ANALISIS KOMPARATIF ANTARA SISTEM REDAKSI KONVENSIONAL DAN SISTEM NEWSROOM DI HARIAN UMUM REPUBLIKA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh Moh. Khalil NIM: 109051100033
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ANALISIS KOMPARATIF ANTARA SISTEM REDAKSI KONVENSIONAL DAN SISTEM NEWSROOM DI HARIAN UMUM REPUBLIKA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh Moh. Khalil NIM: 109051100033
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Desember 2014
Moh. Khalil
ABSTRAK Moh. Khalil Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika Media massa saat ini sudah memasuki era digital. Semua informasi sudah dapat diakses melaui gadget berupa smartphone. Tentu perkembangan teknologi ini membuat industri media khususnya media cetak yang memberikan informasi melalui tulisan yang dikemas dalam bentuk barang cetakan seperti, koran dan majalah harus mencari akal supaya tetap berkiprah dalam memberikan informasi kepada publik. Untuk itu, media cetak melakukan perubahan pada sistem manajemennya. Dengan sistem yang baik, lembaga pers yang terdiri atas berbagai jenjang manajerial (pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur, reporter, tata letak, sirkulasi, newsroom, tata usaha, dan lain sebagainya) akan terkontrol secara rapi. Harian umum Republika dalam melakukan perubahan pada sistem manajemennya tentu memiliki konsep yang sesuai dengan visi-misi agar berjalan dengan rapi. Seperti, sistem redaksi konvensional yang selama ini digunakannya merupakan sistem yang lebih simple dalam struktural, karena menggunakan sistem berjenjang dari pemimpin redaksi sampai reporter. Berbeda halnya dengan sistem newsroom yang saat ini digunakan dalam manajemen harian umum Republika, merupakan tempat bagi jurnalis—baik itu reporter, redaktur, editor— berkerja bersama-sama untuk mengumpulkan berita yang selanjutnya dipublikasikan. Dalam manajemen harian umum Republika terjadi revolusi sistem di mana manajemen redaksi konvensional model lama yang diterapkan sejak 1993 hingga akhir 2004 tidak dipergunakan lagi. Perubahan teknologi tidak memungkinkan Republika menggunakan sistem tersebut. Maka dibuatlah sistem newsroom sebagai sistem manajemen baru. Dalam struktur kerja ini reporter tidak lagi berada pada komando redaktur pelaksana, tapi beralih di bawah komando kepala newsroom. Manajemen dalam setiap lembaga atau organisasi media pada umumnya berkaitan dengan struktur manajemen organisasi, kebijakan sebuah media, dan tujuan sebuah media. Manajemen harian umum Republika saat menggunakan sistem konvensional memiliki keunggulan dalam sistem struktural, misalnya setiap divisi/bagian menggunakan satu redaktur yang membawahi reporterreporter sehingga peliputan cepat terealisasi dalam kontrol yang ketat. Namun sistem ini tak akan terealisasi jika manajemen beralih pada ekosistem baru berupa dunia digital. Sistem newsroom pun demikian mempunyai keunggulan, salah satunya pada sistem kerja reporter pada newsroom lebih terfokus pada bidang berita. Jadi mereka dapat menghasilkan berita lebih mendalam. Namun sistem ini masih mempunyai kelemahan pada kontrol yang tidak leluasa dilakukan redaktur pelaksana kepada newsroom karena tidak ada garis komando dalam struktural.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahNya serta karuniaNya sehingga peneliti dapat merampungkan skripsi ini dengna sebaik-baiknya. Shalawat beserta salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing peneliti untuk mendobrak kejahiliaan dan membawa kita kepada jalan yang super intelektual. Skripsi yang berjudul “Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem Newsroom Di Harian Umum Republika” ini semoga dapat memberikan manfaat kepada semua pihak serta menambah wawasan bagi yang membacanya, khususnya pada ilmu manajemen jurnalistik. Setelah bersyukur atas rahmat Allah yang telah memberi kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skripsi ini akhirnya dapat dilalui. Tentunya, ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. namun bagaimanapun, peneliti menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungannya baik moril maupun materil selama proses penyelesaian study kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suprapto M. Ed, Ph. D., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Sunandar MA selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
ii
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Rubiyanah MA (kajur lama) beserta sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA dan Ade Rina Farida (sekjur lama) yang selalu berkenan membantu saya dalam keperluan akademis. 3. Drs. Helmi Hidayat, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan nasehat kepada peneliti dalam menyusun skripsi. 4. Seluruh dosen dan seluruh staf tata usaha fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti serta membantu peneliti dalam keperluan akademis atau surat-menyurat. Staff Perpustakaan Dakwah dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti mempermudah dalam mendapatkan bahan untuk skripsi ini. 5. Seluruh redaksi harian umum Republika khususnya Elba Damhuri atas bantuannya penulis mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan penelitian. Juga Fahmi sebagai staf sekretaris harian umum Republika dan Ida Hamidah selaku sekretaris harian umum Republika terimaksih atas info-info yang telah diberikan kepada peneliti. 6. Keluargaku terbaik, kedua orangtuaku terbaik, H. Jufriyadi dan Hj. Munirah terima kasih atas segala dukungan kalian, baik semangat maupun materi. 7. Teman-teman seperjuangan kelas Jurnalistik A angkatan 2009. 8. Teman-teman KKN Seruling 2012 tiada pelajaran yang peneliti dapatkan selain pelajaran moral dari pengalaman bersama kalian. iii
9. Teman-teman RDK FM 107,9 media tempat peneliti belajar siaran. Ucapan terima kasih banyak peneliti sampaikan juga kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dengan berkenan dan membantu peneliti dalam mengerjakan karya ini. Akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya. Wassalam
Jakarta, 30 Desember 2014
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................
i
KATA PENGANTAR .........................................................................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................
1
B. Batasan Masalah ........................................................
5
C. Rumusan Masalah .....................................................
6
D. Tujuan Penelitian .......................................................
6
E. Manfaat Penelitian .....................................................
7
F. Metodologi Penelitian ................................................
7
1. Metode Penelitian ................................................
7
2. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................
8
3. Subjek dan Objek Penelitian ................................
8
4. Teknik Pengumpulan Data ...................................
9
5. Teknik Analisis Data .............................................
10
6. Pedoman Penulisan ................................................ 11
BAB II
G. Tinjauan Pustaka ........................................................
11
H. Sistematika Penulisan .................................................
12
LANDASAN TEORI A. Media Massa..............................................................
14
B. Media Cetak ..............................................................
15
C. Surat Kabar ...............................................................
18
D. Pengertian Sistem .....................................................
22
E. Fungsi Manajemen ...................................................
23
F. Organisasi Manajemen Media ..................................
25
v
G. Teori Hirarki ............................................................. BAB III
BAB IV
29
GAMBARAN UMUM A. Sejarah Harian Umum Republika ..............................
43
B. Visi dan Misi HU Republika .....................................
46
C. Perkembangan Harian Umum Republika ..................
48
D. Struktur Redaksi Harian Umum Republika ...............
50
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Manajemen Organisasi HU Republika ......................
52
1. Manajemen Perusahaan Model Lama .................
53
2. Manajemen Redaksi Model Lama ......................
55
3. Manajemen Perusahaan Model Baru ..................
60
4. Manajemen Redaksi Model Baru ........................
61
B. Alur Produksi Berita HU Republika .........................
68
1. Sistem Lama ........................................................
68
2. Sistem Baru .........................................................
69
C. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Newsroom
BAB V
di Harian Umum Republika .....................................
73
TABEL I ...................................................................
79
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................
81
B. Saran-saran ................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
83
LAMPIRAN ...........................................................................................
85
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan media massa, baik cetak, elektronik maupun online memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Dengan banyaknya media massa yang kini bermunculan di tengah-tengah masyarakat khususnya media cetak, tidak sedikit media yang melakukan perubahan sistem supaya tetap berkiprah di industri media. Hal ini perlu dilakukan mengingat pers merupakan lembaga kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab itu pula pers dituntut untuk menjalin hubungan yang baik dan solid antara personal maupun dalam organisasi media, dikarenakan misi dari pers sendiri ditentukan dari sistem yang dipakai. Media massa khususnya cetak tentu tidak luput dari sebuah sistem yang digunakan lembaga pers untuk membangun sebuah organisasi agar misi dari media tersebut berjalan sesuai struktur yang berlaku. Dengan adanya sebuah sistem maka dengan sendirinya lembaga pers yang terdiri dari berbagai komponen (pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur, redaktur pelaksana, tata letak, sirkulasi, newsroom, wartawan, tata usaha, dan lain sebagainya) akan terkontrol secara bijaksana dan menuntun pada kebijakan redaksi. Pada dasarnya kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap 1
2
terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa dan akan seperti keranjang sampah yang memuat apa saja.1 Karena itu, media cetak (surat kabar, majalah dan tabloid) dibangun dengan sebuah sistem untuk dapat leluasa melakukan serta menjalankan visi dan misinya agar terlaksana sesuai rencana. Umumnya, sebuah media khususnya cetak terlebih kepada penerbitan surat kabar mempunyai perpaduan dari tiga bidang kegiatan, bidang keredaksian, percetakan dan bidang usaha. Ketiga bidang tersebut dalam melaksanakan kegiatannya harus saling terkait dan terikat pada penyelesaian pekerjaan masing-masing sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan.2 Pekerjaan penerbitan pers melibatkan banyak personil yang ada dalam ketiga bidang tersebut, dengan segala kemampuannya guna menciptakan suatu produk penerbitan yang berkualitas. Semua elemen berperan penting dalam memproduksi surat kabar, namun posisi yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana membuat komponen isi dari sebuah produk sesuai dengan keinginan khalayak. Salah satunya adalah dengan diberdayakannya pola sistem keredaksian. Dalam memproduksi suatu penerbitan pers, masing-masing bidang mempunyai tanggung jawab, peran serta tujuan yang sama. Misalnya pemimpin redaksi (pemred), tugas utamanya adalah mengendalikan kegiatan keredaksian di perusahaannya yang meliputi penyajian berita, penentuan 1 2
h. 15.
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150. Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2000),
3
liputan, pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik, pemilihan berita utama (head line), berita pembuka halaman (opening news) menugaskan atau membuat sendiri tajuk dan sebagainya. Itu sebabnya pemred dituntut untuk memiliki wawasan yang luas terhadap perkembangan situasi baik politik, sosial maupun budaya. Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya tidak sendiri artinya dapat dibantu oleh beberapa tenaga lain yang biasanya disebut dengan redaktur pelaksana. Jadi redaktur pelaksana di bawah arahan pemimpin redaksi. Redaktur pelaksana sendiri dibentuk untuk membantu pemimpin redaksi seperti disebut di atas yang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan yang digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu radaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada reporter, sama halnya dengan kordinator liputan yang membawahi semua reporter yang bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar. Tugas kordinator liputan adalah menerima bahan berita, baik dari kantor berita (newsroom), wartawan, koresponden, atau bahkan press release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta.3 Kemudian tugas dari wartawan atau reporter sendiri adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa.4 Dari sinilah pada dasarnya sebuah penerbitan pers menjadikan wartawan sebagai ujung tombak. Mereka yang paling banyak menyuplai berita diantara bagian bidang yang lain.
3 4
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers. h. 21. Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers. h. 22.
4 Dalam sistem keredaksian yang mempunyai kekuasaan paling tinggi tentunya adalah pemimpin redaksi, tetapi hanya sebatas pada bidang keredaksiannya saja. Artinya, pemimpin redaksi tidak mempunyai wewenang terhadap bidang kordinator liputan dan kantor berita (newsroom) di mana keduanya mempunyai aturan dan kewenangan masing-masing. Sama seperti media massa pada umumnya khususya media cetak, surat kabar harian umum Republika misalnya, mempunyai struktur manajemen yang menjadi acuan utama pernerbitan pers dalam menjalankan usahanya mulai dari keredaksian, bidang printing, sampai kepada bidang usaha, di mana ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Namun di sini penulis ingin meneliti lebih kepada bagian keredaksian di mana selain menjadi ujung tombak dari sebuah manajemen juga sebagai tolak ukur dari sebuah penerbitan pers demi tercapainya visi dan misi. Melihat dari beberapa surat kabar lainnya yang memiliki struktur organisasi yang bervariasi dari segi penyuntingan naskah, editor, hingga layout, dan tata letak dalam surat kabar harian umum Republika ada beberapa konsep yang kiranya sangat menarik untuk diteliti. Misalnya dari keredaksiannya yang mempunyai pola sistem keredaksian seperti pemimpin redaktur, redaktur dan newsroom yang mempunyai elektabilitas sendiri dalam memainkan perannya. Artinya, masing-masing mempunyai tujuan tergantung kepada kinerjanya namun mempunyai visi misi yang sama. Dalam penyajian isi, kualitas informasi yang disajikan dan cara pengemasannya (design/layout) merupakan faktor penting dalam memberi kepuasan pada masyarakat, agar masyarakat sebagai penikmat informasi dapat
5 mengerti dengan mudah apa yang disampaikan dan dapat menerima pesan yang disampaikan melalui sesuatu yang disajikan sesuai dengan batas nalarnya. Hal inilah yang kemudian menjadi cara untuk menarik perhatian pembaca. Selain itu, faktor yang lebih diutamakan adalah sesuai dengan target pembaca yang dituju. Melihat dari sistem redaksi konvensional yang banyak diterapkan oleh media massa pada umumnya membuat sebagian media mulai memikirkan tentang bagaimana memakai sistem yang lebih efisien, seperti misalnya harian umum Republika yang mempunyai tempat tersendiri untuk bagian pemberitaan atau newsroom agar lebih memudahkan dalam menyuplai berita. Walaupun demikian newsroom tidak lepas dari kontrol pemimpin umum perusahaan di mana kinerja dari seluruh redaksi di bawah alih kekuasaannya. Di sinilah kemudian peneliti tertarik bagaimana harian umum Republika dengan sedemikian rupa mempunyai sistem dengan dua model keredaksian berbeda yang di terapkannya hingga saat ini. Berangkat dari alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul “Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika”.
B. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan konsisten dalam menganilis maka peneliti menitikberatkan masalah penelitian ini pada kedua sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom yang diterapkan oleh harian umum Republika, untuk mengetahui perbedaan keduanya.
6 C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem keredaksian yang diterapkan oleh harian umum Republika? 2. Bagaimana struktural redaksi Konvensional dan Newsroom yang dibuat oleh harian umum Republika? 3. Apa kelebihan dan kekurangan sistem redaksi Konvensional dan Newsroom yang telah diterapkan oleh harian umum Republika?
D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui dua sistem keredaksian yang diterapkan oleh harian umum Republika. 2. Untuk mengetahui bagaimana sistem struktur redaksi Konvensional dan Newsroom yang dibuat oleh harian umum Republika. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dari sistem redaksi Konvensional dan Newsroom yang diterapkan oleh harian umum Republika.
7 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran pada disiplin Ilmu Jurnalistik, khususnya tentang sistem keredaksian media massa yang dalam penelitian ini dikhususkan pada harian umum Republika yang nantinya dapat menjadi bahan referensi pada media massa lainnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keilmuan bagi pembaca, khususnya praktisi ilmu komunikasi, baik lembaga, maupun perorangan. Selain itu juga dapat memberikan sedikit gambaran bagi para peneliti yang lain dan pihak-pihak lain dalam penulisan masalah ini.
