat ketika kita menggunakan bahasa yang tepat kepada orang yang tepat, contohnya kita seringkali menggunakan bahasa slang ketika kita berbicara dengan teman atau sahabat kita.
Contoh: A : Eh, lo semalem ke mana? Whatsapp1 gue gak dibales. B : Gue semalem ketiduran. Lupa mau bales whatsapp lo. Contoh di atas menggambarkan bahwa kita menggunakan bahasa yang lebih santai atau non formal ketika lawan bicara kita adalah teman atau sahabat kita. Namun, kita menggunakan bahasa yang lebih formal ketika kita berbicara dengan atasan kita atau orang yang lebih kita hormati. Contoh: (seorang anak berbicara kepada ibunya) A : Ibu, hari ini aku pulang terlambat. Aku mau belajar bersama. B : Iya, Nak. Jangan pulang terlalu larut ya. Contoh di atas menunjukkan bahwa kita menggunakan bahasa yang lebih formal dan santun ketika lawan bicara kita adalah orang yang lebih kita hormati. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bahasa memiliki peraturan dan fungsinya masing-masing. Bahasa, sebagai media yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi memiliki beberapa fungsi. Fungsi bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Fungsi transaksional bahasa dapat dilihat ketika bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan dari penutur (speaker) kepada petutur (listener) sedangkan fungsi interaksional bahasa dapat kita lihat ketika bahasa berfungsi untuk menjalin hubungan sosial dengan manusia lainnya (Brown & Yule dalam Muryatina: 2009, 1). Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, fungsi bahasa yang dominan adalah fungsi interaksional bahasa karena fungsi tersebut lebih lekat dengan bahasa lisan. Dalam bahasa lisan yang terkait dengan fungsi interaksionalnya, manusia seringkali melanggar prinsip–prinsip kerjasama yang ada. Prinsip-prinsip kerjasama adalah aturan-aturan yang mengatur kita dalam berkomunikasi sehingga maksud dari percakapan tersebut dapat tersampaikan atau dengan kata lain norma-norma berkomunikasi. “The Cooperative Principle: Make your conversational contribution such as is required, at the stage at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged” (Grice dalam Yule: 1996, 37). Hal tersebut terjadi karena tidak semua orang mempunyai aturan yang sama akibat perbedaan budaya dan komunitas linguistik. Menurut Grice, prinsip – prinsip kerjasama atau the cooperative principle terdiri dari empat sub prinsip atau biasa disebut maksim. Maksim atau bidal adalah prinsip1
Salah satu media sosial sejenis Blackberry Messenger
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
3
prinsip umum yang mendasari keefektifan penggunaan sebuah bahasa. Maxims of conversation is general principles underlying the efficient co-operative use of language, which jointly express a general co-operative principle (Grice dalam Levinson: 1983, 101). Maksimmaksim tersebut terdiri dari Maksim Quality, Maksim Quantity, Maksim Relevance, dan Maksim Manner. Penggunaan maksim dalam sebuah percakapan dapat kita lihat dalam contoh berikut ini. Contoh: (suatu siang di Kota Tua Jakarta) A : Mbak, Museum Bank Indonesia ada di mana ya? B : Oh, museumnya ada di sebelahnya Museum Bank Mandiri, mbak. Seberangnya shelter Transjakarta. A : Terima kasih ya, mbak.
manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya dan dengan berkomunikasi itulah mereka juga dapat menggambarkan karakter mereka sendiri. Seperti contohnya apakah kita termasuk orang yang asyik untuk diajak mengobrol atau tidak. “Do not be a monotous speaker” adalah kata yang tepat ketika kita ingin menjalin sebuah hubungan baru dengan orang yang baru dikenal. Tentu saja kita tidak ingin dianggap sebagai orang yang monoton. Hal tersebut dapat membuat kita terlihat sangat membosankan dan lawan bicara kita akan menjauhi kita. “Monotony, the cardinal and most common sin of the public speaker, is not a transgression – it is rather a sin of omission, for it consists in living up to the confession of the Prayer Book: “We have left undone those things we ought to have done” (Carnegie: 1905) Untuk menghindari hal-hal tersebut, kita memerlukan beberapa strategi untuk berkomunikasi dengan lawan bicara kita karena komunikasi yang baik tidak terjadi dengan sendirinya. Kita harus mengatur, mengembangkannya, dan membangun komunikasi tersebut dengan baik.
Percakapan di atas merupakan contoh penggunaan maksim yang tepat karena B menaati semua maksim yang ada. B menjawab dengan benar (maxim of quality) dan tanpa menambah-nambahkan informasi yang ada (maxim of quantity). Selain itu, B menjelaskan kepada A dengan jelas, tidak bermakna ganda, dan sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan oleh A (maxim of manner and maxim of relevance). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa supaya komunikasi kita dapat berjalan dengan efisien, kita harus mematuhi keempat maksim tersebut. Namun, terkadang manusia seringkali berkomunikasi secara tidak langsung atau dengan menggunakan implikaturimplikatur. Implikatur-implikatur tersebut dapat tercipta melalui pelanggaran maksim-maksim yang ada karena tanpa disadari manusia sering kali melanggar keempat maksim atau floutings or exploitations of the maxims ketika berbicara dengan manusia lainnya. Pelanggaran-pelanggaran maksim yang sering dilakukan adalah pelanggaran maksim dalam berkomunikasi.
“Communication does not just happen. It must be organized, developed, and built. The first step in the process is to define a communications strategy. A good communications strategy allows you to exercise better control over your work and to frame the issues in a perspective other than research. A communications strategy removes doubt, emphasizes planning, and involves all the project participants in raising the visibility of the research” <”Developing a Communication Strategy”, http://idrc.org/uploads/userS/11606746331Sheet01_CommStrategy.pdf> Oleh karena itu, manusia memerlukan teknik-teknik persuasi atau teknik-teknik menarik perhatian lawan bicara ketika berkomunikasi.
Pelanggaran-pelanggaran maksim ini dapat terjadi dengan sengaja maupun tidak disengaja. Pelanggaran maksim yang disengaja pun memiliki tujuan yang berbeda. Ada pelanggaran maksim yang disengaja agar petutur memahami implikatur tertentu dibalik pelanggaran tersebut (floutings of maxim). Selain itu, ada juga pelanggaran maksim yang disengaja agar petutur terkecoh dalam menangkap implikatur yang ada di balik pelanggaran maksim tersebut (violating maxims).
Dalam ilmu pragmatik, kita mengenalnya sebagai Rhetoric. Retorik sangat berhubungan dengan ilmu penggunaan bahasa yang efektif dalam berkomunikasi. Retorik adalah sebuah seni penggunaan bahasa secara efektif untuk menarik perhatian lawan bicara untuk mengungkapkan sebuah ekspresi atau bagi para public speaker ketika sedang berbicara di depan umum. Tujuan utama dari retorik adalah bagaimana penggunaan sebuah bahasa dapat memengaruhi pikiran orang yang mendengarnya.
