ANALISIS METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Melina Ernomo NIM: 109082000182
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
ANALISIS METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Melina Ernomo NIM: 109082000182 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Erika Amelia, SE., M.Si
NIP. 19690203 200112 1 003
NIP. 19771109 200912 2 001
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 7 Mei 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswi: 1.
Nama
:
Melina Ernomo
2.
NIM
:
109082000182
3.
Jurusan
:
Akuntansi
4.
Judul Skripsi
: Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan
Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 7 Mei 2013
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 27 Agustus 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Melina Ernomo 109082000182 Akuntansi Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Agustus 2013
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Melina Ernomo
No. Induk Mahasiswi
: 109082000182
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 29 Juli 2013 Yang Menyatakan,
(Melina Ernomo)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama
: Melina Ernomo
2.
Tempat tanggal lahir
: Jakarta, 13 Februari 1991
3.
Alamat
: Perumahan Graha Indah A2/16 Jatimekar Jatiasih Bekasi 17422
II.
4.
Telepon
: 0812 8157 9935
5.
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009-2013
2.
SMA Negeri 42 Jakarta
Tahun 2006-2009
3.
SMP Labschool Rawamangun Jakarta
Tahun 2003-2006
4.
SD Islam Al-Azhar 06 Jakapermai Bekasi
Tahun 1997-2003
5.
TK Islam Ar-Rahman Bekasi
Tahun 1995-1997
III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1.
Kursus Pajak Brevet A
Tahun 2011
2.
Sekolah Pasar Modal (Tingkat I)
Tahun 2012
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Untung Purnomo
2. Ibu
: Rosita Wardhani
3. Alamat
: Perumahan Graha Indah A2/16 Jatimekar Jatiasih Bekasi 17422
vi
V.
PELATIHAN DAN SEMINAR 1. ESQ Leadership Training
2008
2. Seminar Pemberantasan Korupsi dengan KPK
2009
3. Seminar Perpajakan Indonesia dengan DitJen Pajak
2011
4. Accounting Goes to IFRS Workshop dengan IBS
2011
5. AIESEC Workshop
2012
VI. PENGALAMAN KERJA 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bhakti Pertiwi Abadi, Jakarta Posisi
: Magang sebagai Accounting Staff
Periode
: Juni 2012-Juli 2012
2. Bank Indonesia, Jakarta Posisi
: Magang (Divisi Pengembangan Produk & Edukasi – Grup Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan Perbankan Syariah – Departemen Perbankan Syariah)
Periode
: Februari 2013-Maret 2013
3. Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri, Jakarta Posisi
:
Riset (Pada Accounting Division, bagian Kebijakan Akuntansi)
Magang (Accounting Division, sebagai Staff Akuntansi Operasional/Pembayaran)
Periode
: Juni 2013 - sekarang
vii
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze profit recognition methods that are used on murabaha financing in PT Bank Syariah Mandiri. The analysis method used in this research was literature review and interviews. The result of this research showed that PT Bank Syariah Mandiri used the annuity method on profit recognition in murabaha financing and using combination of PSAK 102, PSAK 55. Keywords: murabaha, annuity method, PSAK 102, PSAK 55
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah dan menggunakan kombinasi PSAK 102, PSAK 55. Kata kunci : murabahah, metode anuitas, PSAK 102, PSAK 55
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri” dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target yang diharapkan. Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materiil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan ridho serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Mama Rosita Wardhani yang tidak pernah letih mendoakan dan memberikan dukungan, baik moril maupun materiil, semoga Allah SWT senantiasa memberikan mama kesehatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 3. Almarhum Papa Untung Purnomo yang telah memberikan segala pelajaran hidup yang tidak ternilai harganya. Skripsi ini penulis persembahkan untuk ayahanda tercinta. Semoga Allah SWT memberikan papa kebahagiaan di akhirat dan kelak kami dipertemukan di surga Allah SWT. 4. Segenap keluarga tercinta yang tidak pernah putus memberikan doa dan dukungan kepada penulis, terutama Shinta Purnamasari, Rudy Ernomo, Sulistyo Bayu Adhi, Lenny Adriaty, Destania Fatrisiany, Galan Munawar, Tante Rina, Tante Aisyah, Om Dzulhadriansyah, Putri Gunawan, dan Mbak Fatimah.
x
5. Dicky Ageng. P. yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah dan membantu saat penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ibu Dr. Rini, SE, Ak, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku dosen Pembimbing I skripsi, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan penulis bimbingan serta ilmu yang bermanfaat selama penyusunan skripsi. 9. Ibu Erika Amelia, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing II skripsi, yang telah banyak memberikan ilmu tentang syariah kepada penulis serta membimbing penulis selama penyusunan skripsi. 10. Ibu Rahmawati, SE., MM, yang telah memberikan penulis motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat tentang metodologi penelitian. 12. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 13. Bapak Setiawan Budi Utomo, selaku Asisten Direktur, Departemen Perbankan Syariah, Bank Indonesia, beserta rekan-rekan kerja yang telah memberikan penulis kesempatan untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bank Indonesia, serta memberikan topik penelitian untuk penulis dan ilmu yang sangat bermanfaat tentang perbankan syariah. 14. Bapak Gadang Hernandi Santoso, selaku Kepala Cabang PT Bank Syariah Mandiri Mataram, yang telah membantu penulis untuk melaksanakan riset dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri Jakarta. 15. Bapak Tegar Sangga Barkah, SE. Ak, selaku Kepala Bagian Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, beserta Bapak Asrul Aminullah, SEI, SAS., dan Ibu Winahyu Ratu Fitria, SE, selaku Staff Kebijakan Akuntansi PT
xi
Bank Syariah Mandiri yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan riset ini. 16. Teman-teman saat SMA yang selalu mendoakan dan mendukung penulis (Dika, Sadam, Syasa, Astrid, Amanda, Wina, Fandry, Yuni, Nisa, Dimas, Zakia, Yando, Jodi, Lydia, Windi, Hang, Ayie, Noven, Fitri, Anggi). 17. Teman-teman seperjuangan saat kuliah yang selalu menghibur, menemani saat lapang maupun sempit (Fadlun Usman Al Habsyi, Meita Sagita, Nabila, Ningga Anindiarina, Desi Riani, Erna Hadian, Vicky Amalia, Diogi Putra Akhirra, Hanindito Tri Anggoro, Willya Randika, Heru Setiawan, Asaduddin Wahid, Rezza Fahlevi). 18. Teman-teman akuntansi E 2009 UIN Jakarta, yang telah banyak memberikan warna selama perkuliahan. 19. Teman-teman akuntansi 2009 UIN Jakarta yang selalu kompak. 20. Teman-teman saat PKL di Bank Indonesia (Lisa, Sela, Nung, Ridwan, Aldy, Afifah) yang sangat memotivasi penulis dalam menulis skripsi ini. 21. Teman-teman Accounting Division PT Bank Syariah Mandiri yang telah memberikan ilmu baru, selalu memberikan canda tawa, dan memotivasi serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini (Mas Imam, Mbak Uwie, Mas Hery, Mas Alvi, Mas Fajar, Bapak Budi, Ibu Rida, Mas Filma, Mbak Nadia, Mas Deni, Mbak Tya, dan Mas Bayu). 22. Seluruh teman-teman lain yang memberikan semangat untuk penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 29 Juli 2013 Penulis
Melina Ernomo
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi ABSTRACT . ..................................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xviii BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Peneltian .................................................... 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
9
A. Tinjauan Literatur .......................................................................
9
1. Perbankan Syariah ................................................................
9
a. Pengertian Bank Syariah ............................................... 9 b. Fungsi Bank Syariah ……............................................. 9 c. Kegiatan Usaha Bank Syariah ………………………….. 13 2. Murabahah ........................................................................... 17 a. Pengertian Murabahah …………………………………. 17 b. Ketentuan Murabahah …………………………………. 18 c. Jenis-Jenis Murabahah ………………………………… 20 d. Rukun dan Syarat Murabahah ………………………… 22 e. Metode Penentuan Harga Jual dalam Murabahah …… xiii
24
f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Marjin dalam Murabahah ………………………………………...27 g. Perbandingan Kredit dengan Murabahah ……………….. 30 h. Cakupan Standar Akuntansi Murabahah ……................. 32 i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55……..43 B. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ……………………….......... 45 C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 49 BAB III
METODE PENELITIAN .............................................................. 51 A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 51 B. Metode Penelitian ………........................................................... 51 1. Paradigma Penelitian ……………………………………….. 51 2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ……………… 52 a. Sumber Data …………..…………………………………. 52 b. Teknik Pengumpulan Data ……………………………... 53 3. Instrumen Penelitian ……………………………………...... 54 4. Teknik Analisis Data ……………..………………………… 55 a. Data Reduction ………………………………………… 56 b. Data Display ……………………………………..…….. 56 c. Conclution Drawing atau Verification …………………. 57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………... 58 A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri …………………. 58 1. Sejarah Singkat ……………………………………………. 58 2. Visi dan Misi Perusahaan………………………………….. 60 3. Dewan Komisaris …………………………………………. 60 4. Dewan Pengawas Syariah …………………………………. 61 5. Direksi …………………………………………………….. 61 6. Profil dan Informasi Kepemilikan Saham ………………… 61 a. Profil ……………………………………………….…. 61 b. Kepemilikan Saham …………………………………… 62 7. Produk dan Jasa …………………………………………… 62 a. Pendanaan …………………………………………….. 62
xiv
b. Pembiayaan …………………………………………….. 63 c. Layanan ………………………………………………… 64 8. Penghargaan …………………………………………………65 9. Struktur Organisasi ………………………………………….71 B. Kegiatan Pembiayaan Murabahah PT Bank Syariah Mandiri …………………………………………………...........72 1. Persyaratan Umum ………………………………….............72 2. Persyaratan Dokumen ……………………………………….73 3. Persyaratan Khusus ………………………………………….73 C. Analisis dan Pembahasan ………………………………………..75 1. Angsuran Pokok dan Marjin …………………………………..76 2. Jurnal Transaksi ……………………………………………….80 3. Perbandingan Metode Anuitas dengan Metode Proporsional …………………………………………………. 83 4. Standar Akuntansi ………………………………………….... 88 5. Jual – Beli Murabahah dan Pembiayaan Murabahah …………91 BAB V
PENUTUP …………………………………………………………..93 A. Kesimpulan ………………………………………………………93 B. Implikasi …………………………………………………………93 C. Keterbatasan ……………………………………………………..95 D. Saran ……………………………………………………………..95
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..97 LAMPIRAN …………………………………………………………………...101
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
1.1
2.1
Komposisi Pembiayaan Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ....... ........................................... 2 Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah Dibandingkan Transaksi Pembiayaan Lain .............................................. 3 Perbandingan Kredit dengan Murabahah ....................... 30
2.2
Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ................................. 46
4.1
Daftar Penghargaan Kepada PT Bank Syariah Mandiri . 66
4.2
Persyaratan Dokumen Pembiayaan Konsumer BSM ...... 73
4.3
Skedul Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM dengan
1.2
Halaman
Metode Anuitas ................................................................... 76 4.4
Perhitungan Angsuran Pokok dan Marjin Menggunakan Metode Anuitas ………………………………………… 77
4.5
Sekdul Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM dengan Metode Proporsional ........................................................... 84
4.6
Perbandingan Perhitungan Effective Rate Menggunakan Metode Anuitas dan Metode Proporsional ……………... 86
4.7
Hasil Perbandingan Metode Anuitas dengan Metode Proporsional ....................................................................... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Murabahah Berdasarkan Pesanan ........................................... 21
2.2
Murabahah Tanpa Pesanan .................................................... 22
2.3
Skema Kerangka Pemikiran …………………………………. 49
4.1
Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2012...
xvii
71
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp. I. II. III. IV. V. VI. VII.
Keterangan
Halaman
Buletin Teknis No. 9 Ikatan Akuntan Indonesia ......................... 101 Fatwa DSN No. 84/DSN-MUI/XII/2012 ................................... 103 Surat Keterangan Riset PT Bank Syariah Mandiri ..................... 112 Persyaratan Pembiayaan Konsumer BSM ………………………113 Simulasi Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM ....................... 114 Surat Edaran Operasi PT Bank Syariah Mandiri ........................ 115 Laporan Hasil Wawancara........................................................... 130
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat, muncul jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan non bank syariah. Indonesia merupakan negara dengan sekitar delapan puluh tujuh persen dari 200 juta penduduknya memeluk agama Islam (Badan Pusat Statistik dalam Laporan Tahunan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Indonesia, 2012:13). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat umum dan masyarakat muslim khususnya, terdapat keinginan untuk melakukan transaksi utang piutang dengan prinsip syariah Islam (Supramono,
2009:132).
Hal
tersebut
dikarenakan
Islam
tidak
menghendaki riba, salah satu ayat Al-Quran yang melandasi prinsip ini yaitu:
وََأحَ َّل اللّ ُه الْبَيْعَ َوحَ َّر َم الّرِبَا..... “.... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 275) Semakin banyaknya kebutuhan akan layanan jasa perbankan yang berprinsip syariah dan dengan dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 1
tentang perubahan undang-undang No.7 Tahun 1992 serta dikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2003, banyak bank konvensional yang mendirikan biro-biro syariah maupun pendirian bank syariah itu sendiri (Iriyadi dan Oktafiyanthi, 2007:1). Hal ini juga disebabkan karena bank syariah mampu bertahan pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998 (Djuarni, 2011:1). Bank syariah merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau bentuk-bentuk lainnya berdasarkan prinsip syariah dan dalam menarik imbalan jasa berdasarkan sistem bagi hasil. Terdapat beberapa jenis pembiayaan didalam bank syariah, yaitu murabahah, mudharabah, musyarakah, salam, dan istishna. Komposisi pembiayaan pada bank umum syariah dan unit usaha syariah dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Milyar Rupiah) Akad 2007 2008 Mudharabah 5.578 6.205 Musyarakah 4.406 7.411 Murabahah 16.533 22.486 Salam 0 0 Istishna 351 369 Ijarah 516 765 Qardh 540 959 Lainnya 0 0 Total 27.994 38.195 Sumber: Statistik Perbankan Syariah
2009 2010 2011 6.597 8.631 10.229 10.412 14.624 18.960 26.321 37.508 56.365 0 0 0 423 347 326 1.305 2.341 3.839 1.829 4.731 12.937 0 0 0 46.886 68.181 102.655 – Bank Indonesia
2012 12.023 27.667 88.004 0 376 7.345 12.090 0 147.505
2
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan dengan kontribusi terbesar dalam komposisi pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah dan unit usaha syariah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Widodo, 2010:19). Terkait dengan transaksi murabahah sebagai pemberi kontribusi terbesar dalam pembiayaan, PT Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank syariah dengan jumlah pembiayaan murabahah terbesar dibandingkan dengan pembiayaan yang lain, meskipun jumlahnya tidak jauh berbeda dengan transaksi ijarah. Tabel 1.2 Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah Dibandingkan Transaksi Pembiayaan Lain PT Bank Syariah Mandiri Jenis 2009 2010 Pembiayaan Piutang Rp 8.114.527.271.903 Rp 12.681.133.009.729 murabahah Piutang Rp 7.822.981.065.484 Rp 12.368.814.579.379 Ijarah Pembiayaan mudharabah Rp 6.276.294.769.699 Rp 8.394.986.953.161 dan musyarakah Sumber: Laporan keuangan tahunan PT Bank Syariah Mandiri
2011 Rp 19.773.813.386.544 Rp 19.336.318.545.470
Rp 9.702.953.278.657
Murabahah dalam pengertiannya adalah moda jual-beli dan bukan instrumen pembiayaan. Murabahah sebagai moda pembiayaan pada awalnya muncul saat dipergunakan oleh Islamic Development Bank dalam operasional usahanya pada tahun 1975 (Tariqullah Khan dalam Widodo,
3
2010:19). Meskipun banyak kritik yang diarahkan kepada praktik murabahah di perbankan syariah, namun hal ini mengindikasikan bahwa produk murabahah direspon secara luas (Rahmawaty, 2007:193). Pada tataran aplikasinya, pembiayaan murabahah mengindikasikan adanya duplikasi pinjaman atau kredit dari bank konvensional, dengan realisasi perhitungan marjinnya mengacu ke bunga bank konvensional (Widodo, 2010:34). Hal ini diperjelas dengan adanya Fatwa No. 84/DSNMUI/XII/2012 yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 21 Desember 2012 mengenai metode pengakuan keuntungan tamwil bi al-murabahah. Fatwa tersebut menyatakan bahwa pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar) boleh dilakukan secara proporsional (thariqah mubasyirah), yaitu telah dicantumkan dalam Pernyataan Standar Akunntansi Keuangan (PSAK No. 102) tentang Akuntansi
Murabahah,
tanazuliyyah/thariqah
dan
anuitas
tanaqushiyyah)
(thariqah
selama
sesuai
al-hisab
„al-
dengan
„urf
(kebiasaan) yang berlaku di kalangan lembaga keuangan syariah. Selanjutnya, fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI mengundang reaksi Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mengeluarkan Buletin Teknis No. 9 pada tanggal 16 Januari 2013. Buletin teknis ini menjelaskan bahwa fatwa mengenai metode anuitas yang dikeluarkan DSN MUI disebabkan karena pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas didasarkan pada fakta bahwa
4
pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana oleh lembaga keuangan syariah yang disalurkan kepada nasabah dengan mekanisme jual-beli. Dalam akuntansi kegiatan seperti ini secara substansi dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing), karena pengakuan keuntungan dengan menggunakan metode anuitas dihitung dari outstanding pokok pembiayaan dan bukan dari pokok pembiayaan. Menurut Widodo (2010: 44), dengan memperhatikan cara perhitungan imbalan atau return murabahah tersebut, tampaklah secara jelas bahwa metode perhitungan demikian telah melakukan pergeseran fondasi
transaksi atau akad
murabahah yang seharusnya hakekatnya adalah jual-beli dengan objek barang menjadi utang-piutang dengan objek uang dengan wujud yang dinamakan pembiayaan. Selanjutnya, buletin teknis yang dikeluarkan oleh IAI menjelaskan bahwa akuntansi untuk pembiayaan murabahah yang substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing) mengacu pada PSAK No. 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK No. 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK No. 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan, dan PSAK lain yang relevan. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN No.84/DSN-MUI/XII/2012 harus melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pembiayaan murabahah sesuai dengan PSAK-PSAK tersebut, termasuk akuntansi untuk penurunan nilai
5
dari pembiayaan murabahah dan pengungkapan risiko secara kualitatif dan kuantitatif yang timbul dari pembiayaan tersebut. Dengan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai
metode
pengakuan
keuntungan
pembiayaan
murabahah dan pedoman PSAK yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam pencatatan akuntansinya. Keunggulan penelitian ini adalah peneliti menganalisis metode anuitas di dalam penelitian ini dan membandingkannya dengan metode proporsional sehingga dapat diketahui pengakuan keuntungannya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode dan pencatatan akuntansi pengakuan pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah Mandiri? 2. Apakah metode tersebut telah sesuai dengan PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah? C. Tujuan dan Manfaat Penlitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang:
6
a. Metode dan pencatatan yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah; b. Kesesuaian metode yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dengan PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: a. PT Bank Syariah Mandiri, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk evaluasi atas transaksi murabahah; b. Bank Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu informasi untuk mengetahui metode yang digunakan oleh salah satu bank syariah serta analisisnya dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah; c. Ikatan Akuntan Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan bidang akuntansi; d. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan; e. Masyarakat,
sebagai
sarana
informasi
tentang pembiayaan
murabahah; f. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini;
7
g. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai perbankan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1. Perbankan Syariah a. Pengertian Bank Syariah Bank syariah dikenal dengan nama lain bank tanpa bunga (la riba bank), bank Islam (Islamic bank), bank nirbunga (Nurul dan Fitriyanti, 2010:52). Menurut Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilanjutkan pada Pasal 1 ayat 7 UU No. 21 Tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. b. Fungsi Bank Syariah Berdasarkan Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah diwajibkan untuk menjalankan
9
fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Di samping itu, bank syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Menurut Riza (2012:70) dalam bukunya Akuntansi Perbankan Syariah, bank syariah dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut: 1) Fungsi Manajer Investasi Fungsi ini dapat dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana. Dalam
bagi
hasil
kepada
nasabah,
bank
syariah
menggunakan konsep nisbah bagi hasil atau persentase pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar atau kecilnya imbalan yang diterima oleh shahibul maal tidak hanya ditentukan oleh besarnya porsi bagi hasil yang diterima
10
nasabah melainkan tergantung juga pada hasil penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah. Semakin baik penyaluran dana ke arah yang produktif maka semakin besar bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Namun sebaliknya, apabila penyaluran dana oleh bank syariah tidak baik maka nilai bagi hasil yang diterima nasabah juga menjadi kecil. 2) Fungsi Investor Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana). Penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Di samping itu, dalam menginvestasikan dananya, bank syariah harus menggunakan produk investasi yang sesuai dengan syariah. Produk investasi yang sesuai dengan syariah meliputi akad jual beli (murabahah, salam, dan istishna‟), akad investasi (mudharabah dan musyarakah), akad sewa-menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik), dan akad lainnya yang dibolehkan syariah. 3) Fungsi Sosial Fungsi ini merupakan sesuatu yang melekat pada bankbank syariah. Ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) dan instrumen
11
qardhul
hasan.
