1
ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP NEGERI KOTA MAKASAR Suardi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi LPMP Makassar Jln. Andi Pangeran Pettarani, Kota Makassar, Kode Pos 90222.
Abstract: Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Negeri Kota Makasar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada SMP Negri di kota makassar.Selain itu,tujuan penelitian ini juga untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada SMP Negri di kota Makassar.Populasi yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah seluruh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang mengajar pada SMP Negri di kota Makassar pada tahun pelajaran 2008/2009, bejumlah 87orang.Untuk mengukur tingkat kinerja disusun instrument penelitian dengan 8 indikator yaitu (1) pra pembelajaran, (2) penguasaan materi pembelajran (3) pendekatan/strategi pembelajaran (4) pemanfaatan sumber/media pembelajaran, (5) penciptaan suasana kelas yang kondusif, (6) penilaian proses dan hasil pembelajaran siswa, (7) penggunaan bahasa, dan (8) kegiatan penutup. Sedangkan untuk mengukur supervisi Kepala Sekolah digunakan 4 indikator yaitu (1) membimbing guru membuat persiapan pengajaran, (2) kunjungan kelas, (3) menilai guru, dan (4) memecahkan masalah yang di hadapi oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang significant antara pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah dengan kinerja guru, hal ini ditunjukkan nilai kolerasi (r parsion) sebesar 0,794 selain itu nilai koefisien determinansi sebesar 0,63% yang menunjukkan variasi dalam variable kinerja guru dapat di jelaskan atau di tentukan oleh variabel pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah. Hal ini berarti bahwa peningkatan kinerja guru turut ditentukan oleh pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah.Selain itu diperoleh pula informasi bahwa supervisi Kepala Sekolah SMP Negri di kota Makassar terlaksana dengan baik. Sementara hasil analisis data juga menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru Penddidikan Jasmani Olahraga dan Kesehan SMP Negri di kota Makassar tergolong tinggi. Meskipun demikian baik pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah maupun tingkat kinerja guru masih perlu di tingkatkan. Kata kunci: supervisi, kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Pada saat ini masyarakat dunia sedang dan mungkin akan terus menghadapi sebuah perubahan sosial besar-besaran. Istilah seperti “globalisasi” merupakan salah satu upaya dari beberapa pihak untuk memahami atau memaknai perubahan besar-besaran ini. Pranata sosial yang dinamakan “pendidikan” di Indonesia tidak bisa tidak terseret dalam berbagai arus perubahan sosial tersebut. Salah satu contoh dari perubahan besar-besaran itu adalah segala hal yang terjadi di luar negeri dan informasi apapun yang kita butuhkan dapat diperoleh melalui komputer (internet). Selain itu persaingan antar negara terutama di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin ketat. Contoh sederhana tersebut menggambarkan kondisi mutakhir yang menjadi bahan pemikiran bagi lembaga dan watak pendidikan di Indonesia sekaligus menjadi peringatan bagi dunia pendidikan di masa depan dalam membentuk manusia Indonesia yang mampu menghadapi tantangan zaman. Pendidikan merupakan salah satu aspek pemberdayaan bangsa dalam era globalisasi, peranannya menjadi begitu penting, karena itu perlu adanya pola pendidikan yang perlu diperbaharui dan dibenahi agar mampu menghasilkan keluaran pendidikan yang andal sesuai dengan tuntutan zaman. Pembangunan
28
Suardi, Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Penjaskes
pendidikan dan kebudayaan dalam masa pendidikan jangka panjang harus menjadikan sistem pendidikan nasional mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai gejolak perubahan yang terjadi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang mendukung kesinambungan pembangunan nasional. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 yang menyatakan bahwa, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keratif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 disebutkan bahwa: ”(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran Nasional yang diatur dengan Undangundang”. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan serta memperluas akses pendidikan, seperti perbaikan fasilitas, tenaga pengelola, serta mutu pendidik (guru). Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan aturan khusus tentang guru yaitu undang-undang No 14 tahun 2005. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bawha: ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,pendidikan dasar dan pendidikan menengah” Pendidikan di Indonesia terbagi dalam jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan menurut jalurnya terdiri dari pendidikan sekolah (informal) dan pendidikan luar sekolah (non formal). Sedangkan menurut jenisnya pendidikan meliputi pendidikan umum, kejuruan, luar biasa, kedinasan, keagamaan, akademik dan profesional. Pendidikan menurut jenjangnya adalah
29
