LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10 No 1 (2015) 44-58
ISNN : 0216-7433
ANALISIS NILAI FILOSOFIS DALAM WAYANG BANJAR Kamal Hasuna1 1. Program Studi Pendidikan Bahasa SastraIndonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin
[email protected] (085285300774 ABSTRAK Penelitian ini berjudul "Nilai Filosofis dalam Wayang Banjar" Dalam penelitian ini permasalahan dirumuskan adalah benarkah ada nilai filosofis dalam Wayang Banjar, bagaimanakah peran tokoh Pandawa dan Punakawan dalam mengajarkan filosofis, dan benarkah simbol-simbol atau pernik dalam Wayang Banjar juga mengandung nilai filosofis. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk memperoleh gambaran tentang nilai filosofis dalam Wayang Banjar, (2) Untuk memperoleh gambaran tentang tokoh Pandawa dan Punakawan dalam mengajarkan nilai filosofis dan (3) Untuk memperoleh gambaran tentang simbol dan pernik dalam Wayang Banjar yang mengandung nilai filosofis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu dengan mengembangkan data dan fakta seperti yang ada sebenarnya serta metode kepustakaan dengan menggunakan data dari pustaka yang ada.Juga dengan menggunakan teknik wawancara dengan tokoh-tokoh yang bergerak di bidang wayang terutama Wayang Banjar. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa Wayang Banjar memang benar mengandung nilai-nilai filosofis, tokoh Pandawa dan Punakawan juga sangat banyak mengajarkan nilai-nilai filosofis serta simbol dan pernik dalam Wayang Banjar pun banyak mengajarkan nilai-nilai filosofis. Kata kunci : nilai filosofis, wayang Banjar
1
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Nilai-nilai budaya tradisional (sastra) seolah tak lagi menjadi persoalan bagi sekalangan bahkan banyak orang. Kebanyakan warga masyarakat saat ini cenderung menjadi manusia konsumtif terhadap materi.Finansial menjadi tujuan utama, sehingga waktu untuk menikmati apalagi mengapresiasi budaya tradisional dikesampingkan. Nilai-nilai budaya tradisional (lokal) tersebut sangatlah sarat dengan nilai budaya bahkan bisa dikatakan sebagai salahsatu jati diri bangsa kita.Hal ini sangatlah perlu dan penting untuk diwariskan kepada generasi muda guna menumbuhkan sikap apresiatif pada diri mereka. Dengan demikian akan muncul rasa memiliki terhadap budaya tradisional tersebut Rasa memiliki ini pada gilirannya akan membekas dan membawa mereka kearah yang lebih baik. Hal ini searah dengan muatan moral yang tersirat dalam budaya itu sendiri. Aktualisasi nilai-nilai tradisional (lokal) sangatlah penting dalam hubungan keakraban, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Semua ini akan sangat bermakna dalam kehidupan masyarakat penganut integrasi sosial. Karenanya peran orang tua, para pendidik, bahkan lembaga- lembaga informasi kemasyarakatan maupun pemerintah dalam hal ini Lembaga Informasi Nasional (LIN) sangatlah penting. Mereka akan dapat memberikan informasi bahkan memanfaatkannya untuk generasi muda atau remaja guna pembentukan kepribadian. Dilihat dari seni diharapkan akan membentuk pribadi bangsa yang luhur sesuai dengan muatan moral yang berupa agama, etika, dan estetika yang terdapat dalam budaya tradisional itu sendiri. Kenyataan sekarang dalam kehidupan masyarakat modern, budaya tradisional ini hanya dijadikan tontonan semata, dan bahkan tidak ditonton sama sekali. Apalagi mau mengapresiasi kandungan moral yang tersirat di dalamnya. Perlulah disadari bahwa pada umumnya dalam setiap pagelaran atau pertunjukan seni akan selalu disisipkan pesan-pesan atau muatan moral sebagai inti sari dari sebuah kesenian. Salah satu media tradisional yang tumbuh di masyarakat kita adalah wayang.Banyak nilai moral tersirat yang disampaikan melalui tokoh-tokohnya yang dimainkan oleh dadalang.Namun, perlu disadari bahwa para peminat wayang sekarang mereka hanya terkesima oleh merdunya suara sinden atau adeganadegan dalam cerita.Kita tidak mampu bahkan tak mau untuk mencoba menyimak bahkan mendalami "makna" yang tersirat di balik cerita atau pagelaran itu sendiri. Berdasarkan uraian ini peneliti menganggap perlu untuk mengadakan penelitian tentang Wayang Banjar. Dalam hal ini yang akan dijadikan permasalahan adalah muatan nilai filosofis yang terdapat dalam cerita wayang tersebut. Penelitian ini diberi judul "Nilai Filosofis dalam Wayang Banjar".
2
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
B.
Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan nilainilai filosofis dalam Wayang Banjar. Secara khusus tujuan ini digambarkan sebagai berikut: a. Untuk memperoleh gambaran tentang nilai filosofis dalam Wayang Banjar. b. Untuk memperoleh gambaran tentang peran tokoh Pandawa dan Punakawan dalam mengajarkan nilai filosofis. c. Untuk memperoleh gambaran tentang simbol-simbol dan pernik yang mengandung nilai-nilai filosofis.
