ANALISIS NILAI KERUGIAN PETANI PADI AKIBAT VARIABILITAS CUACA DAN PROSES ADAPTASI YANG DILAKUKAN OLEH PETANI (Studi kasus: Kabupaten Indramayu)
VYATRA PRATIWI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu) adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Vyatra Pratiwi NIM H44110018
ABSTRAK VYATRA PRATIWI. Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu). Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR. Indramayu merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang sangat rentan terhadap kejadian variabilitas cuaca seperti cuaca ekstrim. Variabilitas cuaca akan mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten Indramayu yang merupakan salah satu sentra produksi pertanian terutama padi di Provinsi Jawa Barat. Adanya variabilitas cuaca tersebut menyebabkan para petani melakukan adaptasi terhadap variabilitas cuaca dengan maksud untuk mengurangi kerugian yang diterima oleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji persepsi petani mengenai variabilitas cuaca, mengkaji dan mengidentifikasi dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca, serta mengkaji adaptasi petani dalam menghadapi perubahan variabilitas cuaca. Penelitian ini menggunakan 4 metode analisis, yaitu: (1) analisis deskriptif dengan metode likert, (2) analisis deskriptif dan analisis pendapatan rumah tangga usahatani padi, (3) analisis model regresi berganda, dan (4) analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 10 tahun terakhir dan peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman sangat dirasakan oleh petani. Total nilai kehilangan hasil padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp. 13.174.558 untuk setiap petani. Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca tahun 2014 di Kabupaten Indramayu terbesar berada pada kelompok luas lahan kurang dari 1 hektar yaitu sebesar 58,62%. Pendapatan rumah tangga petani padi pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari 1,5 hektar terjadi kecenderungan bahwa kontribusi pendapatan rumah tangga disektor pertanian semakin rendah. Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu untuk tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 64.551.024. Faktorfaktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai kerugian petani padi terhadap upaya strategi dan adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca adalah umur tanam, musim dan ketinggian lahan. Kata Kunci: Variabilitas Cuaca, Nilai Kerugian Petani, Kabupaten Indramayu, Adaptasi Petani
ABSTRACT VYATRA PRATIWI. Economic Losses Analysis of Rice Farmer due to Weather Variability and Adaptation Process conducted by Farmer (Case Study: Indramayu Regency). Supervised by RIZAL BAHTIAR. Indramayu is one of area in West Java which is very susceptible to weather variability such as extreme weather. Weather variability will affect environmental conditions in Indramayu, which is one of agricultural center producers, especially rice production. The variability of weather causes farmers to adapt towards it in order to reduce economic losses received by farmers. The objective of this study is to assess farmers' perceptions about weather variability, to assess and identify the impact of weather variability on farming and household activities of rice farmers in Indramayu, to identifying the factors was affect the losses value of the rice yield due to the weather variability, and to review the adaptation of farmers in facing weather variability that occurs in Indramayu. This study implies three analysis methods, namely: (1) descriptive analysis with Likert method, (2) descriptive analysis and household income analysis of rice farmers, and (3) the multiple regression model analysis and (4) descriptive analysis. The results of this study shows that the precipitation pattern change in the last 5 years and the increasing number and type of plant pests and diseases are suffered by farmers. The total losses value of the rice yield due to the weather variability in Indramayu for 2014 is estimated at Rp. 13.174.558 for every farmers. The total economic losses value of farmers due to weather variability in 2014 in Indramayu was the largest in the group of the land area which is less than 1 hectare equals to 58.62%. Household income of rice farmers in that group which was more extensive was more than 1.5 hectares with a tendency that the contribution of household incomes in the agricultural sector became lower. The total average of household income of rice farmers in Indramayu for 2014 was Rp. 64.551.024. The real factors effected on the losses value of rice farmers toward the effort and the adaptation strategy in facing weather variability were planting age, seasons, and land altitude. Keywords: Economic losses of farmers, farmer adaptation, Indramayu, weather variability
ANALISIS NILAI KERUGIAN PETANI PADI AKIBAT VARIABILITAS CUACA DAN PROSES ADAPTASI YANG DILAKUKAN OLEH PETANI (Studi kasus: Kabupaten Indramayu)
VYATRA PRATIWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi
Nama NIM
A nali sis Ni lai Kerugian Petani Akibat Va1iabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dil akukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indram ayu) Vyatra Pratiwi H441 10018
Di setujui oleh
/-----7 \.\_ CJr~ ~
Ri zal Bahtiar, S.Pi, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
1 2 AUG 2015
35$.$7$ Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orangtua tercinta yaitu Bapak Agus Haryanto dan Ibu Nurmala serta Kakak Desy, Kakak Yanti, dan Kakak Tian yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan, dan masukan kepada penulis. 2. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam mengerjakan skripsi ini. 3. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL. 4. Seluruh petani Kabuapaten Indramayu. 5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi 6. Rekan-rekan bimbingan skripsi, yaitu Dian, Finda, Ai Puspa, Munawaroh, Afri, Fadlan, Denanda atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini. 7. Septian Dwi Pujiyanto yang telah membantu, memberikan dukungan, doa, saran, dan semangatnya. 8. Sahabat-sahabat Yuni, Astari, Rani, Nia, Astrid, Vita, Nanda yang selalu memberikan dukungan, doa, kebersamaan, dan motivasi. 9. Teman-teman di Departemen ESL Bibah, Teguh, Intan, Rayyan, Oci, Uyun, Adit, Luthfi, dan teman-teman ESL 48 lainnya atas berbagi kebersamaan, semangat, dan bantuannya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu)”. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi yang dirasakan petani Kabupaten Indramayu akibat variabilitas cuaca serta proses adaptasi yang dilakukan oleh petani. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan agar dapat menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, diharapkam kritik dan saran untuk kesempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2015
Vyatra Pratiwi H44110018
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii xiv xv
1.
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
1 1 5 7 7 8
2.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2.1 Ekonomi Variabilitas Cuaca ............................................................ 2.2 Pengertian Variabilitas Cuaca ......................................................... 2.2.1 Dampak Perubahan Pola Curah Hujan dan Kejadian Cuaca Ekstrim ................................................................................ 2.2.2 Dampak Sumberdaya Lahan dan Air .................................. 2.3 Persepsi Petani Terhadap Variabilitas Cuaca .................................. 2.4 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Hasil Produksi, Input dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi .......................................... 2.5 Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca ................. 2.5.1 Perubahan Pola Tanam Sebagai Upaya Adaptasi terhadap Variabilitas Cuaca .............................................................. 2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................
9 9 10 11 12 14 15 17 18 19
3.
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 21
4.
METODE PENELITIAN........................................................................... 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 4.4 Metode Analisis Data ...................................................................... 4.4.1 Analisis Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca ............. 4.4.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan Rumah Tangga Petani Padi ......................................... 4.4.2.1 Perubahan Produktivitas Padi Akibat Variabilitas Cuaca .............................................. 4.4.2.2 Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca ............................................... 4.4.2.3 Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi terhadap Variabilitas Cuaca ................................ 4.4.3 Strategi dan Adaptasi Petani Dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca ............................................................... 4.4.3.1 Model Regresi Berganda .....................................
25 25 25 26 26 27 28 28 29 30 31 31
4.4.4
Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca ....... 37
5.
GAMBARAN UMUM PENELITIAN ....................................................... 5.1 Keadaam Umum Lokasi Penelitian.................................................. 5.2 Karakteristik Usaha Tani Responden ............................................... 5.2.1 Tingkat Usia ......................................................................... 5.2.2 Lama Pendidikan.................................................................. 5.2.3 Luas dan Status Kepemilikan Lahan .................................... 5.2.4 Lama Bertani ........................................................................
39 39 40 41 42 42 43
6.
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 6.1 Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca ............................................... 6.1.1 Persepsi Petani Padi terhadap Variabilitas Cuaca ................ 6.1.2 Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca ........... 6.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan Rumah Tangga Petani Padi .............................................................. 6.2.1 Perubahan Produktivitas ...................................................... 6.2.2 Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca ........ 6.2.3 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi ................ 6.3 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi dan Adaptasi Petani Padi dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca .......... 6.3.1 Analisis Regresi Berganda..................................................... 6.4 Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca .................. 6.4.1 Implikasi Kebijakan Adaptasi ..............................................
45 45 45 47
7.
49 50 50 51 54 54 58 60
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 63 7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 63 7.2 Saran................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65 LAMPIRAN ........................................................................................................ 71 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 97
DAFTAR TABEL Nomor 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Halaman Prediksi penurunan produksi tanaman pangan strategis di Indonesia pada tahun 2050.................................................................................................... 3 Prediksi penurunan produksi tanaman pangan strategis di Indonesia pada tahun 2050 ............................................................................................... 4 Luas panen, produktivitas dan produksi padi tahun 2011 ....................... 5 Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca (kekeringan) ............................................................................................ 13 Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca (banjir)..................................................................................................... 14 Jenis dan sumber data dalam penelitian .................................................. 25 Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian .......................... 26 Range skala penilaian ............................................................................. 27 Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2009-2014 .................. 39 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2013 . 40 Wilayah studi penelitian ......................................................................... 41 Persepsi terhadap variabilitas cuaca ........................................................ 48 Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas cuaca ....................................................................................................... 48 Kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca (kekeringan dan kebanjiran) di Kabupaten Indramayu tahun 2014 ...................................................... 50 Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu tahun 2014 ............................................................................ 51 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2014 ......................... 52 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu saat kondisi normal ........... 53 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi di Kabupaten Indramayu tahun 2014 .......................................................... 54 Adaptasi Petani terhadap Variabilitas Cuaca .......................................... 59
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Perkembangan luas kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten Indramayu 5 tahun terakhir...................................................................... 6 2 Pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pembagian pola hujan ............. 11 3 Perubahan panjang musim kemarau di seluruh Indonesia ........................... 12 4 Kerangka pemikiran ................................................................................ 23 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia ....................................... 41 6 Karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan ............................... 42 7 Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan lahan ................. 43 8 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan .............. 43 9 Karakteristik responden berdasarkan lama bertani .................................. 44 10 Data curah hujan (mm) MH bulan Okober, November dan Desember tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu ............................................. 46 11 Data curah hujan (mm) MH bulan Februari, Maret, dan April tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu ....................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuesioner penelitian ................................................................................. 73 2 Curah hujan (mm) di Kabupaten Indramayu Tahun 2004-2013 .............. 80 3 Pendapatan rumah tangga petani padi Kabupaten Indramayu tahun 2014 .......................................................................................................... 90 4 Output regresi .......................................................................................... 94 5 Dokumentasi penelitian ............................................................................ 96
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Variabilitas cuaca merupakan isu yang menarik perhatian sangat besar dan
sangat luas. Hal ini terjadi karena variabilitas cuaca mempunyai dampak yang sangat signifikan terutama terhadap berbagai aspek kehidupan makhluk hidup, baik yang ada di daratan maupun yang hidup dalam air. Bahkan apabila kita tidak dapat melakukan adaptasi dan mitigasi secara baik, bukan tidak mungkin suatu saat akan dapat merubah berbagai sendi kehidupan (Riani 2012). Variabilitas cuaca dapat diidentifikasi melalui penyimpangan atau anomali unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara dan angin sebagai akibat pengaruh dari berbagai faktor pengendali iklim dalam skala global, regional maupun lokal. Variabilitas cuaca dapat disebabkan karena faktor internal yang lebih dikenal sebagai proses alam dan faktor eksternal sebagai akibat adanya intervensi dari manusia. Faktor eksternal tersebut adanya perubahan perilaku manusia yang mempengaruhi komposisi penggunaan lahan dan kondisi ekosistem. Dampak dari adanya variabilitas cuaca yaitu naiknya permukaan air laut yang dapat menimbulkan krisis dari berbagai dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, kesehatan masyarakat, dan produksi pangan. Dampak variabilitas cuaca sudah dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Namun yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat yang berada di kalangan bawah. Pertama, sumber nafkah sebagian masyarakat miskin berada di sektor pertanian dan perikanan, sehingga sumber-sumber pendapatan mereka sangat dipengaruhi oleh iklim. Kedua, sanitasi yang buruk mengakibatkan banjir ketika curah hujan lebat, masyarakat akan terkena berbagai macam penyakit seperti malaria, diare, kolera, demam berdarah, dan lain-lain. Ketiga, cuaca yang berubah-ubah sering menyebabkan terjadinya gagal panen yang pada akhirnya menyebabkan kekurangan pangan. Keempat, kekurangan persediaan air akibat pola hujan yang berubah-ubah (Moediarta dan Stalker 2007). Terdapat perbedaan antara variabilitas cuaca dengan perubahan iklim. Perubahan iklim disebabkan oleh pemanasan global. Adanya pemanasan global tersebut dapat meningkatkan efek gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4, N2O dan
2
CFC.
Peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut sangat tinggi terjadi pada
negara-negara maju dan berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang merasakan adanya peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya variabilitas cuaca, yaitu keadaan atmosfer dalam waktu singkat dan meliputi wilayah yang sempit. Adanya variabilitas cuaca tersebut menunjukkan adanya peningkatan suhu udara, perubahan pola curah hujan, peningkatan permukaan air laut dan peningkatan frekwensi kejadian ekstrim, yaitu banjir dan kekeringan. Variabilitas cuaca tentunya dapat merugikan banyak pihak terutama bagi petani yang memiliki usaha tani di sektor pertanian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Hal ini dapat dibuktikan melalui kontribusinya dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani (Sukanto 2011). Studi yang dilakukan Olesen dan Bidni (2002), menunjukkan bahwa produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh temperatur, variabilitas iklim, cuaca, proteksi hasil panen, dan kendala manajemen. Menurut Handoko et al. (2008) pemanasan global juga berdampak buruk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini dibuktikan bahwa terjadi kenaikan suhu udara dan peningkatan kebutuhan air irigasi secara signifikan berdampak pada penurunan produksi tanaman pangan strategis di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan wilayah lainnya di Indonesia.
3
Tabel 1. Prediksi penurunan produksi tanaman pangan strategis di Indonesia pada tahun 2050 No.
Komoditas
Produksi (Ton)
2006 2010 1. Padi 51.647.490 66.469.394 2. Jagung 11.609.463 18.327.636 3. Kedelai 747.611 907.031 Sumber: Handoko et al. (2008), BPS
2014 70.607. 231 19.127.409 921.336
Penurunan Produksi Tahun 2050 (ton) (%) 10.473.764 20,3 1.574.966 13,1 92.503 12,4
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa Indonesia pada tahun 2050 diduga mengalami penurunan produksi pada komoditas padi sebesar 20,3%, jagung 13,1%, dan kedelai 12,4%. Hal ini menyebabkan timbulnya biaya dan risiko lingkungan, ekonomi, sosial, dan politik yang sangat besar jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mitigasi, adaptasi maupun antisipasi. Padi merupakan salah satu jenis sub sektor tanaman bahan pangan. Produksi padi di Indonesia tahun 2010 mencapai 66,4 juta ton sedangkan pada tahun 2011 mencapai 65,7 juta ton dengan produktivitas sebesar 4,98 ton/ha. Hal ini menandakan penurunan produksi padi pada dua tahun tersebut (BPS 2014). Data juga menunjukkan bahwa peningkatan produksi padi nasional sejak tahun 1970 tidak selalu linier, tetapi ada kalanya fluktuatif. Fluktuasi produksi padi nasional salah satunya dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim. Iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena interaksi lautan-atmosfer yang terjadi di Samudera Pasifik yang dikenal sebagai fenomena El-Nino Southern Oscillation (ENSO) (Naylor et al. 2001). Selain itu terdapat pula fenomena interaksi lautan atmosfer lainnya yang diduga menyebabkan peristiwa kekeringan di Indonesia, dikenal dengan Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di Samudra Hindia (Saji dan Yamagata 1999). Kemarau panjang yang disebabkan oleh kedua fenomena iklim berdampak buruk bagi ketahanan pangan di Indonesia. Kejadian El- Nino yang terjadi pada tahun 1997/1998 menyebabkan menurunnya produktivitas padi nasional sebesar 2,9 ton Gabah Kering Giling (GKG). Hal ini menyebabkan meningkatnya impor beras dari 407.000 ton pada tahun 1996 menjadi 2,9 juta ton tahun 1997 dan 1998 (Tabor 2001). Sejak tahun 1990-an, berbagai kawasan di Indonesia sering dilanda kekeringan dan kebanjiran. Akibatnya, setiap terjadi kekeringan, ratusan hektar
4
sawah di Pulau Jawa mengalami gagal panen atau puso (Iskandar 2007). Diperkirakan pada masa mendatang gejala perubahan iklim global tersebut akan semakin serius melanda berbagai kawasan dunia. Keadaan tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga akan berdampak terhadap aktivitas pertanian di Indonesia, khusunya wilayah Kabupaten Indramayu. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan ideal untuk tanaman padi rata-rata yaitu 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun berkisar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230 sedangkan untuk tinggi tempat bercocok tanaman padi berkisar antara 0-1500 mdpl (Yulianto dan Sudibyakto 2012). Kondisi tersebut tentunya menjadi harapan bagi petani agar hasil panen yang dihasilkan memuaskan. Indramayu merupakan salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang sangat rentan terhadap kejadian cuaca ekstrim. Pengamatan dari 1991-1997 menunjukkan kekeringan di Indramayu umumnya berkaitan dengan kejadian ElNino. Dampak terhadap pendapatan masyarakat petani di Indramayu sangat besar. Jumlah keluarga petani yang berada dibawah garis kemiskinan meningkat secara nyata pada tahun El-Nino (Boer et al. 2004). Tabel 2. Produktivitas padi di Kabupaten Indramayu tahun 2011-2014 No.
Tahun
Kw/Ha
1. 2011 71,20 2. 2012 71,07 3. 2013 70,10 4. 2014 69,43 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu (2014)
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 produktivitas padi mencapai 69,43 kw/ha jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang meningkat dengan jumlah 71,20 kw/ha pada tahun 2011. Hal ini menyebabkan Indramayu kekurangan pasokan padi untuk memenuhi permintaan pasar domestik pada tahun 2014. Oleh karena itu, Indramayu dipilih menjadi sampel penelitian ini yang mengangkat topik tentang “Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu)”.
