ANALISIS MARKETING MIX, PERTUMBUHAN DAN KEMAMPULABAAN ASURANSI BUMIPUTERA SYARI’AH KANTOR CABANG KUDUS
Skripsi Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) Dalam Ilmu Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam
Disusun Oleh : SUPRIYANTO 052411043
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
ii
iii
MOTTO
...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...
iv
PERSEMBAHAN Allah SWT, Gusti yang Maha Kasih yang senantiasa melindungi dan menyertai langkah kaki ku meski terkadang aku melupakanMu. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a restu dan semangat laksana embun pagi yang tiada henti menyelimuti bumi di pagi hari. Calon Istriku Afida Yunistiyani (SienoxS) yang selalu memberi warna dalm hidupku. Dan selalu menyertaiku dalam suka maupun duka. Adik-adikku tercinta yang telah memberi dukungan penuh dalam wujud kerinduan akan perjumpaan. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, semoga karya ini menjadi bukti cinta dan pengabdianku kepadamu dan bukan pertanda perpisahanku denganmu. Teman-teman kos seperjuangan (Fadli, Hanafi, Alka, Anam, Nawir).
v
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 13 Desember 2010 Deklarator
SUPRIYANTO NIM.052411043
vi
ABSTRAK Penelitian dengan judul “ Analisis Marketing Mix, Pertumbuhan dan Kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus” ini dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan kinerja para agen Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Hal ini tentunya tidak lepas dari adanya strategi yang diterapkan secara tepat guna dalam proses pemasaran produk-produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Cabang Kudus. Oleh sebab itu, maka kemudian diadakan penelusuran dalam kajian ilmiah terkait dengan peningkatan kinerja agen Asuransi Bumiputera Kantor Cabang Kudus khususnya yang menangani produk Asuransi Syari’ah. Penelitian ini disandarkan pada tiga rumusan masalah, yakni bagaimana penerapan marketing mix, pertumbuhan dan kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, terhadap Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Penelitian ini dilaksanakan dengan berdasarkan metode penelitian lapangan kualitatif dengan metode pengumpulan data meliputi wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Aspek bauran marketing yang mempengaruhi kinerja Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus hanya meliputi aspek promosi sebagai aspek yang dominan, berikutnya adalah aspek produk dan aspek harga. Sedangkan aspek lokasi hanya memiliki relevansi terhadap aspek promosi dalam upaya meningkatkan kinerja Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki pertumbuhan sebagai berikut: a. Pada tahun 2008 tingkat rasionalisasi target sebesar 6,48 %, laju pertumbuhan 104,81% b. Pada tahun 2009 tingkat rasionalisasi target sebesar 20,96 %, laju pertumbuhan 200 % c. Pada tahun 2010 tingkat rasionalisasi target sebesar 25,83 %, laju pertumbuhan 157% Sedangkan kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus selama periode 2008-Oktober 2010 sebagai berikut: a. Pada tahun 2008 kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebesar 204.597.000,00 atau 160,29% dari kemampulabaan tahun sebelumnya. b. Pada tahun 2009 kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebesar 83.201.000,00 atau 115,09% dari kemampulabaan tahun sebelumnya. c. Pada tahun kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebesar 630.648.000,00 atau 196,43% dari kemampulabaan tahun sebelumnya.
vii
KATA PENGANTAR
. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada kata yang pantas diucapkan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Marketing Mix, Pertumbuhan dan Kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus”, disusun sebagai kelengkapan guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Ekonomi Islam di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. Imam Mahya, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah, yang telah memberi kebijakan teknis di tingkat fakultas. 2. Drs. H. Hasyim Sarbani, M.M., dan Suwanto, S.Ag., M.M selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran dan keteladanan telah berkenan
viii
meluangkan waktu dan memberikan pemikirannya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 3. Bapak dan Ibu dosen fakultas syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan serta staf dan karyawan fakultas syari’ah, dengan pelayanannya. 4. Bapak, Ibu dan adik-adikku atas do’a restu dan pengorbanan baik secara moral ataupun material yang tidak mungkin terbalas. 5. Segenap pihak yang tidak mungkin disebutkan, atas bantuannya baik moril maupun materiil secara langsung atau tidak dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua amal dan kebaikannya yang telah diperbuat akan mendapat imbalan yang lebih baik lagi dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin…
ix
DAFTAR ISI
Halaman Cover .........................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing.........................................................
ii
Halaman Pengesahan ................................................................................
iii
Halaman Motto .........................................................................................
iv
Halaman Persembahan .............................................................................
v
Halaman Deklarasi ...................................................................................
vi
Halaman Abstrak ......................................................................................
vii
Halaman Kata Pengantar .........................................................................
viii
Daftar Isi ....................................................................................................
x
Bab I
Bab II
Bab III
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah ...........................................................
6
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
6
1.4.Kajian Pustaka.................................................................
7
1.5.Metodologi Penelitian .....................................................
10
1.6.Sistematika Penulisan .....................................................
14
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Marketing Mix ................................................................
16
2.2.Kinerja .............................................................................
30
2.2.1. Pertumbuhan .......................................................
34
2.2.2. Kemampulabaan ..................................................
34
DESKRIPSI
MARKETING
PERTUMBUHAN
DAN
MIX,
LAPORAN
KEMAMPULABAAN
ASURANSI BUMIPUTERA SYARI’AH KANTOR CABANG KUDUS 3.1.Profil Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus ..............................................................................
x
35
3.2.Deskripsi Marketing Mix dan Hasil Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus .................. Bab IV
40
ANALISA MARKETING MIX, PERTUMBUHAN DAN
KEMAMPULABAAN
BUMIPUTERA
SYARI’AH
KANTOR
ASURANSI CABANG
KUDUS
Bab V
4.1.Analisis Marketing Mix ..................................................
48
4.2.Analisis Pertumbuhan .....................................................
58
4.3.Analisa Kemampulabaan ................................................
61
PENUTUP 5.1.Simpulan .........................................................................
64
5.2.Saran-saran ......................................................................
65
5.3.Penutup............................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Asuransi pada dasarnya didirikan dan dilembagakan sebagai sebuah usaha untuk mengatur atau me-manage masa depan yang lebih baik. Melalui asuransi, seseorang dapat “menjaminkan” kebutuhan ekonomi masa depannya. Hal ini setidaknya terlihat dari tujuan utama pendirian asuransi di Indonesia yang diprakarsai oleh Persatoean Goeroe Hindia Belanda (PGHB) pada tahun 1912 dengan pionernya Dwidjosewojo. Lembaga asuransi yang kemudian dikenal dengan nama Bumiputera memiliki landasan dasar sebagai lembaga yang memiliki tujuan untuk memajukan ekonomi serta menjaminkan keselamatan keluarga anggota-anggotanya di kemudian hari.1 Pada perkembangan berikutnya, asuransi seolah-olah menjadi ”lahan ekonomi” yang saling menguntungkan antara pengelola dan nasabahnya. Sehingga saat memasuki abad 20, asuransi di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat.2 Meski demikian, baru kemudian pada tahun 1992, Pemerintah Indonesia melegalformalkan bisnis asuransi secara paten melalui UU Asuransi, yakni UU No. 2 Tahun 1992 tentang Asuransi. 3 Daya tarik 1
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh M. Anshar dalam Majalah ”Persatoean Goeroe” edisi 25 Februari 1933 yang dikutip kembali dalam ”Indonesia yang Kuimpikan”, Tempo Edisi Khusus Kebangkitan Nasional 1908-2008, Majalah, 19-25 Mei 2008. 2 Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan jumlah pasar asuransi di Indonesia hingga tahun 1992. Total struktur pasar asuransi hingga 1992 adalah 643 unit dengan aset lebih dari 10 milyar rupiah. Lihat dalam Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hlm. 236-237. 3 Mengenai legalitas Asuransi melalui UU tersebut dapat dilihat dalam Abdullah Amrin, Asuransi Syari’ah; Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Jakarta: PT.
1
2
asuransi juga telah menjadi inspirasi dalam mengembangkan produk-produk asuransi. Pengembangan produk tersebut meliputi pengembangan jenis lingkup produk maupun pengembangan legalitas produk. Maksud dari legalitas produk asuransi
adalah bahwasanya
asuransi
tidak hanya
dikembangkan dalam konteks legalitas konvensional saja namun juga dikembangkan dalam konteks legalitas agama, khususnya syari’ah Islam. Dua tahun setelah adanya UU yang mengatur tentang asuransi, yakni tahun 1994, asuransi berbasis syari’ah Islam atau yang lebih dikenal dengan istilah asuransi syari’ah4 dijadikan wacana untuk pertama kali di Indonesia. Pengenalan wacana asuransi syari’ah yang pertama kali di Indonesia diprakarsai oleh PT Syarikat Takaful Indonesia (STI).5 Pengembangan wacana bisnis asuransi syari’ah di Indonesia yang dilakukan oleh PT STI tidak dapat dilepaskan dari perkembangan asuransi syari’ah di Malaysia. Melalui studi banding serta mengacu pada kinerja asuransi syari’ah di Malaysia-lah bisnis asuransi syari’ah PT STI dikembangkan.6 Akhirnya pada tahun 1995, tepatnya 2 Juni 1995, asuransi berbasis syari’ah diluncurkan oleh PT STI.7
Elex Komputindo, 2006, hlm. 6; Lihat juga dalam Wirdianingsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 219. 4 Mengenai pengertian asuransi syari’ah dapat dilihat dalam Abdullah Amrin, Asuransi Syari’ah; Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Jakarta: PT. Elex Komputindo, 2006; Wirdianingsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005; Abdul Ghofur Anshori, Asuransi Syari’ah di Indonesia; Regulasi dan Operasionalisasi di Dalam Kerangka Hukum Positif di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2007. 5 Pembentukan PT STI sendiri melibatkan beberapa lembaga keuangan yakni Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, dan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri. 6 Malaysia memang merupakan negara ASEAN pertama yang menerapkan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985. Di negara jiran ini, asuransi syariah dikelola oleh Syarikat Takafu Malaysia Sdn. Bhd 7 Mengenai sejarah kemunculan asuransi syari’ah di Indonesia penulis rangkum dan kembangkan dari Majalah Proteksi edisi Februari 2003/tahun XXIV sebagaimana dikutip dalam http://www.ipin4u.esmartstudent.com/asuransi.htm.
3
Meskipun telah diluncurkan sejak tahun 1995, asuransi syari’ah baru dilegalkan dan diatur secara formal pada tahun 2001 melalui Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah.8 Setelah adanya legalitas tersebut, asuransi syari’ah berkembang pesat. Fenomena yang hampir sama dengan awal kemunculan asuransi konvensional juga terjadi pada saat setelah asuransi syari’ah mendapatkan legalitas. Daya tarik asuransi syari’ah, yang secara legal hukum agama, lebih disukai oleh umat Islam telah mampu meningkatkan animo lembaga-lembaga keuangan konvensional maupun lembaga asurnasi konvensional untuk memasukkan produk asuransi syari’ah sebagai salah satu produknya. Tercatat, setelah legalitas asuransi syari’ah, terdapat beberapa lembaga asuransi konvensional yang menjadikan asuransi syari’ah sebagai produk asuransinya, termasuk pioner asuransi konvensional di Indonesia, yakni Bumiputera.9 Sebagai lembaga asuransi yang dapat dikatakan yang tertua, tentu Bumiputera tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengelola dan mengembangkan produk asuransi syari’ah. Indikator sederhananya adalah keberanian lembaga Bumiputera untuk menerapkan secara utuh dan
8
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah. 9 Lembaga-lembaga yang menjadikan asuransi syari’ah setelah munculnya legalitas tersebut di antaranya adalah Asuransi Jiwa Asih Great Eastern, MAA Life Insurance, Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera, dan pada akhir 2002 didirikan cabang syariah Asuransi Tri Pakarta. Sedangkan Bumiputera mulai meluncurkan produk asuransi syari’ah mulai awal tahun 2003 atau dua tahun setelah legalitas asuransi syari’ah. Lihat dalam http://www.ipin4u.esmartstudent.com/asuransi.htm. Mengenai produk asuransi syari’ah di Bumiputera juga dikuatkan oleh Bapak Muhtarom, manajer Bumiputera Cabang Kudus. Wawancara pra riset dengan Bapak Muhtarom, Manajer Bumiputera Cabang Kudus, tanggal 13 April 2010.