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intrinsik dan ekstrinsik.Pendekatan intrinsik adalah penelitian yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom.Sedangkan pendekatan ekstrinsik adalah penelitian unsur-unsur luar karya sastra.Yakni pengkajian konteks karya sastra di luar teks (Warren dalam Endraswara,2008:9). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analitik yaitu mengembangkan data dan fakta seperti yang ada sebenarnya.Metode deskriptif analitik, yaitu dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2006:53). B. Sumber Data Dalam kegiatan penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap sejumlah aspek penting yang mengandung nilai filosofis yang didekati dari dua jenis kajian, yakni teoritis-kepustakaan dan lapangan. Jenis kajian pertama menelusuri data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan. Sedangkan jenis kajian yang kedua adalah menemukan data primer yang berasal dari sejumlah nara sumber, yang terdiri dari pengamat wayang (Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Banjar) dan pedalang -pedalang ternama di Kalimantan Selatan. C. Teknik Analisis Data Sebagai pijakan untuk memasuki analisis penelitian ini, terlebih dahulu peneliti harus mengetahui teknik-teknik analisis data untuk memudahkan peneliti dalam penggarapan analisis. Bertolak dari metode yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik yang sesuai dalam penganalisisan data ini adalah teknik deskriptif interpretatif. Yaitu dengan memaparkan data secara keseluruhan terlebih dahulu, setelah terkumpul dan terjaring kemudian peneliti menginterpretasikannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
A. NilaiFilosofis dalam Wayang Banjar Sebelum menggambarkan nilai filosofis Wayang Banjar ini, terlebih dahulu digambarkan penampilan tokoh wayang kulit Banjar yang berpenampilan ideoplastik yaknipenggambaran yang berdasar pada suatu yang diketahui, bukan yang dilihat. Karena itu gambaran tokoh dalam wayang kulit diusahakan sesuai dengan manusia sebenarnya sebagaimana yang tertangkap oleh ide, misalnya manusia berkaki dua, bertangan dua, bermata dua, jari tangan berjumlah lima, dan seterusnya. Sesuai dengan pengetahuan bahwa seperti itulah yang namanya manusia, mengalahkan realita sebagaimana yang tertangkap oleh mata. Dalam penggambaran wayang ini tampakmuka darisampingleherdarisamping, tetapibahu dibuat tampak daridepan (on propile), sertabadandigambarkan darisamping. Kaki juga digambarkan darisamping, tetapitelapak kaki digambarkan dariatas, sehingga seluruh jari-jari kaki nampak semuanya.Demikian penggambaran wayang ini, yang merupakan sesuatu penggambaran yang aneh.Keanehan yang dijumpai dalam wujud wayang kulit merupakan keinginan manusia dalam melukiskan konsep yang diketahui mengenai manusia, bukan realita manusia secarat filosofis. Secara filosofis tentang penggambaran tipe kepemimpinan "hasta brata" atau "delapan kewajiban" dikemukakan oleh Dalang Sastra, salah seorang dalang di Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan: 1. Sang surya atau sifat matahari Sifat matahari ini digambarkan sebagai sifat yang mampu memberikan sinar kehidupan yang tak mengenal lelah, dan mampu memberikan inspirasi dalam hidup.Suatu sifat yang mengajarkan tentang jiwa kepemimpinan yang tinggi. Selalu mendahulukan kepentingan orang lain sebelum kepentingan pribadi. Seorang pemimpin teladan yang berwibawa. Demokratis sehingga dicintai oleh bawahan dan dihormati oleh orang lain. Demikian juga dalam kehidupan keluarga, mampu menjadi suri teladan bagi kehidupan keluarga. 2. Sang candraatau sifat bulan. Sifat bulan ini digambarkan sebagai sifat yang mampu menjadi suluh dalam kegelapan, dan penggambaran wajah yang berseri-seri.Seorang pemimpin yang baik, mampu memberikan arahan dengan keteladanan guna peningkatan kinerja dalam melaksanakan tugas sehari-hari.Sifat ini juga mengajarkan agar sebagai seorang pemimpin hendaknya selalu menunjukkan wajah berseri, senyum, meskipun banyak masalah yang dialaminya. Senyuman yang ikhlas dan wajah yang bersih , yang keluar dari hati yang paling dalam. 3. Sang ganiatau sifat api. Sifat api digambarkan sebagai sifat yang mampu memberikan semangat ketika sedang dalam kelesuan, dan dapat memupuk kreativitas. Sifat ini juga dapat diartikan bahwa seorang pemimpin akan selalu mau dan mampu memberikan semangat kerja yang tinggi guna peningkatan kinerja dirinya dan bawahannya dengan sebuah keteladanan. Serta mampu menampakkan sikap terbuka dan homoris guna menciptakan suasana kerja yang baik.