F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif komparatif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah instrumen wawancara, observasi, serta dokumentasi. Dengan model deskriptif, penelitian ini akan mendeskripsikan atau memberikan gambaran bagaimana penerapan dua sistem redaksi saat ini di harian umum Republika. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindentifikasi masalah, dan membuat perbandingan.5 Kemudian dalam 5
Jalaluddin Rakhmat, Metode penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 25
8 penerapannya, penelitian ini berdasarkan pada pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah riset yang tidak mengutamakan besar atau banyaknya populasi atau sampling. Riset ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dengan wawancara.6 Namun, peneliti tidak hanya terbatas pada penggambaran sistem redaksi
yang diterapkan harian umum Republika, peneliti juga
menekankan kepada kelebihan dan kelemahan terkait dengan dua sistem redaksi yang digunakannya.
2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung di harian umum Republika, yang beralamat: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 8 bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2014.
3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah harian umum Republika, sedangkan objek penelitian ini dititikberatkan pada dua sistem redaksi yang diterapkan harian umum Republika, yakni sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom.
6
Rachmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2006), h. 58
9 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Kategorisasi Primer dan Sekunder; primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi ke tempat harian umum Republika, dan wawancara dengan pihak redaksi mengenai sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku, ensiklopedia, artikel, jurnal, dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian. b. Observasi; yaitu pengamatan secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan yang memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji. Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan untuk jenis penelitian kualitatif.7 Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan cara mencermati sistem redaksi yang diterapkan oleh harian umum Republika. c. Wawancara; dalam riset kualitatif peneliti menggunakan jenis wawancara tersrtuktur (Strectured Interview), merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan peneliti dalam melakukan wawancara secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan kepada responden sudah disusun secara sistematis.8 Dengan tujuan mendapatkan data yang mendalam dan wawancara
7
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 186 8 Rachmat Kriyantono, Teknik Prakris Riset Komunikasi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 99.
10
akan dilakukan bersama narasumber dari redaksi harian umum Republika. d. Dokumentasi; yaitu pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini atau sumber-sumber tertulis dari bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang dimaksud.
5. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang akan dilakukan secara bersamaan, yakni melalui penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Penyajian data merupakan susunan sekumpulan informasi yang memungkinkan menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Analisis data kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti akan menarik kesimpulankesimpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis, kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan tersebut diverifikasi selama proses penelitian melalui peninjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan secara terperinci dan seksama, bertukar pikiran dengan informan peneliti. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga membentuk validitasnya. Reduksi data merupakan sebuah proses penelitian, pemusatan
11
perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Data kualitatif disederhanakan atau ditransformasikan dalam aneka ragam cara, seperti seleksi dan penyortiran ketat ringkasan atau uraian singkat penggolongan dengan mencari pola yang lebih luas. Peneliti juga akan menggunakan uji perbandingan guna mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil penelitian yang dilakukan terhadap sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom.
6. Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2007.
G. Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas pola sistem keredaksian pada surat kabar harian umum Republika dalam analisis komparatif. Peneliti meninjau skripsi-skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis peneliti, seperti: 1. Skripsi karya Ina Salmah Febriani, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, angkatan 2006 dengan judul “Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi
12
Republika Online”. Pada skripsi ini, penulis hanya melihat manajemen sebuah organisasi media cetak, di mana manajemen tersebut menurut penulis sangat berkaitan dengan kebijakan redaksi. Hal ini tentunya juga menunjang dalam penilitian yang akan penulis lakukan. 2. Skripsi karya Nurhasanah, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, dengan judul “Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial”. Skripsi ini lebih mengacu kepada bagaimana memproduksi atau membedah dengan mendeskripsikan pada sebuah konsep aktual dan lebih kepada teks. Dari beberapa skripsi tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul skripsi ―Analisis Komparatif Antara Sistem Redaksi Konvensional dan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika”.
H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI
13
Bab ini menjelaskan tentang konsep analisis komparatif, pengertian sistem, pengertian redaksi, pengertian kebijakan redaksi, serta konsep media massa. Selain itu dalam bab ini juga menjelaskan tentang fungsi dari struktur organisasi dan penerapannya dalam media massa. BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini berisi gambaran umum harian umum Republika dan sistem yang mereka terapkan. Peneliti akan membahas tentang sejarah berdirinya harian umum Republika dan membahas konsep struktur yang dipakai. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Bab ini mendeskripsikan bagian mengenai analisis komparatif antara sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom yang diterapkan di harian umum Republika. Pada bagian analisis ini terdiri dari beberapa pokok pembahasan, yaitu; sistem redaksi yang digunakan harian umum Republika, konsep apa yang diterapkan dalam menjalankan sistem keredaksian, serta kelebihan dan kelemahan dari sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom yang ada di harian umum Republika. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan tahap akhir dari penelitian skripsi yang berisikan mengenai kesimpulan mulai dari tahap awal sampai akhir penelitian dan penutup kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Media Massa Media massa merupakan istilah yang digunakan oleh publik dalam mereferensi tempat dipublikasikannya suatu berita. Media massa mengandung informasi massa, yaitu informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat dan bukan disuguhkan untuk seorang saja. Media massa dapat diartikan sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal. Setiap berita hasil kerja wartawan dipublikasikan melalui media massa agar bermakna dalam menyampaikan informasi serta sebagai bacaan masyarakat atau publik. Di antara fungsi media massa adalah memberikan dan menyebarluaskan informasi dan mengiklankan produk. Karakteristik media massa yang menyebarluaskan informasi kepada publik, pesannya yang bersifat umum mengenai segala aspek kehidupan dan semua peristiwa pada masyarakat, berita yang diberikan secara tetap dan berkala, informasinya berkelanjutan terus-menerus sesuai jadwal terbitnya, serta yang utama adalah aktual dalam penerbitannya tanpa menghilangkan nilai akurasinya. Pada hakikatnya media massa memiliki beberapa perspektif yang beragam. McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory (1989) menjelaskan bahwa peran media massa dalam masyarakat modern memiliki arti; sebagai sarana belajar media massa, alat untuk mengetahui berbagai informasi dan peristiwa; sebagai refleksi fakta informasi, merupakan
14
15
gambaran mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat; sebagai penyaring berbagai informasi serta isu agar layak dan tidaknya perhatian dari publik; sebagai alternatif petunjuk arah yang kurang pasti dan beragam; sebagai sarana untuk mensosialisasikan ide atau informasi kepada publik agar memperoleh tanggapan; media massa tidak sekedar informasi semata, melainkan memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif.9 Media massa yang dikenal terdiri atas media cetak (printed media), media elektronik (elektronic media), dan media online (cybermedia). Media elektronik adalah media yang menggunakan alat elektronika dan teknologi yang menjadi ciri dan kekuatannya, seperti radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak berdasarkan formatnya terdiri atas koran atau surat kabar, tabloid, majalah, dan buku. Media online adalah website internet yang berisikan informasi aktual layaknya media massa cetak.
B. Media Cetak Media cetak merupakan salah satu media massa yang berbentuk tulisan cetak. Media cetak juga disebut dengan istilah pers yang berasal dari kata pressa (Latin) atau Press (Inggris) yang artinya mesin cetak.10 Kemudian pengertian itu berkembang menjadi media yang menyebarkan ide atau pesan kepada masyarakat dengan menggunakan mesin cetak. Bentuk dari media cetak tersebut di antaranya buku, surat kabar, majalah, bulletin, tabloid, brosur, atau pamflet yang isinya mengandung informasi yang ditujukan
9
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar; Teori dan Praktik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 37. 10 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 123.
16
kepada masyarakat. Dalam prosesnya media cetak menghasilkan tulisan dalam berbagai macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Di dalam proses itu, terjadi interkomunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi massa. Media cetak pertama yang diproduksi bukanlah buku yang menggunakan bahan kertas, melainkan papyrus atau vellum (kulit domba) yang digunakan manusia untuk menuangkan ide dan gagasannya dengan cara menuliskannya di atas benda tersebut. Hasil karya tulis menggunakan materi sudah dapat disebut sebagai medium cetak. Jadi, ruang lingkup produksi media cetak ialah hasil karya berupa olah pikir dan olah budaya manusia sebagai alat komunikasi yang tertulis dan tergambar (cetak). Sejak awal ditemukannya mesin cetak pada abad ke-15 oleh Gutenberg, dengan kemampuan mesin yang sangat sederhana dan hanya dapat mencetak beberapa buku dan surat kabar saja, namun temuan itu menjadi awal dari kebangkitan media cetak pada abad-abad berikutnya hingga saat ini. Perjalanan panjang media cetak bertahan sampai saat ini tentu tak luput dari berbagai masalah dan kendala yang dihadapi beberapa media cetak. Ini dikarenakan faktor intern atau sistem politik. Di mana sisi internal media cetak harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antar pelbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan, khalayak pelanggan dan pembaca, mitra kerja, agen loper, pemasangan iklan, dan biro iklan. Selain
17
itu interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati, dan pemberi masukan serta kritik.11 Semua itu dijalankan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Misalnya, menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita, komentar, dan opini. Para wartawannya bekerja berdasarkan kompetensi dan berlandaskan kode etik profesi dan kebijakan redaksi. Maka karena itu, masyarakat mempercayainya, membelinya, dan mengembangkannya. Kehidupan media cetak – setelah proses penyempurnaan pada mesin cetak – ditentukan oleh kondisi di mana ia hidup, yakni: sistem politik, sistem kekuasaan serta kultur kekuasaan. Pada awal sejarah media cetak amatlah dekat dengan hal itu. Setiap pemimpin negara mempunyai karakter kekuasaan tertentu dalam membuat birokrasi. Misalnya, media cetak, surat kabar The New Republic di Amerika Serikat, yang dibredel oleh pemerintahan presiden John Adams, karena memuat berita bohong tentang dirinya. Karena pada saat itu media cetak surat kabar menjadi alat propaganda politik. Berbeda halnya pada zaman modern sekarang, media cetak kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting yakni, tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin objektif yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja. 11
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 85
18
Tapi, di sisi lain, sesuai dengan sifat media yang tak mau stagnan, media cetak dalam sejarahnya selalu berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti periodik terbitnya setiap pagi atau sore, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan surat kabar pun ikut mengadakan perubahan. Tahun 1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Meskipun media cetak lebih dulu hadir sebagai produk budaya, pengaruh media elektornik merasuk kehidupan umat manusia tidak dapat dibendung. Namun,
sampai
sekarang media
cetak
masih
bertahan.
Kenyataan
menunjukkan bahwa berbagai media cetak surat kabar, majalah, bulletin, brosur atau pamflet telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Ini karena karakter khususnya yang mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.
C. Surat Kabar Surat kabar merupakan salah satu bagian dari media cetak. Surat kabar terbit secara berkala yang berisi berita kemudian dimultiplikasi secara massal.12 Menurut Onong Uchjana Efendy, surat kabar adalah: ―Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.‖
12
R Masri Sareb Putra, Media Cetak, Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8.
19
Ide surat kabar sendiri sudah ada sejak zaman Romawi kuno, di mana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan ―Acta Diurna‖. Pakar sejarah mencatat, ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi Konsul (59 SM), ia memerintahkan supaya di Forum Romanum (pasar Roma) dipasang papan pengumuman yang disebut acta diurna atau catatan harian (acta: catatan, diurna/diurnal: harian).13 Maka dari sinilah kita mengenal istilah jurnal atau terbitan berkala di mana biasa kita sebut dengan surat kabar. Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di China dengan nama ―King Pau‖ sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.14 Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertamakali bernama ―Gazetta‖ lahir di Vanesia, negara Italia tahu 1536 M. Saat itu Republik Vanesia, sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah. Tapi kemudian surat kabar ini dicetak. Surat kabar cetak yang terbit kalipertama dengan teratur setiap hari adalah Oxford Gazette di Inggris pada tahunn 1665 M. Dengan jalannya waktu surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazette dengan editor pertama kalinya Henry Muddiman dan dia menggunakan istilah newspaper sebagai istilah media informasi dalam media cetak. Istilah inilah yang dipergunakan hingga saat ini.
13
R Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature (Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2006), h. 4. 14 Suhaemi, Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 4.
20 Dalam perkembangannya, sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegeraannya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Ini terkait dengan kebutuhan pembaca akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya dari surat kabar. Pada abad ke-19, surat kabar independen pertama memberikan kontribusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan (kemelekhurufan) dan berbagai konsep hak asasi manusia dan kebebasan demokratis. Surat kabar terus-menerus mengasah pandangan-pandangan ikhwal ―global village‖, perkampungan dunia, di akhir abad ke-20. Setiap kejadian internasional terkait erat dengan kepentingan setiap orang di belahan dunia di manapun berada. Setiap kisah tragedi perseorangan menjadi milik setiap orang untuk mempersoalkannya ke dalam drama persoalan internasional. Asumsinya ialah setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala pernak-pernik kejadian. Karena, dari bekal informasi itulah, setiap orang dapat turut berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan informasi dan kemampuan itu, setiap orang membutuhkan wartawan surat kabar: yang bertugas sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala peristiwa yang terjadi yang dibutuhkan masyarakat. Dari sinilah, mengapa wartawan memiliki hak untuk tahu pada segala informasi publik, dan diberi keleluasan untuk mencari kemanapun informasi itu berada. Sebab, wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di lingkungannya.15 15
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 87
21 Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan informasi. Informasi menjadi instrumen penting dari masyarakat industri. Maka itulah, surat kabar harian bisa disebut sebagai produk dari industri masyarakat.16 Di mana masyarakat dapat dengan mudah menerima dan memberikan informasi mengingat dari kondisi kebebasan pers yang berkembang di sebuah masyarakat. Perkembangan surat kabar sendiri bisa dilihat dari tiga fase, yaitu fase pertama: fase para pelopor, yang mengawali penerbitan surat kabar secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbit reguler yang teratur waktu terbit dan materi pemberitaan serta khalayak pembacanya. Berbagai surat kabar awal terbit di masyarakat yang belum paham betul akan fungsi media; ditambah, cara membaca huruf-huruf berita cetak – karena keterbiasaan retorika oral jadi penghubung antar indivdu sosial. Namun, perkembangan masyarakat akhirnya membuat pertumbuhan surat kabar menjadi institusi yang diakui masyarakat. Fase kedua: sistem otokrasi yang masih menguasai masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan pemberitaannya. Penyensoran terhadap beberapa subyek materi informasinya kerap diterima surat kabar. Setiap surat kabar harus memiliki izin (lisensi) dari berbagai
pihak
yang
berkuasa.
Semua
itu
akhirnya
mengurangi
indepedensinya sebagai instrumen media informasi. Fase ketiga: kebebasan pers memang telah didapat. Berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Akan tetapi, sistem kapitalisasi
16
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer. h. 88
22
industri masyarakat kerap jadi pengontrol. Ini dilakukan antara lain melalui pengenaan pajak, penyuapan, dan sanksi hukum yang dilakukan kepada media dan pelaku-pelakunya.17 Berangkat dari tiga fase tersebut itulah, indepedensi surat kabar ditentukan di sebuah masyarakat. Di mana kebebasan pers mulai diwarnai dengan berbagai bentukan pengendalian, dan kehidupan demokrasi dalam masyarakat diberi tingkatan tertentu.
D. Pengertian Sistem Istilah sistem diserap dari kata system dalam bahasa Inggris yang artinya cara atau metode. Dalam berbagai kamus, selain berarti cara atau metode, sistem dapat juga bermakna pola, rencana, skema, prosedur, susunan yang teratur, ideologi, wawasan, perspektif, teori atau asas. Selain itu sistem juga diartika sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk
suatu
totalitas.