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Dalam menjalankan tugasnya, seringkali guru masih memerlukan bantuan orang lain untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan. Dalam hal ini peran kepala sekolah sangat mutlak diperlukan sebagai penanggungjawab terhadap kegiatan sekolah untuk bekerja sama menemukan penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi tersebut dan selalu memotivasi guru agar lebih meningkatkan kinerjanya. Seperti yang dikatakan Danielewicz (dalam Stanford, 2008:43) ”Apa yang membuat seorang menjadi guru bukan metodologi, atau bahkan ideologi tetapi dibutuhkan keterikatan identitas”. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pendidikan sekarang ini adalah kinerja guru yang mana masih terus diharapkan dapat berada pada tingkat kinerja yang tinggi sehingga tercipta proses belajar mengajar yang baik. Penelitianpenelitian tentang kinerja guru telah banyak dilakukan, di antaranya oleh Ismail (2003:79) yang menunjukkan bahwa ”Terdapat pengaruh positif antara penilaian guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah dan disiplin mengajar dengan kinerja guru”. Astuti (2001) yang meneliti tentang hubungan persepsi mengenai pelaksanaan supervisi dengan kinerja guru, Alawiah (2004:87) yang meneliti “Hubungan Pengawasan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru”, Suarsih (2006:97) “Analisis Kinerja Guru SMP Negeri Kabupaten Maros” namun masalah kinerja guru masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji lebih jauh karena banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah pelaksanaan supervisi. Supervisi atau pengawasan merupakan
Suardi, Supervisi2012, Kepalahlm. Sekolah 30 Jurnal ILARA, Volume III,Analisis NomorPelaksanaan 1, Januari-Juni 28 Terhadap – 40 Kinerja Guru Penjaskes
salah satu fungsi manajemen pendidikan yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses pelaksanaan pendidikan. Supervisi pendidikan dapat dilakukan oleh pengawas, pembina pendidikan maupun kepala sekolah. Sekolah Menengah Pertama sebagai salah satu organisasai dalam bidang pendidikan, dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berkewajiban melaksanakan salah satu fungsi kepemimpinannya yaitu mengawasi dan mengarahkan bawahan (dalam hal ini guru) untuk bekerja atau melaksanakan tugas pengajaran dengan sebaik-baiknya. Supervisi pengajaran supervisi yang mampu merefleksi tujuantujuan di dalamnya, yaitu pengawasan kualitas, pengembangan profesional dan memotivasi guru. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi pengajaran jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengenyampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan tersebut, supervisi pengajaran akan mampu mengubah perilaku mengajar guru. ”Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik pula” (Bafadal, 1992:5). Walaupun guru diduga sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap mutu pendidikan dengan bukti keseharian bahwa gurulah yang mentransformasi ilmu dan nilai-nilai ke anak didik, kita seharusnya bersikap bijak dalam menanggapi issu yang telah disebutkan di atas dengan menyadari bahwa kualitas pendidikan suatu sekolah tidak harus bergantung sepenuhnya pada tenaga pengajar, tapi juga ditentukan oleh sikap profesional masing-masing komponen sekolah terutama kerjasama yang baik antara kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan program pengajaran. Hal ini sesuai dengan Kode Etik Guru Indonesia butir keenam yaitu guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan serta meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Gejala rendahnya kinerja guru juga dirasakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Makassar dengan masih ditemukannya beberapa guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar yang belum melaksanakan tugas sesuai dengan
30
standar tugasnya sebagai guru yang telah ditentukan. Gejala tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru di sekolah menengah pertama tersebut masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, misalnya: tingkat pendidikan guru, tingkat kesejahteraan guru, kurangnya pengawasan dari kepala sekolah, dan pelaksanaan supervisi pengajaran. Supervisi kepala sekolah itu merupakan suatu keharusan yang sudah begitu lama dianjurkan namun masih banyak kepala sekolah yang tidak melakukan supervisi itu dengan sebenarbenarnya bahkan disinyalir masih banyak kepala sekolah yang tidak secara rutin mensupervisi gurunya atau tidak mempunyai jadwal supervisi yang terencana dengan baik. Supervisi pengajaran yang dimaksud meliputi: memeriksa persiapan pengajaran, melakukan kunjungan kelas, menilai guru, dan memecahkan masalah yang di hadapi oleh guru. Beberapa fakta yang dijumpai di lapangan seperti ada guru yang jarang membuat satuan pelajaran dan cenderung terpaku pada kurikulum serta tidak inovatif dalam mengembangkan materi pelajaran, penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, penggunaan media dan alat bantu yang kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan lain-lain. Hal tersebut merupakan bagian dari indikator kinerja guru. Dengan pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru, yang selanjutnya dapat berimpilikasi terhadap peningkatan prestasi siswa. Berangkat dari persoalan tersebut dan mengingat belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai analisis supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru pendidikan Jasmani, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hal tersebut di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Makassar. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptip yaitu suatu penelitian yang mendeskeripsikan secara mendalam fenomena-fenomena realistis di lapangan
Suardi, Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Penjaskes