4
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
4. Sang tuya atau sifat air Sifat air digambarkan sebagai sifat yang mampu memberikan siraman ketika jiwa sedang gelisah, hati gundah gulana, memberi gambaran sifat duduk sama rendah dan berdiri sama tegak, sumbangsih pemikiran dapat diterima dan sebaliknya ia mengerti keperiuan dan perasaan orang lain. Sifat ini mengajarkan agar sebagai seorang pemimpin yang baik harus selalu terbuka terhadap saran maupun kritik dari bawahan tanpa memandang siapa yang memberi saran, namun lebih melihat kebenaran dari saran yang disampaikan. 5. Sang patalaatau sifat bumi. Sifat bumi digambarkan sebagai sifat yang mampu memberikan tempat sandaran dalam segala hal.Sifat ini juga menggambarkan tentang kesabaran dalam memikul tugas berat dan rumit.Selain itu menggambarkan sifat yang ulet dan penuh prakarsa.Sifat ini mengajarkan agar sebagai seorang pemimpin yang baik harus selalu mampu menjadikan dirinya sebagai tempat bertanya, mengadu, baik dalam hal tugas kedinasan atau hal-hal yang mendukung lainnya. 6. Sang cakrawalaatau sifat langit. Sifat langit digambarkan sebagai sifat yang mampu memberi ayoman, naungan pada orang lain, serta merupakan sifat yang dapat dijadikan panutan dalam beretika dan bertindak.Sifat ini mengajarkan agar seorang pemimpin harus selalu bersifat adil, terbuka, serta mampu menjadi suri teladap terhadap bawahannya.Juga menjadi teladan dalam keluarganya.Baik sebagai seorang suami atau isteri, serta teladan bagi anak-anaknya. 7. Sang bayuatau sifat angin. Sifat angin digambarkan sebagai sifat yang mampu memberi kesejukan ketika dalam suasana tegang, dapat menjadi sumber motivasi untuk berkreativitas, dapat memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam pengembangan nilai-nilai demokrasi. Sifat ini mengajarkan agar sebagai pemimpin harus mampu menjadikan dirinya yang selalu memberi manfaat pada orang lain, baik dalam keadaan suka maupun duka. Serta selalu terbuka terhadap saran dan pendapat orang lain. 8. Sang karantikaatau sifat bintang. Sifat bintang digambarkan sebagai sifat yang mampu menjadi teladan dalam kehidupan.Sifat ini mengajarkan agar sebagai seorang pemimpin harus selalu menjadi teladan dalam kehidupan.Baik di tempat tugas untuk bawahannya, juga untuk isteri dan anak-anaknya saat dia berada di rumah. Seperti yang telah dikemukakan Rahmadi salah seorang dalang dari Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan bahwa Wayang Banjar mengajarkan ajaran dan nilai-nilai itu tidak secara teoritis saja (berupa ajaran dan nilai-nilai), melainkan secara konkret dengan menghadirkan tokoh-tokohnya sebagai teladan. Wayang juga tidak mengajarkan nilai atau ajaran secara baku/ sesuai aturan, melainkan juga mengajak penonton berpikir untuk menemukan sendiri makna kandungan wayang lewat adegan-adegan lucu, mengharukan bahkan tragis, dan yang membikin hati geram.
5
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
B. Tokoh Wayang Banjar dalam Mengajarkan Filosofis Punakawan Punakawan diambil dari dua buah kata yakni: Puna dan Kawan. Puna artinya Tahu/Mengetahui, sedangkan Kawan artinya Teman, tapi bukan sekedar teman biasa, melainkan teman yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dan lengkap sampai pada tingkat hakkulyaqin, atau pengetetahuan itu sendiri yang menjadi teman hidupnya. Tokoh-tokoh punakawan itu antara lain: 1. Samar Samar adalahpaman lamut.Lamut adalah sebutan bagi orang yang suka bakisah atau bercerita. Dengan bakisah atau bercerita ia memberi nasihat. Dalam kisahnya selalu terkandung nasihat.Sepintas lalu bahwa tokoh Samar kelihatannya seorang yang bodoh, karena kisah atau cerita atau ungkapan yang di sampaikan harus benar-benar diterjemahkan. Contoh ungkapannya " Jangan gaer hidup, hidup harus dijalani, jalan hidup akan terang bila disertai ilmu, ilmu itu pelita hati." Ungkapan yang dikemukakan Samar singkat, padat, sehingga harus ditafsirkan untuk mendapatkan intisari dari ajaran yang dalam itu sendiri. Kehadiran tokoh Samar tidak terbatas pada waktu tertentu saja. Tokoh ini tergolong orang yang suka bergaul, tidak memandang tua muda, raja atau para petinggi ,anak-anak, bahkan siapa saja dihormatinya. Hal ini dilihat pada tutur bahasa nya yang selaluinggih pun, meski pada anak-anaknya sendiri yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong, apalagi kepada orang lain. Dalam wayang Banjar Samar ini menggambarkan tokoh yang selalu baik budi bahasanya. Dengan bahasanya ia mampu mengobati hati orang yang sedang sedih, dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk melakukan sesuatu perbuatan / usaha. Jika ingin mengenal lebih jauh tokoh Samar secara metafisika maka ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi, dengan pelaksanaan yang khusus pula (mangaji baduduk). Hal itu dikemukakan seperti telah dialami oleh dalang Banjar Rahmadi tutusBarikin sebuah desa di kabupaten Hulu Sungai Tengah Dalam Wayang Banjar, tokoh Samar berada di negara Pandawa, walaupun bukan orang Pandawa asli. Disini ia bersama anak-anaknya hidup dan mengabdi pada para penguasa. Dalang Sastra mengisyaratkan bahwa tokoh Samar dalam Wayang Banjar tidak jauh berbeda dengan tokoh Samar yang ada dalam Wayang Jawa, dan sesuai dengan tafsiran dari tokoh-tokoh wayang bahwa tokoh Samar adalah tokoh yang misterius di antara ada dan tidak ada. Hal ini ditegaskan oleh Amidjoyo, bahwaSamar adalah tokoh yang misterius antara ada (konkret) dan tidak ada (abstrak). Ki Samar digambarkan wujud yang tidak "berbangun", tidak mirip lakilaki atau perempuan, serba tidak jelas dan samar-samar, sehingga menimbulkan teka-teki dan bersifat rahasia atau gaib. 2. Lalagareng Untuk melihat dan memahami tokoh Lalagareng lebih dulu disampaikan sebuah alur cerita tentang Lalagareng. "Secara diam-diam dan tidak diketahui oleh Punakawan yang lain seperti Samar, Petruk, dan Bagong, Lalagareng diberikan cincin dan keris wasiat oleh
