B-19-1
ANALISIS KUANTITATIF MENGENAI BULLWHIP EFFECT DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANSI SISTEM DISTRIBUSI (STUDI KASUS PADA PT BAKTI BUNGA ANANDA) Yuddy Krisna Sudirman1, Heru Wiyono2, Hendra3, Andino Maseleno 4 Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jl. Babarsari No 2 Yogyakarta 55281, Indonesia E-mail:
[email protected]; wiyono
[email protected];
[email protected] 4 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta JL. Babarsari 2 Yogyakarta, 55000, Indonesia, E-mail:
[email protected]
1,2,3
ABSTRAK Pada jumlah permintaan produk yang selalu berubah-ubah dengan waktu pemesanan yang tetap, serta keengganan dalam melakukan komunikasi yang transparan dan akurat, akan menimbulkan fenomena yang sering terjadi pada sistem rantai supply, yaitu terdapatnya permintaan yang meningkat dan beragam dari arah hulu ke arah hilir. Fenomena ini dinamakan bullwhip effect. Akibatnya terjadi pembengkakan biaya pada sistem inventory. Dalam penentuan periode tetap yang beragam, data yang diperoleh diolah dengan inventory probabilistic model periode review, kemudian dilakukan transformasi bullwhip effect ke dalam sistem periode review dengan cara pengurangan keseragaman pada periode review. Dengan melakukan perhitungan cara pengurangan keragaman, menghasilkan periode review 1 hari yang seragam dengan total biaya yang minimal sebesar Rp 8.923.526,483 sehingga bullwhip effect menjadi mengecil. Kata kunci : Bullwhipp Effect, Keseragaman, Komunikasi. Pendahuluan Dalam memproduksi dan memasarkan produk, perusahaan bekerjasama dengan suppliers, distributors dan retailers, agar para konsumen dengan mudah mencari dan mendapatkan produk yang diinginkan. Semua produk yang dibuat pada umumnya mengalami operasi dari saat produk tersebut dirancang sampai produk tersebut tiba kepada konsumen. Selain itu, perusahaan harus bertanggung jawab terhadap keseluruhan rangkaian proses mulai dari perancangan produk, peramalan kebutuhan bahan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi ke distributor, wholesaler, retailer, pelayanan pada konsumen, proses pembayaran dan sampai konsumen akhir. Untuk menciptakan pelayanan yang diinginkan seperti diatas, koordinasi antara pihak-pihak pada supply chain sangat diperlukan. Kurangnya koordinasi akan menimbulkan distorsi informasi, akibatnya adalah permintaan produk menjadi _____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-2
meningkat dan beragam yang seringkali terjadi pada rantai supply downstream dalam waktu pemesanan yang tetap, yaitu antara perusahaan distributor dan retailer, yang dinamakan fenomena bullwhip effect. Konsep Supply Chain Management A. Supply Chain Management Supply chain (rantai pasok) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Pengertian SCM (Supply Chain Management) adalah teknik manajemen yang mengatur tentang perencanaan dan penganalisisan kebutuhan produksi dalam menjalankan kegiatan industri. Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, istilah SCM telah berubah paradigma, dari sekedar proses inventory dan transportasi menjadi proses peningkatan nilai tambah (value creation) dari barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektifitas aliran material, aliran uang dan yang terpenting adalah aliran informasi, yang terjadi secara simultan sehingga akan meningkatkan performansi rantai pasokan secara keseluruhan. Pada prinsipnya manajemen supply chain dan manajemen logistik menitikberatkan pada penggabungan komponen–komponen mata rantai pasokan. Persamaan antara manajemen supply chain dengan manajemen logistik : 1. Keduanya menyangkut pengelolaan arus barang atau jasa. 2. Keduanya menyangkut pengelolaan mengenai pembelian, pergerakan, pengangkutan, administrasi, dan penyaluran barang. 3. Keduanya menyangkut usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan barang. Perbedaan antara manajemen supply chain dengan manajemen logistik : Manajemen Supply Chain; a. Mengutamakan arus barang antar perusahaan, sejak paling hulu sampai paling hilir. b. Atas dasar kerangka kerja ini, mengusahakan hubungan dan koordinasi antar proses dari perusahaan–perusahaan lain dalam bussiness pipelines, mulai dari supplier sampai kepada pelanggan. Manajemen Logistik; a. Mengutamakan pengelolaan, termasuk arus barang dalam perusahaan. b. Berorientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana tunggal arus barang dan informasi di seluruh perusahaan. Oleh karena itu, manajemen supply chain menurut David Simchi Levi (2000) dapat didefinisikan sebagai berikut : “A set of approaches utilized to efficiently integrated suppliers, manufacturers, warehouse, and stores, so that merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right locations, and the right time, in order to minimize systemwide cost while satisfying servise level requirement”.