atau memberikan gambaran secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Dari segi pengumpulan data, penelitiaan ini termasuk penelitian survei, karena pengumpulan data dilakukan pada sampel yang digenaralisasikan ke populasi. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologi maupun psikologis. Semua variabel dalam penelitiaan ini terlebih dahulu dideskripsikan dan selanjutnya dikorelasikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini dilaksanakan pada seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang mengajar pada SMP Negeri di Kota Makassar pada tahun Pelajaran 2008/2009, sebanyak 87 orang Untuk keperluan analisis data, maka ditentukan sampel yang kesimpulannya diberlakukan untuk seluruh populasi. Oleh karena populasi guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Negeri di kota Makassar jumlahnya relatif kecil, maka sebagian anggota populasi dilibatkan dalam uji coba instrumen dan sebagiannya lagi sebagai responden (sampel) penelitian. Variabel penelitian ini terdiri atas: (1) variabel bebas, yaitu supervisi kepala sekolah (X) dan (2) variabel terikat, yaitu kinerja guru (Y). Definisi operasional variabel. Untuk memperoleh kejelasan mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini, maka akan dikemukakan definisi operasional: Supervisi pengajaran kepala sekolah adalah skor yang menggambarkan pengawas pendidikan terhadap kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah, meliputi: memeriksa persiapan pengajaran, melakukan kunjungan kelas, menilai guru, dan memecahkan masalah yang di hadapi oleh guru. Kinerja guru adalah kemampuan mengajar yang ditunjukkan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai pencerminan
31
penguasaan guru atas 10 kompetensinya yang diguguskan ke dalam 3 kompetensi dasar yaitu: (1) persiapan pengajaran, meliputi penyusunan program pengajaran, penguasaan materi pengajaran, konsultasi dengan kepala sekolah, koordinasi dengan guru lainnya; (2) pelaksanaan pengajaran, meliputi penyampaian materi, penggunaan metode pengajaran yang tepat, penggunaan alat bantu pengajaran, penciptaan suasana kelas yang kondusif; dan (3) evaluasi pengajaran, meliputi pemilihan metode evaluasi pengajaran, persiapan evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi. Instrumen merupakan salah satu alat untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian ini. Instrumen dalam penelitian ini berupa observasi, kuesioner dan wawancara. Kuesioner dikembangkan dari kisi-kisi yang mewakili setiap variabel penelitian. Untuk mengukur tingkat kinerja guru disusun instrumen penelitian dengan 8 indikator yaitu; (1) pra pembelajaran, (2) penguasaan materi pembelajaran, (3) pendekatan/ strategi pembelajaran, (4) pemanfaatan sumber/media pembelajaran, (5) penciptaan suasana kelas yang kondusif, (6) penilaian proses dan hasil belajar siswa, (7) penggunaan bahasa, dan (8) kegiatan penutup. Sedangkan untuk mengukur supervisi kepala sekolah digunakan 4 indikator, yaitu; (1) membimbing guru membuat persiapan pengajaran, (2) kunjungan kelas, (3) menilai guru, dan (4) memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru. Pengukuran variabel kinerja guru dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi dengan lima kategori pilihan, yaitu; baik sekali (BS), baik (B), cukup (C), kurang baik (KB), dan sangat tidak baik (STB). Kelima kategori tersebut masing-masing diberi bobot 5, 4, 3, 2, dan 1. Sedangkan untuk pengukuran variabel supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini menggunakan instrumen skala Likert yang telah mengalami modifikasi terdiri dari lima kategori, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kelima kategori tersebut masing-masing diberi bobot 5, 4, 3, 2, dan 1. Kisi-kisi instrumen untuk variabel
Suardi, Supervisi2012, Kepalahlm. Sekolah 32 Jurnal ILARA, Volume III,Analisis NomorPelaksanaan 1, Januari-Juni 28 Terhadap – 40 Kinerja Guru Penjaskes
kinerja guru dan pelaksanaan supervisi kepala sekolah sebelum diujicobakan. Sebelum kedua instrumen di atas diberikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas butir instrumen dan koefisien reliabilitasnya. Sesuai dengan variabel penelitian yang telah disebutkan, ada 2 jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Kedua jenis data tersebut adalah: (1) data kinerja guru dan (2) data pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Kedua jenis data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang memuat daftar pertanyaan dan diisi oleh guru dan kepala sekolah dengan memilih jawaban yang tersedia. Instrumen yang diisi oleh guru yaitu pelaksanaan supervisi kepala sekolah, sedangkan instrumen yang diisi oleh kepala sekolah adalah kinerja guru. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data yang belum terungkap. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dan autokorelasi sebagai persyaratan analisis. Pengujian normalitas bertujuan untuk melihat apakah data pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak, sedangkan pengujian autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah variabel bebas berasal dari suatu konsep yang sama atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov pada Statistik Maksimum Minimum Mean Modus Median Standar Deviasi Varians Skewness Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan supervisi kepala SMP negeri kota Makassar, maka data-data (skor) pelaksanaan supervisi kepala sekolah berdasarkan tanggapan dari para responden. Pada tampak bahwa responden yang memiliki skor pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan kategori sangat baik sebanyak 21 orang (24,14%), kategori baik