6
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
Pandawa tertua yakni Darmakusuma. Rahasia cincin dan keris tersebut hanya Lalagareng seorang yang mengetahuinya. Diceritakan bahwa suatu hari Jajar Darmakusuma mengumpulkan seluruh rakyat dan tidak ketinggalan pula para Punakawan, dalam rangka membicarakan tentang tampuk kepemimpinan. Darmakusuma akan mengalihkan tugasnya sebagaiRaja sehubungan dengan kepergiannya ke hutan, untuk bertapa (khalawat), yang tempatnya tidak diketahui oleh siapa pun. Musyawarah pimpinan dilaksanakan dan beraneka ragam pendapat bermunculan, akhirnya diambil keputusan dengan prinsif bahwa: " Bulat air oleh pembuluh, bulat kata karena mufakat" Pucuk pimpinan negara Pandawa diserahkan kepada Arjuna atau Janaka yang merupakan adik tengah dari Darmakusuma. Roda pemerintahan berjalan baik di bawah kepemimpinan Arjuna, masyarakat sejahtera, keamanan negara terjamin. Namun pada suatu ketika terjadilah sebuah malapetaka yang tak dapat dihindarkan, yakni terjadi kebakaran maha hebat di negara Pandawa.Api menjalar ke mana-mana. Rumah penduduk, bahkan sampai ke belantara hampir musnah dilalap api. Berbagai upaya dilakukan, puluhan orang sakti mandraguna dikerahkan untuk berusaha memadamkan api Salah satunya Arya Patma Nagara dengan ilmu sadurinya namun api tak dipadamkan, dan malah semakin membara. Gatotkaca putera pertama dari Bima, yang berotot kawat dan bertulang besi juga berusaha memadamkan api dari udara. Jangankan padam, untuk mendekati api pun Gatotkaca tak kuasa.. Melihat petaka ini para Pandawa, dengan dipimpin Arjuna segera melakukan musyawarah mencari jalan untuk memadamkan api tersebut.Hasil musyawarah menetapkan untuk mengadakan sayembara. Isi sayembara tersebut berbunyi:
1. Barang siapa yang dapat memadamkan api, maka ia akan diangkat menjadi raja di negara Pandawa.
2. Barang
siapa yang berhasil memadamkan api, maka ia berhak menentukan pilihan sesuai dengan isi hati.
3. Raja dengan rela hati akan turun tahta sebagai akibat dari kebakaran tersebut. Mendengar pengumuman sayembara ini banyak orang sakti mandraguna dari negara lain yang mengikuti sayembara tersebut. Mereka berusaha memadamkan api, namun tak ada seorang pun yang berhasil. Dilihat dari sisi Iain celah-celah kehidupan Lalagareng, banyak nilai berharga yang dapat dikaji.Ia mengawali hidupnya dengan kekhusukan dalam semedi memohon kepada Sang Maha Esa. Akhirnya Darmakusuma menghadiahkan cincin dan keris wasiat kepadanya. Dapat diartikan, bahwa untuk mencapai nilai hidup yang tinggi tidak cukup hanya dengan keinginan dan berharap semata.Dalam hal ini diperlukan keija keras dan dukungan ilmu pengetahuan yang memadai. Sementara dua orang Punakawan yang lain, Petruk dan Bagong hanya sekadar pelengkap dan jarang diceritakan pada Wayang Banjar.
7
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
Tokoh Pandawa 1. Puntadewa / Darma Kasuma Tokoh ini digambarkan sebagai seorang pendiam, tidak banyak bicara, tidak direkayasa supaya menarik perhatian orang.Ia seorang yang sabar, jujur dan adil serta pasrah dalam menghadapi cobaan hidup. Sifat adil jauh dari sifat serakah. Jika hanya kasih atau sayang saja, maka kemungjrinan ia akan menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah. Yang buruk seperti bagus, yang kotor seperti bersih, yang dilihat hanya bagusnya saja. Gambaran tokoh di atas sesuai dengan namanya, yaitu :Parma berarti pemberian suatu kasih sayang terhadap siapa pun. Kasuma berarti maksum, berpengetahuan, adil dan teguh pendirian. Darma Kasuma sebuah senjata atau jimat yang selalu dipakainya.Senjata atau jimat ini merupakan inti dari penggambaran filosofis penokohan dirinya itu sendiri.Senjata atau jimatnya yang bernama "Jimat Kalimasada", berupa dua kalimat sakti yang mendataiigkan kedamaian bagi orang yang mengetahuinya. Inti dari dua kalimat tersebut sesungguhnya adalah pengesaan Allah dan pengakuan akan kerasulan Muhammad SAW, yang lebih dikenal dengan dua kalimah syahadat. 2. Arya Bima / Raden Jagau Barawa. Tokoh ini adalah seorang yang hebat, kuat tegas tapi juga adil dan teguh pendirian, tidak pernah takut dan memperlakukan secara sama kepada siapa pun tanpa memandang derajat. Menurut ahli pilar, dengan akal dan pikiran alam yang besar dan luas terdiri dari bumi, langit, matahari, bulan dan berjuta-juta bintang pasti ada yang menciptakannya yaitu Tuhan.Karena alam termasuk manusia yang adanya diciptakan, maka sifatnya tidak sempurna.Hanya Tuhan yang menciptakan semua itulah yang bersifat sempurna.Karena manusia tidak dapat melihat Tuhan dengan sempurna, maka saat itu Bima berusaha mengenal dirinya karma wajib mengenal diri sebelum mengenal Tuhan.Dengan demikian maka Bima adalah satu-satunya satria yang dapat manunggal dan mengenal seluruh kehidupannya. Selain itu Bima adalah lambang kejujuran dan kesetiaan murid kepada gurunya.Dorna (guru) di mata Bima adalah manusia utama bermartabat baik, dan berilmu tinggi.Selain itu Bima digambarkan mempunyai senjata berupa kuku Pancanaka.Dengan kukunya Bima mampu mengalahkan semua lawan-lawannya. Sesungguhnya kuku Pancanaka adalah gambaran dari Lima Rukun Islam yakni : jempol menggambarkan syahadat, telunjuk menggambarkan sholat, jari tengah menggambarkan puasa, jari manis menggambarkan zakat, sedangkan kelingking menggambarkan ibadah haji, semuanya itu merupakan suatu kewajiban manusia di alam ini, yaitu umat Islam. 3. Arjuna / Janaka Arjuna adalah saudara Pandawa yang penengah.Dia digambarkan berwajah tampan seolah menjadi model hingga banyak digandrungi putri-putri jelita. Dalam hal ini ia pantang untuk memanfaatkan kesempatan untuk melayaninya. Keteguhan iman yang sangat kokoh, tidak mau berbuat asusila.Karena itu Arjuna diberi gelar Arjuna Jaya Susila.