5
1.2
Rumusan Masalah Indramayu selama ini dikenal dengan lumbung padi Jawa Barat.
Penggerak perekonomian Indramayu berasal dari sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan lahan panen, produktivitas dan produksi pertanian di Indramayu. Peningkatan tersebut tentunya dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam perekonomian Indonesia. Tabel 3. Luas panen, produktivitas dan produksi padi tahun 2011 Kabupaten
Luas Panen (Ha) Indramayu 230.985 Subang 176.369 Purwakarta 38.022 Karawang 188.769 Bekasi 98.574 Sukabumi 130.312 Cianjur 139.932 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Produktivitas (Kg/Ha) 61,26 60,10 57,28 60,17 58,31 55,56 56,51
Produksi (Ton) 1.415.050 1.059.905 217.805 1.135.863 574.787 724.025 790.824
Tabel 3 menunjukkan bahwa Indramayu pada tahun 2011 berada di tingkat pertama dilihat dari luas panen, produktivitas dan produksinya. Hal ini tentunya menjadikan petani di Indramayu sejahtera. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca di Indramayu yang dinilai normal. Sektor pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap variabilitas cuaca, terutama tanaman pangan padi. Hasil produksi padi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2012 mengalami penurunan akibat adanya kekeringan yang melanda lahan persawahan mereka. Kekeringan tersebut timbul dikarenakan variabilitas cuaca yang menyebabkan fluktuasi curah hujan yang tidak menentu. Hujan yang tidak turun berdampak pada pasokan air saat memasuki musim kemarau semakin sulit dan diperkirakan ratusan hektar sawah akan terancam gagal panen akibat kekeringan. Selain itu pada tahun 2014, Indramayu dilanda oleh bencana banjir yang sangat besar yang diakibatkan oleh curah hujan tinggi sehingga berdampak pada hasil produksi padi karena terendamnya lahan persawahan. Akibat dari bencana tersebut petani harus menangung kerugian yang cukup besar yaitu penuruan pendapatan dari hasil panen padi tersebut. Berikut adalah grafik perkembangan luas kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten Indramayu selama lima tahun terakhir.
6
14000
13173
Luas (ha)
12000 10000 8000 6000
4078
4000 2000
2099 0
0
0
2010
2011
2012 Tahun
0
0
1920
163
2013
2014
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu (2014)
Gambar 1. Perkembangan luas kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten Indramayu 5 tahun terakhir. Kebanjiran, Kekeringan Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, terjadi peningkatan luas kekeringan pada tahun 2012 yaitu sebesar 13.173 hektar dan luas kebanjiran pada tahun 2014 yaitu sebesar 1.920 hektar. Adanya variabilitas cuaca tersebut menyebabkan para petani melakukan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Adaptasi yang dilakukan oleh petani di Indramayu adalah merubah pola tanam, yang sebelumnya berupa tanaman pangan padi menjadi holtikultura. Variabilitas cuaca akan mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten Indramayu yang merupakan salah satu sentra produksi pertanian terutama padi di Provinsi Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani mengenai variabilitas cuaca menyebabkan persepsi antar petani mengenai variabilitas cuaca berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca tersebut perlu dilakukan. Analisis terhadap dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi perlu dilakukan. Estimasi perubahan pendapatan rumah tangga petani perlu dikaji untuk mengetahui seberapa besar dampak variabilitas cuaca terhadap pendapatan rumah tangga petani padi disertai dengan melakukan adaptasi.
7
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi petani mengenai variabilitas cuaca? 2. Bagaimana dampak variabilitas cuaca terhadap usahatani padi dan rumah tangga petani padi? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca? 4. Bagaimana adaptasi yang dilakukan petani dalam menghadapi perubahan variabilitas cuaca? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan umum dari penelitian
adalah mengkaji nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengkaji persepsi petani mengenai variabilitas cuaca. 2. Mengkaji dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani padi dan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca. 4. Mengkaji adaptasi petani dalam menghadapi perubahan variabilitas cuaca. 1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 2. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini menjadi referensi dalam mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dalam lingkup yang lebih luas. 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Indramayu diharapkan dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi dampak variabilitas cuaca khususnya dampak terhadap sektor pertanian.
8
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Wilayah Penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat
yang merupakan wilayah berpotensi dalam sektor pertanian pangan berupa padi. Penelitian ini difokuskan pada dampak variabilitas cuaca dilihat dari curah hujan yang berfluktuatif yang dapat menyebabkan kekeringan dan banjir sehingga berdampak terhadap kegiatan usahatani padi dan rumah tangga petani padi. Dampak tersebut dilihat dari hasil produksi, penggunaan input dan pendapatan rumah tangga usahatani padi. Penelitian ini juga mengkaji adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca yang terjadi di Kabupaten Indramayu.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ekonomi Variabilitas Cuaca Asian Development Bank (ADB) (2010) menuliskan bahwa wilayah
pasifik akan menghadapi kerugian ekonomi yang serius akibat variabilitas iklim dan cuaca. Negara-negara kecil di dunia yang berada di wilayah Pasifik bisa terancam karena meningginya permukaan air laut akibat variabilitas cuaca. Permukaan air laut di beberapa negara ini bisa mencapai 1 meter. Oleh sebab itu, negara-negara di wilayah ini termasuk Indonesia harus segera mengambil langkah yang serius1. Food Agriculture Organisation (FAO) (2010), memprediksikan bahwa mulai 2030 mendatang, akan terjadi bencana kelaparan global yang yang dialami oleh beberapa negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika latin. Kondisi tersebut merupakan dampak dari produksi pangan yang lebih rendah dari permintaan
yang
diperparah
oleh
fenomena
variabilitas
cuaca
global.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) (2007), juga menambahkan akan mengalami penurunan curah hujan di kawasan selatan, sebaliknya di kawasan utara akan mengalami peningkatan curah hujan, artinya kawasan yang menurun curah hujannya sangat berpotensi merusak sistem tanam pertanian, khususnya tanaman yang tidak memiliki potensi resistensi terhadap kekeringan. Kemudian krisis air untuk menopang kehidupan (air bersih) dan infrastruktur listrik turbin. Di sisi lain, peningkatan curah hujan akan menjadi potensial ancaman banjir yang merusak sarana dan prasarana pendukung pertanian2. Variabilitas cuaca dipicu oleh adanya perubahan iklim. Terjadinya pergeseran musim, akan berpengaruh pada perencanaan aktivitas kegiatan pertanian, sehingga jadwal tanam akan terganggu yang mengakibatkan menurunnya angka produksi dan bahkan kegagalan panen. Kemudian munculnya sumber penyakit-penyakit baru pada tanaman, angin kencang dan badai yang merusak tanaman.
1
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/26/095532549/Perubahan-Iklim-Ancam-EkonomiPasifik [diakses pada 20 januari 2015] 2 http://aceh.tribunnews.com/2013/05/13/adaptasi-perubahan-iklim [diakses pada 20 januari 2015]
10
2.2.
Pengertian Variabilitas Cuaca Perubahan iklim menyebabkan terjadinya variabilitas cuaca, yaitu
fenomena terkait kondisi cuaca ekstrem yang terjadi dalam rentang waktu tertentu. Menurut Winarso dan Paulus (2003) cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian mengenai kondisi fisik udara sesaat pada lokasi dan waktu tertentu, sedangkan iklim adalah kondisi lanjutan yang merupakan kumpulan kondisi cuaca dan disusun serta dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu. Variabilitas cuaca ditandai dengan adanya peningkatan suhu udara, perubahan pola curah hujan, peningkatan permukaan air laut dan peningkatan frekwensi kejadian ekstrim meliputi banjir dan kekeringan. Pengaruh variabilitas cuaca terhadap sektor pertanian yang dapat menimbulkan kerugian secara langsung adalah banjir, kekeringan dan peningkatan serangan hama dan penyakit. Menurut Nurdin (2011), sejak revolusi industri dimulai hingga sekarang telah
menyebabkan
terjadinya
peningkatan
suhu
udara
global.
Selain
meningkatkan itu, variabilitas cuaca juga meningkatkan fluktuasi, frekuensi dan intensitas anomali iklim dalam dasawarsa terakhir yang disebabkan oleh fenomena ENSO dan IOD yang berdampak pada perubahan pola musim hujan sehingga awal musim hujan maupun musim kering terlambat. ENSO merupakan fenomena laut dan atmosfer yang terjadi bersama-sama di Pasifik Tropis. Dalam kondisi normal, Pasifik Barat Tropis lebih hangat daripada Pasifik Timur. Akibatnya angin equatorial berhembus ke arah barat membantu konveksi di Pasifik Barat dan subsidensi di Pasifik Timur. Perubahan iklim akan memperbesar nilai variabilitas cuaca dan mempercepat periode terjadinya variabilitas cuaca tersebut. Dengan kata lain, cuaca ekstrim muncul sebagai wujud dari perubahan iklim. Cuaca ekstrim adalah suatu kondisi yang sangat jarang terjadi, mengandung resiko bencana dan parameter yang diukur nilainya sangat besar atau sangat kecil (misalnya pada curah hujan atau temperatur). Cuaca ekstrim dan berbagai bencana sering kali muncul sebagai akibat dari perubahan iklim. Jelas terlihat bahwa fluktuasi iklim ini berdampak pada kehidupan manusia dalam berbagai aspek, diantaranya di bidang kesehatan, teknologi, sosial, dan ekonomi.
11
Variabilitas cuaca disebabkan oleh faktor pengendali berupa interaksi antara atmosfer, lautan dan daratan. Untuk menunjang atau menghambat kegiatan yang akan ditimbulkan, dapat dilakukan dengan memanfaatkan karakteristik dan spesifikasi variabilitas cuaca. Indonesia memiliki variabilitas cuaca yang tinggi. Berdasarkan pola hujan, wilayah Indonesia berdasarkan Gambar 2 dibagi dalam tiga klasifikasi pola hujan, yaitu monsual, ekuatorial, dan lokal (Syamsuddin 2014).
Sumber: www.bmkg.go.id
Gambar 2 Pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pembagian pola hujan Variabilitas cuaca dapat dilihat dari keragaman curah hujan suatu wilayah. Variabel lain yang dapat menyebabkan variabilitas cuaca adalah suhu udara, suhu permukaan laut (SPL) dan unsur oseanografi lain seperti ketinggian gelombang. Suhu udara merupakan energi kinetis rata-rata dari pergerakan molekul udara (Handoko 1994). As-Syakur (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa SPL di wilayah tropis memiliki variasi yang tinggi baik dalam skala ruang maupun waktu. 2.2.1. Dampak Perubahan Pola Curah Hujan dan Kejadian Cuaca Ekstrim Badan Litbang Pertanian menuliskan, perubahan pola hujan sudah terjadi sejak beberapa dekade terakhir di beberapa wilayah di Indonesia, seperti pergeseran awal musim hujan dan perubahan pola curah hujan. Selain itu terjadi kecenderungan perubahan intensitas curah hujan bulanan dengan keragaman dan
12
deviasi yang semakin tinggi serta peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim, terutama curah hujan, angin, dan banjir rob. Beberapa ahli menemukan dan memprediksi arah perubahan pola hujan di Wilayah Selatan Jawa dan Bali dengan intensitas curah hujan cenderung meningkat tetapi dengan periode yang lebih singkat (Naylor et al. 2007). Secara nasional, tren perubahan secara spasial, di mana curah hujan pada musim hujan lebih bervariasi dibandingkan dengan musim kemarau (Boer et al. 2009).
Panjang MK Memendek Tetap Memanjang Sumber: Boer et al. 2009
Gambar 3. Perubahan panjang musim kemarau di seluruh Indonesia. Pada Gambar 3, variabilitas cuaca juga berdampak terhadap peningkatan hujan musiman Desember, Januari, Februari (DJF) secara signifikan di sebagian besar wilayah di Jawa, Kawasan Timur Indonesia, dan Sulawesi. Sebaliknya, variabilitas cuaca berdampak terhadap penurunan hujan musiman Juni, Juli, Agustus (JJA) secara signifikan di sebagian besar wilayah Jawa, Papua, Bagian Barat Sumatera, dan Bagian Timur Selatan Kalimantan. Variabilitas cuaca mengakibatkan musim kemarau memanjang di sebagian besar wilayah Jawa, Bagian Selatan Sumatera, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara. 2.2.2. Dampak Sumberdaya Lahan dan Air Secara umum, variabilitas cuaca akan berdampak terhadap penciutan dan degradasi (penurunan fungsi) sumberdaya lahan, air dan infrastruktur terutama
13
irigasi, yang menyebabkan terjadinya ancaman kekeringan atau banjir. Kekeringan merupakan gangguan keseimbangan hubungan antara tanaman dan air tanah, yang mengakibatkan persediaan air dalam tanah tidak mampu mencukupi kebutuhan air tanaman. Menurut Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat, penyebab dari kekeringan yaitu menurunnya kapasitas sumber air akibat rusaknya daerah tangkapan air, rendahnya efisiensi penggunaan air akibat buruknya sistem pengoperasian/alokasi air, menurunnya kapasitas saluran maupun wadah-wadah air akibat sedimentasi, tingginya tingkat kehilangan air akibat kerusakan jaringan irigasi dan lain sebagainya. Wilayah yang rentan terkena kekeringan di Jawa Barat salah satunya yaitu di Indramayu yang memiliki daerah irigasi namun tidak memiliki fasilitas waduknya. Untuk menilai kerusakan akibat dampak variabilitas cuaca pada kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4 yang sangat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman sehingga diperlukan langkah pencegahan maupun adaptasi untuk menanganinya. Tabel 4. Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca (kekeringan) No.
Klasifikasi
Gejala
1
Ringan
Ujung daun tanaman kering
2
Sedang
Bagian yang mengering berkembang sampai mencapai 1/4 panjang daun
3
Berat
> 1/4 - 2/3 daun mengering
4
Puso
Seluruh tanaman mengering/mati
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat (2012)
Banjir merupakan bencana alam yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap
kerusakan
di
sektor
ekonomi
dan
sosial.
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa di Indonesia semenjak tahun 1815 hingga 2012 bencana banjir terjadi paling banyak yaitu mencapai 38 % dari total bencana yang terjadi. Banjir yang berlangsung di Indonesia disebabkan oleh empat hal yaitu faktor hujan yang lebat, perubahan tata guna lahan, kesalahan pembangunan alur sungai dan pendangkalan sungai (Maryono 2005). Kejadian banjir di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan ekstrim yaitu pada saat La Nina maka peningkatan curah hujan dapat membantu
14
ketersediaan air bagi pertumbuhan padi sawah (Boer et al. 2009). Padi yang terkena dampak banjir sebagian besar adalah tanaman yang baru ditanam sehingga bisa segera ditanami kembali ketika pasca banjir. Pada tahun 2013, luas lahan tanaman padi yang terkena banjir seluas 333.663 ha (2,36% dari luas tanam 14.159.169 ha), di antaranya puso 78.821 ha atau sebesar 0,56% dari luas tanam 14.159.169 ha. Sedangkan luas banjir pada 2013/2014 (Oktober - Desember 2013) seluas 37.928 ha (3,86% dari luas tanam 983.352 ha), di antaranya puso 6.635 ha
atau sebesar 0,67% dari luas tanam 983.352 ha3. Untuk menilai
kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca pada kondisi banjir dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Klasifikasi penilaian kerusakan akibat dampak anomali iklim dan cuaca (banjir) No. 1
Klasifikasi Terkena
2
Puso
a. b. a. b.
Gejala Umur tanaman < 2 bulan, tergenang < 3 hari Umur tanaman > 2 bulan, tergenang sampai tidak menunjukkan kerusakan fisik Umur tanaman < 2 bulan, tergenanag > 3 hari dan menunjukkan kerusakan fisik Umur tanaman > 2 bulan, tergenang sampai menunjukkan gejala kematian.
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat (2014)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010) menuliskan, dampak perubahan iklim terhadap sektor yang berkaitan dengan sumber daya air antara lain meningkatnya kejadian cuaca dan iklim ekstrim yang berpotensi menimbulkan banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Selain itu daya dukung lahan juga menurun yang diakibatkan oleh tekanan terjadap lahan. 2.3.
Persepsi Petani Terhadap Variabilitas Cuaca Persepsi menurut Harihanto (2001) merupakan pandangan individu
terhadap waktu objek stimuls sehingga mengakibatkan reaksi terhadap individu berupa penerimaan ataupun penolakan terhadap stimulus tersebut. Persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus sehingga berakibat terhadap menurunnya kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Stimulus bisa berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi 3
http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=482&cHash=3511 d17896fe2e2669e8d21976d4efff [diakses pada 26 januari 2015]
15
dan kondisi tertentu. Persepsi berhubungan dengan pendapatan dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), persepsi memiliki tiga dimensi yang menandai konsep diri, yaitu pengetahuan (apa yang individu ketahui tentang sesuatu hal), pengharapan dan penilaian (pengukuran individu tentang sesuatu hal dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi dalam rangka memenuhi harapan individu tentang hal tersebut). Persepsi seseorang menurut Kartono (1987) akan terjadi melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera. Terbangunnya persepsi dapat dirasakan melalui kesejahteraan hidup manusia dan berbagai macam proses dalam usaha manusia menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Hal tersebut akan mendorong manusia dalam usaha mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai dengan gambaran hidup sejahtera yang dalam diri manusia (Twikromo 1995). Salah satu pihak yang terkena dampak variabilitas cuaca adalah petani. Para petani yang tidak menyadari variabilitas cuaca dan dampak potensialnya akan berakibat pada kerentanan di tingkat petani yang lainnya, karena kualitas dan kuantitas padi secara aktual dipengaruhi oleh variabilitas cuaca. Selain itu, dengan mengabaikan variabilitas cuaca ini memungkinkan dapat mempengaruhi produksi padi secara signifikan dimasa mendatang bagi petani yang memiliki keterbatasan informasi. 2.4.
Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Hasil Produksi, Input dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Variabilitas cuaca secara langsung mempengaruhi berbagai aspek dari
ketahanan pangan, khususnya dalam hal ketersediaan pangan dan distribusi pangan. Dampak adanya variabilitas cuaca akan mempengaruhi hasil produksi (output) dan penggunaan input, sehingga akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani. Secara temporal akan terjadi peningkatan curah hujan pada musim penghujan dan penurunan curah hujan pada musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia (Handoko et al. 2008). Hal ini sudah banyak dirasakan oleh para petani di Indonesia dan berpotensi mengganggu produksi pangan strategis sehingga mengalami kerugian yang besar akibat bencana banjir dan kekeringan.
16
Indonesia diperkirakan akan mengalami angka penurunan jumlah produksi pertanian terutama produksi padi dan jagung, yang tercacat angkanya masingmasing sebesar 1,41 juta ton (1,98%) dan 875, 17 ribu ton (4,51%) dibandingkan produksi yang dihasilkan pada tahun 2013. Angka pelandaian tingkat produksi pertanian terutama sumber pangan pokok (staple food), selain secara inherent disebabkan oleh faktor tingkat kesuburan tanah yang terus mengalami penurunan, juga disebabkan oleh penyempitan lahan pertanian, serta secara langsung maupun tidak langsung akibat faktor variabilitas iklim ekstrim (Data Badan Pusat statistik (BPS) untuk Produksi Tanaman Pangan Angka Ramalan (ARAM) I tahun 2014)4. Adaptasi petani diperlukan untuk merespon dampak negatif yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca sehingga biaya yang tinggi dapat distabilkan misalnya dengan meningkatkan
sarana
irigasi
dan
pemberian
input
(bibit,
pupuk,
insektisida/pestisida) tambahan. Variabilitas cuaca juga menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan yang berdampak pada pendapatan rumah tangga petani, merubah kalender tradisional untuk beberapa aktivitas pertanian dan memperpendek waktu penanaman. Pengukuran pendapatan rumah tangga petani dapat dilakukan dengan menghitung dari pendapatan hasil pertanian dan non pertanian. Hasil pendapatan rumah tangga petani didapatkan dari penjumlahan antara pendapatan di sektor pertanian dan non pertanian. Pendapatan usaha tani menurut Soeharjo (1972) dapat dilihat berdasarkan keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usaha tani berwujud tiga hal yaitu (a) hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, (b) produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan, (c) kenaikan nilai inventaris. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani berubah-ubah setiap tahun, sehingga ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. Jika ada kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani itu, maka selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan usahatani. 4
http://old.setkab.go.id/artikel-13497-meski-iklim-berubah-ketahanan-pangan-harus-tetapberlanjut.html [diakses pada 28 januari 2015 ]
17
2.5.
Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca Adaptasi adalah suatu upaya pengembangan yang adaptif dengan situasi
yang terjadi akibat dampak variabilitas cuaca terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain-lain melalui (a) reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakteristik sumberdaya lahan dan air, (b) penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dnegan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air, (c) penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah (Las et al. 2007). Mulyadi (2005) dalam studinya menyatakan bahwa proses adaptasi mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri maupun memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial secara temporal. Perubahan lingkungan berupa bencana merupakan perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap sistem adaptasi manusia. Untuk menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana tersebut maka manusia mengembangkan pola adaptasi tingkah laku seperti perubahan strategi mata pencaharian. Adaptasi variabilitas cuaca merupakan suatu bentuk penyesuaian untuk menghadapi dampak negatif dari variabilitas cuaca seperti melakukan upaya untuk mengurangi dampak tersebut. Upaya untuk melakukan adaptasi terhadap variabilitas cuaca diantaranya peningkatan sistem teknologi seperti meningkatkan keamanan laut atau melindungi kawasan pemukiman di sekitar pesisir pantai, merubah pola pikir seseorang untuk melakukan adaptasi terhadap variabilitas iklim, mengurangi penggunaan air pada saat terjadi kekeringan, dan menggunakan insektisida pembasmi hama. Selain itu perlunya upaya perbaikan sistem informasi mengenai kondisi iklim dan cuaca yang terjadi di suatu wilayah dalam rangka memperkuat perencanaan dan koordinasi, melakukan investasi pengembangan teknologi dan menciptakan sistem keuangan yang efektif sebagai upaya antisipasi variabilitas cuaca (World Bank 2008 dalam Handoko et al. 2008).
18
2.5.1. Perubahan
Pola
Tanam
Sebagai
Upaya
Adaptasi
terhadap
Variabilitas Cuaca Pola tanam pertanian merupakan salah satu dampak dari fenomena variabilitas cuaca akibat perubahan pola curah hujan. Perubahan pola curah hujan ini akan berdampak pada pergeseran waktu tanam serta perubahan pola tanam pertanian. Jawa Barat dan Jawa Timur secara umum memiliki pasokan air yang lebih banyak, memiliki intensitas tanam yang lebih tinggi dibandingkan empat provinsi lainnya di luar Jawa, namun di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola tanam yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padipalawija. Namun perubahan pola tanam ini tidak dilakukan oleh empat provinsi lainnya, walaupun mereka merasakan adanya variabilitas cuaca, yakni curah hujan dan penurunan muka air tanah. Dengan begitu, mereka tetap mengusahakan lahannya hanya dua kali tanam per tahun berupa padi-padi atau padi-palawija (Kurniawati 2011). Menurut Las et al. (2007) sebagian besar areal tanam padi menggunakan pola tanam padi-padi dimana pada musim tanam kedua sangat tergantung pada ketersediaan air irigasi. Kekeringan yang terjadi pada musim kedua akan mengubah pola tanam petani sehingga mengganggu kesinambungan stok pangan nasional. Kesinambungan produksi beras dalam beberapa tahun terakhir sering terganggu akibat dampak ENSO dan IOD. Naylor et al. (2001, 2007) dalam studinya menyatakan bahwa penetapan awal musim tanam padi merupakan salah satu strategi penting dalam budidaya pertanian di Indonesia khususnya tanaman pangan yang berpengaruh dengan adanya anomali iklim dan cuaca. Kalender tanam digunakan sebagai penetapan awal musim tanam yang secara tradisional telah lama dikembangkan oleh petani secara turun temurun dengan istilah berbeda di setiap daerah. Namun demikian, kalender tanam tidak sepenuhnya dijadikan acuan oleh para petani melihat bahwa variabilitas cuaca menyulitkan untuk menemukan indikator penanda musim. Fluktuasi curah hujan yang sangat dinamis akibat adanya anomali cuaca menyebabkan terjadinya pergeseran awal musim hujan dan musim kemarau. Dampak
tersebut
mengakibatkan
perubahan
pola
tanam
yang
dapat
mempengaruhi maju laju waktu tanam sehingga sangat menyulitkan petani yang biasanya mengacu pada kalender tanam.
19
Penyusunan kalender tanam dibutuhkan bagi petani tanaman pangan untuk mengetahui waktu dan pola tanam di daerahnya selama setahun. Kalender tanam digunakan untuk memberikan informasi komoditas yang biasa ditanam pada suatu wilayah dari mulai persiapan lahan sampai dengan panen selama setahun. Melihat dampak variabilitas cuaca yang sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia serta untuk mendukung daya tahan sektor pertanian terhadap ancaman variabilitas cuaca, maka dibutuhkan suatu upaya strategis yang dapat mengatasi dan mengantisipasi dampak variabilitas cuaca tersebut. Upaya yang sangat penting dilakukan yaitu dengan memahami karakteristik cuaca wilayah dengan baik. Dengan cara seperti itu maka dapat diketahui kalender tanam untuk mengetahui waktu dan pola tanam di sentra-sentra produksi padi di wilayah Indonesia, baik pada wilayah monsual maupun equatorial (Anwarie 2010). 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian dan membandingkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan hasil-hasil yang telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau memperkuat. Banyak penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif terhadap suatu dampak yang ditimbulkan terutama pada suatu sektor pertanian pangan.
Akan tetapi penelitian tentang Analisis Nilai Kerugian Petani Padi
Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani memiliki perbedaan dari segi lokasi penelitian, studi kasus, dan metode. Handoko et al. (2008) melakukan studi mengenai keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis. Hasil penelitian ini mengungkapkan sepuluh skenario perubahan iklim dan program adaptasi pertanian yang dikembangkan bertujuan untuk menganalisis proyeksi surplus (defisit) pangan strategis yang akan terjadi hingga tahun 2050. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor perubahan suhu udara memiliki potensi dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan faktor perubahan curah hujan dalam mempengaruhi surplus (defisit) pangan Indonesia. Osmaleli (2010) melakukan penelitian mengenai analisis dampak perubahan iklim lokal dan kesejahteraan nelayan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Dampak perubahan iklim lokal yang terjadi ditandai
20
dengan perubahan musim yang tidak menentu, musim barat dan timur yang sulit diprediksi oleh nelayan. Perubahan iklim global saat ini belum berpengaruh terhadap perubahan iklim lokal Labuan, tetapi model dugaan grafik suhu global dan suhu lokal hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan suhu rata-rata bumi selama 150 tahun yang mengindikasikan peningkatan suhu di Indonesia. Asikin (2010) melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Perubahan iklim mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani padi mengenai perubahan iklim menyebabkan persepsi antar petani mengenai perubahan iklim menjadi berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai sejauh mana persepsi petani padi terhadap perubahan iklim tersebut penting untuk dilakukan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana petani padi mampu bertahan dan merespon kondisi iklim yang tidak menentu. Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas rata-rata penelitan menggunakan analisis pendapatan dan desktiptif. Hal tersebut menjadikan suatu acuan bagi penelitian ini khususnya dalam alat analisis datanya namun memiliki perbedaan dari segi lokasi penelitian dan studi kasus. Penelitian ini menganalisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani. Alat analisis yang akan digunakan yaitu analisis deskriptif menggunakan metode likert, regresi berganda, dan analisis pendapatan rumah tangga usahatani.
21
3. KERANGKA PEMIKIRAN
Variabilitas cuaca Indonesia sangat berkaitan erat dengan El Nino Southern Oscillation (ENSO) di Samudera Pasifik dan Indian Ocean Dipole (IOD) di Samudera Hindia. Menurut penelitian dari Allan (2000), penurunan curah hujan mengakibatkan kekeringan dan pada saat yang lain mengakibatkan tingginya curah hujan sehingga dapat menimbulkan banjir yang tentunya merugikan para petani. Munculnya fenomena El Niño kuat sebanyak tujuh kali sepanjang dua puluh tahun terakhir disertai dengan terjadinya fenomena IOD positif yang hampir terjadi bersamaan mengakibatkan deraan kekeringan yang cukup serius. Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang terkena anomali cuaca yang berdampak pada sektor pertanian. Variabilitas cuaca yang terjadi beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak yang signifikan pada tanaman pangan terutama padi. Pada saat yang bersamaan, beberapa dekade terakhir menunjukkan dampak variabilitas cuaca yang besar pada tanaman pangan padi di Kabupaten Indramayu, seperti kekeringan dan banjir yang semakin meluas pada waktu-waktu tertentu. Salah satu dampak akibat terjadinya variabilitas cuaca adalah curah hujan yang tinggi. Kesalahan strategi dari petani menjadi tidak tepat karena kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi dan sulit diantisipasi. Walaupun sektor pertanian penyumbang emisi gas rumah kaca, pertanian juga merupakan sektor yang paling menderita bahkan terancam akibat adanya variabilitas cuaca, salah satunya adalah padi. Padi dalam sistem produksinya sangat rentan dan akan mengalami dampak paling serius akibat variabilitas cuaca. Adanya variabilitas cuaca tersebut menyebabkan penurunan produktivitas dan produksi padi akibat suhu udara, kekeringan maupun banjir, serta kualitas gabah yang menurun. Hal ini terjadi di Kabupaten Indramayu sebagai sentra produksi lumbung padi terbesar di Jawa Barat. Dasar pemikiran penelitian ini mellihat hubungan antara tahapan pelaksanaan dengan tujuan penelitian. Potensi dari adanya variabilitas cuaca menjadi dasar meneliti Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani. Untuk itu, diperlukan kajian secara komprehensif mengenai persepsi para petani
22
terhadap fenomena gejala-gejala variabilitas cuaca, dampak ekonomi yang ditimbulkan terhadap padi akibat fenomena variabilitas cuaca, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi dan adaptasi yang dilakukan petani. Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini akan melihat keterkaitan antara empat komponen yang terbagi menjadi tiga langkah. Langkah pertama adalah mengkaji persepsi para petani padi di Kabupaten Indramayu mengenai variabilitas cuaca. Langkah kedua yaitu mengkaji dan mengidentifikasi dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu. Langkah ketiga adalah mengkaji dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi. Langkah keempat adalah mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani. Hipotesis pertama adalah variabilitas cuaca berpengaruh terhadap produktivitas padi. Namun sampai saat ini banyak para petani yang belum paham mengenai persepsi terhadap variabilitas cuaca tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan analisis deskriptif melalui wawancara atau kuesioner yang diberikan kepada para petani. Analisis persepsi petani tersebut menggunakan analisis deskriptif menggunakan metode likert. Hipotesis kedua adalah mengkaji dan mengidentifikasi dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu. Adanya variabilitas cuaca akan berdampak terhadap penurunan sumberdaya lahan, air dan infrastruktur terutama irigasi, yang menyebabkan terjadinya ancaman kekeringan atau banjir. Ancaman bencana tersebut mengakibatkan kerugian yang diterima oleh petani padi di Kabupaten Indramayu. Hal itu juga berdampak pada pendapatan rumah tangga usahatani padi. Analisis yang digunakan adalah menggunakan analisis deskriptif dan analisis pendapatan rumah tangga usahatani. Hipotesis ketiga adalah mengkaji dan mengidentifikasi nilai kerugian petani terhadap variabilitas cuaca dengan menggunakan analisis model regresi berganda. Hipotesis keempat adalah mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi variabilitas cuaca dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
23
Variabilitas cuaca akan mempengaruhi sektor pertanian
Kabupaten Indramayu sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat Barat Dampak variabilitas cuaca terhadap usahatani padi
Diperlukan kajian secara komprehensif
Persepsi petani mengenai variabilitas cuaca
Analisis deskriptif dengan metode likert
Dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi
Analisis deskriptif dan analisis pendapatan rumah tangga usahatani padi
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi.
Analisis model regresi berganda
Adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca
Analisis deskriptif
Hasil penelitian
Rekomendasi kebijakan antisipasi variabilitas cuaca terhadap nilai kerugian petani secara berkelanjutan Gambar 4 Kerangka pemikiran
4. METODE PENELITIAN
4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi di Kabupaten Indramayu yaitu di
Kecamatan Losarang, Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Bongas. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan alasan di daerah tersebut sangat rentan dan terkena dampak yang terbilang cukup parah akibat variabilitas cuaca berupa kekeringan dan banjir. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra penghasil lumbung padi dan yang menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dan sumber penghasilan bagi petani padi di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Maret 2015 untuk pengambilan data primer dan sekunder. 4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani di Kabupaten Indramayu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Dan Peternakan Indramayu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang diteliti. Tabel 6 Jenis dan sumber data dalam penelitian No. 1. 2.
3.
4.
Tujuan
Jenis Data
Sumber Data
Persepsi petani mengenai variabilitas cuaca Dampak variabilitas cuaca terhadap kegiatan usahatani dan rumah tangga petani padi
Primer
Petani
Primer dan sekunder
Mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca. Strategi dan adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca yang terjadi di Kabupaten Indramayu
Primer dan sekunder
Petani, Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu, BMKG, BPS Indramayu Petani, Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu
Primer
Petani
Metode Analisis Wawancara dan kuesioner Wawancara, kuesioner dan studi literatur
Wawancara, kuesioner dan studi literatur Wawancara dan Kuesioner
26
4.3
Metode Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan metode non probability sampling
secara purposive. Secara umum, sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Responden berasal dari tiga kecamatan yang ada di Indramayu yaitu Kecamatan Losarang, Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Bongas dengan total keseluruhan sebanyak 100 responden. Alasan jumlah responden mengacu pada analisis data statistik yaitu sampel paling minimum adalah 30 responden (Walpole 1992). Petani yang akan menjadi responden adalah petani yang telah bekerja kurang lebih 10 tahun, sehingga dapat diketahui informasi yang lebih mendalam mengenai variabilitas cuaca terhadap tanaman pangan padi. 4.4
Metode Analisis Data Menganalisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukannya
pengumpulan data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi. Adanya hasil analisis terhadap data ini dapat memberikan jawaban atas perumusan masalah yang terdapat dalam perumusan ini. Langkah awal sebelum menganalisis data adalah dengan mengelompokkan data yang diperoleh dari sampling menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan dan analisis data akan dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS-16 for Windows. Tabel 7 Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian No. 1.
Tujuan Mengkaji persepsi petani mengenai variabilitas cuaca.
Metode Analisis Data Analisis deskriptif dengan metode skala likert
2.
Dampak variabilitas cuaca terhadap usahatani dan rumah tangga petani padi
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca Mengkaji adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca yang terjadi di Kabupaten Indramayu.
