ANALISIS KULTIVASI JAMUR KUPING (Auricularia sp.) PADA LOG KAYU DAN RANTING SENGON, JABON DAN JATI
ABDULLAH AZZAM MAHMUD
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Abdullah Azzam Mahmud NIM E44090067
ABSTRAK ABDULLAH AZZAM MAHMUD. Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati. Dibimbing oleh ELIS NINA HERLIYANA dan IRDIKA MANSUR. Salah satu alternatif media untuk kultivasi jamur kuping (Auricularia sp.) adalah dengan menggunakan log kayu dan ranting sebagai limbah tebangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kultivasi jamur kuping menggunakan media log kayu dan ranting dari tiga jenis kayu, yaitu sengon (Falcataria moluccana), jabon (Anthocephalus cadamba) dan jati (Tectona grandis). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan media log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu tersebut, serta baglog serbuk gergaji kayu sengon yang diberi tambahan nutrisi (BIO) dan serbuk gergaji kayu sengon saja (CS) sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan total bobot basah tubuh buah pada perlakuan log kayu jabon (171.4 g) lebih besar secara nyata dibanding total bobot basah tubuh buah pada perlakuan lainnya, kecuali pada perlakuan BIO (248.4 g). Efisiensi Biologi (EB) pada perlakuan ranting jabon (39.8%) lebih tinggi secara nyata dibandingkan EB pada perlakuan lainnya, kecuali pada perlakuan BIO (67.6%). Rata-rata waktu panen log kayu jati (36 hari) dan ranting jati (34 hari) lebih lama secara nyata dibandingkan waktu panen pada perlakuan lainnya. Log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu memiliki potensi untuk media kultivasi jamur kuping sehingga dapat menjadi alternatif pengganti serbuk gergaji kayu. Kata kunci: Anthocephalus cadamba, Auricularia sp., Falcataria moluccana, Tectona grandis, kultivasi jamur ABSTRACT ABDULLAH AZZAM MAHMUD. Analysis of Ear Mushroom (Auricularia sp.) cultivation by Log and Twigs Sengon, Jabon and Teak. Supervised by ELIS NINA HERLIYANA and IRDIKA MANSUR. One of the alternative media for ear mushroom (Auricularia sp.) cultivation is by using cutting wastes of log and twigs. The objective of this research is to analyze the potency of ear mushroom cultivation by using log and twigs from three species e.g sengon (F. moluccana), jabon (A. cadamba) and jati (T. grandis). This research is completely randomized design with 8 treatments of logs and twigs from the trees species, baglog from sengon sawdust nutrition given (BIO) and sengon sawdust only (CS). Fresh weight of ear mushroom from jabon stem (171.4 g) was higher than other treatments, except BIO treatment (248.4 g). Biology efficiency (EB) of jabon twigs (39.8%) is significantly higher than the other treatments, except for BIO treatment (67.6 %). The average of harvesting time of teak log (36 days) and teak twigs (34 days) were significantly higher than the other treatments. The results clearly showed that log and twigs from that three species could be used for ear mushroom cultivation media to substitute the use of sawdust. Keywords: A. cadamba, Auricularia sp., F. moluccana, T. grandis. Cultivation media
ANALISIS KULTIVASI JAMUR KUPING (Auricularia sp.) PADA LOG KAYU DAN RANTING SENGON, JABON DAN JATI
ABDULLAH AZZAM MAHMUD
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati Nama : Abdullah Azzam Mahmud NIM : E44090067
Disetujui oleh
Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi Pembimbing I
Dr Ir Irdika Mansur, M For Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skri p-i: _Nama NIM
I:sis Kultivasi Jamul' Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu nting Sengon, Jabon dan Jati : . Ix1<.. I1- h Azzam Mahmud : E . '>0067
Disetujui oleh
Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi Pembimbing I
Tanggal Lulus:
Dr Ir Irdika Mansur, M For Sc
Pembimbing II
rf 2 FEB 2014
¥
Ze E
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan november 2012 ialah pemanfaatan limbah tebangan unuk kultivasi jamur, dengan judul Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi dan Dr Ir Irdika Mansur, M For Sc selaku dosen pembimbing. Selain itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pak Sunardi, Mas Sugih dan Mas Andri yang banyak membantu selama kegiatan penelitian di SEAMEO BIOTROP. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Aba, Mama, Mas Joko, Kak Muna, Mas Ofa, Mbak Daniar, Kak Zie dan Dek Uqi yang telah banyak memberi dorongan semangat dan doa. Penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Fakultas Kehutanan, sahabat Silvikultur 46, teman-teman satu bimbingan dan Fourtunity yang selalu memberi inspirasi. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulisan selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan masyarakat.
Bogor, Februari 2014 Abdullah Azzam Mahmud
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Prosedur Penelitian
2
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Fase Vegetatif Pertumbuhan Jamur Kuping
6
Fase Generatif Pertumbuhan Jamur Kuping
7
Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Jamur Kuping
8
Pengaruh Jenis Media terhadap Bobot Basah Tubuh Buah
8
Pengaruh Jenis Media terhadap Diameter Tubuh Buah
9
Pengaruh Jenis Media terhadap Jumlah Tubuh Buah
10
Pengaruh Jenis Media terhadap Waktu Panen
11
Pengaruh Jenis Media terhadap Efisiensi Biologi (EB)
12
Pengaruh Jenis Media terhadap Hasil Analisis Uji Proksimat
14
Hama dan Penyakit pada Media dan Tubuh Buah Jamur Kuping
15
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL 1 Kadar air perlakuan jenis media (%)setelah proses sterilisasi dan siap untuk kultivasi jamur kuping 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam 3 Pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah jamur kuping 4 Pengaruh jenis media terhadap diameter tubuh buah jamur kuping 5 Pengaruh jenis media terhadap jumlah tubuh buah 6 Pengaruh jenis media terhadap waktu panen 7 Kadar air jamur kuping 8 Analisis proksimat jamur kuping terhadap media
6 8 9 10 11 12 17 17
DAFTAR GAMBAR 1 Kondisi kumbung jamur kuping pada fase reproduktif dan blower untuk pengabutan dan penyiraman 2 Diameter tudung tubuh buah jamur kuping pada setiap perlakuan 3 Pengaruh jenis media terhadap nilai Efisiensi Biologi (%) 4 Penampaan munculnya tubuh buah jamur kuping pada perlakuan BIO (a) CS (b) SGK (c) SGR (d) JBK (e) JBR (f) JTK (g) dan JTR (h) 5 Log kayu sisa setelah menjadi media kultivasi pada jabon (a) jati (b) dan sengon (c) 6 Penyakit jamur kontaminan (Tricoderma spp.) (a) (Aspergillus sp.) (b) 7 Penyakit jamur lendir (Stemonitis sp.) (a) (Physarium spp.) (b) (Physarium spp.) (c)
