ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN USAHA EKONOMI DESA-SIMPAN PINJAM (UED-SP) KABUPATEN BENGKALIS Mujiono1, Halim Dwi Putra2 Jurusan Administrasi Niaga1,2
[email protected]
Abstract This research is a descriptive study on financial statement analysis as a means of measuring the financial performance of business economic village savings and loans ( UED - SP ) in Bengkalis . Data taken in the form of annual financial statements of each UED - SP with the criteria listed in section III . Data from the financial statements are then processed into data which is then used as the basis of the ratio to interpret the real conditions involving savings and loans are executed . At the end of the data that has been interpreted to be used as an assessment of financial performance UED - SP as a basis for taking policy for the survival of UED - SP in Bengkalis . The purpose of this study is to reveal how the recording system and financial performance by ratio analysis of financial accounting approach . It is expected that the results of this study could provide a vivid picture of the performance of UED - SP in Bengkalis district in every year continuously. Keywords: Financial performance , economy Business Village
PENDAHULUAN Usaha ekonomi Desa-Simpan Pinjam (UED-SP) yang ada di hampir seluruh desa wilayah kabupaten Bengkalis merupakan lembaga keuangan mikro (LKM) yang di bentuk oleh Desa/kelurahan melalui musyawarah untuk mengelolah Dana Usaha Desa (DUD) dan dana yang berasal APBD Propinsi Riau maupun Kabupaten Bengkalis. Usaha yang dilakukan adalah mengelola dana usaha desa dan meminjamkan uang sebagai modal kerja atau modal usaha kepada semua masyarakat yang melakukan usaha ekonomi baik secara perorangan atau secara kelompok. Usaha Ekonomi desa dibentuk berdasarkan Permendagri Nomor 6 Tahun 1998 tentang UED-SP. Adapun tujuan dari dibentuknya lembaga ini yang tertera pada pasal 3 adalah : 1. Mendorong kegiatan perekonomian masyarakat desa /kelurahan. 2. Meningkatkan krativitas berwirausaha anggota masyarakat desa/ kelurahan yang berpenghasilan rendah. 3. Mendorong usaha sektor informal untuk penerapan tenaga kerja bagi masyarakat desa/ kelurahan. 4. Menghindarkan anggota masyarakat desa/ kelurahan dari pengaruh pelepas uang dengan bunga tinggi yang merugikan masyarakat. 5. Meningkatkan peranan masyarakat desa/ kelurahan dalam rangka menam-
6.
pung dan mengelola bantuan modal yang berasal dari Pemerintahan dan atau sumber-sumber lain yang sah. Memelihara dan meningkatkan adat kebiasaan gotong royong untuk gemar menabung secara tertib, teratur bermanfaat dan berkelanjutan.
Dari tujuan diatas jelas bahwa hal yang paling mendasar adalah bagaimana usaha ini mampu mendorong tumbuhkembangnya perekonomian masyarakat secara berkelanjutan, dimana output dari lembaga ini mampu membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan yang ada dimasing-masing desa. Secara keuangan lembaga ini memiliki tugas dan tanggungjawab mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dengan membuat laporan bulanan dan tahunan kepada bupati/walikota dan pihak kecamatan secara terus menerus. Artinya pengawasan pengelolaan dana sudah diatur dengan baik sesuai dengan permendagri tersebut. Namun yang hingga saat ini menurut pengamatan penulis belum tersentuh adalah bagaimana kinerja keuangan yang ada dimasing-masing UED-SP jika ditinjau dari prospektif bisnis dari sisi tingkat efektivitas dan efisiensi pengelolaan dananya. Tingkat pengembalian modal, struktur kas, perputaran piutang, likuiditas, solvabilitas dan strukur modal serta analisis keuangan lainya. Padahal hal ini merupakan unsur ya-
95, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 95 - 102
ng sangat penting dalam menilai kinerja keuangan sebuah lembaga ekonomi yang bernuansa bisnis. Disisi lain sebagai usaha simpan pinjam sudah barang tentu akan berhadapan dengan tingkat kemacetan kredit (non performance loan) sementara kondisi ini masih belum dicermati secara apik. Fakta lain menunjukkan bahwa hampir semua UED-SP yang ada hanya menge depankan adanya laba namun tidak mene lusuri tingkat pengembalian modal atau jangka waktu sampai dengan usaha ini bisa mengembalikan modalnya. Begitu juga de ngan masih minimnya manajemen kas, ma sih banyak dari para pengurus UED-SP ya ng lebih senang kas menumpuk di rekening bank atau ditangan padahal secara ekono mis itu justru merugikan usaha. Dari fakta-fakta di atas jelas bahwa masih banyak hal-hal yang menyangkut masalah kinerja keuangan UED-SP yang ada di kabupaten Bengkalis belum dapat di ukur dengan baik sehingga masih mem butuhkan sentuhan-sentuhan bidang penge lolaan keuangan yang pada akhirnya akan mendorong majunya UED-SP kearah yang lebih baik. Untuk itu kajian ini akan me ngangkat tentang Analisis Laporan Keua ngan Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Ke uangan Usaha Ekonomi Desa-Simpan Pin jam (UED-SP) Kabupaten Bengkalis. Perumusan masalah Dalam kajian ini beberapa masalah yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana analisis laporan keuangan UED-SP dikabupaten Bengkalis 2. Bagaimana kinerja keuangan UED-SP di kabupaten Bengkalis ditinjau dari sisi analisis laporan keuanganya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hasil analisis laporan keuangan UED-SP yang pada akhirnya dapat dijadikan dasar untuk mengin terprestasikan kinerja keuanganya. 2. Untuk melihat tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan dana yang diberi
kan dalam rangka memperoleh keun tungan yang digunakan untuk kesejah teraan masyarakat desa. KAJIAN TEORITIS Rung Lingkup Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) Sesuai dengan Permendagri nomor 6 Tahun 1998 usaha ekonomi desa simpan pinjam (UED-SP) adalah suatu lembaga ya ng bergerak di bidang simpan Pinjam dan merupakan milik masyarakat desa/ kelura han yang diusahakan serta dikelola oleh masyarakat desa/ kelurahan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa UED-SP dibentuk mela lui Musyawarah Desa/ Kelurahan dan ditetapkan dengan Keputusan Desa/Keputu san Kepala Kelurahan. Keputusan Desa/ Keputusan Kepala Kelurahan tentang pem bentukan UED-SP berlaku setelah menda pat pengesahan dari Bupati/ Walikotamad ya KDH.Tk.II. UED-SP berkedudukan di desa/kelurahan. Dari pengertian diatas jelas bahwa UED-SP merupakan lembaga bisnis yang dibentuk,dikelola oleh dan untuk masya rakat desa dalam rangka membangun pere konomian masyarakat desa tersebut. Sesuai dengan Permendagri nomor 6 Tahun 1998 UED-SP bertujuan untuk: 1. Mendorong kegiatan perekonomian masyarakat desa /kelurahan. 2. Meningkatkan krativitas berwirausaha anggota masyarakat desa/ kelurahan yang berpenghasilan rendah. 3. Mendorong usaha sektor informal untuk penerapan tenaga kerja bagi masyarakat desa/ kelurahan. 4. Menghindarkan anggota masyarakat desa/ kelurahan dari pengaruh pelepas uang dengan bunga tinggi yang merupakan suatu hal yang merugikan masyarakat 5. Meningkatkan peranan masyarakat desa/kelurahan dalam rangka menam pung dan mengelola bantuan modal yang berasal dari Pemerintahan dan atau sumber-sumber lain yang sah.
96, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 96 - 102
6.
