et. al.
Analisis Motivasi Petani dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta Kartika Mayasari, Umming Sente, Chery Soraya Ammatilah BPTP Jakarta, JL.Raya Ragunan No.30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
[email protected] ABSTRAK Keberlanjutan pertanian perkotaan sangat dipengaruhi oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam yang dimaksudkan meliputi ketersediaan lahan, media tanam, dan air, sedangkan sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap pengembangan pertanian perkotaan adalah pelaku pertanian itu sendiri, yaitu petani. Berusaha tani di tengah kota mempunyai tantangan tersendiri, mulai dari sumber daya (lahan, media tanam, air), iklim, serta lingkungan sosial dan budayanya. Selain kemampuan petani perkotaan dalam mengelola lahan, faktor penting lain yang mempengaruhi keberadaan pertanian di perkotaan adalah kemauan para petaninya. Maraknya konversi lahan produktif pertanian ke sektor non pertanian serta kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian merupakan tantangan pengembangan pertanian di perkotaan yang membutuhkan penanganan serius. Oleh karena itu penting adanya analisis mengenai motivasi petani dalam rangka mengetahui sejauh mana dorongan serta keinginan petani dalam mengembangkan pertanian perkotaan. Motivasi yang dikaji dan motivasi untuk berkembang. Teknik pelaksanaan pengkajian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan kuesioner. Pengkajian ini dilakukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Sampel yang diambil adalah petani yang mencurahkan seluruh waktunya dan menggantungkan hidupnya di bidang pertanian, khususnya petani padi dan sayuran. Pengambilan sample dengan cara proporsional random sample, dengan jumlah keseluruhan adalah 80 responden. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Untuk mengukur tingkat motivasi menggunakan skala Likert.
16
petani dalam mengembangkan pertanian perkotaan di Provinsi DKI Jakarta sebesar 79,93%, hal ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi menjadi dorongan yang paling kuat untuk melakukan usaha tani di wilayah perkotaan meskipun lahan usahanya yang terbatas. Motivasi sosiologi petani sebesar 72,83%, hal ini menunjukkan bahwa dalam berusaha tani, petani juga ingin bersosialisasi dengan petani lain, dan bekerjasama dengan pihak lain. Motivasi aktualisasi diri dalam mengembangkan pertanian perkotaan di Provinsi DKI Jakarta diperoleh persentase sebesar 77,25%, hal ini menunjukkan bahwa selain faktor ekonomi dan faktor untuk bekerjasama dengan pihak lain, petani juga berkeinginan untuk berkembang. Dalam hal ini adalah menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman khususnya berusaha tani padi dan sayuran. Kata kunci: pertanian, perkotaan, motivasi,
ABSTRACT Sustainability of urban agriculture is strongly human resources. Natural resources are intended include the availability of land, planting medium and water, while the human urban agriculture is the agricultural actors themselves, ie farmers. Trying to farm in the city center has its own challenges, ranging from resources (land, planting medium, water), climate, and social and cultural environment. In addition to the ability of the urban farmers in managing land, other important factors that affect the existence of urban agriculture is the willingness of farmers. Rampant conversion of productive agricultural land to
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
et. al.