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-3
Melihat definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa supply chain adalah logistic network. Dalam hubungan ini ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Suppliers. Manufacturer. Distribution. Retail outlets. Customers.
Suppliers
Customers Customers
Suppliers’
Company
End User
Supplier
Gambar 1. Model Supply Chain B. Bullwhip Effect Informasi yang terdistorsi dari salah satu unsur kepada yang lainnya dapat mengakibatkan ketidakefisienan yang besar, seperti; inventory yang berlebihan/penumpukan di gudang, kelambatan pengadaan barang, layanan pelanggan (costumer service) yang kurang baik, salah menentukan perencanaan kapasitas, penjadwalan produksi yang salah, pendapatan yang terbuang dan transportasi yang tidak efektif. Salah satu permasalahan yang cukup pelik adalah bullwhip effect. Bullwhip effect ini mendistorsi informasi permintaan dari rantai yang bawah (end costumer) ke rantai diatasnya. Biasanya perusahaan itu mendasarkan peramalan produksi, perencanaan kapasitas, pengendalian persediaan, dan penjadwalan produksi terhadap data penjualan dari arah hilir. Akibatnya, terdapat variasi yang besar dari data permintaan ini. Seperti sering terjadi, reseller sering melebih-lebihkan order permintaan kepada pemasok, dan pemasok juga berproduksi dalam jumlah yang dilebih-lebihkan untuk menghindari lonjakan permintaan. Apabila dalam suatu periode produk tersebut tidak mencapai target penjualannya, maka pemasoklah yang akan menjadi korban dari hal ini, seperti membengkaknya inventory. Istilah bullwhip effect pertama kali digunakan oleh eksekutif Protec & gambler (P & G) ketika mengalami keragaman permintaan yang meningkat untuk produk popoknya “Pampers“. Bullwhip effect diidentifikasikan sebagai peningkatan variabilitas permintaan yang beragam disetiap tahap supply chain. Bullwhip effect sangat penting pada manufactur, distributor dan retailer karena : 1. Kebutuhan setiap fasilitas untuk meningkatkan safety stock pada pemesanan untuk memberikan service level. 2. Peningkatan biaya menjadi penting apabila terlalu banyak menyimpan barang. 3. Tidak efisiensinya penggunaan sumber daya, tenaga kerja, dan transportasi. _____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-4
Metode Perhitungan Pengesetan periode review didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Tidak ada perubahan harga LPG dari PT. Pertamina 2. Dealer dapat menampung botol dalam jumlah yang besar atau tak hingga. 3. Mesin pengisian gas (filling machine) dalam keadaan standar (normal). 4. Tidak ada goncangan dari luar (ekonomi, perubahan kebijakan pemerintah, sistem transportasi dan sebagainya). 5. Data Permintaan kebutuhan konsumen berdistribusi normal. Tahapan penghitungan untuk mencari total cost yang paling menguntungkan berdasarkan periode review adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis data kebutuhan permintaan dari retailer, dimana permintaan dari retailer merupakan permintaan aktual dari konsumen yang sering tidak dapat dipenuhi dengan tepat. 2. Kemudian mengubah data aktual permintaan kebutuhan konsumen menjadi data permintaan peramalan konsumen yang akan datang (dalam hal ini peramalan 6 bulan kedepan). 3. Menentukan besarnya biaya simpan. 4. Menghitung biaya kekurangan persediaan. 5. Menghitung Data keluar yang menunjukkan waktu set-T, jumlah kebutuhan yang dibutuhkan, dan biaya yang dibutuhkan, sehingga diperoleh total biaya yang minimal. Adapun perhitunganya menggunkan rumus berikut: Menghitung Maksimum level inventory (R*) Level inventory terdapat dalam daerah
R
g ( x,1 T )dx hT
sehingga R* :
0
R* ………………………………………………………… z hT …..(1) Menghitung rata-rata kehabisan persediaan
S ( R, T ) ( X R ) g ( X ,1 T )dx ( z ) ( R )(1 ( z )) ……………… R
…...(2) Menghitung biaya total TC = VA S ( R, T ) h R Dl 1 DT S ( R, T ) ……………………………(3) 2 T T Contoh perhitungan : PT. Bhakti Bunga Ananda merupakan perusahaan Mitra Produksi LPG PT. Pertamina dengan produknya yaitu gas LPG untuk keperluan rumah tangga. Jumlah permintaan gas LPG kemasan 12 kg dari beberapa dealer dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 1. Data permintaan kebutuhan gas LPG di PT. Bhakti Bunga Ananda
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-5
Tabel 1. Permintaan kebutuhan LPG di PT. Bhakti Bunga Ananda Tahun 2004 Nama Dealer PT. Karya Pelita Abadi PT. Restu Agung PT. Sido Rahayu PT. Dian Paramitha Utama PT. Laras Gunita PT. Aji Setya Permana PT. Wina Wira Usaha Jaya
Data permintaan bulan (dalam botol) Januari Februari Maret April Mei 31413 31117 31469 32914 32650 11250 11900 11100 32814 11400 17312 19996 18780 20340 21810 12986 14876 14835 14374 14113 22375 22400 22175 23100 20700 6075 7725 5400 5075 6225 5884 6518 5850 6514 8600
Juni 35113 12650 22374 14622 19525 5025 10500
Sumber : Data primer PT. Bhakti Bunga Ananda, 2004 2.