Analisis deskriptif dan Analisis pendapatan rumah tangga usahatani padi Analisis model regresi berganda
4.
kegiatan
Analisis deskriptif
27
4.4.1
Analisis Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca. Analisis deskriptif pada penelitian ini diperoleh dari presepsi petani di
Kabupaten Indramayu. Pada analisis deskriptif ini menggunakan metode likert dan dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dalam menyajikan data dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi. Pada metode likert sikap atau respons seseorang terhadap suatu objek dapat diukur melalui skala yang berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis sehingga didapat suatu angka dari respons seseorang (Risnita 2012). Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan ataupun informasi mengenai variabilitas cuaca yang didapatkan oleh petani dan melihat sejauh mana petani menyadari akan adanya variabilitas cuaca yang terjadi. Skala Likert pada penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi petani terhadap variabilitas cuaca yang mengacu pada pendapat dan sikap petani. Variabilitas cuaca tersebut sebagai variabel yang akan diukur dengan indikator variabel. Indikator variabel pada Skala Likert ini mempunyai penilaian dari sangat positif sampai dengan negatif. Untuk pengukuran variabel diatas digunakan Skala Likert sebanyak lima tingkat yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Biasa (B), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Setiap jawaban memiliki skor, yaitu: untuk jawaban STS memiliki skor 1, jawaban TS memiliki skor 2, jawaban B memiliki skor 3, jawaban S memiliki skor 4, dan jawaban SS memiliki skor 5. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 100 orang, maka nilai skala maksimum 500 dan nilai skala minimum 100. Range skala penilaian Skala Likert pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Range skala penilaian Kategori penilaian Sangat Tidak Setuju
Range skala 100-180
Tidak Setuju
181 – 260
Biasa
261 – 340
Setuju
341 – 420
Sangat Setuju
421 – 500
Sumber: Riduan (2010), data primer (2015), diolah
28
Range skala tersebut dapat menentukan nilai kesesuaian persepsi berdasarkan penilaian petani. Petani yang merasakan adanya tanda-tanda maupun dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca akan berada pada range skala setuju sampai dengan sangat setuju. Adapun petani yang menilai bahwa variabilitas cuaca tersebut tidak sesuai dengan yang dirasakan oleh petani akan berada pada range skala tidak setuju hingga sangat tidak setuju. Range biasa dapat diartikan bahwa petani tidak merasakan tanda-tanda maupun dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca namun persepsi tersebut perlu dinilai jika melihat pada kondisi lingkungan sekitar. 4.4.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan Rumah Tangga Petani Padi Variabilitas cuaca merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian terutama tanaman pangan padi. Kerentanan tanaman pangan padi terhadap variabilitas cuaca akan berimbas pada luas areal tanam dan panen, produktvitas, dan kualitas hasil. Keadaan ini disebabkan karena pola curah hujan yang tidak menentu sehingga menyebabkan kerugian bagi petani akibat gagal panen maupun puso. Kerugian tersebut dikarenakan lahan persawahan mereka yang tergenang akibat bencana banjir dan kekeringan. Akibatnya petani harus menanggung kerugian karena kehilangan pendapatan rumah tangga dari hasil panen tersebut. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pemilik faktor produksi. Dalam analisis pendapatan terdapat dua tujuan utama, yaitu (a) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (b) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Jenis-jenis pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga petani padi adalah pendapatan usahatani padi, pendapatan usahatani nonpadi, dan pendapatan non usahatani. 4.4.2.1 Perubahan Produktivitas Padi Akibat Variabilitas Cuaca Variabilitas cuaca pada sektor pertanian berpengaruh terhadap stabilisasi produksi padi yang berdampak pada produktivitas padi. Kondisi ini terjadi akibat kondisi cuaca yang tidak stabil seperti curah hujan yang tidak menentu dan suhu
29
udara yang ekstrim. Akibatnya, pada setiap perubahan stabilisasi produksi pada kondisi cuaca yang berubah akan memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya dengan
meningkatkan
sarana
irigasi,
pemberian
input
(bibit,
pupuk,
insektisida/pestisida) tambahan. Bencana alam seperti bencana banjir dan kekeringan yang terjadi di Indramayu, menyebabkan gagal panen sehingga berimbas pada produksi padi dan berdampak pada kehilangan hasil. Kehilangan hasil yang menimpa petani padi di Kabupaten Indramayu akibat variabilitas cuaca terjadi setiap tahunnya. Jika dilihat selama 5 tahun terakhir, Indramayu berturut-turut mengalami puso akibat kekeringan dan bencana banjir pada tahun 2014. Dampak fenomena variabilitas cuaca telah dirasakan oleh petani padi di Kabupaten Indramayu seperti penambahan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani mereka sebagai pengganti dari kegagalan panen. Kehilangan hasil tersebut tentunya berpengaruh terhadap kesejahteraan petani padi di Kabupaten Indramayu karena sebagian besar dari mereka sangat bergantung terhadap mata pencaharian ini. 4.4.2.2
Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca Puso yang terjadi akibat kekeringan dan bencana alam banjir
menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi petani padi di Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2014, Indramayu mengalami dua kali puso yang terjadi pada musim rendeng dan musim sadon yang disebabkan oleh bencana alam banjir dan juga kekeringan. Kondisi curah hujan yang sangat tinggi pada musim tanam pertama menjadi alasan terjadinya puso yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Sedangkan pada musim tanam kedua, curah hujan cenderung menurun sangat drastis yang menyebabkan kemarau panjang sehingga mengakibatkan puso. Kerugian tertinggi yaitu disebabkan oleh puso saat terjadinya kemarau panjang. Hal ini disebabkan pada saat terjadi bencana banjir, petani melakukan replanting sehingga kerugian yang diterima menjadi berkurang karena adanya pemasukan dari hasil panen setelah replanting tersebut. Saat terjadi puso akibat kekeringan, petani enggan untuk mengambil risiko yang besar dan lebih memilih untuk mencari sumber pendapatan lain di luar usahatani padi seperti berdagang, kuli bangunan, maupun berkebun.
30
4.4.2.3
Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi akibat Variabilitas Cuaca Secara umum pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua
sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan pertanian dalam usaha pertanian dikelompokkan menjadi tiga yaitu sumber pendapatan usahatani sawah, usahatani kebun dan pekarangan dan usahatani ternak, dan diluar usaha pertanian seperti berburuh tani. Untuk sumber pendapatan non pertanian yaitu terdiri dari usaha non pertanian (berdagang, industri, angkutan maupun jasa), Pegawai Negeri/TNI, pendapatan dari sumbangan dan lainnya (Sugiarto, 2008). Untuk menghitung pendapatan rumah tangga tani, Patty (2010) dalam penelitiannya menggunakan rumus : Prt = Put + Plut ....................................................... (1) Keterangan: Prt
= Pendapatan rumah tangga tani
Put
= Pendapatan usahatani
Plut
= Pendapatan luar usahatani Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Menurut
Soekartawi (1995) penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan didefinisikan sebagai nilai produksi total usahatani padi dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Biaya total didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap tidak bergantung pada besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Hernanto, 1989). Biaya variabel jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi. Biaya yang termasuk dalam biaya variabel adalah bibit/benih dan sewa tenaga kerja. Biaya tetap terdiri dari sewa lahan, pajak, penyusutan dan bunga modal kredit.
31
Variabilitas cuaca memiliki dampak yang sangat besar bagi pendapatan rumah tangga petani padi. Dampak yang ditimbulkan menyebabkan perubahan terhadap pendapatan yang diterima oleh petani. Kekeringan dan bencana banjir yang melanda lahan persawahan mereka mengakibatkan kerugian sehingga menurunkan pendapatan rumah tangga petani padi dan berdampak pada kesejahteraan petani. 4.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Kerugian Petani 4.4.3.1 Analisis Model Regresi Berganda Model regresi berganda merupakan salah satu model dalam ekonometrika (Juanda, 2009). Model ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani akibat variabilitas cuaca. Model ini memodelkan nilai kerugian yang bertambah atau berkurang secara linier jika faktor nilai kerugian diubah. Menurut Kurniawan (2008), analisis data mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk tujuan deskripsi dari fenomena data atau kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan control, dan tujuan prediksi. Data variabel X (independen) pada regresi linier berganda dapat berupa data pengamatan yang telah ditetapkan oleh peneliti (experimental of fixed data) maupun data yang belum ditetapkan sebelumnya oleh peneliti (observational data). Jika menggunakan fixed data (data yang telah ditetapkan), informasi yang diperoleh akan lebih kuat ketika menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Namun apabila menggunakan observational data maka informasi yang diperoleh belum tentu merupakan hubungan sebab akibat. Untuk fixed data biasanya diperoleh melalui percobaan laboratorium dimana peneliti telah memiliki beberapa nilai variabel X yang ingin diteliti. Berbeda dengan observational data, variabel X yang diamati tergantung keadaan di lapangan dimana data biasa diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan data berupa observational data dengan membentuk persamaan regresi melalui variabel-variabel yang dapat merepsentasikan hubungan data-data yang diperoleh. Persamaan model regresi berganda secara umum adalah sebagai berikut :
32
………………………..(2) Pada penelitian ini menggunakan regresi
linear berganda
yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani terhadap variabilitas cuaca. Bentuk persamaan model regresi berganda respon nilai kerugian petani padi pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :
……………….……………………………………………………..(3) Dimana: NKP
= Nilai kerugian petani (Rp/tahun)
PPT
= Pengeluaran petani padi (Rp/tahun)
PDK
= Pendidikan formal petani (tahun)
UMT
= Umur tanam padi (hst)
MSM
= Musim tanam (skala: 1=normal, 2=hujan dan banjir, 3=kemarau dan kekeringan, 4=banjir dan kekeringan)
KTL
= Ketinggian Lahan (mdpl)
ε
= galat
Hipotesis dari faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi adalah sebagai berikut : 1. Pengeluaran petani padi Jika dilihat dari kondis lapang, pengeluaran petani diharapkan bernilai positif. Hal ini menandakan bahwa semakin meningkatnya pengeluaran petani padi akibat variabilitas cuaca maka akan meningkatkan nilai kerugian petani. 2. Pendidikan formal petani Jika dilihat dari kondisi lapang, pendidikan formal diharapkan bernilai negatif. Hal ini menandakan bahwa semakin meningkatnya pendidikan formal petani maka akan menurunkan nilai kerugian petani. Peningkatan pendidikan tentunya menyebabkan petani memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih terkait dampak akibat variabilitas cuaca. 3. Umur tanam padi Jika dilihat dari kondisi lapang, umur tanam padi diharapkan bernilai negatif. Hal ini mendadakan bahwa setiap peningkatan umur tanam padi maka akan menurunkan nilai kerugian petani padi. Peningkatan umur tanam tentunya
33
menurunkan tingkat kerentanan terhadap variabilitas cuaca seperti adanya bencana alam banjir yang melanda lahan persawahan. 4. Musim tanam Jika dilihat dari kondisi lapang, musim tanam padi diharapkan bernilai positif. Hal ini menandakan bahwa setiap peningkatan tingkat skala musim maka akan meningkatkan nilai kerugian bagi petani. Skala satu yaitu normal, artinya bahwa saat kondisi normal tidak menutup kemungkinan adanya kerugian yang ditimbulkan meskipun dengan nilai yang tidak terlalu besar. Begitu pula dengan skala 2 sampai dengan skala 5. Semakin mendekati skala 5, nilai kerugian petani akan semakin besar. 5. Ketinggian lahan Jika dilihat dari kondisi lapang, ketinggian lahan diharapkan bernilai negatif. Hal ini menandakan bahwa setiap peningkatan ketinggian lahan maka akan meningkatkan nilai kerugian bagi petani. Peningkatan ketinggian lahan tentunya menurunkan tingkat kerentanan terhadap ancaman variabilitas cuaca seperti terhindarnya dari bencana alam banjir. Model yang baik hendaknya memenuhi asumsi klasik yaitu tidak ada multikolinearitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokolerasi, dan error term (galat) menyebar normal. Model analisis regresi linear berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gujarati (2002), OLS dapat menduga koefisien regresi dengan baik, karena : (1) memiliki sifat tidak bias dengan varian yang minimum, (2) variabelnya konsisten dimana dengan meingkatnya ukuran sample maka koefisien regresi mengarah pada nilai populasi yang sebenarnya,dan (3) koefisien regresinya terdistribusi secara normal. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh faktor-faktor yang telah ditentukan dalam persamaan akan mempengaruhi nilai kerugian petani terhadap variabilitas cuaca, dilakukan pengujian ketelitian dan pengujian kemampuan model regresi. Pengujian model regresi ini terdiri dari uji koefisien determinasi, uji koefisien regresi menyeluruh, dan uji koefisien regresi parsial.
34
1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai R2 mencerminkan seberapa besar keragaan dari variabel terikat yang dapat diterangkan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 memiliki besaran yang positif dan kurang dari satu (0
R2 1). Jika nilai R2 bernilai nol maka keragaman dari
variabel terikat tidak dapat dijelaskan olehvariabel bebasnya. Sebaliknya, jika nilai R2 bernilai satu maka keragaman dari variabel terikat secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara sempurna. R2 dapat dirumuskan sebagai berikut : ……………………………………………(4) Dimana: ESS = Explained of Sum Square TSS = Total of Sum Square 2. Uji Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adj- R2) Penambahan variabel bebas akan menyebabkan bertambahnya nilai R2. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menghitung Adj- R2. Adj- R2 adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan, sehigga penambahan nilainya terbebas dari pengaruh penambahan jumlah variabel bebas. Arti dari nilai Adj- R2 secara harfiah sama dengan nilai R2, hanya saja Adj- R2 lebih tepat karena telah menghilangkan pengaruh dari jumlah variabel. Adj- R2 dapat dirumuskan sebagai berikut : ……………………………………...……(5) Dimana : RSS
= Residual of Sum Square
TSS
= Total of Sum Square
n
= jumlah observasi
k
= jumlah koefisien
3. Uji Koefisien Regresi Menyeluruh (F) Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun prosedur yang digunakan :
35
H0
:
=
=0
H1
: minimal ada satu
0 ……………………………..………..(6)
Dimana: JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKG = Jumlah Kuadrat Galat/Residual k = Jumlah variabel terhadap intersep n = Jumlah pengamatan (sample) Apabila Fhit < Ftab maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel bebas secara keseluruhan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan apabila Fhit > Ftab maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 4. Uji Koefisien Regresi Parsial (t) Uji t dilakukan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing variabel bebas sehingga dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun prosedur pengujiannya menurut Gujarati (2002) sebagai berikut : H0
:
H1
:
=0 0 ………………………………………….(7)
Dimana: b
= parameter pendugaan
βt
= parameter hipotesis
Seβ
= standar error parameter β Jika thit < ttabel α/2, maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Namun, jika thit > ttabel α/2, maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Model yang dihasilkan dari regresi linear haruslah baik. Jika tidak maka akan mempengaruhi interpretasinya. Interpretasi ini benar jika model regresi linear memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat
36
dicapai bila memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik merupakan pengujian pada model yang telah berbentuk linear untuk mendapatkan model yang baik. Setelah model diregresikan dilakukan uji penyimpangan asumsi, yaitu: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah pada model tersebut residual terdistribusi normal atau tidak. Model yang baik harus mempunyai residual yang terdistribusi normal atau hampir normal. Uji yang dapat digunakan adalah dengan membuat histrogram normalitas. Nilai probality yang lebih besar dari taraf nyata α menandakan residual terdistribusi secara normal. 2. Uji Heterokedastisitas Suatu model dapat dikatakan mempunyai sifat heterokedastisitas jika ragam residual dalam model tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari variabelvariabel bebas dalam model regresi. Akibat dari sifat ini adalah penduga OLS-nya tidak efisien lagi karena standar residualnya bias ke bawah. Salah satu cara memprediksi adanya heterokedasitisitas adalah dengan melihat Grafik Scatterplot. Model dapat dikatakan tidak mengalami heteroskedastisitas apabila titik-titik menyebar secara acak. 3. Uji Autokolerasi Autokorelasi terjadi jika ada korelasi serial antara residual. Korelasi tersebut terjadi karena residual saling mempengaruhi satu sama lain sehingga residual tersebut tidak bebas. Korelasi tersebut menyebabkan penduga OLS menjadi tidak efisien lagi. Cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Menurut Firdaus (2011) nilai DW yang berada diantara selang 1,55-2,46 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. 4. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear sempurna antar variabel bebas dalam suatu model. Hal ini terjadi jika nilai R2 tinggi namun banyak variabel yang tidak signifikan dari uji t. Suatu model yang mempunyai sifat ini maka interpretasi dari model tersebut akan menjadi sulit. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai VIF (Variance
37
Inflation Factor) dari masing-masing variabel. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi masalah multikolinearitas yang serius. 4.4.4. Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca Adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca dilakukan dengan maksud untuk mengurangi dampak negatif dari variabilitas cuaca tersebut. Jenis analisis untuk mengkaji adaptasi yang dilakukan oleh petani adalah dengan memberikan pertanyaan mengenai bentuk strategi dan inovasi dalam menghadapi variabilitas cuaca. Hasil yang didapatkan kemudian dipersentasekan sehingga dapat diketahui bentuk adaptasi yang sudah dilakukan oleh petani dalam menghadapi variabilitas cuaca.
5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis terletak antara 107510-108360
Bujur Timur dan 6150- 6400 Lintang Selatan dengan luas wilayah 2.040,11 km2. Kabupaten Indramayu berada pada lokasi yang strategis dan menjadi pusat pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Indramayu di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan Cirebon. Kabupaten Indramayu memiliki 31 kecamatan yang terbagi atas 313 desa dan kelurahan. Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu akan ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 9 Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2009-2014 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah Penduduk(Jiwa) 1.744.897 1.668.153 1.675.790 1.683.460 1.690.977 1.868.579
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Indramayu dari tahun 2009 sampai 2014. Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu cenderung mengalami penurunan pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Jumlah penduduk pada data terakhir yaitu pada tahun 2014 sebesar 1.868.579. Pertumbuhan penduduk yang selalu mengalami peningkatan menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan penduduk termasuk peningkatan kebutuhan pangan. Sementara itu, perekonomian wilayah Kabupaten Indramayu dilihat berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indramayu akan ditunjukkan pada tabel berikut ini.
40
Tabel 10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2013 Tahun 2011 2012 2013 Sumber : BPS Kabupaten Indramayu, 2014
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,48 6,52 6,67
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat PDRB kabupaten Indramayu dari tahun 2011 sampai 2013 terlihat memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat. Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,67 persen yang meningkat 0,15 persen dari tahun sebelumnya. Di Kabupaten Indramayu musim hujan berlangsung pada bulan Oktober Maret dan kemarau pada April – September. Kabupaten Indramayu memiliki suhu rata-rata 300C dan curah hujan rata-rata sebesar 110 mm/hari pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2012 suhu udara rata-rata di Kabupaten Indramayu adalah 300C dan curah hujan rata-rata sebesar 79 mm/hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pada curah hujan yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama kondisi pertanian di Kabupaten Indramayu. 5.2.