Sebuah tindakan pelanggaran maksim dapat dilakukan dengan maksud untuk sebuah tujuan komunikasi (Grice dalam Levinson: 1983, 109). Ketika manusia berkomunikasi dengan bahasa, mereka tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengekspresikan perasaan dan citra diri mereka. Selain itu kita sebagai
“…whereas rhetoric has been understood, in particular historical traditions, as the art of using language skillfully for persuasion, or for literary expression, or for public speaking. The point about the term rhetoric, in this context, is the focus it places on a goal-oriented speech situation, in which s uses
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
4
language in order to produce a particular effect in the mind” (Leech: 1983, 15). Dalam ilmu komunikasi, kita juga mengenalnya sebagai Persuasion. Istilah persuasi sudah ada sejak jaman Yunani. Menurut orang Yunani dan Roma, Rhetoric adalah hal yang sangat berkaitan dengan tindak ujar yang memiliki tiga fungsi umum, yaitu fungsi sebagai argumentasi ketika berada di pengadilan (forensic oratory), ketika berpidato di sebuah acara (epideictic oratory), dan ketika kita sedang berpartisipasi dalam sebuah debat mengenai kebijakankebiijakan publik (deliberative oratory). “The ancient Greeks and Romans identified rhetoric with speech-making in the performance of three vital public functions. Citizens in those days argued their own legal cases in the courtroom (forensic oratory), presented speeches on ceremonial occassions (epideictic oratory), and participated in debates about matters of public policy (deliberative oratory)” (Simons: 1976, 4). Sebagai seorang persuader atau orang yang melakukan teknik-teknik persuasi, mereka perlu melakukan strategi-strategi untuk menarik perhatian lawan bicara. Strategi-strategi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah dengan tidak mematuhi maksimmaksim yang sudah ada, yaitu Maksim Quality, Maksim Quantity, Maksim Relevance, dan Maksim Manner. Salah satu strategi yang dikemukakan oleh Simons adalah dengan memanipulasi kata-kata (1976: 35). Seorang persuader dapat melakukan manipulasi terhadap lawan bicaranya untuk memengaruhi pikirannya agar lawan bicaranya tersebut mau melakukan apa yang diinginkan. Sedianya sebuah komunikasi dapat berjalan dengan baik dan efisien apabila kita mematuhi maksim-maksim yang ada. Namun, tanpa disadari, kita sering kali melanggar maksim – maksim yang ada agar seseorang tertarik kepada obrolan kita. Selain itu, pelanggaran maksim dapat membuat proses komunikasi tersebut berjalan lancar dan efektif. Hal inilah yang akhirnya menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.
Metode Penelitian Metode penelitian yang diterapkan dalam melakukan penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu dengan melakukan studi yang mendalam atas bacaan – bacaan yang dinilai relevan dengan topik penelitian ini. Melalui metode ini, teori – teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini dikumpulkan dan digunakan sebagai alat untuk menganalisis data. Data yang dikumpulkan berasal dari film kartun populer bergenre drama komedi yang berjudul Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Data yang
digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam penilitian ini berupa dialog yang secara langsung didapat dari film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Penulis memilah – milah data primer yang berupa dialog dari film tersebut untuk kemudian dicatat dan dianalisis. Alasan penulis menggunakan film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted karena pada film ini para tokoh film, Alex, Marty, Melman, dan Gloria, tersebut sering kali terlihat melakukan pelanggaran maksim ketika berkomunikasi yang bertujuan sebagai strategi-strategi persuasi yang ditujukan untuk memengaruhi pikiran kelompok hewan sirkus Zaragoza jika dibandingkan dengan beberapa film Madagascar yang terdahulu. Penelitian ini hanya mengambil 11 adegan yang meliputi 25 ujaran dari para pemerannya. Hal ini dikarenakan intensitas pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria lebih sering terlihat pada kesebelas adegan tersebut. Penelitian ini dimulai dengan menonton film dan mencatat setiap ujaran dari para tokoh film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Dari setiap ujaran yang telah dicatat tersebut dibagi menjadi beberapa adegan yang menunjukkan pelanggaran maksim ketika melakukan tindakan persuasi. Data penelitian ini terdiri dari 11 adegan dari film tersebut. Kemudian, dari 11 adegan tersebut, terbagi lagi menjadi 25 ujaran yang mengandung pelanggaran maksim di dalamnya. Setelah itu, data yang berupa ujaran tersebut dianalisis dengan menganalisis terlebih dahulu makna tersirat dari sebuah ujaran yang diucapkan oleh si tokoh utama yaitu Alex, Marty, Melman, dan Gloria. Kemudian penulis menentukan pelanggaran – pelanggaran maksim apa saja yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria. Kemudian penulis menganalisis maksud dan tujuan dilakukannya pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut di saat mereka berkomunikasi. Selain melihat dari ujaran para tokoh utama dalam film ini, penulis juga mencocokkan antara ujaran dengan adegan dari para tokoh film tersebut sehingga penulis mengetahui bahwa para tokoh tersebut sedang melakukan persuasi kepada lawan bicaranya. Penelitian mengenai pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi ini juga dikaitkan dengan beberapa teori yang sesuai dengan bahasan penulis, seperti teori implikatur percakapan, teori retorik, teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa. Kemudian, penulis mendapatkan hasil dan temuan dari analisis data yang sudah dikumpulkan. Dari hasil analisis data itulah penulis dapat menarik kesimpulan mengenai tujuan dilakukannya pelanggaran maksim ketika Alex, Marty, Melman, dan Gloria berkomunikasi dengan kelompok hewan sirkus Zaragoza.
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
5
Analisis dan Interpretasi Data Penelitian pada skripsi ini dilakukan dengan menganalisis setiap dialog yang dilontarkan oleh para pemain film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Data penelitian ini terdiri dari 11 adegan yang terdiri dari 25 ujaran dari para pemerannya. Setiap adegan akan dicari ujaran yang mengandung pelanggaran maksim yang dilakukan oleh para pemain film Madagascar 3 ini. Kemudian, masing-masing ujaranujaran dari adegan tersebut akan dibagi lagi berdasarkan pelanggaran maksim yang mereka lakukan. Masing-masing dari ujaran yang mengandung pelanggaran maksim tersebut kemudian akan diteliti. Penelitian akan dilakukan berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. a. Analisis Dialog Adegan 1 a.1 Alex : What are we doing? Here we are relying on the penguins to come back for us. But.. We should just go to Monte Carlo and get them. Melman : How do a lion, a zebra, a giraffe and a hippo walk into a casino in Monte Carlo? Marty : I don’t know. Ask the rabbi! Melman : Hey, I’m serious. Alex : Come on! We can do it! We can do anything! It’s us! Marty : We’re us! a.2 Alex
All
:Yeah, that’s right! We’ve gone halfway around the world. Compared with that, Monte Carlo’s just a hop, skip, and a swim away. : Yeah! To home!