Berdasarkan data yang diperoleh berupa data permintaan selanjutnya dilakukan peramalan guna memperkirakan kebutuhan untuk periode mendatang. Adapun hasil peramalan permintaan kebutuhan LPG untuk 6 bulan berikutnya yaitu: Tabel 2. Hasil peramalan permintaan LPG di PT. Bhakti Bunga Ananda Nama Dealer
Peramalan permintaan bulan (dalam botol) Agustus September Oktober November
Juli
PT. Karya Pelita Abadi PT. Restu Agung PT. Sido Rahayu PT. Dian Paramitha Utama PT. Laras Gunita PT. Aji Setya Permana PT. Wina Wira Usaha Jaya
3.
Desember
34900,4
35601,66
36302,91
37004,17
37705,43
38406,69
13668,04 22374 14015,35
13668,04 22374 14015,35
13668,04 22374 14015,35
13668,04 22374 14015,35
13668,04 22374 14015,35
13668,04 22374 14015,35
20881,64 6045,672
20735,7 6045,672
20589,75 6045,672
20443,81 6045,672
20297,86 6045,672
20151,92 6045,672
10500
10500
10500
10500
10500
10500
Perusahaan menetapkan biaya simpan dari harga pokok minyak gas elpiji perbotolnya. Harga minyak gas elpiji Rp. 34.500,00/botol, sehingga biaya simpan yaitu : a. Perawatan botol b. Perawatan gudang c. Tenaga kerja
= 0,5 % = 0,125 % = 1 % + 1,625 %
Biaya simpan/botol
Jadi biaya simpan per botol
= 1,625 % x Rp. 34.500,= Rp. 560,625 = Rp. 560,625
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-6
4.
Perusahaan menentukan bahwa biaya kekurangan persediaan adalah sebesar 1% dari harga jual perbotol sebagai diskon untuk keterlambatan pengiriman. Dengan demikian berarti biaya kekurangan persediaan adalah sebesar : = 1% x Rp. 34.500,00 = Rp. 345,00 Data biaya-biaya inventori dealer dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Biaya-biaya pada dealer yang mengambil gas LPG di PT. Bhakti Bunga Ananda Nama Dealer
Persen dari HPP(%)
PT. Karya Pelita Abadi PT. Restu Agung PT. Sido Rahayu PT. Dian Paramitha Utama PT. Laras Gunita PT. Aji Setya Permana PT. Wina Wira Usaha Jaya
24,5 24 25 24 24,5 23,5 23
Biaya Pemesanan (Rp/Pemesanan) Rp 8625,00 Rp 8280,00 Rp 8452,50 Rp 8280,00 Rp 8452,50 Rp 8107,50 Rp 7935,00
Sumber : Data primer PT. Bhakti Bunga Ananda, 2004 5.