4
menyeluruh produk asuransi syari’ah di kantor-kantor cabangnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan semakin meningkatnya nasabah asuransi syari’ah setelah diluncurkannya produk asuransi syari’ah di Bumiputera.10 Salah satu cabang Bumiputera yang juga mengalami peningkatan nasabah asuransi syari’ah adalah Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Hanya dalam jangka waktu dua tahun semenjak pendiriannya, yakni tahun 2007, asuransi syari’ah yang ditawarkan kepada nasabah telah menjelma menjadi salah satu produk asuransi unggulan. Selama dua tahun tersebut, jumlah nasabah asuransi mengalami peningkatan yang signifikan. Maksud dari peningkatan tersebut adalah adanya peningkatan jumlah nasabah tahun kedua hingga tahun berikutnya yang memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Bumiputera kepada para agen pemasarannya.11 Keberhasilan pemasaran tersebut di atas tentu tidak dapat dilepaskan dari rancangan pemasaran serta penggunaan strategi yang tepat guna. Menurut Jack Trout kesuksesan ditentukan oleh kepemilikan strategi yang tepat. Dalam definisinya, strategi bukanlah tujuan, strategi adalah arah pemasaran yang koheren. Pertama, strategi dikatakan koheren jika berfokus pada taktik yang telah dipilih. Kedua, strategi mengandung aktivitas-aktivitas pemasaran yang koheren, produk, harga, distribusi, iklan dan semua aktivitas yang merupakan elemen-elemen bauran pemasaran harus berfokus secara koheren pada taktik
10
Wawancara dengan Bapak Muhtarom, Manajer Bumiputera Cabang Kudus, tanggal 13 April 2010. 11 Wawancara dengan Bapak Muhtarom, Manajer Bumiputera Cabang Kudus, tanggal 13 April 2010.
5
yang telah dipilih. Ketiga, strategi adalah arah pemasaran yang koheren setelah dibentuk, arah dari strategi jangan di ubah. 12 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa salah satu aspek suksesnya pemasaran produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus adalah aspek bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan suatu cara yang digunakan Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) untuk menginformasikan kepada nasabah tentang hal-hal atau aktivitas yang ada dalam perbankan tersebut dengan harapan lebih cepat sampai kepada konsumen dan tepat sasaran. Dalam melakukan marketing mix
seorang
manajer Lembaga Keuangan Syari’ah (termasuk di dalamnya adalah Asuransi Syari’ah) harus dapat menggunakan prinsip kebenaran dan kejujuran obyektivitas yang faktual. Maka kesan positif akan terbangun dimata masyarakat. Sehingga konsumen akan terdorong untuk bersikap loyalitas dalam melakukan pembelian ulang secara terus menerus menggunakan jasa di Asuransi Syari’ah.13 Elemen penting dari kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus adalah adanya strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang baik. Perencanaan strategi tersebut telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan dan kemampulabaan dengan indikasi sederhana adanya pertambahan jumlah nasabah di setiap tahunnya. Namun demikian, keberhasilan tersebut masih berdasar pada ukuran global, yakni berhasilnya
12
Jack Trout, Trout On Strategy Menguasai Benak Consumen, Jakarta: Buana Ilmu Popular, 2004, hlm 87-88. 13 Muslih, Etika Bisnis Islami Landasan Filosofis, Normatif, dan Substansi Implementatif, Yogyakarta: Ekonisia, 2004, hlm. 106
6
pelaksanaan bauran pemasaran. Sedangkan pada sisi faktor-faktor yang mampu menjadi daya tarik masyarakat hingga mau membeli produk tersebut belum pernah diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, maka perlu adanya suatu penelitian yang memusatkan pada kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang terkandung dalam bauran pemasaran (marketing mix) Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sehingga dapat meningkatkan kinerja Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Oleh karenanya dalam penelitian ini penulis mengangkat judul. “Analisis Marketing Mix, Pertumbuhan dan Kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus”. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan marketing mix Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus? 2. Bagaimana pertumbuhan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus? 3. Bagaimana kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus? 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
7
1. Penerapan marketing mix Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. 2. Pertumbuhan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. 3. Kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1. Mengembangkan khasanah ilmu penegtahuan ekonomi islam mengurai relevansi
penerapan
marketing
mix
dalam
upaya
meningkatkan
pertumbuhan dan kemampulabaan lembaga keuangan syari’ah. 2. Memberikan kontribusi kepada masyarakat atau penulis lain untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya. 3. Bagi Asuransi Bumiputera Syari’ah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis penerapan marketing mix asuransi Bumiputera syari’ah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan kemampulabaan organisasi. 1.4.Kajian Pustaka Dalam melakukan penelitian skripsi ini, penulis bukanlah yang pertama yang membahas tentang strategi bisnis untuk meningkatkan kinerja organisasi. Adapun beberapa karya yang dapat penulis pakai sebagai rujukan untuk mendukung dalam penulisan skripsi yang penulis angkat , antara lain 1. Skripsi oleh Durrotun Nafisah (STAIN Kudus, 2009) dengan objek penelitian
Analisis
Intensitas
Persaingan,
Strategi
Bersaing
dan
Pengendalian Manajemen Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Organisasi Pada PT. Prodentia Life Assurance HD Agency Semarang. Bahwa hasil
8
penelitian
meneunjukkan
intensitas
persaingan
dan
penegendalian
manajemen dapat meningkatkan kinerja organisasi pada PT.Prodential Life Assurance HD Agency Semarang. Intensitas persaingan diukur dengan mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan pesaing (faktor pesaing, ancaman pendatang baru, pembeli (nasabah), pemasok dan produk substitusi). Selain hal itu perusahaan juga melakukan analisis SWOT untuk menyusun strategi dalam menghadapi persaingan. 2. Skripsi oleh Bambang Tjahjadi dengan obyek Pengaruh Intensitas Persaingan, Strategi Bersaing dan System Pengendalain Manajemen Terhadap Perilaku Disfungsional Manajer (Penelitian Empiric Pada Manajer Perusahaan Terhadap Industry Barang Konsumsi di indonesia). Menyatakan
bahwa
intensitas
persaingan,
startegi
bersaing
dan
pengendalian manajemen akan berpengaruh terhadap perilaku manajer dalam meleksanakan tugasnya yang nantinya hal terebut akan dampak pada pencapaian tujuan organisasi yakni meningkatkan kinerja organisasi. 3. Jurnal
oleh Maya Shakuntala (3048/PS/MAP/99), Mahasiswa Pasca
Sarjana Magister Administrasi Publik Universitas Gajah Mada dengan obyek
Strategi
Peningkatan
Kinerja
Bappeda
Kabupaten
Bantul
menyatakan bahwa beberapa usulan strategi yang direkomendasikan untuk peningkatan kinerja Bappeda Kabupaten Bantul dipengaruhi oleh isu strategisnya, antara lain: a. Strategi berdasarkan isu strategis kekuatan-peluang memungkinkan dilakukan suatu langkah strategis yang mengarah pada penguatan posisi
9
lembaga melalui strategi, mempercepat proses transformasi kebijakan yang mendorong perkembangan pembangunan sektoral maupun wilayah, menyempurnakan prosedur proses perencanaan pembangunan yang lebih sistematis dengan lebih memberdayakan unit-unit kerja dalam Bappeda dan meningkatkan inisiatif lembaga untuk bekerjasama dengan mitra kerjasama, baik internal maupun eksternal lembaga dan wilayah yang saling menguntungkan. b. Strategi berdasarkan isu strategis kekuatan-ancaman. Isu strategis berdasarkan kekuatan-ancaman dapat diantisipasi dengan membuat strategi pengembangan Bappeda dengan cara upaya memacu inovasi pegawai dengan melakukann pengembangan pendidikan formal dan informal yang dapat meningkatkan keterampilan dan adaptif terhadap berbagai
perubahan
paradigma
pembangunan
serta
melakukan
penyempurnaan sistem kerja organisasi dalam tupoksi yang dapat meningkatkan kinerja lembaga melalui pemanfaatan best practice pada lembaga yang sama di wilayah lain. c. Strategi berdasarkan isu strategis kelemahan-peluang. Posisi lembaga dapat dikembangkan kinerjanya melalui strategi Meningkatkan kapasitas pegawai dan lembaga agar dapat bersaing dan memanfaatkan peluang untuk dapat menjadi lebih kompetitif. d. Strategi berdasarkan isu strategis kelemahan-ancaman, maka langkah rasionalisasi
merupakan
strategi
yang
paling
tepat
untuk
10
mempertahankan posisi lembaga. Hal ini dapat dilakukan melalui strategi menyempurnakan struktur organisasi yang lebih.14 Dari rujukan di atas dapat diketahui bahwasanya ada sedikit kemiripan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan rujukan tersebut. Kemiripan tersebut adalah sama-sama memfokuskan pada aspek kinerja organisasi meskipun demikian ada perbedaan yang mencolok dimana pada penelitian di atas aspek kinerja organisasi dipusatkan pada strategi pengendalian manajemen dan strategi bersaing sebagaimana dijelaskan pada penelitian terdahulu yakni pada penelitian yang dilakukan oleh Durotun Nafisah dan Bambang Tjahjadi dan strategi peningkatan kinerja hanya dipusatkan pada kinerja Bappeda sebagaimana dijelaskan dalam hasil penelitian Maya Shakuntala. Sedangkan penelitian yang
akan penulis
laksanakan berhubungan dengan relevansi penerapan marketing mix dalam upaya meningatkan kinerja organisasi dalam ukuran pertumbuhan dan kemampulabaan. Oleh sebab itu penulis merasa yakin untuk tetap melaksanakan penelitian ini tanpa adanya kekhawatiran asumsi plagiatisasi. 1.5.Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu kegiatan yang dilakukan di lingkungan tertentu baik di lapangan organisasi masyarakat/sosial maupun lembaga pemerintah. Penelitian dilakukan di Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. 14
http://arc.ugm.ac.id/files/(2068-H-2004).pdf
11
2.
Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang langsung segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus itu.15 Sebagai data primer penelitian ini adalah hasil field research (penelitian lapangan) berupa data penerapan marketing mix dan laporan pendapatan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Periode Tahun 2008-Oktober 2010. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data penelitian yang berasal dari sumber kedua yang dapat di peroleh melalui buku-buku, brosur dan artikel yang di dapat dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini.16 Data yang diperoleh laporan historis Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus yang telah tersusun dalam arsip atau data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data ini mendukung pembahasan dan penelitian, untuk itu beberapa sumber buku atau data yang akan membantu mengkaji secara kritis di antaranya yaitu berkaitan dengan tema penelitian ini.
3.
