ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH
TOUWIL UMRIH
DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ABSTRAK TOUWIL UMRIH. Analisis Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih. Dibimbing oleh ABDUL DJAMIL HUSIN dan IRZAMAN.
Telah dilakukan sterilisasi media tumbuh jamur tiram menggunakan bahan bakar sekam dan kayu sengon dengan variasi waktu masing-masing 6 jam, 8 jam, dan 10 jam serta variasi tingkat sterilisasi 1, 2, 3, dan 4. Efisiensi yang didapatkan pada proses sterilisasi media jamur tiram menggunakan bahan bakar sekam mencapai 14.28 %. Sedangkan sterilisasi media jamur tiram menggunakan bahan bakar kayu sengon mencapai 17.35 %. Massa panen per baglog terbaik pada sterilisasi berbahan bakar sekam dan kayu sengon masing-masing terdapat pada waktu pegukusan 6 jam. Secara keseluruhan perlakuan tegak lebih efektif menghasilkan massa panen per baglog dibandingkan perlakuan tidur. Hal tersebut dikarenakan penyebaran miselium pada perlakuan tegak miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan baglog. Perbandingan efisiensi bahan bakar, kontaminasi, dan massa panen per baglog antara bahan bakar sekam dan kayu sengon tidak berbeda jauh sehingga bahan sekam padi dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti kayu bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen per baglog. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang dihasilkan. Pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam.
Kata kunci: sterilisasi, jamur tiram putih, media tumbuh, sekam, kayu sengon
ANALISIS EFISIENSI ENERGI BAHAN BAKAR SEKAM DAN KAYU SENGON PADA PROSES STERILISASI MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM PUTIH
TOUWIL UMRIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Analisis Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih
Nama
: Touwil Umrih
NIM
: G74080047
Menyetujui :
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Abdul Djamil Husin, M.Si
Dr. Ir. Irzaman, M.Si
NIP. 19690417 199702 1001
NIP. 19630708 199512 1001
Mengetahui : Ketua Departemen
Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si NIP. 19660907 198802 1006
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon pada Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua saya Bapak Achmad Sabit dan Ibu Misfaroh yang selalu mendoakan, membimbing, menasehati dan banyak hal lainnya. 2. Kakak (Ahmad Saipul) Adik (Miftahul Aqil) yang selalu memberikan canda tawa dan semangat. 3. Bapak Abdul Djamil Husin selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran. 4. Bapak Dr. Irzaman selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran. 5. Ibu Mersi selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya. 6. Keluarga Besar saya di Malang terima kasih doanya. 7. Ajeng Anggraeni Mujianto Putri yang selalu mendampingi serta memberikan ketenangan. 8. Tim peneliti jamur tiram Khafit Pratama dan Ella Rahmadani yang telah bekerja sama, kalian rekan tim paling top. 9. Program Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional 2010, DP2M Dikti, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 550/SP2H/PP/DP2M/VII/2010 yang telah mendanai penelitian ini. 10. Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). 11. Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB. 12. Seluruh Staf dan Pegawai IPB di lingkungan kampus. 13. Ibu Maya yang telah membimbing serta memberikan ilmu tentang jamur tiram. 14. Bapak Maja dan Ibu maja telah membantu di lapangan. 15. Rekan-rekan satu tim bimbingan Bapak Irzaman terimakasih atas kerja sama dan semangatnya. 16. Teman-temanku angkatan 45 terimakasih atas kebersamaan kalian. 17. Kakak-kakak kelasku 43 dan 44. 18. Adik-adik angkatan 46 dan 47. 19. Rekan-rekan kontrakanku Indra, Andri, Dimas dan Arya terimakasih atas kebersamaannya. 20. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungannya. Akhir kata, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan unutk kemajuan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua. Amin.
Bogor, Maret 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 21 November 1989 dari pasangan Bapak Achmad Sabit dan Ibu Misfaroh. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SDN Kademangan 01 Pagelaran Malang selama enam tahun, kemudian melanjutkan ke SLTPN 02 Bantur Malang selama tiga tahun dan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMAN 01 Gondanglegi Malang dan pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Wakil Ketu HIMAFI 2009 – 2010, Ketua HIMAFI 2010 – 2010 dan Badan Pengawas HIMAFI 2010 – 2011. Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB dan seminar-seminar baik di dalam maupun di luar kampus.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. PENDAHULUAN ......................................................................................................... Latar Belakang ....................................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................................ Hipotesis ................................................................................................................ TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. Jamur ..................................................................................................................... Jamur Tiram ........................................................................................................... Sterilisasi................................................................................................................ Sekam Padi ............................................................................................................ Kayu Sengon .......................................................................................................... Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar ......................................................... Proses Perpindahan Kalor ....................................................................................... Konduksi ..................................................................................................... Konveksi ..................................................................................................... Radiasi ........................................................................................................ BAHAN DAN METODE ............................................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................. Alat dan Bahan ....................................................................................................... Metode Penelitian................................................................................................... Persiapan alat .............................................................................................. Tahapan budidaya jamur tiram..................................................................... Pembuatan baglog ......................................................................... Sterilisasi media tumbuh ................................................................ Inokulasi ........................................................................................ Inkubasi ......................................................................................... Pemeliharaan ................................................................................. Pemanenan..................................................................................... Perhitungan efisiensi bahan bakar ................................................................ Analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap ....................... HASIL DAN PENBAHASAN ....................................................................................... Perbandingan Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon ................... Perbandingan Hasil Sterilisasi Media Tumbuh Selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam.............................................................................................................. Perbandingan Hasil Sterilisasi Media pada Tingkat 1, 2, 3, dan 4 ........................... Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap .................................... KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... Kesimpulan ............................................................................................................ Saran ...................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................................
Halaman vii viii ix 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 7 7 8 9 10 11 11 11 11 13
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain ...................... Tabel 2. Konversi energi dari sekam padi ke bahan bakar lain ....................................... Tabel 3. Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam dan kayu sengon pada masingmasing perlakuan lamanya pengukusan media tumbuh jamur tiram putih .......... Tabel 4. Perbandingan jumlah baglog yang terkontaminasi dan jumlah panen per baglog pada masing-masing waktu pengukusan ............................................................ Tabel 5. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar sekam .................................................................................... Tabel 6. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar kayu sengon .......................................................................... Tabel 7. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar sekam Tabel 8. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar kayu sengon ......................................................................................................... Tabel 9. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap massa panen per baglog pada bahan bakar sekam dan kayu sengon .........................................................
Halaman 2 3 7 8 9 10 10 10 10
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jamur tiram putih ........................................................................................... Gambar 2. Diagram alir penelitian ................................................................................... Gambar 3. Desain tungku sekam ..................................................................................... Gambar 4. Efisiensi energi tiap waktu pengukusan dan ulangan ...................................... Gambar 5. Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar sekam ...... Gambar 6. Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar kayu sengon............................................................................................................
Halaman 2 4 5 8 9 9
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media ...................................................................... a. Bahan bakar sekam .............................................................................................. 1. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 ................. 2. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 ................. 3. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 ................. 4. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 ................. 5. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 ............... 6. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 ............... b. Bahan bakar kayu sengon .................................................................................... 1. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 ................. 2. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 ................. 3. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 ................. 4. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 ................. 5. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 ............... 6. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 ............... Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar ............................................................. a. Bahan bakar sekam .............................................................................................. 1. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1 ............................................ 2. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 2 ............................................ 3. Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 1 ............................................ 4. Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 2 ............................................ 5. Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 1 .......................................... 6. Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 2 .......................................... b. Bahan bakar kayu sengon .................................................................................... 1. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1 ............................................ 2. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 2 ............................................ 3. Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 1 ............................................ 4. Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 2 ............................................ 5. Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 1 .......................................... 6. Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 2 .......................................... Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap ........................ a. Analisis efisiensi bahan bakar sekam ................................................................... b. Analisis efisiensi bahan bakar kayu sengon .......................................................... c. Analisis massa panen per baglog bahan bakar sekam dan kayu sengon ................