4 10 13 13 14 16 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya hayati yang tinggi, termasuk jamur. Menurut Chang (1993) dalam Suprapti (2000), di dunia terdapat beribu-ribu jenis jamur, sekitar 2000 jenis telah dikenal dapat dimakan dan lebih kurang 20 jenis telah dibudidayakan secara komersial. Menurut Suriawiria (2002), jamur dapat dimanfaatkan di bidang pertanian, kehutanan, industri, lingkungan, bahan makanan dan obat. Budidaya atau kultivasi jamur edibel mempunyai prospek yang baik karena kondisi alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk kultivasi jamur (Jaelani 2008). Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan jamur kayu yang dapat dikonsumsi dan cukup dikenal di Indonesia. Jamur kuping merupakan salah satu jamur kayu yang mengandung protein tinggi sehingga dapat menjadi alternatif pengganti daging. Di samping itu, jamur kuping berkhasiat mencegah penyakit darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas, meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah tumor dan kanker karena mengandung senyawa lentinon dan retiran (Chang et al. 1993). Menurut Utoyo (2010) terjadi peningkatan permintaan jamur kuping di Indonesia, akan tetapi Indonesia lebih sering mengimpor jamur dalam keadaan kering maupun serbuk. Impor jamur kuping bervariasi setiap bulannya, pada awal tahun 2010 impor jamur kuping mencapai 58.23 ton jamur kuping kering per bulan. Permintaan jamur kuping yang semakin besar menjadi pertimbangan diperlukannya alternatif cara memenuhi permintaan tersebut khususnya dari segi teknologi kultivasi. Media utama kultivasi jamur kuping di Indonesia adalah menggunakan serbuk gergaji kayu, namun ketersediaan subtrat serbuk gergaji kayu yang tidak merata serta persaingan untuk mendapatkan serbuk gergaji kayu mempersulit petani jamur di beberapa daerah untuk mendapatkannya. Kultivasi jamur kuping menggunakan limbah bekas tebangan berupa log kayu dan ranting akan menjadi alternatif yang potensial, mengingat daerah yang tidak terjangkau dapat memanfaatkan limbah log kayu dan ranting. Sekitar 80% masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan sekitar hutan sehingga kehidupannya bergantung dari hutan (Salim 2003). Banyak masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan sisa hasil tebangan sebagai kayu bakar. Menurut Suriawiria (2001), kultivasi jamur kuping menggunakan log kayu lunak masih tetap dilakukan oleh petani jamur di negara Cina, Vietnam, Taiwan dan Jepang, dibandingkan menggunakan subtrat tanaman berupa campuran serbuk gergajian kayu. Kultivasi jamur dengan menggunakan batang kayu memiliki keunggulan dari segi kualitas rasa, aroma, penampilan dan juga dari segi harga jual lebih tinggi. Kayu sengon (Falcataria moluccana), jabon (Anthocephalus cadamba) dan jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis primadona yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan sudah umum ditanam oleh masyarakat. Penggunaan sisa bekas tebangan sebagai subtrat jamur kuping merupakan alternatif untuk meningkatkan nilai guna.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kultivasi jamur kuping menggunakan jenis perlakuan media log kayu dan ranting pada tiga jenis kayu, yaitu sengon, jabon dan jati. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kultivasi jamur kuping menggunakan log kayu dan ranting, sehingga menjadi alternatif serbuk gergaji yang mungkin tidak tersedia di setiap tempat. Informasi ini diharap lebih mendorong pengembangan kultivasi jamur kuping di Indonesia.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan November 2012 sampai dengan bulan Agustus 2013. Lokasi penelitian ini yaitu di Laboratorium Penyakit Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan SEAMEO BIOTROP. Bahan dan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian, yaitu gergaji, penggaris, meteran jahit, timbangan analitik, drum, pinset, karet gelang, plasik, spidol permanen, label, tabung elpiji, termometer dry-wet, blower, lamine air flow, kamera dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan yaitu log kayu ukuran batang diameter 10–15 cm dengan panjang 20 cm pada jenis jabon, sengon dan jati, untuk ranting dengan diameter <5 cm dan panjang 20 cm dan bibit jamur kuping (F2). Prosedur Penelitian Penyiapan Log Kayu, Ranting dan Baglog Log kayu dan ranting yang akan dijadikan media merupakan jenis sengon, jabon dan jati. Ketiga jenis pohon yang digunakan berumur antara lain sengon 3 tahun, jabon 4 tahun dan jati 8 tahun yang tumbuh di sekitar Dramaga Bogor. Log kayu dipilih dengan diameter 10–15 cm dengan panjang 20 cm, sedangkan ranting dipotong dengan ukuran panjang 20 cm dan disusun sehingga memiliki diameter 10–15 cm. Pembuatan lubang log kayu dilakukan menggunakan bor listrik dengan ukuran kedalaman 3–4 cm dengan diameter 1.3 cm. Jumlah pengeboran sebanyak 8 lubang pada bagian atas potongan kayu dan 8 lubang pada bagian samping atau kulit. Perlakuan media log kayu dan ranting sebagai berikut: SGK (sengon kayu), SGR (sengon ranting), JBK (jabon kayu), JBR (jabon ranting), JTK (jati kayu), dan JTR (jati ranting). Kontrol yang digunakan merupakan jenis media dengan bahan baku utama serbuk gergajian. Terdapat dua jenis kontrol yang digunakan yakni BIO (baglog dengan komposisi serbuk gergaji kayu sengon, dedak 15%, gips 1%, kapur 1%,
3 tepung jagung 2% dan air) dan CS (baglog dengan komposisi serbuk gergaji kayu sengon dan air) Perendaman Log Kayu dan Ranting Perendaman dimaksudkan agar membantu proses keluarnya zat ekstraktif dalam kayu dan meningkatkan kadar air dalam kayu. Perendaman dilakukan di dalam drum yang berisi air selama 7 hari. Sterilisasi Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten. Log kayu dan ranting ditiriskan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Sterilisasi dilakukan di dalam drum untuk selanjutnya disterilisasi pada suhu 90–100 oC selama 12 jam dengan menggunakan uap panas. Inokulasi Bibit ke dalam Log Kayu dan Ranting Bibit F2 jamur kuping diperoleh dari SEAMEO BIOTROP. Bibit jamur kuping dimasukkan ke dalam log kayu dan ranting di dalam alat laminar (lamine air flow) sebanyak 100 g/sampel log atau ranting. Bibit jamur ditabur di atas permukaan batang yang diberi lubang, begitu juga pada ranting selanjutnya dikocok sehingga bibit menyebar ke seluruh permukaan kayu dan ranting. Media yang sudah diinokulasi bibit ditutup kembali dengan diberi kapas pada ujungnya dan diikat dengan karet. Inkubasi Media yang telah diinokulasi dengan bibit jamur F2 dipindahkan ke dalam ruangan inkubasi selama 1.5 bulan. Selama proses inkubasi miselium akan tumbuh sampai menutupi seluruh media tumbuh jamur. Pembersihan dari Kontaminasi Apabila ada media yang terkontaminasi dengan cendawan lain, maka batang dan ranting tersebut dibersihkan menggunakan air mengalir untuk menghilangkan jamur kontaminasi. Pemberian air mengalir juga bertujuan untuk memberian tekanan (stress) berupa perubahan suhu, kelembaban dan oksigen yang dapat merangsang pembentukan primordia jamur kuping. Pemindahan ke Kumbung Jamur Kumbung jamur merupakan tempat khusus untuk menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan tubuh buah dan menghindarkan dari berbagai kontaminansi yang menghambat pertumbuhan. Kumbung jamur tempat penelitian berbahan dasar bambu sebagai dinding (Gambar 1). Kondisi kumbung dijaga dengan suhu 20–30oC dan kelembaban 80–90% dengan cara penyiraman ruangan secara berkala serta pengabutan dengan menggunakan blower setiap 60 menit sekali selama 30 menit.