Teknik Pengumpulan Data
15
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah, Dasar Metoda Teknik Edisi 7, 13andung: Tarsito. 1939, hlm. 134-163, 16 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Ilmu-ilmu Sosial Lainya, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 119
12
Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian ini adalah tahap pengumpulan data. Hal ini karena data merupakan faktor terpenting dalam suatu penelitian, tanpa adanya data yang terkumpul maka tidak mungkin suatu penelitian akan berhasil. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan cara: a. Metode Interview Interview adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan percakapan dengan sumber informasi secara langsung (tatap muka) untuk memperoleh keterangan yang relevan dengan penelitian ini.17 Metode ini penulis gunakan untuk mencari data sebagai berikut: 1) Data tentang profil Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebagai tambahan data dari data yang diperoleh melalui dokumentasi 2) Data tentang profil produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebagai tambahan data dari data yang diperoleh melalui dokumentasi 3) Data tentang marketing mix Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus b. Metode Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa sumber data tertulis (yang berbentuk tulisan). Sumber data tertulis
17
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1981, hlm 162.
13
dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, buku, majalah, arsip, ataupun dokumen pribadi dan juga foto.18 Dokumen-dokumen yang dijadikan arsip dalam penelitian ini meliputi: 1) Dokumentasi mengenai profil Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus 2) Dokumentasi tentang profil produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus 4.
Metode analisis data Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data secara mendalam. Menurut Lexy J. Moloeng proses analisa dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul.19 Guna memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini digunakan metode analisa deskriptif kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.20 Penggunaan metode deskriptif kualitatif memfokuskan pada adanya usaha untuk menganalisa seluruh data (sesuai dengan pedoman rumusan masalah) sebagai satu kesatuan dan tidak dianalisa secara terpisah.
18
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 71. Lexy J. Moleong, op. cit., hlm. 103. 20 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002, hlm. 19
41
14
1.6.Sistematika Penulisan 1. Bagian awal Terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan halaman daftar isi. 2. Bagian isi Bagian ini terdiri dari beberapa bab antara lain : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini meliputi teori marketing mix, pertumbuhan dan kemampulabaan organisasi.
BAB III
DESKRIPSI MARKETING MIX, PERTUMBUHAN DAN KEMAMPULABAAN
ASURANSI
BUMIPUTERA
SYARI’AH KANTOR CABANG KUDUS Isi dari bab ini meliputi gambaran profil Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Syari’ah, penerapan marketing mix, pertumbuhan
dan
kemampulabaan
Syari’ah Kantor Cabang Syari’ah.
Asuransi
Bumiputera
15
BAB IV
ANALISIS MARKETING MIX, PERTUMBUHAN DAN KEMAMPULABAAN BUMIPUTERA SYARI’AH KANTOR CABANG KUDUS Isi dari bab ini meliputi analisis marketing mix, pertumbuhan dan kemampulabaan pada Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus.
BAB V
PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3. Bagian Akhir Dalam bagian ini terdiri dari daftar kepustakaan dan daftar lampiranlampiran.
16
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1.Marketing Mix 2.1.1. Pengertian Marketing Mix Marketing atau pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial.21 Dalam upaya mencapai target pemasaran
diperlukan
adanya
aspek-aspek
dalam
pemasaran
(marketing mix) yang dikenal empat bauran marketing (market mix), yakni produk, harga, promosi, dan tempat. Keempat bauran tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.22 2.1.2. Bauran Marketing (Marketing Mix) Penjelasan mengenai keempat bauran marketing adalah sebagai berikut: a. Produk Produk merupakan salah satu elemen penting dalam proses marketing (pemasaran) karena produk merupakan elemen yang dijadikan sebagai obyek transaksi pemasaran. Definisi produk 21
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: Gramedia, 1997, hlm. 48. 22 Bauran pasar meliputi keragaman produk, kualitas, design, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, dan imbalan. Bauran harga meliputi daftar harga, rabat/diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran, dan syarat kredit. Bauran promosi meliputi promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan, kehumasan/public relation, dan pemasaran langsung. Sedangkan bauran dari tempat adalah saluran pemasaran, cakupan pemasaran, pengelompokan, lokasi, dan persediaan transportasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, terj. Hendra Teguh dkk., Jakarta: PT. Indeks, 2004, hlm. 18.
17
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen.23 Pada dasarnya, produk yang dibeli oleh konsumen dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni:24 1) Produk inti (core product) yaitu inti dari produk yang merupakan harapan yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh seorang konsumen. Contoh produk inti adalah keinginan atau harapan masyarakat akan kemudahan dalam pengaturan pembiayaan pendidikan anak-anak mereka di masa yang akan datang. 2) Produk formal (formal product), yaitu bentuk, kualitas/mutu, merk dan kemasan yang menyertai produk tersebut. Dalam hal ini produk formal dapat dicontohkan dengan asuransi pendidikan dengan merek dan kualitas yang ada di dalamnya. 3) Produk tambahan (augemented product) adalah produk formal dengan berbagai jasa yang menyertainya. Dalam hal ini produk tambahan dapat dicontohkan dengan pelayanan-pelayanan dalam pembelian produk maupun keuntungan-keuntungan tambahan yang dapat diperoleh konsumen. Untuk dapat dibeli oleh konsumen, suatu produk harus memiliki sebuah konsep produk yang mencakup bentuk fisik
23
Ujang Sumarwan dkk., Pemasaran Strategik Strategi untuk Pertumbuhan Perusahaan dalam Penciptaan NIlai Bagi Pemegang Saham, Jakarta: Inti Prima Promosindo, 2009, hlm. 3. 24 Penjelasan mengenai tingkatan produk dapat dilihat dalam Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 202-204.
18
produk, perluasan produk dan sisi manfaat produk. Bentuk fisik produk dikenal dengan istilah tangible; perluasan produk berhubungan dengan pelayanan, harga, prestise pabrik, dan penyalurnya atau dikenal dengan istilah extended product; dan kemanfaatan produk dikenal dengan istilah generic product. Dengan adanya kejelasan konsep produk, maka akan memudahkan masyarakat dalam memahami suatu produk.25 Secara lebih spesifik, dengan istilah yang berbeda namun memiliki kesamaan substansi, Ujang S mengklasifikasikan aspekaspek yang terkandung dalam produk sebagai berikut:26 1) Aspek manfaat (generic product – red. penulis) yang meliputi: a) Manfaat penggunaan b) Manfaat psikologis c) Manfaat dalam mengatasi permasalahan 2) Aspek visualisasi produk (tangible – red. penulis) yang meliputi: a) Atribut dan keistimewaan produk b) Kualitas produk c) Corak produk d) Kemasan dan label produk e) Brand
25 26
Secara lebih jelas dapat dilihat dalam Ibid, hlm. 201-202. Ujang Sumarwan dkk.,op. cit., hlm. 3-4.
19
3) Aspek menambah nilai produk (extended product – red. penulis) yang meliputi: a) Garansi b) Kemudahan instalansi c) Pengiriman d) Ketersediaan di pasar e) Layanan purna jual Keberadaan suatu produk dalam lingkup jual beli dalam Islam dapat disamakan dengan obyek jual beli yang oleh Islam mendapat legalitas (kebolehan) sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut:
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya
20
apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Ayat di atas, selain terkandung maksud tentang legalitas jual beli, juga terkandung aspek syarat kebolehan tersebut, yakni tidak adanya unsur riba dalam proses jual beli karena dalam Islam Allah sangat mengharamkan sesuatu yang berakibat buruk bagi manusia. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-A’raf ayat 157:
Artinya : ... dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ... Dengan demikian, suatu produk dalam asuransi Islam haruslah merupakan sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan dan tidak berdampak buruk bagi kehidupan umat Islam. b. Harga Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah
kombinasi
dari
barang
beserta
pelayanannya.27 Philip Kotler berpendapat bahwa harga merupakan satusatunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,
27
Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta:Liberty, 1993, hlm. 211
21
paling fleksibel, mudah diubah dengan cepat, tidak seperti tampilan produk dan perjanjian distribusi.28 Harga sebagai sarana bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka perlu dicapai terlebih dahulu penetapan harga dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:29 1) Memperoleh laba yang maksimum 2) Mendapatkan share pasar tertentu 3) Memerah pasar 4) Mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan yang maksimum pada tahun itu 5) Mencapai keuntungan yang ditargetkan 6) Mempromosikan produk Strategi penetapan harga dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:30 1) Penetapan harga dengan orientasi biaya, yakni penetapan harga yang didasarkan pada besaran biaya produksi dari suatu produk. 2) Penetapan harga dengan orientasi permintaan, yakni penetapan harga yang didasarkan pada persepsi konsumen dan intensitas permintaan dan lebih ditekankan pada faktor biaya.
28
Philip Kotler dan Gary A., Dasar-dasar Pemasaran, terj. Alexander Sindoro, Jakarta: Prenhallindo, 1997, hlm. 634 29 Sofjan Assauri, op. cit., hlm. 225-227. 30 Ibid., hlm. 228-230.
22
3) Penetapan harga dengan orientasi persaingan, yakni penetapan harga yang didasarkan pada harga yang diterapkan oleh para pesaing. Penetapan harga harus dikoordinasikan dengan desain produk, distribusi dan penetapan promosi, untuk membentuk program
promosi
pemasaran
yang
konsisten
dan
efektif.