Memelihara dan meningkatkan adat
kebiasaan gotong royong untuk gemar menabung secara tertib, teratur ber manfaat dan berkelanjutan. Selanjutnya UED-SP memiliki sasaran yaitu masyarakat yang berada di desa/ ke lurahan baik perorangan maupun kelompok yang akan memulai berusaha atau mengem bangkan usahanya. Sementara UED-SP memiliki kegiatan antara lain: 1. Memberikan pinjaman uang untuk ke giatan usaha masyarakat desa/ kelu rahan yang dinilai produktif. 2. Menerima pinjaman uang dari mas yarakat desa/ kelurahan sebagai ang gota UED-SP. 3. Ikut serta memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anggota UED-SP dalam kaitan kegiatan usahanya. 4. Melaksanakan koordinasi dengan lem baga perbankan/ perkreditan lainnya dalam pelaksanaan simpan pinjam. Dari uraian di atas jelas bahwa tidak diragukan lagi bahwa UED-SP merupakan organisasi bisnis yang berorientasi pada profit/keuntungan dan bukan merupakan organisasi sosial semata. Artinya bahwa UED-SP memiliki ruang gerak yang cukup luas dalam mengembangkan usahanya. Selanjutnya dalam permendagri tersebut juga dijelaskan bahwa UED-SP memiliki kewajiban menyampaikan laporan keuang ke pihak pemodal dalam hal ini adalah an pemerintah pusat. Jadi dapat disimpulkan bahwa UED-SP wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan standar akuntan si yang berlaku. Laporan dan Rasio Keuangan Menurut Kieso dan Weygant (2007) lapo keuangan adalah : ran Financial atatemen are the principal means through which financial infor mation is communicated to those out side on enterprise. The statements provide a continual history quantified in money term of economic resources
and obligations of a business enterprise and of economic activities that change the resources and obligations. Tujuan dari laporan keuangan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) nomor 1 yang dikeluarkan oleh Financial accounting Standard Board (FASB) Amerika serikat manyatakan : Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investor and creditors and other users in making rational investment, credit, and similar deci sions. The information should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and economic activities and are willing to study the information with reaso nable diligence. Wild, dkk (2005) menyatakan bahwa analisis keuangan merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis po sisi dan kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan dimasa depan. Analisis keuangan terdiri atas 3 (tiga) bagian besar yaitu; analisis profi tabilitas, analisis resiko dan analisis sumber dan penggunaan dana. Wild, dkk (2005) juga menyatakan bahwa sebagai alat untuk menganalisis lapo-ran keuangan, ada 5 (lima) alat penting untuk analisis keuangan antara lain; Analisis laporan keuangan komparatif, ana lisis laporan keuangan commonsize, analisis rasio, analisis arus kas dan penilaian. Dan alat analisis yang paling lazim digunakan adalah analisis rasio. Horne dan Wachoviz (2008) mengata kan bahwa Financial ratios can be grouped into fives types : liquidity, debt profitability, coverage and market-value ratio. Selanjutnya mereka menyatakan : No one ratio gives us sufficient information by which to judge the financial condition and performance of the firm. Only when we analyze a group
97, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 97 - 102
of ratios are we able to make reasonable judgements. We must be sure to take into account any seasonal character of a business. Horne dan Wachovic (2008) menyata kan bahwa kegunaan analisis rasio : To evaluate the financial condition and performance of the company, the financial analyst needs certain yardstick. The yardstick frequently used is a ratio or index, relating two pieces of financial data to each other. Analysis and interprestation of various ratios should give experienced skilled analysts a better understanding of the financial condition and performance of the firm than they would optain from analysis of