Halaman 14 14 14 15 16 17 18 19 20 20 21 22 23 24 25 26 26 26 27 28 29 30 31 32 32 33 34 35 36 37 38 38 40 42
ix
PENDAHULUAN
3.
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki jenis komoditas pertanian yang beragam. Keberagaman tersebut merupakan aset yang mempunyai potensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah subsektor holtikultura. Salah satu yang masuk dalam jenis holtikultura adalah jamur.1
Bagaimana pengaruh perbedaan tingkat sterilisasi serta cara penyusunan baglog tegak dan tidur terhadap kuantitas panen jamur tiram putih yang dihasilkan?
Hipotesis 1.
Sekam dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar pada proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih karena nilai efisiensi bahan bakar sekam tidak berbeda dengan nilai efisiensi bahan bakar kayu. Kuantitas panen jamur tiram putih terbaik akan dihasilkan pada waktu pengukusan 8 jam. Penyusunan baglog tegak cenderung menghasilkan kuantitas panen lebih baik dari perlakuan tidur.
Dalam produksi jamur dunia, produksi jamur tiram menempati urutan ke dua setelah jamur kancing.2 Jenis jamur tiram yang dapat dikonsumsi diantaranya adalah jamur tiram putih, jamur tiram merah jambu, jamur tiram abu-abu, jamur tiram coklat, jamur tiram hitam, dan jamur tiram kuning. Jamur yang sering dikonsumsi dan dibudidayakan oleh masyarakat adalah jamur tiram putih.
2.
Kendala yang dihadapi oleh petani saat ini ialah mahalnya peralatan sterilisasi media tumbuh jamur (baglog) yang memadai. Sebagian petani telah menggunakan bahan bakar minyak tanah, gas, dan kayu bakar. Tetapi, semakin lama bahan bakar tersebut akan semakin sukar didapatkan. Sebagai alternatifnya ialah menggunakan sekam sebagai bahan bakar penganti dan tungku sekam sebagai alatnya. Dengan tungku sekam, diharapkan sterilisasi baglog dapat optimal dengan waktu yang singkat.
Jamur
Tujuan Penelitian 1.
2.
Mempelajari efisiensi energi bahan bakar sekam dan kayu sengon pada proses sterilisasi baglog jamur tiram putih. Mempelajari waktu sterilisasi baglog jamur tiram putih yang dapat menghasilkan kuantitas panen terbaik.
Perumusan Masalah 1.
2.
Apakah bahan bakar sekam dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar pada sterilisasi baglog jamur tiram putih? Berapa waktu pengukusan yang optimal untuk menghasilkan media yang berbuah serta kuantitas panen jamur tiram putih yang baik?
3.
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur adalah tanaman yang mempunyai sel berspora tetapi tidak berklorofil dan dapat hidup diantara jasad hidup dan mati. Varietas jamur yang ada di alam ini sangat banyak, masing-masing memiliki ciri yang berbeda. Berdasarkan sifat hidupnya dapat dibagi menjadi jamur beracun dan jamur yang dapat dimakan. Ada ratusan jamur yang tergolong bisa dimakan, tetapi hingga saat ini hanya sekitar 10 spesies yang telah diusahakan secara komersial, namun hanya 6 spesies yang umum dikenal di Indonesia dan telah dikuasai teknologi budidayanya, sehingga potensial untuk dikembangkan baik dalam menembus pasar global maupun domestik.3 Secara umum pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselium jamur di dalam media. Miselium ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan.4, 5
Jamur Tiram Awalnya jamur tiram merupakan jamur kayu yang tumbuh secara alami di batang-batang kayu di hutan. Baru pada
2 tahun 1935 upaya budidaya mulai disebarluaskan. Disebut jamur tiram karena bentuk tandungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3 Menurut sistematika secara taksonami jamur tiram dibagi dalam: Kelas : Basidiomycetes Ordo : Agaricales Famili : Agaricaceae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.) Terdapat tiga jenis jamur tiram yang sering dibudidayakan, yaitu: a. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq. Ex. Fr.)), warna tubuh buah putih. b. Jamur tiram coklat (Pleurotus cystidiosus (Mill.)), warna tubuh buah kecoklatan. c. Jamur tiram merah (Pleurotus flabellatus (Berk. & Br.)), warna tubuh buah merah. Dari ketiga jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat paling banyak dibudidayakan, karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi.6, 7 Dibandingkan dengan komoditas sayuran yang lain, nutrisi jamur tiram lebih lengkap. Pada Tabel 1 terlihat bahwa jamur tiram memiliki protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Kadar lemaknya pun jauh lebih rendah daripada daging sapi. Jamur tiram memiliki kandungan asam amino yang hampir sama dengan telur ayam. Asam amino merupakan senyawa penyusun protein yang merupakan bahan pembentuk tubuh manusia dan hewan.
Gambar 1. Jamur tiram putih
Tabel 1. Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain1 Bahan makanan Jamur merang
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
1.8
0.3
4.0
Jamur tiram florida
27.0
1.6
58.0
Jamur kuping
8.4
0.5
82.8
Daging sapi
21.0
5.5
0.5
Bayam Kentang Kubis Seledri Buncis
2.0 1.5 -
2.2 0.1 1.3 2.4
1.7 20.9 4.2 0.2 0.2
Sterilisasi Sterilisasi adalah proses mematikan mikroorganisme termasuk bakteri, spora bakteri, kapang dan virus. Sterilisasi umumnya menggunakan autoklaf. Cara lain kini dikembangkan adalah sterilisasi basah untuk produk-produk yang tidak tahan panas. Berikut adalah beberapa metode lain dari sterilisasi autoklaf: a. Sterilisasi dengan drum Drum yang digunakan berukuran tinggi 150 cm dengan diameter 60 cm lalu drum diletakkan di atas tungku pemanas. b. Sterilisasi basah Teknologi pengemasan aseptik untuk minuman yang sensitif terhadap asam kini telah dikembangkan. Konsep aseptik ini menggunakan larutan PAA (peracetic acid) sebagai medium, isolator mikrobial untuk pengendalian lingkungan. Sistem aseptik ini digunakan dalam botol PET yang saat ini banyak digunakan dalam industri makanan. c. Disinfectans Disinfectans atau disebut juga larutan sterilisasi dingin dapat merusak banyak mikroorganisme tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri. Disinfectans tidak dapat menggantikan sterilisasi autoklaf.4
3 Sekam Padi
Energi yang Bahan Bakar
Terkandung
dalam
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar.
Setiap bahan bakar memiliki nilai pemanasan atau heat value fuel (HVF) yaitu energi yang terkandung dalam bahan bakar.
Menurut Suharno, ditinjau dari komposisi kimia, sekam padi mengandung kadar air sebesar 9,02 %, protein kasar 3,03 %, lemak 1,18 %, serat kasar 35,68 %, abu 17,17 %, dan karbohidrat kasar 33,71 %. Sedangkan komposisi kimia sekam padi menurut DTC IPB yaitu karbon 1,33 %, hidrogen 1,54 %, oksigen 33,64 %, dan silika 16,98 %.8
Sekam memiliki nilai pemanasan hingga 3300 kcal/kg. Sedangkan kayu memiliki nilai pemanasan hingga 3355 kcal/kg. Tabel 2 menunjukkan konversi energi dari sekam padi ke bahan bakar lain. Perbandingan konversi energi sekam dengan kayu adalah 1.02 sehingga setiap satu ton sekam setara dengan 980.38 kg kayu.