Instrumen
ZISWAF
berfungsi
untuk
menghimpun ZISWAF dari masyarakat, pegawai bank, serta bank sendiri sebagai lembaga milik para investor. Instrumen qardhul hasan berfungsi menghimpun dana dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh yang memberi. ZISWAF yang telah dikumpulkan, selanjutnya disalurkan kepada yang berhak dalam bentuk bantuan atau hibah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun untuk dana qardhul hasan dapat disalurkan untuk pengadaan atau perbaikan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum masyarakat, sumbangan atau hibah kepada yang berhak, dan pinjaman tanpa bunga yang diprioritaskan kepada golongan ekonomi lemah. 4) Fungsi Jasa Keuangan Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidak berbeda dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain sebagainya. Namun, mekanisme untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank syariah tetap menggunakan skema yang sesuai dengan prinsip syariah.
12
Dengan demikian, status bank syariah selain sebagai lembaga keuangan yang melayani jasa keuangan, tetapi juga juga sebagai badan sosial di masyarakat. Fungsi sosial yang dimiliki oleh bank syariah menjadi salah satu keunggulan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional. c. Kegiatan Usaha Bank Syariah Dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya,
bank
syariah
menjalankan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Penghimpun Dana Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), ada dua prinsip penghimpunan dana, yaitu: (a) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah Wadiah berarti titipan dari suatu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan, kapan pun pihak yang menitipkan menghendaki. Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu wadiah yad dhamanah dan wadiah yad amanah. Wadiah yad dhamanah yaitu titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Adapun wadiah yad amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai pihak yang menitipkan mengambil kembali titipannya. Prinsip wadiah yang lazim digunakan adalah
13
wadiah yad dhamanah, dapat diterapkan pada kegiatan penghimpun dana berupa giro dan tabungan. (b) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha di mana pihak pertama menyediakan dana (shahibul maal) dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan
usaha
(mudharib).
Mudharabah
terbagi
menjadi tiga yaitu mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musyatarakah. Mudharabah muthlaqah adalah salah satu jenis mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan
usaha
tersebut.
Mudharabah
muqayyadah
merupakan salah satu jenis mudharabah di mana pemilik dana memberi batasan kepada pengelola dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok, maupun konsumen. Adapun mudharabah musytarakah merupakan bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. 2) Penyaluran Dana (Langsung dan Tidak Langsung) Menurut Riza (2012:76) dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip, yaitu prinsip jual beli, prinsip investasi, dan prinsip sewa.
14
(a) Prinsip Jual Beli Dalam melakukan jual beli, dapat digunakan tiga skema yang meliputi jual beli dengan skema murabahah, jual beli dengan skema salam, dan jual beli dengan skema istishna‟. Jual beli dengan skema murabahah penjual menyatakan
harga
perolehan
dan
keuntungan
yang
disepakati oleh penjual dan pembeli, bank syariah bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah yang membutuhkan barang bertindak sebagai pembeli. Dalam jual beli dengan skema salam pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima. Adapun dalam jual beli dengan skema istishna‟, jual beli didasarkan atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. (b) Prinsip Investasi Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema mudharabah dan skema musyarakah. Menurut Wiyono dan Maulamin (2012:47), mudharabah adalah persetujuan antara pemilik modal dengan seorang pekerja untuk
mengelola
uang
dari
pemilik
modal
dalam
perdagangan tertentu, yang keuntungannya dibagi sesuai
15
dengan kesepakatan bersama, sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal. Sedangakan musyarakah memiliki arti secara luas sebagai akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama. (c) Prinsip Sewa Sewa secara prinsip dapat dilakukan dengan dua skema yaitu skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik. Sewa dengan skema ijarah didefinisikan sebagai transaksi perpindahan hak guna (manfaat) suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa melalui pemindahan kepemilikan. Adapun ijarah muntahiya bittamlik
merupakan kombinasi antara sewa
menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah. Dalam hal ini pihak yang menyewakan berjanji akan menjual atau menghibahkan barang yang disewakan pada akhir periode sewa (Utama, 2009:46). 3) Jasa Pelayanan Bank syariah dapat menyediakan jasa pelayanan perbankan dengan berdasarkan akad wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn.
16
Menurut Wiyono dan Maulamin dalam bukunya Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia, transaksi wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu objek
perikatan
yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu atas nama diri pihak lain. Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang atau utang dari pihak lain. Selanjutnya, transaksi kafalah timbul jika salah satu pihak memberikan suatu objek yang berbentuk jaminan atas kejadian tertentu di masa yang akan datang. Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan jaminan. 2. Murabahah a. Pengertian Murabahah Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan laba atau tambahan (Widodo, 2010:19). Murabahah didefiniskan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark up atau marjin atau keuntungan yang disepakati. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 paragraf 5 tentang Murabahah mendefinisikan murabahah sebagai akad jual beli sebesar biaya
17
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Berdasarkan definisi tersebut, murabahah merupakan transaksi jual beli barang, di mana penjual mengungkapkan harga perolehan kepada pembeli dan memperoleh keuntungan berdasarkan marjin yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. b. Ketentuan Murabahah Berikut ini adalah dalil-dalil umum dari Al-quran dan AlHadis mengenai akad murabahah: 1) Al-Quran (a) QS An-Nisa: 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (b) QS Al-Baqarah: 280
“Dan jika (orang yang terutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
18
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (c) QS Al-Baqarah: 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. 2) Al-Hadis Beberapa dalil dari Al-Hadis adalah sebagai berikut: (a) Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih menurut Ibnu Hibban) (b) Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan:
jual
beli
secara
tangguh,
muqaradhah
19
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib) (c) “Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi akan menghapus keberkahannya”. (HR. Imam Bukhari) (d) “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu bentuk kezaliman”. (Diriwayatkan oleh Ash-Shahihain) (e) “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya”. (HR. Imam Muslim) (f) “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya”. (Diriwayatkan
dari
Shahabat
Abu
Hurairrah
Radhiyallahu‟anhu) c. Jenis-jenis Murabahah Murabahah digolongkan menjadi dua jenis oleh Riza (2012:145), yaitu: 1) Murabahah Berdasarkan Pesanan Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk
20
membeli barang yang dipesannya. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Adapun murabahah yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
Negosiasi dan Persyaratan Akad Penjual
Pembeli
(Ba‟i)
(Musytari) Serah terima barang Bayar Kewajiban
Produsen Beli barang secara tunai
(Supplier)
Barang dikirim
Gambar 2.1 Murabahah Berdasarkan Pesanan Sumber: Riza, 2012, hlm 145 2) Murabahah Tanpa Pesanan Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada
21
yang memesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.
Barang (mabi‟)
Penjual
Pembeli Akad
(Ba‟i)
(Musytari)
Cost + margin
Gambar 2.2 Murabahah Tanpa Pesanan Sumber: Riza, 2012, hlm 146
d. Rukun dan Syarat Murabahah Menurut Widodo (2010:25) dalam bukunya Seluk Jual Beli Murabahah
Perspektif
Aplikatif,
rukun
murabahah
dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1) Penjual (Ba‟i) Penjual dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Islam (LKI), yaitu dapat berupa Bank Umum Syariah (BUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), atau Baitul wa Tamwil (BMT) yang disebut dengan istilah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
22
2) Pembeli (Musytari) Pembeli dalam hal ini adalah nasabah, baik sebagai pembeli akhir ataupun selaku pedagang. Para pihak yang berakad dipersyaratkan harus cakap menurut hukum. Dalam pengertian hukum syara‟ harus sudah baligh dan dalam kaitannya dengan hukum perdata sebagai hukum positif, yang bersangkutan minimal harus berusia 21 tahun. 3) Barang yang Menjadi Objek Jual-Beli (Mabi‟) Barang yang menjadi objek jual-beli dipersyaratkan harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan diperjualbelikan termasuk halalan thoyiban, dan tidak tergolong pada barang yang haram atau yang mendatangkan mudharat. Selain itu, sifat barang harus bernilai. Objek murabahah dipersyaratkan telah menjadi milik dan dalam penguasaan penjual. 4) Harga Barang (Tsaman) Harga barang dan keuntungan harus disebutkan secara jelas jumlahnya dan satuan mata uangnya. Demikian juga cara pembayarannya, yaitu secara tunai atau secara kredit (tangguh). Jika dibayar secara kredit, waktu pembayaran dan jangka waktunya harus jelas. Dalam konteks pembiayaan, harga jual barang adalah batas maksimal pembiayaan yang disebut plafon atau limit.
23
5) Kontrak atau Akad (Sighat atau Ijab-Qabul) Dalam praktiknya, kontrak dapat dibuat secara tertulis di bawah tangan, namun juga dapat dibuat oleh notaris. Dibandingkan dengan perjanjian di bawah tangan, perjanjian secara notarial adalah lebih kuat. e. Metode Penentuan Harga Jual dalam Murabahah Menurut Wiyono dan Maulamin (2012:135), dalam ba‟i almurabahah, syariah memperbolehkan bank untuk mengambil keuntungan atau laba atas transaksi tersebut yang disebut marjin. Marjin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:879). Dalam menentukan keuntungan ada beberapa cara, yakni sebagai berikut: 1) Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk membeli barang ke bank tersebut sebesar yang disepakati kedua belah pihak, misalnya 20% dari pokok pinjaman. Apabila yang ditambahkan adalah dua kali keuntungan per tahun, maka hasilnya sama dengan 40%. Cara seperti ini memiliki kelemahan, jika dibayar lebih dari satu tahun maka keuntungannya ditambah sebesar keuntungan satu tahun dikalikan dengan jumlah tahun, hal ini seolah-olah sebagai tambahan karena meminjami yang ditentukan di muka, sehingga mengarah kepada riba. Jika hal ini dilakukan untuk
24
menstabilkan daya beli uang yang dipinjamkan bank, seharusnya persentase yang ditambahkan adalah sebesar estimasi inflasi yang akan datang atau dikurangi sebesar estimasi deflasi seandainya terjadi. Rumus harga jual (cara pertama):
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah (jumlah pembiayaan) + (mark up laba x n tahun)
2) Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah, bank syariah menerapkan keuntungan transaksi misalnya 20%, jika dibayar dalam jangka satu atau dua tahun, maka untuk menstabilkan daya beli uang tersebut bank syariah dapat menambahkan sejumlah dua kali inflasi dua tahun yang akan datang. Sebagai contoh, diperkirakan inflasi 5% per tahun maka faktor stabilizer daya beli untuk dua tahun adalah 2 x 5% = 10%. Jadi, selama dua tahun nasabah mengangsur pokok pinjaman ditambah keuntungan dan inflasi, yaitu 10% + 20% = 30%. Rumus harga jual (cara kedua):
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah (jumlah pembiayaan) + (inflasi x n) tahun + mark up
25
3) Dalam penentuan harga jual bank, bank dapat menerapkan metode penetapan harga jual berdasarkan cost plus mark up. Rumus harga jual (cara ketiga):
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah (jumlah pembiayaan) + cost recovery + mark up
Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasi bank syariah
yang
dibebankan
kepada
murabahah atau pembiayaan.
harga
Rumus
pokok
aktiva
perhitungan
cost
recovery:
Cost recovery = (harga pokok ativa murabahah atau pembiayaan) x estimasi biaya operasi satu tahun
Mark up atau laba ditentukan sekian persen dari harga pokok aktiva murabahah atau pembiayaan, misalnya 10%. Untuk menghitung marjin murabahah maka kita dapat menghitung dengan rumus:
Marjin murabahah = (cost recovery + mark up) / harga pokok aktiva murabahah (pembiayaan)
26
Menurut Muhammad dalam Anggadini (2009:190), metode penetapan harga jual murabahah paling efisien adalah pada metode
penetapan
harga
jual
ketiga,
yaitu
dengan
menambahkan cost recovery. f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Marjin dalam Murabahah Berdasarkan kirteria transaksi syariah yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) bank syariah yang berlaku mulai 1 Juni 2007, menurut Widodo (2010:37) ada beberapa metode pricing di bawah ini yang sebagian dipraktikan oleh Lembaga Keuangan Islam (LKI), antara lain: 1) Metode Marjin Anuitas Metode ini merupakan modifikasi dari metode efektif. Metode ini mengatur jumlah angsuran pokok dan marjin yang dibayar agar sama setiap bulan. Jumlah angsuran pokok setiap bulan akan semakin besar, sementara jumlah marjin akan semakin kecil. Angsuran Pokok (k) = (
)
(
)
{
}
Pokok Pembiayaan x
(
Angsuran Marjin (k) =
{
(
(
) )
} Pokok Pembiayaan (k)
27
Keterangan: M: Marjin n : Jangka waktu dalam tahun k : Bulan cicilan ke-.. 2) Metode Keuntungan Rata-Rata
Angsuran Pokok per Bulan =
Angsuran Marjin per Bulan = {
} x Pokok Pembiayaan x (
)
Keterangan: M: Marjin n : Jangka waktu dalam tahun 3) Metode Effective Rate Metode ini menghitung marjin yang harus dibayar setiap bulan sesuai dengan saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya.
Angsuran per bulan = {
} ( )
Keterangan: M: Marjin n : Jangka waktu dalam tahun
28
4) Metode Flat Rate Dalam metode ini, perhitungan bunga selalu menghasilkan nilai bunga yang sama setiap bulan, karena bunga dihitung dari persentasi bunga dikalikan pokok pinjaman awal.
Angsuran per bulan =
Keterangan: Pokok pembiayaan : Harga Perolehan – Uang Muka MK
: Marjin keuntungan
n
: Jangka watu dalam tahun
5) Metode Keuntungan Menurun (Sliding Rate) Metode keuntungan menurun atau sliding rate merupakan kebalikan dari metode flat rate, yaitu porsi marjin dihitung berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi marjin dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda. Dalam metode ini, porsi marjin di masa-masa awal akan sangat besar dalam angsuran perbulannya, sehingga pokok hutang akan sangat sedikit berkurang. Jika hendak melakukan pelunasan awal maka jumlah pokok hutang akan masih sangat besar meski merasa telah membayar angsuran yang jika ditotal jumlahnya cukup besar.
29
g. Perbandingan Kredit dengan Murabahah Perbandingan dan perbedaan kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan murabahah dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan Kredit dengan Murabahah No. 1.
Perihal Sumber hukum
2.
Orientasi
3.
Prinsip dasar
4.
Obyek transaksi
5.
Obyek transaksi pembiayaan atas barang yang belum ada Jangka waktu (tenor) transaksi Esensi Pengertian
6. 7. 8.
Kredit Hukum positif
Murabahah Hukum syara‟ terutama Al-Quran dan Al-Hadist Keuntungan Falah, berkah dan finansial secara mardho tillah, sepihak (Lembaga dengan jangkauan Keuangan baik duniawi Konvensional) yang maupun ukhrowi sifatnya duniawi Pinjam meminjam Jual-beli uang (loan atau lending) Uang (money) Barang (goods) yang halal Boleh Tidak boleh
Berjangka pendek, menengah, panjang Loan plus interest Pinjam-meminjam uang yang pemberian dan pelunasannya dipisahkan oleh waktu dengan imbalan, yang berwujud bunga
Berjangka pendek dan menengah Cost plus margin Jual-beli yang mewajibkan penjual menyampaikan harga pokok barang kepada pembeli ditambah keuntungan yang besarnya sesuai dengan kesepakatan para pihak terkait (penjual dan pembeli)
Bersambung ke halaman selanjutnya 30
Lanjutan halaman sebelumnya No. 9.
Perihal Imbalan (dasar)
Kredit Penundaan waktu
10.
Imbalan (wujud) Imbalan (kaitannya dengan index) Imbalan (rumusan matematis) Imbalan (sifat)
Bunga
Murabahah Bukan penundaan waktu Marjin
Terkait
Tidak boleh terkait
Pelunasan = Pokok + Bunga
Harga jual = Harga pokok + Marjin
Floating rate Penentunya adalah LKK Berlaku otomatis dan pasti
Fixed rate Penentunya para pihak Hak prerogatif penjual
Sebatas jangka waktu riil kredit
Nominal marjin tidak terkait waktu
Otomatis dan fungsional (pasti berlaku)
Tidak berlaku
Angsuran atau cicilan Produktif dan konsumtif
Tunai, angsuran atau cicilan Produktif dan konsumtif
Modal kerja dan investasi (jangka panjang) Terdapat bentangan waktu antara realisasi dan pelunasan Pembiayaan untuk segala hal
Modal kerja dan konsumtif
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. 18.
19.
20.
21.
Imbalan (potongan atau diskon) Imbalan (berlakunya potongan atau diskon) Imbalan (kaitannya dengan time value of money) Cara pembayaran Penggunaan atau aplikasi transaksi Manfaat pembiayaan Sifat aplikasi kredit dan pembiayaan murabahah Tujuan pembiayaan kredit atau murabahah
Terdapat bentangan waktu antara realisasi dan pelunasan Penggunaan modal pembiayaan Islami yang ideal, yaitu mudharabah dan musyarakah
Bersambung ke halaman selanjutnya
31
Lanjutan halaman sebelumnya No. 22.
Perihal Keterlambatan angsuran atau pelunasan
Kredit Dikenakan denda
23.
Denda (perlakuan secara akuntansi)
Diakui sebagai pendapatan legal LKK
24.
