ANALISIS KOMUNIKASI PARTISIPASI PADA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERBAIKAN GIZI (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)
ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya tulis yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2012
Ali Alamsyah Kusumadinata NIM I352080021
ABSTRACT ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA. ANALYSIS OF PARTICIPATORY COMMUNICATION IN COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH PROGRAM NUTRITION INTERVENTION (Case Study at Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Palembang City). Under the supervision of SARWITITI SARWOPRASODJO and NINUK PURNANINGSIH.
Nutrition intervention through community empowerment program aims to empower improve people's nutrition. this research was done in the district of Pulokerto, Palembang city. The aims of this research were (1) to analyze the meaning of the personal factor in nutrition improvement program, (2) to analyze the group dynamics that occur in nutrition improvement program, (3) to analyze the participatory communication that takes place in the nutrition program. This research was conducted with qualitative methods used the instrumental case study approach. Data was collected by interviewing the participant involved, participating observation and documentation. The results showed that (1) the influence of personal factors in the empowerment program to improve nutrition and motivational factors, affected the perception of community involvement in the program. (2) Factors affecting the dynamics of group empowerment program of activities to improve nutrition, looked at cohesion, leadership and role within the group. (3) The communication mode of participation that occur using monologues and dialogues in the success of nutrition improvement program on community empowerment. Keywords: participatory communication, dynamic group, personal factors
RINGKASAN ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA. Analisis Komunikasi Partisipasi Pada Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang). Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO dan NINUK PURNANINGSIH. Pembangunan manusia adalah suatu proses menuju perubahan kearah yang lebih baik dimana hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati standar hidup yang layak. Pembangunan Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara yang didasarkan dari hasil riset United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011. Hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu harapan hidup, kesehatan, pengetahuan dan standar hidup atau pendapatan perkapita. Oleh karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan fokus dari sebuah pembangunan. Program Nutrition Intervention Through Community Empowerment (NICE) yang berlatar belakang kesehatan keluarga dimana program tersebut dianggarkan dari kerja sama Asian Develompment Bank dengan pemerintah dalam bentuk atau proyek program perbaikan gizi yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Prinsip dari program NICE adalah akses, keterbukaan, partisipasi dan kelembagaan. Program tersebut menggunakan konsep komunikasi yang berbasis partisipasi dalam menggerakkan program. Program yang berjalan selama ini menggunakan konsep yang sama namun setelah pelaksanaan program mengalami ketimpangan dengan penggunaan komunikasi yang tidak merata sebagaimana prinsip dari komunikasi partisipasi adanya keselarasan dalam program. Keberhasilan program pembangunan dalam program pembangunan yang berbasis pemberdayaan dari sejumlah penelitian terdahulu tidak terlepas dari pelaksana program di lapangan baik oleh karakteristik personal maupun dinamika kelompok dari pelaksanaan program dalam menggerakkan program. Oleh karena itu, penelitian ini untuk melihat pemaknaan dari sebuah program pembangunan, dinamika kelompok yang terjadi di lapangan serta komunikasi partisipasi yang terjadi dalam proses interaksi pada sebuah program yang berbasis pemberdayaan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti menggali informasi dengan langsung berinteraksi dalam kegiatan program. Data yang digunakan adalah pertama data primer yang merupakan data langsung dari informan. Kedua data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait, media massa dan artikel ilmiah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan berperan serta terbatas serta dokumentasi. Data diolah dengan menggunakan teknik model interkatif Huberman. Data diperoleh dan dikelompokkan dalam kategori serta direduksi ataupun diverivikasi lalu disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor personal kelompok dalam Proses komunikasi perlu diperhatikan dalam memulai sebuah komunikasi program pembangunan. Proses komunikasi tercipta oleh adanya pemaknaan yang sama dengan memberikan pendekatan dan arahan yang jelas terhadap suatu program. Komunikasi yang dibangun dalam program tersebut dapat menciptakan
komunikasi yang kongruen dan konvergen. Informasi yang diperoleh dari informan menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi yang sama terhadap program dapat membangun sebuah komunikasi partisipiasi dalam program pembangunan. Persepsi dan motivasi ini dibangun oleh interaksi yang berulang dalam peristiwa yang berbeda dalam konteks program pembangunan. Peristiwa komunikasi pembangunan tersebut dalam bentuk pelaksanaan program baik pada tahap perencanaan berupa pembentukan kelompok, pelaksanaan berupa rapat kerja kelompok dan pelaksanaan rencana kelompok, monitoring dan evaluasi pada saat sosialisasi hasil kerja kelompok. Faktor personal yang dibangun masing-masing informan berbeda-beda pengertian namun memiliki satuan pemaknaan yang sama dalam menjalankan program. Faktor dinamika kelompok yang terjadi dalam program pemberdayaan mempengaruhi peristiwa komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan gizi masyarakat. Faktor dinamika kelompok yang dimaksud adalah proses pelaksanaan kegiatan program yang diukur dari kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang dilakukan dalam kelompok progran. Program yang dijalankan sesuai dengan tupoksi yang diharapkan meskipun hasil yang dicapai belum mampu memberdayakan masyarakat secara langsung. Proses pemberdayaan membutuhkan waktu yang panjang dan tidak dapat dilakukan dengan instan. Komunikasi partisipasi yang terjadi adalah komunikasi yang berbasis program. Komunikasi ini berbentuk komunikasi yang terdiri dari dialog dan gabungan monolog dan dialog. Komunikasi yang monolog dan dialog terjadi dalam peristiwa komunikasi pada tahap pembentukan kelompok, rapat kerja dalam kelompok, sosialisasi hasil kegiatan kelompok. Kegiatan komunikasi yang dialog pada pelaksanaan bersifat fungsional dimana menjalankan fungsi yang telah direncanakan bersama. Komunikasi monolog dan dialog pada tahap pembentukan kelompok bersifat informatif dan interaktif. Tahapan rapat kerja kelompok menggunakan komunikasi yang bersifat informatif dan konsultatif. Berbeda dengan tahapan sosialisasi kerja kelompok bersifat interaktif dan konsultatif. Perbedaan ini didasarkan oleh peristiwa yang terjadi dalam interaksi kelompok. Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah perlunya diperhatikan dalam setiap peristiwa komunikasi program yang terjadi dalam program perbaikan gizi yaitu karakteristik personal seseorang dalam membangun komunikasi yang konvergen sehingga minat yang dimunculkan sesuai dengan arahan pembangunan yang dilakukan dan perlunya mengefektifkan dinamika kelompok diantara anggota sehingga komunikasi yang dilakukan tepat sasaran dengan mengembangkan komunikasi yang multitrack agar komunikasi jelas dan memiliki kesenangan yang sama. Kata Kunci : Komunikasi partisipasi, karakteristik personal, dinamika kelompok
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-undang : 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS KOMUNIKASI PARTISIPASI PADA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERBAIKAN GIZI (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang)
ALI ALAMSYAH KUSUMADINATA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Judul Tesis
Nama
: Analisis Komunikasi Partisipasi Pada Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Perbaikan Gizi (Studi Kasus Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Kota Palembang) : Ali Alamsyah Kusumadinata
NRP
: I352080021
Program Studi
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Ketua
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si Anggota
Diketahui
Koordinator Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Tanggal Ujian : 6 Juni 2012
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya sesuai dengan harapan dan keinginan penulis. Selesainya karya ilmiah ini tak terlepas dari bimbingan, perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada : 1.
2. 3. 4. 5.
6.
7.
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS selaku ketua komisi pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan serta petunjuk kepada penulis yang bersifat membangun. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku pembimbing ke II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan serta dukungan dalam penelitian ini. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku ketua program studi komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan yang memberikan dukungan. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku penguji luar komisi yang memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Pemerintah Kecamatan Gandus, Dinas Kesehatan Kota Palembang, Kelurahan Pulokerto, Puskesmas Gandus dan Masyarakat Gandus yang telah bersedia membantu proses kelancaran serta dijadikan obyek penelitian. Kupersembahkan kepada kedua orang tuaku (Abdul Hamid dan Tri Ratna), adikku (Muhamad Yusuf) dan istriku (Astrid Sri Wahyuni Sumah) selalu memberikan inspirasi dan motivasi serta kasih sayang kepada penulis. Seluruh teman di Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis, saya ucapkan terima kasih semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Amin.
Bogor,
Juli 2012
Ali Alamsyah Kusumadinata
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tembilahan, Riau pada tanggal 03 November 1984 dari Ayah Abdul Hamid dan Ibu Tri Ratna. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Bina Warga I Palembang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya dan menamatkannya pada tahun 2007. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi ke Program Pascasarjana IPB pada mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) dengan sumber pendanaan sendiri. Penulis menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) pada tahun 2012. Penulis pernah aktif di beberapa kegiatan organisasi KAHMI cabang Palembang, Ikatan Alumni UNSRI serta Organisasi Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Himmpas IPB), Forum Mahasiswa Pascasarjana (WACANA) IPB Bogor, Dewan Perwakilan Mahasiswa Pascasarjana (DEMA).
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xix
PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... Rumusan Masalah ..................................................................................... Tujuan Penelitian ....................................................................................... Manfaat Penelitian .....................................................................................
1 3 4 4
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pembangunan ........................................................................ Komunikasi Partisipasi .............................................................................. Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat ......................... Komunikasi Kelompok ............................................................................. Faktor Karakteristik Personal Kelompok .................................................. Persepsi .............................................................................................. Motivasi .............................................................................................. Faktor Dinamika dalam Kelompok ........................................................... Kekompakan ...................................................................................... Kepemimpinan ................................................................................... Peranan ............................................................................................... Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perbaikan Gizi ................... Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi ..................................... Organisasi Pelaksana Program Perbaikan Gizi .................................. Kegiatan Komunikasi Program Perbaikan Gizi ................................. Mekanisme Kegiatan Program Perbaikan Gizi .................................. State of the Arts Hasil Penelitian ........................................................
5 9 14 15 18 18 19 21 21 22 22 23 23 24 26 26 27
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran .................................................................................. Definisi Konseptual ................................................................................... Hipotesis Pengarah ....................................................................................
31 33 35
METODE PENELITIAN Desain Penelitian ....................................................................................... Tempat dan Waktu Kajian ......................................................................... Jenis Teknik Pengumpulan Data ............................................................... Sumber Data dan Validitas Data ............................................................... Pengolahan dan Analisis data ....................................................................
37 39 39 41 43
Halaman HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Objek Penelitian ......................................................................... Letak Geografis dan Administrasi ........................................................ Keadaan Demografis ............................................................................ Aktivitas Keagamaan, Pendidikan dan Kesehatan................................ Perhubungan dan Komunikasi .............................................................. Program Perbaikan Gizi dalam KGM Pulokerto.......................................... Tujuan Program Perbaikan Gizi ........................................................... Organisasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi ................................. Sasaran Penerima Program Perbaikan Gizi .......................................... Strategi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi ..................................... Deskripsi Peristiwa Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat ........................................................................................... Pertemuan Pembentukan Kelompok Kerja .......................................... Pertemuan Rapat Kerja Kelompok ....................................................... Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat ............................ Sosialisasi Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat ................................ Setting Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat ................................................................................................... Faktor Personal Partisipan dalam Pemaknaan Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat .......................................................................... Informan An, Anggota KGM dan Kader Posyandu ............................. Informan Hd, Ketua Pokja PKK dan Sekretaris KGM ......................... Informan Zr, Petugas Penyuluh Kesehatan dan DTT Program NICE Informan Md, Tokoh Masyarakat dan Bendahara NICE-KGM Pulokerto ............................................................................................... Informan Ad, Fasilitator Masyarakat Program NICE Kecamatan Gandus .................................................................................................. Ikhtisar .................................................................................................. Faktor Dinamika Kelompok dalam Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat ........................................................................................... Kekompakan dalam Kelompok ............................................................ Kepemimpinan dalam Kelompok ......................................................... Peranan dalam Kelompok ..................................................................... Ikhtisar .................................................................................................. Analisis Komunikasi Partisipasi pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat ................................................................................................... Pembentukan Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi .................... Rapat Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ....................... Pelaksanaan Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi ............ Sosialisasi Kegiatan Kelompok dalam Program Gizi Masyarakat ...... Ikhtisar .................................................................................................. Implikasi Teoritis: Komunikasi Personal dan Dinamika Kelompok dalam Upaya Membangun Komunikasi Partisipasi dalam Pembangunan ............
45 45 46 48 49 51 51 52 52 52 55 55 63 69 71 76 79 80 82 85 88 90 93 96 96 101 103 106 112 112 115 118 199 120 124
Halaman KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................. Saran ............................................................................................................
127 128
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
129
LAMPIRAN ....................................................................................................
133
DAFTAR TABEL Halaman 1 Konsep pendekatan komunikasi pembangunan.............................................
8
2 State of the arts penelitian komunikasi partisipasi .......................................
27
3 Teknik pengumpulan data dalam satuan peristiwa .......................................
41
4
Sumber data informan penelitian .................................................................
42
4
Orbitasi jarak dan waktu tempuh di Kelurahan Pulokerto ...........................
46
5
Persentase tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pulokerto ...............
47
6
Rangkaian kegiatan komunikasi pada program pemberdayaan perbaikan gizi ...............................................................................................................
75
7
Pemaknaan faktor personal yang melekat pada An .....................................
82
8
Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Hd .....................................
85
9
Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Zr ......................................
88
10 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Md .....................................
90
11 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Ad .....................................
92
12 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada informan ...........................
94
13 Tanggapan informan terhadap peristiwa dinamika kelompok pada program pemberdayan perbaikan gizi masyarakat ......................................
108
14 Pendekatan komunikasi partisipasi dalam peritistiwa program perbaikan gizi masyarakat ...........................................................................................
126
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian........................................................................
33
2 Proses analisis data..........................................................................................
44
3 Siklus kegiatan program perbaikan gizi..........................................................
54
4 Setting rapat di Kelurahan Pulokerto ..............................................................
76
5 Setting rapat di kediaman rumah ....................................................................
77
6 Setting rapat di Puskesmas Gandus ................................................................
78
7 Hubungan komunikasi partisipasi (monolog dan dialog) terhadap faktor personal dan dinamika kelompok ..................................................................
122
8 Hubungan komunikasi partisipasi (dialog) terhadap faktor yang mempengaruhi pada KGM Pulokerto ...........................................................
123
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Kelurahan Pulokerto Kota Palembang ........................
135
2 Daftar panduan pertanyaan penelitian ............................................................
137
3 Dokumentasi pertemuan..................................................................................
141
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan manusia adalah suatu proses menuju perubahan kearah yang lebih baik dimana hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati standar hidup yang layak. Pembangunan Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara yang didasarkan dari hasil riset United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011. Hal ini dipengaruhi tiga faktor, yaitu harapan hidup, kesehatan, pengetahuan dan standar hidup atau pendapatan perkapita. Oleh karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan fokus dari sebuah pembangunan. Peranan komunikasi dalam pembangunan merupakan sebuah syarat majunya sebuah bangsa. Tanpa sebuah komunikasi dalam sebuah program pembangunan tidak memiliki arti dalam berbangsa. Arti sebuah komunikasi dalam pembangunan merupakan sebuah perubahan baru bagi pembangunan di Indonesia. Program-program yang berbasis masyarakat lebih dikedepankan dengan lahirnya beberapa program yang berbasis partisipatif. Pentingnya sebuah program yang berbasis partisipatif merupakan salah satu fungsi dari komunikasi partisipasi. Oleh karena itu, komunikasi partisipasi yang merupakan bentuk antitesa dari komunikasi bersifat top down. Komunikasi partisipasi merupakan bentuk strategi program pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam pembangunan. Masyarakat diajak dalam memahami permasalahan yang terjadi dan melibatkan dalam perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan baik berupa monitoring dan evaluasi juga menjadi bagian penting pembangunan. Sejumlah kasus yang telah bergulir dari program pembangunan menggunakan strategi komunikasi partisipasi dalam menggerakkan pembangunan tersebut. Salah satunya adalah Program Kelompok Gizi Masyarakat yang merupakan program yang dikelola oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat luar negeri dalam upaya memperbaiki gizi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Program perbaikan gizi tersebut dikelola secara partisipasi oleh masyarakat sehingga mampu berperan aktif dalam setiap program kegiatan yang
2
memfokuskan pada bidang perbaikan gizi keluarga dan masyarakat dengan pendekatan kelompok dan massa. Program serupa yang berbasis masyarakat telah banyak menghiasi kegiatan pembangunan salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Muchlis (2009) menemukan bahwa program PNPM yang berbasis masyarakat masih terkooptasi oleh kepentingan pemerintah. Hal ini didukung oleh Zainuri (2005) menyatakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sekarang berganti nama dengan PNPM belum berhasil memberdayakan keluarga miskin. Selain itu, Muchtar (2007) menyatakan bahwa tidak terjadi sebuah proses pemberdayaan dalam implementasi P2KP yang saat ini berubah nama menjadi PNPM. Akan tetapi sebaliknya, Solihin (2005) mengungkapkan bahwa keberhasilan dari program P2KP di Kota Depok memiliki temuan berbeda, terdapat
peningkatan
pada
aspek
ekonomi
sebesar
60%
penambahan
kesejahteraan, terciptanya interaksi antar kelompok dan fasilitator yang harmonis serta peningkatan sarana dan prasarana. Program pemberdayaan yang berbasis kelompok merupakan strategi program pembangunan sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi sebuah solusi bersama menghadapi masalah yang dirasakan. Pendekatan kelompok dan personal dengan menggunakan isu komunikasi partisipasi dalam sebuah pemberdayaan tidak hanya dilakukan pada program besar namun, pada program yang beraspek kecil menggunakan pendekatan kelompok. Strategi komunikasi yang digunakan dikenal dengan komunikasi partisipasi. Komunikasi partisipasi merupakan komunikasi yang terjadi antar pemegang kekuasaan dan penerima kekuasaan duduk bersama secara bersama dengan prinsip saling keterbukaan dan kemerdekaan dalam setiap otonom individu, sehingga tercipta partisipasi yang diharapkan dari sebuah komunikasi. Komunikasi partisipasi merupakan proses penyampaian pesan melalui kebebasan berbicara dalam setiap otonom individu. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan pentingnya
komunikasi
partisipasi
dalam setiap program.
Mulyasari (2009) berpendapat bahwa komunikasi partisipasi memiliki hubungan terhadap kepuasan dan partisipasi masyarakat dalam keberhasilan pelaksanaan program. Yusron (2011) menunjukkan bahwa komunikasi partisipasi melibatkan
3
masyarakat secara lokal sehingga pemahaman dan kemampuan masyarakat terhadap program menjadi faktor yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan sebuah program. Adapun Saputra (2011) menambahkan bahwa perilaku komunikasi partisipasi sangat ditentukan oleh karakteristik pelaku serta peran pelaku di dalam sebuah penyampaian program pembangunan. Program Nutrition Intervention Through Community Empowerment (NICE) yang berlatar belakang kesehatan keluarga dimana program tersebut dianggarkan dari kerja sama Asian Develompment Bank dengan pemerintah dalam bentuk atau proyek program perbaikan gizi yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Prinsip dari program NICE adalah akses, keterbukaan, partisipasi dan kelembagaan. Sehingga program tersebut menggunakan konsep komunikasi yang berbasis partisipasi dalam menggerakkan program.
Banyak program yang berjalan
menggunakan konsep yang sama namun setelah pelaksanaan program mengalami ketimpangan dengan penggunaan komunikasi yang tidak merata sebagaimana prinsip dari komunikasi partisipasi adanya keselarasan dalam program. Keberhasilan program pembangunan dalam program pembangunan yang berbasis pemberdayaan dari sejumlah penelitian terdahulu tidak terlepas dari pelaksana program di lapangan baik oleh karakteristik personal maupun dinamika kelompok dari pelaksanaan program dalam menggerakkan program. Oleh karena itu, Penulis tertarik melakukan kajian untuk melihat pemaknaan dari sebuah program pembangunan, dinamika kelompok yang terjadi di lapangan serta komunikasi partisipasi yang terjadi dalam proses interaksi pada sebuah program yang berbasis pemberdayaan. Rumusan Masalah Komunikasi pemberdayaan.
partisipasi
Keterlibatan
adalah
bagian
masyarakat
dalam
dari
strategi
program
komunikasi
adalah
bentuk
pemberdayaan yang partisipatif. Sehingga penelitian ingin melihat program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat yang merupakan basis pemberdayaan secara partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sehingga menarik bagi peneliti untuk melihat faktor yang menjadi pengaruh dalam komunikasi partisipasi itu sendiri. Secara spesifik penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
4
1. Bagaimanakah faktor personal memaknai program perbaikan gizi masyarakat? 2. Bagaimanakah dinamika kelompok yang terjadi dalam program perbaikan gizi? 3. Bagaimanakah proses komunikasi partisipasi yang terjadi di dalam program perbaikan gizi masyarakat? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena
komunikasi
partisipasi
dalam
sebuah
program
pembangunan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis
faktor personal dalam memaknai program perbaikan gizi
masyarakat. 2. Menganalisis dinamika kelompok yang terjadi di dalam program perbaikan gizi masyarakat. 3. Mengkaji proses komunikasi partisipasi yang berlangsung di dalam program perbaikan gizi masyarakat. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu komunikasi dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. 2. Memberikan sumbang saran bagi dunia kepraktisian pada pekerja sosial khususnya Dinas Kesehatan, Lembaga Masyarakat untuk dapat mengambil kebijakan dan menerapkan program pembangunan secara umum, khususnya program pembangunan perdesaan.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pembangunan Komunikasi pembangunan merupakan komunikasi yang bertujuan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan yang manusiawi. Kegiatan komunikasi pembangunan adalah kegiatan yang mendidik dan memotivasi masyarakat. Tujuan komunikasi pembangunan adalah menanamkan gagasan-gagasan, sikap mental dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Aspek komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama antara masyarakat dan pemerintah. Sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian terhadap pembangunan (Ardianto & Harun 2011). Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial yaitu: (1) Menyampaikan informasi tentang pembangunan nasional kepada masyarakat agar dapat memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional; (2) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, serta menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas; (3) Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan yang mendukung proses untuk mengubah hidup masyarakat. Effendy (2001) komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat. Strategi yang ditekankan adalah perlunya sosialisasi pembangunan
6
kepada seluruh para pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara umum melalui berbagai media yang strategis. Jamias FJ (1975) menyatakan bahwa
tujuan dari sebuah komunikasi
pembangunan adalah untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dengan sasaran yang diharapkan adalah sekelompok massa dengan tingkat literasi dan penghasilan rendah dengan atribut sosial ekonomi. Oleh sebab itu, mereka harus berubah dengan adanya keterbukaan informasi dan motivasi untuk menerima serta memanfaatkan ide-ide dan keterampilan yang belum pernah diketahui dalam waktu singkat dibanding proses yang diambil dalam keadaan normal. Agar komunikasi pembangunan lebih berhasil mencapai sasarannya serta menghindari bias pembangunan maka, Rogers (1985) mengungkapkan perlunya sebuah prinsip-prinsip dalam komunikasi pembangunan yaitu: (1) Penggunaan pesan yang dirancang khusus untuk khalayak yang spesifik; (2) Pendekatan ceiling effect yaitu dengan mengkomunikasikan pesan-pesan kepada khalayak yang benar-benar berkepentingan tersebut memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalannya dan dengan demikian dapat mempersempit jarak efek komunikasi bagi khalayak yang tidak dituju; (3) Penggunaan pendekatan dengan melokalisasi penyampaian pesan bagi kepentingan khalayak, Lokalisasi tersebut disesuaikan dengan situasi kesempatan dimana khalayak berada; (4) Pemanfaatan saluran tradisional yaitu berbagai bentuk pertunjukkan rakyat yang sejak lama memang berfungsi sebagai saluran pesan yang akrab dengan masyarakat setempat; (5) Pengenalan para pemimpin opini dikalangan lapisan masyarakat yang berkekurangan
dan
meminta
bantuan
mereka
untuk
membantu
mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan; (6) Mengaktifkan keikutsertaan agen-agen perubahan yang berasal dari kalangan masyarakat sendiri sebagai petugas lembaga pembangunan yang beroperasi dikalangan rekan sejawat mereka sendiri; (7) Menciptakan dan membina cara-cara atau mekanisme bagi keikutsertaan khalayak sebagai pelaku pembangunan sejak dari tahapan perencanaan hingga tahapan evaluasi. Ardianto & Harun (2011) empat strategi dalam komunikasi pembangunan yang sering digunakan dalam pembangunan ialah: (1) Strategi yang berdasarkan media dimana strategi menggunakan media tertentu yang disukai, strategi tersebut
7
adalah teknik yang paling mudah, paling popular karena media digunakan sebagai basis penyampaian pesan; (2) Strategi dengan menggunakan desain instruksional dimana strategi yang biasa digunakan oleh para pendidik dalam memfokuskan pesan pembangunan dengan pembelajaran kepada individu yang dituju lebih kepada pendekatan sistem untuk pengembangan bahan material; (3) Strategi partisipatori adalah strategi yang menggunakan pendekatan kepada kerjasama komunitas dan pertumbuhan pribadi sehingga penekanannya adalah keikut sertaan individu yang sederajat dalam proses berbagai pengetahuan dan keterampilan; (4) Strategi pemasaran merupakan strategi yang sifatnya langsung kepada masyarakat. Tufte T & Paolo (2009) membagi sebuah strategi komunikasi pembangunan dalam tiga konsep dalam pelaksanaannya yaitu: (1) Pendekatan difusi atau monolog, konsep tersebut menekankan pada pemberian informasi kepada masyarakat dengan menggunakan media ataupun katalisator dari masyarakat, sasarannya adalah massa; (2) Pendekatan pelatihan, konsep yang ditekankan pada informasi dan keterampilan hidup dimana model penerapan sistem dengan pelatihan dua arah atau didaktik, Sasaran dari bentuk ini adalah kelompok yang dilatih dengan pesan yang telah disusun berdasarkan kriteria yang hendak dicapai oleh komunikator berdasarkan strategi dan jangka waktu yang telah ditetapkan; (3) Pendekatan partisipasi atau dua arah dimana komunikasi yang dilakukan melibatkan masing-masing pihak yang terkait dengan pendekatan kehidupan sehari-hari dimana rekan kerja merupakan bagaian dari sasaran dalam program pembangunan. Pembagaian strategi komunikasi pembungunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
8
Tabel 1 Konsep pendekatan komunikasi pembangunan Komunikasi Pembangunan
Model Difusi (satu arah/ komunikasi monolog
Definisi masalah
Rendahnya informasi
Aspek budaya Aspek media Aspek pendidikan
Model Diklat
Rendahnya informasi dan keterampilan Budaya sebagai Budaya sebagai penghambat pendukung Diluar Agen Kelompok kerja di pembaharu luar komunitas Pendidikan Bank Keterampilan (Bank Pedagogy) hidup, didaktik
Aspek sasaran
Massa Khalayak Peserta pelatihan yang pasif
Aspek pesan
Pesan bersifat Materi mengajak pengalaman
Aspek hasil
Perubahan perilaku
Dampak
Perubahan perilaku tampak
Jangka Waktu
Pendek
dan
Perubahan perilaku, aturan sosial, keterampilan ahli Perubahan yang perilaku individu termasuk keterampilannya Pendek
Model Partisipatori (dua arah/ komunikasi dialogik) Rendahnya kerja sama antar stakeholder Budaya sebagai satuan hidup Hubungan kerja di dalam dan di luar Media didik (Liberating Pedagogy) Partisipasi Masyarakat/ stakeholder Masalah sosial dan pemecahannya, dialog Individu, perilaku sosial, aturan sosial, hubungan sosial Hubungan kerja sama yang erat dan menimbulkan tidakan bersama Pendek dan panjang
Sumber : Tufte T & Paolo (2009)
Schramm (1964) membagi atas tiga fungsi dari sebuah komunikasi pembangunan yaitu: (1) Sebagai pemberi informasi, media massa merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan pembangunan secara cepat dan luas; (2) Pembuatan keputusan, setiap kelompok-kelompok di masyarakat dapat segera melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan menetapkan keputusan-keputusan yang berkenaan dalam pembangunan; (3) Sebagai pendidik, masyarakat dapat diberikan secara langsung pendidikan yang murah, cepat dan bermutu melalui fungsi komunikasi pembangunan.
9
Mardikanto (1987) menggarisbawahi empat peranan komunikasi dalam proses pembangunan adalah: (1) Menerangkan kepada masyarakat tentang identitas dirinya sendiri; (2) Memberikan aspirasi terhadap anggota masyarakat; (3) Menunjukkan teknik atau alternatif yang dapat dilakukan; (4) Menerangkan tentang alternatif yang dirasakan paling tepat oleh masyarakatnya untuk melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Komunikasi merupakan bagian dari proses perubahan dan pembaharuan masyarakat, pembangunan membutuhkan kontribusi komunikasi, baik bagian dari kegiatan masyarakat maupun sebagai ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Banyak proses pembangunan tidak mencapai sasarannya hanya karena rendahnya frekuensi informasi dan komunikasi kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan tingkat partisipasi yang mamadai. Padahal, partisipasi masyarakat sangat diperlukan bagi usaha pencapaian tujuan pembangunan (Dilla 2007). Komunikasi pembangunan diartikan sebagai sebuah perubahan berencana yang dikehendaki melalui aktor-aktor pembangunan melalui sejumlah rangkaian komunikasi. Perubahan tersebut menyangkut perubahan struktur komunitas dan perubahan kebudayaan. Salah satu penyebab perubahan tersebut adalah karena adanya penemuan baru (inovasi). Inovasi tersebut bisa saja berupa alat dan bisa pula berupa ide baru. Komunikasi pembangunan berperan sebagai fasilitator pembangunan dan mendiseminasikan ke dalam sistem sosial yang lebih luas. Ringkasnya komunikasi pembangunan adalah pembangunan itu sendiri yang menggerakkan kelompok, masyarakat dan negara untuk melakukan sebuah perubahan di masyarakat. Komunikasi Partisipasi Prinsip dari sebuah komunikasi partisipasi adalah keterlibatan masyarakat untuk aktif berdialog dalam sebuah kegiatan program pembangunan yang direncanakan secara bersama dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap menikmati hasil secara bersama. Pertanyaan yang membantu kita untuk memahami sebuah komunikasi partisipasi adalah apakah inti masalah yang terjadi, apakah ada keterlibatan terhadap budaya, apa saja yang mempengaruhi masalah tersebut, apa saja prinsip yang dipahami dan dipercaya oleh masyarakat, siapasajakah stakeholder yang terlibat dan apakah peran masing-masing pihak
10
terkait tersebut, bagaimanakah komunikasi pesan tersebut disampaikan, apa sajakah tujuan program serta bagaimanakah dampak yang dirsakan serta berapa lamakah waktu yang digunakan untuk mencapainya. Setelah memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut dapat membantu mengurutkan permasalahan dan menarik solusi bersama. Hal tersebutlah dikategorikan komunikasi partisipasi. Prinsip dasar dari komunikasi partisipasi adalah dialog, aspirasi (voices), media didik (liberating pedagogy), serta aksi dan refleksi bersama (Tufte T & Paolo 2009) Dialog merupakan sebuah bentuk komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang membahas bersama masalah yang dihadapi. Dialog bersifat membantu dalam sebuah penyelesaian bersama. Proses sebuah dialog melibatkan semua pihak tanpa ada yang terkucilkan. Dialog adalah sebuah bentuk komunikasi yang horizontal dimana melibatkan kelompok dalam sebuah pemecahan masalah yang dihadapi dan berfikir reflektif untuk mengambil tindakan. Bahasan sebuah dialog tidak hanya bersifat tataran informatif namun juga mengidentifikasi masalah, menganalisisnya, serta menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi. Aspirasi (voices) merupakan bentuk dari dukungan suara yang keluar dari aktivitas komunikasi. Aspirasi yang berasal dari kata asingnya voice merupakan bentuk inti dari dialog yang menghubungkan antara pihak-pihak yang saling berkiatan dengan tujuan tersebut. Aspirasi diujarkan melalui pertemuan yang sesuai dengan format kegiatannya. Salah satu bentuk penyaluran aspirasi adalah dialog bersama. Aspirasi atau juga dikenal dengan usulan adalah bentuk pesan yang disampaikan melalui forum bersama sehingga masalah yang terjadi dapat terpecahkan dan dilakukan secara bersama. Media didik (liberating pedagogy) merupakan bentuk cara komunikasi yang dilakukan dalam sebuah dialog untuk membantu seseorang menyalurkan aspirasinya dalam proses dialog. Penulis dalam hal ini mengartikan media didik merupakan bentuk tipe sebuah media yang digunakan dalam proses komunikasi yang melibatkan seseorang baik berasal dari luar ataupun dalam komunitas kelompok tersebut. Pedagogi sendiri merupakan ilmu dan seni dalam mendidik. Umumnya radio atau televisi sering dijadikan media dalam penyampaian aspirasi. Media tersebut hanya sebatas saluran yang memberikan informasi kepada yang
11
belum memiliki informasi. Media didik merupakan tempat dimana partisipan membangun kesepahaman bersama.
Freire membagi empat pilar yaitu love,
humulity, faith dan hope (red; cinta, santun, percaya dan harapan). Hasil dari media tersebut terbentuknya pemahaman bersama dalam satuan aksi nyata. Media didik diartikan sebagai pendidikan yang membebaskan yang merupakan tindakan yang dipahami, bukan pengalihan informasi. media didik sejenis media atau suasana belajar dimana objek yang dapat dipahami terhenti pada satu titik namun menghubungkan dengan pelaku pemahaman yang saling berhadapan. Hubungan komunikasi yang kontinu terjadi dalam suatu objek. Aksi dari sebuah refleksi yang ditampilkan kembali dari aksi merupakan hasil dari kegiatan proses dialog. Partisipasi merupakan bentuk dari peran serta masyarakat langsung dalam memahami kehidupan. Sehingga masyarakat merupakan bagian dari masalah yang mereka ketahui dan pahami serta memberikan solusi. Kata kunci dari adalah adanya kesadaran yang timbul dari proses reflektif sehingga adanya komitmen bersama dalam pelaksanaan aksinya. Sehingga penting bagi seorang pemimpin untuk memahami konstituen terhadap permasalahan yang dihadapi terhadap dinamika dialog untuk menyatukan pandangan dalam satu komitmen bersama. Pelaksanaan program komunikasi partisipasi memiliki fase dalam pelaksanaannya. Fase tersebut terbagi atas empat yaitu: (1) Identifikasi dari sebuah masalah komunikasi partisipasi yang terjadi (participatory communication assessment) merupakan metode dan alat komunikasi yang digunakan untuk meninvestigasi dan merunut kondisi; (2) Desain strategi
komunikasi partisipasi
(participatory communicaton strategy design), hal ini didasarkan pada temuan dari penelitian dan pendefinisian masalah untuk menyelesaikannya masalah yang ada;
(3)
Implementasi
dari
aktivitas
komunikasi
(implementation
of
communication activities) merupakan sebuah eksekusi dari perencanaan yang matang ke dalam tahapan realisasi; (4) Monitoring dan Evaluasi merupakan program yang dipantau secara berkala hingga akhir. Rahim (2004) membagi empat identifikasi program sesuai dengan komunikasi partisipasi yaitu dialog, heteroglasia (keberagaman), poliponi (kebebasan)
serta
karnafal
(kemerdekaan).