Karakteristik Usaha Tani Responden Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang sangat rentan terkena
dampak akibat variabilitas cuaca. Penelitian ini memilih sampel di Kabupaten Indramayu. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan produksi padi di setiap daerah yang mengalami dampak variabilitas cuaca seperti kemarau panjang dan curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan bencana banjir. Kecamatan Kandanghaur, Kecamatan Losarang dan Kecamatan Bongas dipilih dengan kriteria mewakili daerah sentra produksi padi yang terkena dampak bencana banjir dan kekeringan serta mengalami kerugian cukup besar. Untuk itu, peneliti mengambil sampel di Kecamatan Kandanghaur terdiri dari dua desa, Kecamatan Losarang terdiri dari tiga desa, dan Kecamatan Bongas terdiri dari tiga desa. Berikut adalah tabel wilayah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Kabupaten Indramayu.
41
Tabel 11 Wilayah studi penelitian Kecamatan Kandanghaur
Desa/Kelurahan Wirakanan Kertawinangun Karang Mulya Santing Muntur Plawangan Kerta Mulya
Losarang Bongas Total
Jumlah responden 11 12 11 17 16 17 16 100
Dari Tabel 11 diatas dapat terlihat bahwa wilayah studi penelitian ini difokuskan pada tiga kecamatan yang terdiri dari tujuh desa. Jumlah responden yang diambil yaitu 100 petani. Penelitian ini mengkaji tentang nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca dan proses adaptasi yang dilakukan petani di Kabupaten Indramayu. Karakteristik responden berdasarkan sosial ekonominya dapat dijelaskan dalam kriteria di bawah ini. 5.2.1. Tingkat Usia Tingkat usia menjadi salah satu kriteria yang mencerminkan tingkat kedewasaan dan pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan dalam hidupnya, misalnya jenis pekerjaan dan alokasi pendapatan yang diterima. Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
56-65 tahun 18%
66-75 tahun 13%
25-35 tahun 14% 36-45 tahun 22%
46-55 tahun 33% Sumber : Data primer (diolah), 2015
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia Bersarkan data yang dipeoleh, responden memiliki tingkat usia yang bervariasi yaitu dari 28 tahun hingga 75 tahun. Usia responden sebagian besar berada pada kisaran 46-55 tahun sebanyak 32% dan 35-45 tahun sebanyak 26% yang merupakan usia produktif petani. Responden dengan usia kurang dari 35 tahun sebanyak 12% dan usia lebih dari 65 tahun sebanyak 12%.
42
5.2.2. Lama Pendidikan Selain tingkat usia, lama pendidikan formal juga merupakan faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan dalam hidupnya. Lamanya pendidikan formal mempengaruhi persepsi dan pola adaptasi petani terhadap variabilitas cuaca. Persentase lama pendidikan formal dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. 10-15 tahun 9%
0-4 tahun 16%
5-9 tahun 75% Sumber : Data primer (diolah), 2015
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan lama pendidikan Lama pendidikan mayoritas responden adalah 5-9 tahun dengan presentase sebesar 75%. Lama pendidikan responden tertinggi yaitu berkisar 10-15 tahun dan hanya mencapai presentase sebesar 9%. Faktor lamanya pendidikan yang rendah yang dimiliki petani ini pada umumnya dikarenakan kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 5.2.3. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Responden memilki luas lahan yang bervariasi, yaitu antara 0,35-7 hektar. Responden yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan kurang dari 1 hektar mencapai 65% dan yang bertani pada lahan antara 1-1,5 hektar sebanyak 20%, sedangkan petani yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan lebih dari 1,5 hektar adalah sebanyak 15%. Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 7.
43
> 1,5 hektar 15%
1-1,5 hektar 20%
< 1 hektar 65%
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan lahan Status kepemilikan lahan reponden pada umumnya berstatus pemilik yaitu sebanyak 63%. Sementara itu untuk kepemilikan lahan responden berstatus penyewa sebanyak 30% dan sisanya sebanyak 7% berstatus pemilik sekaligus penyewa. Presentase status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 8. Pemilik dan Penyewa 7% Penyewa 30%
Pemilik 63%
Sumber : Data primer (diolah), 2015
Gambar 8. Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan 5.2.4. Lama Bertani Responden dalam penelitian ini pada umumnya telah bertani dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini ditunjukkan dengan responden sebanyak 36% telah bertani selama 10-20 tahun, 29% telah bertani selama 21-30 tahun, 20% telah bertani selama 31-40 tahun, dan sisanya sebanyak 15% telah bertani selama lebih dari 40 tahun. Presentase lama bertani dapat dilihat pada Gambar 9.
44
> 40 tahun 20%
10 - 20 tahun 36%
31 - 40 tahun 15% 21 - 30 tahun 29% Sumber : Data primer (diolah), 2015
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan lama bertani
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.
Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca Variabilitas cuaca telah mengakibatkan kerugian bagi petani di Kabupaten
Indramayu. Untuk menilai persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca, peneliti mengambil 100 responden petani di Kabupaten Indramayu yang sangat rentan terhadap dampak variabilitas cuaca seperti bencana kekeringan dan kebanjiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan informasi dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tentang variabilitas cuaca berbedabeda. 6.1.1. Persepsi Petani Padi terhadap Variabilitas Cuaca Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, survei melalui pertanyaan pertama mayoritas responden yaitu sebanyak 60% menilai sangat setuju dan 40% menilai setuju bahwa perubahan pola curah hujan terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Hal ini menandakan bahwa petani di Kabupaten Indramayu merasakan adanya variabilitas cuaca. Pertanyaan kedua yaitu sebanyak 54% dan 43% petani menilai sangat setuju dan setuju bahwa peningkatan frekwensi banjir terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Nilai tersebut menandakan bahwa mayoritas petani di Kabupaten Indramayu banyak yang mengalami kerugian akibat bencana banjir yang melanda lahan padi mereka. Pertanyaan ketiga yaitu sebanyak 58% petani menilai sangat setuju bahwa peningkatan frekuensi kekeringan terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Petani tersebut banyak yang mengalami puso akibat kekeringan yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Pertanyan keempat yaitu sebanyak 59% petani menilai sangat setuju bahwa perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan. Pertanyaan kelima yaitu sebanyak 65 % petani menilai tidak setuju dengan terjadinya kenaikan permukaan air laut yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Mayoritas petani di Kabupaten di Indramayu menyatakan bahwa mereka tidak merasakan adanya kenaikan permukaan air laut. Namun sebesar 14% menyatakan sangat setuju dengan pernyatan tersebut karena menurut petani disana lahan padi mereka sangat berdekatan dengan garis pantai.
46
Adanya variabilitas cuaca tersebut juga didukung dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi yang menunjukkan bahwa data curah hujan selama 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 sampai dengan 2013 di wilayah Kabupaten Indramayu cenderung berubah. Perubahan terjadi terutama pada bulan masa tanam padi yaitu saat Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau I (MK I). Bulan MH untuk menanam padi di Indramayu yaitu Oktober, November dan Desember sedangkan untuk bulan MK I yaitu Februari, Maret dan April. Perubahan ini menandakan bahwa petani sudah seharusnya melakukan startegi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca tersebut. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MH bulan Oktober, November dan Desember di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 10.
Curah Hujan (mm)
350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0,000 2004
2005
2006
2007
2008 2009 Tahun
2010
2011
2012
2013
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi
Gambar 10 Data curah hujan (mm) MH bulan Okober ( ), November ( Desember ( ) tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu
),
Dapat dilihat pada Gambar 10 bahwa curah hujan tertinggi selama 10 tahun terakhir untuk bulan Oktober yaitu pada tahun 2010, untuk bulan November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan untuk bulan Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2007. Perubahan pola curah hujan tersebut dapat mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian seperti terkena bencana banjir. Kerugian tersebut berdampak pada hasil panen yang berkurang dan menyebabkan petani mengeluarkan biaya yang lebih untuk melakukan replanting. Masa tanam padi selanjutnya adalah MK I yaitu pada bulan Februari,
47
Maret dan April. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MK I dapat dilihat pada Gambar 11.
Curah Hujan(mm)
600,000 500,000
400,000 300,000 200,000 100,000 0,000 2004
2005
2006
2007
2008 2009 Tahun
2010
2011
2012
2013
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi
Gambar 11 Data curah hujan (mm) MH bulan Februari ( ), Maret ( April ( ) tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu
),
Dapat dilihat pada Gambar 11 bahwa curah hujan tertinggi selama 10 tahun terakhir untuk bulan Februari yaitu terjadi pada tahun 2004, untuk bulan November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan untuk bulan Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2011. 6.1.2. Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca Responden pada umumnya menyadari adanya kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini ditunjukkan dari 63% petani menilai sangat setuju bahwa terjadi penurunan produksi diakibatkan oleh variabilitas cuaca yang tidak menentu, 74% menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan biaya input diakibatkan oleh variabilitas cuaca dan sebanyak 79% petani menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Berdasarkan hasil survei tersebut menandakan bahwa mayoritas petani di Kabupaten Indramayu mengalami kerugian yang cukup besar yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada Tabel 12.
48
Tabel 12 Persepsi terhadap variabilitas cuaca Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
%
Ʃ
%
Ʃ
%
Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca Terjadinya perubahan pola curah 60 60 40 40 0 0 hujan dalam 5 tahun terakhir Terjadinya peningkatan frekuensi 54 54 43 43 3 3 banjir dalam 5 tahun terakhir
0
0
0
0
0
0
0
0
Sangat Setuju
Uraian
Ʃ
Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5 tahun terakhir Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan Naiknya permukaan air laut
%
Setuju Ʃ
%
Biasa Ʃ
58
58
34
34
8
8
0
0
0
0
59
59
37
37
4
4
0
0
0
0
14
14
5
5
5
5
65
65
11
11
Persepsi Petani terhadap Dampak Variabilitas Cuaca Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas cuaca yang tidak menentu Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman Sumber: data primer, 2015 (diolah)
63
63
35
35
0
0
2
2
0
0
74
74
24
24
1
1
1
1
0
0
79
79
21
21
0
0
0
0
0
0
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa mayoritas responden merasakan dampak yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan responden yang mengalami kerugian akibat bencana banjir dan kekeringan yang melanda lahan mereka. Bencana tersebut menyebabkan para petani tidak mendapatkan pemasukan yang dihasilkan dari usaha tani padi. Bahkan mereka pun menanggung kerugian untuk membiayai penanaman kembali akibat bencana tersebut. Tabel 13 Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas cuaca Uraian Skor Persepsi terhadap variabilitas cuaca Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun 460 terakhir Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam 5 451 tahun terakhir Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5 450 tahun terakhir Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh 455 pergeseran curah hujan Naiknya permukaan air laut 246
Penilaian
Peringkat
Sangat setuju
1
Sangat setuju
3
Sangat setuju
4
Sangat setuju
2
Tidak setuju
5
49
Tabel
13 Hasil Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas cuaca (lanjutan)
Uraian Skor Penilaian Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas cuaca 459 Sangat setuju yang tidak menentu Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca 471 Sangat setuju Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman 479 Sangat setuju Sumber: data primer, 2015 (diolah)
Peringkat 3 2 1
Pada Tabel 13 terlihat skor yang berbeda pada setiap persepsi. Skor ini menunjukkan nilai persepsi berdasarkan penilaian petani. Jika persepsi terhadap variabilitas cuaca diurutkan dari skor tertinggi sampai terendah, maka peringkat tertinggi dari persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca yang sangat dirasakan adalah terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun terakhir. Persepsi kerugian petani akibat variabilitas cuaca yang memiliki skor tertinggi adalah peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pola curah hujan selama 5 tahun terakhir ini sangat mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian akibat peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman. 6.2.
Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan Rumah Tangga Petani Padi Adanya variabilitas cuaca menyebabkan dampak terhadap kegiatan
usahatani dan pendapatan rumah tangga petani padi khususnya di Kabupaten Indramayu. Dampak tersebut menyebabkan kerugian yang ditanggung oleh petani padi. Penilaian kerugian tersebut perlu diketahui sebagai salah satu upaya untuk menginformasikan bahwa ketika terjadi bencana kekeringan dan kebanjiran yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca mengakibatkan penambahan pengeluaran petani maupun oleh pemerintah. Nilai kerugian akibat variabilitas cuaca ini dapat dilihat dari banyaknya biaya yang dikeluarkan oleh para petani di Kabupaten Indramayu dan juga pemerintah daerah. Biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani yang seharusnya tidak digunakan jika keadaan cuaca tersebut dikatakan normal. Keadaan ini juga berdampak pada pendapatan rumah tangga petani padi yang berkurang dan produktivitas padi yang berkurang akibat bencana yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Oleh karena itu, perhitungan akan dilakukan berdasarkan metode yang dilakukan.
50
6.2.1. Perubahan Produktivitas Penghitungan kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca yang berdampak pada produktivitas usahatani memerlukan data produktivitas baik yang terkena dampak kekeringan dan kebanjiran maupun yang tidak terkena dampak. Adanya kerugian tersebut dapat menunjukkan bahwa variabilitas cuaca memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha tani dan non pertanian yang mengakibatkan penurunan produktivitas sehingga dapat mengurangi pendapatan rumah tangga usahatani. Nilai kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca yang berdampak pada lahan padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca (kekeringan dan kebanjiran) di Kabupaten Indramayu tahun 2014 Bencana Kekeringan Kebanjiran Total rata-rata
Luas tanam (ha) 1,177 1,177
Puso (ha) 0,862 0,739
Rata-rata produktivitas (ton/ha) 2,54 1,96
Kehilangan hasil (Rp) 7.927.905 5.246.654 13.174.558
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Berdasakan Tabel 14 dapat dilihat bahwa puso akibat kekeringan yaitu sebesar 0,862 hektar sedangkan puso akibat bencana banjir yaitu sebesar 0,739 hektar. Total rata-rata kehilangan hasil untuk setiap petani di Kabupaten Indramayu adalah sebesar Rp 13.174.558,-. Angka tersebut terbilang cukup besar sehingga pemerintah sudah seharusnya melakukan upaya strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca bersama para petani. 6.2.2. Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca Puso yang terjadi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014 menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi petani. Berbagai cara telah dilakukan oleh petani sebagai upaya untuk mengurangi nilai kerugian yang mereka dapatkan. Namun hasilnya tidak merubah besarnya nilai kerugian. Keadaan seperti ini tentunya akan berdampak pada sumber pendapatan usahatani padi dan bagi kesejahteraan para petani di Kabupaten Indramayu. Berikut adalah Tabel 15 yang menunjukkan total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca pada tahun 2014.
51
Tabel 15 Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu tahun 2014 Pendapatan usahatani Tidak terkena puso* Terkena puso** Total kerugian Total kerugian (%)
<1hektar 17.426.615 10.216.769 0,58627387 58,62
Kelompok luas lahan 1-1,5 hektar 33.719.500 19.556.250 0,57996856 57,99
>1,5 hektar 71.504.000 34.914.333 0,48828504 48,82
Sumber : Data primer (diolah), 2015 Keterangan : * kondisi normal **2 kali tanam puso tahun 2014
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa setiap penguasaan kelompok luas lahan memiliki pendapatan usahatani yang berbeda-beda. Pada pendapatan usahatani yang tidak mengalami puso dalam satu tahun memiliki nilai yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan pendapatan usahtani yang mengalami puso. Keadaan ini terjadi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014 yang mengakibatkan dua kali puso saat musim rendeng dan musim sadon. Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa total kerugian petani padi tertinggi akibat variabilitas cuaca pada tahun 2014 berada pada penguasaan lahan kurang dari satu hektar yaitu sebesar 58,62%. 6.2.3. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Secara agregat pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan pertanian yang terdiri dari usaha pertanian dikelompokan menjadi tiga yaitu usahatani sawah, usahatani kebun dan usaha ternak, dan diluar usaha pertanian seperti berburuh tani. Sumber pendapatan non pertanian terdiri dari usaha non pertanian (dagang, industri dan jasa), Pegawai Negeri/TNI, pendapatan dari sumbangan dan lainnya. Sebagian besar rata-rata petani padi di Kabupaten Indramayu menanam tanaman padi sebagai pekerjaan utama mereka dan hasilnya sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Untuk melihat pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 16.
52
Tabel 16 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2014 Sumber Pendapatan 1.
Kelompok Luas Lahan < 1 Hektar
1 – 1,5 Hektar
Total
> 1,5 Hektar
Pertanian a. Usahatani padi b. Kebun (Timun suri) c. Buruh tani
2. Non pertanian 3. Kiriman keluarga Total rata-rata
10.216.769
19.556.250
34.914.333
64.687.352
2.000.000
2.400.000
0
4.200.000
3.048.333
4.447.059
0
7.495.392
5.440.678
8.841.176
15.000.000
29.281.854
515.789
1.538.462
0
2.054.251
4.244.314
7.356.589
9.982.867
21.543.770
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga petani padi tahun 2014 pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari 1,5 hektar terjadi kecenderungan yang mengakibatkan kontribusi pendapatan rumah tangga disektor pertanian semakin tinggi. Sebaliknya, pada kelompok penguasaan lahan yang kurang dari 1,5 hektar memiliki peran kontribusi pendapatan rumah tangga yang rendah. Hal ini dikarenakan variabilitas cuaca yang tidak menentu mengakibatkan para petani tidak siap dengan resiko yang ditanggung. Kerugian yang ditanggung petani pun tidak mampu tertutupi dikarenakan modal yang dimiliki petani terbatas. Umumnya sebagian besar pendapatan pertanian berasal dari usaha pertanian lahan sawah, kebun, ternak, kolam/tambak dan kegiatan berburuh tani. Kemudian pendapatan usaha pertanian yang sangat dominan bersumber pada usahatani lahan sawah, terutama tanaman pangan (padi) dibandingkan pada usahatani lainnya. Berdasarkan Tabel 16, rendahnya sumber pendapatan pertanian pada kelompok penguasaan lahan yang sempit sebagai akibat kecilnya penguasaan lahan yang digarap karena ketimpangan distribusi penguasaan lahan yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran keragaman sumber pendapatan dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian terutama bagi pemilik lahan yang sempit. Kontribusi sumber pendapatan yang terbesar diluar sektor pertanian tersebut yaitu melalui dagang, produksi barang dan jasa bahkan kegiatan berburuh non pertanian.