non-agricultural sectors as well as the lack of interest the younger generation in agriculture is a challenge in urban agricultural development that requires serious treatment. It is therefore important for the analysis of the motivation of farmers in order to determine the extent of the encouragement and the desire of farmers in developing urban agriculture. Motivation is motivation studied physiology, sociology motivation and motivation to develop. Techniques of conducting this survey method using a questionnaire. This assessment was conducted in the area of Jakarta. Samples taken were farmers who devoted all his time and dependent on agriculture, especially rice and vegetable farmers. Sampling by means proportional random sample, the total is 80 respondents. Data were analyzed using descriptive analysis. To measure the level of motivation using a Likert scale. Based on the results of the analysis of physiological motivation of farmers in developing urban agriculture in Jakarta amounted to 79.93%, this suggests that economic factors become the most powerful impetus to do farming in urban areas despite a limited area of their business. Motivation sociology farmers by 72.83%, this suggests that in trying to farm, farmers also want to socialize with other farmers, and cooperate with other parties. Actualization motivation in developing urban agriculture in Jakarta obtained a percentage of 77.25%, this suggests that in addition to economic factors and factors to cooperate with other parties, the farmers are also eager to develop. In this case is to add insight, knowledge and experience, especially trying to farm rice and vegetables. Keywords: agriculture, urban, motivation, physiology, sociology, self-actualization
PENDAHULUAN Pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta sebagian besar berpusat pada lahan tidur dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain itu, pekarangan rumah pun merupakan salah satu lahan potensial untuk dimanfaatkan sebagai berbudaya tanaman, baik itu tanaman hias maupun sayuran.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
Keberlanjutan pertanian perkotaan sangat dipengaruhi oleh Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, dalam hal ini SDA yang dimaksudkan meliputi ketersediaan lahan, media tanam, dan air. Sedangkan SDM yang berpengaruh terhadap pengembangan pertanian perkotaan adalah pelaku pertanianya itu petani. Petani di perkotaan merupakan petani yang bukan berasal dari daerah ibukota melainkan sebagaian besar adalah pendatang yang berasal dari daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah serta sebagian lagi berasal dari JawaTimur. Berusaha tani di tengah kota mempunyai tantangan tersendiri, mulai dari sumber daya (lahan, media tanam, air), iklim, serta lingkungan sosial dan budayanya. Selain kemampuan petani perkotaan dalam mengelola lahan, faktor penting lain yang mempengaruhi keberadaan pertanian di perkotaan adalah kemauan petani. Keuletan dan ketekunan petani dalam merubah kondisi yang ada merupakan salah satu wujud dari kemauan yang kuat dalam berusaha tani. Maraknya konversi lahan produktif pertanian ke sektor non pertanian serta kurangnya minat generasi muda di bidang pertanian merupakan tantangan pengembangan pertanian di perkotaan yang membutuhkan penanganan serius. Akhir-akhir ini fakta menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah rumah tangga di bidang pertanian. Berdasarkan sensus Pertanian 2003 tercatat 31.17 juta RT pertanian, sedangkan sensus pertanian 2013 menjadi 26.13 juta RT pertanian. Data dari BPS (2013) menunjukkan bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling banyak mengalami penurunan yaitu 7,65% per tahun. Di wilayah perkotaan, kegiatan usaha tani di lahan sempit mampu memberikan kontribusi nyata dalam mensuplai kebutuhan pangan, terutama di sekitar wilayah perkotaan. Petani perkotaan merupakan sekelompok orang yang membutuhkan dukungan baik berupa pelatihan, bantuan maupun pendampingan agar tetap bersemangat dalam berusaha tani. Oleh karena itu penting adanya analisis mengenai motivasi petani dalam
17
et. al.
rangka mengetahui sejauh mana dorongan serta keinginan petani dalam mengembangkan pertanian perkotaan. Berdasarkan arti katanya, motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Berdasarkan kata dasarnya motif yang artinya mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuannya (Handoko, 1992). Sedangkan menurut Asnawi (2007) bahwa seseorang menginginkan hal-hal yang baik sehingga daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang terkandung dari harapan yang akan diperoleh di masa depan. Menurut Maslow, motivasi masyarakat kekuatan motivasi yang bersifat primitif dan fundamental. Misalnya kebutuhan terhadap makan, minum, tidur dan lain-lain. 2) Kebutuhan sosiologi, merupakan motif yang munul terutama berasal dari hubungan kekerabatan antara manusia satu dengan yang lain. Misalnya kebutuhan memiliki, cinta, kasih sayang dan kebutuhan penerimaan. 3) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), merupakan kebutuhan pemenuhan diri, pengembangan diri semaksimal mungkin, kreativitas, dan melakukan apa yang paling cocok serta menyelesaikan pekerjaan sendiri (Hasibuan, 2001). Dengan mengetahui hal tersebut, maka dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam rangka mendorong semangat para petani ibukota agar tetap eksis dalam mengembangkan pertanian perkotaan.