4
Gambar 1 Kondisi kumbung jamur kuping pada fase reproduktif dan blower untuk pengabutan dan penyiraman Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diukur adalah diameter tudung jamur kuping, berat basah tubuh buah, jumlah tubuh buah, lama waktu panen, nilai efisiensi biologi (EB) suhu dan kelembaban rumah jamur. Pengamatan juga dilakukan terhadap hama dan penyakit yang menyerang substrat dan tubuh buah jamur kuping. Pengambilan data pada parameter tersebut dilakukan sampai panen ke-4. Bobot Basah Tubuh Buah Bobot basah tubuh buah diperoleh dari hasil penimbangan semua bagian tubuh buah ketika jamur kuping sudah memasuki waktu panen. Bobot basah tubuh buah ditimbang menggunakan timbangan analitik. Diameter Tudung Tubuh Buah Pengukuran diameter tudung jamur kuping dilakukan ketika sudah mencapai ukuran optimal dan siap untuk dipanen. Pengukuran diameter tudung jamur kuping dilakukan pada dua sisi dan saling tegak lurus. Jumlah Tudung Tubuh Buah Jumlah tudung tubuh buah jamur dihitung pada setiap media. Penghitungan tubuh buah jamur kuping dilakukan setiap kali panen. Waktu Panen Pengamatan waktu panen dimulai ketika media tumbuh jamur kuping sudah dipindahkan ke rumah jamur. Pengukuran waktu panen pertama dilakukan dengan cara menghitung jarak hari mulai dari pemindahan ke rumah jamur sampai panen ke-1. Kondisi tubuh buah jamur sudah dikatakan layak panen apabila ukuran tubuh buah sudah optimal dengan ciri-ciri jamur sudah mulai mengerut atau keriting dan bagian tepi sudah mulai menipis. Pemanenan dilakukan dengan memetik tubuh buah jamur yang sudah layak panen dan jika kondisi lebih dari 75% tubuh buah jamur sudah pada kondisi yang layak panen. Panen ke-2 dengan cara menghitung jarak hari dari panen ke-1 sampai panen ke2 dan selanjutnya sampai panen ke-4.
5
Nilai Efisiensi Biologi (EB) Nilai Efisiensi Biologi adalah persentase efiensi jamur dalam menggunakan substrat utuk membentuk tubuh buah. Menurut Madan et al. (1987), pengukuran nilai EB menggunakan rumus sebagai berikut: EB = Kadar air (KA) menggunakan rumus sebagai berikut: KA = % Keterangan: EB = efisiensi biologi (%) KA = kadar air (%) BB = berat basah BKT = berat kering tanur Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban ruang inkubasi dan kumbung jamur diukur menggunakan termometer dry wet. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pagi (pukul 07.00–08.00 WIB), siang (pukul 12.00–13.00 WIB) dan sore (pukul 16.00–18.00 WIB). Uji Proksimat Uji proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, abu dan kadar air jamur kuping. Sampel jamur kuping yang di uji proksimat yakni pada log kayu sengon, jabon, jati dan media baglog BIO. Uji proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB. Analisis Data Analisis statistik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis perlakuan media: BIO (baglog standar BIOTROP), CS, SGK, SGR, JBK, JBR, JTK, JTR. Adapun pengamatan peubahnya adalah bobot basah tubuh buah, diameter tubuh buah, jumlah tubuh buah, waktu panen dan Efisiensi Biologi (EB). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal untuk bobot basah tubuh buah, diameter tudung tubuh buah, jumlah tubuh buah, waktu panen dan Efisiensi Biologi (EB). Model persamaan umum pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Yij= µ + πi + εij Keterangan: Yij = nilai pengamatan pada isolat taraf ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum πi = pengaruh media taraf ke-i εij = pengaruh acak pada isolat taraf ke-i dan ulangan ke-j
6
Perbedaan pengaruh dari jenis media terhadap parameter dapat diketahui dengan melakukan uji Duncan. Pengolahan data menggunakan aplikasi komputer program Statistica Analysis Software 9.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fase Vegetatif Pertumbuhan Jamur Kuping Kadar air yang terkandung dalam perlakuan jenis media yang digunakan bervariasi antara 95% sampai 203.2% (Tabel 1). Bobot air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar dibanding bobot bahan bayu kering (Haygreen & Bowyer 1989). Tabel 1 Kadar air perlakuan jenis media (%) setelah proses sterilisasi dan siap untuk kultivasi jamur kuping Jenis perlakuan media Kadar air (%) BIO (baglog standar BIOTROP) 240.0 CS (baglog) 240.0 SGK (sengon kayu) 181.4 SGR (sengon ranting) 95.0 JBK (jabon kayu) 146.2 JBR (jabon ranting) 195.0 JTK (jati kayu) 184.7 JTR (jati ranting) 203.2 Waktu dan suhu pengukusan atau sterilisasi berpengaruh terhadap keberhasilan fase vegetatif dan adanya kontaminasi. Lama pengukusan selama 6 jam efektif untuk baglog dengan jenis BIO dan CS. Akan tetapi untuk batang dan ranting membutuhkan waktu pengukusan selama 12 jam. Kontaminan masih tumbuh pada batang dan ranting yang dikukus selama 6 jam dan termasuk spesies Trichoderma spp. (berwarna hijau). Penghilangan kontaminan tersebut dilakukan dengan dibersihkan, dicuci dengan sikat kemudian dikukus kembali selama 12 jam. Fase vegetatif adalah waktu inokubasi dari awal inokulasi sampai kantong penuh dengan miselium (full growth miselium) (Herliyana at al. 2008). Hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa lama fase vegetatif pada setiap jenis berbeda-beda. Media jabon dan sengon baik pada log kayu (JBK dan SGK) dan ranting (JBR dan SGR) memiliki pertumbuhan miselium sampai penuh selama 2 minggu. Media BIO dan jati pada log kayu (JTK) dan ranting jati (JTR) membutuhkan waktu 4 minggu, sedangkan CS selama 6 minggu. Fase vegetatif pada penelitian ini diseragamkan selama 6 minggu untuk meyakinkan bahwa miselium sudah masuk sampai ke dalam kayu. Pertumbuhan miselium jamur dimulai dari bibit (spawn) yang berkembang menjadi miselium yang berwarna