Dialog
adalah
komunikasi
12
transaksional dengan pengrim (sender) dan penerima (receiver) pesan saling berinteraksi dalam suatu periode waktu tertentu hingga sampai pada maknamakna yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah mengenal dan menghormati pembicara lain atau suara lain, sebagai subyek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai obyek komunikasi. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara atau untuk didengar dan mengharap bahwa suaranya tidak akan ditekan atau disatukan dengan suara orang lain. Heteroglasia adalah konsep yang menunjukkan fakta bahwa sistem pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain. Perbedaan berikutnya adalah pada level aktivitas pembangunan, baik ditingkat nasional-lokal, makro-mikro, publicprivat, teknis-ideologis maupun informasional-emosional. Terkait dengan berbagai perbedaan tersebut terdapat berbagai macam perbedaan bahasa dan pesan atau komunikasi yang melibatkan berbagai peserta yang berbeda. Poliponi adalah bentuk tertinggi dari suatu dialog, dimana suara-suara yang tidak menyatu atau terpisah dan meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu sama lain dan tidak menutupi satu sama lain sehingga proses ini tercipta dari sebuah proses dialog yang panjang dengan dan otonom. Karnaval merupakan konsep dimana bagi terbangunnya variasi dari semua ritual seperti legenda, komik, festival, permainan, parodi dan hiburan secara bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasa juga diselingi oleh humor dan canda tawa. Anggota komunitas didorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki sangsi resmi dan merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoratif dari negara, agama, politik dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dalam pembangunan secara berdampingan saling mengartikulasikan dan mengisi. Orang-orang hidup dengan karnaval sebelum dan selama mereka hidup dengan pembangunan. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak termediasi, menggunakan kosakata yang umum, fantastik dan berbau pengalaman dari mereka. Tujuan komunikasi partisipasi sendiri lebih kepada memberikan kekuasaan kepada masyarakat untuk membangun wilayahnya. Hal ini diharapkan terjadinya pembangunan yang berorientasi bottom-up dimana masyarakat didorong untuk
13
berpartisipasi dalam aktivitas sebuah program pembangunan. Masyarakat sering sekali ditekan hanya untuk dijadikan sebagai objek sebuah pembangunan dalam sebuah tujuan proyek pembangunan dimana untuk mendapatkan kerja sama formal dan nonformal yang lebih baik. Sehingga masyarakat kalangan bawah diikutsertakan dalam aktivitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen barangbarang industri mereka dalam waktu jangka panjang. Oleh karena itu, Bordenave menganggap salah satunya adalah partisipasi merupakan salah satu cara untuk mengakhiri ketergantungan masa yang lebih besar terhadap pasar yang dikendalikan oleh kaum elit atau penguasa tersebut (Melkote 1991). Komunikasi
partisipasi
juga
memperkenalkan
sebuah
konsep
conscientization (kesadaran) dimana lebih banyak dialog dan berpusat pada penerima serta menyentuh kepada kesadaran struktur sosial. Jalur komunikasi yang digunakan dalam komunikasi yang berbasis masyarakat ini sifatnya mau berbicara dan memahami satu sama lain. Komunikasi partisipatsi merupakan salah satu bentuk strategi komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk pembebasan dari belenggu mental dan psikologis yang mengikat seseorang. Temuan dari hasil penelitian, Muchlis (2009) menyatakan bahwa komunikasi partisipasi yang dilakukan cenderung mengikuti arus keinginan dari penyelenggara program sehingga hasil kegiatan lebih mengerjakan proyek tanpa adanya internalisasi dalam sebuah pemberdayaan. Sehingga kemampuan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan tidak memiliki kredibilitas dikarenakan intensitas komunikasi yang bersifat konvergensi yang cenderung lemah antara pendamping dan masyarakat (Wahyuni 2006). Peran fasilitator sebagai pendamping memiliki hubungan yang sangat erat kepada bentuk kegiatan, apakah akan dilakukan secara monolog ataupun dialog. Saputra (2011) menyatakan bahwa kegiatan komunikasi partisipasi akan berlangsung sukses, dimana akses yang diberikan kepada masyarakat lebih terbuka, terjadinya sebuah dialog dalam setiap pertemuan, serta format pertemuan yang bersifat mengelaborasi permasalahan dan solusi bersama. Satriani (2011) menyatakan keberhasilan dari sebuah komunikasi partisipasi terletak pada akses yang sama sehingga menciptakan dialog yang terbuka terhadap setiap kegiatan yang akan direncanakan bersama. Dialog yang terbuka membawa kepada setiap
14
partisipan akan memberikan kemampuannya untuk mengungkapkan suara-suara yang berbeda dan menentukan sikap yang berbeda pula sehingga pertemuan itu dijembatani dalam suatu kegiatan yang disesuaikan dengan kehendak partisipan. Penelitian ini mendekatkan pemahaman bahwa komunikasi partisipasi terjadi dengan prinsip adanya sebuah dialog bersama membahas permasalahan yang sama, dimana memiliki suara-suara/ aspirasi dari setiap partisipan untuk bersuara sehingga menghasilkan sebuah refleksi bersama dan aksi yang nyata dalam sebuah kegiatan. Komunikasi Partisipasi pada Pemberdayaan Masyarakat Ife (1995) pemberdayaan merupakan sebuah proses dalam membantu komunitas/ kelompok dengan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas komunitas/ kelompok sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan kehidupan masa depan mereka. Proses pemberdayaan melibatkan peran aktif keterlibatan masyarakat dalam menyusun langkah-langkah program yang harus diselesaikan. Langkah-langkah tersebut adalah mengurutkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat, membuat strategi komunikasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, mengimplementasikan aktivitas komunikasi pertahapan dan melakukan monitoring dan evaluasi dalam program. Kegiatan pemberdayaan dalam sebuah program memiliki berbagai macam cara untuk melakukan aksi program, Tufte & Paolo (2009) memberikan tiga cara untuk melakukan komunikasi partisipasi dalam sebuah program: (1) Komunikasi secara monologik dimana komunikasi yang dilakukan dengan penyampaian secara langsung kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan instruksi dan atau pengumuman, metode ini dilakukan dengan pendekatan yang berisfat massa dan persuasif; (2) Komunikasi secara dialogik dimana komunikas yang dilakukan dengan pelibatan masyarakat sebagai sumber dan penerima dalam menggerakkan program yang digeluti, kegiatan ini melibatkan stakeholder dari pihak-pihak yang terkait dari problematika yang dihadapi sehingga rumusan kegiatan dilakukan dengan tahapan-tahapan yang telah disepakati bersama oleh sejumlah pihak yang terkait di masyarakat; (3) Komunikasi secara gabungan dari monologik dan dialogik atau multi tract, kegiatan ini dilakukan dengan menggabungkan sejumlah komunikasi secara massa dan perkelompok dalam penyampaian pesan. Aktivitas
15
komunikasi mengkombinasikan penekanan kepada media sekunder dan primer yang menitik beratkan pada interpersonal dan dialog kesejumlah masyarakat. Kegiatan proses komunikasi partisipasi pada pemberdayaan dipengaruhi oleh fleksibilitas dan adaptibilitas terhadap situasi yang beragam, sehingga tipe komunikasi dapat didekatkan pada ketiga pendekatan tersebut. Leeuwis (2003) membagi pendekatan komunikasi atas tiga kelompok yaitu: (1) Pendekatan objektif atau transmisi dimana terdiri dari komunkator yang mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan; (2) Pendekatan subjektif atau berorientasi pada penerima dimana penerima adalah fokus utama; (3) Pendekatan jaringan sosial atau negosiasi yang merupakan gabungan dari kedua model subjektif dan objektif, dimana melibatkan sistem lingkungan yang berinteraksi dan tidak terpisahkan dari pengirim, pesan dan penerima. Pemberdayaan masyarakat dalam sejumlah program memberikan ruang kepada masyarakat untuk melakukan dialog secara bersama dalam memetakan kegiatan program. Pemetaan sasaran yang dilakukan berfungsi sebagai tujuan yang akan ditempuh sesuai dengan kehendak dan keinginan masyarakat. Muchlis (1999) mensyaratkan dalam sebuah komunikasi partisipasi pada pemberdayaan perlunya dialog dimana menampung semua saran dari semua lapisan sehingga keinginan masyarakat sesungguhnya tidak terpecah belah oleh kepentingan kelompok lain. Komunikasi yang dua arah melibatkan unsur sosial dan budaya masyarakat sebagai aspek penting dalam pelaksanaannya. Jadi komunikasi partisipasi pada pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan pendekatan dialog bersama secara terbuka dan mendengarkan aspirasi serta saran bersama demi kepentingan komunitas/ kelompok untuk meningngkatkan kemampuan dalam melakukan aksi dan refleksi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Komunikasi Kelompok Bungin (2009) komunikasi kelompok adalah
perpindahan pesan
yang
dilakukan lebih dari dua orang dalam satu komunitas/ kelompok melalui forum bersama dalam membicarakan isu yang diangkat oleh kelompok untuk menemukan satu kesepakatan bersama dalam melakukan aksi kelompok. Komunikasi kelompok memiliki dua suku kata komunikasi dan kelompok. Berlo
16
(1960) Komunikasi adalah perpindahan pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui media dan saluran tertentu sehingga memunculkan makna yan sama bagi pemberi dan penerima. Sedangkan Vitayala (1995) kelompok didefinisikan sebagai suatu sistem yang berarti suatu keadaan yang tersusun dari berbagai unsur yang saling berkaitan dalam suatu ikatan keteraturan tertentu yang melakukan beberapa proses tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk mewujudkan peranan atau fungsinya dalam mencapai tujuan tertentu. Soekanto (1990) menjelaskan bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih berinteraksi secara tatap muka, masing-masing
menyadari
keanggotaannya
dalam
kelompok,
menyadari
keberadaan anggota kelompok lainnya, dan menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama. Kelompok sosial memiliki empat ciri antara lain: (1) Dorongan motif yang sama; (2) Reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan; (3) Penegasan struktur kelompok; (4) Penegasan norma-norma kelompok. Adler dan Rodman (Bungin 2009), elemen kelompok terdiri dari interaksi, dimana masing-masing individu mempertukarkan pesan antar mereka dalam sebuah satuan orang, waktu, sebuah kelompok mensyaratkan sebuah frekuensi yang panjang sehingga membentuk ciri tersendiri. Ukuran dan jumlah dalam sebuah kelompok, dan kemudian tujuan yang mengandung bahwa kelompok akan membantu individu mencapai tujuan dan sebaliknya. Keberadaan kelompok dicerminkan oleh adanya fungsi yang akan dilaksanakan. Fungsi tersebut mencakup hubungan sosial, penididikan, persuasi, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan serta fungsi terapi. Shaw (1976) mengidentifikasi suatu kelompok merupakan suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi satu sama lain, dan berkomunikasi tatap muka. Cathcart dan Samovar (1974) mendefinisikan kelompok merupakan sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap anggota kelompok mendapat kesan atau peningkatan antara satu sama lainnya, sehingga angota-anggota kelompok tersebut dapat saling berinteraksi kepada sesama mereka dan saling memberikan tanggapan.
17
Suharto (1997) terdapat beberapa jenis kelompok yang sering digunakan sebagai media yaitu: 1. Kelompok percakapan sosial, kelompok tersebut merupakan kelompok terbuka dan informal dan memiliki ciri tidak memiliki rencana kegiatan yang dirumuskan secara jelas dan formal. Setiap anggota berhak mengusulkan untuk menggantikan dengan yang lebih menarik. Tujuan utama dalam kelompok ini adalah mencari kenalan atau sahabat baru dan tujuan tersebut tidak harus menjadi tujuan dari kelompok. 2. Kelompok
rekreasi,
merupakan
kelompok
yang
bertujuan
untuk
menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olah raga dan bersifat spontanitas dan tidak memiliki pemimpin yang formal. Terbentuknya kelompok tersebut merupakan keyakinan bahwasanya kegiatan tersebut dapat membangun karakter yang dapat mencegah perilaku yang maladaptif. 3. Kelompok keterampilan rekreasi merupakan kelompok yang bertujuan mengasah keterampilan tertentu dari para anggotanya dan juga memiliki agenda rekreasi. Kelompok tersebut memiliki penasehat, pelatih serta memiliki orientasi tugas yang lebih jelas. 4. Kelompok pendidikan kelompok tersebut memfokuskan kepada kemampuan memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Pimpinan kelompok berasal dari kalangan profesional dan berfungsi sebagai pengajar atau pendidik. 5. Kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan merupakan kelompok yang melibatkan baik klien/ penerima pelayanan maupun para petugas pemberi pelayanan di suatu lembaga. Tujuan bergabungnya kelompok tersebut adalah menemukan sumber-sumber baru dalam memenuhi kebutuhan baru. 6. Kelompok mandiri merupakan kelompok relawan yang memiliki struktur kelompok yang kecil dan memiliki tujuan yang sama dan masing-masing anggota memiliki kecakapan yang spesifik. Kelompok tersebut melakukan kegiatan
bersama
dengan
menemukenali
masalah
bersama
dan
memecahkannya baik secara peribadi, kelompok maupun secara sosial. Kelompok sosialisasi merupakan kelompok yang mengembangkan atau mengubah sikap dari perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat diterima
18
secara sosial. Kelompok tersebut memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri dan perencanaan masa depan. 7. Kelompok penyembuhan merupakan kelompok yang beranggotakan memiliki masalah personal dan emosional. Kelompok tersebut dibentuk untuk merubah tingkah laku. 8. Kelompok sensitivitas merupakan kelompok pertemuan atau kelompok pelatihan. Setiap anggota berinteraksi satu dengan yang lain secara mendalam dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri secara terbuka. Tujuan dari kelompok ini untuk meningkatkan kesadaran interpersonal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa komunikasi
kelompok adalah
komunikasi yang dilakukan dalam lingkup kelompok dengan mengedepankan tujuan kelompok yang ingin dicapai melalui forum diskusi melalui norma atau turan yang telah diatur oleh kelompok dalam mencapai sasaran yang dikehendaki oleh kelompok. Komunikasi kelompok memiliki batasan waktu, jumlah, interaksi dan tujuan dalam proses pertukaran pesan yang dilakukan antar anggota kelompok. Faktor Karakteristik Personal Kelompok Karakteristik personal merupakan bentuk dari identitas diri dari masingmasing anggota kelompok. Karakteristik personal tersebut meliputi persepsi dan motivasi anggota dalam mengikuti suatu kelompok. Persepsi Persepsi merupakan hal yang penting dalam komunikasi karena akan sangat menentukan penerimaan pesan oleh penerima.
Mulyana (2005) mengartikan
persepsi merupakan inti dari komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi. Persepsi akan menentuan seseorang berkomunikasi yang efektif sehingga dapat diterima dan dipahami serta merespon dengan tepat. Oleh karena itu semakin tinggi derajat kesamaan persepsi diantara pihak-pihak yang berkomunikasi akan semakin efektif proses komunikasi yang dilakukan oleh kelompok.
19
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa persepsi besar pengaruhnya terhadap ketepatan penerimaan pesan di dalam proses komunikasi.
Persepsi
dirangkai dari proses penginderawian dimana Rakhmat (2005) dan Mulyana (2005) menyebutnya sebagai proses sensasi. Atensi sangat penting peranannya dalam memunculkan hasil akhir dari proses persepsi. Persepsi juga mengandung selektifitas secara fungsional dimana akan memenuhi objek-objek yang menjadi tujuannya. Secara umum terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya persepsi yaitu faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor biologis berkaitan dengan sistem organ tubuh dalam menerima rangsangan informasi. Faktor biologis tersebut disebabkan oleh motif biologis seperti kebutuhan makanan, minuman, istirahat dan sebagainya. Faktor sosio psikologis merupakan bentuk dari interaksi dari pengalaman dan kerangka rujukan yang diperoleh dari sistem nilai yang berlaku. Hal ini di sebabkan oleh motif sosiogenesis dimana adanya rasa ingin tahu, kompetensi, mencari identitas, kebutuhan akan nilai dan makna kehidupan serta motif pemenuhan diri. Selain itu faktor situasi juga mempengaruhi kondisi seseorang dalam memahami yang terjadi baik disebabkan oleh waktu, suasana, teknologi dan lingkungan sosial. Persepsi memiliki variasi pada masing-masing orang antara satu waktu dan suasana yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh pengalaman, subjektivitas, kontekstual, dugaan dan evaluatif. Motivasi Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan dan mengarahkannya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan (Sudita & Gitosudarmo 1997). Kecenderungan individu dalam berkelompok dipengaruhi oleh motif yang ingin diperoleh. Rakhmat (2005) individu akan mendengarkan apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan.
Sejumlah teori kenapa orang
bergabung dalam sebuah kelompok yaitu adanya kedekatan, emosi dan perasaan yang sama, adanya kesamaan sikap terhadap tujuan yang ingin dicapai serta adanya alasan praktis yang mengacu pada teori kebutuhan Maslow. Kelompok-
20
kelompok tersebut cenderung memberikan kepuasan kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang yang berkelompok. Letak nilai praktis dari teori ini disebabkan oleh alasan-alasan tertentu misalnya alasan ekonomi, sosial, keamanan, politis dan lainnya. Abraham
Maslow
menyebutkan
beberapa
jenis
kebutuhan
yang
ditampakkan yaitu: (1) Kebutuhan fisiologi berupa makanan, minuman, perlindungan fisik, bernapas dan seksual; (2) Kebutuhan rasa aman berupa perlindungan dari ancaman, bahaya dan konflik dan lingkungan hidup; (3) Kebutuhan rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai; (4) Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain; (5) Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri berupa pengakuan terhadap kapasitas pengetahuan, keterampilan dan potensi yang dimilikinya. McClelland membagi atas tiga kebutuhan yaitu: (1) Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sebagai refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk memecahkan masalah; (2) Need for Affiliation, yaitu dorongan untuk berafiliasi atau berinteraksi dengan orang lain; (3) Need for Power, yaitu dorongan untuk berkuasa sebagai refleksi dari keinginan untuk mencapai otoritas dan memiliki pengaruh atas orang lain. Serta teori ERG (Existance, Relatedness, Growth) yaitu; (1) Existance needs adalah kebutuhan yang berkaitan dengan fisik manusia, yaitu makan, minum, pakaian, bernapas, rumah, keamanan dan kondisi kerja; (2) Relatedness needs merupakan kebutuhan interpersonal dalam bentuk kepuasan dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja; (3) Growth needs adalah kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi seseorang. Yusuf (1988) menyatakan bahwa semakin banyak seseorang melakukan aktivitas maka akan semakin beraneka interaksi dan semakin kuat tumbuhnya sentimen dengan yang lain sehingga semakin banyak sentimen yang ditularkan pada orang lain. Semakin banyak aktivitas yang ditularkan maka semakin banyak sentimen seseorang dipahami orang lain sehingga memungkinkan untuk ditularkannya kepada aktivitas dan interaksi. Jadi motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan individu melakukan tindakan sesuai dengan keinginan dan kelompok yang ingin dicapai.
21
Motivasi dan persepsi merupakan hal yang melatarbelakangi seseorang bertindak secara konatif dan afektif dalam melahirkan sebuah kegiatan/ aksi. Motivasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah dorongan dan kemauan dari setiap individu dalam mengikuti kegiatan kelompok pada sebuah program. Sedangkan, persepsi adalah kemampuan dan sikap komunikasi individu dalam mengikuti setiap kegiatan kelompok. Faktor Dinamika dalam Kelompok Dinamika kelompok adalah keberagaman interaksi dalam kelompok antara masing-masing anggota dalam menjalankan fungsi kelompok. Dinamika dalam penelitian ini dibagi atas tiga pendekatan yaitu kekompakan, kepemimpinan dan peranan. Kekompakan Cartwright dan Zander (1968) mendefinisikan kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal (berada) dalam kelompok. Carolina & Iskandar (1993) Kekompakan kelompok adalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompoknya. Indikator dari sebuah kekompakan yaitu; (1) Memiliki daya tarik kelompok terhadap anggota-anggotanya; (2) Sebagai koordinasi dari usaha-usaha anggota kelompok; (3) Tindakan motivasi anggota kelompok untuk mengerjakan berbagai tugas kelompok dengan penuh semangat dan efisien. Saputra (2011) menyatakan kekompakan merupakan hal berpengaruh dalam kegiatan kelompok sehingga, fungsi setiap anggota dalam memelihara kekompakan adalah penunjang kegiatan program. Kekompakan dalam penelitian ini adalah keterlibatan anggota dalam setiap kegiatan kelompok baik dalam melaksanakan tugas kelompok maupun memelihara kelompok. Setiap anggota dapat melakukan fungsi sebagai penyumbang ide, pencari informasi, pemberi informasi, pencari pendapat, pemberi pendapat, pengulas, pengarah serta penggerak. Selain itu sebagai pemelihara kelompok, anggota dapat bersikap sebagai pendorong, pencipta keserasian, pengkompromi, penjaga gawang, penetap standar serta pengikut.
22
Kepemimpinan Kepemimpinan adalah hubungan antar dua orang atau lebih, dimana salah seorangnya mempengaruhi yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Romli (2011) merangkum beberapa definisi kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan bersama. Anoraga dalam Romli (2011) mengemukakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain melalui komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orangorang untuk mengikuti kehendak pimpinan. Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok dan setidaknya terdapat tiga implikasi yang penting yaitu; (1) Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut. Tanpa bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang pemimpin akan menjadi tidak relevan; (2) Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok; (3) Kepemimpinan sebagai kemampuan
untuk
menggunakan
berbagai
bentuk
kekuasaan
untuk
mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara. Kepemimpinan dalam sebuah kelompok dibagi atas dua tipologi yaitu kelompok sentris dan pemimpin sentris. Kelompok sentris adalah pemimpin secara aktif mendorong anggota kelompok untuk ikut bersama bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengarahkan, serta mengkoordinasikan dan mengevaluasi kegiatan. Pemimpin sentris adalah pemimpin formal dari kelompok menganggap dirinya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap fungsi-fungsi kelompok (Goldberg & Carl 2006).
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok dalam sebuah program. Peranan Peranan diartikan sebagai fungsi-fungsi yang dilakukan oleh anggota dalam kelompok, antara lain memberikan pendapat, menjelaskan penilaian terhadap anggota lain atau bermacam tugas serta proses tingkah laku. Goldberg & Carl (2006) mendefinisikan peranan didasarkan pada harapan-harapan peserta diskusi. Ia mencatat terdapat dua kecenderungan dalam
melakukan peranan yaitu:
23
(1) Anggota kelompok mendukung tingkah laku peranan yang dianggap paling membantu kelompok; (2) Anggota kelompok diberikan wewenang untuk melaksanakan fungsi yang mereka tangani secara efisien. Peranan dalam kelompok merupakan tugas fungsi kelompok yang harus dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok. Cartwright dan zander (1968) mengidentifikasi fungsi dalam kelompok yaitu: (1) Koordinasi, berfungsi sebagai koordinasi untuk menjembatani kesenjangan antara anggota; (2) Informasi, bertujuan memberikan informasi kepada masing-masing anggota; (3) Prakarsa, berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota; (4) Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada masyarakat atau lingkungannya; (5) Kepuasan, berfungsi untuk memberikan kepuasan kepada anggota; (6) Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Perbaikan Gizi Program perbaikan gizi adalah salah satu program yang diselenggarakan oleh pemerintah, khususnya dinas kesehatan yang dialokasikan dari pendanaan Asian Develompment Bank. Program ini dilatarbelakangi oleh tingkat kerawanan gizi yang melanda keluarga miskin di Indonesia. Angka prevalensi gizi ditargetkan oleh pemerintah berada pada angka 20% hingga akhir 2015. Pada tahun 2008 angka ini telah tercapai, namun tidak merata di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, program tersebut merupakan salah satu program yang membantu dalam mengentaskan kerawanan gizi di masyarakat. Sehingga untuk melakukan upaya tersebut diperlukan partisipasi masyarakat secara langsung dengan prinsip dari oleh dan untuk masyarakat sendiri. Kegiatan tersebut melibatkan masyarakat dalam strategi kelompok di masing-masing kelurahan yang dinamakan dengan Kelompok Gizi Masyarakat. Masyarakat aktif dalam mengidentifikasi masalah gizi, merencanakan pemecahannya, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang direncanakan serta memantau dan mengevaluasi kegiatan. Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi Tujuan dari program ini adalah masyarakat mampu berperan aktif dalam memecahkan masalahnya sendiri yang dimulai dari identifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan hingga pengawasan dan evaluasi. Hal ini tak
24
terlepas dari bentuk pemberdayaan, aspek kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk peduli dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan di wilayah rawan gizi lebih ditekankan. Sasaran program adalah kelompok rumah tangga yang memiliki balita, ibu hamil dan ibu menyusui pada keluarga miskin, kader posyandu, posyandu, SD/ Madrasah dan masyarakat penerima Paket Gizi Masyarakat (PGM). Adapun indikator dari keberhasilan program perbaikan gizi adalah: (1) Meningkatkan jumlah balita dan ibu hami yang sehat dimana ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke posyandu; (2) Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap ASI ekslusif; (3) Meningkatkan layanan kesehatan di masyarakat oleh masyarakat; (4) Meningkatkan peran perempuan dalam pelembagaan; (5) Meningkatkan kinerja dalam posyandu; (6) Meningkatkan pemanfaatan posyandu di masyarakat; (7) Meningkatkan penggunaan air bersih dan kegiatan sanitasi; (8) Meningkatkan konsumsi garam beryodium; (9) Meningkatkan kegiatan keluarga sadar gizi di daerah proyek. Organisasi Pelaksana Program Perbaikan Gizi Organisasi pelaksana dalam kegiatan ini adalah pemerintah Kecamatan, Kelurahan, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dinas KesehatanPuskesmas dan posyandu serta Kelompok Gizi Masyarakat. Adapun pemerintah kecamatan berperan sebagai penasehat dan memberikan dukungan dalam upaya menggerakkan program dan melakukan pembinaan untuk terselenggara kegiatan program. Pemerintah kelurahan berperan sebagai pemberi dukungan kebijakan, mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada pertemuan rapat program, mengkoordinasikan kader posyandu, pengurus PKK, tokoh masyarakat agar berperan aktif dalam program kegiatan, menindak lanjuti dan mengetahui hasil kegiatan rapat dan penyelenggaraan kegiatan serta melakukan pembinaan untuk terselenggara kegiatan program terus berlanjut. Dinas Kesehatan berperan sebagai penanggung jawab program hingga tingkat provinsi termasuk perguliran dana bantuan kepada masing-masing lembaga pokja di tiap kelurahan. Selain itu, puskesmas
berperan membantu
pemenuhan pelayanan kesehatan baik sarana dan prasarana (seperti alat
25
timbangan, distribusi KMS, distribusi MPA, distribusi obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan. Posyandu merupakan sasaran dari program kegiatan perbaikan gizi. Sedangkan kelompok gizi masyarakat merupakan kelompok kerja dari pelaksanaan proyek yang dibentuk oleh pihak kelurahan yang bertugas mengidentifikasi masalah, merencanakan pemecahannya, melaksanakan kegiatankegiatan yang direncanakan serta memantau dan mengevaluasi program. Adapun, organisasi kelompok gizi masyarakat terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris serta dibantu oleh fasilitator masyarakat. Ketua didalam pokja KGM berperan sebagai pimpinan kerja dalam kelompok dengan memimpin pertemuan yang diselenggarakan oleh KGM serta bertanggung jawab terhadap penyusunan proposal dan pelaksanaan kegiatan, pengorganisasian sumbangan dari masyarakat yang terkumpul dari sumber lain, memeriksa dan menyetujui pengajuan pencairan dan pengeluaran dana KGM serta melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan paket gizi yang diusulkan dan bertanggung jawab melaporkan hasil kemajuan kegiatan kepada masyarakat melalui forum pertemuan maupun kepada pengelola proyek program perbaikan gizi. Sekretaris berperan sebagai administrator dari KGM, melaksanakan kegiatan ketatausahaan, serta melaksanakan kegiatan yang mendukung kegiatan teknis proyek. Adapun, bendahara berperan sebagai pengelola keuangan secara terbuka, menerima, menyimpan dan membayar pengeluaran yang dilakukan, membuat pertanggung jawaban pembukuan keuangan, serta membuat laporan keuangan setiap bulannya. Fasilitator masyarakat adalah tenaga terlatih yang ditempatkan untuk pendampingan kegiatan pemberdayaan gizi masyarakat. Tugas yang dilakukan tenaga pendamping adalah membantu memfasilitasi pembentukan KGM, membantu masyarakat dalam menyusun proposal paket kegiatan bersama, bertanggung jawab terhadap kegiatan yang terselenggara, melakukan pembinaan dan pelaksanaan kegiatan PGM, melaporkan hasil kegiatan kepada puskesmas dan memfasilitasi KGM dalam pencatatan dan penyusunan laporan kegiatan dan keuangan.
26
Kegiatan Komunikasi Program Perbaikan Gizi Diseminasi dan sosialisasi kegiatan program dilakukan secara berjenjang yaitu sosialisasi di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan kelurahan/ desa, hingga pelatihan bagi satuan kerja kelompok pelaksana di kelurahan. Penyebaran informasi dilakukan melalui forum musyawarah dan kegiatan kemasyarakatan antara lain, arisan kelurahan PKK, pertemuan posyandu di tiap rukun warga, pertemuan sosialisasi di kelurahan, kecamatan dan puskesmas, serta pemanfaatan papan pengumuman. Selain itu media massa digunakan sebagai penyebar luasan informasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui media massa elektronik dan cetak untuk diketahui oleh masyarakat luas. Mekanisme Kegiatan Program Perbaikan Gizi Kegiatan yang dilakukan pada proyek program perbaikan gizi adalah dengan melakukan sosialisasi kepada pemerintah di setiap tingkatan. Setelah melakukan kegiatan tersebut program perbaikan gizi membentuk kelompok kerja dalam melakukan kegiatan program. Masing-masing anggota kelompok dilatih dan dibina dalam menjalankan kelompok gizi. Lalu dilanjutkan dengan melakukan pendataan baik secara survey mawas diri, musyawarah masyarakat dengan berdiskusi dengan masyarakat setempat, dan mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kaitannya dengan gizi keluarga yang dibantu oleh pihak puskesmas dan fasilitator masyarakat. Kelompok kerja gizi membuat proposal paket gizi yang diusulkan kepada pemegang program di tingkat kota dalam hal ini pada dinas kesehatan. Usulan paket proposal terdapat kelengakapan data, jadwal kegiatan, target kegiatan dan anggaran kegiatan. Setelah paket gizi disetujui bersama oleh pemimpin lokal dan ketua kelompok kerja gizi masyarakat, paket di realisasikan di masyarakat secara terjadwal. Paket gizi yang dibuat berlangsung selama satu tahun kegiatan. Masing-masing paket gizi diajukan satu kali dalam setahun dalam tiga tahun masa program. Paket gizi yang di buat oleh kelompok terdiri dari tiga tahapan paket. Setiap paket harus menyisihkan anggaran untuk membangun dan memperbaiki sanitasi sekolah. Selain itu juga menyisihkan dari 10% anggaran untuk mengembangkan ekonomi kreatif dalam menjalankan kegiatan program perbaikan gizi setelah tiga tahun. Tujuan dari anggaran 10% dari total paket gizi
27
yang digulirkan adalah untuk menggerakkan lembaga KGM agar dapat beregulasi mengakomodasi kegiatan yang masih berlangsung. Paket gizi yang telah dijalankan dilaporkan secara perbulannya kepada dinas kesehatan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pokja KGM, kelurahan, puskesmas, kecamatan dan dinas kesehatan. State of the Arts Hasil Penelitian Komunikasi partisipasi adalah salah satu model komunikasi program pembangunan yang melekat pada pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa komunikasi partisipasi memiliki pengaruh terhadap kelangsungan dalam sebuah program oleh karena itu, pentingnya komunikasi partisipasi dalam sebuah program sangat menentukan diterima dan ditolaknya sebuah program pembangunan. Peneliti merangkum hasil penelitian yang telah diteliti mengenai komunikasi partisipasi pada Tabel 2. Tabel 2 State of the arts penelitian komunikasi partisipasi Peneliti Judul Penelitian Temuan Metodologi Wahyuni S Proses Komunikasi a. Terdapat hubungan antara Kuantitatif (2006) dan Partisipasi Dalam pola intervensi terhadap Pembangunan proses komunikasi. Masyarakat Desa: b. Terdapat hubungan proses Kasus program Reksa komunikasi terhadap Dana di Kecamatan prasyarat partisipasi. Ciampea, Kabupaten c. Terdapat hubungan Bogor prasyarat partisipasi terhadap partisipasi dalam program. d. Komunikasi partisipasi yang berbasis pada partisipasi kegiatan program. Cahyanto PG Efektivitas a. Terdapat hubungan antara Kuantitatif (2007) Komunikasi karakteristik partisipan Partisipatif dalam terhadap komunikasi Pelaksanaan Prima partisipatif dalam program. Tani di Kecamatan b. Terdapat hubungan Sungai Kakap, komunikasi partisipatif Kabupaten Pontianak terhadap efektivitas komunikasi. c. Komunikasi partisipasi yang berbasis pada partisipasi kegiatan program.
28
Mulyasari G (2009)
Komunikasi Partisipatif Warga Pada Bengkulu Regional Development Project (BRDP)
Muchlis F (2009)
Analisis Komunikasi Partisipatif dalam Program Pemberdayaan Masyarakat: Studi kasus pada Implementasi Musyawarah dalam PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari
Saputra Y (2011)
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Komunikasi Partisipatif Fasilitator (Kasus PNPM Mandiri di Kota Bandar Lampung)
Yusron A (2011)
Komunikasi Tingkat Basis dan Kesadaran kritis Pengarustamaan Gender (Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri di Kelurahan
a. Terdapat hubungan keragaan individu terhadap komunikasi partisipatif . b. Terdapat hubungan antara kredibilitas fasilitator terhadap komunikasi partisipatif. c. Terdapat hubungan komunikasi partisipatif terhadap kepuasan partisipan. d. Komunikasi partisipasi yang berbasis pada partisipasi kegiatan program. a. Terdapat pengaruh kredibilitas fasilitator dan peran fasilitator terhadap komunikasi partisipasi yang terjadi pada program PNPM. b. Proses komunikasi partisipatif yang terjadi memiliki ciri heteroglasia yang terbatas, dialog yang tertutup dan akses yang terbatas. c. Terdapat pengaruh komunikasi partisipatif bagi kelangsungan program. d. Komunikasi partisipasi yang berbasis dialog, akses, heteroglasia. a. Terdapat hubungan antara karakteristik fasilitator terhadap komunikasi partisipasi. b. Terdapat hubungan antara peran fasilitatif fasilitator terhadap komunikasi partisipatif. c. Komunikasi partisipasi yang berbasis akses, dialog, refleksi dan aksi. a. Model komunikasi yang terjadi dalam komunikasi partisipasi terbagi atas dua yaitu linear dan transaksional. b. Komunikasi partisipasi yang berbasis akses,
Kuantitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kualitatif
29
Kenanga Sumber Cirebon)
Satriani I (2011)
Tabel menggunakan
Kecamatan Kabupaten
Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga: Studi kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat
2
menggambarkan
c.
a.
b.
c.
pemanfaatan, kontrol serta partisipasi. Adanya pengaruh media komunikasi, terpaan pesan, persepsi, keragaman karakteristik, pencitraan dan aktivitas program, inisiasi terhadap komunikasi partisipasi pada sebuah program Terdapat pengaruh peran Kualitatif setiap partisipan terhadap komunikasi partisipatif. Terdapat pengaruh komunikasi partisipatif bagi kelangsungan program. Komunikasi partisipatif yang berbasis akses, dialog, heteroglasia, poliponi dan karnaval.
bahwa
terdapat
empat
penelitian
yang
metodelogi kuantitatif dan tiga penelitian yang menggunakan
metodelogi kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan pada metodologi kuantitatif adalah teknik survey dengan pengambilan sampel stratified random sampling. Sedangkan pada metodologi kualitatif pendekatannya dengan menggunakan teknik studi kasus dengan pengambilan informan secara snowball dan purposive berdasarkan keterlibatan informan terhadap program. Komunikasi partisipasi yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 2 terbagi atas dua pendekatan yaitu pertama, komunikasi partisipasi yang berbasis keaktifan partisipan pada tahapan kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan. Kedua adalah komunikasi partisipasi yang menggunakan pendekatan akses, heteroglasia, dialog, poliponi, karnaval, refleksi dan aksi, peran, kontrol dan pemanfaatan. Proses komunikasi partisipasi pada Tabel 2 dipengaruhi oleh faktor karakteristik personal seperti karakteristik individu, kredibilitas, prasyarat individu, keragaman karakteristik. Selain itu peran dari pendamping dan pelaku yang terkait dalam program berhubungan terhadap perilaku dari komunikasi partisipasi masing-masing individu.