Sejumlah
ilmuwan
kemudian
mengembangkan teori tentang sistem yang dikenal juga dengan sebutan teori sistem umum (general system theory).18 Secara umum dapat dijelaskan bahwa teori atau perspektif sistem adalah seperangkat prinsip yang terorganisasikan secara longgar dan bersifat abstrak, yang berfungsi mengarahkan jalan pikiran, membentuk suatu kegiatan yang beriorentasi ke arah tujuan yang sama. Dalam teori sistem dijelaskan bahwa prinsip sebuah sistem ialah suatu totalitas atau keseluruhan dari sesuatu. 17
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer. h. 89 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 25. 18
23 Sejalan dengan hal tersebut maka sistem didefinisikan oleh Anwar Arifin (1992) sebagai sebuah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian saling bergantung dan kait-mengait satu dengan yang lainnya. Demikian juga Rapport (1968) merumuskan bahwa sistem adalah totalitas yang berfungsi sebagai keseluruhan karena adanya saling ketergantungan dari bagianbagiannya.19 Pada intinya sistem menunjuk dua hal, yaitu: pertama; menunjukkan suatu identitas, suatu wujud benda (abstrak atau konseptual maupun benda kongkrit) yang memiliki tata aturan atau susunan struktural dari bagianbagiannya. Kedua; menunjuk suatu metode atau tata cara yang menunjuk pada suatu rencana metode, alat atau tata cara untuk mencapai sesuatu.
E. Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah hal yang dilakukan para manajer dan bersifat universal. Fungsi ini diarahkan sedemikian rupa sehingga terdapat kesatuan irama gerak dan cara pandang untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat dilakukan dalam bentuk perusahaan apapun.20 Berangkat dari pengertian manajemen di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi pokok atau tahapan-tahapan dalam manajemen menurut Basu Swastha DH, dalam bukunya ―Asas Manajemen Modern‖ diterbitkan Liberty, Yogyakarta, yaitu suatu proses dari tindakan untuk melakukan hal sebagai berikut:
19 20
Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia. h. 27. Drs. Maksum Habibi, Ekonomi III, h. 9
24 1. Planning (perencanaan) Planning atau perencanaan merupakan langkah awal kegiatan sebelum memproduksi barang. Merumuskan visi misi media massa tersebut dan merencanakan keputusan apa yang akan diambil. Planning juga bisa diartikan sebagai rencana awal serta ramalan (prediksi) apa yang akan terjadi dan tujuan membuat sebuah media massa haruslah jelas terlebih dahulu. Perencanaan berarti pemilihan penetapan tujuan, penentuan strategi, kebijakan, program, proyek, prosedur, sistem, metode, anggaran, termasuk standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Organizing (Organisasi) Organizing adalah susunan organisasi yang telah menduduki posisinya masing-masing haruslah mengerti tugas pokok dan fungsi masing-masing. Maksud dari hal tersebut bahwa para manajer mengkoordinasi sumber daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuan untuk menyusun sumber dayanya dalam mencapai suatu tujuan.21 3. Leading (memimpin) Leading atau memimpin adalah fungsi yang membuat orang lain melaksanakan tugasnya. Mendorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif khususnya dalam
21
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi II, (Yogyakarta, BPFE, 1984), h. 82
25
metode komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya, sehingga timbul saling pengertian dan kepercayaan yang baik. 4. Actuating (tindakan) Actuating adalah suatu fungsi manajemen untuk menggerakkan orang-orang untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin organisasi harus dapat memberi motivasi sehingga setiap karyawan ingin bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pelaksanaan merupakan fungsi yang paling penting karna berhubungan dengan sumber daya manusia. 5. Controlling (pengawasan) Controlling adalah mengawasi jalannya sebuah media massa. Seorang pemimpin haruslah mengerti terlebih dahulu semua permasalahan yang dihadapi semua pimpinan bagian.22
F. Organisasi Manajemen Media Organisasi berasal dari bahasa Yunani, organon, yang berarti ―alat‖ (tool). Kata ini masuk ke bahasa Latin menjadi organizatio dan kemudian masuk ke bahasa Prancis pada abad ke-14 menjadi orgaisation. Pengertian awalnya tidak merujuk pada benda atau proses, melainkan tubuh manusia atau makhluk biologis lainnya. Tidak sama dengan alat mekanis, organon terdiri atas bagian-bagian yang tersusun dan terkoordinasi hingga mampu menjalankan fungsi tertentu secara dinamis. Singkatnya, organisasi adalah penyusunan dan pengelolaan berbagai aktifitas manusia (baik dengan 22
Rosady Ruslan, Manajemen dan Public Relation dan Media Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h. 2
26
institusi/lembaga maupun tidak), yang bertujuan menjalankan suatu fungsi atau maksud tertentu.23 Karakteristik utama organisasi adalah terdapatnya tujuan (purpose), anggota (people), dan rencana (plan). Dalam aspek rencana terkandung semua ciri lainnya, seperti sistem, struktur, desain, strategi dan proses yang seluruhnya dirancang untuk menggerakkan unsur manusia (people) dalam mencapai beberapa tujuan yang telah ditetapkan. Berangkat dari pengertian organisasi ini, pada dasarnya semua perusahaan tak terkecuali perusahaan media, dari media lokal sampai media nasional, pasti memiliki organisasi manajemen tertentu untuk mengelola jalannya program-program yang akan dilakukan. Pengorganisasian kerja media pers tidak hanya berkutat pada kerja produksi berita saja, tapi juga mencakup pekerjaan administrasi perusahaan, teknis percetakan atau produksi siaran dan atau elektronis, serta penjualan atau pemasaran dan pencarian pemasukan uang dari iklan. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah kerangka manajemen yang agak berbeda dengan sistem kerja perusahaan bukan pers. Pada pers, manajemen meliputi bagian-bagian yang spesifik, menurut kebutuhan institusi yang bertugas sebagai lembaga yang memproduksi/melaporkan informasi. Biasanya manajemen pers terbagi ke dalam berbagai departemen, yang terdiri atas, redaksi (yang bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan berita-berita dan hiburan, serta opini atau pandangan atau komentar), periklanan (yang mempersiapkan pesan-pesan komersial), percetakan atau produksi siaran atau
23
Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 4
27
tampilan layar situs (yang mengubah segala materi informasi ke dalam bentuk lembaran cetakan atau siaran audio-visual atau halaman-halaman elektronis di layar monitor), sirkulasi (yang mendistribusikan informasi tersebut kepada khalayak), dan manajemen perusahaan (yang mengatur keseluruhan kegiatan). Umumnya, media memiliki struktur organisasi guna melakukan aktivitas-aktivitas ke dalam fungsi-fungsi yang terpisah, yang mengacu pada hubungan di antara elemen-elemen sosial yang meliputi orang, posisi, dan unit-unit
organisasi
di
mana
mereka
berada.
Struktur
organisasi
mendefinisikan bagaimana tugas-tugas dialokasikan, siapa melapor kepada siapa, serta mekanisme-mekanisme koordinasi formal dan pola-pola interaksi yang menyertainya. Tujuannya agar beberapa bidang dan fungsi tidak tercampur dengan fungsi-fungsi lain. Berbagai penjelasan tentang beberapa bagian, posisi, dan kewenangan yang terdapat di dalam manajemen media pemberitaan itu bisa disimak melalui struktur menajemen organisasi sebuah lembaga penerbitan surat kabar pada umumnya. Menurut Septiawan Santana K, posisi tertinggi dalam manajemen penerbitan dipegang oleh pemimpin redaksi; yang menjadi kepala bagian editorial atau ruang pemberitaan (newsroom), bertanggung jawab atas isi redaksional media, serta menerima langsung hasil kerja redaksional berbagai redaktur yang dipimpinnya. Para reporter tidak berhubungan langsung dengannya dalam meliput – kecuali bila menyangkut pemberitaan yang krusial dan mendesak. Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya tidak sendiri, dibantu oleh wakil pemimpin redaksi (wapemred), yang membantu pemimpin redaksi seperti disebut di atas sesuai dengan yang
28
digariskan oleh pemimpin redaksi. Keduanya dibantu oleh redaktur pelaksana; penanggung jawab utama seluruh pelaksanaan pencarian berita dan menjadi sosok yang selalu hadir di ruangan pemberitaan. Setiap redaktur (editor yang dibawahinya) dan wartawan akan berhubungan dengannya. Juga berhak memutuskan berbagai berita utama harus ditempatkan di halaman mana. Melakukan rapat-rapat yang membahas biaya (budget) ruang pemberitaan. Juga membuat kebijakan redaksi – berdasar hasil konfirmasinya dengan Pemimpin Redaksi. Redaktur; merupakan bagian yang mengurus pemberitaan. Di mana bertanggung jawab terhadap isi halaman surat kabar yang di terima dari berbagai bidang materi berita. Mulai dari redaktur opini; yang membidangi halaman opini, tajuk rencana, di mana mencerminkan sikap media terhadap berbagai kejadian aktual di masyarakat. Juga ada redaktur berita: bagian yang mengontrol naskah sebelum naik cetak, di mana editing akhir berita dikerjakan serta halaman didesain dan headlines ditulis. 24 Sementara itu, Totok Djuroto menjelaskan, kordinator liputan; bertugas menerima bahan berita, baik dari kantor berita (newsroom), wartawan, koresponden, atau press release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta. Kemudian tugas dari wartawan atau reporter sendiri adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk kemudian disiarkan melalui media massa.25 Jika digambarkan, struktur organisasi media cetak surat kabar adalah sebagai berikut; 24
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 191 25 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 22
29
GAMBAR I STRUKTUR MANAJEMEN MEDIA SURAT KABAR
Pemred/Pemimpin Umum
Wakil Pemimpin Redaksi Redpel Mingguan Redpel Harian
Redaktur
Sekretariat
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
G. Teori Hirarki Pengaruh Teori hirarki pengaruh isi media diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan eksternal. Shoemaker dan Reese membagi kepada beberapa level pengaruh isi media, yaitu pengaruh dari individu pekerja media (individual level), pengaruh dari rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media (organizational level), pengaruh dari luar media (outside media level), dan yang terakhir adalah pengaruh ideologi (ideology level).26
26
Stephen D. Reese, Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective (Brazil: Dossier, 2007), h. 30.
30
Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada konten media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, dan rutinitas organisasi media. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah, masyarakat dan faktor eksternal lainnya. Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media. Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber non-media, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya. Dari teori ini kita akan melihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah media tidak bisa mengesampingkan faktor yang lainnya karena saling terkait satu dengan yang lainnya. 1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media Pemberitaan suatu media dan pembentukan konten media tidak terlepas dari faktor individu seorang pencari berita atau jurnalis. Arah pemberitaan dan unsur-unsur yang diberitakan tidak dapat dilepaskan dari seorang jurnalis. Latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media
31
atau jurnalis, perilaku, nilai dan kepercayaan dari seorang jurnalis dan yang terakhir adalah orientasi dari seorang jurnalis. Faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media menurut Shoemaker dan Reese dibentuk oleh beberapa faktor yaitu masalah gender atau jenis kelamin dari jurnalis, etnis, orientasi seksual, faktor pendidikan dari sang jurnalis dan dari golongan manakah jurnalis tersebut, orang kebanyakan atau golongan elit. Faktor-faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi individu seorang jurnalis. Fokusnya adalah faktor latar belakang dan karakteristik seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan seorang jurnalis. Banyak perdebatan mengenai kompetensi seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan. Ini dikarenakan tingkat intelektualitas atau disiplin ilmu yang diambil seorang jurnalis ketika di bangku kuliah dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media. 2. Level Implementasi Media Pada level ini mempelajari tentang efek pada pemberitaan dilihat dari sisi kegiatan media. Kegiatan atau rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan dan sebuah berita. Media rutin terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media ( processor), dan audiens (consumers).27 Ketiga unsur ini saling berhubungan dan berkaitan dan pada akhirnya membentuk rutinitas media yang membentuk pemberitaan pada sebuah media.
27
Stephen D. Reese, Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective h. 36
32
Sumber berita atau suppliers adalah sumber berita yang didapatkan oleh media untuk sebuah pemberitaan. Organisasi media atau processor adalah bisa dikatakan redaksi sebuah media yang mengemas pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada audiens. Kemudian terakhir audiens atau consumer adalah konsumen sebuah berita di media yaitu bisa jadi pendengar, pembaca atau penonton. 3. Level Pengaruh Organisasi Level ketiga dalam teori hirarki pengaruh media adalah level organisasi media. Pengaruh organisasi pada sebuah media kepada sebuah pemberitaan ini berkaitan dengan struktur manajemen oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Berkaitan dengan level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. Ini dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekerja secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang lebih besar dan tujuannya. Kebijakan dari pimpinan sebuah organisasi media lebih kuat dibanding level yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas. Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari sebuah media. Tujuan dari sebuah media pada sistem ekonomi kapitalis tentunya berkaitan dengan profit.
33
Seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas.28 Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda organisasi dan kelangsungan sebuah media juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media yang menyebabkan jarang sekali mengkritisi sebuah sponsor yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini seperti iklan. Jarang sekali media yang mengkritisi pemakaian produk rokok pada masyarakat yang menjadi sponsornya. Ini dikarenakan jika sebuah media mengkritisi maka perusahaan rokok yang mensponsori sebuah media akan menarik iklannya dari media tersebut. Dan pada akhirnya akan menyebabkan kerugian pada media tersebut. Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Inilah yang mempengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Jadi besar kemungkinan pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media. Dalam organisasi media ada tiga tingkatan umum. Lini depan karyawan, seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, mengumpulkan dan mengemas
bahan baku. Tingkat menengah terdiri dari manajer, editor,
produser dan orang lain yang mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level bawah dan level atas yang mengeluarkan kebijakan 28
Stephen D. Reese, Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective. h. 45
34
organisasi. Eksekutif tingkat atas perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi,
anggaran
yang
ditetapkan,
membuat
keputusan
penting,
melindungi kepentingan komersial dan politik perusahaan dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar. Jadi menurut Shoemaker dan Reese ada tiga tingkatan pada struktur sebuah media, yaitu tingkatan pertama, yang terdiri dari pekerja lapangan seperti penulis berita, reporter dan tim kreatif. Sedangkan tingkatan menengah, terdiri dari manager, editor, produser dan lembaga yang berhubungan dengan tingkatan pertama dengan tingkatan ketiga. Level yang teratas adalah korporasi media yang membuat kebijakan dan keputusan pada sebuah media. Jika dilihat dari model struktur yang disebutkan di atas, terjadi jarak antara para jurnalis atau pencari berita dengan para pemimpin di sebuah media. Posisi editor yang berada di tengah-tengah antara pemimpin media dengan para jurnalis, membuat posisinya terbagi dua. Di satu sisi editor sebagai pengolah berita, tapi di satu sisi editor dituntut untuk mengemas pemberitaan yang menjual yang akan mendatangkan keuntungan yang besar bagi sebuah media. Editor harus memahami di mana anggaran mereka cocok dengan gambaran keuangan yang lebih besar dari perusahaan mereka, dan di mana prioritas berita sesuai rencana strategis secara keseluruhan. Semakin kompleksnya struktur organisasi pada sebuah media telah membuat sistem kebijakan pada sebuah media menjadi semakin hirarkis. Sistem birokrasi yang rumit antara pekerja media dengan para pemimpin
35
media semakin menghilangkan sisi sensitif antar pemimpin media dengan pekerjanya. Dan ini adalah bentuk profesionalisme di dunia media. Para pemimpin media tidak terlalu sering mengintervensi dan mempengaruhi sebuah berita secara spesifik, tetapi terkadang jika sebuah media mendapatkan intervensi dari sebuah institusi yang lebih berkuasa seperti
pemerintah, pemimpin media akan langsung mengintervensi
pemberitaan. Bahkan terkadang jika dibutuhkan atau mendesak, para pemimpin media terkadang mengintervensi melalui kebijakannya walaupun merubah rutinitas sebuah media. Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan turut mempengaruhi konten dari sebuah media. Dan sifatnya mengikat pada pekerja media yang mengharuskan pekerja media mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus level ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media. 4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media Level keempat dalam Teori Hirarki Pengaruh Media adalah level pengaruh dari luar organisasi media atau yang biasa disebut extra media level. Extra media level sendiri adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi. Extra media dari unsur sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya,
36
adalah seorang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi keselamatan konsumen; dan dari tiap individu memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi. Contoh di atas, menjelaskan bahwa isi media yang diberitakan oleh seorang juranlis dapat dibentuk oleh sumber berita. Karena sudut pandang yang berbeda dari sumber berita itu sendiri. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menjadi bias bagi sebuah berita karena sumber berita juga bisa bohong terhadap seorang jurnalis dalam sebuah wawancara. Unsur selanjutnya dari level extra media adalah unsur pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media. Menurut J. H. Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese: ―Sebuah konten dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari teromper itu dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti secara substansi bahwa isi dari media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengiklan dan pembaca. Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada isi media yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan
37
pola konsumsi target konsumen. Media dalam hal ini mencoba menyesuaikan pola yang konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk mendapatkan keuntungan sangat besar. Pemasang iklan menggunakan kekuatan modalnya yang membiayai sebuah media, agar konten dari media tidak bertentangan dengan kepentingan citra dari produknya. Karena pemasukan dari iklan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan sebuah media massa komersil, perusahaan iklan yang lebih besar menjadi memiliki kekuatan yang lebih besar, contohnya perusahaan multinasional dan agensi periklanan memiliki kekuatan untuk menyensor pesan atau pemberitaan yang diberikan sebuah media. Misalnya, perusahaan rokok bisa jadi memiliki kontrol yang sangat besar terhadap konten sebuah media. Pemberitaan sebuah media biasanya tidak memberitakan secara gamblang tentang bahaya merokok. Jika pun ada pemberitaan tentang bahaya merokok biasanya pemberitaan dibuat secara bias oleh sebuah media. Pengaruh yang besar dari perusahaan rokok ini dikarenakan perusahaan rokok adalah pengiklan yang sangat menguntungkan bagi sebuah media, dan inilah yang membentuk kekuatan tersendiri bagi perusahaan rokok untuk mempengaruhi isi sebuah media. Unsur ketiga yang mempengaruhi konten pada pemberitaan sebuah media adalah kontrol dari pemerintah. Pemerintah dapat mengkontrol pemberitaan sebuah media jika bertentangan dengan kebijakan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara. Kontrol dari pemerintah biasanya berupa sebuah kebijakan peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara seperti Kementerian atau lembaga negara lainnya.