the financial data alone. Pengertian di atas menggambarkan bahwa analisis rasio berguna bagi para pe makai sebagai dasar untuk menilai kinerja perusahaan dalam berbagai tujuan, seperti dalam rangka melakukan analisis terhadap securitas yakni saham dan obligasi. Beberapa alat diatas pada umumnya memiliki hasil dan tujuan yang sama, hanya saja mekanisme dan caranya saja yang ber beda. Dan yang lazim digunakan adalah analisis rasio, arus kas dan penilaian. Lebih lanjut John j. Wild dkk (2005) menyatakan bahwa analisis rasio merupakan salah satu alat analisis yang paling populer dan ba nyak digunakan. Munawir (2005) menyatakan bahwa analisis ratio menggambarkan suatu hubu ngan atau perimbangan (mathematical relationshhip) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan me nggunakan alat berupa ratio ini dapat men jelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu posisi keuangan suatu perusahaan terutama apa bila angka ratio tersebut dibandingkan de ngan angka ratio pembanding yang digu nakan sebagai standar. Dengan mengguna kan analisa ratio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likwiditas, solvabilitas,
keefektifan operasi serta profitability per usahaan. Dengan demikian jelas bahwa dengan analisis laporan keuangan ratio para peng guna laporan keuangan akan lebih mudah memahami dan menginterprestasikan kon disi keuangan perusahaan yang akan di analisa yang pada akhirnya akan menjadi dasar untukmengambil keputusan bisnis. Menurut Sartono (2008) ada 4 (empat) kelompok rasio keuangan, yakni: 1. Rasio likuiditas (liqudity ratio) menun jukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. 2. Rasio aktivitas (activity ratio) menun jukkan sejauhmana efisiensi perusaha an dalam menggunkan asset untuk memperoleh pendapatan /penjualan 3. Rasio leverage keuangan (financial leverage ratio) menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik da lam hubunganya penjualan, asset mau pun modal sendiri. Husnan (2006) mengemukakan bahwa secara keseluruhan aspek-aspek yang di nilai biasanya diklasifikasikan menjadi as pek leverage, aspek likuiditas, aspek pro fitabilitas atau efisiensi dan rasio nilai pa sar. Hanafi dan Halim (2005) menyatakan bahwa analisis rasio dapat dimanfaatkan untuk menilai profitabilitas, likuiditas, efektivitas penggunaan dana, efisiensi dan efektivitas biaya serta solvabilitas. Horne dan Wachovic (2008) menyata kan bahwa: To evaluate the financial condition and performance of the company, the financial analyst needs certain yardstick. The yardstick frequently used is a ratio or index, relating two pieces of financial data to each other. Analysis and interprestation of various ratios should give experienced skilled analysts a better understanding of the financial condition and performance of
98, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 98 - 102
the firm than they would optain from analysis of the financial data alone. Gitman (2007) menyatakan bahwa: Financial ratios can be devided for convenience into four basic categories; liquidity ratios, activity ratios, debt ratios, and profitability ratios. Liquidity, activity, and debt ratios primarily mesure risk, profitability ratios measure return. Pengertian diatas menggambarkan bah wa analisis rasio berguna bagi para pema kai sebagai dasar untuk menilai kinerja perusahaan dalam berbagai tujuan, seperti dalam rangka melakukan analisis terhadap securitas yakni saham dan obligasi. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di seluruh UED-SP se kabupaten Bengkalis dengan jumlah 102 Unit yang tersebar di 8 kecamatan yaitu; kecamatan Bengkalis, Bantan, Siak Kecil, Bukit Batu, Rupat, Rupat Utara, mandau dan Pinggir.nUntuk memperoleh data peneliti akan bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bengkalis. Fokus dari penelitian ini adalah laporan keuangan masing-masing UED-SP yang kemudian diolah menjadi rasio keuangan yang kemudian diinterprestasikan untuk memberikan gambaran kinerja keuangan UED-SP yang ada di Kabupaten Bengkalis. Beberapa rasio yang diukur antara lain; likwiditas, Solvabilitas dan rentabilitas. Adapun pengukuranya adalah sebagai ber ikut. Ratio Likwiditas Current Ratio : Rasio Aktivitas 1. Reciavable Turnover : Penjualan Kredit Bersih / Rata-rata Piutang 2. Total Aset Turnover (TATO) : Penjualan Bersih / Total Aktiva Ratio Profitabilitas 1. Net Profit Margin (NPM) :Laba Bersih setelah Pajak / Penjualan Bersih 2. Rasio (BO/PO) : Biaya Operasi /