Kayu Sengon
Proses Perpindahan Kalor
Kayu bakar merupakan sumber daya yang dapat diperbarui. Tetapi, permintaan kayu bakar melebihi kemampuannya untuk beregenerasi. Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Salah satu jenis kayu yang dapat digunakan sebagai kayu bakar adalah kayu sengon.9
Konduksi
Kayu memiliki keragaman komposisi serta susunan kimia yang berbeda. Unsur yang terkandung pada kayu sengon sebagian besar adalah karbon 50 %, hidrogen 6 %, oksigen 44 %, dan sedikit unsur lain.10
Hampir semua jenis limbah dari pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta sampah kota dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi berupa energi termal, listrik mupun mekanis. Contohnya adalah sekam dan kayu.11
Pada proses konduksi energi termal dipindahkan lewat tumbukan antara atomatom atau molekul, walaupun atom-atom atau molekunya sendiri tidak berpindah. 13 Ketika salah satu ujung sebuah benda dipanaskan molekul-molekul di ujung tersebut bergerak lebih cepat. Kemudian bertumbukan dengan molekul tetangganya yang bergerak lebih lambat, dan terjadi perpindahan sebagian energi sehingga lajunya semakin bertambah.14
Tabel 2. Konversi Energi dari Sekam Padi ke Bahan Bakar Lain.12 Ekuivalen bahan bakar
Nilai pemanasan (kcal/kg)
Perbandingan konversi* kg bahan bakar/kg sekam yang berasal dari beras
LPG 11767 3.57 Kayu 3355 1.02 Arang Kayu 5893 1.78 Minyak Tanah 11000 3.33 Bensin 11528 3.49 Diesel 10917 3.308 * Konversi langsung menggunakan nilai pemanasan dari 3300 kcal per kg ** 1 tangki = 140 kg
Jumlah sekam padi per ton 25.46 tangki** 980.38 kg 561.79 kg 346.05 liter 385.49 liter 357.82 liter
4 Konveksi Pada konveksi, kalor dipindahkan lewat perpindahan massa. Walaupun zat cair dan gas bukan merupakan penghantar kalor yang baik, namun dapat memindahkan kalor cukup cepat dengan konveksi. Konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar.14
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram putih, baglog terdiri atas serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur pertanian, gipsum, air serta bahan bakar berupa sekam dan kayu sengon. Mulai
Radiasi Pada proses radiasi, energi dipancarkan dan diserap oleh benda-benda dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi ini bergerak melalui ruang dengan kecepatan cahaya. Radiasi termal, gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang televisi, dan sinar-X semuanya adalah bentuk radiasi elektromagnetik. Bila benda dalam keadaan kesetimbangan termal dengan sekitar, maka benda akan memancarkan dan menyerap energi pada laju yang sama. Namun, apabila benda dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi dari pada sekitarnya, maka benda meradiasi keluar lebih banyak dari pada yang diserap.13
Persiapan alat dan bahan
Pembuatan baglog
Sterilisasi
6 jam 2 ulangan
8 jam 2 ulangan
10 jam 2 ulangan
Inokulasi
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di desa Cibeureum, Dramaga - Bogor dan Bengkel Kayu, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Januari 2012.
Inkubasi
Pemanenan
Perhitungan dan analisis data
Alat dan Bahan Alat yang digunakan terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama berupa seperangkat tungku sekam, tungku kayu, drum dan penutup drum. Alat bantu berupa terpal, plastik, ring, kapas, koran bekas, karet, botol kaca, gunting, timbangan, penggaris, stopwatch, mini IR termometer SE-9785A, Rh-meter, spatula, lampu bunsen, label, dan sprayer.
Penyusunan laporan
Selesai
Gambar 2. Diagram alir penelitian
5 Metode Penelitian Pada Gambar 2 memperlihatkan diagram alir dari penelitian. Tahapan penelitian ini meliputi persiapan alat dan bahan, tahapan budidaya jamur tiram putih, perhitungan efisiensi bahan bakar, serta analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap. Penjabaran tahapan penelitian dibahas dalam subbab selanjutnya.
Tahapan Budidaya Jamur Tiram Putih Pembuatan baglog Pembuatan baglog dimulai dengan mengayak serbuk gergaji. Kemudian hasil ayakan tersebut dicampur dengan kapur pertanian dan diaduk hingga merata. Setelah itu diamkan campuran tersebut dan ditutup dengan terpal selama 6 – 7 hari. Proses ini biasa disebut pengomposan.
Persiapan alat Gambar 3 adalah desain tungku sekam yang merupakan alat utama pada penelitian ini. Jika sekam padi dibakar tanpa alat bantu, sekam akan membara pelan-pelan sambil mengeluarkan asap tebal yang terasa pedih di mata. Penggunaan tungku sekam dimaksudkan untuk mengurangi dampak tersebut. Tungku sekam harus dibuat sedemikian rupa sehingga tercipta suatu aliran udara secara alamiah yang dapat meningkatkan jumlah aliran zat asam melewati bahan bakar yang menyala agar dapat menghasilkan nyala yang bersih dan panas.15
Hasil komposan diaduk kemudian dicampur dengan dedak, tepung jagung, gipsum, dan air. Dengan komposisi: serbuk gergaji 81 %, kapur pertanian 2 %, dedak 15 %, tepung jagung 1 %, gipsum 1 % dan air secukupnya (kadar air 60 %). Setelah semua dicampur, komposisi tersebut dimasukkan dan dipadatkan ke plastik dengan massa sebesar 1 kg, tinggi dan diameter sama. Hal tersebut bertujuan supaya penyebaran panas pada saat sterilisasi baglog tersebar merata. Tahap terakhir tutup baglog menggunakan ring, kapas, koran bekas dan karet.
Sterilisasi media tumbuh Metode yang digunakan adalah sterilisasi dengan drum. Lama sterilisasi yaitu 6 jam, 8 jam, dan 10 jam untuk masing-masing bahan bakar. Setiap variasi jam tersebut dilakukan ulangan sebanyak dua kali. Setelah baglog disterilisasi, tunggu hingga dingin selama semalam. Kemudian baglog siap diinokulasi.
Inokulasi Gambar 3. Desain tungku sekam Keterangan : (A). Reservoir (tandon) sekam dalam bentuk kerucut terbalik. (B). Cerobong berlubang untuk membatasi aliran api. (C). Isolator kompor. (D). Badan kompor. (E). Ruang antara tatakan abu sementara dan ujung bawah kerucut. (F). Penampung abu sementara.12
Inokulasi adalah proses memasukkan bibit jamur pada baglog dengan kondisi lingkungan steril, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyemprot daerah sekitar meja inokulasi menggunakan alkohol dan menggunakan lampu bunsen ketika memasukkan bibit. Apabila menggunakan spatula atau sendok logam untuk menginokulasi bibit, sebelumnya spatula atau sendok logam tersebut dibakar di atas api lampu bunsen. Setelah dingin baru dapat digunakan untuk mengambil bibit.