perusahaan sering menetapkan harga terlebih dahulu dan kemudian menjadikannya dasar untuk keputusan bauran pemasaran lainnya pada harga yang akan diterapkan.31 Dalam menentukan harga, perusahaan harus mengutamakan nilai keadilan. Jika kualitas produknya bagus, harganya tentu bisa tinggi. sebaliknya jika seorang telah mengetahui keburukan yang ada dibalik produk yang ditawarkan, harganya pun harus disesuaikan dengan kondisi produk tersebut.32 Apabila harga tidak disesuaikan dengan produk dengan tendensi mencari keuntungan bagi pihak produsen atas harta konsumen, maka hal tersebut akan bertentangan dengan ajaran Islam sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 29 sebagai berikut:
31
Mas’ud Machfoedz, Kewirausahaan Metode, Manajemen, dan Implementasi, Yogyakarta:BPFE, 2004, hlm.110 32 Hermawan Kartajaya, Syari’ah Marketing, Bandung: Mizan Pustaka, 2006, hlm. 178
23
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” c. Promosi Menurut William J. Stanton, promosi adalah sejenis komunikasi yang memberikan pengeluaran yang meyakinkan kepada
calon
konsumen
tentang
barang
dan
jasa,
yang
mempunnyai tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen.33 Pemasaran
modern
tidak
hanya
membutuhkan
pengembangan produk yang baik, memberi harga yang menarik dan membuatnya terjangkau oleh pelanggan sasaran. Tetapi perusahaan harus berkomunikasi dengan nasabah sekarang dan nasabah potensial dengan cara memperkenalkan barang. Untuk berkomunikasi secara efektif, spesialis promosi penjualan untuk merancang
insentif
pembelian,
berinteraksi
dengan
pelanggan/calon pelanggan melalui surat dan telpon sehingga dapat
33
hlm. 135
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta, 2000,
24
memberikan
publisitas
produk
dan
pengembangan
kesan
perusahaan.34 Promosi merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran dan sering pula dikatakan sebagai proses berlanjut. ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan.35 Agar barang dan jasa yang kita produksi dikenal, diketahui, dibutuhkan, dan diminati konsumen, maka wirausaha harus segera melakukan usaha-usaha sebagai berikut: 36 1) Memperbanyak saluran distribusi 2) Memperluas segmentasi atau cakupan 3) Menata penampilan tempat usaha 4) Menggunakan cara penyampaian barang seefisien mungkin Promosi sebenarnya tidak dilakukan oleh perusahaan atau penjual saja, tetapi juga dilakukan oleh penggunanya juga. Misalnya mereka memasang iklan pada sebuah surat kabar untuk mencari barang atau jasa yang diperlukan dari pihak lain. Selain itu, pembeli dan penjual dapat menggunakan perantara komunikasi seperti biro advertensi untuk melaksanakan kegiatan promosi mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa pembeli, penjual dan perantara bisa terlibat dalam promosi. 34 35
Philip Kotler, “Dasar-dasar Pemasaran”, op. cit, hlm. 774 Henri Simanora, Manajemen Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta: 2000,
hlm. 757 36
Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta, Salemba Empar, 2003, hlm. 110
25
Promosi
yang
dilakukan
dalam
perusahaan
harus
berdasarkan prinsip syari’ah yang menggambarkan secara riil apa yang ditawarkan dari produk-produknya atau servis perusahaan tersebut. Promosi yang tidak sesuai dengan kualitas atau kompetensi, contohnya promosi yang menampilkan imajinasi yang terlalu tinggi bagi konsumennya, adalah termasuk dalam praktik penipuan dan kebohongan. Untuk itu, Promosi yang semacam tersebut sangat dilarang dalam syari’ah marketing.37 Sampai
saat
ini
perusahaan
dan
organisasi
dalam
mempromosikan komoditi dagangannya, sering menggunakan sarana advertensi, promosi penjualan, personal selling, dan publisitas. Kenyataannya membuktikan bahwa pengaruh promosi lebih besar jika dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syari’ah, harus berhati hati dalam melakukan promosi, jangan sampai melewati batas syari’ahnya (menggunakan prinsip kejujuran) dan jangan memaksakan kehendak orang lain.38 Kejujuran dan kebiasaan berkata benar adalah kualitas yang harus dikembangkan dan dipraktekkan oleh pengusaha muslim. Kejujuran dan kebenaran terutama sangat penting bagi seorang pengusaha muslim karena adanya kebutuhan untuk mendapatkan keuntungan dan godaan untuk memperbesar kemampuan produk 37 38
Hermawan Kartajaya, op. cit., hlm. 178-179. Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani, 1997, hlm. 176
26
atau jasa mereka selama puncak penjualan.39 Sesuai dengan prinsip syari’ah, kualitas produk yang diberikan harus sesuai dengan yang ditawarkan. Jadi sangat dilarang bila Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menyembunyikan kecacatan dari produk-produk yang mereka tawarkan.40 Mengenai kejujuran ini dapat disandarkan pada salah satu hadits Nabi sebagaimana dikutip oleh M. Ismail Y dan M Karebet W yang berbunyi:41
“Katakanlah yang benar, meskipun itu sangat menyakitkan” d. Tempat Tempat
merupakan
sarana
yang
digunakan
untuk
mendistribusikan produk kepada konsumen. Langkah awal dalam perencanaan pemasaran adalah penentuan lokasi. Perencanaan lokasi mempunnyai peranan yang sangat penting dan menunjang perkembangan perusahaan dan lokasi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah perusahaan. Penentuan lokasi akan menentukan sejumlah keuntungan-keuntungan, seperti perusahaan akan berada pada posisi yang kuat dalam persaingan, kemampuan pelayanan terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen dan sebagainya. Sebaliknya, kesalahan dalam mengambil keputusan penting dalam penentuan lokasi perusahaan, akan menimbulkan 39
Rafik Isa Baekum, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 106 Hermawan Kartajaya, op. cit., hlm. 178. 41 M. Ismail Y dan M. Karebet W, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani, 2002, hlm. 42. 40
27
kerugian yang tidak sedikit dengan hilangnya modal yang telah telanjur ditanam dan tambahan investasi untuk mencari lokasi yang lain.42 Hal tersebut juga dapat dipertegas dengan pendapat Ujang Sumarwan, dkk yang menyatakan bahwa tempat merupakan elemen vital yang berhubungan dan berkaitan erat dengan saluran distribusi yang digunakan untuk menjangkau target pasar.43 Menurut Philip Kotler, bahwa keputusan mengenai saluran distribusi merupakan salah satu salah satu keputusan paling kritis yang dihadapi manajemen. Saluran distribusi yang dipilih perusahaan mempengaruhi seluruh pemasaran lainnya. Oleh karena itu, manajemen harus dapat memilih saluran distribusi dengan memperhatikan kemungkinan linkungan penjualan sekarang dan dikemudian hari.44 Pada dasarnya lokasi terbaik adalah jika lokasi tersebut mampu memberikan total biaya produksi yang rendah dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Dengan kata lain perencanaan lokasi mempunnyai tujuan untuk meminimalkan seluruh biaya produksi dan memaksimalkan laba dari pemilihan lokasi tersebut. Hal ini memang tidak semudah yang diperkirakan,
42
Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba Empat, 2003, hlm. 100 43 Ujang Sumarwan dkk., op. cit., hlm. 199. 44 Philip Kotler, op. cit, hlm. 682
28
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mempengaruhi perencanaan lokasi, di antaranya adalah : 45 1) Faktor-faktor primer Faktor primer merupakan faktor yang mempengaruhi lagsung kepada produksi dan distribusi dari suatu usaha. Seperti ketersediaan tenaga kerja, kedekatan dengan konsumen dan transportasi dengan penjelasan sebagai berikut:46 a) Ketersediaan tenaga kerja Penentuan lokasi harus mempertimbangkan kedekatannya SDM. Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu perusahaan. Karena berhasil dan tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja. Setiap daerah akan mempunnyai ciri-ciri tenaga yang berlainan,
karena
pengaruh
lingkungan,
adat
dan
budayanya. b) Kedekatan dengan konsumen Sebagai pertimbangan suatu lokasi didekatkan dengan nasabah adalah nasabah akan memperoleh kemudahan memahami produk, hemat tenaga dalam bertransportasi dan lebih aman menitipkan barang yang berharga pada tempat yang jelas dan bertanggung jawab atas barang tersebut.
45
Hari Purnomo, Perncanaan dan Perancangan Fasilitas, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2004,
hlm. 26 46
Ibid, hlm. 28
29
c) Transportasi Sebagai
sarana
bertransaksi,
untuk
Lembaga
memudahkan
nasabah
dalam
Keuangan
Syari’ah
harus
menggunakan sistem jemput bola untuk mempermudah dalam bertransaksi atau menggunakan jasa lembaga tersebut, oleh karenanya harus disediakan media untuk memudahkan aktivitas kepada nasabah yang berada jauh dari lokasi. 2) Faktor-faktor sekunder Faktor ini juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi di antaranya adalah sikap masyarakat setempat, iklim dan rencana masa depan perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut:47 a) Sikap masyarakat setempat Masyarakat merupakan prespective employe, karena itu suatu
perusahaan
harus
memperhatikan
sikap
atau
pandangan lembaga keuangan di daerahnya, maka suatu perusahaan asuransi syari’ah dapat tumbuh dan mendapat keuntungan-keuntungan tertentu dari pemilihan lokasi tersebut.
47
Ibid, hlm. 31
30
b) Iklim Iklim atau cuaca secara nyata akan mempengaruhi proses kegiatan para karyawan. Iklim yang memenuhi standar akan meningkatkan performance pekerja yang akan meningkatkan pola output kinerja, maka harus ada penanganan iklim agar aktivitas kinerja tidak terganggu. c) Rencana masa depan perusahaan Pada umumnya pendirian perusahaan disertai harapan bahwa perusahaan tersebut akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang dan akan berkembang menjadi semakin besar. Dengan demikian perlu dipertimbangkan tentang rencana panjang mengenai kebutuhan-kebutuhan dan teknik-teknik operasi. 2.2.Kinerja Setiap perusahaan pastilah memiliki tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebagai hasil akhir yang ingin dicapai. Proses pencapaian tujuan tersebut disebut dengan istilah kerja perusahaan atau kerja organisasi. Sedangkan hasil kerja dari proses kerja disebut dengan istilah kinerja organisasi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Anwar P.M yang menyebutkan bahwa kinerja hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
31
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.48 Senada dengan pendapat Anwar, Hasibuan menjelaskan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.49 Secara lebih luas, Armstrong dan Baron memberikan penjelasan mengenai kinerja yang juga disebut dengan istilah performance sebagai pelaksanaan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.50 Sedangkan dalam bukunya, M. Pabundu Tika memaparkan beberapa pengertian mengenai kinerja organisasi dari beberapa tokoh yang dapat dijelaskan sebagai berikut:51 1) Pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu 2) Proses evaluasi organisasi terhadap prestasi kerja karyawan
48
http://fianka.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-kinerja/, 30 Maret 2010 Seperti dijelaskan dalam Hasibuan M, Manajemen Organisasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, hlm. 34. 50 http://fianka.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-kinerja/, 30 Maret 2010 51 M. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hlm. 121. 49
32
3) Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu Berdasarkan penjelasan di atas, ada empat unsur pokok dalam pengertian kinerja organisasi, yakni:52 1) Hasil dari fungsi kerja 2) Faktor yang mempengaruhi prestasi karyawan 3) Pencapaian tujuan organisasi 4) Periode waktu tertentu Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi adalah evaluasi terhadap hasil kerja dalam periode tertentu yang didasarkan pada fungsi kerja dan faktor yang mempengaruhinya. Guna mencapai hal tersebut maka yang perlu diperhatikan adalah pembenahan dan pengembangan kemampuan faktor-faktor yang ada dalam proses pencapaian kinerja dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Faktorfaktor tersebut meliputi:53 1) Faktor Personal atau Individu Meliputi: pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan diri dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. 2) Faktor Kepemimpinan Meliputi: kualitas dukungan dan semagat, arah dan dukungan yang diberikan manajer dalam team leader. 52 53
Ibid. Mahmudi, “Manajemen Kinerja Sektor Publik” Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
33
3) Faktor Tim Meliputi: sitem kerja, fasilitas kerja atua infrastruktur yang diberikan oleh organisasi. 4) Faktor Kontekstual. Meliputi tekanan dan perubahan lingkungan ekternal dan internal. Upaya-upaya pengembangan kinerja organisasi tersebut tidak dapat dilepaskan dan didasarkan pada pengembangan kemampuan faktor-faktor di atas. Melalui pengembangan kemampuan diharapkan dapat meningkatkan kinerja sebuah organisasi atau perusahaan. Ukuran atau penilaian terhadap hasil kerja sangat penting untuk dilakukan. Pada dasarnya penilaian didasarkan pada empat konsepsi yang sangat fundamental, yakni konsepsi tentang kerja sebagai proses, konsepsi tahap-tahap dalam kerja, konsepsi tentang orientasi waktu dan kerja, serta konsepsi tentang diferensiasi fungsi dalam kerja.54 Penilaian kinerja organisasi memiliki pengertian sebagai proses yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan pekerjaan dari karyawan yang ditujukan sebagai umpan balik bagi kesesuaian kerja dan peningkatan kinerja tim.55 Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kinerja merupakan sebuah proses kerja yang ditujukan untuk mencapai hasil kerja. Ukuran kerja yang dapat dijadikan sebagai pedoman keberhasilan kinerja paling
tidak
ada
dua,
yakni
ukuran
pertumbuhan
dan
ukuran
kemampulabaan. 54
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm. 152. Yaslis Ilyas, Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 105. 55
34
2.2.1. Pertumbuhan Ukuran pertumbuhan atau growth dikenal sebagai ukuran kinerja yang paling penting dan merupakan uji kinerja yang baik ditengah kondisi resesi ekonomi dan persaingan yang ketat. Pertumbuhan penjualan (jumlah nasabah) merupakan indikator kinerja yang sangat lazim dan telah menjadi kesepakatan (consensus) sebagai ukuran pertumbuhan yang baik.56 2.2.2. Kemampulabaan Sedangkan ukuran kemampulabaan merupakan ukuran untuk mengetahui dan mengukur tingkat efektifitas pengelolaan manajemen organisasi yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.57
56
Lihat dalam Zulaikha dan Onie Fredianto, Jurnal Media Ekonomi dan Bisnis No.2/vol.15/Desember 2003, hlm. 19-20. 57 Lihat dalam Zulian Yamit, Manajemen Keuangan dan Ringkasan Teori dan Penyelesaian Soal, Yogyakarta: Ekonosia, 2001, hlm. 3.
