ANALISIS KOMPETISI RUANG PADA BUDI DAYA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) Isak Krestian Budi1, Agus Dharmawan2, Agung Witjoro2 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang e-mail: 1
[email protected]
1
ABSTRAK: Efisisiensi ruang dan produktivitas merupakan permasalahan dalam budi daya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kompetisi ruang berdasarkan parameter keragaman (CV) massa dan efek kepadatan terhadap pertumbuhan mutlak (H) Ikan Lele Sangkuriang dalam skala laboratorium. Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani ‘Ngudi Rahayu’, Kabupaten Trenggalek pada Bulan Desember 2015 hingga Maret 2016. Jenis penelitian adalah eksperimen menggunakan RAL yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 6 ulangan. Kelompok hewan uji yang digunakan adalah 240 benih ikan Lele Sangkuriang umur 11 minggu dengan CV massa awal < 10% dan massa awal pemeliharaan sebesar 3,54 ± 0,23 g. Taraf perlakuan yang diujikan yaitu: kepadatan 10 ekor per 16,7 liter; 10 ekor per 12,5 liter; 10 ekor per 10 liter; dan 10 ekor per 8,3 liter dengan lama pemeliharaan 6 minggu. Pakan yang diberikan sebanyak 4% dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Hasil anakova terhadap CV massa menunjukkan nilai P > 0,05; kompetisi ruang yang ditinjau dari nilai CV massa tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Hasil anava tunggal terhadap nilai H menunjukkan nilai P > 0,05; tidak terdapat perbedaan nilai H secara signifikan. Kata Kunci: Lele Sangkuriang, Kompetisi Ruang, Budi Daya ABSTRACT: Space efficiency and productivity are problems in cultivation. This study was aimed to analyze the competition based on the parameter of mass variance (CV) mass and density effects on the absolute growth (H) of African Catfish on a laboratory scale. The research was conducted at 'Ngudi Rahayu' Farmer’s Group, Trenggalek on December 2015 until March 2016. The study was using Complete Randomized Design experimental consisting of 4 treatments with 6 replications. The test animals were 240 African Catfish fish on 11-old weeks with the initial mass CV < 10% and measured of the initial mass of 3,54 ± 0,23 g. The level of treatments were: density of 10 fishes per 16,7 liters; 10 fishes per 12,5 liters; 10 fishes per 10 liters; and 10 fishes per 8,3 liters with 6 weeks observation. Feed given as much as 4% of the biomass with the frequency of feeding two times a day. The results of ANCOVA on the CV of African Catfish’s mass showed significant value (P) > 0.05, while the space competition in terms of the mass diversity showed no significant difference. Results of One Way ANOVA to the value of H indicates the value of P > 0.05; there is no difference in the value of H significantly. Keywords: African Catfish, Space Competition, Cultivation
PENDAHULUAN Ikan merupakan sumber protein hewani dengan kadar tinggi dan mengandung asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan protein pada ikan air tawar antara 15-24%, sedangkan pada ikan laut berkisar antara 9-26% (Effendie, 2002). Pemenuhan protein hewani yang berasal dari ikan hasil tangkapan dari perairan bebas cukup sulit dilakukan karena hasil tangkapan cenderung mengalami penurunan (Widyastuti, 2013). Oleh karena itu, ikan secara umum dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) merupakan komoditas budi daya perikanan yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan gizi karena memiliki kandungan protein yang tinggi (17,7%) dan kandungan lemak
yang rendah (4,8%) (Irianto & Soesilo, 2007; Vaas, 1956 dalam Astawan, 2011; Widjanarko, et al., Tanpa Tahun). Budi daya ikan lele terus dikembangkan melalui intensifikasi budi daya yang dicirikan dengan peningkatan padat tebar dan pemberian pakan tambahan. Peningkatan padat tebar pada intensifikasi budi daya ikan Lele dapat mencapai 1000 ekor/m3 (Hermawan, 2014). Peningkatan padat tebar diduga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ruang untuk budi daya. Akan tetapi, terdapat beberapa permasalahan yang muncul akibat peningkatan padat tebar, misalnya tingginya keragaman ukuran ikan akibat kompetisi dalam memanfaatkan ruang untuk mendapatkan makanan dan penurunan kualitas lingkungan air sebagai media budi daya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompetisi ruang berdasarkan parameter keragaman (CV) massa dan efek kepadatan terhadap pertumbuhan mutlak (H) ikan Lele Sangkuriang pada tingkat kepadatan yang berbeda dalam skala labolatorium. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kelompok Tani ‘Ngudi Rahayu’ Kabupaten Trenggalek pada Bulan Desember 2015 hingga Maret 2016. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk menganalisis kompetisi ruang yang didasarkan pada parameter keragaman (CV) massa dan pertumbuhan mutlak (H) dalam skala laboratorium, yaitu berupa simulasi pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang dengan nilai kepadatan yang disetarakan dari nilai kepadatan yang pernah diujicobakan. Kepadatan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Hermawan (2014) 1000 ekor/m3 dan Boerrigter, et al. (2015) 1200 ekor/m3 yang kemudian dibuat skala kepadatannya dengan jumlah ikan tetap dan mengubah volume media pemeliharaan untuk memanipulasi kepadatan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan uji yang digunakan adalah 240 benih ikan Lele Sangkuriang yang massanya pada kisaran rata-rata populasi (stok), yaitu sebesar 3,54 ± 0,23 g, berumur 11 minggu dengan CV massa awal ditentukan berdasarkan Martin, et al. (2006), yaitu < 10%. 240 hewan uji kemudian dibagi secara acak ke dalam 24 bak pemeliharaan yang terdiri atas 4 tingkat kepadatan sebagai berikut. 1. Kepadatan 1 (t1) : 600 ekor/m3 ≈ 10 ekor per 16,7 liter; 2. Kepadatan 2 (t2) : 800 ekor/m3 ≈ 10 ekor per 12,5 liter; 3. Kepadatan 3 (t3) : 1000 ekor/m3 ≈ 10 ekor per 10,0 liter; dan 4. Kepadatan 4 (t4) : 1200 ekor/m3 ≈ 10 ekor per 8,3 liter. Masing-masing tingkat kepadatan 6 ulangan. Alat yang digunakan untuk penelitian ini meliputi bak pemeliharaan, bak penampungan air, aerator, selang plastik, jaring ikan, neraca digital, turbidity meter, dissolved oxygen (DO) meter, termometer, dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi benih ikan Lele Sangkuriang, air tanah, dan pakan basal berupa pellet apung. Hewan uji diaklimasi menggunakan air tanah yang telah diendapkan selama 1 minggu. Proses aklimasi dilakukan selama 2 minggu dan dilakukan pada suhu ruang yang berkisar antara 26-29 °C. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan pabrik ‘ ’ berupa pellet apung dengan kandungan protein 33% yang diberikan sejak proses aklimasi hingga akhir pemeliharaan. Selama proses pemeliharaan ikan diberi pakan sebanyak 4% dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali per hari pada pukul 08.00 dan 18.00 WIB. Penyesuaian
banyaknya pemberian pakan dilakukan dalam periode waktu mingguan dengan cara melakukan sampling pada setiap bak pemeliharaan. Bak pemeliharaan diberi aerasi untuk mempetahankan nilai DO dan dilakukan penyiponan untuk mempertahankan kualitas air pada kisaran optimum. Volume air yang disipon sebanyak 70% dari masing-masing tingkat kepadatan dengan periode penyiponan 2 kali per minggu. Data yang dikumpulkan adalah massa hewan uji yang diukur satu per satu pada awal dan akhir pemeliharaan. Hewan uji dipuasakan sehari sebelum ditimbang untuk mengosongkan isi lambung dan mencegah stres yang ditandai dengan memuntahkan makanannya. Untuk mengetahui keragaman massa dihitung koefisien variansi (CV) massa dengan persamaan sebagai berikut. CV = (Sulisetijono, 2010). Keterangan CV : Koefisien variansi (%) SD : Standar deviasi dari rata-rata biota budi daya (hewan uji) pada akhir pemeliharaan. Wt : Massa rata-rata biota budi daya (hewan uji) pada akhir pemeliharaan.
Pertumbuhan mutlak dihitung dengan persamaan sebagai berikut. H = Wt - W0 (Kordi, 2009). Keterangan H : Pertumbuhan mutlak individu biota budi daya (hewan uji) (g) Wt : Massa rata-rata biota budi daya (hewan uji) pada akhir pemeliharaan (g). W0 : Massa rata-rata biota budi daya (hewan uji) pada awal pemeliharaan (g).
Keragaman massa diuji menggunakan analisis kovarian (anakova), sedangkan pertumbuhan mutlak diuji menggunakan analisis varian (anava) tunggal. HASIL Parameter biologi yang diukur meliputi massa awal dan akhir pemeliharaan sehingga dapat diketahui nilai CV massa dan pertumbuhan mutlak.. Hasil pengukuran dan penghitungan parameter biologi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.
Parameter Biologi Ikan Lele Sangkuriang
Parameter 10 ekor / 16,7 l Massa rata-rata awal (W0) pemeliharaan per bak pemeliharaan (g) Massa rata-rata akhir (Wt) pemeliharaan per bak pemeliharaan (g) CV massa awal pemeliharaan per bak pemeliharaan (%) CV massa akhir pemeliharaan per bak pemeliharaan (%) Pertumbuhan Mutlak per bak pemeliharaan (g)
Kepadatan 10 ekor / 12,5 l 10 ekor / 10 l
10 ekor / 8,3 l
3,56 ± 0,015
3,53 ± 0,017
3,54 ± 0,019
3,54 ± 0,017
11,05 ± 0,43
10,99 ± 0,39
10,97 ± 0,53
10,94 ± 0,54
6,59 ± 1,17
6,57 ± 0,91
7,15 ± 0,69
7,13 ± 0,71
37,68 ± 9,83
43,11 ± 2,33
46,71 ± 4,83
47,85 ± 6,11
7,49 ± 0,42
7,47 ± 0,39
7,43 ± 0,53
7,40 ± 0,52
Analisis Kompetisi Ruang Berdasarkan Parameter Keragaman (CV) Massa Ikan Lele Sangkuriang Analisis secara deskriptif terhadap keragaman massa ikan menunjukkan peningkatan CV seiring meningkatnya kepadatan (Gambar 1).
Keragaman (CV) Massa (%)
60 50 40 30 20 10 0 t1
t2
t3
t4
Kepadatan Gambar 1.
Grafik Rata-rata Keragaman (CV) Massa Ikan Lele Sangkuriang Selama 6 Minggu Pemeliharaan pada Berbagai Tingkat Kepadatan
Untuk menganalisis kompetisi ruang dengan menggunakan parameter keragaman massa ikan Lele Sangkuriang di lakukan uji anakova. Ringkasan hasil uji anakova disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.
Ringkasan Hasil Uji Anakova Untuk Keragaman (CV) Massa Ikan Lele Sangkuriang
Source Corrected Model Intercept CV Massa Awal CV Massa Akhir Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 130,468 159,343 ,071 121,392 276,128 41580,047 406,595
df
Mean Square
4 1 1 3 19 24 23
32,617 159,343 ,071 40,464 14,533
F 2,244 10,964 ,005 2,784
Sig. ,103 ,004 ,945 ,069
Nilai signifikasi (P) CV massa awal > 0,05; CV massa awal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CV massa akhir. Nilai P CV massa akhir > 0,05; kompetisi ruang yang ditinjau berdasarkan parameter keragaman massa tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Analisis Efek Kepadatan Tehadap Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele Sangkuriang Analisis secara deskriptif terhadap pertumbuhan mutlak ikan Lele Sangkuriang menunjukkan penurunan pertumbuhan mutlak seiring meningkatnya kepadatan (Gambar 2).
Pertumbuhan Mutlak (g)
7,6 7,5 7,4 7,3 7,2 7,1 7 t1
t2
t3
t4
Kepadatan Gambar 2.
Grafik Rata-Rata Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele Sangkuriang Selama 6 Minggu Pemeliharaan Pada Berbagai Tingkat Kepadatan
Untuk mengetahui efek kepadatan terhadap pertumbuhan mutlak Ikan Lele Sangkuriang dilakukan uji anava tunggal. Ringkasan hasil uji anava tunggal disajikan pada Tabel 3. Tabel 3.
Ringkasan Hasil Uji Anava Tunggal Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele Sangkuriang
Between Groups Within Groups Total
Sum of Square
df
0,027 4,418 4,445
3 20 23
Mean of Square 0,009 0,221
F
Sig.
0,041
0,988
Uji anava tunggal terhadap pertumbuhan mutlak menunjukkan hasil signifikansi (P) > 0,05; tidak terdapat perbedaan pertumbuhan mutlak secara signifikan pada tingkat kepadatan yang diujikan. PEMBAHASAN Kompetisi Ruang Berdasarkan Parameter Keragaman (CV) Massa Ikan Lele Sangkuriang Ditinjau dari CV massa ikan, kompetisi ruang yang terjadi pada 4 tingkat kepadatan tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Keragaman ukuran ikan Lele Sangkuriang diperkirakan akibat dari kompetisi untuk mendapatkan makanan yang terbatas di dalam ruang yang juga terbatas. Individu yang mampu berkompetisi akan memperoleh nutrisi dari pakan yang diberikan lebih banyak sehingga tumbuh dengan baik, akibatnya massa tubuhnya melebihi nilai rata-rata. Sedangkan individu yang kalah dalam berkompetisi akan memperoleh nutrisi dari pakan yang lebih sedikit sehingga pertumbuhannya terganggu, akibatnya massa tubuhnya di bawah nilai rata-rata. Marimuthu, et al. (2011) telah mengungkap bahwa keragaman ukuran ikan disebabkan karena pakan yang diterima antar individu tidak seimbang. Studi yang dilakukan oleh Martin et al. (2005) menunjukkan bahwa perbedaan makanan yang diperoleh secara individu berkorelasi positif dengan pertumbuhan individual, hal tersebut mengindikasikan bahwa individu yang berhasil mendapatkan makanan dalam jumlah banyak juga akan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang baik. Martin et al. (2005)
mengungkapkan ikan yang berukuran lebih besar dapat berenang lebih aktif, mendominasi daerah di sekitar pakan diberikan, dan memakan pakan dalam porsi yang lebih banyak dan cepat jika dibandingkan dengan ikan yang ukurannya lebih kecil. Efek Kepadatan Tehadap Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele Sangkuriang Hasil anava tunggal menunjukkan bahwa kepadatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan mutlak ikan Lele Sangkuriang. Li & Brocksen (1977) menjelaskan bahwa variasi ukuran ruang bukan merupakan faktor yang memengaruhi pertumbuhan. Studi yang dilakukan oleh Boerrigter et al. (2015) juga menunjukkan bahwa kepadatan bukan merupakan faktor yang memengaruhi pertumbuhan secara signifikan, sedangkan Sumpeno (2005) mengungkapkan bahwa semakin meningkatnya padat penebaran berpengaruh terhadap laju pertumbuhan karena diikuti oleh peningkatan frekuensi dan jumlah pemberian pakan. Studi Hermawan et al. (2012), Hastuti & Subandiono (2014), dan Hermawan et al. (2014) mengungkapkan bahwa pada budi daya ikan Lele, produktivitas bergantung dari jumlah ikan yang ditebar, biomassa awal saat penebaran, dan ukuran kolam pemeliharaan secara aktual. Selain itu, menurut Marimuthu (2011) pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh porsi pakan yang diberikan. Effendi (2002) menjelaskan pertumbuhan terjadi akibat adanya suplai energi dan asam amino yang berlebih dari pakan yang diberikan. Energi dan asam amino digunakan untuk pemeliharaan dan aktivitas tubuh (metabolisme basal) dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Ikan Lele Sangkuriang pada kepadatan tinggi menunjukkan nilai rata-rata pertumbuhan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kepadatan rendah. Pada tingkat kepadatan yang rendah, ruang yang tersedia relatif lebih lapang sehingga peluang individu untuk mendapatkan makanan lebih besar dengan penggunaan energi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tingkat kepadatan yang lebih tinggi. Boerreigter (2015) menjelaskan bahwa pada kepadatan yang tinggi, ikan akan lebih aktif bergerak dan kurang beristirahat yang mengakibatkan peningkatan penggunaan energi dan dapat memicu agresi. Hasil studi Slavĭk, et al. (2014) menunjukkan bahwa ikan yang berada pada area yang lebih lapang memungkinkan untuk menggunakan energi lebih sedikit daripada ikan yang berada di area yang sempit. Fluktuasi hasil yang didapat diduga akibat dari manajemen penggunaan energi untuk beraktivitas terfokus pada daerah di sekitar tersedianya pakan. Menurut Slavĭk, et al. (2014) ketersediaan sumber daya yang cukup memungkinkan hewan untuk menggunakan energi yang lebih sedikit pada area yang lebih sempit, hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan energi tidak selalu berkorelasi positif dengan luas area yang digunakan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kompetisi ruang yang ditinjau dari nilai koefisien variansi (CV) massa tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Kepadatan tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan mutlak ikan Lele Sangkuriang. Saran Padat tebar dapat dilakukan hingga mencapai kepadatan 1 ekor per 0,8 liter. Sebaiknya padat tebar yang dilakukan untuk budi daya ikan Lele tidak kurang dari nilai 1 ekor per 0,8 liter. Peningkatan padat tebar yang lebih tinggi
lagi atau kepadatannya di bawah 1 ekor per 0,8 liter diduga memerlukan peningkatan carrying capacity yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya produksi. Perlu dilakukan studi lebih lanjut dalam skala produksi terkait kepadatan dan lama waktu pemeliharaan hingga mencapai ukuran siap panen serta pemberian suplemen pada pakan dan media pemeliharaan untuk meningkatkan produktivitas. Meskipun kepadatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prtumbuhan akan tetapi terdapat indikasi melambatnya pertumbuhan ikan Lele Sangkuriang pada kepadatan tinggi yang diduga akan menyebabkan proses produksi yang lebih lama. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai tingkah laku ikan Lele Sangkuriang pada pemeliharaan dengan ukuran yang homogen dan heterogen untuk mengevaluasi perlunya grading ikan berdasar ukuran yang umum digunakan terkait hierarki sosial yang diduga dapat memicu sifat agresif bahkan kanibalisme. DAFTAR RUJUKAN Astawan, M. 8 Maret 2011. Lele Bantu Pertumbuhan Janin. Health Kompas. (Online), (http://health.kompas.com/read/2011/03/08/09123969/Lele.Bantu.Pertumb uhan.Janin), diakses 11 Februari 2015 Boerrigter, J. G. J, Bos, R. V. D., Vis, H. V. D., Spanings, T., & Flik, G. 2015 Effects of Density, PVC-tubes and Feeding Time on Growth, Stress and Aggresion in African Catfish (Clarias gariepinus). Aquaculture research: 1-16. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Hastuti, S. & Subandiono. 2014. Performa Produksi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus, Burch) yang Dipelihara dengan Teknologi Biofloc. Jurnal Saintek Perikanan, 10(1): 37-42. Hermawan, T. E. S., Sudaryono, A., & Prayitno, S. B. 2014. Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Lele (Clarias Gariepinus) Dalam Media Bioflok. Journal of Aquaculture management and Technology, 3(3): 35-42.
Irianto, H. E. & Soesilo, I. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia 2007 di Auditorium II Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, 21 Nopember 2007. Kordi, M. G. H. 2009. Budi Daya Perairan Buku Kedua. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Li, H. W. & Brocksen, R. W. 1977. Approaches to the Analysis of Energetic Costs of Intraspecific Competition for Space by Rainbow Trout (Salmo Guirdneri). J. Fish Biol 11: 329 – 341. Marimuthu, K., Umah, R., Muralikrishnan, S., Xavier, R., & Kathiresan, S. 2011. Effect of Different Feed Application Rate on Growth, Survival and Cannibalism of African Catfish, Clarias gariepinus Fingerlings. Emir. J. Food Agric.,23 (4): 330-337 Martin, C. I. M., Schrama, J. W., & Verreth, J. A. J. 2005. Inherent Variation in Growth Efficiency of African Catfish Clarias gariepinus (Burchell, 1822) Juveniles. Aquacultur Research, 36: 868 – 875. Martin, C. I. M., Aanyu, M., Schrama, J. W., & Verreth, J. A. J. 2005. Size Distribution in African Catfish (Clarias gariepinus) Affects Feeding Behaviour but Not Growth. J. Aquacultur, 250: 300 – 307.
Martin, C. I. M., Schrama, J. W., & Verreth, J. A. J. 2006. The Effect of Group Composition on the Welfare of African Catfish (Clarias gariepinus). Applied Animal Behaviour Science, 97: 323 – 334. Slavĭk, O., Horký, P., & Závorka, L. 2014. Energy Costs of Catfish Space Use as Determined by Biotelemetry. (Online), (http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371%2Fjournal.pone.0098 997), diakses 11 Februari 2016. Sulisetijono. Februari 2010. Hand Out Matakuliah Statistika untuk Biologi dan Ilmu-ilmu yang Bertautan. Malang: FMIPA UM. Widjanarko, S. B., Zubaidah, E. & Kusuma, A. M. Tanpa Tahun. Studi Kualitas Fisik-Kimiawi dan Organoleptik Sosis Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Akibat Pengaruh Perebusan, Pengukusan dan Kombinasinya dengan Pengasapan. J. Tek. Pert., 4(3): 193-202. Widyastuti, E. 2013. Pengelolaan Air untuk Budidaya Ikan dan Sayuran secara Berkelanjutan dengan Menggunakan Sistem Aquponik, (Online), (http:// bio.unsoed.ac.id), diakses 25 September 2014.