Analisis Komponen Daya Tarik Wisata Pada Destinasi Wisata Kampung Wayang Kepuhsari Kabupaten Wonogiri Lilyk Eka Suranny Bappeda dan Litbang Kabupaten Wonogiri Email:
[email protected] ABSTRACT Tourist attraction is everything that can attract tourists to visit on a tourist destination. Wayang village is one of the tourist destinations located in Wonogiri regency. The purpose of this research is to analyze the tourism carrying capacity component in Wayang Villaage, Kepuhsari using 4 A analysis that is: attraction, amenities, accessibility, and ancillary service. Techniques of collecting data are done through observation, interviews, questionnaires, and literature study. Primary data sources are derived from observation data, interviews and questionnaires while secondary data comes from literature studies related to research. The analysis used is descriptive analysis to describe condition of carrying capacity of tourism component in Wayang village Kepuhsari seen from approach 4 A (attraction, accesibility, amenty and ancillary service). The results showed that Wayang Village Kepuhsari has been able to meet 4 important components in the tourism industry known as 4 A, namely attraction, accesibility, amenity, and ancillary service so worthy to be a tourist destination. Key words: tourist attraction, 4A analysis, Wayang Village Kepuhsari PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat pada daerah tersebut (Arsyad, 1999). Optimalisasi pencapaian program pembangunan tidak terlepas dari kejelian pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada. Berbagai potensi yang ada di daerah baik berupa sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dimaksimalkan pemanfaatannya guna peningkatan ekonomi masyarakat.
Kegiatan pariwisata merupakan salah satu potensi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara. Usaha mengembangkan bidang pariwisata ini didukung dengan Undang-Undang No 10 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, diantaranya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat. Dengan adanya otonomi daerah maka sumber terbesar keuangan daerah berasal dari pendapatan asli daerah sehingga setiap daerah diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing daerahnya. Salah satu obyek wisata yang mulai dikembangkan di Kabupaten Wonogiri adalah Kampung Wayang yang potensi utamanya pada sektor budaya yakni kesenian tatah sungging wayang. Ketrampilan tatah sungging dimiliki oleh masyarakat di Desa Kepuhsari tersebut merupakan warisan secara turun temurun dari leluhur. Keberadaan pengrajin wayang 43
kulit di Desa Kepuhsari sudah cukup dikenal sampai keluar daerah, seperti Surakarta, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya dan daerahdaerah lainnya bahkan sampai keluar negeri. Hal tersebut terlihat pada pemesan wayang baik dalang ataupun kolektor wayang terdapat dibeberapa kota dan bahkan para kolektor dari luar negeri banyak yang memesan wayang pada pengrajin di Desa Kepuhsari. Untuk tetap menjaga eksistensi keberadaan wayang kulit di Desa Kepuhsari, masyarakat disana menggunakan kesenian wayang sebagai hiburan ketika ada acara kampung/hajatan. Kebiasaan ini memperkuat citra Desa Kepuhsari sebagai Kampung Wayang. Cirikhas tersebut merupakan keunikan desa yang dapat dijadikan sebagai potensi wisata. Hal ini sejalan dengan pengembangan pariwisata pedesaan yang menjadikan kawasan pedesaan yang memiliki potensi karakteristik khusus (cirikhas) menjadi daerah tujuan wisata. Upaya untuk mengembangkan suatu daerah tujuan wisata perlu memperhatikan 4 komponen pendukungnya atau dikenal dengan istilah 4 A, yaitu: atraksi atau daya tarik wisata (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas (accesibility), dan pelayanan tambahan (ancillary service). Menurut Cooper et.al (1998) mengemukakan bahwa daerah tujuan wisata harus di dukung empat komponen utama yaitu atraksi, amenitas, akses, dan pelayanan tambahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis komponen daya dukung wisata yang terdapat di Kampung Wayang Desa Kepuhsari Kabupaten Wonogiri. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Wayang Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kajian ini adalah observasi (pengamatan), wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Sumber data primer berasal dari data pengamatan, wawancara dan kuesioner sedangkan data sekunder berasal dari studi pustaka yang terkait dengan penelitian. Narasumber dalam wawancara
yaitu Ketua/anggota pokdarwis (kelompok sadar wisata) sebagai Pengelola Desa Wisata Kampung Wayang Kepuhsari, dan Pengrajin tatahsungging/lukis kaca serta tokoh masyarakat setempat, dan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wayang. Kuesioner diberikan kepada beberapa wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wayang untuk mendapatkan data mengenai komponen wisata yang mencakup 4 A (atraksi atau daya tarik wisata (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas (accesibility), dan pelayanan tambahan (ancillary service)). Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif untuk memaparkan kondisi daya dukung pariwisata di Kampung Wayang Kepuhsari dilihat dari pendekatan 4 A (attraction, accesibility, amenty dan ancillary service). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis daya dukung destinasi wisata di Kampung Wayang Kepuhsari dilakukan dengan pendekatan 4 A (attraction, accesibility, amenities dan ancillary service). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui secara pasti dan lengkap mengenai atraksi wisata yang ada, sarana dan prasarana yang dimiliki obyek wisata tersebut, akses yang bisa dipakai untuk menuju obyek wisata dan aktifitas yang dilakukan oleh warga setempat dalam menyajikan jasa wisata bagi wisatawan (Spillane, 1994). 1. Atraksi/ daya tarik wisata Atraksi wisata merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menganalis suatu obyek wisata agar pengunjung tertarik untuk berkunjung ke obyek tersebut. Menurut Yoeti (1996) modal atraksi yang menarik wisatawan ada empat yaitu: (1) Natural resources (alam), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat dimanfaatkan dan diusahakan ditempat wisata dan menarik wisatawan, seperti gunung, danau, alam, bukit, air terjun, dll; (2) atraksi wisata budaya (culture), yaitu segala sesuatu yang berasal dari seni dan kreasi manusia, seperti upacara keagamaan, upacara adat, dan tarian tradisional (3) Atraksi buatan (man made), yaitu segala 44
sesuatu yang berasal dari karya manusia dan dapat dijadikan sebagai obyek wisata, seperti benda-benda bersejarah, religi dan tata cara manusia dan (4) Manusia (human being), yaitu segala sesuatu dari aktivitas manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan obyek wisata, seperti suku asmat di Irian Jaya dengan gaya hidup mereka yang masih primitif dan memiliki keunikan sendiri. Keberadaan atraksi wisata menjadi alasan dan motivasi wisatawan untuk mengunjungi daerah wisata. Daya tarik wisata di Desa Kepuhsari dari potensi alam yaitu air terjun yang tingginya kurang lebih 30 m letaknya di Dusun Ngluwur salah satu dusun yang ada di Desa Kepuhsari. Air terjun itu oleh masyarakat sekitar dinamakan “Air Terjun Banyu Nibo”. Terdapat potensi flora dan fauna yang menjadi pemandangan unik disekitar air terjun yaitu adanya binatang kera yang hidup bebas di pegunungan dimana air terjun tersebut berada. Hal ini menjadikan