Pembahasan: Pada adegan 1 ini, berlatar di Negara Afrika. Pada adegan ini, para penguin meninggalkan Alex, Marty, Melman, Gloria, dan para lemur di Afrika untuk bermain kasino di Monte Carlo supaya para penguin tersebut mendapatkan uang untuk kembali ke New York. Namun, pada kenyataannya para penguin tersebut tidak akan kembali lagi untuk menjemput Alex, Melman, Marty, dan Gloria. Kemudian, Alex pun berencana untuk menyusul para penguin tersebut menuju Monte Carlo. Pada dialog (a.1), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim relevance/ relevansi dan maksim quantity/ kuantitas. Hal tersebut terjadi ketika Melman bertanya kepada Alex, how do a lion, a zebra, a giraffe and a hippo walk into a casino in Monte Carlo? (00:04:49). Ketika itu, Alex tidak memberikan
jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Melman. Alex pun menjawabnya dengan, “Come on! We can do it! We can do anything! It’s us!” (00:04:55). Jawaban Alex merupakan pelanggaran dari maksim cara dan maksim kuantitas karena pada adegan tersebut, Alex memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaannya (maksim relevansi), dan tidak informatif (maksim kuantitas). Selain itu, pelanggaran maksim terjadi karena Alex sendiri tidak terlalu mengetahui bagaimana cara mereka untuk sampai di Monte Carlo. Kemudian, hal itu Alex lakukan agar ia tidak merusak muka positif teman-temannya. Di sini, Alex membutuhkan dukungan dan persetujuan dari para teman-temannya agar mereka semua mau ikut Alex menuju Monte Carlo sehingga ia pun melakukan strategi token agreement yang mengharapkan persetujuan dan kerjasamanya dengan semua temantemannya. Pada dialog (a.2), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas. Hal ini terjadi ketika Alex berkata, “Yeah, that’s right! We’ve gone halfway around the world. Compared with that, Monte Carlo’s just a hop, skip, and a swim away” (00:04:59 & 00:05:01). Pada dialog tersebut, Alex tidak berkata sesuatu dengan benar. Alex berkata bahwa seakan-akan Monte Carlo itu memiliki jarak yang tidak jauh dari Afrika sehingga dapat dicapai hanya dengan lompat dan berenang. Pada kenyataannya, Monte Carlo tidak sekecil yang dikatakan oleh Alex. Pelanggaran maksim terjadi karena ia tidak tahu harus berkata apa agar temantemannya tidak pasrah menerima kenyataan tersebut. Selain itu, ia juga ingin mencari dukungan temantemannya dan berharap teman-temannya akan mengubah pikirannya dan mengikuti apa yang diinginkan oleh Alex. Melalui pelanggaran-pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex, ia berhasil menyemangati dan mengubah pikiran teman-temannya yang awalnya sudah pasrah untuk tetap tinggal di padang ilalang di Afrika jika memang para penguin tersebut tidak akan kembali untuk menjemput mereka. Pada kedua contoh dialog tersebut, terbukti bahwa pelanggaran maksim dapat menarik perhatian dan merubah pikiran lawan bicara kita agar melakukan sesuatu yang kita harapkan (rhetoric & persuasion). Selain itu, Gloria, Melman, dan Marty mau memercayai Alex dan mau melakukan apa yang diinginkan Alex karena mereka menganggap Alex memiliki peran yang lebih ketika mereka berada di kebun binatang di New York (legitimate power). Pelanggaran maksim yang dilakukan Alex berhasil karena didukung oleh kemampuan Alex dalam mengambil muka teman-temannya. Pada dialog ini, Alex menggunkana token agreement untuk meminta persetujuan dari teman-temannya. Token agreement adalah strategi untuk mencari persetujuan atau
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
6
kesepahaman dengan mengharapkan petutur selalu setuju kepada penutur, dan menyembunyikan ketidaksetujuan mereka. Oleh karena itu, dalam upaya mengharapkan persetujuan dari teman-temannya, Alex melanggar maksim-maksim yang ada. Kemudian, pada kedua contoh dialog tersebut, intensitas pelanggaran maksim yang dilakukan pada adegan pertama ini belum terlalu sering dilakukan oleh penutur. b. Analisis Dialog Adegan 2 b.1 Vitaly : Where are you coming from? Alex : Please, you got to hide us. Just until the heat dies down. Vitaly : Absolut no outsiders. So wipe the Smirnoff your face and Popov! Alex : Come on, man. You gotta do one cat a solid. Cat to cat. Do a solid here, buddy. Come on.
one cat a solid. Cat to cat. Do a solid here, buddy.” Hal tersebut dia lakukan karena Alex merasa satu keluarga dengan Vitaly, yaitu sama-sama berasal dari keluarga kucing, sehingga Alex merasa bahwa satu keluarga harus saling tolong menolong. Namun, strategi ini kurang mendapatkan tanggapan dari Vitaly karena Vitaly merasa memiliki kuasa lebih dari Alex dan kawan-kawan sehingga ia tidak terlalu memercayai omongan Alex. Pada adegan kedua ini, intensitas pelanggaran maksim yang dilakukan belum terlalu sering karena mereka masih mencoba beradaptasi dengan para binatang sirkus Zaragoza tersebut. c. Analisis Dialog Adegan 3 c.1 Vitaly : Only circus animal on this train. Alex : Wait, listen! We are circus animals. You got to let us in! c.2 Gia Alex
: You are really a circus? : Yes. Full circus!
Adegan 2 ini berlatar di sebuah rel kereta api. Pada adegan ini, Alex, Melman, Marty, Gloria, para penguin, dan para monyet berusaha kabur dari kejaran polisi. Mereka berusaha mencari perlindungan kepada rombongan sirkus Zaragoza dengan memohon untuk ikut di dalam kereta bersama rombongan mereka.
c.3 Marty
: My momma was circus. My daddy was circus. : Gia! Shut the door! : Please. : They are circus. Circus stick together. : (groans)
Pelanggaran maksim yang terjadi pada adegan ini adalah maksim kualitas, maksim kuantitas, dan maksim relevansi. Pelanggaran maksim terjadi ketika Vitaly bertanya “Where are you coming from?” (00:22:23), kemudian Alex menjawabnya dengan “Please, you got to hide us. Just until the heat dies down” (00:22:26). Jawaban yang diberikan oleh Alex itulah yang termasuk melanggar keempat jenis maksim yang ada karena Alex memberikan jawaban yang tidak benar (maksim kualitas), tidak memberikan jawaban yang informatif bagi Vitaly (maksim kuantitas), kemudian Alex tidak memberikan jawaban yang sesuai/ relevan dengan apa yang ditanyakan oleh Vitaly (maksim relevan). Pelanggaran maksim terjadi dengan disengaja karena Alex tidak ingin membuka asal usul mereka, dan Alex pun bingung menjelaskan yang sebenarnya kepada Vitaly. Oleh karena itu, Alex sengaja mengalihkan pembicaraan Vitaly. Selain itu, Alex melakukan strategi persuasi dengan melanggar maksim untuk mencoba beradaptasi dengan lawan bicaranya, yaitu Vitaly, agar Vitaly mengijinkan Alex dan kawankawan untuk masuk ke dalam kereta. Selain itu, untuk mendapatkan muka dari Vitaly, Alex pun berusaha dengan melakukan strategi address forms. Address forms adalah penutur menggunakan kata-kata sapaan seperti dear, babe, honey, pal, buddy, dan sebagainya. Hal tersebut terlihat ketika Alex menggunakan kata buddy kepada Vitaly. Disitu Alex berusaha mencari kesamaan-kesamaan dengan Vitaly. Selain itu, Alex pun menambahkan dengan mengatakan “You gotta do
Pembahasan:
Pembahasan:
Vitaly Gloria Gia Vitaly
Latar dari adegan ketiga adalah di sebuah rel kereta api. Pada adegan ini, Alex dan kawan-kawan tetap berusaha untuk membujuk Vitaly dan kawan-kawannya agar mereka memperbolehkan Alex dan kawan-kawan untuk ikut bersama rombongan. Pada dialog (c.1), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim kualitas. Hal tersebut terjadi karena Alex mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan mengatakan bahwa mereka adalah binatang-binatang sirkus, “Wait, listen! We are circus animals. You got to let us in!” (00:23:18). Pelanggaran maksim pada dialog ini terjadi dengan disengaja karena Alex mendengar bahwa yang boleh ikut bersama rombongan sirkus hanyalah hewan sirkus, sehingga ia pun berbohong bahwa mereka juga hewan-hewan sirkus. Kemudian pada dialog (c.2), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim kualitas. Pada dialog tersebut, Alex berkata, “Yes. Full circus.” (00:23:28). Situasinya adalah Gia berusaha meyakinkan kembali bahwa Alex dan kawan-kawan adalah benar-benar hewan sirkus. Kemudian, Alex pun mengatakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan bahwa mereka adalah hewan sirkus. Pelanggaran maksim sengaja dilakukan oleh Alex karena ia sudah terdesak oleh keadaan pada saat itu. Pada saat itu kereta
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
7
sudah akan berangkat, namun mereka belum diperbolehkan untuk ikut bersama rombongan sirkus tersebut sehingga ia pun terpaksa berbohong guna meyakinkan Gia bahwa mereka benar-benar hewan sirkus. Pada dialog (c.3), terjadi pelanggaran maksim kualitas yang dilakukan oleh Marty karena Marty mengatakan sesuatu yang tidak benar. Marty mengatakan bahwa ia berasal dari keluarga pemain sirkus “My momma was circus. My daddy was circus” (00:23:31). Pelanggaran maksim sengaja dilakukan oleh Marty dengan tujuan untuk lebih meyakinkan rombongan sirkus tersebut bahwa mereka adalah benar-benar hewan-hewan sirkus. Pada adegan ketiga ini, intensitas pelanggaran maksim mulai sering terlihat agar para rombongan sirkus Zaragoza tersebut berubah pikiran dan akhirnya mau mengajak mereka ke dalam kereta mereka. Pada akhirnya, strategi persuasi mereka pun berhasil karena Alex dan kawan-kawan memposisikan diri mereka sama dengan para rombongan hewan-hewan sirkus Zaragoza sehingga tidak ada tidak ada yang merasa memiliki kuasa yang lebih. Selain itu, untuk mendapatkan muka dari rombongan hewan-hewan sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-kawan pun berusaha mencari-cari kesamaan dengan rombongan hewan sirkus Zaragoza. Alex dan kawan-kawan hanya berusaha agar mereka terlihat menarik agar rombongan hewan sirkus tersebut memercayai mereka dengan mengatakan bahwa mereka adalah hewan sirkus dan orang tua mereka juga hewan sirkus (intensify interest to H). Intesify interest to H adalah penutur berusaha agar ia selalu terlihat menarik di mata si petutur. Sehingga hal ini akan membuat si petutur semakin percaya, dan membuat antara penutur dan petutur semakin solid. Hasilnya adalah Gia akhirnya mengijinkan mereka ikut ke dalam rombongan sirkus mereka dengan mengatakan “Circus sticks together” karena Gia merasa mereka merupakan sama-sama hewan sirkus, dan sesama hewan sirkus harus saling tolong menolong. d. Analisis Adegan 4 d.4 Stefano : Wow! Circus Americano! You must all be very famous! Alex : Yeah, we.. Gloria : Absolutely Alex : We’re relatively well-known.. Marty : But Alex is really the star. Alex : Well, I’m not.. I wouldn’t say “star.” More like.. Well, star.