Kesimpulan
Lending =/= Murabahah Sumber: Widodo, 2010, hlm 113-115
Murabahah Dalam Islam tidak ada denda yang bersifat menghukum Dibukukan ke rekening Dana Sosial yang akan disalurkan untuk kemaslahatan umat (tidak terbatas pada kalangan muslim saja) Murabahah =/= Lending
h. Cakupan Standar Akuntansi Murabahah Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku secara efektif per 1 Januari 2008. PSAK No. 102 menggantikan PSAK No. 59 yang menyangkut tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. Menurut PSAK No. 102, cakupan ketentuan akuntansi yang diatur dalam akuntansi murabahah dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli. Pengakuan dan Pengukuran Pengakuan dan pengukuran murabahah telah diatur oleh PSAK No. 102 (2007) sebagai berikut:
32
1) Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Dalam transaksi ini entitas syariah akan mencatat, yakni sebagai berikut: Nama Akun
Debit
Persediaan murabahah Kas
Rp xx
Kredit Rp xx
2) Pengukuran persediaan murabahah setelah perolehan terbagi dua, yaitu aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat dan pesanan tidak mengikat. Adapun pengukuran
untuk
aktiva
tersedia
untuk
dijual
dalam
murabahah pesanan mengikat adalah sebagai berikut: (a) Dinilai sebesar biaya perolehan, dan (b) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Dalam hal terjadi penurunan nilai, maka akan dicatat yakni sebagai berikut: Nama Akun
Debit
Beban penurunan nilai Persediaan murabahah
Rp xx
Kredit Rp xx
Kerugian penurunan dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban lain-lain dan persediaan murabahah akan berkurang sebesar nilai kerugian tersebut.
33
Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat maka pengukurannya adalah sebagai berikut: (a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasikan, mana yang lebih rendah, dan (b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Dalam hal ini entitas akan mencatat pengakuan kerugian, yakni sebagai berikut: Nama Akun Kerugian penurunan persediaan murabahah Cadangan penurunan persediaan murabahah
Debit
Kredit
nilai Rp xx nilai
Rp xx
3) Diskon atau potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai: (a) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah; (b) kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli; (c) tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual; (d) pendapatan operasi lain, jika setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.
34
4) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan piutang. Pada waktu akad, bank syariah akan mencatat sebagai berikut: Nama Akun
Debit
Kas / Piutang murabahah Persediaan murabahah Pendapatan marjin murabahah
Rp xx
Kredit Rp xx Rp xx
5) Keuntungan murabahah diakui: (a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau (b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah nya: (i) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini penerapan untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya
35
relatif kecil. Untuk itu, keuntungan akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut: Nama Akun
Debit
Piutang murabahah Persediaan murabahah Pendapatan marjin murabahah
Rp xx
Kredit Rp xx Rp xx
(ii) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga. Untuk itu, jurnal yang harus dibuat saat penyerahan aset murabahah adalah sebagai berikut: Nama Akun
Debit
Piutang murabahah Persediaan murabahah Marjin murabahah tangguhan
Rp xx
Kredit Rp xx Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah dan mengakui keuntungan murabahah secara proporsional dengan kas yang diterimanya: Nama Akun
Debit
Kas Marjin murabahah tangguhan Piutang murabahah Pendapatan marjin murabahah
Rp xx Rp xx
Kredit
Rp xx Rp xx
36
(iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih
dan
beban
pengelolaan
piutang
serta
penagihannya cukup besar. Dalam praktiknya metode ini jarang digunakan, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. Untuk metode ini, jurnal yang harus dibuat pada saat penyerahan aset adalah sebagai berikut: Nama Akun
Debit
Piutang murabahah Persediaan murabahah Marjin murabahah tangguhan
Rp xx
Kredit Rp xx Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah secara
keseluruhan
dan
mengakui
keuntungan
murabahah: Nama Akun
Debit
Kas Marjin murabahah tangguhan Piutang murabahah Pendapatan marjin murabahah
Rp xx Rp xx
Kredit
Rp xx Rp xx
6) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari
37
waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. 7) Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: (a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. Jurnal yang harus dibuat yakni: (i) Pada saat pengakuan keuntungan murabahah: Nama Akun
Debit
Marjin murabahah tangguhan Pendapatan marjin murabahah
Rp xx
Kredit Rp xx
(ii) Pada saat menerima pelunasan dan mengakui potongan angsuran sebagai pengurang keuntungan murabahah: Nama Akun
Debit
Kas Pendapatan marjin murabahah Piutang murabahah
Rp xx Rp xx
Kredit
Rp xx
(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban. Untuk potongan pelunasan dini, entitas akan mencatat pengakuan pada saat penyelesaian dengan jurnal, yakni: (a) Pada saat pengakuan keuntungan murabahah: Nama Akun
Debit
Marjin murabahah tangguhan Pendapatan marjin murabahah
Rp xx
Kredit Rp xx
38
(b) Pada saat menerima pelunasan: Nama Akun
Debit
Kredit
Kas / Rekening nasabah Rp xx Beban lain-lain – potongan Rp xx angsuran murabahah Piutang murabahah
Rp xx
8) Denda dikenakan apabila pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan (qardhul hasan). Pada saat diterima denda diakui sebagai bagian dana sosial dan pada saat
menerima
denda
entitas
akan
mengakui
adanya
penambahan sumber dana kebajikan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat denda: Nama Akun
Debit
Kredit
Kas / Rekening pembeli Rp xx Rekening simpanan wadiah – dana kebajikan (qardhul hasan)
Rp xx
9) Uang muka (urbun) Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut: (a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima; (b) jika barang dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
39
(c) jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Atas uang muka tersebut di atas, penjual akan membuat pencatatan, yakni: (a) Pada saat menerima uang muka, jurnal yang dibuat: Nama Akun
Debit
Kredit
Kas / Rekening pembeli Rp xx Kewajiban lain – uang muka murabahah
Rp xx
(b) Pada saat barang dibeli oleh pembeli, jurnal yang dibuat: Nama Akun
Debit
Piutang murabahah Rp xx Marjin murabahah tangguhan Persediaan murabahah Kewajiban lain – uang muka Rp xx murabahah Piutang murabahah
Kredit Rp xx Rp xx
Rp xx
(c) Jika pembeli batal membeli barang maka penjual akan mencatat pengembalian uang muka setelah dipotong biaya administrasi, jurnal yang dibuat: Nama Akun
Debit
Kredit
Kewajiban lain – uang muka Rp xx murabahah Pendapatan lain-lain Kas / Rekening pembeli
Rp xx Rp xx
40
Uang muka murabahah diakui sebagai bagian dari kewajiban atau utang di neraca, apabila sudah terjadi akad murabahah maka utang tersebut akan menjadi nol dan piutang murabahah akan dikurangi sebesar uang muka tersebut. Penyajian Penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan bergantung pada rekening yang terpengaruh oleh transaksi murbahah. Berikut adalah penyajian rekening-rekening yang berkaitan dengan transaksi murabahah: 1) Piutang Murabahah Piutang murabahah disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama rekening piutang murabahah. Berdasarkan PSAK No. 102, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. 2) Keuntungan Murabahah Tangguhan Keuntungan murabahah tangguhan disajikan di neraca pada bagian aset dengan nama keuntungan murabahah tangguhan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Piutang murabahah belum jatuh tempo terdiri atas piutang murabahah lancer. Adapun piutang murabahah jatuh tempo terdiri atas piutang murabahah dalam perlakuan khusus,
41
piutang murabahah kurang lancer, piutang murabahah diragukan, dan piutang murabahah macet. 3) Aset Murabahah Rekening ini disajikan di neraca pada bagian aset. Namun demikian, dikarenakan setelah melakukan transaksi pembelian pihak bank syariah melakukan penyerahan aset murabahah kepada pembeli, maka rekening ini biasanya memiliki saldo nol. Bank mendebit dan mengkredit rekening aset murabahah secara bersamaan dengan jumlah yang sama. 4) Keuntungan Murabahah Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan dengan nama rekening keuntungan murabahah. Rekening keuntungan murabahah merupakan gabungan total saldo murabahah akrual dan total saldo murabahah kas. Bank syariah pada umumnya menyampaikan laporan bagi hasil tahunan maupun secara bulanan kepada nasabah. Pengungkapan Berdasarkan PSAK No. 102, bank syariah sebagai penjual harus mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: 1) Harga perolehan aset murabahah; 2) janji pemesanan murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan;
42
3) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55 Buletin Teknis No. 9 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 16 Januari 2013 menyebutkan bahwa lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN No. 84/DSN-MUI/XII/2012 harus melakukan pengakuan dan pengukuran sesuai dengan ketentuan pada PSAK No. 55, termasuk akuntansi untuk penurunan nilai dari pembiayaan murabahah. Pengakuan dan pengukuran ini terdapat dalam paragraf 17 sampai paragraph 20 tentang Suku Bunga Efektif, yaitu: 1) Entitas harus memasukkan kerugian kredit yang terjadi dalam estimasi arus kas ketika menghitung suku bunga efektif (Paragraf 17). 2) Apabila entitas menerapkan metode suku bunga efektif, maka entitas tersebut
mengamortisasi
setiap
fee,
poin
yang
dibayarkan atau diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya yang termasuk dalam perhitungan suku bunga efektif selama perkiraan umur instrumen tersebut (Paragraf 18). 3) Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan suku bunga mengambang, estimasi ulang yang dilakukan secara berkala atas arus kas guna mencerminkan pergerakan suku
43
bunga pasar akan memengaruhi suku bunga efektifnya (Paragraf 19). 4) Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya, maka entitas menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau kelompok instrumen keuangan) untuk mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi yang telah direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan menghitung nilai kini dari estimasi arus kas masa depan menggunakan suku bunga efektif awal dari instrumen keuangan tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laba rugi (Paragraf 20). Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:170) yang dikutip oleh Febriati (2013:210), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan berdampak pada estimasi arus kas masa depan. Jumlah cadangan kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan.
44
Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengakuan cadangan kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf 102, yaitu proses estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat menghasilkan satu nilai atau kisaran (range) nilai kerugian yang mungkin terjadi. Dalam hal yang terakhir, entitas harus mengakui kerugian akibat penurunan nilai sebesar estimasi terbaik dalam kisaran tersebut dengan mempertimbangkan seluruh informasi relevan yang tersedia sebelum laporan keuangan diterbitkan mengenai kondisi yang terjadi pada tanggal neraca. Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengukuran cadangan kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf 65 yang meingindikasikan bahwa kerugian penurunan nilai dapat dikatakan telah terjadi jika terdapat bukti objektif penurunan nilai, yaitu jumlah kerugian penurunan nilai untuk pinjaman yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi adalah selisih antara nilai tercatat pinjaman dengan nilai kini pembayaran pokok pinjaman dan bunga di masa datang yang didiskonto pada suku bunga efektif awal pinjaman tersebut. B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
45
Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti 1.
Anita Rahmawaty (2007)
Judul Penelitian
Ekonomi Syariah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syariah di Indonesia 2. Abdul Bay; AlShomad Murabahah (2009) (Deffered Payment Sale) di Lingkungan Bank Syariah 3. Sri Dewi Penerapan Margin Anggadini Pembiayaan (2009) Murabahah Pada BMT As-Salam Pacet – Cianjur Bersambung ke halaman selanjutnya
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian tentang Objek penelitian, tidak murabahah dan dilakukan dilakukan dengan studi dengan studi literatur kasus pada perbankan syariah secara langsung
Hasil Penelitian Perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan murabahah karena konsep jual-beli murabahah bergeser menjadi konsep peminjaman uang (loan)
Penelitian tentang Objek penelitian, tidak murabahah dan dilakukan dilakukan dengan studi dengan studi literatur kasus pada perbankan syariah secara langsung
Praktik murabahah di lingkungan syariah bertindak seperti meminjamkan uang. Bukan seperti jual-beli
Penelitian tentang Objek penelitian, murabahah dan dilakukan dilakukan di BMT Asdengan studi literature Salam Pacet – Cianjur dan studi kasus
Metode penetapan marjin yang ideal untuk digunakan adalah metode mark-up pricing
46
Lanjutan halaman sebelumnya No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian dilakukan Objek penelitian, dengan studi literatur dan dilakukan di Malaysia studi kasus
4.
Edib Smolo (2010)
Al-Bay Bithaman Ajil (BBA) as Practiced in Malaysia: A Critical Review
5.
Kurneawati (2011)
Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang Murabahah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia KCI Gubeng Surabaya
6.
Ekaputri Ciptani Febriati (2013)
Analisis Penelitian dilakukan Penerapan PSAK dengan studi literatur dan 55 Atas Cadangan studi kasus Kerugian Penurunan Nilai
Penelitian tentang murabahah dan dilakukan dengan studi literatur, studi kasus
Objek penelitian, dilakukan pada PT. Bank BRI KCI Gubeng Suarabaya
Tidak terdapat variabel murabahah. Objek penelitian, dilakukan pada PT Bank BRI.
Hasil Penelitian Penggunaan kontrak BBA secara ekstensif dan ketergantungan bank syariah pada mode pembiayaan berbasis utang akan menimbulkan konvergensi bank syariah menjadi bank konvensional yang berbasis bunga BRI Syariah memberi kuasa kepada nasabah untuk membeli barang, maka dibukukan dalam perkiraan piutang wakalah sebesar uang yang diserahkan kepada nasabah, sedangkan apabila barangnya telah ada dan telah diserahkan kepada nasabah, baru dibukukan dalam perkiraan piutang murabahah Proses pengakuan CKPN oleh PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur menggunakan suku bunga efektif awal instrumen, serta mempertimbangkan seluruh eksposur pinjaman yang
Bersambung ke halaman selanjutnya
47
Lanjutan halaman sebelumnya No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian diberikan, bukan hanya yang berkualitas rendah dalam proses estimasi terhadap penurunan nilai. Sedangkan pada proses pengukuran CKPN oleh PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk, aset keuangan dievaluasi secara kolektif diukur berdasarkan kerugian historis yang pernah dialami perusahaan, yaitu membandingkan tingkat kerugian historis aset keuangan tersebut dengan tingkat kerugian historis dengan aset serupa yang telah diobservasi.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
48
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar 2.3.
Metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah (Fatwa No. 84/DSN-MUI/XII/2012 dan Buletin Teknis IAI No. 9)
Metode proporsional
Metode Anuitas
Mengacu pada PSAK 102
Mengacu pada PSAK 55
Studi kasus pada PT Bank Syariah Mandiri
Bagaimana metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan PT Bank Syariah Mandiri?
Bersambung ke halaman selanjutnya
49
Lanjutan halaman sebelumnya
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
50
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Objek penelitian dilakukan pada PT Bank Syariah Mandiri, yang berlokasi di Wisma Mandiri I Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340, Indonesia pada tanggal 4 Juni 2013 s.d. 10 Juli 2013. Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup atas transaksi pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. B. Metode Penelitian 1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi dan studi kasus. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Bodgan dan Biklen dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:2). Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari
secara
menyeluruh,
rinci,
dalam,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Miles dan Huberman dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:22)
51
2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data a. Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari informan yang bersangkutan. Menurut Wangsa dan Ming Kuan (2011:12), “Data primer adalah data utama yang penulis peroleh dari pihak-pihak yang bersangkutan pada perusahaan
yang menjadi
objek
penelitian”. Menurut Supranto dalam Farola (2005:7), “Data primer merupakan jenis data yang terhimpun dari langganan atau objek yang diteliti dan diolah untuk pertama kalinya yang dalam konteks ini data tersebut dikumpulkan sendiri oleh peneliti”. Sedangkan menurut Jogiyanto dalam Kwang En dan Dorothy (2011:18), “Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian lapangan secara langsung dari obyek yang diteliti”. Selain data primer, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur, dengan mempelajari buku-buku serta majalah dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data ini mendukung keakuratan dan kebenaran data primer (Jogiyanto dalam Kwang En dan Dorothy, 2011:18).
52
b. Teknik Pengumpulan Data Setelah penentuan sumber data dilakukan, maka selanjutnya dilakukan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Wawancara Wawancara
merupakan
percakapan
dengan
maksud
tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai
pengaju
atau
pemberi
pertanyaan
dan
yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas itu (Basrowi dan Suwandi, 2008:127). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Saeful, 2009:6). Wawancara yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur karena partisipan
peneliti
mengenai
ingin
metode
mengetahui
keuntungan
perspektif pembiayaan
murabahah di PT Bank Syariah Mandiri. Menurut Basrowi dan Suwandi,
wawancara
tak
terstruktur
dilakukan
apabila
53
pewawancara
ingin
menanyakan
sesuatu
secara
lebih
mendalam pada seseorang dengan subjek tertentu. 2) Studi Literatur Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan akuntansi perbankan syariah terutama mengenai pembiayaan murabahah dan peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan hal tersebut. 3. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, menurut Sugiyono dalam Abdul (2008:1), peneliti adalah key instrument atau alat peneliti utama. Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti itu sendiri. Kategori instrumen yang baik dalam
penelitian
kualitatif
adalah
instrumen
yang
memiliki
pemahaman yang baik dalam metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Hal ini dilakukan agar instrumen mampu menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian akan menjadi pihak yang terjun langsung ke lapangan serta harus berinteraksi
54
dengan orang-orang yang berkaitan langsung dengan tujuan dari penelitian ini, dan pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan berupa catatan tertulis juga alat perekam atau tape recorder. Dari sumber-sumber data terkait yang telah diuraikan pada sumber data penelitian, diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai metode
keuntungan
pembiayaan
murabahah
dan
perlakuan
akuntansinya. Data-data yang diperoleh dari sumber data terkait, selanjutnya akan dilakukan pencatatan ke dalam catatan lapangan melalui media-media pendukung seperti tape recorder dan sebagainya. 4. Teknik Analisis Data Sejumlah data tidak beraturan yang telah diperoleh oleh peneliti, selanjutnya dapat diolah menajdi kumpulan data yang tersusun rapi. Proses yang bermula dari pengumpulan data kemudian pengolahan data inilah yang disebut sebagai penelitian induktif (Sundusiah, 2010:6). Menurut Mc. Millan dan Schumacher dalam Sundusiah (2010:6), Inductive analysis means that categories and patterns emerge from the data rather than being imposed on data prior to data collection”. Artinya, dalam penelitian induktif, data kategori yang diperoleh ditemukan setelah dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu. Oleh karena itu, analisis data kualitatif merupakan proses penelitian yang sistematis, karena dimulai dari pengumpulan data,
55
pemilihan data, pengkategorian, pembandingan, penyatuan, dan penafsiran data. Adapun aktivitas dalam analisis data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: a. Data Reduction Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti, merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. b. Data Display Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data. Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, namun Miles dan Huberman juga menyarankan selain melakukan display data
56
dengan teks yang bersifat naratif, dapat juga dengan grafik, matriks, network dan chart. c. Conclution Drawing atau Verification Langkah ketiga dalam analisis kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya.
Akan
tetapi
apabila
kesimpulan
yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan
konsisten
saat
peneliti
kembali
ke
lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan
yang
kredibel.
Dengan
demikian
kesimpulan dalam kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri 1. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah dari krisis yang menerpa negara ini. Sebagaimana kita ketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, disusul dengan krisis politik nasional, telah menimbulkan dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan di Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah Indonesia akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah tengah melakukan merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Akibat dari merger keempat bank ke dalam
58
Bank Mandiri, PT Bank Mandiri (Persero) menjadi pemilik mayoritas baru BSB. Dalam proses merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi dengan
membentuk
Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan pelayanan perbankan syariah di grup Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking systems). Dalam kondisi seperti itulah, Tim Pengembangan Perbankan Syariah menemukan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Susila Bakti dari konvensional menjadi bank syariah. Setelah Tim Pengembangan Perbankan Syariah mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, maka kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Kemudian Gubernur Bank Indonesia mengukuhkan perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, Bank Indonesia menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
59
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Bank ini hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dengan kiprahnya di perbankan Indonesia. 2. Visi dan Misi Perusahaan Visi: Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. Misi: a. Mewujudkan
pertumbuhan
dan
keuntungan
yang
berkesinambungan; b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM; c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat; d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal; e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. 3. Dewan Komisaris Komisaris Utama dan Komisaris Independen
: Achmad Marzuki
Komisaris Independen
: Ramzi A. Zuhdi
60
BambangWidianto Komisaris
: Agus Fuad Sulaeman
4. Dewan Pengawas Syariah Ketua
: Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA
Anggota
: Dr. M. Syafii Antonio, M.Ec. Drs. H. Mohamad Hidayat, MBA., MH.