pemandangan tersendiri bagi pecinta binatang. Untuk menuju lokasi air terjun dari tempat parkir kendaraan masih ditempuh dengan jalan setapak kurang lebih 750 m, perjalanan menuju lokasi air terjun terbentang pematang sawah yang juga menjadi sumber penghidupan bagi warga sekitar. Selain air terjun potensi bentang sawah (pertanian) yang menghampar di Desa Kepuhsari ini dapat pula dikembangkan menjadi daya tarik wisata yaitu belajar menanam padi, ataupun teknik pertanian lainnya. Jadi dalam hal ini wisatawan diajak ke lahan pertanian (sawah) untuk belajar dari pengolahan lahan pertanian sampai pada budidaya. Hal ini menjadi menarik karena selama ini di Kabupaten Wonogiri belum ada yang mendorong pengembangan wisata pendidikan pertanian padahal sebagian besar lahan di Kabupaten Wonogiri digunakan untuk sektor pertanian. Apabila ini mulai dikembangkan diharapkan dapat menjadi daya ungkit pariwisata di Kabupaten Wonogiri. Potensi daya tarik wisata budaya yang ada di Desa Kepuhsari yaitu ketrampilan tatah sungging dan lukis kaca
yang dimiliki oleh masyarakat dapat dijadikan sebagai daya tarik tersendiri untuk para wisatawan. Wisatawan ini dapat berwisata sambil belajar seni pembuatan wayang. Keterampilan tatah sungging ini diajarkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Proses kreatif melestarikan wayang kulit juga tidak terlepas dari peran beberapa sanggar wayang yang ada di Kepuhsari, seperti Sanggar Nimas, Sanggar Sukma, dan Sanggar Wayang Wagimin. Sanggar-sanggar wayang ini menjadi tempat bagi penduduk desa untuk belajar mendalang, menjadi niyaga (penabuh gamelan), dan sinden (penyanyi yang mengiringi pementasan wayang dan posisi lain yang terkait). Desa Kepuhsari disebut dengan 'Kampung Wayang' karena proses kreatif perwayangan di Kepuhsari dimulai dari hulu hingga hilir, dari tatah sungging (pembuatan) sampai pada pementasannya (dalang). Bagi wisatawan seluruh kegiatan tersebut dapat dilihat di Kampung Wayang Desa Kepuhsari. Pengembangan wisata Kampung Wayang dilakukan dengan tetap mempertahankan suasana aslinya. Abstraksi wisata tersebut berkaitan dengan kegiatan seni dan budaya desa karena wisatawan dapat terlibat langsung dalam kesenian desa dalam hal ini seni tatah sungging. Fenomena budaya kepariwisataan ditinjau dari segi obyek merupakan daya tarik pariwisata budaya. Beberapa daya tarik budaya yang ada di Desa Kepuhsari antara lain: “Masjid Tiban” yang bisa menjadi wisata religi atau wisata spiritual/sejarah islam yang berada di Dusun Duwet. Masjid ini adalah masjid paling tua di Desa Kepuhsari yang usianya sudah ratusan tahun dan mungkin sebelum Dusun Duwet itu ada. Masjid Tiban Duwet ini menandakan bahwa syi’ar islam sudah lama berkembang di Desa Kepuhsari. Tidak ada yang mengetahui mengenai asal usul dan pendiri Masjid Tiban ini, hanya diperkirakan didirikan pada jaman para sunan. Masjid ini berbentuk rumah panggung. Konon ceritanya masjid ini bisa menampung ratusan jamaah walaupun ukurannya kecil. Masjid ini juga dilengkapi belik untuk tempat wudhu yang bertempat diatas bukit paling tinggi di Dusun Duwet. 45
Kehidupan masyarakat yang diwarnai dengan suasana tradisional, seperti rumah-rumah tradisional yang dijadikan homestay bagi wisatawan yang ingin menginap. Suasana pedesaan ini memang sengaja dibuat alami karena ini merupakan daya tarik tersendiri bagi Desa Kepuhsari. Selain itu kegiatan kesenian dan upacaraupacara tradisional juga masih banyak dilakukan oleh masyarakat di Desa Kepuhsari, antara lain upacara bersih desa, Nyadran suro, selametan, khitanan dan juga kesenian tradisional seni tayub. Saat upacara adat, misalnya bersih dusun masyarakat menampilkan pagelaran wayang kulit sebagai sarana pelestarian budaya.