Leverage Debt Ratio (rasio hutang) 1. Loan to Deposit Ratio (LDR) : Total Pembiayaan / Total Kewajiban 2. Not Performing Loan (NPL): Jumlah Tunggakan / Total Pembiayaan
Ratio rentabilitas Return On Asset : Laba Bersih-Bunga-(1 Pajak) / Total Aktiva Hasil Penelitian dan Pembahasan Fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan UED-SP mulai tingkatan kabupaten sampai dengan seluruh kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Bengkalis. Uraian dan analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa secara umum cash rasio yang dimiliki semua UED-SP yang ada di kabupaten Bengkalis rata-rata diatas 100% artinya bahwa secara keuangan bahwa semua unit kegiatan yang ada di wilayah ini masih mampu menutupi semua hutang-hutnagnya meskipun perusa haan atau usahanya harus tutup. Kondisi ini menggambarkan bahwa dillihat dari likui ditas cash rasionya masih menunjukkan angka yang masih perlu mendapat per hatian supaya kepercayaan pemerintah ter hadap pengelolaan dana ini lebih baik sehingga pemerintah daerah dapat meng ambil kebijakan dalam memajukan pere konomian desa melalui usaha ekonomi desa ini. Sebagai usaha yangbergerak dibidang simpan pinjam salah satu tolok ukur kinerja keuanganya adalah rasio perputaran piutang yang ada. Secara keseluruhan tingkat per putaran piutang UED-SP yang ada di Ka bupaten Bengkalis selama 21 bulan rata-ra sebesar 1,9 kali yang berarti bahwa ratata __
99, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 99 - 102
-rata masa pengembalian piutang adalah 39,9 bulan untuk masa +- 2 tahun atau 18 s/d 20 bulan setiap satu kali peminjaman. Secara akuntansi bahwa tingkat pengem balian rata-rata cukup baik yaitu sesuai batas akhir pelunasan yang telah ditetap kan. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja dari sisi perputaran piutangnya cukup baik meskipun akan lebih baik jika dana yang dipinjamkan bisa secepat mungkin kembali dan dapat dipinjamkan kembali dimana pada akhirnya akan mempengaruhi profita bilias usaha. Kekayaan yang dimiliki juga sebagai indikator keberhasilan usaha, kemampuan usaha untuk mengelola asetnya akan ber dampak terhadap kemampuan memperoleh laba yang diinginkan. Dalam mengukur ki nerja keuangan dari sisi total kekayaan diukur dari rasio perputaran kekayaan/aset dalam hal ini rasio TATO. Dilihat dari rasio ini secara umum UED-SP yang ada di kabupaten Bengkalis memiliki perputaran aktiva sebanyak 0,8 kali selama 21 bulan beroperasi. Artinya bahwa kekeyaan yang dimiliki usaha ekonomi ini hanya mampu berputar dan kembali menjadi aset semula 0,8 kali selama hampir 2 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlu adanya langkah yang positif dalam mencari celah-celah usaha untuk memutar kekayaan yang ada sehingga dapat mendongkrak pu sat-pusat laba dan mengharuskan terjadinya perputaran kekayaan yang ada yang ak hirnya memperbesar profit usaha. Semakin sedikit tingkat perputaran aset maka dapat dikatakan tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan kekayaan belum maksimal. Kinerja keuangan berikutnya adalah loan deposit ratio (LDR). Usaha ekonomi desa simpan pinjam merupakan perpan jangan tangan dari pemerintah kabupaten Bengkalis untuk menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman segar ke masyarakat de ngan ketentuan yang telah ditetapkan. Na mun tidak tertutup kemungkinan bahwa UED-SP bisa menambah modal sendiri un tuk disalurkan dengan cara yang sama. Da lam hal ini LDR akan melihat sejauhmana dana dari pemerintah kabupaten Bengkalis