kelompok sirkus mulai memercayai Alex dan kawankawan sehingga mereka diperbolehkan menumpang di kereta mereka. Pada adegan keempat ini, pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim cara karena Alex menjawab pertanyaan Stefano dengan tidak secara to the point. Alex hanya menjawab pertanyaan dengan kalimat yang menggantung, seperti “Yeah, we..” (00:24:19), “We’re relatively well-known..” (00:24:21), dan “Well. I’m not.. I wouldn’t say “star.” More like.. Well, star” (00:24:25). Dialog pada adegan keempat ini sebenarnya mereka tidak sepenuhnya berbohong karena mereka memang terkenal ketika di New York, tapi bukan sebagai hewan sirkus seperti yang mereka katakan kepada kelompok hewan Zaragoza, melainkan hanyalah hewan atraksi untuk kebun binatang saja. Pelanggaran maksim terjadi dengan disengaja karena Alex dan kawan-kawan tidak tahu harus berkata apa untuk menceritakan mengenai asal usul kehidupan mereka, sehingga Alex pun tidak memberikan jawaban dengan jelas dan terkesan menggantung. Pelanggaran maksim ini ia lakukan sebagai strategi persuasi agar hewan-hewan sirkus Zaragoza tidak berubah pikiran, dan beralih untuk mengeluarkan mereka semua dari rombongan sirkus. Kemudian, untuk mendapatkan muka dari rombongan hewan-hewan sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-kawan pun melakukan strategi safe topics, yaitu mengatakan atau membicarakan hal-hal atau topik yang “aman” saja, seperti Alex dan kawankawan mengatakan bahwa mereka adalah rombongan sirkus yang terkenal. Pada adegan ini, pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan terlihat semakin sering dan ternyata berhasil membuat Stefano semakin antusias dengan kehadiran mereka. e. Analisis Adegan 5 e.1 Stefano : What is your act, Alice? Alex : Well.. I basically, uh, I jump up on my rock.. Stefano : Rock? Alex : Yeah. It’s a very high.. rock. e.2 Melman Stefano Alex
: A really high rock! : And then? : And then, well, I roar like.. like a serious “Rawrrr!”
e.3 Stefano Alex Stefano Alex
: And then? : And then I jump off the rock. : And then?! : And then.. And then what?
Pembahasan: Pada adegan keempat ini, berlatar di sebuah kereta api milik kelompok sirkus Zaragoza. Pada adegan ini,
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
8
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan sirkus.
Pembahasan: Latar dari adegan kelima ini masih di dalam sebuah kereta api milik rombongan sirkus Zaragoza. Pada adegan kelima ini, Stefano mulai mempertanyakan aksi-aksi yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan ketika melakukan atraksi sirkus. Pada dialog (e.1), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas karena Alex mengatakan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau berbohong. Hal tersebut dikarenakan ketika Alex berada di New York, ia tidak melompat ke atas sebuah batu. Ia hanya berdiri di atas batu agar pengunjung kebun binatang dapat melihatnya, dan batunya tidak terlalu tinggi. Kemudian, pada dialog (e.2) terdapat hiperbola dalam sebuah kalimat tindak tutur yang termasuk ke dalam pelanggaran maksim quality/ kualitas. Hiperbola termasuk pelanggaran maksim karena melebihlebihkan ujaran yang diucapkan. Hiperbola tersebut terjadi ketika Melman berkata “A really high rock” (00:24:36). Pada dialog tersebut, Melman menanggapi ujaran Alex yang sebelumnya ketika Alex berusaha menarik perhatian Stefano dengan cara yang sedikit berlebihan/ hiperbola. Pada dialog (e.3) terdapat pelanggaran maksim quality/ kualitas karena Alex tidak terlalu yakin dengan apa yang ia ucapkan. Hal tersebut juga dapat kita lihat dari ekspresi wajah Alex ketika mengucapkan “And then I jump off the rock” (00:24:43). Pelanggaran maksim yang pada adegan ini dilakukan dengan sengaja untuk menarik perhatian kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza. Pelanggaranpelanggaran maksim yang mereka lakukan merupakan strategi persuasi, dan strategi tersebut berhasil karena Stefano dan kawan-kawan merasa mereka mendapatkan “atmosfer” baru dengan kedatangan Alex dan kawan-kawan. Selain itu, mereka juga sangat mengagumi Alex dan kawan-kawan sehingga mereka memercayai Alex dan kawan-kawan (referent power). Hal itu terlihat dari Stefano yang antusias mendengar cerita Alex, dan berusaha ingin mengenal lebih jauh terhadap Alex dan kawan-kawan. Kemudian, untuk mendapatkan muka dari rombongan hewan sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-kawan berusaha mencari kesamaan-kesamaan dengan memperhatikan hal-hal yang disukai, diinginkan dan dibutuhkan oleh si petutur (notice, attend to H) dan berusaha agar selalu terlihat menarik di mata para rombongan hewan sirkus Zaragoza tersebut (intensify interest to H). Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan mengetahui bahwa yang menjadi daya tarik si rombongan hewan sirkus Zaragoza adalah segala sesuatu mengenai sirkus, sehingga Alex dan kawan-kawan pun berusahan
f. Analisis Dialog Adegan 6 f.1 Gia : That is all? Gloria : Into a pool! (00:24:49) Marty : Full of water! (00:24:50) Melman : Full of cobras! (00:24:50) f.2 Alex Melman Alex
: Actually, it appears like I’m jumping in to a pool.. (00:24:51) : With cobras! (00:24:54) : Aquatic cobras. For effect. But I actually pull up at the last second. (00:24:55)
Pembahasan: Latar pada adegan ini masih di dalam sebuah kereta api milik rombongan sirkus Zaragoza. Adegan keenam ini adalah ketika Gia meragukan aksi Alex ketika sirkus seperti yang telah diceritakan oleh Alex sebelumnya. Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (f.1) adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas. Pelanggaran maksim terjadi ketika Gia menanyakan “That is all?” kepada Alex dan kawan-kawan. Pelanggaran maksim terjadi karena Gloria (Into a pool!), Marty (Full of water!), dan Melman (Full of cobras!) mengatakan sesuatu yang tidak benar. Pada kenyataannya, Alex tidak pernah melakukan hal seperti yang telah teman-temannya katakan. Gloria, Marty, dan Melman hanya menambahkan cerita yang sebelumnya diceritakan oleh Alex. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian Steffano, Gia, dan Vitaly. Kemudian, pada dialog (f.2) terjadi pelanggaran maksim quality/ kualitas. Pelanggaran maksim terjadi pada saat Alex mengatakan “Actually, it appears like I’m jumping in to a pool..”. Kemudian, pada saat Marty mengatakan “With cobras!”, dan Alex menanggapi perkataan Marty dengan “Aquatic cobras. For effect. But I actually pull up at the last second.” Pelanggaran maksim quality/ kualitas terjadi karena Alex dan Marty mengatakan sesuatu yang tidak benar atau tidak pernah ia lakukan. Alex memanipulasi cerita mengenai aksi sirkus yang ia lakukan. Pada kenyataannya, Alex tidak pernah melakukan hal yang ia katakan, dan bahkan ia pun bukan hewan sirkus. Selain itu, pada dialog milik Alex yang mengatakan “Aquatic cobras. For effect. But I actually pull up at the last second”, Alex berusaha menetralkan keadaan pada saat itu. Alex tidak ingin Gia dan kawan-kawan terus bertanya mengenai aksi sirkus yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan karena ia bingung harus bercerita apalagi. Namun di sisi lain, Alex tetap tidak ingin kehilangan muka positifnya dengan mengakui