7 putih, yang akan menghasilkan enzim dan mendegradasi senyawa kompleks seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana (Oei 2003 dalam Herliyana 2007). Lama fase vegetatif pada setiap media berbeda-beda disebabkan oleh faktor media, suhu, kelembaban dan teknik inokulasi. Faktor media pada setiap jenis perlakuan media berpengaruh terhadap kecepatan pergerakan miselium. Perlakuan BIO memiliki fase vegetatif lebih cepat 2 minggu dibandingkan dengan CS, diduga karena BIO mempunyai nutrisi lebih lengkap dibanding CS yang tidak diberi nutrisi tambahan. Log kayu dan ranting jenis sengon dan jabon memiliki fase vegetatif lebih cepat 2 minggu dibanding log kayu dan ranting jenis jati. Hal ini diduga karena pengaruh zat ekstraktif yang tinggi yang terdapat pada kayu jati, dan dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur. Lama fase vegetatif pada log kayu dan ranting jenis sengon dan jabon memiliki waktu lebih cepat 2 minggu dibandingkan dengan BIO dan 4 minggu pada CS. Teknik inokulasi pada perlakuan log kayu dan ranting pada ketiga jenis kayu dibanding BIO dan CS diduga berpengaruh terhadap pergerakan miselium jamur. Proses penaburan bibit jamur pada log kayu dan ranting yang merata ke seluruh permukaan, berbeda dengan BIO dan CS yang hanya pada bagian ujung media. Suhu ruang inkubasi pada fase vegetatif adalah antara 27.6–31.7 oC (ratarata 28.5 oC) dengan kelembaban udara antara 50–71% (rata-rata 69%). Suhu terbaik untuk pertumbuhan miselium jamur kuping adalah 28 oC dan dapat tumbuh pada suhu antara 20–30 oC. Miselium jamur kuping tidak dapat tumbuh pada suhu di bawah 12 oC dan di atas 35 oC (Chang & Quimio 1982). Pertumbuhan miselium jamur dapat berkembang dengan cepat di bawah kondisi yang mendukung. Menurut Djarijah (2001) miselium akan tumbuh becabangcabang dan memenuhi media tumbuh jamur, selanjutnya akan membentuk gumpalan-gumpalan kecil seperti sampul benang. Gumpalan miselium jamur ini sebagai tanda pembentukan tubuh buah atau pin head. Fase Generatif Pertumbuhan Jamur Kuping Fase generative atau fase reproduktif diawali dengan berakhirnya fase vegetatif hingga membentuk tubuh buah dan berlanjut sampai beberapa kali panen tubuh buah sampai bahan subtrat habis (Herliyana at al. 2008). Menurut Darma (2001) jamur merupakan organisme yang relatif cepat pertumbuhannya. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan tubuh buah adalah suhu dan kelembaban udara (Kaul 1997). Suhu dan kelembaban udara kumbung jamur diatur agar tetap konstan dengan menggunakan blower (Gambar 1). Suhu dan kelembaban udara di dalam kumbung jamur selama kegiatan penelitian tercatat antara 24–29oC rata-rata 27.4oC dengan kelembaban berkisar 80–95%. Jamur kuping dapat hidup pada rentang suhu 12–35oC, akan tetapi dapat tumbuh optimum pada suhu 20–30oC dengan kelembaban berkisar antara 80–90% (Muchroji dan Cahyana 2000). Menurut Chang dan Miles (1989) sebagian besar jamur membutuhkan tingkat kelembaban yang tinggi. Nilai kelembaban relatif 95–100% mendukung pertumbuhan maksimum pada Basidiomycetes. Jamur kuping juga membutuhkan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya sehingga bedeng perlu diberi ventilasi agar aliran udara dapat
8 berjalan dengan baik. Kondisi suhu, kelembapan udara, sirkulasi udara dan intensitas cahaya di dalam kumbung harus dapat menunjang pertumbuhan jamur, sehingga kultivasi jamur dapat dilakukan kapan saja, tidak tergantung musim (Utoyo 2010). Keberhasilan kultivasi jamur kuping ditentukan oleh kualitas media tanam, proses budidaya, kualitas bibit yang digunakan dan faktor lingkungan. Selain itu, keberhasilan kultivasi juga tidak terlepas dari persiapan bahan baku media termasuk kualitas serbuk gergaji kayu yang digunakan, pencampuran bahan-bahan tambahan, teknik penanaman, pemeliharaan kultur hingga penanganan pada saat masa panen dan pasca panen (Kushendrarini 2003). Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Jamur Kuping Faktor media memberikan pengaruh sangat nyata pada setiap panen, total panen dan rata-rata panen. Pengaruh nyata hampir terlihat pada seluruh parameter, yaitu bobot basah dan diameter tudung, jumlah tubuh buah dan waktu panen serta EB (Tabel 2). Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam Bobot Diameter Jumlah Panen kebasah tudung tubuh buah (gram) (cm) (buah) 1 0.0001** 0.0001** 0.0001** tn 2 0.0001** 0.2049 0.0284* 3 0.0001** 0.0007** 0.0005** 4 0.0040** 0.0007** 0.0043** Total/Rataan 0.0001** 0.0001** 0.0001**
Waktu panen (hari) 0.0001** 0.0003** 0.3257tn 0.0002** 0.0001**
EB (%) 0.0001**
a
Angka-angka dalam tabel adalah nilai F hitung; **= perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf uji 1%; *= perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf uji 5%; tn= perlakuan tidak berpengaruh.