53
Pada tahun 2014, pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu terbilang rendah dikarenakan pada tahun tersebut terjadi bencana banjir yang cukup besar. Adanya bencana tersebut menyebabkan dampak terhadap lahan
persawahan
yang
menenggelamkan
sekitar
40.385
hektar
dan
mengakibatkan puso sekitar 2.099 hektar. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 yang mencapai 4.523 hektar lahan sawah yang tenggelam. Untuk melihat kondisi normal pendapatan rumah tangga saat kondisi normal dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Struktur pendapatan rumah tangga petani padi menurut kelompok penguasaan lahan di Kabupaten Indramayu saat kondisi normal Sumber Pendapatan
Kelompok Luas Lahan < 1 Hektar
1.
Pertanian a. Usahatani padi b. Kebun (Timun Suri) c. Buruh tani
2. Non Pertanian 3. Transfer Payment Total rata-rata
1 – 1,5 Hektar
Total
> 1,5 Hektar
17.426.615
33.719.500
71.504.000
122.650.115
2.400.000
2.600.000
0
429.576
3.048.333
4.447.059
0
7.495.392
5.440.678 515.789
8.841.176 1.538.462
15.000.000 0
29.281.854 2.054.251
5.766.283
10.229.239
17.300.800
33.296.322
Sumber: Data primer (diolah), 2015
Berdasarkan Tabel 17, total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu pada saat kondisi normal sangat jauh berbeda dengan pendapatan rumah tangga pada saat terjadi puso pada tahun 2014. Pada saat kondisi normal, sumber pendapatan rumah tangga tertinggi memiliki kesamaan dengan kondisi saat puso yaitu berasal dari sumber pendapatan pertanian usahatani padi. Sumber pendapatan rumah tangga tersebut rata-rata dikuasai oleh kelompok luas lahan lebih dari 1,5 hektar. 6.3.
Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi dan Adaptasi Petani Padi dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca Variabilitas cuaca yang terjadi berpengaruh besar terhadap kondisi
lingkungan di Kabupaten Indramayu di berbagai bidang terutama di bidang pertanian. Variabilitas cuaca tersebut ditandai dengan meningkatnya suhu dan curah hujan. Kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pertanian di Indonesia yang sangat bergantung pada iklim dan cuaca. Berbagai macam strategi dan adaptasi yang dapat dilakukan oleh petani dalam melakukan upaya mengatasi
54
adanya kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca diantaranya yaitu merubah pola tanam dengan mengganti jenis tanaman, memperbanyak penggunaan obat-obatan dan memperbaiki sistem irigasi. Petani di Kabupaten Indramayu dapat dikatakan belum sepenuhnya memahami dan mengetahui tentang langkah yang seharusnya dilakukan dalam melakukan antisipasi terhadap variabilitas cuaca. Hal ini mengakibatkan banyak para petani di Indramayu yang mengalami kerugian yang cukup besar. Sehingga diperlukan suatu kajian yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi sebagai upaya strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Pendapatan usahatani tersebut menggunakan pendapatan yang hilang yang diterima oleh petani padi di Kabupaten Indramayu dikarenakan pada tahun 2014 terjadi puso sebanyak dua kali yaitu saat musim rendeng dan musim sadon. . Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan keputusan petani dianalisis menggunakan model regresi berganda. Variabel independen yang diduga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh adalah pengeluaran petani padi (PPT), pendidikan petani (PDK), umur tanam padi (UMT), musim tanam (MSM) dan ketinggian lahan (KTL). Pengolahan model regresi berganda ini menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. 6.3.1. Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi strategi dan adaptasi petani padi terhadap variabilitas cuaca dapat diketahui dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Hasil faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi di Kabupaten Indramayu tahun 2014 Model
Unstandardized Coefficients B
T
Sig.
Std. Error
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant)
7.810
0.356
21.953
.000*
PPT
1.257
0.000
0.435
.664
.810
1.234
PDK
-0.005
0.000
-0.351
.726
.904
1.106
55
Tabel 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi di Kabupaten Indramayu tahun 2014 (lanjutan) Unstandardized Coefficients
Model
T
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
UMT
-0.016
0.011
-1.462
.147**
.720
1.390
MSM
0.076
0.037
2.056
.043*
.709
1.411
KTL
-0.262
0.044
-5.924
.000*
.751
1.332
R-square
: 0.462
Durbin-Watson
: 1.618
F
: 16.174
Sig
: 0.000
Asymp.Sig(2-tailed)
: 0.155
B
Sumber : Data primer (diolah) , 2015 Keterangan : : * taraf nyata 5% ** taraf nyata 15%
Berdasarkan Tabel 18, persamaan regresi yang dihasilkan dari uji model persamaan respon nilai kerugian petani padi sebagai berikut.
Keterangan : NKP
= Nilai kerugian petani padi (Rp/tahun)
PPT
= Pengeluaran petani padi (Rp/tahun)
PDK
= Pendidikan formal petani (tahun)
UMT
= Umur tanam padi (hst)
MSM
= Musim tanam (skala: 1=normal, 2=hujan dan banjir, 3=kemarau dan kekeringan, 4=banjir dan kekeringan)
KTL
= Ketinggian Lahan (mdpl) Menurut Sarwono (2013) nilai R square merupakan koefisien determinasi
yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Nilai R square dalam penelitian ini adalah sebesar 46,2% artinya sebesar 46,2% besarnya nilai kerugian petani padi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel dependent. Sisanya sebesar 53,8% dijelaskan oleh faktor
56
lain diluar model. Nilai F hitung adalah sebesar 16.174 dengan nilai signifikansinya sebesar 0.000 menunjukkan bahwa variabel dependent dalam model berpengaruh secara simultan terhadap besarnya pendapatan nilai kerugian petani padi dalam setahun. Taraf nyata yang digunakan adalah taraf nyata 5%. Model regresi linier berganda tidak boleh melanggar uji asumsi klasik dan bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimators). Model ini telah diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berikut adalah hasil masing-masing uji asumsi klasik : 1. Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Data dikatakan normal apabila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Pada Tabel 18 nilai Asymp.Sig.(2tailed) sebesar 0.155 atau lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga dapat dikatakan bahwa error term data dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Multikoliniertas terjadi apabila nilai VIF > 10. Berdasarkan hasil uji asumsi multikolinieritas terlihat bahwa nilai VIF semua variabel bebas < 10 sehingga dalam model ini tidak terdapat multikolinieritas. 3. Uji Heteroskesdasitas Salah satu cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik
Scatterplot.
Hasil
dari
Grafik
Scatterplot
(Lampiran
3)
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak. Hasil ini menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini tidak mengalami heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan nilai DurbinWatson (DW). Hasil menunjukkan bahwa nilai DW adalah 1.618. Menurut Firdaus (2011) nilai DW yang berada diantara selang 1,55-2,46 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Nilai DW yang didapat berada
57
diantara selang tersebut, maka dapat disimpulkan model tidak mengalami autokorelasi. Nilai Sig. dari variabel pengeluaran petani padi memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,664 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian petani padi. Variabel pengeluaran petani padi mempunyai hubungan positif sebesar 1,257 terhadap nilai kerugian petani padi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan pengeluaran petani padi sebesar Rp 1000.000,- maka akan meningkatkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 1.257.000,- dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hubungan antara nilai kerugian petani padi dengan pengeluaran petani padi ini menandakan bahwa pada tahun 2014 petani di Kabupaten Indramayu mengalami kenaikan pengeluaran sehingga mengakibatkan kenaikan nilai kerugian petani padi. Variabel lain yang mempengaruhi nilai kerugian petani padi yaitu variabel pendidikan. Nilai Sig. pada variabel pendidikan yaitu sebesar 0,726 namun tidak memenuhi syarat signikansi dalam model tersebut karena lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,726 > 0,05). Variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatif sebesar 0,005 terhadap nilai kerugian petani padi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun
maka akan
menurunkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 5.000,- dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini menandakan bahwa pendidikan yang semakin tinggi akan menyebabkan nilai kerugian petani padi semakin menurun dikarenakan pengaruh
tingkat pengetahuan dan informasi yang
diperoleh petani dalam melakukan upaya strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Dengan menurunnya nilai kerugian petani padi tersebut tentunya berdampak pada hasil produksi dan produktivitas padi cenderung meningkat. Variabel umur tanam padi memiliki nilai Sig. sebesar 0,147. Nilai tersebut menunjukkan bahwa umur tanam padi berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian petani padi pada taraf nyata 15 persen yaitu nilai Sig. lebih kecil dibandingkan taraf nyata yang digunakan pada model ini (0,147 < 0,15). Variabel umur tanam mempunyai pengaruh negatif sebesar 0,015 terhadap nilai kerugian petani padi.
58
Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan umur tanam sebesar 1 hst maka akan menurunkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 15.000,- dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan kondisi lapang di Kabupaten Indramayu bahwa kenaikan umur tanam tidak akan mempengaruhi nilai kerugian petani padi. Variabel musim memiliki nilai Sig. sebesar 0,043. Nilai tersebut menunjukkan bahwa musim berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian petani padi pada taraf nyata 5 persen (0,043 < 0,05). Variabel musim mempunyai hubungan positif sebesar 0,076 terhadap nilai kerugian petani padi. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan tingkatan skala musim akan meningkatkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 76.000,- dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis bahwa meningkatnya musim yang dipengaruhi oleh variabilitas cuaca mengakibatkan kerugian bagi petani padi sehingga pendapatan yang hilang semakin meningkat. Variabel ketinggian lahan memiliki nilai Sig. sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketinggian lahan berpengaruh nyata terhadap nilai kerugian petani padi pada taraf nyata 5 persen (0,000 < 0,05). Variabel ketinggian lahan mempunyai hubungan negatif sebesar 0,262 terhadap nilai kerugian petani padi. Nilai tersebut menunjukkan bahwa peningkatan ketinggian lahan sebesar 1 mdpl akan menurunkan nilai kerugian petani padi sebesar Rp 262.000,- dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi ketinggian lahan menyebabkan semakin rendah tingkat kerentanannya terhadap bencana alam banjir yang mengakibatkan puso sehingga petani padi tidak mengalami kerugian yang begitu besar. Berdasarkan hasil dari persamaan regresi pada Tabel 18, faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi dalam melakukan strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca adalah umur tanam, musim dan ketinggian lahan. 6.4.
Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca Adaptasi yang dilakukan oleh petani padi di Kabupaten Indramayu
terhadap variabilitas cuaca bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk pola adaptasi yang dilakukan
59
oleh petani yaitu adaptasi ekonomi, ekologi dan sosial. Berikut adalah Tabel 19 mengenai adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Tabel 19 Adaptasi Petani terhadap Variabilitas Cuaca No
Adaptasi terhadap Variabilitas Cuaca
Jumlah (%)
A.
Adaptasi Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B.
Memanfaatkan tabungan Menyewakan lahan Menyewa lahan Jual binatang ternak Jual perhiasan Jual tanah Mengurangi konsumsi makanan per hari Berhutang pada lembaga formal (bank, koperasi) Berhutang pada lembaga non formal (rentenir, pengepul gula,) Memaksimalkan pendapatan non pertanian Adaptasi Ekologi
17 6 41 13 22 4 8 31 2 25
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menjadi nelayan Mencari ikan di sungai Menjadi buruh tani Menjadi pekerja non farm di desa Menjadi pekerja di kota Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi Melakukan upaya bersama membasmi penyakit Mengganti pola tanam Mengganti komoditas pertanian/ perkebunan Adaptasi Sosial
1 4 36 21 3 52
Pemanfaatan kiriman dari kerabat: kiriman uang, barang, dan makanan Pemanfaatan jaringan pertetanggaan (uang, barang, dan makanan) Pemanfaatan jaringan lembaga sosial kemasyarakatan (arisan, pengajian, jimpitan, perelek dll) Pemanfaatan bantuan pemerintah
19
7. 8. 9. C. 1. 2. 3. 4.
63 19 22
39 7 85
Sumber : data primer (diolah), 2015
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa untuk pola adaptasi ekonomi sebesar 41% petani melakukan adaptasi dengan cara menyewa lahan petani lain yang hasilnya digunakan untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimnbulkan akibat variabilitas cuaca. Pada pola adaptasi ekologi, sebesar 63% petani melakukan adaptasi dengan cara melakukan upaya bersama membasmi penyakit. Hal ini dipilih oleh petani dikarenakan dari tahun ke tahun hama penyakit semakin bertambah jumlahnya sehingga diperlukan upaya yang kuat untuk dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Pada pola adaptasi
60
ekonomi, sebesar 85% petani bergantung kepada bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa petani sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah. 6.4.1. Implikasi Kebijakan Adaptasi Hasil studi tentang analisis nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca dan proses adaptasi yang dilakukan oleh petani studi kasus Kabupaten Indramayu menunjukkan bahwa pilihan kebijakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah, gapoktan, petani dan bagi perguruan tinggi sebagai berikut : 1. Pemerintah Diperlukan adanya kebijakan dan program yang secara sistematis, konsiten, dan berkesinambungan efektif untuk meningkatkan kapasitas adaptasi petani dalam menghadapi variabilitas cuaca. Agenda kebijakan dan program tersebut mencakup perbaikan infrastruktur fisik irigasi dan pemeliharaan irigasi. Selain itu, perlunya penyediaan informasi cuaca yang lebih akurat dan dapat diakses oleh petani melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi. Perlunya perbaikan jadwal dan pemilihan jenis tanaman agar sesuai dengan ketersesiaan air serta lebih tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman. 2. Gapoktan Diperlukan dukungan para Gapoktan untuk memperkuat sarana dan prasarana pertanian khususnya padi yang rentan terhadap dampak variabilitas cuaca. Selain itu, perlunya penguatan anggota Gapoktan untuk menyalurkan informasi kepada para petani mengenai kalender tanam yang tepat dan informasi cuaca. 3. Perguruan tinggi Diperlukan pengembangan penangkar benih yang mampu menghasilkan benih/varitas tahan kekeringan dan berumur pendek di wilayah yang sangat rawan terhadap kekeringan. Selain itu, perlunya mengkaji potensi dampak positif variabilitas cuaca. Dalam kajian tersebut perlu diungkapkan: (1) cakupan wilayah yang berpotensi mengalami dampak positif akibat variabilitas cuaca (akibat musim kemarau panjang atau akibat musim hujan berlebihan), (2) peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
61
produksi pangan di wilayah tersebut, (3) teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang tersebut, serta (4) pengembangan kelembagaan, sarana dan prasarana pertanian yang diperlukan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian maka didapatkan simpulan sebagai berikut : 1.
Sebanyak 63% petani menilai sangat setuju dengan pernyataan bahwa terjadi penurunan produsksi akibat variabilitas cuaca tidak menentu, 74% menilai sangat setuju dengan adanya pernyataan terjadi peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca dan sebanyak 79% petani menilai sangat setuju dengan pernyataan bahwa terjadi peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman.
2.
Total kehilangan hasil terbesar yaitu saat terjadi puso akibat kekeringan dikarenakan petani tidak melakukan replanting seperti yang dilakukan saat terjadi bencana banjir yang melanda lahan sawah petani. Total nilai kehilangan hasil padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp. 13.174.558 untuk setiap petani. Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca tahun 2014 di Kabupaten Indramayu terbesar berada pada kelompok luas lahan kurang dari 1 hektar yaitu sebesar 58,62%. Pendapatan rumah tangga petani padi pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari 1,5 hektar terjadi kecenderungan bahwa kontribusi pendapatan rumah tangga disektor pertanian semakin rendah. Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu untuk tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 64.551.024.
3.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai kerugian petani padi terhadap variabilitas cuaca adalah umur tanam, musim dan ketinggian lahan.
4.
Pola adaptasi ekonomi sebesar 41% petani melakukan adaptasi dengan cara menyewa lahan petani lain. Pada pola adaptasi ekologi, sebesar 63% petani melakukan adaptasi dengan cara melakukan upaya bersama membasmi penyakit. Pada pola adaptasi ekonomi, sebesar 85% petani bergantung kepada bantuan yang diberikan oleh pemerintah.
64
7.2.
Saran Saran dari hasil penelitian ini adalah :
1.
Perlunya sosialisasi kepada petani yang belum memahami mengenai makna dari variabilitas cuaca.
2.
Perlunya tindak pemerintah dalam bekerjasama kepada para petani untuk melakukan strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca seperti perbaikan kapasitas sistem irigasi dan pengembangan teknologi bertani mengapung.
3.
Perlunya pembuatan bendungan untuk menyalurkan air saat kondisi banjir ke laut.
4.
Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan perbandingan penelitian terkait nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca.
DAFTAR PUSTAKA Allan R. 2000. ENSO and Climatic Variability in The Past 150 years, in ENSO: Multiscale Variability and Global and Regional Impacts, Diaz, H & Markgraft, V. (Eds), pp. 3-55. Cambridge: Univ. Press. Anwarie M. 2010. Pengaruh Anomali Curah Hujan Terhadap Produksi Padi di Kabupaten Jember. Dep. Geografi, Fmipa Universitas Indonesia. As-syakur AR. 2011. Pola spasial hubungan curah hujan dengan ENSO dan IODdi Indonesia-Observasi menggunakan data TRMM 3B43. J Bunga Rampai Pengindaraan Jauh Indonesia. Center for Remote Sensing and Ocean Science (CReSOS). Bali (ID): Universitas Udayana. Asikin Zainal. 2010. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Curah Hujan Kabupaten Indramayu Tahun 2004-2013. Jatiwangi (ID): BMKG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Road Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan iklim. Kementerian Pertanian. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Indramayu Dalam Angka Tahun 2014. Indramayu (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2013. Jawa Barat (ID): BPS. Boer R, Subbiah AR, Tamkani K, Hardjanto H, Alimoeso S. 2004. Institutionalizing Climate Information Application: Indonesian Case. Paper disajikan pada Inter-Regional Workshop on Strengthening Operational Agrometeorological Services at the National Level, Manila Philippines. Boer R, A Buono, Sumaryanto, E Surmaini, A Rakhman, W Estiningtyas, K Kartikasari, and Fitriyani. 2009. Agriculture Sector. Technical Report on Vulnerability and Adaptation Assessment to Climate Change for Indonesia’s Second National Communication. Ministry of Environment and United Nations Development Programme, Jakarta. Calhoun A. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Ed ke-3. Terjemahan. IKIP Semarang : Semarang Press. Dinas Pertanian Pangan Provinsi Jawa Barat. 2012. Kebijakan dan Program Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dalam Antisipasi Kekeringan Tahun 2012. Bandung. FAO. 2010. Food and Agricultural Organization of the United Nations. Economic and Social Department. Statistic Division.