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
9
bahwa ia dan kawan-kawannya berbohong ketika ia tidak bisa lagi menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Gia dan kawan-kawan. Pada adegan keenam ini, pelanggaran maksim dilakukan dengan sengaja dan intensitas pelanggaran maksim pun semakin sering Alex, Marty, Melman, dan Gloria lakukan. Hal tersebut dapat terlihat bahwa mereka memanipulasi cerita mengenai aksi sirkus yang Alex lakukan agar Stefano, Gia, dan Vitaly semakin percaya bahwa Alex dan kawan-kawan adalah benarbenar hewan sirkus dari Amerika yang sangat handal. Strategi ini mereka lakukan karena mereka berusaha mencari kesamaan-kesamaan dengan kelompok hewan sirkus Zaragoza (claim common ground) dengan melakukan strategi intensify interest to H, yaitu penutur berusaha agar ia selalu terlihat menarik di mata si petutur. Sehingga hal ini akan membuat si petutur semakin percaya, dan membuat antara penutur dan petutur semakin solid. Hal tersebut dilakukan agar mereka terlihat menarik di depan rombongan hewan sirkus tersebut, dan mereka semakin dipercaya oleh kelompok hewan sirkus tersebut. Hasilnya, rombongan hewan sirkus Zaragoza tersebut semakin tertarik dan memercayai Alex dan kawan-kawan karena mereka mulai mengagumi Alex dan kawan-kawan (referent power). g. Analisis Dialog Adegan 7 g.1 Stefano : Pull up? Alex : Yeah Stefano : How do you do that? Melman : Wire harness! Gloria : Balloons! Marty : Jet pack! g.2 Alex
Alex
: [chuckles] I flip off the wire harness, ignite my jet pack, and then toss the balloons to the children of the world. : Kids love it. Kids always love that.
Pembahasan: Latar dari adegan ketujuh ini masih berada di dalam kereta api bersama rombongan sirkus. Pada adegan ketujuh ini, Stefano mencoba mengklarifikasi cerita Alex dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa Alex meluncur ke atas atau pull up. Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (g.1) adalah pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim terjadi ketika Melman mengatakan “Wire harness!”, Gloria mengatakan “Balloons!”, dan Marty mengatakan “Jet pack!” pada saat menjawab pertanyaan dari Stefano. Hal tersebut termasuk pelanggaran maksim karena Melman, Gloria, dan Marty mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Pada kenyataannya, wire
harness, balloons, dan jet pack adalah cerita rekayasa saja. Pemanipulasian juga terjadi pada dialog (g.2) karena pada saat itu Alex memanipulasi cerita mengenai bagaimana ia menggunakan wire harness, balloons, dan jet pack sebagai alat sirkusnya. Pada saat itu, Aex mengatakan “I flip off the wire harness, ignite my jet pack, and then toss the balloons to the children of the world.” Pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim kualitas karena Alex mengatakan sesuatu yang tidak benar dan sesuatu yang ia sendiri tidak pernah melakukannya. Pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut dilakukan dengan sengaja agar kelompok hewan sirkus Zaragoza semakin percaya dan tertarik kepada Alex dan kawankawan. Pada adegan ini, intensitas pelanggaran maksim semakin tinggi dan hal tersebut, akhirnya, semakin berhasil “merebut” hati Stefano dan Gia. Hal-hal yang membuat Stefano dan Gia pada akhirnya memercayai Alex dan kawan-kawan karena mereka merasa Alex dan kawan-kawan adalah kelompok sirkus yang hebat, dan mereka pun akhirnya mengagumi Alex dan kawankawan (referent power & expert power). Hal tersebut terlihat saat Stefano mengajak Alex dan kawan-kawan untuk bersama rombongannya menuju Roma dan New York. Selain itu, dalam upaya menarik perhatian rombongan hewan sirkus Zaragoza, Alex dan kawankawan berusaha mencari persamaan-persamaan dengan rombongan hewan sirkus tersebut dengan menggunakan strategi intensify interest to H dan membicarakan hal-hal yang dianggap “aman” dan sesuai dengan kesehariannya rombongan sirkus tersebut (safe topics). h. Analisis Dialog Adegan 8 h.1 Alex : What is this place? Stefano : I know you think we are a stinky, poopy circus, but there is something you must know. There was a time when Circus Zaragoza, we were a great circus. Numero uno in all the Europe. And Vitaly.. he was the biggest star of us all. He was fearless. Taking risks. Always new. He jump through the hoop like he could fly! Stefano : It had never been done before because it was physically impossible! And the people.. they loved it! And the hoop, she got smaller! Like the ring on a finger of the tiniest lady with the slimmest of fingers. Stefano : He would not stop pushing. And one fateful day.. he push too far. He fly too close to the sun.. and he got burned. Literaly. The extra virgin olive oil is
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
10
Alex Stefano
Alex Stefano
Stefano Alex
extra flammable. And he lost everything. His wife, she run off with a musician. He lost his dignity, his fame, his passion, and his fur. And when it grows back, it is less soft. More like a prickly beard. His only passion now is the borscht. : Whoa. : He was our inspiration. So when he lost his passion, well.. as Vitaly goes, so goes the circus. This is why we need your help. : What sort of help? : You can teach us to do new circus. Americano style! We find a new passion. Make a new show. And we go all the way to US and A! : I know. It is stupido idea. We are lost a cause. : No, no, this isn’t stupido. This could work!