30
Adapun aspek komunikasi partisipasi yang menjadi amatan penelitian terdahulu adalah unit analisis yang terdiri dari aspek dialog, akses, heterogalasia, poliponi, karnaval, peran, pemanfaatan dan kontrol serta refleksi dan aksi. Pada hasil penelitian terdahulu peneliti melihat belum adanya penelitian mengenai faktor kelompok dalam komunikasi partisipasi sehingga peneliti tertarik menggabungkan unit analisis dari faktor yang mempengaruhi komunikasi partisipasi. Sedangkan unsur komunikasi partisipasi sendiri peneliti ambil dari teori Tufte & Paolo (2009) yang menyatakan bahwa dasar komunikasi partisipasi adalah adanya dialog, ide ataupun aspirasi masyarakat, media, dan refleksi aksi dari sebuah program. Konsep penelitian yang sesuai ditemukan di lapangan adalah faktor personal dan dinamika kelompok. Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi komunikasi partisipasi dalam program. Adapun faktor personal adalah persepsi dan motivasi dari masing-masing individu partisipan yang aktif dalam program. Sedangkan pada dinamika kelompok adalah peranan, kekompakan dalam menjaga dan melaksanakan tugas serta kepemimpinan yang digunakan dalam kelompok. Penelitian ini dilakukan pada program pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan gizi dengan mengambil kasus pada kelompok gizi masyarakat (KGM).
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memberikan keberdayaan bagi masyarakat. Program pembangunan yang berbasis partisipasi merupakan salah satu alternatif pembangunan yang memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk dapat mengelola program dengan keinginan dan harapan masyarakat. Pembangunan yang berpartisipasi tentu tak terlepas dari sebuah komunikasi yang berbasis partisipasi. program-program pembangunan
yang berbasis
partisipasi
masyarakat lebih berdaya dan mandiri.
diharapkan
mampu menjadikan
Isu komunikasi pembangunan di era
globalisasi menjadikan pembangunan yang merata dan berkeadilan sosial. Komunikasi pembangunan yang bercorak partisipasi yang lebih ditekankan demi mencapai harapan dan realitas masyarakat. Komunikasi partisipasi yang berbasiskan pemberdayaan menjadikan masyarakat lebih terbuka dan memiliki kesetaraan yang sama dalam memiliki hak yang otonom untuk menentukan langkah keinginannya. Tufte & Paolo (2009) menekankan prinsip komunikasi partisipasi hendaklah lebih membuka dialog kepada segenap unsur sehingga dapat menampung aspirasi yang ingin dicapai. Selain itu, media didik yang memberikan kebebasan untuk berbicara, terbuka, setara, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Serta refleksi dan aksi yang senantiasa dilakukan bersama untuk mencapai satu tujuan yang sama. Pendekatan komunikasi partisipasi sering digunakan dalam beberapa kegiatan program pembangunan. Sejumlah kasus program pemerintah lebih memfokus peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Pendekatan komunikasi yang lebih menggunakan pendekatan kelompok dan komunitas yang sering digunakan dalam program. Pada kasus penelitian analisis komunikasi partisipasi pada pemberdayaan melalui program perbaikan gizi pada studi kasus kelompok gizi masyarakat di Kota Palembang menggunakan pendekatan komunikasi partisipasi. Komunikasi partisipasi pada program perbaikan gizi dilihat dari kasus yang terdiri dari pertemuan yang dilakukan oleh kelompok. Pertemuan tersebut terdiri dari pertemuan pembentukan kelompok, rapat kerja
32
kelompok, pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi evaluasi kegiatan kelompok. Fokus yang dilakukan adalah melihat kegiatan komunikasi partisipasi berupa dialog, aspirasi dan aksi refleksi yang terjadi dalam empat kasus. Selain itu Sebagai instrumen pendamping yang lain peneliti melihat faktor personal dalam kelompok yang menggunakan pendekatan pemaknaan dari sebuah persepsi dan motivasi yang dimiliki oleh subjek penelitian. Faktor dinamika kelompok yang terdapat dalam kelompok antara lain; kekompakan, peranan dan kepemimpinan dalam sebuah kelompok juga mempengaruhi sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam program pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunikasi partisipasi. Kekompakan kelompok peneliti definisikan sebagai aktivitas yang dilakukan kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga kelompok. Kekompakan
kelompok terlihat
dari peristiwa rapat
pertemuan
dalam
membicarakan kegiatan kelompok. Selain itu, peranan anggota kelompok membantu jalannya komunikasi partisipasi peranan tersebut baik berupa fasilitatif, edukatif, representatif ataupun teknik dalam kegiatan. Kepemimpinan kelompok dalam pengambilan keputusan senantiasa digunakan sebagai bagian instrumen dinamika kelompok, sehingga keputusan apakah diberikan kepada kelompok ataupun hanya diambil oleh sepihak oleh pemimpim kelompok. Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang, dengan mengambil disalah satu sudut bagian timur kota. Fokus program yang dilihat adalah program gizi masyarakat dengan tujuan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian agar peduli dalam memahami masalah gizi dan kesehatan di wilayahnya. Sehingga masyarakat mampu merencanakan dan menerapkan secara berkelompok program kesehatan pada tataran kelompok di lingkungannya. Kerangka pemikiran penelitian yang digunakan dapat disketsakan pada Gambar 1.
33
Faktor Personal Kelompok: 1. Persepsi 2. Motivasi
Komunikasi Partisipasi Program Pemberdayaan Gizi Masyarakat (Monolog – Dialog) Dialog Aspirasi Aksi dan refleksi
Pemberdayaan Masyarakat
Faktor Dinamika Kelompok : 1. Kekompakan 2. Kepemimpinan 3. Peranan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Definisi Konseptual 1.
Komunikasi
partisipasi
adalah
bentuk
komunikasi
pada
program
pembangunan yang berbasis keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program. Dimulai dari tahap penggalian ide, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan monitoring. 2.
Komunikasi partisipasi memiliki prinsip yaitu adanya sebuah dialog, aspirasi, serta aksi refleksi dari kegiatan.
3.
Dialog merupakan bentuk proses komunikasi yang terjadi antara partisipan sebagai palaku kegiatan dalam sebuah program dengan ciri memberikan hak yang sama dalam memberikan suara dalam pertemuan tersebut, saling menghormati dan menghargai pendapat dalam sebuah forum kegiatan.
4.
Monolog adalah komunikasi yang terjadi searah antara petugas proyek program dengan masyarakat yang dilakukan dengan sosialisasi program secara langsung.
34
5.
Monolog dan dialog adalak komunikasi yang terjadi searah secara informatif dan diimbangi dengan pemanaan yang sama dengan dialog dalam memutuskan dan menetapkan program yang dijalankan.
6.
Aspirasi adalah ide-ide masyarakat yang tergali serta kehendak masyarakat yang diangkat dalam ruang pertemuan.
7.
Aksi dan refleksi adalah bentuk kegiatan yang dilakukan yang merupakan aksi komunikatif yang dilakukan pada program sehingga memiliki komitmen yang sama dalam pelaksanaannya.
8.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi yang partisipatori adalah berasal dari faktor karakteristik personal komunikasi kelompok dan faktor dinamika kelompok.
9.
Faktor karakteristik personal kelompok terbagi atas dua yaitu persepsi anggota kelompok dan motivasi dari anggota kelompok.
10. Persepsi adalah pendapat dan sikap serta pemaknaan yang dimiliki partisipan terhadap kegiatan program yang berlangsung dalam kelompok. 11. Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan partisipan bertindak sesuai dengan tujuan atau harapannya baik yang disebabkan oleh kebutuhan individu akan prestasi, insentif, serta regulasi kelompok. 12. Faktor
dinamika
kelompok
terdiri
dari
kekompakan
kelompok,
kepemimpinan dan peran kelompok dalam menjalankan tugas atau mencapai tujuan yang diharapkan. 13. Kekompakan
adalah
merupakan
kebersamaan
yang
menggambarkan
ketertarikan anggota kelompok kepada kelompok dimana diidentifikasikan dalam tiga hal yaitu daya tarik kelompok terhadap anggotanya, koordinasi dari kegiatan kelompok serta motivasi dan dorongan anggota untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab 14. Peranan adalah tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal ini fungsi-fungsi komunikasi dilakukan oleh partisipan program baik berupa fungsi koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan, kejelasan. 15. Kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok dalam sebuah program perbaikan gizi.
35
Hipotesis Pengarah Berkembangnya isu komunikasi partisipasi dalam pembangunan merupakan sebuah kemajuan bagi sebuah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan komunikasi partisipasi merupakan salah satu bentuk komunikasi arus bawah. Penelitian ini menduga bahwa komunikasi partisipasi yang dilakukan dalam sebuah program memiliki pengaruh terhadap masyarakat langsung baik individu maupun kelompok dalam pengelolaannya. Oleh karena itu hipotesa yang digunakan oleh peneliti adalah: 1.
Adanya kecenderungan faktor personal kelompok mempengaruhi jalannya komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan masyarakat.
2.
Masih minimnya dinamika kelompok yang dijalankan oleh masyarakat dalam pelaksanaan komunikasi partisipasi pada program pemberdayaan masyarakat.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengambil fakta berdasarkan pemahaman subyek peneliti yang mengetengahkan hasil pengamatan secara rinci. Penelitian ini lebih kepada kedalaman dan cakupan informasi dan berusaha membangun tentang unit analisis yang diteliti. Penelitian kualitatif tersebut melihat bentuk partisipasi yang terjadi di dalam peristiwa berdasarkan subyek penelitian. Kerangka konseptual yang dibangun peneliti menjadi pengarah agar hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu menyoroti beberapa kasus dengan melakukan wawancara, pengamatan yang berperan serta terbatas dan
menganalisis dokumen yang berkaitan dengan
aktifitas pertemuan rapat di kelompok gizi masyarakat. Studi kasus merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian tersebut dapat berupa individu yang terkait pada kegiatan kelompok baik berasal dari kader posyandu, anggota masyarakat, petugas kesehatan serta aparatur pemerintah. Studi kasus yang peneliti pelajari secara lebih mendalam dapat menggali latar belakang serta melakukan interaksi terhadap unit-unit sosial yang menjadi subyek penelitian. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari suatu kasus, dan sifat khas tersebut dapat dijadikan sebagai sesuatu hal yang bersifat umum (Kriantono 2010). Metode studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Studi kasus dapat memasuki unit sosial terkecil seperti kelompok, himpunan, maupun bentuk unit sosial lainnya. Studi kasus bersifat komprehensif, mendalam, serta diupayakan untuk menelaah masalah atau fenomena yang kontemporer dalam khasanah metodologi penelitian.
38
Yin dan Mudzakir (2002) studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, dengan menggunakan multi sumber bukti yang digunakan untuk mempertegas sebuah kasus atau konteks. Keunggulan dari metodologi ini adalah sebagai berikut: (1) Studi kasus memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas; (2) Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai sebuah konsep dasar perilaku manusia dengan melakukan penyelidikan yang intensif sehingga ditemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang tidak diduga sebelumnya; (3) Studi kasus menyajikan data dan temuan yang berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar untuk pengembangan ilmu sosial. Studi kasus merupakan desain yang tidak kaku namun menawarkan keluwesan dan fleksibel dengan perkembangan kondisi di lapangan yang unik dan penting sesuai dengan fakta empiris yang dicermati. Sebuah fenomena sosial merupakan buruan dari penelitian kualitatif karena bersifat dinamis dan unik dimana tidak diciptakan menurut kehendak (Bungin 2003). Penelitian menggunakan desain studi kasus dengan mempertimbangkan antara lain: (1) Pertanyaan penelitian berkenaan dengan “Bagaimana” dan “Mengapa”; (2) Penelitian memberikan peluang besar bagi peneliti untuk mengembangkan gejala sosial sebagaimana adanya; (3) Peristiwa atau gejala sosial terhubung dengan konteks kehidupan nyata. Studi kasus bermanfaat untuk mengembangkan teori bukan untuk menghitung frekuensi. Studi kasus berfungsi sebagai pendukung atau instrumen untuk membantu peneliti dalam memahami suatu permasalahan sehingga digunakan studi kasus bersifat instrumental. Studi kasus instrumental adalah studi atas kasus untuk alasan eksternal, kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada (Herdiansyah 2010).
39
Tempat dan Waktu Kajian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulo Kerto, Kecamatan Gandus Kota Palembang. alasan lokasi penelitian ini diambil adalah: (1) Wilayah Pulokerto sering sekali memperoleh proyek program pemerintah dan dianggap telah berhasil semisal adalah PNPM, P2KP dan sebagainya, sehingga peneliti tertarik untuk melihat proses jalannya salah satu program yang peneliti ambil kasusnya di wilayah tersebut; (2) Wilayah tersebut memiliki kekerabatan yang masih alami dari penduduk asli pinggiran Kota Palembang yang berasal dari suku Komering, dan Enim; (3) Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah nelayan, tani dan buruh bangunan; (4) Penghasilan penduduk yang minim berada di bawah upah minimum Kota Palembang; (5) Kemudahan peneliti untuk dapat masuk kedalam wilayah tersebut melalui jaringan kelembagaan kesehatan dan personal yang dibangun melalui hubungan yang intens selama peneliti hidup. Waktu pengumpulan data hingga proses penulisan sampai dengan pembimbingan berupa konsultasi kepada promotor komisi pembimbing dilakukan pada Juni 2010 - Juli 2012.
Jenis teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh melalui sebuah penelitian yang berupa kata-kata atau tindakan. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari kepustakaan dan sumber yang berada di luar sumber utama. Data yang digali adalah data yang sesuai dengan tujuan yang ingin di jawab peneliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: (1) Bertemu dan mewawancarai dengan partisipan rapat yang mengikuti kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat; (2) Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh aktor secara partisipasi berperan serta terbatas dalam beberapa kegiatan antara lain sosialisasi, rapat kerja, dan pelaksanaan kegiatan; (3) Melakukan cross check kembali jawabanjawaban yang diberikan oleh responden peneliti lalu menarik kesimpulan sementara dan mengujinya kembali dengan verifikasi data yang telah diamati; (4) Selama melakukan penggalian data peneliti juga melakukan reduksi data terhadap informasi yang di dapat dari responden dan menampilkannya dalam bentuk
40
laporan serta melakukan verifikasi dalam setiap tujuan penelitian yang akan dijawab. Teknik pengumpulan data tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Wawancara Mendalam Taknik wawancara digunakan peneliti untuk menggali data menjawab tujuan dari penelitian, teknik wawancara langsung adalah merupakan bagian dari data primer. Wawancara yang dilakukan bersifat luwes, terbuka dan tidak berstruktur serta tidak kaku. Teknik ini dilakukan dengan berulang kali secara langsung antara peneliti dan tineliti. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang terlibat dalam satuan peristiwa dan menanyakan sesuai dengan panduan pertanyaan yang telah dirancang peneliti. Setelah itu peneliti menyalinnya dalam bentuk catatan lapangan dan melakukan pengkodesasian yang sesuai dengan unit analisis atau dikenal dengan proses reduksisasi. Pada kegiatan wawancara peneliti menggunakan media MP3 sebagai alat perekam, buku tulis sebagai alat pencatat dan kamera sebagai dokumentasi.
2.
Pengamatan Berperan Serta Terbatas (Observasi) Pengamatan berperan serta terbatas atau observasi dilakukan peneliti dengan melihat, merasakan dan memaknai kehidupan beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya sebagaimana subyek peneliti melihat, merasakan dan memaknainya sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama dengan masyarakat. Peneliti melakukan wawancara mendalam sekaligus berperanserta dalam beberapa kegiatan dalam program. Peneliti mengikuti rapat-rapat bersama dengan masyarakat dan membantu dalam pemberian penyuluhan.
3.
Penulusuran Analisis Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan menganalisis dan melakukan kajian pustaka terhadap berbagai literatur yakni skripsi, tesis, disertasi, jurnal serta data dari media massa yang terkait dengan topik penelitian. Kajian literatur membantu peneliti dalam menyimpulkan data di lapangan. Beberapa data sekunder yang dapat diperoleh di lapangan adalah dokumentasi foto, serta menelusuri portal website yang berkenaan informasi tentang program kelompok gizi
41
masyarakat ataupun artikel di majalah dan koran lokal yang memberitakan tentang program kelompok gizi masyarakat di suatu wilayah. Adapun peristiwa kasus serta informasi data dan teknik yang digunakan tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3 Teknik pengumpulan data dalam satuan peristiwa Peristiwa Pembentukan Kelompok Gizi Masyarakat Rapat Kerja Kelompok Gizi Masyarakat Pelaksanaan Program Kerja Kelompok Gizi Masyarakat Sosialisasi kegiatan KGM
Informasi Data Komunikasi Partisipasi, Karakteristik Personal, Dinamika Kelompok Komunikasi Partisipasi, Karakteristik Personal, Dinamika Kelompok
Metode
Jenis Data
Wawancara dan Observasi
Primer dan Sekunder
Wawancara dan Observasi
Primer dan Sekunder
Komunikasi Partisipasi, Wawancara dan Karakteristik Personal, Observasi Dinamika Kelompok
Primer dan Sekunder
Komunikasi Partisipasi, Wawancara dan Karakteristik Personal, Observasi Dinamika Kelompok
Primer dan Sekunder
Sumber Data dan Validitas Data Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Tidak bisa memaksakan kehendak untuk mendapatkan data yang diinginkan. Sumber data primer penelitian adalah informasi yang diperoleh dari informan.
Penentuan
informan
dilakukan
dengan
prinsip
convenience
(kemudahan). Ruslan (2003) menyatakan bahwa penentuan informan dengan cara ini berdasarkan kemudahan dalam memilih unsur populasi (orang atau peristiwa) yang datanya berlimpah dan mudah diperoleh oleh peneliti. Artinya, memiliki kebebasan untuk memilih sumber informasi yang paling cepat, mudah dan murah. Berdasarkan definisi di atas, maka batasan subyek penelitian yang dapat diambil adalah : 1. Masyarakat yang terlibat dan yang terkena dampak dari program gizi khususnya progran kelompok gizi masyarakat.
42
2. Tokoh masyarakat yang memberikan dukungan terhadap program gizi yang mampu memberikan inspirasi untuk dapat berpartisipasi. 3. Pengurus kelompok gizi masyarakat yang mampu menjelaskan pertanyaan dari peneliti mengenai program kerja yang partisipasi dari program yang berjalan. 4. Aparatur pemerintah yang memberikan arahan dan pendampingan kepada kelompok. 5. Fasilitator yang mendampingi kelompok gizi selama program berlangsung. Sumber data yang dipilih dari penulusuran di lapangan adalah sebagai berikut: Tabel 4 Sumber data informan penelitian
Nama
Zamira (Zr)
Andi (Ad)
Madri (Md)
Hindun (Hd)
Anita (An)
Jenis Kelamin /Umur
Perempuan/ 36 thn
Laki-laki/ 27 Thn
Laki-laki/ 43 Thn
Perempuan/ 42 Thn
Perempuan/ 42 thn
Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil-Puskesmas Gandus
Fasilitator Program Perbaikan Gizi
Tokoh Masyarakat/ Ketua RT 19 Kelurahan Pulokerto
Ibu Rumah Tangga dan Ketua Pokja PKK Kelurahan Pulokerto
Ibu Rumah Tangga dan kader posyandu
Alasan Pemilihan Penanggung Jawab Progam KGM Kecamatan Ganduspenyuluh kesehatan Kecamatan Gandus Fasilitator pendamping dalam program perbaikan gizi di Kecamatan Gandus
Tokoh masyarakat yang aktif dan terlibat dalam program perbaikan gizi dan kelompok gizi
Aktivis perempuan di Kelurahan Pulokerto yang terlibat dalam kegiatan program perbaikan gizi dan kelompok gizi masyarakat
Aktivis kesehatan di lingkungan Kelurahan Pulokerto dan terlibat dalam kepanitiaan program perbaikan gizi dan kelompok gizi masyarakat
43
Validitas data adalah proses teknik pengambilan data dengan menggunakan teknik triangulasi data dan sumber. Teknik validitas dilakukan untuk mengetahui keabsahan data yang diambil sehingga dapat diterima keautentikannya. Menguji kredibilitas penelitian kualitatif digunakan triangulasi. Triangulasi meliputi triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber-sumber data tersebut. Pengecekan dilakukan dengan diskusi kelompok kepada informan pada saat disela-sela sebelum pertemuan berlangsung. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik yang digunakan berupa wawancara atau pengamatan. Selain itu, perlunya melakukan realibilitas pada penelitian kualitatif yang biasa disebut dependabilitas. Suatu penelitian dikatakan dependable apabila dapat mengulang/mereplikasi kembali proses penelitian tersebut (Herdiansyah 2010).
Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini bersifat deskriptif, maka data yang diperoleh dianalisis menurut kenyataan yang ada dan didasarkan pada teori konstruksi sosial yang digunakan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip komunikasi pembangunan dalam arti luas, kemudian diperbandingkan dengan kasus yang terjadi dalam unit analisis. Data yang diperoleh diolah dengan mengelompokkan berdasarkan teori yang digunakan oleh peneliti. Teori yang digunakan dihubungkan antar data, untuk kemudian disusun kesimpulan yang menjelaskan data. Prinsip analisis data yang digunakan adalah dialogik atau dialektikal yang mengembangkan terjadinya dialog dan dialektika antara peneliti dan sumber data. Data yang diperoleh dari pendekatan penelitian kualitatif diolah secara tiga tahap analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan/ verifikasi dengan menggunakan model interaktif dari Huberman. Ketiga kegiatan analisis yang dilakukan merupakan proses siklus dan interaktif yang berlangsung secara simultan (Miles & Huberman 1992). Sebagai mana digambarkan pada Gambar 2.
44
Pengumpulan Data
2
Penyajian Data
1
3 Reduksi Data
Simpulan atau Verifikasi
Gambar 2 Proses analisis data 1.
Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan lapang. Proses mereduksi data dilakukan sejak pengambilan data di lapangan sampai pada proses penulisan. Data tersebut ditampilkan dalam bentuk uraian singkat maupun menggolongkannya dalam bentuk yang lebih luas.
2.
Penyajian Data Penyajian data merupakan sekelompok informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3.
Penarikan Kesimpulan Kesimpulan merupakan temuan baru atas objek penelitian yang telah diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan memikirkan ulang secara penulisan, meninjau ulang secara catatan lapangan dan berdiskusi dengan rekanan yang memahami kasus tersebut untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif serta menempatkan salinan temuan dalam suatu seperangkat tulisan dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian Letak Geografis dan Administrasi Kelurahan Pulokerto terletak di wilayah Kota Palembang yang berada di wilayah selatan kota. Kelurahan Pulokerto merupakan bagian dari Kecamatan Gandus. Kelurahan ini memiliki gugus wilayah yang terdiri 50% rawa, 30% daratan serta 20% persen berada di wilayah sungai. Wilayah tersebut terletak pada 2°59′27.99″ Lintang Selatan 104°45′24.24″ Bujur Timur.
Kelurahan
Pulokerto memiliki luas wilayah 34,91 kilometer persegi, wilayah ini dilalui oleh Sungai Musi sebagai sungai utama yang membelah Kota Palembang. Iklim Kelurahan Pulokerto merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab nisbi dengan kecepatan angin berkisar antara 2300 - 4500 meter per jam. Suhu wilayah ini berkisar antara 23.4oC sampai dengan 31.7oC. Curah hujan pertahun berkisar antara 2000-3000 milimeter. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara 75% - 89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45% persen. Topografi tanah relatif datar dan rendah serta rawa.
Hanya sebagian kecil
wilayah tersebut yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi. Wilayah ini sebagian besar adalah rawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Letak Kelurahan Pulokerto berada di ujung Kota Palembang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Banyuasin. Batas-batas wilayah Kelurahan Pulokerto terdiri dari : - Sebelah Barat
: Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim.
- Sebelah Utara
: Desa Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.
- Sebelah Timur
: Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus.
- Sebelah Selatan : Kelurahan Kramasan, Kecamatan Kertapati. Jarak orbitasi yang dapat ditempuh dari kelurahan ke kecamatan bervariasi namun dengan kendaraan bermotor dapat ditempuh selama 20 menit, sedangkan jarak dari kelurahan ke pusat kota dapat ditempuh dengan 60 menit dengan kendaraan bermotor dan jarak dari kelurahan ke provinsi dapat ditempuh selama 80 menit atau sekitar 25 kilometer.
46
Tabel 4 Orbitasi jarak dan waktu tempuh di Kelurahan Pulokerto No
Orbitasi
Jarak
Waktu
1
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan
10 km
20 menit
2
Jarak dari pusat pemerintah kota
20 km
60 menit
3
Jarak dari pusat pemerintah provinsi
25 km
80 menit
Sejarah berdirinya Kelurahan Pulokerto sudah sejak lama, tempat ini dahulunya hanya dihuni satu keluarga yang dikenal dengan nama Pak Kerto. Keluarga ini bermata pencaharian nelayan dan petani. Keluarga Kerto samakin bertambah dengan pesatnya interaksi dengan penduduk luar dan jumlah anggota keluarga makin bertambah, untuk mengabadikan wilayah tersebut maka dinamakanlah Pulokerto. Pulo yang berarti hamparan sungai atau pulau dan Kerto adalah nama penghuni pertama di wilayah ini. Pulokerto pada tahun 1999 masih berada di bawah administrasi wilayah Kecamatan Ilir Barat II, tepatnya Kelurahan Gandus.
Tahun 2001, Wilayah Pulokerto berdiri menjadi satuan pemerintah
Kelurahan Pulokerto berpisah dari Kelurahan Gandus. Sebelumnya Kelurahan Pulokerto masuk pada wilayah administrasi Kelurahan Gandus. Kelurahan Pulokerto berpisah berdasarkan peraturan daerah Kota Palembang No. 9 tanggal 20 September 2001. Status Desa Pulokerto di tingkatkan menjadi Kelurahan Pulokerto. Kelurahan Pulokerto menempati kantor kelurahan di tengah kawasan pemukiman masyarakat yang berukuran 520 meter persegi. Kawasan Kelurahan Pulokerto sebagian berada di pinggir Sungai Musi dan Delta Musi. Terdapat 4 rukun warga yang menempati wilayah daerah pinggiran sungai Musi antara lain RW 7, 8, 9 dan 10 sedangkan sisanya berada wilayah perbukitan. Keadaan Demografis Penduduk Kelurahan Pulokerto memiliki tingkat kondisi ekonomi yang berada pada pada tingkat prasejahtera dan sejahtera. Profesi yang digeluti oleh kalangan yang ada di wilayah ini adalah pedagang, petani, nelayan, buruh dan aparatur pemerintah. Hasil sensus 2010 penduduk Kelurahan Pulokerto berjumlah 11 786 jiwa dimana laki-laki berjumlah 5 962 jiwa atau 50,58% dan perempuan 5 824 jiwa atau 49,41% dengan perbandingan ratio penduduk 1.17 antara lakilaki dan perempuan atau 102,37% berarti setiap 100 orang penduduk perempuan
47
terdapat 102 orang penduduk laki-laki. Wilayah Pulokerto memiliki 2 953 kepala keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Wilayah Pulokerto dibagi menjadi 32 Rukun Tetangga dan 10 Rukun Warga. Kepadatan Kelurahan Pulokerto 338 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang terpadat di RW 2, 3 dan 4 yaitu sebanyak 44 jiwa per kilometerpersegi, sedangkan kepadatan yang terendah di RW 7, 8 dan 10 yaitu sebanyak 24 jiwa per kilometerpersegi. Wilayah yang padat memiliki spesifikasi wilayah berada di dataran dimana aksesibilitas jalan raya dan sarana yang menunjang. Sedangkan untuk, wilayah yang tidak terlampau padat tidak memiliki aksesibitas yang lengkap sehingga masyarakat lebih cenderung memanfaatkan kondisi alam yang ada. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjalani roda kehidupan dimana pendidikan yang tinggi mempengaruhi usaha mata pencaharian seseorang sehingga berdampak pada status ekonomi yang dimiliki masyarakat. Hal ini dapat di jelaskan pada Tabel 5. Tabel 5 Persentase tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pulokerto No
Tingkat Pendidikan
Jumlah Penduduk 3 500
Persentase (%)
1
Belum Sekolah
2
Tidak sekolah
1 580
13,41
3
SD/ MI
2 990
25,37
4
SMP/MTs
2 569
21,80
5
SMA/ MA
880
7,47
6
AK/ DIPLOMA
156
1,32
7
Pergurutan Tinggi
111
0,94
11 786
100,00
Total
29,70
Sumber : Puskesmas Gandus Tahun 2010
Jumlah masyarakat yang memiliki status pendidikan yang baik berada di 54,64% sedangkan yang sangat baik hanya 2,26% dan 43,1% berada dalam keadaan tidak memiliki pendidikan. Masyarakat Pulokerto sebagian besar adalah nelayan dan petani serta pekerja bangunan ataupun buruh karet yang tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi. Anggapan masyarakat pendidikan tinggi
48
sulit untuk diraih karena kebutuhan pangan dan papan yang sangat sulit dijangkau apalagi harus memikirkan pendidikan yang memang mahal. Angka pendidikan ini juga mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat, dimana dari survey yang dilakukan oleh Puskesmas Gandus, hanya 64% rumah tangga yang memiliki jamban,. sedangkan sisanya membuang ke sungai. Selain itu, dampak dari pendidikan yang rendah adalah pemanfaatan ASI sebagai asupan bayi yang rendah dikarenakan tingkat pendapatan keluarga yang kurang memenuhi kebutuhan ditambah dengan tingkat kesehatan ibu yang kurang, terutama pada gejala kurang energi protein. Komposisi mata pencaharian masyarakat Kelurahan Pulokerto memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, buruh pabrik dan bangunan, pedagang dan pegawai negeri sipil.
Komposisi terbesar 52% adalah nelayan dan petani,
sedangkan yang kedua adalah buruh bangunan dan pabrik sebesar 30% dan sisanya 18% adalah pedagang dan pegawai negeri sipil. Sebagian masyarakat memiliki waktu kerja yang tidak menentu, mata pencaharian nelayan dilakukan pada waktu sore dan pagi hari sedangkan pertanian dilakukan sesuai dengan masa tanam dan panen. Umumnya di wilayah ini pertanian terbagi atas dua yaitu pertanian rawa dan perkebunan. Pertanian rawa dilakukan dengan menanam padi rawa dengan musim tanam satu hingga dua kali dalam setahun dengan masa tanam empat hingga enam bulan. Sedangkan pertanian perkebunan dilakukan sesuai dengan kondisi alam. Perkebunan yang dikelola dalam hal ini adalah karet. Disamping pertanaman, masyarakat juga memanfaatkan ternak sapi, kambing, ayam dan itik/ bebek sebagai mata pencaharian tambahan, disamping bertani dan nelayan. Berdasarkan pantauan peneliti terdapat dua kelompok peternak yang membudidayakan sapi dan kambing yang berjumlah 1000 ekor yang dikelola atas bantuan dinas pertaian dan peternakan dinas pertanian Kota Palembang. Aktivititas Keagamaan, Pendidikan, Kesehatan Kegiatan masyarakat di kelurahan Pulokerto sangatlah beragam selain memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan nelayan. Pada bidang keagamaan saja masyarakat memiliki perkumpulan badan amal kematian di tiap masjid. Kelurahan Pulokerto memiliki fasilitas rumah ibadah berupa masjid sebanyak enam buah dan Mushola atau langgar sebanyak empat buah yang
49
masing-masing dimanfaatkan sebagai aktivitas keagamaan seperti solat jumat, solat berjamaah dan pengajian ibu-ibu dan anak-anak.
Sedangkan aktivititas
pendidikan kelurahan ini memiliki empat buah sekolah dasar, dua buah taman kanak-kanak, dua buah taman bermain anak PAUD dan taman bacaan. Masingmasing fasilitas sekolah dimanfaatkan oleh masyarakat Pulokerto untuk mendidik anak-anak dan membina masyarakat. Selain itu terdapat satu buah Puskesmas di Kecamatan serta dua buah puskesmas pembantu yang ada di Kelurahan Pulokerto yang melayani jasa kesehatan masyarakat seperti pengecekkan kesehatan, pemeriksaan ibu hamil, penyelenggaraan imunisasi dan penyuluhan kesehatan. Dua puskesmas pembantu ini terletak berjauhan. Satu puskesmas terapung yang terletak di pinggiran sungai tepat berada di kampung laut Pulokerto, satu puskesmas pembantu yang berada di pemukiman masyarakat berada di Desa Air Itam. Selain itu terdapat juga pos pelayanan terpadu yang membantu masyarakat untuk imunisasi tambahan tiap bulannya. Posyandu yang terdapat di Pulokerto dari tahun 2009 hingga sekarang jumlahnya bertambah. Tahun 2009 posyandu berjumlah sembilan posyandu dengan bergulirnya kegiatan program perbaikan gizi terjadi penambahan posyandu sebanyak tiga buah sehingga menjadi dua belas posyandu. Penambahan ini merupakan tanda peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan mulai bertambah. Selain itu pula dengan adanya program perbaikan gizi, terjadi penurunan angka kekurangan energi protein yang dialami oleh ibu hamil dan ibu dan balita dan disamping itu pelayanan jasa kesehatan seperti konseling, penyuluhan dan pengobatan menjadi rutin dilakukan tiap bulannya di masingmasing posyandu, sekolah, dan pada acara keagamaan. Perhubungan dan Komunikasi Kelurahan Pulokerto telah memiliki sarana dan prasarana transportasi namun masih belum memadai. Sarana jalan masih belum beraspal maupun jalan yang masih setapak dimana dilaluinya harus dengan jalan kaki. Sedangkan prasarana yang belum memadai seperti angkutan umum yang kurang tersedia. Masyarakat mengandalkan ojek ataupun mobil angkutan kota yang beroperasi dari pukul 06.00-16.00 WIB sebagai alat transportasi darat. Sedangkan disisi lain
50
masyarakat juga mengandalkan transportasi laut yang dikenal dengan ketek atau perahu bermotor. Setiap masyarakat Pulokerto memiliki televisi dan radio sebagai media saluran komunikasi. Selain itu, beberapa dari mereka telah memiliki telepon genggam yang dimanfaatkan sebagai saluran komunikasi antar keluarga ataupun rekanan bisnis. Sarana komunikasi lain pun mulai terbuka seperti warung telkom yang ada di tengah kelurahan, telepon umum. Dampak terhadap teknologi komunikasi mengakibatkan terbukanya usaha bisnis bagi masyarakat seperti warung internet yang dikelola oleh masyarakat sendiri, tercatat terdapat tiga buah warnet yang menempati pemukiman masyarakat yang menyebar di komplek Griya Asri. Disamping itu juga, komunikasi tradisional pun masih digunakan seperti papan pengumuman di tingkat Rukun Warga, penggunaan masjid sebagai sarana informasi, pertemuan gotong royong warga tiap bulannya. Komunikasi dalam sebuah masyarakat tentu tidak terlepas dari masyarakat secara langsung baik tokoh masyarakat yang dianggap sebagi informasi utama atau tokoh pendapat yang selalu dimintakan pendapatnya. Masing-masing rukun tetangga memiliki pemimpin-pemimpin yang dianggap sebagai opinion leader yang memberikan informasi setiap program pembangunan yang akan datang. Informasi ini didapat dari sosialisasi yang dilakukan di kelurahan atau kecamatan. Tokoh-tokoh ini umumnya menjabat sebagai perangkat rukun warga ataupun rukun tetangga sehingga masyarakat akan lebih mudah menghubungi mereka yang menjadi sasaran dan diinformasikan ke masyarakat luas. Selain itu juga setiap tiga bulan sekali masyarakat Kelurahan Pulokerto mengadakan rapat dan pertemuan
bersama
antar
masyarakat
permasalahan yang ada di masyarakat.
di
kelurahan
membahas
seputar
51
Program Perbaikan Gizi dalam Kelompok Gizi Masyarakat Pulokerto Program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat merupakan singkatan dari Nutrition Intervention Through Community Empowerment disingkat dengan NICE adalah salah satu program yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Program perbaikan gizi dilatar belakangi oleh banyaknya kasus gizi buruk dan kekurangan gizi yang menimpa masyarakat miskin terutama masyarakat pinggiran dan pedesaan. Program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam hal permasalahan gizi dan kesehatan di wilayahnya. Kelurahan Pulokerto merupakan salah satu wilayah yang mendapat program perbaikan gizi masyarakat. Sebanyak empat kelurahan yang terpilih menjadi prioritas program yaitu Kelurahan Karang Anyar, Karang Jaya, Gandus, dan Kelurahan Pulokerto. Proses pemilihan dilakukan oleh pihak Kecamatan, Kelurahan dan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Keterpilihan wilayah Pulokerto memperoleh program didasarkan pada: (1) Kurangnya sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki di wilayah tersebut; (2) Kurangnya bidan kesehatan dan petugas kesehatan; (3) Penduduk yang memiliki mata pencaharian kurang dari layak dibawah Rp.750.000 perbulannya; (4) Pernah terjadi gizi buruk dan tingginya prevalensi kematian ibu dan balita serta kurang gizi; (5) Minimnya sanitasi kesehatan warga. Tujuan Program Perbaikan Gizi Tujuan program perbaikan gizi adalah: (1) Terbangunnya lembaga kemasyarakatan dalam bentuk kelompok sadar gizi yang dipercaya, representatif, terbuka serta aksesibiltas bagi masyarakat sehingga berperansertanya masyarakat terhadap program perbaikan gizi; (2) Terlaksananya program perbaikan gizi yang dilaksanakan bersama pihak masyarakat dan pemerintah dalam satuan kerja; (3) Bersinerginya program perbaikan gizi dan program pemberdayaan yang sejenisnya yang membantu masyarakat dalam hal memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami sehingga mampu mandiri. Selain itu membangun kesadaran dan kemampuan masyarakat bersama pemerintah menanggulangi permasalahan kesehatan terutama permasalahan gizi.