66
Firdaus M. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara. Gujarati D. 2002. Basic Econometrics. Mc Graw Hill. Singapore. Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): Pustaka Jaya Handoko I, Y sugiarto dan Y Syaukat. 2008. Keterkaitan perubahan iklim dan Produksi Pangan Strategis: Telaah Kebijakan independen dalam bidang perdagangan dan pembangunan. Seameo Biotrop, Bogor. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai. [Disertasi]. Bogor : Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. IPCC, Fourth (4th) Assessment Report, 2007. Iskandar J. 2007. Perubahan iklim dan Adaptasi Penduduk Lokal. PPSDALUNPAD. Bandung. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press. Kartono K. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pioner Jaya. Kurniawan D. 2008. Regresi Linier. Jurnal Foundation for Statistical Computing. Vienna. Austria Kurniawati F. 2011. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pendapatan dan Faktorfaktor Penentu Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasusdi Desa Purwasari,Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Las I. 2007. Srategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta. Las I, Unadi A, Subagyono K, Syahbuddin H, Runtunuwu E. 2007. Atlas Kalender Tanam Pulau Jawa. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor. Maryono A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Mayangsari N. 2010. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Tingkat Kesejahteraan Nelayan Perahu Motor Tempel di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Moediarta R dan P Stalker. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim: Mengapa Indonesia Harus Beradaptasi untuk Melindungi Rakyat Miskinnya. UNDP Indonesia. Jakarta. Mulyadi S. 2005. Ekonomi Kelautan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Naylor LN, WP Falcon, D Rochberg, and N Wada. 2001. Using El Niño/Southern Oscillation climate data to predict rice production in Indonesia. Climatic Change, 50(3). 255-265.
67
Naylor RL, DS Battisti, DJ Vimont, WP Falcon, and MB Burke. 2007. Assessing risks of climate variability and climate change for Indonesian rice agriculture. Proceeding of the National Academic of Science 114: 77527757. Nurdin. 2011. Antisipasi Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan Ketahanan Pangan. Jurnal Dialog Kebijakan Publik Edisi 4 November 2011. Gorontalo. Olesen JE dan M Bidni, 2002. Consequences of Climate Change for European Agricultural Productivity, Land Use and Policy. European Jurnal Agronomy16, 239-262. Osmaleli. 2010. Analisis Dampak Fenomena Perubahan Iklim Lokal dan Kesejahteraan Nelayan (Studi Kasus: Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten). Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Patty Z. 2010. Kontribusi Komoditi Kopra Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Tani di Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 3 September 2010. Politeknik Perdamaian Halmahera. Tobelo. Ranganathan C, K Palanisami, K Kakumanu, and A Baulraj. 2010. Mainstreaming the Adaptations and Reducing the Vulnerability of the Poor due to Climate Change. ADBI Working Paper 333. Tokyo: Asian Development Bank Institute. Reidsma P, F Ewert, AO Lansink, and R Leemans. 2010. Adaptation to climate change and climate variability in European agriculture: The importance of farm level responses. European Journal of Agronomy 32 (1):91-102 Riani E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik. Bogor: IPB Press. Riduwan. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung (ID): Alfabeta. Risnita R. 2012. Pengembangan Skala Model Likert. Edu-Bio Vol.3. Saji NH and T Yamagata. 2003. Possible impacts of Indian Ocean dipole mode events on global climate. Climate Res., 25. 151–169. Soeharjo A. 1972. AnalisaPendapatan. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia Press (UI Press), Jakarta. Sugiarto. 2008. Analisis Pendapatan, Pola Konsumsi dan Kesejahteraan Petani Padi pada Basis Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di Pedesaan. Disampaikan pada Seminar Nasional "Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan : Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani" Bogor, l9 November 2008. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
68
Sukanto, DGT. 2011. Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Syamsuddin N. 2014. Kerentanan Budaya Melaut Masyarakat Pesisir Suku Bajoe Akibat Variabilitas Iklim (Studi Kasus Desa Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan). Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor Tabor SR. 2001, 'Food Security, Rural Development and Rice Policy: an integrated perspective', Report for Bureau of Food, Agriculture and Water Resources. Bappenas,. Jakarta. Twikromo. 1995. Persepsi dan Perilaku Kesejahteraan Hidup Rakyat Timor Timur. Jakarta : PT. Fajar Interpratama. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Winarso, Paulus A. 2003. Variabilitas/Penyimpangan Iklim atau Musim Di Indonesia dan Pengembangannya. Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Yuliyanto dan Sudibyakto. 2012. Kajian Dampak Variabilitas Curah Hujan Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan Di Kabupaten Magelang.
LAMPIRAN
73
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Dramga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : ................................................................................................................ Alamat Responden : ................................................................................................................ No.Hp : ................................................................................................................ Kuesioner ini digunakan untuk penelitian “Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani (Studi Kasus : Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)” oleh Vyatra Pratiwi, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan seksama. Saya ucapkan terima kasih. 1. KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA TANI STATUS UMUR LAMA JK PENDIDIKAN PU PS NO NAMA BEKERJA (TAHUN) KK/Suami 1. Istri 2. Anak 1 3. Anak 2 4. 5. 6. 7. 8. Keterangan: JENIS KELAMIN (JK) : 1. Laki-laki 2. Perempuan PENDIDIKAN : 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SMU 5. PT PEKERJAAN UTAMA (PU) dan PEKERJAAN SAMPINGAN (PS) : 1. Tani 2. Peternak 3. Buruh tani/kebun 4. Wiraswasta 5. Pegawai/buruh pabrik 6. PNS; 7. TNI/POLRI 8. Pedagang 9. Nelayan 10. Tukang 11. Lainnya ...................................
2.
POLA PENGUASAAN ASET PRODUKSI Pola Penguasaan
Rumah+ pekaran gan (m2)
Milik Sendiri
Sewa Bagi Hasil Lainnya Keterangan: L : luas , T : tinggi
Lahan (Ha)/Ketinggian(mdpl) Sawah L= T=
Ladang
Kebun
Alat Tangkap/perahu/bidu k (buah)
Kolam/ Tambak/ker amba (m2)
74
3.
STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA TANI
SUMBER PENDAPATAN A. PERTANIAN 1. Padi 2. Palawija 3. Karet 4. Kelapa 5. ............. 6. ............. B. TERNAK 1. Sapi/Kerbau 2. Kambing 3. Unggas 4. ............. 5. ............. C. PERIKANAN 1. Nelayan 2. Tambak ikan 3. ............... D. NON PERTANIAN E. TRANSFER PAYMENT F. BANTUAN TOTAL
PENDAPATAN DALAM RUPIAH 2014 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Total Sep
Okt
Nov
Des
48
4.
STRUKTUR PENGELUARAN RUMAHTANGGA TANI JENIS PENGELUARAN
PENGELUARAN DALAM RUPIAH 2014 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Total Sep
Okt
Nov
Des
A. PANGAN 1. Beras 2. Sayur 3. Lauk 4. .............. 5. ............. B. ENERGI 1. Listrik 2. BBM/transport 3. Gas 4. ............. C. USAHA TANI
LEMBAR BERIKUTNYA
D. PENDIDIKAN E. PAKAIAN F. PERUMAHAN G. SOSIAL H. LAINNYA 1.
Pulsa
2.
Rokok
3.
............ TOTAL
75
76 5. STRATEGI ADAPTASI RUMAHTANGGA TANI dan USAHA TANI Berilah tanda pada kolom yang telah disediakan. Besaran skala menentukan tingkat persetujuan saudara. Semakin besar skala yang dipilih semakin besar penolakan. (1= Sangat setuju, 2= Setuju, 3= Biasa, 4= Tidak Setuju, 5= Sangat Tidak Setuju)
NO A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
STRATEGI BERTAHAN HIDUP ADAPTASI EKONOMI Memanfaatkan tabungan Menyewakan lahan Menyewa lahan Jual binatang ternak Jual perhiasan Jual barang elektronik Jual sepeda motor/mobil Jual tanah Mengurangi konsumsi makanan per hari Berhutang pada lembaga formal (bank, koperasi) Berhutang pada lembaga non formal (rentenir, pengepul gula,) Memaksimalkan pendapatan non pertanian ADAPTASI EKOLOGI Menjadi nelayan Mencari ikan di sungai Menjadi buruh tani Menjadi pekerja non farm di desa Menjadi pekerja di kota Memanfaatkan teknologi untuk
RESIKO YANG DITANGGUNG RUMAH TANGGA ATAS PILIHAN STRATEGI
SKALA
1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5
50
7. 8. 9. C. 1. 2.
3.
4.
mengatasi permasalahan yang terjadi Melakukan upaya bersama membasmi penyakit Mengganti pola tanam Mengganti komoditas pertanian/ perkebunan ADAPTASI SOSIAL Pemanfaatan kiriman dari kerabat: kiriman uang, barang, dan makanan Pemanfaatan jaringan pertetanggaan (uang, barang, dan makanan) Pemanfaatan jaringan lembaga sosial kemasyarakatan (arisan, pengajian, jimpitan, perelek dll) Pemanfaatan bantuan pemerintah
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
77
78
6.
PERSEPSI TERHADAP VARIABILITAS CUACA
Berilah tanda pada kolom yang telah disediakan. Besaran skala menentukan tingkat persetujuan saudara. Semakin besar skala yang dipilih semakin besar penolakan. (1= Sangat setuju, 2= Setuju, 3= Biasa, 4= Tidak Setuju, 5= Sangat Tidak Setuju) No.
Uraian 1
A.
Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca
1.
Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun terakhir Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam 5 tahun terakhir Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5 tahun terakhir
2. 3.
4.
Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan
5.
Naiknya permukaan air laut
B.
Persepsi Kerugian Variabilitas Cuaca
1.
Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas cuaca yang tidak menentu
2.
Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca
3.
Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman
C.
Persepsi Strategi dan Adaptasi Petani terhadap Variabilitas Cuaca Mengubah varietas dan jenis tanam adalah solusi menghadapi variabilitas cuaca Penyusunan kalender tanam dapat membantu petani megurangi kerugian akibat variabilitas cuaca
1. 2.
Petani
2
Skala 3 4
Bentuk kerugian 5
Akibat
Bagaimana cara adaptasi terhadap variabilitas cuaca? ........................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................... Apa saja kearifan lokal yang digunakan dalam menghadapi perubahan iklim? ..........................................................................................................................................................
79
7. a.
BIAYA USAHA TANI UMUR TANAM PADI SAMPAI MASA PANEN NORMAL
b.
c.
BANJIR
KEKERINGAN
JUMLAH BIBIT (Tahun 2014) NORMAL
BANJIR
KEKERINGAN
(kwintal/tahun)
(kwintal/tahun)
(kwintal/tahun)
JENIS PADI a. Jenis padi yang digunakan saat kondisi normal……………… b. Jenis padi yang digunakan saat terjadi banjir…………………… c. Jenis padi yang digunakan saat terjadi kekeringan……………
80
80
Lampiran 2 Curah hujan (mm) di Kabupaten Indramayu Tahun 2004-2013
Tahun 2004
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 326 534 256 490 458 230 219 184 380 257 212 180 172 212 370 179 168 211 129 257 255 277 258 114 286 187 262
FEB 667 488 737 552 412 647 828 608 571 699 443 538 435 428 607 357 543 668 264 659 517 405 576 405 973 520 560
MAR 132 386 187 231 495 106 171 199 182 228 126 165 213 180 280 135 290 136 700 262 196 219 197 208 354 274 240
APR 16 145 84 16 34 62 44 10 92 38 158 47 40 80 16 75 40 38 101 26 106 23 15 8 35 58 54
MEI 61 168 20 37 82 75 67 123 97 78 43 119 158 70 214 87 248 81 0 122 58 117 42 36 229 108 98
JUN 57 10 42 66 16 35 71 35 93 9 84 53 44 66 26 86 93,5 66 40 44 37 19 63 10 60 41 49
Curah hujan (mm) JUL AGST SEP 17 0 48 0 0 9 19 0 0 19 0 33 36 0 0 49 0 9 15 0 0 23 0 0 25 0 0 42 0 0 68 0 0 26 0 3 1 0 0 78 0 0 72 0 0 56 0 1 7 0 10 71 0 0 45 49 0 90 0 0 80 0 0 45 0 0 11 0 56 0 0 0 37 0 0 61 0 0 38 2 7
OKT 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 14 0 0 1 0 0 0 0 1
NOV 121 190 92 94 80 91 97 69 151 91 56 63 58 57 121 84 126 104 0 113 54 55 110 120 212 91 96
DES 155 203 0 161 210 80 179 267 324 0 194 150 116 124 335 80 232 91 112 176 243 213 121 68 365 149 167
Rata-rata 133 178 120 142 152 115 141 127 160 120 115 112 103 108 171 95 146 122 121 146 129 115 121 81 213 124 3.409
81
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2005
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 0 318 148 274 422 179 83 275 231 222 320 197 159 271 577 342 246 142 224 274 206 297 281 139 431 292 252
FEB 0 489 202 332 188 84 97 156 245 205 262 122 159 188 283 186 168 76 278 75 164 191 149 73 349 291 193
MAR 0 285 47 116 312 27 114 52 23 43 76 10 69 66 148 52 144 12 104 38 66 85 222 27 229 70 94
APR 0 267 92 123 415 0 105 157 167 135 135 99 228 185 283 170 66 101 19 76 116 206 66 290 0 128 140
MEI 0 27 56 78 69 1 90 15 81 149 151 49 43 90 179 144 29 176 51 101 159 136 18 0 182 125 85
JUN 0 40 88 32 124 12 43 20 62 57 110 50 42 75 53 79 27 55 108 57 186 59 64 17 65 63 61
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 30 41 0 82 9 0 31 33 0 81 16 0 60 15 0 0 0 9 5 0 0 27 0 0 113 49 19 63 10 6 71 0 7 58 10 0 41 8 5 81 55 5 227 22 7 107 53 9 80 0 0 25 29 0 39 23 0 29 19 0 81 0 0 85 0 0 33 23 0 0 0 0 50 30 0 31 2 0 59 17 3
OKT 152 81 20 12 69 0 15 76 22 65 60 110 153 30 65 0 122 51 14 45 55 31 56 77 156 70 62
NOV 96 110 192 16 100 48 192 141 150 100 90 118 142 60 228 50 138 62 0 9 129 217 76 102 94 69 105
DES 247 194 232 312 205 64 236 254 126 258 190 82 229 202 551 221 124 134 10 197 181 244 192 162 258 199 204
Rata-rata 47 159 95 116 165 35 82 98 107 109 123 75 107 109 219 118 95 72 73 77 112 129 98 74 154 112 2.758
81
82
82
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2006
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 567 253 286 590 413 64 487 601 513 555 378 550 445 375 901 478 636 395 134 372 364 526 448 488 642 535 461
FEB 183 121 202 172 256 76 100 104 279 183 118 121 160 212 517 164 136 279 547 175 315 218 128 66 143 256 201
MAR 180 58 81 174 219 105 130 147 145 200 88 252 154 138 267 104 114 141 193 181 146 137 170 38 223 178 152
APR 206 86 23 69 237 22 22 74 24 153 76 40 135 106 166 76 26 63 192 101 33 134 58 203 151 116 100
MEI 141 81 78 138 146 55 22 72 230 294 89 83 54 143 384 76 180 39 220 218 127 255 114 163 147 189 144
JUN 40 11 36 16 38 25 0 57 0 82 75 76 48 63 130 36 32 56 53 91 57 100 13 0 42 95 49
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 8 0 0 0 0 0 2 0 0 43 0 0 0 0 0 5 0 0 17 0 0 0 0 0 5 0 0 36 0 0 3 0 0 4 0 0 2 0 0 2 0 0 17 0 0 5 0 0 0 0 0 12 0 0 29 10 0 49 0 0 7 0 0 0 0 0 14 0 0 20 0 0 9 0 0 88 0 0 15 0 0
OKT 20 32 8 30 0 0 9 0 0 16 0 0 0 8 11 5 0 10 0 0 3 18 35 0 6 12 9
NOV 40 0 24 50 21 28 21 49 26 29 42 12 8 66 62 0 36 39 0 51 35 50 55 8 84 94 36
DES 112 87 245 110 286 151 80 78 171 198 262 96 209 162 166 74 121 183 13 174 174 174 55 183 152 125 148
Rata-rata 125 61 82 116 135 44 74 99 116 146 94 103 101 106 218 85 107 101 116 118 105 134 91 97 133 141 2.848
83
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2007
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 220 172 147 241 317 203 146 173 101 144 109 128 128 180 108 139 197 204 106 224 146 140 160 176 258 347 177
FEB 512 185 232 706 462 438 225 396 433 487 212 375 240 425 381 197 379 280 253 368 293 365 631 428 849 516 395
MAR 305 226 152 335 180 229 191 179 153 174 173 250 261 111 257 143 237 93 379 174 165 283 269 269 509 246 229
APR 100 202 100 209 201 193 115 163 154 133 107 186 146 152 90 132 77 46 194 83 89 198 153 173 287 109 146