38
Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar kepada isi pesan media. Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian tergantung pada hubungan media bersangkutan dengan pusat kekuasaan. Jika media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit di pemerintahan, maka kelompok tersebut akan mempengaruhi apa yang harus disampaikan oleh media. Biasanya kontrol terhadap media yang sangat ketat terjadi pada negara-negara
yang
tidak
terlalu
demokratis
dalam
penerapan
pemerintahannya. Faktor ini dikarenakan negara yang lebih demokratis lebih memberikan kebebasan kepada media dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sedangkan Negara-negara yang tidak demokratis cenderung lebih ketat dalam pengawasan terhadap media. Pada sebagian negara dimana medianya dimiliki oleh swasta, kontrol yang dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui hukum, regulasi, lisensi dan pajak. Sedangkan pada negara yang medianya sebagian besar dimiliki oleh pemerintah, bentuk kontrol pemerintahnya adalah melalui keuangan media itu sendiri. Kekuatan yang besar dari pemerintah yang mengikat sebuah media membuat pemberitaan sebuah media tidak dapat bertentangan dengan kebijakan pemerintah sebuah negara. Jika pemberitaan sebuah media bertentangan dengan pemerintah, maka akan terjadi sensor yang akan dilakukan oleh sebuah lembaga negara. Dan hal inilah mengapa peran pemerintah dalam membentuk pemberitaan sebuah media menjadi sangat besar sekali.
39
Unsur keempat yang mempengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di mana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan. Inilah yang membuat media berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan pembaca lewat konten dari media itu sendiri. Komunitas media dimana media tersebut juga dapat mempengaruhi konten dari media itu sendiri. Komunitas media adalah lingkungan dimana media tersebut beroperasi, dan komunitas ekonomi tersebut sama seperti masalah sosial yang dapat berefek terhadap media itu sendiri. Contohnya adalah komunitas atau pasar yang lebih besar pada sebuah stasiun televisi biasanya membentuk pemberitaan yang spontan tentang sebuah kejadian, sedangkan stasiun televisi pada pasar yang lebih fokus pada jenis pemberitaan seperti feature dan acara lain yang bisa disiapkan sebelumnya. Stasiun TV dengan pasar yang lebih kecil juga biasanya lebih terfokus oleh pemberitaan yang bersifat lokal dibanding stasiun tv yang memiliki pasar yang lebih besar. Kecendrungan seperti ini dikarenakan dana yang lebih sedikit dan staff yang lebih sedikit yang dimiliki oleh stasiun TV kecil dibanding dengan stasiun TV yang lebih besar. Sama seperti yang terjadi pada media elektronik seperti televisi, di media cetak seperti koran pun kecendrungan ini terjadi. Biasanya koran yang lebih kecil lebih terfokus pada suara komunitas yang lebih kecil dibanding koran besar yang lebih pada pemberitaan yang lebih luas.
40
Unsur yang terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media adalah teknologi. Konten media dapat dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Kemajuan teknologi turut memberikan pengaruh bagi konten sebuah media. Teknologi seperti komputer dapat memudahkan sebuah media untuk memberikan berita yang lebih luas kepada masyarakat. Ada empat alasan mengapa teknologi dapat mempengaruhi sebuah media terutama media cetak, pertama, komputer membantu editor dan penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak. Ketiga, reporter menggunakan komputer untuk mengakses data dan menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik. Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer, editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari halaman. Dan terobosan dalam hal teknologi yang melahirkan media baru seperti internet, turut menciptakan era konvergensi media. Konvergensi media sangat membantu karena turut mempercepat arus informasi. Media seperti televisi, koran, telepon dan media informasi lainnya menyatu dalam internet. Kemajuan ini sangat menguntungkan tapi juga berpengaruh pada konten media. Biasanya konten berita pada media seperti internet lebih pada model berita straight news. Ini dikarenakan arus pemberitaan yang sangat cepat dan berita yang lama lebih cepat tergantikan dengan berita yang baru. Dan internet juga memunculkan fenomena citizen journalism yaitu pemberitaan dari
41
masyarakat pembaca itu sendiri, ini dikarenakan pada internet masyarakat dapat membuat beritanya sendiri. 5. Level Pengaruh Ideologi Level yang terakhir pada teori hirarki pengaruh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese adalah level pengaruh ideologi pada konten media. Pada level ini kita membahas ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan level pengaruh media sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Level ini berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media. Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat dunia. Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru yang diabadikan oleh ide yang dominan.29 Dalam pandangan Marxis klasik, ideologi hanyalah ide-ide atau pemahaman yang digunakan oleh kelas yang dominan untuk menanamkan kesadaran palsu bagi kelas yang tertindas untuk melanggengkan kekuasaannya. Ada tiga definisi ideologi menurut seorang pakar cultural studies Raymond Williams, ideologi adalah sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu, sebuah sistem kepercayaan yang dibuat ide palsu atau kesadaran palsu, proses umum produksi makna dan ide.
29
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada, 2005), h. 112
42
Ada beberapa kesamaan definisi tentang ideologi menurut para pemikir Marxis klasik dengan Raymond Williams. Keduanya memandang bahwa ideologi adalah sistem artikulasi makna yang dikuasai oleh kelompok dominan yang dibuat ide palsu atau kesadaran palsu. Pada level ideologi lebih dekat pada kekuatan di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar media. Artinya adalah bahwa ideologi memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, dan kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak netral. Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita agar kejadian-kejadian
diinterpretasi
dari
perspektif
kepentingan
untuk
mempengaruhi sebuah pemberitaan dengan kepentingan yang bersifat individu atau yang bersifat mikro tapi kepentingan kelas yang berkuasa. Kelas yang berkuasa yang melanggengkan sistem kapitalis secara struktural melalui media.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Harian Umum Republika Harian umum Republika adalah koran nasional yang tumbuh dan berkembang sejak era Orde Baru. Harian umum Republika pada saat berdirinya banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor agama yang kental. Saat Orde Baru berkuasa, banyak tekanan dari pemerintah terhadap pers dan intelektual Islam yang menjadi pihak dirugikan karena tidak memiliki instrumen media yang efektif untuk menyuarakan aspirasi. Kemudian lahirlah Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) pada 5 Desember 1990 yang dibentuk sebagai wadah komunitas Muslim. Kelahiran ICMI adalah dampak dari situasi global pada awal 1990-an, di mana komunisme dan Uni Soviet runtuh dan muncul kebangkitan keagamaan atau religius revival di berbagai belahan dunia yang berimplikasi pada munculnya resistensi terhadap sekularisme dan berbagai produk buatan Barat.30 Seiring dengan kebangkitan tersebut, muncullah berbagai organisasi Islam yang mengusung ideologi peradaban dan alternatif bagi ideologi Barat sekuler yang dianggap tidak Islami dan ICMI dapat dianggap sebagai contoh dari kebangkitan organisasiorganisasi semacam ini. Melalui ICMI lahirlah berbagai program yang bernafaskan Islam seperti Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan Harian Umum Republika. Harian Umum Republika lahir berkat kegigihan para wartawan muda Islam 30
Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980),
h. 99
43
44
yang dipimpin oleh Zaim Uchrowi untuk membentuk pers Islam. Setelah berbagai upaya gagal karena tekanan Orde Baru, mereka pun memperoleh kesempatan tersebut melalui ICMI yang dapat menembus pembatas ketat pemerintah untuk izin penerbitan. Harian umum Republika kemudian dilahirkan melalui PT Abdi bangsa, yang didirikan pada 28 November 1992, di Jakarta. Perusahaan ini berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa yang bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan.31 Latar belakang pendirian harian umum Republika yang sangat dekat dengan gerakan Revivalisme Islam dengan mudah membuat setiap orang mengindentifikasi harian umum Republika sebagai pers berbasis politik aliran, yaitu terhadap umat Islam. Hal ini juga diperkuat dengan kenyataan bahwa mayoritas saham PT Abdi Bangsa, pengelola dari Republika, adalah tokohtokoh ICMI, seperti B.J. Habibie, M. Dawam Raharjo, Erik Salman dan tokoh-tokoh ICMI lainnya yang dinilai sangat terkait dengan Revivalisme Islam. Bahkan menurut David T. Hill, Profesor Studi Asia Tenggara, Republika dibangun setelah ICMI mengindentifikasi musuh bersama, yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang dengan sengaja menutup-nutupi kegiatan Islam secara profesional.32 Menurut data Harian Umum Republika, koran ini diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Bangsa yang dimaksud adalah Republika. Republika adalah bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia.33
31
Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika David T. Hill, The Press In Order Indonesia 2nd. Terjemahan (Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 126. 33 Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika 32
45
Pada dasarnya hal tersebut merupakan cita-cita program ICMI dengan beberapa
tokoh
pemerintah
dan
masyarakat
yang
berdedikasi
dan
berkomitmen pada pembangunan masyarakat Indonesia. Dari cita-cita tersebut, kemudian ICMI menyusun tiga program utamanya, yaitu34: Pertama, pengembangan Islamic Center; kedua, pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies); ketiga, penerbit Harian Umum Republika. Setelah memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, harian umum Republika, di bawah
naungan
PT
Abdi
Bangsa,
memperoleh
SIUPP
bernomor
283/SK/MENPEN/A.7/1992, tertanggal 19 Desember 1992 dan terbit perdana pada 4 Januari 1993.35 Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana, selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis ini pun sarat teknologi. Keberhasilan harian umum Republika menapaki usia 21 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di PT. Abdi Bangsa yang dilakukan oleh perusahaan sejak 1993 untuk mengelola dan menerbitkan agar tetap eksis di masyarakat. Secara institusi, PT Abdi Bangsa juga terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Yayasan Abdi Bangsa, yang semula menjadi pemegang saham utama sekaligus pengendali media ini telah merangkul semua pihak dengan konsekuensi presentase sahamnya terus menurun, serta tidak lagi menjadi pengendali utama. Hal itu dilakukan untuk memenuhi 34 35
Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika
46
komitmen bahwa Republika milik semua orang, bukan salah satu pihak tertentu, dari lingkungan komunitas umat. Kemudian pada 2004, harian umum Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT Abdi Bangsa naik level menjadi perusahaan induk (holding company). Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, Stasiun Radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, Female Radio, Prambors Radio, Jak TV, dan Alif TV.36
B. Visi dan Misi harian umum Republika37 1. Visi a. Menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar b. Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat c. Mengkritisi tanpa menyakiti d. Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan e. Berwawasan kebangsaan. 2. Misi a. Politik; dalam hal ini, Republika mendorong demokratisasi, optimalisasi peran lembaga-lembaga negara, mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat, mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik, penghargaan terhadap hak-hak sipil, dan mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih.
36
Republika (Surat Kabar), tulisan diakses pada 19 April 2014 dari http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/Republika_(Surat _Kabar).html 37 Company Profile, Pusat Data Harian Umum Republika
47
b. Ekonomi;
mendukung
terbukanya
demokrasi
ekonomi,
mempromosikan profesionalisme, berpihak kepada kepentingan ekonomi domestik dan pengaruh globalisasi, pemerataan sumbersumber daya ekonomi, mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis, dan berpihak pada usaha menengah, kecil, mikro, dan koperasi (UMKMK). c. Budaya; kritis-apresiatif terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat, mengembangkan bentukbentuk
kesenian
dan
hiburan
yang
sehat,
mencerdaskan,
menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani. Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian yang merusak moral, akidah, dan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan, serta menolak pornografi dan pornoaksi. d. Agama; mendorong untuk mensyiarkan Islam, mempromosikan semangat toleransi, mewujudkan ―Islam rahmatan lil alamin‖ dalam segala ilmu, serta membela, melindungi,
dan melayani
kepentingan umat. e. Hukum; mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum, menjunjung tinggi supremasi hukum, mengembangkan mekanisme cheks and balances pemerintah dan masyarakat,
menjunjung
tinggi HAM, dan mendorong pemberantasan KKN secara tuntas.
48
C. Perkembangan Harian Umum Republika Berangkat dari sejarahnya pada awal terbit tahun 1993, harian umum Republika mengalami perkembangan yang signifikan. Misalnya, dibentuknya media online yang dikenal dengan Republika Online (ROL), juga Republika TV. Keberhasilan dan prestasi juga didapatkan harian umum Republika dari segi percetakan, di mana sejak pada awal terbit, hanya dalam waktu sepuluh hari penjualan surat kabar harian umum Republika sudah mencapai 100.000 ekslempar per hari. Ini berarti peningkatan 2,5 kali lipat dari rencana awal terbit dengan oplah rata-rata 40.000 ekslempar per hari pada semester pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada bulan Desember 1993, oplah harian umum Republika sudah mencapai 130.000 ekslempar per hari. Kini, di tahun 2013-2014 penjualan surat kabar harian umum Republika mencapai 150.000 ekslempar per hari. Dan menambah tabloid kolom Dialog Jum’at setiap hari Jum’at sebanyak 2000 ekslempar.38 Di bidang teknologi, harian umum Republika menjadi media pertama di Indonesia yang mengembangkan dunia online dengan alamat website www.republika.co.id, yakni pada 17 Agustus 1995 beberapa hari menjelang Microsoft meluncurkan internet Eksplorer. Harian umum Republika juga menjadi media nasional pertama yang melakukan Cetak Jarak Jauh (CJJ) pada 17 Mei 1997, di Solo. Pada bidang budaya, harian umum Republika sukses menyelenggarakan acara senimania, juga pada bidang olahraga berhasil mengorganisasikan pertandingan di klub AC Milan di Stadion Gelora Bungkarno, Senayan, Jakarta.