5. Direksi Direktur Utama
: Yuslam Fauzi
Direktur
: Hanawijaya Amran Nasution Zainal Fanani Sugiharto Achmad Syamsudin
6. Profil dan Informasi Kepemilikan Saham a. Profil Nama
: PT Bank Syariah Mandiri
Alamat
: Wisma Mandiri I Jl. MH Thamrin No. 5 Jakarta 10340
Telepon
: (62-21) 2300 509, 3983 9000 (hunting)
Faksimili
: (62-21) 3983 2989
Homepage
: www.syariahmandiri.co.id
Tanggal Berdiri
: 25 Oktober 1999
61
Tanggal Beroperasi
: 1 November 1999
Modal Dasar
: Rp 2.500.000.000.000,-
Modal Disetor
: Rp 1.158.243.565.000,-
Kantor Cabang
:796 kantor layanan, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia
Jumlah Jaringan ATM : 825 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 10,361,
ATM
Bersama
47,669
unit
(include ATM Mandiri dan ATM BSM), ATM Prima 50,316 unit, EDC BCA 196,870
unit,
dan Malaysia
ATM
BCA
Electronic
10,596 Payment
System (MEPS) 7,435 unit. Jumlah Karyawan
: 15.554 orang (per Mei 2013)
b. Kepemilikan Saham 1) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk : 231.648.712 lembar saham (99,99999942%) 2) PT Mandiri Sekuritas
: 1 lembar saham (0,00000058%)
7. Produk dan Jasa a. Pendanaan 1) BSM Tabungan 2) BSM Tabungan Berencana 3) BSM Tabungan Simpatik
62
4) BSM Tabungan Mabrur 5) BSM Tabungan Dollar 6) BSM Tabungan Investa Cendikia (TIC) 7) BSM Deposito 8) BSM Deposito Valas 9) BSM Giro 10) BSM Giro Valas 11) BSM Giro Singapore Dollar 12) BSM Giro Euro BSM 13) BSM Obligasi 14) BSM Tabungan Perusahaan b. Pembiayaan 1) BSM Pembiayaan Mudharabah 2) BSM Pembiayaan Musyarakah 3) BSM Pembiayaan Murabahah 4) BSM Pembiayaan Talangan Haji 5) BSM Pembiayaan Istishna 6) Pembiayaan dengan Skema IMBT (Ijarah Muntahiyah Bittamlik) 7) Pembiayaan Mudharabh Muqayyadah off Balance Sheet 8) BSM Customer Network Financing 9) BSM Pembiayaan Resi Gudang 10) BSM Pembiayaan Edukasi
63
11) PKPA 12) BSM Impian 13) Pembiayaan Dana Berputar 14) BSM Pembiayaan Pemilikan Rumah 15) BSM Optima Pembiayaan Pemilikan Rumah 16) Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Syariah Bersubsidi 17) Pembiayaan Umrah 18) BSM Pembiayan Griya DP 0% 19) BSM Sistem Pembayaran Off Line 20) Pembiayaan dengan Agunan Investasi Terikat Syariah Mandiri 21) Pembiayaan kepada Pensiunan 22) Pembiayaan Peralatan Kedokteran c. Layanan 1) BSM Card 2) BSM Sentra Bayar 3) BSM Mobile Banking 4) BSM Net Banking 5) BSM Mobile Banking GPRS 6) PPBA (Pembayaran melalui menu Pemindahbukuan di ATM) 7) BSM Pooling Fund 8) BSM Pertukaran Valas 9) BSM Bank Garansi 10) BSM Electronic Payroll
64
11) BSM SKBDN 12) BSM Letter of Credit 13) BSM Transfer Western Union 14) BSM Kliring 15) BSM Inkaso 16) BSM Intercity Clearing 17) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement) 18) Transfer Dalam Kota (LLG) 19) Transfer D.U.I.T. (Dana Untuk Indonesia Tercinta) 20) BSM Pajak Online 21) BSM Pajak Impor 22) BSM Referensi Bank 23) BSM Standing Order 24) BSM Autosave 25) BSM Transfer Valas 26) Reksadana Mandiri Investa Syariah Berimbang 27) Reksadana Mandiri Investa Atraktif Syariah (MITRA Syariah) 28) BSM Bancassurance 29) Layanan Penerimaan Pembayaran Premi Asuransi Takaful 8. Penghargaan Penghargaan atas prestasi PT Bank Syariah Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.1.
65
Tabel 4.1 Daftar Pengahargaan Kepada PT Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2011 No. 1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
Nama Pengahargaan The Best Outlet Productivity
Pemberi Penghargaan Bank Indonesia
The Best Human Resource Development
Bank Indonesia bekeja sama dengan Karim Business Consulting Majalah SWAsembada
The Word of Mouth Marketing Award 2009 (WOMMA)
Banking Efficiency Award 2009
Harian Bisnis Indonesia
STP Award (Straight Trough Processing Award)
Citibank New York, USA
Bank Syariah Terbaik Indonesia Best Brand Award
Harian Bisnis Indonesia Majalah SWAsembada
Atas Prestasi Penghargaan atas produktivitas outlet bank Syariah Penghargaan dari atas pengembangan Sumber Daya Manusia Penghargaan dari atas hasil survei tentang marketing produk (pemakaian jasa & layanan bank) berdasar rekomendasi konsumen Penghargaan atas kinerja bank yang dinilai mampu mengelola kegiatannya secara efisien Penghargaan atas keberhasilan BSM dalam melakukan proses outgoing transfer tanpa adanya koreksi Penghargaan atas kinerja keuangan Penghargaan atas brand BSM yang dinilai sangat kuat di masyarakat
Tanggal Penghargaan 7 Februari 2009
7 Februari 2009
16 April 2009
23 April 2009
7 Juli 2009
22 Juli 2009
28 Juli 2009
Bersambung ke halaman selanjutnya
66
Lanjutan halaman sebelumnya No. 8.
9.
10.
Nama Pengahargaan Golden Trophy Award
The Best Asset Performing and The Fastest Growth Funding Islamic Banking Institute Islamic Finance Award
Pemberi Penghargaan Majalah Infobank
Property and Bank Magazine
Atas Prestasi Penghargaan atas kinerja BSM dengan predikat “Sangat Bagus” selama 5 tahun berturut-turut Penghargaan atas kinerja keuangan yang telah dicapai
Penghargaan atas kinerja keuangan dengan kategori The Best Islamic Fully Pledged Bank; The Most Expansive Funding; Islamic Fully Pledged Bank; The Most Expansive Financing, Islamic Fully Pledged Bank; The Most Efficient Islamic Fully Pledged Bank 11. Bank Syariah Majalah Investor Penghargaan atas terbaik kinerja keuangan yang telah dicapai 12. The Best PT Rintis Sejahtera, Persentase Percentage penyedia jasa pertumbuhan Growth for jaringan ATM transaksi debit Category Prima pada bank Number Debit pengguna Transaction jaringan ATM Prima Bersambung ke halaman selanjutnya
Tanggal Penghargaan
30 Juli 2009
14 Agustus 2009
Karim Business Consulting
15 Agustus 2009
2 September 2009
5 Desember 2009
67
Lanjutan halaman sebelumnya No. 13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Nama Pengahargaan Rating BSM AA – (Idn)
Top Brand Index
Indonesia Bank Loyalty Award 2010 Deals of The Year 2009
Pemberi Penghargaan Fitch Rating
Majalah Marketing bekerjasama dengan Frontier Consulting Group Majalah Infobank bekerjasama dengan Markplus Insight Redmoney Group, Islamic Finance News Asia, Malaysia
Souvereign Deal of The Year 2009
Redmoney Group, Islamic Finance News Asia, Malaysia
Indonesia Deal of The Year
Redmoney Group, Islamic Finance News Asia, Malaysia
Net Promoter Leader
Octovate/Majalah SWA
Word of Mouth Marketing Award ABFI Institute Award
Majalah SWA/Onbee Marketing ABFI Institute Perbanas dan Group Majalah Tempo
Atas Prestasi
Tanggal Penghargaan
Dukungan Permodalan dari Bank Mandiri, cash provision, dan kinerja perusahaan Sharia Banking: Marketshare dan Top of Mind
10 Februari 2010
Kategori: Saving Account, Sharia Banking
24 Februari 2010
Islamic Bank, Bank Syariah Agen Penjual Sukuk Ritel Indonesia Islamic Bank, Bank Syariah Agen Penjual Sukuk Ritel Indonesia Islamic Bank, Bank Syariah Agen Penjual Sukuk Ritel Indonesia Penghargaan untuk loyalty index Marketing dari nasabah ke nasabah Bank Syariah Terbaik dengan pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode CAMEL
27 Januari 2010
3 Maret 2010
3 Maret 2010
3 Maret 2010
10 Mei 2010
9 Juni 2010
7 Juli 2010
Bersambung ke halaman selanjutnya 68
Lanjutan halaman sebelumnya No. 22.
23.
24.
Nama Pengahargaan Infobank Award
Indonesia Best Brand Award 2010
The Best Islamic Fully Pledged Bank 2010
Pemberi Penghargaan Majalah Infobank
Majalah SWA
Karim Business Consulting
Atas Prestasi Penilaian atas rating 121 bank menetapkan BSM berkinerja Sangat Bagus selama 10 Tahun Berturutturut. Bank dengan brand value terbaik untuk kategori perbankan syariah. BSM memperoleh penghargaan untuk yang keempat kalinya Bank Syariah dengan kinerja terbaik dari sisi kinerja keuangan, SDM, ekspansi jaringan. BSM menjuarai overall the best islamic fully pledged bank dengan menjadi terbaik di kategori: The Most Efficient, The Most Expansive Funding, The Most Expansive Financing,
Tanggal Penghargaan
16 Juli 2010
29 Juli 2010
6 Agustus 2010
Bersambung ke halaman selanjutnya
69
Lanjutan halaman sebelumnya No.
Nama Pengahargaan
Pemberi Penghargaan
25.
Investor Award
Majalah Investor
26.
Annual Report Award (ARA) 2009
Bank Indonesia, Bapepam-LK, BEI, Kementerian BUMN, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Ikatan Akuntan Indonesia, dan Ditjen Pajak Harian Bisnis Indonesia
27.
28.
29.
Banking Efficiency Award 2010
Human Resource Excellence Award 2010 The Most Popular Brand of Islamic Banking
Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Markplus Insight dan Majalah Marketeers
Atas Prestasi The Most Profitable, The Most Efficient Expansive Funding Bank Syariah Terbaik 2010 Juara I ARA 2009 untuk kategori Private Keuangan Non Listed
Penghargaan atas kinerja bank yang dinilai mampu mengelola kegiatannya secara efisien Penghargaan atas strategi pengelolaan manajemen SDM
Indeks brand equity paling tinggi yang diukur berdasarkan 3 (tiga) parameter yaitu brand awareness index, brand image index, dan brand loyalty index Sumber: Company Profile PT Bank Syariah Mandiri 2012
Tanggal Penghargaan
31 Agustus 2010
22 September 2010
6 Oktober 2010
21 Desember 2010
12 Januari 2011
70
9.
Struktur Organsisasi
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) General Meeting Shareholders Dewan Pengawas Syariah
Dewan Komisaris
Board of Sharia Supervisory
Komite Audit
Board of Commissioners
Audit Committee
Direktur Utama Komite Remunerasi & Nominasi
President Director
Remuneration Committee Direktorat Mikro Kecil
Pembiayaan
Direktorat Menengah
Pembiayaan
Direktorat Pembiayaan Korporasi & Tresuri
Direktorat Kepatuhan
Medium Financing Directorate
Corporate Financing Directorate
Pembiayaan Konsumer
Pembiayaan Komersial
Pembiayaan Korporasi & Investasi
Consumer Financing
Commersial Financing
Pembiayaan Mikro, Kecil & Program
Restrukturisasi Restructuring
Small, Micro, Program Financing
Penyelesaian Pembiayaan Pegadaian (Desk)
Financing Settlement
Pawnshop (Desk)
Hubungan Korporasi & Hukum
Mass Banking (Desk)
Pembiayaan Khusus & Sindikasi (Desk)
Pengembangan Bisnis & Produk
Risk Management Directorate
Tresuri Tresury
Compliance Human Capital
Perencanaan, Pengembangan & Manajemen Kinerja Planning, Development & Performance Management Jaringan
Sarana & Logistik
&
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2012
Risk Monitoring Committee
Risk Management Sistem & Teknologi System & Technology Audit Intern Operasi Operation Akuntansi
Komite Manajemen Risiko Risk Management Committe
Accounting Transformation Sisdur & Pengawasan
Network
System, Procedure & Supervision
Kanwil I-V
Alternate Channel
Facility & Logistics
Business & Program Development
Komite Pemantau Risiko
Manajemen Risiko Kepatuhan
Training (Desk) Special Financing & Syndication (Desk)
Gambar 4.1 Corporate Relation & Legal Affairs
Mass Banking (Desk)
Business Remittance Transfer (Desk)
Corporate Financing & Investment Directorate
Nomination
Direktorat Manajemen Risiko
Compliance Directorate Small Micro Financing Directorate
&
Regional Office I-V
71
Haji & Umrah (Desk)
Cabang-cabang
Haji & Umra (Desk)
Branchs
Program
Management Office
B. Kegiatan Pembiayaan Murabahah PT Bank Syariah Mandiri PT Bank Syariah Mandiri memiliki beberapa jenis produk yang ditawarkan kepada masyarakat dengan menggunakan akad murabahah, salah satu produk yang ditawarkan oleh PT Bank Syariah Mandiri adalah Pembiayaan Konsumer BSM. Pembiayaan Konsumer BSM adalah produk pembiayaan yang disediakan untuk mewujudkan impian nasabah memiliki rumah, mobil, atau melakukan renovasi rumah. Skim yang digunakan adalah skim pembiayaan murabahah, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual-beli. Keunggulan Pembiayaan Konsumer BSM adalah cicilan tetap, marjin kompetitif, proses yang mudah dan singkat, serta sesuai dengan syariah. 1. Persyaratan Umum Adapun persyaratan umum yang dibutuhkan untuk mengajukan Pembiayaan Konsumer BSM adalah sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia (WNI), minimal 21 tahun dan pada saat jatuh tempo pembiayaan tidak melebihi 55 tahun; b. Masa kerja minimal dua tahun atau telah diangkat menjadi karyawan tetap; c. Maksimal angsuran per bulan 40% dari take home pay; d. Limit pembiayaan: 1) Limit pembiayaan Rp 50.000.000 s.d. Rp 500.0000.000; 2) Pemilikan atau renovasi rumah maksimal 70% dari harga beli atau Rencana Anggaran Biaya (RAB);
72
3) Limit pembiayaan pemilikan kendaraan baru maksimal 80% dari harga beli. 2. Persyaratan Dokumen Adapun persyaratan dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan Pembiayaan Konsumer BSM adalah sebagai berikut: Tabel 4.2. Persyaratan Dokumen Pembiayaan Konsumer BSM Dokumen
Karyawan
Wiraswasta
Aplikasi permohonan Copy KTP suami/isteri/penjamin Copy KK dan surat nikah Surat keterangan kerja Copy SK pengangkatan terakhir Copy ID Card pegawai (jika ada) Slip gaji tiga bulan terakhir Copy NPWP (pembiayaan > Rp 50 juta) Copy rekening tabungan/giro enam bulan terakhir Akta pendirian, SIUP, TDP, SKDP Laporan keuangan minimal dua tahun terakhir
X X X X X X X X X
X X X
X X X X
3. Persyaratan Khusus Adapun persyaratan khusus yang dibutuhkan untuk mengajukan Pembiayaan Konsumer BSM adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan pemilikan rumah baru (dari developer) 1) Jangka waktu maksimal 15 tahun; 2) Sertifikat pecah per kavling (bukan induk); 3) Memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
73
4) Copy tanda jadi atau down payment (jika ada); 5) Copy brosur dan daftar harga dari developer; 6) Denah lokasi rumah. b. Pembiayaan pemilikan rumah bekas (dari perorangan) 1) Copy sertifikat surat hak guna bangunan; 2) Copy surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 3) Copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir; 4) Surat penawaran dari penjual; 5) Denah lokasi rumah; 6) Rumah dapat dilewati kendaraan roda empat. c. Pembiayaan renovasi rumah 1) Copy sertifikat surat hak guna bangunan; 2) Copy surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 3) Copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir; 4) Denah lokasi rumah; 5) Rencana Anggaran Biaya (RAB); 6) Jangka waktu maksimal lima tahun. d. Pembiayaan pemilikan mobil baru 1) Copy surat pesanan (pre order) kepada dealer; 2) Jangka waktu maksimal lima tahun; e. Pembiayaan pemilikan mobil bekas 1) Copy BPKB, faktur, dan STNK; 2) Surat penawaran dari penjual;
74
3) Jangka waktu maksimal lima tahun; 4) Maksimal usia kendaraan diakhir masa pembiayaan adalah 10 tahun. C. Analisis dan Pembahasan Untuk melakukan analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan simulasi atas salah satu jenis pembiayaan yang menggunakan akad murabahah. Hal ini dilakukan peneliti untuk membuat ilustrasi atas pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri, sehingga dapat diketahui pedoman standar akuntansi dan metode pengakuan yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam transaksi pembiayaan murabahah. Berikut ini adalah contoh simulasi pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Simulasi Pembiayaan Murabahah Untung Purnomo Pokok Pembiayaan: Rp 180.000.000 Tujuan pembiayaan : Pembelian satu unit Toyota Innova, Type G, Black dari dealer resmi Astra 2000 Toyota Harga mobil
: Rp 257.143.000
Plafon pembiayaan
: 30% dari nasabah dan 70% dari bank
Jangka waktu
: 12 bulan, angsuran dibayar setiap tanggal 5 setiap bulan (Januari 2012-Desember 2012)
Marjin efektif
: 12% atau ekivalen flat 6,62%
Penalty
: 0,0162% x tunggakan x jumlah hari
75
Berikut analisis dan pembahasan mengenai simulasi metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri: 1. Angsuran Pokok dan Marjin Dalam menghitung angsuran pokok dan marjin untuk pembiayaan murabahah, PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas (Ratu, 2013). Berikut adalah tabel angsuran pembiayaan konsumer sebesar Rp 180.000.000. Tabel 4.3 Skedul Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM (Pengakuan Pendapatan Marjin Murabahah Dilakukan Menggunakan Metode Anuitas) Angsuran Ke
Porsi Pokok (Rp)
Porsi Marjin (Rp)
Angsuran per bulan (Rp)
Outstanding Pokok (Rp)
ER
0 180.000.000 1 14.192.781,98 1.800.000 15.992.782 165.807.218 2 14.334.709,8 1.658.072,181 15.992.782 151.472.508,2 3 14.478.056,89 1.514.725,082 15.992.782 136.994.451,3 4 14.622.837,46 1.369.944,513 15.992.782 122.371.613,9 5 14.769.065,84 1.223.716,139 15.992.782 107.602.548 6 14.916.756,5 1.076.025,482 15.992.782 92.685.791,53 7 15.065.924,07 926.857,9099 15.992.782 77.619.867,46 8 15.216.583,3 776.198,6762 15.992.782 62.403.284,16 9 15.368.749,14 624.032,8364 15.992.782 47.034.535,02 10 15.522.436,63 470.345,3458 15.992.782 31.512.098,39 11 15.677.660,99 315.120,99 15.992.782 15.834.437 12 15.834.437 158.344,3695 15.992.782 0 Jumlah 180.000.000 11.913.384 191.913.384 Sumber: Data diolah dari tabel simulasi angsuran pembiayaan konsumer BSM
12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12% 12%
Untuk mengetahui perhitungan secara rinci terhadap angsuran pokok dan marjin pada Tabel 4.3. diatas, berikut adalah perhitungannya:
76
Rumus Anuitas: Angsuran Pokok (k) = (
)
(
)
{
}
Pokok Pembiayaan x
(
Angsuran Marjin (k) =
{
(
(
) )
} Pokok Pembiayaan (k)
Tabel 4.4 Perhitungan Angsuran Pokok dan Marjin Menggunakan Metode Anuitas Bulan 1
Angsuran Pokok
Marjin (
x Rp 180.000.000 x [ =
x Rp 180.000.000 x 0,01
=
Rp 14.192.781,98
)
x Rp 14.192.781,98
(
)
=
[
=
Rp 1.800.000