Selain sebagai wisata budaya maka arahan pengembangan Kampung Wayang Kepuhsari ini dapat juga dijadikan wisata minat khusus yakni wisata pendidikan. Hal ini menjadi menarik karena tidak setiap daerah memiliki daya tarik wisata pendidikan belajar seni membuat wayang. Atraksi wisata pendidikan yang disajikan harus mengandung unsur pendidikan/pengajaran kepada wisatawan. Atraksi wisata pendidikan yang dapat disajikan di Kampung Wayang Kepuhsari adalah belajar tatah sungging wayang (seni pembuatan wayang), seni lukis kaca, seni menabuh gamelan, seni tayub ataupun juga belajar mendalang.
Gambar 1. Air Terjun Banyu Nibo dan pematang sawah di Desa Kepuhsari
Gambar 2. Proses pembuatan wayang kulit di Desa Kepuhsari 2.
Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan unsur penting dalam menganalisa suatu obyek wisata agar obyek wisata tersebut dapat dijangkau wisatawan baik dari segi sarana transportasi maupun fasilitas yang ada selama perjalanan menuju obyek wisata. Faktor-faktor yang akan dibahas dari segi aksesibilitas yaitu: jalan, sarana transportasi menuju daerah wisata dan papan penunjuk tempat wisata. a. Akses Jalan Menurut Soamole (2014), aksesibilitas berupa kondisi jalan menuju lokasi daya tarik wisata merupakan elemen penting yang dapat memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi wisatawan untuk mencapai tujuan. Kondisi jalan menuju obyek wisata cukup memadai namun masih perlu ditingkatkan untuk beberapa tempat menuju Kampung Wayang Kepuhsari. Jalan desa menuju obyek wisata memerlukan pelebaran jalan karena masih tergolong sempit sehingga dikhawatirkan agak kesulitan untuk dilalui bis pariwisata. Sepanjang jalan menuju obyek wisata pengunjung dapat menikmati suasana pedesaan karena jarak dari pusat Kabupaten sekitar 30 km sedangkan untuk jarak tempuh dari pusat kecamatan sekitar 5 km.
46
b. Sarana transportasi Sarana transportasi menuju obyek wisata cukup mudah. Dari pusat kabupaten ke Kampung Wayang Kepuhsari dapat ditempuh dengan naik angkutan umum. Ketersediaan angkutan umum menuju obyek wisata cukup banyak sehingga tidak menyulitkan para wisatawan yang menempuh perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Dari Solo pengunjung dapat menaiki bus jurusan Pracimantoro kemudian turun di pertigaan arah Kecamatan Manyaran dilanjutkan naik angkutan umum ke Kampung Wayang. Atau bisa juga misalnya pengunjung naik dari pusat kabupaten dapat langsung naik angkutan umum arah Manyaran yang akan langsung menuju Kampung Wayang. c. Papan penunjuk Untuk sarana pelengkap berupa papan penunjuk menuju obyek wisata Kampung Wayang sudah terpasang dipingging jalan dari pusat kabupaten. Papan penunjuk arah tersebut terbuat dari pelat besi. Selain itu pemasangan papan penunjuk juga dilakukan di pinggir jalan kecamatan menuju Kampung Wayang. Kenyataanya masih ada juga wisatawan yang salah arah karena papan penunjuk di jalan desa menuju Kampung Wayang dirasa kurang jumlahnya. Untuk itu perlu penambahan pemasangan papan penunjuk jalan di beberapa lokasi jalan desa menunju Kampung Wayang. 3. Amenitas Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam analisis obyek wisata karena memiliki kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yang ada disebuah obyek wisata. Untuk amenitas yang berada di Kampung Wayang Kepuhsari dapat dianalisis dengan kriteria-kriteria fasilitas yang ada di sebuah obyek wisata sebagai berikut: a. Akomodasi Di Kampung Wayang Kepuhsari memiliki banyak penginapan (homestay) yang
disediakan oleh penduduk lokal Desa Kepuhsari. Total jumlah homestay yang tersedia sekitar 35. Suasana homestay dibuat apa adanya suasana pedesaan namun tetap terjaga kebersihan dan keindahannya. Hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan yang umumnya berasal dari perkotaan dan luar negeri. b. Rumah makan Rumah makan yang tersedian di obyek wisata Kampung Wayang memang belum memadai karena baru beberapa tempat saja dan masih tergolong sederhana. Makanan yang disediakannyapun merupakan makanan khas pedesaan dan makanan lokal daerah setempat. Ini menjadi menarik karena masyarakat mulai memunculkan kekhasan daerah mereka sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Untuk pengembangannya makanan lokal ini dapat dijadikan wisata kuliner sehingga dapat menjadi daya ungkit perekonomian masyarakat setempat utamanya ibu rumah tangga. Umumnya para wisatawan yang menginap di homestay akan mendapatkan makanan dari pengelola/pemilik homestay tanpa harus mencari makanan ke rumah makan. Berdasarkan penuturan pemilik homestay, para wisatawan umumnya meminta disediakan makanan lokal daerah setempat. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh wisatawan dalam negeri namun wisatawan luar negeri yang berkunjung juga minta disediakan makanan lokal daerah setempat. Makanan lokal yang menjadi kekhasan Kampung Wayang Kepuhsari adalah nasi tiwul sayur lombok dan tempe besengek. Nasi tiwul berbahan baku ubikayu yang banyak ditanam oleh masyarakat setempat. Sedangkan besengek ini adalah makanan dari campuran tempe kara yang dicampur dengan bahan lain yaitu parutan kelapa dan pewarna alami dari kunyit serta dibungkus daun jati.
47
Gambar 3. Menu makanan khas Kampung Wayang Kepuhsari c. Toilet umum Di Kampung Wayang Kepuhsari toilet umum tersedia dengan memadai. Toilet umum tersebut terdapat di dekat sanggar wayang. Kebersihan toilet selalu dijaga oleh para pengelola desa wisata. d. Tempat parkir Tempat parkir disediakan oleh pengelola obyek wisata Kampung Wayang di sekitar sanggar wayang sehingga wisatawan dengan mudah mencapai lokasi sanggar yang menjadi tujuan wisatanya. Jika wisatawan ingin menikmati air terjun Banyu Nibo, untuk menuju ke lokasi air terjun tersebut juga disediakan tempat parkir namun jaraknya kurang lebih 750 m selebihnya pengunjung harus berjalan ke lokasi air terjun karena tidak dapat ditempuh dengan berkendara. Selama perjalanan menuju air terjun tersebut pengunjung disuguhi pemandangan khas pedesaan dengan bentangan sawah sehingga tidak akan terasa menjemukan. Keindahan alam tersebut dapat menjadi nilai lebih obyek wisata Kampung Wayang Kepuhsari. e. Tempat ibadah (masjid atau musholla) Pengelola obyek wisata Kampung Wayang Kepuhsari juga menyediakan musholla yang berada disekitar obyek wisata. Selain itu di dekat tempat wisata juga terdapat masjid penduduk setempat sehingga para wisatawan tidak akan kesulitan dalam mencari tempat ibadah jika berkunjung ke Kampung Wayang Kepuhsari. f. Toko Souvenir Toko souvenir merupakan salah satu yang penting ketersediaannya di suatu obyek wisata. Umumnya pengunjung akan membeli barang sebagai kenang-kenangan atau cinderamata yang menggambarkan destinasi wisata yang dikunjungi. Toko souvenir juga telah tersedia di obyek wisata Kampung Wayang Kepuhsari. Toko
souvenir biasanya terdapat sanggar-sanggar wayang milik masyarakat setempat. Barangbarang yang dijual di toko souvenir antara lain: wayang kulit, lukis kaca atau lukis wayang dari kain, pernak-pernik gantungan kunci dengan tema wayang, baju-baju dengan tema wayang, peralatan dari anyaman bambu dan beberapa souvenir lainnya. Untuk harga souvenir bevariasi tergantung kualitasnya. Harga wayang dapat berkisar puluhan ribu sampai jutaan rupiah. 4. Ancilliary service (pelayanan tambahan) Adalah sesuatu yang berkaitan dengan ketersediaan sebuah lembaga/organisasi atau orang-orang yang mengurus suatu destinasi wisata. Walaupun destinasi sudah memiliki atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang baik, tetapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka kedepannya pasti akan terbengkelai. Hal ini juga dikaitkan dengan peran/aktivitas dari masyarakat setempat serta pengelola obyek wisata. Di Kampung wayang Kepuhsari pengelolaan desa wisata di pegang oleh anggota pokdarwis yang pembentukannya telah dilakukan pembinaan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri. Mereka telah mengurus semua keperluan yang dibutuhkan para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wayang. Para pengelola desa wisata di Kampung Wayang Kepuhsari sangat ramah dan memberikan pelayanan yang baik. Mereka juga menyediakan pemandu wisata jika diminta oleh wisatawan. Namun yang masih menjadi masalah saat ini adalah sumber daya manusia para pemandu wisata ini harus ditingkatkan karena keterbatasan mereka untuk menguasai bahasa asing. Pada kenyataannya pengunjung di Kampung Wayang Kepuhsari ini banyak juga yang berasal dari mancanegara. Olehkarena itu pelatihan dan kursus bahasa asing sangat 48
diperlukan guna peningkatan SDM para pemandu wisata. Masyarakat di sekitar kampung wayang ini juga memiliki peran penting dalam pengembangan destinasi wisata Kampung Wayang Kepuhsari. Aktifitas yang menunjukkan keramahan kepada para pengunjung dapat menjadi nilai tambah bagi suatu destinasi wisata. Umumnya pengunjung jika merasa puas dan senang dengan pelayanan maupun keramahan akan kembali melakukan kunjungan ke destinasi wisata tersebut. Hal ini tentunya juga didukung oleh daya tarik wisatanya. Aktivitas masyarakat di daerah setempat ini ternyata juga dapat mendatangkan keuntungan dari sisi ekonomi karena dengan adanya obyek wisata Kampung Wayang Kepuhsari ini dapat menjadi ladang rejeki bagi masyarakat setempat. Ada yang menyediakan homestay, rumah makan, souvenir, pemandu wisata, dan jasa lainnya. Hal ini akan menjadi daya ungkit perekonomian warga sehingga harapannya masyarakat sekitar akan sejahtera. Tentunya perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat untuk mendukung eksistensi pengembangan destinasi wisata kampung wayang Kepuhsari melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Kampung Wayang Desa Kepuhsari sudah dapat memenuhi 4 komponen penting dalam industri pariwisata yang dikenal dengan istilah 4 A, yaitu Attraction (atraksi wisata), Accesibilitas ( akses untuk mencapai daerah wisata), Amenity (fasilitas dan jasa wisata), dan Ancillary (kelembagaan dan sumber daya manusia pendukung kepariwisataan). Sehingga dapat dikatakan bahwa Kampung Wayang Kepuhsari ini layak untuk dijadikan suatu destinasi wisata.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah: 1. Perlunya keberadaan Showroom dan museum wayang di Kampung Wayang Kepuhsari agar menambah daya tarik wisata karena selama ini pameran wayang hasil kerajinan ditampilkan dalam sanggar. Namun perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang untung rugi pembuatan museum wayang di Kepuhsari. 2. Perlunya penggalian lebih dalam lagi mengenai pengetahuan pada cerita pewayangan kepada para pemandu wisata dengan mempelajarinya melalui pakar pewayangan. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN. Cooper, C.,Fletcher, J., Gilbert, D and Wanhill, S. 1995. Tourism Principles and Practice. London: Pitman. Spillane, James. J. 1994. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius: Yogyakarta. Soamole, F. 2014. Kekayaan Perairan Teluk Hol dan Pantai Sulamadaha Yang Berpotensi sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis. Program Studi Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Undang-Undang No. 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Yoeti,
O.A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Peneribit Angkasa.
49