6 Inkubasi Inkubasi adalah proses penyimpanan baglog pada kondisi tertentu dan di ruang tertentu, biasa disebut ruang inkubasi. Inkubasi dilakukan hingga miselium jamur pada baglog menyebar merata dan keadaan ini akan berlangsung selama 30 – 35 hari. Setelah masa inkubasi 7 – 14 hari baglog siap dibuka untuk pembentukan tubuh buah. Jika dalam satu minggu setelah inokulasi belum ada perubahan miselium berarti baglog terlalu kering atau terkontaminasi. Kontaminasi oleh cendawan lain tampak dari adanya koloni berwarna hijau, hitam, atau merah jambu dan sebagainya.15
Pemeliharaan Kondisi lingkungan di kumbung dipertahankan agar diperoleh hasil panen yang optimal. Usahakan kelembaban ruang berkisar antara 80 – 85 % dengan menyemprotkan air bersih secara berkala menggunakan sprayer. Suhu ruang dijaga pada suhu 22 – 28 °C agar tubuh buah jamur dapat terbentuk.
Pemanenan Proses panen dilakukan setelah partumbuhan jamur optimal, biasanya 5 – 6 hari setelah kantung baglog dibuka. Cara memanennya ialah dengan mencabut jamur sampai akarnya, kemudian tempat tumbuhnya jamur tersebut dibersihkan hingga tidak ada akar bekas jamur yang dipanen. Hal tersebut bertujuan agar tidak menghambat pertumbuhan jamur selanjutnya. Pemanenan dapat dilakukan sampai 5 kali panen. Tetapi jika sering dipanen, kualitas jamur yang didapat akan semakin menurun.
Perhitungan efisiensi bahan bakar Untuk menghitung efisiensi bahan bakar perlu dicari dahulu laju energi yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan persamaan:
𝑄𝑛 =
(𝑚 𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 )+(𝑚 𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) +(𝑚 𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡
(3.1)
Keterangan : 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari) 𝑚𝑎 = massa air awal (kg) 𝑚𝑢 = massa air yang menguap (kg) 𝑐𝑎 = kalor jenis air (kcal/kg°C ) 𝑐𝑢 = kalor jenis uap air (kcal/kg°C ) 𝐿𝑣 = kalor laten uap air (kcal/kg) ∆𝑇1,2 = perubahan suhu (°C ) 𝑡 = waktu pemasakan (hari) Efisiensi bahan bakar dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.17,18 𝑄𝑛
𝜁𝑔 = 𝐻𝑉𝐹 𝑥 𝐹𝐶𝑅 𝑥 100%
(3.2)
Keterangan : 𝜁𝑔 = efisiensi bahan bakar (%) 𝐹𝐶𝑅 = (Fuel consumption rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari) 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan (kcal/hari) 𝐻𝑉𝐹 = (Heat value fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg)
Analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat dibedakan menjadi dua yaitu untuk percobaan dengan ulangan setiap perlakuan sama dan ulangan setiap perlakuan tidak sama. Untuk perlakuan sama dapat dirumuskan sebagai berikut. FK : Faktor koreksi 𝐹𝐾 = 𝑦 2 𝑥 𝑡 𝑥 𝑟
(3.3)
JKT : Jumlah kuadrat total 𝐽𝐾𝑇 = 𝑡𝑖=1 𝑡𝑗 =1 𝑦𝑖 2 − 𝐹𝐾
(3.4)
JKP : Jumlah kuadrat perlakuan 𝐽𝐾𝑃 = 𝑟 𝑦𝑖 2 − 𝐹𝐾
(3.5)
JKG : Jumlah kuadrat galat 𝐽𝐾𝑇 = 𝑡𝑖=1 𝑡𝑗 =1(𝑦𝑖𝑗 − 𝑦𝑖 )2
(3.6)
𝐽𝐾𝐺 = 𝐽𝐾𝑇 − 𝐽𝐾𝑃 KTP : Kuadrat tengah perlakuan 𝐽𝐾𝑃 𝐾𝑇𝑃 = 𝐷𝑏𝑃
(3.7)
(3.8)
7 KTG : Kuadrat tengah galat 𝐽𝐾𝐺 𝐾𝑇𝐺 = 𝐷𝑏𝐺
(3.9)
𝐾𝑇𝑃
𝐹ℎ𝑖𝑡 = 𝐾𝑇𝐺
(3.10)
Keterangan: t = perlakuan r = ulangan y = rata-rata umum Dbp = derajat bebas perlakuan DbG = derajat bebas galat
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu Sengon Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada gas oksigen yang cukup.19 Dalam proses pembakaran komponen utama yang menimbulkan kalor adalah hidrogen dan karbon. Dua unsur tersebut bereaksi dengan gas oksigen maka akan menghasilkan energi yang dirumuskan sebagai berikut: 2H2 + O2 → 2H2O + energi C + O2 → CO2 + energi 2C + O2 → 2CO + energi
Pada proses sterilisasi media jamur tiram terdapat tiga proses perpindahan kalor yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Peristiwa konduksi terjadi saat energi kalor dari api tungku sekam dipindahkan menuju drum. Peristiwa konveksi terjadi pada proses pemanasan air di dalam drum sedangkan radiasi terjadi dari api tungku sekam yang meradiasikan panasnya kelingkungan sekitar.20 Nilai efisiensi bahan bakar sekam mencapai 14.13 % pada pengukusan 6 jam, 14.28 % pada pengukusan 8 jam, dan 12.6 % pada pengukusan 10 jam. Sedangkan bahan bakar kayu sengon mencapai 14.25 % pada pengukusan 6 jam, 17.35 % pada pengukusan 8 jam, dan 15.47 % pada pengukusan 10 jam. Efisiensi bahan bakar sekam terbaik terdapat pada pengukusan 8 jam sebesar 14.28 %. Menurut Nawafi, efisiensi bahan bakar sekam pada sistem nonboiler mencapai 21.04 %. Sedangkan pada sistem boiler mencapai 22.18 %.12 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa efisiensi bahan bakar dipengaruhi oleh energi yang dibutuhkan. Semakin besar energi yang dibutuhkan maka efisiensi bahan bakar akan semakin besar. Selain itu efisiensi bahan bakar juga dipengaruhi oleh bahan bakar yang dibutuhkan. Semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan maka efisiensi energinya semakin kecil.
Tabel 3. Perbandingan efisiensi bahan bakar sekam dan kayu sengon pada masing- masing perlakuan lamanya pengukusan media tumbuh jamur tiram putih. Bahan bakar
Lama pengukusan (jam) 6
Sekam
8 10 6
Kayu Sengon
8 10
Ulangan
HVF (kcal/kg)
FCR (kg/hari)
Qn (kcal/hari)
Efisiensi (%)
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
3300 3300 3300 3300 3300 3300 3355 3355 3355 3355 3355 3355
75.60 78.80 102.90 107.10 99.60 101.52 87.60 81.20 96.00 109.20 110.64 103.68
38696.18 33157.08 51369.39 47480.56 40580.44 43060.19 35958.41 44284.70 55404.03 64097.28 56679.16 54519.87
15.51 12.75 15.13 13.43 12.35 12.85 12.23 16.26 17.20 17.50 15.27 15.67
Rata-rata efisiensi (%) 14.13 14.28 12.60 14.25 17.35 15.47
Efisiensi (%)
8
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 6 Ul 1
6 Ul 2
8 Ul 1
8 Ul 2 10 Ul 1 10 Ul 2
Waktu sterilisasi (jam) dan ulangan Keterangan: 6 ul 1 : 6 jam ulangan 1 8 ul 1 : 8 jam ulangan 1 10 ul 1 :10 jam ulangan 1 Sekam
6 ul 2 : 6 jam ulangan 2 8 ul 2 : 8 jam ulangan 2 10 ul 2 : 10 jam ulangan 2 Kayu sengon
Gambar 4. Efisiensi energi tiap waktu pengukusan dan ulangan Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat secara keseluruhan efisiensi bahan bakar kayu sengon lebih efisien dibandingkan bahan bakar sekam karena nilai pemanasan kayu sengon lebih besar dibandingkan pada sekam serta energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi menggunakan kayu sengon lebih besar dibandingkan menggunakan sekam.