Pengaruh Jenis Media terhadap Bobot Basah Tubuh Buah Berdasarkan hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor media berpengaruh nyata terhadap bobot basah tubuh buah (Tabel 2). Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah dapat dilihat pada (Tabel 3). Nilai bobot basah tubuh buah per panen pada jenis perlakuan media memiliki kisaran 3.8–106.5 g. Secara umum, bobot basah panen semakin lama semakin menurun, hal ini disebabkan nutrisi media yang semakin berkurang. Panen ke-1 perlakuan JBK memiliki bobot basah yang tidak berbeda nyata dengan BIO. Panen ke-2 jenis perlakuan JBK berbeda nyata dengan perlakuan lainnya akan tetapi perlakuan BIO masih unggul. Hasil pengukuran total bobot basah tubuh buah dari panen ke-1 sampai ke-4 pada jenis perlakuan media memiliki kisaran 45.15–248.42 g. Hasil total bobot basah tubuh buah atau sampai panen ke-4 pada perlakuan log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu, menunjukkan bahwa JBK berbeda nyata dengan perlakuan ketiga jenis kayu lainnya. Akan tetapi, total bobot basah tubuh buah paling besar terjadi pada jenis perlakuan BIO sebagai kontrol. Bobot basah tubuh buah paling rendah terdapat pada jenis perlakuan JTR diikuti SGR dan CS sebagai kontrol
9 (Tabel 3). Log kayu jenis jabon (JBK) memiliki total bobot basah tubuh buah paling besar dibandingkan dengan jenis media log kayu dan ranting lainnya. Hal ini diduga karena kayu Jabon mempunyai kandungan zat nutrisi yang lebih baik bagi pertumbuhan jamur kuping dibanding jenis kayu lainnya. Pengaruh zat ekstraktif yang tinggi yang terdapat pada kayu jati, diduga dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur. Perlakuan BIO memiliki total bobot basah tubuh buah paling besar dibandingkan dengan jenis media lainnya, diduga karena BIO mempunyai nutrisi paling lengkap dibanding jenis media lainnya. Tabel 3 Pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah jamur kuping Pelakuan BIO (baglog standar BIOTROP) CS (baglog) SGK (sengon kayu) SGR (sengon ranting) JBK (jabon kayu) JBR (jabon ranting) JTK (jati kayu) JTR (jati ranting)
Bobot basah tubuh buah panen ke(gram) 1 2 3 4 a a a 106.5 58.8 44.8 38.1 a bc c d 51.7 21.6 4.5 0b bc c cd b 50.4 20.8 14.9 3.8 30.7 cd 21.5 c 8.5 d 15.1 b a b bc 87.9 42.4 27.4 13.5 b 59.6 b 26.3 c 34.5 ab 5.4 b bc 52.6 25.8 c 13.4 cd 19.9 ab d c d b 21.3 16.8 6.9 0
Total (gram) 248.4 a 77.9 cde cde 90.0 75.8 de 171.4 b 125.8 c 111.8 cd e 45.1
a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.
Pengaruh Jenis Media terhadap Diameter Tudung Tubuh Buah Hasil analisis sidik ragam faktor media berpengaruh nyata terhadap diameter tudung tubuh buah jamur kuping pada panen ke-1, panen ke-3, panen ke4 dan rata-rata panen, sedangkan pada panen ke-2 faktor media tidak berpengaruh nyata (Tabel 1). Hasil uji duncan pengaruh jenis media terhadap diameter tubuh buah dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengukuran diameter rata-rata pada perlakuan berkisar antara 3.9–5.9 cm. Diameter jamur setiap panen memiliki kisaran antara 0.71–7.39 cm. Diameter rata-rata tubuh buah jamur kuping pada jenis perlakuan log kayu dan ranting pada ketiga jenis tidak berbeda nyata. Jenis perlakuan BIO 5.9 cm memiliki diameter rata-rata lebih tinggi. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi pada perlakuan BIO lebih tinggi (Gambar 2). Menurut Kartika et al. (1995) ukuran suatu tubuh buah dipengaruhi oleh banyak tubuh buah yang terbentuk, semakin sedikit tubuh buah maka akan semakin tebal. Hal ini disebabkan oleh penyerapan nutrisi dari media tanam ke setiap tubuh buah. Menurut Chang & Quimio (1982) ukuran diameter tubuh buah jamur kuping antara 0.06–12 cm dengan ketebalan 1–2 mm.
10
Gambar 2 Diameter tudung buah jamur kuping pada setiap perlakuan Jamur kuping Auricularia sp memiliki tubuh buah yang berlekuk-lekuk, bagian pinggirnya bergelombang (Utoyo 2010). Tubuh buah jamur kuping dalam keadaan basah bersifat kenyal, licin dan lentur tetapi dalam keadaan kering akan berubah melengkung dan kaku (Achmad 2011). Tabel 4 Pengaruh jenis media terhadap diameter tubuh buah jamur kuping Diameter tubuh buah panen keRata-rata (cm) Perlakuan (cm) 1 2 3 4 BIO (baglog standar BIOTROP) 5.2 ab 5.5 a 7.4 a 5.6 a 5.9 a CS (baglog) 5.1 b 4.6 ab 2.1dc 0c 4.9 bc SGK (sengon kayu) 3.8 de 4.2 ab 2.9 bcd 0.7 bc 3.9 d SGR (sengon ranting) 3.8 de 4.4 ab 3.1 bcd 3.2 ab 4.1 d JBK (jabon kayu) 4.3 cd 4.6 ab 4.9 abc 3.2 ab 4.5 bcd JBR (jabon ranting) 3.5 e 4.4 ab 5.4 ab 2.1 bc 4.5 bcd JTK (jati kayu) 5.7 a 3.8 b 3.6 bcd 3.3 ab 5.1 b JTR (jati ranting) 4.6 bc 4.2 ab 0.8d 0c 4.4 cd a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.
Pengaruh Jenis Media terhadap Jumlah Tubuh Buah Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa faktor media berpengaruh nyata terhadap jumlah tubuh buah jamur kuping (Tabel 1). Hasil uji duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah tubuh buah jamur kuping (Tabel 5). Hasil pengamatan jumlah total tubuh buah jamur kuping pada setiap jenis perlakuan media memiliki kisaran 15–65 buah. Jumah tubuh buah jamur kuping pada setiap panen memiliki kisaran 2–29 buah. Jenis perlakuan JBK dan JBR pada panen ke-1, ke-2, ke-3, ke-4 dan total secara umum memiliki jumlah paling tinggi dan berbeda nyata tengan perlakuan lain.