38
Wawancara Pribadi dengan Elba Damhuri, Jakarta, 17 Juli 2014.
49
Semenjak harian umum Republika berada dalam naungan PT Republika Media Mandiri (RMM), harian umum Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan publik. Di mana segala kreativitas dicurahkan untuk sedapat mungkin membuat harian umum Republika tampil lebih baik dan mendapat respon yang positif di masyarakat. Pada Mei 2001, harian umum Republika mencatat sejarah setelah perolehan dari iklan melampaui nilai penjualan koran. Banyak perusahaan penting telah mempercayakan harian umum Republika sebagai tempat mempromosikan produknya. Hal tersebut dapat dipahami lantaran komunitas muslim terbukti merupakan sasaran potensial, seperti terlihat pada fenomena merebaknya iklan travel ibadah umrah dan lain-lain. Produk harian umum Republika pun berkembang sejalan dengan pertumbuhan usaha. Setiap hari selalu memberikan informasi hangat dan sejuk untuk melayani pembacanya. Misalnya, dari rubrik Nasional yang mengangkat berita-berita lokal, juga rubrik Opini dengan tema yang masih hangat, juga ada rubrik Sepak Bola dan Arena yang tentunya berita mengenai seputar dunia olahraga, rubrik Hikmah, serta rubrik-rubrik lainnya yang menarik untuk dibaca. Secara berkala setiap bulan, harian umum Republika juga menerbitkan lembar khusus mengangkat profil-profil yang telah berjasa membangun Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Hamka, dan lain-lain. Akrab dan Cerdas. Demikian semboyan harian umum Republika. Semangat itu yang menjiwai setiap langkah untuk mengembangkan harian umum Republika. Sebagai koran komunitas Muslim, harian umum Republika
50
akan tumbuh dan berkembang bersama komunitas Muslim yang menjadi komunitas penting bangsa Indonesia.
D. Struktur Redaksi Harian Umum Republika KOMISARIS -
Komisaris Utama
: Adi Sasono
-
Wakil Komisaris Utama
: Erick Thohir
-
Komisaris
: R Harry Zulnardy, Adrian Syarkawi
DIREKSI -
Direktur Utama
: Daniel JP Wewengkang
-
Direktur Operasional
: Mira R Djarot
-
Direktur Pemberitaan
: Ikhwanul Kiram Mashuri
-
Manajer Keuangan
: Hery Setiawan
-
Manajer Produksi
: Nurrokhim
-
Manajer Iklan
: Indra Wisnu Wardana
REDAKSI -
Pemimpin Redaksi
: Nasihin Masha
-
Wakil Pemimpin Redaksi
: Arys Hilman Nugraha
-
Redaktur Pelaksana Koran
: Irfan Junaidi
-
Redaktur Pelaksana Newsroom
: Elba Damhuri
-
Redaktur Pelaksana Online
: Maman Sudiaman
-
Redaktur Senior
: Agung P. Vazza
51
-
Wakil Redaktur Pelaksana
: Subroto, Syahruddin El-Fikri, Kumara Dewata Sari
-
Asisten Redaktur Pelaksana
: Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Johar Arief, Joko Sadewo, Nurhasan Murtiaji, Stevy Maradona
-
Sekretaris Redaksi
: Hamidah Sagaf
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Manajemen Organisasi Harian Umum Republika Secara umum, manajemen organisasi media cetak memiliki komposisi redaksi yang tidak jauh berbeda dengan media massa lainnya seperti, media televisi, radio, dan online. Akan tetapi dalam manajemen media cetak secara umum ada dua komponen yang saling mendukung agar tercapainya visi-misi perusahaan pers, yakni manajemen perusahaan dan manajemen keredaksian. Sejatinya sebuah perusahaan haruslah menganut sistem manajemen POAC, yakni Planing, Organization, Actuating dan Controling. Begitu juga dengan harian umum Republika. Pertama, planing atau perencanaan merupakan
langkah
awal
kegiatan
sebelum
memproduksi
barang.
Merumuskan visi misi media massa tersebut dan merencanakan keputusan apa yang akan diambil. Kedua, setelah harian umum Republika melakukan perencanaan kemudian menyusun organisasi untuk bagian-bagian yang dimiliki harian umum Republika seperti, bagian produksi, pemasaran, administrasi, reporter, editor, dan redaktur, tujuannya agar mereka dapat berjalan sesuai struktur dan mengerti tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian. Ketiga, setelah planing dan organisasi sudah terbentuk, kemudian harian umum Republika melakukan actuating atau tindakan yang dimotori oleh masing-masing bidang. Misalnya, reporter mencari berita, kemudian berita itu ditulis dan diberikan kepada redaktur, setelah diedit, barulah berita dicetak kemudian didistribusikan. Keempat, controlling atau pengawasan 52
53
terhadap jalannya program kerja yang dilakukan oleh masing-masing bidang setiap harinya guna mengetahui produktivitas hasil kerja yang langsung dilakukan oleh pemimpin redaksi. Dalam manajemen harian umum Republika terjadi revolusi sistem di mana manajemen redaksi konvensional model lama yang diterapkan sejak 1993 hingga akhir 2004 tidak dipergunakan lagi. Perubahan teknologi tidak memungkinkan Republika menggunakan sistem tersebut. Maka dibuatlah sistem newsroom sebagai sistem manajemen baru. Dalam struktur kerja ini reporter tidak lagi berada pada komando redaktur pelaksana, tapi beralih di bawah komando kepala newsroom.
1. Manajemen Perusahaan Model Lama a. Direktur Utama Manajemen perusahaan model lama yang pertama adalah direktur utama dari harian umum Republika adalah general manager atau pemimpin umum. Direktur utama ini menjadi pengurus dari semua kegiatan media baik redaksional maupun bisnis serta menjadi penghubung antara pemilik media dan para pekerja media. Pemimpin umum juga mempunyai wewenang dalam mengambil kebijakan internal dan eksternal dalam manajemen redaksi. b. Wakil Direktur Utama Wakil direktur utama lebih banyak bertanggungjawab untuk menemani dan menggantikan posisi direktur utama apabila berhalangan
54
hadir pada acara yang bersifat internal atau eksternal. Selebihnya, posisi wakil direktur banyak mengurusi masalah-masalah internal. c. Direktur Operasional Bagian direktur operasional bertugas pada jalannya operasional non-redaksional dalam harian umum Republika, seperti mengurus produksi, riset, dan sistem informasi dan manajemen. d. Direktur Pemasaran Bagian direktur pemasaran bertugas dalam masalah sirkulasi, percetakan, marketing, iklan, pemasaran, dan promosi. e. Direktur Keuangan dan SDM Direktur keuangan dan SDM bertugas sebagai bagian keuangan dalam harian umum Republika, seperti mencatat pemasukan, pengeluaran, penggajian karyawan, perekrutan anggota, human resources development (sumber daya manusia/SDM), dan lain-lain. Berikut ini akan digambarkan mengenai struktur pada bidang perusahaan harian umum Republika model lama.
55
GAMBAR II STRUKTUR PERUSAHAAN HU REPUBLIKA MODEL LAMA
Direktur Utama Wakil Direktur Utama
Direktur Operasional
Divisi Sistem Informasi dan Manajemen
Direktur Keuangan dan SDM
Direktur Pemasaran
Divisi Riset dan Pengembangan
Divisi Produksi
Divisi Iklan dan Pemasaran
Divisi Sirkulasi
Divisi SDM
Divisi Promosi
2. Manajemen Redaksi Model Lama a. Pemimpin Redaksi Pemimpin redaksi (pemred) harian umum Republika bertanggung jawab atas isi redaksi media. Pemred juga memiliki kuasa untuk menentukan berita apa yang akan dimuat dalam harian umum Republika. Pemred sendiri tidak berurusan langsung dengan operasional jurnalistik sehari-hari, hanya turun tangan saat menangani pemberitaan yang krusial dan mendesak. Kegiatan redaksi sehari-hari lebih banyak ditangani oleh redaktur pelaksana.
Divisi Keuangan
56
b. Wakil Pemimpin Redaksi Di dalam manajemen harian umum Republika, wakil pemimpin redaksi
(wapemred)
bertugas
menggantikan
peran
pemred
saat
berhalangan. Akan tetapi wapemred juga aktif dalam setiap kegiatan mengawasi keredaksian serta hadir dan memiliki suara dalam rapat-rapat redaksi.
Wapemred
juga
melaksanakan
tugas
ombudsman atau gatekeeper. Sifat utamanya
menjabat
sebagai
adalah menyaring,
mengawasi, dan membantu memberikan arahan untuk membangun kredibilitas surat kabarnya serta menindaklanjuti kekurangan surat kabarnya dan mendorong perbaikan dari segi editorial. c. Redaktur Pelaksana Redaktur pelaksana (redpel) dalam harian umum Republika bertugas menjalankan operasional ruang redaksi setiap harinya. Redpel menerima setiap pemberitaan dari redaktur dan turut menentukan berita apa saja yang akan dimuat di harian umum Republika melalui rapat perencana. d. Kepala Republika Online Dengan adanya website www.republika.co.id, kepala Republika Online (ROL) bertugas dalam memilih pemberitaan, foto, serta desain layout yang akan dimuat dalam situs tersebut. e. Redaktur Senior Redaktur senior adalah redaktur harian umum Republika yang dianggap telah berpengalaman dan diproyeksikan untuk diangkat menjadi asisten redaktur pelaksana. Tugasnya sama dengan redaktur lain yaitu
57
melakukan editing pada berita yang masuk pada bidang mereka masingmasing. f. Wakil Redaktur Pelaksana Wakil redaktur pelaksana (waredpel) bertugas menggantikan tugastugas redaktur pelaksana saat berhalangan serta mendampingi dan membantu redaktur pelaksana dalam setiap pelaksanaan tugasnya. g. Asisten Redaktur Pelaksana Asisten redaktur pelaksana bertugas membantu redpel menjalankan tugas sehari-hari produksi berita. h. Reporter Senior Reporter senior adalah posisi yang unik dalam stuktur harian umum Republika. Posisi ini tidak mengacu kepada jabatan tertentu dengan tugas yang khusus, namun lebih kepada titel yang diberikan pada seorang jurnalis senior dalam harian umum Republika yang tetap ingin menulis dan menjadi wartawan. Bahkan menurut pengakuan awak harian umum Republika ada reporter senior yang merupakan wakil pemimpin redaksi harian umum Republika. i. Staf Redaksi Staf redaksi harian umum Republika adalah para redaktur yang bertugas menerima berita dari wartawan di lapangan dan mengeditnya dalam ruang editor. Staf redaksi ini dibagi menjadi beberapa redaktur bidang. Staf redaksi ini berfungsi sebagai tulang punggung produksi berita saat berita sampai di kantor pusat, Jakarta.
58
j. Kepala Quality Control dan Bahasa Kepala quality control dan bahasa bertugas melakukan pengecekan akhir pada berbagai teks berita yang akan dimuat, juga melakukan pemeriksaan terhadap keasalahan penulisan, bahasa, dan aspek teknis penulisan lain. k. Kepala Desain Kepala desain bertugas menyusun desain layout berita dan foto berita pada halaman koran. l. Sekretaris Redaksi Sekeretaris redaksi bertugas menerima listing berita dari redaktur untuk kemudian disusun sebagai daftar berita. Daftar ini kemudian dirapatkan setiap harinya untuk dipilih mana berita yang layak dimuat dan mana yang tidak. m. Koordinator Liputan Koordinator liputan (korlip) dalam harian umum Republika bertugas mengkoordinasi rencana follow up berita atau peliputan berita yang akan dilaksanakan. Korlip sendiri bertugas dalam newsroom di kantor pusat. n. Wartawan/Reporter Wartawan atau reporter adalah ujung tanduk harian umum Republika. Mereka bertugas mencari, menulis, dan mengirimkan berita pada redaktur bidang mereka masing-masing di newsroom. Mereka tersebar tidak hanya di Jakarta, namun juga di seluruh Indonesia. Posisi reporter merupakan jenjang karir paling awal dalam harian umum
59
Republika. Umumnya, pada awal karir reporter akan dikirim ke daerahdaerah selama beberapa tahun. Setelah itu reporter yang lolos akan ditarik kembali ke Jakarta. Di Jakarta inilah jenjang karir reporter akan semakin meningkat sesuai dengan kinerjanya selama di harian umum Republika. Berikut ini gambaran mengenai struktur redaksi harian umum Republika model lama atau struktur redaksi konvensional.
GAMBAR III STRUKTUR REDAKSI HU REPUBLIKA MODEL LAMA
Pemred/Pemimpin Umum Sekretaris Wapemred
Redaktur Senior
Redaktur Pelaksana
Waredpel I
Waredpel II
Redaktur
Redaktur
Reporter
Waredpel III
Redaktur Daerah
Redaktur Republika Online
Desain/Layout
Reporter
Reporter
Reporter Quality Control dan Bahasa
60
3. Manajemen Perusahaan Model Baru Dalam manajemen perusahaan harian umum Republika model baru ada sedikit perubahan pada nama struktur. Misalnya departemen operasional menjadi bagian operasional, divisi iklan dan pemasaran menjadi divisi iklan, sirkulasi, dan produksi. Namun yang lebih penting adalah sistem manajemen perusahaan harian umum Republika yang baru memiliki satu tambahan bagian, yakni direktur pemberitaan. Selebihnya, untuk struktur organisasi perusahaan tidak jauh berbeda dengan model lama. Direktur pemberitaan dalam harian umum Republika berperan sebagai pemimpin redaksi yang menjadi penghubung antara pemilik perusahaan (dalam hal ini PT Republika Media Mandiri) dan para awak media terutama bagian keredaksian. Dapat dikatakan direktur pemberitaan ini adalah urusan jurnalistik dalam bagian perusahaan. Berikut ini gambaran mengenai struktur perusahaan harian umum Republika model baru.