32
setiap variabel sedangkan pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment Karl Pearson yang diolah dengan program komputer “SPSS”. Jika kedua pengujian tersebut terpenuhi maka pengujian linieritas dan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dapat dilanjutkan, (Manangkasi, 1998). Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan data yang diperoleh dari 87 orang, responden diperoleh informasi bahwa; nilai maksimum yang diperoleh responden sebesar 180 sedangkan nilai minimum sebesar 73. Nilai rata-rata (mean) sebesar.137,85 dengan nilai modus 180,00 dan median 143,00. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa skor pelaksanaan supervisi yang diperoleh responden pada umumnya berada di atas nilai rata-rata. Nilai standar deviasi sebesar 26,84 dan nilai varians sebesar 720,52 menunjukkan bahwa data yang diperoleh menyebar atau tidak terpusat pada satu nilai tertentu. Sedangkan nilai skewness sebesar 0,322 menunjukkan bahwa penyebaran menyerupai kurva normal. Nilai 180 73 137,85 180,00 143,00 26,84 720,52 0,322 25 orang (28,74%), kategori cukup 17 orang (19,54%),kategori kurang 20 orang (22,99%), dan kategori sangat kurang 4 orang (4,60%). Hasil ini menunjukkan bahwa kategori pelaksanaan supervisi kepala SMP se Kota Makassar tergolong baik, karena persentase kategori baik dan sangat baik jumlahnya sebesar 52,88 persen. Nilai persentase ini lebih tinggi dari
Suardi, Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Penjaskes
persentase kategori kurang dan sangat kurang yang jumlahnya sebesar 27,59 persen. Namun demikian, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah masih perlu ditingkatkan. Selanjutnya, untuk keperluan peningkatan atau perbaikan pelaksanaan supervisi kepala sekolah, maka pernyataan (deskriptor) pada setiap indikator pelaksanaan supervisi kepala sekolah perlu diungkapkan berdasarkan persentase pilihan responden pada setiap pernyataan tersebut. Indikator pelaksanaan supervisi kepala sekolah terdiri dari; (a) membiming guru membuat persiapan pengajaran, (b) kunjungan kelas, (c) menilai guru, dan (d) memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru. Persentase pernyataan (deskriptor) pada masing-masing indikator tersebut dipaparkan pada uraian berikut ini. Membiming guru membuat persiapan pengajaran terdiri dari 11 butir pernyataan (deskriptor) dengan 5 kategori pilihan yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), raguragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Berdasarkan data hasil pengisian angket, distribusi persentase pilihan responden pada setiap pernyataan disajikan dalam tabel. bahwa, dari ke-11 pernyataan (deskriptor) yang diajukan, hampir seluruhnya memiliki persentase yang besar pada pilihan setuju dan sangat setuju dibandingkan pada pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kecuali pada pernyataan ”Kepala sekolah membimbing guru cara menghitung jumlah jam efektif”, persentase pilihan setuju dan sangat setuju lebih kecil dari pilihan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pada umumnya responden memberikan tanggapan positif terhadap setiap pernyataan (deskriptor) yang diajukan. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah ditinjau dari STATISTIK Maximun Minimun Mean Modus Median Std Deviasi Varians Skewness
33
indikator ”membimbing guru membuat persiapan pengajaran” berjalan dengan baik. Meskipun demikian, pelaksanaan supervisi kepala sekolah masih perlu ditingkatkan, khsusnya dalam hal pemberian bimbingan guru tentang cara menghitung jumlah jam efektif. Dari ke-6 pernyataan (deskriptor) yang diajukan seluruhnya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapan positif. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekola ditinjau dari Indikator ”Kunjungan Kelas” Berjalan dengan baik. Menilai guru yang juga terdiri dari 11 Pernyataan ( desktiptor ) dengan 5 kategori pilihan,yaitu (S) Setuju, (SS) Sangat Setuju, (RR) Ragu-Ragu, TS (Tidak Setuju ),dan STS (Sangat Tidak Setuju). Berdasarkan data hasil pengisian angket. Dari ke-11 pernyataan (deskriptor) yang diajukan seluruhnya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan ( deskriptor ) yang diajukan semuanya mendapat tanggapan positif. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekola ditinjau dari Indikator ”Menilai Guru” berjalan dengan baik. Memecahkan Masaalah yang dihadapi ole Guru terdiri dari 8 butir pernyataan (deskriptor) dengan 5 kategori pilihan yaitu; sangat setuju (SS), setuju (S), raguragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Berdasarkan data hasil pengisian angket. NILAI 120,00 46,00 94,298 109,00 98,00 18,57 345,096 0,597
Suardi, Supervisi2012, Kepalahlm. Sekolah 34 Jurnal ILARA, Volume III,Analisis NomorPelaksanaan 1, Januari-Juni 28 Terhadap – 40 Kinerja Guru Penjaskes