11 Jumlah tubuh buah jamur kuping dari panen 1 sampai panen 4 secara keseluruhan terjadi penurunan pada setiap jenis perlakuan media. Hal ini diduga karena pada panen pertama nutrisi yang terdapat pada media sebagai media subtrat masih banyak dan utuh, sedangkan pada panen berikutnya semakin berkurang. Tabel 5 Pengaruh jenis media terhadap jumlah tubuh buah Jumlah tubuh buah panen ke(buah) Perlakuan 1 2 3 4 b ab abc BIO (baglog standar BIOTROP) 14 c 10 8 7 CS (baglog) 7d 6b 2c 0d SGK (sengon kayu) 22 b 11 ab 10 ab 3 bcd SGR (sengon ranting) 14 c 11 ab 6 bc 8 ab ab a a JBK (jabon kayu) 27 16 12 9a JBR (jabon ranting) 29 a 10 b 10 ab 2 cd JTK (jati kayu) 15 c 11 ab 5 bc 4 abcd JTR (jati ranting) 11 cd 10 b 1 c 0d
Total (buah) 39 bc 15 e 46 bc 39 bc 65 a 51 ab 35cd 23 de
a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.
Pengaruh Jenis Media terhadap Waktu Panen Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa parameter waktu panen jamur kuping berpengaruh nyata pada panen ke-1, panen ke-2, panen ke-4 dan rata-rata panen. Akan tetapi pada panen ke-3 hasil sidik ragam menunjukkan tidak berpengaruh nyata (Tabel 1). Hasil uji duncan pengaruh jenis media terhadap waktu panen jamur kuping dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil pengamatan rata-rata waktu panen pada jenis perlakuan media memiliki rentang waktu yang berbedabeda antara 24–34 hari. Waktu yang dibutuhkan sampai rentang waktu panen ke-1 pada setiap perlakuan memiliki perbedaan antara 27–96 hari. Jenis perlakuan sengon (SGK dan SGR) dan jabon (JBK dan JBR) rentang waktu menuju panen ke-1 memiliki rentan waktu dari 36–39 hari. Jenis perlakuan media JTK dan JTR untuk menuju panen ke-1 memiliki rentang waktu 96 hari pada JTK dan 88 hari pada JTR. Ratarata waktu panen pada jenis sengon (SGK dan SGR) dan jabon (JBK dan JTR) memiliki nilai tidak berbeda nyata dengan baglog BIO dan CS. Secara umum rentang waktu panen ke-1 sampai panen ke-4 pada masingmasing perlakuan semakin menurun. Jenis jati (JTK dan JTR) memiliki rentang waktu panen yang paling lama dan berbeda nyata dengan jenis perlakuan media lainnya baik pada panen ke-1 dan rata-rata panen. Hal ini diduga pengaruh zat ekstraktif yang terdapat pada kayu jati yang menghambat pertumbuhan miselia jamur dan berpengaruh terhadap pembentukan tubuh buah jamur kuping. Komponen lain kayu yaitu zat ekstraktif, yang sebagian besar terakumulasi dalam kayu teras. Zat ekstaraktif bertanggung jawab terhadap ketahanan kayu terhadap jamur. Tiap jenis kayu memiliki ekstraktif yang berbeda-beda, baik dalam hal sifat maupun daya racunnya (Fengel dan Wegener 1984 dalam Herliana 2007). Di
12 dalam kayu jati terdapat zat ekstraktif tectoqinon yang bersifat fungisida bagi pertumbuhan jamur. Tabel 6 Pengaruh jenis media terhadap waktu panen Waktu panen pada panen ke(hari) Perlakuan 1 2 3 4 c bcd a BIO (baglog standar BIOTROP) 27 29 24 21 a b a ab CS (baglog) 40 46 17 0c SGK (sengon kayu) 37 bc 32 abc 20 ab 3 c SGR (sengon ranting) 37 bc 34 abc 18 ab 24 a JBK (jabon kayu) 39 bc 16 d 25 a 16 ab bc cd ab JBR (jabon ranting) 36 19 20 7 bc JTK (jati kayu) 96 a 21 cd 16 ab 12 abc JTR (jati ranting) 88 a 44 ab 6b 0c
Rata-rata (hari) 25 bc 26 bc 32 bc 28 b 24 bc 20 c 36 a 34 a
a
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.
Pengaruh Jenis Media terhadap Efisiensi Biologi (EB) Efisiensi biologi (EB) adalah prosentase efiensi jamur dalam menggunakan substrat utuk membentuk tubuh buah (Herliyana 2007). Nilai efisiensi biologi yang tinggi menunjukkan kemampuan jamur yang baik dalam menggunakan media produksinya (Madan et al. 1987). Keberhasilan kultivasi jamur ditentukan oleh nilai EB, semakin tinggi nilai EB, semakin baik pula kultivasi jamur tersebut. Nilai efisiensi biologi 100% memiliki arti 1 kg bobot basah tubuh buah jamur dapat dihasilkan dari 1 kg bobot kering substrat. Pada industri jamur nilai efisiensi boilogi yang dapat menguntungkan secara ekonomi berkisar antara 40–90%. Hasil pengukuran nilai efisiesi biologi sampai panen ke-4 pada jenis perlakuan media berkisar antara 8.73–67.6% (Gambar 3). Jenis perlakuan media dari ketiga jenis kayu yang digunakan sebagia media kultivasi, jabon (JBK dan JBR) memiliki nilai EB yang paling tinggi dengan nilai 27.7% dan 39.8% walaupun masih di bawah standar media BIO memiliki nilai 67.6%. Media kontrol BIO dan CS memiliki nilai EB berbeda nyata dengan nilai 67.6% dan 26.1%. Data tersebut menunjukkan bahwa pemberian nutrisi pada baglog memberikan pengaruh nyata terhadap nilai EB. Hal ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan kultivasi jamur kuping menggunakan log kayu dan ranting untuk menambahkan nutrisi dalam media tersebut.
Persentase Efisiensi Biologi
13 80 70 60 50 40 30 20 10 0
67.6 a 39.8 b 27.7 c
26.1 c 14.5 d
BIO CS (Baglog (Baglog) Standar BIOTROP)
SGK (Sengon Kayu)
13.5 d
11.7 d
SGR JBK (Jabon JBR (Jabon JTK (Jati (Sengon Kayu) Ranting) Kayu) Ranting)
8.7 d JTR (Jati Ranting)
Jenis Media
Gambar 3 Pengaruh jenis media terhadap nilai Efisiensi Biologi (%)
a
b
c
d
e
f
g
h
Gambar 4 Penampaan munculnya tubuh buah jamur kuping pada perlakuan BIO (a) CS (b) SGK (c) SGR (d) JBK (e) JBR (f) JTK (g) dan JTR (h) Tubuh buah jamur yang muncul pada media log kayu dan ranting banyak ditemukan pada bagian potongan kayu yang tidak dilapisi kulit kayu (Gambar 4). Jenis perlakuan media log kayu diduga memiliki persebaran miselium jamur yang belum menyeluruh masuk ke dalam media. Hal ini diduga media ketiga jenis kayu tersebut perkembangan miselia hanya sebatas pada permukaan log kayu saja
14 sehingga nutrisi yang terserap pada media belum maksimal. Hal ini dapat dilihat ketika media log kayu dibelah kondisi kayu belum terlapukkan secara keseluruhan (Gambar 5).