METODOLOGI PENGKAJIAN Ragam motivasi yang digunakan sebagai acuan dalam pengkajian ini adalah macam kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, dan motivasi aktualisasi diri. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan kuesioner. Pengkajian ini dilakukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta
18
meliputi Kota administrasi Jakarta Selatan, Kota administrasi Jakarta Utara, Kota administrasi Jakarta Barat, Kota administrasi Jakarta Timur dan Kota Administrasi Jakarta Pusat. Sampel yang diambil adalah petani yang mencurahkan seluruh waktunya dan menggantungkan hidupnya di bidang pertanian, khususnya petani padi dan sayuran. Pengambilan sample dengan cara proporsional random sample, dengan jumlah keseluruhan adalah 80 responden. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Untuk mengukur tingkat motivasi menggunakan skala likert, pernyataan positif : sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju skor (2) dan sangat tidak setuju (skor 1). Pernyataan negatif apabila sangat setuju (skor 1), setuju (skor 2), tidak setuju (skor 3) dan sangat tidak setuju (skor 4). HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Winardi (2001) motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang ada, intinya berkisar sekitar imbalan materi dan imbalan non materi, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif, dimana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Sedangkan menurut Usmara (2006), motivasi kerja adalah suatu kumpulan kekuatan tenaga yang berasal baik dari dalam maupun dari luar individu yang memulai sikap dan menetapkan bentuk, arah serta intensitasnya Menurut Wade dan Carol (2007) motivasi merujuk pada suatu proses dalam diri manusia yang menyebabkannya bergerak menuju tujuan, atau bergerak menjahui situasi yang tidak menyenangkan. Ciri motivasi menurut Ghiselli dan Brown cit Handoko dalam Qonita (2012), yaitu :1). Motivasi itu kompleks. Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan, tetapi beberapa
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
et. al.
tujuan yang berlangsung bersam-sama yang dipengaruhi individu itu sendiri. 2). Beberapa motivasi tidak didasari individu itu sendiri. Banyak tingkah laku manusia yang tidak didasari oleh pelakunya. 3). Motivasi itu berubah-ubah. Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan, ini disebabkan oleh keinginan manusia yang sering berubahubah sesuai dengan kebutuhan. 4). Tiap individu motivasinya berbeda-beda. Dua orang yang mengikuti kegiatan tertentu ada kalanya mempunyai motivasi yang berbeda. 5). Motivasi dapat bervariasi. Hal ini tergantung pada tujuan individu tersebut, apabila tujuannya bermacam-macam maka motivasinya juga bervariasi. Setiap petani mempunyai motivasi yang berbeda sebagai pendorong dalam melakukan suatu kegiatan usahatani. Motivasi petani dalam mengembangkan pertanian di perkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1)
pertanian perkotaan di Provinsi DKI Jakarta, dapat disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut dapat gi, terutama dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, yaitu sebesar 79,93%. Responden dengan rata-rata usia 50 tahun ini mayoritas berasal dari luar wilayah DKI Jakarta, seperti Bogor, Indramayu, Karawang, Cirebon, Kebumen, dan sekitarnya. Pada hakikatnya, motivasi responden mengembangkan pertanian di Jakarta adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seperti makan, tempat tinggal, kebutuhan sekolah anak, dan kebutuhan hidup sehari-hari lainnya. Berdasarkan keterangan di lapang, menyebutkan apabila ada hasil yang lebih maka ditabung dalam bentuk tabungan atau dipergunakan untuk menambah modal usahatani. Namun, sebagian besar responden menyebutkan bahwa hasil yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Harga jual gabah kering panen yang diperoleh berkisar antara Rp. 2,800,sampai dengan Rp. 6.000,- sedangkan harga jual sayuran di wilayah Jakarta, dijual dengan satuan gabung. Gabung terdiri dari beberapa ikatan, jumlah ikatan dalam satu gabung berbeda-beda antara sayuran yang satu dengan sayuran
Motivasi Fisiologi (physiologial needs) yang mendorong petani untuk cenderung memenuhi kebutuhan ekonomi. Pengukuran motivasi ekonomi dilakukan dengan lima indikator yaitu keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, keinginan untuk memiliki dan meningkatkan tabungan, serta keinginan untuk hidup lebih sejahtera atau hidup lebih baik. Analisis motivasi
Tabel 1. Motivasi Fisiologi Petani Dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta No.