52
Organisasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Organisasi pelaksana adalah Dinas Kesehatan Kota Palembang sebagai Manajer proyek program perbaikan gizi masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Palembang melakukan sosialisasi kepada pihak kecamatan dan kelurahan sebagai koordinasi dalam penentuan dan pelaksanaan program di wilayah Kecamatan Gandus. Setelah memperoleh sasaran kelurahan yang menerima proyek program perbaikan gizi, ditentukanlah kelompok kerja program yang dipilih langsung oleh masyarakat. Kelompok kerja melakukan tugasnya dibantu oleh fasilitator masyarakat beserta petugas puskesmas sebagai pendamping masyarakat. Pelaksanaan program dimonitoring dan dievaluasi oleh petugas puskesmas dan dinas kesehatan Kota Palembang. Sasaran Penerima Program Perbaikan Gizi Sasaran penerima program perbaikan gizi adalah posyandu, ibu dan balita dari kalangan keluarga miskin, kader posyandu, sekolah dasar dan madrasah, serta masyarakat desa penerima paket gizi masyarakat (PGM). Proyek program perbaikan gizi diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bersifat penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan tersebut diusulkan dalam bentuk paket gizi masyarakat oleh kelompok gizi melalui partisipasi aktif masyarakat. Strategi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Strategi pelaksanaan program perbaikan gizi dilakukan dengan membentuk kelompok kerja. Kelompok kerja berjumlah sepuluh orang dari kalangan masyarakat setempat. Komposisi kelompok kerja di Kelurahan Pulokerto terdiri dari enam orang perempuan dan empat orang laki-laki. Komposisi kelompok dihasilkan dari rapat kelurahan yang terjadi pada tanggal 14 Desember 2009. Tujuan keterlibatan laki-laki dalam kelompok kerja agar dapat memberikan perlindungan dan membantu tugas anggota perempuan. Masing-masing perwakilan dari sepuluh rukun warga terwakilkan dalam kelompok kerja tersebut. Fungsi kelompok kerja adalah melakukan pendataan target sasaran penerima program yang didasarkan pada data hasil survey dan wawancara dengan penerima program. Setelah memperoleh data, kelompok kerja melakukan diskusi terbatas bersama dengan fasilitator dan petugas puskesmas untuk menentukan paket gizi yang akan direncanakan. Paket gizi masyarakat adalah kumpulan
53
agenda kerja yang diusulkan oleh kelompok gizi masyarakat kepada pihak penyandang dana program. Pengusulan paket gizi diusulkan melalui dinas kesehatan kota yang diketahui oleh pimpinan lokal dan pelaksana program di lapangan. Paket gizi dibuat oleh kelompok sebanyak tiga kali dalam masa proyek program perbaikan gizi selama tiga tahun. Kelompok kerja melakukan tugas setelah dana pakat gizi diterima dari penyelenggara proyek. Adapun kegiatan yang dikelola oleh kelompok adalah kegiatan yang menunjang kesadaran masyarakat tentang perbaikan gizi. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhan oleh posyandu seperti meja, kursi dan alat ukur; (2) Memberikan pelatihan kepada kader posyandu oleh petugas puskesmas setiap bulannya; (3) Memberikan pendampingan pengisian buku sistem informasi posyandu oleh kelompok dan petugas puskesmas setiap bulannya; (4) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang di selenggarakan di posyandu setiap bulannya oleh petugas kesehatan; (5) Memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusui
tentang kesehatan ibu oleh
petugas kesehatan yang dilaksanakan di salah satu rumah tokoh masyarakat; (6) Memberikan penyuluhan kepada pedagang kantin sekolah tentang kesehatan makanan sekolah yang baik untuk dikonsumsi yang diselenggarakan di tiga sekolah dasar Kelurahan Pulokerto. Kelompok kerja menganggarkan perbaikan sanitasi sekolah yang telah rusak. Penganggaran ini telah menjadi bagian dari aturan dari proyek program perbaikan gizi. Kelompok gizi masyarakat Pulokerto melakukan pemugaran di dua sekolah yaitu SD Negeri 172 dan SD Muhammadiyah Air Itam dengan memugar kamar mandi sekolah dan membuat tempat cuci tangan serta mambangun sarana penampungan air. Masa proyek program perbaikan gizi hanya terbatas tiga tahun sehingga kelompok diwajibkan mengalokasikan dana 10% dari dana paket gizi tahap tiga untuk membangun ekonom kreatif masyarakat. Bentuk dari ekonomi kreatif yang dikelola oleh kelompok gizi Pulokerto adalah membangun unit usaha penjualan bambu yang bekerja sama dengan petani bambu di wilayah Pulokerto.
54
Kegiatan yang telah dilakukan dilaporkan setiap bulannya oleh kelompok kerja baik dalam bentuk laporan kegiatan maupun laporan keuangan. Laporan tersebut diaudit oleh petugas kesehatan puskemas dan dinas kesehatan sebagai penyelenggara proyek program perbaikan gizi. Adapun kegiatan dari proyek program perbaikan gizi dapat digambarkan melalui siklus pada sketsa Gambar 3.
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Pembentukan Kelompok di Masyarakat (Pokja) Pembuatan Paket Gizi Masyarakat (Survey dan Musyawarah kelompok)
Tahap Persiapan Sosialisasi Perbaikan Gizi Penunjukkan sasaran program
Program wilayah
Pembuatan proposal Paket gizi Pelaksanaan kegiatan Paket gizi
Tahap Evaluasi Laporan Pertanggung jawaban Kelompok tertulis dan lisan Audit program kegiatan KGM
Keputusan Dinas Kesehatan, Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan
Gambar 3 Siklus kegiatan program perbaikan gizi
55
Deskripsi Peristiwa Komunikasi pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat Pertemuan Pembentukan Kelompok Kerja Pembentukan kelompok gizi masyarakat atau disingkat dengan KGM adalah salah satu peristiwa komunikasi yang menjadi objek penelitian dari peneliti. Peristiwa pembentukan kelompok adalah bagian dari tahapan ke dua setelah penentuan sasaran proyek program perbaikan gizi yang ditentukan oleh pihak pemegang kebijakan. Pembentukan kelompok gizi dilakukan pada hari Senin tanggal 14 Desember 2009 pukul 10.00-12.00 WIB. Pembentukan kelompok dilakukan di kantor aula Kelurahan Pulokerto. Peserta yang hadir saat pembentukan berjumlah 25 orang yang mewakili dari berbagai unsur dari kalangan masyarakat. Unsur yang terwakilkan dari masyarakat antara lain adalah kaum perempuan baik berasal kader posyandu, ibu PKK Kelurahan Pulokerto, tokoh masyarakat, pendidik maupun ibu rumah tangga, sedangkan dari kaum laki-laki kebanyakan adalah Rukun Tetangga, Rukun Warga, tokoh pemuda serta tokoh agama. Kegiatan pertemuan didominasi oleh kaum perempuan. Jumlah kaum perempuan yang hadir sebanyak 15 orang dan kaum laki-laki berjumlah 10 orang. Informasi kegiatan dilakukan dengan mengundang masyarakat baik dengan mengirimkan surat ke tokoh masyarakat dan pihak RT dan RW serta menempelkan surat ke papan pengumuman yang dapat dibaca oleh masyarakat. Dominasi kaum perempuan yang hadir adalah salah satu syarat karena di dalam surat undangan tersebut ditujukan kepada kaum ibu. Selain itu, peserta yang juga hadir adalah petugas kesehatan dan fasilitator program. Partisipan rapat yang telah hadir memasuki ruangan aula Kelurahan Pulokerto yang lebarnya 70 meter persegi. Partisipan duduk di setiap kursi yang telah dipersiapkan. Kursi tersebut diatur berjejer lima vertikal dan lima horizontal. Bentuk pertemuan menggunakan pola huruf U, dimana masing-masing partisipan rapat dapat saling bertatap muka. Tidak ada batasan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan hanya saja terjadi dengan sendirinya perempuan duduk dengan rombongan perempuan dan laki-laki duduk pada rombongan laki-laki sehingga terlihat seperti mengelompok.
56
Pertemuan dibuka setelah semua partisipan rapat hadir di dalam ruangan. Rapat dibuka langsung oleh lurah Pulokerto dengan mengucapkan salam dan memberikan beberapa alasan pertemuan rapat serta arahan rapat. Adapun ungkapan dari lurah tersebut tertuang dalam kutipan berikut ini. “Rapat pertemuan ini kito adakan dengan alasan bahwa pentingnya program NICE ini bagi kito supaya jelas dan dak menimbulkan tando tanyo bagi kito dan perlunya kito membicarakannyo karena masyarakat kito yang nak mengelolanya nantinyo sehingga perlu hadir untuk memahaminyo sehingga dak saling mencurigai....selain itu perlunyo kerja samo dari kito masyarakat untuk saling bahu membahu dan saling membantu dalam pengelolaan program tersebut kedepannyo... aku mengharapkan nantinya setelah terpilihnya pengurus kelompok yang terpilih ini dak katek saling mencurigai atupun saling melempar tanggung jawab.... jadi ini la tanggung jawab kito yang ado di sini... berarti kito la jadi wakil dari masyarakat kito...jadi siapo itu yang menjadi kelompok kerja dalam program ini nanti aku serahkan pada maysrakat yang ado ini.... baiknyo mak mano jadi aku hanya mendengarkan bae kemauan kamu yang ado”. Lurah berpesan agar peserta rapat dapat aktif mendengarkan dan terlibat langsung dalam rapat sehingga tidak menimbulkan kecurigaan terhadap unsur pemerintah. Partisipan rapat diberikan kebebasan untuk bertanya bila masih ada dalam rapat ini yang masih belum jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir terhadap kegiatan program yang akan dijalankan nantinya. Lurah juga berpesan, setelah kelompok kerja terpilih, agar memaksimalkan program tersebut dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga dapat dirasakan masyarakat disetiap lapisan. Pengantar dari lurah telah disampaikan, selanjutnya pengeras suara berpindah kepada petugas kesehatan yang merupakan perwakilan dari NICE atau Proyek Perbaikan Gizi Masyarakat. Petugas kesehatan menerangkan kepada masyarakat bahwa program NICE atau Proyek program perbaikan gizi masyarakat adalah salah satu program di bidang gizi yang melibatkan masyarakat langsung sebagai pelaku kegiatan program. Program ini melibatkan masyarakat langsung sebagai pembuat kegiatan, apa yang harus dilakukan dan berapa jumlah alokasi yang dibutuhkan sesuai dengan besaran kegiatan tersebut. Sumber dana program ini berasal dari Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia. Proyek program ini adalah pinjaman kepada masyarakat Indonesia yang diberikan
57
oleh ADB untuk mengurangi angka gizi buruk yang melanda masyarakat Indonesia. Pemberian bantuan ini dalam bentuk proyek program perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat atau biasa disingkat dengan NICE (Nutrition Intervention Through Community Empowerment). Pemberian bantuan program ini melibatkan 524 desa dan kelurahan yang memperoleh program. Kota Palembang memiliki 117 kelurahan, tetapi hanya 110 kelurahan yang memperoleh bantuan dengan kriteria yang telah ditentukan oleh pihak NICE sendiri. Sedangkan, cara kerja proyek program ini adalah dengan membentuk kelompok kerja yang terdiri dari sepuluh orang yang terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris serta anggota. Kelompok kerja inilah yang akan menyusun kegiatan paket gizi tersebut. Kelompok kerja yang dipilih akan menjalankan program sesuai dengan aturan main dari proyek NICE. Kelompok kerja tidak sendiri dalam menyusun rencana kegiatan, namun akan dibantu oleh fasilitator beserta pihak puskesmas. Susunan kelompok kerja sesai dengan arahan dari lurah, diserahkan langsung kepada masyarakat untuk memilih pengurus yang akan menjalankan program tersebut. Kelompok kerja adalah hasil perundingan yang dipilih bersama masyarakat yang hadir. Petugas kesehatan juga menekankan bahwa program perbaikan gizi sangatlah penting bagi Kelurahan Pulokerto, karena kegiatan ini berfungsi memantau perkembangan gizi masyarakat terutama ibu balita, ibu hamil (bumil), dan ibu rumah tangga, selain memberikan informasi dan pelatihan kepada masyarakat serta mendekatkan peran serta puskesmas sebagai layanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Program ini juga mengaktifkan kembali posyandu dan kader di posyandu untuk meningkatkan kinerja posyandu. Program perbaikan gizi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah dengan memantau dan memberikan penerangan bagi siswa sekolah dan pedagang kantin untuk menjaga kebersihan lingkungan. Sisa dari 10% anggaran proyek program perbaikan gizi diharapkan dapat membangun ekonomi inovatif yang dikelola langsung oleh kelompok. Petugas kesehatan menyarankan agar pengelolaan program sebaiknya dilakukan secara bersama dengan kelompok gizi yang lain dalam satu Kecamatan Gandus sehingga dapat menyelaraskan kegiatan bersama.
58
Petugas kesehatan telah selesai memberikan pengantar yang baik berupa informasi dan arahan, sehingga pengeras suara berpindah ke fasilitator masyarakat. Fasilitator masyarakat memberikan beberapa penjelasan kepada peserta rapat. Fasilitator menekankan bahwa program proyek NICE merupakan salah satu sarana bantuan buat kelembagaan pemberdayaan masyarakat agar dapat bergerak. Selama ini, kelembagaan pemberdayaan hanya berupa papan nama, namun dengan adanya NICE sebagai sponsor pendanaannya, kelembagaan ini akan dapat bekerja sesuai dengan petunjuk dan pelaksanaan yang diatur oleh NICE sendiri. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan kelompok, namun juga melibatkan masyarakat langsung. Setelah kelompok terbentuk, NICE akan memberikan pelatihan kepada bendahara dan sekretaris dalam waktu dekatnya. Kelompok akan diberikan bekal buku bacaan mengenai aturan pada kegiatan NICE sendiri. Kelompok dapat memanfaatkan data-data yang ada sebagai sumber informasi awal untuk menentukan langkah kegiatan dalam menentukan paket gizi masyarakat. Fasilitator menegaskan kembali bahwa kelompok kerja harus dapat mengatur pengelolaan keuangan sesuai dengan porsi kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kondisi masyarakat atau permasalahan yang ada. Pengeras suara diletakkan oleh faskel setelah beberapa penyampaian dan lurah mempersilahkan wakil lurah mengambil alih acara untuk meneruskan ke acara berikutnya. Acara berikutnya diusulkan oleh salah satu warga agar langsung saja menentukan kelompok yang akan melaksanakan tugas di proyek program perbaikan gizi tersebut. Usulan tersebut disambut oleh partisipan yang lain dan wakil lurah pun memberikan kesempatan kepada partisipan yang hadir untuk mencalonkan kandidat kelompok kerja. Berikut adalah kutipan yang disampaikan oleh wakil lurah Pulokerto. “Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu, sebaiknya kita memimilih kelompok kerja terlebih dahulu sebelum meneruskan pertanyaan atau tanya jawab. Saya menyarankan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mengusulkan nama yang akan diusulkan menjadi ketua, bendahara dan sekretaris terlebih dahulu”. Suasana sedikit ribut, beberapa suara terdengar menyebut nama yang akan menjadi bagian dari kelompok kerja gizi. Wakil lurah memberikan teknis pemilihan. Tetapi, partisipan rapat menginterupsi agar wakil lurah saja yang
59
langsung menunjuk nama-nama yang menjadi kelompok kerja. Namun wakil lurah menolak dengan alasan bahwa hal ini sudah pernah dilakukan. Berikut isi jawaban dari wakil lurah. “Sebenarnya kelompok ini telah ada namanya secara administrasi, namun karena pengurus yang lama tidak mampu memegang kerja proyek ini dengan beberapa pertimbangan antara lain anggaran dana yang besar dan perlu menangani kegiatan yang lain sehingga secara terbuka saja kita pilih kembali susunan formasi pengurus yang baru....kalaupun pengurus kemarin yang telah ditetapkan mau dipilih kembali saya serahkan kepada bapak dan ibu yang hadir.” Beberapa nama dari partisipan mulai disebut dalam rapat seperti Madri, Rafik, Sabaruddin dan Nafiah dari kaum laki-laki, sedangkan dari perempuan beberapa nama yaitu Maitati, Hindun, Halijah, Yenarni dan Hermina, serta Annita. Wakil lurah menuliskan nama-nama tersebut di papan tulis nama-nama yang dipilih menjadi pengurus kelompok kerja gizi. Kemudian wakil lurah memberikan arahan sebagai berikut. “Nama-nama yang akan menjadi bagian dari proyek program NICE sudah kita pilih tinggal lagi kita menetapkan nama-nama yang akan menjadi ketua, bendahara dan sekretaris. Saya menyerahkan kembali kepada para peserta rapat.” Peserta rapat menunjuk nama Madri, Rafik dan Hindun serta Anita dan terjadilah dialog antara partisipan. Beberapa peserta yang rapat lebih cenderung kepada Madri dan Rafik menjadi ketua. Tak berapa lama, wakil lurah menawarkan untuk pemilihan langsung. Rafik terpilih sebagai ketua melalui pemilihan langsung. Sedangkan bendahara dan sekretaris dipilih melalui pemilihan langsung dan terbuka dan akhirnya terpilih Madri sebagai bendahara dan Hindun sebagai sekretaris. Pemilihan kelompok kerja telah terpilih, wakil lurah mempersilahkan kelompok kerja untuk memperkenalkan diri dan asal tempat tinggal serta memberikan kata sambutannya. Rafik, sebagai ketua, mewakili kelompok kerja memberikan kata pengantanya. Isi pengantar yang diberikan adalah ajakan untuk dapat bekerja sama dan meminta untuk bantuan dari peserta yang hadir untuk memberikan sosialisasi kepada anggota masyarakat yang lain. Sejenak, acara terdiam selama beberapa saat. Lalu wakil lurah meneruskan acara dengan acara tanya jawab, tetapi waktu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB, sehingga acara tanya jawab dibatasi hanya tiga puluh menit dari wakil lurah. Peserta rapat pun
60
menyetujuinya dengan berdiam tanpa mengomentari waktu yang ditawarkan karena hari sudah siang. Sesi tanya jawab berlangsung, dimana pertanyaan di mulai dari pengurus yang baru terbentuk. Pertanyaan pertama diajukan dari ketua kelompok kerja yaitu Rafik. Adapun sesi pertanyaan tersebut langsung di jawab oleh petugas. Adapun kutipannya sebagai berikut. Rafik : saya nak ngajukan pertanyaan ke petugas kesehatan, mak ini.... beberapa dari anggota kita perlu tahu berapo nian anggaran dana yang digunakan untuk program ini, sehingga kito dak saling mencurigai dan apo langkah-langkah kami sebagai kelompok kerja ni yang harus kami lakukan tahap awal ni.? PK : begini pak... terima kasih pertanyaannya... anggaran dana yang digelontorkan itu ado 140 juta.... namun ini dak langsung dibagike......ini dilakukan beberapa tahapan. Jadi teknisnyo kelompok kerja akan memiliki rekening Bank yang telah kami tunjuk dalam hal ini Bank BRI. Yang menjadi tanda terima rekening tersebut hanya tigo uoang yang bertanggung jawab yaitu ketua, bendahara, dan sekretaris. Dana yang akan dibagikan sesuai dengan besaran usulan kegiatan yang akan dilakukan persatuan paket kerjo. Sehingga dana tersebut harus habis. Langkah yang harus dilakukan oleh kelompok adalah menentukan paket gizi yang nak dilakukan kedepannyo setalah melihat permasalahan di posyandu ataupun di lingkup kesehatan lingkungan sekitar. Jadi ageknyo akan di dampingi sendiri oleh fasilitator dan saya. Kalu masih dak mengerti pacak datang ke puskesmas langsung. Rafik : jadi mak mano pengurusannyo di Bank.? PK : masalah itu telah kami pikirkan dan telah kami buatkan nama-nama pengurus tersebut setelah memperoleh SK nama pengurus kelompok gizi. Jadi kelompok terus konsultasikan hal ini ke fasilitator yang mendampingi. Yang perlu dipegang ini adonyo kebersamaan dan kesepakatan bersama sesama kelompok. Rafik : ini, nanyo lagi ni bu.... mak mano masalah dana 10% itu? PK : dana 10% itu dana yang nak diperuntukkan buat lembaga kelompok KGM agar pacak tetap berlangsung..... meskipun proyek perbaikan gizi ini dak katek lagi. Dana itu dimaksudke dikelola oleh kelompok tu la.... sehingga pacak mengoperasionalkan pengelolaan lembaga KGM sendiri. Kalu pacak dana itu dikelola oleh kelompok gizi tu la sebagai pengembangan gizi..... sehingga berkaitan dengan program proyek ini
61
Rafik : jadi dana itu sebagai dana usaha KGM dengan kato lain.... atau mak mano..... PK : iyo, dana itu sebagai dana usaha, untuk regulasi kerja kelompok bae...tetapi sifatnyo harus mendukung usaha proyek perbaikan gizi. Rafik : oooo.....mak mano dengan mekanisme nyo apakah masuk dalam paket yang diusulkan jugo.... PK : iyo, apapun yang dilakukan dalam pengelolaan proyek ini harus ditulis dan dilaporkan... Pertanyaan berikutnya dipersilahkan kepada yang hadir dan kesempatan diberikan kepada bapak AS yang merupakan perwakilan dari RW.03 RT 12. Adapun pertanyaan yang diajukan sebagai berikut. Mak ini, ibu... apakah penggunaan dana ini pacak pulo dialokasikan ke penggunaan pembangunan cak posyandu atau pembangunan sarana warga lainnya. Sebelumunyo terima kasih. Pertanyaan yang diajukan oleh bapak AS mengenai penggunaan dana tersebut akan dialokasikan kemana saja atau dengan kata lain penggunaan dana tersebut diperuntukkan untuk apa saja. Pertanyaan ini di jawab oleh PK sebagai berikut. Terima kasih pak pertanyaan nyo, mak ini... penggunaan anggaran dana itu diserahkan samo kelompok kerja ini. Kelompok kerja yang akan menyeleksi kegiatan-kegiatan apo yang nak diisi sehingga anggarannyo kembali lagi ke kelompok sendiri yang menentukan penganggarannyo. Kito sebagai pihak pendamping hanya memberikan pendampingan dan konseling kegiatan. Nantinyo kelompok nak membangun sarana sanitasi masyarakat kito kembalikan lagi ke kelompk... yang penting sesuai dengan pengajuannyo fungsi dari proyek program peningkatan perbaikan gizi.....mungkin mak itu bae pak. Fasilitator lalu menambahkan jawaban dari petugas kesehatan, adapun kutipannya sebagai berikut. Mak ini pak, aku nak nambahin sedikit. Kalu mengenai pembangunan sarana masyarakat berdasarkan aturan yang ado kemungkinan dak pacak keculai yang telah di setting oleh program ini cak rehab fasilitas sanitasi sekolah namun kalu kelompok sendiri dan masyarakat merasa perlu kemungkinan biso bae. Proyek ini siftanya membantu bae yang perlu kito samo-samo pahami.
62
Pihak perempuan mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan. Pertanyaan diajukan oleh Ibu Hindun, sebagai perwakilan. Kutipan pertanyaannya sebagai berikut. “Begini ibu, kami senang ado program proyek perbaikan gizi ini, dan apakah ado pelatihan buat kami sebelum menjalankan program ini, kareno kami samo sekali dak tahu... iyo, apakah program ini dikhususkan buat ibu-ibu bae atau mak mano sesungguhnyo...? Jawaban langsung disampaikan oleh petugas kesehatan atas pertanyaan ibu Hindun. Adapun kutipan jawaban sebagai berikut. Terima kasih bu... akhirnyo dari perempuan ado jugo yang nak bertanyo... mak ini bu... sebelum program ini di jalankan, insyaallah ado pelatihan yang akan di lakukan oleh ibu dan bapak sebagai pengurus. Pelatihan ini hanya akan di hadiri oleh ketua, bendahara ataupun sekretaris atau perwakilan untuk menjalankan program ini. Kegiatan ini resmi yang akan dihadiri dari KGM yang ado di Kota Palembang. Masalah waktunyo akan ditentukan oleh pihak NICE pusat langsung. Ditunggu bae. .... kalu masalah apakah program ini hanya untuk ibu-ibu.... yo... namonyo jugo program perbaikan gizi.... masalah terbesarnya ado pada ibu dan balita jadi masalah ini memang beratnya di ibu hamil dan ibu balita. Pengantar terakhir yang diberikan oleh petugas kesehatan berupa nasehat agar program tersebut dapat dijalankan sebagaimana aturannya dan perlu diingat bahwa program tersebut bukan untuk mengambil keuntungan, akan tetapi kelompok merupakan bagian dari masyarakat yang membantu masyarakat langsung dalam membuat dan menentukan kegiatan yang sesuai dibutuhkan oleh masyarakat sendiri. Sehingga, perlunya kerja sama antara berbagai pihak baik puskesmas, kelurahan dan masyarakat. Waktu telah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Wakil lurah memberikan kode bagi masyarakat yang hadir untuk menutup acara. Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh peserta rapat. Setelah berakhir pertemuan pembentukan kelompok, acara selanjutnya dikembalikan ke kelompok untuk mengatur jadwal kerja kelompok dalam menyusun kegiatan program perbaikan gizi. Acara dilanjutkan dengan rapat kerja kelompok yang dilakukan oleh kelompok dan fasilitator. Kegiatan ini dilakukan setelah beberapa minggu dari kegiatan pembentukan kelompok tersebut.
Fasilitator masyarakat selalu
menghubungi pengurus kelompok dan memberikan arahan agar kelompok
63
berkumpul dan mengadakan rapat segera dan menetapkan paket-paket kegiatan yang akan dilakukan. Pertemuan Rapat Kerja Kelompok Pertemuan rapat kerja dilakukan setelah beberapa minggu kelompok dibentuk. Pertemuan kelompok disepakati bersama dua minggu sekali di kantor Kelurahan. Kesepakatan ini ditentukan oleh kelompok dengan mendengar beberapa kesempatan dari anggota kelompok. Pertemuan ditetapkan langsung oleh ketua setelah mendengar keterangan dari anggota dan fasilitator. Pertemuan pertama diadakan bulan Januari minggu pertama tahun 2010 di kantor Kelurahan Pulokerto di ruang rapat PKK. Kegiatan pertemuan dilakukan pada pukul 10.00-11.00 WIB. Kegiatan ini dihadiri sepuluh orang kelompok dan satu orang fasilitator. Kegiatan ini dipimpin oleh ketua kelompok. Pertemuan kelompok ini membahas kegiatan yang akan dilakukan untuk menghasilkan paket gizi yang akan diusulkan. Pada pertemuan ini sesama anggota kelompok mulai mengakrabkan diri dengan saling berdiskusi dan bercanda bersama. Anggota kelompok menggunakan pakaian bebas, namun formal. Acara dibuka oleh ketua dengan memberikan salam kepada anggota. Kemudian mendengarkan arahan dari fasilitator kegiatan, apa saja bentuk yang akan dilakukan dalam rapat tersebut. Fasilitator kemudian memberikan pengantar rapat kerja ke anggota kelompok. Arahan tersebut berisi agar rapat ini dapat dilakukan secara serius, namun santai sehingga anggota tidak terlampau tegang namun berisi dan menyelesaikan tugas. Selain itu juga, kegiatan rapat ini mendengarkan pendapat usulan tahap awal yang akan dilakukan kelompok pada tahap pertemuan berikutnya. Fasilitator juga menyarankan agar pertemuan ini tidak hanya dilakukan langsung, namun rutin dan bertahap sehingga koordinasi antar pengurus dapat berjalan dengan baik. Fasilitator menerangkan perihal seputar Kelompok Gizi Masyarakat sendiri. Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat merupakan salah satu bentuk kesepakatan bersama kelompok kepada masyarakat untuk membuat paket usulan. Sehingga, kelompok dapat terlebih dahulu melakukan survey dan diskusi, menggali informasi kepada masyarakat sasaran seperti pengguna posyandu, bidan dan puskesmas. Fasilitator juga menyarankan agar kelompok memastikan untuk memiliki basecamp atau sekretariat yang tetap
64
sehingga masyarakat dapat langsung bertanya ke kelompok atau ke sekretariat langsung. Ketua memberikan kesempatan kepada anggota untuk memberikan usulan, setelah fasilitator memberikan pengantarnya. Selang beberapa lama, seorang kelompok yaitu HD memberikan tanggapan dan dukungan apa yang dikatakan oleh fasilitator. HD menyarankan yang berisi agar kelompok gizi masyarakat dapat memiliki pakaian seragam sehingga terlihat formal dalam setiap melakukan tugas baik rapat dan turun lapang. Selain itu, HD juga menyarankan agar sebelum menentukan paket usulan, semua anggota harus melakukan survey yang dilakukan secara bersama-sama ke posyandu-posyandu dan melakukan kunjungan ke rumah bidan praktek ataupun puskesmas untuk meminta masukan. Setelah aspirasi yang disampaikan oleh salah satu anggota kelompok, ketua memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk menanggapinya, tetapi semua peserta pun diam. Ketua lalu mengajukan pertanyaan kembali untuk meminta tanggapan dari anggota terhadap usulan tersebut. Semua anggota menyetujui untuk pemindahan sekretariat dan membuat baju dinas KGM serta melakukan survey ke posyanduposyandu sebagai tahap awal kegiatan KGM. Ketua KGM menawarkan kembali kepada anggota untuk meminta masukkan dan saran. Namun tidak satupun yang memberikan masukan. Ketua KGM pun langsung mengulangi kembali hasil pertemuan rapat tersebut dan akan menanyakan kembali pertemuan tahapan selanjutnya. Setelah pertemuan pertama, pertemuan kedua akan dilanjutkan kembali pada akhir bulan Januari 2010 dengan agenda melakukan survey dan wawancara di posyandu serta melakukan diskusi dengan bidan dan petugas kesehatan. Hasil pertemuan rapat pertama mengarahkan kegiatan KGM untuk menghasilkan paket kegiatan gizi masyarakat sesuai dengan kehendak dari anggota dan masyarakat. Pertemuan kedua dilakukan di kediaman bendahara KGM Pulokerto. Kediaman ini merangkap posyandu Seroja di RW. 8 yang melingkupi RT. 19, 20 dan 21. Pada pertemuan ini anggota yang hadir adalah anggota KGM terdiri kelompok kerja sepuluh, fasilitator dan petugas kesehatan gizi. Pertemuan tersebut membahas paket yang telah dibahas pada pertemuan dua minggu yang lalu. Hasil pertemuan lalu dimasukkan dalam usulan paket gizi yang langsung diketik oleh
65
fasilitator dengan menggunakan media komputer. Selain itu, pertemuan rapat kedua ini juga mengagendakan pertemuan pada bulan Februari dan Maret 2010 untuk melakukan kunjungan ke setiap posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto. Tujuan dari pertemuan tersebut untuk mendata posyandu serta mendiskusikan kebutuhan yang diusulkan oleh posyandu dari kader dan berdiskusi dengan masyarakat pengguna langsung. Pertemuan kedua mengusulkan untuk menjadikan terlebih dahulu usulan kasar yang telah dirancang oleh sekretaris KGM dan fasilitator yang ditawarkan kepada anggota lain. Hasil pertemuan tersebut mengusulkan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan KGM dan posyandu dan memberikan kegiatan pelatihan kepada kader posyandu. Hasil rapat ini juga mengumumkan agar salah satu dari anggota menghadiri pelatihan kegiatan NICE yang akan diselenggarakan bulan Maret 2010. Pertemuan ketiga dan keempat, kelompok sepuluh KGM melakukan observasi ke posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto di sembilan posyandu. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sepeda motor. Pertemuan ini dilakukan dengan mendata serta melakukan wawancara kepada kader dan pengguna posyandu. Hasil pendataan yang diperoleh akan didiskusikan pada pertemuan pada bulan Maret akhir 2010. Pertemuan bulan Maret 2010 di akhir bulan, merupakan pertemuan yang menyimpulkan dan membuat paket gizi secara utuh untuk diusulkan ke puskesmas dan dilanjutkan ke dinas kesehatan yang menaungi proyek program gizi tersebut. Hasil pertemuan tersebut mengusulkan untuk membuat pakaian dinas KGM, melengkapi sarana posyandu, melatih kader posyandu, melengkapi kebutuhan administrasi KGM dan posyandu. Usulan ini ditanda tangani langsung oleh ketua, bendahara, sekretaris serta fasilitator langsung di depan anggota lain. Paket telah disahkan dan ditandatangani bersama kemudian di usulkan ke kelurahan sebagai pengesahan dari kepala wilayah setempat. Kemudian perwakilan kelompok yaitu ketua dan bendahara langsung bersama fasilitator mengunjungi dinas kesehatan kota untuk mengurus keuangan dari pencairan dana program yang akan dijalankan di masyarakat. Pertemuan di bulan April, KGM telah mulai melakukan aktivitas kegiatan dengan melakukan kegiatan pemantauan posyandu setiap hari buka, melengkapi
66
sarana prasarana posyandu seperti kursi dan meja, papan posyandu serta alat timbang dan alat ukur. Selain itu, mengadakan pelatihan sistem informasi posyandu bagi kader yang dilatih oleh petugas kesehatan puskesmas. Setiap kegiatan pelaksanaan program dilakukan evaluasi yang telah dilakukan dengan membuat berita acara kegiatan dan hasil target kegiatan yang dilakukan oleh kelompok. Tahapan pertama KGM berlangsung pada Januari - Desember 2010. Pertemuan rapat tahap usulan kedua tahun ke dua program NICE dilakukan pada bulan Desember 2010. Pertemuan tersebut hanya berlangsung dua kali pertemuan, yaitu di bulan Desember dan Januari 2011. Pertemuan tersebut dilakukan di kediaman sekretaris KGM. Pertemuan tahap kedua dihadiri oleh kelompok sepuluh dan petugas kesehatan, serta fasilitator. Pertemuan kedua menghasilkan kegiatan yang telah dirancang bersama setelah hasil diskusi dan evaluasi yang dilakukan secara bersama di setiap waktu kosong pada kegiatan KGM. Usulan yang diusulkan pada tahap kedua adalah mengusulkan mengadakan senam hamil bagi ibu hamil, mengadakan penyuluhan kesehatan bagi siswa sekolah dan penjaga kantin sekolah, membangun dan merenovasi fasilitas sanitasi sekolah, serta melengkapi administrasi operasional KGM. Kegiatan ini diusulkan oleh kelompok langsung dengan mengikuti pola pertemuan pertama pada kegiatan tahap awal. Pada pertemuan tahap kedua kelompok kerja sepuluh KGM telah lebih menguasai kondisi lapangan, serta telah terbiasa dengan laporan-laporan yang harus dibuat dan dilaporkan sebagai bagian pertanggung jawaban dari Kelompok Kerja Gizi masyarakat Kelurahan Pulokerto. Pertemuan tahap kedua ini yang menjadi vokal hanya ketua, bendahara, dan sekretaris dalam mengambil keputusan, sedangkan anggota lebih banyak diam dan mengaminkan saja kegiatan tersebut karena keterlibatan yang sering dilakukan antara ketua, bendahara dan sekretaris dalam setiap pertemuan dengan wakil pemerintah ataupun koordinator pemegang program NICE. Sehingga, usulan kegiatan tersebut tidak berlangsung lama untuk menentukan jadwal yang diagendakan hingga menjadi paket gizi masyarakat, hanya membutuhkan waktu selama dua kali pertemuan paket gizi telah diserahkan ke satuan kerja di dinas kesehatan kota yang menaungi program NICE.