8
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
Keutamaan lain pada dirinya adalah jika berbuat salah, dia tak segansegan menyerahkan diri untuk dihukum atau bahkan akan menghukum diri sendiri. Merupakan gambaran sikap ksatria yang sangat mulia.Meskipun sebagai seorang adipati di Madukara, jika dia bersalah tak segan mengakui kesalahannya. Sementara senjata yang ia miliki sulit untuk ditandingi dan menjadikan dia lihai dalam ilmu peperangan. Walaupun ia ditakuti tetapi santun terhadap siapapun. Tidak mengenal suku, keturunan, atau dari golongan manapun juga.Karena ketenaran sopan santun yang dimiliki sehingga dia diberi gelar Tokoh Teladan Jaya. 4. Nakula dan Sadewa Nakula dan Sadewa adalah saudara Pandawa yang bungsu. Berbeda ibunya dengan tiga Pandawa yang lain. Mereka terlahir kembar, sehinggabukanhanya wajah mereka yang sama tapi keperibadian mereka pun hampir sama. Kepribadian Nakula dan Sadawa pernah teruji, pada saat mereka menghadap Raja Mandaraka. Diceritakan bahwa Raja Mandaraka menjadi perhatian seluruh Pandawa karena kesaktiannya yang luar biasa tak ada tandingannya.Kesaktian utamanya adalah aji Candra Birawa yang dapat menciptakan raksasa-raksasa pelumu manusia. Bukan sampai di situ saja, jika menciprat darah segar dari raksasa itu maka benda-benda yang ada di sampingnya akan tercipta menjadi raksasa-raksasa pula. Ajian itulah nanti akan menghancurkan para Pandawa. Sebenarnya hati kecil Raja Mandaraka sangat kasih kepada para Pandawa, tetapi hal itu tidak diketahui oleh para mereka.Karenanya untuk mendinginkan hati Raja Mandaraka maka diutuslah Nakula dan Sadewa menghadap Raja Mandaraka.Dengan bahasa yang ramah dan tingkah laku yang menarik, Nakula Sadewa menyerahkan segenap jiwa dan raganya untuk dibunuh sebagai ganti dari keselamatan para Pandawa dan seluruh rakyatnya. Mengetahui keberanian dan keikhlasan Nakula Sadewa untuk berkorban demi keselamatan para Pandawa dan rakyatnya serta keramah-tamahan budi pekerti mereka, akhirnya luluhlah hati Raja Mandaraka. Hal ini sesuai dengan firasat bahwa suatu saat akan kembali ke alam asal, karena akan ditaklukkan oleh orang Pandawa yang berhati putih. Ternyata hal itu sudah terbukti dengan takluknya beliau oleh Nakula dan Sadewa tanpa pertumpahaii darah. Cerita di atas menggambarkan keberanian dua saudara kembar yang masih muda dalam segala hal, baik dalam pertempuran maupun dalam pengalaman, namun memiliki rasa tanggnngjawab yang tinggi demi bangsa dan negara dengan kesantunan dan budi pekerti mampu melunakkan hati sang raja sakti dan kejam. Seganas-ganasnya lautan masih bisa ditaklukkan dengan keberanian, seganas-ganasnya manusia masih bisa ditaklukkan dengan kepribadian dan ilmu pengetahuan.Pertimbangan akal yang jernih, kapatutan budi yang luhur serta sikap yang jujur merupakan modal untuk melakukan semua kebaikan. 5. Engkau Wijaya Engkau Wijaya adalah anak Arjuna, buah perkawinannya dengan Subadra.Engkau Wijaya terkenal sebagai seorang yang sopan santun, hormat orang tua, dan ringan tangan, dan suka menolong sesamanya.Sifat ini sudah dibuktikannya, tatkala memporak-porandakan balatentara Kurawa, sehingga
9
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
Pandawa terbebas dari bahaya kehancuran.Malang bagi Engkau Wijaya, ia menemui ajalnyaHal ini disebabkan oleh jiwanya yang bergelora; dengan darah mudaaya terus berperang tanpa memandang musuh yang dihadapinya.Dengan taktik di luar kebiasaan perang, mereka menggunakan Durgama Rungsitdan Maha Digu.Dengan senjata itu badan Engkau Wijaya arang karancang sehingga dia menemui ajalnya. Menilik dari cerita di atas, Engkau Wijaya memiliki jiwa kepahlawanan membela yang benar dan membasmi kejahatan.Keprihatinan merupakan pangkal kuat untuk mencapai kebahagiaan. Sebaliknya mencita-citakan kedudukan yang berlebihan, sementara modal penunjangnya berada pada taraf yang tidak standing dengan tingginya tita-cita, hanya akan menimbulkan frustasi. 