x Rp 14.192.781,98
Total angsuran bulan ke-1: Rp 14.192.781,98 + Rp 1.800.000 = Rp 15.992.782 2 (
[
(
(
= =
) )
] x Rp 180.000.000 x [
)
x Rp 14.334.709,8
(
)
=
[
=
Rp 1.658.072,181
x Rp 14.334.709,9
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 14.334.709,8
Total angsuran bulan ke-2: Rp 14.334.709,8 + Rp 1.658.072,181 = Rp 15.992.782 Bersambung ke halaman selanjutnya
77
Lanjutan halaman sebelumnya Bulan 3
Angsuran Pokok
Marjin (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 14.478.056,89
)
x Rp 14.478.056,89
(
)
=
[
=
Rp 1.514.725,082
x Rp 14.478.056,89
Total angsuran bulan ke-3: Rp 14.478.056,89 + Rp 1.514.725,082 = Rp 15.992.782 4 (
x Rp 180.000.000 x [ = =
)
x Rp 14.622.837,46
(
)
=
[
=
Rp 1.369.944,513
x Rp 180.000.000 x 0,01 x Rp 14.622.837,46
Rp 14.622.837,46
Total angsuran bulan ke-4: Rp 14.622.837,46 + Rp 1.369.944,513 = Rp 15.992.782 5 (
x Rp 180.000.000 x [
(
= =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 14.769.065,84
) )
x Rp 14.769.065,84
=
[
x Rp 14.769.065,84
=
Rp 1.223.716,139
Total angsuran bulan ke-5: Rp 14.769.065,84 + Rp 1.223.716,139 = Rp 15.992.782 6 (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 14.916.756,5
)
x Rp 14.916.756,5
(
)
=
[
=
Rp 1.076.025,482
x Rp 14.916.756,5
Total angsuran bulan ke-6: Rp 14.916.756,5 + Rp 1.076.025,482 = Rp 15.992.782 Bersambung ke halaman selanjutnya 78
Lanjutan halaman sebelumnya Bulan 7
Angsuran Pokok
Marjin (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 15.065.924,07
)
(
)
=
[
=
x Rp 15.065.924,07
x Rp 15.065.924,07 Rp 926.857,9099
Total angsuran bulan ke-7: Rp 15.065.924,07 + Rp 926.857,9099 = Rp 15.992.782 8 (
x Rp 180.000.000 x [ = =
)
x Rp 15.216.583,3
(
)
=
[
=
Rp 776.198,6762
x Rp 180.000.000 x 0,01 x Rp 15.216.583,3
Rp 15.216.583,3
Total angsuran bulan ke-8: Rp 15.216.583,3 + Rp 776.198,6762 = Rp 15.992.782 9 (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 15.368.749,14
)
x Rp 15.368.749,14
(
)
=
[
=
Rp 624.032,8364
x Rp 15.368.749,14
Total angsuran bulan ke-9: Rp 15.368.749,14 + Rp 624.032,8364 = Rp 15.992.782 10 (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 15.522.436,63
)
x Rp 15.522.436,63
(
)
=
[
=
Rp 470.345,3458
x Rp 15.522.436,63
Total angsuran bulan ke-10: Rp 15.522.436,63 + Rp 470.345,3458 = Rp 15.992.782 Bersambung ke halaman selanjutnya 79
Lanjutan halaman sebelumnya Bulan 11
Angsuran Pokok
Marjin (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 15.677.660,99
)
x Rp 15.677.660,99
(
)
=
[
=
Rp 315.120,99
x Rp 15.677.660,99
Total angsuran bulan ke-11: Rp 15.677.660,99 + Rp 315.120,99 = Rp 15.992.782 12 (
x Rp 180.000.000 x [ = =
x Rp 180.000.000 x 0,01 Rp 15.834.437,61
)
(
)
=
[ =
x Rp 15.834.437,61
x Rp 15.834.437,61 Rp 158.344,3695
Total angsuran bulan ke-12: Rp 15.834.437,61 + Rp 158.344,3695 = Rp 15.992.782
2. Jurnal Transkasi Berdasarkan Surat Edaran Operasi PT Bank Syariah Mandiri No. 6/044/OPS Tanggal 15-12-2004 perihal Akuntansi Murabahah, Berikut adalah jurnal pencatatan atas simulasi transaksi diatas: a. Pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah: Rekening
Debit
Piutang Murabahah Margin Murabahah Ditangguhkan Kas
Rp 191.913.384
Kredit Rp 11.913.384 Rp 180.000.000
80
b. Pada saat nasabah mengangsur cicilan piutang murabahah: Rekening
Debit
Kredit
Kas Rp 15.992.782 Piutang Murabahah Rp 15.992.782 (Untuk mencatat penerimaan cicilan piutang murabahah dari nasabah setiap bulan) Rekening
Debit
Margin Murabahah Rp 1.800.000 Ditangguhkan Margin Murabahah (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-1) Rekening
Debit
Kredit
Rp 1.800.000
Kredit
Margin Murabahah Rp 1.658.072,181 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 1.658.072,181 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-2) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 1.514.725,082 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 1.514.725,082 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-3) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 1.369.944,513 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 1.369.944,513 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-4) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 1.223.716,139 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 1.223.716,139 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-5)
81
Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 1.076.025,482 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 1.076.025,482 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-6) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 926.857,9099 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 926.857,9099 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-7) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 776.198,6762 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 776.198,6762 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-8) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 624.032,8364 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 624.032,8364 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-9) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 470.345,2458 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 470.345,3458 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-10) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 315.120,99 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 315.120,99 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-11) Rekening
Debit
Kredit
Margin Murabahah Rp 158.344,3695 Ditangguhkan Margin Murabahah Rp 158.344,3695 (Untuk mencatat margin murabahah bulan ke-12)
82
c. Pada saat menerima denda dari nasabah karena terlambat membayar, misalnya pada bulan ke-7, nasabah membayar tanggal 10: Rekening
Debit
Kredit
Kas/Rekening Rp 12.954,15* Dana Sosial Ex Penalty *(0,0162% x Rp 15.992.782 x 5 hari)
Rp 12.954,15
3. Perbandingan Metode Anuitas dengan Metode Proporsional Dalam mengakui keuntungan murabahah, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Murabahah dalam paragraf 23 menyatakan bahwa keuntungan murabahah diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Pengakuan dengan metode proporsional dapat dilakukan dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara marjin dan biaya perolehan aset murabahah. Terkait dengan metode anuitas yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Syariah Mandiri memiliki alasan terhadap pemilihan metode anuitas untuk transaksi murabahah. Untuk memahami alasan pemilihan metode tersebut, peneliti membuat simulasi skedul pembayaran angsuran nasabah yang keuntungannya diakui
secara
proporsional
pada
Tabel
4.5,
sehingga
dapat
dibandingkan jumlah angsuran dan marjin yang harus dibayar oleh nasabah antara metode proporsional dengan menggunakan metode anuitas pada Tabel 4.3.
83
Simulasi Pembiayaan Murabahah Untung Purnomo Pokok Pembiayaan: Rp 180.000.000 Tujuan pembiayaan
: Pembelian satu unit Toyota Innova, Type G, Black dari dealer resmi Astra 2000 Toyota
Harga mobil
: Rp 257.143.000
Plafon pembiayaan
: 30% dari nasabah dan 70% dari bank
Marjin efektif per tahun : 12% atau ekivalen flat 6,62% Marjin per bulan
: Rp 992.782
Jangka waktu
: 12 bulan
Marjin per tahun
: Rp 11.913.384
Pembayaran tangguh
: Rp 191.913.384
Angsuran per bulan
: Rp 15.992.782
Persentase marjin terhadap total piutang murabahah: 6,207687943% Tabel 4.5 Skedul Angsuran Pembiayaan Konsumer BSM (Pengakuan Pendapatan Marjin Murabahah Dilakukan Menggunakan Metode Proporsional) Angsuran Ke
Porsi Pokok 93,79231206% (Rp)
Porsi Marjin 6,207687943% (Rp)
0 1 15.000.000 2 15.000.000 3 15.000.000 4 15.000.000 5 15.000.000 6 15.000.000 Bersambung ke halaman selanjutnya
992.782 992.782 992.782 992.782 992.782 992.782
Angsuran per bulan 100% (Rp) 15.992.782 15.992.782 15.992.782 15.992.782 15.992.782 15.992.782
Outstanding Pokok (Rp) 180.000.000 165.000.000 150.000.000 135.000.000 120.000.000 105.000.000 90.000.000
ER
6,62% 7,22% 7,94% 8,82% 9,93% 11,35%
84
Lanjutan dari halaman sebelumnya Angsuran Porsi Pokok Porsi Marjin Angsuran Outstanding Ke 93,79231206% 6,207687943% per bulan Pokok ER (Rp) (Rp) 100% (Rp) (Rp) 7 15.000.000 992.782 15.992.782 75.000.000 13,24% 8 15.000.000 992.782 15.992.782 60.000.000 15,88% 9 15.000.000 992.782 15.992.782 45.000.000 19,86% 10 15.000.000 992.782 15.992.782 30.000.000 26,47% 11 15.000.000 992.782 15.992.782 15.000.000 39,71% 12 15.000.000 992.782 15.992.782 0 79,42% Jumlah 180.000.000 11.913.384 191.913.384 Sumber: Data diolah dari tabel simulasi angsuran pembiayaan konsumer BSM Untuk menghitung angsuran pokok yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan pada Tabel 4.5 di atas, maka cara yang digunakan adalah dengan mengalikan marjin sebesar 6,207687943% dengan total angsuran yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan, yaitu Rp 15.992.782. Sehingga mendapatkan marjin yang harus dibayar sebesar Rp 992.782 per bulan. Sedangkan untuk menghitung angsuran pokok setiap bulan dapat dilakukan dengan menggunakan cara (100% 6,207687943%) x total angsuran yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan, yaitu Rp 15.992.782. Sehingga mendapatkan angsuran pokok yang harus dibayar sebesar Rp 15.000.000 per bulan. Berdasarkan simulasi pembiayaan murabahah pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa metode anuitas memiliki kestabilan pada persentase Effective Rate (ER) setiap bulan (Aminullah,
2013).
Untuk
mengetahui
hal
tersebut,
peneliti
menganalisis ER atas simulasi pembiayaan murabahah pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.5. Adapun rumus persentase ER dan perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.6. 85
ER =
x 12
Tabel 4.6 Perbandingan Perhitungan Effective Rate Menggunakan Metode Anuitas dan Metode Proporsional Bulan 1
Metode Anuitas
Metode Proporsional
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 6,62%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 7,22%
x 100% x 12= 12%
x 100% x 12 = 7,94%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 8,82%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 9,93%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 11,35%
2
3
4
5
6
7 x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 13,24%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 15,88%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 19,86%
8
9
Bersambung ke halaman selanjutnya
86
Lanjutan halaman sebelumnya Bulan 10
Metode Anuitas
Metode Proporsional
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 26,47%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 39,71%
x 100% x 12 = 12%
x 100% x 12 = 79,42%
11
12
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode anuitas, ER setiap bulan stabil, yaitu sebesar 12%. Sehingga hal ini merupakan alasan PT Bank Syariah Mandiri memilih untuk menggunakan metode anuitas dalam transaksi pembiayaan murabahah. Berdasarkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.5, maka peneliti membuat analisis terhadap perbandingan tabel tersebut, antara lain: a. Pada Tabel 4.3, yaitu dengan menggunakan metode anuitas, dapat dilihat bahwa jumlah angsuran pokok yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan semakin besar, sedangkan jumlah marjin yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan semakin kecil. b. Pada Tabel 4.3, yaitu dengan menggunakan metode anuitas, dapat dilihat
bahwa
perhitungan
marjin
atau
keuntungan
bank
diperhitungkan dari jumlah outstanding porsi pokok, tidak diperhitungkan dari pokok pembiayaan murabahah.
87
c. Pada Tabel 4.5, yaitu dengan menggunakan metode proporsional, dapat dilihat bahwa jumlah angsuran pokok dan marjin yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan adalah sama. d. Pada Tabel 4.5, yaitu dengan menggunakan metode proporsional, dapat dilihat bahwa perhitungan marjin atau keuntungan bank diperhitungkan
dari
pokok
pembiayaan
murabahah,
tidak
diperhitungkan dari outstanding porsi pokok. Tabel 4.7 Hasil Perbandingan Metode Anuitas dengan Metode Proporsional Perbedaan Jumlah angsuran pokok Jumlah marjin Cara perhitungan marjin
Metode Anuitas Bertambah besar setiap bulan Bertambah kecil setiap bulan Dihitung dari outstanding angsuran pokok
Metode Proporsional Sama setiap bulan Sama setiap bulan Dihitung dari pokok pembiayaan murabahah
4. Standar Akuntansi Diterbitkannya Buletin Teknis No. 9 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 16 Januari 2013 tentang Penerapan Metode Anuitas Dalam Murabahah, disebutkan didalamnya bahwa lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN No.84/DSNMUI/XII/2012 harus melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan sesuai dengan ketentuan pada PSAK No. 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK No.
88
50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, dan PSAK No. 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Hal tersebut ditetapkan karena pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas didasarkan pada fakta bahwa pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana oleh lembaga keuangan syariah yang disalurkan kepada nasabah dengan mekanisme jual-beli. Dalam akuntansi kegiatan seperti ini secara substansi dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing). Dalam aplikasi praktik pembiayaan murabahah, PT Bank Syariah Mandiri tidak sepenuhnya mengaplikasikan PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah, namun tidak sepenuhnya mengaplikasikan PSAK No. 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Hal ini dapat diketahui berdasarkan Surat Edaran Operasi PT Bank Syariah Mandiri No. 6/044/OPS tanggal 15 Desember 2004, hasil wawancara peneliti dengan Staff Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, serta simulasi pembiayaan yang dibuat oleh peneliti pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.5, bahwa pencatatan atas jurnal transaksi pembiayaaan murabahah mengacu pada PSAK No. 102, sedangkan perhitungan keuntungan transaksi pembiayaan murabahah mengacu pada PSAK No. 55, yaitu penggunaan metode anuitas sebagai modifikasi dari metode suku
bunga efektif. Selain itu, PT Bank
Syariah Mandiri juga melakukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
89
Produktif (PPAP) pada saat terjadinya akad, yaitu sebesar 1% untuk Kol (1) dan 5% untuk Kol (2) dari total pokok pembiayaan. Terkait dengan diterbitkannya Buletin Teknis No. 9 oleh IAI sesuai dengan Fatwa DSN No.84/DSN-MUI/XII/2012, PT Bank Syariah Mandiri tetap menjalankan kombinasi antara PSAK No. 102 dengan PSAK No. 55 hingga sekarang. Hal ini dilatarbelakangi oleh (Aminullah, 2013): a. Sistem dan persiapan yang cukup lama dan mahal untuk penerapan PSAK No. 55. b. Sumber daya manusia yang menguasai PSAK No. 55 terbatas, sehingga akan menambah masalah bagi perbankan syariah untuk penerapan PSAK ini. c. Jika menggunakan PSAK No. 55, PT Bank Syariah Mandiri harus membuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), yaitu dilakukan melalui evaluasi individual yakni sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Hal ini akan membuat akad murabahah
menjadi
tidak
sesuai
dengan
syariah
karena
mengandung konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Mengingat didalam akad murabahah, nominal tidak diperkenankan berubah
selama
periode
akad.
Oleh
karena
itu,
dalam
mencadangkan kerugian atas piutang tak tertagih, PT Bank Syariah
90
Mandiri mengacu pada PSAK No. 102, yaitu dengan membuat PPAP pada saat terjadinya akad. Berdasakan hal-hal tersebut, maka PT Bank Syariah Mandiri menggunakan kombinasi PSAK No. 102 dan PSAK No.55 dalam transaksi pembiayaan murabahah. 5. Jual – Beli Murabahah dan Pembiayaan Murabahah Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, murabahah merupakan transaksi jual beli barang, di mana penjual mengungkapkan harga perolehan kepada pembeli dan memperoleh keuntungan berdasarkan marjin yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Namun yang terjadi dalam praktik PT Bank Syariah Mandiri adalah pembiayaan
murabahah,
bukan
jual-beli.
Dalam
pembiayaan
murabahah di PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Syariah Mandiri sebagai penjual tidak memiliki persediaan aktiva murabahah. Sedangkan dalam rukun dan syarat akad murabahah, objek murabahah dipersyaratkan harus menjadi milik dan dalam penguasaan penjual. Akad murabahah merupakan akad jual-beli dan biasanya digunakan untuk jangka pendek sampai menengah. Namun dalam praktik pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah Mandiri, jangka waktu dalam akad murabahah dapat mencapai belasan tahun. Selain itu, perhitungan atas marjin keuntungan jual – beli murabahah,
berdasarkan
PSAK
No.
102
dengan akad
dilakukan
secara
91
proporsional. Sedangkan dalam praktik pembiayaan murabahah di PT Bank Syariah Mandiri dilakukan secara anuitas, di mana
marjin
murabahah dihitung dari outstanding porsi pokok utang. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa praktik akad murabahah dalam PT Bank Syariah Mandiri merupakan ketegori pembiayaan dan bukan jual – beli. di mana bank sebagai penjual seharusnya telah memiliki dan menguasai objek murabahah, namun yang terjadi adalah PT Bank Syariah Mandiri tidak memiliki persediaan objek murabahah dan menjadi menyediakan dana untuk nasabah.