Pembahasan: Latar dari adegan ini adalah di dalam sebuah gerbong kereta yang berisi segala hal mengenai sirkus Zaragoza, seperti piala, foto, poster, dan segala kenangan mengenai sirkus Zaragoza. Dialog (h.1) ini terjadi saat Stefano mengajak Alex ke gerbong tersebut dan meminta Alex untuk mengajarinya sirkus. Ia tahu bahwa Alex dan kawankawan adalah rombongan hewan sirkus terkenal dari Amerika. Oleh karena itu, ia meminta Alex agar mengajarinya sirkus dengan gaya Amerika. Stefano hanya ingin sirkus Zaragoza kembali berjaya seperti dahulu kala dan membuat teman-temannya kembali bersemangat. Pelanggaran maksim terjadi saat Stefano melakukan persuasi agar Alex mau mengajarinya sirkus. Pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim relevansi/ relevance dan maksim cara/ manner. Pelanggaran maksim relevansi terjadi karena Stefano menjawab pertanyaan Alex dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaannya. Saat di gerbong tersebut, Alex bertanya “What is this place?”, dan Stefano menjawabnya dengan bercerita mengenai masa lalu dari sirkus Zaragoza (dialog 00:42:46 s/d 00:45:31). Namun, hal tersebut bertujuan agar Alex mampu menyimpulkan jawabannya sendiri dari cerita Stefano. Kemudian, pelanggaran maksim cara terjadi karena Stefano tidak secara to the point mengutarakan maksudnya untuk meminta Alex mengajari ilmu sirkus baru kepada sirkus Zaragoza. Stefano memulai pembicaraan untuk meminta Alex megajarinya sirkus dengan bercerita terlebih dahulu mengenai masa lalu
dan masa kejayaan sirkus Zaragoza. Dalam hal ini, Stefano melakukan syarat pertama dari sebuah persuasi, yaitu mendapatkan perhatian dari lawan bicara karena inti dari persuasi adalah berhasil mendapatkan atau menarik perhatian lawan bicara untuk memengaruhi pikirannya untuk melakukan apa yang kita inginkan. Dalam adegan ini, Stefano berhasil mendapatkan perhatian Alex dan berhasil membuat Alex mau mengajari Stefano dan kawan-kawannya sebuah gaya sirkus baru. Pelanggaran maksim pada adegan ini terjadi dengan disengaja. Pelanggaran maksim yang terjadi dalam adegan ini berhasil menarik perhatian Alex, dan akhirnya membuat Alex mau membantu Stefano dan kawan-kawan karena Alex merasa kagum akan kehebatan Stefano dan kawan-kawan. Selain itu, Alex merasa bahwa Stefano dan kawan-kawan merupakan kelompok sirkus yang hebat dan handal. Dalam hal ini terdapat referent power dan expert power yang membuat Alex akhirnya mau melakukan apa yang diinginkan oleh Stefano. Selain itu, untuk mendapatkan muka dari Alex, Stefano melakukan strategi assert or presuppose S’s knowledge of and concern for H’s wants, yaitu strategi yang bertujuan untuk mengetahui apakah penutur dan petutur saling bekerjasama dan dengan sedikit “menekan” si petutur agar mau bekerjasama dengan si penutur. Dalam hal ini, Stefano memohon kerjasama dari Alex untuk membantu rombongan sirkus Zaragoza agar bisa bangkit kembali dari keterpurukannya. Kemudian, agar tetap mendapatkan simpati dari rombongan sirkus Zaragoza, Alex pun tetap berupaya dengan melakukan strategi offer, promise, yaitu apapun yang diinginkan oleh petutur, penutur juga menginginkannya dan akan membantunya untuk mendapatkannya. Dalam hal ini, Alex pun berjanji untuk membantu Stefano dan kawankawan untuk bangkit dari keterpurukan dengan cara mengajarinya ilmu sirkus baru walaupun sebenarnya Alex pun juga tidak terlalu yakin akan usahanya tersebut karena ia bukanlah hewan sirkus. i. Analisis Dialog Adegan 9 i.1 Gia : I admire how you have inspired these animals. Alex : Oh, thanks. Gia : And what you said about passion, it was like poetry. Alex : I love passion and poetry. They got together, really. I know they don’t rhyme. Gia : Trapeze is my passion. Alex : Terrific. I look forwad to seeing you up there. Gia : You can teach me! Alex : What? Gia : Teach me.
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
11
Alex Gia Alex Gia Alex Gia
: Well, I’ve always been kind of a solo act. So that kind of rules that out. : I wonder if you actually do trapeze. : Oh, I actually do do trapeze. : Show me! : “Show me?” What are we, five? : I am five, yes.
Pembahasan: Latar dari adegan kesembilan ini adalah di sebuah taman tempat mereka berlatih sirkus. Dialog (i.1) ini terjadi pada saat Gia meminta Alex untuk mengajarinya trapeze. Gia meminta kepada Alex untuk mengajarkan teknik trapeze seperti yang selalu dilakukan Alex ketika melakukan aksi sirkus, dan sekaligus untuk membuktikan bahwa Alex benar-benar hewan sirkus seperti yang Alex katakan pada awal pertemuan. Pada dialog (i.1) terjadi violating maxim ketika Alex berkata “Well, I’ve always been kind of a solo act. So that kind of rules that out.” Pada saat itu, Alex tidak berbohong karena ia memang selalu melakukan aksinya seorang diri ketika berada di kebun binatang di New York. Namun, ia dengan sengaja melakukan violating maxim karena ia mengatakan seperti itu untuk menutupi kebohongannya bahwa ia tidak dapat melakukan aksi seperti yang ia ceritakan di awal pertemuan. Hal tersebut dimaksudkan agar Gia tidak penasaran dan berhenti meminta Alex untuk mengajarinya. Namun, hal tersebut tidak berhasil karena Gia terus saja meminta Alex untuk mengajarinya. Pada adegan ini, pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex tidak membuahkan hasil. Gia tetap tidak mau mengubah pikirannya dan tetap memaksa Alex untuk melakukan sekaligus mengajarinya teknik sirkus trapeze. Selain itu, untuk menghindari ketidaksetujuan dari dari Gia, Alex pun menggunakan strategi white lies, yaitu strategi untuk menghindari ketidaksetujuan dari si petutur dan untuk menghindari muka positif si petutur. Dalam hal ini, Alex tidak ingin merusak muka positif dari Gia. Namun, sayangnya, strategi yang dilakukan Alex kurang berhasil. j. Analisis Dialog Adegan 10 (Dialog sebelumnya, yaitu Alex dengan para penguin) j.1 Penguin : Psstt. Senorita Bell-bottoms. Tenemos una problema grande. Alex : Que? Que grande problema? Alex : Oh, no! She’s onto us! Penguin : Shh! Don’t make it any easier on the psycho. Alex : What are we gonna do? Penguin : We’d better vamose..pronto.
Alex Penguin
: But we’re not ready. We’re ini the middle of rehearsals. : Then why don’t you lit over, grab your peduncle, and kiss New York good-bye?