MEI 34 48 83 32 48 17 142 17 139 61 77 19 39 117 84 86 21 22 161 89 126 134 62 56 75 48 71
JUN 101 48 130 43 79 102 118 112 211 87 251 107 91 77 69 92 98 98 37 112 193 61 103 133 160 91 108
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 12 0 0 1 0 0 16 0 0 5 2 0 17 0 0 17 0 0 48 11 0 12 0 0 19 0 0 14 0 0 16 0 0 13 0 0 0 0 0 8 0 0 8 0 0 14 0 0 7 0 0 2 0 0 93 2 0 11 1 0 26 0 0 26 0 0 3 0 0 17 0 0 15 0 0 6 0 0 16 1 0
OKT 32 0 112 0 55 159 41 144 119 280 149 160 93 109 115 94 0 39 0 110 76 135 44 151 0 133 90
NOV 106 198 105 53 83 74 56 192 111 155 0 142 118 41 57 45 97 123 80 115 80 75 202 147 282 89 109
DES 233 296 330 157 128 296 311 0 326 637 306 293 233 248 497 281 280 381 119 303 281 407 210 276 328 406 291
Rata-rata 138 115 117 149 131 144 117 116 147 181 117 139 112 122 139 102 116 107 119 133 123 152 153 152 230 166 3.537
83
84
84
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2008
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 286 309 350 147 407 381 501 230 254 443 315 286 360 281 445 229 240 301 384 393 284 346 330 419 427 329 334
FEB 551 172 727 454 232 582 562 341 704 337 630 400 289 335 342 270 242 479 398 462 627 275 698 357 1047 350 456
MAR 139 283 234 0 434 225 192 244 128 248 250 319 282 279 337 228 169 175 506 253 239 297 135 354 473 229 256
APR 66 87 168 93 42 71 137 119 154 115 175 106 61 40 104 99 147 115 145 115 76 57 69 132 165 105 106
MEI 12 39 18 56 20 0 3 0 73 0 40 6 0 8 3 60 0 15 82 53 63 0 0 8 60 28 25
JUN 28 0 46 22 34 0 1 11 42 28 39 12 11 54 35 30 17 25 0 38 23 31 0 6 34 41 23
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 0 4 4 0 0 0 0 41 7 0 2 5 0 0 0 0 0 0 0 12 1 2 0 0 0 0 0 0 10 1 0 19 8 0 0 0 0 0 0 0 8 13 0 7 5 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 9 0 10 4 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 7 4 0 6 0 0 6 2
OKT 31 74 52 37 19 75 6 31 29 88 118 35 66 123 88 118 73 6 0 63 120 95 40 27 65 82 60
NOV 207 0 136 235 17 90 164 180 151 253 84 96 194 187 259 163 100 16 49 198 139 84 0 327 0 22 129
DES 132 283 134 227 229 147 216 130 126 256 233 81 122 363 229 281 129 0 187 332 131 233 165 203 149 171 188
Rata-rata 122 104 159 107 120 131 150 107 138 148 159 112 115 141 155 124 93 94 146 161 143 118 120 153 203 114 3.436
85
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2009
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 361 234 237 337 204 333 309 318 445 247 307 266 364 159 231 167 326 165 226 275 372 225 461 167 565 241 290
FEB 403 290 236 313 379 338 278 342 236 414 315 276 303 307 300 223 351 0 355 355 268 374 317 222 673 274 313
MAR 29 43 74 56 160 51 39 70 45 240 137 65 168 147 202 168 87 0 48 119 35 93 55 168 152 84 98
APR 126 231 99 74 241 87 59 168 82 127 66 126 95 153 340 81 190 6 102 103 145 309 101 86 240 182 139
MEI 64 191 119 50 317 180 100 209 131 142 180 0 217 213 175 108 168 76 186 130 167 275 101 100 308 198 158
JUN 40 49 45 23 44 46 99 94 39 79 95 70 25 98 79 92 67 18 94 83 58 45 8 46 122 63 62
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 2 0 0 0 0 6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 7 3 0 0 0 0 10 2 0 0 1 3 0 2 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 5 0 0 0 0 2 0 0 0 0 20 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 2 0 0 1 0 3
OKT 0 27 36 0 20 10 29 0 15 6 8 0 0 23 6 41 4 6 7 23 33 23 0 5 4 10 13
NOV 137 209 124 31 130 83 128 160 68 197 129 97 204 108 136 77 207 42 195 79 58 187 63 93 217 133 127
DES 185 174 141 60 86 182 212 195 126 114 171 108 147 61 114 36 150 90 154 107 96 120 117 209 303 124 138
Rata-rata 112 121 93 79 132 110 105 131 99 131 118 86 127 106 132 83 129 34 116 106 103 138 102 91 216 109 2.907
85
86
86
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2010
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 259 548 214 245 157 168 150 187 139 207 139 101 160 155 268 133 149 116 181 182 170 234 260 157 506 158 206
FEB 145 353 204 103 232 289 206 178 276 203 214 242 141 212 272 87 205 109 276 127 185 250 119 246 356 153 207
MAR 170 485 212 97 215 152 324 223 79 318 248 141 297 184 193 161 146 144 208 277 223 202 150 189 362 98 211
APR 127 240 213 104 166 52 59 65 93 223 202 28 134 253 187 133 51 71 115 258 197 191 115 30 213 78 138
MEI 103 410 274 48 419 248 251 140 177 329 310 101 98 365 198 225 46 58 209 232 264 337 185 76 233 140 211
JUN 157 236 212 52 74 97 217 55 152 167 222 63 94 179 127 132 105 95 158 216 228 103 69 13 162 126 135
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 68 37 159 148 46 188 167 33 231 100 19 159 64 48 94 81 51 105 133 15 210 59 9 138 94 39 203 83 16 146 108 58 157 36 38 136 68 50 126 184 95 259 84 57 194 157 99 112 51 32 160 46 0 0 97 36 148 124 13 233 133 21 222 54 36 241 99 9 168 22 8 15 155 60 287 81 11 224 96 36 166
OKT 60 350 110 20 101 113 86 233 82 34 159 80 199 89 69 100 94 6 123 34 96 51 53 11 230 57 102
NOV 215 319 289 75 325 289 269 213 161 271 262 240 450 335 254 165 228 37 184 249 194 299 149 82 595 217 245
DES 292 217 253 143 324 227 216 135 106 147 143 249 320 172 288 113 163 107 201 221 163 302 385 83 633 191 223
Rata-rata 149 295 201 97 185 156 178 136 133 179 185 121 178 207 183 135 119 66 161 181 175 192 147 78 316 128 4.280
87
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2011
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 330 142 409 203 95 341 320 125 247 121 264 108 120 238 122 64 109 252 283 289 300 90 232 32 655 150 217
FEB 85 29 203 21 103 99 161 75 190 65 175 56 44 188 88 124 6 86 68 137 142 79 48 30 191 68 99
MAR 75 239 262 14 248 138 214 144 95 184 271 90 218 223 313 129 192 150 138 238 57 297 78 95 180 231 174
APR 73 258 268 18 332 141 133 245 212 353 204 130 302 250 266 168 99 146 222 229 170 349 64 278 164 335 208
MEI 41 138 42 53 139 114 78 39 36 43 94 3 85 150 91 74 13 24 70 74 6 36 76 139 50 56 68
JUN 5 22 56 0 21 45 47 0 26 57 59 28 0 107 46 67 0 46 27 88 35 16 30 6 13 34 34
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 0 0 0 19 0 0 0 0 17 0 0 0 46 0 0 14 0 0 26 0 4 0 0 0 21 0 0 7 0 2 38 0 1 0 0 0 0 0 0 30 0 0 20 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 3 0 1 2 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 11 0 1
OKT 7 37 113 3 58 70 74 9 33 20 55 10 0 35 14 24 10 51 82 61 37 20 0 7 14 54 35
NOV 87 295 148 47 153 189 215 264 93 95 120 166 184 174 105 102 84 51 111 115 75 130 60 124 285 94 137
DES 200 166 202 119 347 235 244 236 101 183 285 196 223 332 272 226 247 135 358 193 138 218 173 170 302 197 219
Rata-rata 75 112 143 40 129 116 126 95 88 94 131 66 98 144 111 87 63 78 114 119 80 103 63 73 155 102 2.605
87
88
88
Lampiran 2 Lanjutan Tahun 2012
Data Indramayu
Anjatan Bantar huni Bangkir Bugel Bondan Bulak Cidempet Gabus wetan Indramayu Jati barang Juntinyuat Karang asem Kroya Kedokan bunder Kertasemaya Krangkeng Luwungsemut Lohbener Losarang Sudikampiran Sudimampir Sukadana Sukra Sumurwatu Tl kacang Ujung garis Total rata-rata
JAN 309 357 421 182 107 384 385 226 267 340 371 175 317 339 200 187 342 254 261 519 409 175 254 232 596 440 310
FEB 134 215 140 44 247 95 98 206 79 219 180 136 257 313 239 154 201 112 154 150 106 256 104 141 185 198 168
MAR 157 302 234 37 166 183 230 103 85 185 175 106 226 184 269 140 133 165 110 207 76 246 208 72 348 172 174
APR 68 259 54 16 36 58 156 101 79 63 132 71 167 110 54 87 167 32 119 60 61 53 95 101 128 56 92
MEI 26 15 25 8 102 31 32 48 12 19 78 47 20 96 39 71 71 15 0 60 25 29 33 10 23 41 38
JUN 27 62 96 6 0 57 93 44 16 15 19 3 70 0 36 7 13 0 41 22 3 15 69 32 62 36 32
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 0 0 3 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 30 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
OKT 12 26 5 0 0 7 0 13 18 11 30 4 11 0 14 11 6 0 0 50 87 12 5 8 16 5 14
NOV 146 378 75 118 163 71 27 361 63 153 66 27 312 21 153 9 140 157 87 94 51 71 100 57 129 104 121
DES 243 615 290 121 481 288 192 401 229 326 172 113 370 294 294 137 214 271 259 258 167 341 293 323 261 261 277
Rata-rata 94 186 112 44 109 98 104 125 71 111 102 57 146 113 108 67 107 84 86 118 82 100 97 81 146 109 2.656
89
Lampiran 2 Lanjutan Tahun
Data Indramayu
JAN FEB MAR APR MEI JUN 2013 Anjatan 265 113 194 48 72 89 Bantar huni 328 266 620 340 294 100 Bangkir 213 124 43 125 80 48 Bugel 149 66 108 39 238 84 Bondan 220 86 211 233 57 73 Bulak 214 105 88 159 139 15 Cidempet 314 91 70 93 113 55 Gabus wetan 380 72 130 202 71 92 Indramayu 286 195 91 129 106 118 Jati barang 243 41 103 96 96 115 Juntinyuat 219 76 99 195 89 143 Karang asem 137 51 111 72 65 38 Kroya 381 106 261 225 125 86 Kedokan bunder 169 38 180 111 127 0 Kertasemaya 249 88 191 44 82 110 Krangkeng 166 83 115 120 138 133 Luwungsemut 309 84 197 63 189 84 Lohbener 221 82 98 126 86 111 Losarang 230 44 144 249 56 58 Sudikampiran 238 53 90 166 146 94 Sudimampir 208 150 129 131 62 41 Sukadana 314 48 173 219 97 146 Sukra 373 144 272 55 199 52 Sumurwatu 161 108 77 159 9 22 Tl kacang 351 99 200 58 144 79 Ujung garis 316 43 148 196 94 92 Total rata-rata 256 94 159 141 114 80 Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi (2014)
Curah Hujan (mm) JUL AGST SEP 199 0 0 285 0 11 224 0 0 215 0 0 250 0 0 209 0 0 309 0 0 180 0 0 499 0 0 262 0 0 294 0 0 150 0 0 206 0 0 65 0 0 373 0 0 133 0 0 132 0 0 263 0 0 180 0 0 199 0 0 303 0 0 103 0 0 186 17 0 37 0 0 180 0 0 238 0 0 218 1 0
OKT 41 70 62 4 22 47 27 110 62 38 139 2 62 45 19 30 58 4 0 58 28 35 16 17 8 17 39
NOV 43 235 29 36 49 13 47 188 61 166 106 58 129 30 138 56 88 27 60 87 46 196 69 0 86 0 79
DES 209 253 145 258 389 279 172 226 92 403 289 113 371 249 374 219 216 156 321 272 236 396 199 62 179 173 240
Rata-rata 106 234 91 100 133 106 108 138 137 130 137 66 163 85 139 99 118 98 112 117 111 144 132 54 115 110 3.081
89
90
90
Lampiran 3 Pendapatan rumah tangga petani padi Kabupaten Indramayu tahun 2014 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Luas (hektar) 1 0,7 0,7 2,1 1,05 0,7 0,35 0,35 0,7 0,35 0,35 1,5 0,7 1 2,8 0,35 1 0,7 2,1 1,05 1,05 2 0,7 1,7 0,35 0,7 1
Kategori Kepemilikan Lahan 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2
Sumber Pendapatan Padi -6440000 -6960000 -8920000 -40480000 -1420000 5520000 -3940000 -3940000 -9840000 940000 -4500000 -45820000 -4450000 1900000 133840000 -2050000 1900000 9400000 -1100000 19350000 9350000 -8800000 -360000 6450000 4460000 9540000 5710000
Pertanian Kebun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2500000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2160000 2000000
Buruhtani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1500000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Non pertanian 3600000 42000000 0 0 30000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18000000 0 0 0 18000000 7200000 0 7200000 0 9000000 6000000 0 0
Transfer payment 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21000000 0 4800000 0 60000000 0 0 0 0 0 0 0
91
Lampiran 3. Lanjutan Responden 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Luas (hektar) 1 0,7 0,35 0,7 1 0,35 0,35 0,7 1 2,45 0,7 7 3,5 0,7 0,875 0,35 0,35 0,35 0,35 0,7 0,35 1 0,35 3,5 0,35 1,05 0,35 0,7
Kategori Kepemilikan Lahan 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 2 1 1
Sumber Pendapatan Pertanian Padi 5710000 9540000 -3940000 9240000 710000 -230000 -2340000 29910000 34530000 -69065000 12790000 -301800000 95600000 -37130000 55040000 -10190000 -7190000 -1430000 12910000 55210000 11810000 75410000 8285000 21400000 1505000 2695000 890000 -14570000
Kebun 2000000 2160000 4000000 2000000 2000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Buruhtani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8400000
Non pertanian
Transfer payment
0 0 0 0 0 0 14400000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9600000 0 0 0 0 0 0 0 25200000 0
0 0 0 0 0 0 3600000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
91
92
92
Lampiran 3 Lanjutan Responden 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Luas (hektar) 5,6 0,35 0,35 2,1 1,4 0,35 2,8 0,35 0,35 1,4 0,35 4,2 1,75 2,8 3,7 0,7 0,35 2,1 0,7 0,35 1,75 0,35 0,35 0,35 0,7 2,8 0,35 1
Kategori Kepemilikan Lahan 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 3 2 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2
Sumber Pendapatan Padi 122720000 15055000 15055000 31850000 89360000 10005000 101360000 10765000 12905000 42040000 3005000 169240000 -4500000 -4160000 -37950000 5340000 -7640000 -2820000 -2640000 4840000 -2640000 3470000 -1600000 -1600000 -5140000 -20000000 -3730000 -19705000
Pertanian Kebun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Buruhtani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1000000 36000000 18000000 0 0 28000000 18000000 18000000 18000000
Non pertanian 72000000 9000000 1200000 108000000 28800000 180000000 36000000 0 0 0 0 0 0 24000000 18000000 0 0 0 6000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Transfer payment 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
93
Lampiran 3 Lanjutan Kategori Kepemilikan Lahan 84 2,8 2 85 0,35 1 86 0,7 1 87 0,35 1 88 0,35 1 89 0,35 1 90 0,7 1 91 2 2 92 0,35 1 93 2,8 2 94 1,4 1 95 2,8 2 96 0,35 1 97 0,7 1 98 0,7 1 99 0,35 1 100 2,8 2 Rata-rata Kategori 1 (< 1 hektar) (Rp) Kategori 2 (1-2,8 hektar) Kategori 3 (> 2,8 hektar) Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi (Rp) Sumber : Data primer, 2015 Responden
Luas (hektar)
Sumber Pendapatan Padi -16632000 -790000 -7100000 1770000 -1740000 -1030000 940000 -21320000 -7230000 41360000 15120000 33920000 -1330000 4250000 -8050000 10970000 -6240000 2.981.333 10.773.618 11.535.000
Pertanian Kebun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 172.000 257.576 0
Buruhtani 18000000 0 0 0 36000000 18000000 18000000 0 18000000 0 18000000 25200000 0 0 0 0 36000000 3.048.333 4.447.059 0
Non pertanian 0 0 0 0 0 3600000 0 0 0 0 0 0 18000000 6000000 0 0 10800000 5.440.678 8.841.176 15.000.000
Transfer payment 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 515.789 1.538.462 0
64.551.024
93
94
Lampiran 4 Output regresi Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
100
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.33374584
Absolute
.113
Positive
.113
Negative
-.070
Kolmogorov-Smirnov Z
1.131
Asymp. Sig. (2-tailed)
.155
a. Test distribution is Normal.
Uji Autokorelasi
Model
R
R Square
.680a
1
Model Summaryb Std. Error of the Adjusted R Square Estimate
.462
.434
Durbin-Watson
.34251
1.618
a. Predictors: (Constant), Umur, Pendidikan, ketinggian, Pengeluaran, Musim b. Dependent Variable: Nilaikerugianpetani
Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model
t
Sig. Tolerance
VIF
(Constant)
7.810
.356
Pengeluaran
1.257
.000
.810
1.234
Pendidikan
-0.005
.013
.904
1.106
Umur tanam
-0.016
.011
.720
1.390
0.076
.037
.709
1.411
-0.262
.044
.751
1.332
Musim Ketinggian lahan
a. Dependent Variable: Nilaikerugianpetani
95
Lampiran 4 Lanjutan Uji Heteroskedastisitas
96
Lampiran 5 Dokumentasi penelitian
97
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 April 1993, dari pasangan Agus Haryanto dan Nurmala, sebagai anak keempat dari empat bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN Kepandena 3 Indramayu (1999-2005), SMPN 2 Sindang Indramayu (2005-2008), dan SMAN 1 Sindang Indramayu (2008-20011). Pada tahun yang sama, penulis masuk sebagai salah satu mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama masa kuliah, penulis aktif pada kegiatan organisai kemampuan intra kampus. Penulis pernah menjadi staff Divisi Public Relation dan sekretaris Badan Pengawas Himpro (BP Himpro) Himpunan Profesi REESA (Resources and Environmental Economics Student Association) Institut Pertanian Bogor masa kepengurusan 2012-2013 dan 2013-2014. Penulis juga aktif sebagai panitia kegiatan kemahasiswaan dan peserta pada berbagai kegiatan seminar yang terkait keilmuan penulis.