disalurkan ke masyarakat. LDR UED-SP yang ada dikabupaten ini rata-rata adalah sebesar 134,47% artinya bahwa semua dana kucuran yang diberikan semuanya disalur kan dalam bentuk pinjaman lumnak dengan jangka pengembalian antara 12 s/d 24 bulan ke masyarakat dengan skema-skema yang telah ditetapkan sebelumnya. Kelebihan se besar 34,47% merupakan penyaluran kem bali dana yang telah dikembalikan mas yarakat setiap bulanya serta pendapatan bu nga yang dibebankan kepada para pemin jam. Hal ini dapat dilihat bahwa pada umumnya UED-SP memiliki dana kas yang mengendap dikantor maupun di rekening bank relatif sedikit. Manajemen kas demi kian akan membawa dampak positif terha dap pengembangan usaha ini kearah yang lebih baik. Fokus penilaian kinerja keuangan selanjutnya adalah rasio Net Profit Margin (NPM). Rasio ini merupakan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih selama periode tertentu. Dilihat dari rasio ini secara umum UED-SP di kabupaten Bengkalis memiliki rasio net profit margin sebesar 2,13%, artinya bahwa kemampuan UED-SP yang ada di kabupaten Bengkalis hanya mampu menghasilkan net profit relatif kecil. Namun hal ini karena tujuan dari program ini tidak semata-mata profitabilitas namun lebih besar ke pemberdayaan masyarakat guna menunjang perekonomian rakyat. Sebagai usaha simpan pinjam atau penyaluran dana ke konsumen unsur yang tergolong penting adalah melihat tingkat kemacetan pengembalian dana yang dipinjamkan. Dalam perlakuan manajemen keuangan rasio not performing loan (NPL) juga merupakan rasio penting dalam melihat efektivitas kinerja keuangan sebuah usaha atau perusahaan. Tingkat NPL akan berdampak terhadap tingkat kepercayaan kreditur terhadap pengelolaa atau manajemen, karena NPL akan menggambarkan efektivitas kinerja keuangan dari dana yang dipinjamkan. Idealnya semakin kecil NPL maka kinerja keuangan perusahaan semakin baik. Dari hasil analisis diketahui bahwa
100, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 100 - 102
NPL UED-SP se kabupaten Bengkalis adalah sebesar 6,37% dari total pembiayaan yang dikucurkan ke konsumen sebesar 237 miliar, atau sekitar 15 miliar selama 21 bulan berjalan. Kondisi ini menggambarkan masih lemahnya kinerja bagian penagihan atau masih kurangnya kesadaran konsumen untuk membayar tepat waktu.Untuk itu hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus guna menekan angka kredit macet. Rasio BO/PO merupakan unsur yang sangat penting untuk melihat seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yang ada. Rasio ini membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, dengan tujuan untuk melihat efektivitas biaya yang dikeluarkan. Semakin besar rasio ini menunjukkan ketidakefektifan cost yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan, begitu juga sebaliknya. Dilihat dari rasio ini UED-SP di kabupaten Bengkalis pada umumnya masih memiliki BOPO yang cukup tinggi yaitu 70,53%. Ini mengindikasikan bahwa lebih dari 70% pendapatan operasional yang diperoleh dipergunakan sebagai biaya operasional. Dengan demikian laba operasionalnya kurang dari 30%. Fakta ini memberikan gambaran bahwa perlu adanya terobosan-terobosan yang baru bagi pengelola atau pembuat regulasi agar melihat lebih detail biaya-biaya yang dikeluarkan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap kewajaran pos-pos biaya sehingga bisa memperkecil kemungkinan ketidak efektifan dari semua cost yang dikeluarkan. Efisiensi pengeluaran perlu dilakukan guna meningkatkan pendapatan operasional. Rasio kinerja keuangan selanjutnya adalah melihat tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan. Return On Aset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk melihat seberapa besar modal bisa dikembalikan untuk setiap jangka waktu tertentu. Dari hasil analisis yang dilakukan ROA yang dimiliki oelh UEDSP yang ada di kabupaten Bengkalis ratarata sebesar 1,78%, dan yang paling tinggi