67
Hasil pertemuan tahap kedua menghasilkan agenda jadwal piket antar kelompok kerja. Hal ini dilakukan agar menjaga keadilan bersama antar pengurus serta menjaga koordinasi dan komunikasi antar anggota kelompok gizi masyarakat Kelurahan Pulokerto. Pelaksanaan jadwal piket tersebut dilakukan untuk melibatkan setiap anggota kelompok sepuluh serta lebih mengintensifkan pemantauan per wilayah. Selain itu, pertemuan KGM menghasilkan agenda penyuluhan gizi masyarakat ke sekolah yang ada di Kelurahan Puilokerto SDN 172 dan SD Muhammdiyah Air Itam, penyuluhan gizi ke posyandu dengan melibatkan fasilitator dan penyuluh kesehatan dari Pukesmas Gandus sebagai pemateri. Kegiatan perbaikan dan renovasi gedung sanitasi sekolah dan pembuatan bak sampah merupakan bagian dari agenda KGM. Pemberian door prize dan demo masak dalam setiap pertemuan posyandu. Kegiatan tahap kedua ini berlangsung dari bulan Januari - Desember 2011. Pertemuan pada tahap tiga dilakukan pada bulan Oktober 2011, yang dihadiri oleh fasilitator dan kelompok kerja sepuluh. Pertemuan tersebut dilakukan di kediaman sekretaris KGM. Pertemuan dilakukan dengan membahas persiapan usulan tahap III. Pertemuan dibuka oleh ketua KGM dengan salam dan dilanjutkan dengan menjelaskan tahap akhir dari kegiatan NICE setelah tahun kedua di tahun 2011. Usulan paket gizi sebelumnya telah di buat oleh fasilitator dan mengusulkan kepada ketua dengan mempertimbangkan suara dari anggota. Usulan tersebut ditawarkan oleh ketua kepada anggota. “usulan paket ketigo la, ado contohnyo... kiro-kiro dari usulan yang ado sekarang ado dak yang nak mengusulkan kegiatan lain atau mak mano dari ibu dan bapak yang ado”. Pertanyaan
tersebut
langsung
diajukan
oleh
anggota,
dengan
mempertanyakan kegiatan dari anggaran dana 10% dari kegiatan KGM yang akan digunakan. Sedangkan yang lain mengusulkan untuk mengadakan kembali kegiatan kumpul-kumpul bersama seperti pada kegiatan yang pertama. Pertanyaan tersebut pun dijawab langsung oleh ketua KGM. Kegiatan pada tahap ketiga akan diusulkan kegiatan sama seperti kegiatan pada tahap kedua yang membedakannya adalah penggunaan dana KGM 10% yang digunakan untuk dana ekonomi inovatif KGM. Tujuan dari ekonomi inovatif ini untuk menjalankan roda regulasi KGM agar dapat berjalan sesuai dengan fungsi kelembagaan. Kegiatan yang diusulkan
68
akan diserahkan kembali kepada satker NICE Kota Palembang. Kegiatan 10% akan diusulkan untuk usaha bambu belah yang bekerja sama dengan petani bambu di Air Itam Pulokerto. Pembagian usaha ini dibagi berdasarkan keuntungan bersama. Pembagian hasil dibagi sebesar 50% keuntungan KGM dan 50% petani. Jumlah modal yang digunakan bila dinominalkan sejumlah Rp.4.200.000,- dari anggaran tahap ketiga. Penuturan petani usaha bambu KGM akan memperoleh hasil kegiatan setiap dari hasil penjualan dan akan disetorkan setiap bulannya ke ketua KGM. Setelah penawaran usulan lain yang ditawarkan oleh ketua, anggota menyerahkan langsung ke ketua dan bendahara atas kegiatan dari KGM. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari HD. “kami menyerahkan bae la kalu dana 10% yang ado, yang penting pertanggung jawabannyo pacak kito lakukan. Kalu memang biso, mak mano tanggapan dari fasilitator” Fasilitator menanggapi usulan usaha yang akan dilakukan tersebut. Fasilitator menganggap tidak masalah dan usulan yang baik, hal ini selagi dapat masih dipertanggung jawabkan dan dana regulasi tersebut langsung dimanfaatkan untuk kepentingan lembaga KGM itu sendiri. Sehingga dari keuntungan yang diperoleh KGM dapat berjalan meskipun kegiatan ini tidak lagi di sokong oleh dana dari proyek NICE. Tetapi, fasilitator masih ragu akan ide penggunanaan dana 10% dari anggaran tahap ketiga tersebut, sehingga pada rapat sosialisasi kunjungan dari satker NICE ke puskesmas Gandus pada bulan Desember akan dicoba dikonfirmasi ulang. Setelah beberapa usulan diterima dan akan dijadikan sebagai usulan paket tiga, yang bermasalah hanya dana 10% rapat yang perlu di bahas. Adapun hasil rapat kegiatan KGM pada tahap ketiga adalah pemantapan posyandu pada hari buka posyandu dengan pendampingan kader posyandu, memberikan door prize pada hari buka posyandu kepada pengunjung posyandu, membuka posyandu plus, melaksanakan program makanan tambahan di posyandu, melakukan demo masak serta penyuluhan kesehatan di tiap posyandu, mengadakan usaha ekonomi kreatif berupa bisnis bambu. Setelah agenda usulan diulas kembali oleh sekretaris, acara langsung ditutup oleh ketua menandatangani usulan paket gizi masyarakat atas nama ketua dan bendahara. Kegiatan ini dilakukan dari Januari - Desember 2012.
69
Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat Kegiatan KGM yang telah dirumuskan dan telah disosialisasikan kepada pihak pertama pemegang proyek NICE dilaksanakan beserta masyarakat. Kegiatan tersebut melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan acara. Acara kegiatan berhubungan dengan kegiatan posyandu (pos pelayanan terpadu). Pelaksanaan kegiatan KGM peneliti gambarkan dalam bentuk paparan cerita berupa deskriptif. Kegiatan pelaksanaan kelompok gizi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh kelompok gizi Kelurahan Pulokerto. Kegiatan pada tahap pertama lebih memfokuskan pada kegiatan melengkapi sarana dan prasarana posyandu seperti pengadaan meja, kursi, papan posyandu, alat timbang, alat ukur serta alat tulis posyandu sebagai laporan sistem informasi posyandu. Selain itu juga, pemberian bantuan dana PMT ke posyandu yang merupakan bagian dari agenda rutin di posyandu, pemberian dana insentif kepada kader, mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan di posyandu dan mengadakan demo masak di posyandu. Kegiatan ini bergulir dilakukan di tiap posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto. Acara ini mendapat tanggapan dari masyarakat dan dengan segera mendatangi posyandu. Acara di buka dari pukul 08.30 - 11.00 WIB. Kegiatan ini dipandu oleh masing-masing kader posyandu disetiap posyandu yang didampingi oleh kelompok gizi masyarakat, fasilitator dan petugas kesehatan. “Kami senang dengan kegiata ini, kampung kami jadi rame dan anakanak berdatangan untuk memeriahkan acara seperti ini. Kami bisa mengecek kesehatan dan mendengarkan penyuluhan dari petugas kesehatan. Kami pacak langsung betanyo sehingga kami dak susah lagi nak datang ke puskesmas. Ini kami harapkan pacak berlangsung terus” (Pengunjung posyandu). Kegiatan ini mendapat tanggapan yang baik dari pengunjung posyandu ibuibu baik yang hamil, maupun yang memiliki balita tak luput pula lanjut usia. Kegiatan ini dimeriahkan pula dengan mengadakan demo masak dengan mengambil bahan dasar yang berasal dari sumber lokal seperti telur ayam, ubi dan kacang hijau. Sehingga hasil kegiatan demo masak langsung disantap di posyandu. Kegiatan ini memupuk rasa kebersamaan dan keeratan bersama antar warga. Pada akhir acara dilakukan pengundian kepada balita yang memiliki berat
70
badan yang naik dan memiliki kunjungan yang rutin dan memperoleh door prize yang telah disiapkan oleh kelompok gizi masyarakat. Pada kegiatan tahap kedua kegiatan KGM Kelurahan Pulokerto hampir sama dengan kegiatan tahap pertama. Kegiatan ini meliputi pemberian pendampingan kepada kader posyandu, mengadakan PMT di tiap posyandu, mengadakan senam ibu hamil disetiap posyandu, mengadakan penyuluhan kepada ibu dan balita, serta memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah akan sanitasi dan gizi seimbang. Selain itu juga mengadakan perbaikan sanitasi sekolah yang telah rusak. Kegiatan tahap kedua melibatkan dari berbagai unsur baik dari guru sekolah, masyarakat, pedagang kantin sekolah, fasilitator dan petugas kesehatan. Kegiatan ini mendapat apresiasi dari sekolah yang terkena dampak dari dana program KGM. Adapun pernyataan pihak sekolah sebagai berikut. “kami senang sekolah kami memperoleh bantuan berupa rehab kamar mandi dan wc sekolah, sehingga murid semakin sadar penggunaan kamar mandi dan WC dapat difungsikan dengan baik, selama ini anak-anak asal-asal saja bila buang air kecil sehingga dengan adanya wc yang baru anak-anak menggunakan dan menjaganya” (Guru UKS SDN 172 Pulokerto). Selain kegiatan perbaikan sanitasi sekolah, pada tahap dua diadakan kegiatan senam ibu hamil yang dilakukan di tiap posyandu. Kegiatan ini sedikit mendapat apresiasi dari ibu hamil. Adapun alasan yang mereka ungkapkan adalah rasa malu menirukan gaya pelatih senam hamil, serta belum terbiasa dengan kegiatankegiatan yang ada, namun ibu hamil yang mengikuti kegiatan merasa senang dengan kegiatan ini selain pemahaman mereka bertambah, mereka akan menirukannya kembali di rumah mereka masing-masing. Kegiatan tahap tiga hampir sama dengan kegiatan tahap pertama dan kedua yang membedakan adalah kegiatan ini lebih mempertahankan kelembagaan KGM di Kelurahan Pulokerto. Proses regulasi kelembagaan yang digunakan adalah menggunakan 10% dari dana tahap ketiga sebesar Rp.4.200.000,00 sebagaimana dana regulasi kelompok yang digunakan untuk menghidupkan kegiatan KGM agar dapat mandiri dan berjalan sesuai dengan program awal. Selain itu, kegiatan posyandu dapat berjalan sesuai dengan fungsi pada hari buka posyandu. Jadi
71
kegiatan pada tahap ketiga lebih kepada memantapkan kegiatan tahap kedua dan tahap pertama agar posyandu tetap eksis di hari buka tiap bulannya. Sosialisasi Kegiatan Kelompok Gizi Masyarakat Pelaksanaan sosialisasi adalah bagian pertemuan yang dilakukan oleh kelompok kerja gizi masyarakat dengan fasilitator dan pemerintah sebagai penyelenggara program. Pertemuan dilakukan di Puskesmas Gandus, dengan mendengarkan beberapa tindak lanjut yang telah dilakukan di kelompok gizi masing-masing. Pertemuan dihadiri oleh empat kelompok gizi yang berasal dari satu kecamatan. Kelompok gizi tersebut adalah kelompok gizi masyarakat Kelurahan Pulokerto, Gandus, Karang jaya dan Karang anyar. Pertemuan tersebut telah dilakukan satu kali pada bulan Juni 2011. Pertemuan tersebut lebih kepada memantau jalannya kegiatan tahapan pertama yang telah dilakukan di lapangan. Pantauan ini dilakukan oleh NICE Pusat dari Kemeneterian Kesehatan, Provinsi Sumatera Selatan serta Kota Palembang. Kegiatan yang dilakukan dengan menanyakan kesan dan tanggapan kepada tim sepuluh KGM tentang program proyek NICE. Selain itu mereka juga menanyakan langsung kepada masyarakat tentang manfaat langsung yang diperoleh oleh masyarakat. Pertemuan ini dilakukan dari pukul 10.00 - 13.00 WIB. Tim pemantau pusat bekerja langsung turun ke lapang melihat prosesi kegiatan kerja KGM di lapangan. Peneliti mencoba menggali dari pengurus KGM Pulokerto dari hasil observasi dari pusat. Komentar HD atas pertemuan tersebut adalah. “hasilnya baik bae... dan kami dan bebohong, memang ini yang kito gaweke di lapangan.... kito butuh layanan dari bidan atau dokter puskesmas... jadi masyarakat memang mengharapkan kegiatan seperti ini selain menambah motivasinyo jugo untuk datang ke kegiatan KGM baik di posyandu atau kegiatan pelatihan yang kami selenggarakan jugo menambah keterlibatan dari masyarakat untuk peduli memantau kesehatan masing-masing tetangga baik yang hamil maupun yang sakit, ibu-ibu ataupun bapa-bapak” Kegiatan pemantauan yang dilakukan memberikan motivasi kepada anggota masyarakat untuk terlibat dan datang serta berpartisipasi dalam kegiatan KGM. Sehingga KGM menjadi bagian dari masyarakat dalam mendekatkan kesehatan yang berbasis masyarakat. Kegiatan pertemuan dilakukan dengan interkasi antara petugas dengan masyarakat dan menanyakan kebutuhan serta hal yang telah dirasa
72
telah baik bagi masyarakat. Hasil tanggapan yang dilontarkan oleh masyarakat bahwa mereka senang dengan kegiatan seperti ini dan mereka mengharapkan kegiatan ini lebih rutin dijalankan. Akhir pertemuan pesan dari petugas koordinator pusat NICE yang dititipkan ke petugas gizi adalah agar program tersebut
dikelola
dengan
baik
dan
dioptimalkan
penggunaanya
untuk
meningkatkan kesadaran akan keluarga yang sadar gizi. Pertemuan ditutup dengan makan bersama antara masyarakat dan petugas NICE serta kelompok sepuluh KGM Kelurahan Pulokerto. Pertemuan kedua dilakukan pada bulan Desember 2011, pertemuan tersebut merupakan pertemuan berkala dari penyelenggara program NICE di tingkat Kota Palembang. Program perbaikan gizi masyarakat dilakukan untuk melihat aktivitas yang telah dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan program gizi yang telah dilakukan oleh tim pelaksana yang berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan fasilitator dalam pelaksanaannya. Kegiatan sosialisasi dilakukan di Puskesmas Gandus, Kecamatan Gandus. Peserta pertemuan adalah perwakilan dari tim pelaksana NICE pusat Kota Palembang, Kelompok Gizi Masyarakat kelurahan, fasilitator dan petugas kesehatan serta perwakilan dari masyarakat pengguna. Kegiatan dilakukan pada hari kamis, tanggal 8 Desember 2011. Acara berlangsung pada pukul 11.00 - 13.00. Acara dilakukan di ruang tunggu puskesmas, ruangan pertemuan berukuran 64 meter persegi. Ruangan terdapat kursi-kursi yang telah dipersiapkan dan meja yang berada di depan yang digunakan untuk pembatas antara tim pemantau dari NICE dan peserta kelompok KGM Kelurahan. Peserta yang hadir berjumlah 15 orang yang berasal dari masyarakat dan 2 orang dari pelaksana NICE serta 2 orang dari petugas kesehatan, 2 orang fasilitator masyarakat serta 1 orang perwakilan dari masyarakat. Acara di buka oleh pimpinan Puskesmas Gandus dengan memperkenalkan tamu yang hadir serta memberikan arahan tentang hasil yang telah dicapai oleh Kelompok Gizi Masyarakat di Kecamatan Gandus. Pimpinan juga memberikan nasehat kepada Kelompok Gizi Masyarakat untuk memahami arti kelompok gizi tersebut agar dapat membantu keluarga miskin dan ibu-ibu yang memiliki kelonggaran waktu dalam hari-harinya agar dimanfaatkan untuk memanfaatkan lingkungan dan tetangga menjadi lebih produktif dengan berdiskusi bersama serta
73
saling berbagi ilmu dan pengalaman. Ia juga menambahkan agar kegiatan KGM tidak putus dan berhenti hanya karena berakhirnya program ini. Namun dapat berlanjut dengan kegiatan dan pendanaan dana yang dicari sendiri ataupun menggandeng sponsor lain dari swasta. Acara dilanjutkan dengan mendengarkan sosialisasi dari NICE Kota Palembang. Petugas NICE Kota Palembang memperkenalkan diri sebelum melanjutkan pembicaraannya. Tiga point didapatkan dari pembicraan yang dilakukan oleh petugas NICE Kota Palembang. Ia menyampaikan bahwa NICE akan berakhir pada tahun 2012 sehingga diperlukan adanya kegiatan yang memiliki regulasi kelembagaan dari KGM, sehingga dibutuhkannya dana pemantapan kelembagaan
10% dari dana
alokasi
tahap ketiga
untuk
memanfaatkannya sebagai dana inovasi ekonomi lokal yang dikoordinasikan oleh KGM sendiri. Selain itu juga, diperlukan adanya posyandu plus yang dibuka setiap satu bulan sekali yang memayungi posyandu yang belum mendata warga agar datang ke posyandu tersebut. Poin akhir yang disampaikan oleh petugas NICE Kota Palembang adalah perlunya pendataan posyandu yang valid dan berkelanjutan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Adapun kutipan dari petugas NICE adalah sebagai berikut. “KGM yang sekarang sudah cukup sukses namun disana-sini perlu mendapat tekanan bagi KGM. Terutama penggunaan anggaran harus lah tepat sasaran yang digunakan sehingga anggaran tersebut dapat termanfaatkan dengan adil dan berimbang. Untuk kegiatan yang ada, saya melihat sudah baik dari hasil kunjungan kemarin dengan pihak pemantau NICE dari pusat sehingga kami yakin sejauh ini berjalan dengan baik. Perlu hal menjadi tekanan agar kelompok gizi memikirkan kedepannya NICE tidak selamanya akan ada. Kami telah sampaikan NICE hanya program dengan batas waktu tiga tahun seperti bapak ibu tahu sama seperti program-program pemerintah yang lain sehingga dana ini harus dimanfaatkan dengan tepat sasaran dan kegiatan. Saya pahami kesulitan bapak dan ibu untuk mengalokasikan dana yang sedikit ini harus dibagi dengan beberapa kegiatan namun ini memang program bantuan sehingga selebihnya adalah partisipasi kita dalam mensukseskan pembangunan.” “Kegiatan NICE tahun 2012 akan berakhir dengan diglontorkan dana akhir sebesar 40 jutaan akan mengakhiri kegiatan NICE di wilayah kita. Perlu menjadi tekanan bahwa dana 10 persen dari kegiatan ekonomi kreatif harus lah dimanfaatkan untuk usaha kemandirian KGM. Bagaimana kelompok mengelola dengan dana sebesar 10
74
persen dengan nilai 4 jutaan dapat mempertahankan KGM dan posyandu dapat saling terkoordinasi. Saya rasa sudah waktunya KGM di Kecamatan Gandus dapat membuktikan hasil kerja tiga tahun ini. Iya...diharapkan pada tahap III kedepannya KGM mempersiapkan beberapa kegiatan posyandu plus, tidak hanya buka setiap hari buka namun juga setiap harinya tetap berlangsung. Disamping itu juga bentuk kewirausahaan yang diharapkan juga dapat melibatkan semua kelompok sehingga masyarakat tahu dan menjadi bagian dari kelompok gizi. Mungkin saya akan mendengar bentuk ekonomi kreatif yang telah dipersipakn oleh masing-masing KGM” (Bendahara NICE Kota Palembang). Kegiatan dilanjutkan dengan mendengarkan tanggapan dari masyarakat. Pertanyaan dari masyarakat beragam dari partisipan yang hadir. Namun sebelum pertanyaan diajukan, partisipan masyarakat melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Kesimpulan dari laporan tersebut adalah aktivitas KGM yang telah dilakukan mencapai target serapan dana 80% dari kegiatan. Kegiatan tersebut masih terkendala dengan jumlah dana yang minim untuk wilayah yang sulit dijangkau. Serta pelaporan yang membingungkan untuk menyesuaikan dengan kegiatan. Sebagaimana kutipan dari peserta yang hadir. “Kegiatan ini memang gampang-gampang susah ibu. Kami dari segi kegiatan mungkin dapat kami lakukan tetapi terkadang permasalahan di pelaporan kegiatan, karena kami sedikit sekali yang memang telah terbiasa dengan laporan-laporan administrasi. Memang kami bisa meminta bantuan kepada fasilitator tetapi kan tidak semua yang bisa dilaporkan fasilitator. Mungkin ibu memberikan kemudahan agar pelaporan nya dibuat semudah mungkin sehingga tidak menguras tenaga kami. Selama ini kan yang bekerja dalam kelompok hanya beberapa orang saja, anggota lain lebih kepada menunggu. Apalagi ini menurut saya pertanggung jawaban dana memang besar” (Partisipan masyarakat dalam rapat). “Masalah dana inovatif KGM kami setuju bapak dan ibu, kami akan mengusulkan dengan berbisnis kayu ataupun bambu namun untuk keuntungannya, kami menggunakan sistem bagi hasil. Kenapa kami gunakan ini karena hasilnya jelas dan orang yang akan kami ajak kerja sama dapat kami pertanggungjawabkan” (Partisipan masyarakat dalam rapat). Dilain pihak pula terdapat tanggapan yang berbeda dari para peserta yang hadir.
75 “Kami agak berbeda dengan KGM Pulokerto, menurut kami usaha bisnis kayu memang menjanjikan, akan tetapi telah sesuaikah dengan kegiatan KGM ini maksud dan tujuannya” (Partisipan masyarakat dalam rapat). “Iya, kami sepakat kata ibu Asih.... bagaimana menurut kami agar dana inovasi itu digunakan untuk keperluan masyarakat dengan memutar uangnya melalui penjualan sembako dan diperdagangkan pada saat posyandu berlangsung” (Partisipan masyarakat dalam rapat). Acara dilanjutkan dengan mendengarkan tanggapan dari petugas program NICE Kota Palembang. Ia menegaskan bahwa apapun bentuk dana inovasi tersebut, diserahkan kepada masyarakat dan dipertanggungjawabkan bersama. Oleh karena itu, hal yang penting adalah keberlanjutan KGM sebagai bagian dari lembaga pemberdayaan masyarakat dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Pertemuan tersebut diakhiri dengan doa dan dilanjutkan dengan melengkapi administrasi program NICE. Adapun rangkuman dari empat peristiwa komunikasi yang dideskripsikan di atas di rangkum dalam Tabel 6. Tabel 6
Rangkaian kegiatan komunikasi pada program pemberdayaan perbaikan gizi
Peristiwa komunikasi
Tempat
Pembentukan kelompok gizi masyarakat
Kelurahan Pulokerto
Rapat kerja KGM
Kediaman tokoh masyarakat
Pelaksanaan program kerja KGM
Ruang publik: puskesmas, sekolah, posyandu
Sosialisasi monev KGM
Puskemas Gandus
Partisipan
Isi
Aparatur kelurahan, petugas kesehatan, fasilitator, masyarakat Pulokerto Petugas kesehatan, fasilitator, kelompok gizi masyarakat Petugas kesehatan, fasilitator, kelompok gizi, masyarakat Pulokerto Petugas kesehatan, fasilitator, kelompok gizi, masyarakat Pulokerto
Sosialisasi NICE kepada masyarakat dan membentuk kelompok gizi masyarakat Melakukan pemetaan permasalahan, program kerja KGM, proposal kegiatan Pelaksanaan kegiatan KGM sesuai dengan proposal kegiatan masyarakat Sosialisasi: monitoring dan evaluasi hasil kegiatan kelompok gizi dan permasalahannya
76
Setting Komunikasi Pada Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat Setting kontak dialog atau diskusi dilakukan di ketiga tempat. Pemilihan tempat dilakukan sesuai lokasi yang dominan. Pada pembentukan kelompok dilakukan di Kelurahan Pulokerto, hal ini dilakukan karena dominasi dari pihak aparatur kelurahan, sehingga dilakukan di kantor kelurahan. Hal ini dikatakan oleh Zr. “...pemilihan sosialisasi awal di kelurahan diminta langsung oleh pihak kelurahan.... tadinya kami meminta agar dilakukan satu kali di kantor kecamatan... tapi pihak Kelurahan Pulokerto minta disosialisasikan kembali di kelurahan.... kami sedikit keberatan namun dari pihak pusat kota telah memakluminya dan menyetujui..” Adapun setting tempat dilakukan oleh pihak Kelurahan Pulokerto dengan sistem terbuka. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini. Sistem ini memang sering digunakan bila melakukan sosialisasi. Peserta yang hadir adalah tokoh-tokoh yang sering aktif dalam pembangunan Kelurahan Pulokerto. Keterangan gambar: = Tokoh masyarakat/ peserta = Pintu masuk = Meja
= Pihak kelurahan/ fasilitator/ petugas sosialisasi program Gambar 4 Setting rapat di Kelurahan Pulokerto Adapun setting kedua dilakukan di kediaman ibu HD. Hal ini dikarenakan bersifat internal rapat kerja kelompok. Kediaman ibu HD, proses interaksi lebih santai. Sebelumnya, pertemuan dilakukan di kantor kelurahan membicarakan rapat kerja. Akan tetapi, permintaan dari anggota, rapat kerja dipindahkan ke kediaman ibu HD. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa formalitas di kalangan anggota kelompok gizi masyarakat. Adapun setting pertemuan dapat dilihat pada Gambar 5.
77
Keterangan: = Tokoh masyarakat/ peserta = Pintu masuk = Pihak kelurahan/ fasilitator/ petugas sosialisasi program Gambar 5 Setting rapat di kediaman rumah Kegiatan rapat kerja dilakukan seminggu sekali di kediaman ibu Hd, terkadang juga dilakukan di rumah Md. Hal ini disebabkan untuk melepas kebosanan dari anggota. Partisipan yang hadir dalam rapat, yaitu anggota kelompok yang berjumlah 10 orang, fasilitator dan petugas kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dilakukan di salah satu ruang publik masyarakat, yaitu di posyandu, lapangan, sekolah dan puskesmas. Kegiatan ini melibatkan masyarakat langsung. Hal ini senada dengan pernyataan dari Hd. “...kegiatan pelaksanaan program NICE dilakukan di sekretariat posyandu yang ada di Kelurahan Pulokerto, namun ada pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti penyuluhan kesehatan masyarakat di kantin sekolah... kami sering juga melakukannya di posyandu karena lebih fleksibel untuk dijangkau oleh masyarakat...”. Setting yang keempat dilakukan di puskesmas dalam bentuk sosialisasi hasil pelaksanaan program yang dilakukan oleh kelompok gizi masyarakat. Pertemuan tersebut dilakukan didasari oleh monitoring dan evaluasi pihak dinas kesehatan kota. Kegiatan ini ditentukan oleh pihak pengurus NICE pusat. Adapun setting kegiatan adalah mendengarkan laporan dari sejumlah kelompok gizi masyarakat yang ada di Kecamatan Gandus. Hal ini dinyatakan oleh Zr. “.... kegiatan sosialisasi ditentukan oleh pihak dinas kota untuk mengetahui sejak mana kegiatan yang telah dilakukan... kelompok gizi masyarakat dapat memberikan penjelasan serta keluhan yang dihadapi dalam pelaksanaan program perbaikan gizi tersebut.... kegiatan ini dilakukan idealnya sekali dalam setahun dalam masa tiga tahun program NICE di Sumatra Selatan... kegaitan ini selain
78
memberikan sosialisasi juga mempertemukan masing-masing kelompok agar dapat saling berbagi dan membagi pengalaman...”. Setting yang dilakukan di puskesmas sama seperti yang dilakukan di Kelurahan Pulokerto. Adapun setting di puskesmas dapat dilihat pada Gambar 6. Partisipan yang hadir di rapat sosialisasi monitoring adalah direktur NICE Kota Palembang, kepala puskesmas, fasilitator dan sejumlah anggota kelompok gizi masyarakat. Penyampaian informasi rapat dilakukan dengan undangan yang dikirimkan ke kelompok gizi masyarakat oleh puskesmas. Keterangan gambar: = Fasilitator/ petugas kesehatan = Anggota KGM = Kepala puskesmas = Direktur NICE kota = Meja = Pintu Masuk Gambar 6 Setting rapat di Puskesmas Gandus
79
Faktor Personal Partisipan dalam Pemaknaan Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Peristiwa komunikasi dalam pertemuan program NICE sangat intensif dengan komunikasi terbuka antar masyarakat dan penyelenggara satuan kerja NICE di pemerintah. Pertemuan yang dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dalam pengambilan keputusan hingga pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tahapan program, dimulai dari pembuatan rencana kerja, dan sosialisasi kegiatan kelompok hingga monitoring dan evaluasi. Pembentukan dilakukan dengan mengedepankan musyawarah mufakat antar warga dan pemerintah sebagai fasilitasi kegiatan atas kegiatan program NICE itu sendiri. Pada penelitian ini peneliti membagi faktor personal dan faktor kelompok dalam pertemuan yang dilakukan dalam setiap kali rapat KGM, baik dimulai pada tahap pembentukan kelompok, rapat kerja, sosialisasai kegiatan kerja maupun pelaksanaan kegiatan KGM di lapangan. Informasi personal dan kelompok, peneliti dapatkan melalui diskusi dan wawancara kepada informan yang terlibat. Adapun informan yang terlibat adalah: (1) An, seorang pengguna posyandu yang merangkap sebagai ketua posyandu dan anggota KGM. (2) Md adalah seorang tokoh masyarakat yang merangkap sebagai bendahara KGM Kelurahan Pulokerto dan Ketua PNPM Kelurahan Pulokerto. (3) Hd adalah sekretaris KGM Kelurahan Pulokerto yang merangkap sebagai ketua pokja kesehatan PKK Kelurahan Pulokerto. (4) Ad adalah seorang fasilitator sarjana pendamping pada proyek program NICE. (5) Zr adalah petugas kesehatan yang juga merupakan penyuluh kesehatan gizi serta bagian dari tim pelaksana teknis KGM di Kecamatan Gandus. Faktor personal adalah faktor yang dialami kelompok KGM dalam keterlibatannya terhadap aktivitas proyek program NICE. Faktor ini terdiri dari faktor persepsi dan motivasi. Persepsi merupakan bagian dari komunikasi berupa pandangan atau pendapat seseorang terhadap apa yang dirasa dan dialami dalam interaksinya terhadap proyek program NICE. Sedangkan motivasi adalah dorongan yang dimiliki setiap personal kelompok dalam keterlibatannya terhadap program proyek NICE. Adapun interaksi yang dialami oleh informan terbagi atas empat peristiwa yaitu peristiwa pembentukan kelompok, peristiwa rapat kerja
80
kelompok, peristiwa pelaksanaan kegiatan kelompok serta sosialisasi kelompok kerja gizi masyarakat. Informan An, Anggota KGM dan Kader Posyandu AN adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Keseharian ibu tiga orang anak ini, selain mengerjakan pekerjaan domestik rumah tangga, juga aktif pada kegiatan sosial seperti kegiatan PKK di Kelurahan Pulokerto, anggota Usaha Kecil Mikro Kelurahan Pulokerto, pengurus PNPM Perkotaan Kelurahan Pulokerto. An juga terlibat dalam kegiatan posyandu di Posyandu Aneka ABP di RT 8 RW 2 Kapling II PT. ABP. An dipercaya sebagai pengurus posyandu Aneka dan giat mensosialisasikan peranan posyandu dalam lingkungan kemasyarakatan di wilayahnya. Keterlibatannya dalam posyandu yang menariknya terlibat dalam proyek program NICE yang merupakan program yang mengisukan tentang keluarga sadar gizi bagi masyarakat miskin dan rawan gizi buruk. An terlibat dalam kegiatan ini sejak diisukan maraknya gizi buruk yang ditemukan di Kecamatan Gandus sehingga pemerintah mewaspadai dan menyebarkan informasi agar setiap kader posyandu waspada bila menemukan gizi buruk untuk segera melaporkan ke bidan atau puskesmas terdekat. Keaktifannya di posyandu merupakan sebuah kesetiaannya kepada hobi yang ia geluti. An merupakan tokoh wanita yang disegani dan menjadi pionir dalam setiap inovasi baru yang diterapkan. An juga anggota dalam kegiatan simpan pinjam di PNPM perkotaan. Selain itu, ia juga merupakan dari anggota usaha kecil yang mengelola kerupuk dan kemplang di wilayah Kelurahan Pulokerto. Keterlibatan An dalam program NICE merupakan tawaran dari petugas kesehatan dan kelurahan. Keaktifannya berinteraksi dalam setiap bulan melaporkan perkembangan balita di posyandu baik di puskesmas kecamatan maupun kelurahan. An merasa senang dengan keterlibatannya di program NICE. “Saya senang terlibat di Program NICE, bagai saya program NICE adalah pengabdian ke masyarakat. Memang pada dasarnya saya suka membantu sehingga apapun kegiatan di masyarakat akan saya geluti, ini telah tertanam sejak muda sebelum saya menikah, dengan terlibatnya saya di KGM keluarga pada dasarnya mendukung dengan tetap memprioritaskan keluarga”.
81
Hobi dan kegemarannya membantu lingkungan sekitar serta keterlibatannya dalam lembaga-lemabaga kemasyarakatan membawanya mengikuti program NICE
dan
menjadi
bagian
keluarga
yang
sadar
gizi.