a
b
c
Gambar 5 Log kayu sisa setelah menjadi media kultivasi pada jabon (a) jati (b) dan sengon (c) Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh karena itu di dalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat organik seperti selulosa, pati, lignin dan glukosa. Penyediaan nutrisi bagi jamur kuping sangat diperlukan untuk mendukung proses pertumbuhannya. Jamur kuping memerlukan nutrisi yang terdiri atas unsur makro dan mikro. Bahan baku untuk pembuatan medium tumbuh jamur harus mengandung cukup karbohidrat sebagai sumber karbon (Irianto 2008). Pengaruh Media Tumbuh terhadap Hasil Analisis Uji Proksimat Jamur kuping merupakan jenis jamur yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan dapat dikategorikan sebagai jamur berkhasiat obat. Jamur kuping memiliki manfaat dan khasiat diantaranya sebagai penawar racun, mencegah penyakit kanker, memperbaiki sirkulasi darah (Jaelani 2008). Jamur kuping merupakan salah satu jamur kayu yang mengandung mineral lebih tinggi dibanding daging sapi, daging kambing dan sayuran lain. Jamur kuping juga mempunyai khasiat untuk kesehatan bagi manusia, yakni mencegah penyakit darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh serta mencegah tumor dan kanker karena mengandung senyawa lentinon dan retiran (Chang et al. 1993). Penggunaan bibit jamur kuping yang sama pada media berbeda, diharapkan dapat mengetahui apakah ada perbedaan kandungan nutrisi pada jamur yang berbeda. Tubuh buah jamur yang dipanen dilakukan analisa kadar air, kadar abu, kadar lemak, protein, serat kasar dan karbohidrat. Hasil kandungan kadar air jamur kuping pada setiap perlakuan dengan nilai antara 65.29–82.93% (Tabel 7). Data hasil uji proksimat jamur kuping yang telah dilakukan pada jenis log sengon, jabon, jati dan baglog BIO berdasarkan berat kering dapat dilihat pada Tabel 8.
15 Tabel 7 Kadar air jamur kuping Perlakuan BIO (baglog standar BIOTROP) CS (baglog) SGK (sengon kayu) SGR (sengon ranting) JBK (jabon kayu) JBR (jabon ranting) JTK (jati kayu) JTR (jati ranting)
Kadar air (%) 81.35 77.08 78.48 82.93 79.27 71.79 81.63 65.29
Tabel 8 Analisis proksimat jamur kuping terhadap media Abu Lemak Protein Serat Sampel (%) (%) (%) kasar (%) Log Sengon 3.13 1.71 5.04 34.82 Log Jabon 2.03 1.04 6.99 27.08 Log Jati 1.72 0.28 5.79 33.85 BIO 2.45 0.47 6.97 15.59
Karbohidrat (%) 55.3 62.86 58.36 74.52
*Hasil analisis yang tercantum pada tabel berdasarkan berat kering
Sampel sengon memiliki nilai kadar abu, kadar lemak dan serat kasar lebih tinggi dibanding dengan sampel yang lain dengan nilai 3.13%, 1.17% dan 34.82%. Kadar protein tertinggi dengan nilai 6.99% terdapat pada sampel jabon. Kandungan karbohidrat pada BIO memiliki nilai paling tinggi dengan nilai 74.52%. Berdasarkan Chang dan Miles (2004) kandungan nutrisi jamur kuping antara lain abu 4.7%, lemak 1.9%, protein 4.2%, serat kasar 19.8% dan karbohidrat 82.8%. Dari ketiga sampel kayu sengon, jabon dan jati kandungan serat kasar jamur kuping yang dihasilkan memiliki nilai antara 27.08–34.82% lebih tinggi dibandingkan dengan BIO. Kadar serat kasar dalam suatu makanan dapat dijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0.2–0.5 bagian jumlah serat makanan (Muchtadi 1983). Hama dan Penyakit pada Media dan Tubuh Buah Jamur Kuping Produktifitas kultivasi jamur dipengaruhi oleh ada atau tidaknya hama dan penyakit yang menyerang. Penyakit dan hama dapat timbul karena kurang ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan kegiatan kultivasi jamur. Selama kegiatan ditemukan beberapa jenis hama dan penyakit yang menjangkit pada media dan jamur. Terdapat dua jenis hama selama kegitan penelitian ini diantaranya larva dan rayap (Cryptotermes spp). Hama penyerang jamur kuping dapat terjadi karena kandungan nutrisi yang dimiliki oleh media (Nurjayanti dan Martawijaya 2011). Hama cacing dapat memakan miselium jamur sehingga jamur gagal tumbuh. Keberadaan cacing ini sebagai indikator kondisi yang buruk bagi pertumbuhan jamur (Utoyo 2010). Hama rayap dapat memakan zat selulosa yang terkandung di dalam kayu. Rayap ini biasa hidup secara berkoloni, sehingga pengendaliannya sangat sulit dilakukan (Utoyo 2010).
16 Penyakit pada jamur dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi virus, bakteri, fungi dan kapang (Utoyo 2010). Banyak jenis fungi yang menjadi parasit pada kultivasi jamur. Fungi parasit tersebut dapat dikenali dari bentuk dan warna spora dan miseliumnya atau berdasarkan gejala yang ditimbulkan (Achmad et al. 2011). Kontaminan dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh buah atau media tanam jamur. Beberapa jenis jamur kontaminan yang ditemukan selama kegiatan penelitian diantaranya Trichoderma spp. dan Aspergillus sp. (Gambar 6). Trichoderma spp. atau green mould ditemukan berupa bercak-bercak hijau yang menempel pada media. Trichoderma menghasilkan zat beracun dan enzim hidrolitik yang dapat mematikan miselium jamur dan dapat menurunkan hasil panen jamur (Achmad et al. 2012).
b
a
Gambar 6 Penyakit jamur kontaminan (Trichoderma spp.) (a) (Aspergillus sp.) (b) Penyakit jenis jamur lendir (Slime Molds) ditemukan menyerang media dan tubuh buah jamur. Jamur lendir dapat menyebabkan menurunnya produktifitas jamur kuping. Jamur lendir (Slime mold) pada awalnya termasuk ke dalam kingdom Fungi. Jamur lendir dimasukkan kedalam kingdom Protista karena karakter fisik slime mold yang berbeda dari anggota kingdom Fungi (Herliyana 2012). Tahap vegetatif pada dasarnya masa multinukleat protoplasma (disebut plasmodium) terdiri dari banyak inti diploid. Plasmodium bergerak seperti amoeba raksasa, mengalir di atas permukaan karena mencerna bahan organik, seperti daun-daun kering dan kayu (Armstrong 2004). Terdapat tiga jenis jamur lendir yang ditemukan selama kegitan penelitian diantaranya Stemonitis sp. Physarum spp. (Gambar 7).