Pernyataan (deskriptor) yang diajukan seluruhnya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan ( deskriptor ) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekola ditinjau dari Indikator ”Memecahkan Masaalah yang dihadapi oleh Guru”Berjalan dengan baik. Berdasarkan data dari 87 orang responden tentang kinerja guru penjas maka diperoleh informasi nilai maksimun 120., Nilai minimun 46,00, nilai rata-rata (mean) sebesar 94,29, nilai modus 109,00, serta nilai median 98,00. Berdasarkan dari nilai-nilai tersebut menunjukan bahwa kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kota makassar berada pada taraf diatas nilai rata-rata. Nilai standar deviasi 18,57, dan Nilai varian sebesar 345,096, menunjukkan bahwa data yang diproleh menyebar atau tidak terpusat pada suatu nlai tertentu sedangkan nilai skewness 0,597 menunjukan bahwa penyebaran menyerupai kurva normal. Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kinerja guru Penjaskor SMP negeri kota Makassar, maka data-data (skor) kinerja guru Penjaskor SMP negeri kota Makassar berdasarkan tanggapan dari para responden. Tampak bahwa responden yang memiliki tingkat kinerja dengan kategori sangat tinggi sebanyak 34 orang (39,08%), kategori tinggi 19 orang (21,84%), kategori cukup 16 orang (18,39%), kategori rendah 13 orang (14,94%), dan kategori sangat rendah 5 orang (5,75%). Hasil ini menunjukkan bahwa kategori tingkat kinerja guru Penjasorkes SMP Negeri se Kota Makassar tergolong tinggi, karena persentase kategori tinggi dan sangat tinggi jumlahnya sebesar 60,92 persen. Nilai persentase ini lebih tinggi dari persentase kategori rendah dan sangat rendah yang jumlahnya sebesar 20,69 persen. Namun demikian, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja guru Penjasorkes masih perlu ditingkatkan. Selanjutnya, untuk keperluan peningkatan atau perbaikan
34
kinerja guru, maka pernyataan (deskriptor) pada setiap indikator kinerja guru perlu diungkapkan berdasarkan persentase pilihan responden pada setiap pernyataan tersebut. Indikator kinerja guru terdiri dari; (a) pra pembelajaran, (b) penguasaa materi pembelajaran, (c) pendekatan /strategi pembelajaran, (d) pemanfaatan sumber/media pembelajaran (e) Penciptaan suasana kelas yang kondusif (f) Penilaian proses dan hasil belajar siswa (g) Penggunaan bahasa (h) Kegiatan penutup. Pernyataan (deskriptor) pada masingmasing indikator tersebut dipaparkan pada uraian berikut ini. Pra Pembelajran yang terdiri dari 2 pernyataan ( deskriptor ) dan 5 katagori pilihan yaitu S ( Setuju ), SS ( Sangat Setuju ), RR ( Ragu Ragu ) TS ( Tidak Setuju ) STS ( Sangat Tidak Setuju ),dari ke-2 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke duanya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas kota Makassar dari Indikator ”Pra pembelajaran” tergolong tinggi. Penguasaan materi pembelajaran yang terdiri dari 4 pernyataan (deskriptor) dan 5 katagori pilihan yaitu S (Setuju), SS (Sangat Setuju), RR (Ragu Ragu) TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju). Dari ke-4 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke empatnya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas kota Makassar dari Indikator ”Penguasaan Materi Pembelajaran” tergolong tinggi. Pendekatan/strategi pembelajaran yang terdidri dari 6 butir pernyataan (deskriptor) dan 5 katagori pilihan yaitu S (setuju ) SS ( Sangat setuju ), RR (Ragu Ragu), TS (tidak setuju ), STS
Suardi, Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Penjaskes
( sangat tidak setuju, dari ke-6 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke enamnya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas kota Makassar dari Indikator Pendekatan/strategi pembelajaran tergolong tinggi. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran yang tediri dari 3 butir pernyataan (deskriptor) dan 5 katagori pilihan yaitu S (Setuju), SS (Sangat Setuju), RR (Ragu-Ragu),TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dari ke-3 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke tiganya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas kota Makassar dari Indikator ”Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran” tergolong tinggi. Dari ke-3 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke Tiganya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas orkes kota Makassar dari Indikator ”Pembelajaran yng menciptakan suasana kelas yang kondusif ” tergolong tinggi. Penilaian proses dan hasil belajar siswa yang tediri dari 2 butir pernyataan (deskriptor) dan 5 katagori pilihan yaitu S (Setuju), SS (Sangat Setuju), RR (RaguRagu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dari ke-2 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke duanya mempunyai persentase yang besar pada
35
pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas orkes kota Makassar dari Indikator ”Penilaian proses hasil belsjar” tergolong tinggi. Penggunaan bahasa yang tediri dari 2 butir pernyataan (deskriptor) dan 5 katagori pilihan yaitu S (Setuju), SS (Sangat Setuju), RR (Ragu-Ragu),TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dari ke-2 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke duanya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas orkes kota Makassar dari Indikator ”Penggunaan Bahasa” tergolong tinggi. Kegiatan penutup yang tediri dari 2 butir pernyataan (deskriptor) dan 5 katagori pilihan yaitu S (Setuju), SS (Sangat Setuju), RR (Ragu-Ragu),TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dari ke-2 pernyataan (deskriptor) yang diajukan ke duanya mempunyai persentase yang besar pada pilihan setuju (S) dan sangat setuju (SS) dibandingkan pada pilihan Tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS). Olehnya itu dapat dikatakan bahwa tanggapan responden terhadap pernyataan (deskriptor) yang diajukan semuanya mendapat tanggapann positif. Hal ini berarti bahwa kinerja guru penjas orkes kota Makassar dari Indikator ”Kegiatan Penutup” Berjalan dengan baik. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis, untuk mengetahui kelayakan statistik prametrik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Prasyarat analisis yang akan diuji adalah normalitas dan linieritas data. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui bentuk distribusi data pada masing-masing variabel. Jika data distribusi