35
BAB III DESKRIPSI MARKETING MIX, LAPORAN PERTUMBUHAN DAN KEMAMPULABAAN ASURANSI BUMIPUTERA SYARI’AH KANTOR CABANG KUDUS
3.1.Profil Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus 3.1.1. Sejarah Perkembangan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Kemunculan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus yang memasarkan produk asuransi syari’ah tidak lepas dari keberadaan Asuransi Bumiputera yang telah berdiri semenjak 1912 yang diprakarsai oleh Persatoean Goeroe Hindia Belanda (PGHB) dengan pionernya Dwidjosewojo. Nama Bumiputera memiliki landasan dasar sebagai lembaga yang memiliki tujuan untuk memajukan ekonomi serta menjaminkan keselamatan keluarga anggota-anggotanya di kemudian hari.58 Dua tahun setelah adanya UU yang mengatur tentang asuransi, yakni tahun 1994, asuransi berbasis syari’ah Islam atau yang lebih dikenal dengan istilah asuransi syari’ah59 dijadikan wacana untuk
58
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh M. Anshar dalam Majalah ”Persatoean Goeroe” edisi 25 Februari 1933 yang dikutip kembali dalam ”Indonesia yang Kuimpikan”, Tempo Edisi Khusus Kebangkitan Nasional 1908-2008, Majalah, 19-25 Mei 2008. 59 Mengenai pengertian asuransi syari’ah dapat dilihat dalam Abdullah Amrin, Asuransi Syari’ah; Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Jakarta: PT. Elex Komputindo, 2006; Wirdianingsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005; Abdul Ghofur Anshori, Asuransi Syari’ah di Indonesia; Regulasi dan Operasionalisasi du Dalam Kerangka Hukum Positif di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2007.
36
pertama kali di Indonesia. Pengenalan wacana asuransi syari’ah yang pertama kali di Indonesia diprakarsai oleh PT Syarikat Takaful Indonesia (STI).60 Pengembangan wacana bisnis asuransi syari’ah di Indonesia yang dilakukan oleh PT STI tidak dapat dilepaskan dari perkembangan asuransi syari’ah di Malaysia. Melalui studi banding serta mengacu pada kinerja asuransi syari’ah di Malaysia-lah bisnis asuransi syari’ah PT STI dikembangkan.61 Akhirnya pada tahun 1995, tepatnya 2 Juni 1995, asuransi berbasis syari’ah diluncurkan oleh PT STI.62 Daya tarik asuransi syari’ah, yang secara legal hukum agama, lebih disukai oleh umat Islam telah mampu meningkatkan animo lembaga-lembaga keuangan konvensional maupun lembaga asurnasi konvensional untuk memasukkan produk asuransi syari’ah sebagai salah satu produknya. Tercatat, setelah legalitas asuransi syari’ah, terdapat beberapa lembaga asuransi konvensional yang menjadikan asuransi syari’ah sebagai produk asuransinya, termasuk pioner asuransi konvensional di Indonesia, yakni Bumiputera.63
60
Pembentukan PT STI sendiri melibatkan beberapa lembaga keuangan yakni Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, dan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri. 61 Malaysia memang merupakan negara ASEAN pertama yang menerapkan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985. Di negara jiran ini, asuransi syariah dikelola oleh Syarikat Takafu Malaysia Sdn. Bhd 62 Mengenai sejarah kemunculan asuransi syari’ah di Indonesia penulis rangkum dan kembangkan dari Majalah Proteksi edisi Februari 2003/tahun XXIV sebagaimana dikutip dalam http://www.ipin4u.esmartstudent.com/asuransi.htm. 63 Lembaga-lembaga yang menjadikan asuransi syari’ah setelah munculnya legalitas tersebut di antaranya adalah Asuransi Jiwa Asih Great Eastern, MAA Life Insurance, Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera, dan pada akhir 2002 didirikan cabang syariah Asuransi Tri Pakarta. Sedangkan Bumiputera mulai meluncurkan produk asuransi syari’ah mulai awal tahun 2003 atau dua tahun legalitas asuransi. Lihat dalm http://www.ipin4u.esmartstudent.com/asuransi.htm.
37
Sebagai lembaga asuransi yang dapat dikatakan yang tertua, tentu Bumiputera tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam mengelola dan mengembangkan produk asuransi syari’ah. Indikator sederhananya
adalah
keberanian
lembaga
Bumiputera
untuk
menerapkan secara utuh dan menyeluruh produk asuransi syari’ah di kantor-kantor cabangnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan semakin meningkatnya nasabah asuransi syari’ah setelah diluncurkannya produk asuransi syari’ah di Bumiputera. Salah satu cabang Asuransi Bumiputera Syari’ah yang juga mengalami peningkatan nasabah asuransi syari’ah adalah Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Hanya dalam jangka waktu dua tahun semenjak pendiriannya, yakni tahun 2007, asuransi syari’ah yang ditawarkan kepada nasabah telah menjelma menjadi salah satu produk asuransi unggulan. Selama dua tahun tersebut, jumlah nasabah asuransi mengalami peningkatan yang signifikan. Maksud dari peningkatan tersebut adalah peningkatan nasabah tahun kedua lebih banyak dari tahun pertama. Hingga periode 2009, jumlah customer Asuransi Bumiputera Syari’ah Cabang Kudus mencapai 690 orang. Apabila dibuat perhitungan rata-rata, maka setiap tahun,
Mengenai produk asuransi syari’ah di Bumiputera juga dikuatkan oleh Bapak Muhtarom, manajer Bumiputera Cabang Kudus. Wawancara dengan Bapak Muhtarom, Manajer Bumiputera Cabang Kudus, tanggal 13 April 2010.
38
Asuransi Bumiputera syari’ah Cabang Kudus memperoleh nasabah sebanyak 172 orang.64 3.1.2. Falsafah Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Sebagai cabang dari Asuransi Bumiputera pusat, falsafah yang dijadikan sebagai dasar kerja Asuransi Bumiputera Kudus tidak berbeda dengan Asuransi Bumiputera pusat yang meliputi: a. Mutual,
maksudnya
adalah
bahwa
Asuransi
Bumiputera
merupakan perusahaan yang berbentuk usaha bersama. b. Idealisme, maksudnya adalah bahwa dalam kinerjanya Asuransi Bumiputera sangat mendasarkan pada idealisme para pendirinya di mana tidak didasarkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya dan masyarakat luas. c. Profesionalisme, maksudnya adalah bahwa dalam struktural kerja, Asuransi Bumiputera menerapkan sistem profesionalisme. Maksud profesionalisme ini adalah kekuasaan tertinggi di Asuransi Bumiputera tidak berdasarkan sistem capital aset individu (besaran saham individu) melainkan didasarkan pada Badan Perwakilan Anggota (BPA) yang mana wakilnya merupakan perwakilan dari masing-masing pemegang polis.
64
Wawancara dengan Bapak Muhtarom, Manajer Bumiputera Cabang Kudus, tanggal 21Mei 2010.
39
3.1.3. Pengurus Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Kepengurusan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus merupakan kepengurusan yang ramping. Kepengurusan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus berada di bawah kepengurusan Asuransi Bumiputera Syari’ah Wilayah Jawa Tengah. Untuk mengetahui kepengurusan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus pada periode tahun 2009, maka akan penulis paparkan sebagai berikut: Manajer Pemasaran Wilayah : Bapak Muhammad Slamet SE MM Kabag Pemasaran
: Drs. Ahmad Zainuri M
Kepala Administrasi
: Drs. T. Pujianto, M.M
Kepala Cabang Kudus
: Drs Muhtarom
Administrasi
: Bangun Nurhadi Dewi Styaningsih S.E
Unit Manajer
: Yuliawati S.E Ulin Nuha S. Pd.I Dede K, S. Ag Nafis S. Handayani
40
3.2.Deskripsi Marketing Mix dan Hasil Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus 3.2.1. Deskripsi Marketing Mix asuransi Bumiputera syari’ah Kantor Cabang Kudus Untuk mendeskripsikan marketing mix asuransi Bumiputera syariah Kantor Cabang Kudus, maka akan penulis paparkan berdasarkan bauran yang ada dalam marketing dengan penjelasan sebagai berikut:65 a. Produk Produk asuransi yang dikeluarkan oleh asuransi Bumiputera syari’ah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yakni produk Asuransi Perorangan (Asper) dan Asuransi Kumpulan (Askum). Asuransi Perorangan merupakan asuransi yang ditujukan kepada perorangan dan dikelompokkan menjadi tiga jenis asuransi, yakni mitra mabrur, mitra sakinah, dan mitra iqra’. Sedangkan Asuransi Kumpulan ditujukan kepada kelompok orang atau organisasi. Kedua bentuk asuransi tersebut memiliki kesamaan yakni menggunakan prinsip bagi hasil dan mudharabah. Bagi hasil dan mudharabah diberikan setiap satu bulan sekali. Keuntungankeuntungan dalam produk asuransi Bumiputera syari’ah selain Mitra Mabrur adalah sebagai berikut:
65
Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Muhtarom, Manajer Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, wawancara tanggal, 1 Desember 2010.