61
GAMBAR IV STRUKTUR PERUSAHAAN HU REPUBLIKA MODEL BARU
Komisaris Utama Komisaris Direktur Utama Wakil Direktur Utama
Direktur Operasional
Divisi Iklan
Divisi Percetakan
Divisi Produksi
Direktur Pemasaran
Divisi Marketing
Direktur Pemberitaan
Divisi SDM
Divisi Sirkulasi
Departemen Keuangan dan SDM Divisi Keuangan
Divisi Promosi Redaksi
4. Manajemen Redaksi Model Baru Secara struktural, manajemen redaksi model baru banyak melakukan perubahan meski dalam garis kordinasi dan struktur tidak jauh berbeda dengan model yang lama. Akan tetapi pada model yang baru, manajemen harian umum Republika memberikan revolusi baru pada sistem manajemennya yakni sistem newsroom. Menurut Elba Damhuri, kepala newsroom, newsroom adalah sistem yang sangat tepat di saat industri media khususnya cetak
62
berlomba-lomba memberikan inovasi baru lewat era digital. Mengingat semakin banyaknya media yang bermunculan dalam berbagai versi seperti online dan streaming, sebagian industri media melakukan beberapa manuver lewat perubahan sistem seperti yang dilakukan harian umum Republika dengan menggunakan sistem newsroom. Newsroom ada untuk menjawab perubahan teknologi di mana industri media sekarang berbeda dengan media 15 tahun lalu. Saat disinggung mengenai pentingnya sistem newsroom di harian umum Republika ia mengatakan: ―...di sini ada revolusi media, ada sebuah masyarakat baru. Kalau dulu kita tahu media hanya ada cetak atau printed, koran, majalah, dan tabloid. Online pada waktu itu belum booming tapi sejak akhir 90-an atau awal 2000an di Indonesia online sudah mulai kelihatan. Ada sebuah ekosistem baru dalam media yaitu online dan digital. Ya kalau online seperti Republika Online (ROL). Itu adalah revolusi industri media secara global dan pada sisi lain ada masyarakat baru yang disebut dengan mayarakat digital. Masyarakat di mana semua orang mempunyai smartphone, pertumbuhan ini kan sangat luar biasa.‖ Bagi Elba Damhuri, newsroom adalah salah satu perubahan pada sistem karena industri media memerlukan sistem newsroom dengan alasan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Menurutnya, kemajuan teknologi memberikan banyak kontribusi di mana berita sekarang dapat diakses 24 jam penuh melalui smartphone. Berkembangnya teknologi atau era digital tampaknya dianggap telah dapat memandu pihak harian umum Republika untuk memberikan sistem baru agar dapat bersaing dalam bisnis industri media. Lebih lanjut, saat ditanyakan mengenai revolusi terhadap dunia digital yang berdampak pada industri media, ia mengatakan: ―Nah, dari sini kita melihat revolusi terhadap dunia digital kan tinggi. Sekarang ini mungkin ada 600 juta orang memakai facebook dan itu bukan di koran, cetak maupun di majalah itu digital. Belum lagi berapa juta orang pakai twitter belum lagi blog-blog, belum yang mempunyai kanal-kanal dan macam-
63
macam tergantung kegunaan. Makanya masyarakat sekarang itu berubah dan di Indonesia terkena dampak dari perubahan itu. Nah dari sini kita melihat kita harus mengubah struktur media supaya bisa menjawab tantangan global ini. Tantangan yang terjadi seluruh elemen tidak bisa menolak tantangan ini. Bahkan dari kita juga tidak bisa menolak perubahan ini. Di kampungkampung sekarang masyarakatnya sudah pakai smartphone dengan harga yang sangat terjangkau.‖ Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa adanya perubahan sistem pada struktur manajemen harian umum Republika dapat berdampak positif untuk memberikan produk berita yang lebih kompetitif. Maka dari itu, harian umum Republika membuat sistem newsroom yang diyakini menghasilkan jurnalisme baru yang lebih kepada konten. Pada dasarnya, sistem newsroom bertujuan agar reporter lebih leluasa dan fokus dalam mengolah berita pada bidang masing-masing mengingat harian umum Republika mempunyai beberapa induk media seperti, koran dan online. Jadi, tidak ada lagi wartawan bekerja untuk koran, untuk online, dan mungkin nantinya untuk TV. Semuanya berkumpul dalam struktural newsroom, seperti yang dipaparkan Elba Damhuri: ―Redaktur sekarang tidak lagi memiliki wartawan. Wartawan kumpul di newsroom semua. Ini penting karena nanti wartawan di newsroom tetap bekerja seperti biasa cuma mereka tidak lagi bekerja untuk koran. Jadi sekarang tidak ada lagi wartawan koran, wartawan online yang ada sekarang adalah wartawan Republika. Misalnya kalo kita tanya ke BBC, kita bingung mereka TV apa online? Makanya semua wartawan menyebut wartawan BBC. Di Belanda juga sama, mulai dari kantor radio, online, dan TV semuanya jadi satu.‖ Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa wartawan sudah memiliki tempat khusus dalam menyuplai berita yakni newsroom. Padahal pada sistem sebelumnya reporter selalu memberikan hasil beritanya kepada redaktur pelaksana masing-masing sesuai bidang berita. Pada sistem yang diterapkan sekarang, reporter tidak lagi direpotkan menyetor berita pada perorangan
64
namun langsung kepada kepala newsroom. Dari kepala newsroom disetor kepada redaktur pelaksana, dari redaktur pelaksana kepada editor. Jadi reporter tidak harus menunggu lama dalam memberikan berita kepada redaktur pelaksana. Dengan cara bekerja seperti ini, berita yang akan disampaikan kepada publik akan cepat terealisasi, entah melalui Koran Republika atau online (ROL). Sistem newsroom yang digunakan harian umum Republika pada sistem redaksi yang baru merupakan langkah yang
harus diambil untuk dapat
bersaing di kancah industri media. Mengingat media cetak santer diisukan akan tenggelam seiring berkembangnya teknologi canggih digital yang memudahkan masyarakat mengakses berita di mana dan kapan pun. Untuk dapat menangkal isu tersebut, harian umum Republika memberikan gaya baru melalui sistem newsroom ini dengan menyuplai berita pada media yang berada di bawah naungan Republika Media Mandiri (RMM) seperti, Koran Republika, Republika Online (ROL), dan bahkan nanti jika ada TV Republika. Jadi, sistem newsroom yang pertama digunakan pada 2005 oleh harian umum Republika, menurut Elba Damhuri, adalah tren global yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Pada dasarnya sistem newsroom yang kini diterapkan, selain menjadi tren global, juga menjadi penunjang para reporter untuk lebih fokus dalam memberikan berita karena dalam struktur kerja persoalan seperti kedalaman berita, aktualitas berita, dan berita berimbang atau tidak itu menjadi tanggung jawab newsroom untuk menentukan.
65
Harian umum Republika dulu berada di bawah perusahaan Mahaka Media. Perusahaan ini memiliki banyak media seperti Jak TV, Alif TV, Female Radio, dan lain-lain. Kini Republika tidak lagi berada dalam posisi tersebut karena harian umum Republika sekarang mempunyai holding sendiri, yakni Republika Media Mandiri (RMM). Dengan demikian reporter yang berada dalam struktur newsroom bisa fokus menyuplai berita untuk harian umum
Republika
dan
Republika
Online
(ROL).
Elba
Damhuri
mengungkapkan, ―...newsroom ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Jak TV, Female Radio dan lain sebagainya karena, ini murni milik Republika.‖ Pernyataan tersebut tentu besar kaitannya dengan koordinasi yang dijalankan harian umum Republika dengan bagian-bagian yang lain mengingat newsroom adalah sistem baru yang membawahi para reporter dengan skup yang lebih kecil namun berperan penting dalam pengemasan berita. Elba Damhuri menambahkan: ―Sebenarnya untuk masalah koordinasi newsroom dan pemimpin redaksi dalam sehari kita punya dua sesi pagi dan sore, malam juga sudah ada kebijakan. Sebenarnya itu tidak terlalu sulit untuk kordinasi karena kita sudah punya sebuah sistem di mana semua elemen dapat berjalan dengan sistem, jadi kita tidak khawatir di sini kehilangan, di sana kehilangan, tinggal sistem saja yang mengatur. Dalam struktur redaksi di newsroom cuma ada dua yaitu reporter dan redakatur. Jadi untuk yang lain ya berada di bidang masingmasing. Redaktur koran ya di sana, redaktur online ya juga di sana. Jadi kita punya satu redaktur pelaksana dan empat redaktur. Karena reporter berada dalam struktur newsroom maka berhak komando atas mereka. Newsroom sendiri tetap lapor ke pemimpin redaksi. Untuk pekerjaan teknis, pendalaman isu, pendalaman kasus itu ada di redaksi pelaksana. Jadi kita tidak keluar dari struktur pemimpin redaksi. Kita hanya prosedur kerja saja. Laporan tetap ke pemred, laporan ke direksi. Sebenarnya tidak ada masalah dengan intruksi pemred terhadap reporter walaupun di bawah komando newsroom karena, kadang-kadang dalam pekerjaan jurnalis itu ada hal yang seringkali di luar kewajaran banyak perubahan dan biasanya begitu.‖
66 Pernyataan ini menyimpulkan bahwa koordinasi pemimpin redaksi tetap membawahi wakil pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, dan bagian lainnya termasuk newsroom. Hanya saja dalam komando peliputan para reporter yang biasanya berada di bawah redaktur kini berada di bawah komando newsroom. Pada struktur manajemen model baru ada penambahan sistem, yakni kepala newsroom, yang bertugas memimpin atau mengontrol jalannya produksi berita dalam newsroom. Apabila tanggung jawab redaktur pelaksana bersifat umum pada jalannya media sehari-hari, maka kepala newsroom bertanggung jawab pada saat berita diproduksi dalam newsroom. Berikut ini gambaran mengenai struktur redaksi harian umum Republika model baru.
67
GAMBAR V
STRUKTUR ORGANISASI HU REPUBLIKA MODEL BARU
Pemred/Pemimpin Umum Sekretaris Wapemred
Redaktur Pelaksana
Redaktur Senior
Redaktur Pelaksana Korlip
Waredpel
Editor
Desain/Layout
Redaktur Daerah
Redaktur Republika Online
Redaktur
Redaktur
Reporter
Reporter
Newsroom
Quality Control dan Bahasa
Pusat Data Foto Redaktur
Reporter
68
B. Alur Produksi Berita Harian Umum Republika 1. Sistem Lama Pada dasarnya alur produksi berita pada harian umum Republika secara umum berjalan seperti halnya media-media lain, di mana wartawan akan mencari dan menuliskan berita kemudian diberikan kepada redaktur atau editor yang bertanggung jawab di keredaksian. Setelah dicatat, berita dibawa ke meja rapat kemudian dirapatkan untuk ditentukan mana yang layak untuk dimuat, mana yang tidak, mana yang menjadi berita utama, dan di mana letakletak berita lainnya. Setelah berita yang akan dimuat disepakati, kemudian dilakukan pengecekan pada bagian quality control dan bahasa lalu pada bagian desain. Setelah seluruh layout berita selesai disusun, pemimpin redaksi akan mengeceknya terlebih dahulu untuk melihat apabila ada yang mesti ditambah atau dikurangi akan diberikan kembali kepada wartawan untuk ditindaklanjuti. Apabila koreksi tidak ada, koran hasil layout akan langsung dibawa ke percetakan kemudian didistibusikan kepada pembaca.
GAMBAR VI DIAGRAM ALUR PRODUKSI BERITA MODEL LAMA
Proses Kerja Redaksi
Proses Kerja Desain Visual
Proses Kerja Pracetak
Proses Kerja Cetak
Proses Kerja Distribusi
Pembaca
69
2. Sistem Baru Pada sistem baru tentang alur produksi berita di harian umum Republika hanya terjadi perubahan pada sistem newsroom mengingat semua produksi mekanismenya harus melewati sistem ini. Di sini reporter akan mencari dan menuliskan berita kemudian diberikan kepada redaktur yang bertanggung jawab di newsroom. Dari newsroom masuk pada editor, dari editor masuk pada quality control dan bahasa untuk dilakukan pengecekan akhir, setelah dilakukan pengecekan selanjutnya diserahkan kepada pemimpin redaksi untuk mendapatkan persetujuan cetak. Persetujuan dari pemimpin redaksi didapat kemudian masuk pada proses cetak lalu setelah proses cetak selesai barulah didistribusikan kepada pembaca. Untuk lebih jelasnya, peneliti memberikan rincian pada setiap tahapan proses produksi sistem baru yang digunakan harian umum Republika sebagai berikut: a. Tahap Reporter Posisi reporter paling penting karena peran mereka menyangkut berita yang akan diberikan kepada masyarakat. Proses penyaringan hasil berita yang diperoleh reporter ini pertama-tama melalui proses scaning yang dilakukan oleh pihak newsroom kemudian berlanjut pada editor untuk diedit. Tahapan ini penting untuk menjaga indepedensi suatu berita yang ditulis reporter karena, pada prosesnya reporter ketika meliput di lapangan mempunyai kejadian yang berbeda dan tekanan yang berbeda pula. Dikhwatirkan pihak yang berkepentingan menginginkan berita sesuai kehendak narasumber
70 kepada reporter. Karena itu, newsroom berhak melakukan scaning ulang katakata serta penulisannya agar sesuai dengan karakter harian umum Republika. b. Tahap Editor/Redaktur Setelah berita ditulis, wartawan kemudian mengirimkan copy berita tersebut kepada redaktur atau editor yang bertanggung jawab. Seperti halnya di media lain, editor harian umum Republika ini bertugas untuk mengontrol naskah berita yang masuk dari wartawan. Mereka mengecek keabsahan informasi, ejaan nama dan akurasi keterangan lain, serta membuat headlines. Selain melakukan koreksi, mereka juga berhak menolak atau mengembalikan berita pada reporter apabila berita yang mereka terima dinilai tidak kredibel, kurang atau tidak memiliki nilai berita, atau tidak sesuai pasar umat Islam dari harian umum Republika. Sementara itu, harian umum Republika juga memiliki kebijakan tertentu mengenai pemilihan frase dalam berita, terutama apabila berita tersebut bersinggungan dengan umat Islam. Mereka menerapkan prinsipprinsip keberimbangan dengan baik dengan selalu mengedepankan cover both side, cek dan ricek, berhati-hati dalam menggunakan sumber yang anonim dan lain-lain. c. Tahap Pengecekan Akhir Setelah seluruh susunan berita disepakati oleh para redaktur, berita akan dibawa pada tim quality control dan bahasa untuk dikoreksi pada penulisan yang ada. Setelah itu berita dibawa pada tim desain untuk disempurnakan tata letaknya pada halaman koran. Setelah semuanya selesai, dilakukanlah pengecekan ulang oleh tim quality control dan bahasa dan
71
editor/redaktur. Setelah semuanya dikoreksi dan usai diberikan tambahan, berita kemudian dikembalikan pada tim desain dan dipersiapkan untuk segera dicetak. d. Pemimpin Redaksi Pada tahapan ini seluruh layout koran telah siap untuk dibawa ke percetakan. Tapi sebelum layout koran dibawa, pemimpin redaksi akan terlebih dahulu melihat seluruh layout tersebut. Pemimpin redaksi memiliki kuasa untuk menentukan apakah seluruh susunan koran layak untuk naik cetak atau tidak. Pemred dapat menolak beberapa berita untuk diterbitkan atau meminta koreksi dan penambahan terhadap berita tersebut apabila ini yang terjadi maka pemimpin redaksi akan memanggil wartawan yang bersangkutan dan memintanya untuk menindaklanjuti keinginan pemimpin redaksi tersebut. Kekuasaan inilah yang menjadikan pemred salah satu penentu arah kebijakan yang besar, walaupun pemred sendiri sebenarnya menerima komposisi berita yang telah final. Dalam melaksanakan tugasnya pemred tentu tidak sendiri. Ia dibantu oleh wakilnya dan para redaktur pelaksana lainnya yang memiliki suara besar dalam memberikan masukan bagi pemimpin redaksi tersebut. Berikut penulis lampirkan diagram alur produksi berita pada harian umum Republika dengan sistem yang baru.