36 Jurnal ILARA, Volume III,Analisis NomorPelaksanaan 1, Januari-Juni 28 Terhadap – 40 Kinerja Guru Penjaskes Suardi, Supervisi2012, Kepalahlm. Sekolah
akan diuji adalah Yˆ b0 b1 X . Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 15.0, diperoleh nilai b0 = 18,554 dan nilai b1 = 0,549. Jika kedua nilai tersebut disubtitusi
data tidak membentuk atau menyerupai kurva normal, maka statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis tidak layak digunakan. Data tentang variabel pelaksanaan supervisi kepala sekolah menunjukkan nilai rata-rata (mean) Model 1
36
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0.794
0.630
0.626
11.36039
sebesar 137,85, standar deviasi sebesar ke persamaan regresi, maka persamaan 26,84, serta nilai skewness sebesar –0,322. regresi yang diperoleh adalah Yˆ 18,554 Nilai skewness tersebut menunjukkan + 0,549 X. Sedangkan bentuk dari bahwa data tentang pelaksanaan supervisi persamaan tersebut. kepala sekolah berdistribusi normal. Selain tabel Nilai F di atas, hubungan Karena berdasarkan kriterianya, data (korelasi) dan derajat hubungan (indeks berdistribusi normal jika nilai skewnessnya determinansi) antara variabel bebas dengan berada pada interval –3,00 sampai +3,00 Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients Model
1
B
Std. Error
(Constant)
18.554
6.408
X
0.549
0.046
(Manangkasi, 1999). Selanjutnya, untuk data tentang tingkat kinerja guru diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 94,30, standar deviasi sebesar 18,58, dan skewness – 0,597. Nilai skewness tersebut menunjukkan bahwa data tentang tingkat kinerja guru berdistribusi normal. Karena berdasarkan kriterianya, data berdistribusi normal jika nilai skewnessnya berada pada interval –3,00 sampai +3,00 (Manangkasi, 1999). Selain pengujian normalitas data, juga dilakukan pengujian linieritas data. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini bentuk hubungan antara pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan tingkat kinerja guru. Karena uji hipotesis yang digunakan adalah regresi linier yang dilanjutkan dengan pengujian korelasi, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian linieritas, untuk mengetahui apakah bentuk hubungan kedua variabel berbentuk linier atau tidak. Persamaan regresi linier yang
Beta
0.794
B
Std. Error
2.896
0.005
12.040
0.000
variabel terikat. Nilai korelasi (r pearson) sebesar 0,794 dengan nilai singnifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru. Nilai ini sejalan dengan hasil pengujian nilai F sebelumnya. Nilai R2 sebesar 0,630 menunjukkan bahwa 63,0 % variansi dalam variabel kinerja guru dapat dijelaskan atau ditentukan oleh variabel pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Selanjutnya, berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh yaitu
Yˆ 18,554
+ 0,549 X, Informasi yang diperoleh dari table di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai konstanta regresi sebesar 18,554 yang menunjukkan bahwa skor kinerja guru sebesar 18,554 pada saat variabel pelaksanaan supervisi kepala sekolah diabaikan. Nilai t yang bersesesuaian dengan nilai konstanta regresi tersebut adalah 2,896 dengan signifikansi sebesar 0,005. Nilai ini menunjukkan bahwa selain variabel
Suardi, Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Penjaskes
pelaksanaan supervisi, masih ada variabel lain yang berkorelasi dengan variabel kinerja guru. Variabel tersebut tidak dikontrol dalam penelitian ini. Nilai koefisien regresi sebesar 0,549 yang menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu unit pada variabel pelaksanaan supervisi kepala sekolah, diikuti pula oleh kenaikan pada variabel kinerja guru sebesar 0,549. Nilai t yang bersesuaian dengan nilai koefisien regresi tersebut adalah 12,040 dengan signigikansi sebesar 0,000. Nilai ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan variabel pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan variabel kinerja guru. Uraian di atas menunjukkan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan dapat diterima. Oleh karena itu dapat dipertegas bahwa ada korelasi (hubungan) yang signifikan antara pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin baik pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, semakin tinggi pula tingkat kinerja guru. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data seperti yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, diperoleh informasi bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP Negeri di Kota Makassar, terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari skor pelaksanaan supervisi yang pada umumnya berada di atas nilai rata-rata. Selain itu, tanggapan responden terhadap indikator pelaksanaan supervisi kepala sekolah juga menunjukkan hasil yang positif, yaitu; (a) membimbing guru membuat persiapan pengajaran, (b) kunjungan kelas, (c) menilai guru, dan (d) memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru. Sejalan dengan uraian di atas, Sahertian (2000:17) mengemukakan bahwa supervisi sebagai usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru di sekolah baik secara individual maupun kelompok, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh proses pengajaran. Sementara itu, Willes (1975), mengatakan bahwa supervisi bertujuan untuk