3,24% yaitu kecamatan Siak Kecil dan yang paling rendah sebesar 1,26 yaitu kecamatan Mandau. Memang belum ada standar yang baku tentang seberapa besar angka ROA yang baik atau buruk namun dengan jangka waktu 21 bulan beroperasi maka ROA yang ada sudah masuk ketegori yang baik. Namun perlu disiasati bahwa ROA sering menjadi alat ukur bagi investor untuk melihat tingkat efektivitas dan efisiensi modal yang diberikan sangat perlu ditingkatkan dalam rangka menjaga keberlangsungan usaha atau perusahaan. Intinya semakin tinggi ROA yang ada maka akan semakin baik bagi keberlanjutanusaha yang dijalani. Kemudian dalam penelitian ini juga akan dilihat bagaimana kinerja keuangan UED-SP yang ditinjau dari beberapa rasio keuangan seperti diatas untuk setiap kecamatan yang ada di kabupaten Bengkalis. Rasio yang dilihat adalah current ratio, Account reciavable ratio, Total asset Turnover, Loan Debt Ratio, Debt Ratio, Net Profit Margin, Not Performing loan, BOPO dan ROA. Perlu ditegaskan bahwa laporan keuangan yang ada adalah laporan keuangan yang merupakan akumulasi dari bulan pertama hingga bulan ke 21. Artinya bahwa laporan yang dianalisis ini laporan hasil operasional keuangan selama 21 bulan yang diakhiri bulan september 2013. Analisis yang akan dilakukan meliputi masing-masing UED-SP yang ada di setiap desa dimasing-masing kecamatan. Kemudian dilihat analisis dimasing-masing UEDSP kemudian dilakukan interprestasi dan kemudian diambil kesimpulan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh. Hasil deskripsi akan dijadikan dasar untuk memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran untuk kemajuan usaha ekonomi desa simpan pinjam atau ekonomi kerakyatan, yang dapat langsung menyentuh kehidupan rakyat ekonomi menengah kebawah. Selain itu hasil interprestasi ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi pemerintah daerah dan pengelola usaha ini guna melakukan evaluasi dan perbaikan-perbaikan dalam rangka membangun kearah yang lebih
101, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 101 - 102
baik perjalanan UED-SP.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Bernstein, Leopold A. and Wild J. John (2005), Financial Statement Analysis-Theory Application and Interpretation, International edition, Mc Graw Hill. Donald,E.Kieso dan Jerry. J. Weygand (2007), Akuntansi Intermediate, Edisi 7, Bina Rupa Aksara, Jakarta J. Wild, John, K.R Subramanyam dan Robert F. Halsey, Alih bahasa Yanivi s. Bachtiar dan S Nurwahyu Harahap (2005), Financial Statement Analysis/ Analisis Laporan Keuangan Buku, Salemba Empat, Jakarta Gitman, J. Lawrence (2007), Principles of Managerial Finance, Ninth Edition, San Diego State University Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim (2005), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta Munawir.S, (2005), Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta Riyanto, Bambang, (2005), Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan, BPFE Yogjakarta Sartono, Agus (2008), Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Yogyakarta. Weston,J.Fred and Thomas E. Copeland (1996), Managerial Finance, Japan, CBS College Publishing
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut kinerja keuangan UED-SP yang ada di Kabupaten Bengkalis yaitu : 1. Rasio keuangan UED-SP di Kabupaten Bengkalis; current ratio 103,68%), Account reciavable ratio (1,9 kali), Total asset Turnover (0,84 kali), Loan Debt Ratio (134,47%), Net Profit Margin (2,13%), Not Performing loan (6,37%), BOPO (70,53%) dan ROA (1,84%). 2. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara umum bahwa UED-SP yang ada di kabupaten Bengkalis memiliki nilai rasio yang cukup, dimana angka-angka rasio yang ada menunjukkan kinerja keuangan dari kegiatan usaha yang dilakukan. Rasio Likuiditas diwakili current ratio dan perputaran piutang, rasio Operasi (TATO dan LDR) rasio profitabilitas (NPM dan BOPO dan ROA).
102, Seminar Nasional Industri dan Teknologi, Volume 2, Nomor 1, Desember 2013, hlm. 102 - 102