a
b
c
Gambar 7 Penyakit jamur lendir (Stemonitis sp.) (a), (Physarium spp.) (b) dan (Physarium spp.) (c)
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu berpotensi sebagai media kultivasi jamur kuping sehingga dapat menjadi alternatif pengganti serbuk gergaji kayu. Jenis perlakuan media mempengaruhi pertumbuhan jamur baik pada parameter bobot basah tubuh buah, diameter tubuh buah, jumlah tubuh buah dan efisiensi biologi. Total bobot basah tubuh buah pada perlakuan log kayu jabon (171.4 g) berbeda nyata dibanding total bobot basah tubuh buah pada perlakuan ketiga jenis kayu, akan tetapi perlakuan BIO (248.4 g) masih lebih tinggi. Efisiensi biologi (EB) pada perlakuan ranting jabon (39.8%) berbeda nyata dibandingkan EB pada perlakuan ketiga jenis kayu akan tetapi BIO (67.6%) masih lebih unggul. Ratarata waktu panen pada log kayu jati (36 hari) dan ranting jati (34 hari) lebih lama dan berbeda nyata dibandingkan waktu panen pada perlakuan lain. Jumlah tubuh buah pada jenis perlakuan media log kayu dan ranting dengan jenis kayu jabon berbeda nyata dengan jenis perlakuan media lainnya. Saran Hasil penelitian ini diharap dapat diterapkan dalam kultivasi jamur kuping. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan nilai produksi jamur pada media log kayu dan ranting baik dengan cara pemilihan jenis yang tepat dan pemberian nutrisi pada media sehingga bisa mendapatkan hasil yang sesuai dengan potensi media. Kedepannya diharap ada penelitian lebih lanjut untuk melakukan kultivasi jamur kuping menggunakan log kayu dan ranting di bawah tegakan hutan.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, Mugiono, Arlianti T, Azmi C. 2012. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Armstrong WP. 2004. Slime Mold Kingdom Protista Division Myxomycota [Internet]. [diunduh 2014 Jan 15]. Tersediapada: http://waynesword.palomar.edu/slime1.htm Chang ST, Miles PG. 1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. Florida (US): CRC Press, Inc. Chang ST, Quimio TH. 1982. Tropical Mushroom Biological Nature and Cultivation Methods. Hongkong (HK): The Chinese University Press, Inc. Chang ST, Miles PG. 2004. Mushrooms Cultivation, Nutrional Value, Medicial Effect, and Environmental Impact. London New York Washington, D.C. (US): CRC Press, Inc. Darma IGT. 2002. Budidaya Jamur Pangan. Laboratorium Patologi Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
18 Djarijah AS, Djarijah NM. 2001. Budidaya Jamur Kuping: Pembibitan dan Pemeliharaan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Haygreen JG, Bowyer JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Hadikusumo SA, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Product and Science, an Introduction. Herliyana EN. 2007. Potensi ligninolitik jamur pelapik kayu kelompok Pleurotus [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana. IPB. Herliyana EN. 2012. Biodiversitas dan Potensi Cendawan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Irianto Y, Susilowati A, Wiryanto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Protein dan Sianida Jamur Kuping (Auricularia polytricha) pada Medium Tumbuh Serbuk Gergaji dan Ampas Tapioka dengan Penambahan pupuk Urea. Surakarta (ID) Jaelani. 2008. Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta (ID): Pustaka Obor Populer. Kartika L, Pudyastuti YMPD, Gunawan AW. 1995. Campuran serbuk gergaji kayu sengon dan tongkol jagung sebagai media untuk budidaya jamur tiram putih. Hayati. 2:23-27. Kaul TN. 1997. Introduction to Mushroom Science (Systematics). Enfield (EN): Science Publishers, Inc. Muchroji dan Cahyana. 2004. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Madan M, Vasudevan P, Sarma S. 1987. Cultivation of Pleurotus sajor-caju on different wastes. J Biologic Wastes. 22:241-250. Muchtadi D. 1983. Serat Makanan Faktor Penting yang Hampir Dilupakan. Bogor (ID). Department of Food Science and Technology IPB. Purwanti. 1999. Evaluasi pemanfaatan serbuk gergaji untuk pemanfaatan media tanam jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) di Ciapus [Sripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Salim E. 2003. Hutan dan Masyarakat Indonesia dalam Era Perubahan. Jakarta (ID): Yayasan Obor. Suhardiman P. 1989. JamurKayu. Jakarta (ID). Penebar Swadaya. Suriawiria U. 2010. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu: Shitake, Kuping, Tiram. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Utoyo N. 2010. Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
19
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 2 Mei 1990 dari ayah Mahmud Fauzi dan ibu Ulfiati. Penulis adalah putra keempat dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri Mojoagung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi yakni pengurus Himpunan Mahasiswa Jawa Timur (HIMAJATIM) IPB periode 2009-2010, ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Jombang Agrostundent Community (JAC) periode 2011-2012, ketua Rohis Silvikutur 46 periode 20102014, anggota Bussiness development himpunan profesi Tree grower community periode 2010/2011, anggota Human Resources Development himpunan profesi Tree grower community periode 2011/2012, anggota Enviro DKM Ibaadurahman periode 2010/2011, ketua devisi Islamic Forest Center (IFC) Ibaadurahman periode 2011/2012 dan anggota International Forest Student Asosiation (IFSA LCIPB) periode 2011/2012. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengaruh Hutan dan mata kuliah Silvika tahun ajaran 2012/2013. Selain penulis aktif dalam organisasi penulis juga mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian dan Kewirausahaan (PKM-P) dan (PKM-K). Selama mengikuti kegiatan tersebut penulis mendapat Juara I Pekan Ilmiah Nasional 2012 bidang Kewirausahaan. Penulis juga berkesempatan menjadi delgasi IPB dalam The 19th TRI-U International Join Seminar and Symposium 2012. Penulis juga berkesempatan untuk mengikuti The 4th International Conference on Sustainable Future for Human Security (SUSTAIN) 2013 di Kyoto University Japan. Selain itu penulis mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi di Bidang Ekstra Kurikuler periode 2012/2013. Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Papandayan dan Sancang Timur tahun 2011, tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, serta pada bulan juni-agustus 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT.Tunas Inti Abadi Kalimantan Selatan. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) Pada Log Kayu dan Ranting: Sengon, Jabon dan Jati dibawah bimbingan Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi dan Dr Ir Irdika Mansur, M.For.Sc.