41
1) Jika peserta hidup sampai perjanjian asuransi berakhir, maka peserta akan memperoleh: a) Dana tabungan yang telah disetor b) Bagian keuntungan (mudharabah) atas hasil investasi dana tabungan c) Bagian keuntungan atas dana khusus (tabarru) yang ditentukan oleh asuransi jiwa Bumiputera syari’ah, jika ada. 2) Jika peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian asuransinya berakhir, maka peserta akan memperoleh: a) Dana tabungan yang disetor b) Bagian keuntungan (mudharabah) atas hasil investasi dana tabungan 3) Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian asuransi, maka ahli waris akan memperoleh: a) Dana tabungan yang disetor b) Bagian keuntungan (mudharabah) atas hasil investasi dana tabungan c) Santunan kebajikan
42
Sedangkan keuntungan dari produk Mitra Mabrur adalah sebagai berikut: 1) Apabila peserta hidup sampai perjanjian Asuransi berakhir, maka peserta akan memperoleh: a) Dana tabungan yang telah disetor untuk perjalanan haji b) Bagian keuntungan (mudharabah) atas hasil investasi dana tabungan c) Bagian keuntungan atas dana khusus (tabarru’) yang ditentukan oleh asuransi jiwa Bumiputera syari’ah, jika ada. 2) Jika peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian asuransinya berakhir, maka peserta akan memperoleh: a) Dana tabungan yang disetor b) Bagian keuntungan (mudharabah) atas hasil investasi dana tabungan 3) Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian asuransi, maka ahli waris akan memperoleh: a) Dana tabungan yang disetor b) Bagian keuntungan (mudharabah) atas hasil investasi dana tabungan c) Santunan kebajikan
43
Penentuan produk juga didasarkan pada keadaan persaingan pasar yang didasarkan pada jenis produk. Maksudnya adalah keberadaan produk yang sejenis dengan produk asuransi syari’ah yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus di sekitar masyarakat Kudus. Sedangkan kriteria produk yang sejenis adalah meliputi kesamaan secara menyeluruh maupun kesamaan secara sebagian. Kesamaan yang menyeluruh adalah persamaan yang dimiliki oleh dua produk yang memiliki kesamaan dalam jenis dan karakteristiknya. Contoh dari persamaan ini antara lain adalah sama-sama merupakan produk asuransi syari’ah haji. Meskipun berbeda nama atau istilah namun pada dasarnya memiliki kesamaan jenis dan karakteristiknya. Kesamaan jenis dalam contoh tersebut adalah sama-sama merupakan asuransi haji sedangkan karakteristik yang sama meliputi karakteristik syari’ah yang melekat pada produk tersebut. Kesamaan sebagian adalah persamaan antara dua produk atau lebih yang memiliki salah satu kesamaan jenis atau karakteristiknya. Contoh dalam persamaan ini adalah satunya adalah produk asuransi haji konvensional dan satunya lagi adalah produk asuransi haji syari’ah. Kedua produk tersebut memiliki kesamaan jenis, yakni sama-sama merupakan asuransi haji namun
44
berbeda
karakteristik
di
mana
yang
satu
berkarakteristik
konvensional sedangkan yang lainnya berkarakteristik syari’ah. Berdasarkan pada analisa kesamaan jenis, maka akan diperoleh hasil persaingan persamaan produk maupun bauran produk yang dikeluarkan oleh lembaga asuransi yang lain di luar Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Hasil dari analisa ini akan dapat digunakan untuk menentukan bauran produk atau menentukan prioritas produk yang akan dipasarkan. b. Harga Harga dari masing-masing produk asuransi Bumiputera syariah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kharakteristik dan tujuan masing-masing produk. Penentuan harga di Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus berasaskan pada ketetapan harga dari pusat. Harga premi yang ditetapkan dari pusat adalah sebesar Rp. 250.000,00 setiap tiga bulan atau jika dirata-rata setiap bulannya adalah Rp. 83.000,00 atau Rp. 1.000.000,00 selama satu tahun. Dalam proses pembayaran premi, customer dapat memilih untuk membayar tiap bulan atau dalam jangka waktu tri wulan sekaligus. Meski berpedoman pada ketetapan harga pusat, harga premi memiliki sifat fleksibel. Fleksibilitas harga ini didasarkan pada hasil analisa harga produk. Analisa ini berhubungan dengan perkembangan harga produk yang berkembang di antara produk
45
asuransi. Melalui analisa ini, asuransi Bumiputera syari’ah dapat menentukan batasan harga untuk produk yang ditawarkan. Selain untuk menentukan strategi harga, analisa terhadap harga produk asuransi juga dapat berguna dalam menentukan strategi bonus maupun hal-hal yang dapat menunjang strategi harga. Analisa harga pasar sangat erat hubungannya dengan analisa jenis produk. Melalui penggabungan kedua analisa tersebut dapat diketahui bagaimana sikap terkait dengan harga sebuah produk yang harus ditentukan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebelum diperkenalkan dalam sebuah promosi pada masyarakat. Terkait dengan penentuan harga produk, pada strategi promosi Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus tidak ada perubahan terhadap ketentuan harga produk Asuransi Bumiputera
Syari’ah
Kantor
Cabang
Kudus
yang
akan
dipromosikan. Hal ini dikarenakan pada periode tahun 2009 kondisi pasar masih sangat mendukung di mana keadaan persaingan pasar tidak begitu memberikan dampak terhadap hasil penjualan asuransi Bumiputera syari’ah Cabang Kudus. c. Lokasi Lokasi Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus bertempat di pusat Kota Kudus. Lokasi ini memiliki keuntungan
dengan
mudahnya
akses
transportasi.
Namun
46
demikian, tidak seluruh wilayah nasabah transportasi.
Untuk
menanggulangi
hal
memiliki
tersebut,
akses
Asuransi
Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus menerapkan model jemput bola dengan mendatangi tempat tinggal mereka. d. Promosi Promosi yang dilakukan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus hanya dipusatkan pada kegiatan personel
selling
(penjualan
perorangan).
Kegiatan-kegiatan
promosi yang lainnya seperti sales promotion, advertising dan publisitas tidak menjadi prioritas. Penerapan strategi tersebut didukung dengan adanya analisa konsumen. Analisa customer merupakan bagian analisa pasar yang berhubungan dengan pengamatan asuransi Bumiputera syari’ah terhadap keadaan konsumen. Analisa konsumen meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan customer, mata pencaharian, jumlah tanggungan keluarga, karakteristik dan budaya customer, hingga kemampuan beli customer. Analisa customer dilakukan untuk mengetahui keadaan yang ada di wilayah Kudus sehingga akan memberikan informasi tentang customer jenis mana yang akan menjadi target promosi produk asuransi Bumiputera syari’ah. Hasil dari analisa konsumen akan dapat dijadikan dasar untuk menentukan strategi pendekatan customer dalam pelaksanaan strategi penjualan pribadi. Dari
47
analisa pasar tersebut dapat diketahui hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam persiapan pasar terkait dengan promosi produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus.
3.2.2. Laporan Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Untuk mengetahui hasil kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, maka berikut ini penulis paparkan pendapatan pertahun dari tahun 2007 hingga Oktober 2010 yang meliputi target Surat Permintaan (SP), Premi tahun Pertama (PP), realisasi SP, PP dan pendapatan (income) pertahun.
Tabel Laporan Kinerja Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Tahun 2007 – Oktober 2010
Tahu n 2008 2009 2010
Target SP PP (000 ) 168 2 103 9 133 2
4.49 0 4.73 0 1.23 8
Realisa si SP
SP tahu n lalu
Realisa si PP (000)
PP Th Lalu (000)
109
104
243.181
218
109
220.165
344
218
545.416
173.42 5 243.18 1 220.16 5
Income (000) 543.924 626.026 1.229.674,1 66
Incom e Tahun lalu (000) 339.32 7 543.92 4 626.02 6
48
BAB IV ANALISIS MARKETING MIX, PERTUMBUHAN DAN KEMAMPULABAAN BUMIPUTERA SYARI’AH KANTOR CABANG KUDUS
3.3.Analisis Marketing Mix Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh marketing mix Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, maka berikut ini akan penulis analisa kelebihan dari masing-masing bauran marketing Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. a. Produk Produk yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus jika disandarkan pada tiga jenis tingkatan produk yang dibeli dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Produk inti Ditinjau dari produk inti, produk-produk yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus terkandung empat harapan yang dapat diperoleh atau didapat oleh masyarakat dari keberadaan produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Keempat harapan tersebut meliputi: a) Harapan dalam meringankan persiapan pembiayaan pendidikan anak-anak di masa yang akan datang
49
b) Harapan dalam mempersiapkan pembiayaan naik haji yang terjangkau dan ringan c) Harapan dalam mempersiapkan pembiayaan kebutuhan keluarga di hari tua, dan d) Harapan meringankan beban biaya apabila terjadi musibah yang menimpa masyarakat 2) Produk formal Harapan-harapan yang terkandung dan bestatus sebagai produk inti tersebut diformalkan dalam dua jenis produk yakni produk asuransi perorangan dan produk asuransi kelompok. Produk formal dari asuransi perorangan terbagi ke dalam tiga jenis yakni Mitra Iqra’ (asuransi pendidikan), Mitra Mabrur (asuransi haji) dan Mitra Sakinah (asuransi hari tua). Sedangkan produk formal dari asuransi kelompok adalah Asuransi Kumpulan. 3) Produk tambahan Produk tambahan yang melekat pada masing-masing produk asuransi yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus mencakup keuntungan kembalinya modal dan keuntungan nasabah pada akhir waktu asuransi. Selain itu juga adanya tambahan dalam hal pelayanan dengan adanya sistem jemput bola dalam melayani nasabah. Pada aspek produk, kehadiran keempat bauran dari dua jenis asuransi yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus
50
merupakan pertanda bahwa produk asuransi yang dikeluarkan dapat diandalkan sebagai solusi dari permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat. Hal ini tidak berlebihan karena tidak jarang terlihat dan terdengar dalam pemberitaan kesulitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat telah memberikan dampak yang luas, termasuk dalam aspek pendidikan. Dengan adanya produk inti dengan harapan untuk mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak di masa depan, maka akan dapat membantu masyarakat dalam mengelola masa depan pembiayaan pendidikan anak-anak mereka. Begitu pula harapan untuk menunaikan ibadah haji sebagai bagian dari produk inti. Haji merupakan rukun penutup dari lima rukun Islam. Ibadah ini sangat menjadi idaman bagi umat Islam dan tidak jarang akan melahirkan kebanggaan dan kebahagiaan manakala telah berhasil melaksanakan ibadah tersebut. Namun demikian, fenomena yang selama ini terjadi menunjukkan bahwa ibadah haji hanya dapat dilaksanakan oleh umat Islam yang memiliki kemampuan ekonomi lebih. Dengan adanya harapan untuk merealisasikan pembiayaan naik haji dalam produk inti asuransi Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, maka hal ini akan membuat ibadah naik haji tidak lagi menjadi ibadah yang terlalu mahal. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa harapan yang terkandung sebagai produk inti dalam produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus merupakan harapan dalam melakukan pengaturan, pengelolaan dan pengumpulan pembiayaan untuk kebutuhan masa depan. Proses ini
51
berbeda dengan bentuk tabungan karena dalam asuransi tidak ada unsur pengambilan yang dilakukan sewaktu-waktu oleh nasabah. Hal inilah yang menjadi penegas bahwa produk inti yang terkandung dalam Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus berkaitan dengan aspek pengelolaan keuangan untuk masa depan yang utuh dan menyeluruh. Pada aspek manfaat ekonomi, terlihat bahwa produk asuransi yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kudus dengan tidak adanya kekhawatiran akan kehilangan investasi masyarakat pada produk asuransi tersebut. Hal ini diindikasikan dengan adanya manfaat berupa kembalinya investasi manakala terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebelum masa kontrak habis. Selain itu, juga ditambahkan adanya bagi hasil dari investasi
asuransi
sehingga
masyarakat
juga
akan
mendapatkan
keuntungan dari investasi terhadap produk Asuransi Bumiputera Syari’ah. Keuntungan ini dapat diperoleh masyarakat Kudus dari produk asuransi konvensional. Terlebih lagi, hingga saat ini, Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus merupakan satu-satunya lembaga asuransi syari’ah yang berada di kota Kudus. Dengan demikian, kharakteristik produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus yang memiliki manfaat lebih serta formalitas syari’ah daripada asuransi konvensional menurut penulis dapat menjadi faktor keberhasilan peningkatan kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus.