Indikator
1
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga 2 Keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik 3 Keinginan untuk memiliki dan meningkatkan tabungan 4 Keinginan untuk hidup lebih sejahtera atau hidup lebih baik Jumlah
1-4
Skor RataRata 3,3
Persentase Pencapaian Skor (%) 82,5
1-4
3,25
81,25
1-4
3,02
75,5
1-4
3,22
80,5
1-16
12,79
79,93
Interval skor
Sumber : Analisis data primer 2015
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
19
et. al.
yang lain. Dalam satu gabung kangkung dan bayam terdiri dari 20 ikatan kecil yang siap dipasarkan, sedangkan untuk 1 gabung kemangi terdiri dari 100 ikatan. Harga bayam dan kangkung sekitar Rp.5,000-Rp. 10,000 per gabung, apabila dihitung perikat maka harga bayam dan kangkung di tingkat petani adalah Rp.250,- sampai Rp. 500,-. Pendapatan tersebut yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tanggungan keluarga yang masih menjadi tanggung jawab dari petani responden. Tanggungan keluarga responden mayoritas berjumlah 0-2 orang untuk umur kurang dari 15 tahun, sedangkan yang lebih dari 15 tahun juga berjumlah 0-2 orang. Berdasarkan survey lapang, terdapat petani yang keluarganya masih tinggal di daerah asal, petani tersebut akan pulang ke daerah asalnya antara satu bulan atau satu tahun sekali. Salah satu alasan mengembangkan pertanian di wilayah perkotaan adalah harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini dikarenakan mata rantai yang semakin pendek dari produsen ke konsumen. Berdasarkan survey di lapang, petani responden sayuran pun ada yang menjadi pemasok sayuran di rumah makan atau warung makan sehingga penjualan tidak melalui tengkulak. Sistem penjualan seperti inilah yang akan memberikan keuntungan lebih bagi petani, selain itu, petani pun dapat melakukan negosiasi harga kepada konsumennya secara langsung. Namun, sistem penjualan tersebut tidak semua petani responden mau dan mampu melakukannya, hal ini dikarenakan faktor tenaga, waktu dan biaya. Sebagian besar tenaga dan waktu petani responden telah habis untuk kegiatan usaha taninya, sehingga mengenai urusan penjualan, petani responden lebih memilih untuk dijual ke tengkulak yang datang. Motivasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi maupun harapan-
20
harapan yang akan (Syafruddin, 2008). 2)
diperolehnya
Motivasi sosiologi (sociology needs) Kebutuhan sosiologi tercermin pada sifat dasar manusia sebagai insan sosial dimana setiap orang ingin mengaitkan keberadaan dengan orang lain dan lingkungannya. Menurut Maslow (1994), motivasi sosiologi merupakan merupakan motif yang muncul terutama berasal dari hubungan kekerabatan antara manusia satu dengan yang lain. Misalnya kebutuhan memiliki, cinta, kasih sayang dan kebutuhan penerimaan. Indikator dalam mengetahui motivasi sosiologi antara lain keinginan untuk menambah relasi atau teman, keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain, keinginan untuk mempererat kerukunan antar sesama, keinginan untuk bertukar pendapat dan keinginan untuk memperoleh bantuan dari pihak lain. Hasil analisis motivasi sosiologi petani dalam mengembangkan pertanian perkotaan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa dorongan dalam berusaha tani lebih besar dikarenakan keinginan untuk mempererat kerukunan antar sesama, hal ini ditunjukkan dengan capaian skor sebesar 72,85%. Kebutuhan sosial (Maslow, 1994) adalah kebutuhan akan rasa cinta, kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu masyarakat dan diterima dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan dan kasih sayang. Dalam hal ini diwujudkan dengan keikutsertaan petani menjadi bagian atau anggota kelompok tani. Kelompok tani berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007, adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi,
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
et. al.