72
GAMBAR VII DIAGRAM ALUR PRODUKSI BERITA MODEL BARU
REDAKTUR PELAKSANA
REPORTER
NEWSROOM
KEPALA NEWSROOM
QUALITY CONTROL DAN BAHASA
KORDINATOR LIPUTAN EDITOR/ REDAKTUR
DESAIN
PEMIMPIN REDAKSI
PERCETAKAN DISTRIBUTOR PEMBACA
C. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Newsroom di Harian Umum Republika Sistem Newsroom yang diterapkan harian umum Republika dalam prosesnya adalah sebagai penyuplai berita kepada media yang berada dalam naungan Republika Media Mandiri (RMM). Seperti, Koran Republika dan
73
Republika Online (ROL). Dari sistem newsroom inilah kedua media tersebut memperoleh berita yang kemudian diinformasikan kepada khalayak. Selain proses tersebut di atas, kerja newsroom yang lebih banyak bergelut dalam pemberitaan dengan membawahi para reporter juga sebagai kontrol dalam produksi berita dan sebagai penentu dari berita yang mendalam dan aktual. Juga soal kordinasi di mana pemimpin redaksi tidak lagi melakukan interaksi langsung dengan reporter tapi kini redaktur pelaksana newsroom yang mempunyai wewenang terhadap reporter. Maka perubahan sistem pada tubuh harian umum Republika dianggap perlu karena mempunyai kelebihan pada struktur kerja reporter yang tidak mempunyai sistem komando berbeda, di mana redaktur pelaksana mempunyai komando atas reporter. Penting untuk diingat bahwa perubahan sistem newsroom salahsatunya dikarenakan dengan perubahan zaman teknologi digital supaya industri media cetak tidak mati. Menurut Elba Damhuri, tidak ada dampak negatif dari sistem yang dijalankan saat ini karena ini sesuai dengan zaman. Ia memaparkan: ―Republika itu adalah salahsatu media Islam yang masih bertahan di Indonesia. Semua group media Islam di Indonesia itu mati. Karena tidak diolah secara profesional. Kita paham ini adalah industri yang sulit adalah ketika kita mengawinkan industri pers dengan idealisme pers. Itu adalah pekerjaan berat kita apalagi media Islam seperti Republika yang menyoroti banyak. Sekarang kita mencoba untuk profesional dan newsroom merupakan bagian dari perubahan yang terjadi dan ini banyak dampak positifnya. Dari newsroom kita bisa membuat berita bagus, bisa membuat konten-konten bagus, membuat peliputan yang berimbang. Nah, itu lebih banyak positif sebenarnya. Reporter juga nanti akan menjadi spesialis. Karena zamannya berubah, industri media seperti yang saya katakan tadi sudah berubah. Jadi, wartawan zaman 80-90an itu tidak bisa lagi melihat perubahan yang sekarang, maksudnya berbeda kehidupan mereka, ekosistem mereka berbeda. Kalau saya merasakan dua zaman, revolusi dan sesudah revolusi. Revolusi digital tidak bisa dilawan. Sekarang perusahaan mana yang tidak memiliki akun facebook, sekarang kampanye mana yang tidak punya FB dan Twitter, kampanye menolak Jokowi menolak Prabowo dan mereka tidak butuh koran, tidak butuh majalah.‖
74
Pada dasarnya newsroom dibuat untuk mefokuskan kinerja reporter, sistem terdahulu yakni sistem redaksi konvensional hanya bekerja untuk bidang tertentu dengan komando redaktur masing-masing. Sedangkan sistem newsroom yang sekarang diterapkan harian umum Republika banyak membuat perubahan signifikan pada kinerja reporter sehingga mereka dapat leluasa dalam menjalankan aktivitasnya sebagai wartawan. Pada dasarnya sebuah sistem baru memiliki keunggulan dan kelemahan dalam penerapannya, mengingat newsroom yang diterapkan harian umum Republika baru berevolusi mengikuti zaman digital. Menurut Elba Damhuri, kelemahan dari newsroom lebih kepada masalah-masalah non-teknis dikarenakan manajemen ini masih butuh banyak perbaikan. Tentang kelebihan dari sistem newsroom, ia mengungkapkan: ―Media sekarang itu integreted dan sesuatu yang ada pada tahun 80 hingga 90-an cuma teori. Karena sekarang integreted tidak bisa lagi Republika menerapkan sistem lama, koran akan mati. Maka dari itu Republika butuh ROL, butuh Republika digital, butuh Republika TV, dan butuh radio. Bentuk media seperti ini tidak bisa dikelola dengan gaya konservatif seperti dulu, ketika semua orang kini berpikir tentang integreted media. Maka, di sinilah gunanya newsroom bagaimana mengelola media berintegrasi ini. Dari sini juga kemudian kita melahirkan orang-orang yang mampu bekerja untuk koran, untuk online dan mempersiapkan orang-orang untuk TV.‖ Pernyataan di atas memperkuat alasan diterapkannya sistem baru untuk mengatasi perubahan zaman dan persaingan di industri media, di mana industri media khusunya cetak, memiliki integritas tinggi untuk dapat terus berkembang dan ada supaya tidak tergerus dengan berkembangnya koran digital. Karena itu, terobosan yang diambil harian umum Republika dengan mengubah sistem sangatlah tepat untuk dapat terus berkiprah dengan mengembangkan berita lewat digital. Menurut Elba, era digital sekarang
75
adalah sebuah revolusi baru di mana media massa tidak hanya berbicara tentang teks, tapi juga berbicara gambar, foto, ilustrasi, tidak hanya stagnan pada persoalan gambar tapi juga ada video dan film. Perkembangan media semakin maju. Konsumsi masyarakat terhadap berita juga terus meningkat. Tidak aneh jika inovasi digital menjadi alasan manajemen harian umum Republika untuk terus mengembangkan programprogram baru dalam menyajikan berita. Maka tidak dapat ditolak pula jika harian umum Republika harus berevolusi dari sistem lama ke sistem baru sesuai
dengan
kapabilitas
yang
ada.
Karena
newsroom,
dalam
perkembangannya harian umum Republika saat ini lebih baik dan bisnisnya pun semakin bagus. Salah satu cara harian umum Republika menghadapi perkembangan industri media adalah dengan mengubah sistem redaksi konvensional ke sistem newsroom. Di mana dalam prakteknya, sistem newsroom banyak memberikan perkembangan signifikan. Namun bukan berarti sistem redaksi konvensional yang lama tidak bagus. Hanya saja untuk kondisi media pada zaman dulu itu bagus karena ketika itu struktur bekerjanya untuk koran saja, itu strukturnya bagus. Tetapi di saat kondisi seperti ini struktur konvensional tidak dapat digunakan lagi karena perkembangan zaman yang berbeda. Maka kemudian diperbaharui dengan sistem newsroom. Menurut Elba, dua sistem tersebut bagus namun harus tergantung situasi dan zamannya. Sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom masing-masing mempunyai kelebihan yang sama-sama bagus. Elba menyampaikan, ―Bayangkan jika dengan sistem lama kita pakai sistem newsroom itu pemborosan. Kedepannya tidak menutup
76
kemungkinan kita mempunyai sistem baru dengan banyak ramalan bahwa media cetak itu selesai (mati).‖ Perkembangan media memang semakin maju, namun untuk mengubah sebuah sistem hanya untuk alasan takut kalah bersaing dengan media online dan media audio visual menurut peneliti kurang masuk akal. Karena dalam media cetak banyak sekali kelebihan yang tidak dimiliki media elektronik dan online salahsatunya adalah repeatable, di mana pembaca dapat baca berkalikali dengan menyimpannya dan mengklipingnya, sehingga pembaca lebih tajam menganalisa berita dan berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan wartawan. Kita bandingkan dengan media elektronik radio dan TV salah satu kelemahannya yang paling mencolok adalah tidak dapat mengulang isi berita yang disampaikan. Begitu juga dengan media online di mana tidak semua masyarakat dapat menggunakan internet dan kurang praktis untuk mengakses media online karena harus selalu terhubung dengan internet serta membutuhkan biaya yang besar. Jadi, media cetak tetap akan eksis menggunakan sistem lama meski tanpa merubah sistem baru sekalipun kiranya masih diminati masyarakat. Secara struktur manajemen media, sistem redaksi konvensional yang dulu pernah diterapkan harian umum Republika pada dasarnya masih dapat digunakan sampai saat ini. Di mana dalam penerapannya masih sesuai dengan manajemen media pada umumnya yang menggunakan satu komando pemimpin redaksi dan menggunakan redaktur pada masing-masing divisi. Serta redaktur pelaksana lebih leluasa mengontrol reporter (sekarang berada pada divisi newsroom) karena memiliki garis struktur yang sejajar. Jadi
77 pernyataan, Elba Damhuri tentang sistem redaksi konvensional yang tidak layak pakai karena perbedaan zaman menurut peneliti tidak tepat karena bertentangan dengan manajemen dasar media cetak pada umumnya. Pada dasarnya kelemahan sebuah sistem tidak terletak pada zaman, tapi lebih kepada kebutuhan yang akan digunakan. Misalnya sistem redaksi konvensional yang memiliki kelemahan pada divisi yang menumpuk sehingga harus menunggu perintah dari redaktur pelaksana dan terlalu banyaknya kordinasi sehingga proses untuk mencapai akhir penerbitan memakan waktu lama sehingga terjadi pemborosan komando. Jadi pernyataan Elba tentang perubahan sistem karena perubahan zaman adalah sah-sah saja namun kurang tepat. Kemudian pada sistem newsroom yang kurang lebih digunakan 10 tahun oleh harian umum Republika, setidaknya peneliti menemukan beberapa kelemahan pada sistem ini yang sebelumnya pada saat wawancara dengan Elba Damhuri, mengklaim tidak adanya kelemahan pada sistem newsroom yang menjadikan harian umum Republika tetap eksis di industri media. Ada beberapa poin berkenaan dengan lemahnya sistem newsroom. Pertama, redaktur pelaksana tidak leluasa mengontrol reporter karena tidak ada garis komando dengan newsroom. Kedua, menumpuknya sumberdaya manusia di satu tangan akan membuahkan kesulitan dalam mengelola mereka sebagai aset. Itulah sebabnya Indonesia melakukan desentralisasi kekuasaan agar kekuasaan tak menumpuk di Jakarta. Ketiga, Reporter bekerja rodi untuk memenuhi kebutuhan media Republika dalam menyuplai berita kepada beberapa media yang bernaung di bawah RMM, seperti Koran Republika,
78
Republika Online, dan TV Republika. Keempat, redaktur rubrik (halaman) jadi tak leluasa mengelola halaman/rubrik mereka karena suplai data sangat bergantung pada newsroom. Jika reporter berada di bawah kendalinya, redaktur akan leluasa mengelola dan melakukan improvisasi atas halaman yang dia kelola. Kemudian jika ada berita yang harus diperdalam menjelang deadline (misalnya pukul 23:00), bagaimana redaktur pelaksana akan memerintah reporternya? Para reporter jauh dari mereka, mungkin sudah pulang atas seizin pengelola newsroom. Dalam pola ini bisa juga terjadi kurangnya kerja sama antara redaktur pelaksana (non berita) dengan newsroom.
79
TABEL I KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SISTEM REDAKSI KONVENSIONAL DAN SISTEM NEWSROOM DI HARIAN UMUM REPUBLIKA NO
SISTEM
1
2
KELEBIHAN Secara struktural, sistem
KELEMAHAN Terlalu banyak bagian di
ini lebih simple karena
mana masing-masing
menggunakan sistem
bagian harus menunggu
berjenjang satu komando
perintah redaktur
dari pemimpin redaksi
pelaksana/wakil redaktur
sampai reporter.
pelaksana.
Setiap divisi/bagian
Sistem ini tidak dapat
menggunakan satu
digunakan saat semua
redaktur yang
beralih pada ekosistem
membawahi reporter-
baru berupa dunia digital.
reporter sehingga peliputan cepat terealisasi KONVENSIONAL
dalam kontrol yang ketat. Redaktur pelaksana lebih
Terjadi pemborosan
leluasa mengontrol anak
karena terlalu banyak
buahnya karena mereka
memakan waktu pada
berada dalam garis
akhir penerbitan.
struktur yang sama.
Prosedur dalam menjalankan kerja
3
membutuhkan laporan yang panjang, misalnya dari reporter ke redaktur kemudian ke waredpel ke redpel lalu ke wapemred (ombudsman) lalu ke desain.
80
4
Sistem kerja reporter
Redaktur pelaksana tidak
pada newsroom lebih
leluasa mengontrol
terfokus pada bidang
karena tidak ada garis
berita. Jadi mereka dapat
komando dengan
menghasilkan berita lebih newsroom. mendalam.
5
Kordinasi antara redaktur
Kurangnya kerja sama
dan redpel newsroom
antara redpel (non berita)
lebih efisien karena
dengan newsroom.
menerapkan satu komando.
6
NEWSROOM
Tidak ada reporter
Reporter bekerja rodi
khusus yang bekerja
untuk memenuhi
untuk media lain kecuali
kebutuhan media
kepada harian umum
Republika (Koran dan
Republika. Kendatipun
Republika Online).
harian umum Republika berada dalam holding company dengan Female radio, Jak TV, Alif TV, dan Penerbit Republika. Menumpuknya sumberdaya manusia di satu tangan akan membuahkan kesulitan dalam mengelola mereka
7
-
sebagai aset. Itulah sebabnya, sebagai contoh, Indonesia melakukan desentralisasi kekuasaan agar kekuasaan tak
menumpuk di Jakarta. Redaktur rubrik (halaman) jadi tak leluasa mengelola halaman/rubrik mereka karena suplai data sangat 8
-
bergantung pada newsroom. Jika reporter berada di bawah kendalinya, redaktur akan leluasa mengelola dan melakukan improvisasi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah meneliti dan menjelaskan tentang analisis komparatif antara sistem redaksi konvensional dan sistem newsroom di harian umum Republika, peneliti menyimpulkan: 1. Harian umum Republika mempunyai sistem manajemen yang baik dalam memberikan inovasi pada industri media cetak. Kontribusi pada dunia jurnalistik semakin terlihat dengan dijalankannya sistem newsroom yang lebih mendominasi dalam produksi pemberitaan. 2. Sistem newsroom yang diterapkan harian umum Republika adalah sebuah revolusi manajemen media yang diambil untuk dapat terus memperbaiki sistem yang ada sehingga media cetak dapat terus berkembang dan menjadi konsumsi berita yang nyaman digunakan oleh publik. Tanpa sebuah sistem manajemen, perusahaan apapun tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan. 3. Secara struktural sistem redaksi konvensional lebih simple karena menggunakan sistem berjenjang satu komando dari pemimpin redaksi sampai reporter. Hal seperti ini yang tidak ada pada sistem newsroom di mana tampuk komando terfokus pada redaktur pelaksana newsroom sehingga redaktur rubrik (halaman) tak dapat leluasa mengelola halaman mereka karena suplai yang sangat bergantung pada newsroom.
81
82
4. Sistem newsroom sebagai penyuplai berita tentunya mempunyai sistem kerja reporter lebih terfokus pada bidang berita. Sehingga reporter dapat menghasilkan berita yang mendalam. Begitu pula dengan sistem konvensional di mana redaktur dituntut untuk lebih leluasa mengelola dan melakukan improvisasi tanpa harus bergantung pada suplai berita yang didapat dari reporter.
B. Saran-saran Dalam skripsi ini, peneliti memberi beberapa saran sebagai berikut: 1. Peneliti berharap agar sistem newsroom yang saat ini digunakan harian umum Republika dapat terus berjalan hingga menemukan inovasi baru dalam mengemas berita. 2. Peneliti berharap harian umum Republika dapat mengembangkan dan memperbaiki kembali sistem newsroom yang masih mempunyai kelemahan-kelemahan pada sistem redaksi juga pada sumberdaya manusia yang menumpuk pada satu komando di mana hal ini menyulitkan dalam mengelola mereka. 3. Sistem redaksi konvensional yang dulu pernah digunakan setidaknya menjadi bahan evaluasi untuk sistem newsroom sekarang agar
menjadi
manajemennya.
perbandingan
dalam
mengembangkan
sistem
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada, 2005. Company Profile Harian Umum Republika. D. Reese, Stephen. Journalism Research and The Hirarchy of Influences Model: A Global Perspective. Brazil: Dossier, 2007. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2000. Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. Hs, Widjono. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia, 2012. Handoko, T. Hani. Manajemen Edisi II. Yogyakarta: BPFE, 1984. Kriyantoro, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2006. Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Kusdi. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1987. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Sareb Putra, R Masri. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2006.
83
84
Sareb Putra, R Masri. Media Cetak, Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Suhaemi dan Nasrullah, Ruli. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar; Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. T. Hill, David. The Press In Order Indonesia 2nd. Terjemahan. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, 1995. Nasuhi, Hamid dan Ismatu Ropi, Oman Fathurrahman, ed. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: CeQDA, 2007. Noor, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES, 1980. Wawancara: Damhuri, Elba. Wawancara dengan Kepala Redaktur Pelaksana Newsroom Harian Umum Republika. Jakarta: Harian Umum Republika, 2014
LAMPIRAN
85
WAWANCARA
Narasumber
: Elba Damhuri
Jabatan
: Ketua Redpel Newsroom
Waktu
: Kamis, 17 Juli 2014
Tempat
: Kantor Harian Umum Republika. Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510.