Keinginannya
mengaktualisasikan diri dalam segala kegiatan yang bersifat sosial memberikan ruang baginya bahwa An adalah bagian dari masyarakat yang dihargai dan memiliki andil dalam kemasyarakatan. Proses ini disebut dengan strukturasi adaptif, dimana An merupakan bagian dari struktur sistem kelompok yang mengikuti aturan main sosial sehingga memperoleh penghargaan terhadap apa yang dilakukan. Persepsi yang terbentuk dari An adalah kegiatan NICE tidak hanya sekedar program yang berbasis proyek namun dapat memberikannya hal yang baru dalam kehidupan An dan keluarganya. Program NICE memberikannya kesadaran bagaimana mengatur gizi keluarga, membuat jadwal antara keluarga dan kegiatan sosial, menambah pengalaman berteman dengan kelurahan lain. Sehingga pengalaman yang didapatkan akan dibagi di lingkungannya. “Saya melihat NICE baik buat kami khususnya pengguna posyandu...saya sangat berterima kasih dengan program NICE beberapa fasilitas di posyandu dapat terpenuhi dengan bantuan NICE, kalau mengandalkan swadaya masyarakat sangat berat seperti tabungan bulanan paling hanya terkumpul 20 ribu, itu pun hanya cukup untuk beli kacang hijau saja untuk PMT, dengan adanya program NICE program makanan tambahan dapat rutin diadakan, kader semakin semangat dengan insentif yang diberikan”. Program NICE yang digeluti oleh An membawa pengalaman yang berharga baginya, meskipun ia harus meluangkan waktu untuk pertemuan dalam setiap rapat-rapat NICE. Ia tidak aktif dalam rapat, namun ia menjunjung tinggi hasil rapat dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan rapat atau pertemuan. Ketika pembentukan kelompok, An lebih banyak diam dan menerima apa yang menjadi keputusan. Namun setiap kesempatan berdiskusi bersama An sering memberikan usulan yang taktis dalam setiap pelaksanaan. Pada kegiatan rapat kerja, An sebelum melakukan pertemuan terlebih dahulu, mengunjungi teman satu tim dan terlebih dahulu telah berkonsolidasi beberapa kegiatan yang akan diangkat sehingga dalam setiap pertemuan hanya perwakilan saja yang berbicara. Adapun pada pelaksanaan, An senantiasa melaksanakan dan terlibat dalam setiap
82
pekerjaan di NICE. Sedangkan, pada tahapan sosialisasi kegiatan dengan satker NICE pusat, An memberikan dukungannya agar NICE dapat terus dipertahankan. Adapun ulasan persepsi dan motivasi An dapat di simpulkan dalam Tabel 7. Tabel 7 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada An Dimensi faktor Pembentukan personal kelompok Motivasi Aktualisasi sosial Persepsi Pengalaman baru
Rapat kerja kelompok Identitas sosial
Pelaksanaan program kerja Identitas sosial
Berbagi dan Menunaikan menemukan tangung jawab yang baru
Sosialisasi kegiatan Identitas sosial Berbagi dan belajar
Pada Tabel 7 menunjukkan reduksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap An. Setelah melakukan diskusi dan pembicaraan dengan An terhadap kegiatan yang dilakukan di kelompok gizi masyarakat, maka An memiliki motivasi yang dikategorikan sebagai aktualisasi diri, dimana An melakukan kegiatan sosial setelah kebutuhan yang terpenuhi dan menampakkan diri dalam bentuk kesibukan sosial, serta di dukung oleh keluarga baik dari anak dan suami. Aktualiasasi tersebut dinampakkan dalam identitas sosial yang telah terbentuk. Persepsi yang terbentuk adalah An menyatakan, tidak lain mencari pengetahuan dan pengalaman yang baru. Selama ini An memperoleh dari posyandu, An mencoba menggali dari kegiatan-kegiatan yang berbasis program untuk menambah khazanah pengetahuannya. Selain itu, An menganggap dapat berbagi dan bercerita tentang permasalahan lingkungannya apalagi An dikenal sebagai aktivis perempuan di lingkungannya yang senantiasa membantu masyarakat. Oleh karena itu, rasa tanggung jawabnya dibuktikannya terhadap kegiatan yang dilakukan di KGM dimana, An selalu memiliki informasi terbaru tentang kelompok gizi masyarakat baik di lingkungannya maupun di luar wilayahnya. Informan Hd, Ketua Pokja PKK dan Sekretaris KGM Hd adalah seorang perempuan yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan sosial, meskipun ia seorang ibu rumah tangga dari dua anak. Hd aktif dalam kegiatan kelembagaan di kelurahan antara lain Pokja Kesehatan PKK dan merupakan bagian dari sekretaris KGM di Kelurahan Pulokerto. Keaktifan Hd
83
adalah pengetahuan dan keterampilannya dalam memobilisasi masyarakat terutama dari kalangan perempuan. Hd memiliki jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Meskipun demikian, Hd tetap eksis dengan segelintir aktivitas di masyarakat. Baginya kesibukan di luar dapat memberikannya pencerahan di dalam rumah tangganya. Hd aktif dalam kegiatan KGM dari program NICE setelah ia terpilih menjadi anggota dan memiliki peran sebagai sekretaris di KGM. Ia bertugas sebagai administrator surat menyurat dan laporan-laporan berita acara dari kegiatan KGM. Hd juga menggagas kegiatan yang penting dan krusial dalam kegiatan KGM karena pemahaman dan pengetahuannya tentang kapita selekta akan sosial kesehatan masyarakat setempat. Hd bukanlah seorang sarjana, ia hanya bertamatkan Sekolah Menengah Atas, namun karena kemampuannya membaca situasi sosial, sehingga ide-idenya selalu digunakan dalam setiap pertemuan. Keterlibatan Hd dalam KGM merupakan salah satu bentuk motivasinya untuk memberikan kemampuannya dalam bidang sosial. Ia selalu mencari kesibukan dalam keseharian untuk mengisi kekosongan waktu. Sebagaimana yang Ia tuturkan. “saya tidak bisa diam di rumah, saya lebih senang mencari kesibukan dan berbicara serta cerita bersama dengan ibu-ibu yang ada di lingkungan kami dari pada harus diam di rumah. Bagi saya diam menjenuhkan, apalagi anak pertama sudah kerja dan anak kedua masih sekolah, saya perlu mencari sesuatu yang bisa membuat saya bergerak”. Hd terlibat dalam pemberdayaan kesejahteraan keluarga sejak tahun 2005. Selain aktif di kelurahan, Hd juga aktif berdagang pakaian dan barang kosmetik yang dapat dijual setiap kali pertemuan dan menawarkan barang dagangannya ke masing-masing anggota. Hd tergolong aktif dalam berdiplomasi dan menjadi penyambung lidah antar anggota dan kelompok. Hd tergolong jenis anggota pendorong dan penjaga gawang dalam kelompok. Hal ini terlihat dari sikapnya yang selalu menawarkan dan menggali ide dari anggota dan memberikan pujian kepada anggota, selain itu juga ia seorang yang menjaga saluran komunikasi antar anggota maupun di luar anggota agar pekerjaan yang dikerjakan dapat berjalan dengan baik dan kelompok menjadi terpelihara.
84
Persepsi yang terbangun di pemikiran Hd dengan terlibatnya dalam program ini lebih ingin melakukan kerja ke masyarakat. Meskipun ia tahu bahwa proyek program NICE ini memiliki batas waktu dalam tiga tahun, baginya program ini adalah program yang perlu di sambut dengan baik dan perlu mendapat dukungan dari semua kalangan. “Program NICE yang dikelola oleh KGM adalah program yang baik dan tepat sasaran sesuai dengan tupoksi pokja PKK. Saya sangat setuju dan senang terlibat dalam kegiatan ini selain membantu saya dalam menggerakkan pokja PKK namun juga memberikan wawasan baru bagi saya. Pengelolaan KGM sama sekali tidak asing bagi saya, hanya saja mungkin karena lambannya saya dalam membuat dokumentasi kerja sehingga pekerjaan menjadi agak sedikit terbengkalai. Sebenarnya pekerjaan di KGM sangat menyenangkan. Saya berharap program serupa dapat terlibat meskipun hanya sebatas menjadi penggembira”. Kegiatan kelompok gizi masyarakat mulai dari pembentukan kelompok, Hd telah ditetapkan sebagai anggota dan ditempatkan sebagai sekretaris. Hal ini dikarenakan oleh perannya di PKK sesuai dengan tugas pokoknya. Hd di lembaga pemberdayaan kesejahteraan keluarga berperan sebagai ketua Pokja kesehatan. Persepsi Hd terhadap kegiatan KGM dari tiap peristiwa yang dihadapinya merupakan bagian dari interaksi yang memang tidak terduga, ia berusaha melakukan yang terbaik dalam pengerjaan tugas yang dipercayakan kepadanya. Pada peristiwa rapat kerja, ia lebih mengambil sikap dan tindakan sebagai penyumbang ide, dan pencari informasi serta memberikan informasi sehingga ia lebih aktif dibandingkan anggota lain. Setiap kerja pelaksanaan tugas di lapangan, ia lebih senang memberikan motivasi dan memberikan anekdot lucu berupa gurauan. Pada sosialisasi kelompok kepada satker NICE, ia lebih bersikap menjadi pengikut atas apa yang telah diputuskan. Motivasi yang dibangun oleh Hd adalah motivasi sosial yang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Sedangkan persepsi yang dibangun adalah kegiatan yang bermanfaat buat diri dan lingkungannya sehingga ia melakukan kegiatan mana yang menjadi terbaik buat orang lain dan dirinya. Adapun ulasan persepsi dan motivasi Hd dapat di simpulkan dalam Tabel 8.
85
Tabel 8 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Hd Dimensi faktor Pembentukan Rapat kerja Pelaksanaan personal kelompok kelompok program kerja Motivasi Eksistensi Identitas sosial Identitas sosial sosial Persepsi Program Berbagi dan Menunaikan pemberdayaan musyawarah tangung jawab
Sosialisasi kegiatan Identitas sosial Berbagi dan belajar
Tabel 8, menunjukkan reduksi data dari dimensi faktor personal dari Hd. Hasilnya menunjukkan bahwa Hd memiliki motivasi dalam pembentukan kelompok lebih kepada eksistensi sosial, artinya adalah kegiatan Hd yang masih bersangkutan dengan kegiatannya di PKK merupakan bagian dari kerja Hd. Sehingga ia sangat bersyukur manakala mendengar program tersebut. Setiap tahun, ia dan pengurus PKK lain memiliki agenda-agenda namun dari sekian yang diagendakan hanya beberapa yang jalan tuturnya. Adanya program ini, Hd merasa bahwa pemberdayaan masyarakat di desanya sedikit terbantu. Persepsi yang terbentuk dalam program perbaikan gizi masyarakat memiliki reduksi yang sama dengan An. Namun, yang membedakannya adalah Hd menyakini bahwa program ini sangat membantu memberdayakan masyarakat. Masyarakat dapat menentukan arah kegiatan yang ingin dilakukan, namun kendala bukan hanya di Hd dan masyarakat, akan tetapi waktu program yang cepat sehingga masyarakat dan pengurus membutuhkan sedikit waktu untuk sosialisasi bersama dan duduk bersama membuat kerja yang memang berkualitas. Pada sosialisasi hasil kerja, Hd menganggap kegiatan yang dilakukan di puskesmas membuat ia semakin belajar dan berbagi sesama rekannya dan pendamping. Adanya curhat yang sama membuktikan bahwa Hd dan rekan berjuang dalam usaha pemberdayaan di bidang gizi keluarga. Informan Zr, Petugas Penyuluh Kesehatan dan DTT Program NICE Zr adalah seorang wanita yang berusia 36 tahun. Zr berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Selama empat tahun Zr bertugas di lingkungan Puskesmas Gandus. Posisi Zr saat ini sebagai penyuluh kesehatan gizi di masyarakat dan hampir setiap hari melakukan penyuluhan kesehatan baik di posyandu dan sekolah. Zr tak canggung memberikan nasehat kepada ibu dan anak-anak. Hampir setiap hari, dari Senin
86
hingga Sabtu, Zr dikunjungi masyarakat Gandus untuk dimintakan kesediaannya ke posyandu, namanya sudah menjadi terbiasa di dengar di masyarakat dengan sebutan Ira. Zr memiliki tingkat pendidikan D3 Gizi Masyarakat di salah satu Politeknik Kesehatan di Kota Palembang. Zr membidangi kegiatan NICE sebagai tim teknis
program NICE.
Peranannya mensosialisasikan kegiatan NICE kepada masyarakat melalui KGM dan posyandu. Ia juga bertanggung jawab atas usulan yang diusulkan ke satker NICE Kota Palembang. Zr menerangkan bahwa kegiatan NICE yang dipahaminya adalah kegiatan yang berbasis masyarakat semuanya digerakkan oleh masyarakat dan petugas kesehatan lebih kepada membantu dan melancarkan jalannya kegiatan. Hal ini dipahaminya saat bekerja menangani program NICE di Kabupaten Lahat tahun 2008. Zr mengetahui NICE di Kecamatan Gandus setelah program ini dilimpahkan kepadanya tahun 2009, setelah petugas kesehatan yang lama pindah tugas ke puskesmas lain. Sehingga program NICE Kecamatan Gandus menjadi tanggung jawabnya. Motivasi Zr tidak lebih kepada tugas pokoknya sebagai pegawai negeri sipil, namun dibalik itu ia menanamkan dalam kesehariannya adalah pemberdayaan diri dan masyarakat. Ia berusaha membangun persepsi yang positif dalam membangun pekerjaan sehingga harapannya program NICE tidak dianggap sebagai program sebatas jangka pendek namun perlu dipertahankan dengan kemampuan sosial kemasyarakatan untuk dapat bertahan hingga kemandirian kesehatan terwujud. “Program NICE yang saya pahami sekarang saya lihat lebih kepada proyek saja. Artinya program ini lepas dari kehidupan masyrakat tidak mengena di masyarakat sehingga apapun yang dilakukan NICE hanya sebatas wujud dari pemberian pemerintah. Padahal yang dimaksudkan bukan itu, pemerintah membantu dan masyarakat dengan segenap kemampuan yang ada melakukan apa yang menjadi kebutuhan untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tercipta kadar gizi itu, selama ini hanya sebatas tekanan yang kami berikan, supaya mereka membuka posyandu, aktif dalam pencatatan informasi posyandu. saya berharap masyarakat lebih jauh sadar dan dapat memanfaatkan program ini. Saya berharap diakhir program ini telah sampai pada 85% kunjungan posyandu meningkat, meningkatnya kesehatan balita dengan naiknya pertumbuhan sesuai KMS serta imunisasi kepada balita yang lengkap.”
87
Persepsi yang dibangun oleh Zr adalah program NICE adalah program yang belum mempuni di masyarakat. Masyarakat masih perlu mendapat pendampingan yang lebih dari pemerintah pusat. Jika tidak NICE dan KGM yang merupakan kelembagaan yang telah terbangun, akan hanya menjadi proyek program yang tinggal nama. Zr memahami pentingnya program ini, namun program ini tetap dikembalikan kepada masyarakat langsung sebagai pelaku dan penentu terhadap kebijakan program proyek NICE. Zr sedikit merasa kecewa dengan pelaksanaan kegiatan KGM di lapangan. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat yang rendah dalam kunjungan ke posyandu, padahal sosialisasi ke posyandu termasuk sering intensitasnya dilakukan. Peristiwa rapat pembentukan kelompok Zr lebih mengambil sikap netral sehingga ia mendukung siapa saja yang menjadi bagian kelompok gizi masyarakat. Rapat kerja yang dilakukan dalam setiap kegiatan KGM, Zr berusaha menghadiri dan membantu KGM dalam menyusun paket gizi yang akan diusulkan tanpa harus intervensi dan mengikuti keinginan dari kelompok. Zr juga bertanggung jawab terhadap sosialisasi kelompok terhadap hasil kerja yang diaudit langsung oleh satuan kerja NICE Kota Palembang. “Satker NICE selalu mengontrol kegiatan KGM di tiap kecamatan, telah tiga kali pengauditan kegiatan dilakukan dan itu melibatkan KGM dan masyarakat sehingga kita tidak menutupinya. Memang kondisi NICE-KGM seperti yang dilihat. Cuma kita mengharapkan kebijakan dari KGM agar dapat mempoles dengan bahasa-bahasa administrasi yang baik. Meskipun kegiatan itu tak sebagus yang ditulis. Satker NICE memberikan arahan dan meminta masukan dari pelaku-pelaku KGM sehingga sebelum kegiatan kita sudah mengundang pengurus inti KGM di empat kelurahan”. Reduksi data yang diperoleh oleh peneliti tentang faktor personal dari Zr adalah dapat dilihat pada Tabel 9. Pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa motivasi yang terbentuk adalah tanggung jawab kerja dan sosial dari Zr yang menaungi kegiatan gizi dalam dunia kerja di Puskesmas Gandus. Sehingga pada kasus lainnya seperti rapat kerja, pelaksanaan kerja dan sosialisasi kegiatan mengikuti identitas sosial yang melekat pada diri Zr sebaggai penyuluh kesehatan di Kecamatan Gandus. sedangkan persepsi yang terbentuk adalah program pemberdayaan yang berbasis proyek, dimana Zr mengungkapkan semua
88
dialokasikan besaran sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan sehingga pengalokasiannya sesuai dengan negosiasi yang dilakukan antara masyarakat dan pemerintah. Zr juga menekankan bahwa alokasi tersebut menjadi tanggung jawab bersama dari masyarakat dan petugas teknis di lapangan. Selain itu, pada kasus rapat kerja persepsi yang terbangun adalah musyawarah bersama menentukan alokasi anggaran besaran kegiatan, sedangkan pada pelaksanaan program, Zr bersifat pengawasan terhadap apa yang dilakukan dan membantu apa yang dapat dibantu dalam kegiatan kelompok gizi masyarakat. Pada kasus sosialisasi Zr saling berbagi dan belajar dalam menangani kelompok yang masih tertinggal dalam menjalankan target yang dibuat sehingga kegiatan program pemberdayaan yang berbasis proyek dapat dilakukan dengan transparan dan saling membantu satu kelompok satu dengan yang lain. Adapun pemaknaan faktor persoonal Zr tersaji dalam Tabel 9. Tabel 9 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Zr Dimensi faktor Pembentukan personal kelompok Motivasi Tanggung jawab sosial dan kerja Persepsi Program pemberdayaan berbasis proyek
Rapat kerja Pelaksanaan kelompok program kerja Identitas Identitas sosial sosial Berbagi dan Pengawasan musyawarah kegiatan
Sosialisasi kegiatan Identitas sosial Berbagi dan belajar
Informan Md, Tokoh Masyarakat dan Bendahara NICE-KGM Pulokerto Md merupakan salah satu tokoh muda dan tokoh masyarakat di Kelurahan Pulokerto. Md aktif di beberapa kegiatan kemasyarakatan di lingkungan kelurahan baik di bidang kesehatan, pertanian dan pendidikan. Ia juga merupakan bagian dari tim PNPM Mandiri Perkotaan. Keterlibatan Md dalam kegiatan program NICE berperan sebagai bendahara KGM Pulokerto. Md dipilih oleh masyarakat langsung dengan pemilihan yang dilakukan pada bulan Januari 2010. Md memiliki profesi sebagai wirausaha, sebelumnya ia adalah seorang karyawan pabrik ABP. Semenjak keluar dari pabrik, ia lebih leluasa mengurusi kepentingan masyarakat. Ia merasa lebih nyaman dengan kondisi sekarang dengan terlibat dalam setiap proyek yang dicanangkan di Kelurahan Pulokerto. Sebagaimana kutipan yang dituturkan oleh Md.
89 “saya sangat senang dengan kondisi sekarang tanpa harus ke pabrik lagi meskipun penghasilan saya tidak tetap. Sekarang saya lebih siap melayani kepentingan masyarakat. Meskipun dari sana saya mendapatkan hanya untuk uang saku saja. Namun sudah cukup bagi saya. Keaktifan di kelurahan cukup membantu saya aktif dalam setiap kegiatan di proyek-proyek yang di lokasi Kelurahan Pulokerto. Saya sering mendatangi setiap rapat-rapat yang dilakukan di kelurahan sehingga informasi yang terbaru sangat saya hargai meskipun itu belum ada kejelasan. Kegiatan KGM ini saya tahunya dari istri bermula dan saya datang ke kecamatan saat adanya sosialisasi. Langsung saya coba cari tahu dan akhirnya terlibat”. Keaktifan Md terhadap informasi sangat membantunya untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang program-program yang membantu kehidupannya dan keluarga. Persepsi Md terhadap kegiatan dari KGM merupakan bagian tanggung jawabnya sebagai anggota KGM dan bendahara KGM. Ia senantisa berkomunikasi dengan sekretaris dan ketua setiap pengeluaran anggaran KGM yang dikeluarkannya. KGM tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, tanpa tanda tangannya beserta ketua. Md sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran. Md menilai kegiatan KGM telah baik dalam pelaksanaannya. Kegiatan ini menyerupai kegiatan PNPM perkotaan yang digelutinya saat ini. “Kegiatan ini bagi saya, mirip PNPM yang kami jalankan dalam beberapa waktu lalu, dimana kita membuat rencanan anggaran dan mencairkan dan melaporkannya atas kegiatan yang telah kita rencanakan sesuai dengan pengalokasian yang ada”. Keterlibatan Md dalam proyek bukan hanya program NICE saja, namun juga program yang lain juga yang berasal dari departeman pemerintah, selain NICE telah ia geluti. Sehingga bagi Md pekerjaan proyek bukan merupakan masalah baginya karena pengalamannya. Md mempersepsikan pertemuan dalam setiap pembahasan di KGM NICE adalah penting dan merupakan suatu keharusan, karena dengan cara pertemuan dan komunikasi bagi pelaku di lapangan sangat membantu petugas dalam menyelesaikan proyek dan program tersebut. Pertemuan dalam pembentukan kelompok ia persepsikan sebagai sebagai bagian pengumpulan informasi yang harus ia ketahui tentang NICE sendiri. Keterlibatannya merupakan bagian kepercayaan masyarakat terhadap Md. Selain itu pertemuan rapat kerja merupakan bagian dari proses penyelesaian
90
program yang ia dan anggota yang harus dilaksanakan. Tahapan sosialisasi merupakan bagian dari pertanggung jawaban atas hasil yang telah dikerjakan oleh kelompok ke masyarakat. Pada tahap pelaksanaan adalah tahap penyelesaian program setelah hasil rapat yang dibicarakan dilakukan sesuai dengan rencana bersama. Adapun motivasi yang dibangun oleh Md adalah kegiatan sosial dimana dapat mengaktualisasikan kehidupannya. Sehingga dengan aktualisasi tersebut, ia merepresentasikan hidupnya buat masyarakat sehingga memperoleh pengakuan dari masyarakat. Pengakuan yang dimiliki Md telah ada sejak menjabat sebagai ketua RT 19 sehingga mendorongnya untuk mengaktualisasikan kehidupannya pada kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan. Adapun ringkasan faktor personal Md disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Md Dimensi faktor Pembentukan personal kelompok Motivasi Eksistensi sosial
Rapat kerja kelompok Identitas sosial
Persepsi
Bermusyawarah Pelaksanaan menentukan kegiatan kegiatan
Program pemberdayaan berbasis proyek
Pelaksanaan program kerja Identitas sosial
Sosialisasi kegiatan Identitas sosial Audit informasi dan aksi
Informan Ad, Fasilitator Masyarakat Program NICE Kecamatan Gandus Ad adalah salah satu fasilitator yang ada di Kecamatan Gandus untuk kegiatan program NICE. Ia seorang sarjana pendamping yang diberikan tanggung jawab oleh pemerintah dalam program NICE. Ia merupakan penduduk asli dan telah mengenal Kota Palembang. Meskipun untuk Kecamatan Gandus, ia belum cukup mengenal namun secara umum wilayah Kecamatan Gandus adalah bagian dari perjalanan Kuliah Kerja Nyata saat di kampusnya dahulu. Selain memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan NICE KGM, ia juga seorang wiraswasta. Kepiawaiannya terhadap masyarakat dengan bergaul dan membuka diri sehingga ia mudah dikenal oleh anggota KGM dan Puskesmas. Ad terlibat di program NICE sejak tahun 2007, ia memperoleh informasi dari kampus untuk menjadi fasilitator masyarakat dari program NICE. Tugas Ad adalah mengaudit dan mengontrol program NICE di Kecamatan Gandus serta membangun jaringan ke masyarakat dan mendampingi masyarakat dalam
91
membangun hubungan yang baik antara masyarakat dan pelaksana program NICE. Persepsi terhadap kegiatan NICE di KGM Pulokerto pada tahap pembentukan kelompok yang ia pahami adalah kelompok dapat berbuat banyak dengan program bantuan NICE ini. Sehingga kasus yang serupa berupa gizi buruk dan pemakaian layanan posyandu serta layanan kesehatan secara kelembagaan lokal dapat dimanfaatkan dan diberdayakan serta dipergunakan sesuai dengan pengalokasiannya. Ad berharap banyak setelah kelompok dibentuk dapat melakukan fungsi kelembagaan yang diharapkan oleh pemerintah. Selain itu, anggapannya terhadap rapat kerja, ia berkeyakinan dapat merencanakan kegiatan yang inovatif,
namun
karena
kondisi
masyarakat
yang perlu
adanya
pemberdayaan lebih membuatnya sulit untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang baru. “Harapan saya kegiatan ini baik buat masyarakat, namun yang tahu permasalahan itu adalah anggota kelompok sendiri. Saya berharap banyak dengan adanya KGM, masyarakat dapat memanfaatkan kelompok ini sebagai saluran komunikasi”. Ad memiliki keinginan sesuai dengan keinginan fasilitator pada umumnya pelaksanaan program KGM sesuai dengan tujuannya. Meskipun program NICE adalah proyek yang memiliki waktu kerja yang singkat dan memiliki nilai guna berjangka panjang. Peristiwa sosialisasi kegiatan yang terjadi di KGM terbangun persepsi bahwa kegiatan KGM ini sulit untuk diterima masyarakat, karena ketidakpahaman masyarakat terhadap nilai program sehingga kelompok sulit untuk membahasakannya dalam kehidupan lokal. Ia berharap kegiatan yang dilakukan lebih baik kegiatan yang lumrah dilakukan tanpa harus menggunakan bahasa yang berbeda sehingga sulit untuk diterjemahkan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan yang lemah. Pada saat pelaksanaan kegiatan KGM baginya telah memiliki nilai partisipasi yang baik dari beberapa kelompok masyarakat. Namun, di satu sisi belum terjadi kontak yang baik dari beberapa tokoh masyarakat sehingga menimbulkan isu yang tidak baik terhadap KGM. Isu tersebut digambarkan bahwa kegiatan KGM dikhususkan bagi masyarakat miskin yang tidak mampu, sehingga beberapa masyarakat tidak ingin aktif karena takut disebut sebagai masyarakat miskin.
92
Motivasi Ad adalah merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai fasilitator dalam menjalankan tugasnya. Proses motivasi telah dibangun oleh fasilitator pada saat mendapat pelatihan sebelum melakukan terjun lapang. Setelah Ad terjun kelapangan timbul harapan dan keinginannya untuk membangkitkan semangat masyarakat. Namun , berbeda apa yang dikehendakinya dan dilakukan di masyarakat sehingga ia mencoba untuk tidak mengatur masyarakat dalam kelompok namun memberikan pendampingan dan mengikuti alur jalannya berpikir masyarakat dalam setiap pertemuan rapat. Pada Tabel 11 reduksi data yang menggambarkan pemaknaan yang melekat pada Ad. Tabel 11 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada Ad Dimensi faktor Pembentukan Rapat kerja Pelaksanaan personal kelompok kelompok program kerja Motivasi Tanggung Identitas sosial Identitas sosial jawab sosial dan kerja Persepsi Program Berbagi dan Pendampingan pemberdayaan bermusyawarah berbasis proyek
Sosialisasi kegiatan Identitas sosial Penguatan informasi
Tabel 11 menunjukkan bahwa motivasi Ad hampir sama dengan motivasi dari Zr. Tanggung jawab sosial dan kerja yang merupakan motivasinya dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga motivasi selanjutnya dalam rapat kerja, pelaksanaan program kerja dan sosialisasi kegiatan adalah identitas sosial yang melekat pada Ad sebagai seorang fasilitator. Sedangkan persepsi yang dimilikinya adalah ia menganggap bahwa kegiatan pembentukan kelompok adalah program pemberdayaan yang berbasis proyek dimana memiliki sejumlah anggaran yang telah dialokasikan sesuai besaran yang diusulkan sehingga masyarakat menghitung nilai kegunaan dari aksi yang dilakukan. Aktivitas rapat kerja, Ad berpersepsi sebagai pendamping yang berbagi dan bermusyawarah memberikan informasi dan bantuan kepada masyarakat agar terselenggara dengan baik program yang direncanakan. Aktivitas pelaksanaan Ad melakukan kerja sebagai pendamping dimana memberikan pendampingan ke masyarakat dan memberikan penerangan kepada kelompok setiap aktivitas yang telah direncanakan. Pada tahapan sosialisasi Ad memberikan penguatan informasi
93
dari hasil laporan yang diutarakan kepada penanggung jawab program yang ada di pusat dan regional. Ikhtisar Faktor karakteristik personal terdiri dari persepsi dan motivasi dari setiap informan. Faktor personal dimaknai bersama oleh informan dalam setiap interaksi antar pertemuan kelompok. Sehingga masing-masing orang memiliki perbedaan, akan tetapi kesamaan faktor personal tidak memiliki arti bahwa adanya kesamaan persepsi dan motivasi namun adanya kedekatan yang sama antara informan yang satu dengan informan yang lain. Lima informan yang diteliti dalam program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat menyatakan bahwa faktor personal dan motivasi memiliki peranan yang kuat untuk membentuk seseorang dalam menjalankan program. Lima informan memiliki motivasi yang berbeda satu dengan yang lain dimana perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor tanggung jawabnya terhadap kegiatan yang digeluti atau dengan kata lain tugas dan peran yang berbeda masing-masing informan. Sedangkan persamaannya adalah lima informan akan tetap konsisten terhadap apa yang telah dipegang atau menjadi tanggung jawabnya sebagai aktor dalam sebuah program. Aspek motivasi terbagi atas tiga perbedaan, dimana An diawal kegiatan sebelum aktif di KGM, hanya ingin mengatualisasikan kehidupannya, sedangkan Hd dan Md merupakan eksistensi sosial, dimana mereka adalah bagian dari tokoh masyarakat yang memiliki peran ganda terhadap tugas dan fungsinya dalam masyarakat. Sedangkan pada informan Zr dan Ad merupakan tanggung jawab sosial dan pekerjaan. Hal ini berarti adanya kesamaan tanggung jawab dan beban kerja yang diemban oleh Zr dan Ad dalam menyukseskan kegiatan program di masyarakat. Aspek persepsi pada informan Zr, Md, Ad menyatakan bahwa program NICE adalah program pemberdayaan yang berbasis proyek, dimana artinya program tersebut memiliki limit waktu program yang pendek dan memiliki anggaran yang besar dalam pengalokasian kegiatannya. Sehingga tiga informan tersebut telah memiliki pengalaman sebelum program tersebut. Oleh karena itu, ketiga informan tersebut tidak asing terhadap program yang serupa. Informan An
94
dan Hd memandang sebuah pengalaman baru dan program yang memberdayakan mereka dan masyarakat lainnya sehingga pada tahap rapat kerja dan pelaksanaan persepsi yang tertangkap adalah melaksanakan tugas sesuai dengan kegiatan yang telah diarahkan. Sedangkan pada tahap sosialisasi kegiatan, kelima informan hanya memberikan laporan dan cerita tentang aktivitas yang mereka rasakan dalam kegiatan pemberdayaan yang berbasis perbaikan gizi. Penjabaran tentang kelima informan tertera pada Tabel 12. Tabel 12 Pemaknaan faktor personal yang melekat pada informan Informan
Dimensi Faktor personal Motivasi
An
Kasus yang diamati Pembentukan kelompok Aktualisasi sosial
Rapat kerja kelompok Identitas sosial
Pelaksanaan program kerja Identitas sosial
Persepsi
Pengalaman baru
Berbagi dan menemukan yang baru
Menunaikan tangung jawab
Motivasi
Eksistensi sosial
Identitas sosial
Identitas sosial
Persepsi
Program pemberdayaan
Berbagi dan musyawarah
Menunaikan tangung jawab
Hd
Motivasi Zr Persepsi
Motivasi Md Persepsi
Motivasi Ad Persepsi
Tanggung Identitas jawab sosial Identitas sosial sosial dan kerja Program pemberdayaan Berbagi dan Pengawasan berbasis musyawarah kegiatan proyek Eksistensi Identitas Identitas sosial sosial sosial Program Bermusyawarah pemberdayaan Pelaksanaan menentukan berbasis kegiatan kegiatan proyek Tanggung Identitas jawab sosial Identitas sosial sosial dan kerja Program pemberdayaan Berbagi dan Pendampingan berbasis bermusyawarah proyek
Sosialisasi kegiatan Identitas sosial Berbagi dan belajar Identitas sosial Berbagi dan belajar Identitas sosial Berbagi dan belajar Identitas sosial Audit informasi dan aksi Identitas sosial Penguatan informasi
95
Hasil analisa dari kelima informan menyatakan bahwa faktor personal dalam kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi menunjukkan bahwa adanya hubungan dan pengaruh terhadap faktor personal terhadap jalannya kegiatan program. Hal ini senada yang diutarakan Cahyanto (2007), bahwa karakteristik seseorang mempengaruhi berjalannya kegiatan program. Sehingga keberlanjutan dari sebuah program dipengaruhi oleh karakteristik dari sebuah wilayah program. Selain itu, hal ini juga diperkuat oleh Mulyasari (2009), dimana faktor Kepercayaan dari pengurus atau pelaku program mempengaruhi sebuah kegiatan program agar dapat berjalan dengan baik dimana setiap pengurus telah saling mengenal dan memiliki sejarah identitas yang baik di mata setiap informan. Rakhmat (2005) mengungkapka bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti motivasi, pengalaman masa lalu yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan situasional adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang, misalnya adalah teman berbicara, teman satu tim dalam sebuah kelompok. Faktor situasional tersebut menentukan sekali apa yang menjadi penekanan kejadian yang dialami oleh informan atau pelaku program. Sehingga kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan informasi yang diterima sama sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pemberi pesan. Persepsi seseorang dan motivasi seseorang dalam sebuah program merupakan kaitan yang erat terhadap peristiwa komunikasi, khususnya. Sehingga dari hipotesis yang diajukan oleh peneliti adanya hubungan terhadap faktor personal dalam sebuah komunikasi partisipasi merupakan jawaban yang tidak dapat dielakan. Arti kata persepsi dan motivasi seseorang dalam program pemberdayaan masyarakat pada perbaikan gizi memiliki unsur penting yang perlu diperhatikan kepada masyarakat. Sehingga program ini dapat berjalan sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai.
96
Faktor Dinamika Kelompok dalam Program Pemberdayaan Perbaikan Gizi Masyarakat Faktor dinamika kelompok adalah salah satu faktor yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini. Hipotesis pengarah yang diajukan oleh peneliti adalah dinamika kelompok dalam sebuah program pemberdayaan yang berbasis pendekatan kepada komunitas masih bersifat pasif. Apa sajakah dinamika kelompok yang penulis maksud. Dinamika kelompok yang dimaksud adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dalam menjalankan kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat/NICE. Instrumen untuk mengukur dinamika kelompok penulis bagi atas tiga yaitu kekompakan, kepemimpinan dan peranan. Kekompakan adalah merupakan kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompok yang diidentifikasikan dalam tiga hal yaitu daya tarik kelompok terhadap anggotanya, koordinasi dari kegiatan kelompok serta motivasi dan dorongan anggota untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Instrumen kedua adalah kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok baik mendelegasikan tanggung jawab atau kekuasaan, mengorganisir kelompok serta menyelesaikan permasalahan secara bersama. Instrumen ketiga adalah peranan, tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal ini fungsi yang bersifat fungsi koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan, kejelasan. adapun penjelasan tersebut sebagai berikut.