Perbandingan Hasil Sterilisasi Media Selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam Proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram menggunakan bahan bakar sekam dan
kayu sengon masih terdapat baglog yang terkontaminasi. Kontaminasi terbanyak pada bahan bakar sekam dan kayu sengon berturut-turut terdapat pada waktu pengukusan 6 jam ulangan 1 dan pengukusan 8 jam ulangan 1. Sedangkan jumlah baglog yang berbuah terbanyak untuk bahan bakar sekam terdapat pada waktu pengukusan 8 jam ulangan 2 dan untuk bahan bakar kayu sengon terdapat pada waktu pengukusan 8 jam ulangan 2. Selain dipengaruhi oleh lama pengukusan, banyaknya kontaminasi dipengaruhi oleh faktor lain yaitu bahan dari baglog itu sendiri ataupun dari proses inokulasi yang tidak steril sehingga media yang sudah steril dapat kembali terkontaminasi. Massa panen jamur tiram per baglog untuk bahan bakar sekam yang terbanyak terdapat pada waktu pengukusan 6 jam perlakuan tegak dengan massanya sebesar 195.33 gram. Sedangkan pada bahan bakar kayu sengon terbanyak terdapat pada waktu pengukusan 6 jam perlakuan tidur dengan massanya sebesar 203.87 gram. Sehingga waktu sterilisasi yang menghasilkan kuantitas panen terbaik terdapat pada waktu pengukusan 6 jam. Perbandingan jumlah baglog yang terkontaminasi dan jumlah panen per baglog pada masing-masing waktu pengukusan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan jumlah baglog yang terkontaminasi dan jumlah panen per baglog pada masing-masing waktu pengukusan Bahan bakar
Lama pengukusan (jam) 6
Sekam
8 10 6
Kayu Sengon
8 10
Perlakuan
Baglog hasil sterilisasi
Kontaminasi
Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur Tegak Tidur
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
30 10 17 7 15 11 11 13 20 8 11 17
Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog 45 65 58 68 60 64 64 62 55 67 64 58
Massa jamur total (gram) 8790 11800 9290 9560 10250 10630 12270 12640 8750 9720 8870 11000
Massa jamur per baglog (gram) 195.33 181.54 160.17 140.59 170.83 166.09 191.72 203.87 159.09 145.07 138.59 189.66
Massa panen per baglog (gram)
9 Hal tersebut dikarenakan penyebaran miselium pada perlakuan tegak miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan baglog. Sedangkan perlakuaan tidur terlihat sedikit lebih cepat di permukaan atas, hal ini kemungkinan disebabkan faktor gravitasi yang menyebabkan konsentrasi air bagian bawah baglog lebih besar sehingga pertumbuhan miselium lambat.21
250 200 150 100 50 0 6
8 10 Waktu pengukusan (jam) Tegak
Massa panen per baglog (gram)
Gambar 5.
Tidur
Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar sekam
250 200 150
Perbandingan Hasil Sterilisasi Media pada Tingkat 1, 2, 3, dan 4 Pada Tabel 5 dan 6 dapat dilihat sterilisasi berbahan bakar sekam didapatkan jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog terbanyak terdapat pada baris 2 sebesar 112 baglog. Sedangkan pada sterilisasi berbahan bakar kayu sengon didapatkan jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog terbanyak terdapat pada baris 3 sebesar 111 baglog.
100 50 0 6
8 10 Waktu pengukusan (jam) Tegak
Gambar 6.
Tidur
Massa panen per baglog tiap waktu pengukusan pada bahan bakar kayu sengon
Berdasarkan Gambar 5 dan 6, perlakuaan tegak pada saat pemeliharaan akan memberikan massa panen per baglog lebih besar dari pada perlakuan tidur.
Besar massa jamur tiram per baglog sterilisasi berbahan sekam pada baris 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebesar 175.54 gram, 147.23 gram, 195.60 gram, dan 148.21 gram. Sedangkan sterilisasi berbahan kayu sengon pada baris 1, 2, 3, dan 4 masing-masing sebesar 188.20 gram, 164.68 gram, 156.85 gram, dan 177.54 gram. Suhu sterilisasi pada tingkat 1 lebih besar dari pada tingkat 2, 3, dan 4 karena pada tingkat 1 posisinya lebih dekat dengan sumber kalor. Sehingga cenderung pada tingkat 1 akan dihasilkan kuantitas panen per baglog yang baik.
Tabel 5. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar sekam
1
Baglog hasil sterilisasi 6, 8, 10 jam untuk ulangan 1 dan 2 126
2
126
14
112
16490
147.23
3
126
35
91
17800
195.60
4
72
16
56
8300
148.21
Total
450
90
360
60320
167.56
Baris
Kontaminassi
Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog
Massa jamur total (gram)
Massa jamur per baglog (gram)
25
101
17730
175.54
10 Tabel 6. Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog dan massa jamur tiram per baglog pada bahan bakar kayu sengon
Baris 1 2 3 4 Total
Baglog hasil sterilisasi 6, 8, 10 jam serta ulangan 1 dan 2 126 126 126 72 450
Kontaminassi
Jumlah jamur yang tumbuh di dalam baglog
Massa jamur total (gram)
Massa jamur per baglog (gram)
26 32 15 7 80
100 94 111 65 370
18820 15480 17410 11540 63250
188.20 164.68 156.85 177.54 170.95
Tabel 7. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar sekam Sumber keragamaan Perlakuaan Galat Total
Derajat bebas 2 3 5
Jumlah kuadrat 3.462 5.371 8.833
Kuadrat tengah 1.731 1.790
F.hitung
F.tabel
0.967* 0.967**
9.552
F.tabel 30.82
Tabel 8. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar kayu sengon Sumber keragamaan Perlakuaan Galat Total
Derajat bebas 2 3 5
Jumlah kuadrat 9.772 8.208 17.980
Kuadrat tengah 4.886 2.736
F.hitung
F.tabel
1.786* 1.786**
9.552
F.tabel 30.82
Tabel 9. Sidik ragam pengaruh lamanya sterilisasi terhadap massa panen per baglog pada bahan bakar sekam dan kayu sengon Sumber keragamaan Perlakuaan Galat Total
Derajat bebas 2 9 11
Jumlah kuadrat 5179.808 4127.965 9307.773
Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan perhitungan pada Lampiran 3.a dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar sekam, karena Fhit < Ftabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan menggunakan bahan bakar sekam tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar.