92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah, pencatatan akuntansi atas transaksi murabahah, dan metode yang sesuai untuk digunakan dalam akad murabahah. Penelitian ini dilakukan dengan satu objek penelitian yaitu PT Bank Syariah Mandiri dengan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi dan studi kasus. Berdasarkan pada data yang telah diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan antara teori dan praktik, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah. Pencatatan atas transaksi pembiayaan murabahah mengacu pada PSAK No. 102 dan PSAK No. 55. 2. Metode anuitas yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah tidak sesuai dengan PSAK No. 102. B. Implikasi Dari kesimpulan di atas dan beberapa pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab empat, maka implikasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
93
1. Bagi PT Bank Syariah Mandiri Adanya Buletin Teknis No. 9 yang diterbitkan oleh IAI, PT Bank Syariah Mandiri perlu menetapkan metode pengakuan keuntungan yang akan digunakan dalam murabahah di kemudian hari dan menyiapkan perubahan sistem jika memilih metode anuitas karena harus mengacu pada PSAK No. 50, 55, dan 60. 2. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia Adanya dua metode dalam pengakuan keuntungan murabahah, yaitu proporsional dan anuitas, diharapkan Ikatan Akuntan Indonesia dapat mengkaji lebih lanjut tentang metode anuitas yang harus digunakan oleh bank syariah dalam mengakui keuntungan murabahah, mengingat hal tersebut tidak tercantum dalam PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah dan pengukuran nilai wajar yang terdapat dalam PSAK No. 50, 55, dan 60 mengandung time value of money apakah masih relevan untuk diadopsi oleh entitas syariah. 3. Bagi Kantor Akuntan Publik Adanya dua metode yang digunakan dalam pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah, yaitu proporsional dan anuitas, kantor akuntan publik diharapkan dapat memahami hal ini karena akan mempengaruhi opini yang akan diberikan kepada entitas syariah atas penyajian laporan keuangan.
94
C. Keterbatasan Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang mungkin dapat melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini hanya pada sebatas salah satu entitas syariah, sehingga belum dapat digeneralisasi dengan objek penelitian yang lain. 2. Analisis yang digunakan hanya sebatas berasal dari teori yang dipahami peneliti sendiri. D. Saran Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya: 1. PT Bank Syariah Mandiri, disarankan untuk menetapkan metode dan standar akuntansi yang konsisten di kemudian hari dalam transaksi pembiayaan murabahah. 2. Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai regulator dan pembuat standar akuntansi di Indonesia disarankan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai standar akuntansi murabahah, terkait adanya dua metode dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah, 3. Bank Indonesia sebagai bank sentral disarankan untuk menetapkan regulasi tentang metode yang relevan untuk dipakai oleh bank syariah dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah.
95
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian ini pada objek penelitian yang lain sehingga dapat diperbadingkan hasilnya.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jabar, Cepi Safrudin. "Human Instrument Dalam Penelitian Kualitatif : Sebuah Konsep", Equilibrium, Yogyakarta, 2008. Al-Quran dan Terjemah, Departemen Agama, 2012. Aminullah, Asrul. Wawancara. PT Bank Syariah Mandiri. 11 Juni 2013. Anggadini, Sri Dewi."Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah Pada BMT AsSalam Pacet – Cianjur", Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 9 No. 2, Bandung, 2009. Bank Indonesia. “Statistik Perbankan Indonesia”, artikel diakses tanggal 13 Februari 2013, dari http://www.bi.go.id/web/ Statistik/Statistik+Perbankan /Statistik+Perbankan+Indonesia/ Basrowi dan Suwandi. “Memahami Penelitian Kualitatif”. Rineka Cipta, Jakarta, 2008. Ciptani Febriati, Ekaputri. “Analisis Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai”. Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3, Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2013. Company Profile. PT Bank Syariah Mandiri, Jakarta, 2012. Dewan Syariah Nasional. ”Fatwa Dewan Syariah Nasional Metode Pengakuan Keuntungan Tanwil Bi Al-Murabahah Di Lembaga Keuangan Syariah”, Fatwa DSN-MUI, Jakarta, 2012. Djuarni, Wenny. "Analisis Perbandingan Metode Pemberian Kredit di Bank Konvensional dengan Pembiayaan Musyarakah di Bank Syariah Pada PT Bank Jabar Banten dan PT Bank Syariah Tbk", Jurnal Ekonomi Vol. 2 No. 1, Universitas Putra Indonesia, Cianjur, 2011. Farola Bram, Yudi. "Analisis Efektivitas Iklan Sebagai Salah Satu Strategi Pemasaran Perusahaan Percetakan Dan Penerbitan PT Rambang Dengan Menggunakan Metode EPIC Model" , Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 3 No. 6 , Universitas Sriwijaya, Palembang , 2005. Ikatan Akuntan Indonesia. “Bultek 9 Penerapan Metode Anuitas Dalam Murabahah”, artikel diakses tanggal 23 Januari 2013, dari http://www.iaiglobal.or.id/v02/prinsip_ akuntansi/ standar.php?cat=SAK% 20Syariah&id=82
97
Iriyadi dan Oktafiyanthi, Arinta, "Pengakuan Pendapatan: Studi Komparasi Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT Bank Jabar Bogor)", Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol. 7, Bogor, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2008. Kurneawati, “Analisis Perlakuan Piutang Murabahah Pada PT Bank Rakyat Indonesia KCI Gbeng Surabaya”, Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 16 No. 1, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya, 2011. Kwang En, Tan dan Dorothy, Jane. "Peranan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Untuk Meminimalisasi Piutang Tak Tertagih (Studi Kasus Pada Perusahaan Sepatu ”X”)" , Jurnal Ilmiah Akuntansi No. 5, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2011. Laporan Keuangan tahunan PT Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2012. Diakses tanggal 13 februari 2013, dari http://www.syariahmandiri.co.id/en/ category/investor-relation/laporan-tahunan/ Laporan Tahunan Puslitbang Kehidupan Keagamaan Indonesia Tahun 2012. Diakses tanggal 29 Agustus 2013, dari http://puslitbang1.balitbangdiklat. kemenag.go.id/ Nurul Musjtari, Dewi dan Fitriyanti, Fadia. “Hukum Perbankan Syariah dan Takaful”, Lab Hukum Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah, Malang, 2010. Rahmat, Pupu Saeful. "Penelitian Kualitatif", Equilibrium Vol. 5 No. 9 , 2009. Rahmawaty, Anita. "Ekonomi Syariah : Tinjauan Kritis Produk Murabahah Dalam Perbankan Syari‟ah Di Indonesia", Jurnal Ekonomi Islam La Riba Vol. 1 No. 2 , Jakarta , 2007. Ratu Fitria, Winahyu. Wawancara. PT Bank Syariah Mandiri. 4 Juni 2013. Riza Salman, Kautsar. "Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah", Akademia Permata, Padang, 2012. Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Saeful Rahmat, Pupu. “Penelitian Kualitatif”, Equilibrium Vol. 5 No. 9, 2009. Shomad, Abdul. “Bay Al-Murabahah (Deffered Payment Sale) di Lingkungan Bank Syariah”, Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 24 No. 1, Surabaya, 2009.
98
Smolo, Edib. “Al-Bay Bithaman Ajil (BBA) as Practiced in Malaysia: a Critical Review”, Journal of Islamic Banking and Finance, Malaysia, 2010. Sundusiah, Suci. “Analisis Data Kualitatif‟. makalah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2010. Supramono, Gatot. " Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis". Rineka Cipta, Jakarta , 2009. Utama, Chandra. "Pengenalan Produk dan Akad Murabahah dalam Perbankan Syariah", Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2009. Wangsa, Sugianto dan Ming Kuang, Tan. “Analisis Pengukuran , Pengklasifikasian , dan Pengakuan Pendapatan Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah”, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi No.6, Bandung, 2011. Widodo, Sugeng. "Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif", Asgard Chapter, Yogyakarta 2010. Wiyono, Slamet dan Maulamin, Taufan. "Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia", Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012.
99
LAMPIRAN I
BULETIN TEKNIS 9
PENERAPAN METODE ANUITAS DALAM MURABAHAH
DIKELUARKAN OLEH
DEWAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA
TANGGAL
16 JANUARI 2013
Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.
PENDAHULUAN 01. Dalam PSAK 102: Akuntansi Murabahah paragraf 23 mengatur bahwa pengakuan keuntungan murabahah diakui: (a) pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau (b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahahnya: (i) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh di mana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil. (ii) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasih ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga. (iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh di mana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. 02. Pada tanggal 21 Desember 2012 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan Fatwa No.84/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah. Fatwa tersebut mengatur bahwa pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang (al-tujjar); dan pengakuan keuntungan altamwil bi al-murabahah (pembiayaan murabahah) dalam bisnis yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah, boleh dilakukan secara proporsional (thariqah mubasyirah) dan secara anuitas (thariqah al-hisab ‘al-tanazuliyyah/thariqah tanaqushiyyah) selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan lembaga keuangan syariah. 03. Keluarnya fatwa tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana menerapkan pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah secara anuitas oleh lembaga keuangan syariah mengingat hal ini tidak diatur dalam PSAK 102: Akuntansi Murabahah.
101
04. Kondisi ini menjadi pertimbangan bagi DSAS IAI dalam menerbitkan Buletin Teknis ini dengan tujuan agar tercapai kesesuaian dan keseragaman penerapan anuitas untuk pembiayaan murabahah. PERMASALAHAN 05. Buletin Teknis ini membahas akuntansi untuk pembiayaan murabahah oleh lembaga keuangan syariah yang keuntungannya diakui secara anuitas. AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH SECARA ANUITAS 06. Pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas didasarkan pada fakta bahwa pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana oleh lembaga keuangan syariah yang disalurkan kepada nasabah dengan mekanisme jual-beli. Dalam akuntansi kegiatan seperti ini secara substansi dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing). 07. Akuntansi untuk pembiayaan murabahah yang substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing) mengacu pada PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan dan PSAK lain yang relevan. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai Fatwa No.84/DSN-MUI/XII/2012 harus melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pembiayaan murabahah sesuai dengan ketentuan dalam PSAK–PSAK tersebut, termasuk akuntansi untuk penurunan nilai dari pembiayaan murabahah dan pengungkapan risiko secara kualitatif dan kuantitatif yang timbul dari pembiayaan murabahah tersebut. *****
102
r
~.)-~~v~~'.: ",.
~
..,..
~ ••...
LAMPIRAN II
.....
r-
;;
.....•
DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI National Sharia Board - Indonesian Council of Ulama Sekretariat:
JI. Dempo No.19 Pegangsaan -Jakarta Pusat 10320 Telp. : (021) 3904146 Fax.:(021) 31903288
FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 84/DSN-MUIIXII/2012 Tentang MET ODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN Al-TAMWIL BI AL-MURABAHAH (PEMBIAYAAN MURABAHAH) DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Dewan Syariah NasionalMenimbang
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah:
: a. bahwa dalam pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang diaplikasikan
oleh Lembaga
Keuangan
Syariah
(LKS) dikenal
antara lain dua metode, yaitu metode proporsional
dan metode
anuitas; b. bahwa penerapan salah satu dari dua metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah tersebut menimbulkan permasalahan bagi kalangan industri dan masyarakat, sehingga memerlukan kejelasan dari aspek syariah mengenai kedua metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah tersebut; c. bahwa Lembaga Keuangan Syariah memerlukan metode pengakuan keuntungan
pembiayaan
murabahah
yang
dapat
mendorong
pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang sehat; d. bahwa atas dasar pertimbangan huruf a b, dan c, Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang metode pengakuan keuntungan pembiayaan
murabahah
di Lembaga
Keuangan
Syariah untuk
dijadikan pedoman. Mengingat
1. Firman Allah s.w.t., antara lain: a. QS. al-Nisa' [4]: 29: '"
.J. • e
U~
0
""
i U
C'::'
J
J
-'"
~ If'" .
c: ° <1(Oi . r-'~ r-''''' .r"
",
",
0
{jj
~I
IL.LJL,
,.. "
e
'"
.J.J
2 ",.
(I("'\J~ y--
~
(~/T ~ °jJI y J..
1/.' 1S M
~
-
"'"
J
0P oJb; "
... ~
uP1) '"
~
"'"
"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu ... " Dewan Syariah Nasiona.l - Majelis Ulama Indonesia
103
84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
2
b. QS. al-Ma'idah [5]: 1:
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu .... " c. QS. al-Ma'idah [5]: 2:
~yi ~
~ljUlj
Ijj~
~j l>~lj •••
11 ~
0
Ijj~j
:;J
tfJ
...
~
"
.ylkJI ~.G. aJI01 aJI1~lj " ...Dan
tolong-menolonglah
kebajikan
dan takwa,
kamu
dalam
dan jangan
(mengerjakan)
tolong-menolong
dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. " d. QS. al-Baqarah [2]: 283: ..-:
""
'f.
..-: 0
.. .~~~I pj
;1J
,~~I ~jl
J
0.....
~
l>~1~~
.•.
\~~!~
~i
0
.•.•
0~..
" ...Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai
itu menunaikan
amanatnya
dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya ... ". 2. Hadis Nabi s.a.w., antara lain: a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu 'Abbas, dan riwayat Imam Malik dari Yahya: ,.
....
,.:/1
0/
~j ~~ ~ 0i
~I~
~j
~L.
'Oj~
(~
tY'
;1J
;1J.....
:;I
(.Lj ~ ill1 ~
~
cj ~L,a.....JI J.
:yL.£JI/ ~ :~.1JI
....
O~~
tY'
$1/
J~~ 0i J.I
,-.r:-i)
~I ,-L.
cj ls-! o" :yl)1 'i~~1
~
J.I tY' -Lri olJjJ
~L. J 'd~
.r ii'
"Rasulullab s.a.w. menetapkan: Tidak boleh membahayakan/ merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya). " (HR. Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit dalam Kitab Sunan al-Tirmidzi, Kitab: Ahkam, bab man bana fi haqqihi ma yadhurru
bi jarihi, No: 2331; HR.
Ahmad dari Ibnu Abbas dan HR Malik dari Yahya) b. Hadis riwayat Imam Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Kitab Ahkam, bab: ma dzukira 'an Rasulillah, No:<1272: tJj
~In
?
"...
•••
.p.",
/.
l~i i ~yG.../ .•/ ~ .r: J i?
I~I// "'\~'I0 'I~r~l/ /r;./
.1...4
.r"
o;1J
u-
J
LJI.:>-
i?
If
0
0,
~I /. ~o :11 /. ~U'"u ~
0
0 /,
W .r"
~rl~.t, l ~~
n,
Jr
0/
"•• ~
~
",-
:"'1'"",\1 C-'-
I;". U.J"~ ~ } ~1..~.il/J
cs:"
0}
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
104
84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
3
"Perdamaian boleh dilakukan di an tara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. " c. Hadis Mauquflbnu
Mas'ud:
~~,.. .ul ~\ ,.. ~ ,..J: \: ~:.. ~ 1 ~ ~ uy>- •...~ J
0
.~
J \\
0
~-\"
0)
I" \.,4
"Apa yang dipandang baik c:leh umat Islam, baik pula di sisi Allah." (HR Ahmad, Musnad Ibn Hanbal, kitab: al-Muktsirin min al-Shabahah,
bab: Musnad Abdullah
Ibnu Mas'ud,
No.
3418; Radd al-Muhtar 'ala Dur al-Mukhtar, Ibnu 'Abidin,
Dar
al-Kutub al-Tlmiyah, hlm, 52) 3. Kaidah fikih, antara lain:
~~ ~q ~ I~ u-10\~ JJ.s- :Ii "\l. ...-:
,..
~
:ii
o/:$J
• 0 ~
v
//
J
0
h-\S't\ .
""",.,....
;'
J
0
t ~W_
f..t\ l
-.I.
""'''
10 _f..t\
U-
l
;'
"Pada dasarnya, segala bentuk mu 'amalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. " (al-Asybah wa alNazha 'ir fi Qawa'id wa Furu' Fiqh al-Syafi'iyyah, Jalal al-Din Abd al-Rahman Ibnu Abi Bakr al-Suyuthi, Beirut: Dar al-Kitab aI-'Arabi. 1987, hlm. 133). "'"
0
(/J
'~\J ~ ~ 'J~~\)\ "Jika
sebuah
kewajiban
tidak
terlaksana
,.
~ 'J ~
kecuali
sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya." Fuhul, Muhammad
J.
.Y
dengan
(Irsyad al-
Ibn Ali Ibn Ahmad al-Syaukani,
Beirut:
Dar al-Fikr. 1992, juz 1, hlm, 411). ,.
0....
~~ "Keputusan/kebijakan/tindakan
/.
/.
0
J..
.k:; ~) ~ r~Y\ ~~ pemegang
otoritas
.w
terhadap
rakyat harus mempertimbangkan mashlahat. " (al-Asybah wa alNazha 'ir fi Qawa'id wa Furu' Fiqh al-Syafi'iyyah,
Jaial aI-Din
Abd al-Rahman Ibnu Abi Bakr al-Suyuthi, Dar Saa, Kairo 2004, cet. II, Vol. I, hlm, 276).
"Adat hukum."
(dapat)
dijadikan
pertimbangan
dalam
penetapan
(Durar al-Hukkam fi Syarh Majallat al-Ahkam, Ali
Haidar, Dar aI-JiI, pasal 812, hlm. 351).
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
105
184 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
4
.ti,:? .1)~\:itS--li:; ~);:.J\ .~ /
"Sesuatu yang diketahui (berlaku) secara adat (berdasarkan kebiasaan)
sama statusnya
sebagai syarat."
dengan sesuatu yang ditetapkan
(Durar al-Hukkam fi Syarh
Majallat
al-
Ahkam, Ali Haidar, Dar aI-Jail, pasal251, him. 233). .:
~ ':0/
~/J
.1
0 ~~
JtS--!G:j\ ~ ~ 0/
~o
J
;J\
·C
"Sesuatu yang diketahui (berlaku) secara adat (berdasarkan kebiasaan) di antara sesama pedagang sama statusnya dengan sesuatu yang ditetapkan sebagai syarat di an tara mereka." (Syarh
al-Qawa'id
al-Fiqhiyyah,
Ahmad
Ibn
al-Syaikh
Muhammad al-Zarqa, Damaskus: Dar al-Qalam, 1989, hIm. 237; al-Qawaid Tathawwuruha, Muhimmatuha,
al-Fiqhiyyah: Dirasat
Mafhumuha,
Nasy'atuha,
Mu 'allafatuha,
Adillatuha,
Tathbiqatuha,
Ali
Ahmad
al-Nadawi,
Damaskus: Dar al-Qalam, 1994, hlm. 65; dan al-Wajiz fi Idhah al-Fiqh al-Kuliyyah, Muhammad Shidqi Ibn al-Burnu,
Beirut:
Mu'assasah al-Risalah, 1983, hlm. 79) .
.~~ ~8tS-- J~~ ~8\
.t
"Sesuatu yang tetap (berlaku) berdasarkan kebiasaan sama statusnya dengan sesuatu yang ditetapkan dengan nash." (alQawa'id al-Fiqhiyyah al-Kubra wa Atsaruha fi al-Mu 'amalat al-Maliyah, Umar Abdullah Kahil, Kairo: Universitas al-Azhar. t.th, hlm. 160).
.~~\ "Keputusan pemerintah ijtihad menghilangkan
~~ ~~~\ ~G ~
~W\ ~
.~
(pemegang otoritas) dalam masalah ikhtilaf"
(al-Furuq, Syihab al-Din al-
Qurafi, Beirut: 'Alam al-Kutub, t.th., juz II, hIm. 103).
'~~\~J~W\~
)
"Keputusan pemerintah (pemegang otoritas) menghilangkan ikhtilaf" (I'anat al-Thalibin, Sayyid al-Bakri Muhammad Syatha al-Dimyathi, Beirut: Dar al-Fikr. t.th., juz III, hlm. 303; Hasiyah Ibn Abidin, Muhammad
Amin, Beirut: Dar al-Fikr.