52
b. Harga Harga yang ditetapkan oleh Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus sebesar Rp. 250.000,00 per tiga bulan masih di bawah harga premi asuransi yang lain, seperti contoh harga asuransi di Prudential Syari’ah yang memiliki premi minimal Rp. 300.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa strategi penetapan harga yang digunakan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus merupakan penetapan harga yang berorientasi pada persaingan. Menurut penulis, sebenarnya tanpa adanya strategi penetapan harga tersebut, dengan keberadaan konsep produk yang ditawarkan, Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus akan dapat menarik minat masyarakat untuk membeli produk yang dikeluarkan karena di wilayah Kudus hanya Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus yang menawarkan produk asuransi berbasis syari’ah. Hal ini – strategi penetapan harga yang digunakan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus – menunjukkan keinginan untuk merebut hegemoni asuransi konvensional yang telah terlebih dahulu hadir dan diminati oleh masyarakat. Logikanya, Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus menginginkan masyarakat melakukan perbandingan harga dan keuntungan yang diperoleh antara produk asuransi syari’ah yang dikeluarkannya dengan produk asuransi konvensional yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, strategi penetapan harga tersebut tidak akan hanya berfungsi sebagai strategi persaingan semata namun juga
53
memiliki esensi hegemoni harga terhadap persepsi masyarakat tentang asuransi. Meski memiliki selisih yang tidak terlalu banyak, menurut penulis, harga yang ditawarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus dapat menjadi media pengaruh pandangan masyarakat kota Kudus terhadap produk asuransi yang ada. Terlebih lagi manakala harga yang ditawarkan itu didukung oleh aspek manfaat yang lebih bagus daripada aspek manfaat asuransi konvensional. Harapan yang terkandung dalam strategi itu tidak lain, menurut penulis, adalah munculnya pemahaman bahwa asuransi tidak lagi merupakan investasi yang mahal dan akan hilang setelah kontrak selesai melainkan sebagai investasi yang akan menguntungkan masyarakat dengan biaya ringan dan kembalinya modal mereka yang disertai dengan keuntungan yang diperolehnya. Adanya strategi penetapan harga tersebut telah terbukti mampu memperluas share pasar Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pertumbuhan dan kemampulabaan di setiap tahun semenjak berdirinya Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. c. Lokasi Menurut penulis, lokasi Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus juga memiliki relevansi terhadap kinerja. Meskipun promosi yang dilakukan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus dengan menggunakan sistem jemput bola yang diterapkan dalam melayani para nasabahnya, hal ini tidak lantas menjadi indikator dari tidak
54
berpengaruhnya lokasi kantor Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Lokasi kantor yang berada di pusat kota Kudus memudahkan para agen promosi dari Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus untuk melakukan mobilitas jemput bola nasabah. Dengan jarak maksimum 30 km dengan wilayah yang terjauh dari lokasi kantor Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, maka hal itu tidak akan menjadi kendala yang berarti bagi para agen. Sebab jarak tersebut akan dapat ditempuh dengan perjalanan dalam waktu maksimum selama + 30 menit. d. Promosi Menurut penulis, meskipun produk memiliki kharakteristik yang unggul dibanding dengan produk yang lain serta adanya harga yang lebih minim, pertumbuhan dan kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus tidak akan maksimal tanpa adanya strategi promosi. promosi yang dilakukan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus hanya mengandalkan salah satu dari bauran promosi (promotional mix) yakni personal selling (penjualan perorangan). Sekilas, jika dikaji dalam konteks teoritis bauran promosi, penggunaan salah satu bauran tanpa adanya aspek bauran lainnya sebagai pendukungnya akan berpeluang memunculkan permasalahan pada proses promosi yang dapat berdampak pada hasil akhir promosi. Namun jika ditelaah lebih lanjut terkait dengan promosi yang dipilih oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, maka kekhawatiran
55
di atas mungkin tidak akan ada. Hal ini dapat penulis jabarkan melalui penjelasan berikut ini: 1) Tercakupnya aspek bauran promosi yang lain dalam personal selling Menurut penulis, aspek-aspek yang terkandung dalam bauran promosi (promotional mix) tercakup dalam diri agen personal selling. Dalam diri agen personal selling terdapat aspek iklan karena melalui komunikasi
antara
agen
dengan
konsumen,
seringkali
agen
memaparkan produk secara detail. Bahkan aspek iklan yang terkandung di dalamnya melebihi tingkat kebenaran iklan yang sering ditampilkan melalui media massa.66 Selain aspek iklan, melalui komunikasi tersebut secara tidak langsung juga terkandung aspek publikasi yang dilakukan lisan. Meskipun memiliki kelemahan karena bersifat individu, namun menurut penulis hal tersebut dapat menjadi hal yang penting karena dapat berpeluang menjadi ajang iklan dan publikasi yang efektif. Disebut efektif karena iklan dan publikasi yang dilakukan secara individu akan lebih mudah fokus serta lebih cepat mengetahui respon dari masyarakat (konsumen). Sedangkan aspek promosi penjualan dalam diri agen personal selling tampak dari proses kerja personal selling. Dalam tahapan untuk mencapai tujuan akhir dari promosi, seorang agen personal selling juga dituntut untuk dapat mempresentasikan produk yang ditawarkan
66
Terkait dengan penjelasan mengenai bauran promosi dalam bauran promosi dapat dilihat dalam Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, terj. Hendra Teguh dkk., Jakarta: PT. Indeks, 2004, hlm. 18 dst.
56
kepada konsumen. Jadi secara otomatis, dalam diri agen personal selling juga terdapat aspek kerja sales promotion. 2) Efek hubungan yang terjalin dari proses personal selling Proses personal selling yang dilakukan secara house to house67 kunjungan rumah dalam dataran teoritis memiliki dua sisi yang berlawanan. Pada satu sisi, personal selling melalui kunjungan ke rumah dapat berdampak negatif karena adanya asumsi bahwa kunjungan ke rumah akan mengganggu privasi dari calon konsumen (masyarakat).68 Sedangkan di sisi lain, model personal selling tersebut memiliki kelebihan yang paling mendasar yakni pada dataran jalinan hubungan antara konsumen dengan produsen. Menurut Kotler, personal selling dapat menyebabkan timbulnya hubungan yang khusus antara agen dengan konsumen, tidak lagi hanya berorientasi pada hubungan ekonomi semata namun juga dapat berubah menjadi hubungan khusus seperti persahabatan.69 Dari jalinan hubungan khusus tersebut, menurut penulis akan berpeluang memunculkan efek-efek yang dapat menguntungkan perusahaan. Secara tidak langsung, hubungan khusus tersebut dapat dijadikan indikator tingkat kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan terkait dengan 67
Istilah lain dari model house to house adalah istilah door to door. Untuk istilah yang pertama dapat dilihat dalam Marius P. Angipora, op. cit., hlm. 233; sedangkan untuk istilah door to door dapat dilihat dalam Muhammad Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, op. cit., hlm. 90. 68 Mengenai efek yang berhubungan dengan privasi masyarakat dapat dilihat dalam Philip Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, terj. A. Sindoro, Jakarta: Prenhallindo, 1997, hlm. 101. 69 Ibid., hlm. 87.
57
produk tersebut. Tingkat kepercayaan tersebut – sekali lagi menurut penulis – akan dapat memberikan efek domino terhadap perkembangan konsumen. Maksud dari efek domino adalah konsumen akan dapat berfungsi sebagai ”agen terusan” yang juga bisa jadi akan menawarkan produk yang telah dibelinya kepada teman-teman atau orang lain. Hal itu tentu karena telah terjalinnya kepercayaan dan kepuasan layanan terhadap produk yang telah dipilih dan dibelinya. 3) Personal selling sebagai antisipasi perubahan situasi persaingan pasar Maksud dari keuntungan ini berhubungan dengan peluang timbulnya efek hubungan yang terjalin antara konsumen dengan agen personal selling sebagai representasi Bumiputera. Dengan adanya hubungan baik yang dilandasi kepercayaan dan kepuasan layanan oleh konsumen, maka situasi perkembangan persaingan pasar tidak akan menjadi permasalahan. Menurut penulis, hal tersebut dapat terjadi karena dengan adanya kepercayaan dan kepuasan konsumen, maka kemungkinan konsumen untuk tertarik dengan produk yang baru atau bahkan berpaling kepada produk yang baru sangat kecil. Logikanya, seorang konsumen tidak akan mempertaruhkan kepercayaan dan kepuasan yang telah diperolehnya dengan berpaling pada produk baru yang belum tentu dapat memberikan kepercayaan dan kepuasan sebagaimana produk yang telah dibelinya.
58
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa aspek bauran
marketing
yang
memiliki
relevansi
dominan
dalam
upaya
meningkatkan pertumbuhan dan kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus adalah aspek promosi. Setelah aspek promosi, baru kemudian aspek produk dan harga, sedangkan aspek lokasi hanya memiliki relevansi sebagai pendukung aspek promosi dalam rangka meningkatkan kinerja. 3.4.Analisis Pertumbuhan Ukuran pertumbuhan sebagai pedoman untuk mengetahui kinerja didasarkan pada pertumbuhan atau penambahan jumlah nasabah. Dalam hal ini ukuran pertumbuhan dapat dihitung berdasarkan pada realisasi surat permintaan. Dengan demikian pertumbuhan yang diperoleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus dapat dihitung sebagai berikut: Rumus Rasionalitas target
=
Surat Permintaan x 100% Target SP
Rumus Pertumbuhan
=
Premi tahun Pertama (PP) tahun ini x 100% PP tahun lalu
Pertumbuhan pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: Target Surat Permintaan (SP)
= 1682
Realisasi SP
= 109
Realisasi SP Tahun 2007
= 104
Pertumbuhan yang dicapai oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus pada tahun 2008 dapat dihitung:
59
Rasio terhadap target
Laju pertumbuhan antar tahun
=
109 x 100% 1682
=
6,48 %
=
109 x 100% 104
=
104,81%
Artinya: 1) Pada tahun 2008, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki rasionalitas terhadap target sebesar 6,48 % dari jumlah nasabah yang dijadikan target pada tahun 2008. 2) Pada tahun 2008, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus mengalami pertumbuhan jumlah nasabah sebesar 104,81%. Ini juga berarti bahwa jumlah nasabah pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 104,81 % dari jumlah tahun sebelumnya. Pertumbuhan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: Target Surat Permintaan (SP)
= 1039
Realisasi SP
= 218
Realisasi SP Tahun 2008
= 109
60
Pertumbuhan yang dicapai oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus pada tahun 2009 dapat dihitung: Rasio terhadap target
Laju pertumbuhan antar tahun
=
218 x 100% 1039
=
20,96 %
=
218 x 100% 109
=
200 %
Artinya: 1) Pada tahun 2009, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki rasionalitas terhadap target sebesar 20,96 % dari jumlah nasabah yang dijadikan target pada tahun 2009. 2) Pada tahun 2009, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki pertumbuhan rasionalitas terhadap target sebesar 20,96% - 6,48% = 14,38% dari tingkat rasionalitas target pada tahun sebelumnya. 3) Pada tahun 2009, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus mengalami pertumbuhan jumlah nasabah sebesar 200%. Ini juga berarti bahwa jumlah nasabah pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 200 % dari jumlah tahun sebelumnya.
61
Pertumbuhan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut: Target Surat Permintaan (SP)
= 1332
Realisasi SP
= 344
Realisasi SP Tahun 2009
= 218
Pertumbuhan yang dicapai oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus pada tahun 2010 dapat dihitung: Rasio terhadap target
Laju pertumbuhan antar tahun
=
344 x 100% 1332
=
25,83 %
=
344 x 100% 218
=
157 %
Artinya: 1) Pada tahun 2010, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki rasionalitas terhadap target sebesar 25,83 % dari jumlah nasabah yang dijadikan target pada tahun 2010. 2) Pada tahun 2010, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki pertumbuhan rasionalitas terhadap target sebesar 25,83 - 20,96% = 4,87% dari tingkat rasionalitas target pada tahun sebelumnya. 3) Pada tahun 2010, Kinerja Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus mengalami pertumbuhan jumlah nasabah sebesar 157%. Ini juga berarti bahwa jumlah nasabah pada tahun 2009
62
mengalami peningkatan sebesar 157 % dari jumlah tahun sebelumnya.