37
memelihara atau mengadakan perubahan operasional sekolah, dengan cara mempengaruhi tenaga pengajar secara langsung demi mempertinggi kegiatan belajar siswa. Kedua pendapat tersebut sama-sama melihat supervisi sebagai proses yang hanya berhubungan langsung dengan guru, tetapi berkaitan dengan siswa dalam proses belajar. Pendapat yang lain tentang supervisi dikemukakan oleh Ross L (1980), bahwa supervisi adalah pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum. Sementara itu, Purwanto (1987) mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif. (dalamwww.infopendidikankita.blogspot.c om .19 pebruari 2008). Berdasarkan hasil analisis data seperti yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, diperoleh informasi bahwa kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP Negeri di Kota Makassar tergolong tinggi. Hasil ini ditunjukkan oleh skor kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kota makassar berada diatas nilai rata-rata. Selain itu, tanggapan responden terhadap indikator kinerja menunjukkan hasil yang positif, seperti pada inikator: (a) pra pembelajaran, (b) penguasaa materi pembelajaran, (c) pendekatan /strategi pembelajaran, (d) pemanfaatan sumber/media pembelajaran (e) Penciptaan suasana kelas yang kondusif (f) Penilaian proses dan hasil belajar siswa (g) Penggunaan bahasa (h) Kegiatan penutup. Sejalan dengan hal di atas, A.A. Anwar Prabu Mangkunegara mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan Wahjosumidjo (1994) mengatakan kinerja adalah hasil interaksi yang terjadi antara persepsi dan motivasi pada diri seseorang yang dapat dilihat berupa perilakuseseorang. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja (performance) merupakan wujud atau
Suardi, Supervisi2012, Kepalahlm. Sekolah 38 Jurnal ILARA, Volume III,Analisis NomorPelaksanaan 1, Januari-Juni 28 Terhadap – 40 Kinerja Guru Penjaskes
keberhasilan pekerjaan seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Hasil atau kinerja suatu organisasi dapat dicapai dengan baik antara lain atas pengaruh dari pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dari para peserta yang berkecimpung di dalam organisasi tersebut. Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab itu dalam pelaksanaannya harus diiringi dengan disiplin tinggi, tidak melanggar hukum, hubungan kerjasama vertikal maupun horizontal yang harmonis, didukung dengan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai dan lingkungan yang aman dan sejuk, sehingga semua tugas, wewenang dan tanggung jawab dapat berjalan dengan baik. (www.gnothiseauthon.Hasil-Penelitian-KompetensiKinerja.htm. Leonard. Rabu 23 April 2008) Pengertian tentang kinerja dikemukakan pula oleh Sulistyorini (2001) bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe, A Dale, 1992). Sejalah dengan pendapat tersebut, Fatah (1996) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada SMP Negeri di Kota Makassar. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang signinifikan antara pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan tingkat kinerja guru penjasorkes pada SMP Negeri di Kota Makassar. Hal ini berarti bahwa peningkatan kinerja guru
38
turut ditentukan oleh pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Selain itu, diperoleh pula informasi bahwa supervisi kepala SMP Negeri di Kota Makassar terlaksana dengan baik. Sementara itu, hasil analisis data juga menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru Penjasorkes SMP Negeri di Kota Makassar tergolong tinggi. Meskipun demikian, baik pelaksanaan supervisi kepala sekolah maupun tingkat kinerja guru masih perlu ditingkatkan. Hasil penelitian seperti yang diungkapkan di atas relevan dengan teori yang telah dikemukan pada bagian yang lain (BAB II). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Usman (1992:7) bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah: integritas pribadi, iklim kerja yang kondusif, supervisi yang baik, tekun bekerja, terbuka, dan berwibawa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu meningkatkan efektivitas mengajarnya. Menilai kinerja guru di sekolah bukan sebuah hal yang sederhana. Perlu sebuah komunikasi yang baik di dalam sekolah sendiri untuk membuat sebuah standar penilaian yang baik. Standar penilaian kinerja guru yang baik tidak muncul begitu saja. Perlu diupayakan kesepakatan dari pihak yang akan menilai (kepala sekolah) dan guru yang akan dinilai. Dengan demikian tercapai saling pengertian bahwa proses penilaian kinerja guru, sama sekali bukan untuk mencari-cari kesalahan tetapi semata-mata untuk peningkatan kinerja agar sekolah dapat berjalan lebih baik lagi dalam prakteknya. Serta bagaimana agar sekolah dapat membantu guru agar lebih baik lagi dalam melakukan pembelajaran dikelas. Perbaikan kinerja guru dilakukan apabila kinerja guru yang telah dicapai tidak sesuai dengan standar kinerja yang diharapkan atau bahkan terjadi penyimpangan baik dalam intensitas tinggi maupun rendah. Namun, bagaimanapun tingkat intensitas penyimpangan itu, kepala Sekolah selaku pimpinan bersama dengan guru yang bersangkutan harus melakukan perbaikan-perbaikan terhadap penyimpangan itu. Upaya perbaikan itu harus dilakukan dengan cara yang tepat dan bijaksana. Artinya, perbaikan tersebut harus mampu memotivasi guru agar