Kekompakan dalam Kelompok Kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat terdiri atas kegiatan pembentukan kelompok, rapat kerja, pelaksanaan program dan sosialisasi program. Kegiatan ini melibatkan sejumlah masyarakat Pulokerto yang berpartisipasi dalam pembangunan. Instrumen pertama kekompakan didefinisikan sebagai kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompok, dimana diidentifikasikan dalam tiga hal yaitu: (1) Daya tarik kelompok terhadap anggotanya, (2) Koordinasi dari kegiatan kelompok, (3) Serta
97
motivasi dan dorongan anggota untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Daya tarik kelompok terhadap anggotanya adalah daya tarik kelompok terhadap manfaat yang didapat oleh anggota terhadap kelompok. Program pemberdayaan perbaikan gizi melibatkan tokoh masyarakat yang melakukan aksi bersama dengan masyarakat. Kasus pembentukan kelompok daya tarik lebih dilihat oleh tokoh masyarakat terhadap peluang untuk mendengarkan sosialisasi pesan pembangunan dari program. Ketertarikan ini dilihat dari sejumlah aktivitas yang didapat serta partisipasi masyarakat untuk mengetahui maksud dan tujuan program tersebut. Hal ini senada disampaikan oleh Md. “berawalnya adanya isu tentang program posyandu, sejumlah kader mempertanyakan adanya dana program untuk pembangunan posyandu kepada saya, maka saat itu saya tertarik dengan mengikuti rapat yang diadakan di kelurahan, saya berharap kegiatan tersebut dapat membantu masyarakat lebih di daerah saya”. Daya tarik dalam kelompok terlihat dari antusias pertanyaan yang ditanyakan dalam rapat pembentukan kelompok. Kegiatan ini memang syarat dengan program yang berbentuk proyek namun, partisipasi masyarakat tetap aktif dalam mengenali program tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pemilihan kelompok sepuluh dengan cara pemilihan langsung. Senada yang diungkapkan oleh Ad sebagai seorang fasilitator. “Meskipun ini berbasis program proyek, masyarakat tetap berrhatihati dengan program tersebut dan berusaha mencari tahu dan mengenali cara kerja dan aturan main yang dilakukan dalam program tersebut”. Pencalonan anggota kelompok memiliki minat yang besar dari masyarakat yang hadir. Sehingga membuktikan bahwa kegiatan program tersebut memiliki daya tarik yang baik buat anggota. Kasus pertemuan kedua adalah rapat kerja yang dilakukan oleh kelompok, dalam hal ini anggota kelompok telah menyadari kegiatan yang berlangsung dalam program tersebut sehingga anggota kelompok memiliki pengalaman dan minat yang besar untuk membaktikan diri terhadap program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Daya tarik dari kegiatan rapat kerja dilakukan dengan mengadakan pertemuan bersama di salah satu rumah anggota, membuat janji
98
bersama sebelum rapat kerja diselenggarakan untuk pergi bersama ke salah satu anggota serta membuat pakai seragam yang sama. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik kelompok terhadap lingkungan sekitarnya. Senanda yang diungkapkan oleh Hd. “KGM Pulokerto memang memiliki pakain seragam yang sama dari sepulu orang yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengikat anggota agar tetap kompak dalam menjalankan tugas kelompok dalam program pemberdayaan gizi tersebut. Selain itu, penggunaan pakain tersbut dilakukan saat kunjungan ke posyandu-posyandu, sosialisasi ke sekolah dan kegiatan yang berkenaan dengan KGM”. Hal ini diutarakan juga oleh An bahwa kegiatan KGM setiap kali pertemuan resmi wajib menggunakan pakaian seragam. Tujuan penggunaan ini bagi An cukup berkesan dimana identitasnya sebagai anggota KGM diakui di masyarakat. Selain itu, kegiatan rapat kerja dilakukan dengan saling menunggu anggota yang belum hadir untuk mendiskusikan kegiatan yang akan diusulkan. Apabila anggota yang berhalangan hadir maka sosialisasi langsung disampaikan ke anggota yang terdekat. Anggota yang berhalangan hadir akan dicatat dan diperhitungkan mendapat tugas dua kali dari anggota yang hadir. Hal ini bertujuan untuk menjaga kekompakan yang ada di KGM Pulokerto. Selain itu substansi rapat tetap dipertahankan
dengan
memberikan
kesempatan
kepada
anggota
untuk
mengusulkan dari hasil observasi anggota di lapangan dan wawancara dengan kader posyandu terhadap usulan kegiatan yang akan diselenggarakan. Antusias ini memang lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh anggota lebih menyerahkan kepada pengurus inti ketua, bendahara dan sekretaris. Terdapat hal yang unik dalam pertemuan tersbut yaitu perilaku Hd yang senantiasa mempengaruhi anggota kelompok untuk memberikan hak perwakilan padanya sehingga semua tugas terlimpah kepada Hd semua. Walaupun tak disangkal Hd adalah sekretaris dalam kelompok tersebut yang mana tugasnya adalah membuat laporan paket gizi yang telah disepakati dan membuat laporan harian dan keuangan setiap hari kegiatan di KGM. Berbeda dengan anggota lain setelah kegiatan selesai, anggota KGM telah selesai sedangkan Hd tetap melakukan tugasnya membuat catatan dan pelaporan. Namun, Hd tetap memberikan semangat kepada anggota lain.
99
Kasus ketiga adalah pada pelaksanaan kegiatan KGM dalam program pemberdayaan perbaikan gizi. Kasus tersebut semua anggota hadir dengan menggunakan pakaian seragam. Hal ini menjadi bagian daya tarik dari masyarakat. Pakaian seragam yang digunakan bercorak merah dan hitam sehingga terlihat seperti pakaian salah satu partai. Namun, setelah diberikan penjelasan kepada masyarakat tentang aktivitas KGM, masyarakat tertawa dan sering mengikuti kegiatan KGM yang diselenggarakan. Hal ini senada yang disampaikan Ad. “saya awalnya agak kaget juga, ditanya dari partai mana oleh masyarakat, namun dengan adanya penjelasan dari pak Madri dan Rafik semuanya jadi jelas setelah duduk bersama dengan masyarakat.Memang pakaiannya seperti partai namun tulisan KGM nyakan terlihat jelas di bahu belakang. Tetapi dampak dari itu, antusias masyarakat semakin tinggi dengan program ini sehingga tingkat partisipasi yang hadir ke posyandu terkadang meningkat dengan pakaian seragam tersebut”. Daya tarik pakaian seragam merupakan salah satu yang mempererat kekompakan kelompok. Identitas dari anggota KGM dapat dikenali dari pakaian seragam yang digunakan. Selain itu, kegiatan pelaksanaan selalu disuguhkan dengan makan bersama yang dilakukan oleh anggota di salah satu kediaman anggota dengan makanan khas Kota Palembang. Hal ini bertujuan untuk mempererat kelompok. Kasus keempat adalah kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Gandus dimana sosialisasi hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok. Kegiatan ini hanya mengundang beberapa anggota inti dalam kelompok yaitu ketua, bendahara dan sekretaris. Pada kegiatan sosialisasi penjelasan dilakukan oleh ketua kepada penanggung jawab NICE Kota Palembang. Hal ini telah disepakati bersama oleh anggota KGM Pulokerto agar ketua memberikan keterangan perihal tentang usaha yang dilakukan oleh KGM Pulokerto. Setelah rapat usai, hasil rapat disosialisasikan kembali ke anggota dengan mengirimkan pesan singkat ke sejumlah anggota. Indikasi kedua dari kekompakan kelompok adalah adanya koordinasi dalam kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Koordinasi yang dilakukan dalam pembentukan kelompok dilakukan oleh masyarakat dengan
100
saling bertemu dan mensosialisakan pada rapat bersama dengan aparatur kelurahan. Sedangkan pada kasus rapat kerja kelompok, koordinasi senantiasa dilakukan dengan melakukan rapat kerja dengan menanyakan usulan kepada anggota dan memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapat dari masingmasing anggota. Hal ini senada yang dikatakan oleh Md. “kegiatan rapat kerja dilakukan untuk menentukan paket-paket gi yang akan kita lakukan. Tujuannya saya pikir sama dengan yang dilakaukan dengan program lain. KGM di rapat kerja senantiasa memberikan kesempatan kepada anggota untuk memberikan saran atau pendapat. Namun masalahnya terkadang anggota malas untuk berbicara sendiri sehingga terwakilkan oleh satu atau dua orang saja, tapi tetap menjadi bahan pertimbangan dalam rapat namanya juga usulan yng akan kita usulkan ke pusat”. Koordinasi
yang terlihat juga dalam kasus pelaksanaan kegiatan KGM
terlihat dengan hadirnya sejumlah anggota kesepuluh KGM. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tim pemberdaya Kelurahan Pulokerto. Kehadiran ini terkadang bersamaan dengan membawa sepeda motor bersama sehingga terlihat seperti konfoi bersamaan ke satu posyandu atau ke sekolah. Hal ini membuktikan adanya kekompakan yang ditampakan oleh KGM Kelurahan Pulokerto. Kasus keempat adalah sosialisasi kegiatan yang terlihat adalah koordinasi kelompok dengan anggota lain setelah pertemuan usai. Hal ini menandakan bahwa kegiatan tersebut telah menjadi bagian yang lumrah diantara anggota kelompok. Selain itu, pada rapat sosialisasi masing-masing kelompok saling memberikan pendapat yang berbeda dan memberikan dukungan pendapat terhadap apa yang diusulkan demi kemajuan kelompok bersama. Indikator ketiga dari kekompakan kelompok adalah saling mendukung dan memberikan motivasi antara satu anggota dengan anggota lain. Hal ini terlihat dari kegiatan Hd yang senantiasa memberikan dorongan kepada anggota KGM dan kader untuk tetap bekerja dengan sepenuh hati dan melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Sebagaimana penuturun Hd. “saya selalu memberikan penekanan kepada kader dan anggota untuk tetap hadir dalam setiap pertemuan KGM dan membuka posyandu yang ada disekitar rumah yang ada posyandunya. Kami telah membagi tugas diantara anggota untuk mensosialisasikan posyandu dan dana yang ada dari pemerintah. Hasilnya alhamdulilah ada peningkatan
101
kenaikan jumlah posyandu dan partisipan kehadiran posyandu sedikit meningkat. Paling tidak tugas KGM Pulokerto tidak dianggap mainmain oleh Puskesmas”. Hipotesis pengarah kedua adalah minimnya dinamika kelompok dalam komunikasi partisipasi dalam kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi dinyatakan ditolak dengan memperhatikan Instrumen kekompakan yang terlihat dari tiga indikator yaitu adanya daya tarik kelompok oleh anggota, koordinasi dari anggota serta dorongan dan motivasi anggota untuk semangat bekerja dalam program. Kepemimpinan dalam Kelompok Instrumen ke dua dari dinamika kelompok adalah kepemimpinan kelompok yang dilihat dari empat kasus pembentukan kelompok, rapat kerja kelompok, pelaksanaan program kerja dan sosialisasi kegiatan. Indikator yang digunakan dalam kepemimpinan kelompok adalah (1) Kemampuan anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok baik mendelegasikan tanggung jawab atau kekuasaan, (2) Mengorganisir kelompok serta, (3) Menyelesaikan permasalahan secara bersama. Kasus pembentukan kelompok yang dilihat dari kepemimpinan dilakukan dalam pertemuan pembentukan kelompok, terlihat jelas bahwa kepemimpinan yang dilakukan secara terbuka dengan memberikan kesempatan yang terbuka bagi setiap anggota partisipan yang hadir untuk memilih anggota kelompok KGM. Partisipan yang hadir berusaha memilih calon anggota sesuai dengan pengalaman dan hubungan personal yang telah lama dibangun oleh anggota. Kegiatan pemilihan anggota dalam KGM yang akan melaksanakan tugas program pemberdayaan perbaikan gizi. Kemampuan partisipan dalam memilih kelompok sepuluh pada hari yang bersamaan dengan sosialisasi merupakan salah satu bukti bahwa kepemimpinan yang dilakukan cukup dinamis dimana kegiatan pemilihan tersebut mendengarkan saran dan masukan dari sejumlah kalangan baik yang berasal dari suara yang berbeda. Sehingga dari instrumen pendelegasian kekuasaan kepada anggota telah terpenuhi dalam kegiatan tersebut. Sedangkan instrumen kedua mengkoordinasikan kelompok telah memenuhi kuota yang dibuktikan dengan terpilihnya kelompok sepuluh dari rukun warga dan topografi
102
yang berbeda. Hal ini diperkuat dengan terbentukanya kelompok yang langsung ditetapkan dalam satuan kerja dan menggalang rapat langsung. Adapun kasus kedua adalah rapat kerja yang dilakukan kelompok, kegiatan rapat kerja yang dilakukan dengan melaksanakan musyawarah bersama dengan anggota kelompok, fasilitator dan petugas kesehatan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mendengarkan sejumlah pendapat dari fasilitator dan petugas kesehatan ditambah masukan dari anggota. Rapat dipimpin oleh ketua kelompok dan pengambilan keputusan dilakukan secara bersama dengan anggota kelompok dengan sepengetahuan peserta yang hadir. Indikator dari kepemimpinan kelompok adalah kelompok mampu melaksanakan tugas dengan baik dengan membagi tugas bersama dengan anggota yang lain. Pendelegasian ini antara lain adalah penyusunan penangung jawab tiap kegiatan, daftar piket kunjungan ke posyandu serta sosialisasi per kampung yang dilakukan oleh anggota. Indikator kedua adalah mengorganisir kelompok dengan melihat sejumlah peristiwa dimana adanya pembagian tugas yang disepakati bersama. Indikator ketiga adalah menyelesaikan permasalahan secara bersama dengan jalan musyawarah dan mendengarkan ketua sebagai pimpinan yang dituakan. Kasus yang ketiga adalah pelaksanaan kerja kelompok, pada kasus ini terlihat bahwa anggota mampu melaksanakan tugas yang telah diembannya dengan bekerja sama antar anggota. Setalah kegiatan selesai, rapat terbatas dilakukan untuk mengevaluasi hasil dari kegiatan yang telah dilakukan. Tujuan ini dilakukan untuk mendengarkan pandangan dan pendapat dari anggota terhadap hasil kegiatan yang telah dicapai. Selain itu, tujuan rapat terbatas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada antar kelompok serta mengkoordinasikan pemikiran dan pendapat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung untuk dijadikan pembelajaran. Kegiatan ini lebih terlihat kompak dimana dihiasi dengan guyonan antar kelompok dalam pelaksanaannya. Hal ini dituturkan oleh Md pada saat peneliti memverifikasi data. “memang kegiatan pertemuan setelah kegiatan KGM, kita selalu kumpul bersama. tujuan tidak lain mengkomunikasi hasil-hasil yang telah dilakukan selain itu mana yang dapat anggota bantu buat anggota lain yang masih terkendala dengan tugas dalam kelompok dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Pertemuan tersbut tentu ada anggaran yang telah disisihkan buat kelancaran program. Prinsipnya
103
program yang dijalankan itu adalah komunikasi yang lancar saja antar anggota, terbuka apa yang kita lakukan dan saling mendukung”. Kasus keempat adalah sosialisasi kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan ini diwakilkan oleh ketiga pengurus inti yaitu ketua, bendahara dan sekretaris. Kegiatan ini menyampaikan hasil kerja kelompok kepada pihak pusat serta memberikan masukan buat KGM kedepannya. Selain itu, pertemuan ini merupakan wahana untuk mengkoordinasikan kegiatan kedepannya yang akan dilakukan serta melihat masalah yang dihadapi kedepannya dengan mengandalkan pendapat atau saran dari anggota dari kelompok lain yang memberikan masukan yang berguna bagi KGM dalam program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Empat
kasus
tersebut
dalam
program
perbaikan
gizi
memiliki
kepemimpinan kelompok yang baik dalam menyelesaikan program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat yang merupkan unit bagian dari dinamika kelompok. Empat kasus tersebut instrumen kepemimpinan adalah distribusi wewenang ke sejumlah anggota, pengorganisasian anggota serta penyelesaian masalah bersama dengan anggota kelompok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa kepemimpinan kelompok yang merupakan bagian dari dinamika kelompok memiliki pengaruh terhadap jalannya program agar tetap berimbang serta hipotesa pengarah yang dinyatakan, ditolak. Artinya dengan melihat kepemimpinan kelompok yang dilakukan di program pemberdayaan perbaikan gizi dimana terjadinya penyebaran delegasi dari ketua ke anggota, adanya pengorganisasian kelompok serta pemecahan masalah yang dilakukan oleh kelompok terdapat dinamika kelompok yang baik dalam satuan kerja program. Peranan dalam Kelompok Peranan adalah tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan dalam hal ini fungsi yang bersifat koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan dan kejelasan. Peranan yang dilihat dari empat kasus yaitu pembentukan kelompok, rapat kerja, pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi kegiatan yang telah dilakukan. Peranan dalam kelompok merupakan salah satu bagian dari dinamika kelompok. Kasus pertama adalah pada pembentukan kelompok, fungsi yang dilakukan koordinasi yang dimana fungsi tersebut dapat dilihat dari terselenggaranya rapat
104
sosialisasi dan terbentuknya kelompok KGM. Hal ini berarti adanya informasi yang sama diterima oleh masyarakat dari pemerintah yang menyelanggarakan program. Peristiwa pembentukan kelompok, prakarsa yang dibangun oleh pihak kelurahan mendapat legitimasi dari masyarakat dimana usulan nama-nama anggota kelompok sepuluh berasal dari masyarakat tanpa ada tekanan dari pihak kelurahan. Sedangkan penyebaran informasi ditindaklanjuti oleh kelompok dengan melakukan sosialisasi kelompok gizi masyarakat ke sasaran program yaitu posyandu, sekolah dan kalangan ibu rumah tangga di lingkungan Kelurahan Pulokerto. Hal ini memberikan kepuasan bagi anggota dalam menjalankan tugas yang disebabkan oleh kejelasan tugas dan tanggung jawab dari kerja program yang dilakukan oleh kelompok. Kasus kedua yang merupakan rapat kerja kelompok dilakukan di kediaman anggota kelompok gizi masyarakat. Kegiatan ini melibatkan koordinasi antar anggota dengan mengirimkan pesan singkat dan sikap yang saling terbuka. Informasi yang dikirimkan biasa melalui jaringan komunikasi antar kader yang terdekat ke masing-masing kader, sehingga informasi setiap kader selalu terbaru. Anggota
yang
tidak
aktif
diberikan
dorongan
dan
motivasi
dengan
mengunjunginya dan mendengarkan alasan dari anggota, sehingga anggota yang berhenti dapat segera digantikan oleh anggota lain yang telah dipilih oleh ketua untuk mengisi kekosongan. Dukungan dari anggota kelompok dalam rapat dengan menyetujui hasil rapat dan menerima keputusan rapat serta menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Anggota kelompok dapat merasakan kepuasan dengan bersama saling membantu dalam setiap kegiatan dan masalah yang terjadi rumah tangga. Hal ini diperoleh karena kejelasan yang diterima anggota terhadap kegiatan yang berlangsung. Kasus yang ketiga adalah pelaksanaan kegiatan kelompok gizi pada program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Peristiwa ini terlihat koordinasi dalam setiap pertemuan dalam pelaksanaan. Koordinasi dilakukan berdasarkan hasil rapat bersama dimana membagi tugas bersama berdasarkan letak domisili. Sedangkan, jangkauan sasaran yang jauh, kelompok melakukan kunjungan bersama dengan kelompok lainnya. Kelompok senantiasa tak lepas dari informasi yang digunakan dengan telepon seluler. Prakarsa berupa ide dan
105
pendapat disampaikan langsung kepada ketua baik saat rapat besar maupun saat diskusi kecil. Sosialisasi informasi ke masyarakat dilakukan dengan bentuk pengumuman yang dilakukan melalui tokoh masyarakat, atau dengan langsung melakukan kunjungan ke sasaran program, misalnya kunjungan ke posyandu, kelompok akan membawa beberapa unit perlengkapan yang menarik untuk dilihat dan menggunakan pakaian seragam yang menarik untuk diikuti. Hal ini merupakan bentuk kejelasan dan kerja sama yang baik antar setiap kelompok dan kader posyandu dan tokoh masyarakat. Kasus keempat adalah sosialisasi yang dilakukan di puskesmas. Kegiatan ini memperlihatkan koordinasi yang baik antar kelompok dan petugas kesehatan. Informasi yang diterima oleh direktur NICE Kota Palembang sama dengan yang diperoleh di lapangan. Hal ini didukung oleh prakarsa dari anggota kelompok yang aktif dalam menyebarkan informasi ke lingkungannya. Sehingga menimbulkan kejelasan di masyarakat, baik sasaran maupun yang bukan. Keempat kasus tersebut yang dikonsentrasikan dari peranan dapat dikategorikan peristiwa tersebut memiliki peranan kelompok yang baik dimana fungsi tugas kelompok berupa koordinasi yang jelas, informasi yang tepat, membangun prakarsa diantara kelompok, sosialisasi informasi ke masyarakat serta kejelasan informasi yang membaut masyarakat dan anggota menjadi puas. Artinya bahwa dengan instrumen ini dapat dinyatakan bahwa peranan dalam kelompok adalah baik dan dapat disimpulkan sementara dinamika kelompok yang terjadi dalam program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat dilakukan dengan baik. Sehingga hipotesis pengarah yang di perjelas tidak terbukti bahwa dinamika kelompok yang terjadi telah baik. Hal ini berdampak pada program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat yang jalan sesuai dengan program yang diusulkan oleh kelompok dan mendapat sambutan dari masyarakat.
106
Ikhtisar Dinamika kelompok adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat kegiatan dari sebuah kelompok apakah kelompok tersebut dinamis atau stagnan. Dinamika kelompok bersifat statis, dimana instrumen kelompok terdiri atas kekompakan, kepemimpinan, peranan kelompok. Dinamika kelompok yang terjadi dalam empat kasus yang dijelaskan terdahulu pada subbab sebelumnya yaitu pembentukan kelompok, rapat kerja kelompok, pelaksanaan kegiatan, sosialisasi kerja kelompok menunjukkan hasil yang baik dimana terjadinya dinamika kelompok. Carolina dan Iskandar (1993) menyatakan bahwa salah satu unsur dinamika kelompok adalah kekompakan yang terjadi dalam setiap peristiwa dalam kelompok program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat. Kekompakan tersebut teridentifikasi dengan indikasi adanya daya tarik kelompok terhadap anggotanya terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, adanya koordinasi kelompok kepada masing-masing anggota dan masyarakat serta saling memberikan motivasi kepada anggota dan masyarakat yang menjadi sasaran. Unsur yang kedua adalah, kepemimpinan dalam kelompok dimana diindikasikan dalam bentuk penyebaran kekuasaan berupa pendelegasian tugas, mengorganisir kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam kelompok (Romli 2011). Kegiatan yang dilakukan dalam program perbaikan gizi selalu melibatkan keputusan bersama dengan kelompok. Sehingga pada tataran pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan membagi tugas bersama dengan anggota lain. Sedangkan pengorganisasian kelompok dilakukan dengan membagi tugas bersama persatuan wilayah kerja yang terdekat dari anggota. Tugas yang diemban dalam program perbaikan gizi telah dikonfirmasi kepada anggota kelompok. Tugas tersebut dirembugkan secara bersama dalam rapat kegiatan program. Unsur ketiga adalah peranan dalam melakukan fungsi koordinasi, informasi, prakarsa, penyebaran, kepuasan dan kejelasan dalam program pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat (Cartwright dan Zander 1968). Fungsi tersebut dijalankan secara bersama dalam setiap kasus yang diamati. Fungsi yang sering
107
dominan dilakukan adalah fungsi informasi dan penyebaran kepada anggota dan lingkungan masyarakat. Faktor dinamika kelompok yang terjadi di kelompok gizi masyarakat Pulokerto dapat disimpulkan berlangsung secara baik dan mempengaruhi program pemberdayaan perbaikan gizi secara langsung. Hal ini terlihat pada kegiatan yang dilakukan secara bersama dengan masyarakat pada aktivitas pembentukan kelompok, pelaksanaan tugas kelompok, rapat kerja kelompok dan sosialisasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh kelompok gizi masyarakat. Maka hipotesis yang diajukan ditolak bahwa dinamika yang terjadi tidak minimal, namun dinamika kelompok dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Tanggapan dari lima informan mendukung terhadap apa yang menjadi kesimpulan peneliti. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13 tentang tanggapan kelima informan terhadap kegiatan atau peristiwa yang dialami oleh informan dari sudut dinamika kelompok.
108
108
Tabel 13 Tanggapan informan terhadap peristiwa dinamika kelompok pada program pemberdayan perbaikan gizi masyarakat Peristiwa
Dimensi dinamika kelompok Kekompakan
Tanggapan Informan An
Hd
Zr
Md
Ad
“Cukup memberikan ketertarikan buat saya, apalagi selaku ketua RT”
“Memberikan tantangan baru dalam kelompok KGM Pulokerto”
“Memberikan kesempamtan kepada masyarakat untuk partisipasi agar terbuka jangan hanya kita saja yang selalu berperan, sehingga dapat merasakan dan memberikan penghargaan.” “Lebih melakukan Memberikan informasi Mensosialisasikan melalui fungsi informasi dan yang sejelas2nya kepada kembali kepada
“Memberikan kesempatan kepada masyarakat yang memiliki minat terhadap aktivitas ini”
Pemilihan dilakukan “Memberikan “Pembagian tugas yang secara langsung dan dorongan kepada sudah baik, anggota telah terbuka anggota KGM yang memahami tugasnya lain untuk aktif” masing-masing, namun masih kurangnya daya juang untuk mengajak masyarakat untuk datang ke posyandu memang harus dimaklumi karena kesibukan masingmasing” Kepemimpinan Setiap orang mendapat “Memberikan kerja “Kerja program Pembentukan diberikan kesempatan yang sama dan peran dilakukan dengan kelompok memilih calonnya yang sama tiap mendistribusikan kepada anggota sehingga tidak sejumlah anggota yang menumpuk di tidak bekerja sehingga pengurus inti” pekerjaan dapat terselesaikan, selain itu mengajak masyarakat yang tertarik dengan kerja-kerja kemasyarakatan”
Peranan
“Informasi disampaikan
Memberikan informasi yang
109
rapat secara langsung dengan partisipan dan dijelaskan kepada kami”
Kekompakan
Rapat Kerja kelompok
memberikan ide kepada anggota dan memasukkan ke dalam paket program”
“Dorongan dari Hd “Memberikan untuk datang dan kesempatan membantunya” masyarakat untuk berpartisipasi sehingga perlu bujukan dan motivasi dari kita”
Kepemimpinan “Kami mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan ide dan pendapat”
Memberikan kesempatan untuk memberikan usulan, dan memecahkan masalah bersama
“Informasi disampaikan langsung ke kami bila ada berita terbaru, biasa dilakukan melalui pesan singkat atau pesan melalui Hd”
Lebih memberikan informasi dan kesempatan pada anggota lain untuk berpendapat.
Peranan
masyarakat tentang masyarakat yang jelas, serta program tersebut dan berhalangan mendampingi tugas dari program hadir. masyarakat tersebut yang dilakoni yang terpilih oleh kelompok. sebagai anggota kelompok dalam program. Memberikan Melemparkan Memberikan pendampingan agar tetap kepada anggota pendampingan tertarik dan mudah dalam agar memperoleh dan dukungan membuat laporan usulan. saran dan secata teknis. masukan dalam rapat terutama dalam hal teknis di lapangan nanti Kegiatan yang dilakukan Membagi Memberikan disesuaikan dengan kelompok kerja pendampingan kehendak dan keinginan dalam setiap bagi kelompok dari masyarakat sehingga bidang serta agar tetap jelas puskesmas tidak dapat memberikan kerja yang memaksa. penjelasan hasil dilakukan kerja yang akan dilakukan. Memberikan informasi Menghasilkan Pendampingan dan memberikan proposal kegiatan secara bertahap pendampingan teknis sehingga dapat dalam pembuatan diurus proposal kegiatan administrasi kepentingan KGM kedepan
110
pakaian “Biasa kita janjian sebelum melalukan kunjungan kerja ataupun pengamatan ke lapangan” Kepemimpinan “Semua mendapat “Pembagian tugas kerja yang sama antar anggota meskipun berat terasa kelompok” ringan” Kekompakan
Pelaksanaan program kerja Peranan
Kekompakan
Sosialisasi kegiatan
Penggunaan sergam
Memberikan pendampingan
Memberikan informasi dengan mengumumkan ke masyarakat agenda KGM Mobilisasi masyarakat untuk datang dan hadir dalam setiap satuan RT
Memberikan bantuan berupa penyuluhan kesehatan, sebenarnya bisa dilakukan anggota kelompok namun tetap harus dituntun sehingga mereka lebih menyerahkan ke petugas kesehatan Saling berkoordinasi Memberikan Memberikan informasi Memberikan info satu dengan yang lain penjelasan kepada kepada masyarakat agar dan kepada setiap masyarakat atas aktif dan datang ke masyarakat kedatangan serta posyandu dan menjaga memberikan kesehatan lingkungan penyuluhan dan pembinaan kepada kader “Lebih menyerahkan “Mendukung Memberikan Memberikan ke pada ketua dalam pernyataan yang pndampingan dan penjelasan akan berbicara ke khalayak” dujarkan oleh ketua pembinaan tiap kegiatan yang dalam rapat dengar kelompok telah dilakukan pendapat di puskesmas”
Pendampingan dan pendekatan persuasif
Pendampingan
Menjaga hubungan komunkasi dengan anggota dan masyarakat
Hanya mendengarkan dan memberikan saran dan masukan bagi kelompok demi kelancaran KGM kedepan
111
Kepemimpinan “Koordinasi yang dilakukan selama ini telah baik, setiap kegiatan yang melibatkan anggota senantiasa diberitakan kepada kami”
Menyerahkan Mendengarkan Memberikan sepenuhnya ke masing- masukan dari pendampingan masing kelompok direktur NICE pusat dengan membandingkan kondisi di lapangan
Peranan
Memberikan informasi kepada kelompok berkenaan dengan KGM dan teknis kerjanya
Membuat paket gizi bersama dengan kader dan membagi tugas dalam pelaksanaan dalam memantau posyandu secara bergilir dengan anggota yang lain. Penyebaran informasi “Memberikan ke masyarakat penjelasan kepada anggota kelompok terhadap sosialisasi yang dilakukan”
Memberikan masukan kepada pihak dinas kesehatan dan melakukan sharing bersama
Memberikan pendampingan dan memberikan ulasan dan usulan kepada kelompok yang dibina.
112
Analisis Komunikasi Partisipasi pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program
perbaikan
pemberdayaan di bidang
gizi
masyarakat
adalah
salah
satu
prorgam
kesehatan. Program perbaiakn gizi yang dilakukan
dalam tahapan empat peristiwa yaitu pembenrukan kelompok, prapat kerja kelompok, pelaksanaan kegiatan kelompok dan sosialisasi hasil kegiatan kelompok yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan dalam satuan dimensi program pemberdayaan gizi masyarakat. Tujuan program tersebut adalah memberikan keberdayaan kepada masyarakat untuk dapat membaca dan memiliki sikap dan tindakan terhadap peristiwa kerawanan gizi di suatu wilayah. Kegiatan ini dilakukan dari masa 2008 hingga tahun 2012. Kegiatan ini dilaksanakan dengan batas waktu tiga tahun dimana masyarakat diharapkan dapat lebih berdaya dalam hal kerawanan gizi. Pembentukan Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi Pembentukan kelompok adalah salah satu kegiatan yang dilakukan program perbaikan gizi masyarakat yang nantinya dinamakan kelompok gizi masyarakat Pulokerto. Kelompok ini terbentuk dengan cara dipilih langsung oleh masyarakat melalui perwakilannya di Kelurahan. Kelompok yang terpilih berjumlah sepuluh orang yang akan melaksanakan kegiatan program pemberdayaan gizi masyarakat dengan melakukan kegiatan survey pendataan dan penggalian data dan menentukan kegiatan yang akan diusulkan ke pemerintah melalui program yangtelah disusun dengan nama paket gizi masyarakat. Proses pemebntukan kelompok melibatkan masyarakat langsung terutama tokoh-tokoh masyarakat antara lain kader posyandu, ketua RT dan RW, aktivis perempuan, guru sekolah, kalangan pemuda. Pemilihan ini dilakukan dengan mendengarkan beberapa sosialisasi langsung dilakukan oleh petugas kesehatan dalam hal ini petugas program perbaikan gizi yang ditunjuk untuk melakukan sosialisasi informasi program. Sebagaimana yang disampaikan Zr. “Sosialisasi ini dilakukan di masing-masing kelurahan, pada awalnya kami lakukan di kecamatan namun pihak kelurahan meminta kami kembali untuk melakukan sosialisasi....setelah sosialisasi akan langsung dibentuk kelompok gizi masyarakat yang akan melakukan fungsi pelaksanaan dalam program ini selain itu yang aka membuat rencana kerja yang telah mereka pilih seseuai dengan permasalahan yang terjadi di lingkungan mereka...”.
113
Kegiatan sosialisasi pun langsung disampaikan oleh fasilitator. Kegiatan ini telah jauhari dilakukan dengan mendekatai aktor pembangunan yang ada di Kelurahan Pulokerto mulai dari aktor masyarakat, pemuda hingga, perempuan. Kegiatan penyampaian pesan program mengikuti alur kegiatan kelembagaan yang ada di
Kelurahan dimana kelurahan
memiliki
lembaga
pemberdayaan
kesejahteraan keluarga dan kasi pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pengumuman melalui papan pengumuman yang tertempel di gedung pertemuan di kelurahan. Sedangkan, surat resmi diajukan ke tokoh-tokoh masyarakat. Hal ini senada apa yang disampaikan oleh Hd sebagai salah satu ketua pokja PKK. “sebelumnya kegiatan sosialisasi diadakan, pihak kelurahan dan puskesmas memberikan surat undangan namun saya lihat juga ada informasi yang tertempel di papan pengumuman. Peserta yang hadi nampaknya teebuka namun yang hadir biasanya orang yang biasa aktif di kemasyarakatan”. Acara di mulai dengan melakukan penerangan akan informasi program terlebih dahulu. Tahap selanjutnya dilakukan pemilihan kelompok. Terdapat hal yang menarik dalam pemilihan kelompok. Kelompok tersebut awalnya telah dipilih, namun karena kurang puas masyarakat terhadap susunan kelompok maka dilakukan pemilihan ulang. Hal ini di tuturkan oleh An. “sebenarnya pemilihan itu dilakukan atas dasar ketidak puasan saja. Kalau saat itu saya memang menjadi ketua tanpa dipilih langsung ditunjuk oleh pak lurah, namun saat itu tujuan pak lurah untuk menjebolkan program ini karena untuk dapat memperoleh program ini pak lurah langsung menyusun nama-nama yang ada pada susunan kader posyandu yang aktif di lingkungan kelurahan, kemudian setelah pertemuan di kelurahan baru diadakan pemilihan ulang, dan yang terpilih masih orang-orang itu juga yang berbeda adalah susunan pengurus inti”. Pernyataan An tersebut mengandung tersirat bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan memiliki unsur demokrasi. Kebebasan berbicara dalam forum dimanfaatkan masyarakat dengan cara berdialog. Usulan aspirasi yang dilakukan dengan memberikan pernyataan dan memilih calon yang diinginkan meskipun calonnya hanya itulagi, namun yang menarik adalah adanya kebebasan
114
masyarakat untuk memilih langsung dan melakukan refleksi bersama dalam aksi pemilihan tersebut. Dialog yang dilakukan adalah dialog yang informatif dimana masyarakat bertanya dan pihak pemegang program menjawab dan menjelaskan kegiatan tersebut. Kegiatan ini juga memiliki interaksi yang dilakukan interaktif dimana masyarakat dapat memilih dan menentukan jago yang diunggulkan. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Ad. “Program ini memang betul transparan, masyarakat yang menentukan dengan kaidah aturan main yang digunakan oleh pemerintah. Sepertinya masyarakat lebih cerdas dan selama ini masyarakat tidak puas dengan penunjukkan langsung, saya selaku fasilitator merasa bersyukur adanya keterbukaan dengan masyarakat”. Dialog yang terbuka dalam menyampaikan sosialisasi tersebut dikenal dengan kegiatan yang monolog dan pemilihan yang dilakukan dengan langsung secara aktif dinamakan kegiatan yang dialog. Kegiatan ini dikategorikan dalam komunikasi monolog dan dialog yang informatif dan interaktif. Rahim (2004) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah memiliki makna di dalamnya dimana adanya komunikan yang menyampaikan pesan, dimana pesan tersebut telah terbentuk jauhari dari kegiatan yang berlangsung ataupun pada saat berlangsung yang dinamakan persepsi. Pesan yang disampaikan atau yang ditangkap akan diolah kembali dan dipikirkan menjadi sebuah bentuk pesan dan tindakan yang kritis. Sehingga itulah sebabnya kegiatan dalam pembentukan kelompok dalam program pemberdayaan ditanggapi asyarakat dengan pemilihan langsung yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Kebebasan beraspirasi dalam ruang publik adalah salah satu ciri keberagaman yang dikatakan oleh Rahim (2004). Hasil penelitian terdahulu Satriani (201) menyatakan bahwa keberagaman dalam suatu kegiatan merupakan modal dasar dalam pengembangan program kedepan. Hal ini dikukuhkan oleh Muchlis (2009) bahwa kebaragaman akan terpecahkan oleh tindakan penekanan yang dilakukan aparatur pemerintah yang otoriter. Keberagaman yang dilakukan dengan berdialog adalah kebergaman yang baik dan berfungsi baik agar kebebasan beraspirasi mengungkapkan pendapat. Kasus pemebntukan kelompok, masyarakat memanfaatkan momen ini dengan menggunakan wadah untuk
115
bermusyawarah dengan masyarakat lainnya dan meminta informasi yang akurat tentang program tersebut. Sifat kebebasan ini dikategorikan dengan kebebasan yang informatif dan interaktif. Hasil dari pertemuan ini adalah terbentuknya kelompok yang dilegitimasi oleh pemerintah kelurahan dalam menjalankan program tiga tahun kedepan terhadap permasalahn gizi ataupun kesehatan yang dialami. Refleksi dan aksi yang di utarakan Tufte dan Paolo (2009) bahwa prinsip sebuah komunikasi yang partisipasi adalah adanya dialog yang terbuka, aspirasi dimana adanya suara-suara yang memberikan pendapat usulan dan bertanya ataupun hanya dalam bentuk tawa kecil, media pertemuan yang menyenangkan serta refleksi aksi yang dibuktikan dari ouput yang diinginkan. Pada pertemuan pembentukan kelompok menghasilkan tim sepuluh dari kelompok gizi masyarakat dengan susunan pengurus inti dan pelaksana. Susunan tersebut terdiri atas empat orang laki-laki dan enam orang perempuan. Hal ini disarkan pada kuota perempuan hendaklah sebesar mungkin, namun karena luas wilayah Pulokerto yang luas dibanding kelurahan lain serta masih dikenalnya kepala adalah haruslah seorang laki-laki yang memiliki pengalaman dan wawasan yang luas. Hasil refleksi – aksi yang dinyatakan dalam peristiwa ini telah membuktikan bahwa komunikasi partiasipasi adalah salah satu komunikasi yang memberikan ruang kepada masyarakat untuk memilih apa yang diinginkan dengan pendekatan langsung ke orang. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberdayaan yang sebenarnya dimana fokusnya adalah orang dapat berdaya melalui dirinya sendiri.