Perhitungan Biaya Total Persediaan dengan Dasar Periode review (P) Perhitungan nilai P diambil dari dealer PT. Karya Pelita Abadi, kemudian perhitungan ini dilakukan sampai 7 dealer yang berada di wilayah yogyakarta. Pencarian total biaya yang optimal dilakukan secara iteratif, dengan melakukan setting awal nilai T dan menghitung nilai R dan nilai T yang telah di setting. Dengan menggunakan rumus 1 sampai dengan 3. Sebagai contoh hasil perhitungan total persediaan di PT. Karya Pelita Abadi adalah sebagai berikut :
Dealer PT. Karya Pelita Abadi 1. rata-rata demand (D ) = 2. Harga beli (p) = 3. Biaya pesan (A) = 4. Biaya Simpan (h) = 5. Biaya kekurangan (π) = 6. Lead time (LT) =
StdDeviasi
36653,543 botol Rp.34.500,00/botol Rp.8462,50/pesan Rp.560,625/botol Rp. 345,00/botol 3 hari
N N N X i2 X i i 1 i 1 N N 1
2
6(6327618884) (37898744000) 6(6 1)
66969304 = 1494,091 30 Var = (Std Dev)2 = 2232307,916
Misalkan untuk Set T1 = 1 hari => 1/30 bulan = 0,033 bulan
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-7
R
345
g ( x,1 T )dx hT 345 560,625 (0,033) 0,4941 0
karena T1 = 1 hari ; maka : Ekspekktasi permintaan saat 1 + T Variasi permintaan saat 1 + T
= 366653,543 (0,1+0,033) = 4874,921 = 2232307,916 (0,1+0,033) = 296896,952
R* Sehingga z (0,4941) R * 4874,921 1,63 296896,952
R* 5763,081 Rata-rata kehabisan persediaan adalah:
S ( R, T ) ( X R ) g ( X ,1 T )dx ( z ) ( R )(1 ( z )) R
dimana :
1 x eks (1 / 2(1,63) 2 ) 2 1 = x (0,264) 0,105 2,506
( z ) (1,63) =
S (5763,081:0,033) = (544,882) (1,63) – [5763,081 – 4874,921)(1- (1,63))] = (544,882)(0,105) – [(888,160)(1-0,4941)] = 12,005 TC =
VA S ( R, T ) h R Dl 1 DT S ( R, T ) 2 T T
= 8625 345(12,005) 560,625 5763,081 3665,354 (1 2)(36653,543)(0,033) (12,005) 0,033 0,033 = Rp 261.363,636 + Rp 830.251,169 + Rp 125.506,818 = Rp 1.217.121,618
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-8
Tabel 4. Perhitungan Sistem P untuk Dealer PT. Karya Pelita Abadi Set T1 (Hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai R (Botol) 5763 6931 8052 9204 10359 11553 12714 13876 15077 16245 17407 18611 19765 20936 22143 23297 24472 25670 26893 28142 30526 30682 31937 33239 34198 35584 37012 38243 39520 40804
Total Biaya (Rupiah) 1.217.121,618 1.329.495,881 1.655.362,572 1.943.808,263 2.243.257,392 2.552.345,927 2.853.648,560 3.154.649,639 3.465.004,833 3.739.563,213 4.162.432,446 4.389.669,134 4.675.290,535 4.973.116,065 5.289.655,543 5.582.845,841 5.887.091,736 6.193.113,930 6.523.952,278 6.841.571,260 7.886.104,391 7.589.692,217 7.941.959,974 8.316.485,320 8.594.804,433 8.929.009,695 9.392.864,865 9.823.083,035 10.932.808,440 10.478.395,180
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-9
Dari hasil perhitungan total biaya yang minimal pada setiap dealer dapat dilihat pada table 5. berikut ini : Tabel 5. Hasil Perhitungan Sistem Periode Review Nilai R No. Nama dealer T (hari) Total Biaya (Rupiah) (botol) 1 PT. Karya Pelita Abadi 1 5763 1.217.121,618 2 PT. Restu Agung 2 5874 3.479.053,994 3 PT. Sido Rahayu 1 3208 1.146.697,243 PT. Dian Paramitha 4 1 1766 635.995,198 Utama 5 PT. Laras Gunita 1 2739 929.521,220 6 PT. Aji Setya Permana 2 1020 557.876,025 PT. Wina Wira Usaha 7 1 1483 888.076,057 Jaya Transformasi Bullwhip Effect dalam Dasar Periode Tetap dengan Pengurangan Keragaman Selanjutnya, dilakukan pengurangan keragaman dengan cara mengambil batasan range dari nilai set T = 1 hari sampai dengan set T = 2 hari pada setiap masing–masing dealer dengan kriteria nilai total biaya dari ketujuh dealer. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Pengurangan Keragaman Pada Set T = 1 hari No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama dealer
T (hari) 1 1 1 1 1 1 1
PT. Karya Pelita Abadi PT. Restu Agung PT. Sido Rahayu PT. Dian Paramitha Utama PT. Laras Gunita PT. Aji Setya Permana PT. Wina Wira Usaha Jaya
Nilai R (botol) 5763 5790 3208 1766 2739 831 1483
Total
Total Biaya (Rupiah) 1.217.121,618 3.494.317,588 1.146.697,243 635.995,198 929.521,220 611.797,559 888.076,057 8.923.526,483
Tabel 7. Hasil Pengurangan Keragaman Set T = 2 hari No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama dealer