Suardi, Analisis Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Penjaskes
memperbaiki kekurangannya, berusaha menggali kemampuannya dan lebih meningkatkan sikap profesionalnya sebagai seorang, pembimbing, pendidik dan pengajar sehingga ia mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dianggap dapat meningkatkan kinerja guru. Uraian di atas memperjelas eratnya keterkaitan antara pelaksanaan supervisi kepala sekolah dengan tingkat kinerja guru. Dengan kata lain, untuk meningkatkan kinerja guru, maka supervisi kepala sekolah harus dilaksanakan dengan baik pula KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana yang diuraikan pada bagian sebelumnya (BAB IV), maka disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut: Pelaksanaan supervisi kepala SMP Negeri di Kota Makassar terhadap guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan berjalan dengan baik, hal ini sejalan dengan tingkat kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan yang tergolong tinggi. Hasil ini ditunjukkan oleh terlaksananya dengan baik indikator pelaksanaan supervisi kepala sekolah, Sementra itu, indikator kinerja guru Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga menunjukkan hasil yang tinggi. Namun demikian, baik pelaksanaan supervisi maupun tingkat kinerja guru masih perlu ditingkatkan. Kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP Negeri di Kota Makassar tergolong tinggi. Hasil ini ditunjukkan oleh skor kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kota makassar berada diatas nilai rata-rata skor instrumen kinerja. Selain itu, tanggapan responden terhadap indikator kinerja menunjukkan hasil yang positif, seperti pada inikator: (a) pra pembelajaran, (b) penguasaa materi pembelajaran, (c) pendekatan/strategi pembelajaran, (d) pemanfaatan sumber/media pembelajaran (e) Penciptaan suasana kelas yang kondusif (f) Penilaian proses dan hasil
39
belajar siswa (g) Penggunaan bahasa (h) Kegiatan penutup. Terdapat hubungan yang positif antara pelaksanaan supervisi kepala SMP Negeri di Kota Makassar dengan tingkat kinerja guru Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan supervisi kepala sekolah, semakin tinggi pula tingkat kinerja guru. Dengan kata lain, salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan di atas, maka diberikan saransaran sebagai berikut: Pelaksanaan supervisi kepala sekolah terhadap guru perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas pelaksanaannya. Kuantitas yang dimaksud yaitu dari segi frekuensi pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Hendaknya supervisi dilakukan bukan hanya sekali dalam satu semester, tetapi jika perlu dilaksanakan sekali dalam sebulan. Selain itu, kualitas pelaksanaan supervisi kepala sekolah perlu ditingkatkan, seperti objektivitas dalam menilai, serta peningkatan kualitas pada indikator pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Hendaknya hasil supervisi kepala sekolah dijadikan sebagai salah satu alat motivasi bagi guru dalam upaya peningkatan kinerjanya. Karena terbukti bahwa pelaksanaan supervisi kepala sekolah memiliki hubungan yang positif dengan tingkat kinerja guru. Jika perlu, hasil dari pelaksanaan supervisi didiskusikan setiap sekali sebulan dalam rapat antara guru dengan kepala sekolah. Selain itu, antara guru dan kepala sekolah perlu menjalin komunikasi yang baik dalam pelaksanaan supervisi. DAFTAR RUJUKAN Astuti.
2001. Hubungan Persepsi Mengenai Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Bone Tesis tidak diterbitkan. Makassar: PPs UNM.
Suardi, Supervisi2012, Kepalahlm. Sekolah 40 Jurnal ILARA, Volume III,Analisis NomorPelaksanaan 1, Januari-Juni 28 Terhadap – 40 Kinerja Guru Penjaskes
Bafadal,
Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara. Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama. 1998. Himpunan Perundang-undangan tentang Pendidikan Nasional (Perguruan Agama Islam). Jakarta: Departemen Agama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. ----------------------------------------------------. 2008. Buku 3 Panduan Penyusunan Portofolio. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: Prenhallindo. Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen (Edisi 2), Yogyakarta: BPFE. Irawan, P. Motik S. F. dan Sakti. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIA LAN Press. Kerlinger, Fred N. 2000. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mangkunegara, A.. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
40
Purwanto, Ngalim. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. ----------------------. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robbins, P. Stephen. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: prenhallindo. Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset. ---------------------. 1998. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sapari, A. 2001. Kepala Sekolah yang Ideal. Kompas. 2 Maret. Hal. 9. Shindunata. 2000. Membuka Masa Depan Anak-anak Kita. Yogyakarta: Kanisius. Shindunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Soetjipto. dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Timpe, Dale A. 1992. Performance. Alih bahasa: Sofyan Cikmat. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wayne, Cascio F. 1986. Managing Human Resources. Singapore: Mc. Graw Hill Book Company.