(Dialog Alex dengan Stefano) j.2 Stefano : Are you sure we are ready? Alex : Of course we are ready! Born ready! Ready steady! Come on, let’s go! Pembahasan: Latar dari adegan ini adalah di sebuah taman, namun mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju London. Dialog (j.1) ini terjadi pada saat mereka sedang latihan sirkus untuk persiapan aksi sirkus mereka di London. Kemudian datanglah Kapten Chantal Dubois. Lalu, Alex dan para penguin melakukan perundingan, dan akhirnya Alex dan para penguin memutuskan untuk pergi dari tempat itu untuk menghindari Kapten Chantal Dubois, dan melanjutkan perjalanan menuju London. Pelanggaran maksim terjadi pada saat Stefano menanyakan kesiapan mereka untuk melakukan sirkus. Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (j.2) adalah pelanggaran maksim kualitas karena Alex mengatakan hal yang Alex sendiri tidak yakin akan kebenarannya. Dalam adegan itu, Stefano bertanya “Are you sure we are ready?”, dan Alex pun menjawab “Of course, we’re ready! Born ready! Ready steady! Come on, let’s go!”. Pelanggaran maksim terjadi karena Alex tidak ingin menceritakan yang sebenarnya bahwa Dubois datang, dan mereka harus segera meninggalkan tersebut. Akhirnya, Alex memilih untuk melanggar maksim bahwa mereka sudah sangat siap untuk melakukan aksi sirkus di London. Pada dialog ini, sebenarnya Alex tidak yakin akan kesiapan teman-temannya untuk melakukan sirkus. Hal tersebut terlihat dari dialog sebelumnya antara Alex dan para penguin. Namun, dia harus meyakinkan teman-temannya bahwa mereka sudah siap melakukan sirkus dan segera meninggalkan tempat tersebut untuk menghindari Dubois. Akhirnya, Alex pun berhasil memengaruhi pikiran teman-temannya bahwa mereka siap melakukan sirkus, dan mereka pun melanjutkan perjalanan kembali. Stefano dan kawan-kawan lainnya akhirnya memercayai Alex karena mereka menganggap Alex lebih berpengalaman dan memiliki kemampuan sirkus yang lebih dari mereka semua (expert power). Selain itu, mereka juga sangat mengagumi Alex karena Alex telah berhasil mengajari ilmu-ilmu sirkus yang baru (referent power). Kemudian, Alex pun juga melakukan strategi repetition, yaitu pengulangan digunakan untuk memberikan penekanan secara
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
12
emosional terhadap suatu hal. Dalam hal ini, Alex melakukan pengulangan kata ready yang dimaksudkan untuk memberikan penekanan bahwa mereka telah siap melakukan aksi sirkus sekaligus untuk menambah semangat teman-temannya. k. Analisis Dialog Adegan 11 k.1 Alex : Vitaly, what are you doing? Vitaly : You missed. Alex : You’re leaving? You’re just gonna walk out on everybody? Vitaly : They have good show without me. Alex : Look, I got a good left foot, but without my right foot, I can’t walk. Vitaly : You get fake foot, then you walk. Alex : I don’t want fake foot! OK? Vitaly : (groans) Alex : What happened to “circus stick together” huh? “The show must go on.” Vitaly : Cliché. Alex : Come on, man. Stop being this guy! Be the other guy! Vitaly : What other guy? Alex : The guy who was all circus! The guy who jumped through hoops! Alex : Give me that! The guy everybody looked up to. Alex : Come on. Where is that Vitaly? Vitaly : That Vitaly is no more. Alex : Listen, man. You may have given up on yourself. But, your friends haven’t given up on you. Alex : Are you just going to turn your back on them, and sit and eat borscht the rest of your life? Or are you gonna get out there and jump through that tiny little hoop? Vitaly : (groans) It is impossible. Alex : It’s always impossible, Vitaly. That’s why the people loved it. Vitaly : That is why I loved it. Because I did the impossible! I was once a brave tiger. And if I go down in flames.. so be it! Alex : You know, I think I might have an idea for you. Pembahasan: Latar dari adegan ini adalah backstage atau belakang panggung tempat pementasan sirkus di London. Adegan kesebelas ini adalah ketika Alex berusaha memengaruhi Vitaly agar mau melakukan lompatan melalui lingkaran api seperti yang dahulu pernah Vitaly lakukan. Pelanggaran maksim yang terjadi pada adegan kesebelas ini tidak terlalu sering intensitasnya.
Pelanggaran maksim hanya terjadi pada saat Alex hanya ingin mengubah pikiran Vitaly agar mau melakukan lompatan api. Pelanggaran maksim yang terjadi adalah metafora, salah satu bentuk pelanggaran maksim kualitas. Dalam hal ini, untuk kembali menyemangati Vitaly yang sudah hampir putus asa, Alex melakukan metafora dengan membandingkan persahabatan dengan sepasang kaki. Pada saat itu Alex mengatakan “Look, I got a good left foot, but without my right foot, I can’t walk.” Kalimat tersebut bermakna bahwa persahabatan mereka akan terasa pincang jika kehilangan salah satu orang saja. Perkataan Alex tersebut mulai memengaruhi pikiran Vitaly, walaupun Vitaly tidak terlalu menampakannya. Kemudian, pelanggaran maksim terjadi pada saat Alex menawarkan sebuah ide untuk Vitaly (dialog 01:03:05), yaitu “You know, I think I might have an idea for you.”. Pelanggaran maksim yang terjadi pada saat itu adalah pelanggaran maksim kualitas. Hal tersebut terjadi karena Alex sebenarnya tidak terlalu yakin bahwa kondisioner rambut dapat membantu Vitaly ketika melakukan lompatan di lingkaran api. Alex hanya mengetahui bahwa kondisioner tersebut bukanlah bahan yang mudah terbakar seperti olive oil. Ide Alex tersebut berhasil memengaruhi Vitaly, dan akhirnya Vitaly pun mau melakukan lompatan di lingkaran api tersebut dan berhasil melompatinya tanpa terbakar. Pada adegan ini, Alex mempunyai kuasa yang lebih terhadap Vitaly karena Alex mengetahui tentang masa lalu Vitaly sehingga ia bisa memengaruhi pikiran Vitaly untuk melakukan lompatan api pada aksi sirkus mereka. Selain itu, Alex pun sudah dianggap sebagai ketua karena berhasil mengajarkan teknik-teknik sirkus yang baru. Kemudian, yang membuat akhirnya Vitaly mau menerima dan memercayai ide yang ditawarkan oleh Alex karena Vitaly merasa Alex mengetahui halhal yang tidak ia ketahui mengenai kondisioner yagn ditawarkan oleh Alex. Oleh sebab itu, Alex mampu mengubah pikiran Vitaly, dan membuat Vitaly mau melakukan apa yang diinginkan oleh Alex (expert power). Kemudian, untuk mendapatkan muka dari Vitaly, Alex pun melakukan strategi safe topics, yaitu penutur memilih untuk membicarakan hal-hal yang dianggap “aman” dan tidak menyinggung satu sama lain. Dalam hal ini, Alex mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan sahabat-sahabat Vitaly dan kehebatan-kehebatan Vitaly pada waktu itu. Hal tersebut dimaksudkan agar semangat Vitaly yang dahulu dapat bangkit kembali dan ia bisa kembali tampil bersama para sahabatnya.
Kesimpulan Dari hasil analisis data yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggaran-
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
13
pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan berhasil memengaruhi pikiran lawan bicara mereka untuk melakukan hal-hal yang diinginkan oleh Alex dan kawan-kawannya. Pelanggaran maksim yang banyak terjadi dalam film ini adalah pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas terjadi karena penutur mengatakan sesuatu yang tidak benar. Selain itu, pelanggaran maksim kualitas terjadi karena penutur tidak yakin akan kebenaran dari ucapannya tersebut. Hal inilah yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria untuk menarik perhatian dan memengaruhi pikiran lawan bicara. Namun, dalam melakukan pelanggaranpelanggaran maksim tersebut, yang dalam film ini lebih banyak memanipulasi sebuah cerita, Alex tidak asal dalam mengarang sebuah cerita. Alex dan kawankawannya berbohong sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Rasa solidaritas di antara keduanya dibangun dengan menggunakan strategi positive politeness. Positive politeness adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencari kesamaan-kesamaan di antara penutur dan petutur untuk membangun rasa solidaritas dan kerjasama di antara kedua belah pihak. Strategi-strategi positive politeness yang sering mereka lakukan dalam film ini adalah seperti notice, attend to H (his interests, wants, needs, and goods), white lies, intensify interest to H, dan token agreement. Semua itu mereka lakukan untuk mencari kesamaan-kesamaan di antara keduanya dan untuk mendapatkan muka agar Alex dan kawankawan lebih dipercaya oleh kelompok hewan sirkus Zaragoza, dan akhirnya mereka mau melakukan apa yang menjadi keinginan dari Alex dan kawan-kawan. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Alex dan kawankawan tetap terlihat menarik dan mendapat kepercayaan dari rombongan hewan sirkus Zaragoza. Faktor lain yang membuat kelompok hewan sirkus Zaragoza akhirnya mau berubah pikiran adalah mengenai relasi kuasa. Relasi kuasa adalah sebuah tingkatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat sehingga dapat menentukan bagaimana kita bersikap dan berbicara. Relasi kuasa terbagi menjadi lima, yaitu legitimate power, referent power, dan expert power. Relasi kuasa yang banyak terdapat dalam film ini adalah referent power dan expert power. Pada film ini, Alex dan kawan-kawan dianggap memiliki kuasa lebih terhadap kelompok hewan Zaragoza karena Alex dan kawan-kawan dianggap sudah ahli dalam melakukan aksi sirkus. Selain itu, Alex dan kawan-kawan juga dikagumi oleh kelompok hewan Zaragoza sehingga Alex dan kawankawan dapat dengan leluasa memengaruhi pikiran kelompok hewan Zaragoza agar mau melakukan apa yang menjadi keinginan Alex dan kawan-kawan.