Kuadrat tengah 2589.90 458.66
F.hitung
F.tabel
5.647* 5.647**
4.26
F.tabel 8.02
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 8 dan perhitungan pada Lampiran 3.b dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar kayu sengon, karena Fhit < Ftabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan menggunakan bahan bakar kayu sengon tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 9 dan perhitungan pada Lampiran 3.c dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen
11 per baglog, karena Fhit > Ftabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam.
berkurang. Pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam sehingga waktu pengukusan yang optimal menghasilkan panen terbaik adalah 6 jam.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sterilisasi media tumbuh jamur tiram dapat dilakukan dengan metode menggunakan drum. Efisiensi bahan bakar sekam mencapai 14.28 %. Sedangkan efisiensi bahan bakar kayu sengon mencapai 17.35 %. Efisiensi bahan bakar kayu sengon lebih efisien dibandingkan bahan bakar sekam karena karena nilai pemanasan kayu sengon lebih besar dibandingkan pada sekam serta energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi menggunakan kayu sengon lebih besar dibandingkan menggunakan sekam. Massa panen per baglog terbaik pada sterilisasi berbahan bakar sekam dan kayu sengon masing-masing terdapat pada waktu pegukusan 6 jam. Secara keseluruhan perlakuan tegak lebih efektif menghasilkan massa panen per baglog dibandingkan perlakuan tidur. Hal tersebut dikarenakan oleh penyebaran miselium pada perlakuan tegak miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan baglog. Sedangkan perlakuaan tidur terlihat sedikit lebih cepat di permukaan atas, hal ini kemungkinan disebabkan faktor gravitasi yang menyebabkan konsentrasi air bagian bawah baglog lebih besar sehingga pertumbuhan miselium lambat. Perbandingan efisiensi bahan bakar, kontaminasi, dan massa panen per baglog antara bahan bakar sekam dan kayu sengon tidak berbeda jauh sehingga bahan sekam dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti kayu bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Perlakuan lamanya proses sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen per baglog. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang dihasilkan, karena semakin lama pengukusan maka kandungan zat hara yang terkandung pada baglog akan semakin
Untuk penelitian selanjutnya disarankan proses sterilisasi menggunakan ukuran drum yang berdiameter lebih besar sebab baglog yang terletak lebih dekat dengan sumber api menghasilkan panen per baglog lebih banyak dan perlakuan proses pembakaran bahan bakar sekam padi dan kayu sengon menggunakan alat bantu yang sama agar efisiensi yang dibandingkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Martawijaya EI, Mochamad YN. 2010. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. Bogor: IPB Press. Yildiz, Abdunnas. 2005. The effect of ferrum (FeSO4) on culture mushroom: Pleurotus ostreatus (Jacq.) kumm. Turk J Biol (30): 227 – 230. Pasaribu T, Djumhawan RP, Eisrin RA. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta: Grasindo. Puspita RD. 2010. Tungku sekam sebagai bahan bakar alternatif pada proses sterilisasi media jamur tiram [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Moore E, Landecker. 1996. Fundamentalls of the Fung. Edisi IV. New Jersey: Prentice hall Inc. Ahmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV. 2009. Biological efficienci and nutritional condents of Pleurotus florida (Mont) singer cultivication on different agro-waster. Nature and Science: 7(1); 1545 – 1740. Desna. 2010. Kajian lamanya proses sterilisasi media jamur tiram putih terhadap mutu bibit yang dihasilkan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Anonim. Sekam padi sebagai sumber energi alternatif dalam rumah tangga petani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
12 9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Anonim. Pengelolaan hutan tanaman kayu energi. Rencana Penelitian Integratif 2010-2014. hal 339 – 368. Sunyata, Agus. Sifat kimia kayu huru kuning. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta. Abdullah, K. 2005. Pengembangan teknologi energi terbarukan di Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19, No.2 Agustus 2005. hal 71 – 72. Nawafi F, RD Puspita, Desna, Irzaman. 2010. Optimasi tungku sekam skala industri kecil dengan sistem boiler. Berkala Fisika, hal 77 – 84. Tipler PA. 1998. Physics for Scientists and Engineers, 3rd Ed. Diterjemahkan oleh Prasetio L, Adi RW dengan judul: Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Giancoli DC. 2001. Physics Fifth Edition. Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum dengan judul: Fisika Edisi Kelima 1. Jakarta: Erlangga. Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, AD Husin, MN Indro, C Arif. 2008. Development of cooking stove with rice husk fuel. Workshop on renewable energy technology aplications to support E3 village (energy, economics, and eviroment). Universitas Persada Jakarta, hal 82 – 85, Juli (2008).
16. Sinaga, MS. 1999. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya. 17. Belonio. 1985. Rice Huso Gas Store Handbook. Approriate Technology Centre. Departement of Agricultural Engineering and Environmental Management. Collage of Agricultura Central Philipine. University Iloilo City. Philipine. 18. Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, AD Husin, MN Indro, C Arif. 2008. Optimization of energy efficiency of cooking stove with rice husk fuel. Japan-Indonesia Symposium and Expo, Jakarta. 19. Anonim. Pedoman efisiensi energi untuk industri di Asia: bahan bakar dan pembakaran.www.energyefficiencyasia. org. 20. Husin AD. 2010. Pengembangan teknologi hemat energi pedesaan melalui tungku sekam padi sebagai energi alternatif terbarukan untuk budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Laporan Akhir Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional. 21. Djarwanto, Sihati S. 2010. Pengaruh sumber bibit terhadap pertumbuhan jamur tiram. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan: Bogor.
LAMPIRAN
14 Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 1.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0273 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0123 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 12.3 kg
Massa sekam awal
: 27.3 kg
Massa arang sekam
: 8.4 kg
Sekam yang digunakan
: 18.9 kg
Mendidih (100°C)
: 90 menit
HVF
: 3300 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian Bawah
Di bagian atas
0
100
32
1
129
88
2
154
95
3
133
90
4
133
91
5
136
92
6
129
90
15 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 2.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0297 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0099 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 9.9 kg
Massa sekam awal
: 25.9 kg
Massa arang sekam
: 6.2 kg
Sekam yang digunakan
: 19.7 kg
Mendidih (100°C)
: 90 menit
HVF
: 3300 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
98
33
1
151
69
2
116
84
3
103
85
4
118
92
5
112
94
6
108
92
16 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 3.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0135 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0261 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 26.1 kg
Massa sekam awal
: 44.8 kg
Massa arang sekam
: 10.5 kg
Sekam yang digunakan
: 34.3 kg
Mendidih (100°C)
: 90 menit
HVF
: 3300 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
84
31
1
116
78
2
115
86
3
118
90
4
118
89
5
119
90
6
123
90
7
130
98
8
105
78
17 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 4.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0159 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0237 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 23.7 kg
Massa sekam awal
: 45.2 kg
Massa arang sekam
: 9.5 kg
Sekam yang digunakan
: 35.7 kg
Mendidih (100°C)
: 90 menit
HVF
: 3300 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
92
32
1
100
54
2
118
89
3
114
93
4
116
93
5
128
91
6
135
90
7
124
94
8
121
93
18 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 5.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0495 m3
Volume air akhir
: 0.0252 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0243 m3
Massa air awal
: 49.5 kg
Massa air menguap
: 24.3 kg
Massa sekam awal
: 56.1 kg
Massa arang sekam
: 14.6 kg
Sekam yang digunakan
: 41.5 kg
Mendidih (100°C)
: 112 menit
HVF
: 3300 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
96
32
1
119
54
2
129
83
3
127
89
4
125
88
5
121
90
6
120
91
7
125
93
8
121
92
9
120
89
10
125
94
19 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media a. Bahan bakar sekam 6.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0495 m3
Volume air akhir
: 0.0234 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0261 m3
Massa air awal
: 49.5 kg
Massa air menguap
: 26.1 kg
Massa sekam awal
: 56.7 kg
Massa arang sekam
: 14.4 kg
Sekam yang digunakan
: 42.3 kg
Mendidih (100°C)
: 112 menit
HVF
: 3300 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
93
40
1
111
54
2
121
74
3
122
87
4
132
95
5
134
92
6
133
91
7
143
95
8
131
93
9
129
90
10
129
93
20 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 1.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0285 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0111 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 11.1 kg
Massa sekam awal
: 23.4 kg
Massa arang sekam
: 1.5 kg
Sekam yang digunakan
: 21.9 kg
Mendidih (100°C)
: 100 menit
HVF
: 3355 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
83
33
1
133
90
2
134
94
3
133
92
4
124
84
5
128
84
6
127
85
21 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 2.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0246 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0150 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 15 kg
Massa sekam awal
: 21.6 kg
Massa arang sekam
: 1.3 kg
Sekam yang digunakan
: 20.3 kg
Mendidih (100°C)
: 100 menit
HVF
: 3355 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
92
32
1
119
45
2
110
75
3
120
88
4
117
72
5
118
90
6
125
92
22 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 3.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0111 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0285 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 28.5 kg
Massa sekam awal
: 33.3 kg
Massa arang sekam
: 1.3 kg
Sekam yang digunakan
: 32 kg
Mendidih (100°C)
: 100 menit
HVF
: 3355 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
90
32
1
117
75
2
116
86
3
120
91
4
125
91
5
121
91
6
121
94
7
127
94
8
126
95
23 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 4.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0396 m3
Volume air akhir
: 0.0060 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0336 m3
Massa air awal
: 39.6 kg
Massa air menguap
: 33.6 kg
Massa sekam awal
: 39.5 kg
Massa arang sekam
: 3.1 kg
Sekam yang digunakan
: 36.4 kg
Mendidih (100°C)
: 100 menit
HVF
: 3355 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
96
30
1
128
55
2
135
92
3
120
92
4
127
92
5
126
92
6
136
91
7
135
91
8
141
91
24 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 5.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0495 m3
Volume air akhir
: 0.0129 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0366 m3
Massa air awal
: 49.5 kg
Massa air menguap
: 36.6 kg
Massa sekam awal
: 47.7 kg
Massa arang sekam
: 1.6 kg
Sekam yang digunakan
: 46.1 kg
Mendidih (100°C)
: 125 menit
HVF
: 3355 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
111
38
1
117
61
2
129
72
3
129
90
4
120
90
5
111
89
6
120
91
7
122
90
8
116
91
9
120
89
10
131
92
25 Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media b. Bahan bakar kayu sengon 6.
Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 Suhu awal drum
: 27°C
Volume air awal
: 0.0495 m3
Volume air akhir
: 0.0048 m3
Volume air yang terpakai
: 0.0447 m3
Massa air awal
: 49.5 kg
Massa air menguap
: 44.7 kg
Massa sekam awal
: 44.5 kg
Massa arang sekam
: 1.3 kg
Sekam yang digunakan
: 43.2 kg
Mendidih (100°C)
: 125 menit
HVF
: 3355 kcal/kg
Waktu (jam)
Suhu (°C) Di bagian bawah
Di bagian atas
0
90
36
1
120
47
2
125
80
3
126
90
4
123
90
5
140
92
6
132
92
7
139
92
8
134
93
9
120
92
10
125
93
26 Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 1.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
27.3 kg 6 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
75.60 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 39.6 𝑥 1 𝑥 73 + 12.3 𝑥 539 + (12.3 𝑥 0.35 𝑥 35.67) 𝑄𝑛 = 0.25 2890.80 + 6629.70 + 153.55 𝑄𝑛 = 0.25 9674.05 𝑄𝑛 = 0.25 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 38696.18 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 38696.18 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
38696.18 𝑥 100% 3300 𝑥 75.60
𝜁𝑔 = 15.51%
27 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 2.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 2
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
26.9 kg 6 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
78.80 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 39.6 𝑥 1 𝑥 73 + 9.9 𝑥 539 + (9.9 𝑥 0.35 𝑥 18.00) 𝑄𝑛 = 0.25 2890.80 + 5336.10 + 62.37 𝑄𝑛 = 0.25 8289.27 𝑄𝑛 = 0.25 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 33157.08 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 33157.08 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
33157.08 𝑥 100% 3300 𝑥 78.80
𝜁𝑔 = 12.75%
28 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 3.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 1
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
44.8 kg 8 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
102.90 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (39.6 𝑥 1 𝑥 73) + (26.1 𝑥 539) + (26.1 𝑥 0.35 𝑥 18.00) 𝑄𝑛 = 0.33 280.80 + 14067.90 + 164.43 𝑄𝑛 = 0.33 17123.13 𝑄𝑛 = 0.33 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 51369.39 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 51369.39 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
5136. ,39 𝑥 100% 3300 𝑥 102.90
𝜁𝑔 = 15.13%
29 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 4.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 2
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
45.2 kg 8 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
107.10 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (39.6 𝑥 1 𝑥 73) + (23.7 𝑥 539) + (23.7 𝑥 0.35 𝑥 19.50) 𝑄𝑛 = 0.33 2890.80 + 12774.30 + 161.75 𝑄𝑛 = 0.33 15826.85 𝑄𝑛 = 0.33 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 47480.56 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 47480.56 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
47480.56 𝑥 100% 3300 𝑥 107.10
𝜁𝑔 = 13.43%
30 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 5.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 1
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
56.1 kg 10 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
99.60 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (49.5 𝑥 1 𝑥 73) + (24.3 𝑥 539) + (24.3 𝑥 0.35 𝑥 23.20) 𝑄𝑛 = 0.04 3613.50 + 13097.70 + 197.32 𝑄𝑛 = 0.42 16908.52 𝑄𝑛 = 0.42 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 40580.44 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 40580.44 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
40580.44 𝑥 100% 3300 𝑥 99.60
𝜁𝑔 = 12.35%
31 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar a. Bahan bakar sekam 6.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 2
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
56.7 kg 10 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
101.52 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (49.5 𝑥 1 𝑥 73) + (26.1 𝑥 539) + (26.1 𝑥 0.35 𝑥 28.50) 𝑄𝑛 = 0.42 3613.50 + 14067.90 + 260.35 𝑄𝑛 = 0.42 17941.75 𝑄𝑛 = 0.42 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 43060.19 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 43060.19 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
43060.19 𝑥 100% 3300 𝑥 101.52
𝜁𝑔 = 12.85%
32 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar b. Bahan bakar kayu sengon 1.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
23.4 kg 6 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
87.60 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (39.6 𝑥 1 𝑥 73) + (11.1 𝑥 539) + (11.1 𝑥 0.35 𝑥 29.83) 𝑄𝑛 = 0.04 2890.80 + 5982.90 + 115.90 𝑄𝑛 = 0.25 8989.60 𝑄𝑛 = 0.25 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 35958.41 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 35958.41 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
35958.41 𝑥 100% 3355 𝑥 87.60
𝜁𝑔 = 12.23%
33 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar b. Bahan bakar kayu sengon 2.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 2
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
21.6 kg 6 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
81.20 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 39.6 𝑥 1 𝑥 73 + 15.00 𝑥 539 + (15.00 𝑥 0,35 𝑥 18,17) 𝑄𝑛 = 0.25 2890.80 + 8085.00 + 95.38 𝑄𝑛 = 0.25 11071.18 𝑄𝑛 = 0.25 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 44284.70 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 44284.70 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
44284.70 𝑥 100% 3355 𝑥 81.20
𝜁𝑔 = 16.26%
34 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar b. Bahan bakar kayu sengon 3.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 1
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
33.3 kg 8 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
96.00 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (39.6 𝑥 1 𝑥 73) + (28.5 𝑥 539) + (28.5 𝑥 0,35 𝑥 21.63) 𝑄𝑛 = 0.33 2890.80 + 15361.50 + 215.71 𝑄𝑛 = 0.33 18468.01 𝑄𝑛 = 0.33 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 55404.03 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 55404.03 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
55404.03 𝑥 100% 3355 𝑥 96.00
𝜁𝑔 = 17.20%
35 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar b. Bahan bakar kayu sengon 4.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 2
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
39.5 kg 8 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
109.20 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (39.6 𝑥 1 𝑥 73) + (33.6 𝑥 539) + (33.6 𝑥 0.35 𝑥 31.00) 𝑄𝑛 = 0.33 2890.80 + 18110.40 + 364.56 𝑄𝑛 = 0.33 21365.76 𝑄𝑛 = 0.33 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 64097.28 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 64097.28 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
64097.28 𝑥 100% 3355 𝑥 109.20
𝜁𝑔 = 17.50%
36 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar b. Bahan bakar kayu sengon 5.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 1
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
47.7 kg 10 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
110.64 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (49.5 𝑥 1 𝑥 73) + (36.6 𝑥 539) + (36.6 𝑥 0.35 𝑥 21.50) 𝑄𝑛 = 0.42 3613.50 + 19727.40 + 275.42 𝑄𝑛 = 0.42 23616.32 𝑄𝑛 = 0.42 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 56679.16 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 56679.16 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
56679.16 𝑥 100% 3355 𝑥 110.64
𝜁𝑔 = 15.27 %
37 Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar b. Bahan bakar kayu sengon 6.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 2
Laju bahan bakar yang dibutuhkan
𝐹𝐶𝑅 =
44.5 kg 10 𝑗𝑎𝑚
𝐹𝐶𝑅 =
103.68 kg ℎ𝑎𝑟𝑖
Laju energi yang dibutuhkan (𝑚𝑎 𝑥 𝑐𝑎 𝑥 ∆𝑇1 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝐿𝑣 ) + (𝑚𝑢 𝑥 𝑐𝑢 𝑥 ∆𝑇2 ) 𝑡 (49.5 𝑥 1 𝑥 73) + (44.7 𝑥 539) + (44.7 𝑥 0.35 𝑥 28.40) 𝑄𝑛 = 0.42 3613.50 + 18757.20 + 345.91 𝑄𝑛 = 0.42 22716.61 𝑄𝑛 = 0.42 𝑄𝑛 =
𝑄𝑛 = 54519.87 Jadi 𝑄𝑛 = laju energi yang dibutuhkan pada proses sterilisasi sebesar 54519.87 𝑘𝑐𝑎𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
Efisiensi bahan bakar 𝜁𝑔 =
54519.87 𝑥 100% 3355 𝑥 103.68
𝜁𝑔 = 15.67%
38 Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap a.