Tabel 2. Motivasi Sosiologi Petani Dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta No.
Indikator
1
Keinginan untuk menambah relasi atau teman 2 Keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain 3 Keinginan untuk mempererat kerukunan antar sesama 4 Keinginan untuk dapat bertukar pendapat 5 Keinginan untuk memperoleh bantuan dari pihak lain Jumlah
Interval skor 1-4
Skor Rata-Rata 2.96
Persentase Pencapaian Skor (%) 74
1-4
3.03
75.75
1-4
3.17
79.25
1-4
3.06
76.5
1-4
2.35
58.75
1-20
14,57
72,85
Sumber : Analisis data primer 2015
lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Namun, berdasarkan survey di lapangan, masih terdapat beberapa petani yang belum tergabung dengan kelompok tani. Apabila tergabung dengan kelompok tani, maka anggota kelompok mempunyai wahana dalam mengembangkan usaha taninya karena kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan (PSK). Selain itu, kelompok tani berfungsi untuk memperkuat kerjasama baik antar petani, antar kelompok tani, pengusaha, instansi, maupun pihak lain. Kesadaran akan berkelompok pada dasarnya sudah ada dalam diri petani responden, akan tetapi kelompok-kelompok tani tersebut dapat dikatakan tidak aktif. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya jadwal pertemusan rutin. Salah satu yang dapat menjadi kekuatan kelompok tani adalah mengenai penentuan harga. Selama ini, harga jual baik padi maupun sayuran ditentukan oleh pedagang tengkulak, dengan adanya kelompok tani, maka diharapkan akan menjembatani dengan pedagang dalam menentukan harga jual. Selain itu, dengan adanya kelompok
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
tani, maka penjualan dapat diorganisir oleh kelompok tani itu sendiri, sehingga diharapkan kelompok tani tersebut dapat mengakses pasar sendiri. 3) Motivasi Aktualisasi Diri Kebutuhan aktualisasi diri merupakan merupakan kebutuhan pengembangan diri, dalam hal ini yaitu kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang mendorong petani untuk mengembangkan pertanian di wilayah perkotaan. Motivasi aktualisasi diri ditunjukkan dengan beberapa indikator, meliputi keinginan memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai pertanian di perkotaan, keinginan mengembangkan pertanian di perkotaan agar semakin maju, keinginan menambah pengalaman dalam bidang pertanian. Hasil analisis motivasi aktualisasi diri dalam mengembangkan pertanian perkotaan disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa persentase pencapaian skor rata-rata 77,25%, dengan skor rata-rata 9,27. Hal ini merupakan tanda positif bahwa petani ingin menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman dalam mengembangkan pertanian di wilayah perkotaan, khususnya untuk komoditas padi dan sayuran.
21
et. al.
Tabel 3. Motivasi Berkembang Petani Dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta No.
Indikator
1
Keinginan memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai pertanian di perkotaan Keinginan mengembangkan pertanian di perkotaan agar semakin maju Keinginan menambah pengalaman dalam bidang pertanian
2 3 Jumlah
Interval skor 1-4
Skor RataRata 3,1
Persentase Pencapaian Skor (%) 77,5
1-4
3,06
76,5
1-4
3,11
77,75
1-12
9,27
77,25
Sumber : Analisis data primer 2015
Komoditas padi di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat di tiga wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Petani padi di Jakarta Utara sebagian besar adalah petani yang berasal dari wilayah Jakarta dan sudah tercatat sebagai penduduk Jakarta. Sedangkan petani padi di wilayah Jakarta Barat mayoritas merupakan petani yang masih belum terdaftar sebagai penduduk DKI Jakarta. Kartu Tanda Penduduk-nya masih dari daerah asal seperti Indramayu, Karawang dan Tangerang. Petani sayuran di lima wilayah DKI Jakarta mayoritas adalah pendatang yang belum terdaftar sebagai penduduk DKI Jakarta. Petani yang berstatus bukan penduduk DKI Jakarta biasanya membuat rumah bedeng di dekat lahan pertaniannya, sekitar 50100 meter dari lahan usaha taninya. Salah satu yang menjadi daya tarik dalam mengembangkan pertanian di perkotaan adalah adanya lahan terlantar atau lahan tidur yang dapat dimanfaatkan tanpa harus menyewa atau biaya menyewa yang kecil dibandingkan dengan daerah lain. Selain itu, harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain juga menjadi salah satu alasan petani untuk berbondong-bondong datang ke DKI Jakarta.