1386 H, juz III, hlm. 412; dan Hasiyah al-Dasuqi, Muhammad al-Dasuqi, Beirut: Dar al-Fikr. t.th., juz IV, hlm. 79, 147, dan 158).
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
106
i------84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
Memperhatikan
5
1. Pendapat para ulama, antara lain: a. Dr. Wahbah al-Zuhaili: ""
'"
/.
/.
..\kJI~lkJI ~~
"" "",."., o
/t-
J ..... "
",
'"
~O"
oJ/.
""",.
"
,;'
~I
/.
0
",
~tkJI ~~
... ~
"~-.-;",..,,..,
""
0
..\kJI~j
~~I
//"., ""
J;;::~f ~
;"
;Jj
t;JT ~
J
0
,~j:WJ ~I
"
~I;~
""
J
0
;'
't
;'
//
.~~I r~1 ~G I~j Akibat hukum utama akad (tujuan akad, ghayah) terjadi seketika --berdasarkan ketentuan syara '-- hanya dengan terjadinya akad yang sah (memenuhi rukun dan syarat-syaratnya) ... dengan terjadinya akad jual beli yang sah, beralihlah kepemilikan (barang) kepada pembeli; demikian pula akibat hukum akad lainnya (al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Wahbah al-Zuhaili, Beirut: Dar al-Fikr al-Mu'ashir. 2006. juz IV, hlm. 3084) b. Pendapat
fuqaha
dalam
al-Mausu'atu
al-Fiqhiyah
al-
Kuwaitiyah: o
2W1 ~j
:;I
oj)
~_/~.:l\ ~
0~j
0
,~I
;'"..
0
0
'C;.":l\ ~j\:JI
~
;'...,;'
//.
...
""
'lA:JI
. ~ "..
~
(Jj"
;'
/.
\;",' .-/::/ ~/ ~~
J
0"
,~'"
/.
1~/I
-
~
_.
",.
0
.°:11 r.:::;:--
~"'/.' '"
~
.•...
//
Dalam jual-beli, obyek (mabi') menjadi milik pembeli dan uang (tsaman) menjadi milik penjual; pembeli menjadi pemilik obyek (mabi') dengan terjadinya akad jual-beli yang sah, tanpa disyaratkan
adanya penguasaan
(qabdh)
(al-Mausu'atu
al-
Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, Wizaratul Auqaf al-Kuwaitiyah, juz 9, hIm. 37.) 2. Keputusan AAOFI, dalam al-Ma'ayir al-Syar'iyyah: ,.".
/0
4#-
~
;$I
~
""'"
:.?I y~1
"..
-",.,,;'
/.0
~"
"..,...
"
~
"".".",..
,...
~
° . ~(;;/:::l\ ~GJI
~
-'
///
o
~I
,... ",.,.
~
J
0~
.
~
~
0i
L1
~?
~ ..•.
J
.
0/
/.
-
~
~:)Iy~ ,.
""
o;J
,.
~
oJI.
'"
"...,:;
~t5"
\;",' °:)1 ~ //
.......•.
0i ~~ 'J
~
~~
'" ••.
o;J
0,/
'"
;~ ~
"'"
""
~-'---,.
0,..
/.
'J~I
/0
""
0
/.
~
0
",;,
Jo
;'
~;,
,...
~i ~j:JI
~;,
:,i ,;:WI ~\.SJ ~.?~I ",
r~
//...:/J;:"
~? ~dj~
J~~
~
~:)I..4..G.J ~ ;""..
/.
aJ"G]1 ,--,~I //
- ).
""
".,
0
..•.
-f"
",.-
'"
;'
0
0
J:,w'JI Jjh ~
~w~l\
.d~:\~~ /
/
a..;;.; L /.
~~
~c,.~i /
/
Lembaga Keuangan Syariah tidak dilarang untuk menggunakan metode yang diterima (dibolehkan) oleh syariah dan 'urf dalam menghitung keuntungan (murabahah) sesuai jangka waktu Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
107
84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
6
pembiayaan, antara lain metode penghitungan keuntungan berdasarkan prosentase atas jumlah total harga/pembiayaan dalam satu tahun, selama jangka waktu pembiayaan (thariqah al-hisab allati ta'tamidu 'ala tahdid al-ribh nisbatan 'ala kamil al-mablagh sanawiyan li kamil al-muddah), atau metode penghitungan secara menurun (thariqah al-hisab al-tanazuliyah), yaitu penghitungan keuntungan berdasarkan sisa pembiayaan yang menjadi tanggungjawab nasabah sesuai dengan jadual angsuran. Dalam kedua metode terse but, pada saat akad total harga jual harus disebutkan dalam bentuk nominal. (al-Ma 'ayir al-Syar'iyah li alMuraja 'ah al-Islamiyah, Mi'yar No. 47, Hai'ah al-Muraja'ah wa alMuhasabah al-Islamiyah, Bahrain, hlm. 63).
'"
""",
0.....,;'
4C .;.('; ~ ~jJ .bwi ~ ~ ~/
~
~
...."..
",
0
//
:0:::~~j t>:b-l /....
0
.....0
~J.;ji 4W\ 4L:J\ o~\ //
'"
//
~ ~ o;~
i\~~ .•.•.
/~
.•...
~
·~~r! "Pengakuan keuntungan jual-beli tangguh yang harganya dibayar sekaligus setelah periode buku berjalan atau dibayar secara angsuran dalam beberapa peri ode buku berikutnya, dilakukan dengan salah satu dari dua metode berikut: (1) Pengakuan keuntungan disebar ke dalam beberapa periode buku yang akan datang sampai dengan jatuh tempo; dalam arti untuk setiap periode buku ada bagian keuntungan yang ditentukan, baik pembayaran harga terse but diterima atau tidak. Inilah metode yang lebih disukai; (2) Pengakuan keuntungan dilakukan ketika setiap angsuran bayaran harga diterima, apabila dewan pengawas syariah LKS/bank membolehkannya atau apabila otoritas pengawas mengharuskan demikian. (Ma' ayir al-Muhasabah wa al-
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
108
84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
7
li al-Mu'assasat al-Maliyah
al-
wa al-Dhioabitn
Muraja'ah
Islamiyah, Mi'yar no 2, AAOIFI Bahrain, 2004, hIm. 142). 3. Pendapat Dr. 'Isham Abdul Hadi Abu Nashr: I/J
0
/0J.
0 .....• 0
(:(:::11 .bUUI~ ".
""
:,i ~~I ""
"" 0
~I)I
~
""
~I
~~ ~;
,/
,/,/
J;"j ~;, ~ ,/.....
0,..
t~
J>-.8
'JJ
~
""
//
,?y ~~ ~
~';"Jjt. d ~i
J
,.,
,..
~,..
JI?UI ;'
J
0
0lolo!
,.;
:Jj
"..
~
;,-",.,
.•..•
~~I ,/,......
~Iy .•..
d ..•
...•
:1 (:0 wI:'~?-
%
~y,:;JI~ ~
,;./
""
~ ~UUI
,.,
J;,.:,i u {f~ ~ILJIJ (~.i~~~;~:.JI)
/////
//,.,
//;'".
~~I f 1° ..•~:: . 0~1 0)" L / / ':' / !~ ~~ :
.~I
(dalam murabahah tangguh atau cicilan) ketika ada skema yang memberikan jaminan kepada penjual bahwa penagihan angsuran yang masih tersisa akan berhasil tepat waktu, karena ada jaminan (rahn) berupa barang yang menjadi obyek jual atau lainnya, dan angsuran bisa diambil/dipenuhi dari harga penjualan marhun pada saat terjadi kemaeetan pembayaran dari pembeli, maka tidak ada alasan untuk menunda pengakuan keuntungan murabahah sampai dengan angsuran tertagih atau telah jatuh tempo (al-Mu' alajah alMuhasabiyah li 'Amaliyat al-Bai' bi al-Taqsith, Muhasaba fi Dhai
ah kam al-Fiqh al-Islami, haI9, haIll). 4. Substansi Fatwa DSN-MUI Murabahah; 5. Surat Dewan
No. 04IDSN-MUIIIV /2000 tentang
Standard Akuntansi
Syariah Nomor
0700/DSAS-
IAI/2012, tanggal10 Oktober 2012; 6. Surat
Asosiasi
Perusahaan
234/APPI/WKU-ESI/XI/12, 7. Surat Asosiasi
bank
Pembiayaan
Indonesia
Nomor
tangga122 November 2012;
Syariah Indonesia
Nomor
21/042-2/2012,
tanggal23 November 2012; 8. Rekomendasi Ijtima' Sanawi (Annual Meeting) Dewan Pengawas Syariah VIII, Tahun 2012 tang gal 2-5 Desember 2012; 9. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada hari Jumat, tanggal 07 Shafar 1433/21 Desember 2012. MEMUTUSKAN Menetapkan
Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al-Murabahak (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah
Pertama
Ketentuan
Umum
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
109
84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
8
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan: 1. Metode Proporsional (Thariqah Mubasyirah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman al-muhashshalah); 2. Metode Anuitas (Thariqah al-Hisab al-Tanazuliyyah/Thariqah alTanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah); adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayamya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan;
3. Murabahah
(Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada nasabah --setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara angsuran;
4. At-Tamwil
bi al-Murabahah
5. Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan; adalah suatu keadaan yang dianggap paling banyak mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang sehat.
6. Al-Mashlahah
Kedua
(ashlah)
Ketentuan Hukum
Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini. Ketiga
Ketentuan Khusus
1. Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan 'urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang; 2. Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan 'urf(kebiasaan) yang berlaku di kalangan LKS;
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
110
84 Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah
9
3. Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi alMurabahah pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS yang sehat; 4. Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas; 5. Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan atTamwil bi al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan barus ada selama jangka waktu angsuran; keuntungan at-tamwil bi almurabahah (pembiayaan murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang pembiayaan murabahah berakhir/lunas dibayar. Keempat
Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari temyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempumakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Pada tanggal
Jakarta 07 Shafar 1433 H 21 Desember 2012 M
DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
DR. K.H. M.A. SAHAL MAHFUDH
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
111
LAMPIRAN III
112
LAMPIRAN VI SURAT EDARAN OPERASI No. 6/044/OPS Tanggal 15-12-2004
PERIHAL
I.
: AKUNTANSI MURABAHAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan terbesar yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Dalam pelaksanaan akuntansinya, PT Bank Syariah Mandiri menunjuk pada PAPSI 2003 dan PSAK No 59: Akuntansi Perbankan Syariah. Untuk memastikan, bahwa pelaksanaan akuntansi murabahah di seluruh cabang dilaksanakan sesuai standar yang berlaku, maka perlu disusun SE tentang Akuntansi Murabahah. B. Maksud dan Tujuan 1) Agar perlakuan akuntansi Murabahah dalam laporan keuangan BSM sesuai dengan standar yang berlaku (PSAK/PAPSI). 2) Agar memiliki persepsi / pemahaman yang sama mengenai akuntansi murabahah. C. Istilah 1) Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 52) 2) Keuntungan / margin Murabahah adalah Keuntungan / margin bank yang diakui secara proporsional atas penyerahan/penjualan aktiva murabahah, dimana pengakuannya dapat dilakukan dengan dasar kas maupun dasar akrual. 3) Keuntungan / margin Murabahah kas adalah Keuntungan / margin bank yang diakui secara proporsional atas pembiayaan / penjualan aktiva murabahah, dimana pengakuan keuntungan tersebut dilakukan atas dasar angsuran benar-benar telah diterima (kas/rekening/kliring) oleh Bank dari nasabah. 4) Keuntungan / margin Murabahah akrual adalah keuntungan / margin bank yang diakui secara proporsional atas pembiayaan / penjualan aktiva murabahah, dimana pengakuan keuntungan tersebut dilakukan atas proporsi angsuran belum diterima oleh Bank namun sudah menjadi hak/bagian bank. 115
5) Keuntungan / margin murabahah proporsional adalah keuntungan dari transaksi / pembiayaan murabahah yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau tangguh dan pengakuan porsi pokok dan keuntungannya dilakukan secara merata dan tetap selama jangka waktu angsuran. 6) Margin Murabahah Ditangguhkan adalah bagian keuntungan / margin dari pembiayaan murabahah yang belum dapat diakui sebagai keuntungan murabahah. 7) Urbun adalah uang muka yang dibayarkan oleh nasabah dalam pembiayaan. Urbun ini mengurangi piutang murabahah. D. Dasar Hukum 1) PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah 2) PAPSI 2003 tentang Murabahah. II. KETENTUAN UMUM A. Aktiva Murabahah 1) Murabahah dapat dilakukan dengan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 53) 2) Murabahah berdasarkan pesanan dapat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penuruna nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut akan menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai akad. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paraghraph 54) 3) Pada saat perolehan, aktiva murabahah yang diperoleh untuk dijual kembali diakui sebagai aktiva murabahah sebesar biaya perolehan. (PSAK 59: Akutansi Perbankan Syariah, paragraph 61) 4) Jika terjadi penurunan nilai setelah perolehan untuk aktiva dalam murabahah pesanan mengikat, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 62) 5) Jika pembeli batal melakukan transaksi dalam murabahah pesanan tidak mengikat, maka aktiva murabahah dinilai berdasarkan biaya perolehan
116
atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 62) B. Pembayaran Murabahah 1) Pembayaran murabahah dappat dilakukan secara tunai atau cicilan. Diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Bank juga dapat memberikan potongan apabila nasabah: a) mempercepat pembayaran cicilan; atau b) melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 55-56) 2) Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan (muqoshah) dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat akad. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 57) C. Urbun 1) Bank dapat meminta kepada nasabah urbun (uang muka) pembelian pada saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat. Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan.Tetapi bila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi kerugian sesuai kesepakatan. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 57) 2) Urbun diakui sebagai uang muka sebesar jumlah yang diterima oleh bank. Pada saat aktiva murabahah dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui sebagai pembayaran piutang.Sedangkan jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan bank. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 68). Urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi kerugian, seperti: a) Potongan urbun oleh pemasok b) Biaya administrasi c) Biaya lain yang dikeluarkan dalam proses pengadaan. D. Piutang Murabahah dan Keuntungan Murabahah 1) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 64) 2) Keuntungan murabahah diakui pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada laporan keuangan yang sama; atau
117
3) Keuntungan murabahah diakui selama periode akad secara proporsional, apabila transaksi murabahah pembayarannya dilakukan secara angsuran atau tangguh. Pengakuan porsi pokok dan keuntungan dilakukan secara merata dan tetap selama jangka waktu angsuran. 4) Keuntungan / margin murabahah dapat diakui dengan dasar kas maupun dasar akrual. 5) Keuntungan / margin murabahah kas diakui pada saat diterimanya angsuran dari nasabah. 6) Keuntungan / margin murabahah akrual atas margin murabahah yang akan diterima pada angsuran berikutnya untuk piutang murabahah dengan kategori performing (Lancar dan Dalam Perhatian Khusus), dilakukan pada setiap akhir bulan. 7) Keuntungan / margin murabahah akrual atas tunggakan angsuran dengan kategori kol 2 (dua) atau Dalam Perhatian Khusus (DPK) diakui pada setiap akhir hari tanggal jatuh tempo (due date) angsuran dan akhir bulan (end of month), dengan ketentuan dapat diakui maksimal 3 (tiga) tunggakan berturut-turut atau selama 90 (Sembilan puluh) hari. 8) Metoda penghitungan keuntungan / margin murabahah akrual untuk murabahah kategori lancer (kol 1) sebagaimana butir 6 (enam) diatas hanya dilakukan pada setiap akhir bulan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: V=
(
)
Keterangan: V: Keuntungan murabahah Kol 1 P: Tanggal akhir bulan Q: Tanggal angsur R: Jumlah hari dalam satu bulan, yaitu 30 hari S:Keuntungan / margin murabahah yang akan diterima pada angsuran berikutnya 9) Metoda penghitungan keuntunan pembiayaan murabahah akrual untuk murabahah kategori Dalam Perhatian Khusus (kol 2) terdapat 2 (dua) kali perhitungan akru, yaitu: 1. Pada saat nasabah menunggak angsuran, keuntungan diakru pada setiap akhir hatri tanggal jatuh tempo angsuran (sesuai butir 7 (tujuh) diatas) dan dapat dihitung dengan formula: W1 = T
118
2. Pada saat akhir bulan untuk akrual keuntungan yang akan diterima pada angsuran berikutnya (sesuai butir 6 (enam) diatas, dan dapat dihitung dengan menggunakan formula:
W2=
(
)
Keterangan: W1: Keuntungan murabahah Kol 2 pada saat tanggal angsuran W2: Keuntungan murabahah Kol 2 pada saat tanggal akhir bulan P: Tanggal akhir bulan Q: Tanggal angsuran R: Jumlah hari dalam satu bulan, yaitu 30 hari S: Keuntungan / margin murabahah yang akan diterima pada angsuran berikutnya T: Jumlah angsuran margin murabahah tertunggak 10) Keuntungan / margin murabahah yang telah diakru untuk kategori performing (kol 1 (satu) dan 2 (dua) yang telah dilakukan atas proporsi akru margin angsuran berikutnya (sesuai butir 8 dan 9.2) diatas, direverse pada setiap tanggal jatuh tempo angsuran. 11) Akru yang dilakukan karena nasabah menunggak (sesuai butir 9.a) diatas, direverse pada saat nasabah melunasi tunggakan atau pada saat piutang murabahah berubah menjadi non performing. E. Potongan (Muqasah) Pelunasan Dini Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan satu metode berikut: 1) jika potongan pelunasan dilakukan pada saat penyelesaian, potongan mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau 2) jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan dengan mengurangi keuntungan murabahah. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 66) F. Denda Denda dapat dikenakan apabila nasabah lalai memenuhi kewajibannya sesuai akad melanggar perjanjian dari segi waktu. Denda ini dicatat bukan sebagai penghasilan, tetapi sebagai dana kebajikan. (PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah, paragraph 67). Denda diakui pada saat diterina. G. PPAP Penghitungan PPAP untuk piutang murabahah merujuk pada Peraturan Bank Indonesia nomor 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank Syariah dan SE Operasi BSM Np. 5/026/OPS tentang
119
Desentralisasi Pembukuan Beban Biaya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dari Kantor Pusat ke Kantor Cabang. III. KETENTUAN PELAKSANAAN A. Penyajian Penialian piutang murabahah pada akhir periode akuntansi: 1) Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. 2) Margin murabahah ditangguhkan disajikan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. B. Jurnal 1) Pada saat Bank menerima Urbun sebagai uang muka dari nasabah: Db. Kas/Rekening Kr. KRR – Pembiayaan 2) Pada saat Bank mengembalikan urbun kepada nasabah karena pembatalan pesanan: Db. KRR – Pembiayaan Kr. Pendapatan operasional Kr. Kas/Rekening 3) Pada saat pesanan murabahah jadi dilaksanakan dan urbun dibukukan sebagai pengurang piutang murabahah: Db. KRR – Pembiayaan Kr. Piutang Murabahah 4) Pada saat perolehan aktiva murabahah: Db. Persediaan murabahah Kr. Kas/Rekening Pemasok/Kliring 5) Pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah: Db. Piutang Murabahah Kr. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Persediaan/aktiva murabahah 6) Pada saat nasabah mengangsur cicilan piutang murabahah: Db. Kas/Rekening Kr. Piutang murabahah Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah (Margin dan pokok murabahah diakui secara proporsional) 7) Pada saat nasabah menunggak cicilan piutang murabahah, kol piutang murabahah menurun dari kol 1 (satu) menjadi kol 2 (dua) dan BSM
120
mengakui keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 (dua) atas tunggakan angsuran pada akhir hari tanggal jatuh tempo angsuran; Db. Piutang murabahah jatuh waktu*) Kr. Piutang murabahah Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah akrual *) dibukukan sebesar angsuran tertunggak 8) Pada saat mengakui keuntungan / margin murabahah kol 1 (satu) atas proporsi angsuran yang akan diterima pada angsuran berikutnya pada setiap akhir bulan (end of month): Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah akrual 9) Pada saat mengakui keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 atas proporsi angsuran yang akan diterima pada angsuran berikutnya pada setiap akhir bulan (end of month): Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah akrual 10) Pada saat pembentukan cadangan umum PPAP pada setiap akhir bulan: Kantor Cabang Db. Beban PPAP Kr. RAK Kantor Pusat Kantor Pusat Dr. RAK Kantor Cabang Db. Cadangan PPAP 11) Pada saat mereverse keuntungan / margin murabahah akrual kol 1 (jurnal butir 8) pada awal hari (beginning of day) tanggal jatuh tempo (due date) angsuran bulan berikutnya: Db. Keuntungan / margin murabahah akrual Kr. Margin murabahah ditangguhkan 12) Pada saat mereverse keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 (jurnal butir 9) pada awal hari (beginning of day) tanggal jatuh tempo (due date) angsuran bulan berikutnya: Db. Keuntungan / margin murabahah akrual Kr. Margin murabahah ditangguhkan 13) Pada saat nasabah membayar tunggakan angsuran atas piutang murabahah kol 2: Db. Kas/Rekening Kr. Piutang murabahah jatuh waktu Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah kas
121
14) Pada saat piutang murabahah menjadi non performing (kol 3 s.d. 5): Db. Keuntungan / margin murabahah akrual Kr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu Pada saat bersamaan dibukukan dalam rekening administrative sebesar margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu sesuai butir 14 sebagai berikut: Db. Tagihan kontinjensi – kenuntungan murabahah dalam penyelesaian Kr. Kontra – keuntungan murabahah dalam penyelesaian 15) Pada saat pembentukan PPAP tambahan karena penambahan piutang murabahah menjadi non performing: Kantor Cabang Db. Beban PPAP Kr. RAK Kantor Pusat Kantor Pusat Dr. RAK Cabang Kr. Cadangan PPAP 16) Pada saat menerima angsuran tunggakan dari nasabah atas murabahah non performing: Db. Kas/Rekening Kr. Piutang murabahah jatuh waktu Db. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu Kr. Keuntungan margin murabahah Pada saat bersamaan dibukukan dalam rekening administrative sebesar porsi keuntungan margin murabahah (sesuai butir 16 diatas) sebagai berikut: Db. Kontra – keuntungan murabahah dalam penyelesaian Kr. Tagihan kontinjensi – keuntungan murabahahdalam penyelesaian 17) Pada saat pelunasan dini dan nasabah diberikan potongan. Pelunasan dini dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode berikut ini: a) Apabila dilakukan pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah. Db. Kas/Rekening Kr. Piutang murabahah Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah b) Apabila dilakukan setelah penyelesaian Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah
122
Db. Kas/Rekening Kr. Piutang murabahah Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Keuntungan / margin murabahah Pada saat membayar potongan pelunasan dini kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah. Db. Beban Potongan pelunasan dini murabahah Kr. Kas/rekening nasabah 18) Pada saat menerima denda dari nasabah Db. Kas/Rekening Kr. Dana sosial Ex Penalty IV. PENUTUP Dengan berlakunya SE ini, maka seluruh peraturan mengenai cara pembukuan pembiayaan murabahah yang tekah diatur sebelumnya yang bertentangan dengan SE ini dinyatakan tidak berlaku lagi dan harus dilakukan penyesuaian perlakuan akuntansi sesuai ketentuan yang berlaku. Lampiran-lampiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari SE ini. Petunjuk pelaksanaan ini berlaku sejak tanggal dikeluarkan dan apabila terdapat hal-hal yang belum diatur dalam petunjuk ini akan ditetapkan kemudian. Demikian kami sampaikan untuk Saudara laksanakan dengan tertib dan penuh tanggung jawab. Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas, harap hubungi Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri Divisi Operasi dan Akuntansi.