6. Darawati / SriKresna Darawati adalah anak Raja Basudewa.Pembicaraannya fasih, diplomatis, sehingga kawan maupun lawan segan kepadanya baik.Sebagai titisan Wisnu, Darawati memiliki segudang ilmu dan peralatan serba canggih.Ilmu itu antara Iain adalah Gambar Lopian yakni semaeam komputer pencari data kelemahan lawan atau mencari benda yang hilang.Selain itu juga ajian Tri Wikrama, tri berarti tiga, wikrama berarti langkah.Dengan bertriwikrama tubuhnya bisa menjadi besar dan tinggi bagai raksasa.Jagat yang besar dan luas dari ujung ke ujung, ini hanya dicapai dengan tiga langkah. Jika melangkah, jagat akan miring ke arah tempat kakinya berpijak. Andai dia ingin melumat jagat raya ini, dengan mudah dilakukannya semudah membolak-balikkan telapak tangan. Itu hanya sebagai misal, sebab tidak pernah dilakukannya karena ia terikat konvensi hukum kemanusiaan sesuai dengan tugasnya sebagai pemelihara perdamaian dan pengendali keadilan. Senyata penghancur jagat itu tak boleh digunakan dengan sewenang-wenang, kecuali menghadapi kekuatan destruktif yang membahayakan keselamatan umat manusia. Prinsip Darawati tidak mau menyakiti orang walaupun ia disakiti. Biarlah ia yang menderita asal orang lain tidak. Hidup adalah menolong bukan mengharap pertolongan. Ilmu pengetahuan bukan untuk menguasai orang Iain, tetapi hendaknya dapat dimanfaatkan oleh orang lain. 7. Dewi Kunti Dewi Kunti adalah sosok seorang wanita yang tabah dalam menghadapi ujian hidup.Dalam kisah Wayang Banjar diceritakan bahwa Dewi Kunti mempunyai anak di luar nikah. Anak itu merupakan jelmaan sewaktu ia sedang bersemedi. Pada saat itu terjadilah sesuatu yang tidak masuk akal.Seorang anak Iahir tidak melalui rahim tetapi keluar melalui telinga, hal itu menunjukkan bahwa Dewi Kunti masih perawan. Bagaimana pun, Dewi Kunti merasa masih suci tetapi ada bukti seorang bayi. Sebagai wanita yang punya etika, perasaan malu, ia takut menjadi bahan pergunjingan. Secara diam-diam si bayi dimasukkan ke dalam kandaga kemudian dilarutkan ke sungai Aswanadi dan hanyut sampai ke tanah Angga dan ditemukan oleh seseorang yang kemudian mengakuinya sebagai anak. Bila dikaji maknanya, Dewi Kunti bukan sekadar masih suci, bukan pula karena sang bayi lahir bukan dari rahimnya, tetapi mengenai kehormatan ini merupakan suatu peristiwa "gaib" bagi seorang gadis. Dalam kehidupan sekarang
10
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
dapat dilihat misalnya : akibat nekat ingin mencoba, akhirnya jadi malapetaka. Tidak jarang diberitakan di media, seorang gadis melahirkan anak di luar nikah kemudian bayinya dibuang begitu saja untuk menghindari rasa malu. Cerita wayang ini banyak terjadi implementasinya dalam kehidupan nyata, karena wayang adalah"gambaran perilaku manusia".Tetapi wayang bukan sejarah manusia Para pujangga menciptakan bukan sekadar mencipta tanpa makna, melainkan merupakan simbol kehidupan yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dengan kehidupan di alam nyata pada masa kini. 8. Perang Baratayudha Perang Baratayudha adalah perang saudara antara Kurawa dan para Pandawa Di sini diceritakan: "Tatkala tahta kerajaan Astina vakum karma raja yang memerintah Pandudewanata wafat. Untuk sementara kerajaan dipercayakan kepada Destarata ayah dari para Kurawa untuk memegang kiiasa pemerintahan di Astina, sambil menunggu Yudhistira atau Darma Kusuma dewasa yang kelak akan memegang tahta menjadi raja. Sangkuni yang merupakan saudara tua dari isteri Destarata mulai menghembuskan ke telinga para Kurawa dan memutarbalikkan fakta sejarah, bahwa sesungguhnya Kurawalah yang paling berhak atas kerajaan Astina Usahanya berhasil menanamkan perasaan benci para Kurawa terhadap Pandawa, sehingga sejak itu sering terjadi bentrok fisik antara para Kurawa dan Pandawa Sesungguhnya kebencian Sangkuni bermula pada waktu mengikuti sayembara di kerajaan Mandura untuk memperebutkan Dewi Kunti.Sangkuni dikalahkan oleh Pandu sehingga timbul dendam kesumat di hatinya.Bahkan karena sifat serakah dan merasa dirinya gagah di tengah peijalanan Pandu dicegat dan teijadilah perkelahian antara Sangkuni dengan Pandudewanata untuk merebut puteri Mandura. Usahanya gagal karena ia tak mampu mengungguli kesaktian Pandu, dan sebagai imbalan dia menyerahkan adiknya Gandari untuk diperisteri oleh Pandu. Namun Pandu menolak karena ia sadar bahwa itu hanyalah taktik Sangkuni untuk bisa masuk di kerajaan Astina Akhirnya Gandari diserahkan kepada Destarata untuk dipersunting dan lahirlah para Kurawa, yang berarti para Kurawa adalah keponakan oleh Sangkuni. Sejak saat itulah Sangkuni mencari berbagai taktik untuk melengserkan bahkan melenyapkan para Pandawa dari muka bumi, dan ingin mendudukkan Duryudana sebagai saudara tertua Kurawa untuk menjadi raja.Bahkan suatu ketika Duryudana berhasil menjadi raja karena kelicikan Sangkuni dengan sebuah permainan judi.Pandawa kalah sehingga Pandawa harus dibuang ke dalam hutan belantara