3.5.Analisis Kemampulabaan Ukuran kemampulabaan sebagai pedoman untuk mengetahui kinerja didasarkan pada kemampulabaan dari selisih income (pendapatan) pertahun. Dengan demikian kemampulabaan yang diperoleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus dapat dihitung sebagai berikut: Rumus Pertumbuhan
=
Income tahun sekarang x 100% Income tahun lalu
Dengan demikian, kemampulabaan pertahun dapat diketahui sebagai berikut: Kemampulabaan 2008: Prosentase kemampulabaan =
=
543.924.000,00 x 100% 339.327.000,00
160,29 %
Penghitungan kemampulabaan = 543.924.000,00-339.327.000,00 = 204.597.000,00 Artinya: Pada tahun 2008, Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki kemampulabaan sebanyak Rp. 204.597.000,00 atau 160,29 % dari kemampulabaan tahun sebelumn
63
Kemampulabaan 2009: Prosentase kemampulabaan = 626.026.000,00 x 100% 543.924.000,00 = 115,09 % Penghitungan kemampulabaan = 626.026.000,00-543.924.000,00 = 83.201.000,00 Artinya: Pada tahun 2009, Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki kemampulabaan sebanyak Rp. 83.201.000,00 atau 115,09 % dari kemampulabaan tahun sebelumnya Kemampulabaan 2010: Prosentase kemampulabaan = 1.229.674.000,00 x 100% 626.026.000,00
= 196,43 % Penghitungan kemampulabaan = 1.229.674.000,00-626.026.000,00 = 630.648.000,00 Artinya: Pada tahun 2010, Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki kemampulabaan sebanyak Rp. 630.648.000,00 atau 196,43 % dari kemampulabaan tahun sebelumnya.
64
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya: 1. Aspek bauran marketing secara keseluruhan memiliki relevansi dan urgenitas dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan kemampulabaan Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus dengan penjelasan sebagai berikut: aspek promosi sebagai aspek yang dominan, berikutnya adalah aspek produk dan aspek harga. Sedangkan aspek lokasi hanya memiliki urgenitas terhadap para agen dalam memudahkan realisasi aspek promosi dalam upaya mempromosikan dan menjual produk Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. 2. Asuransi
Bumiputera
Syari’ah
Kantor
Cabang
Kudus
memiliki
pertumbuhan 2008-Oktober 2010 sebagai berikut: a. Pada tahun 2008 tingkat rasionalisasi target sebesar 6,48 %, laju pertumbuhan 104,81% b. Pada tahun 2009 tingkat rasionalisasi target sebesar 20,96 %, laju pertumbuhan 200 % c. Pada tahun 2010 tingkat rasionalisasi target sebesar 25,83 %, laju pertumbuhan 157%
65
3. Asuransi
Bumiputera
Syari’ah
Kantor
Cabang
Kudus
memiliki
kemampulabaan 2008-Oktober 2010 sebagai berikut: a. Pada tahun 2008 Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki kemampulabaan sebesar 204.597.000,00 atau 160,29% dari kemampulabaan tahun sebelumnya. b. Pada tahun 2009 Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki kemampulabaan sebesar 83.201.000,00 atau 115,09% dari kemampulabaan tahun sebelumnya. c. Pada tahun 2010 Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus memiliki kemampulabaan sebesar 630.648.000,00 atau 196,43% dari kemampulabaan tahun sebelumnya. 5.2 Saran Berdasarkan realita yang penulis temui dalam penelitian ini, ada saran yang dapat penulis ajukan, yakni meskipun telah berhasil dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan kemampulabaan, perlu adanya pertimbangan untuk menambah penggunaan bauran promosi yang lainnya agar dapat menambah peningkatan pertumbuhan dan kemampulabaan secara signifikan. 5.3 Penutup Demikian hasil penelitian berupa skripsi yang dapat penulis susun. Bercermin pada kata bijak bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, maka saran dan kritik yang membangung sangat penulis harapkan demi perbaikan karya ilmiah ini dan karya-karya ilmiah penulis selanjutnya. Akhirnya,
66
semoga di balik ketidaksempurnaannya, karya ilmiah ini dapat memberikan secercah manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR WAWANCARA
Responden : Drs. Muhtarom (Manajer Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus) Obyek data : 1. Latar belakang asuransi syari’ah di Bumiputera Syari’ah 2. Marketing mix Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Tempat
: Kantor Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus Jl. A. Yani 5B Lt.3 Kudus, Jawa Tengah
Tanggal
: 13 April 2010.
Waktu
: Pukul 14.00 – 16.00
Pertanyaan 1. Apa yang melatarbelakangi Bumiputera mengeluarkan produk asuransi syari’ah? 2. Seberapa besar keyakinan Bumiputera untuk mengembangkan produk asuransi syari’ah? 3. Bagaimanakah perkembangan produk asuransi di Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus hingga saat ini? 4. Bagaimanakah konsep produk yang dikeluarkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus? 5. Bagaimanakah penentuan harga yang diterapkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus? 6. Bagaimanakah penentuan lokasi yang diterapkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus? 7. Bagaimanakah promosi yang diterapkan oleh Asuransi Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus?
Jawaban: 1. Bumiputera merupakan lembaga yang bergerak di bidang asuransi yang tertua di Indonesia. Pengalaman dalam menangani asuransi konvensional merupakan latar belakang yang penting kenapa Bumiputera berani mengeluarkan produk asuransi syari’ah. Selain itu, tidak dipungkiri bahwa mayoritas masyarakat adalah muslim, sehingga Bumiputera memandang asuransi berbasis syari’ah bukan sebagai tantangan melainkan sebagai peluang bisnis yang memiliki prospek masa depan yang baik. 2. Sangat besar sekali. Seperti yang saya katakan tadi bahwa pengalaman Bumiputera dalam menangani asuransi konvensional telah menjadi keyakinan bahwa kami akan mampu mengembangkan asuransi berbasis syari’ah di Bumiputera. 3. Alhamdulillah hingga saat ini lancar dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus. Ada empat produk asuransi yang dikeluarkan oleh Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, yakni Mitra Iqra’, Mitra Sakinah, Mitra Mabrur, dan Asuransi Kumpulan. Saat ini yang menjadi produk unggulan adalah Mitra Iqra’ dan Mitra Mabrur. Namun Mitra Sakinah dan Asuransi Kelompok tetap berjalan, meskipun tidak sebagus kedua produk yang pertama, keberadaannya tetap dipertahankan karena kami memiliki keyakinan bahwa kedua produk tersebut pasti akan mengalami perkembangan dua tahun ke depan. 4. Produk yang dikeluarkan Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus meliputi dua produk asuransi, yakni asuransi perorangan dan asuransi kelompok. Asuransi perorangan produknya meliputi asuransi pendidikan yang diberi label Mitra Iqra’, asuransi haji yang diberi label Mitra Mabrur, dan asuransi hari tua yang diberi label Mitra Sakinah. Sedangkan asuransi kelompok produknya hanya satu dan diberi label Asuransi Kumpulan. 5. Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus mengikuti prosedur Bumiputera secara umum, yakni dengan tetap melandaskan penetapan harga pada ketetapan harga yang telah ditentukan dari pusat, yakni minimal Rp. 250.000,00. Untuk Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus, kami menetapkan harga minimal, yakni Rp. 250.000,00 per tiga bulan atau Rp. 1000.000,00 selama satu tahun. 6. Lokasi kantor bagi Bumiputera merupakan sesuatu yang vital karena kantor merupakan pusat layanan nasabah. Oleh sebab itu, dalam memilih lokasi kantor, kami lebih memilih yang
berada di tengah-tengah kota sehingga dapat menjangkau wilayah-wilayah di sekeliling kota dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Bumiputera Syari’ah Kantor Cabang Kudus hanya menerapkan satu jenis promosi saja, yakni personel selling (penjualan perorangan). Strategi ini dipilih untuk menghemat pengeluaran serta untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabah. Dalam penerapannya, kami menggunakan prinsip jemput bola dengan mendatangi rumah-rumah nasabah.
Table 1 Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera Syari’ah Tahun 2007
KET
ANGG 2007
REAL 2007
RATIO
KEKURANGAN
SP
1,340
104
7.76%
(1,236)
PP
756,756
108,547
14.34%
(648,209)
PLTP
535,572
69,273
12.93%
(466,299)
PL
546,744
96,629
17.67%
(450,115)
SP
-
25
PESERTA
1,860
3,473
186.72%
1,613
PP
1,228,812
64,878
5.28%
(1,163,934)
SP
1,340
129
9.63%
(1,211)
PESERTA
1,860
3,473
186.72%
1,613
MA
62,266,640
20,277,027
32.56%
(41,989,613)
PP
1,985,568
173,425
8.73%
(1,812,143)
PLTP
535,572
69,273
12.93%
(466,299)
PL
546,744
96,629
17.67%
(450,115)
INCOME
3,067,884
339,327
11.06%
(2,728,557)
Asper
Askum 25
Total
Mengetahui,
DRS. MUHTAROM Kepala Cabang
Kudus, 3 Januari 2008 Disusun oleh,
SUGIYANTO Adm & Keuangan
Tabel.2 Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera Syari’ah Tahun 2008 BULAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
SP 13 7 5 10 7 13 19 7 6 11 5 6
PRODUKSI ASPER MA(000) PP(000) PLTP 285,200 7,900 10,600 222,400 24,550 9,913 291,000 11,250 4,878 175,000 29,750 4,150 103,200 2,600 8,825 343,800 12,100 2,900 417,200 8,800 6,600 135,400 7,325 10,300 121,000 2,200 8,100 167,100 2,900 8,800 82,200 5,350 8,675 140,000 57,850 10,725
PL 16,181 25,208 9,712 15,025 18,059 16,595 22,550 15,126 13,620 13,475 20,781 14,045
SP 2 1 1 4 1 -
PST 197 482 406 393 86 119 291 475 159 63 155 68
PRODUKSI ASKUM MA PP 1,091,850 3,880 2,834,350 11,334 2,572,729 14,194 2,507,274 12,215 469,300 3,967 522,700 1,580 2,042,975 8,443 2,852,544 9,335 887,496 2,653 155,490 234 713,914 2,457 176,306 314
PLTP 1,200 1,000 1,100 600
PL -
INCOME 38,561 71,005 40,034 61,140 33,451 33,175 46,393 42,086 27,773 26,409 38,363 83,534
Tabel.3 Laporan Keuangan Asuransi Bumiputera Syari’ah Tahun 2009
PL 23,225
SP
JANUARI
SP 11
PRODUKSI ASPER MA(000) PP(000) PLTP 138.000 3,250 10,225
FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
22 11 12 18 30 38 27 15 15 10 9
389,600 362,800 194,000 487,200 619,400 727,400 558,000 233,200 379,200 144,800 295,658
28,181 19,450 15,945 24,807 30,958 26,662 23,000 23,539 29,637 23,350 23,458
3 1 1 1 -
BULAN
12,350 13,900 3,800 9,700 24,350 19,200 43,300 5,100 36,450 9,000 13,395
7,375 6,700 7,575 13,725 7,050 6,950 11,050 9,100 15,850 13,700 13,270
PST 68 50 98 45 49 70 5 85 33 52 42
PRODUKSI ASKUM MA PP PLTP 191,250 277 600
PL -
119,000 224,228 120,700 253,545 477,286 9,000 292,454 123,800 176,340 147,000
600 600 600 600 600
179 1,063 175 1,114 1,919 250 658 226 284 475
600 600 600 1,100 250 1,450 500 500 700 500 250
INCOME 37,577 48,685 41,713 28,095 50,446 64,527 54,512 79,108 38,839 83,463 47,434 51,448
BIODATA
Nama
: SUPRIYANTO
TTL
: Kudus, 12-05-1983
Alamat
: Puyoh RT 04/RW 01 Dawe, Kudus
HP
: 0856 4020 2553
E-mail
:
[email protected]
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pendidikan
: 1. SD Negeri Puyoh 1
lulus tahun 1999
2. MTs TBS Kudus
lulus tahun 2002
3. MA TBS Kudus
lulus tahun 2005
4. IAIN WALISONGO Semarang
lulus tahun 2011
Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Semarang, 31 Desember 2010
Hormat saya,
Supriyanto