22
4) Tingkat Motivasi Petani Dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang membentuk kinerja seseorang sehingga untuk mengembangkan pertanian perkotaan, penting untuk mengetahui motivasi petani agar pertanian perkotaan tetap menjadi penyeimbang struktur perkotaan yang dominan dengan gedung dan pabrik. Menurut Pertiwi, dkk (2006), Pertanian perkotaan dapat menjamin ketersediaan pasokan sayuran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan. Disamping itu, pertanian perkotaan mempunyai peranan penting dalam pemanfaatan dan penumbuhan nilai estetika alam sehingga sejumlah wilayah yang semula merupakan lahan tidur menjadi hijau dan indah dipandang. Hal ini sejalan dengan pendapat Siregar dkk. (2000) bahwa pertanian perkotaan memiliki manfaat sebagai penyuplai pangan yang umumnya sayuran bagi masyarakat perkotaan, pemanfaatan lahan kosong, peningkatan kesuburan tanah, pemberdayaan ekonomi rakyat, serta peningkatan peluang kerja. Manfaat pertanian perkotaan tersebut diharapkan menjadi pemacu peningkatan kemampuan petani. Tingkat motivasi secara keseluruhan merupakan penggabungan antara motivasi
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
et. al.
motor), pendapatan meningkat, memiliki tabungan dan kesejahteraan keluarga meningkat. Pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan agar petani tetap bisa hidup atau
untuk berkembang. Tingkat motivasi total disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat motivasi petani dalam mengembangkan pertanian perkotaan sebesar 76.67%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi petani termasuk dalam kategori tinggi. Pada tabel diatas, terlihat bahwa tingkat motivasi tertinggi berada pada motivasi
KESIMPULAN Berdasarkan ketiga motivasi yang aktualisasi diri) yang paling tinggi adalah
bahwa dorongan paling kuat dalam mengembangkan pertanian di perkotaan adalah faktor ekonomi. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan hidup keluarga menjadi salah satu faktor pendorong petani untuk tetap mempertahankan usaha taninya di wilayah DKI Jakarta meskipun luas lahannya tidak seberapa. Berdasarkan survey di lapang bahwa luas lahan garapan petani padi berkisar antara 1-2 hektar, sedangkan luas garapan petani sayuran berkisar antara 500 - 5000 meter persegi. Hasil analisis tersebut sejalan dengan yang dilaporkan oleh Ahmad dkk (2012) bahwa perkembangan hutan rakyat sangat dipengaruhi oleh motivasi petani yang selama ini lebih didominasi oleh motivasi ekonomi untuk bertahan hidup dan meningkatkan penghasilan keluarga. Begitu pula dengan Qonita (2012), Motivasi existence merupakan motivasi paling kuat karena petani memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan primer (pangan, sandang dan papan), memenuhi kebutuhan sekunder (radio, televisi dan
dalam mengembangkan pertanian perkotaan di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa faktor ekonomi menjadi dorongan yang paling kuat untuk melakukan usaha tani di wilayah perkotaan meskipun lahan usahanya yang terbatas. Hal ini dipengaruhi karena mudahnya memasarkan hasil panen dengan harga yang relatif tinggi jika dibandingkan di daerah di luar Jakarta. Selain itu didukung dengan adanya lahan terlantar yang masih dapat dimanfaatkan oleh petani. SARAN 1. Petani di DKI Jakarta mayoritas adalah hanya mengelola lahan tersebut, sehingga apabila suatu saat lahan diambil lagi oleh pemiliknya, maka petani di DKI Jakarta akan terancam tidak berpenghasilan, oleh karena itu penting untuk membekali petani dengan ketrampilan dan keahlian lain sebagai back up utuk menopang ekonomi. Misalnya ketrampilan dalam bidang peternakan, perikanan dan bidang usaha lainnya.