DIREKSI
Iskandar Z. Rangkuti Direktur
Nana M. Somantri Direktur
123
ILUSTRASI SURAT EDARAN OPERASI No. 6/044/OPS Tanggal 15-12-2004
PERIHAL
: AKUNTANSI MURABAHAH
A. Pembukuan dengan pembayaran jumlah angsuran per bulan tetap
BSM menjual 1 (satu) unit Toyota Kijang dengan akad murabahah kepada Bapak Achmad dengan data sebagai berikut:
Harga perolehan
: Rp 150.000.000
Margin
: Rp 29.726.767 +
Harga Jual
: Rp 179.726.767
Urbun
: Rp 30.000.000 –
Piutang Murabahah
: Rp 149.726.767
Periode murabahah
: 24 bulan
Angsuran per bulan
: Rp 6.238.615,30
Perolehan aktiva murabahah & penjualan kepada nasabah: 15 Februari 2005
Margin murabahah: Rp 29.726.767 (eq.18%)
Pembayaran angsuran: setiap tangga; 10 (Maret 2005 s /d Februari 2007)
Urbun: sebesar Rp 30.000.000, dibayarkan oleh nasabah tanggal 10 Februari 2005
Ilustrasi, perhitungan dan skedul angsuran dapar dilihat di tabel 1
B. Jurnal
a) 10 Februari 2005, pada saat menerima urbun sebagai uang muka dari nasabah: Db. Kas/rekening
30.000.000
Kr. KRR – Pembiayaan
30.000.000
124
b) 15 Februari 2005, pada saat perolehan aktiva murabahah: Db. Persediaan aktiva murabahah
150.000.000
Kr. Kas/Rekening Pemasok/Kliring
150.000.000
c) 15 Februari 2005, pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah: Db. Piutang Murabahah Kr. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Persediaan aktiva murabahah
179.726.767 29.726.767 150.000.000
d) 15 Februari 2005, pada saat pesanan murabahah jadi dilaksanakan dan urbun dibukukan sebagai pengurang piutang murabahah: Db. KRR – Pembiayaan
30.000.000
Kr. Piutang murabahah
30.000.000
e) 15 Februari 2005, pada saat bank mengembalikan urbun kepada nasabah karena pembatalan pesanan (jika pesanan murabahah tidak jadi dilaksanakan) dengan bank mengenakan biaya administrasi, misal sebesar Rp 1.000.000: Db. KRR – Pembiayaan
f)
30.000.000
Kr. Pendapatan potongan murabahah
1.000.000
Kr. Kas/Rekening
29.000.000
Pada tanggal 10 setiap bulan (bulan Maret 2005 s/d Februari 2007): Pada saat nasabah mengangsur dan menunggak cicilan piutang murabahah, misal transaksi pada bulan Juni dan Juli 2005: 1) 10 Juni 2005, jika pembayaran dilakukan tepat waktu*) Db. Kas/Rekening
6.238.615,30
Kr. Piutang Murabahah
6.238.615,30
Db. Margin murabahah ditangguhkan
1.031.858,57
Kr. PBH & M Pembiayaan murabahah
1.031.858,57
125
*) Bank mengakui angsuran pokok dan keuntungan / margin murabahah secara proporsional. 2) 10 Juni 2005, jika nasabah menunggak angsuran (pembayaran dilakukan tidak tepat waktu / lewat dari tanggal 10 setiap bulannya), piutang murabahah menjadi turun kol, dari kol 1 (satu) menjadi 2 (dua)
dan BSM mengakui keuntungan / margin murabahah
akrual kol 2 (dua) atas tunggakan angsuran pada akhir hari tanggal jatuh tempo angsuran:
Db. Piutang murabahah jatuh waktu
6.238.615,30
Kr. Piutang murabahah
6.238.615,30
Db. Margin murabahah ditangguhkan
1.031.865,57
Kr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu
1.031.865,57
3) 10 Juli 2005, pada saat mereverse keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 pada awal hari (beginning of day) tanggal jatuh tempo (due date) angsuran:
Db. Keuntungan / margin murabahah akrual Kr. Margin murabahah ditangguhkan 4) 10 Juli 2005, pada saat nasabah membayar tunggakan angsuran atas piutang murabahah kol 2 (dua):
Db. Kas/Rekening
6.238.615,30
Kr. Piutang murabahah jatuh waktu
6.238.615,30
Db. Keuntungan / margin murabahah Akrual
1.031.865,57
Kr. Keuntungan / margin murabahah Kas
1.031.865,57
g) Pada setiap tanggal akhir bulan bulan Maret 2005 s/d Februari 2007, pada saat mengakui keuntungan / margin murabahah akrual kol 1 (satu)
126
dan 2 (dua) atas proporsi angsuran yang akan diterima pada angsuran berikutnya pada setiap akhir bulan (end of month):
1) Pengakuan keuntungan margin murabahah akrual kol 1 (satu) pada akhir bulan, 30 Juni 2005.
W1=
(
)
Keterangan: W1: Keuntungan murabahah akrual Kol 1 pada saat tanggal akhir bulan P: Tanggal akhir bulan ; 30 Juni 2005 Q: Tanggal Angsuran ; 10 Juni 2005 R: Jumlah hari dalam satu tahun, yaitu 30 hari S: Keuntungan / margin murabahah yang akan diterima pada angsuran berikutnya; Rp 1.031.865,57 P-Q: 20 hari W1: Keuntungan murabahah akrual Kol 1 pada saat tanggal akhir bulan *) 20 x Rp 1.031.865,57 = Rp 687.910,38 30 *) Akrual setiap bulan dapat dilihat pada tabel 3 lampiran 30 Juni 2005, Jurnal : Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Pendapatan margin murabahah akrual
687.910,38 687.910,38
2) Pengakuan keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 (dua) pada akhir bulan, 30 Juni 2005. W2=
(
)
W2: Keuntungan murabahah akrual Kol 2 pada saat tanggal akhir bulan P: Tanggal akhir bulan ; 30 Juni 2005 Q: Tanggal Angsuran ; 10 Juni 2005 R: Jumlah hari dalam satu tahun, yaitu 30 hari S: Keuntungan / margin murabahah yang akan diterima pada angsuran berikutnya; Rp 1.031.865,57 P-Q: 20 hari W1: Keuntungan murabahah akrual Kol 1 pada saat tanggal akhir bulan *)
127
20 x Rp 1.031.865,57 = Rp 687.910,38 30 *) Akrual setiap bulan dapat dilihat pada tabel 3 lampiran 30 Juni 2005, Jurnal : Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Pendapatan margin murabahah akrual
687.910,38 687.910,38
h) Pada setiap tanggal 1 (satu) / awal bulan Maret 2005 s/d Februari 2007 pada saat mereverse keuntungan / margin murabahah kol 1 (jurnal butir g.1): 1 Juli 2005, Jurnal Db. Keuntungan / margin murabahah akrual Kr. Margin / murabahah ditangguhkan i)
Pada setiap 1 (satu) / awal bulan Maret 2005 s/d Februari 2007 pada saat mereverse keuntungan / margin murabahah akrual kol 2 (dua) (jurnal butir g.2) ): 1 Juli 2005, Jurnal Db. Keuntungan / margin murabahah akrual Kr. Margin / murabahah ditangguhkan
j)
687.910,38 687.910,38
687.910,38 687.910,38
10 Agustus 2005, pada saat piutang murabahah menjadi non performing (kol 3 s.d. 5) Db. Keuntungan margin murabahah akrual 1.031.865,57 Kr. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu 1.031.865,57 Pada saat bersamaan dibukukan dalam rekening administrative sebesar margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu sesuai butir j) sebagai berikut: Db. Pendapatan murabahah dalam penyelesaian 1.031.865,57 Kr. Kontra – Pendapatan murabahah dalam penyelesaian 1.031.865,57
k) 22 Agustus 2005, pada saat menerima angsuran tunggakan dari nasabah atas murabahah non perforoming: Db. Kas/Rekening 6.238.615,30 Kr. Piutang murabahah jatuh waktu 6.238.615,30 Db. Margin murabahah ditangguhkan jatuh waktu Kr. Pendapatan margin murabahah
1.031.865,57 1.031.865,57
Pada saat bersamaan dibukukan dalam rekening administrative sebesar porsi keuntungan margin murabahah (sesuai butir k) diatas) sebagai berikut:
128
Db. Kontra – keuntungan murabahah dalam penyelesaian Kr. Tagihan kontinjensi – keuntungan murabahah dalam penyelesaian l)
Pada bulan April 2005 nasabah melakukan pelunasan dipercepat. Pada saat pelunasan dini, nasabah diberikan potongan. Pelunasan dini dapat dilakukan dengan dengan menggunakan 2 (tiga) metode berikut ini: c) Jika dilakukan pada saat penyelesaian, bank tidak memberikan diskon. Db. Kas/Rekening 56.147.537 Kr. Piutang murabahah 56.147.537 Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Pendapatan margin murabahah
9.286.790 9.286.790
d) Jika dilakukan pada saat penyelesaian, bank memberikan diskon sebesar 50% dari margin yang ditangguhkan bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah. Db. Kas/Rekening 51.504.142 Kr. Piutang Murabahah 9.286.790 Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Pendapatan margin murabahah
56.147.537 4.643.395
Perhitungan: 50% dari margin yang ditangguhkan = Rp 4.643.395,09 (Rp 9.286.790,17 x 50%) e) Jika bank memberikan diskon sebesar 50% dari margin yang ditangguhkan dilakukan setelah penyelesaian: Pada saat penyelesaian bank menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah Db. Kas/Rekening 56.147.538 Kr. Piutang murabahah 56.147.538 Db. Margin murabahah ditangguhkan Kr. Pendapatan margin murabahah
9.286.790 9.286.790
Pada saat membayar potongan pelunasan dini kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah Db. Beban potongan pelunasan dini murabahah 4.643.395 Kr. Kas/rekening nasabah 4.643.395 m) Pada saat menerima denda dari nasabah, misalkan jika nasabah telat 2 hari membayar angsuran sehingga bank mengenakan denda sebesar Rp 8.609,29: Db. Kas/Rekening Kr. Dana Sosial Ex Penalty
8.609,29 8.609,29
129
LAMPIRAN VII
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Hari / Tanggal Pelaksanaan
: Selasa, 4 Juni 2013
Tempat Pelaksanaan
: Accounting Division, PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340, Indonesia
Waktu Pelaksanaan
: 16.45 – 17.30
Narasumber
: Winahyu Ratu Fitria (Staff Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri)
Pewawancara
: Melina Ernomo
Hasil wawancara
:
Pada hari Selasa, 4 Juni 2013 pukul 16.45 – 17.30, peneliti melaksanakan wawancara dengan salah satu staff kebijakan akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, Winahyu Ratu Fitria, bertempat di Accounting Division PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. M. Thamrin No. 5 Jakarta. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri serta pencatatan akuntansi dan acuan standar akuntansi yang digunakan dalam transaksi pembiayaan murabahah. Dalam transaksi murabahah, PT Bank Syariah Mandiri menggunakan empat metode dalam perhitungan marjin dan angsuran pokok, yaitu flat rate, sliding rate, anuitas, dan anuitas ulang tahun. Dalam mengakui keuntungannya, PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas. Untuk pencatatan akuntansinya, PT Bank Syariah Mandiri berpedoman pada PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah, sementara untuk marjin anuitasnya, mengacu pada PSAK No. 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Dalam menjalankan operasionalnya, PT Bank Syariah Mandiri tidak sepenuhnya dapat
130
mengaplikasikan PSAK No. 102 dalam pembiayaan murabahah dikarenakan metode pengakuan keuntungan yang terdapat dalam PSAK No. 102 adalah proporsional, sedangkan PT Bank Syariah Mandiri menggunakan metode anuitas, hanya saja pencatatan akuntansinya yang sesuai dengan PSAK No. 102. Namun, PT Bank Syariah Mandiri tidak dapat mengaplikasikan PSAK No, 55 sepenuhnya pula dalam transaksi murabahah. Hal ini dikarenakan PT Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan syariah, sementara PSAK No. 55 digunakan untuk lembaga keuangan konvensional.
131
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Hari / Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 11 Juni 2013 Tempat Pelaksanaan
: Accounting Division, PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340, Indonesia
Waktu Pelaksanaan Narasumber
: 17.30-18.30 : Asrul Aminullah (Staff Kebijakan Akuntansi PT Bank Syariah Mandiri)
Pewawancara
: Melina Ernomo
Hasil wawancara
:
Pada hari Selasa, 11 Juni 2013 pukul 17.30-18.30, peneliti melaksanakan wawancara dengan salah satu staff kebijakan akuntansi PT Bank Syariah Mandiri, Asrul Aminullah, bertempat di Accounting Division PT Bank Syariah Mandiri, Wisma Mandiri I, Lantai 8, Jl. M. Thamrin No. 5 Jakarta. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut hasil wawancara yang dilakukan dengan Winahyu Ratu Fitria tentang metode pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri serta pencatatan akuntansi dan acuan standar akuntansi yang digunakan dalam transaksi pembiayaan murabahah. Terkait dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Winahyu Ratu Fitria, pada wawancara kali ini peneliti melakukan analisis lebih lanjut mengenai alasan PT Bank Syariah Mandiri dalam menggunakan metode anuitas dalam mengakui keuntungan pembiayaan murabahah. Saat diwawancarai, narasumber mengungkapkan alasan penggunaan metode anuitas yang digunakan oleh PT Bank Syariah Mandiri, yaitu effective rate metode anuitas yang konsisten dan stabil. Jika dihitung setiap bulannya dengan membagai marjin dengan debet dikalikan 100%, maka akan menghasilkan effective rate yang stabil. Buletin Teknis No. 9 yang dikeluarkan oleh IAI, yang mengungkapkan bahwa entitas syariah yang menggunakan metode anuitas dalam pembiayaan murabahah harus
132
mengacu pada PSAK No. 50, 55, dan 60, maka PT Bank Syariah Mandiri memiliki alasan untuk tetap menggunakan kombinasi PSAK No. 102 dengan PSAK No. 55. Hal ini dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut: a.
Sistem dan persiapan yang cukup lama dan mahal untuk penerapan PSAK No. 55.
b.
Sumber daya manusia yang menguasai PSAK No. 55 terbatas, sehingga akan menambah masalah bagi perbankan syariah untuk penerapan PSAK ini.
c.
Jika menggunakan PSAK No. 55, PT Bank Syariah Mandiri harus membuat Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), yaitu dilakukan melalui evaluasi individual yakni sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Hal ini akan membuat akad murabahah menjadi tidak sesuai dengan syariah karena mengandung konsep nilai waktu dari uang (time value of money). Mengingat didalam akad murabahah, nominal tidak diperkenankan berubah selama periode akad. Oleh karena itu, dalam mencadangkan kerugian atas piutang tak tertagih, PT Bank Syariah Mandiri mengacu pada PSAK No. 102, yaitu dengan membuat PPAP pada saat terjadinya akad. PPAP dibuat sebesar 1% untuk Kol (1) dan 5% untuk Kol (2). Dalam menentukan besarnya marjin, terdapat beberapa hal yang menjadi
menjadi dasar penetapan, diantaranya adalah biaya overhead selama pembiayaan murabahah, risiko yang akan timbul, dan return yang diinginkan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Penentuan besarnya penalty ketika ada nasabah yang menunggak adalah sebesar 0,0162% x tunggakan x jumlah hari dan dimasukkan ke dalam akun dana sosial.
133