PT. Karya Pelita Abadi PT. Restu Agung PT. Sido Rahayu PT. Dian Paramitha Utama PT. Laras Gunita PT. Aji Setya Permana PT. Wina Wira Usaha Jaya
T (hari) 2 2 2 2 2 2 2 Total
Nilai R (botol) 6931 5874 3872 2202 3365 1020 1811
Total Biaya (Rupiah) 1.329.495,881 3.479.053,994 1.224.848,133 641.205,931 991.521,818 557.876,025 897.115,194 9.121.116,976
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-10
Dari pengurangan keragaman tersebut, diperoleh hasil nilai total biaya yang terkecil pada set T = 1 hari dengan total biaya persediaan ketujuh dealer sebesar Rp 8.923.526,483 per 6 bulan. Perbandingan Bullwhip Effect Pada Kondisi Awal Dengan Kondisi Usulan Setelah dilakukan perhitungan periode review, maka akan dibandingkan metode usulan dengan kondisi awal bullwhip effect yang terjadi di perusahaan. Perbandingannya dapat dilihat sebagai berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 8. Perbandingan Kondisi Awal Dengan Kondisi Usulan Nama dealer Kondisi Awal (T Kondisi Usulan (T hari) hari) PT. Karya Pelita Abadi 2 1 PT. Restu Agung 2 1 PT. Sido Rahayu 3 1 PT. Dian Paramitha Utama 2 1 PT. Laras Gunita 2 1 PT. Aji Setya Permana 1 1 PT. Wina Wira Usaha Jaya 1 1
Dari kondisi perbandingan tersebut, dapat dijelaskan bahwa dengan metode usulan yang dilakukan dapat menyeragamkan nilai periode review sehingga bullwhip effect yang terjadi berkurang/mengecil. Kondisi perbandingan tersebut dapat dilihat dalam gambar 1. dan gambar 2. sebagai berikut :
R
B(x) B1 2
B2 2
B3
B4
B5
3 2 2 Gambar 2. Kondisi Awal
B6
B7 1
1
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-11
R
B(x) 1
B1
Gambar 3. Kondisi Usulan Dengan kedua gambar diatas, aliran barang pada kondisi awal mengalami permintaan produk yang beragam sehingga bullwhip effect {B(x)} yang terjadi beragam dan jika dikumulatifkan terjadi penghematan biaya dari kondisi awal ke kondisi usulan, yaitu pada kondisi awal nilai bullwhip effect (B1 + B2 + B3 + B4 + B5 + B6 + B7) apabila dikumulatifkan biaya pada periode review akan membesar. Sedangkan pada kondisi usulan bullwhip effect dikurangi dengan cara pengurangan keragaman sehingga biaya kumulatif bullwhip effect (B1) pada periode tetap menjadi lebih kecil, dimana menghasilkan periode review seragam yaitu 1 hari. Kesimpulan Transformasi bullwhip effect ke dalam dasar periode tetap dengan pengurangan keragaman merupakan model usulan yang dapat mengurangi masalah bullwhip effect dalam setiap rantai supply dan layak diterapkan di PT. Bhakti Bunga Ananda. Dengan metode pengurangan keragaman yang merupakan model usulan dengan tujuan untuk memperoleh periode review yang seragam agar dapat mengurangi bullwhip effect pada setiap channel rantai pasok dan meminimasi biaya, dapat memberikan kemudahan perusahaan untuk berproduksi dengan jumlah yang tepat sesuai permintaan pasar.
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
B-19-12
Daftar Pustaka Indrajit, R, Eko, 2002, Strategi Mengelola Menejemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern Di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Chopra, Sunil, 2001, Strategy, Planning, and Operation, Prentice-Hall, New Jersey. Bowersox, J, Donald, 1996, The Integrated Supply Chain Process, The McGraw-Hill, New Jersey. Krajewski, J, Lee, 1996, Operation Management Strategy and Analysis, Wesley Publishing Company, New Jersey. Yamit, Zulian, 1999, Manajemen Persediaan, Ekonisia FE UII, Yogyakarta. Hantoro, Sirod, 1993, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi, UPP IKIP, Yogyakarta. Dimyati, Thuju, Tarliah, 1992, Operation Research Model – Model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru, Bandung. Gasper, Vincent,1998, Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Markidarkis, 1992, Metode dan Aplikasi Peramalan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
_____________________________________________________________________________ Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I ISBN : 979-99302-0-0 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember