ANALISIS KOMPETISI PERBANKAN DI INDONESIA Dariyus Dosen FEB Universitas Lampung
M. Syatibi, Ch Dosen FEB Universitas Lampung
Muslimin Dosen FEB Universitas Lampung
ABSTRACT The purpose of this research is to test whether the competition on the banking industry in Indonesia tends to have competitive market or not. The reason behind this lays on the tendency where financial integration in the world tends to be unavoidable reality, thus, it will affect market competition of banking industries in Indonesia. Using financial data among top ten banks and using the assets as moderating variable, the result shows that bank asset significantly tends to moderate the market competition among conventional banks. By using Lerner Index, market on banking industry in Indonesia seems to have uncompetitive conditions and asset positively affect to moderate the condition of more uncompetitive market. Key World: Banking Competition, Bank Asset
1. PENDAHULUAN Dewasa ini telah banyak dilakukan pengujian baik secara teoritis maupun empiris terkait dengan bagaimana kekuatan pasar perbankan. Kekuatan sector perbankan dalam mengontrol proses pembangunan ekonomi memperoleh perhatian yang cukup besar dalam literature-literatur ekonomi dan keuangan. Anzoategui et al. (2012) menunjukan pentingnya analisis tingkat kompetisi pada industry tersebut. Hal ini sector perbankan sangat relevan karena literatur-literatur terkait dengan hal tersebut menggambarkan adanya pengaruh yang merugikan terkait dengan lemahnya kompetisi. Beberapa studi menunjukan bahwa lemahnya kompetisi dapat menciptakan harga yang tinggi pada produk-produk keuangan dan mengurangi akses terhadap pembiayaan, khususnya perusahaanperusahaan yang lebih kecil. Studi lainnya juga menunjukan bahwa lemahnya kompetisi dapat mengurangi masuk dan tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang lebih muda dan menunda keluarnya perusahaan-perusahaan yang lebih lama. Lebih jauh lagi, terdapat debat yang signifikan pada implikasi kompetisi terhadap stabilitas sector perbankan dimana bukti empiris baru menunjukan bahwa lemahnya kompetisi dapat menyebabkan kerentanan khususnya ketika bank yang besar mengalami distress atau kegagalan. Pendekatan tradisional terkait dengan kompetisi perbankan didasarkan atas pendapat McKinnon (1973) dan Shaw (1973) yang mempostulasikan bahwa intervensi pemerintah dalam harga dan alokasi dana yang dikreditkan akan menyebabkan tekanan financial, menghalangi pembangunan financial karena menekan tingkat bunga rill pasar. Pendekatan ini juga mempostulasikan bahwa tingkat bunga rill yang rendah menghalangi pertumbuhan ekonomi melalui tingkat dan produktivitas investasinya.
Hal inilah yang salah satunya mendasari adanya deregulasi perbankan pada era tahun 1980-an dimana melalui Paket Oktober 1988 pemerintah memberikan syarat yang ringan untuk masuk ke industri perbankan, syarat pendirian dan transaksi valas. Namun demikian, terdapat pula ambiguitas atas kondisi sector perbankan yang kompetitif dimana kompetisi perbankan dapat mendorong terjadinya moral hazard, dimana semakin kompetitif sector tersebut akan menghasilkan risiko perbankan yang tinggi karena stabilitas perbankan menjadi rentan. Krisis perbankan pada pertengahan tahun 1990-an di Indonesia menunjukan hal tersebut dimana struktur perbankan yang kompetitif menyebabkan rentannya stabilitas sisitem perbankan. Moral hazard terjadi karena struktur perbankan yang kompetitif menyebabkan bank cenderung membangun kedekatan dengan nasabah secara berlebihan. Restrukturisasi perbankan merupakan jalan bagi penguatan struktur perbankan yang tidak stabil karena memberikan kebijakan kompetisi yang tidak terkontrol. Berbeda dengan sector industry, imbas sector perbankan akan memiliki dimensi yang luas kepada masyarakat sehingga membutuhkan stabilitas system yang kuat, namun juga sekaligus kompetitif. Bank Indonesia melalui Arsitektur Perbankan merupakan kebijakan yang diarahkan pada tujuan tersebut. Melalui Arsitektur Perbankan, Bank Indonesia menyusun enam pilar dalam mengembangkan system dan struktur perbankan yang kuat di Indonesia yaitu; menciptakan industri perbankan yang sehat, merumuskan sistem regulasi perbankan yang efektif berdasarkan standar internasional; meningkatkan fungsi monitoring bank sentral berdasarkan standar internasional; menciptakan industri perbankan yang kuat, kompetitif dengan pengelolaan usaha yang baik; mewujudkan infrastuktur yang baik untuk mendukung penciptaan system perbankan yang sehat; dan meningkatkan proteksi dan pemberdayaan konsumen (Bank Indonesia, 2010). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menginvestigasi kondisi kompetisi perbankan di Indonesia. Kondisi kompetisi industry perbankan relevan untuk diteliti setidaknya terhadap dua alasan yaitu; pertama, tingkat kekuatan pasar yang memiliki implikasi yang serius terhadap stabilitas perbankan. Kedua, kondisi kompetisi perbankan memiliki kecenderungan mempengaruhi kinerja perbankan dan efesiensi terhadap tingkat kapitalisasi ekuitas (Schaeck dan Cihak, 2007). Penelitian ini mencoba mengukur bagaimana agregasi pasar yang diproxy dengan asset bank memoderasi tingkat persaingan yang diukur dengan Lerner Index. Anzoategui (2012) berpendapat bahwa penggunaan Lerner Index lebih relevan dipergunakan untuk mengukur kondisi kompetisi dibandingkan dengan ukuran-ukuran lainnya. Hal ini karena system yang terkonsentrasi akan tetap kompetitif selama terdapat adanya ancaman untuk masuk atau keluar dari pasar. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Cetorelli (1999) dan Classens dan Leaven (2004) yang berpendapat bahwa konsentrasi dan rasio kinerja tidak sesuai untuk mengukur tingkat kompetisi. Lerner Index merupakan ukuran nonstrukutral yang dapat menangkap seberapa besar bank membenani nasabahnya dengan menghitung perbedaan antara harga dan marginal costnya, yang menunjukan proporsinya terhadap harga yang dibayar nasabah. Semakin tinggi nilai Lerner Index mengindikasikan semakin rendahnya tingkat kompetisi perbankan. Penelitian ini menghipotesiskan bahwa semakin terkonsentrasi asset yang dimiliki oleh bank, semakin tidak kompetitif pasar perbankan di Indonesia.
II. METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data series dari laporan bulanan bank yang didapatkan dari Bank Indonesia dari tahun 2008 – 2011. Sampel adalah top ten bank dari sisi asset dengan variable dependen adalah Lerner Index dan variable independen adalah log asset bank. Penelitian ini menggunakan variable control yang diindikasikan juga mempengaruhi tingkat kompetisi pasar yaitu posisi kredit lancar yang dimiliki oleh bank yang dipoxy dengan net loan to total asset, aspek permodalan bank yang diproxy dengan capital to total asset, dan aspek likuiditas bank yang diproxy dengan deposit to total liabilities bank. Model penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
Lerner index dihitung sebagai berikut: Dimana; P = Price of Banking Output = total bank’s revenue over total asset MC = Marginal Cost, yang dicari dengan persamaan dibawah ini:
Dimana C merupakan total biaya operasi dan financial, Q adalah total asset, W1 adalah rasio biaya bunga terhadap total deposit dan dana dari pasar uang, W2 adalah rasio biaya personal terhadap total asset, dan W3 adalah rasio dari biaya operasi dan administrasi terhadap total asset. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Table 1 Deskriftif Statistik
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan Tabel 1, terlihat rata-rata asset yang dimiliki oleh bank pada sampel adalah sebesar Rp.1.487 triliyun rupiah dengan asset maksimum yang dimiliki bank adalah sebesar Rp.2.307 trilyun dan terendah adalah sebesar Rp.966 triliyun. Deviasi asset pada sampel menunjukan anga yang rendah yaitu sebesar 1,22. Kredit lancar yang dimiliki oleh bank rata-rata adalah sebesar 58% dengan simpangan baku sebesar 0,028. Dari sisi permodalan, secara rata-rata bank pada sampel adalah sebesar 11,8% yang menunjukan tingkat kesehatan yang cukup jika diukur dengan CAR, sedangkan dari sisi likuiditas bank menunjukan tingkat likuiditas yang tinggi dimana proporsi deposit terhadap kewajibannya adalah sebesar 86%. Untuk tingkat persaingan pasar, pasar perbankan pada top ten bank menunjukan kondisi persaingan yang cenderung tidak kompetitif dimana secara rata-rata angka index memiliki nilai sebesar 0,65. Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil perhitungan model dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Perhitungan
Sumber: Data Diolah Hasil perhitungan model menunjukan bahwa asset perbankan menunjukan pengaruh positif signifikan dalam memoderasi tingkat persaingan industry perbankan pada top ten bank. Hal ini menunjukan bahwa industry perbankan merupakan industry yang contestable, dimana bank pasar bank tersebut memiliki pintu untuk keluar masuknya pemain baru walaupun dalam kondisi persaingan yang memiliki asset yang terkonsentrasi. Hal ini mengkonfirmasi, walaupun terdapat konsentrasi asset pada top ten banks yang ada pada pasar perbankan di Indonesia, kondisi industrinya cenderung tidak kompetitif. Hal ini akan berdampak kurang baik bagi para nasabah karena kurang terdapat kompetisi yang dapat mempengaruhi harga yang harus dibayar oleh para nasabah. Secara lebih luas, dengan kondisi pasar semacam ini, penguatan kestabilan perbankan secara makro melalui besarnya asset yang dimiliki pada satu sisi akan dapat memberikan rasa aman dan percaya pada nasabah, namun harga yang harus dibayar relative mahal karena tidak ditopang oleh kompetisi yang membuka pilihan kepada nasabah untuk memilih bank yang memberikan harga dan pelayanan terbaik.
IV. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan model, dapat disimpulkan bahwa besarnya asset yang dimiliki oleh bank dapat memoderasi kondisi persaingan yang tidak kompetitif. Hal ini terlihat dari nilai ratarata Lerner Index diatas 0,5 serta pengaruh asset bank yang positif terhadap kondisi persaingan yang tidak kompetitif pada industry perbankan. Kondisi yang demikian dapat memberikan rasa aman dan percaya nasabah, namun dengan harga yang relative mahal karena besarnya size bank tidak diiringi dengan adanya persaingan yang kompetitif pada industri tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B. And Wimboh Santoso. 2010. The Indonesian banking industry: competition, consolidation and systemic stability, BIS (Bank for International Settlements ), Papers No 4 Anzoategui, Diego. And M.S. Martínez Pería, M. Melecky. 2012., Bank competition in Russia: An examination at different levels of aggregation, Emerging Markets Review, Vol. 13, pp. 42–57 Barth, James R. And G. Caprio Jr., R. Levine. 2001. Banking Systems around the Globe: Do Regulation and Ownership Affect Performance and Stability?, The National Bureau of Economic Research, pp: 31 – 96 Beck, T. And A.D. Kunt, R. Levine. 2003. Bank Concentration and Crises, The World Development Research Group Finance, (May) Berger, A. And Klapper, L., Turk-Ariss, R., 2008. Bank competition and financial stability. Journal of Financial Services Research, Vol. 35 (2), pp. 99–118. Cetorelli, N., 1999. Competitive analysis in banking: appraisal of the methodologies. Economic Perspectives 2– 15 Cetorelli , Nicola. 2003. Real Effects of Bank Competition, Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 36 (3)
Claessens, S. And Laeven, L., 2004. What drives bank competition? Some international evidence. Journal of Money, Credit, and Banking, Vol. 36, pp. 563–584 Demetriades , P.O. And K. B. Luintel. 1996. Financial Development, Economic Growth and Banking Sector Controls: Evidence from India, The Economic Journal, Vol. 106: 359-374 McKinnon, R. I. I973. Money and Capital in Economic Development. Washington, D.C.: Brookings Institution. Mulyaningsih, T. And A. Daly. 2011. Competitive Conditions In Banking Industry: An Empirical Analysis Of The Consolidation, Competition And Concentration In The Indonesia Banking Industry Between 2001 and 2009, Buletin Ekonomi, Moneter dan Perbankan, (Oktober), pp. 151 – 186 Schaeck, K. And Cihak, M., 2008. How does competition affect efficiency and soundness in banking? New empirical evidence. European, Central Bank Working Paper 932 Shaw, E. S. I973. Financial Deepening in Economic Development, New York: Oxford University Press. Todhanakasem, W. And M. J. Lynge, W. J. Primeaux, Jr., P. Newbold. 1986. Economies of Scale and Organization Efficiency in Banking, Managerial and Decision Economics, Vol. 7, pp. 255261 -------------. Bank Sentral Indonesia.(2010). Arsitektur Perbankan Indonesia. dikutip dari website: www.bi.go.id.