Rapat Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi Rapat kerja kelompok dalam program perbaikan gizi dilakukan untuk membuat proposal kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kedepan. Kegiatan ini dilakukan oleh anggota kelompok yang telah terpilih. Rapat kerja dilakukan dengan lebih dahulu mengumpulkan informasi data dari masyarakat tentang kerawanan gizi di masyarakat. Usulan yang di nyatakan haruslah sesuai dengan kegiatan yang diisukan dalam program. Kelompok melakukan pendataan dengan mengundang sasaran program dan terjun langsung kelapangan. Sasaran program adalah wanita hamil, ibu dan balita,
116
sekolah dan masyarakat yang memiliki warung. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan dasar di masyarakat. Kegiatan rapat kerja didampingi oleh petugas NICE program baik fasilitator dan penanggung jawab kegiatan NICE dari Puskesmas Gandus. Hal ini senada yang dinyatakan Md. “kegiatan ini dilakukan di sekretariat KGM sementara kami menggunakan alamat sekretaris atau saya. Kegiatan ini lebih memfokuskan kegiatan posyandu berupa fasilitas kesehatan masyarakat dasar. Kami mendapat usulan ini langsung ke posyandu yang kami tanyakan, mereka lebih memilih untuk melengkapi sarana prasaran posyandu dan memberikan uang insentif bagi kader. hal itu telah kami usulkan dalam pagu proposal yang dibuat dengan nama paket gizi masyarakat, nantinya paket gizi ini di kirimkan ke sekretariat NICE langsung ke ibu kota Palembang, di Dinkes Kota, dari sanalah apakah kegiatan ini diterima atau tidak. Umumnya akami langsung meminta bantuan fasilitator dan petugas kesehatan untuk mengecek list kegiatan dan usulan yang akan dilakukan”. Kutipan yang dijelaskan oleh Md menerangkan bahwa kegiatan kelompok diawali dengan mendata dengan cara berdiskusi bersama masyarakat. Lalu dilanjutkan dengan penggarapan usulan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dengan didampingi oleh fasilitator. Hal ini bertujuan untuk mencairkan pendanaan yang akan diusulkan oleh kelompok. Usulan ini diterima atau tidak tergantung pada selekasi yang dilakukan oleh NICE Pusat apakah telah sesuai dengan roh nya program tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Zr dalam sela-sela diskusi dengan peneliti di ruang kerjanya. “diterima atau tidak kegiatan yang diusulkan tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan, usulan itu tertera pada buku panduan kegiatan yang dimiliki masing-masing kelompok yang telah ditatar masing-masing kelompok. Sehingga pihak pusat sudah mengetahui dengan pasti kegiatan yang akan dilakukan karena sebelumnya ada komunikasi langsung dengan masing-masing kelompok melalui perwakilannya. Kami hanya mengecek list saja agar ini dipertegas. Umumnya dilist tersebut seperti kegiatan pengadaan barang, kegiatan yang bersifat pelatihan, dan nantinya mereka akan menyisihkan 10% dari dana anggran untuk keberlanjutan program”. Kegiatan rapat kerja dilakukan dengan santai, beberapa kali peneliti mengikuti kegiatan tersebut penuh dengan canda tawa dan keseriusan pada saat pemberian tanggapan terhadap usulan yang disampaikan, namun dalam bentuk santai. Kegiatan tersebut juga membebaskan anggota kelompok untuk berdiskusi
117
dengan anggota lain sehingga rapat serasa seperti mengobrol dengan anggota keluarga sendiri. Kegiatan tersebut menyiratkan bahwa kegiatan ini penuh dengan komunikasi yang dialog, dimana anggota terbuka untuk mengekspresikan tindakannya dalam satuan usulan yang diterima oleh kelompok. Dialog yang dilakukanpun terpantau oleh petugas NICE sehingga kegiatan ini lebih bersifat konsultatif namun informatif. Kegiatan dialog yang informatif dan konsultatif lebih bersifat memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih kegiatan yang dilakukan namun dalam koridor ketetapan yang telah disepakati bersama dalam program pemberdayaan tersebut. Aspirasi yang dilakukan bersifat terbatas karena dikerangkakan oleh aturan program. Namun, masyarakat akan jauh lebih memudahkannya untuk melihat situasi yang dilakukan di lapangan selama ini dengan mencocokan usulan program. Permasalahan yang dihadapi di dalam kelembagaan kesehatan di masyarakat dapat dilengkapi oleh masyarakat dengan mengusulkan melalui program tersebut. Usulan yang diusulkan kader dan anggota dalam kegiatan rapat kerja telah sesuai dengan rangkaian kegiatan yang diinginkan dalam program. Refleksi aksi yang dilakukan terlebih dahulu dengan mengadakan penggalian dat langsung ke pokok sasaran untuk memperoleh gambaran kegiatan yang akan diusulkan. Kegiatan ini mendengarkan kader, masyarakat dan permasalahan yang terjadi khususnya di kesehatan lingkungan dan kelompok. Oleh karena itu pendekatan personal yang dilakukan oleh kelompok menjadi bagian penting dalam kesuksesan program. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Hd saat sela penelitia dan Hd melakukan kunjungan ke posyandu laut di Pulokerto seberang. “pendekatan yang dilakukan langsung ke orang, jadi kami tidak pernah melakukan pendekatan secara lembaga, menanyakan kepada ketua kelompok atau apa. Kami langsung ke orang yang dituju sehingga memperoleh informasi yang berguna dari sana baru kami diskusikan dengan anggota lain dan kami kosnultasikan dengan pihak yang berwenang dalam program ini. Sehingga keputusan dalam program ini sangat sulit dilakukan karena kita memang kerja dulu di lapangan baru mengambil keputusan. Permasalahan yang kami alami terkadang tak sesuainya keinginan di lapangan dengan alokasi yang dirancang dalam program sehingga pelaporan yang kami buat
118
menyesuaikan saja asalkan memiliki nilai yang dapat dipertanggung jawabkan. Kasus seperti diatas merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam kegiatan program. Hal ini terjadi juga pada penelitian yang dilakukan oleh Dharmawan (2012) di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, dimana anggaran yang dianggarkan tidak sesuai dengan pengalokasin kegiatan sehingga alokasi dilarikan pada kegiatan lain yang memiliki fungsi yang sama. Komunikasi partisipasi adalah sebuah proses refleksi bersama dimana kegiatan yang direncanakan tidak sesuai dapat direfleksikan kembali dengan mengahasilkan aksi yang berbeda sesuai dengan kegiatan yang bernilai sama dalam suatu program.
Pelaksanaan Kerja Kelompok dalam Program Perbaikan Gizi Pelaksanaan kegiatan kelompok dalam program perbaikan gizi antara lain program yang bersifat bantuan kepada posyandu dengan memberikan sarana dan prasarana peralatan yang dibutuhkan oleh posyandu. Selain itu kegiatan ini juga memberikan bantuan kepada pihak sekolah pembangunan perbaikan fasilitasi sanitasi sekolah. Selebihnya kegiatana yang berekenaan dengan pemberdayaan masyarakat baik yang bersifat pendampingan maupun pemberian penyuluhan kepada masyarakat. Kegiatan pelaksanaan dengan melakukan dilaog yang bersifat fungsional dimana masyarakat langsung berhadapan dengan kelompok gizi masyarakat melakukan dilaog bersama dan menjalankan tugas fungsi dari kegiatan program perbaikan gizi masyarakat. Selain itu dialog yang dilakukan dengan masyarakat adalah terkadang memberikan kesalahan persepsi di mata masyarakat yang dianggap “bagi-bagi uang”. Persepsi yang salah ini ditepis oleh Hd saat berkesempatan memberikan penyuluhan kesehatan yang terbatas di posyandu. “Ibu-ibu ini kita dari kelompok gizi masyarakat yang merupakan bagian dari lembaga di bawah kelurahan dan puskesmas. Kita diberi tugas untuk memberikan pemberdayaan kepada kader posyandu dan ibu-ibu. Sekiranya ibu memiliki keinginan untuk melakukan misalnya penyuluhan anak atau giz atau berupa apa mari kita berdiskusi kapan waktunya akan kita atur sehingga nantinya kita sama-sama mengerti akan gizi”.
119
Penjelasan dari Hd merupakan deskripsi bahwa gambaran masyarakat terhadap sesuatu adalah bagi-bagi uang. Kegiatan program pemberdayaan perbaikan gizi merupakan betuk dari program nasional dimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari sisi pengetahuan dan kecakapan dari segi kesehatan. Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelembagaan yang dikelola oleh masyarakat. Pelaksanaan kegiatan kelompok gizi masyarakat di monitoring oleh petugas kesehatan serta di evaluasi oleh petugas pusat dengan mendatangi kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan ini di buat meriah namun tampak sederhana. Kegiatan tersebut berlangsung hanya setengah hari hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu partisipan dalam kegiatan. Kasus pelaksanaan kelompok gizi masyarakat menunjukkan bahwa tergalinya ide secara refleksi dan aksi dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan dialog yang bersifat fungsional sehingga kegiatan ini menjadi seperti perayaan atau karnaval yang telah disusun bersama. Hal ini tk terlepas dari aspirasi dari segenap masyarakat yang mendukung program tersebut dalam meenyampaikan pesan pembangunan khususnya di bidang kesahatan.
Sosialisasi Kegiatan Kelompok dalam Program Gizi Masyarakat Kegiatan kelompok pada program perbaikan gizi adalah kegiatan yang berupa sarasehan dari pengurus pusat NICE Kota Palembang. Kegiatan ini mendengarkan dan berdiskusi serta memberikan pendampingan langsung ke kelompok gizi masyarakat. Pertemuan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan dan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat. Kegiatan sosialisasi hasil kelompok merupakan salah satu bentuk monitoring dan evaluasi dari pihak-pihak yang terlibat. Kegiatan tersebut mengedepankan dialog dan aspirasi dan refleksi bersama atas aksi yang telah dikerjakan dan menghasilkan refleksi baru untuk ditindak lanjuti dengan aksi berikutnya. Kegiatan refleksi ini terlihat dari tanggapan kelompok saat memberikan laporan lisan kepada pemegang program. refleksi dilakukan untuk memetakan
120
hal-hal yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga aksi yang dilakukan akan memberikan solusi lanjutan di masyarakat. Dialog bersama yang bersifat interaktif dan konsultatif, artinya kegiatan ini mengguanakan pendekatan partisipasi. Hal yang menyatakan partispasi adalah kelompok diberkan kebebasan untuk berbicara tentang masalah-masalah yang dihadapi serta manfaat dari program tersebut sehingga daya kritis masyarakat akan sebuah program terash dengan baik dan dapat menerapkan pesan pembangunan dalam kehidupannya. Rogers (1985) komunikasi pembangunan yang berkelanjutan adalah komunikasi yang disampaikan melalui tahapan-tahapan yang panjang namun tepat sasaran melalui pihak-pihak yang memiliki pengruh langsung terhadap pembangunan. Pesan tersebut akan ditiru dan diterima dengan cepat oleh masyarakat.
Ikhtisar Komunikasi
partisipasi merupakan salah satu bentuk komunikasi
pembangunan yang dilakukan dalam program perbaikan gizi. Komunikasi tersebut dilakukan dengan pendekatan dua mode komunikasi yaitu mode dialog dan mode monolog dan dialog. Masing-masing fungsi mode merupakan cara yang digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan program perbaikan gizi. Kegiatan komunikasi partisipasi yang menerapkan monolog dan dialog tidak terlepas dari kegiatan dialog yang mencari aspirasi masyarakat, aspirasi yang membebaskan tanpa suatu tekanan, serta refleksi dialog dengan menghasilkan satuan aksi kerja yang terprogram. Tujuan kegiatan ini dilakukan agar menunjang komunikasi yang sama dimana timbulnya makna yang sama dalam pembangunan. Empat kasus kegiatan komunikasi partisipasi yang diteliti oleh peneliti mengahasilkan bentuk gambaran kausalitas yang kuat antara komunikasi partisipasi dengan
kegiatan partisipasi
yang berlangsung dalam program.
Terdapat kecendrungan yang dominan dimana pilihan mode komunikasi partispasi memiliki hubungan yang kuat terhadap aktivitas partisipasi. Hal ini dapat di gambarkan melalui Gambar 7 dan 8 hubungan antara komunikasi dan faktor personal dan dinamika kelompok.
121
Peristiwa Komunikasi Monolog- Dialog Peristiwa kegiatan pembentukan kelompok faktor yang terkait adalah komunikasi individu interpersonal yang mana persepsi dan motivasi dari masingmasing aktor telah memiliki basis kegiatan sosial dimana informan adalah bagian dari
aktivis
kemasyarakatan
sehingga
upaya
yang
dilakukan
untuk
memberdayakan masyarakat. Aktor tersebut adalah tokoh yang dipandang oleh masyarakat adalah orang yang dipercaya mampu melaksakan kegiatan program tersebut dan mampu memberikan keberdayaan bagi mereka. Sehingga dapat dikategorikan bahwa persepsi dan motivasi dalam setiap aktor bernilai positif. Sedangkan pada faktor kelompok, instrumentasi peranan dari seorang masingmasing anggota memiliki peran sebagai informator yang memberikan informasi dan pendampingan dalam setiap kegiatan yang dilakukan, peran organisator dari kegiatan program, peran animasi sosial saling memberikan dukungan dan saling memberikan masukan selain itu, peran membangun jaringan komunikasi, membagi pengetahuan kepada masyarakat dan mendengarkan masyarakat serta memberikan pelatihan dan pendampingan langsung kepada sasaran program. Dinamika kelompok pada instrumen kepemimpinan dilakukan dan dikendalikan oleh kelompok. Kelompok melakukan diskusi bersama
antar
kelompok. Pada instrumen kekompakan pada kegiatan pertemuan pembentukan kelompok upaya untuk melaksanakan tugas bersama dan memberikan koordinasi yang jelas antar anggota dan memelihara kelompok untuk tetap satu suara dalam mengambil keputusan bersama. Komunikasi partisipasi yang menjadi instrumen penting dalam pengamatan adalah dialog yang terjadi, aspirasi dan refleksi aksi yang terlihat dalam diskusi bersama di nilai sebagai kegiatan yang aktif serta memiliki nilai pemberdayaan. Nilai pemberdayaan ini adalah masyarakat terlibat langsung dalam memberikan usulan dan masukan sehingga proses ini sampai kepada pengambilan keputusan dari kegiatan program. Hal ini dapat dirangkum dalam Gambar 7.
122
Peranan (+) Kepemimpinan (+) Kekompakan (+)
Peristiwa pembentukan/ Rapat kerja/ Sosialisasi kegiatan kelompok
Komunikasi Partisipasi Monolog dan dialog (+) Aspirasi (+) Refleksi Aksi (+)
Informatif/ Interaktif / Konusltatif
Persepsi (+) Motivasi (+)
Gambar 7 Hubungan komunikasi partisipasi (monolog dan dialog) terhadap faktor personal dan dinamika kelompok Peristiwa Komunikasi Dialog Proses komunikasi dialog adalah proses komunikasi melibatkan masyarakat dalam peran serta kegiatan. Proses komunikasi dialog lebih diidentikkan dengan komunikasi yang transaksional. Kegiatan program perbaikan gizi dilakukan dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku. Komunikasi yang dialog dilakukan dalam peristiwa komunikasi partisipasi dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dimana masyarakat saling berkomunikasi dengan kelompok dan petugas kesehatan tentang kesehatannya. Adapun faktor yang mempengaruhi peristiwa dialog adalah motivasi dan persepsi masyarakat terhadap keinginan informasi baru dalam sebuah program. Sehingga adanya kemauan dan keinginan untuk terlibat dalam sebuah program. Keinginan ini menunjukkan adanya nilai positif diantara instrumen motivasi dan persepsi. Persepsi yang dibangun adalah persepsi program dimana masyarakat memperoleh informasi bagi kegiatan mereka sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat bagi mereka dan kelompoknya. Dari persepsi inilah menjadikan motivasi mereka kuat untuk terlibat dalam bentuk kegiatan yang dilangsungkan oleh KGM. Motivasi
123
yang notabene adalah motivasi aktualisasi diri dalam masyarakat sehingga persepsi yang dibangun lebih kepada persepsi sosial dimana keterlibatan dalam hal kegiatan sosial membuat mereka dikenal dan menjadi bagian dari masyarakat. Dinamika kelompok pada setiap peristiwa di KGM, peneliti melihat dari sudut kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang terjadi dalam kegiatan program perbaikan gizi. Sehingga gambaran kegiatan tersebut dapat digambarkan pada Gambar 8. Peranan (+) Kepemimpinan (+) Kekompakan (+)
Pelaksanaan kegiatan kelompok Gizi Masyarakat
Komunikasi Partisipasi Dialog (+) Aspirasi (+) Refleksi (+)
Fungsional
Persepsi (+) Motivasi (+)
Gambar 8 Hubungan komunikasi partisipasi (dialog) terhadap faktor yang mempengaruhi pada KGM Pulokerto
124
Implikasi Teoritis: Komunikasi Personal dan Dinamika Kelompok dalam Upaya Membangun Komunikasi Partisipasi dalam Pembangunan
Karakteristik masyarakat yang berbeda melihat sebuah pembangunan yang berbasis program tentu membutuhkan pendekatan persuasif dalam membangun pandangan kepada masyrakat. Pembangunan pandangan itu, menggunakan teknik yang satu arah ataupun dua arah dan bisa dilakukan secara bersamaan. Upaya pemberian pemahaman kepada masyarakat sampai kepada tahap pelaksanaan, realisasi yang nyata membutuhkan waktu yang tak sedikit sehingga diperlukan sebuah manajemen komunikasi yang baik untuk melakukan arahan tersebut. Rogers (1983) membangun sebuah kebiasaan perilaku yang sesuai dengan arahan komunikasi inovasi, tentu diperlukan sebuah inovasi yang memiliki waktu yang panjang. Namun, tahapan itu dimulai dari hal yang dapat dilihat, mudah untuk dilaksanakan, mudah untuk diterapkan, dapat dijangkau dan memiliki keuntungan bagi yang mencobanya. Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dari penciptaan persepsi dibenak masing-masing orang. Rakhmat (2005) pendekatan suatu persepsi adalah sebuah persamaan apa yang dipikirkan sama dengan apa yang dialami sehingga lahirlah sebuah kebutuhan yang mendasarinya. Kebutuhan akan membawa kepada keinginan seseorang atau dengan kata lain motivasi dalam menggapai yang dimaksud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang dibangun dalam sebuah program melalui pendekatan personal dari kelompok atau anggota kelompok yang memiliki kebiasaan dan terbiasa dengan kebiasaan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya dalil dalam persepsi dimana sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Artinya pendekatan sebuah program pembangunan pada program perbaikan gizi
yang berbasis kesehatan selama ini menggunakan pendekatan
kelompok, komunitas, lembaga dimana dengan memilih masyarakat-masyarakat yang memiliki kepedulian dan mampu merubah kebiasaan dari masyarakat sendiri. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tokoh masyarakat dan kader yang terlibat dalam suatu kelembagaan atau sebuah kelempok akan mudah menyesuaikan diri dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah melalui tahapan yang telah diperkenalkan.
125
Program perbaikan gizi yang diperkenalkan tersebut memiliki dinamika kelompok sendiri dalam kelembagaan sehingga dalam pengembangannya diperlukan sebuah keaktifan dari individu kelompok dalam setiap aktivitas kelembagaan. Komunikasi partisipasi yang merupakan satuan komunikasi program memiliki beragam teknik yang dibangun di lapangan. Salah satu teknik pengembangan komunikasi secara monolog dan dialog. Teknik komunikasi monolog dilakukan melalui tahapan perkenalan dengan masyarakat dengan memberikan sosialisasi bersama, mendengarkan dan mengambil keputusan akan program yang ditawarkan. Teknik ini hanya bersifat menyentuh aspek kognitif dalam individu seseorang. Hal inilah yang perlu penekanan untuk melihat peserta komunikasi yang terlihat, berapakah usianya, siapakah mereka, dari mana mereka, dan bagaimana mereka bersimpati dalam sebuah program. Sehingga perlunya pemahaman komunikasi secara personal dan kelompok dalam penerapan program. Teknik kedua adalah teknik monolog dimana komunikasi yang dilakukan dengan memberikan sebuah kebebasan untuk berbicara dan pendapat. Teknik ini merupakan titik kritis seseorang dimana orang dapat mengatakan tidak dan ia dengan berbagai alasan yang diungkapkan secara gamblang. Oleh karena itu, komunikai ini lebih kepada teknik yang bersifat negosiasi. Adapun teknik yang bersifat konsultatif penekanan kebebasan hanya diberikan pada saat komunikasi telah mengalami kesamaan yang dikenal dengan konvergensi. Konvergensi tersebut lahir dari sebuah kebebasan komunikasi dimana Rahim (2004) menentukan tingkatan komunikasi tersebut menjadi empat tingkatan. Tingkatan pertama adalah dialog dimana komunikasi hanya bersifat saling transaksi atas informasi yang didapat. Kedua adalah tingkatan heteroglasia dimana komunikasi yang dibangun pada tahapan negosiasi namun bersifat bebas. Ketiga adalah poliponi yang merupakan kemunculan konvergensi suara dari masing-masih komunikan sehingga tahapan ini melahirkan tingkatan komunikasi yang karnaval. Karnaval melahikan komunikasi yang memberikan kebebasan untuk berekspresi dalam melakukan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan dari empat peristiwa komunikasi yang terbangun satu peristiwa yang menunjukkan komunikasi secara dialog dan tiga peristiwa komunikasi secara monolog dan dialog. Pendekatan komunikasi secara
126
monolog dan dialog adalah pendekatan yang aman untuk dilakukan dalam basis program karena lebih memasyarakat dengan ide-ide yang berasal dari sumber dan dipertemukan pada format program yang akan dibangun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Pendekatan komunikasi partisipasi dalam peritistiwa program perbaikan gizi masyarakat
Pembentukan kelompok
Pendekatan komunikasi partisipasi Monolog dan dialog
Rapat kerja kelompok
Monolog dan dialog
Peristiwa
Pelaksanaan kegiatan kelompok Sosialisasi kegiatan kelompok
Substansi Komunikasi Informatif dan interaktif Informatif dan konsultatif
Dialog
Fungsional
Monolog dan dialog
Interaktif dan konsultatif
Kesimpulan dapat diambil dalam penelitian ini adalah komunikasi apapun yang digunakan dalam pembangunan sebuah program perlunya diperhatikan aspek komunikasi personal kelompok dan dinamika kelompok yang telah terbangun di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menghindari sebuah penolakan dari
masyarakat.
Proses
komunikasi
yang
dilakukan
dalam
program
pemberdayaan dapat dilakukan dengan mode pendekatan dialog, monolog ataupun gabungan dari keduanya. Tujuannya tidak lain memberikan transfer informasi yang sama akan pembangunan agar lebih berdaya dan mampu mandiri.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Uraian hasil penelitian tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan menjadi tiga hal untuk menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan komunikasi partisipasi dalam progran pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat sebagai berikut : 1. Faktor personal kelompok dalam Proses komunikasi perlu diperhatikan dalam memulai sebuah komunikasi program pembangunan. Proses komunikasi tercipta oleh adanya pemaknaan yang sama dengan memberikan pendekatan dan arahan yang jelas terhadap suatu program. Sehingga komunikasi yang dibangun dapat menciptakan komunikasi yang kongruen dan konvergen dalam sebuah program. Pada kelima informan menunjukkan bahwa informan telah memiliki persepsi dan motivasi yang sama terhadap program. Persepsi dan motivasi ini dibangun oleh interaksi yang berulang dan instens dalam pelaksanaan program baik pada tahap perencanaan berupa pembentukan kelompok, pelaksanaan berupa rapat kerja kelompok dan pelaksanaan rencana kelompok, monitoring dan evaluasi pada saat sosialisasi hasil kerja kelompok. Faktor personal yang dibangun masing-masing informan berbeda-beda pengertian namun memiliki satuan pemaknaan yang sama dalam menjalankan program. 2. Faktor dinamika kelompok yang terjadi dalam program pemberdayaan mempengaruhi
peristiwa
komunikasi
partisipasi
pada
program
pemberdayaan gizi masyarakat. Faktor dinamika kelompok yang dimaksud adalah
proses
pelaksanaan
kegiatan
program
yang
diukur
dari
kekompakan, kepemimpinan dan peranan yang dilakukan dalam kelompok progran. Program yang dijalankan sesuai dengan tupoksi yang diharapkan meskipun hasil yang dicapai belum mampu memberdayakan masyarakat secara langsung. Karena proses pemberdayaan membutuhkan waktu yang panjang dan tidak dapat dilakukan dengan instan. 3. Komunikasi partisipasi yang terjadi adalah komunikasi yang berbasis program. Komunikasi ini berbentuk komunikasi yang terdiri dari dialog dan gabungan monolog dan dialog. Komunikasi yang monolog dan dialog
128
terjadi dalam peristiwa komunikasi pada tahap pembentukan kelompok, rapat kerja dalam kelompok, sosialisasi hasil kegiatan kelompok. Kegiatan komunikasi yang dialog pada pelaksanaan bersifat fungsional dimana menjalankan fungsi yang telah dierencanakan bersama. Sedangkan, komunikasi monolog dan dialog pada tahap pembentukan kelompok bersifat informatif dan
interaktif. Tahapan rapat kerja kelompok
komunikasi yang digunakan bersifat informatif dan konsultatif. Berbeda dengan tahapan sosialisasi kerja kelompok bersifat interaktif dan konsultatif. Perbedaan ini didasarkan oleh peristiwa yang terjadi dalam interaksi kelompok.
Saran Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Perlunya diperhatikan dalam setiap peristiwa komunikasi program yang terjadi dalam program perbaikan gizi, karakteristik personal seseorang dalam membangun komunikasi yang konvergen sehingga minat yang dimunculkan sesuai dengan arahan pembangunan yang dilakukan.
2.
Perlunya mengefektifkan dinamika kelompok diantara anggota sehingga komunikasi
yang
dilakukan
tepat
sasaran
dengan
mengembangkan
komunikasi yang multitrack agar komunikasi jelas dan memiliki kesenangan yang sama. 3.
Mode komunikasi partisipasi yang terjadi dalam program perbaikan gizi hendakalah menggunakan komunikasi yang multitrack agar setiap kelompok dan sasaran program terjalin pemaknaan yang sama dalam program.
4.
Perlunya dilakukan penelitian lanjut untuk dapat mengukur efektivitas komunikasi partisipasi Kelompok Gizi Masyarakat dalam pelaksanaan program NICE tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ardianto E dan Harun R. 2011. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan sosial: Perspektif Dominan Kaji Ulang dan Teori Kritis. Jakarta : Rajawali Pers. Berlo. 1960. The Process of Communication Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston. Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. ________. 2009. Sosiologi Komunikasi, edisi ke-4. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cahyanto PG. 2007. Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Pontianak [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Carolina N dan Iskandar J. 1993. Dinamika Kelompok. Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Cartwright D dan Zander A. 1968. Group Dynamics Research and Theory. New York : Harper and Row Publishers. Cathcart RS dan Samvor LA. 1974. Small Group Communication: A Reader Dubuque. Iowa: Brown Company Publishers. Dharmawan L. 2012. Proses Komunikasi dan Partisipaasi Masyarakat dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Studi Kasus Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dilla S. 2007. Komunikasi Pembangunan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Effendy OU. 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Ed ke-14. Bandung: Rosdakarya. Goldberg AA dan Carl EL. 2006. Komunikasi Kelompok; Proses-Proses Dikusi dan Penerapannya. Jakarta: UIP Herdiansyah H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humnika. Ife J. 1995. Community Development: Creating community lternatives-vision, analysis and practice. Australia: Longman Pty Ltd. Jamias JF. 1975. Readings in Development Communictioan Laguna. Philippines: LosBanos College. Kriantono R. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Edisi ke-5. Jakarta: Prenada Media Group.
130
Leeuwis C. 2003. Communication For Rural Innovationan. Netherlands: Blackwell Publishing Company. Mardikanto T. 1987. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Melkote SR. 1991. Communication For Develompment in Third World. New Delhi: Sage Publications. Miles MB dan Huberman AM. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Muchlis F. 2009. Analisis Komunikasi Partisipatif dalam Program Pemberdayaan Masyarakat: Studi kasus pada Implementasi Musyawarah dalam PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Teluk, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Muchtar. 2007. Strategi Pemberdayaan Berbasis Kelembagaan Lokal Dalam Penanganan Kemiskinan Perkotaan (Kasus Implementasi P2KP di Desa Sukadanau). Jakarta: BALATBANGSOS Departemen Sosial Republik Indonesia. Mulyana D. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasari G. 2009. Komunikasi Partisipatif Warga Pada Bengkulu Regional Development Project (BRDP) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Puskesmas Gandus. 2010. Profil Puskesmas Gandus. Palembang: Humas Puskesmas Kota Palembang. Rahim SA. 2004. Participatory Development Communication as a Dialogical Process dalam White, SA. 2004. Participatory Communication Working for Change and Devwelopment. New Delhi: Sage Publication India Pvt Ltd. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Rogers EM. 1983. Diffusion of Innovation.Third Edition. New York: Free Press. Rogers EM. 1985. Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis. Penerjemah Dasmar Nurdin. Jakarta: LP3ES. Romli K. 2011. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Ruslan R. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saputra Y. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Komunikasi Partisipatif Fasilitator (Kasus PNPM Mandiri di Kota Bandar Lampung) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
131
Satriani I. 2011. Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga: Studi kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Schramm W. 1964. Mass Media and National Development: Role of Information in The Developing Countries. Stanford: Stanford University Press. Shaw ME. 1976. Group Dynamics: The Psychology of Small Group Behavior. New York: Mc Graw Hill. Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres. Solihin T. 2005. Evaluasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat. Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sudita NI dan Gitosudarmo I. 1997. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE. Suharto E. 1997. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spketrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Tufte T dan Paolo M. 2009. A practical Guide participatory Communication. Washington: The World Bank. Vitayala ASH, Tjitopranoto P dan Wahyudi. 1995. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad 21. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Wahyuni S. 2006. Proses Komunikasi dan Partisipasi Dalam Pembangunan Masyarakat Desa: Kasus program Reksa Dana di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Yin RK dan Mudzakir MD. 2002. Studi Kasus (desain dan Metode). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yusron A. 2011. Komunikasi Tingkat Basis dan Kesadaran kritis Pengarustamaan Gender (Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon)[Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Yusuf Y. 1988. Dinamika Kelompok. Bandung: Armico. Zainuri. M. 2005. Pemberdayaan Keluarga Miskin dalam Program Pengembangan Kecamatan menurut Perspektif Pekerjaan Sosial (Studi Kasus di Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau)[Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Kelurahan Pulokerto Kota Palembang
Lampiran 2 Panduan pertanyaan penelitian No
A 1 2 3 4 5 B 5 6 7 8 9 10 11 12
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B
Pertanyaan
Faktor Personal kelompok Motivasi Apakah motivasi anda mengikutin kegiatan program? Apakah anda memanfaatkan program tersebut sesuai sasarannya? Bagaimanakah anda memanfaatkan media program tersebut? Apakah anda memahami program dengan baik? Apakah dialog terjadi antar partisipan ? Persepsi Apa pendapat anda tentang dialog yang terjadi? Bagaimanakah tanggapan yang hadir? Bagaimanakah suasana yang anda rasakan? Bagaimanakah anda memahami program tersebut? Apakah pendapat anda dengan keputusan yang telah ditetapkan? Bagaimanakah anda menilai tentang partisipan yang hadir? apakah ada keuntungan bagi anda mengikuti aktivitas tersebut? Bagaimana seharusnya kegiatan ini? Faktor Dinamika Kelompok Kepemimpinan Bagaimanakah keputusan yang diambil? Apakah anda berperan dalam pengambilan keputusan? Apakah anda memanfaatkan media komunikasi dalam memberi usulan? Apakah anda memahami betul masalah yang terjadi? Dapatkah anda mengarahkan keinginan anda menjadi keputusan? Apa yang anda lakukan ketika keputusan yang sudah diambil ? Pernahkah anda menentang keputusan dan apa yang anda lakukan setelahnya? Bagaimanakah suasana seharusnya terjadi? Apakah memahami keputusan yang diambil? Kekompakan
Jawaban
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
9 C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A 11 12 13 14 15
Apakah keputusan yang ada menjadi rujukan anda? Bagaimanakah interaksi anda sesama kelompok? Apakah terjalin suasana yang harmonis antar kelompok? Apa yang menjadi penyebab timbulnya kekompakan kelompok? Bagaimana anda menilai kelompok pecah? Apakah kelompok melakukan diskusi bersama? Apa yang dilakukan bila terjadi kebuntuan ? Apakah anda melakukan tugas sesuai dengan jadwal ataukah menyesuaikan dengan kegiatan kelompok ? Bagaimanakah kelompok membangun keakraban? Peranan Bagaimanakah anda melakukan tugas kelompok? Apakah anda melakukan tugas berdasarkan petunjuk kelompok? bagaimanakah anda menyelesaikan tugas kelompok? Apakah peran anda menguntungkan buat anda? Apakah anda menerima peran yang anda lakukan? Apa sajakah peran yang anda lakukan dalam kegiatan yang ada? Mengapa anda melakukan peran tersebut? Apa yang membuat anda menikmati peran tersebut? Bagaimanakah anda memandang peran tersebut? Apakah anda memahami peran tersebut? Komunikasi partisipatif Dialog Apakah tercipta iklim yang kondusif untuk berdiskusi? Apakah yang hadir merasa terangkul? Mengapa? Apakah anda merasa terhargai, bagaimakah anda mewarnai kegiatan tersebut? Apakah anda melakukan umpan balik ketika memabahas topik yang dibicarakan? Bagaimanakah anda mengetahui langkah
B 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 D 26 27 28
29 30
selanjutnya? Aspirasi Bagaimanakah suasana kegiatan ? Apakah setiap yang hadir dapat memberikan suara kepada kepada kelompok ? Bagaimanakah partisipan aktif dalam menyampaikan usulannya? Apakah suasan mendukung untuk bebas berbicara ataukah tertikat? Apakah setiap partisipan memberikan kesempatan untuk mengutarakan ide atau masukan? Apakah media (alat) yang sering digunakan dalam rapat? Apakah tempat dan lokasi menentukan keberhasilan dari program? Apakah pertemuan tersebut efektif dalam pelaksanaannya? Bagaimanakah anda memanfaatkan pertemuan tersebut? Apakah semua pihak dapat menjangkau lokasi tersebut? Refleksi-Aksi Bagaimanakah anda memaknai permasalahan tersebut? Apakah permasalahan tersebut bisa dipecahkan melalui program tersebut? Apakah anda yakin dengan program tersebut menghasilkan sesuatu yang dapat membantu anda dan masyarakat? Bagaimanakah anda memperoleh informasi permasalahan dan program tersebut? Apakah anda dipandu oleh fasilitator ataukah rekan sejawat dalam memahami program dan masalah tersebut?
Lampiran 3 Dokumentasi pertemuan 1. Pertemuan sosialisasi NICE-KGM dan musyawarah masyarakat
2. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat di Kecamatan Gandus
3. Aktivitas NICE-KGM di Posyandu
3. Suasana rapat NICE-KGM beserta fasilitator dan petugas puskesmas
4. Aksi fisik dari kegiatan NICE- KGM, pembangunan sarana penampungan air di sekolah