Tabel 4. Tingkat Motivasi Petani Dalam Mengembangkan Pertanian Perkotaan di Provinsi DKI Jakarta Skor RataTingkat Motivasi No. Komponen Interval skor Rata (%) 1 1-16 12,79 79,93 2 Motivasi sosiologi 1-20 14,57 72,83 3
Motivasi aktualisasi diri
1-12
9,27
77,25
Jumlah
1-48
36,63
76,67
Sumber : Analisis Data Primer 2015
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015
23
et. al.
2. Meningkatkan pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani melalui kursus tani, pelatihan, serta pendampingan yang berkesinambungan. 3. Mempermudah akses petani untuk mengoptimalisasi lahan tidur dan lahan terlantar dalam rangka pengembangan pertanian di wilayah perkotaan, khususnya DKI Jakarta. 4. Kelegalan petani untuk mengelola lahan, dengan adanya kontrak yang jelas antara petani pengelola dengan pemilik lahan, hal tersebut untuk menghindari penggusuran mendadak. 5. Pembentukan sub sistem pemasaran dalam kelembagaan petani, mendukung posisi tawar petani. 6. Moratorium alih fungsi lahan pertanian di wilayah perkotaan. DAFTAR BACAAN Achmad, Budiman dkk. 2012. Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan dan Fungsi Hutan rakyat di Kabupaten Ciamis. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 1, Februari 2012, hlm. 123 – 13. Asnawi, S. 2007. Teori Motivasi: dalam Pendekatan Psikologi Industri dan Organisasi. Cetakan ke-3. Studia Press, Jakarta. BPS. 2013. www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015. Handoko, M., 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Kanisius. Yogyakarta. Hasibuan, Sayuti S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Maslow, A.H . 1992. Motivasi dan Perilaku. Dahara Prize. Semarang. ___________. 1994. Motivasi dan Kepribadian. Teori Motivasi dengan Hierarki Kebutuhan Manusia. PT.Pusaka Binaman Pressindo. Jakarta. Pertiwi, Rospina Pepi dkk. Dinamika Petani Perkotaan. Jurnal Penyuluhan
24
Pertanian. Vol.1 No. 2, November 2006. Qonita, Aulia. 2012. SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012 : 90 – 99. Motivasi Kerja Utama Petani Dalam Kemitraan Dengan Pusat Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kabupaten Kulon Progo. Diakses pada 09 Desember 2015 Siregar, M., Malian, A.H., dan Murtiningsih, A. 2000. Studi Kesempatan Kerja danPendapatan Petani PinggiranPerkotaan. Bogor: Puslit Sosek Pertanian, Balitbang Pertanian, Deptan. Setiadi, 2008. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Petani dalam Berusaha Tani (Studi Kasus : Petani Tebu Rakyat Di Desa Tonjong Wilayah Kerja Pabrik Gula Tersana Baru , Kabupaten Cirebon). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Diakses pada 10 Desember 2015. Syafruddin. 2009. Pengaruh Media Cetak Brosur Dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. Terdapat pada http://www.damandiri.or.id/file/syafrudinugm.pdf. Diakses Pada Tanggal 10 Desember 2015. Usmara, A. 2006. Motivasi Kerja Proses, Teori dan Praktik. Penerbit Amara Books, Yogyakarta. Wade, C dan Carol. T. 2007. Psikologi. Terjemahan Padang Mursalin dan Dinastuti. Erlangga. Jakarta. Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Jakarta. Yatno, Marcellinus, M., dan Eny, L. 2003. Motivasi Petani Samin Dalam Menanam Kacang Tanah (Studi Kasus di Dukuh Tanduran Desa Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora). Agritexts No 14 Tahun 2003. Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 1, 2015