selama 13 tahun.Disana mereka hidup menderita dan merana. Ketika masa pembuangan berakhir, para Pandawa menuntut hak tahta kerajaan Astina, namun Duryudana menolak sehingga terjadilah perang besar yang disebut dengan Perang Baratayudha.Baratayudha berarti perang antara sesama keturunan Barata Akibatnya seluruh keluarga Kurawa ludas dalam perang itu, Sangkuni sendiri harus mati di tangan Arya Bima dengan kematian yang sangat mengenaskan. Pada akhirnya duduklah Yudhistira menjadi raja di kerajaan Astina yang lebih terkenal dengan kerajaan Pandawa Secara filosofis dapatlah dipetik pelajaran bahwa keserakahan akan membuahkan sikap licik dan tidak ksatria, mau menang sendiri dan semena-mena
11
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
hendak mengakui sesuatu yang bukan haknya Sementara itu kesabaran selalu membuahkan hasil. Jiwa ksatria teruji dengan membela hak dari ancaman orang lain. Dengan jiwa gagah berani untuk membela dan menuntut hak, Pandawa berhasil merebut kembali haknya.Pada akhirnya dapat diambil pelajaran bahwa yang benar pasti menang dan yaiig salah pasti kalah. Kaitan Simbol atau Pernik Wayang Banjar dengan Filosofis Simbol merupakan perlambang dari perangkat pergelaran wayang yang disebut Karawitan. Dalam karawitan Wayang Banjar dikenal beberapa alat Alat tersebut terperinci satu persatu dibawah ini. 1. Babun Babun merupakan alat yang ditabuh.Namun babun bukan hanya sekedar alat yang ditabuh, tapi mempunyai makna yang sangat mendalam.Kata ini berasal dari bahasa Arab babun yang artinya pintu.Dalam karawitan Wayang Banjar, babun adalah pembuka.Jika pintu telah terbuka berarti semua pekerjaan atau keinginan yang dikehendaki dapat dilaksanakan.Jika babun dibunyikan, maka alat yang lainnya mengikutinya.Babun memegang peran yang sangat penting, tanpa babun karawitan Banjar takkan bermakna samasekali. 2. Sarun Sarun mempunyai kedudukan yang penting pula.Sarun terdiri atas tujuh buah kepingan logam yang dipasang secara berjajar.Setiap keping mempunyai nada.Ketujuh kepingan tersebut memuat nada yang bermakna. Sarun ini mempunyai makna yang cukup mendalam, dari sifat ketuhanan yang berjumlah tujuh, yaitu:
1. Qudrat 2. Iradat 3. Ilmu
4. Hayat
7. Kalam
5. Sama' 6. Basar
3. Lampuatau pattta Lampu atau palita memberi cahaya untuk menimbulkan bayangan.Lampu ini digantung di hadapan wayang.Ia yang bukan hanya menimbulkan bayangan terhadap wayang, tetapi bermakna lebifa dalam. Secara filosofls menggambarkan sifat matahari yang menerangi alat sejagat. Matahari inilah yang menjadi sumber kehiupan manusia, tanpa matahari manusia tak akan dapat hidup. 4. Gong,kanung dangamalan Gong, kanung dan gamalan merupakan tiga pelengkap dalam pergelaran wayang. Ketiga alat ini melambangkan bahwa hidup ini tidak akan sunyi dari liku-liku kehidupan baik susah maupun gembira. 5. Tenda wayang Tenda dalam pergelaran wayang adalah sehelai kain putih yang dibentangkan antara wayang dan penonton.Tenda wayang bukanlah hanya kain putih semata, hanya menjadi latar, tapi mengandung nilai filosofis yakni
12
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
menggambarkan alam kehidupan ini yang begitu luas, tempat berkumpulnya semua makhluk. 6. Batang Pisang Batang pisang merupakan tempat menaruh wayang.Batang pisang ini juga bukan hanya batang pisang tempat menancapkan wayang, tetapi bermakna sebagai bumi tempat kita berpijak untuk mengarungi kehidupan ini.Juga sebagai tempat untuk melakukan amal kebajikan. 7. Wayang jajar Wayang jajar adalah sekelompok wayang yang merupakan satu kesatuan dalam peran meeka.Wayang Jajar mempunyai makna yang amat, yaitu bahwa setiap ada masalah harus diselesaikan secara musyawarah. Secara filosofis mengajarkan sifat demokratis, kedudukan manusia di masyarakat yaitu : duduk sama rendah dan tegak sama tinggi atau dapat bermakna meskipun berbeda-beda tetap satu jua (Bhinneka Tunggal Ika). 8. Tambang atau lagu panggiring Tambang atau lagu penggiring adalah berupa nyanyian yang mengiringi pergelaranwayang.Tambang atau lagu juga sarat dengan nilai-nilai filosofis yang tersirat dari bait-bait tambang yang dinyanyikan. PENUTUP
A. Simpulan Setelah menguraikan tentang Wayang Banjar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam bab yang lain, dapat dikemukakan beberapa simpulan. Simpulan tersebut adalah :
1. Wayang
Banjar banyak mengandung nilai-nilai filosofis, baik dari tokoh-tokohnya, maupun simbol atau pernik-perniknya.