1. Bagaimana sistem keredaksian yang diterapkan oleh harian umum Republika? 2. Bisa dijelaskan struktur organisasi harian umum Republika? 3. Apa perbedaan antara struktur redaksi Konvensional dan struktur redaksi Newsroom yang dibuat oleh harian umum Republika? 4. Latar belakang dibuatnya sistem newsroom? 5. Sejak kapan harian umum Republika memakai kedua sistem keredaksian tersebut? 6. Kenapa kedua sistem tersebut dibedakan? 7. Bagaimana proses kerja sistem redaksi konvensional dan newsroom? 8. Bagaimana cara kordinasi antara keduanya? 9. Apakah pemred redaksi konvensional mempunyai wewenang terhadap pemimpin newsroom? Bagaimana pola kerjanya? 10. Bagian apa saja yang masuk dalam struktur redaksi konvensional? 11. Bagian apa saja yang masuk dalam struktur newsroom?
12. Mengingat reporter masuk dalam sturuktur newsroom, siapakah pemegang komando atas mereka? Pemred redaksi konvensional atau newsroom? 13. Sampai batas manakah redaksi konvensional berwenang menjalankan organisasinya dalam harian umum Republika? Begitu juga dengan newsroom? 14. Mengingat harian umum Republika adalah perusahaan induk yang mempunyai banyak media, apakah newsroom juga menyuplai berita kepada Jak TV, Alif TV, Femal Radio dll? 15. Apa dampak positif dan negatif beralihnya reporter yang dulu berada dalam jajaran struktur redaksi konvensional kemudian berganti posisi berada dalam komando newsroom? 16. Apa kelebihan dan kelemahan sistem redaksi Konvensional dan Newsroom yang telah diterapkan oleh harian umum Republika? 17. Sejauh mana perkembangan dua sistem tersebut berjalan? 18. Apakah dengan adanya dua sistem tersebut mempengaruhi karakteristik Republika? 19. Apakah nanti ada perubahan lagi dari sistem redaksi Republika? 20. Apakah visi dan misi Republika sudah tercapai dengan menggunakan sistem redaksi konvensional dan newsroom?
REKAP HASIL REKAMAN Newsroom itu ada untuk menjawab perubahan. Industri media sekarang dengan lima belas tahun yang lalu itu sangat jauh berbeda. Di sini ada revolusi media. Ada sebuah masyarakat baru di sini. Kalo dulu kan kita tahu media hanya ada cetak atau printed, koran, majalah, dan tabloid. Online pada waktu itu belum booming. Sekarang ini sejak akhir 90-an atau awal 2000an di Indonesia online belum terlalu booming tapi sudah mulai kelihatan. Ada sebuah ekosistem baru dalam media yaitu online dan digital. Ya kalau online seperti Republika Online (ROL) dan macam-macam. Itu adalah revolusi industri media secara global dan pada sisi lain ada masyarakat baru yang disebut dengan mayarakat digital. Masyarakat di mana semua orang mempunyai smartphone, pertumbuhan ini kan sangat luar biasa. Misalnya saja di Indonesia pelanggan Telkomsel saja di atas 120 juta orang bisa dibayangin dari 120 juta orang berapa yang mempunyai smartphone. Nah mengapa ini penting buat industri media? smartphone itu adalah salah satu tools dari sebuah bentuk teknologi baru yang memungkinkan berita itu dapat diakses melalui benda kecil ini. Nah revolusi itu terjadi ketika sekarang berita 24 jam. Koran, cetak, majalah dan segala macam sudah bisa masuk ke dunia yang baru ini yang di sebut dengan (rep) new ecosistem (ekosistem baru). Nah salah satu revolusi indikator industri media lainnya adalah selain smartphone tadi adalah kemudahan berselancar di media online tanpa harus menunggu koran esok hari. Real time information yakni informasi yang berlangsung secara real time saat itu juga. media cetak tidak bisa melakukan ini karena harus menunggu cetak dulu. Apalagi majalah sampai menunggu minggu depan. Anda bayangkan nonton piala dunia baru mengetahui hasil minggu depan berita akan jadi basi.
Nah dari sini kita melihat revolusi terhadap dunia digital kan tinggi. Sekarang ini mungkin ada 600 juta orang memakai facebook dan itu bukan di koran, cetak maupun di majalah itu digital. Belum lagi berapa juta orang pakai twitter belum lagi blog-blog, belum yang mempunyai kanal-kanal dan macammacam tergantung kegunaan. Makanya masyarakat sekarang itu berubah dan di Indonesia terkena dampak dari perubahan itu. Nah dari sini kita melihat kita harus mengubah struktur media supaya bisa menjawab tantangan global ini. Tantangan yang terjadi seluruh elemen tidak bisa menolak tantangan ini bahkan dari kita juga tidak bisa menolak perubahan ini. Di kampung-kampung sekarang masyarakatnya menggunakan sudah smartphone dengan harga yang sangat terjangkau. Dari sini kemudian kita mengubah struktur media di Republika itu menjadi bentuk newsroom ini dan revolusi tadi menghasilkan jurnalisme baru di mana industri utama media itu tidak lagi koran tidak lagi online tapi konten. Nah newsroom ini memproduksi konten. Itu bisa berita, tulisan mendalam, bisa tulisan investigasi, bisa majalah, bisa koran, majalah digital. Jadi semua konten masuk dalam newsroom. Redaktur sekarang tidak lagi memiliki wartawan. Wartawan kumpul di newsroom semua. Ini penting karena nanti di newsroom itu tetep wartawan itu bekerja seperti biasa cuma mereka tidak lagi bekerja untuk koran. Jadi sekarang tidak ada lagi wartawan koran, wartawan online yang ada sekarang adalah wartawan Republika. Kalo kita tanya ke BBC kita bingung mereka TV apa online makanya semua wartawan menyebut wartawan BBC. Di Belanda juga sama, mulai dari kantor radio, online, TV jadi satu. Sekitar tahun 2005 newsroom diterapkan oleh Republika. Sebenarnya itu adalah tren global tidak hanya di Indonesia di luar negeri juga sama sperti itu. Jadi
newsroom itu berperan kepada kedalaman berita, keaktualan berita, berita berimbang atau tidak itu newsroom yang menentukan. Nah di newsroom kita tidak membawahi para editor. Jadi nanti tuh ada koran editornya sendiri, ROL juga sendiri editornya. Kemudian kita juga punya namanya digital, di sini beda artiannya dengan ROL, yakni kita membat majalah, membuat web, itu disebut dengan revolusi baru media multivatom, jadi newsroom itu bekerja multifakom bekerja untuk koran, bekerja untuk online, bekerja untuk TV, dan bekerja untuk digital. Newsroom berada digaris terdepan untuk masalah berita. Meskipun Republika di bawah Perusahaan Mahaka Media dan mempunyai banyak media kita tidak menyuplai berita ke pihak tersebut. Sekarang Republika tidak lagi di bawah Mahaka. Republika sekarang sudah punya perusahaan sendiri atau holding sendiri namanya Republika Media Mandiri. Nah newsroom ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan Jak TV, Female Radio dan lain sebagainya. Karena ini murni milik Republika. Nah nanti kalo Republika punya TV ya TV-nya Republika dan sekarang lagi kita garap. Sebenarnya untuk masalah kordinasi newsroom dan pimpinan redaksi dalam sehari kita punya dua tempat pagi dan sore, malam juga sudah ada kebijakan. Sebenarnya itu tidak terlalu sulit untuk kordinasi. Karena kita sudah punya sebuah sistem di mana semua elemen dapat berjalan dengan sistem, jadi kita tidak khawatir di sini kehilangan, di sana kehilangan, tinggal sistem saja yang mengatur. Misalnya sekarang ada isu tentang Gaza dan newsroom akan mengerahkan team khusus untuk liputan soal Gaza karena, Republika menjadi salah satu media yang dianggap kompeten dan akurat memberitakan Timur Tengah. Karena kalau meelihat media lain yang mungkin meedia-media islam itu
beritanya lebih propokatif, kadang-kadang beritanya dilebih-lebihkan jadi, tingkat kepercayaan masyarakat kepada berita menjadi lemah. Nah kalau Republika meskipun kita media Isla dan Gaaza diserang kita tetap objektif memberitakan itu karena ini soal HAM bukan soal agama. Artinya kita membuat berita tidak berlebihan dan tidak bohong di newsroom inilah berita terpantau semua. Dalam struktur redaksi di newsroom cuma ada dua yaitu reporter dan redakatur. Jadi untuk yang lain ya berada di bidang masing-masing. Redaktur koran ya di sana, redaktur online ya juga di sana. Jadi kita punya satu redpel dan empat redaktur. Karena reporter berada dalam struktur newsroom maka berhak komando atas mereka. Newsroom sendiri tetap lapor ke pemred. Tapi untuk pekerjaan teknis itu kan level redpel kebawah, pendalaman isu, pendalaman kasus itu ada di redpel bawah. Kepala newsroom ya redpel itu namanya redaktur pelaksana newsroom. Jadi kita tidak keluar dari struktur pemred. Kita hanya persedur kerja saja. Laporan tetap ke pemred, laporan ke direksi. Sebenarnya tidak ada masalah dengan intruksi pemred terhadap reporter walaupun di bawah komando newsroom karena, kadang-kadang dalam pekerjaan jurnalis itu ada hal searingkali di luar kewajaran banyak perubahan dan biasanya begitu. Newsroom itu tidak ada dampak negatif ya karena, newsroom itu kalau kita lihat Republika itu adalah salahsatu media Islam yang masih bertahan di Indonesia. Semua group media Islam di Indonesia itu mati. Karenna tidak diolah secara profesional. Kita paham ini adalah industri yang sulit adalah ketika kita mengawinkan industri pers dengan idealisme pers. Itu adalah pekerjaan berat kita apalagi media Islam seperti Republika yang menyorot banyak dan sekarang kita mencoba untuk profesional dan newsroom merupakan bagian dari perubahan yang
terjadi tadi itu dan ini banyak dampak positifnya. Dari newsroom kita bisa bikin berita bagus, bisa membuat konten-konten bagus, membuat peliputan yang berimbang, nah itu lebih banyak positif sebenarnya. Reporter juga nanti akan menjadi spesialis. Karena zamannya berubah, industri media seperti yang saya katakan tadi sudah berubah. Jadi, wartawan zaman dulu 80-90an itu tidak bisa lagi melihat perubahan yang sekarang, makdunya berbeda kehidupan mereka, ekosistem mereka berbeda. Kalau saya merasakan dua zaman, revolusi dan sesudah revolusi. Revolusi digital tidak bisa dilawan. Sekarang perusahaan mana yang tidak memiliki akun facebook, sekarang kampanye mana yang tidak punya FB dan twitter, kampanye nolak jokowi nolak prabowo dan mereka tidak butuh koran, tidak butuh majalah. Kelebihan dan kelemahan dari newsroom mungkin lebih banyak kelebihannya ya, kalau kelemahannya pada masalah-masalah non-teknis. Kalau kelebihannya artinya kita tidak perlu jadi media itu sekarang integretid ini sesuatu yang pada tahun 80-90an cuma teori sekarang integrited tidak bisa lagi Republika koran sendiri dia akan mati. Dia butuh ROL, butuh Republika digital, butuh Republika TV, dan dia butuh radio itu integretid media. bentuk media seperti ini tidak bisa dikelola dengan gaya konservatif seperti dulu. ketika semua orang berpikir integritid media. Nah maka disinilah gunanya newsroom bagaimana mengelola media berintegrasi ini. dari sini juga kemudian kita melahirkan orangorang yang mampu bekrja untuk koran, untuk online dan memprsiapkan orangorang untuk TV. Koran, Online, buku, dan digital untuk yang jalan sekarang. nah digital kan sebuah revolusi baru di mana media massa itu tidak hanya bicara tentang teks, tapi di sana ada gambar, foto, ilustrasi, tidak hanya itu tapi juga ada
video juga film. Jadi bagaimana sebah berita dikemas dengan multimedia seperti di tv semua ada, tapi ini digital. Sisi positifnya ya disitu, jadi newsroom ini bisa menjawab kebutuhan media terintegrasi itu. Jadi kalau dibayangkan saya lama di koran tiba-tiba saya dipindah ke online atau TV akan terjadi persoalan nanti di situ. Nah kalau begini kan mereka sudah bergerak dalam dunia yang sama. Perkembangan newsroom saat ini lebih baik Republika bisnis semakin bagus. Untuk melihat sebuah media bagus atau tidak kan dari bisnisnya. Lihat saja media itu masi merekrut orang apa tidak? Kalau tidak berarti ada masalah dengan media itu, trus bagaimana pengaruhnya di luar. Ya bisa di lihat lah pengaruh para peneliti, para politisi, bisa dilihat koran di Indonesia cuma dua, Kompas dengan Republika. Yang lain saya tidak tahu, karena kebanyakan masyarakat tahu Republika dan Kompas dan mempunyai pengaruh besar. Nah ini adalah indikasi bahwa peubahan yang kita lakukan memberikan hasil positif. Dari kesejahtraan misalnya, masih naik. Nah itu indikasi positif dari perubahan yang terjadi. Tetapi bukan berarti sistem yang lama nggak bagus. Untuk kondisi media pada masa lalu itu oke ketika kita bekerja untuk koran saja, itu strukturnya bagus. Tetapi disaat kondisi seperti ini struktur ini tidak bisa kita pakai maka dibuatlah newsroom diperbaharui. Jadi dua-duanya bagus tergantung situasi yang mana. Ya memang masing-masing
mempunyai
kelebihan-kelebihan
yang
sama-sama
bagus.
Bayangin dengan sistem lama kita pakai sistem newsroom itu pemborosan namanya. Dan tidak menutup kmungkinan kedepannya kita mempunyai sistem baru dengan banyak ramalan bahwa media cetak itu selesai karena sekarang buat kertas aja sudah tidak perlu pohon kan mungkin kedepannya ada loncatan lagi kita belum tahu.
Dengan karakter penyeimbang yang di miliki Republika tidak ada perubahan karena tidak ada hubungannya dengan visi misi Republika. Visi kita kan koran rahmatan lilalamin jadi harus objektif, harus juga membela sesuatu yang benar, dia harus konsisten dy juga harus faktual, harus profesional karena profesional itu kan bagian dari ibadah. Karena kalau kita profesional berarit sudah bekerja dengan aturan yang berlaku. Kita tidak boleh bohong, korupsi, penipu, dan itu adalah nilai-nilai dari Republika dan ketika newsroom dibentuk tidak ada dampaknya sama sekali tetep tidak berubah. Tetap nila-nilai tadi kita pakai. Kordinasi antara pemred dan kepala newsroom tidak berubah, dari dulu sama. Struktur media itu kan ada pemred, ada redaktur pelaksana, nah sebenarnya yang menjadi komandan reporter ya redpel ini jadi pemred hanya mengarahkan ini, mengarahkan itu. Dan itu tidak berubah sekarang pun masih sama. Penugasan juga tetap tidak berubah. Yang berperan redpel dan para redaktur. Yang di newsroom redaktur, redpel, dan reporter. Pemred bertugas lebih besar lagi buat loby-ngeloby. Koran 150 ribu sehari. Jumat tambah 20 ribuan karena ada dialog Jumat. Jabodetabek paling banyak. Dompet Duafa sudah tidak masuk ke jajaran Republika lagi. Tahun 2000an awal keluar dari Republika. Sejarahnya reporter mendapatkan amplop. Sudah tidak ada hubungannya.