Selain itu, ketika kita melakukan persuasi dengan pelanggaran maksim, kita harus memperhatikan intensitasnya. Dari analisis data yang telah dibuat, kita dapat melihat bahwa semakin sering kita melakukan strategi persuasi, semakin sering pula kita melakukan pelanggaran maksim. Ketika kita ingin agar lawan bicara kita semakin percaya kepada kita, intensitas pelanggaran maksim semakin ditingkatkan. Namun, pada saat kita telah mendapat kepercayaan dari lawan bicara dan telah sedikit berhasil membangun rasa solidaritas diantara lawan bicara, kita tidak terlalu sering melakukan pelanggaran maksim karena lawan bicara kita sudah memercayai kita. Kemudian, dari sisi komunikasi, terdapat lima syarat bagi para persuader ketika melakukan sebuah strategi persuasi. Lima syarat tersebut adalah, syarat pertama, apapun pendekatan yang mereka ambil dan lakukan, para persuader harus mendapatkan perhatian si lawan bicara karena inti dari persuasion adalah berhasil mendapatkan atau menarik perhatian lawan bicara untuk memengaruhi pikirannya untuk melakukan apa yang kita inginkan. Syarat kedua, para persuader harus berusaha agar si lawan bicara mengerti pesan yang ingin disampaikan dari sebuah ujaran, sekecil apapun pesan yang mereka dapatkan. Syarat ketiga, para persuader harus mempelajari psikologi para lawan bicaranya karena kita harus beradaptasi dengan lawan bicara kita. Syarat keempat, para persuader harus mengantipasi ketidak cocokan secara interpersonal. Para persuader tidak boleh terlalu percaya terhadap apa yang dianggap benar dan dirasakan oleh lawan bicara kita. Para persuader harus membuat jarak antara apa yang harus lawan bicara kita rasakan atau pikirkan dengan apa yang dirasakan atau pikirkan oleh lawan bicara kita. Dalam melakukan persuasi ini, Alex dan kawan-kawan lebih sering memenuhi syarat pertama, kedua, dan keempat. Dengan melanggar maksim-maksim yang ada, Alex dan kawan-kawan berhasil melakukan pendekatan kepada hewan-hewan kelompok sirkus Zaragoza. Selain itu, kelompk hewan-hewan sirkus Zaragoza juga mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan oleh Alex dan kawan-kawan melalui pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut. Kemudian, melalui pelanggaran maksim, Alex dan kawan-kawan berhasil melebur segala perbedaan-perbedaan yang sangat terasa pada saat di awal pertemuan. Sebagai co-active persuader, Alex dan kawan-kawan mengikuti tiga dari lima hal penting dalam co-active persuasion. Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan sering kali melakukan rhetoric of identification. Para co-active persuader mencari kesamaan-kesamaan dengan si petutur atau target sasaran. Para co-active persuader ini mencari kesamaan dengan mengidentifikasi melalui kata-kata, sikap, pakaian, dan
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
14
penampilan. Hal tersebut untuk mengidentifikasi persamaan minat dan kepentingan. Hal inilah yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan. Mereka mengetahui bahwa mereka akan sangat membutuhkan kelompok hewan sirkus Zaragoza agar bisa lari dari kejaran Dubois dan kembali ke asal mereka di New York, sehingga mereka pun akhirnya memanipulasi cerita bahwa mereka adalah kelompok hewan sirkus yang terkenal dari New York. Lalu, sangat kebetulan bahwa saat itu kelompok hewan Zaragoza sedang bermasalah sehingga kehadiran Alex dan kawan-kawan dapat memberikan sebuah semangat baru bagi kelompok sirkus mereka. Kemudian, dalam melakukan strategi-strategi retorik ini, sangat penting bagi para persuader untuk melakukan avoidance of threats or acts of force. Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan pun melakukan hal yang serupa. Alex dan kawankawan melakukan pendekatan secara emosional. Pada akhirnya, Alex dan kawan-kawan pun berhasil mendapatkan equal access terhadap lawan bicaranya. Seiring dengan semakin meningkatnya kepercayaan kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza kepada Alex dan kawan-kawan, dalam hal ini, Alex dan kawankawan pun akhirnya berhasil ikut gabung dalam kereta milik kelompok hewan sirkus Zaragoza. Lalu, kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza pun akhirnya memercayai Alex untuk mengajarkan aksi sirkus dengan gaya yang baru kepada mereka. Selain itu, Alex dan kawan-kawan pun akhirnya berhasil merebut hati kelompok hewan sirkus Zaragoza sehingga mereka pun akhirnya diperbolehkan untuk ikut kelompok hewan sirkus Zaragoza menuju ke Roma. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran maksim dapat dijadikan sebagai sebuah strategi persuasi atau strategi untuk memengaruhi pikiran lawan bicara kita agar mau melakukan apa yang kita harapkan. Sebagai sebuah strategi persuasi, pelanggaran maksim didukung dan diperkuat oleh beberapa teori seperti teori persuasion, teori rhetoric, teori relasi kuasa, dan teori positive politeness. Beberapa teori tersebut saling mendukung untuk melakukan strategi persuasi dengan cara melanggar maksim-maksim yang ada.
Daftar Acuan Acuan dari buku: Brown, P., & Levinson, S.C. (1978). Politeness: some universals in language usage. Cambridge: Cambridge University Press Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik (pp. 3-14). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kushartanti. (2005). Pragmatik. Dalam Kushartanti, U. Yuwono., M.R.M.T Lauder (Ed.), Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik (pp. 104-113). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Leech, G.N. (1983). Principles of Pragmatics. New York: Longman Group Limited Levinson, S.C. (1983). Pragmatics. Cambridge University Press
Cambridge:
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Simons, H.W. (1976). Persuasion: understanding, practice, and analysis. United States of America: Newbery Award Records, Inc Thomas, J. (1995). Meaning in interaction: an introduction to pragmatics. United States of America: Longman Group Limited Yule, G. (1996). Pragmatics. University Press
Oxford:
Oxford
Acuan dari skripsi/tesis/artikel ilmiah: Amberg, J.S., & Vause, D.J. (2010). What is language?. American English: History, Structure, and Usage. United Kingdom: Cambridge University Press, 1-10. Diunduh dari: http://assets.cambridge.org/97805218/52579/exce rpt/9780521852579_excerpt.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2011, pukul 22:56 Carnegie, D.B. (1905). The sin of monotony. The Art of Public Speaking, 12-15. Diunduh dari: http://www.gutenberg.org. Diakses pada 1 Oktober 2011, pukul 22:19 Muryatina, R. (2009). Dialog Alex dan Jonathan dalam film Everything is illuminated: analisis tindak tutur dan implikatur dalam perbedaan budaya (Skripsi, Universitas Indonesia, 2009). Diunduh dari: http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/index.jsp Acuan dari internet: ”Developing a Communication Strategy”, diunduh dari: http://idrc.org/uploads/userS/11606746331Sheet01_CommStrategy.pdf. Diakses pada 25 April 2011 pukul 15.20
Kridalaksana, H. (2005). Pragmatik. Dalam Kushartanti, U. Yuwono., M.R.M.T Lauder (Ed.),
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013