Analisis efisiensi bahan bakar sekam Lamanya sterilisasi
Ulangan
Rata-rata
1
2
6
15.51
12.75
14.13
8
15.13
13.43
14.28
10
12.35
12.85
12.60
Rataan umum FK : Faktor koreksi FK = y2 x t x r = 13.67 x 3 x 2 = 1121.30 JKT : Jumlah kuadrat total JKT = (15.512 + 12.752 + 15.132 + 13.432 + 12.352 + 12.852) – FK = 1130.13 – 1121.30 = 8.83 JKP : Jumlah kuadrat perlakuan JKP = 2 x (14.132 + 14.282 + 12.602) – FK = 1124.76 – 1121.30 = 3.46 JKG : Jumlah kuadrat galat JKG = JKT – JKP = 8.83 – 3.46 = 5.37 KTP : Kuadrat tengah perlakuan JKP KTP = DbP 3.46 = 2 = 1.73 KTG : Kuadrat tengah galat JKG KTG = DbP 5.37 = 2 = 1.79
13.67
39 Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap Sumber keragamaan Perlakuaan Galat
Derajat bebas 2 3
Jumlah kuadrat 3.462 5.371
Total
5
8.833
Kuadrat tengah 1.731 1.790
F.hitung
F.tabel
0.967* 0.967**
9.552
F.tabel
30.82
𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 1.731 = 1.79 = 0.967
𝐹ℎ𝑖𝑡 =
KK : Koefisian keragaman 𝐾𝑇𝐺 𝑥 100% 𝐾𝐾 = 𝑌 1.79 = 𝑥 100% 13.67 = 10.543 % Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar, karena Fhit < Ftabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan menggunakan bahan bakar sekam tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar.
40 Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap b.
Analisis efisiensi bahan bakar kayu sengon Ulangan Lamanya sterilisasi 1
2
Rata-rata
6
12.23
16.26
14.25
8 10
17.20 15.27
17.50 15.67
17.35 15.47
Rataan umum FK : Faktor koreksi FK = y2 x t x r = 15.69 x 3 x 2 = 1476.77 JKT : Jumlah kuadrat total JKT = (12.232 + 16.262 + 17.202 + 17.502 + 15.272 + 15.672) – FK = 1494.75 – 1476.77 = 17.98 JKP : Jumlah kuadrat perlakuan JKP = 2 x (14.252 + 17.352 + 15.472) – FK = 1486.54 – 1476.77 = 9.77 JKG : Jumlah kuadrat galat JKG = JKT – JKP = 17.98 – 9.77 = 8.21 KTP : Kuadrat tengah perlakuan JKP KTP = DbP 9.77 = 2 = 4.89 KTG : Kuadrat tengah galat JKG KTG = DbP 8.21 = 2 = 2.74
15.69
41 Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap Sumber keragamaan Perlakuaan Galat
Derajat bebas 2 3
Total
5
Jumlah kuadrat 9.772 8.208
Kuadrat tengah 4.886 2.736
F.hitung
F.tabel
1.786* 1.786**
9.552
F.tabel
30.82
17.980
𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 4.89 = 2.74 = 1.786
𝐹ℎ𝑖𝑡 =
KK : Koefisian keragaman 𝐾𝑇𝐺 𝐾𝐾 = 𝑥 100% 𝑌 2.74 = 𝑥 100% 15.69 = 1.786 % Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya sterilisasi tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar, karena Fhit < Ftabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan menggunakan bahan bakar kayu tidak mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar.
42 Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap c.
Analisis massa panen per baglog bahan bakar sekam dan kayu sengon Ulangan Lamanya sterilisasi 1 2 3 4
Rata-rata
6
195.33
181.54
191.72
203.87
192.80
8
160.17
140.59
159.09
145.07
150.48
10
170.83
166.09
138.59
189.66
165.65
Rataan umum
169.27
FK : Faktor koreksi FK = y2 x t x r = 169.27 x 3 x 4 = 343844.13 JKT : Jumlah kuadrat total JKT = (195.332 + 181.542 + 191.722 + 203.872 + 160.172 + 140.592 + 159.092 + 145.072 + 170.832 + 166.092 + 138.592 + 189.662) – 343844.13 = 9307.77 JKP : Jumlah kuadrat perlakuan JKP = 4 x (192.802 + 150.482 + 165.652) – 343844.13 = 5179.81 JKG : Jumlah kuadrat galat JKG = JKT – JKP = 9307.77 – 5179.81 = 4127.96 KTP : Kuadrat tengah perlakuan JKP KTP = DbP 5179.81 = 2 = 2589.90 KTG : Kuadrat tengah galat JKG KTG = DbP 4127.96 = 9 = 458.66
43 Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap Sumber keragamaan Perlakuaan Galat
Derajat bebas 2 9
Jumlah kuadrat 5179.808 4127.965
Total
11
9307.773
Kuadrat tengah 2589.90 458.66
F.hitung
F.tabel
5.647* 5.647**
4.26
F.tabel
8.02
𝐾𝑇𝑃 𝐾𝑇𝐺 2589.90 = 458.66 = 5,647
𝐹ℎ𝑖𝑡 =
KK : Koefisian keragaman 𝐾𝑇𝐺 𝐾𝐾 = 𝑥 100% 𝑌 458.66 = 𝑥 100% 169.27 = 12.652 % Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya sterilisasi berpengaruh nyata terhadap massa panen per baglog, karena Fhit > Ftabel. Artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa panen per baglog yang dihasilkan dimana pada batas tertentu menghasilkan massa panen per baglog tertinggi pada proses pengukusan 6 jam. Sehingga waktu pengukusan yang optimal menghasilkan panen terbaik adalah 6 jam.