2. Nilai
filosofis dalam Wayang Banjar berupa ajaran agama, dan kehidupan bermasyarakat.
3. Nilai filosofis tokoh Wayang Banjar di bidang agama antara lain: - Senjata Darma Kasuma berupa Jimat Kalimasada yang mengajarkan kalimah Tauhid (Syahadat) atas Keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW.
-
Senjata Bima berupa Kuku Pancanaka yang menggambarkan Rukun Islam yang merupakan kewajiban bagi setiap ummat Islam yang mukallaf. Ajaran menjaga kesucian diri dari tokoh Dewi Kunti, dan menahan nafsu syahwat dari tokoh Arjuna/Janaka.
13
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
-
Sikap warn', suka menyepi dalam ibadah, serta istiqomah dalam memegang amanah diajarkan oleh tokoh Lalagareng tatkala menjaga dua wasiat dari Darma Kasuma.
4. Nilai
filosofis tokoh Wayang bermasyarakat, antara lain:
-
Banjar
di
bidang
kehidupan
Rela berkorban demi kebenaran, diajarkan oleh tokoh Engkau Wijaya yang gugur dalam perang Baratayudha, tokoh Nakula dan Sadewa yang juga berkorban demi membela bangsa dan negara Pandawa Sikap suka menolong, cerdas dan tangkas, diajarkan oleh tokoh Darawati/Sri Kresna Sikap berpandangan jauh ke depan, diajarkan oleh tokoh Samar yang selalu menghadapi hidup ini dengan penuh optimis. Sikap/ tipe kepemimpinan Hastabarata yang mengajarkan : a. Sifat Matahari (ketegaran)\ b. Sifat Bulan (pemberi cahaya) c. Sifat Api (pemberi semangat) d. Sifat Air (pemberi siraman jiwa) e. Sifat Bumi (tempat pijakan dalam melangkahi hidup) f. Sifat Langit (pemberi ayoman) g. Sifat Angin (pendorong berkreasi) h. Sifat Bintang (teladan kehidupan)
5. Nilai filosofis simbol atau pernik Wayang Banjar di bidang agama antara lain:
-
Babun (pembuka segala sesuatu, yakni hati, rasa dll) Sarun (sifet keesaan Allah)
6. Nilai
filosofis simbol atau pernik Wayang Banjar di bidang kehidupan antara lain:
-
LampuIPalita (pemberi cahaya kehidupan) Gong, Kanung dan Ga/wa/a«fgambaran kehidupan yang penuh liku-liku) Tenda Wayang (gambaran alam kehidupan yang luas) Batang Pisang (gambaran bumi tempat berpijak) Wayang Jajar (gambaran sikap musyawarah dalam mufakat) Tambang Penggiring (nilai filosofisnya terkandung dalam baitbait syairnya).
14
Analisis Nilai Filosofi dalam Wayang Banjar
B. Saran-saran
1. Wayang Banjar sebagai kesenian daerah yang merupakan kekayaan kebudayaan Nasional hendaknya dikembangkan dan dilestarikan agar tak punah oleh pesatnya perkembangan zaman.
2. Nilai
filosofis yang terkandung dalam tokoh, simbol atau pernik dalam Wayang Banjar hendaknya dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hendaknya
keberadaan Wayang Banjar benar-benar mampu dandapatdijadikan sebagai sarana komunikasi tradisional yang mampu menyampaikan pesan moral berupa agama, etika maupun estetika sehingga mampu membentuk kepribadian perorangan yang pada gilirannya mampu menempatkan posisi Wayang Banjar sebagai salah satu jati diri bangsa dengan terbentuknya kepribadian bangsa yang egaliter dan bisa dibanggakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. DAFTAR RUJUKAN
Arifin E. Zaenal, 1998,Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang benar, Jakarta. Buku Latihan Kesenian 1976.Proyek Pusat Pengembangan Kebudayaan Kalimantan Selatan. Buku Pedoman Kegiatan Kesenian 1976.Proyek Pusat Pengembangan Kebudayaan Kalimantan Selatan. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. Cetakan IV (Edisi Revisi). Gani Rizannor,1983 Respon dan Anatisis,Jakarta Dian Dinamika Press Nafiah A.Hadi,1981 Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya Usaha Nasional Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusliana Iyus,2002 Wayang Wong PrianganJ$mdxmg,Kiblat Sedyawati Edi,1981 Pertumbuhan Sent PertunjukanJakarta Sinar Harapan Sumantri Barnas dan Waluyo Kanti,1999 Hikmah Abadi Nilai-Nilai Tradisional dalam Wayang.Jakarta Pustaka Pelajar Sunarto,1997.Seni Gatra Wayang KulitPurwa Semarang: Dahara Prize. Syadali Akhmad dan Mudzakir,1991 Filsafat Umum. Jakarta Pustaka Setia
15
Hasuna K/LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 10. No 1 (2015) 44-58
Tambajong Japi,1981 Dasar-DasarDrama Tugi,Bandung Pustaka Prima
16